METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA TKI (TENAGA KERJA INDONESIA) DI DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : INNAYAH NIM. III07141
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA TKI (TENAGA KERJA INDONESIA) DI DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : INNAYAH NIM. III07141
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Apabila kamu tidak bisa berbuat kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu, maka berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang berseriseri, disertai akhlak yang baik
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku Bapak Sumadi Istamar & Ibu Siti Aliyah tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran. Dengan perjuangan yang tiada tara.
Adekku satu-satunya Imam Cholidin, terima kasih atas motivasi yang adek berikan.
Mbah kakung Qosim & mbah putri Juariyah, terima kasih atas Do’a dan Motivasi yang kalian berikan kepada ananda
Keluarga Besar Dari Mbah’e Semin & Mbah’e Qosim, Terima kasih atas Motivasi yang telah kalian berikan.
Ayah yang sudah menjadi power selama aku di salatiga.Thnks bUas selama ini.
Sahabat-Sahabat BFF tercinta, Mas khabib, mas asif, kurNia, Ipul ( mbah who), Mbk Anis
Keluarga besar PAI E ’07 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu trima kasih atas motivasi kalian.
Seseorang yang kelak menjadi pendamping hidupku. Semoga Allah meridhoi.
Keluarga Besar Az-Zahra, Mama WiEdHa, jHenny daH gag kemlinthi, Phipeh Zahra, iva ajha, yuni uCiL yang telah memberikan motivasi untukku. Kalian adalah keluarga keduaku. Thnks
Kakak-kakakku tercinta mbxopic N mbXRina yAng selalu ada saat duka maupun suka.tHnks
Keluarga besar LPM DINAMIKA yang tercinta
SeRTA SeMua oRang yang sUdah membantU peNuLis yAng peNuLis tidAk biSa seButkaN satU PeRSATU..tRimAkasIh
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Metode Penanaman Nilia Akhlak Anak pada Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011” Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rasul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tuhas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak Pada Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011” Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga. 3. Benny Ridwan, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 11 September 2011 Penulis
ABSTRAK Innayah. 2011. Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak Pada Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Benny Ridwan M.Hum Kata kunci: Metode penanaman nilai akhlak anak dan keluarga TKI Penelitian ini membahas tentang Metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI desa Pucakwangi kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011. Focus yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana conten materi penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011? Bagaimana metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011? Apa kendala dan bagaimana pemecahannya dalam penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011? Sesuai dengan pendekatan Kualitatif, maka kehadiran penulis di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang terbentuk kata-kata diambil dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, serta data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata atau kalimat, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data. Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga TKI menanamkan nilaik akhlak pada anaknya dengan member materi-materi akhlak seperti: berbuat baik, jujur (shidiq), ikhlas, qonaah, kesediaan untuk bertanggung jawab. Keseluruhan materi nilai akhlak responden menambahkan perilaku akhlak yang lainnya misalnya menanamkan pada anaknya untuk ngaji sore, dan sekolah sore (TPA). Dalam penanaman nilai akhlak, para keluarga TKI lebih sering menggunakan Metode teladan karena orang tuanya adalah pusat imitative bagi anak. Selain metode tersebut para responden juga menggunakan metode Pembiasaan diri dan pengalaman, Metode Nasihat, Metode Hukuman. Kendala yang dihadapi oleh keluarga TKI ini tidak sama dengan keluarga pada umumnya, kendala-kendala itu yaitu Kurangnya motivasi belajar anak, Pengasuhan anak selama ditinggal bapak/ibu menjadi TKI, kendala-kendala itu dapat dipecahkan
melalui berbagai cara berikut ini: responden membatasi kebebasan terhadap anak, sehingga dalam bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma, Anak lebih didorong untuk lebih memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara responden menyuruh anaknya untuk ngaji di tempat pak ustad-masjid-atau mushola, responden lebih selektif dalam menuruti keinginan anak, responden banyak mendampingi anak, memberi nasehat, teguran, apabila anak sedang melakukan penyimpangan, responden melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak merasa diremehkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ….
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN…………………………..……..
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………..……
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………..………………
v
HALAMAN KATA PENGANTAR……..……………………………………..
vi
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………………..
viii
HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………………...
x
HALAMAN DAFTAR TABEL………………………………………………..
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..
1
B. Fokus Penelitian…………………………………………………..
9
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….
10
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..
10
E. Penegasan Istilah………………………………………………….
11
F. Metode Penelitian…………………………………………………
15
1. Pendekatan dan jenis penelitian……………………………….
15
2. Kehadiran peneliti …………………………………………….
16
3. Lokasi penelitian………………………………………………
16
4. Sumber data……………………………………………… …..
16
a. Sumber data primer…………………………………….
17
b. Sumber data sekunder………………………………….
17
5. Prosedur pengumpulan data…………………………………
17
a. Observasi…………………………………………………
17
b.Wawancara atau interview……………………………….
18
c. Analisis data………………………………………...…….
18
d.Pengecekan Keabsahan Temuan………………………….
19
6. Sistematika Penulisan………………………………………..
19
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak…………………………… 21 1. Pengertian Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak…………….
21
2. Metode penanaman nilai akhlak Anak…………………………..
26
3. Isi materi penanaman nilai akhlaK………………………...……
33
B. Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)…………………………… 41 1. Pengertian Keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia)……………..
41
2. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)….........
43
3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)…………………………………….....
46
4. Penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI……………….
50
C. Karakteristik anak dalam setiap fase perkembangan………………. 53
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian………………………………. 57 1. Letak Dan Keadaan Geografis…………………………………..
57
2. Keadaan Penduduk……………………………………………...
57
3. Struktur Pemerintahan…………………………………………...
61
B. Diskripsi Penanaman Nilai Akhlak anak…………………………… 61 BAB IV PEMBAHASAN Gambaran metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) 1. Isi materi penanaman nilai akhlak……..………………………….
79
2. Metode atau cara penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ………............................................
81
3. Kendala penanaman nilai akhlak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)………………………………..…………
85
4. Pemecahan kendala dalam keuarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)... 86 BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan…….………………………………………………..
88
B.
Saran…………………………………………………………….
92
C.
Penutup………………………………………………………….
93
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
94
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. DAFTAR RIWAYAT PENULIS......…………………………………………..
