MITOS PANTANG MAKANAN PADA IBU NIFAS DI BPM Ny “D” DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO DIAN SULISTIANA NIM. 11002101 Subject : Mitos, Pantang Makanan, Ibu Nifas Description : Pantang makanan terhadap makanan tidak boleh dilakukan oleh ibu post partum karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum sedangkan dalam proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui mitos pantang makanan pada ibu nifas. Jenis penelitian adalah deskriptif dan desain penelitian adalah kualitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mitos pantang makanan pada ibu nifas. Populasi yaitu seluruh ibu nifas dengan sampel sebanyak 4 narasumber. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Penelitian dilakukan di BPM Ny “D” Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto pada tanggal 19-20 Mei 2014. Dilakukan pengolahan data dengan cara reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 4 ibu nifas seluruhnya mempercayai mitos pantang makan pada masa nifas. Sumber kepercayaan ibu tentang mitos pantang makanan pada ibu nifas adalah tradisi/budaya dan pengalaman orang tua yang salah, yaitu mempercayai pantang makanan pada ibu nifas. Ibu yang lebih percaya dengan pengalaman atau tradisi yang dilakukan keluarga secara turun temurun karena orang tua ibu yang melakukan pantang makanan tidak mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber kepercayaan ibu tentang mitos pantang makanan pada ibu nifas adalah tradisi/budaya dan pengalaman orang tua yang salah, yaitu mempercayai pantang makanan pada ibu nifas. Disarankan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan pantang makanan pada ibu nifas mana yang baik dilakukan dan yang buruk untuk dilakukan. Sehingga ibu dapat memahami dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik untuk ibu. ABSTRACT Abstinence of food to food can not be done by post partum mothers because it can slow down the healing process of the wound suture the perineum while the wound healing process that involves protein. This study aimed to find the mythical mother taboo food in childbirth. Type and design of the study is descriptive qualitative research is. Variables used in this study is a myth taboo food in the capital childbirth. Population that is the mother of childbirth with a sample of four sources. Sampling technique used in this study is accidental sampling. Research done in BPM Ny "D" Country Ngembeh Dlanggu Mojokerto district on 19-20 May 2014. Performed data processing with data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification.
1
Based on the research results obtained from the four principal childbirth entirely believe the myth taboo to eat in the puerperium. Sources beliefs about the mythical mother of food taboo mother childbirth is tradition / culture and experience of older people, that believe in the food taboo mother childbirth. Mother more percara with experience or family tradition carried on down to wane as the elderly mother who does not suffer from food taboo pregnancy and childbirth complications. The results showed that the principal source of beliefs about the mythical mother taboo food in childbirth is tradition / culture and experience of older people, that believe in the food taboo mother childbirth. Suggested health workers can provide counseling on maternal childbirth confinement food is good and bad to be done. As a mother can understand and meet the needs of good nutrition for mothers. Keywords : Myth, Taboo Food, Mother Childbirth Contributor
: 1. Nur Saidah, M.Kes. 2. Dhonna Anggreni, S.KM.
Date
: 31 Mei 2014
Type Material : Laporan Penelitian Permanen link : Right
: Open document
Summary : LATAR BELAKANG Setelah melahirkan, seorang ibu akan melewati masa pemulihan hingga seluruh fungsi tubuh kembali normal seperti saat sebelum melahirkan. Masa ini berlangsung kurang lebih 40 hari. Masa nifas tetap perlu mendapat perhatian penting sama seperti ketika hamil. Terutama kebutuhan akan zat gisi dalam makanan yang sehat serta kebutuhan cairan tubuh. Dalam masyarakat kita, kebiasaan menghindari jenis makanan tertentu selama masa nifas demi alasan penyembuhan masih tetap ditemukan, kendati sudah tinggal di kota besar dan berpendidikan tinggi. Bahkan, ada mitos yang dipercayai sebagai suatu kebenaran karena pengalaman orang lain. Misalnya, ketika seorang ibu nifas setelah makan telur lalu jahitannya gatal gatal dianggap telur adalah penyebab gatal pada luka jahitan. Padahal, memang sebelumnya ibu nifas tersebut alergi telur (Romana, 2013). Kebutuhan akan zat gizi berubah sepanjang daur kehidupan dan ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing tahap kehidupan tersebut. Dari setiap tahapan, kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda. Ibu setelah melahirkan (nifas) secara fisiologis membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan wanita