Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2014, pp. 155~159 155
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK 1
2
Dini Rahmawati , Yulia Sariwaty S , Rina Dwi Handayani
3
1
Universitas BSI Email:
[email protected] 2
Universitas BSI Email:
[email protected] 3
AKPAR BSI-Bandung Email:
[email protected] Abstrak Kawasan Nagari Koto Hilalang merupakan salah satu potensi desa wisata yang ada di Kabupaten Solok. Nagari ini memiliki bentang alam yang indah selain berbagai rumah tradisional Minang yang telah berusia ratusan tahun sebagai daya tarik wisata. Selain itu, Nagari Koto Hilalang juga memiliki keaslian dan keunikan dari aspek sosial budaya. Potensi ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal oleh masyarakat setempat sampai saat ini. Dalam penelitian ini penulis menentukan faktor-faktor yang dapat mendukung pengembangan kawasan desa wisata dan perumusan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Penelitian ini menghasilkan konsep pengembangan secara spasial dan non spasial. Kata kunci: Desa Wisata, Konsep, Pengembangan
1. Pendahuluan Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya, ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang didorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah (Gunn, 2002). Pariwisata merupakan salah satu sector penggerak perekonomian yang perlu diberi perhatian lebih agar dapat berkembang dengan baik. Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti sustainable tourism development, rural tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangn kepariwisataan yan berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata (Yoeti, 1996; Suwena, 2010).
Desa wisata adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relative masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, system pertanian dan system sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor terpenting dari sebuah kawasan tujuan wisata (Yoeti, 1996). Nagari Koto Hilalang menjadi salah satu nagari yang termasuk ke dalam perencanaan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Singkarak dan sekitarnya. Di Nagari Koto Hilalang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok dengan potensi hasil tani tersebut selain dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan juga dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata alam, media pembelajaran dan kawasan budidaya tanpa merusak atau merubah keaslian dari segi bangunan maupun sosial dan budaya. Nagari tersebut juga memiliki
Diterima 22 Januari, 2014; Revisi 12 Februari, 2014; Disetujui 15 Maret, 2014
ISBN: 978-602-61242-2-7 keunikan, keaslian, sifat khas, letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa dan juga berkaitan dengan kelompok masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung. Selain, memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya. Permasalahan yang terjadi antara potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia adalah masyarakat tidak mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada untuk memanfaatkan sebagai potensi wisata di kawasan ini. hal ini dapat dilihat dari masih belum ada data dari Dinas Pariwisata yang menyatakan adanya aktivitas kegiatan wisata di Nagari Koto Hilalang, hanya masyarakat sekitar Nagari Koto Hilalang dan masyarakat perkotaan yang melewati Nagari Koto Hilalang sekedar melihat pemandangan alam yang terbentang tanpa mengetahui mereka juga bisa berinteraksi masyarakat setempat untuk mengetahui produk lokal seperti barang kerajinan, makanan khas, minuman dan produk-produk lainnya yang memberikan cita rasa kepada wisatawan tentang daerah tersebut. begitu juga masyarakat setempat juga kurang dalam mempromosikan potensi wisata yang ada di wilayah tersebut. Selain itu juga belum adanya penyediaan fasilitas dan prasaran yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran ser4ta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata. 1. Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah suatu aktivitas dari yang dilakukan oleh wisatawan ke suatu tempat tujuan wisata di luar keseharian dan lingkungan tempat untuk melakukan persinggahan sementara waktu dari tempat tinggal yang didorong beberapa keperluan tanpa maksud untuk mencari nafkah dan namun didasarkan atas kebutuhan untuk mendapatkan kesenangan dan disertai untuk menikmati berbagai hiburan yang dapat melepaskan lelah dan menghasilkan suatu travel experience dan hospitality (Gunn, 2002; Inskeep, 1991). 2. Jenis-jenis Pariwisata Jenis-jenis pariwisata berdasarkan World Tourism Organization (2001) adalah: 1. Cultural tourism 2. Rural tourism 3. Nature tourism: nature tourism and adventure tourism 4. Sun and beach tourism
5. Business travel 6. Fitness – wellness and health tourism 3. Komponen Pariwisata Dalam kegiatan pariwisata komponenkomponen pariwisata akan saling terkait dalam pendukung pengembangan suatu kawasan. Komponen pariwisata dibagi atas dua faktor, yaitu komponen penawaran (supply) dari pariwisata dan komponen permintaan (demand) dari pariwisata. Sediaan pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisaawan meliputi atraksi wisata, akomodasi, transportasi, infrastruktur, fasilitas pendukung. Sedangkan permintaan atau demand pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dalam permintaan pariwisata yaitu pengunjung dan masyarakat (Yoeti, 1996; Suwena, 2010). 4. Pengertian Desa Wisata Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya, adat istiadat, keseharian, arsitekur tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk integrasi komponen pariwisata antara lain seperti atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung (Darsono, 2005). 5.
