IV. METODE PENELITIAN
4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPA Pasir Sembung yang berada di
Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena wilayah ini hanya memiliki satu TPA. Volume sampah yang ditimbun di TPA meningkat setiap waktu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga dibutuhkan lahan TPA yang lebih luas. Hal ini menjadi permasalahan baik bagi masyarakat maupun dinas terkait dalam pengelolaannya karena jumlah sampah yang ditimbun di TPA ini semakin meningkat. Selain itu, adanya perubahan sistem pengelolaan menjadi sistem control landfill dalam pengelolaan sampah di TPA. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2011. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara dengan pengelola TPA dan aparat pemerintah Kabupaten Cianjur. Data primer yang digunakan yaitu hasil wawancara dengan pengelola TPA mengenai bagaimana usaha atau kebijakan lebih lanjut yang akan dilakukan dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Cianjur agar lebih efektif. Data ini akan dimanfaatkan sebagai pendukung dari penggunaan analisis deskriptif. Data sekunder diperoleh dari beberapa lembaga terkait, yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, BPS, Badan Pengawas Daerah, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur, jurnal, buku, dan data lainnya yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
25
4.3
Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan untuk tujuan ketiga dalam penentuan sampel
dilakukan dengan metode snowball sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tetapi semakin lama semakin banyak sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup. Pengambilan sampel lembaga pertama dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yang selanjutnya mengikuti gerakan atau arah dari sampel pertama sampai di lembaga yang paling akhir (Sugiarto et al. 2001). 4.4
Metode Analisis Data Data dari penelitian yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis
menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk merumuskan kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam pengelolaan sampah yang lebih efektif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode IPAT dan perhitungan analisis biaya dan manfaat. Analisis tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume timbunan sampah di TPA dan kemudian diuji menggunakan analisis regresi linier berganda. Selain itu, dilakukan peramalan terhadap volume timbunan sampah di tahun yang akan datang dengan menggunakan pemodelan. Analisis biaya manfaat digunakan untuk mengevaluasi secara finansial pengelolaan TPA dengan sistem control landfill. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel 2010, Minitab 14.0 for Windows, dan Vensim version 5.6b. Adapun uraian matriks metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
26
Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data No. Tujuan Penelitian Sumber Data 1.
2.
3.
4.4.1
Mengidentifikasi faktorData sekunder faktor yang mempengaruhi volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur. Mengevaluasi secara finansial Data sekunder pengelolaan TPA Pasir Sembung dengan sistem control landfill. Merumuskan kebijakan atau Data primer regulasi yang dapat dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) yang dapat digunakan dalam pengelolaan TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur.
Metode Analisis Data IPAT dan analisis pemodelan menggunakan software Vensim. Analisis biaya dan manfaat (analisis kelayakan finansial). Analisis deskriptif.
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Timbunan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volume timbunan
sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan pendekatan model yang mengambarkan hubungan antara populasi dengan lingkungan. Model tersebut dikenal dengan model IPAT. Model ini menggambarkan hubungan antara populasi (P), pendapatan per kapita atau kekayaan (A), dan teknologi (T) yang dapat memberikan dampak (I) terhadap lingkungan (Daily dan Erhclic 1992). Volume sampah yang meningkat berkaitan dengan perubahan jumlah populasi, tingkat urbanisasi, dan kekayaan (pendapatan per kapita). Jumlah penduduk memiliki korelasi yang positif terhadap peningkatan volume sampah. Semakin meningkat jumlah penduduk maka akan semakin meningkat pula jumlah sampah yang dihasilkan. Namun, selain jumlah penduduk terdapat juga faktorfaktor lain yang mempengaruhinya. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap volume timbunan sampah dengan model ini dapat diukur dengan melihat faktor
