KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN KOTO NAN GADANG KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA Rizki Mulia1), Gusnetti2), Syofiani2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta Email :
[email protected] Abstract Directive speech act is a speech act performed with the intention that the opponent's speakers said acts mentioned in the speech that, like asking, pleading, demanding, and advise. This study aims to describe the form of strategies and context situation speak speech used in linguistic politeness Minangkabau children to older people in Kenagarian Koto Nan Gadang Kecamatan Payakumbuh Barat. This research is a qualitative study using descriptive method, the object is a native who settled in Kenagarian Koto Nan Gadang Kecamatan Payakumbuh Barat, which includes the family of educated, middle-educated families, and less educated families. The instrument used in the form of questionnaires (closed type questionnaire), and the researchers themselves who assisted with the observation sheet or can be recorder. From the results obtained information that, for many types of personality strategies used children in directive speech act is a strategy speak frankly without further ado. Use strategy tells frankly unceremoniously felt mannered when used in the context of the hearer are inferior, already familiar, and the speech is done alone, and the use of strategies speak frankly unceremoniously deemed to be polite when used in the context of the addressees whose position higher, familiar, and in public utterances. Keywords: directive speech act, speak strategies, and context of the situation said
Pendahuluan
sebagai alat komunikasi atau alat interaksi
Bahasa merupakan suatu media/alat
sosial. Dengan adanya bahasa manusia dapat
yang digunakan dalam berinteraksi atau alat
saling berhubungan, berinteraksi, dan saling
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, ide,
berkomunikasi
konsep, dan perasaan. Chaer (2010:14)
maksud dan tujuannya, baik secara lisan
mengatakan bahwa bahasa didefinisikan
maupun tulisan.
untuk
menyampaikan
sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang
Dalam proses komunikasi terjadi
bersifat arbiter yang digunakan manusia
peristiwa tutur dan tindak tutur. Menurut 1
Chaer dan Agustina (2004:47) peristiwa
artinya halus, baik budi bahasanya, sabar,
tutur
dan tenang.
yaitu
berlangsungnya
interaksi
linguistik dalam satu bentuk ujaran atau
Seseorang
yang memiliki
sopan
lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu
santun disebut dengan orang yang berbudi,
penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok
dan orang yang berbudi dalam pergaulannya
tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi
selalu berbahasa dengan cara yang lemah
tertentu. Selanjutnya, tindak tutur seperti
lembut, dan sopan. Kata-kata, tindakan, dan
yang dikatakan oleh Chaer dan Agustina
perbuatannya selalu dapat menyenangkan
(2004:50) merupakan gejala individual,
siapa saja yang melihat dan mendengar.
bersifat psikologis dan keberlangsungannya
Sebaliknya, orang yang tidak tahu sopan
ditentukan oleh kemampuan bahasa si
santun, tidak memiliki tingkah laku, dan
penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
tutur
Jadi, pada peristiwa tutur lebih dilihat tujuan
Minangkabau
peristiwanya, sedangkan pada tindak tutur
sebagai orang yang indak tau jo nan ampek
lebih dilihat makna atau arti tindakan dalam
(tidak tahu dengan yang empat). Kesantunan
tuturannya.
berbahasa merupakan norma yang harus
Setiap
yang
baik,
orang
menurut
tersebut
adat
dikatakan
memiliki
gaya
diketahui oleh masyarakat tutur bahasa,
berkomunikasi,
tetapi
karena kesantunan berbahasa adalah bagian
mereka tetap memperhatikan sopan santun
dari norma kebudayaan masyarakat tutur
dan cara yang baik agar tuturannya tidak
dalam membawakan perilaku berbahasanya
membuat orang lain tersinggung. Adat
ke dalam lingkungan. Oleh karena itu,
Minangkabau memberikan tuntunan atau
kebudayaan suatu daerah tercermin melalui
pelajaran kepada masyarakatnya agar selalu
bahasa yang digunakan masyarakatnya.
tersendiri
daerah
kata
dalam
memperhatikan etika berbahasa dan bersikap
Anak-anak merupakan bagian dari
sopan santun untuk mencapai keharmonisan
masyarakat tutur. Melalui bahasa mereka
dalam
akan
pergaulan.
