III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa Paluh Sibaji memiliki kawasan hutan mangrove, dan pernah terdapat kegiatan penanaman bibit mangrove oleh pemerintah. Selain itu desa ini merupakan daerah yang dapat dijangkau bila dilihat dari adanya akses transportasi dan biaya untuk mendapatkan data di lokasi penelitian. 3.2 Metode Penarikan Sampel Dalam penelitian ini, pemilihan sampel/responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan metode simple random sampling (acak sederhana). Adapun populasi dalam objek penelitian ini adalah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah desa Paluh Sibaji dengan sampel yaitu masyarakat yang terpilih secara acak. Jumlah sampel ditetapkan dengan metode Slovin (Umar, 2004), yaitu : n
=
N 1 + N (e2)
Keterangan : n
= Ukuran sampel penelitian (jiwa).
N
= Ukuran populasi (jiwa).
e
= Persen kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel (%).
Universitas Sumatera Utara
Jadi, berdasarkan jumlah kepala keluarga tahun 2007 di desa Paluh Sibaji sebesar 690 dan e = 10%, diperoleh jumlah sampel sebesar : n
=
690 1 + 690 (0,12)
n
=
87,34
= 87 Kepala Keluarga
Adapun data-data yang digunakan adalah data yang memiliki indikasi ada atau tidaknya partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di desa Paluh Sibaji. Data ini diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara langsung kepada sampel penelitian serta data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehutanan, BPS, dan instansi lainnya. Adapun data-data yang diperlukan adalah : 1. Aspek karakteristik individu sampel ; umur, jumlah anggota keluarga, lama bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. 2. Aspek
partisipasi masyarakat yang meliputi; aktivitas mengikuti
penyuluhan, penanaman, pengawasan, dan pemeliharaan baik atas kehendak sendiri maupun oleh pemerintah dalam pelestarian hutan mangrove. 3. Luas dan penyebaran hutan mangrove di Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang. 4. Jumlah penduduk Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007, dan Desa Paluh Sibaji Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode survei yang bersifat deskriptif korelasional serta observasi lapangan. Sedangkan data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pengisian daftar pertanyaan (kuisioner) kepada pihak-pihak yang dikualifikasikan sebagai sampel, yaitu masyarakat yang berada di desa Paluh Sibaji. Kuisioner tersebut meliputi pemahaman mengenai partisipasi dalam upaya pelestarian hutan mangrove, yaitu kegiatan atau aktivitas sampel mengikuti kegiatan penyuluhan, penanaman dan pemeliharaan hutan mangrove yang dilakukan lembaga desa maupun aktivitas penanaman dan pemeliharaan terhadap hutan mangrove yang dilakukan atas kehendak sendiri. Serta pemahaman akan kegiatan, kelembagaan, dan manfaat yang diperoleh dari hutan mangrove. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperrti ; Dinas Kehutanan, Badan Pusat Statistik Kabupaten dan Kecamatan, internet, serta informasi lainnya dari tokoh-tokoh masyarakat yang ada di desa Paluh Sibaji. 3.4 Metode Analisis Data Data yang telah diperoleh dalam penelitian diolah dan ditabulasikan, kemudian dimasukkan ke dalam tabel dan dihitung frekuensi dan persentasenya sesuai dengan kriterianya. Tindakan terakhir penganalisisan dan dijabarkan hasilnya. Penilaian rentang besaran tingkat partisipasi serta karakteristik atau kondisi setiap unsur pada masing-masing parameter yang diamati dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang biasa digunakan untuk mengukur sikap
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dengan menggunakan ukuran ordinal (Nazir, 2005). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel.2. Tabel 2. Skala Tingkat Partisipasi Responden
Tingkat Partisipasi Responden No.
Pilihan Jawaban Terhadap Pertanyaan
Skor
1 2 3 4 5
A B C D E
4 3 2 1 0
Untuk menafsirkan tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian hutan mangrove di desa Paluh Sibaji, maka dibuat rentang total nilai seperti Tabel.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Indikator Tingkat Partisipasi Berdasarkan Rentang Skor No.
Rentang Persentase Skor
Tingkat Partisipasi
1
81 – 100
Sangat Tinggi
2
61 – 80
Tinggi
3
41 – 60
Sedang
4
21 – 40
Rendah
5
0 – 20
Sangat Rendah
Untuk menganalisis data dilakukan dengan analisis deskriptif korelasional dengan menggunakan uji Korelasi Peringkat Spearman (Nazir, 2005), dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : rs = 1 –
6 ∑ di2 N3 – N
Keterangan : rs
= Koefision Korelasi Spearman
di
= Beda antara 2 pengamatan berpasangan
N
= Total pengamatan
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sebagai pengujian hipotesis digunakan uji t pada taraf α = 0,05 (Djarwanto, 1996) dengan rumus :
t = rs
N-2 1 - rs2
Keterangan : t
= Studen ( Taraf Signifikansi )
rs
= Koefisien Korelasi Spearman
N
= Total Pengamatan
Dengan kriteria uji sebagai berikut : - H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel - H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut : H0
: Tidak terdapat hubungan antara variabel individu masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove.
