METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu dengan pertimbangan bahwa daerah dipilih secara cermat agar sesuai dengan kondisi yang diharapkan, yaitu tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing adalah rendah. Penelitian dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Alasan penulis memilih perusahaan ini adalah karena PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang merupakan salah satu perusahaan perkebunan agribisnis yang besar, yang memiliki jumlah tenaga kerja yang banyak khususnya karyawan outsourcing. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah para karyawan outsourcing yang tersebar di sembilan Afdeling Unit Kebun Sawit Seberang yang berjumlah 360 orang. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penentuan sampel Stratified Random Sampling. Menurut Arikunto (2006), metode pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling) adalah metode pemilihan sampel denga cara membagi populasi ke dalam kelompokkelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Apabila anggota-anggota populasi tidak homogen, tetapi bisa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang relatif
Universitas Sumatera Utara
homogen, maka proses pengambilan sampel dengan metode acak sederhana akan menimbulkan bias, karena keheterogenan yang ada pada anggota populasi akan berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh dari variabel yang diobservasi. Pada kondisi tersebut perlu dilakukan pembagian anggota-anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen tersebut. Agar standar deviasi yang diperoleh tetap kecil, maka satuan sampel yang relatif homogen dalam karakteristik yang diteliti dijadikan satu kelompok yang dinamakan strata. Dengan demikian variasi yang ada antar strata mengggambarkan variasi dalam tiap strata (Arikunto, 2006). Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Karyawan Outsourcing di Kebun Sawit Seberang No
Afdeling
Populasi (x)
Jumlah Sampel (n) n=
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
I II II IV V VI VII VIII IX Jumlah
xY
34 39 47 52 35 31 45 29 48
3 3 4 4 3 3 4 2 4
360
30
Sumber : PTPN II Kebun Sawit Seberang, 2011 Keterangan :
= Jumlah populasi karyawan outsourcing (360 orang) Y
= Total sampel yang akan diambil (30 KK)
n
= Jumlah sampel setiap afdeling
Universitas Sumatera Utara
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari karyawan outsourcing melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (kuisioner). Data sekunder adalah data yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari buku yang bisa dijadikan sebagai referensi dan berbagai instansi atau lembaga terkait. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam peneltian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel
dependent
(terikat)
adalah
tingkat
kesejahteraan
karyawan
outsourcing, dinyatakan dalam Y. 2. Variabel independent (bebas), terdiri dari enam variabel, dinyatakan dalam x, yaitu jumlah tanggungan keluarga (X1), penghasilan/gaji (X2), umur (X3), tabungan (X4), beban hutang keluarga (X5), dan lokasi tempat tinggal (X6). Metode Analisis Data Untuk identifikasi masalah (1), bagaimana tingkat kesejahteraan karyawan outsourching di daerah penelitian? Dianalisis secara deskriptif dengan menskor data yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Tabel Kriteria Penilaian Indikator Kesejahteraan Karyawan Outsourcing Indikator Tingkat Kesejahteraan
Kategori
Skor
1. Angka kesakitan (sering sakitnya karyawan dan keluarga dalam 1 tahun)
≥ 6 kali 3 - 6 kali ≤ 3 kali
3 2 1
2. Jenis pengobatan
Medis (Dokter, puskesmas) Mantri atau bidan Non Medis (dukun, pengobatan alternatif, beli obat di warung)
3 2 1
3. Frekuensi makan dalam satu hari
≥ 3 kali 2 kali 1 kali
3 2 1
4. Jenis makanan yang dikonsumsi
Karbohidrat, protein, lemak, vitamin Karbohidrat, protein Karbohidrat Perguruan Tinggi SMA – SMP SD ≥ 4 orang 2 – 3 orang 1 orang Mampu Kurang mampu Tidak mampu Biaya konsumsi pangan lebih rendah dari biaya konsumsi non pangan Biaya konsumsi pangan sama dengan biaya konsumsi non pangan Biaya konsumsi pangan lebih tinggi daripada biaya konsumsi non pangan
3 2 1
Mencukupi Kurang mencukupi Tidak mencukupi Sering (1 – 4 bulan sekali) Kadang-kadang (2x dalam 1 tahun) Jarang (1 tahun sekali)
3 2 1 3 2
5. Pendidikan anak
6. Banyaknya anak pada usia sekolah yang masih sekolah dan tidak sekolah 7. Kemampuan menyekolahkan anak
8. Tingkat alokasi pengeluaran/bulan
9. Pemenuhan kebutuhan pangan
10. Frekuensi membeli pakaian
11. Pemenuhan kebutuhan sandang
12. Status kepemilikan rumah
Mencukupi Kurang mencukupi Tidak mencukupi Milik pribadi Sewa / kontrak Milik perusahaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3
2
1
1 3 2 1 3 2 1
Universitas Sumatera Utara
13. Kualitas bangunan rumah
14. Alat penerangan