Menurut
Anwar
mampu
berbicara
sesuai
dengan
(2005:335) sopan berarti hormat, tertib
perkembangan usianya. Tuturan anak akan
menurut adat yang baik, tingkah lakunya
bertambah ketika mereka mulai menduduki
beradab, dan baik tutur katanya. Anwar
bangku sekolah. Pada masa itu anak mulai
(2005:315) juga mengatakan bahwa santun
berinteraksi
dan berkomunikasi
dengan
orang tua, guru, teman sebaya dan orang2
orang yang ada disekelilingnya. Sebagai
paso.
manusia biasa, masih banyak orang terutama
(ambil sama kamu sendiri, kakak
anak-anak yang tidak memiliki kesantunan
mau pergi pasar)
dalam berbahasa, mereka tidak berpikir
Pulang skola baghajo lah muah,
bagaimana agar mitra bicaranya tidak
olah de main-main jo.
merasa tersinggung. Jika kita berbicara
(pulang sekolah belajar ya, sudah
dengan
main-main juga)
orang
yang
lebih
tua
sangat
dibutuhkan kesantunan dan cara bertutur
Adik
: Pilik na mah, ndo malah.
yang baik, misalnya seorang anak dalam
(pelit sekali, tidaklah)
bertutur kata kepada ayah dan ibu harus
Bolian tek kue kok pulang di.
dengan bahasa yang lemah lembut, jangan
(belikan kue kalau pulang ya)
berkata-kata dengan suara yang keras, dan
Peristiwa tutur di atas merupakan
gunakanlah
kata
sapaan
yang
tindak tutur direktif yang terjadi di dalam
memperlihatkan bahwa anak tersebut santun
rumah pada siang hari antara adik dengan
dalam berbahasa dan dapat menghormati
kakak
orang yang lebih tua darinya.
(dalam Chaer 2010:29) “tindak tutur direktif
Berdasarkan pengamatan penulis di
yaitu
perempuannya.
tindak
tutur
Menurut
yang
Searle
dilakukan
Kenagarian Koto Nan Gadang, Kecamatan
penuturnya dengan maksud agar lawan tutur
Payakumbuh Utara, kesantunan berbahasa
melakukan tindakan yang disebutkan di
Minangkabau anak terhadap orang yang
dalam tuturan tersebut, misalnya menyuruh,
lebih tua sudah mulai berkurang. Anak yang
memohon, menuntut, menyarankan dan
usianya lebih kecil tidak lagi memperhatikan
menantang”. Peristiwa tutur di atas dianggap
kesantunan berbahasa, contohnya ketika
kurang santun karena tuturan adik kepada
seorang adik berbicara dengan kakaknya,
kakak perempuannya “ambiakan den nasi
seolah-olah si adik menganggap dirinya
cek ni” dan ”bolian tek kue kok pulang di”
sama besar dengan kakaknya.
tidak menggunakan kata sapaan. Agar lebih
Contoh
cuplikan
percakapannya
santun seharusnya adik berbicara, “uni
sebagai berikut:
tolong ambiakan mbo nasi” dan bolian mbo
Adik : Ambiakan den nasi cek.
kue kok uni pulang di”.
