MAKALAH KURIKULUM
M.K : Pengkajian Kurikulum SMK Nama : Andika Yerais Rohan Nim : 12 315 203 Kelas : C
UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS TEKNIK PRODI PTIK [2014]
BAB I PENDAHULUAN
1.A. Latar Belakang Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri dari mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar, administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi tertentu, dan produk penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional maupun internasional. Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi (PT) diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan tinggi mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma pendidikan berdampak pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep Mendikbud No.56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas No. 232/U/2000) atau Kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006 dan tak ketinggalan juga kurikulum terbaru yang akan diterapkan di tahun ajaran 2013/2014. Sebelum pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 ini, pemerintah melakukan uji public untuk menentukan kelayakan kurikulum ini di mata public. Kemudian pada akhirnya di tahun 2013 akan mulai diberlakukan kurikulum ini secara bertahap. 1.B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kurikulum? 2. Apa Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 3. Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi 4. Apa saja Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi 5. Apa pengertian kurikulum 2013? 6. Apa kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013? 1.C. Tujuan Tujuan Pembuatan Makalah ini adalah sebagai Pembelajaran dalam mengerti kurikulum,(KBK) dan Kurikulum yang sekarang sedang di pakai oleh dunia Pendidikan diIndonesia. Dan bagaimana proses sehingga Kurikulum itu dapat di jadikan sebagai satu Tumpuan Baik guru maupun peserta didik dalam proses belajar dan mengajar.
BAB II PEMBAHASAN II.A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin curerer yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Pada awalnya kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Kemudian pengertian kurikulum tersebut digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli: Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah. • Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan. • Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah. • Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. • Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik. • Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
II.B. Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum Nasional 1994 untuk PT merupakan kurikulum berbasis pada isi keilmuan. Kurikulum 1994 ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kemampuan minimal dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai sasaran kurikulum program studi. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh PT sendiri. Tuntutan terhadap PT agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi dan perkembangan ilmu (scientific vision) untuk generasi masa depan memunculkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2000 yang mengintegrasikan kebudyaan dan 4 pilar pendidikan UNESCO. KBK ini diharapkan akan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tertentu sehingga dapat melakukan tindakan cerdas, penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan yang ditekuninya. KBK ini mengintegrasikan penilaian oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders) di samping penilaian oleh PT dan program studi sendiri.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan institusi, yang tidak lagi berfokus pada apa yang harus diajarkan oleh program studi tetapi berfokus pada apa yang harus dikuasai mahasiswa untuk dapat mengatasi berbagai keadaan yang kompleks pada dunia kerja. Pendidikan berbasis kompetensi berfokus pada hasil kompetensi yang berkaitan dengan apa yang diperlukan di dunia kerja, yang ditentukan oleh para pengguna lulusan maupun ikatan profesi yang terkait. Kompetensi yang dihasilkan juga makin rumit dan menuntut cara penilaian yang rumit pula, yaitu melibatkan portfolio, penilaian terhadap pengalaman kerja yang didapat pada saat magang, demonstrasi penguasaan kompetensi pada berbagai konteks yang relevan, pembelajaran yang melibatkan pendekatan bermain peran, penerapan berbagai standar yang biasa digunakan oleh profesi yang terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, Ditjen Dikti, sebagai penanggungjawab nasional penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, mengambil kebijakan yang dituangkan dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III (1994 – 2005), dengan empat sasaran utama berupa (i) otonomi penyelenggaraan, (ii) mutu pendidikan, (iii) akuntabilitas penyelenggaraan, dan (iv) akreditasi. Pemerintah memperhitungkan bahwa bila keempat sasaran utama tersebut tercapai maka akan terjadi peningkatan kesempatan atau peluang menuju pendidikan tinggi yang berkualitas dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain, minimal di Asia Tenggara. Usaha penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan dunia dan kebijakan Ditjen Dikti dapat dilihat pada Gambar 1