DAFTER TABEL
TABEL I
Jumlah Penduduk Menurut Usia………………………………….. 58
TABEL II
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan………………………….. 58
TABEL III
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian…………………… 59
TABEL IV
Jumlah Kepala Keluarga…………………………………………. 59
TABEL V
Jumlah Penduduk Menurut Agama………………………………. 60
TABEL VI
Tempat Ibadah…………………………………………………… 60
TABEL VII
Jumlah TKI…………………………………………………….... 61
TABEL VIII
Daftar Responden dan Para TKI………………………………… 62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Terjemahan Lampiran 2 Pedoman wawancara Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Lampiran 4 Surat Pernyataan telah meneliti Lampiran 5 Lembar Konsultasi Lampiran 6 Laporan SKK
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak dilahirkan ke dunia masih dalam keadaan lemah baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, anak telah memiliki kemampuan bahwa sejak dalam kandungan dan dalam keadaan suci dan yang menjadikan yahudi, nasrani dan majusi adalah orang tua.seperti Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah: لبل رسٕل اهلل صهي اهلل عهيّ ٔسهى يبيٍ يٕنٕد اال يٕنذ عهي: عٍ أبي ْريرة رضي اهلل عُّ لبل ّانفطرة فأبٕاِ يٕٓداَّ ٔيُصراَّ ٔيًجسبت Artinya: “ Dari Abu Hurairah Rosulullah SAW Bersabda: Tidak ada anak kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah menyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya (H.R.Muslim) Karena keluarga juga merupakan lingkungan terdekat dan pendidikan pertama kali bagi anak sebelum ia berada dalam suatu lembaga atau sekolah. Anak akan mengenal sesuatu sehingga mereka tahu juga mulai dari keluarga dulu, karena apabila dalam sebuah keluarga itu baik maka akan berpengaruh positif pada jiwa perkembangan anak, begitu juga sebaliknya apabila dalam sebuah keluarga tersebut tidak baik atau bermasalah maka akan berpengaruh negatif pada perkembangan jiwa anak. Pada hakekatnya, para orangtua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan i
mana yang baik dan mana yang buruk, serta tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri. Hal ini akan berjalan dengan baik ketika peranan orang tua sangat maksimal (Gunarsa, 1995:60). Maka dari itu peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk memotivasi pendidikan anak dalam akhlak yang mulia serta menjauhkan mereka dari segala akhlak yang buruk dan perbuatan yang tidak terpuji. Jika kedua orang tua memberikan teladan dalam kebaikan, dan selalu memperhatikan akhlak anak. Maka hal itu akan memberi pengaruh yang sangat besar dalam jiwa anakanak. Karena anak-anak cenderung merindukan kepada kepahlawanan, menyukai hal-hal yang mulia, menyenangi akhlak yang terpuji, dan membenci akhlak yang tercela. Keluarga memiliki peran penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan dan perhatian orang tua yang penuh dengan kasih sayang dan penanaman nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi
kebutuhan
insani
(manusiawi),
terutama
kebutuhan
bagi
pengembangan kepribadian dan pengembangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan fisikbiologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya. Apabila anak dapat memenuhi
i
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat (Yusuf, 2007: 27). Suasana keluarga juga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif, sehat, sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home , kurang harmonis, orang tua bersikap keras, atau tidak
dapat
memperhatikan
nilai-nilai
agama,
maka
perkembangan
kepribadiannya cenderung mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (Yusuf, 2007: 27-28). Dengan adanya tugas-tugas yang berat untuk mendidik anak, orang tua harus bekerja sama yang baik dengan pasangannya agar perkembangan anak menjadi baik. Ketika ada sebuah kelurga yang terpaksa harus mendidik anaknya dengan satu orang tua yaitu hanya seorang ayah saja atau ibu saja maka akan terjadi hal yang berbeda pada pendidikan akhlak anak, apalagi pada keluarga yang ditinggal orang tuanya bekerja merantau dan pulangnya sampai beberapa tahun kemudian yang tidak mungkin ikut mendidik anak secara langsung setiap harinya, hal ini membuat anak merasa tidak mempunyai keluarga yang utuh atau normal. Anak juga akan merasa minder karena anak merasa tidak sama atau berbeda dengan teman-temannya yang mempunyai orang tua utuh dan bisa
i
bertemu setiap hari. Dan hasilnya juga akan berbeda dengan anak yang mempunyai perhatian dan asuhan langsung dari kedua orang tuanya yang utuh. Perkembangan nilai akhlak anak tergantung bagaimana orang tua mengasuh dan mendidik anak. Saat ini, karena sudah merupakan tuntutan banyak ibu dan ayah yang bekerja, bahkan sampai keduanya berpisah negara hanya untuk memenuhi nafkah keluarga yaitu sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Bagi sebagian orang, TKI menjadi sebuah alternatif untuk mencari penghasilan . Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka rela untuk bekerja merantau keluar Negara antara lain karena kebutuhan ekonomi, sulitnya lapangan pekerjaan, dengan adanya fenomena tersebut banyak anak yang mendapatkan pendidikan hanya dari seorang ayah atau seorang ibu saja. Bahkan jika keduanya bekerja menjadi TKI maka anak diasuh oleh kakek dan nenek mereka atau keluarga mereka yang lain. Namun keadaan yang terjadi bukanlah suatu akhir yang buruk, tetapi bagaimana kita bisa menyikapi secara positif dari segala keadaan. Akan tetapi untuk ibu yang bekerja menjadi TKI, belum tentu akan berakibat buruk kepada anak, tetapi bagaimana orang tua mengasuh dan mendidik anaknyalah yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan dari anak., meskipun ayah atau ibu berpisah, tetapi jika hubungan dalam keluarga bisa saling mengisi, terutama ibu atau ayah bisa berperan ganda untuk anak, maka kemampuan anak masih dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangannya.
i
Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 1992: 1), akhlak atau perilaku yang ada dalam suatu masyarakat merupakan suatu unsur pokok yang membentuk baik buruknnya masyarakat tersebut, akan tetapi dalam penanaman nilai akhlak juga tidak akan optimal jika tidak menggunakan metode penanaman karena akhlak juga tidak mudah akan terbentuk begitu saja. Harus menggunakan tekhnik dan cara-cara yang jitu agar penanaman nilai akhlak itu dapat terwujud dengan baik. Dalam kaitannya dengan akhlak anak dilingkungannya masyarakat, lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan juga dapat dikatakan sebagaian besar kehidupan anak adalah didalam lingkungan keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga/orang tua. Tugas orang tua bagi pendidikan anaknnya adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup beragama, karena sifat dan tabiat anak sebagaian besar diambil dari kedua orang tua. Penulis disini akan membahas tentang sebuah keluarga yang kehilangan peran dari salah satu orang tua bisa dari ayah maupun ibu. Keluarga yang kehilangan salah satu peran ini kemudian akan memaksa salah satu pihak untuk i
bisa berperan ganda menggantikan salah satu peran yang hilang. Misalnya seorang istri yang ditinggal suaminya merantau / bekerja menjadi TKI dan meninggalkan satu anak membuat seorang istri tersebut mendidik anak itu sendirian tanpa suami disampingnya. Begitu juga sebaliknya, misalnya istri yang pergi meninggalkan suaminya untuk bekerja menjadi TKI dan meninggalkan anak membuat si ayah tersebut mendidik anak itu sendiri serta harus berperan ganda untuk menggantikan istrinya sebagai seorang ibu bagi si anak. Meskipun sebenarnya sangat sulit untuk dijalaninya. Dalam keluarga TKI memiliki serangkaian kendala yang tidak sama dengan keluarga yang utuh. Hal ini kita kembalikan pada fungsi keluarga yaitu memaksimalkan peran orang tua dalam pembentukan dan penanaman akhlak anak. Karena anak sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan yang fitroh dan membawa potensi masing-masing, tugas orang tua adalah memberikan kebaikan pada anak sehingga anak juga akan terbentuk menjadi anak yang baik. Peran orang tua dalam pembinaan anak pada akhlak dan agama sangat penting, karena pembinaan kehidupan moral dan agama itu lebih banyak terjadi melalui pendidikan formal, dan pengajaran nilai agama dan akhlak yang terjadi merupakan pengendalian pada anak. Pengaruh dalam pendidikan kehidupan manusia itu adalah nilai-nilai yang masuk ke dalam pembinaan pribadi akan terjadi semakin kuat tertanamnya dalam diri anak maka akan mempengaruhi pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap (Daradjat, 1970: 135)
i
Masa keemasan anak terdapat pada tahun-tahun pertama, yang pada umumnya anak menghabiskan bersama dengan orang tua maka dapat langsung ditanamkan nilai akhlak anak sebelum anak itu menjadi sempurna dan optimal. Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanan kuat pada jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalaman akhlak pada masa kanak-kanak akan tergores kuat pada hati seseorang seperti ukiran diatas batu. Jiwa yang polos apabila diisi dengan penanaman akhlak, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah diterimanya disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina anak. Akhlak dalam kehidupan sekarang juga sangat dibutuhkan sekali, karena manusia diciptakan juga mempunyai naluri akhlak untuk hidup dimasyarakat. Karena itu merupakan sebuah alat yang harus ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia yang hidupnya tanpa akhlak merupakan manusia yang dianggap tidak bernorma dan bisa hidup seenaknya saja dalam kehidupannya, dan apabila kalau ini memang ada suatu kelompok atau organisasi yang kurang baik akan menjadikan penyakit dan nembuat kecemasan bagi para orang tua yang menpunyai anak masih dalam masa pendidikan dan belum memiliki jati dirinya. Anak akan mudah terpengaruh dan gampang meningikutinya tanpa memikirkan itu baik bagi dirinya dan keluarganya atau tidak, karena yang ia pikirkan hanya kesenangannya ia saja. Kenakalan remaja sering terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu pisahnya orang tua karena tidak intensnya orang tua membuat anak tidak normal i
seperti anak-anak yang lain. Kondisi semacam ini bisa membuat anak tersebut kurang percaya pada orang tua dan selalu mencari jalan keluar sendiri untuk setiap permasalahan yang ia hadapi, misalnya dengan cara minum-minuman keras Karena sudah tidak menemukan jalan lagi, ini terjadi disebabkan proses perkembangan akhlak pada anak dalam keluarga yang ditinggal orang tuanya. Perilaku menyimpang yang dilaukan oleh anak disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua atau salah satu orang tua yang tidak ikut mendidik anaknya secara langsung, anak akan merasa kehilangan figur dari sang ayah atau sang ibu yang seharusnya mereka dapatkan dan menjadi contoh bagi si anak. Dalam keluarga TKI orang tua dituntut untuk berperan ganda dari orang tua tunggal menjadi orang tua yang seutuhnya bagi perkembangan akhlak anak. Tidak sedikit pula dalam keluarga TKI anak dapat menjadi dewasa dan cepat dalam perkembangannya, karena anak dituntut untuk mengetahui kondisi keluarganya. Dalam pembinaan akhlak, terutama bagi remaja, agama sangat penting, pembinaan itu terjadi melalui kebiasaan dan pengalaman hidup yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua dengan jalan memberi contoh. Dan pembinaan akhlak itu tidak mungkin dengan jalan pengertian saja, karena kebiasaan jauh lebih berpengaruh dari pengertian dan pengetahuan tentang akhlak. (Darajat, 1975: 1516) Demikian halnya yang terjadi di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal yang sebagian masyarakatnya merupakan TKI i
diberbagai Negara. Berangkat dari masalah tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hal tersebut yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA TKI
DI
DESA
PUCAKWANGI
KECAMATAN
PAGERUYUNG
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011” B. FOKUS PENELITIAN Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengambil suatu pokok masalah yang penulis rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana isi materi penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011? 2. Bagaimana metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011? 3. Apa kendala dan bagaiman pemecahannya dalam penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011? C. TUJUAN PENELITIAN Dengan melihat fokus masalah diatas yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui isi materi penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011.
