PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN DARUT TAQWA DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO Mei Rina Suhartami 11002207 Subject:Personal Hygiene, Flour Albus, Remaja Description Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atauvirus,bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita.Karena wanita akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu. Tujuan penelitian ini menganalisa hubungan personal hygiene dengan kejadian fluor albus pada Santriwati. Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun cross sectional. Variabel penelitian ini yaitu personal hygiene sebagai variabel independen dan fluor albus sebagai variabel dependen.Populasi penelitian ini yaitu semua santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto sebanyak 50 responden.Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sampling sebanyak 45 responden.Data dikumpulkan dengan lembar observasi, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 responden yang melakukan personal hygiene secara negative terdapat 8 responden yang mengalami fluor albus fisiologis sebanyak 8 responden dan yang mengalami fluor albus patologis sebanyak 20 responden Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto. Personal hygiene yang kurang baik seperticara cebok yang salah dapat mengakibatkan terjadinya banyak hal, mulai dari infeksi saluran kemih, infeksi organ kewanitaan yang menimbulkan keluhan keputihan. Hendaknya responden tetap mempertahankan pengetahuan baik yang mereka miliki tentang keputihan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menjaga kebersihan alat genetalia eksterna sesuai dengan informasi yang sudah diterima. ABSTRACT Flour albus is ussualy caused by a fungus or virus, bacteria and make sure the most problem to the sufferers. Because the women will emit the bad smell and itchy disturbed from their vagina.The purpose of this study is to analyze the relationship of personal hygiene with occurence flour albus in the female students. Design of this study is analytic with cross sectional the variables of this study are personal hygiene as the independent variable and flour albus as the dependent variable. The population of this study is all female students in the
islamic bording scholls Darrut Taqwa at Dlanggu Ngembeh Mojokerto amount 50 respondens, the sampling is 45 respondens taken with simple random. The data are collected with observasion sheets and processed by coding, editing, scoring, and tabulating and presented in the form of a frequency distribution table. The results showed that from 28 respondents who do personal hygiene negative and 8 respondents who experience flour albus and 8 respondents physiological experience it pathologically 20 respondents. The results of chi square showed that ρ = 0, 023 and α = 0,05 so that H1 is accepted and it means that personal hygiene has relationship occurrence with fluor albus is islamic boarding schools Darrut Taqwa at Ngembeh, Dlanggu Mojokerto. The less good personal hygience such as the wrong wipe can cause many problems happened from infection of urinary tract infections of the female organs that cause complaints of vaginal discharge. The respondents should keep their knowledge about vaginal discharge and applay it for keeping cleanlines of externa genetalia suitable with their information. Keywords :Personal Hygiene, Flour Albus, Adolescense Contributor Date Identifier Right Summary
: 1. Sulisdiana, M.Kes 2. Agustin Dwi S, SST : 13 Juni 2014 : : : SUMMARY
LATAR BELAKANG Tinggal didaerah tropis seperti di Indonesia membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan tubuh yang tertutup seperti ketiak dan lipatan organ genetalia pada wanita. Untuk menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan perseorangan atau personal hygiene. Salah satu dampak personal hygiene yang tidak dilakukan dengan baik yaitu terjadinya fluor albus. Fluor albus yaitu masalah yang berhubungan dengan organ seksual wanita. Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atau virus, bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita. Karena biasanya wanita akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu (Sarwono, 2005). Fluor albus apabila tidak segera di obati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Sehingga alasan peneliti memilih faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian fluor albus di atas karena faktor-faktor tersebut yang paling rentan terjadinya fluor albus (Wahyurini, 2005). Proporsi perempuan yang mengalami fluor albus sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia menderita fluor albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45% wanita diantaranya bisa mengalami sebanyak dua kali. Jawa Timur sekitar 65% wanita juga mengalami
keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis) (Sianturi, 2005 dalam triyani, 2013). Menurut Ayuningtyas (2011) pada remaja putri di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian fluor albus sangat tinggi 96,9% responden mengalami fluor albus candida albicans, parasit trichomonas vaginalis, serta kuman. Dari 50 sampel didapatkan hasil remaja dengan pengetahuan baik 74%, sikap baik sebanyak 54%, perilaku buruk sebanyak 58% dan kejadian fluor albus mencapai 70%, Hasil uji statistik membuktikan ada hubungan antara perilaku dan sikap dengan kejadian fluor albus. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada Santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto terhadap 5 santriwati diperoleh data 3 responden (60%) kurang memperhatikan kebersihan diri daerah kemaluan dan mereka mengalami keputihan yang berbau, dan gatal, sedangkan 2 responden (40%) sudah memperhatikan kebersihan di daerah kemaluan dan mereka jarang mengalami keputihan. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang bernuansakan islam. Dimana model pendidikan Pada dasarnya pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam diharapkan dapat diperoleh di pesantren. Pesantren tetap sebagai lembaga pendidikan Islam dengan ciri-ciri khas, meskipun ia banyak terlibat dalam berbagai masalah kemasyarakatan seperti perekonomian, kesehatan, lingkungan dan pembangunan. Ciri khas kehidupan di pesantren biasanya para santriwati berpakaian yang serba tertutup, dan jarang berganti pakaian selama satu hari dan kamar mandi menjadi satu sehingga pernularan penyakit akan mudah terjangkit, salah satu dampak yang terjadi adalah fluor albus (Revina, 2014). Penyebab fluor albus berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Salah satunya personal hygiene kurang tepat seperti misalnya cara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam. Sebagian remaja menganggap perilaku personal hygine seperti cara cebok merupakan hal sepeleh, padahal perilaku personal hygine sangat penting dan dilaksanakan dengan benar agar dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan karena personal hygine yang tidak benar. Fluor albus ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fluor albus fisiologis dan fluor albus patologis. Fluor albus dikatakan fisiologis apabila vagina mengeluarkan sedikit cairan yang jernih seperti susu atau sedikit kekuningan, encer, tidak berbau, umumnya muncul saat ovulasi, menjelang haid, saat mendapat rangsangan seks atau saat hamil. Fluor albus dikatakan patologis apabila cairan yang dikeluarkan oleh vagina lebih kental, biasanya meninggalkan noda flek pada pakaian dalam dan berbau busuk serta gatal. Fluor albus yang bersifat patologis dapat disebabkan oleh jamur (Nadesul, 2007 dalam Zuhriyah, 2011). Keputihan terjadi disebabkan karena adanya invasi jamur cairannya sangat kental, sangat berbau tidak sedap dan menimbulkan rasa gatal pada sekitar daerah vagina. Hal ini dapat menyebabkan vagina mengalami radang dan kemerahan. Biasanya hal ini juga dipicu oleh adanya penyakit kencing manis, penggunaan pil KB, serta tubuh yang memiliki daya tahan rendah. Penyebab kedua adalah Parasit Trichomonas Vaginalis. Terjadi dan ditularkan
melalui hubungan seks, bibir kloset atau oleh perlengkapan mandi. Memiliki ciri, cairan yang keluar sangat kental, memiliki warna kuning atau hijau, berbuih dan berbau anyir. Keputihan akibat parasit tidak menimbulkan gatal, tapi jika ditekan vagina akan terasa sakit. Penyebab ketiga yaitu Bakteri Gardnella. Keputihan akibat infeksi bakteri ini memiliki ciri berwarna keabuan, sedikit encer, memiliki bau ami dan berbuih. Keputihan jenis ini dapat menimbulkan rasa gatal yang sangat menggangu. Penyebab ke empat Virus. Keputihan jenis ini timbul akibat penyakit kelamin, seerti HIV/AIDS, herpes dan condyloma. Timbulnya kutil-kutil yang banyak dan diikuti oleh cairan berbau menandakan adanya virus condyloma (Revina, 2014). Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah memberikan penyuluhan kepada perempuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan alat kewanitaan (vulva hygiene), misalnya cara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam, yang dilakukan seperti yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan personal hygiene dengan kejadian fluor albus. METODEPENELITIAN Penelitian ini menggunakanjenis analitik korelasional dengan menggunakanPendekatan yang digunakan adalah crosssectional. Variabel dalam penelitian ini yaitu personal hygiene sebagai variabel independen dan kejadian fluor albus sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah semua santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto sebanyak 50 responden.Sampel diambil menggunakan simple random sampling sebanyak 45 responden. Lokasi Penelitian Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto dan dilakukan pada tanggal 13 – 24 Mei 2014. Teknik pengumpulan data : Dalam penelitian ini data dikumpulkan dalam bentuk data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden Hasil analisis berupa gambaran mengenai personal hygiene dan kejadian fluor albus.Yang diagambarkan dalam bentukt abel distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan personal hygiene diperoleh data sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara negatif sebanyak 28 responden (62,2%). Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian fluor albus. Berdasarkan Kejadian fluoralbus diperoleh data sebagian besar responden mengalami fluor albus secara patologis sebanyak 23 responden (51,1%). Tabulasi silang antara Personal hygiene dengan kejadian fluor albus. Berdasarkanpersonal hygienediperoleh data bahwa sebagian besar responden yang melakukan personal hygiene yang negatif mengalami fluor albus yang patologis dibandingkan dari responden yang melakukan personal hygiene positif sebagian besar mengalami fluor albus yang fisiologis.
Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden di Pondok pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto diperoleh data sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara negatif sebanyak 28 responden (62,2%) Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Personal Hygiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Cara mencegah terjadinya fluor albus yaitucara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam(Wartonah, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden kurang mampu melakukan cara cebok dengan baik dan tepat, hal ini dikarenakan responden kurang memahami tentang cara melakukan cebok yang baik dan tepat. Cara cebok yang dilakukan oleh responden pada penelitian ini dengan cara cebok dari luar ke dalam dan jarang menggunakan sabun antiseptik, selain itu responden jarang mengganti pembalut, responden hanya mengganti pembalut satu kali dalam sehari ketika menstruasi karena responden merasa malas untuk mengganti pembalut. Berdasarkan usia responden diperoleh data bahwa sebagian besar responden berusia 16 tahun sebanyak 30 responden (66,7%). Mubarak (2007) menyatakan bahwa bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besa ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.Usia remaja tengah menurut sarwono (2010) yaitu usia 15-17 tahun dan perkembangan psikologis pada remaja tengah) yaitu pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden tergolong pada usia remaja tengah (15-17 tahun) sehingga pola pikir yang mereka miliki masih belum matang karena pada usia responden merasa belum siap dan belum mampu mengambil perilaku yang sesuai dan mengatasi problem-problem yang tersangkut di dalamnya seperti masalah keputihan., selain itu pada usia ini remaja masih mempunyai emosi yang labil sehingga mereka masih kurang mampu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu pada remaja tengah, remaja masih mempunyai egosentris, pesimistis, idealis sehingga mereka masih memperhatikan penampilan yang terkadang membuat mereka lupa untuk merawat dan menjaga kesehatan mereka sendiri, terutama memperhatikan
masalah keputihan, dimana mereka jarang melakukan dan menjaga kebersihan diri mereka. Berdasarkan penelitian yang diperoleh data bahwa sebagian besar responden mengalami fluor albus secara fisiologis sebanyak 22 responden (48,9%) Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Wijayanti (2009) menyatakan di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora Doderleins.Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem vagina.Namun keseimbangan flora ini dapat terganggu, sehingga cairan yang keluar berlebihan.Fluor albus fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,mendapatkan rangsangan seksual,mengalami stres berat, sedang hamil,atau mengalami kelelahan.Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuning-kuningan dan tidakberbau.Fluor albus patologis mempunyai ciri-ciri : jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta berbau. Responden pada penelitian ini mengalami fluor albus yangpositif karena responden sudah berusaha untuk menjaga kebersihan daerah kemaluan seperti mereka melakukan cara cebok yang baik yaitu dari dalam keluar, dan juga responden sering mengganti celana dalam, dan juga sering membersihkan daerah kemaluan dengan rutin. Dan juga responden tetap berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya keputihan secara rutin. Kejadian fluor albus patologis terjadi karena kurangnya responden dalam melakukan personal hygiene pada daerah genetalia sehingga kuman atau bakteri mudah untuk masuk dan menyebabkan terjadinya keputihan yang patologis. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan pernyataan responden bahwa mereka merasa gatal dengan cairan yang keluar dari daerah kemaluan serta cairan berwarna keruh dan berbau amis, sehingga responden harus sering mengganti celana karena merasa tidak nyaman dengan keluarnya cairan tersebut. Hasil penelitian ini ditunjang juga dengan jawaban responden pada pertanyaan tentang fluor albus dimana pada pertanyaan nomer 1 terdapat 19 responden yang menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami fluor albus fisiologis karena cairan yang keluar adalah cairan yang berwarna kuning dan bening. Sedankan pada jawaban pertanyaan nomer 2 sebagian besar menjawab ya sebanyak 2 responden dimana pertanyaan ini mengindikasikan kalau responden banyak yang menjawab ya berarti responden mengalami fluor albus patologis karena tanda fluor albus patologis mengeluarkan cairan yang kuning kehijauan. Sedangkan pada jwaban pertanyaan nomer 3 terdapat 19 responden yang menjawab ya, pada pertanyaan nomer 3 juga merupakan pertanyaan untuk fluor albus patologis¸karenacairan yang dikeluarkan sedikit dan sedikit, sedangkan untuk pertanyaan nomer 4, 6 dan 7 sebagian besar responden menjawab ya sebanyak 26 responden dimana pada pertanyaan nomer 4, 6 dan 7 mengindikasikan jika responden menjawab ya pada ketiga pertanyaan tersebut berarti responden mengalami fluro albus patologis, karena tanda dan gejala fluor albus patologis yaitu adanya rasa gatal, cairan yang dikeluarkan berwarna keruh, dan baunya amis. Sedangkan pada pertanyaa nomer 5 dan 8 terdapat 19 responden menjawab ya.Pertanyaan nomer 5 dan 8 menngindikasikan fluor alus yang fisiologis sehingga jika mereka memilh jawaban ya pada pertanyaan ini berarti responden mengalami fluor albus yang fisiologi.
