MAKNA KIASAN DALAM UNGKAPAN KIASAN MINANGKABAU DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK RIKA SYAFRIMA ABSTRACT Minangkabau society tends to convey something indirectly . Figurative expression as one of the Minangkabau culture that contains the value of education is a local potential which should be preserved and passed on to younger generations Minangkabau . Over time the use of figurative expressions for Minangkabau society has begun to disappear. This research is descriptive qualitative research method . Qualitative research aims to reveal phenomena that occur based on observations in the field. This study was conducted in New Koto Kenagarian Solok District lemur . Researcher is the main instrument in the study because the researcher directly to the field to see firsthand the phenomenon in the field . Techniques of data collection was through interviews . The results showed that 1 ) Shape figurative expression Minangkabau in New Koto Kenagarian lemur Solok district was 60 expression , the whole expression of the figurative form of sentence , 2 ) The meaning in figurative expressions Minangkabau in New Koto Kenagarian Solok District lemur is a meaning that is not true of the expression . metaphorical expression meaning that is not true , but there is the implied intent of the phrase is delivered , with the goal of receiving expressions do not feel offended , 3 ) figurative expression Minangkabau in New Koto Kenagarian lemur Solok District serves to express requests , advice , commands , prohibitions , to express joy , misery , resentment and anger and resentment expressed . Suggested for community leaders in order to preserve and promote the values contained in the Minangkabau and figurative expressions for Local Government in order to carry out the maintenance and preservation of the Minangkabau figurative expression , a culture is meaningless if there is no conservation effort . diamati dari cara berbahasanya.
A. PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau dengan
budaya
Minangkabau
dan
termasuk
bahasa salah
satu suku bangsa yang memiliki keunikan.
Keunikan ini dapat
Setiap
penutur
berkomunikasi
dan menyampaikan ide-ide dan gagasannya sendiri,
dengan
yang
tidak
caranya dapat
disamakan
dengan
penutur
bahasa lainnya.
lebih memilih mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam
Ungkapan adalah suatu
fikirannya
melalui
ungkapan
usaha penutur untuk melahirkan
yang
fikiran, perasaan, pandangan, dan
Ungkapan kiasan sebagai salah
emosinya dalam bentuk satuan
satu
bahasa tertentu yang dianggap
Minangkabau yang mengandung
paling
nilai
tepat
supaya
lawan
mengandung budaya
kiasan. masyarakat
pendidikan
merupakan
tuturnya paham dengan makna
potensi lokal yang seharusnya
tersirat dalam ungkapan tersebut.
dilestarikan
Kiasan merupakan pertimbangan
kepada
tentang
Minangkabau.
suatu
perbandingan dengan
hal
hal atau
yang
dengan
dan generasi
persamaan
terdapat
lain
pengetahuan
yang
diwariskan muda
Di
dalamnya
petuah-petuah yang
dan dapat
ditujukan secara tidak langsung
memperkaya akhlak dan budi
kepada
pekerti
sasaran
dan
dinilai
masyarakat
sebagai suatu bahasa yang sopan
Minangkabau. Oleh karena itu,
tanpa merendahkan siapapun.
masyarakat Minangkabau harus
Dari
segi
berbicara,
kesopanan
bisa dan memahami kata kiasan
masyarakat
atau kata sindiran. Masyarakat
Minangkabau mengenal istilah
Minangkabau
kato nan ampek. Kesantunan
memahami kata kiasan atau kata
berbicara yang diperlihatkan oleh
sindiran akan dipandang tidak
penutur
beradat atau tidak sopan.
bahasa
Minangkabau
bertolak dari hubungan sosial
yang
Ungkapan
tidak
kiasan
yang menuntut adanya rasa saling
memang
menghormati dan menghargai.
yang abstrak tetapi sebenarnya
Tuturan
memberikan
yang
mengandung
mengandung nilai
makna
pendidikan
penghargaan dan penghormatan
kepada masyarakat Minangkabau
itu ditampilkan dalam bentuk
untuk bersifat arif dan tidak
kiasan. Masyarakat Minangkabau
menyampaikan sesuatu
secara
terus terang. Misalnya, ungkapan
ungkapan kiasan perlu dilakukan.