dewasa biasa. Status gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi (dimakan) dan kondisi kesehatan. Makanan yang dikonsumsi akan diproses dalam tubuh menjadi zat gizi yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan tubuh. Pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi setiap orang dipengaruhi banyak faktor, seperti kebiasaan makan, tradisi, pemeliharaan kesehatan, daya beli keluarga dan lain-lain (Supariasa dkk, 2012). Tarak (Pantang) terhadap makanan tidak boleh dilakukan oleh ibu post partum karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum sedangkan dalam proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka ibu post partum di anjurkan untuk makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya (Iskandar, 2010). Pada kenyataannya, masyarakat masih mempercayai adanya pantang makanan, mereka menerima dan menolak jenis makanan tertentu. Di Inggris dan Kanada dari jumlah
2
penduduk 227,65 juta jiwa tahun 2008 ditemukan 5-15% angka kejadian ibu post partum dengan luka jahitan perineum tarak (Pantang) terhadap makanan (Hapsari, 2010). Di Indonesia tahun 2006 angka kejadian tarak (Pantang) terhadap makanan pada ibu nifas sebesar 35 – 45% (Suprabowo, 2006). Di Jawa timur tahun 2008 masih terdapat 39,6% ibu nifas yang tarak (pantang) terhadap makanan (Depkes RI, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny “D” Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto pada tanggal 22 Maret 2014 dengan wawancara kepada 5 ibu nifas, didapatkan bahwa 4 ibu nifas (80%) memiliki mitos tentang pantang makanan pada ibu nifas seperti tidak boleh makan telur, tidak boleh makan semua jenis buah-buahan yang asam atau kecut, sedangkan 1 ibu nifas (20%) tidak mempunyai pantangan nifas. Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan serta ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Banyak masyarakat dari berbagai budaya percaya adanya hubungan antara makanan dengan kesehatan ibu nifas yang sebenarnya salah, mereka memberikan perlindungan yang bersifat sangat protektif terhadap ibu nifas sehingga keputusan untuk mengkonsumsi makanan ditentukan oleh pihak yang dianggap punya kewenangan, dalam hal ini suami dan orang tua serta orang yang memiliki kemampuan seperti dukun. Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori, protein, cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka jalan lahir. Status gizi akan mempengaruhi penyembuhan luka (Dewi, 2011). Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut. Hal inilah yang masih mempengaruhi kebiasaan masyarakat pedesaan dalam memilih dan menyajikan makanan. Selain itu, fenomena tersebut juga disebabkan karena adanya kepercayaan terhadap larangan-larangan orang tua zaman dahulu. Orang tua zaman dahulu mengatakan bahwa ibu dalam masa nifas dilarang memakan ikan karena makanan tersebut hanya akan menyebabkan darah nifas berbau busuk, tidak cepat kering dan melemahkan daya tahan tubuh baik fisik maupun mental serta menyebabkan gatal pada kulit. Selain itu, ibu nifas dilarang makan sayur karena makanan tersebut dianggap dapat mengakibatkan lemah sendi. Padahal kepercayaan itu salah besar dalam proses penyembuhan luka jahitan perineum memerlukan nutrisi terutama protein untuk membantu proses penggantian jeringan yang mati atau rusak dengan jeringan yang baru dengan jalan regenerasi (Mawardi, 2012). Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah bahaya masa nifas. Untuk itu bidan sebagai tenaga kesehatan yang langsung di masyarakat harus memberikan penyuluhan dan membuka konseling serta melakukan kunjungan rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart pelayanan pada ibu-ibu hamil dalam mempersiapkan kelahirannya dan di perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang bahaya masa nifas. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Afrianingsih, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Mitos pantang makanan pada ibu nifas di BPS Ny “D” Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
3
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mitos pantang makanan pada ibu nifas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPM Ny “D” Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto pada bulan April 2014 yaitu ± sebanyak 22 ibu nifas dengan sampel sebanyak 4 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling tipe accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan di BPM Ny “D” Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto pada tanggal 19-20 Mei 2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer untuk memperoleh data mitos pantang makanan pada ibu nifas. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview guide (wawancara terstruktur). HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ibu mengatakan bahwa dalam keluarga ibu terdapat mitos atau kebudayaan tentang pantang makanan pada ibu nifas yaitu sebanyak 4 responden (100%). Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan (Fatma, 2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhu pantang makanan diantaranya adalah : faktor predisposisi yang meliputi: pengetahuan, pendidikan, pengalaman, pekerjaan, ekonomi, mitos atau budaya, faktor pendukung, faktor pendorong (Paath, 2005). Perilaku makan ibu nifas secara kualitatif dapat diketahui dari frekuensi, jenis, dan porsi makan ibu selama menyusui bayinya. Frekuensi makan ibu nifas yang dianjurkan yaitu makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) dan sesuai dengan porsinya. Sedangkan jenis makanan yang dianjurkan adalah semua makanan yang mengandung semua unsur utama dalam tubuh terutama karbohidrat, protein, dan lemak yang mana dikonsumsi secara seimbang dan tidak berlebihan dengan porsi makan 2 kali porsi makan waktu menyusui. Ibu menyusui diwajibkan menambah konsumsi protein hewani hingga 1,5 kali dengan jumlah normal (Krisnatuti, 2005). Dari hasil penelitian yang didapat dan ditarik keismpulan bahwa masyarakat umumnya masih mempercayai pantang makanan pada ibu nifas, hal ini dikarenakan ibu yang lebih percara dengan pengalaman atau budaya yang dilakukan keluarga secara turun kemurun. Karena dari pengalaman keluarga memang tarak atau pantang makanan harus dilakukan oleh ibu untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diharapakan bidan, masyarakat, hingga keluarga terdekat harus lebih memperhatikan kebudayaan yang dianggap bernilai negatif. Bidan atau para staf kesehatan harus lebih gencar melakukan penyuluhan akan kebudayaan-kebudayaan yang dianggap tidak bermanfaat bagi Ibu hamil, melahirkan hingga Ibu Nifas. Ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan bermacam-macam ikan seperti ikan mujair, udang, ikan belanak, ikan lele, ikan basah yaitu sebanyak 4 responden (100%). Pada ibu nifas, justru pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan luka baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir yang mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka. Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan bergizi.
4
Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada. Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi telur sejak sebelum hamil, maka sumber protein yang menyebabkan alergi tersebut dihindari. Bila memang alergi jenis protein tertentu misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber protein dari daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang kacangan (Romana, 2013). Hasil peneltian menunjukkan bahwa ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan bermacam-macam makanan yang berbau amis, hal ini karena ibu yang lebih percaya dengan pengalaman atau tradisi yang dilakukan keluarga secara turun temurun. Bidan seharunya dapat menjelaskan bahwa makanan seperti ikan, udang itu kandungan proteinnya cukup banyak, jadi baik untuk menambah nutrisi pada ibu menyusui, serta produksi ASI juga meningkat Ibu setuju bahwa ibu nifas tidak makan boleh buah-buahan seperti pepaya, mangga, semua jenis pisang, semua jenis buah-buahan yang asam atau kecut seperti jeruk, cerme, jambu air yaitu sebanyak 4 responden (100%). Buah-buahan seperti pepaya, mangga, semua jenis pisang, semua jenis buah-buahan yang asam atau kecut seperti jeruk, cerme, jambu air, karena dianggap akan menyebabkan perut menjadi bengkak dan cepat menyusui kembali (Swasono, 2004). Makanan yang terlalu asam dapat memicu maagh, karena saat hamil asam lambung meningkat sehingga terlalu banyak makanan asam akan semakin memicu produksi asam lambung (Khasanag, 2012). Hasil peneltian menunjukkan bahwa ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan bermacam-macam semua jenis buah-buahan yang asam atau kecut, hal ini karena ibu yang lebih percaya dengan pengalaman atau tradisi yang dilakukan keluarga secara turun temurun. Bidan seharusnya dapat menjelaskan bahwa mengkonsumsi buah-buahan pada saat menyusui itu sangat dianjurkan bu, karena buah-buahan mengandung banyak vitamin yang diperlukan bagi perkembangan bayi tetapi tidak untuk makanan yang terlalu asam. Yang menyebabkan diare itu sebenarnya bayinya yang diberikan makanan selain ASI, karena pencernaan bayi yang kurang siap menerima makanan padat Ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan semua jenis makanan yang licin antara lain daun talas, daun kangkung, daun genjer, daun kacang, daun seraung, semua jenis makanan yang pedas yaitu sebanyak 4 responden (100%). Sebenarnya, makanan pedas yang mengandung cabai memiliki kandungan kapsaisin bersifat antikoagulan, yaitu menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Sehingga orang yang suka makan sambal dapat memperkecil kemungkinan menderita penyumbatan darah (aterosklerosis), sehingga mencegah munculnya serangan stroke dan jantung koroner, serta impotensi. Namun, bagi ibu nifas