27
jumlah penduduk, pendapatan per kapita masyarakat, dan teknologi yang dilakukan untuk mengolah sampah di TPA. Perhitungan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap volume sampah dapat dilihat sebagai berikut (Schulze 2001): I = P. A. T
............................................................................................ (4.1)
In = Populasi n •( Keterangan:
)•
I = Impact/dampak (volume/m3) P= Population/populasi (jumlah penduduk tahun 2000-2010) A=Affluence/tingkat
kemakmuran
(pendapatan
per
kapita
masyarakat tahun 2000-2010 dalam rupiah) T=Technology/teknologi pengomposan sampah (rupiah) n= Tahun ke 1,2,3...,11 Perhitungan dengan metode ini dilakukan tiap tahun yaitu dari tahun 2000 sampai 2010. Perhitungan dampak (I) yang diperoleh tiap tahun dilakukan untuk membandingkan perubahan dampak pada (I1) tahun 2001 sampai tahun 2010 (I6). Setelah diketahui Impact yang diperoleh tiap tahunnya, maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor atau variabel yang dimasukan mempengaruhi volume timbunan sampah di TPA. Pendekatan dengan model IPAT ini diuji menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan setiap masing-masing faktor dengan volume sampah. Selain itu, dilakukan juga pemodelan untuk melihat tren volume sampah yang ditimbun di TPA. 4.4.1.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan persamaan regresi yang dapat digunakan untuk menduga hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel tak bebas (dependent variable), dimana dugaan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus. Komponen error (ε) yang tidak diamati dan diasumsikan
28
merupakan peubah acak. Koefisien regresi βo dan β1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik populasi yang akan diduga (Juanda 2009). Fungsi regresi yang digunakan dalam penelitian ini hanya diuji dengan menggunakan fungsi regresi linier berganda. Persamaan dalam fungsi regresi ini dibuat berdasarkan pendekatan model IPAT. Fungsi regresi ini menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu jumlah penduduk (P), pendapatan masyarakat (A), dan teknologi pengolahan sampah (T) terhadap variabel tak bebas yaitu volume sampah (I). Analisis regresi ini dilakukan menggunakan program Minitab 14.0 for Windows. Adapun model fungsi regresi faktor-faktor yang mempengaruhi volume sampah adalah sebagai berikut: Ii = βo + β1Pi + β2Ai + β3Ti + ε .................................................................. (4.2) Keterangan: I
= Volume sampah yang ditimbun di TPA tahun ke i (m3)
Pi
= Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tahun ke i (jiwa)
Ai
= Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Cianjur tahun ke i
Ti
= Teknologi pengolahan sampah di TPA Pasir Sembung tahun ke i (Rp)
i
= tahun ke 1,2,......,11 ( tahun 2000-2011)
β0
= Intersep
β1, β2, dan βo = Koefisien regresi ε
= Error term Setelah melakukan pendugaan parameter koefisien regresi, hasil
persamaan regresi kemudian diuji menggunakan asumsi-asumsi dari model regresi tersebut. Pengujian tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengujian mengenai masing-masing koefisien regresi (uji-t) untuk mengetahui bagaimana hubungan antar variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut (Juanda 2009):
29
1.
Uji Kenormalan Pengujian kenormalan ini dilakukan dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Nilai KS yang lebih besar dari taraf nyata menunjukan bahwa model yang digunakan untuk regresi ini telah mengikuti distribusi normal yaitu residual atau eror menyebar normal.
2.
Uji Multikolinearitas Pengujian
multikolinearitas
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menghitung nilai VIF. Jika nilai VIF ≤ 10 maka diasumsikan pada model tersebut tidak terdapat multikolinearitas. 3.
Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji DurbinWatson. Jika nilai statistik DW nilainya mendekati 2 maka menunjukan tidak adanya autokorelasi. Jika nilai DW lebih dari 2 maka autokorelasi negatif.
4.
Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini menggunakan uji Goldfeld-Quant dengan melihat nilai uji-F dan derajat bebas p. Nilai p yang lebih besar dari taraf nyata menunjukan model regresi tersebut tidak menghasilkan ragam sisaan yang heterogen (hetroskedastisitas).