(ambilkan aku nasi) Kakak : Ambiak dang sorang, uni ka pai
Menurunnya
kesantunan
seorang
anak dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh 3
beberapa faktor, salah satunya yaitu, karena
dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
adanya perkembangan teknologi seperti
mendeskripsikan
televisi dan internet. Namun, hal tersebut
bertutur dan konteks dari situasi tutur yang
tidaklah sepenuhnya kesalahan dari anak
digunakan oleh anak dalam kesantunan
saja. Kurangnya perhatian dari orang tua
berbahasa Minangkabau terhadap orang
karena tidak adanya teguran atau nasihat
yang lebih tua di Kenagarian
ketika anak berbicara yang salah, serta
Gadang Kecamatan Payakumbuh Utara.
keadaan di lingkungan sekolah dan di sekitar
Metodologi
tempat tinggal.
bentuk/jenis
strategi
Koto Nan
Jenis penelitian yang digunakan
Kesantunan berbahasa Minangkabau
adalah penelitian kualitatif dengan metode
dalam tindak tutur anak terhadap orang yang
deskriptif. Penelitian kualitatif bertujuan
lebih tua di Kenagarian Koto Nan Gadang
untuk mengumpulkan data atau informasi
Kecamatan Payakumbuh Utara perlu untuk
untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis,
diteliti
kehidupan
sehingga hanya berisi tentang uraian naratif
masyarakatnya yang heterogen, baik dari
mengenai suatu proses tingkah laku subjek
segi ekonomi, mata pencaharian, dan tingkat
sesuai dengan masalah yang diteliti dan
pendidikannya. Mereka ada yang berasal
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis
dari keluarga yang berpendidikan tinggi,
atau lisan dari orang-orang dan perilaku
keluarga yang berpendidikan menengah, dan
yang diamati.
karena
dilihat
dari
juga keluarga yang berpendidikan rendah. Dalam
kesehariannya
ini
dilakukan
secara
yang
berkesinambungan dalam waktu yang telah
menetap di Kenagarian Koto Nan Gadang
ditentukan di Kenagarian Koto Nan Gadang
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Kecamatan
Minangkabau yang sering diartikan kasar
dalam penelitian ini adalah penduduk asli
oleh orang yang baru mendengarnya, tetapi
yang menetap di Kenagarian Koto Nan
hal itupun juga tergantung kepada penutur
Gadang Kecamatan Payakumbuh Utara,
yang
yang
menuturkannya.,
masyarakat
Penelitian
apakah
dia
Payakumbuh
meliputi
keluarga
Utara.
Objek
berpendidikan
menuturkan dengan cara yang santun atau
tinggi, keluarga berpendidikan menengah,
tidak santun.
dan keluarga berpendidikan rendah. Kriteria
Adapun
permasalahan
penelitian
untuk keluarga berpendidikan tinggi yaitu
difokuskan pada aspek tindak tutur direktif,
kedua orang tuanya menduduki bangku 4
perguruan
tinggi
(mendapatkan
gelar
1. Keluarga Berpendidikan Tinggi
diploma, sarjana, master, atau doktor). Jika
a. Anak : Bu, loloklah. Bia ambo nan
pendidikan terakhir dari salah satu orang
masak sambo, kok ndak wak boli
tuanya sarjana, dan yang lainnya tamat
sajo beko di kodai.
SMA/sederajat.
(Bu, tidurlah. Biar saya yang masak
ini
dikatakan
sebagai
kriteria keluarga berpendidikan menengah.
sambal, kalau tidak kita beli saja
Sedangkan untuk keluarga berpendidikan
nanti di warung)
rendah kriterianya yaitu salah satu atau
Ibu
kedua
ley, sambo nan baboli di kadai de
orang
tuanya
hanya
tamat
: Eehhh, jan boli-boli pulo
SMP/sederajat, SD/sederajat, atau bahkan
ndak suai jo salegho ayah kau do.
tidak sekolah sama sekali.
