METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Daerah penelitian ditentukan secar purposive, Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Sumbul merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan terbesar dan merupakan sentra produksi pisang barangan di Kecamatan STM Hilir. Tabel 3. Banyaknya produksi, luas lahan dan produktivitas pisang barangan per desa di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006
No
Desa/Keluraha n
1 Talun Kenas 2 Gunung Rintih 3 Sumbul 4 Tandukan Raga 5 Limau Mungkur 6 Negara Beringin 7 Lau Barus Baru 8 Juma Tombak 9 Siguci 10 Kuta Jurung 11 Tala Peta 12 Lau Rakit 13 Peningkiren 14 Rambai 15 Lau Rempak Jumlah
Luas lahan (Ha)
15,00 26,00 30,00 17,00 18,00
105,00 189,80 228,00 138,38 127,44
Produktivita s (Ton/Ha) 7,00 7,30 7,60 8,14 7,08
14,00
112,98
8,07
22,00
155,54
7,07
16,00 25,00 19,00 10,00 20,00 23,00 17,00 15,00 287
97,28 180,00 117,04 82,00 147,00 172,50 138,55 123,75 2115,26
6,08 7,20 6,16 8,20 7,35 7,50 8,15 8,25 7,37
Sumber: Kantor Camat STM Hilir, 2006
Produksi (Ton)
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa Desa Sumbul merupakan sentra produksi pisang barangan di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
38 Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara dengan luas lahan sebesar 30 Ha, produksi 228 Ton dan produktivitas 7,60 Ton/Ha.
Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam usahatani adalah petani yang melakukan usahatani pisang barangan. Metode pengambilan sampel di desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dilakukan secara sensus yaitu seluruh populasi yang mengusahakan pisang barangan yang sudah pernah panen. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden melalui survei dan daftar kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari majalah, internet dan lembaga atau instansi terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis (1) dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu melihat perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas pisang tahun 2002-2006 di Kabupaten Deli Serdang Hipotesis (2) dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana untuk menghitung besar biaya produksi usahatani pisang barangan di daerah penelitian. TC=FC+VC Keterangan: TC = Total biaya usahatani pisang barangan (Rp)
39 Universitas Sumatera Utara
VC = Biaya tidak tetap usahatani pisang barangan (Rp) FC = Biaya tetap usahatani pisang barangan (Rp) Hipotesis
(3)
dianalisis
menggunakan
tabulasi
sederhana
untuk
menghitung besar penerimaan usahatani pisanga barangan di daerah penelitian. TR=Y .Py Keterangan: TR = Total penerimaan usahatani pisang barangan (Rp) Y = Produksi usahatani pisang barangan (Rp) Py = Harga komoditi pisang barangan (Rp) Hipotesis
(4)
dianalisis
menggunakan
tabulasi
sederhana
untuk
menghitung besar pendapatan usahatani pisang barangan di daerah penelitian. Pd=TR-TC Keterangan: Pd=Pendapatan usahatani pisang barangan (Rp) TR = Total penerimaan usahatani pisang barangan (Rp) TC = Total biaya usahatani pisang barangan (Rp) Hipotesis (5) dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani dengan melakukan perhitungan pada ROI (return on invesment) dan B/C ratio (Return Ccost Ratio) pada usahatani pisang barangan di daerah penelitian. ROI
Keuntungan X 100 % Totalbiaya
Keterangan: ROI = Return on Invesment ROI > 1 dinyatakan layak untuk diusahakan
40 Universitas Sumatera Utara
ROI < 1 dinyatakan tidak layak untuk diusahakan Penerimaan Totalbiaya Keterangan: B/C
B/C ratio = Benefit Cost Ratio B/C ratio > 1 dinyatakan layak untuk diusahakan B/C ratio < 1 dinyatakan tidak layak untuk diusahakan Hipotesis (6) dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani pisang barangan seperti hama penyakit dan gulma tanaman serta modal di daerah penelitian. Defenisi dan Batasan operasional
Defenisi Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: 1. Petani pisang barangan adalah petani yang mengusahakan usahatani pisang barangan 2. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara petani mempelajari dan mengkombinasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil maksimal dan kontiniu. 3. Produksi pisang barangan adalah seluruh hasil usahatani pisang barangan dalam bentuk buah segar dan dapat di jual. 4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi masih berlangsung.