Komponen Desa Wisata Tabel 1. Kajian teori komponen Desa Wisata
No
Sumber Teori
1
Gumelar (2010)
2
Putra (2006)
3
Prasiasa (2011)
Komponen Desa Wisata 1. Keunikan, keaslian, sifat khas. 2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa. 3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung. 4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya. 1. Memiliki potensi pariwisata, seni dan budaya khas daerah setempat. 2. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan pariwisata atau setidaknya berada dalam koridor dan rute paket perjalanan wisata yang sudah dijual. 3. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih dan pelaku-pelaku pariwisata, seni dan budaya. 4. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program Desa Wisata. 5. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan. 1. Partisipasi masyarakat lokal. 2. System norma setempat. 3. System adat setempat. 4. Budaya setempat.
Sumber: hasil kajian teori, 2013 (Darsono, 2005; Prasiasa, 2012; Kartohadikoesoemo, 1984) 6. Pengembangan Kawasan Desa Wisata
KNiST, 30 Maret 2014 156
ISBN: 978-602-61242-2-7 Tabel 2. Pengembangan Desa Wisata No
Sumber Teori
1
Gumelar (2010)
2
Putra (2006)
Pengembangan Desa Wisata 1. Memanfaatkan saran dan prasarana masyarakat setempat. 2. Menguntungkan masyarakat setempat. 3. Berskala kecil. 4. Melibatkan masyarakat setempat. 5. Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan. 1. Pariwisata terintegrasi dengan masyarakat. 2. Menawarkan berbagai atraksi khas. 3. Akomodasi berciri khas desa setempat.
Sumber: hasil kajian teori, 2013 (Prasiasa, 2012; Kartohadikoesoemo, 1984) 2. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik. Pengumpulan data dilakukan melalui survey primer dan sekunder, tinjauan media dan studi literature. Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling untuk mendapatkan responden berkompeen atau berpengaruh dalam pencapaian sasaran yang diperoleh dengan menggunakan analisa stakeholder. Teknik analisa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran antara lain dengan menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif, analisa scoring, analisa Delphi bertujuan untuk menentukan consensus grup untuk faktor pendukung pengembangan dan analisis triangulasi. 3. Pembahasan 1) Karakteristik Nagari Koto Hilalang. Berdasarkan analisa yang dilakukan mengenai karakteristik Nagari Koto Hilalang telah diketahui bahwa karakteristik desa wisata dibedakan ke dalam dua aspek, yaitu aspek sosial dan aspek fisik. Untuk karakteristik aspek sosial terdiri dari kegiatan sehari-hari masyarakat dan system adat yang masih berlaku. Untuk karakteristik aspek fisik terdiri dari sarana dan prasarana yang terdapat di Nagari Koto Hilalang. Dalam penjelasan mengenai karakteristik aspek sosial Nagari Koto Hilalang, terdapat 2 karakteristik aspek sosial dari kehidupan sehari-hari dan adat istiadatnya. Kegiatan sehari-hari masyarakat Nagari Koto