(Jangan beli-beli pula lagi, sambal
Dalam proses pengumpulan data di lokasi
penelitian,
penulis
menyebarkan
yang dibeli di warung itu tidak sesuai dengan selera ayah kamu)
angket, dan melakukan pengamatan secara
Contoh (a) di atas merupakan bentuk
langsung, yaitu mengumpulkan tuturan anak
tindak tutur menyuruh yang terjadi antara
kepada orang yang lebih tua dalam aspek
anak dengan ibunya yang terjadi di dalam
tindak tutur direktif, dan mencatat pada
rumah pada siang hari. Pada saat itu ibunya
lembar observasi yang telah disiapkan,
baru saja pulang dari kantor, dan keluar
sehingga dapat diketahui jenis strategi
kamar setelah selesai mengganti pakaian
bertutur yang digunakan oleh anak, dan
kerja, dan menuju dapur hendak memasak.
bagaimana konteks situasi penggunaannya.
Namun anak meminta ibunya untuk istirahat
Untuk teknik pengujian atau pemeriksaan
saja, dan si anak yang berinisiatif untuk
keabsahan
menggunakan
memasak sambal. Dapat dilihat dari bentuk
pengamatan,
tuturannya, anak telah berbicara dengan
teknik
data,
penulis
ketekunan/keajegan
dalam hal ini pengamatan harus dilakukan
santun, lemah lembut, dan
dengan sangat teliti.
kata sapaan (bu).
Hasil dan Pembahasan Adapun beberapa contoh bentuk
menggunakan
b. Anak : Antaan poi les ciek ni, pulang bia dijopuik ayah.
tuturan anak yang ditemukan pada saat
(Antarkan pergi les satu kakak,
penelitian untuk masing-masing kriteria
pulang biar dijemput ayah)
keluarga, akan dijelaskan sebagai berikut: 5
Kakak : Copeklah haa, ambiak kunci
anak kepada ibunya ini bermaksud untuk
onda de. Baok helm duo.
meminta dibelikan es tebak. Cara anak
(Cepatlah, ambil kunci honda itu.
berkomunikasi dinilai sudah santun, karena
Bawa helm dua)
secara tidak langsung anak mengatakan
Bentuk tuturan di atas merupakan
bahwa biarlah anak yang pergi membeli es
jenis tindak tutur memohon, terjadi pada
tebak tersebut untuk buka puasa semua
siang hari antara anak dengan kakak
orang di rumah.
perempuannya yang sedang duduk santai di
d. Anak : Poi baghajo oto wak yah,
teras rumah. Anak meminta si kakak untuk
sambia manunggu babuko.
mengantarkannya pergi les. Namun tuturan
(Pergi belajar mobil kita yah, sambil
ini masih dikatakan sebagai tuturan yang
menunggu berbuka)
kurang santun, seharusnya anak berkata
Ayah : Jan kini ley nak, ayah ponek
tolong antaan poi les ciek da, kok pulang
bona. Bisuak aghi sotu ayah lai ndak
beko diolah ayah nan manjopuik. Sehingga
kojo do.
kalimat yang diucapkan anak akan terdengar
(Jangan sekarang lagi nak, ayah
santun, tidak terkesan memerintah orang
capek sekali. Besok hari sabtu ayah
yang lebih tua.
tidak kerja)
c. Anak : Boli es tebak wak untuak
Untuk tuturan yang keempat ini
buko puaso beko lah bu.
merupakan jenis tindakan memohon yang
(Beli es tebak kita untuk buka puasa
terjadi di ruang tamu antara anak dengan
nanti lah bu)
ayahnya. Cara anak berkomunikasi telah
Ibu
: Bolilah, ko piti. Jan ka pasa
dinilai santun, namun di sini anak tidak
pulo poi mambolinyo ley, Ughan
mampu melihat situasi dan waktu tepat
ghami sasak.
dalam bertindak tutur dengan orang yang
(Beli lah, ini uang. Jangan ke pasar
lebih tua, dapat dilihat dari isi tuturannya,
pula pergi membelinya lagi, orang
bahwa si ayah baru saja pulang dari kantor,
rami sesak)
dan anak langsung mengatakan poi baghajo
Selanjutnya,
jenis
tindak
tutur
oto wak yah, sambia manunggu babuko.