barundiang siang caliak-caliak,
Suatu kebudayaan tidak akan
mangecek
malam
agak-agak
berarti apabila tidak ada usaha
(berunding
siang
lihat-lihat,
pelestariannya.
berbicara malam perlahan-lahan),
Orang
Minangkabau
maksud dari ungkapan ini adalah
harus mahir dan memahami kata
berbicaralah dengan penuh hati-
kiasan atau kata sindiran. Jika
hati dan jangan menyinggung
seseorang tidak memahami kata
orang lain. Apabila diartikan
kiasan atau kata sindiran akan
secara
maksud
dipandang tidak beradat atau
ungkapan tersebut adalah jika
tidak sopan apabila berbicara
bertukar pendapat ketika siang
terus terang.
hari
masyarakat
denotatif
harus
bertukar
melihat-lihat pendapat
dan
Kata kiasan bagi Minangkabau
malam
memiliki kekuatan budaya yang
abstrak
dominan di dalam pergaulan
dalam ungkapan Minangkabau di
bertata krama. Bila seseorang
satu sisi terkesan negatif. Namun,
tidak mengerti dengan kiasan
di sisi lain sikap yang demikian
yang ditujukan kepadanya, maka
memberikan penghargaan dan
ia
penghormatan terhadap
“kurang” atau orang yang rendah
ditahan-tahan.
Makna
lawan
dipandang
sebagai
tutur, sekaligus tidak terkesan
pikir,
mendikte atau menggurui.
dengan ungkapan berikut “tak
Tuturan mengandung
kiasan
Kenagarian
Koto
sehingga
orang
digambarkan
yang
tahu dirundiang kato putuihtak
di
tahu dikieh kato sampai” (tak
Baru
tahu pada rundingan kata putus
Kecamatan Kubung sudah sangat
tak
jarang sekali diucapkan oleh
sampai) maksudnya orang yang
masyarakat, sehingga generasi
memiliki sifat dan tingkah laku
muda
yang kurang baik atau rendah
kurang
ungkapan Pemeliharaan
memahami
kiasan
tersebut.
dan
pelestarian
tahu
pada
kiasan
kata
pikir. (Idrus Hakimy, 2001:15)
Ungkapan-ungkapan yang terdapat
dalam
untuk
mewariskan
kepada
bahasa
generasi pelanjut yang akan
Minangkabau disampaikan sesuai
datang. Hal ini dimaksudkan
dengan sifat dan tingkah laku
supaya
tidak
masyarakat. Sifat dan tingkah
konflik
baik
laku serta kepribadian orang
mengungkapkan,
Minangkabau
dari
yang akan menerima. Kehati-
bahasa dan tuturan serta kata-kata
hatian dengan perilaku seseorang
yang diucapkan dengan bahasa
sangat
kias, terutama dalam tuturan
akibatnya tidak ditanggung oleh
yang
individu
tergambar
terselubung.
masyarakat
Kebiasaan
menghadirkan bagi
yang
apalagi
bagi
penting,
oleh
saja
tetapi
Minangkabau
masyarakat banyak.
mempergunakan bahasa kiasan
Berdasarkan
bagi
uraian
atas,
bertolak dari landasan sosial
melakukan penelitian mengenai
masyarakat Minangkabau dulu.
makna yang terkandung dalam
Struktur
ungkapan kiasan Minangkabau di
yang
tertarik
di
atau ungkapan dalam percakapan
kekerabatan
penulis
karena
berkaitan menyebabkan setiap
Kenagarian
orang saling menyegani.
