KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya)
JURNAL
OLEH: PUTRI MAYA SARI 10070151
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
THE NEW LEADERSHIP IN MINANGKABAU’S TRIBE, A STUDY AT NAGARI SIMALIDU,KECAMATAN KOTO SALAK KABUPATEN DHARMASRAYA Putri Maya Sari1 Dian Kurnia Anggreta M.Si2 Rio Tutri M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT Thesis Program Study Sociology at STKIP PGRI West Sumatera 2014. This research intent to describe about the new leadership in Minangkabau’s tribe in Nagari Simalidu, Kecamatan Koto salak, Kabupaten Dharmasraya. This research used Smelser theory about the social change. The kind of this research is qualitative research by using descriptive design.The result of this research are first, the factors that the causes of the establishing the new leadership on Minangkabau’s tribe in Nagari Simalidu, Kecamatan Koto Salak, Kabupaten Dharmasraya are 1) The conflict between mamak and nephew, 2) Conflict land disputes between mamak with mamak, 3)The leadership conflicts in the tribal. Secoud, the impact of the establishing the new leadership on Minangkabau tribe’s in Nagari Simalidu, Kecamatan Koto Salak, Kabupaten Dharmasraya: 1) The relationship between the same leaders is not good 2) the is relationship between the leader of the nephew, 3) The Restriction of involvement in community activities of societies. Key words : New Leadership, Minangkabau tribe’s Kepulauan Barat Daya, Sumatera Selatan,
PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara yang kaya dimana terdapat kebudayaan, adat-istiadat dan suku-suku yang beragam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Klasifikasi dari beragam suku bangsa di wilayah Indonesia biasanya masih mendasarkan sistem lingkaran-lingkaran hukum adat yang
Enggano, Melayu, Bangka dan Belitung, Kalimantan,
Sangir-Talaud,
Gorontalo,
Irian, Timur, Bali dan Lombok, Jawa Tengah
dan
Yogyakarta,
Timur,
Surakarta
dan
Jawa
dan Barat
(Koentjaraningrat, 2009 : 246-248). Minangkabau
adalah
suatu
suku
mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven.
bangsa di Indonesia dimana orang dapat
Ia membagi Indonesia kedalam 19 daerah
menjumpai masyarakat yang diatur menurut
yaitu: Aceh, Gayo-Alas dan Batak, Nias dan
tertib hukum ibu (matrilineal), begitu juga
Batu,
dalam sistem kepemilikan harta diwarisi
Minangkabau,
Mentawai,
Toraja,
Sulawesi Selatan, Ternate, Ambon Maluku,
berdasarkan
garis
keturunan
ibu.
Di
Minangkabau wujud atau bentuk harta tidak
tidak sepemikiran . empat penghulu di suku
berupa benda saja seperti hutan, sawah,
piliang yaitu Daman Huri (Datuk Mandaro
tanah, perladangan dan lain-lain, namun ada
Siti Dirajo), Idam Holik (Datuk Majo Kayo),
juga harta yang tidak bersifat benda seperti
Buntoni (Datuk Malin Putih), dan Asrul
gelar dan lain sebagainya (Amir, 2012 : 94).
(Datuk Mandaro Lani). Karena ada beberapa
Masyarakat Kecamatan
di
Koto
Nagari Salak
Simalidu Kabupaten
Dharmasraya juga terdiri dari masyarakat yang bersuku-suku. Berdasarkan observasi awal penelitian, suku yang ada di Nagari Simalidu yaitu Piliang, Melayu, Mandailing, Caniago,
dan
Patopang.