41 Universitas Sumatera Utara
5. Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah. 6. Pendapatan usahatani pisang barangan diperoleh dari nilai penerimaan dikurangi biaya produksi. 7. Analisis usahatani adalah suatu analisis pendapatan yang merupakan salah satu cara untuk mengetahui keuntungan atau kerugian suatu proses produksi. Batasan Operasional 1. Daerah penelitian adalah desa Sumbul, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang 2. Waktu penelitian adalah tahun 2008 3. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani pisang barangan yang sudah pernah panen 4. Pendapatan petani berasal dari jumlah produksi (sisir) pisang barangan
42 Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Kondisi Geografis Desa Sumbul Desa Sumbul merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. desa ini memiliki luas wilayah yaitu 679 Ha dan terdiri dari empat dusun, yang memiliki ketinggian 25 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1500-2500 mm/tahun. Desa Sumbul memiliki jarak sebesar 9 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan, dan 34 km dari Ibukota Deli Serdang. Kecamatan STM Hilir memiliki luas wilayah 330.25 Km dengan jumlah penduduk 85.940 jiwa. Kecamatan ini terdiri dari 30 desa, salah satu desanya adalah Desa Sumbul yang merupakan daerah sentra produksi pisang barangan. Adapun batas-batas geografis Desa Sumbul sebagai berikut: 1. Sebelah Utara
: Desa Namosuro
2. Sebelah Selatan
: Desa Sidodadi
3. Sebelah Barat
: Desa Talun Kenas
4. Sebelah Timur
: Desa Mungkur
Tata Guna Tanah Tanah di Desa Sumbul menurut fungsinya dibagi menjadi areal pertanian, pemukiman/perumahan, perkuburan, jalan, dan untuk kegiatan sosial masyarakat. untuk lebih jelasnya tentang tata guna tanah yang ada di Desa Sumbul dapat dilihat pada tabel berikut:
43 Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Penggunaan Tanah di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Deli Serdang tahun 2007 No Penggunaan Tanah 1 Kampung 2 Sawah 3 Perladangan 4 Kebun 5 Kuburan 6 Dll Jumlah
Luas Tanah (Ha) 5 72 305 225 2 70 679
Sumber: Data monografi Desa Tahun 2007
Persentase (%) 0,8 10,6 50 33,1 0,3 10,3 100 ,
Dari tabel dapat dilihat penggunaan tanah untuk areal perkampungan sebesar 5 Ha atau 0,8 %, areal persawahan sebesar 72 Ha atau 10,6 %, areal perladangan sebesar 305 Ha atau 50 %, areal perkebunan sebesar 225 Ha atau 33,1 %, areal pekuburan sebesar 2 Ha atau 0,3 % dan untuk areal lainnya sebesar 70 Ha atau 10,3 %. Penggunaan tanah di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang yang paling banyak digunakan adalah untuk areal perladangan sebesar 305 Ha atau 50 %. Keadaan penduduk Keadaan penduduk Desa Sumbul terdiri dari beberapa suku bangsa atau heterogen yaitu suku karo, jawa, banjar, mandailing dan batak. Sebahagian besar penduduk Desa Sumbul bermata pencaharian sebagai petani. Kegiatan usahatani di Desa Sumbul pada umumnya masih dilakukan secara tradisional. Hal ini disebabkan keterbatasan modal, pengetahuan dan arus informasi dan teknologi yang sedang berkembang. Penduduk Desa Sumbul Kec STM Hilir Kabupaten Deli Serdang adalah 2598 jiwa yang meliputi 1324 jiwa laki-laki dan 1274 jiwa perempuan dengan 639 KK. Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihatpada tabel berikut:
44 Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelomopok Umur Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang 2007 No 1 2 3
Kelompok Umur (Tahun) 0-9 1O-56 >56 Total
Jumlah Penduduk (Jiwa) 576 1622 400 2598
Sumber: Data monografi Desa Tahun 2007
Persentase (%) 22,1 62,4 15,3 99,8
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-9 tahun sebesar 576 jiwa atau 22,1%, jumlah penduduk kelompok umur 10-56 tahun sebesar 1622 jiwa atau 62,4 %, jumlah penduduk kelompok umur diatas 56 tahun 400 jiwa atau 15,3 %. Jumlah penduduk yang paling besar terdapat pada kelompok umur 10-56 tahun yaitu 1622 jiwa atau 62,4 % dan jumlah penduduk terkecil berada pada kelompok umur di atas 56 tahun yaitu 400 jiwa atau 15,3 %. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa kelompok umur produktif yaitu umur 10-56 tahun berjumlah 1622 jiwa atau 62,4 % dan kelompok umur tidak produktif berjumlah 976 jiwa atau 37,4 %. Kehidupan beragama sangat penting dalam mewujudkan suasana yang aman, tentram dan harmonis ditengah keberagaman agama yang ada di Desa Sumbul. Untuk mewujudkan suasana yang aman, tentram, dan harmonis masing masing pemeluk agama harus saling toleransi, menghormati, menghargai dan tidak memaksakan agama atau keyakinan yang di anut kepada pemeluk agama lain Untuk lebih jelasnya tentang kehidupan umat beragama yang terdapat di Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
45 Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang 2007 No 1 2
Agama
Islam Kristen Jumlah
Jumlah (Jiwa) 964 1634 2598
Sumber: Data monografi Desa Tahun 2007
Persentase (%) 37,1 62,8 99,9
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang beragama Islam sebesar 964 jiwa atau 37,1 %, jumlah penduduk yang menganut agama Kristen sebesar 1634 jiwa atau sebesar 62,8 %. Mata pencaharian penduduk Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang terdiri dari PNS, buruh, wiraswasta dan petani. Untuk lebih jelasnya pencaharian penduduk Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kab. Deli Serdang 2007 No 1 2 3 4
Mata Pencaharian Petani Buruh Wiraswasta PNS Total
Jumlah penduduk (Jiwa) 815 200 42 15 1.072
Sumber: Data monografi Desa Tahun 2007
Persentase (%) 76 18,6 3,9 1.3 100
Dari tabel dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kab.Deli Serdang terdiri dari petani sebesar 815 jiwa atau 76 %, buruh sebesar 200 jiwa atau 18,6 %, wiraswasta 42 jiwa atau 3,9 %, PNS sebesar 15 jiwa atau 1,3 %. Mata pencarian tebanyak yang terdapat di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten deli Serdang adala petani sebesar 815 jiwa atau 76 %. Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam membangun dan mengembangkan masyarakat, karena pendidikan merupakan dasar dalam pembentukan pola pikir masyarakat di tengah-tengah lingkungannya.
46 Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Distribusi Pendududuk menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kab. Deli Serdang 2007 No 1 2 3 4
Tingkat Pendiduikan Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT Total
Jumlah penduduk (Jiwa) 250 195 175 19 639
Sumber: Data monografi Desa Tahun 2007
Persentase (%) 39,1 30,5 27,3 2,9 100
Dari tabel dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang tamat SD sebesar 250 jiwa ataqu 39,1 %, tamat SLTP sebesar 195 jiwa atau 30,5 %, tamat SLTA sebesar 175 jiwa atau 27,3 %, tamat perguruan tinggi sebesar 19 jiwa atau 2,9 %. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang terbesar adalah tamat SD sebesar 250 jiwa atau 39,1 %. Sarana dan Prasarana Desa Sumbul Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan pembangunan di suatu daearah serta maju atau tidaknya suatu daerah atau desa ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai/mendukung. Sarana dan prasarana juga dapat menunjang dalam kegiatan penduduk sehari-harinya, mempercepat akses masuknya arus teknologi dan informasi serta dapat memacu minat para investor dalam menanamkan modalnya, karena suatu kemustahilan para investor akan menanamkan modalnya disuatu desa yang sarana dan prasarananya tidak mendukung karena hal ini akan menyebabkan tingginya biaya produksi sehingga investor bisa rugi.
47 Universitas Sumatera Utara
Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sumbul Kec.STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang 2007 No 1
2
3
Sarana dan Prasarana Sarana Peribadatan Mesjid Langgar Gereja Sarana Pendidikan SD SLTA Sarana Angkutan Bus Mobil Prah Sepeda Motor Sepeda
Jumlah 2 1 3 2 1
Sumber: Data monografi Desa tahun 2007
2 1 231 150
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah sarana peribadatan seperti mesjid sebanyak 2 unit, langgar sebanyak 1 unit, gereja sebanyak 3 unit. Sarana pendidikan SD sebanyak 2 unit, SLTA sebanyak 1 unit. Sarana angkutan bus sebanyak 2 unit, sepeda motor sebanyak 1 unit, mobil prah sebanyak 1 unit sepeda motor sebanyak 231unit.dan sepeda150 unit Karakteristik Petani sampel Karakteristik petani sampel di daerah penelitian meliputi karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan ekonomi petani dalam penelitian ini terdiri atas: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan pendapatan keluarga petani pisang barangan. Karakteristik sosial ekonomi petani dalam penelitian ini erat kaitannya dengan bagaimana cara meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup para petani. Untuk lebih jelasnya karakteristik petani di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:
48 Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Karakteristik Pertani Sampel di Desa Sumbul, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang 2007 No 1 2 3 4 5 6
Karakteristik Petani Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) PengalamanBertani (Tahun) JumlahTanggungan (Jiwa) Luas Lahan (Ha) Pendapatan Keluarga (Rp)
Rentang
34-56
Rerata 44,5
6-12
8
129
8-27
18
275
1-4 0,4-2,5
3 1,20
42 1920
4.658.900-39.136.500
19.728.387
335.382.583
Sumber:Anallisis Data primer diolah 2008 ( Lampiran 1,17,18,19)
Total
696
Dari tabel dapat diketahui bahwa petani sampeldi Desa Sumbul memiliki rentang umur antara 34-56 tahun dengan rerata 44,5 tahun, ini menunjukkan bahwa umur petani sampel di daerah penelitian masih tergolong dalam usia produktif sehingga memungkinkan dapat meningkatkan produksi yang optimal. Tingkat pendidikan formal petani sampel antara 6-12 tahun dengan rerata 8 tahun, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal petani sampel di daerah penelitian setara dengan tamat SD atau tidak tamat SMP sehingga sangat dibutuhkan
pendidikan
nonformal
untuk
menambah
pengetahuan
dan
keterampilan petani sampel dalam melakukan kegiatan usahatani pisang barangan. T ingkat pengalaman bertani petani sampel antara 8-27 tahun dengan rerata 18 tahun, ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian tergolong tinggi atau lama sehingga memungkinkan dapat melakukan kegiatan usahatani pisang barangan dengan baik, karena sudah merupakan kegiatan yang turun-temurun. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel antara 1-4 jiwa dengan rerata 3 jiwa, ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian memilki peluang dan kekuatan dalam melakukan usahatani pisang barangan karena
49 Universitas Sumatera Utara
memiliki tenaga kerja dalam keluarga yang cukup besar sehingga kegiatan usahatani dapat berjalan dengan baik. Luas lahan petani sampel antara 0,4-2,5 Ha dengan rerata 1,20 Ha, ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian dalam hal kepemilikan lahan masih tergolong rendah sehingga diharapkan petani sampel dapat memanfaatkan lahan tersebut semaksimal mungkin dengan pemanfaatan teknologi baru dan tepat guna.. Pendapatan keluarga petani sampel
antara Rp.4.658.900-39.136.500
dengan rerata Rp.19.728.300, ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian memiliki pendapatan tergolong tinggi. Usahatani pisang barangan terbukti dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan tingkat kesejahteraan hidup petani sampel di daerah penelitian.
50 Universitas Sumatera Utara
TEKNIK BUDIDAYA PISANG BARANGAN Tanaman pisang yang dibudidayakan secara intensif dengan menerapkan teknologi yang benar sehingga dapat memenuhi kualitas ekspor. Pada saat ini pisang telah memasuki jajaran komoditas ekspor non migas yang dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan devisa negara yang cukup tinggi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam budidaya pisang barangan di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Syarat Tumbuh Pisang Barangan 1. Curah hujan merata sepanjang tahun (1500 – 2500 mm/tahun). 2. Temperatur 15 – 35°C, optimal 27°C. 3. Tanaman pisang tumbuh optimal pada tanah bertekstur liat atau tanah alluvial, mengandung kapur, kaya akan bahan organic. 4. PH tanah 4,5 – 7,5 Pemilihan tanah Tanah yang cocok untuk pertumbuhan pisang adalah tanah dengan solum (kedalaman tanah) dalam, tidak berbatu-batu, cukup mengandung air, namun tidak menggenang, tanah gembur dan banyak mengandung kadar humus. Jenis tanah yang cocok adalah jenis tanah liat berkapur atau aluvial. Keadaan iklim Rataan curah hujan yang cocok untruk tanaman pisang adalah berkisar antara 1.500-2.500 mm per tahun. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pisang adalah berkisar antara 16-38 °C dengan suhu udara optimal rata-rata 27 °C
51 Universitas Sumatera Utara
Keadaan Lingkungan Lokasi tanaman pisang hendaknya dekat dengan sumber air yang cukup dan bebas dari pencemaran limbah industri, yang dapat meracuni tanaman pisang. Perkebunan pisang hendaknya tidak jauh dari jalan raya agar memudahkan pengangkutan sarana dan prasarana produksi pisang. Persiapan lahan Lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi, letak pasar, industri pengolahan pisang dan segi keamanan sosial. Pengolahan dilakukan dengan cara pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat, pembuatan sengkedan (tanah miring) dan pembuatan saluran pengeluaran air atau parit dengan ukuran 0,5 m dan lebar 1 m. Selain itu, setiap pertengahan dari panjang dan lebar lahan dibuat parit yang ukurannya sama dengan pinggir lahan. Parit ini berfungsi untuk menampung kelebihan air hujan sehingga air itu tidak sampai menggenangi tanaman. Setelah lahan gembur dan rata maka dibuat lubang-lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Jarak tanam 2 m x 3 m dengan kepadatan tanaman untuk 1 Ha = 1360 batang. Lubang itu dibiarkan terbuka selama 2 sampai 5 minggu.
Pemilihan Bibit Perbanyakan pisang selalu dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan). Bahannya dapat berupa anakan yang tumbuh dari bonggol, belahan bonggol, dan tanaman yang berasal dari pembibitan kultur jaringan.
52 Universitas Sumatera Utara
Penanaman Penanaman bibit yanag tepat dilakukan menjelang musim hujan (OktoberNovember) agar terhindar dari kekeringan, apabila lahan dapat diari, maka penanaman bibit bisa dilakukan setiap saat. Setiap lobang ditanami satu bibit dengan posisi tegak tepat di tengah lubang. Sebelum dilakukan penanaman lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh pada rasa dan kualitas buah.
Pengairan dan Drainase Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Pengairan tanaman pisang di daerah penelitian kebanyakan tergantung air hujan. Oleh sebab itu penanamannya dilakukan pada OktoberNovember. Pengairan dilakukan dengan penyiraman pada pagi hari/mengisi paritparit yang berada diantara barisan tanaman pisang.
Pemupukan Pemupukan tanaman pisang dilakukan sebanyak 3-6 kali sejak bibit pisang di tanam sampai menjelang berbunga. Dosis pemupukan yang diberikan bervariasi untuk setiap tempat karena perlakuan pupuk ini tergantung kondisi tanah, iklim, dan kultivar tanaman yang di tanam. Pemberian pupuk dilakukan empat kali yaitu umur satu bulan, empat bulan, tujuh bulan dan sembilan bulan setelah tanam.
Pemeliharaan Buah Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisi buah yang terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang menggembung sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan atau
53 Universitas Sumatera Utara
karena angin kencang, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah. Pemberantasan Hama dan Penyakit Sewaktu masih muda, pisang harus bebas dari gangguan gulma. Pisang tidak dapat tumbuh dengan baik apabila dibiarkan bersaing dengan gulma. Dua minggu setelah tanam, gulma yang ada perlu disiangi secara manual. Pemberantasan gulma di darah penelitian dilakukan dengan cara menyiangai dengan mempergunakan tangan dan cangkul serta menggunakan herbisida. Sedangkan pemberantasan hama dan penyakait dilakukan dengan insektisida dan fungisida.
Panen Pada umur satu tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Buah pisang dipanen bersamaan dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Setelah dipanen, maka dilakukan perawatan
rumpun pisang berupa
pembersihan daun kering, penebangan dan pembuangan batang pisang yang telah diambil buahnya. Anakan yang tumbuh hanya dipelihara 2-3 batang saja, selebihnya dipotong. Dengan demikian rumpun pisang itu dapat lebih lama berproduksi
54 Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Usahatani Pisang (Luas Panen, Produksi dan Produktivitas) Tahun 2002-2006 di Kabupaten Deli Serdang Luas Panen Perkembangan luas panen tanaman pisang di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2002-2004 dapat dilihat pada diagram batang berikut: Luas Panen (Ha) 7000.00
Luas Panen (Ha)
6000.00 5000.00 4000.00
Luas Panen (Ha)
3000.00
Sumber: Analisis data skunder diolah Tahun 2008 (Lampiran 24) 2000.00 1000.00
Gambar 2. Diagram Perkembangan Luas Panen Tanaman Pisang 0.00 Kabupaten Deli serdang tahun 2002-2006 2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Sumber: Analisis data skunder diolah Tahun 2008 (Lampiran 24) Gambar 2. Diagram Perkembangan Luas Panen Tanaman Pisang Kabupaten Deli serdang tahun 2002-2006 Berdasarkan gambar diagram batang diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2002-2004 luas panen pisang di Kabupaten Deli serdang mengalami peningkatan, hal ini disebabkan permintaan pisang yang semakin tinggi baik dari pasar lokal, domestik maupun luar negeri (negara tetangga seperti malaysia, Brunai Darussalam, Thailand dan Cina) dan harga yang kompetitif serta serangan hama penyakit tanaman gulma terutama penyakit layu fusarium yang belum banyak menyerang tanaman pisang petani sehingga masyarakat tertarik untuk
55 Universitas Sumatera Utara
melakukan usahatani pisang, dengan kondisi demikian luas panen pisang akan mengalami peningkatan. Akan tetapi pada tahun 2004-2006 luas panen pisang di Kab. Deli Serdang cendrung mengalami penurunan, hal ini disebabkan banyaknya tanaman pisang yang terserang hama penyakit gulma terutama penyakit layu fusarium. Penyakit layu fusarium (masyarakat setempat menyebutnya penyakit mati gadis) sampai saat ini belum ditemukan obatnya atau vaksinnya. Petani sampel di daerah penelitian kewalahan dan belum memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam mengatasinya sehingga mereka memutuskan untuk beralih komoditi ketanaman perkebunan (kelapa sawit, karet dan kakao), dengan kondisi demikian secara otomatis luas panen pisang akan mengalami penurunan. Produksi Perkembangan produksi tanaman pisang di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2002-2004 dapat dilihat pada diagram batang berikut: P roduk s i (Ton) 70000 P roduksi (ton)
60000 50000 40000
P roduk s i (Ton)
30000 20000
Sumber: 10000 Analisis data skunder diolah Tahun 2008 (Lampiran 24) 0
Gambar 3. Diagram Perkembangan Pisang 2002 2003 2004 Produksi 2005 Tanaman 2006 di Kabupaten Deli Serdang 2002-2006 Ta tahun hun Sumber: Analisis data skunder diolah Tahun 2008 (Lampiran 24) Gambar 3. Diagram Perkembangan Produksi Tanaman Pisang di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara tahun 2002-2006
56 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar diagram batang di atas dapat diketahui bahwa produksi tanaman pisang pada tahun 2002-2004 di Kabupaten Deli Serdang cendrung mengalami kenaikan hal ini disebabkan oleh kenaikan luas panen pisang petani. Sementara produksi tanaman pisang pada tahun 2004-2006 mengalami penurunan yang drastis, hal ini disebabkan oleh serangan penyakit layu fusarium yang menyerang hampir keseluruhan tanaman pisang petani dan penurunan luas panen pisang petani. Produksi pisang di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2002 ke tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 7.772 Ton dan tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 14.562 Ton, Tahun 2004 ke tahun 2005 produksi pisang mengalami penurunan sebesar 32.208 Ton dan tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 17.041 Ton. Puncak produksi pisang terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 66.290 Ton, dan produksi terkecil terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 17.041 Ton. Produktivitas Lahan yang semakin luas tidak bisa dikatakan produksinya akan semakin tinggi, namun produktivitas tanaman pisang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor alam, keterampilan dalam melakukan pengelolaan atau aspek manajemen, pemanfaatan teknologi, perawatan dan pemeliharaan secara intensif dan kondisi sarana dan prasarana yang mendukung
57 Universitas Sumatera Utara
Perkembangan produktivitas tanaman pisang di Kabupaten Deli serdang tahun 2002-2006 dapat dilihat pada diagram batang berikut:
PRODUKTIVITAS (ton/Ha)
Produktivitas (Ton/Ha) 12.2 12 11.8 11.6 11.4 11.2 11 10.8 10.6 10.4 10.2
Produktivitas (Ton/Ha)
2002
2003
2004
2005
2006
TAHUN
Sumber: Analisis data skunder diolah Tahun 2008 (Lampiran 24) Gambar 4. Diagram Perkembangan Produktivitas Tanaman Pisang di Kabupaten Deli Serdang tahun 2002-2006 Berdasarkan gambar diagram batang di atas dapat diketahui bahwa produktivitas pisang sebanding dengan jumlah produksi dan berbanding terbalik dengan luas panen artinya semakin tinggi produksi maka produktivitas yang dihasilkan akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin tinggi luas panen maka produktivitas yang dihasilkan akan semakin kecil. Produktivitas pisang yang dihasilkan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2002 sebesar 10,90 Ton/Ha, tahun 2003 sebesar 12,06 Ton/Ha, tahun 2004 sebesar 11,52 Ton/Ha, tahun 2005 sebesar 11,14 Ton/Ha dan tahun 2006 sebesar 11,25 Ton/Ha.
58 Universitas Sumatera Utara
Produktivitas terbesar tedapat pada tahun 2003 yaitu sebesar 12,6 Ton/Ha dan produktivitas terkecil terdapat pada tahun 2002 yaitu sebesar 10,90 Ton/Ha Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan terjadi fluktuasi usahatani pisang (luas panen, produksi dan produktivitas ) di Kab. Deli Serdang sehingga hipotesis (1) dinyatakan diterima. Sarana dan Biaya Produksi Usahatani Pisang Barangan Sarana produksi merupakan output yang dikeluarkan oleh petani sample dalam membudidayakan pisang barangan. Sedangkan biaya produksi usahatani pisang barangan adalah biaya tenaga kerja, input produksi, penyusutan, sewa lahan dan pajak tanah (PBB). Total biaya produksi adalah penjumlahan dari seluruh biaya-biaya produksi dalam usahatani. Sarana produksi usahatani pisang barangan di daerah penelitian terdiri dari bibit, pupuk dan obat-obatan. Dari hasil penelitian diperoleh total sarana produksi rata-rata yang digunakan petani pisang barangan seperti pada tabel berikut: Tabel 11. Rata-rata Total Sarana Produksi Per Petani dan Per Hektar Usahatani Pisang Barangan Per panen Tahun 2007 No 1 2
3
4
Jenis Sarana Produksi Bibit (Batang)
Per Petani 1088
Per Hektar 931
75 69 1912
68 68 1835
13 25 4 4
11 23 3 3