Kecamatan Kubung Kabupaten
Ungkapan
kiasan
Minangkabau sarat dengan nilai
Koto
untuk
Baru
Solok. Berdasarkan
latar
“raso jo pareso”, keduanya akan
belakang masalah di atas, maka
selalu mengisi. Di sini pula
dapat diidentifikasikan masalah
terlihat
dalam penelitian ini:
pendidikan
keharusan untuk
materi sebisanya
1. Bentuk
ungkapan
kiasan
dapat mempertimbangkan aspek
Minangkabau di Kenagarian
rasa dan aspek logika dalam
Koto
masyarakat. Bagi orang yang
Kubung Kabupaten Solok
paham adat di Minangkabau hal ini disadari sebagai tanggung jawab mereka. Tanggung jawab
2. Makna
Baru
Kecamatan
ungkapan
kiasan
Minangkabau di Kenagarian
Koto
Baru
Kecamatan
Kubung Kabupaten Solok Berdasarkan masalah
di
membatasi
peneliti
masalah
yakni
ungkapan kiasan.
identifikasi
atas,
Minangkabau
dalam
2. Bagi mahasiswa, untuk bahan inspirsai
dalam
sel;anjutnya
penelitian
dan
sebagai
penelitian ini pada bentuk dan
bahan perbandingan untuk
makna
penelitian
ungkapan
Minangkabau
di
kiasan
lain
dalam
Kenagarian
melakukan penelitian yangs
Koto Baru Kecamatan Kubung
sejenis dengan objek yang
Kabupaten Solok.
berbeda.
Rumusan masalah dalam
3. Bagi
pembaca,
dapat
penelitian ini adalah “Apa saja
mengetahui dan menambah
bentuk dan makna ungkapan
wawasan dan melestarikan
kiasan
tentang
Minangkabau
Kenagarian
Koto
di Baru
Kecamatan Kubung Kabupaten Solok?”
kebudayaan
masyarakat Minangkabau. 4. Bagi
peneliti
selanjutnya,
sebagai bahan rujukan dalam
Tujuan
ini
melakukan penelitian yang
adalah untuk mendeskripsikan
pengkajiannya lebih dalam
bentuk dan makna ungkapan
lagi.
kiasan
penelitian
Minangkabau
di
5. Bagi guru mata pelajaran
Baru
bahasa Indonesia, khususnya
Kecamatan Kubung Kabupaten
dalam pembelajaran sastra
Solok
lisan.
Kenagarian
Hasil diharapkan
Koto
penelitian dapat
ini
bermanfaat
B. METODOLOGI PENELITIAN
bagi berbagai pihak diantaranya: 1. Bagi
peneliti,
untuk
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif
menambah wawasan terhadap
metode
sastra dan budaya daerah
(2009:3) mengatakan metodologi kualitatif
deskriptif.
dengan
sebagai
Moleong prosedur
penelitian
yang
menghasilkan
masyarakat
data deskriptif berupa kata-kata
Kenagarian
tertulis atau lisan dari orang-
Kecamatan Kubung Kabupaten
orang dan prilaku yang diamati.
Solok.
Sejalan dengan itu, Moleong
Minangkabau Koto
di Baru
Informan
dalam
(2002:3) mendefenisikan bahwa
penelitian ini adalah penghulu
penelitian kualitatif adalah tradisi
dan pemuka adat yang ada di
tertentu dalam ilmu pengetahuan
Kenagarian
sosial yang secara fundamental
Kecamatan Kubung Kabupaten
bergantung
Solok.
pada
pengamatan
Koto
Peneliti
Baru
mengetahui
pada manusia dalam kawasannya
penghulu tersebut berdasarkan
sendiri dan berhubunngan dengan
informasi
orang
Nagari Koto Baru. Informan
tersebut
dalam
peristilaahannya.
dari
Bapak
Wali
penelitian ini adalah sebanyak 6
Secara umum kehadiran
orang karena penghulu suku yang
peneliti di lapangan dilakukan
ada
di
Nagari
melalui tiga tahap, yaitu:
berjumlah 6 orang karena suku
1. Penelitian pendahuluan yang
yang ada di Nagari Koto Baru berjumlah
penelitian
pagacancang, patapang, melayu, data,
dalam
suku
Baru
bertujuan mengenal lapangan 2. Pengumpulan
6
Koto
yaitu
kutianyie, piliang dan supanjang.
bagian ini peneliti secara khusus mengumpulkan data-
C. HASIL PENELITIAN
data yang dibutuhkan dalam
1. Deskripsi Ungkapan Kiasan
proses penelitian
Sesuai
3. Evaluasi data yang bertujuan
penelitian,
dengan mulai
rancangan tanggal
5
menilai data yang diperoleh
Agustus 2013 sampai 25 Agustus
di lapangan penelitian dengan
2013 dilaksanakan pengumpulan
kenyataan yang ada.
ungkapan
Data dalam penelitian ini adalah
ungkapan
kiasan
kiasan.