H1
: Terdapat hubungan antara variabel individu masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove.
Variabel individu masyarakat yang dikaji adalah : 1. Umur. 2. Jumlah anggota keluarga. 3. Lama masa bermukim.
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat pendapatan. 5. Tingkat pendidikan. Untuk memudahkan dalam mengolah dan menganalisis dalam penelitian ini, maka dipergunakan perangkat komputer dengan program SPSS for Windows. 3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi Untuk menghindari kesalahan pengertian dan defenisi yang berbeda-beda dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka variabel yang diamati perlu didefenisikan secara khusus guna memberikan batasan-batasan terhadap setiap variabel yang diteliti sebagai berikut : 1. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove, dalam bentuk mengikuti kegiatan penyuluhan, penanaman, pemeliharaan, dan pengawasan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah desa maupun kehendak sendiri. 2. Karakteristik Individu, meliputi : - Umur, adalah usia sampel yang dihitung dari tahun lahir sampai saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun. - Pendidikan, adalah lama pendidikan formal yang diikuti oleh sampel yang dinyatakan dalam tahun. - Tingkat Pendapatan, yaitu penghasilan rata-rata sampel setiap bulan yang diperoleh dari berbagai sumber. - Lama Bermukim, yaitu lamanya sampel mulai tinggal di desa penelitian sampai saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.
Universitas Sumatera Utara
- Jumlah Anggota Keluarga, adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung dalam satu keluarga. 3. Lain – lain : - Pelestarian adalah suatu tindakan nyata untuk menjaga suatu keberadaan sumber daya alam tetap tersedia dalam kondisi yang tidak rusak. - Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, yakni tergenang pada waktu pasang dan bebas genangan pada waktu surut. 3.5.2 Batasan Operasional Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah : 1.
Daerah penelitian adalah Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
2.
Penelitian
yang
dilakukan
adalah
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pelestarian Hutan Mangrove. 3.
Waktu penelitian adalah tahun 2008. Indikator dan cara pengukuran setiap parameter yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat sesuai lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu yang berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Desa Paluh Sibaji berada dikawasan Pantai Timur Sumatera Utara, yang langsung menghadap ke Selat Malaka. Desa Paluh Sibaji memiliki 4 dusun, yaitu ; Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. 4.1.1 Keadaan Geografis Secara geografis, Kecamatan Pantai Labu terletak di antara koordinat 20 57’ – 30 16 LU dan 980 37’ – 990 27’ BT. Berdasarkan batas administratif, Kecamatan Pantai Labu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Timur
: Berbatasan
dengan
Kecamatan
Pantai
Cermin, Kab. Serdang Bedagai.
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Beringin.
Sebelah Barat
: Berbatasan
dengan
Kecamatan
Batang Kuis.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Topografi Keadaan topografi di wilayah lokasi penelitian adalah daerah pantai, dengan ketinggian 0 – 8 meter di atas permukaan laut yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Faktor iklim yang berpengaruh besar terhadap wilayah pantai adalah curah hujan dan angin. Daerah Kecamatan Pantai Labu beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu berkisar antara 230C s/d 340C. Kedua musim ini sangat dipengaruhi oleh angin laut yang membawa hujan dan angin gunung yang membawa panas dan lembab. Curah hujan yang menonjol di wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah pada bulan Maret, April, September sampai bulan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Januari, Februari, Mei sampai bulan Agustus. 4.1.3 Luas Wilayah Luas wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah 81,85 Km2 atau 8.185 Ha, dan dalam administrasi pemerintah terdiri dari 19 Desa dan 76 Dusun, dimana salah satu desa dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Paluh Sibaji. Khusus pemerintahan di Desa Paluh Sibaji, yang merupakan daerah penelitian memiliki luas wilayah 2, 06 Km2, terdiri dari 4 dusun dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.672 jiwa/Km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Daftar Rincian Tahun 2007
Pemerintahan
Kecamatan
Luas No.
D e s a
2
( Km )
Pantai
Labu
Jumlah
Jumlah
Penduduk
Kepala
( Jiwa )
Keluarga
1.
Bagan Serdang
1,63
1.411
322
2.
Binjai Bakung
3,11
1.630
348
3.
Denai Kuala
4,50
2.187
419
4.
Denai Lama
2,67
2.497
532
5.
Denai Sarang Burung
3,13
2.877
612
6.
Durian
11,58
5.077
988
7.
Kelambir
3,92
2.177
408
8.
Kubah Sentang
1,28
1.158
260
9.
Paluh Sibaji
2,06
3.445
690
10.