direktif pada contoh (c) adalah tindak tutur
Seharusnya
anak
dengan
jelas
dapat
memohon yang terjadi antara anak dengan
mengetahui bahwa ayahnya merasa lelah
ibunya pada sore hari dalam rumah. Tuturan
sepulang dari kantor. 6
2. Keluarga Berpendidikan Menengah
(Bang, mau pergi sekarang lagi?
a. Kakak : Siko uda tuka siaghan tipi
Numpang ke depan itu satu ya, saya
de diak, badoso wak mancoliak gosip
mau mengisi pulsa. Capek berjalan
bulan puaso ko.
hari panas sekali)
(Sini abang tukar siaran tv-nya dik,
Kakak : Yo, copeklah stek.
berdosa kita melihat gosip bulan
(Ya, cepatlah sedikit)
puasa ini)
Untuk contoh (b) merupakan jenis
Anak : Diolah lu da, ndak ado
tindak tutur direktif memohon yang terjadi
siaghan nan rancak sonjo ko do. Jan
antara anak dengan kakak laki-lakinya yang
ambiak pulo ghemot tipi tu.
sedang berada di dalam kamar. Anak
(Biarlah dulu bang, tidak ada siaran
meminta untuk ditumpangi ke depan dengan
yang bagus sore-sore begini. Jangan
alasan capek berjalan karena hari panas.
diambil pula remote tv itu)
Cara anak bertindak tutur dengan kakaknya
Tuturan menentang di atas terjadi
tersebut masih penulis nilai kurang santun,
antara anak dengan kakak laki-lakinya pada
karena anak tidak menggunakan kata tolong,
sore hari yang sedang berada di ruang
dan
menonton sambil menunggu waktu untuk
kakaknya. Seharusnya si anak dapat berkata
berbuka puasa. Kakaknya meminta anak
da, ka pai kini lay? Tolong tompangan ambo
untuk menukar siaran tv, dan sekaligus
kamuko tu ciek yo, ambo ka maisi pulsa.
memberikan nasihat kalau di bulan puasa ini
Ponek bajalan hari angek bana. Dengan
tidak baik menonton acara gosip. Namun si
demikian tuturan yang diucapkan anak akan
anak menentang apa yang dikatakan oleh
terdengar lebih baik dan santun.
berbicara
seakan-akan
memerintah
kakak, dan berbicara dengan intonasi yang
c. Anak : Yah, bolian ambo baju
keras, mengatakan jan ambiak pulo ghemot
ghayo bisuak ciek, agak sapasang
tipi tu. Tuturan anak ini dinilai kurang
sajo jadilah.
santun, karena dalam bertutur anak tidak
(Ayah, belikan saya baju lebaran
menggunakan bahasa yang lemah lembut.
besok satu, sepasang saja bolehlah)
b. Anak : Da, ka poi kini lay?
Ayah : Caliak tu aa… Tolonganlah
Tompang kamuko tu ciek yo, ambo
ama
jo
uda
de
kaghajo
dulu
ka maisi pulsa. Panek bajalan haghi
mambaghasiahan rumah. Jan minta
angek bona.
boli sajo nan bisa. Lai mangaghoti? 7
(Liatlah itu, tolonglah mama dan
Tindak tutur anak kepada ibunya
abang itu kerja dulu membersihkan
pada contoh (d) merupakan tindak tutur
rumah. Jangan minta beli saja yang
direktif
bisa. Ada mengerti?)
cuplikan kalimat Baokan sakali saghawa
Tuturan ini merupakan salah satu
nan kapotang de, dituka samo nan warna
jenis tindak tutur direktif memohon antara
abu. Tentu saja hal ini bertentangan dengan
anak dengan ayahnya pada pagi hari di
norma kesantunan, karena tidak baik jika
depan rumah saat ayahnya mencuci motor.