15. Kelayakan tempat tinggal antara luas bangunan dengan anggota keluarga 16. Perabotan rumah yang dimiliki
17. Fasilitas MCK (Mandi, cuci, kakus)
18. Rekreasi
19. Kegiatan sosial (pesta, acara keagamaan, pemakaman, dll) 20. Kendaraan yang dimiliki
Dinding batu Dinding setengah batu Dinding papan / tepas Listrik > 450 Watt Listrik 450 Watt Tidak ada listrik
3 2 1 3 2 1
Memadai Cukup Tidak memadai Memadai Kurang memadai Tidak memadai
3 2 1 3 2 1
Baik Kurang baik Tidak baik Sering (setiap bulan/tahun) Kadang-kadang (3-5 kali / tahun) Jarang (1-2 kali/tahun) Setiap minggu dalam sebulan 2 kali sebulan 1 kali selama 2 bulan Sepeda motor dan sepeda Sepeda Tidak memiliki kendaraan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing adalah antara 20 - 60. Menurut Irianto (2004), mengukur range dari dua variabel digunakan rumus: Range = Range =
= 13
Jumlah skor tingkat kesejahteraan karyawan adalah 21 – 63 dengan range 14, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : 20 - 32 = Tingkat kesejahteraan rendah 33 - 46 = Tingkat kesejahteraan sedang 47 - 60 = Tingkat kesejahteraan tinggi Untuk identifikasi masalah (2), jumlah tanggungan (X1), penghasilan/gaji (X2), umur (X3), tabungan (X4), hutang (X5), dan jarak lokasi tempat tinggal
Universitas Sumatera Utara
terhadap kesejahteraan karyawan outsourcing di daerah penelitian (X6) dianalisis dengan menggunakan Regresi Linier Berganda, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas menggunakan model ekonometrika dengan meregresi variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear berganda (multiple regression) dengan spesifikasi model sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + μ
Dimana : Y
= tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing (dalam pengeluaran rumah tangga, dalam satuan Rp)
X1
= jumlah tanggungan keluarga (Orang)
X2
= Penghasilan/gaji (Rp)
X3
= umur (tahun)
X4
= tabungan (Rp)
X5
= beban hutang keluarga (Rp)
X6
= jarak rata-rata lokasi tempat tinggal dari pusat layanan pendidikan, kesehatan dan perdagangan terdekat (Km)
α
= Intercept/ konstanta
β1- β6 = Koefisien regresi μ
= Term of Error (kesalahan pengganggu)
Universitas Sumatera Utara
Uji asumsi Ordinary Least Squares (OLS) Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut. 1. Uji asumsi multikolinieritas Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolineritas di antara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model (Gujarati, 1988). Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel eksogen dalam model regresi. Korelasi di antara variabel eksogen seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik. Cara mendeteksi terjadinya multikolinieritas dalam model regresi adalah sebagai berikut. a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test), variabel-variabel eksogen secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel eksogen secara parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas. b. Menganalisis matriks korelasi antar variabel-variabel eksogen. Jika antar variabel eksogen ada korelasi yang cukup tinggi, umumnya di atas 0,90, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas. c. Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan terjadinya multikolinieritas. d. Melihat nilai toleransi (tolerance) dan VIF. Dengan kriteria uji sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Jika toleransi < 0,10 dan VIF > 10 : terjadi multikolinieritas. Jika toleransi > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinieritas. 2. Uji asumsi heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama (Gujarati, 1988). Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut. Analisis grafik Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel endogen, yaitu Y: ZPRED dengan residualnya X: SRESID. Dengan kriteria uji sebagai berikut. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang,
melebar,
kemudian
menyempit):
terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y: tidak terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara sratistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2006). Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti. Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel endogen. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel eksogen dalam menjelaskan variabel endogen. 1. Uji pengaruh variabel secara serempak Uji pengaruh variabel secara serempak pada dasarnya menunjukkan apakah secara serempak semua variabel eksogen yang dimasukkan dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Uji pengaruh variabel secara serempak dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Untuk menguji hipotesis 2, yaitu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing, digunakan Uji F (F-test). Dengan kriteria uji sebagai berikut. Jika Fhitung < Ftabel atau jika signifikansi F > α : terima Ho atau tolak H1.