Pantai Labu Pekan
7,02
4.281
805
11.
Pantai Labu Baru
1,10
824
172
12.
Pematang Biara
4,04
3.552
712
13.
Perkebunan Ramunia
8,43
2.362
482
14.
Ramunia I
3,05
842
176
15.
Ramunia II
1,33
2.453
555
16.
Rantau Panjang
4,70
2.490
551
17.
Rugemuk
3,00
2.574
563
18.
Sei Tuan
14,10
1.154
240
19.
Tengah
1,20
990
193
Jumlah
81,85
43.981
9.028
Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Pantai Labu 2007 4.1.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik atau lengkap sarana dan prasarana pendukung maka akan mempercepat laju perkembangan desa tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Paluh Sibaji dapat dilihat pada Tabel.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. No.
Daftar Rincian Sarana dan Prasarana di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007 Uraian Jumlah (unit)
1.
Kantor Kepala Desa
1
2.
Sekolah Dasar ( SD ) Negeri
1
3.
Sekolah Dasar ( SD ) Swasta
1
4.
SLTP Swasta
1
5.
SLTA Swasta
1
6.
Polindes
1
7.
Posyandu
20
8.
Mushollah
4
Jumlah
30
Sumber : Data Monografi Desa Paluh Sibaji 2007 Dari Tabel.7 di atas dapat diketahui bahwa fasilitas pendidikan yang tersedia adalah 2 unit SD (Sekolah Dasar), 1 unit SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), dan 1 unit SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Adapun sarana beribadah sudah cukup baik, hal ini terlihat dari adanya 4 unit mushollah. Untuk sarana kesehatan masyarakat tersedia 20 unit posyandu (pos pelayanan terpadu), dan 1 unit polindes (poliklinik desa), serta 1 unit kantor kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Demografi Keadaan penduduk di desa penelitian kebanyakan adalah nelayan, karena lokasi penelitian berada pada daerah pesisir pantai. Lokasi ini juga merupakan daerah pantai yang masih berada pada jalur hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel.6. Tabel 6.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paluh Sibaji Tahun 2006
Rentang Umur
Jumlah Penduduk
( Tahun )
Jiwa
%
0–4
346
11,17
5–9
392
12,66
10 – 14
351
11,33
15 – 19
339
10,94
20 – 24
331
10,69
25 – 29
333
10,75
30 – 34
186
6,01
35 – 39
221
7,13
40 – 44
154
4,97
45 – 49
146
4,71
50 – 54
108
3,48
55 – 60
58
1,87
> 60
131
4.23
Jumlah
3096
100
Sumber : Data Monografi Desa Paluh Sibaji 2006 Dilihat dari data penduduk, maka didapat kelompok umur yang kurang produktif 0 – 14 tahun sebanyak 35,17 % ( 1089 jiwa ). Kemudian kelompok umur produktif 15 – 60 tahun sebanyak 60,59 % ( 1876 jiwa ). Dan kelompok umur tidak produktif > 60 tahun adalah 4,23 % ( 131 jiwa ). Dapat dilihat bahwa persentase usia muda pada Desa Paluh Sibaji tinggi, hal ini menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pertumbuhan penduduk juga tinggi, dimana hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat perkembangan desa itu sendiri. 4.2 Deskripsi Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang bermukim di Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu yang merupakan wilayah pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Adapun yang menjadi sampel adalah sebanyak 87 kepala keluarga yang diambil secara acak dengan mempergunakan metode simple random sampling (acak sederhana). Gambaran Umum responden mencakup karakteristik individu, yaitu ;
umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan lama bertempat tinggal (bermukim). Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut. 4.2.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Responden pada desa penelitian kebanyakan berusia produktif, dimana sebagian besar bekerja sebagai nelayan .Adapun komposisi responden penelitian berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel.7. Tabel 7.
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007 Rentang Umur
Jumlah Penduduk
( Tahun )
Kepala Keluarga
%
< 20
0
0
21 – 30
12
13,79
31 – 40
23
26,45
41 – 50
30
34,48
> 50
22
25,28
Jumlah
87
100
Sumber Data : Data Primer, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik umur responden di Desa Paluh Sibaji adalah berbeda-beda. Ditemukan karakterisrik umur responden yang paling banyak secara umum adalah pada rentang umur 21 sampai > 50 tahun. Untuk rentang umur 21 – 30 tahun ada sebanyak 13,79 % ( 12 KK ). Umur 31 – 40 tahun sebanyak 26,45 % ( 23 KK ). Untuk rentang umur > 50 tahun ada sebanyak 25,28 % ( 22 KK ). Dan untuk rentang umur responden yang terbanyak berada pada rentang umur 41 – 50 tahun, yaitu sebesar 34,48 % ( 30 KK). 4.2.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Komposisi jumlah anggota keluarga yang dimaksud pada desa penelitian adalah jumlah anggota keluarga yang menetap dalam satu rumah tangga dan masih mendapat tanggungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.8. Tabel 8.
Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga
Jumlah Penduduk
( Jiwa )
Kepala Keluarga
%
< 2
0
0
2–3
14
16,09
4–5
33
37,93
6–7
21
24,13
> 7
19
21,83
Jumlah
87
100
Sumber Data : Data Primer, 2008 Komposisi jumlah anggota keluarga responden di Desa Paluh Sibaji ratarata berada pada rentang < 2 sampai > 7 KK. Untuk jumlah anggota keluarga responden pada rentang 2 – 3 jiwa ada sebanyak 16,09 % ( 14 KK ). Untuk jumlah anggota keluarga responden pada rentang 4 – 5 jiwa ada sebanyak 37,93 % ( 33
Universitas Sumatera Utara
KK ). Jumlah anggota keluarga responden pada rentang 6 – 7 jiwa ada sebanyak 24,13 % ( 21 KK ). Dan untuk jumlah anggota keluarga responden pada rentang >7 jiwa ada sebanyak 21,83 % ( 19 KK ). Jadi, dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga responden terbesar berada pada rentang 4 – 5 jiwa, yaitu 37,93 % ( 33 KK ). Dan untuk rentang jumlah anggota keluarga terkecil berada pada 2 - 3 jiwa, yaitu 16,09 % (14 KK). 4.2.3 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Masa Bermukim Komposisi responden berdasarkan lama masa bermukim adalah jumlah responden berdasarkan lama tinggal responden mulai dari tahun tinggal di desa sampai saat penelitian dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.9. Tabel 9.
Komposisi Responden Berdasarkan Masa Lama Bermukim di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Lama Bermukim
Jumlah Penduduk
( Tahun )
Kepala Keluarga
%
< 10
10
11,49
10 – 20
13
14,94
21 – 30
8
9,19
31 – 40
24
27,58
> 40
32
36,78
Jumlah
87
100
Sumber Data : Data Primer, 2008 Lama masa bermukim responden di Desa Paluh Sibaji adalah berbedabeda. Ditemukan lama masa bermukim responden rata-rata secara umum adalah pada rentang < 10 sampai > 40 tahun. Untuk responden dengan lama masa bermukim < 10 tahun ada sebanyak 11,49 % ( 10 KK ). Untuk responden dengan
Universitas Sumatera Utara
lama masa bermukim 10 – 20 tahun ada sebanyak 14,94 % ( 13 KK ). Untuk responden dengan lama masa bermukim 21 – 30 tahun ada sebanyak 9,19 % ( 8 KK ). Untuk responden dengan lama masa bermukim 31 – 40 tahun ada sebanyak 27,58 % ( 24 KK ). Dan untuk responden dengan lama masa bermukim > 40 tahun ada sebanyak 36,78 % ( 32 KK ). Berdasarkan komposisi responden, banyak yang ditemukan sudah lama bermukim di Desa Paluh Sibaji, dapat dilihat dari masa lama bermukim responden terbesar pada rentang > 40 tahun, yaitu sebesar 36,78% ( 32 KK ). Sedangkan yang terkecil berada pada rentang 21 – 30 tahun, yaitu sebesar 9,19 % ( 8 KK ). 4.2.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Adapun komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan adalah jumlah responden berdasarkan penghasilan rata-rata yang diperoleh dalam satu bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.10. Tabel 10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007 Tingkat Pendapatan
Jumlah Penduduk
( Rp/Bulan )
Kepala Keluarga
%
< 300.000
0
0
300.000 – 500.000
14
16,09
550.000 – 750.000
29
33,33
800.000 – 1.000.000
22
25,28
> 1.000.000
22
25,28
Jumlah
87
100
Sumber Data : Data Primer, 2008. Secara umum komposisi tingkat pendapatan responden berada pada rentang Rp. 300.000 sampai > Rp. 1.000.000 per bulan. Responden dengan
Universitas Sumatera Utara
tingkat pendapatan Rp. 300.000 sampai 500.000 adalah yang terkecil sebanyak 16,09 % ( 14 KK ). Responden dengan pendapatan Rp. 550.000 sampai Rp. 750.000 adalah yang terbesar, yaitu 33,33 % ( 29 KK ). Responden dengan pendapatan Rp. 800.000 sampai Rp. 1.000.000 ada sebesar 25,28 % ( 22 KK ). Dan responden dengan pendapatan > Rp. 1.000.000 ada sebesar 25,28 % (22 KK). Dapat dilihat rata-rata mata pencaharian responden di desa penelitian masih rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden hanya memiliki satu sumber pencaharian, yaitu sebagai nelayan. 4.2.5 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah responden berdasarkan lama pendidikan formal yang pernah diikuti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.11. Tabel 11. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007 Tingkat Pendididkan
Jumlah Penduduk Kepala Keluarga
%
Tidak Sekolah
3
3,44
SD – Tidak Tamat
27
31,01
SD – Tamat
35
40,22
SLTP – Tamat
13
14,94
SLTA – Tamat
9
10,34
Perguruan Tinggi
0
0
Jumlah
87
100
Sumber Data : Data Primer, 2008 Dari data responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah tamatan SD ( sekolah dasar ) sebesar 40,22 % ( 35 KK ), dan terkecil adalah tidak
Universitas Sumatera Utara