mengonsumsi sambal/cabai dapat menyebabkan naiknya asam lambung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman diperut. Bila dikonsumsi berlebih dapat mengakibatkan infeksi pada lambung. Bayangkan saja, apabila ibu yang pasca melahirkan masih memiliki luka didaerah perut (setelah operasi caesar) ataupun rasa sakit pasca melahirkan, kemudian megonsumsi cabai/makanan pedas lainnya akan menambah rasa sakit bagi ibu. Oleh karena itu, larangan ini memiliki dampak positive bagi Ibu nifas (Maryni, 2013). Hasil peneltian menunjukkan bahwa ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan semua jenis makanan yang licin dan jenis makanan yang pedas, hal ini karena ibu beranggapan bahwa makan pedas dapat menyebabkan bayi terjadi bercak kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam setelah menyusu. Bidan seharusnya dapat menjelaskan bahwa makan kangkung, genjer, daun kacang itu diperbolehkan, asalkan cara pengolahanannya hygienis. Sebaiknya ibu jangan mengonsumsi makanan yang terlalu merangsang seperti makanan pedas karena ada juga bayi yang menjadi kembung
5
Ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan semua jenis buah-buahan yang bentuknya bulat, seperti nangka, durian, kluih, talas, ubi, waluh, duku dan kentang yaitu sebanyak 4 responden (100%). Semua jenis buah-buahan yang bentuknya bulat, seperti nangka, durian, kluih, talas, ubi, waluh, duku dan kentang karena dianggap akan menyebabkan perut menjadi gendut seperti orang menyusui. (Swasono, 2004). Konsumsi buah sangat baik untuk menjaga kebugaran tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap mutu ASI. Jangan kuatir mengkonsumsi buah tidak menyebabkan diare pada bayi. Selain itu ibu nifas juga memerlukan asupan makanan berserat seperti buah dan sayur mayur untuk memperlancar buang air besar. Pada ibu nifas kebutuhan serat sangat penting untuk membantu proses pencernakan, Kadar vitamin dan air dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Misalnya air jeruk, buah pisang dan pepaya. Sebaiknya ibu nifas selalu menyertakan menu buah setiap makan agar tidak mengalami sembelit (Romana, 2013). Hasil peneltian menunjukkan bahwa ibu setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan jenis buah-buahan yang berbau menyengat, hal ini karena ibu beranggapan bahwa makan buah-buahan yang berbau menyengat seperti nangka dan durian dapat menyebabkan ASI mempunyai rasa yang lain, sehingga bayi tidak mau menyusui. Bidan seharusnya dapat menjelaskan bahwa ibu menyusui boleh makan jenis buah-buahan yang bentuknya bulat, karena sebenarnya buah banyak kandungan vizi dan nutrisinya, apalagi untuk ibu menyusui. Ibu tidak setuju bahwa ibu nifas tidak boleh makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah yaitu sebanyak 4 responden (100%). Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar (Swasono, 2004). Konsumsi buah sangat baik untuk menjaga kondisi tubuh agar selalu fit. Mengkonsumsi buah tidak menyebabkan diare pada bayi. Selain itu agar pencernaan lancar, ibu nifas juga memerlukan asupan makanan berserat seperti buah dan sayur mayur (MelindaCare, 2014). Hasil peneltian menunjukkan bahwa ibu setuju bahwa ibu nifas boleh boleh makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah, hal ini karena selama menyusui kebutuhan sayuran dan buah-buahan harus meningkat, untuk memperbanyak produksi ASI. Bidan seharusnya dapat menjelaskan bahwa ibu menyusui boleh makan makanan yang mengandung serat untuk memperlancar pencernaan. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber kepercayaan ibu tentang mitos pantang makanan pada ibu nifas adalah tradisi/budaya dan pengalaman orang tua yang salah, yaitu mempercayai pantang makanan pada ibu nifas REKOMENDASI 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti mampu melakukan penelitian yang lebih meluas dan tidak berhenti dari penelitian ini untuk mengkaji tentang pantang mitos makanan pada ibu nifas, tetapi dapat mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melakukan pantang makan pada masa nifas. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan atau bidan dapat memberikan penyuluhan pantang makanan pada ibu nifas mana yang boleh dan yang tidak boleh untuk dikonsumsi. Sehingga ibu dapat lebih dapat memahami dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik untuk ibu.
6
3. Bagi Masyarakat Dapat memberikan masukan dan pengalaman secara tidak langsung tentang pantang makanan pada ibu nifas sehingga ibu dapat memilih makanan yang sehat dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik untuk ibu. 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah sumber kepustakaan atau literatur tentang pantang makanan pada ibu nifas mana yang boleh dan yang tidak boleh untuk dikonsumsi. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Jl. Pahlawan No.70 Kota Probolinggo - Email :
[email protected] - No. HP : 081297252520
7