Universitas Sumatera Utara
Jika Fhitung > Ftabel atau jika signifikansi F < α : tolak Ho atau terima H1. Di mana : Ho :
secara
serempak,
variabel
penggunaan
jumlah
tanggungan,
penghasilan/gaji, umur, tabungan, hutang, dan jarak lokasi tempat tinggal ke pusat layanan terdekat tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing; H1 :
secara
serempak,
variabel
penggunaan
jumlah
tanggungan,
penghasilan/gaji, umur, tabungan, hutang, dan jarak lokasi tempat tinggal ke pusat layanan terdekat berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing. 2. Uji pengaruh variabel secara parsial Uji pengaruh variabel secara parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel eksogen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel endogen. Uji pengaruh variabel secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Untuk menguji hipotesis 2, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan karywan outsourcing, digunakan Uji t (t-test). Dengan kriteria uji sebagai berikut. Jika thitung < ttabel atau jika signifikansi t > α : terima Ho atau tolak H1. Jika thitung > ttabel atau jika signifikansi t < α : tolak Ho atau terima H1. Di mana : Ho :
secara parsial, variabel penggunaan jumlah tanggungan, penghasilan/gaji, umur, tabungan, hutang, dan jarak lokasi tempat tinggal ke pusat layanan
Universitas Sumatera Utara
terdekat tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing; H1 :
secara parsial, variabel penggunaan jumlah tanggungan, penghasilan/gaji, umur, tabungan, hutang, dan jarak lokasi tempat tinggal ke pusat layanan terdekat berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat kesejahteraan karyawan outsourcing. Untuk identifikasi masalah (3), bagaimana status pendapatan karyawan
outsourcing di daerah penelitian dilihat dari garis kemiskinan menurut Profesor Sajogyo? untuk menentukan taraf hidup golongan masyarakat tertentu mendasarkan pada kriteria Sajogyo (1982), yang pendekatannya memakai data pengeluaran rumah tangga. Besar pengeluaran rumah tangga ini disetarakan nilainya dalam bentuk ekuivalen beras perkapita sebagai indikator kemiskinan. Beliau membedakan tingkat ekuivalen konsumsi beras di daerah pedesaan dan perkotaan. Untuk daerah pedesaan, apabila seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen
beras
kurang
dari
240
Kg/Kapita/Orang/Tahun,
maka
yang
bersangkutan digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan sebesar ekuivalen beras 360 Kg/Kapita /Orang/Tahun. Sebagai contoh, apabila si A merupakan warga Desa X. Konsumsi atau pengeluaran keluarga per bulan adalah Rp. 1.500.000, dan beras yang ia konsumsi adalah beras dengan harga Rp. 8.000/kg. Untuk mengetahui status kemiskinan si A, maka dapat dilihat dengan kriteria berikut : Y < P1 x P2 , maka dikategorikan tidak miskin Y > P1 x P2 , maka dikategorikan miskin Keterangan :
Universitas Sumatera Utara
Y
= konsumsi/pengeluaran (Rp)
P1
= harga beras yang dikonsumsi (Rp/Kg)
P2
= ekuivalen beras daerah pedesaan, 240 Kg/Kapita/Orang/Tahun.
Jadi, untuk mengetahui status kemiskinan si A, dapat kita hitung : Y
= Rp. 8.000 x 240 = Rp. 1.920.000
Maka, Y merupakan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 1.500.000, dan nilainya lebih kecil daripada hasil perkalian P1 dengan P2, yang diketahui dengan kriteria sebagai berikut : Y
< P1 x P2
Sehingga dapat disimpulkan bahwa si A termasuk dalam kriteria tidak miskin. Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut : Definisi 1. Kesejahteraan adalah suatu cara dan penghidupan sosial materil dan spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang meningkat bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial bagi diri, keluarga dan masyarakat. 2. Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap (material dan nonmaterial) yang berisikan berdasarkan kebijaksanaan. 3. Karyawan/pegawai adalah seseorang pekerja tetap yang bekerja dibawah perintah orang lain dan mendapat kompensasi serta jaminan.
Universitas Sumatera Utara
4. Buruh/kuli adalah seorang pekerja harian atau honorer yang bekerja dibawah perintah orang lain dan menerima balas jasa yang besarnya tertentu. 5. Karyawan outsourching adalah karyawan tetap ataupun kontrak, hal itu bergantung kepada sifat pekerjaannya (apakah memenuhi syarat untuk kontrak) dan juga bergantung kepada kebijakan pengelola outsourcing itu. 6. Kemiskinan adalah sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (proverty threshold). Batasan Operasional 1. Lokasi penelitian adalah di PT. Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Sawit Seberang. 2. Sampel penelitian adalah karyawan outsourcing yang bekerja di Kebun Sawit Seberang. 3. Waktu penelitian adalah tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara