IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra dari kegiatan sea farming di Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan atau informasi dari pembudidaya di daerah Pulau Panggang serta dari instansi pemerintahan Kabupaten Administratif dan masyarakat sekitar Pulau Panggang. Peta lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga bulan yakni dari Maret 2011 sampai
dengan Mei 2011. Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses survei lapang ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk pengamatan karakteristik lokasi penelitian, masalah-masalah yang ada di lokasi penelitian, pengembangan kerangka berpikir, hingga penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Maret hingga Mei 2011. Tahapan selanjutnya dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan kurang lebih selama dua minggu, yaitu pada minggu ketiga bulan Mei sampai akhir bulan Mei 2011.
43
Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada awal bulan Juni sampai akhir bulan September 2011.
4.3
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survei. Metode penelitian survei yakni penelitian yang dilakukan pada suatu populasi, baik pada populasi besar maupun kecil, dengan sumber data yang berasal dari bagian populasi tersebut (Nazir, 1988). Dengan metode survei dapat ditemukan hubungan antar variabel, distribusi, dan kejadian-kejadian contoh populasi.
4.4
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data
image. Data text adalah data yang berbentuk alphabet, sedangkan yang dimaksud dengan data image adalah data yang memberikan informasi spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, tabel dan sejenisnya (Fauzi, 2001). Data text digunakan untuk melihat karakteristik pembudidaya ikan kerapu. Karakteristik lokasi penelitian seperti keadaan geografis dan topografi, jumlah penduduk,
tingkat
pendidikan
penduduk,
mata
pencaharian
penduduk.
Karakteristik pembudidaya ikan kerapu dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga. Keadaan usaha pembudidaya dapat dilihat dari teknik budidaya, volume air, pemasaran, peralatan budidaya
44
yang digunakan, dan produksi yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa peta kelurahan, dan dokumentasi lokasi penelitian. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah peneliti dan langsung diperoleh dari objek yang diteliti. Pengumpulan data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara dengan responden, dan pengamatan langsung di lapang. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain seperti, Badan Pusat Statistik, Departemen-departemen dan instansi pemerintah lainnya. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Jakarta, Badan Pusat Statistik Jakarta, PKSPL-IPB, Sudin Kelautan dan Perikanan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dan internet.
4.5
Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh untuk responden pembudidaya ikan dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan contoh dengan teknik anggota populasi dipilih sebagai contoh untuk memenuhi tujuan tertentu (Fauzi, 2001). Pertimbangan menggunakan metode tersebut karena pengambilan contoh memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Responden pembudidaya ikan dipilih sebanyak 32 orang dengan kriteria : 1)
Responden yang dipilih adalah anggota kelompok sea farming
2)
Responden melakukan budidaya sampai memproduksi ikan kerapu ukuran konsumsi
3)
Keramba jaring apung yang digunakan adalah milik pribadi
45
4.6
Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil
(OLS) untuk menduga fungsi produksi Cobb-Douglas, analisis nilai produk marjinal (NPM) untuk optimalisasi dan analisis kelayakan untuk menilai kemungkinan pengembangan usaha budidaya ikan kerapu.
4.6.1
Metode Kuadrat Terkecil Analisis data yang dilakukan dengan Metode Kuadrat Terkecil/OLS
(ordinary least square) menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat disusun suatu model ekonometrik sebagai berikut: Y = b0 X1b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 X6 b6 e, Dalam rangka mempermudah pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Bentuk fungsi Cobb-Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linier berganda adalah sebagai berikut : Ln Y = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + e
dimana: Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 b0 b1-6 e
= Output/hasil ikan kerapu = Volume keramba (m3) = Jumlah bibit (kg) = Jumlah pakan rucah (kg) = Tenaga kerja persiapan (HOK) = Tebaran bibit (ekor/m3) = Tenaga kerja pemeliharaan (HOK) = Konstanta regresi = Koefisien regresi
= Galat atau error
46
4.6.2
Elastisitas Produksi Elastisitas produksi digunakan untuk melihat sebrapa besar perubahan
produksi akibat perubahan pemakaian input (faktor produksi). Koefisien regresi (b1) yang terdapat pada fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas input (X) terhadap output (Y) (Soekartawi, 2003). Elastisitas produksi (Ep) dapat dihitung dengan menjumlahkan pangkat pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Elastisitas produksi dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut:
Karena
adalah produk marjinal (MPP), maka besarnya Ep tergantung dari
besarnya MPP suatu input. Dengan demikian, elastisitas produksi merupakan perbandingan antara produk marjinal dengan produk rata-rata.