Fungsi
menurut
adat
Minangkabau
suku
yaitu
tali
sakaum (untuk menentukan setali atau bertali
darah),
menunjukan
himpunan
beberapa kaum, menunjukan nama daerah (suku
Minangkabau
dari
daerah
Minangkabau), menunjukan asal tempat datang (Abbas, 2012 : 6). Suku-suku yang diikat oleh ikatan tali darah ini ternyata juga tidak terlepas dari konflik dan akhirnya mengalami perpecahan dalam suku dan terbentuk pemimpin baru, seperti yang dialami suku-suku di Nagari Simalidu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Datuk tertua di Nagari Simalidu yaitu Daman Huri Dt. Bandaro Sti Dirajo. Awal berdirinya kepemimpinan baru dalam suku ini terjadi pada tahun 2010 suku Piliang terpecah menjadi empat penghulu yang berdiri sendiri dikarenakan antara mamak dan kemenakan
anak kemenakan yang tidak sepemikiran dengan datuk penghulu nya, maka di adakan suatu musyawarah mufakat, dan hasil musyawarah tersebut adalah mendirikan penghulu baru. Pendirian penghulu baru ini diikuti oleh suku-suku lainnya yang ada di Nagari Simalidu
yaitu suku Melayu,
Caniago dan Mandahiliang. Pada tahun 2011 terjadi perpecahan dikarenakan
konflik
antara
anak
dan
kemenakan
yang menyebabkan terbentuk
dua penghulu yaitu M.Dali (Datuk Payung), dan Abdurrahman (Datuk Payung Sekaki). Hal yang sama juga terjadi pada Suku Caniago, penghulu pertamanya adalah Juri (Datuk Manggung Bungsu). Pada tahun 2012 terjadi perpecahan dikarenakan konflik antara
anak
dan
kemenakan
yang
menyebabkan terbentuk dua penghulu yaitu Juri (Datuk Manggung Bungsu), dan Ismail (Datuk Manggung Bungsu Dua). Pada tahun 2013 terjadi perpecahan yang menyebabkan terbentuk dua penghulu yaitu Zainar (Datuk Penghulu Mudo), dan Tamrin.
M
(Datuk
Manghudup).
Jadi
dengan adanya kepemimpinan baru dalam
suku tersebut saya sebagai peneliti tertarik
BAHAN DAN METODE
untuk mengadakan penelitian dengan judul Kepemimpinan
baru
di
bulan Agustus sampai bulan September
Minangkabau masyarakat Nagari Simalidu,
2014. Penelitian ini dilakukan di Nagari
Kecamatan
Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten
Koto
dalam
suku
Penelitian ini dilakukan mulai dari
Salak,
Kabupaten
Dharmasraya.
Dharmasraya. Penelitian ini menggunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian
1. Mendeskripsikan
faktor
penyebab
deskriptif, Jenis data yang digunakan yaitu
didirikannya kepemimpinan baru dalam
data primer. Teknik pengumpulan data
suku Minangkabau di Nagari Simalidu
penelitian ini adalah wawancara dan studi
Kecamatan
dokumen.
Koto
Salak,
Kabupaten
Dharmasraya
HASIL PENELITIAN
2. Menguraikan
Dampak
kepemimpinan Minangkabau Kecamatan
baru di
Koto
didirikannya dalam
Nagari Salak,
Deskripsi Tentang Kepemimpinan Baru
suku
Simalidu Kabupaten
Dharmasraya.
Penghulu
sebagai
pemimpin,
kedudukan dan peranannya sangat besar sekali
di
tengah-tengah
masyarakat,
penghulu juga dikatakan tiang nagari, kuat
Penelitian yang relevan dengan penelitian
penghulu maka kuat pula Nagari dan juga
ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
dikatakan
Putri Dwiyuliana (2014) “Konflik harta
(penghulu-penghulu itulah yang memimpin
pusaka antar suku di Nagari Tambangan
segala pekerjaan yang baik dalam nagari),
Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
elok tapian dek urang mudo (baik di
(studi kasus kemenakan malakok suku
lingkungan
pisang dengan pihak suku panyalai)”.
memimpin sukunya, penghulu suku dibantu
selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
oleh tiga orang pembantu yaitu Manti, Malin
Nora (2007) “ Pengelolaan potensi konfik
dan Dubalang (Attubani, 2012, 102-114).
antar jorong di Nagari Koto Nan IV di Buwuah Kabupaten Dharmasraya”. Kedua penelitian diatas sama-sama meneliti mengenai konflik yang dilakukan oleh masyarakat.
elok
nagari
karena
dek
penghulu
masyarakat).