Jawaban responden pada penelitian in menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden mengalami fluor albus yang patologis karena tanda dan gejala fluor albus sering dialami oleh responden pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang melakukan personal hygiene yang negatif mengalami fluor albus fisiologis sebanyak 8 responden dan fluor albus yang patologis sebanyak 20 responden, dan hampir setengahnya responden yang melakukan personal hygiene positif terdapat 16 responden yang mengalami fluor albus fisiologis dan 1 responden fluor albus yang patologis Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadianfluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto. Menurut Wijayanti (2009) biasanya keputihan yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan juga dapat dialami oleh wanita yanglemah atau daya tahan tubuhnya rendah.Sebagian besar cairan berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar.Remaja putri biasanya mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas dan biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya. Penyebab fluor albus berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, personal hygiene kurang tepat seperti perilaku cara cebok yang salah, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi. Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kemih wanita (vagina).Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri.Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan (Wahyurini, 2005).Personal hygiene yang kurang baik misalnya cara cebok yang salah dapat mengakibatkan terjadinya banyak hal, mulai dari infeksi saluran kemih, infeksi organ kewanitaan yang menimbulkan keluhan keputihan, bahkan dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hasil penelitian ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) pada remaja putri di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian fluor albus sangat tinggi 96,9% responden mengalami fluor albuscandidaalbicans, parasittrichomonas vaginalis,sertakuman. Dari 50 sampel didapatkan hasil remaja dengan pengetahuan baik 74%, sikap baik sebanyak 54%, perilaku buruk sebanyak 58% dan kejadian fluor albus mencapai 70%, Hasil uji statistik membuktikan ada hubungan antara perilaku personal hygiene dan sikap dengan kejadian fluor albus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak remaja putri yang tidak melakukan personal hygiene yang baik dan benar sehingga sebagian besar dari mereka banyak yang mengalami keputihan patologis pada penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa personal hygiene yang baik dan benar seperti membersihkan area genital dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan. Sebisa mungkin juga bersihkan dari arah dalam ke luar, dan bukan sebaliknya, untuk menghindari perpindahan bakteri dari bagian luar
organ intim ke dalam.Tetapi banyak responden yang masih belum melakukan personal hygiene seperti tersebut diatas sehingga mereka mudah atau rentan mengalami gangguan pada daerah genetalia terutama masalah fluor albus. KESIMPULAN 1. Personal hygiene yang dilakukan oleh santri di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara positif sebanyak 28 responden (62,2%) 2. Kejadian fluor albus yang terjadi pada santri putri di santri di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto sebagian besar responden mengalami fluor albus secara fisiologis sebanyak 22 responden (48,9%) 3. Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto REKOMENDASI 1. Bagi Responden Responden tetap mempertahankan pengetahuan baik yang mereka miliki tentang keputihan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menjaga kebersihan alat genetalia eksterna sesuai dengan informasi yang sudah diterima. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Institusi pelayanan kesehatan lebih intensif dan aplikatif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang keputihan sehingga masyarakat atau remaja lebih mengerti dan memahami tentang pentingnya melakukan personal hygiene untuk mencegah terjadinya keputihan patologis 3. Bagi Tempat Penelitian Santriwati di pesantren lebih meningkatkan informasi tentang fluor albus misalnya melalui membaca artikel majalah, koran atau melihat televisi. sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki tentang fluor albus dan bagi yang sudah mempunyai pengetahuan baik tentang fluor albus akan tetap dapat dipertahankan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melakukan pengembangan penelitian selanjutnya tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku pesonla hygiene yang negative dan penyebab terjadinya fluor albus, selain itu dapat menggunak metode penelitian yang berbeda dan sampel yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih baik lagi. Email :
[email protected] No. Hp : 085646430344 Alamat : Dsn. Sukci Ds. Bulusari RT 03 RW 03 Kec. Gempol Kab. Pasuruan