sekolah sebesar 3,44 % ( 3 KK ). Sedangkan yang tidak tamat SD ada sebesar 31,01 % ( 27 KK ), tamat tingkat SLTP sebesar 14,94 % ( 13 KK ), tamat tingkat SLTA sebesar 10,43 % ( 9 KK ), dan belum ada responden yang mengenyam pendididikan perguruan tinggi. Rendahnya mutu pendidikan para responden disebabkan kurangnya biaya untuk mengenyam pendidikan atau melanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga belum ada responden yang mengenyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi karena mereka lebih memilih ikut melaut dari pada bersekolah karena dengan begitu tenaga untuk melaut lebih besar sehingga dapat menangkap ikan lebih lama dilaut dan lebih banyak hasil tangkapannya. 4.2.6 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Untuk mengetahui komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel.12. Tabel 12. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007 Jenis Pekerjaan
Jumlah Penduduk Kepala Keluarga
%
Nelayan
67
77,01
Petani
3
3,44
Peg. Swasta
12
13,79
Pedagang
2
2,29
PNS
1
1,15
Lain-lain
2
2,29
Jumlah
87
100
Sumber Data : Data Primer, 2008
Universitas Sumatera Utara
Secara umum jenis pekerjaan responden sebagian besar adalah nelayan, yaitu sebesar 77,01 % ( 67 KK ). Petani sebesar 3,44 % ( 3 KK ), pegawai swasta 13,79 % ( 12 KK ), Pedagang 2,29 % ( 2 KK ), PNS 1,15 % ( 1 KK ), dan lainlain sebesar 2,29 % ( 2 KK ). Banyak responden yang bekerja sebagai nelayan dapat dimaklumi, karena desa penelitian berada pada daerah pesisir pantai. Adapun jenis pekerjaan lainnya tidak begitu dominan ( menonjol ) dibandingkan pekerjaan nelayan. Pekerjaan selain nelayan ini dilakoni responden hanya sebagai sampingan atau karena responden tersebut memiliki kesempatan seperti modal yang cukup, sehingga mereka tidak harus melaut.
Universitas Sumatera Utara
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar sikap masyarakat dalam menanggapi keadaan lingkungan di sekitarnya terutama pada kawasan pesisir yang terdapat tumbuhan mangrove atau disebut hutan bakau. Dengan demikian akan diharapkan adanya pemanfaatan hutan mangrove atau apapun yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis dari hutan mangrove tersebut secara optimal dan lestari. Dalam kaitannya dengan pelestarian hutan mangrove maka yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah karakteristik individu yang meliputi umur, jumlah anggota keluarga, masa lama bermukim, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan masyarakat yang ada di Desa Paluh Sibaji. Secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelestarian hutan mangrove, yang dilihat dari aspek karakteristik individu masyarakat (umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan), diperoleh nilai tingkat partisipasinya pada taraf sedang, yaitu sebesar 49,78 %. Nilai ini diperoleh dari nilai rata-rata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancarai sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5e. Namun nilai ini berbeda dengan Hipotesis 1 yang menyatakan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji adalah rendah. Jadi H0 diterima dan H1ditolak, artinya Hipotesis 1 ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Pada perhitungan tingkat partisipasi ini, akan dianalisis kekuatan atau pengaruh dari karakteristik individu (yaitu ; umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan) terhadap
partisipasi
yang diberikan oleh masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji. Untuk lebih jelasnya, perhitungan tingkat partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove dapat dilihat pada analisis-analisis di bawah ini. 5.1.1 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Umur Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel.13. Tabel 13. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Umur Umur ( Tahun )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 50
0 (0%)
5 (5,7%)
13 (14,9%)
4 (4,6%)
0 (0%)
22 (25,3%)
41 – 50
0 (0%)
4 (4,6%)
21 (24,1%)
5 (5,7%)
0 (0%)
30 (34,5%)
31 – 50
0 (0%)
4 (4,6%)
15 (17,2%)
4 (4,6%)
0 (0%)
23 (26,4%)
21 – 30
0 (0%)
2 (2,3%)
8
2 (2,3%)
0 (0%)
12 (13,8%)
< 20
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
Jumlah
0 (0%)
15 (17,2%)
57 (65,5%)
15 (17,5%)
0 (0%)
87 (100%)
Sumber Data
: Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
(9,2%)
Total
Pada tabel ini dapat diketahui kategori umur > 50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak sebanyak 25,3 % (22 KK). Pada kategori umur 41-50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 34,5 % (30 KK). Kategori umur 31-50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 26,4 % (23 KK). Untuk kategori umur 21-30 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 13,8 % (12 KK).