Dalam
Di Nagari Simalidu, Kecamatan Koto
Salak,
Kabupaten
Dharmasraya,
terdapat lima suku Minangkabau yaitu suku Piliang, Melayu, Caniago, Mandahiliang,
dan Patopang. Diantara lima suku yang ada
permasalahan yang ada di suku tersebut.
Nagari Simalidu empat suku memiliki datuk
Permasalahan yang terjadi di suku ini yaitu
/ penghulu lebih dari satu yaitu Piliang,
masalah antar keluarga satu dengan keluarga
Melayu,
yang
yang lain seperti percecokan yang terjadi
memimpin suku tersebut. Sebelum adanya
sehinga terjadi dendam antara mereka,
kepemimpinan dalam satu suku setiap suku
akibat
hanya dipimpin oleh satu datuk yaitu suku
kemenakan
Piliang dipimpin oleh Datuk Mandaro Sti
menyelesaikannya. Sehinggga kemenakan
Dirajo, suku Melayu dipimpin oleh Datuk
ingin mendirikan pemimpin baru yang bisa
Payung, suku Caniago dipimpin oleh Datuk
diajak
Manggung Bungsu, dan suku Mandahiliang
perkara atau permasalahan di dalam suku
dipimpin oleh Datuk Panghulu Mudo.
tersebut.
Caniago,
1. Faktor
Mandahiling
Penyebab
Kepemimpinan
penyebab
kepemimpinan
baru
dalam suku di Minangkabau yaitu sebagai berikut. a. Konflik Antara Mamak dan Kemenakan Konflik yang terjadi antara mamak dan kemenakan ini disebabkan karena paham
atau berbeda
pendapat antara kemenakan dengan mamak. Masalah ini di sebabkan kemenakan tidak mau mengikuti
apa yang dikatakan oleh
mamak dan tidak sesuai dengan apa bentuk penyelesaian masalah yang diharapkan oleh kemenakan tersebut. Sehingga kemenakan membrontak kepada mamak untuk tidak lagi ikut
campur
dalam
ini
mamak
kerjasama
untuk
antara
dua
tidak
bisa
menyelasaikan
Selain dari permasalahan yang dijelaskan di
masalah
penyelesaian
yang
lainnya
yaitu
masalah
peminjaman uang kas suku dengan anggata suku. Sistem peminjaman dalam kas suku ini
adanya persilisih
percecokan
atas antara mamak dan kemenakan ada juga
Baru dalam Suku Minangkabau Faktor
dari
yaitu
kaum
suku
yang
sangat
membutuhkan uang yang sangat mendesak, Dalam peminjaman kas suku ini kaum boleh meminjam uang sekitar 1.000.000 sampai 1.500.000,00. Tetapi kaum yang meminjam uang kas suku mereka ada juga kesulitan untuk
mengembalikan
uang
kas
suku
tersebut. kemenakan itu selalu mengulurulur waktu untuk mengembalikan uang kas suku sampai 2 tahun tidak mengembalikan uang kas suku tersebut. oleh sebab itu mamak memberikan penjelasan terhadap kemenakan
yang meminjam kas
suku
tersebut yang tidak mau mengembalikan
uang kas suku. Kemenakan salah paham terhadap penjelasan mamak dan dendam dengan sikap mamak sehingga kemenakan membentuk pemimpin baru yang memimpin mereka. b. Konflik Sengketa Lahan Antara Mamak Dengan Mamak konflik ini berawal salah satu mamak ini ingin menguasai lahan yang ada di Nagari Simalidu, dan satunya lagi
ingin
mendapatkan tanah yang ada di Nagari ini, akibatnya timbulah pertentangan antara kedua mamak dan saling menjatuhkan satu sama lain.