i
2. Untuk mengetahui metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011. 3. Untuk menetahui kendala dan bagaimana pemecahannya dalam penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun kegunaaan dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuhan bagi para pembaca atau masyarakat Desa Pucakwangi pada khususnya agar dalam menanamkan akhlak pada anak tidak dikesampingkan. 2. Bagi penulis sendiri, sebagai aplikasi dari sebagian ilmu-ilmu yang telah penulis terima dan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua tunggal sementara agar dapat meningkatkan perhatian dalam penanaman akhlak anak. E. PENEGASAN ISTILAH Fokus dalam penelitian ini adalah, penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI. Sebelum membahas lebih dalam maka akan diberikan penjelasan dan batasan pada istilah-istilah dalam judul penelitian tersebut: 1. Metode penanaman nilai akhlak anak
i
a. Metode penanaman adalah suatu kerangka konseptual penerapan pendekatan, metode, dan langkah-langkah tekniknya dalam bentuk disain sebagai acuan kegiatan penanaman. b. Nilai Akhlak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut Daroeso (1986: 26) Nilai adalah ukuran atau pedoman perbuatan manusia. Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (IAIN Walisongo, 1999: 109). Jadi nilai akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 1992: 1). Jadi metode penanaman nilai akhlak adalah kerangka yang merupakan sebagai acuan kegiatan penanaman nilai akhlak anak, sehingga dapat bersikap baik dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pada penelitian kali ini difokuskan pada cara menanamkan nilai akhlak, metode penanaman nilai akhlak, kendala dan pemecahannya yang dihadapi dalam keluarga TKI. i
Perkembangan anak menurut Zakiah Daradjat dapat diklarifikasikan menjadi berikut: a. Usia Kanak-kanak
0-6
b. Usia anak-anak
6-12
c. Usia remaja pertama
13-16
d. Usia remaja terakhir
17-21
Anak yang dimaksud peneliti disini adalah anak pada usia 6-12 tahun atau yang disebut dengan anak masa sekolah, karena ketika anak masuk ke sekolah dasar, dalam jiwanya ia telah membawa bekal rasa agama yang terdapat dalam kepribadian dari orang tuanya dan dari gurunya semasa di taman kanakkanak dulu (Daradjat, 1959: 111) Pada usia anak-anak 6-12 tahun,pendidikan yang diterima anak merupakan otoritas orang lain. Anak belum bisa mencegah atau menyaring pendidikan yang mereka terima secara formal maupun non formal. Pada masa ini jika tidak dimanfaatkan oleh orang tuannya dengan menanamkan nilai akhlak pada diri anak maka anak akan kehilangan masa keemasan mereka. Hal ini akan berimbas pada akhlak mereka kedepannya nanti. 2. Kelurga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing,
i
berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin. Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam”satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan salling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunitas baru yang disebut keluarga. Karenanya kelurganyapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. (Djamrah, 2004: 16-17) TKI atau tenaga kerja Indonesia adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Singapura, Korea, Arab Saudi, Jepang, dll) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima
upah.
Namun
demikian,
istilah
TKI
seringkali
dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW). menurut Rancangan Undang-undang Tenaga Kerja Luar Negeri (Versi Badan Legislatif) adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. (Tim PSGK, 2007:11) Menurut Mughni(2004) adalah setiap orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12) i
Jadi yang dimaksud Keluarga TKI adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan bisa juga ketambahan oleh nenek atau kakek atau saudara yang lain yang mana dalam keluarga itu salah satu dari ayah atau ibu yang bekerja ke Negara lain atau menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) untuk mencari nafkah demi keluarga mereka sehingga anak hanya memperoleh kasih sayang dan perhatian dari orang tua tunggal saja, bisa dari si ayah atau si ibu. Dalam penelitian ini, maka yang dimaksud penulis tentang METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA TKI ( TENAGA KERJA
INDONESIA)
DI
DESA
PUCAKWANGI
KECAMATAN
PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 adalah suatu penelitian ilmiah tentang metode penanaman nilai akhlak anak. Dimana keluarga yang diteliti mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negara. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.(2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun, dan penelitiannya di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011. F. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan dan usaha untuk melakukan kegiatan dan usaha untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode transversal atau metode i
krosseksional yaitu untuk meneliti subyek penelitian dari tingkatan usia yang berbeda dalam waktu yang sama (Harditono, 2002: 3). Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode penanaman nilai akhlak anak ketika dalam keluarga hanya ada satu orangtua/orangtua tunggal. Karena tidak mudah untuk mendidik akhlak anak hanya dengan peran salah satu dari orangtua tunggal sementara. 1. Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi karena metode tersebut digunakan untuk menjelaskan posisi dan peranan subyeksubyek yang terlibat dalam proses penanaman nilai akhlak, a). orang tua tunggal sementara ( TKI) sebagai pendidik b). anak sebagai peserta didik. Penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan metode penanaman nilai akhlak yang digunakan dalam keluarga TKI. Penelitian ini dimaksud dengan field research yang artinya penelitian langsung ke obyek yang diteliti untuk
mendapatkan
data
yang
berhubungan
dengan
permasalahan-
permasalahan yang dibahas yaitu ditinggalnya anak sehingga dalam asuhan orangn tua tunggal sementara. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan realitas yang ada dilapangan kemudian menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendiskripsikan dengan kata-kata atau kalimat. 2. Kehadiran peneliti
i
Dalam penelitan ini, kehadiran peneliti sangatlah penting sekali, peneliti bertindak sebagai instrument langsung sekaligus pengumpul data. Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung ke lapangan sehingga mendapatkan data yang riil didalam keluarga tersebut sehingga bisa mendapatkan data yang akurat. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian Metode Penanaman Nilai Akhlak anak Pada Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Untuk lokasi penelitian peneliti memilih keluarga yang memiliki beberpa cirri-ciri, yakni: (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negara. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.(2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun. 4. Sumber data Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber Data Primer
i
Yaitu sumber data yang berkaitan langsung berkaitan dengan obyek riset (Arikunto, 1989:10). Data primer dalam penelitian ini adalah datadata di lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini. 2. Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan atau penanaman akhlak. 5. Prosedur pengumpulan data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya: a. Observasi Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1992: 132). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara lanngsung tentang Metode Penanaman Nilai Akhlak anak Pada Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011. Penulis melakukan pengamatan secara langsung pada Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang mempunyai anak yang kemudian mewawancarai obyek penelitian. Mengenai obyek yang hendak diteliti adalah Orang tua tunggal yang mendidik anaknya dan bagaimana kondisi i
akhlak anak yang hanya mendapatkan peran dari satah satu orang tuanya dengan sebab pasangannya bekerja menjadi TKI. b. Wawancara atau interview Yaitu mendapatkan informasi dengan cara Tanya jawab sepihak yang dilakukan penulis. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah: (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negeri. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011. (2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun. Dan penelitiannya berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011. c. Analisis data Dalam penelitian ini digunakan metode analisis Induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun teori. Metode ini digunakan untuk menganalisis realitas yang ada dalam sebuah keluarga yang khususnya mengenai metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI.
d. Pengecekan Keabsahan Temuan Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung untuk observasi dan wawancara, selain itu juga mengecek hasil wawancara dan observasi dengan dicocokkan melalaui tingkah laku langsung subyek i
penelitian, sehingga penulis benar-benar mendapat data yang langsung dari keluarga tersebut. Kemudian data tersebut tentu akan penulis simpulkan yang akan penulis cocokkan dengan perilaku anak tersebut. G. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: BAB I, Pendahuluan yang berisi tentang Latar belakang masalah, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat hasil penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian, Sistematika penulisan. BAB II, Kajian teoritik tentang Metode Penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011 BAB III, membahas tentang gambaran umum, diskripsi Penanaman Nilai Khlak Anak Pada Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011 BAB IV, Analisis tentang metode Penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011 BAB V, penulis membuat penutup yang berisi kesimpulan dan saransaran sebagai bahan masukan dalam dunia pendidikan akhlak.
i
BAB II KAJIAN TEORITIK
A.
Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak 1. Pengertian Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak Dalam
ajaran
islam,
anak
merupakan amanah yang
harus
dipertanggungjawabkan. Dalam lingkup keluarga, orang tua lah yang sepenuhnya memiliki tugas untuk memberi pendidikan terhadap anaknya, pembentukan karakter, perkembangan, dan kesempurnaan anak untuk menjadi diri yang matang. Salah satunya yaitu pembentukan akhlak, karena dalam kehidupan sehari-hari orang juga tidak akan terlepas dari akhlak yang merupakan sebagai alat dalam kehidupan. Akhlak sangat penting bagi manusia karena akhlak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam kehidupan bernegara. Penanaman dan pembinaan pendidikan agama pada diri anak menurut peran aktif keluarganya yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Adalah kesalahan yang sangat fatal bila menyerahkan penanaman dan pembinaan pendidikan agama anak pada lingkungan masyarakat maupun sekolah saja. Hal ini disebabkan tanggung jawab pendidikan agama yang paling awal bagi anak terletak di pundak orang tuanya. i
Secara umum, dunia sudah mengetahui pendidikan sedini mungkin sangat penting bagi anak. Karena dalam islam juga sangat dikenal dengan ajarannya yaitu belajar sepanjang hayat. sebagaimana sabda Rasulullah saw :
)أﻁنبٕانعهى يٍ انًٓذي اني نٓذ ي( رٔاِ بﺤبري ٔ يسهو Artinya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad”.(HR.Bukhori dan Muslim)
Berbicara masalah nilai akhlak, sebenarnya nilai itu sendiri adalah melihat sesuatu dari segi kegunaan atau manfaatnya dalam kehidupan yang menyangkut masalah yang bersifat jasmaniyah dan rokhaniyah. Nilai yang bersifat rokhaniyah itu meliputi rasa keindahan, kebenaran, etika (akhlak), dan agama.(IKIP, 2003:158) Untuk menanamkan nilai akhlak anak juga diperlukan metode tertentu agar mencapai tujuan, apalagi bagi mereka yang mendidik anak sendirian tanpa pasangan disisinya karena bekerja menjadi TKI, yang dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Orang tua juga harus sekreatif mungkin dalam menjalankan metode itu agar tujuan itu bisa didapat. Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandaninya manusia tanpa akhlak maka akan hilang derajat kemanusiaannya.
i
Dalam islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Karena akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan mahluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaannya. Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanam kuat pada jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Penanaman akhlak pada masa anak-anak akan teringat kuat pada hati seseorang seperti ukiran di atas batu. Jiwa yang polos apabila di isi dengan penanaman akhlak, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah diterimanya dari pembiasaan orang tua yang telah diajarkan selama masa anak-anak, disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina akhlak anak. Dalam pembahasan penanaman akhlak ini supaya tidak meluas maka peneliti fokuskan pada penanaman akhlak pada keluarga TKI. Pada keluarga TKI tentu orang tua tunggal sementara ini sangat dituntut untuk lebih ekstra dalam mendidik anak seorang diri yang idealnya dilakukan oleh dua orang tua. Sebelum membahas lebih jauh harus dijelaskan pengertian penanaman akhlak itu sendiri. Penanaman adalah merupakan bentuk ajaran orang tua yang diberikan oleh anknya untuk menjadi pribadi yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan Negara. i
Akhlak mempunyai berbagai macam arti, dari berbagai sumber dapat diperoleh arti akhlak yaitu: a. Menurut IAIN Walisongo (1999: 109) Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. b. Menurut Asmaran (1992: 1) akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. c. Menurut Imam Al-Ghozali
فأنخهك عببرةعٍ ْيئت في انُفسي راسخٓبتصذراألفعبل بسٕٓاة ٔيسريٍ غيرحبجت أني فكرٔرؤيت Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan perbuatan-perbuatan denga n gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” d. Menurut Ibrahim Anis
تصذرعُٓبألعًبل يُخيرأٔشريٍ غيرحبجتأني فكرٔرؤيت,انخهك يبل نَفﺲ راسخت Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
e. Menurut Karim Zaidan
ٍيُٓجٕعتيٍ انًبَي ٔنبصفبث انًستمرة في انُفﺲ ٔفي ضٕءْبٔييزآَبيﺤس ًّ ٔيٍ ثى يمذو عهيّ أٔيﺤجى ع,انفعم في َضر األ َسبٌ أٔيمبح Artinya : Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian i
memilih melakukan atau meninggalkannya”. (Yunahar, 2007:12) Dari berbagai macam pendapat diatas mengenai akhlak dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia sejak lahir , sehingga dia akan muncul secara sepontan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu. Akhlak disini lebih difokuskan sikap anak usia 6-12 tahun dimana pada usia ini anak telah menerima pendidikan akhlak dari formal maupun non formal, penanaman akhlak dalam usia ini berdasarkan otoritas orang lain karena anak hanya akan menangkap nilai-nilai akhlak dari orang yang dekat dengan anak baik itu orang tuanya, teman. Guru, serta lingkungan sekitar. Jadi penanaman nilai akhlak adalah pembiasaan orang tua yang telah di berikan kepada anak-anaknnya agar terbentuk pribadi yang baik dan sesuai dengan norma-norma dan ajaran agama. Pembentukan kepribadian anak sangat erat kaitannya dengan penanaman akhlak yang ditanamkan melalui pendidikan agama. Secara umum, pakar-pakar kejiwaan berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan prilaku seseorang. Keperibadian terbentuk melalui semua pengamalan dan nilai-nilai yang diserap dalam pertumbuhannya, terutama pada tahun-tahun pertama umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, tingkah laku orang tersebut akan diarahkan dan
i
dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Di sinilah letak urgensi pembinaan pendidikan agama terhadap anak di dalam keluarga, khususnya pada masamasa perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut. Oleh sebab itu keterlibatan orang tua dalam penanaman pendidikan anak di keluarga sangat diperlukan. Akhlak merupakan tugas penting untuk kedua orang tua yaitu ibu dan bapak tetapi akan nampak berbeda pada cara, isi, dan peran penanaman nilai akhlak pada anak jika dalam keluarga hanya ada satu figur orang tua tunggal sementara atau pada keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia). 2. Metode penanaman nilai akhlak Dalam penanaman nilai akhlak pada anak harus menggunakan metode-metode khusus. Apalagi bagi mereka orang tua tunggal yang harus berperan ganda untuk mendidik anaknya karena ditinggal oleh pasangannya bekerja menjadi TKI. Beberapa Metode yang digunakan untuk penanaman akhlak menurut Abdurrahman an Nahlawi yaitu: a. Metode Hiwar (Percakapan) Metode Hiwar (Percakapan) adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau melalui Tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan.(IAIN Walisongo,
2004:
123).
Demikianlah kedua pihak saling bertukar pendapat tentang suatu perkara tertentu.
i
Contohnya, ayah/ibu melakukan percakapan dalam ruang dan waktu yang sama, kemudian ayah/ibu yang menjadi orang tua tunggal sementara mengajak anaknnya untuk duduk bersama dalam satu ruang dan waktu. Orang tua dan anak melakukan percakapan baik ada suatu permasalahan atau tidak yang kemudian baik ayah/ibu dan anak akan mendapatkan suatu maksud dari percakapan yang telah berjalan itu. b. Metode Kisah Metode Kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa.(IAIN Walisongo, 2004: 123). Disamping itu kisah edukatif itu melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktivitas didalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah prilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan tuntunan. Penanaman melalui kisah-kisah tersebut dapat mengiringi anak pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah prilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.(An-nahlawi,1995: 239) Dampak mengaktifkan
pendidikan
melalui
pengisahan
adalah
dapat
dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cermin
kesantaian dan keterlambatan sehingga dengan kisah, setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah i
tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut. Contohnya, anak diberi cerita-cerita yang bisa dijadikan mereka teladan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa mengenai kisah para Nabi dan para Rosul atau kisah-kisah para pahlawan yang di anggap mereka sebagai sosok yang tangguh. c. Metode Amtsal (Perumpamaan) Perumpamaan-perumpamaan yang terdapat
dalam al-qur’an
mempunyai beberapa makna antara lain : 1) Merupakan sesuatu sifat manusia dengan perumpamaan yang lain. 2) Mengungkapkan sesuatu keadaan dengan keadaan yang lain yang memiliki kesamaan untuk menandakan peristiwa. 3) Menjelaskan kemustahilan adanya kesurupaan antara dua perkara yang oleh kaum musryrikin dipandang serupa.( IAIN Walisongo, 2004: 123-124). Perumpamaan-perumpamaan tersebut memiliki tujuan psikologisedukatif yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksud selain kemukjizatan balaghah dan dampak metode pengajian. Tujuan psikologis-edukatif yang dimaksud adalah pertama,
memudahkan
pemahaman suatu konsep. Untuk memahami makna spiritual suatu perkara, manusia itu cenderung menyukai penyerapan persoalan-persoalan abstrak pada perkara-perkara yang kongkrit. Kedua, mempengaruhi emosi i
yang
sejalan
dengan
konsep
yang
diumpamakan
dan
untuk
mengembangkan aneka perasaan ketuhanan. Ketiga, membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid dan analogis. Keempat, mampu menciptakan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia. Mental akan menggerakkan dan mendorong hati untuk berbuat kebaikan dan menjauhi berbagai kemungkaran. d. Metode Teladan Pada dasarnya manusia cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis. Di antara tipe-tipe peneladanan yang terpenting adalah: 1) Pengaruh langsung yang tidak disengaja (sepontan) Pengaruh yang tersirat
dari sebuah keteladanan akan
menentukan sejauh mana seseorang memiliki sifat yang mampu mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan ilmu pengetahuan, kepemimpinan, atau ketulusan. Dalam kondisi yang demikian, pengaruh keteladanan itu terjadi secara spontan dan tidak disengaja. Ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan panutan oleh orang lain harus senantiasa mengontrol perilakunya. Semakin dia waspada dan tulus, semakin bertambahlah kekaguman orang kepadanya. 2) Pengaruh yang sengaja i
Kadang
kata
peneladanan
diupayakan
secara
sengaja.