seorang anak menyuruh/memerintah orang
Maksud perkataan anak adalah meminta
yang lebih tua agar melakukan sesuatu untuk
ayahnya untuk membelikannya baju lebaran,
dirinya, karena dinilai tidak santun, dan juga
dan si ayah menasihati anak bahwa ia harus
dapat menyinggung perasaan mitra tuturnya.
mengetahui tugas dan kewajibannya di
Disini anak sebagai penutur kedudukannya
rumah untuk membantu ibu dan kakaknya
lebih rendah, dibandingkan petutur yang
bersih-bersih rumah. Dalam situasi ini anak
kedudukannya lebih tinggi.
mendengarkan dengan baik nasihat yang
3. Keluarga Berpendidikan Rendah
menyuruh/memerintah.
Seperti
diberikan oleh ayahnya, hal yang demikian
a. Anak : Jan ambiak gogheang ubi
penulis lihat yaitu pada saat dinasihati anak
nan di dalam tuduang de ni, kok nio
tetap duduk di samping ayahnya, dalam
poi boli sughang. Itu untuak babuko
artian anak tidak bersikap acuh dan berlalu
beko mah.
ketika diajak berbicara.
(Jangan ambil goreng singkong yang
d. Anak : Ma, jadi poi paso bisuak? Baokan
sakali
saghowa
nan
di dalam tudung itu kak, kalau mau pergi beli sendiri. Itu untuk berbuka
kapotang de, dituka jo warna abu.
nanti)
(Ma, jadi pergi pasar mama besok?
Kakak : Yo, dima baboli de? Indak
Bawain sekali celana yang kemarin
balobiahan ciek untuak uni do?
itu, ditukar dengan warna abu)
Ang boli sughang-sughang se.
Ibu
(Ya, dimana belinya itu? Tidak
: Poilah kok yo, bia ndak
salah tuka ama beko.
dilebihkan satu untuk kakak? Kamu
(Pergilah kalau iya, biar tidak salah
beli sendiri-sendiri saja)
tukar mama nanti)
Pada dialog di atas, merupakan contoh tindak tutur melarang yang dilakukan 8
anak dengan kakak perempuannya yang
den ponek bona baghu merupakan bentuk
berada di dapur pada sore hari. Maksud
tindak tutur direktif menentang. Karena
tuturan anak adalah melarang kakaknya
ibunya meminta tolong untuk membelikan
untuk mengambil gorengan yang ada di
sayur dan garam ke dapur, namun si anak
dalam tudung. Tuturan anak kok nio poi boli
tidak
sughang dinilai kurang santun, karena
ibunya, dan berlalu untuk pergi mandi.
langsung
melaksanakan
perintah
sebagai anak yang lebih kecil dalam sebuah
c. Anak : Agiahlah den piti THR uni
keluarga, seharusnya anak berkata kok nio
de saketek, ka den bolian tarompa.
uni siko ambo bolian.
Jan pilik-pilik ono jadi ughang de ni.
b. Ibu
: Daghima waang? Kaghajo
(Kasihlah saya uang THR kakak itu
malala se taghuih. Copek poi bolian
sedikit, mau saya belikan sandal.
ama sayua jo gagham.
Jangan pelit-pelit sekali jadi orang
Ka makan ang beko ndak? Boli
itu kak)
kaghambia mudo di simpang muko
Kakak :
tu sakali.
tarompa? Beko abih ndak manontu
(Darimana kamu? Kerja main saja
se pitinyo. Ang minta pulo baliak ka
terus. Cepat pergi belikan mama
ama jo apa.
sayur dan garam. Mau makan kamu
(Iya benar kamu belikan sandal?
nanti tidak? Beli kelapa muda di
Nanti
simpang depan itu sekalian)
uangnya. Kamu minta pula lagi ke
Anak : Bekolah ma, den ponek
mama dan papa)
bona baghu. Manyo piti, sonto lay
Tuturan selanjutnya pada contoh (c)
Yo
abis
bana
tidak
ang
menentu
bolian
saja
den bolian. Mandi lu yo.
adalah tindak tutur direktif memohon yang
(Nantilah ma, saya capek sekali.
dilakukan anak kepada kakaknya, yang
Mana
terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Anak
duit,
sebentar
lagi
saya
belikan. Mandi dulu ya)
meminta uang THR kepada kakaknya.