Untuk mewujudkan sasaran utama tersebut berbagai langkah dilakukan oleh Ditjen Dikti, antara lain, pemisahan antara struktur kelembagaan dan struktur program pendidikan. Pemisahan ini diharapkan dapat mendorong: otonomi penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih terbuka, proses resource sharing dan networking secara internal dan eksternal menjadi lebih efektif dan efisien, dan terselenggaranya program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan
yang unggul dari masing-masing PT melaui proses buka/tutup program studi. Permisahan ini menjadi dasar bagi perubahan kurikulum yang semula content-based (penguasaan isi ilmu pengetahuan dan keterampilan/PIPK – SK Mendikbud No. 056/U/1994) menjadi competency-based (berbasis kompetensi – SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan 045/U/2002) atau yang sekarang dikenal dengan Kurikulum berbasis Kompetensi/KBK Ciri-ciri rancangan kurikulum berbasis kompetensi (Ttany- jawab Seputar KBK, Dikti, 2005) 1. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan). 2. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran (out comes) proses pembelajaran. 3. Materi ajar dan proses pembelajaran didesain dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik.(Student Centered Learning). 4. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah koqnitif, psikomotorik dan afektif. 5. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang benar pula. Kompetensi Ada berbagai definisi mengenai kompetensi. Sudarsono, mengutip berbagai sumber, memberikan definisi kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas – tugas atau berkarya di bidang keahlian tertentu. Selanjutnya Jones (2000), memberikan definisi kompetensi sebagai berikut the specification of knowledge and skill and the application of that knowledge and skill to the standards or learning outcomes (Jones, M.J. 2000. Curriculum Development. EEDP Project, DGHE). Mulyana (2000) menyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hamlin, (1994) menyatakan bahwa competency is a statement which describes integrated demonstration of a cluster or related skills and attitude that are measurable and observable necessary to perform a job independently. Menurut Tillman (1996), competency consists of knowledge, skill, and attitude needed to perform an ability to do a certain job/profession. Gonzi (1997) dan Heger (1995), memberikan definisi kompetensi lebih luas lagi, yaitu meliputi berbagai kemampuan antara lain yang melandasike pribadian, penguasaan ilmu (know why) dan keterampilan (know how), berkarya (what to do), menyikapi dan berprilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri dalam menilai dan mengambil keputusan secara bertanggungjawab (how to be a responsible person), dan hidup bermasyarakat dengan menerapkan kerja sama, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan perdamaian (how to live together). Menurut KEPMENDIKNAS No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas – tugas di bidang pekerjaan tertentu. Ada perubahan persyaratan untuk masuk dunia kerja, yaitu harus memiliki kemampuan soft skills di samping hard skills. Survei yang dilakukan oleh National Association of
Colleges and Employers, USA (2002) terhadap 457 pimpinan mengenai kualitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja menghasilkan urutan sebagai berikut (Tabel 1).
Patrick O’Brien dalam bukunya “Making College Count” yang dikutip oleh Iwan Mulyana, meyatakan ada sejumlah soft skills yang sebaiknya dikuasai oleh lulusan PT, karena dapat menentukan keberhasilan di dunia kerja, yaitu keterampilan berkomunikasi, berorganisasi, kepemimpinan, logika, usaha, berkelompok dan etika. Selanjutnya hasil survei di Amerika, Kanada dan Inggris memunculkan 23 soft skills yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Tabel 2).
Menurut Mitsubishi Research Institute, persentasi keterampilan seseorang yang memberi kontribusi bagi keberhasilan di dunia kerja adalah sebagai berikut: soft skill – 40%; networking skill - 30%, keahlian di bidang pekerjaan yang ditekuni - 20%; dan kemampuan mengelola keuangan 10 %. Sebagai ilustrasi, proses seleksi pegawai di ASTRA dilakukan dalam 3 tahap, pertama menguji kemampuan logika dan berpikir
analistis, kedua menguji karakter dan sikap kerja. Dan ketiga baru menguji kemampuan teknis bidang pekerjaan, kesesuaian dengan kemampuan yang diminta dan kesehatan. Untuk Indonesia, deskripsi persyaratan kerja yang dinginkan para pengguna lulusan dapat dibaca pada Tabel 3.
II.C Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perubahan orientasi kurikulum dari Kurikulum Nasional 1994 yang berbasis keilmuan menjadi Kurikulum berbasis Kompetensi pada tahun 2000 yang mengintegrasikan konsep budaya dan 4 pilar pendidikan UNESCO. Perbedaan antara Kurikulum 1994 dan 2000 dapat dibaca pada Tabel 4.