Misalnya, seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti oleh anak. Seorang imam membaguskan sholatnya untuk mengajarkan sholat yang sempurna. (An-nahlawi, 1995: 266-267) Orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan bagi si anak. (Daradjat, 1970: 42) karena pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah, dan itu akan terjadi pada anak yang akan meniru kebiasaan dari orang tuanya. e. Metode Pembiasaan diri dan Pengalaman Metode pembiasaan diri dan pengalaman ini dapat membentuk akhlak anak dan rohani serta pembinaan sosial seseoranng tidak cukup nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. Untuk biasa hidup teratur, disiplin, tolong menolong sesame manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari. (IAIN Walisongo, 2004: 125) f. Metode Pengambilan pengajaran dan peringatan Betapapun
usaha
pendidikan
dilakukan
jika
anak
tidak
mengetahui akibat positif atau negatif maka pendidikan kurang bermakna. Anak jika mengerjakan kebaikan maka akan merasa senang i
dan anak yang melakukan kejelekan pasti akan merasa sedih, kecewa dan putus asa.( IAIN Walisongo, 2004: 125) g. Metode targhib dan tarhib Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Namun penundaan itu bersifat pasti , baik dan murni, serta dilakukan melalui amal saleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk). Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah. Selain itu juga karena menyepelekan pelaksanaa kewajiban yang telah diperintahkan Allah. Tarhib pun dapat diartikan sebagai ancaman dari Allah untuk menakut-nakuti hambahamba-Nya melalui penonjolan kesalahan atau penonjolan salah satu sifat keagungan dan kekuatan ilahiah agar mereka teringatkan untuk tidak melakukan kesalahan dan kemaksiatan. (An-nahlawi, 1995: 296) Metode targhib dan tarhib adalah metode yang dapat membuat senang dan takut. Dengan metode ini kebaikan dan keburukan yang disampaikan kepada seseorang dapat mempengaruhi dirinya agar terdorong untuk berbuat baik. Sedangkan menurut muhammad Quthb metodenya ditambah sebagai berikut: h. Metode nasihat i
Metode nasihat adalah memberikan masukan kepada anak mana yang baik dan mana yang buruk. Jika anak membuat kesalahan orang tua akan memberikan peringatan agar anak tidak salah menentukan sikap. i.
Metode hukuman Metode hukuman adalah pemberian hukuman pada anak apabila anak melakukan kesalahan dengan tujuan anak tidak melakukan kesalahan lagi (IAIN Walisongo, 2004:126). Dalam penelitian ini memang sangat
disorotkan kepada
penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia) walaupun hanya orang tua tunggal yang mendidik anakanaknya karena di tinggal oleh pasangannya menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) seorang ayah/ibu harus bekerja ekstra untuk menjadi panutan dan memberi teladan bagi anaknya. Sehingga anak akan menyerap prilaku akhlak orang tuannya baik melalui prilaku dan tingkah laku sehari-hari ketika bersama anaknya. Beberapa metode diatas dapat membantu para orang tua tunggal sementara untuk menanamkan akhlak sehari-hari pada anaknya. Karena metode yang sesuai pada anak akan lebih membantu penanaman pada anak yang akan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Conten materi penanaman nilai akhlak Dalam penanaman akhlak anak perlu di tanamkan mengenai halhal sebagai berikut: i
a. Berbuat baik Orang tua juga harus mengusahakan dan memberikan pengertian kepada anak dalam berperilakunya. Ini semua dilakukan agar anak tidak terjerumus dan ikut-ikutan dalam perbuatan yang negatif. Sesuai firman-Nya QS. Luqman (31) : 17. Artinya: “Hai anakku! Dirikanlah sembahyang, suruhlah orang berbuat baik dan larang berbuat salah dan sabarlah menghadapi peristiwa yang terjadi terhadap engkau. Sesungguhnya hal yang demikian memerlukan kesungguhan hati.” (Lukman 17) Menyuruh berbuat baik dan melarang mengerjakan perbuatan jahat, apabila dilihat sepintas lalu, tampaknya suatu pekerjaan yang ringan, sedang pada hakikatnya bukan demikian. (Facrudin, 1985: 163) Maka dari itu untuk mendapatkan anak menjadi anak yang berprilaku baik tidak semudah yang kita bayangkan, akan tetapi harus bekerja ekstra agar tidak salah dalam mendidiknya. b. Jujur (shidiq) Jujur artinya sesuainnya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan.
i
Sabda beliau: عهيكى بب نصذق فأٌ انصذق يٓذي أني انبر ٔانبر يٓذي ـبي انجُتٔيبيزال انرجهيصذق ٔيتﺤرانصذق يتي يكتب عُذاهلل صذيمب Artinya:”Wajib kepadamu berlaku benar, karena sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan membawa kesurga. Seseorang tidak henti-hentinya berkata dan berlaku benar dan mengusahakan sungguh-sungnguh akan kebenaran, sehingga dicatat ia disisi Allah sebagai seorang siddiq(orang yang selalu benar) (Riwayat Bukhori)
Kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling pengertian satu sama lain dalam masyarakat, dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi tolong menolong, sedang bahasa itu diciptakan juga untuk kepentingan saling pengertian ini, yang tanpa itu tidak mungkin terjadi kehidupan masyarakat.(Humaidi, 1991: 149-150) Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkahpun karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia sekata dan itu berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap yang lurus. Kejujuran merupakan nilai akhlak yang utama. Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan dan sering beracun. Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua yaitu 1) Sikap terbuka
i
Terbuka disini bukan dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan fikiran kita. Kita berhak atas batin kita. Melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri. Kita tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Dalam segala sikap dan tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebutuhan, kepentingan, dan hak orang-orang yang berhadapan dengan kita. Kita tidak bersikap egois belaka. Kita seperlunya bersedia mengorbankan suatu kepentingan kita demi orang lain. Contohnya, ketika anak mempunyai mainan yang baru kemudian anak itu mau berbagi mainannya itu dengan teman yang lainnya karena dia benar-benar ingin membagi kebahagiaannya itu bersama-sama. Bukan karena pasang kedok dan kalau perlu kita menolak permintaan orang lain dengan tenang. 2) Sikap wajar (fair) Bersikap
wajar
(fair)
yang
dimaksud
adalah
dia
memperlakukannya menurut standar-standar yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Dia menghormati hak orang lain, dia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya, dia tidak akan pernah bertindak bertentangan dengan suara hati atau i
keyakinannya. Keselarasa yang berdasarkan kepalsuan, ketidak adilan dan kebohongan akan disobeknya. Contohnya, anak selalu menepati janjinya ketika dia memang sudah berjanji sama orang lain, meskipun tidak ada tuntutan dari orang lain. Dia memang benar-benar mengikuti apa kata hatinya. Orang yang tidak jujur senantiasa berada dalam pelarian. Dia lari dari orang lain yang ditakuti sebagai ancaman, dan dia lari dari dirinya sendiri karena tidak berani mengahadapi kenyataan yang sebenarnya. Hanya rasa bersalahlah yang bakal menyelimuti setiap harinya. Maka kejujuran membutuhkan keberaniyan. Keberanian untuk berhenti melarikan diri dan menjadi diri sendiri. (Suseno, 1987: 142-143) Bersikiap jujur merupakan suatu keberanian yang sangat penting, karena itu merupakan tameng kekuatan kita. Kita tidak akan pernah dihantui rasa bersalah tetapi justru sebaliknya kita akan selalu merasa aman. c. Ikhlas Ikhlas adalah murni atau bersih, tidak ada campuran. Bersih suatu pekerjaan dari campuran motip-motip yang selain Allah , seperti ingin di puji orang, ingin mendapatkan nama, dan lain sebagainya.