Universitas Sumatera Utara
Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan umur pada Tabel.13 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan ( menonjol ) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 % (57 KK). Dilihat dari rentang umur, rata-rata responden sedang berada pada usia produktif, sehingga ada kecendrungan tiap responden berkemampuan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan seperti pelestarian hutan mangrove. 5.1.2 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel.14. Tabel 14. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jlh.Ang.Kel ( Jiwa )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 7
0 (0%)
4 (4,6%)
13 (14,9%)
2 (2,3%)
0 (0%)
19 (21,8%)
6 –7
0 (0%)
5 (5,7%)
10 (11,5%)
6 (6,9%)
0 (0%)
21 (24,1%)
4 –5
0 (0%)
5 (5,7%)
24 (27,5%)
4 (4,6%)
0 (0%)
33 (37,9%)
2 –3
0 (0%)
1 (1,1%)
10 (11,5%)
3 (3,4%)
0 (0%)
14 (16,09%)
< 2
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
Jumlah
0 (0%)
15 (17,5%)
57 (65,5%)
15 (17,5%)
0 (0%)
87 (100%)
Sumber Data
Total
: Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Pada tabel ini dapat diketahui bahwa keluarga yang berjumlah anggota keluarga > 7 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 21,8 % (19 KK). Pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga 6-7 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 24,1 % (21 KK). Kategori yang berjumlah anggota keluarga 4-5 jiwa, yang berpartisipasi
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 37,9 % (33 KK). Sedangkan untuk kategori yang berjumlah anggota keluaga 2-3 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 16,09 % (14 KK). Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga pada Tabel.14 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 % (57 KK). 5.1.3 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Masa Bermukim Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama masa bermukim dapat dilihat pada Tabel.15. Tabel 15. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Masa Bermukim Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian M.Bermukim Hutan Mangrove ( Tahun ) S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
Total
> 40
0 (0%)
5 (5,7%)
22 (25,3%)
5 (5,7%)
0 (0%)
32 (36,8%)
31 – 40
0 (0%)
6 (6,9%)
16 (18,4%)
2 (2,3%)
0 (0%)
24 (27,5%)
21 – 30
0 (0%)
2 (2,3%)
4 (4,6%)
2 (2,3%)
0 (0%)
8 (9,2%)
10 – 20
0 (0%)
2 (2,3%)
8 (9,2%)
3 (3,4%)
0 (0%)
13 (14,9%)
< 10
0 (0%)
0 (0%)
7 (8,04%)
3 (3,4%)
0 (0%)
10 (11,5%)
Jumlah
0 (0%)
15 (17,5%)
57 (65,5%)
15 (17,5%)
0 (0%)
87(100%)
Sumber Data
: Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Dari hasil tabulasi silang di atas diperoleh masyarakat yang bermukim > 40 tahun sebesar 36,8 % (32 KK). Untuk masyarakat yang bermukim 31-40 tahun sebesar 27,5 % (24 KK). Untuk masyarakat yang bermukim 21-30 tahun sebesar 9,2 % (8 KK). Sedangkan masyarakat yang bermukim 10-20 tahun sebesar 14,9 % (13 KK). Dan untuk masyarakat yang bermukim < 10 tahun sebesar 11,5 % (10
Universitas Sumatera Utara
KK). Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan masa lama bermukim pada Tabel.15 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5% (57 KK). 5.1.4 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel.16. Tabel 16. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan T.Pendapatan ( Rp/Bulan )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 1.000.000
0 (0%)
6 (6,9%)
14 (16,09%)
2 (2,3%)
0 (0%)
22 (25,3%)
800.000-1.000.000
0 (0%)
1 (1,1%)
17 (19,5%)
4 (4,6%)
0 (0%)
22 (25,3%)
550.000-750.000
0 (0%)
4 (4,6%)
22 (25,3%)
3 (3,4%)
0 (0%)
29 (33,3%)
300.000-500.000
0 (0%)
2 (2,3%)
6 (6,9%)
6 (6,9%)
0 (0%)
14 (16,09%)
< 300.000
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
Jumlah
0 (0%)
13 (14,9%) 59 (67,8%)
15 (17,5%)
0 (0%)
87 (100%)
Sumber Data
Total
: Diolah dari Data Primer (Lampiran 3a-e), 2008.
Dari hasil tabulasi silang pada Tabel.16 diperoleh masyarakat yang berpendapatan > Rp. 1.000.000 per bulan sebesar 25,3 % (22 KK). Untuk masyarakat yang berpendapatan Rp. 1.000.000 – Rp. 800.000 per bulan sebesar 25,3 % (22 KK). Sedangkan masyarakat berpendapatan Rp. 750.000 – Rp. 550.000 per bulan sebesar 33,3 % (29 KK). Dan untuk masyarakat berpendapatan Rp. 500.000 – Rp. 300.000 per bulan sebesar16,09 % (14 KK).