Pupuk (Kg) Urea NPK Kandang Obat-obatan Curater (Kg) Belerang (Kg) Round-Up (Ltr) Gramoxone (Ltr) Tenaga Kerja (HKP)
71
78
Sumber:Anallisis Data primer diolah 2008 ( Lampiran 5,6,9,10,11,12)
59 Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pemakaian bibit di daerah penelitian adalah sebesar 1088 batang/petani dan 931 batang/Ha. Pemakaian pupuk urea 75 Kg/petani dan 68 Kg/Ha. Pupuk NPK 69 Kg/petani dan 68 Kg/Ha. Pupuk kandang 1.912 Kg/petani dan 1.835 Kg/Ha. Pemakaian obat-obatan di daerah penelitian yaitu Curater 13 Kg/petani dan 11 Kg/Ha. Belerang 25 Kg/petani dan 23 Kg/Ha. Obat-obatan Round-Up 4 liter/petani dan 4 liter/Ha. Obat-obatan Gramoxone 4 liter/petani dan 4 liter/Ha. Pemakaian jumlah tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga di daerah penelitian adalah 71 HKP/petani dan 78/Ha. Untuk mengetahui rata-rata total biaya produksi usahatani pisang barangan di Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Rata-rata Total Biaya Produksi Per Petani dan Per Hektar Usahatani Pisang Barangan N Komponen Biaya o Produksi 1 Tenaga Kerja 2 Sarana Produksi 3 PBB 4 Penyusutan 5 Sewa lahan Jumlah
Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per Petani % Per Hektar % 1.950.000 23 1.980.350 5.075.300 59,9 4.544.000 42.700 0,5 36.000 58.000 0,68 64.400 1.335.300 15,7 1.137.500 8.461.300 100 7.762.100
Sumber: Analisis data primer diolah 2008 (Lampiran 13,14)
25,5 58,5 0,46 0,82 14,6 100
Dari tabel dapat diketahui bahwa komponen biaya produksi yang digunakan petani selama proses produksi usahatani pisang barangan adalah: 1. Tenaga Kerja Tenaga kerja diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi dalam usahatani pisang barangan. Pada usahatani pisang barangan ini
60 Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Tenaga kerja luar keluarga yaitu masyarakat setempat yang ikut berperan dalam kegiatan usahatani pisang barangan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sesuai dengan tahapan pekerjaan usahatani pisang barangan seperti pengolahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit, panen dan pasca panen. Upah tenaga kerja di daerah penelitian adalah sama untuk setiap tahapan pekerjaan baik pria maupun wanita yaitu sebesar Rp. 30.000/HKP. Besarnya biaya-biaya tenaga kerja rata-rata yang di gunakan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.1.950.000,-per petani atau sebesar 23 % dan Rp.1.980.350, per Ha atau 25,5 % 2. Sarana Produksi Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian meliputi bibit, pupuk dan obat-obatan. Biaya sarana produksi rata-rata yang digunakan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.5.075.300 per petani atau 59,9 % dan Rp.4.544.000 per Ha atau 58,5 %. 3. Pajak Tanah atau PBB PBB merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahunnya. Biaya rata-rata PBB usahatani pisang barangan di daearah penelitian adalah sebesar Rp. 43.000 per petani atau 0,5 % dari total biaya dan Rp. 36.000 per Ha atau 0,46 % dari total biaya.
61 Universitas Sumatera Utara
4. Penyusutan Peralatan Alat yang digunakan dalam usahatani pisang barangan di daearah penelitian adalah cangkul, parang dan pisau. Metode perhitungan penyusutan alatalat yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Nilai Penyusutan
H arg aBeli ( Rp ) H arg ajual ( Rp ) MasaPakaiE konomis (Tahun )
Biaya rata-rata penyusutan peralatan usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.56.000 per petani atau 0,68% dan Rp.64.400 per Ha atau 0,82 % Total biaya produksi yang digunakan dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.143.842.000 per petani dan Rp.132.000.000 per /Ha. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan biaya produksi usahatani pisang barangan berfluktuasi sehingga hipotesis (2) dinyatakan diterima. Penerimaan Usahatani Pisang Barangan Penerimaan petani pisang barangan diperoleh dari hasil perkalian antara produksi pisang barangan (sisir) dengan harga jual (Rp). Pada waktu diadakan penelitian, harga jual pisang barangan berkisar antara Rp.3.500- Rp.4.000/sisir. Untuk lebih jelas tentang penerimaan usahatani pisang barangan di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kab. Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:
62 Universitas Sumatera Utara
Tabel 13. Rata-rata Penerimaan Usahatani Pisang Barangan Per petani dan Per Ha Desa Sumbul Kec. STM Hilir Deli Serdang
KomponenPenerimaa n Produksi (Sisir) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)
Per Petani
Per Hektar
6.482 3.700 24.255.000
5.455 3.200 21.405.000
Sumber: Analisis data primer diolah 2008 (Lampiran 17,18 dan 19) Dari tabel diketahui bahwa rata-rata penerimaan usahatani pisang barangan sebesar Rp.24.255.000 per petani dan Rp. 21.405.000 per Ha. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan penerimaan usahatani pisang barangan berfluktuasi sehingga hipotesis (3) dinyatakan diterima Pendapatan Bersih Usahatani Pisang Barangan Pendapatan petani pisang barangan dihitung dengan analisis tabulasi sederhana yaitu hasil penerimaan pisang barangan dikurangi biaya produksi selama proses berlangsung, yang termasuk komponen biaya produksi dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian ádalah biaya tenaga kerja, sarana produksi, penyusutan, sewa lahan dan pajak tanah atau PBB. Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan bersih usahatani pisang barangan per petani dan per hektar di Desa Sumbul Kec. STM Hilar Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 14. Pendapatan Bersih Usahatani PisangBarangan Per Petani dan Per Hektar
No 1 2
Pendapatan Bersih Per Petani Per Hektar
Rataan (Rp) 15.794.000 13.643.000
Sumber: Analisis data primer diolah 2008 (Lampiran 17,18 dan 19) Dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih usahatani pisang barangan sebesar Rp. 15.794.000 per petani dan Rp. 13.643.000 per Ha.