i
Jadi sesuatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, menghadap ridho-Nya dan pahala-Nya. Ada orang yang membantu fakir miskin karena Allah sematamata, dan ada pula orang yang membantu fakir miskin juga tetapi semata-mata karena ingin dipuji dan di katakana sebagaidermawan. Lahir dari amal kedua orang itu sama saja tidak ada perbedaan apaapa, yaitu sama-sama memberikan bantuan kepada fakir miskin, tetapi nilai amal orang yang pertama lebih tinggi dari pada orang yang kedua. Sabda Rasulullah SAW : ّٓاليميم اهلل يٍ انعًم أال كبٌ نّ فب نصبٔابتغي بّ ٔج Artinya:” Allah tidak menerima amal. Kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari keridhaa-Nya. (H.R Ibnu Majah). (Humaidi, 1991: 151-152) Contohnya, ketika ada temannya yang kurang mampu dan ia kemudian menolong dengan memberikan sedikit dari uang sakunya itu karena ia memang benar-benar karena niat ia membantu dan jauh dari niat ia yang semata-mata karena ingin dipuji oleh teman yang lain. d. Qana’ah Qana’ah adalah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang di miliki.
i
Qana’ah
dalam
pengertiannya
yang
luas
sebenarnya
mengandung 5 perkara yaitu: 1) Menerima dengan rela apa yang ada. 2) Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar. 3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan. 4) Bertawakal kepada Tuhan. 5)
Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Kita tidak lupa daratan kalau sedang beruntung, dan jauh pula
dari sifat-sifat tamak dan rakus terhadap duniawi. Sebaliknya kita juga tidak begitu kacau balau, susah dan gelisah kalau sedang merugi, apalagi sampai menjadi gila, dan kemudian bunuh diri karena putus asa. (Humaidi, 1991: 153-154) Contoh, Anak diberi nasihat oleh bapak/ibunya mengenai pekerjaan ayah/ibu yang menjadi TKI sehingga dia bisa menerima keadaan keluarganya itu. Menurut Suseno masih ada lagi yang harus ditanamkan pada diri anak tersebut yaitu e. Kesediaan untuk bertanggung jawab Yang dimaksud dengan kesediaan bertanggung jawab disini adalah :
i
1)
Kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita merasa tertarik untuk menyelesaikannya,
demi
tugas
itu
sendiri.
Kita
akan
melaksanakan dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu bukan merupakan masalah di mana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulia. 2)
Kesediaan sikap bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu itu boleh atau tidak. Sedangkan sikap bertanggung jawab merasa terikat pada hal yang dinilai perlu. Seperti para siswa yang istirahat pada jam sekolah, karena memang saat itu jam untuk istirahat.
3)
Kesediaan sikap bertanggung jawab artinya bersedia untuk bertanggung jawab secara prinsipal tidak terbata. Dia tidak membatasi perhatiannya pada apa yang menjadi urusan dan kewajibannya, melainkan merasa bertanggung jawab di mana saja ia di perlukan.
i
4)
Kesediaan sikap bertanggung jawab adalah kesediaan untuk diminta, dan untuk memberikan pertanggung jawaban atas tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Contohnya, ketika ada PR (Pekerjaan Rumah) si anak mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik dan selalu dikerjakan. Tidak minta bantuan dari orang lain yang di suruh mengerjakannya karena dalam diri anak itu sudah bebar-benar tertanam rasa tanggung jawab.
f. Kerendahan hati Yang dimaksud dengan kerendahan hati disini adalah kita merendahkan diri, melainkan kita melihat diri kita seadanya. Kekuatan batin untuk melihat diri kita sesuai dengan kenyataannya. Dengan rendah hati kita betul-betul bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat orang lain, bahkan untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. (Suseno, 1987:145-149). Contohnya, anak bisa menerima pendapat
dari temannya
ketika ia sedang berdiskusi di sekolah dengan teman-temannya meskipun ia harus mengorbankan pendapat dirinya sendiri. Itulah nilai-nilai akhlak yang seharusnya diajarkan oleh orang tua, meskipun dengan cara yang berbeda akan tetapi secara konteks sama, agar tertanam jiwa yang baik pada diri anak untuk bekal masa depan dan hidup di masyarakat. i
B.
Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) 1. Pengertian Keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia) Pengertian keluarga dapat disimpulkan dari berbagai pendapat paea ahli dibawah ini: a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004: 16) Keluarga adalah Sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin. b. Menurut Soelaeman secara psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. c. F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis. Keluarga dapat diartikan dua macam yaitu (a) dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan maupun yang ada hubungan dengan “clan” atau marga, dan (b) dapat arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. Pengertian TKI(Tenaga Kerja Indonesia) a. menurut Rancangan Undang-undang Tenaga Kerja Luar Negeri (Versi Badan Legislatif) adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan i
pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbala dalam bentuk lain. (Tim PSGK, 2007:11) b. Menurut Mughni(2004) adalah setiap orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12) c. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timor-Leste, Papua Nugini, Australia dan Filipina) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI
seringkali
dikonotasikan
dengan
pekerja
kasar
(http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/30/tki-adalah-komoditi/ TKI itu _Pahlawan Devisa_) Jadi Keluarga TKI adalah sebuah institusi yang di dalamnya hidup bersama-sama yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan ada pula yang ketambahan dengan saudaranya yang mana ayah atau ibu sedang bekerja di luar negeri. Menjadi orang tua tunggal sementara karena ditinggal pasangannya menjadi TKI memanglah sangat sulit karena memaksa bertugas sendiri untuk mendidik anak-anaknya. Dalam keluarga TKI memiliki serangkaian kendala yang tidak sama dengan keluarga yang utuh. Hal ini kita kembalikan pada fungsi keluarga yaitu memaksimalkan peran orang tua dalam pembentukan kepribadian, potensi dan akhlak pada anak. Karena sesungguhnya anak i
dilahirkan dalam keadaan fitrah dan membawa potensi masing-masing, tugas orang tua adalah memberikan kebaikan pada anak sehingga anak juga akan terbentuk menjadi anak yang baik. 2. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Menjadi keluarga TKI yidak begitu saja semata-mata karena keinginan saja, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang memaksa bapak/ibu kerja menjadi TKI. Adapun faktor-faktor itu adalah: a. Faktor tekanan Ekonomi Salah satu sumber tekanan sosial menurut mantra (1985: 182) adalah faktor ekonomi. Tekanan ekonomi muncul ketika tanah produktif tidak lagi mampu memberikan surplus bagi pemiliknya, kegagalan masyarakat memasuki ruang formal untuk bekerja, dan tingginya beban finansial yang harus ditanggung. (Tim PSGK, 2007: 31) b. Faktor tekanan Psikologis Sumber tekanan sosial yang kedua menurur Mantra (1985:182) adalah faktor tekanan psikologis. Sekalipun tekanan psikologis ini tidak terlepas dari persoalan sosial-ekonomi yang ada namun sifatnya berbeda dengan tekanan ekonomi real. Pada tekanan psikologi keutuhan ekonomi yang muncul lebih disebabkan karena faktor image. Orang membayangkan “hidup miskin”bukan karena benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan primernya melainkan lebih dari ia tidak memiliki apa yang di i
miliki orang .perbedaan status sosial-ekonomi melahirkan tekanan psikologis karena kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial masyarakat muncul ketika menyaksikan kehidupan pendatang dan para TKI yang sukses. (Tim PSGK, 2007: 34) c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Faktor ketiga yang mempengaruhu minat masyarakat untuk menjadi TKI adalah kemudahan dalam hal prosedur pendaftaran. Calon TKI dapat mendaftar langsung ke kantor PJTKI (Penyaluran Jasa Tenaga Kerja Indonesia) yang terdekat. Mendaftar langsung ke kantor PJTKI bukan satu-satunnya jalan untuk mendaftar menjadi TKW. Beberapa orang yang kerap disebut masyarakat sebagai sponsor aktif mencari calon-calon TKI. Mereka menggunakan system jemput bola dengan masuk kekampung-kampung untuk mencari calon-calon TKI. Para TKI yang sudah berkali-kali bekerja ke luar negeri memiliki kemudahan prosedur. Majikan mereka di luar negeri seringkali memanggil mereka untuk kembali bekerja melalui telephon. Apabila TKI bersedia, sang majikan dapat mengurus semua keperluan administrasi melalui jasa sponsor di luar negeri . para TKI hanya tinggal berangkat ketika akomodasi dan tiket telah dikirimkan majikan. Para seponsor dengan senang hati menguruskan semua keperluan ini. Prosedur ini terjadi apabila antara majikan dan TKI memiliki hubungan baik. (Tim PSGK, 2007: 38-39) i