Tindak tutur direktif pada contoh (b)
Namun anak masih belum santun dalam
terjadi antara anak dan ibunya di dapur pada
bertindak tutur, hal ini terdapat pada kalimat
sore hari. Saat itu ibu sedang memasak, dan
jan pilik-pilik ono jadi ughang de ni.
anak datang berlari ke dalam rumah. Seperti
Seharusnya anak mengetahui cara/strategi
tuturan yang diucapkan anak bekolah ma,
yang tepat ketika berbicara dengan orang 9
yang lebih tua (kakak). Karena dengan
Contoh tuturan terakhir (d) pada
tuturan ini si kakak akan merasa tersinggung
contoh di atas untuk keluarga yang berlatar
karena dianggap pelit oleh adiknya.
belakang pendidikan rendah, dapat kita lihat
d. Anak : Ni, lai buliah den minta tolong ndak? (Kak,
boleh
direktif memohon. Dialog ini terjadi antara tidak
saya
minta
tolong?) Kakak :
bahwa jenis tuturannya adalah tindak tutur
anak dengan kakak perempuannya pada siang hari di dalam rumah. Di sini anak
Manga?
Kok
macam-
meminta bantuan kepada kakak untuk
macam pulo, ndak nio ni do.
menjaga anak bibinya. Dapat dilihat dari
(Kenapa?
cuplikan dialognya seperti: Ni, lai buliah
Kalau
macam-macam
pula, tidak mau kakak)
den minta tolong ndak? sudah dapat
Anak : Giko ni a…, den kan
dikatakan sebagai tuturan yang santun,
disughuah dek mak dang manjagoan
karena
anaknyo. Mak dang ka poi buko
menggunakan kata sapaan, dan dalam
puaso basamo di kantua pak dang.
melakukan tindak tutur direktif anak juga
Ambo maleh, anaknyo de mada. Uni
telah menggunakan kata tolong.
selah dih?
Kesimpulan
(Begini kak, saya kan disuruh oleh
dalam
Berdasarkan
berkomunikasi
hasil
anak
penelitian,
bibi menjaga anaknya. Bibi mau
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
pergi buka puasa bersama di kantor
1. Jenis strategi bertutur yang dominan
paman. Saya malas, anaknya itu
digunakan anak di Kenagarian Koto Nan
nakal. Kakak sajalah ya?)
Gadang Kecamatan Payakumbuh Utara
Kakak : Ee…, waang ko pulo lay yo.
dalam
Kok lai ndak poi kama-kama, baduo
strategi bertutur secara terus terang tanpa
wak manjagoan. Uni banyak nan ka
basa-basi.
dikaghojoan.
tindak
tutur
direktif
adalah
2. Penggunaan strategi bertutur terus terang
(Kamu ini pula lagi ya. Kalau tidak
tanpa basa-basi dirasakan santun ketika
pergi kemana-kemana, berdua saja
digunakan dalam konteks petutur yang
kita menjaganya. Kakak banyak
kedudukannya
yang mau dikerjakan)
akrab, dan tuturan dilakukan berdua saja.
lebih
rendah,
sudah
10
3. Penggunaan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dirasakan tidak santun ketika digunakan dalam konteks petutur yang kedudukannya lebih tinggi, sudah akrab, dan tuturannya dilakukan di depan umum. Daftar Pustaka Anwar, Dessy. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
11