yang
terjadi
Suku di Minangkabau dampak
didirikannya
kepemimpinan
baru dalam suku yaitu sebagai berikut. a. Hubungan Tidak Baik Antara Sesama Pemimpin/Datuk Dampak ini dapat dirasakan langsung antara datuk yang lama dengan datuk yang baru, seperti hubungan tidak baik dilihat dari resepsi upacara adat pernikahan yang mana datuk
ini
hanya
menghadiri
acara
pernikahan apabila kaum yang dipimpinnya saja yang melangsungkan perkawinan itu, sedangkan
c. Konflik Kepemimpinan Dalam Suku Konflik
2. Dampak Kepemimpinan Baru Dalam
kaum
yang
lain
yang
melaksanakan acara pernikahan datuk yang antar
lain tidak pernah menghadirinya. Seperti
kepemimpinan lama dan baru disebabkan
tingkah laku yang dicerminkan oleh kedua
adanya perebutan gaji isentif yang diberikan
datuk itu dapat kita lihat hubungan yang
oleh pemerintah Kabupaten Dharmasraya
tidak baik antara satu dengan yang lain.
masalah ini dikarenakan wali Nagari di
b. Hubungan Antara Pemimpin Dengan
Simalidu menggantikan nama pemimpin lama
yang
mendapatkan
gaji
tersebut
Anak Kemenakan pemimpin baru dan pemimpin lama
dengan pemimpin baru. Akibatnya antara
mereka
membentuk
kepemimpinan lama dan kepemimpinan
kelompok suku. Kemenakan yang mengikuti
baru tidak ada saling kerjasama dalam
pemimpin baru mereka bekerjasama dengan
memimpin sukunya.
kelompok
sukunya,
sebuah
dan
kelompok-
sebaliknya
kemenakan yang mengikuti pemimpin lama mereka
juga
kelompoknya
bekerjasama pula.
Pemimpin
dengan baru
memimpin kemenakan yang pro kepada dia,
sedangkan
pemimpin
hanya
Simalidu. Yang menjadi faktor penyebab
memimpin kemenakan yang masih bernaung
terbentuknya pemimpin baru di Nagari
di bawah kekuasaannya. Jadi hubungan
Simalidu yaitu Konflik Antara Mamak dan
antara pemimpin dan kemenakan mereka
Kemenakan,
berhubungan baik hanya kepada pemimpin
Antara Mamak Dengan Mamak, dan Konflik
sukunya saja sedangkan kepada pemimpin
kepemimpinan dalam suku. 2) Dampak
yang lainnya kemenakan tersebut mereka
terbentuknya pemimpin baru di Nagari
berhubungan biasa saja.
Simalidu Kecamatan Koto Salak, Kabupaten
c. Pembatasan
lama
dia
Keterlibatan
Dalam
Kegiatan-Kegiatan Masyarakat Di
dalam
kehidupan
Konflik
Sengketa
Lahan
Dharmasraya yaitu Hubungan Yang Tidak Baik Antara Sesama Pemimpin / Datuk,
sehari-hari
masyarakat di Nagari Simalidu
saling
memisahkan diri antara satu dengan yang lain. Hal ini terjadi setelah berdirinya kepemimpinan baru di Nagari Simalidu
Hubungan Antara Pemimpin Dengan Anak Kemenakan, dan Pembatasan Keterlibatan Dalam Kegiatan-Kegiatan Masyarakat. DAFTAR PUSTAKA
tersebut. Permisahan diri antara masyarakat
Abbas,
di nagari ini tampak pada saat adanya
minangkabau. Padang : Duta Mandiri
upacara kematian salah satu masayarakat disana. Masyarakat di nagari ini mereka hanya datang apabila mereka memiliki pemimpin
yang
sama,
fauziah.
2012.
Budaya
alam
Amir. 2012. Panduan pengelolaan suku dan nagari di Minangkabau. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya.
sedangkan
masyarakat yang di pimpin oleh pemimpin
Attubani,
2012.
Adat
dan
Sejarah
lain mereka tidak datang untuk menghadiri
Minangkabau. Padang : Media
upacara kematian tersebut.
Explorasi
KESIMPULAN
Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta
Beberapa hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini adalah 1) Faktor penyebab terbentuknya pemimpin baru di Nagari