Ungkapan
kiasan yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan
masyarakat
dan
masyarakat.
pemuka
tersebut, dengan tujuan supaya
dalam
penerima ungkapan kiasan tidak
Informan
penelitian ini berjumlah 4 orang
merasa tersinggung.
pangulu dan 2 orang masyarakat yang
mengerti
dan
Berdasarkan ungkapan kiasan
paham
yang
mengenai ungkapan kiasan. Ungkapan
kiasan
terkumpul
penelitian, yang
selama
ditemukan
ungkapan
kiasan.
60
Ungkapan
peneliti temukan di Kenagarian
kiasan yang disampaikan oleh
Koto Baru Kecamatan Kubung
masing-masing informan dapat
Kabupaten
dilihat dalam tabel berikut:
Solok
selama
Tabel 1. Jumlah Ungkapan kiasan yang Disampaikan Informan
melakukan penelitian berjumlah 85
ungkapan
setelah
kiasan,
dianalisis
tetapi terdapat
beberapa ungkapan kiasan yang sama
dari
berbeda.
informan Jumlah
yang
ungkapan
No
Nama
Suku
1
Yandri, Datuak Putiah
Pagacancang
2
Yanuardi, Datuak Sampono Kayo Syafrino, Datuak Rajo Magek Yasverni, Datuak Rajo Pangeran Safriadi, Datuak Tanbasa
Piliang
Anwar, Datuak Marajo
Supanjang
kiasan tersebut setelah dianalisis, yaitu 60 ungkapan kiasan. Dalam menentukan terkandung
makna dalam
yang ungkapan
kiasan ini, informan memberikan langsung pada peneliti tentang makna
tersirat
disampaikan
yang
ingin melalui
penyampaian ungkapan kiasan tersebut. Makna ungkapan kiasan merupakan oposisi dari arti yang sebenarnya atau bukan makna yang
sebenarnya
tetapi
ada
maksud tersirat dari ungkapan kiasan
yang
3
disampaikan
4 5 6
Melayu Kutianyia Patapang
Jumlah Ungkapan kiasan 10 ungkapan kiasan 10 ungkapan kiasan 8 ungkapan kiasan 8 ungkapan kiasan 8 ungkapan kiasan 8 ungkapan kiasan
Setelah data terkumpul, peneliti mentranskripsikan data dalam bentuk rekaman ke dalam bentuk tulis. Peneliti kemudian memilih
data
hasil
rekaman
ungkapan kiasan. Jumlah seluruh ungkapan
kiasan
yang
disampaikan
oleh
informan
bentuknya
yaitu kata,
frase,
adalah 85 ungkapan kiasan, tetapi
klausa dan kalimat. Dari 60
setelah
terdapat
ungkapan kiasan peneliti hanya
beberapa ungkapan kiasan yang
menemukan bentuk ungkapan
sama
yang
kiasan berupa kalimat. Tidak ada
berbeda. Jumlah ungkapan kiasan
satupun ungkapan kiasan yang
tersebut setelah dianalisis, yaitu
berbentuk
60 ungkapan kiasan.
klausa.
dianalisis dari
informan
2. Analisis Data 1. Bentuk
Ungkapan
Minangkabau
di
kata,
frase,
dan
Ungkapan
jan
kiasan 1
rantiang anyuk
kiasan
sarupo
‘janganlah
Kenagarian
seperti
ranting hanyut’
Koto Baru Berdasarkan
hasil
Ungkapan kiasan 1 di
wawancara dengan informan,
atas
dianalisis 60 ungkapan kiasan Minangkabau
di
Kenagarian
adalah
berupa
kalimat.