4.4.1.2 Pemodelan Volume Timbunan Sampah Peningkatan volume timbunan sampah yang terjadi di TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur akan terus terjadi sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk. TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah harus memiliki perkiraan jumlah sampah yang akan masuk kemudian ditimbun sesuai dengan daya tampung dan umur teknis TPA. Penggambaran volume timbunan sampah di
30
TPA sampai dengan sepuluh tahun kedepan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis pemodelan menggunakan software Vensim version 5.6b. Pemodelan ini dapat membantu konseptualisasi dan pengukuran dari suatu sistem yang kompleks atau untuk memprediksi konsekuensi dari sistem terhadap tindakan manusia. Model simulasi adalah suatu proses memformulasikan hubungan fungsional antar komponen suatu sistem dalam bentuk persamaan matematis, mengubah nilai konstanta, parameter atau nilai inisial dari variabel (komponen) ekosistem dan mengamati bagaimana konsekuensinya. Model ini juga hanya sedikit menggunakan persamaan matematika, namun lebih insentif dan ekstensif menggunakan komputer (Jeffers dalam Nababan 2001). Model simulasi volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung dilakukan dengan mensimulasikan faktor pertumbuhan penduduk, pendapatan per kapita masyarakat, dan teknologi pengolahan sampah dengan bantuan komputer. Hubungan antar komponen penduduk, pendapatan, dan teknologi menggunakan fungsi matematis dari data yang diperoleh di lapangan. Asumsi yang digunakan dalam simulasi model ini adalah: 1.
Volume sampah yang dikaji dalam penelitian ini adalah akibat aktivitas masyarakat sebanding dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat.
2.
Tipe model yang digunakan adalah model dinamik dimana variabel yang didefinisikan sistem merupakan fungsi dari waktu.
3.
Pemodelan volume sampah ini terdiri dari tiga variabel yaitu penduduk, konsumsi, dan teknologi menurut data sekunder dan survei.
4.
Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap volume sampah yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Cianjur.
31
Adapun model yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan volume sampah di TPA Pasir Sembur dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini. Rate pertumbuhan
Rumah tangga pertumbuhan
pendapatan Konsumsi rate penurunan dari pengomposan
Rate peningkatan Sampah Peningkatan
penurunan
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Gambar 4. Simulasi Studi Pertumbuhan Volume Sampah di TPA Pasir Sembung 4.4.2
Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Evaluasi kelayakan finansial dalam pengelolaan TPA dilihat dari segi
biaya dan juga manfaat atau penerimaan. Menurut Gitinger dan Willis (1999), biaya
adalah pengeluaran atau pengorbanan
yang dapat
menimbulkan
pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang digunakan dalam pengelolaan TPA ini terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, dan biaya lainnya. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek dan biasanya memerlukan biaya yang besar, sedangkan biaya operasional adalah biaya rutin yang dikeluarkan untuk melakukan pengelolaan. Evaluasi finansial dapat dilakukan dengan mengevaluasi data yang diperoleh kemudian menghitung kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan finansial yang digunakan (Gitinger dan Willis 1999) adalah sebagai berikut:
32
1.
Nilai Sekarang Neto (Net Present Value) NPV (Rp) =∑
2.
................................................................... (4.3)
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate Return) ............................................... (4.4)
3.
Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio) ∑
B/C (Rp) = 4.
∑
....................................................................... (4.5)
Payback Period PP =
............................................................................................... (4.6)
Keterangan: Bt
= Manfaat yang diperoleh tiap tahun (tahun 2006-2010 dalam rupiah)
Ct
= Biaya yang dikeluarkan tiap tahun (tahun 2006-2010 dalam rupiah)
I
= Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp)
Ab
= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
t
= 1, 2, ... , n
n
= Jumlah tahun (2006-2010)
i
= Tingkat bunga (diskonto) yang digunakan untuk menghasilkan NPV positif (%)
i’
= Tingkat bunga (diskonto) yang menghasilkan NPV negatif
NPV
= Net Present Value positif
NPV’ = Net Present Value negatif 4.4.3
Analisis Perumusan Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Pemerintah daerah memiliki peran dalam menentukan kebijakan
pengelolaan TPA agar lebih efektif. Dinas yang berwenang untuk menentukan kebijakan selain pemerintah daerah adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kebijakan tersebut selain mengacu kepada UU No. 18 Tentang Pengelolaaan
33
Sampah dan Peraturan Daerah No. 10 juga harus mementingkan kepentingan masyarakat agar tidak merugikan masyarakat. Perumusan kebijakan untuk pengelolaan TPA dilakukan dengan wawancara kepada pihak-pihak terkait yang menjadi responden. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
34