Universitas Sumatera Utara
Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendapatan pada Tabel.16 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 67,8% (59 KK). Dapat dilihat rata-rata mata pencaharian responden di desa penelitian masih rendah. Sering kali hasil tangkapan ikan para responden tidak menentu hasilnya, kadang-kadang banyak tapi lebih sering sedikit. Ini dikarenakan hasil produksi nelayan bergantung kepada kondisi alam (dipengaruhi alam), seperti keadaan angin, musim, ombak, hujan, dan lain-lain. Oleh sebab itu masyarakat kurang peduli pada kegiatan pelestarian hutan mangrove. Mereka lebih memilih ikut melaut bersama keluarganya, karena dengan begitu tenaga untuk melaut lebih besar sehingga dapat menangkap ikan lebih lama dilaut dan lebih banyak hasil tangkapannya dan memperoleh pendapatan yang lebih besar pula.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel.17. Tabel 17. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan T.Pendidikan ( Tahun )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
Total
> 12
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
1 (1,1%)
7 (8,04%)
1 (1,1%)
0 (0%)
9 (10,3%)
0 (0%)
9 (10,3%)
29 (33,3%) 10 (11,5%) 0 (0%)
48 (55,2%)
5 (5,7%)
21 (24,1%) 4 (4,6%)
0 (0%)
30 (34,5%)
15 (17,5%) 57 (65,5%) 15 (17,5%) 0 (0%)
87 (100%)
(Perg.Tinggi)
12 (Tamat SLTA)
9 (Tamat SLTP)
6 (Tamat SD)
< 6
(Tidak Tamat SD) 0
Jumlah Sumber Data
(0%)
0 (0%)
: Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Dari hasil tabulasi silang di atas diperoleh masyarakat yang mengenyam pendidikan 9 tahun sebesar 10,3 % (9 KK). Sedangkan masyarakat yang mengenyam pendidikan 6 tahun sebesar 55,2 % (48 KK). Dan masyarakat yang mengenyam pendidikan < 6 tahun sebesar 34,5 % (30 KK). Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel.17 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5% (57 KK).
Universitas Sumatera Utara
5.2 Analisis Hubungan antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi dalam Pelestarian Hutan Mangrove Untuk melihat hubungan antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove dapat diketahui dengan korelasi Rank Spearman (rs) pada Tabel.18. Tabel 18. Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Karakteristik Individu
Partisipasi Signifikansi
Individu
t-hitung
t-tabel
Masyarakat
(rs)
(α = 0,05)
1. Umur
0,035
0,747
0,322
1,980
2. Jumlah Anggota Keluarga
0,060
0,583
0,554
1,980
3. Lama Masa Bermukim
0,112
0,302
1,039
1,980
4. Tingkat Pendapatan
0,276
0,010
2,647
1,980
5. Tingkat Pendidikan
0,048
0,661
1,039
1,980
Sumber : Correlation Rank Spearman SPSS 15.0 (Lampiran 6)
5.2.1 Hasil Analisis Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan umur dengan tingkat partisipasi pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,035. Hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,747 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, Ho diterima). Begitu juga jika dibandingkan angka t-hitung = 0,322 lebih kecil dari pada angka ttabel (87
: 0,05) = 1,980. Keadaan ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel umur di desa
penelitian tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. Meskipun korelasinya sangat lemah karena arahnya positif, maka dapat diartikan dengan bertambahnya umur,
Universitas Sumatera Utara
seseorang akan dapat memberikan partisipasi meskipun kecil untuk ikut ambil bagian dalam pelestarian hutan mangrove. Bila dilihat kenyataannya, variabel umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove, hal ini sejalan dengan pendapat Hartono dan Azis (1990) bahwa seseorang dikatakan matang atau dewasa untuk melakukan sesuatu aktivitas seperti pelestarian hutan mangrove tidak hanya diukur oleh umur, melainkan dilihat dari tingkat berfikirnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa umur mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu. 5.2.2 Hasil Analisis Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,060. Hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,583 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, Ho diterima). Dengan interpretasi bahwa jumlah anggota keluarga yang besar mempunyai peluang yang besar pula untuk turut berperan serta terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya sangat lemah karena arahnya positif maka dapat diartikan dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga cendrung untuk memberikan partisipasi meskipun kecil. Begitu juga jika dibandingkan angka t-hitung = 0,554 lebih kecil dari pada angka t-tabel (87 : 0,05) = 1,980, yang artinya Ho diterima.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Hasil Analisis Hubungan Lama Masa Bermukim dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan lama masa bermukim dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,112. Hubungan ini lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,302 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, Ho diterima). Dengan interpretasi bahwa lama masa bermukim seseorang di desa penelitian tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya lemah, namun karena arahnya positif maka dapat diartikan bahwa lama bermukim seseorang disuatu tempat yang cukup lama cenderung untuk memberikan partisipasi meskipun rendah. Begitu juga jika dibandingkan angka t-hitung = 1,039 lebih kecil dari pada angka t-tabel (87 : 0,05) = 1,980 yang artinya, Ho diterima. 5.2.4
Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi
yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,276, hubungan ini lemah tetapi sangat signifikan pada taraf 0,05 dimana probabilitasnya sebesar 0,010 lebih kecil dari α = 0,05 yang artinya hipotesis alternative (H1) diterima. Hubungan ini signifikan dan arahnya positif, maka dapat diinterpretasikan bahwa tingkat pendapatan yang semakin tinggi di desa penelitian kemungkinan dapat membuat tingkat partisipasi semakin tinggi. Hubungan ini juga dapat dibuktikan dengan t-hitung = 2,647 lebih besar dari t-tabel (87 : 0,05) = 1,980.