Maksudnya
adalah
apabila
melakukan
perjalanan
jangan
Koto Baru Kecamatan Kubung
suka berhenti ditempat-tempat
Kabupaten Solok. Analisis data
yang
digunakan
Ungkapan
bentuk
untuk
mengetahui
ungkapan
Minangkabau
di
kiasan Kenagarian
bukan
kiasan
2. Makna
Kabupaten
Solok.
Bentuk
Koto Baru
ungkapan
kiasan
dalam
dikelompokkan
tersebut
Ungkapan
Minangkabau
ini
utama
berupa kalimat larangan.
Koto Baru Kecamatan Kubung
penelitian
tujuan
di
kiasan
Kenagarian
Hubungan ungkapan
antara
kiasan
dengan
menjadi kata, frase, klausa dan
maknanya bersifat arbitrer, oleh
kalimat. Setelah semua data
sebab
terkumpul, peneliti menganalisis
sehari-hari makna sebuah kata,
sebanyak 60 ungkapan kiasan
frase
dan dikelompokkan berdasarkan
dianalisis
itu dan
dalam
pertuturan
kalimat berdasarkan
dapat sifat
instrinsik
kata
tersebut,
muncul
sebagai
akibat
hubungan dengan benda yang
berfungsinya
unik dan tidak dapat dianalisis,
kalimat.
makna dalam kamus, konotasi
gramatikal juga disebut makna
kata,
yang
yang timbul karena peristiwa
diproyeksikan pada suatu objek,
gramatikal (Hardiyanto, 2008:
suatu peristiwa yang dimaksud,
21). Makna gramatikal ada jika
tempat sesuatu di dalam sistem,
terjadi proses gramatikal seperti
pengunaan lambang dengan apa
afiksasi,
yang
kompossisi.
suatu
efektifitas
dirujuk,
kepercayaan
kata
Selain
dalam
itu
makna
reduplikasi
dan
menggunakan lambang sesuai
Ungkapan
jan sarupo rantiang
dengan apa yang dimaksud,
kiasan 1
anyuk
tafsiran lambang.
‘janganlah
Makna yang dianalisis dalam
ungkapan
Minangkabau
di
seperti
ranting hanyut’
kiasan
Maksudnya
Kenagarian
apabila
adalah melakukan
Koto Baru Kecamatan Kubung
perjalanan
Kabupaten Solok adalah makna
suka
leksikal dan makna gramatikal.
ditempat-tempat yang
Makna leksikal adalah
jangan berhenti
bukan tujuan utama
makna leksikon atau leksem atau kata yang berdiri sendiri, tidak berada
dalam
konteks,
atau
Makna adalah
dari
bagian
ranting
cabang
yang
terlepas dari konteks. Makna
kecil-kecil, dan makna hanyut
leksikal adalah makna lambang
adalah terbawa oleh arus. Jadi
kebahasaan yang masih bersifat
makna leksikal dari ungkapan
dasar, yakni belum mengalami
kiasan ini adalah cabang kayu
konotasi dan hubungan gramatik
yang terbawa oleh arus. Apabila
dengan
dianalisis
kata
yang
lain
secara
gramatikal
dari
penutur
(Aminunuddin 1988: 87). Makna
maksud
gramatikal adalah makna yang
menyampaikan ungkapan kiasan
ini adalah untuk menyatakan
yaitu makna yang yang muncul
kekesalan karena seseorang yang
sebagai akibat berfungsinya kata
selalu
dalam kalimat, jika terjadi proses
singgah
dimana
saja.
Ungkapan kiasan ini dikiaskan
gramatikal
seperti
pada seseorang yang mau pergi
reduplikasi
dan
ke
Misalnya JHa sarupo rantiang
suatu
tempat,
tetapi
afiksasi, kompossisi.
diperjalanan ia berhenti di setiap
anyuik,makna
tempat
bagian cabang yang kecil-kecil,
yang
dilaluinya.
adalah
Akibatnya membutuhkan waktu
dan
yang lama untuk sampai ke
terbawa arus. Jadi makna leksikal
tujuannya. Orang
yang suka
dalam kiasan ini adalah cabang
menghabiskan
kayu yang terbawa arus. Jika
berbual-bual waktu.