Hilalang menyesuaikan dengan kondisi kawasan yang sebagian besar penggunaan lahannya dimanfaatkan untuk pertanian. Masyarakat di Nagari Koto Hilalang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani. Untuk system adat istiadat, masyarakat di Nagari Koto Hilalang yang didiami oleh suku Minangkabau dikenal sebagai penganut Agama Islam yang kuat dan memegang teguh adat istiadat dan tradisi budaya yang dimiliki. Pemantapan pelaksanaan kehidupan sosial dan agama di dalam masyarakat mangacu kepada falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Secara normatif, daerah ini memiliki keseimbangan prinsip antara Islam dan Adat Minangkabau yang memberikan fondasi kehidupan masyarakat yang religious yang berbudaya. Sejalan dengan pemahaman yang semakin kuat tentang pentingnya agama dan adat dalam kehidupan, yang melahirkan suatu transformasi nilai “Syara’ Mangato Adat Mamakai”. Sedangkan karakteristik aspek fisik Nagari Koto Hilalang dapat dibagi menjadi 2 karakteristik fisik dilihat dari bentangan kawasan persawahan yang luas dan terletak di daerah perbukitan menjadikan pemandangan yang indah. Ditambah sarana dan prasarana yang masih dikatakan tradisional. 2) Potensi Nagari Koto Hilalang Dari kondisi eksisting di Nagari Koto Hilalang dapat dijadikan potensi sebagai daya tarik wisata yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan desa wisata. Masing-masing potensi akan ditanyakan kepada responden yang sudah ditetapkan untuk mengetahui potensi mana saja yang berpengaruh besar dan dapat dikembangkan sebagai sajian atraksi wisata dalam suatu kawasan desa wisata, antara lain: Tabel 3. Pembagian Potensi Wisata Wisata Utama 1. Rumah Minang yang sudah berusia ratusan tahun. 2. Cara bercocok tanam.
Wisata Pendukung Langsung
1. Makanan khas. 2. Pemandangan alam. 3. Hasil kerajinan lokal. 4. Tarian Minang.
Wisata Pendukung Tidak Langsung 1. Falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” 2. Agama sebagai pedoman.
Sumber: Hasil analisa, 2014
KNiST, 30 Maret 2014 157
ISBN: 978-602-61242-2-7 3.
Faktor-faktor Pendukung Pengembangan Kawasan Desa Wisata Untuk mengetahui faktor pendukung pengembangan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang dengan menggunakan variabel dengan hasil analisa di bawah ini: a. Berbagai macam rumah tradisional Minang yang sudah berumur ratusan tahun namun masih terpelihara dengan baik dan terlihat utuh. b. Kegiatan sehari-hari masyarakat dalam bertani dan membuat kerajinan lokal sebagai daya tarik wisata. c. Mempertahankan adat istiadat dan menyelenggarakan acara-acara adat. d. Menjadikan edukasi tentang rumah tradisional Minang, cara bercocok tanam dan membuat kerajinan lokal. e. Peningkatan aksesibilitas menuju Nagari Koto Hilalang. f. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung seperti toilet umum. g. Menyediakan fasilitas akomodasi dengan konsep bangunan tradisional Minang. h. Menyediakan toko souvenir dari hasil kerajinan lokal maupun pertanian setempat. i. Menyediakan rumah makan yang menyajikan menu ciri khas Nagari Koto Hilalang. j. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan memberi mereka pelatihan dalam bidang kepariwisataan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata di Nagari Koto Hilalang. k. Menyediakan tempat hiburan seperti aula terbuka untuk menyelenggarakan pertunjukkan budaya yang disuguhkan kepada wisatawan. Setelah dilakukan analisa deskriptif dari variabel dan dihasilkan faktor-faktor di atas kemudian dilakukan analisa yang melibatkan responden. Berdasarkan beberapa kali tahap eksplorasi akhirnya diperoleh faktor-faktor pendukung pengembangan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Media promosi sebagai pengenalan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang kepada masyarakat luas. b. Pengelolaan dari masyarakat setempat agar ikut berperan aktif dalam pengembangan kawasan desa wisata.