Universitas Sumatera Utara
Melihat signifikannya hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove, memberi implikasi bahwa semakin tinggi pendapatan akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan informasi dan pendapat yang diberikan oleh para responden (informasi ini merupakan hasil wawancara langsung peneliti di lapangan), terutama yang bekerja sebagai nelayan, bahwa hutan mangrove sangat membantu proses perkembangbiakan populasi ikan-ikan di lautan. Sehingga mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan para nelayan. Jadi, para nelayan yang berpendapatan cukup tinggi akan memahami pentingnya hutan mangrove secara tidak langsung terhadap tingkat pendapatannya, sehingga mereka akan lebih peduli kepada pelestarian hutan mangrove itu sendiri. 5.2.5 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi
Tingkat
Dari hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,048. Hubungan ini lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,661 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, Ho diterima). Dengan interpretasi bahwa tingkat pendidikan seseorang di desa penelitian tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya lemah, namun karena arahnya positif maka dapat diartikan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang di desa penelitian cenderung untuk memberikan partisipasi meskipun rendah. Begitu juga jika dibandingkan angka t-hitung = 1,039 lebih kecil dari pada angka t-tabel (87 : 0,05) = 1,980 yang artinya, Ho diterima.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pelestarian Hutan Mangrove di Desa Paluh Sibaji. Adapun beberapa kendala yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove adalah : - Kurangnya waktu yang dimiliki oleh masyarakat dapat memicu rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih banyak menggunakan waktunya di laut untuk menangkap ikan, guna memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang cukup banyak. Sehingga masyarakat lebih cenderung memakai waktu untuk pekerjaan mereka sehari-hari ketimbang ikut ambil bagian dalam pelestarian hutan mangrove, baik oleh inisiatif sendiri maupun atas dorongan lembaga desa. - Ketidaktersediaan lembaga desa yang menangani hutan mangrove, baik penyediaan bibit, pengetahuan/informasi tentang mangrove, hingga penyediaan penyuluh-penyuluh yang berkompeten di bidang mangrove (bakau). Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan pelestarian hutan mangrove itu sendiri. Dimana sebagian besar masyarakat belum memahami arti penting hutan mangrove dan bagaimana cara yang benar dalam kegiatan pelestariannya. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya lembaga yang menangani dan memberikan penyuluhan mengenai hutan mangrove.
Universitas Sumatera Utara
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis data maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah : 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, secara umum masuk kategori sedang (60 – 41 %). 2.
Karakteristik individu tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat kecuali pada karakteristik tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan arah yang positif. Sehingga dapat disimpulkan tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran 1. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji, maka intensitas frekuensi penyuluhan yang berkaitan dengan pelestarian hutan mangrove perlu ditingkatkan dengan pelaksanaan secara terus-menerus dan berkesinambungan atau secara periodik, sehingga tingkat pemahaman masyarakat akan arti dan peranan hutan mangrove dapat optimal, disamping peningkatan mutu hidup, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Dengan demikian akan diharapkan hutan mangrove yang ada di Desa Paluh Sibaji terhindar dari pengerusakan, pengeksploitasian, dan pengkonversian yang melebihi kapasitas dukungnya. 2. Kepada pemerintahan Kabupaten Deli Serdang serta instansi terkait seperti dinas kehutanan, dan instansi terkait lainnya untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pembinaan serta pengamanan hutan mangrove dari kerusakankerusakan yang lebih parah lagi, karena kondisi hutan mangrove di desa penelitian sudah pada taraf mengkhawatirkan. 3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai pelestrian hutan mangrove dan penanggulanggannya dari kerusakan, sehingga dapat menjaga kelestarian alam, terutama kawasan mangrove, untuk generasi berikutnya.
Universitas Sumatera Utara