makna
ranting
dianalisis
3. Pembahasan
hanyut
secara
adalah
gramatikal
penutur menyampaikan ungkapan
Berdasarkan
deskripsi
kiasan ini untuk menyatakan
data dan analisis data diketahui
kekesalan karena seseorang yang
bahwa
singgah dimana saja. Ungkapan
ungkapan
masyarakat
kiasan
Minangkabau
dikenagarian
Koto
berbentuk
kalimat
ungkapan
kiasan
digunakan
dalam
sehari-hari
masyarakat
menyampaikan tujuannya.
ini
karena
suatu tempat, tetapi di perjalanan
tersebut
ia berhenti disetiap tempat yang dilaluinya.
untuk dan
D. PENUTUP
yang
Berdasarkan
terkandung dalam Makna Kiasan
penelitian
dalam
kesimpulan
Kiasan
Minangkabau dikenagarian Koto
kiasan
Baru
Kenagarian
Kecamatan
Kabupaten
Solok.
pada
seseorang yang mau pergi ke
maksud
Ungkapan
dikiaskan
Baru
percakapan
Makna
kiasan
Kubung Seluruhnya
mengandung makna gramatikal
hasil
ini
diperoleh
tentang
ungkapan
Minangkabau Koto
di Baru
Kecamatan Kubung Kabupaten Solok sebagai berikut:
1. Bentuk
ungkapan
kiasan
Badudu,
J.S.
1983.
Semantik.
Minangkabau di Kenagarian
Bandung: Penerbit TB Pustaka
Koto
Prima.
Baru
Kubung
Kabupaten
berjumlah seluruh
Kecamatan
60
Solok
ungkapan,
ungkapan
kiasan
tersebut berupa kalimat 2. Makna dalam
yang
Gramedia Pustaka Utama. Chaer,
Abdul.
2009.
Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia.
terkandung
Jakarta: Rineka Cipta.
kiasan
Departemen Pendidikan Nasional.
Minangkabau di Kenagarian
2008. Kamus Besar Bahasa
Koto
Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Kubung
ungkapan
Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: PT
Baru
Kecamatan
Kabupaten
Solok
ke
Empat.
Jakarta:
PT
adalah makna yang tidak
Gramedia Pustaka Utama
sesungguhnya dari ungkapan
Djajasudarma, F. (2008). Semantik 1
tersebut.
ungkapan
mengandung
kiasan
makna
yang
bukan sebenarnya tetapi ada maksud
tersirat
dari
Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT. Refika Aditama Hasbullah. 1996. Dasar-Dasar Ilmu
ungkapan yang disampaikan
pendidikan. Jakarta: PT. Raja
tersebut,
Grafindo Persada.
dengan
tujuan
supaya penerima ungkapan tidak merasa tersinggung
Idris, Zahara. 1987. Dasar-dasar Kependidikan I. Padang: Angkasa Raya. Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya
E. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. Pengantar
2008. Studi
Semantik: Tentang
Makna. Bandung: Sinar Baru
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana.
2007.
Pembentukan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Kata dalam Bahasa Indonesia.
Penelitian Suatu Pendekatan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Utama.
Manaf,
Ngusman
Abdul.
2008.
Ullman, Sthepen. 2007. Pengantar
Teori
dan
Semantik. Yogyakarta: Pustaka
dalam
Bahasa
Semantik: Terapannya
Indonesia. Padang: Sukabina Offset. Penelitian Revisi.
Kualitatif. Bandung:
Edisi Remaja
Rosda Karya. Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Pustaka Grafitipers. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Ramlan, M. 1983. Sintaksis: Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV. Karyono Nadia.
Makian
2000.
Ungkapan
dalam
Bahasa
Minangkabau di Nagari Kurai Taji Pariaman Selatan. Skripsi. Padang: UNP. Semi,
M.
Yuhelnida, Yeti. 2008. Ungkapan Kepercayaan
Moleong J. Lexy . 2009. Metodologi
Risni,
Pelajar
Atar.
1993.
Metode
Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Raya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif
R&D. Bandung: Alfabeta.
dan
Kehidupan
Rakyat
dalam
Masyarakat
di
Ranah Pesisir. Skripsi. Padang: UNP.