Dari berbagai macam faktor yang di alami oleh para keluarga TKI salah satunya adalah faktor ekonomi. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan hidup seseorang dan semakin minimnya pemasukan karena sempitnya lapangan pekerjaan di tanah air, ini memaksakan para WNI(Warga Negara Indonesia) untuk mengadu nasib mereka untuk menjadi TKI ke berbagai Negara. 3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia) a. Aspek pendidikan formal 1) Kurangnya motivasi belajar anak Kurangnya motivasi atau dukungan keluarga terhadap pendidikan anak. Oranng tua anak-anak yang umumnya memiliki pendidikan rendah. Kurangnya pengalaman mendidik anak inilah yang membuat mereka kurang memotivasi anak dalam belajar.( Tim PSGK,2007: 64) Orang tua yang kurang memberikan motivasi karena menganggap bahwa pendidikan itu bukan hal yang utama mereka berprinsip bahwa anak mau belajar silahkan tidak juga tidak apa-apa. Tidak ada dorongan yang khusus dari orang tuanya. Jadi akan tertanam pada diri anak bahwa lemahnya motivasi dari anak itu sendiri, anak akan menganggap bahwa dirinya bodoh, anak orang bodoh, dan tidak memperdulikan sekolahnnya. Akhirnya yang dia i
dapat yaitu nilai yang jelek dan kadang tidak naik kelas lebih parahnya lagi anak itu males belajar yang akhirnya putus sekolah. 2) Kurangnya kepedulian orang tua dalam pendidikan anak. Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak hal ini ditunjukkan dalam pandangan orang tua yang menganggap bahwa sekolah tinggi tidak menjamin masa depan anak. Orang tua menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena ukuran keberhasilan dalam masyarakat umumnya bersifat material. Kaum terdidik akan bersikap positif pada pendidikan sebab memandang pendidikan sebagai investasi tanpa menyempitkan maknanya sebagi investasi yang mendatangkan keuntungan materi. Sebaliknya mereka yang berpandangan matrealistis cenderung mengaitkan pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan materi.(Muna, 2007: 86) Orang tua yang menganggap pendidikan adalah hal yang tidak utama membuat anak-anak mereka enggan untuk belajar rajin dan selalu mementingkan sekolahnya, anak-anak yang cuma memiliki orang tua tunggal sementara ini tidak seperti anak-anak lainnya yang memiliki pengawasan khusus dari kedua orang tuanya untuk selalu belajar dan mementingkan pendidikannya, karena anakanak TKI ini menganggap sekolah bukan merupakan kewajiban bagi anak-anak usia mereka tapi merupan kegiatan yang harus dia lakukan masa usia mereka. i
3) Putus sekolah Ada banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, diantaranya adalah karena kesulitan biaya kesulitan biaya ini bermakna dua yakni tidak ada biaya atau ada biaya akan tetapi tidak dialokasikan pada pendidikan anak. Karena para TKI atau mantan TKI umumnya menyatakan bahwa penghasilan sebagai TKI digunakan untuk hal yang mereka pandang paling penting seperti membangun rumah. Tidak ada para TKI yang menyatakan bahwa uang kiriman digunakan untuk biaya sekolah anak.(Muna, 2007: 8485) Anak-anak TKI yang memiliki motivasi kurang serta kurangnya kepeduliaan dari orang tua mereka membuat anak tidak memiliki semangat untuk sekolah dan akhirnya putus sekolah yang disertai orang tua yang masa bodoh terhadap sekolahnya dan kadang justru malah senang karena biaya yang seharusnya untuk pendidikan anaknya di alokasikan ke hal yang lain yang dianggap mereka lebih penting. b. Pengasuhan anak selama ditinggal bapak/ibu menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) 1) Siapa saja yang berperan dalam pengasuhan selama bapak/ibu menjadi TKI
i
Ada beberapa pengganti yang berperan menjadi pengasuh anak-anak TKI yaitu nenek, bapak/ibu(bapak kalau yang menjadi TKI adalah Ibu, dan sebaliknya). Sebagian anak TKI diasuh oleh neneknya terutama bila mereka masih balita(bawah tiga tahun) ketika ditinggal ibu yang menjadi TKI. Biasanya juga melibatkan anak yang lebih tua untuk membantu. Suami yang menjadi pengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan domestic lainnya dalam rumah serta bekerja mencari nafkah.anak-anak yang umumnya berusia minimal dua setengah tahun saat ditinggal ibunya. Pertimbangannya adalah si A sudah berjalan, berbicara, dan disapih dari menyusui ibu. 2) Apa saja problem pengasuhan anak yang dirasakan oleh figure pengganti bapak/ibu Beberapa problem pengasuhan yang dialami anak dan keluarga TKI adalah pertama, persoalan kualitas pengasuhan dimana pengasuh mengalami kesulitan mengendalikan perilaku anak, anak tidak memperoleh pengasuhan secara optimal, anak tidak mengali bapak/ibunya ketika pulang, dan kehilangan figure seorang bapak/ibu. Kedua, masalah tanggung jawab dan peran pengasuhan di mana bapak/ibu kurang memiliki tanggung jawab dan peran dalam pengasuhan anak.(Muna, 2007: 87) Dari berbagai macam kendala yang dihadapi oleh keluarga TKI di atas yang mungkin tidak akan kita temui dalam keluarga pada umumnya i
yang memiliki peran orang tua lengkap dalam mengasuh anak-anaknya dapat di tarik kesimpulannya bahwa sesungguhnya akan sangat berat resiko yang di hadapi oleh keluarga TKI dalam mendidik anak-anaknya apalagi kalau masih masa sekolah atau masa anak-anak. Maka dari itu melalui permasalahan-permasalahan itu dapat diambil pemecahannya yaitu: Orang tua tidak lagi memberikan kebebasan terhadap anak, sehingga dalam bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma Anak lebih didorong untuk lebih memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara orang tua memondokkan anaknya ke Pondok Pesantren atau mengaji ditempat-tempat tertentu (Masjid. Mushola, rumah pak ustad, dll) Orang tua lebih selektif dalam menuruti keinginan anak, sehingga anak tidak menjadi manja. Orang tua banyak mendampingi anak, memberi nasehat, teguran, apabila anak sedang melakukan penyimpangan. Melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak merasa diremehkan. (http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummppgdls12004soehartini1379&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba 985) c. Penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia)
i
Perilaku anak akan tergantung pada orang tuannya bagaimana cara dia menanamkan nilai-nilai akhlak. Anak dilahirkan dalam keadaan kosong dan tidak tau apa-apa, tidak tau mana yang baik dan juga mana yang buruk. Oleh karena itu, pembentukan akhlak itu merupakan tugas utama bagi orang tuannya. Akan dijadikan anak yang berakhlak baik atau malah justru sebaliknya yaitu akhlak yang buruk. Keluarga atau masyarakat terkecil merupakan pendidikan utama bagi anak sebelum anak itu mendapat pendidikan formal dari sekolahan, penanaman akhlak merupakan pembentukan watak anak yang dapat terjadi pada pendidikan keluarga terlebih dahulu. Peran orang tua dalam membentuk akhlak anak sangatlah besar pengaruhnya dan sangat menentukan. Jika orang tua memberikan teladan yang baik, maka akan mengiringi anak untuk berprilaku baik. Karena anak akan meniru dan meresapi teladan dari orang tuannya baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung. Jauhkanlah mereka dari hal-hal yang buruk dan dekatkanlah mereka pada akhlak yang mulia. Dalam kehidupan kesehariannya, anak akan banyak berkumpul sama keluargannya. Segala tingkah laku orang yang ada dalam keluarga itu akan di tiru oleh anaknya apalagi itu orang tuanya. Karena anak merupakan peniru global. Bila objek yang ditiru itu memiliki perilaku jelek maka anak akan menjadi pribadi yang jelek, misalnya saja objek itu jauh dari orang tua yang penyayang, bertanggung jawab, teladan yang baik, serta jauh dari ajaran agama atau kurang dengan nuansa agamanya jadi jangan harap i
anak itu akan menjadi anak yang berprilaku baik. begitu juga sebaliknya apabila yang ditiru itu memiliki perilaku yang baik memiliki jiwa penyayang, jiwa yang bertanggung jawab, teladan yang baik, serta tercipta keluarga yang religious maka anak akan menjadi pribadi yang baik pula. Memiliki sifatsifat yang tidak jauh dari objeknya. Tanamkanlah pada diri mereka untuk selalu berakhlakul karimah, berikanlah contoh-contoh yang baik, anak akan melihat perilaku orang tuannya mulai dia membuka mata sampai menutup mata lagi, mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Karena itu mau tidak mau memang sudah menjadi tugas kodrati orang tua terhadap anaknya yang harus bertanggung jawab seutuhnya atas perkembangan anaknya. Dari uraian diatas jelaslah bahwa peran orang tua dalam pendidikan anak di keluarga sangatlah besar. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa orang tua adalah central teacher dalam keluarga. Hal ini disebabkan setiap anak mendapatkan pendidikan pertama kali dan biasanya yang paling membekas dari orang tuanya. Orang tua dapat menanamkan pembiyasaan dan member teladan yang baik agar dapat mempengaruhi anak untuk melakukan nilainilai akhlak dan mengembangkan potensinya. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa (“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”), artinya seorang anak tidak akan jauh watak, prilaku, tabiat, dan kebiyasaan dari orang tuannya. Oleh karena itu penanaman akhlak yang dilakukan oleh orang tuannya akan sangat berimbas besar terhadap anaknya. i
Seperti Sabda Rosulullah SAW
عنئٰأالدكؤاْنيكوانﺧيرٕادبْٔو Artinya:“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka. (H.R. Abdur Razaq dan said bin Mansur).