63 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan pendapatan bersih usahatani pisang barangan berfluktuasi sehingga hipotesis (4) dinyatakan diterima Analisis Kelayakan Usahatani Pisang Barangan Kelayakan usahatani pisang barangan dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani yaitu ROI (Return on Investmen) dan B/C (Benefit Cost Ratio) Adapun untuk mengetahui nilai ROI dan B/C Ratio pada usahatani pisang barangan di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15. Nilai Rata-rata ROI dan B/C Ratio Usahatani Pisang Barangan Per Petani dan Per Ha Desa Sumbul Kec. STM Hilir
NO 1 2
Uraian ROI B/C Ratio
Pe Petani 1,82 2,82
Per Ha 1,93 1,82
Sumber : Analisis Data Primer di olah 2008 (lampiran 20, 21dan 22) Dari tabel diperoleh total nilai rata-rata ROI sebesar 1,82,-per petani dan 1,93,-per Ha artinya setiap penanaman modal sebesar Rp.1 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp.1,82,-per petani dan 1,93,-per Ha, sehingga usahatani pisang barangan layak untuk diusahakan. Total nilai rata-rata B/C ratio sebesar 2,82,-per petani dan 1,82,-per Ha artinya dari Rp.1 modal yang dikeluarkan akan mendapat hasil Rp.2,82,-per petani dan 1,82,-per Ha, hal ini menunjukkan usahatani pisang barangan layak diusahakan. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan usahatani pisang barangan menguntungkan setelah dianalisis dengan metode analisis usahatani sehingga hipotesis (5) dinyatakan diterima. Masalah-Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Pisang Barangan
64 Universitas Sumatera Utara
Masalah-masalah yang dihadapai petani pisang barangan sampai sekarang belum sepenuhnya dapat diatasi oleh petani, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani dalam melakukan usahatani pisang barangan. Petani juga kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh petani pisang barangan di daerah penelitian adalah: Hama penyakit dan gulma Hama Hama merupakan hewan/serangga yang dapat merusak tanaman budidaya (pisang barangan) sehingga produksi yang dihasilkan menurun baik kualitas dan kuantitasnya. Adapun hama yang terdapat dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah: Ulat Penggulung Daun (Erionota Thrax) Ulat penggulung daun mempunyai ciri-ciri yaitu menyerang daun tanaman pisang barangan dengan menggulung daun sehingga daun pisang rusak dan proses fotosintesis terhambat, akibatnya buah pisang yang dihasilkan kurang bagus/kecil. Thrips Buah Pisang Hama Thrips buah pisang mempunyai ciri-ciri yaitu menyerang kulit buah pisang barangan sehingga menyebabkan bintik-bintik hitam pada buah serta menurunkan nilai ekonomi baik dari segi kualitas dan kuantitas pisang barangan Penyakit
65 Universitas Sumatera Utara
Penyakit pada tanaman pisang barangan dapat berasal dari bakteri, jamur dan virus yang keberadaannya menggangu tanaman pisang barangan dan merugikan petani.
Adapun penyakit yang terdapat pada tanaman pisang barangan di daerah penelitian adalah: Penyakit layu fusarium Penyakit layu Fusarium adalah penyakit mematikan pada tanamana pisang barangan dan sampai sekarang belum ditemukan obat/vaksinnya tetapi hanya bisa diminimalisasi dampak kerugian yang ditimbulkannya. Penyakit Layu fusarium mempunyai ciri ciri yaitu tanaman menguning diawali dari daun tua dan menjalar ke seluruh tanaman, kemudian batang pisang bagian bawah menjadi retak, daun menjadi layu sehinggga tanaman pisang barangan menjadi mati Penyakit Becak Daun (Sigatoka) Penyakit Sigatoka mempunyai ciri-ciri terdapat bercak-bercak coklat pada daun pisang barangan dan setelah beberapa hari bercak tersebut akan menyebar ke daun lainnya sehingga menyebabkan daun tersebut mengering sampai ke dasar pelepah. Gulma Gulma adalah tanaman pengganggu yang keberadaannya dapat merugikan tanaman utama (pisang barangan).
66 Universitas Sumatera Utara
Adapun gulma yang banyak terdapat pada tanaman pisang barangan di daerah penelitian adalah cyperus rotundus, mikania mikranta dan paspalum conjugatum. Modal Modal memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan suatu usahatani, tanpa modal yang memadai suatu usahatani tidak akan dapat berjalan lancar dan berproduksi saecara optimal. Modal petani sampel pada penelitian ini sangat terbatas, hal ini disebabkan karena kebutuhan biaya produksi yang tinggi. Petani sampel di daerah penelitian hanya menggunakan modal sendiri. Mereka tidak melakukan pinjaman ke Bank karena Bank memiliki prosedur dan agunan serta administrasi yang berbelit-belit. Dengan keterbatasan modal yang dimiliki, maka petani sampel memenuhi kebutuhan usahatani/sarana produksi dengan menggunakan jumlah modal yang tersedia seperti dalam hal penggunaan bibit, pupuk maupun obat-obatan. Petani dalam menjalankan usahatani tidak dapat menggunakan dosis yang sesuai dengan aturan dan anjuran yang disarankan oleh penyuluh sehingga kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan kurang memuaskan, hal ini juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup petani. Upaya –Upaya dalam Mengatasi Masalah Yang Ada di Daerah Penelitian Hama Penyakit Gulma Hama Ulat Penggulung Daun (Erionota Thrax) Cara pengendaliannya adalah :
67 Universitas Sumatera Utara
1. Pengendalian dapat dilakukan dengan mekanis, yaitu dengan memangkas bagian-bagian daun yang terserang kemudian dihancurkan 2. Pengendalian secara kimia disemperot dengan insektisida seperti bayrusil 250 EC, Diazinon 60 EC.
Thrips Buah Pisang Cara pengendaliannya adalah: 1. Pengendalian dengan penyuntikan ontong pisang dengan insektisida dengan dosis maksimum 0,02 gr bahan aktif per ontong atau dengan pembungkusan tandan pisang dengan plastik warna biru atau putih. 2. Pengendalian dengan pembrongsongan tandan buah pisang barangan dengan menggunakan plastik yang berwarna biru atau putih. 3. Pengendalian dengan melakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida pada tandan buah pisang. Penyakit Penyakit layu fusarium Cara pengendaliannya adalah: 1. Cara pencegahan dilakukan dengan pemilihan bibit yang sehat, penggunaan alat yang seteril, menghindari mobilitas yang tinggi (dapat disebarkan oleh manusia). 2. Bila sudah terserang maka tanaman yang sakit sebaiknya dibongkar dan dibakar dan bila tidak memungkinkan maka tanaman sebaiknya dibunuh
68 Universitas Sumatera Utara
dengan menyuntikkan herbisida sistemik (seperti Round Up) dengan dosis 1 cc per 5 cm lingkar batang pada ketinggian 30 cm dari tanah, maksimum penggunaan 15 cc per rumpun pisang.
Penyakit Becak daun (Sigatoka) Cara Penaggulangannya adalah: 1. Pengendalian dengan menjaga kesuburan tanah dan daun-daun yang menunjukkan gejala dipotong (dioperasi). 2. Melakukan pembersihan batang dengan melakukan pemotongan daun dari dasar pelepah. Gulma Cara pengendaliannya : 1. pengendalian dengan cara melakukan sanitasi (pembabatan) 2. pengendalian dengan cara kimiawi yaitu melakukan penyemprotan dengan herbisida Modal Ketersediaan modal sangat penting dalam usahatani, hal ini diperlukan dalam proses produksi suatu usahatani (pisang barangan), tanpa modal yang cukup/ memadai suatu usahatani tidak akan dapat berjalan secara maksimal. Petani di daerah penelitian kewalahan dalam hal memperoleh pupuk atau sarana produksi tanaman pisang secara tepat waktu, jenis dan dosis anjuran,
69 Universitas Sumatera Utara
disamping itu petani masih mengutamakan kekuatan pribadiketimbang kekutan kelompok. Petani sampel di daerah penelitian dalam hal mengatasi modal adalah dengan melakukan pinjaman kepada keluarga dekat seperti orang tua, kakak, sepupu bahkan kepada tengkulak karena tidak mempunyai agunan, persyratannya tidak rumit, prosesnya cepat dan tidak memiliki waktu khusus seperti halnya Bank yaitu memiliki jadwal atau hari tertentu untuk melakukan pinjaman.
70 Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas pisang di Kabupaten Deli Serdang mengalami fluktuasi. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh serangan hama penyakit gulma terutama penyakit layu fusarium dan juga keterbatasan modal yang dimiliki petani. 2. Biaya rata-rata produksi usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah Rp.8.461.000,-per petani dan Rp.7.762.000,-per hektar. Komponen biaya produksi paling besar terdapat pada biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp.42.431.000,-petani atau sebesar 47,8 % dan Rp.46.162.000,-per hektar atau sebesar 52,6 %. 3. Penerimaan rata-rata usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah Rp.24.255.000,- per petani dan Rp.21.405.000,- per hektar. 4. Pendapatan bersih rata-rata usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah Rp.15.794.000,-per petani dan Rp.13.643.000,-per hektar. 5. Usahatani pisang barangan layak diusahakan secara analisis usahatani, dimana nilai rata-rata ROI =1,82,-per petani dan 1,93,-per Ha artinya setiap setiap penanaman modal sebesar Rp.1 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp.1,82-per petani dan 1,93-per Ha sehingga usahatani pisang barangan layak untuk diusahakan (ROI >1). Nilai B/C ratio = 2,82,-per petani dan 1,82,-per Ha artinya dari Rp.1 modal yang dikeluarkan akan mendapat hasil Rp.2,82-per petani dan 1,82-per Ha, hal ini menunjukkan usahatani pisang barangan layak diusahakan (B/C > 1)
71 Universitas Sumatera Utara
6. Masalah-masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian adalah masalah hama penyakit gulma terutama serangan penyakit layu fusarium dan keterbatasan masalah modal yang dimiliki petani sampel di daerah penelitian. Saran Kepada petani pisang barangan yang ada di daerah penelitian: 1. Diharapkan petani pisang barangan menggunakan bibit unggul yang bebas dari hama penyakit supaya produksinya meningkat. 2. Diharapkan petani pisang barangan membentuk kelompok tani sehingga permasalahan yang muncul dapat diatasi secara bersama-sama. 3. Diharapkan petani pisang barangan dapat dengan mudah menerapakan anjuran para penyuluh yang ada . Kepada pemerintah 1. Diharapkan pemerintah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam pemberian kredit atau modal kepada petani pisang barangan. 2. Diharapkan pemerintah memberikan kemudahan dalam penyediaan pupuk, obat-obatan dan alat –alat pertanian lainnya. 3. Diharapkan
pemerintah
membangun
akses
transporasi
sehingga
kesejahtraan penduduk dapat meningkat Kepada peneliti selanjutnya 1. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti dan memikirkan tentang produk olahan atau agroindustri dari pisang barangan sehingga dapat memberikan nilai tambah. 2. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian pada tataniaga usahatani pisang barangan.
72 Universitas Sumatera Utara