Berdasarkan persamaan di atas rumus elastisitas produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
4.6.3
Skala Usaha (Return to Scale) Skala penerimaan (return to scale) perlu dihitung untuk mengetahui
apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale. Nilai return to scale dapat diketahui
47
dengan menjumlahkan koefisien regresi (bi) yang terdapat pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara rinci dapat dituliskan sebagai berikut:
∑
4.6.4
Analisis Optimasi Kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh pendapatan bersih yang
maksimum, sehingga produsen (pembudidaya ikan kerapu) harus mengetahui berapa banyak input-input produksi yang digunakan. Dengan demikian, maka diperlukan informasi mengenai daya produksi dari input-input produksi yang digunakan. Apabila harga input-input produksi diketahui, dengan bantuan fungsi produksi, kombinasi-kombinasi input produksi optimum, perbandingan harga input-input produksi haruslah sama dengan produk marjinal untuk setiap input yang digunakan. Dengan kata lain, nilai produk marjinal harus disamakan dengan harga masukan. Kalau produk marjinal lebih besar dari perbandingan harga dari input-output, MPPxi > Pxi/Py, penggunaan input produksi itu haruslah dikurangi. Demikian pula, kalau produk marjinal dan perbandingan harganya sama, ini berarti efisien secara ekonomi. Dari fungsi produksi Cobb-Douglas produk marjinal penggunaan input produksi dapat dihitung melalui koefisien produksi dan produk rata-rata (APP), atau dengan membedakan fungsi produksi. Pada penelahaan ini, produk marjinal diturunkan dengan membedakan fungsi produksi terhadap input produksi yang ingin dioptimalkan, dengan variabel-variabel input lainnya yang dihitung pada rata-rata geometrisnya (sebagai lawan dari rata-rata hitungannya). Penggunaan rata-rata hitungan memberikan produk marjinal yang bias.
48
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, pada titik kombinasi input produksi yang optimum perbandingan harga input-output pada produk marjinal haruslah sama untuk setiap input produksi yang digunakan. Secara matematis, hal ini berarti keuntungan dapat dimaksimumkan bila NPM = Px, karena NPM = MPP . Py. Produk marjinal (MPP) merupakan perkalian antara elastisitas produksi (Ep) dengan produksi rata-rata (APP). Koefisien regresi (bi) yang terdapat pada fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas produksi, maka :
dimana : MPP = produk marjinal APP = produk rata-rata Ep
= elastisitas produksi
Sehingga nilai produk marjinal (NPM) dapat dihitung dengan rumus:
dimana: NPMxi
= nilai produk marjinal input ke-i
bi
= koefisien regresi dari input ke-i
Y
= produksi
Xi
= input ke-i
Py
= harga persatuan produksi
Berdasarkan persamaan MPP dan NPM diatas, maka dapat diketahui input optimal (Xi*) dengan rumus:
̅
49
dimana: Xi*
= input optimal ke-i
̅
= produksi (output) rata-rata
bi
4.6.5
= koefisien regresi dari input ke-i
Analisis Kelayakan Analisis kelayakan digunakan untuk mengetahui kelayakan pengembangan
usaha budidaya ikan kerapu, maka dilakukan perbandingan antara manfaat dan biaya. Kriteria kelayakan yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). 1)
Net Present Value (NPV) Pengembangan usaha budidaya ikan kerapu macan bertujuan untuk
mendapatkan hasil netto (net benefit) yang maksimal yang dapat tercapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Sebagai ukuran dalam hal ini adalah net present value dari usaha yang merupakan selisih antara NPV dari benefit dan NPV dari cost.