Kurikulum berbasis kompetensi ini terdiri dari: a) kurikulum inti yang mencirikan kompetensi utama; dan b) kurikulum institusional yang melengkapi kurikulum inti dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan dan ciri khas PT. Dengan demikian program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut: a) menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; b) mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c) mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya dan mampu dalam berkehidupan bersama di masyarakat; d) mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian yang merupakan keahliannya. SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang berdampak pada pengelompokan mata kuliah pada program studi. Kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan PT harus diterjemahkan ke dalam kurikulum program studi yang menghasilkan pengelompokan mata kuliah ke dalam lima kategori yaitu: a) yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian (MPK), terdiri dari kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b) keilmuan dan keterampilan (MKK), tersusun dari kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. c) keahlian berkarya (MKB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai d) pengembangan prilaku berkarya (MPB), tersusun dari kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu keterampilan yang dikuasai; dan e) pengembangan kemampuan berkehidupan bermasyarakat (MBB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
Penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi menghasilkan pengelompokan matakuliah seperti pada Tabel 5.
Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh kalangan PT, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas PT yang bersangkutan. Kompetensi Lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan PT. Proses Penyusunan KBK dimulai dengan analisis SWOT terhadap PT dan program studi dan analisis hasil tracer study untuk mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal terhadap lulusan program studi tersebut. Contoh penysusunan KBK seperti ini dapat dilihat pada makalah Himma Dewiyana. (2007), Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Dari kedua hasil analisis ini akan didapat profil lulusan yang harus diterjemahkan menjadi kompetensi lulusan. Dari kompetensi lulusan dikembangkanlah bahan kajian yang akan menentukan kedalaman dan keluasan dari bahan kajian yang harus diliput, yang harus didistribusikan ke dalam sejumlah mata kuliah. Bahan kajian ini juga menentukan rancangan dan metode pembelajaran setiap mata kuliah atau silabus dan satuan acara pembelajaran/perkuliahan/SAP. Sebelum ada KBK , biasanya institusi dan program studi langsung membuat tujuan pendidikan, mata kuliah (SKS), silabus, RPP, dan bahan ajar.
II.D. Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk menerapkan KBK ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh program studi, yaitu: tersedianya pendidik yang profesional Proses pembelajaran oleh dosen bukan sekedar penyajian materi Peserta didik dianggap memiliki kemampuan awal dan karakteristik masingmasing yang harus diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran Proses pembelajaran membimbing mahasiswa untuk dapat mencapai kompetensi, seperti proses petani mendapatkan panennya Dengan demikian sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK ini adalah adanya: SDM Sarana dan Prasarana Sertifikasi Evaluasi program; dan Penjaminan mutu Indikator keberhasilan dan penjaminan mutu dalam pelaksanaan KBK adalah: Laju peningkatan penyerapan alumni didunia kerja (graduate employment rate) Tingkat kepuasan alumni (graduate satisfaction) Tingkat kepuasan industri (employer satisfaction) Tingkat kepuasan mahasiswa (student satisfaction) Laju peningkatan nisbah alumni yang lulus tepat waktu Nilai IPK= 3 II.E. Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematikintegratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
II.F. Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.
• Kelebihan Kurikulum 2013 Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka. Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus. • Kelemahan Kurikulum 2013 Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
BAB III PENUTUP III.A. KESIMPULAN Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, setiap kurikulum pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. oleh karena kita harus tetap mendukung upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia demi menciptakan peserta didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan sesuai dengan pancasila demi memenuhi perkembagan zaman.
• • •
Kurikulum berbasis kompetensi kurikulum yang disusun berdasarkan tuntutan kompetensi lulusan yg dibutuhkan profesi dalam situasi dan kondisi tertentu Asumsi penyusunan KBK adalah kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai jika kualitas intelektual dibangun dengan dukungan materi tertentu Dalam pelaksanaan KBK mengutamakan “eksperimen”, atau pengalaman belajar dalam setting (situasi dan kondisi) tertentu untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Himma Dewiyana. (2007). Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Medan: USU Repository 2008 Materi Training of Trainer untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi . Jakarta:Ditjen Dikti Sudarsono (Prof. Dr. Msc. Guru Besar Fakultas Pertanian - Institut Pertanian Bogor Materi Presentasi KBK ) Tanya jawab seputar KBK. Jakarta: Dikti, 2005 Widyawati. (2006). Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi tanpa Merombak Kurikulum Berbasis Isi. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Tahunan IGI Universitas Indonesia Zalatan. K. A. (1998). “Managing to Learn: An Overview of a Competency-Based, Interactive Management Major Curriculum.” Decision Line, July 1998 http://jabercaemdanunyuweb.blogspot.com/2013/10/makalah-kurikulum-2013.html