c. Kebijakan pemerintah dalam penataan dan mengendalikan pengembangan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang. 4. Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pada tahap perumusan konsep pengembangan kawasan desa wisata dilakukan teknik triangulasi dengan sumber data yang dipergunakan dalam analisa adalah faktor-faktor pendukung pengembangan kawasan desa wisata, kawasan desa wisata di tempat lain dan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang sehingga dihasilkan untuk mengembangkan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang. Konsep tersebbut dibagi menjadi dua, yaitu konsep secara spasial dan konsep secara non spasial. Berikut konsep secara spasial: a. Menyediakan rute perjalanan yang mengelilingi kawasan desa wisata yang memperlihatkan kegiatan seharihari masyarakat desa dan menikmati keindahan beragam rumah tradisional Minang. b. Ketersediaan sarana transportasi khusus menuju obyek wisata yang belum bisa terjangkau oleh wisatawan dan kondisi jalan yang baik demi kenyamanan perjalanan wisatawan menuju obyek wisata. c. Penyediaan fasilitas pendukung dan penunjang wisata di setiap obyek wisata yang belum terdapat fasilitas pendukung wisata. d. Penyediaan fasilitas penginapan berkonsep tradisional atau homestay. e. Menyediakan toko souvenir yang menjual hasil pertanian, hasil kerajinan lokal yang berciri khas serta makanan khas. f. Penyediaan fasilitas rumah makan yang memberikan suasana pedesaan, terjaga kebersihannya dan menyajikan menu ciri khas lokal selain juga menyediakan menu nusantara. g. Menyediakan tempat atau aula terbuka untuk pertunjukkan seni budaya. Sedangkan konsep pengembangan secara non spasial yaitu: a. Menyusun peraturan bagi wisatawan yang berkunjung dan melakukan kegiatan wisata di sana.
KNiST, 30 Maret 2014 158
ISBN: 978-602-61242-2-7 b.
c.
d.
e.
f.
Mengembangkan kawasan desa wisata yang berbasis agro dan budaya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan pelatihan, menambah wawasan tentang pariwisata, cara memperlakukan wisatawan dan memperlancar bahasa Inggris agar dapat berinteraksi langsung dengan wisatawan asing. Diperlukan media promosi dengan cara membuat web tentang kawasan desa wisata yang terhubung langsung dengan web Kabupaten Solok dan juga mengadakan kerjasama dengan berbagai media promosi seperti media cetak dan elektronik. Melibatkan masyarakat setempat termasuk tokoh masyarakat dalam proses pengembangan desa wisata. Diperlukan peraturan dan kebijakan pemerintah yang mengatur proses pengembangannya.
4. Simpulan Berdasarkan hasil analisa yang sudah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari dan rumah tradisional Minang menjadi cirri khas Nagari Koto Hilalang yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan desa wisata yang berbasis agro dan budaya lokal. Konsep pengembangan secara spasial terbagi menjadi tiga, yaitu menyediakan rute perjalanan wisata yang mengelilingi kawasan desa wisata, menyediakan sarana transportasi khusus untuk menuju dan berkeliling desa wisata serta menyediakan fasilitas pendukung dan penunjang kegiatan wisata. Sedangkan konsep pengembangan non spasial yang harus dilakukan untuk mengembangkan kawasan desa wisata di Nagari Koto Hilalang agar dapat berkembang antara lain: a. Menjadikan adat istiadat sebagai peraturan bagi wisatawan yang berkunjung dan melakukan kegiatan
b.
c.
d.
e.
wisata di kawsan desa wisata Nagari Koto Hilalang. Memberikan pelatihan, menambah wawasan tentang pariwisata, cara memperlakukan wisatawan dan melancarkan bahasa Inggris. Membuat web tentang kawasan desa wisata yang terhubung langsung dengan web Kabupaten Solok dan bekerja sama dengan berbagai media promosi. Melibatkan masyarakat setempat termasuk tokoh masyarakat dalam proses pengembangan kawasan desa wisata. Menerapkan peraturan zonasi dan kebijakan pemerintah yang mengatur proses pengembangannya
Referensi Gunn, Clare A. (2002). Tourism Planning. New York City: Taylor and Francis. Inskeep, Edward. (1991). Tourism Planning: An Integrated Sustainable Development. Kartohadikoesoemo, Soetardjo. (1984). Modernisasi Pedesaan, Bogor: Biro Pengabdian masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Prasiasa, Putu Oka. (2012). Destinasi Pariwisata Berbasis Masyarakat. Jakarta: Salemba Empat. Suwena, I Ketut. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana Press. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Yoeti,
Oka. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung.
KNiST, 30 Maret 2014 159