∑
Keterangan : NPV
= Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun
Bt
= Benefit usaha pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= Biaya usaha pada tahun ke-t (Rp)
n
= Umur usaha
i
= Tingkat suku bunga (%)
50
apabila : 1. NPV < 0 (negatif), berarti bahwa sampai pada t tahun usaha masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan. 2. NPV = 0, berarti bahwa biaya sama dengan penerimaan sehingga usaha tidak mendapat keuntungan atau merugi. 3. NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi usaha menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula manfaat yang akan dicapai. 2)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara present value dari net benefit yang
positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Secara matematis ditulis dengan rumus :
∑
Net B/C = ∑
Keterangan : Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio Bt
= Benefit pada tahun-t
Ct
= Biaya pada tahun-t
Bt-Ct
= Benefit bersih
i
= Tingkat suku bunga (%)
n
= Umur usaha
t
= periode atau tahun usaha ( t = 0,1,2,………,n)
apabila : Net B/C > 1, berarti usaha layak dilaksanakan Net B/C = 0, berarti usaha impas Net B/C < 1, berarti usaha tidak layak dilaksanakan
51
3)
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV
usaha sama dengan nol. Internal Rate of Return merupakan arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas yang keluar. IRR secara matematis ditulis dengan rumus : [
]
Keterangan : IRR
= Besarnya Internal Rate of Return dalam persen (%) = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV(+)
= NPV positif
NPV(-)
= NPV negatif
Apabila : IRR < tingkat diskonto : Usaha tidak layak dilaksanakan IRR = tingkat diskonto : Usaha tidak untung dan tidak rugi IRR > tingkat diskonto : Usaha layak dilaksanakan
4.6.7
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengatasi perubahan-perubahan yang
terjadi terhadap manfaat dan biaya selama usaha berlangsung. Asumsi yang digunakan adalah penurunan harga output/penerimaan. Penentuan besarnya penurunan harga output berdasarkan fluktuasi harga yang terjadi di lokasi penelitian. Asumsi yang kedua adalah penurunan hasil produksi. Melalui analisis sensitivitas akan diketahui faktor-faktor apa saja yang paling sensitif. Dalam mengukur tingkat sensitivitas digunakan formula Switching Value (SV) yang
52
menggambarkan tingkat perubahan parameter tertentu yang menyebabkan NPV= 0. Metode switching value yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase perubahan terhadap perubahan harga jual dan produksi ikan kerapu macan yang dihasilkan.
4.7
Batasan dan Pengukuran
1) Satu siklus produksi adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu kali masa penebaran sampai masa panen diukur dalam satuan hari. Satu siklus produksi dalam usaha pembesaran ikan kerapu macan adalah 8-12 bulan atau setara dengan 240-360 hari. 2)
Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi output (produksi ikan kerapu macan). Faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi produksi ikan kerapu macan adalah bibit (kg/musim tanam), pakan rucah (kg/musim tanam), pakan pelet (kg/musim tanam), tenaga kerja (orang/musim tanam), volume keramba jaring apung (m3), tebaran bibit (ekor/m3).
3) Produksi adalah berat total ikan kerapu yang dihasilkan dalam satu siklus produksi (kg). 4) Total penebaran bibit adalah jumlah bibit ikan kerapu yang ditebar dalam satu siklus produksi diukur dalam satuan kg per musim tanam, dengan ketentuan berat bibit per ekor adalah (1) ukuran 10-11 cm setara dengan 25 gram, (2) ukuran 12-13 cm setara dengan 30 gram, (3) ukuran 14-15 cm setara dengan 50 gram, dan (4) ukuran 16-18 cm setara dengan 100 gram.
53
5) Pakan adalah makanan yang dibutuhkan ikan berasal dari luar perairan dalam bentuk ikan rucah dan pelet yang diukur dalam satuan kg. 6) Tenaga Kerja adalah jumlah orang yang diperlukan dalam satu siklus produksi, diukur dalam Hari Orang Kerja (HOK). Satu HOK setara dengan 8 jam. 7) Volume keramba jaring apung adalah tempat yang digunakan untuk usaha budidaya pembesaran ikan kerapu diukur dalam satuan m3. 8) Tebaran bibit adalah padat tebaran bibit di dalam keramba (ekor/m3).