Maka jika para orang tua pada keluarga TKI ingin memiliki anak yang berperilaku yang baik hendaknya tanamkanlah nilai-nilai akhlak pada diri anak itu dengan sebaik mungkin sesuai dengan ajaran-ajaran agama dan norma dalam masyarakat. Memang sangat sulit sekali untuk menjadi orang tua tunggal yang dituntut untuk berperan ganda mendidik anaknya, harus bekerja ekstra dalam mendidik anaknya. Akan tetapi hal itu tidak akan menjadi sulit jika keduanya mau saling pengertian. C. Karakteristik anak dalam setiap fase perkembangan Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya ilmu jiwa agama, perkembangan anak sebagai berikut: 1. Usia Kanak-kanak
0 - 6 tahun
2. Usia Anak-anak
6 – 12 tahun
3. Usia Remaja
13 – 16 tahun
4. Usia Dewasa
17 – 21 tahun
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada fase perkembangan anak pada masa 6-12 tahun ketika sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku anak sehingga anak akan mencerminkan kondisi akhlak dalam dirinya. Dalam setiap fase perkembangan pada anak mempunyai ciri-ciri
i
tersendiri, ciri-ciri tersebut bisa dilihat pada setiap fase perkembangan di bawah ini: a. Usia Kanak-kanak 0 - 6 tahun Pendidikan keagamaan dan kepribadian sudah mulai sejak anak dalam kandungan, apa yang dilakukan oleh ibu ketika mengandung dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak yang akan lahir. Perkembangan akhlak anak sebelum sekolah terjadi secara tidak formil dalam keluarga, setiap perbuatan yang ada di depannya sebagai bahan ajar anak. Perbuatan yang ada di lingkungan anak secara terus-menerus itu akan menjadikan anak semakin dapat meniru perbuatan yang diciptakan oleh ayah maupun ibu, sehingga anak tidak akan jauh dari perbuatan sehari-hari yang dilakukan orang tua dalam lingkungan keluarga. Orang tua harus hati-hati dalam bersikap di depan anak karena ke mana arah sikap akhlak anak ditentukan pada sikap akhlak lingkungan keluarga. b. Usia Anak-anak 6 – 12 tahun Pada fase ini anak sudah masuk sekolah dasar dengan membawa bekal agama dan akhlak dalam dirinya yang dia dapat dari orang tuanya dan gurunya di taman kanak-kanak. Jika didikan agama dan akhlak anak yang diperoleh dari orang tua di rumah sejalan dengan dengan guru di taman kanak-kanak, maka anak saat masuk sekolah dasar sudah membawa akhlak yang serasi tapi kalau berbeda maka anak akan merasa bingung dan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Semakin besar anak akan semakin i
bertambah fungsi agama bagi anak seperti ketika anak berumur 10 tahun ke atas maka agama memiliki fungsi akhlak dan sosial bagi anak. c. Usia Remaja 13 – 16 tahun Setelah si anak melalui umur 12 tahun, berpindah dari masa kanak-kanak yang terkenal tenang dan tidak suka debat. Pertumbuhan jasmani yang cepat menimbulkan kecemasan pada remaja sehingga menimbulkan kegoncangan emosi pada anak remaja. Nilai-nilai agama dan akhlak bisa juga mengalami kegoncangan pada masa ini. d. Usia Dewasa 17 – 21 tahun Batas perkembangan akhlak anak dalam tahapan sebenarnya tidak tajam, masa remaja akhir ini dapat dikatakan anak pada masa ini dikatakan sempurna dari segi jasmani dan kecerdasan termasuk akhlak pada anak sudah terbentuk menjadi karakter yang kuat (Daradjat, 1993:109). Kali ini peneliti akan memfokuskan penelitian untuk anak yang berumur 6-12 tahun, karena peneliti menganggap bahwa anak sudah masuk sekolah dasar dengan membawa bekal agama dan akhlak dalam dirinya yang dia dapat dari orang tuanya dan gurunya di taman kanak-kanak. Pada usia sekolah ini anak sudah berhubungan dengan temannya dalam kelompok bermain yang dapat dimanfaatkan untuk menemkan pendidikan Islam, seperti rekreasi bersama untuk memperkenalkan keindahan alam ciptaan Allah, kerjasama dalam rangka berpartisipasi dalam sociaal keagamaan dan sebagainya.
i
Pada fase ini anak diajarkan adab, sopan santun, akhlak, juga merupakan masa pelatihan kewajiban seorang muslim seperti shalat dan puasa. Pada fase ini orang tua di tuntut untuk melakukan berbagai macam hal yaitu: a
Orang tua harus bisa lebih mengembanngkan rasa iman dalam diri anakanak
b
Orang tua harus membiyasakan anak-anak melakukan amalan-amalan sebagai permulaan hidup menurut agama islam yang diridhoi oleh Allah SWT
c
Orang tua harus memberikan bimbingan dalam menegakkan sifat-sifat kemasyarakatan anak.
d
Orang tua harus memupuk kecerdasan, kecekatan dan keterampilan melalui latihan-latihan panca indra.
e
Orang tua harus Membantu anak mencapai kematangan fisik dan mental untuk belajar di sekolah.
f Orang tua harus mampu membimbing dan membantunya dalam belajar di sekolah sesuai dengan tingkatannya sehingga dapat berprestasi di sekolahnya dan mencapai kesuksesan di masyarakat sesudahnya
i
BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Letak Dan Keadaan Geografis Kelurahan Pucakwangi memiliki Luas Wilayah 190, 024 Ha, daerah yang sangat cocok untuk profesi pertanian ini dipadati dengan jumlah penduduk sebanyak 2.784 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.380 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.404 jiwa yang menetap di 3 dusun yaitu dusun Pucung, dusun kemlokolegi, dan dusun Dawuhan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 829 terbagi dalam 21 RT, 5 RW.
Untuk batas wilayah Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung
Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut: a Sebelah utara
: Desa Pageruyung
b Sebelah selatan
: Desa Petung
c Sebelah barat
: Desa Bangunsari
d Sebelah timur
: Desa krikil
2. Keadaan Penduduk Adapun keadaan penduduk kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal dapat dilihat dari data demografi bulan juni tahun 2011 dibawah ini yang sudah dapat dipahami dengan tabel-tabel klasifikasi berikut ini. i
TABEL I JUMLAH PENDUDUK MENURUT USIA NO
KELOMPOK UMUR
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
(TAHUN) 1
0<1
47
34
81
2
1>5
112
93
205
3
6-10
103
117
220
4
11-15
97
102
199
5
16-20
109
112
221
6
21-25
238
233
471
7
26-30
132
146
278
8
31-40
201
211
412
9
41-50
124
125
249
10
51-60
114
118
232
11
60 keatas
103
113
216
1.380
1.404
2.784
JUMLAH
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
Kebanyakan pendidikan para penduduk sampai tamat SLTP tetapi hal ini tidak menjadikan kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal menjadi tempat yang primitif terhadap dunia luar atau
i
gagap teknologi karena penduduk yang berpendidikan di atas SLTA juga masih banyak. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di tabel di bawah ini : TABEL II JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN NO
JENIS PENDIDIKAN
LAKI-
PEREMPUAN
JUMLAH
LAKI 1
Tidak Sekolah
92
122
214
2
TK/Play Group
25
24
49
3
Belum Tamat SD
223
245
468
4
Tidak Tamat SD
117
106
223
5
Tamat SD
208
231
439
6
Tamat SLTP
409
418
827
7
Tamat SLTA
231
263
494
8
Tamat
19
21
40
14
16
30
1.338
1.446
2.784
akademik/Diploma 9
Sarjana keatas JUMLAH
(dokumentasi kantor kelurahan Desa Pucakwangi, dikutip tanggal 3-juni 2011)
Mata pencaharian utama penduduk kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal adalah sebagai petani tetapi hal ini lantas tidak membuat penduduk semua menjadi seorang petani karena masih banyak
i
keberagaman profesi yang di anggap mereka paling tepat sebagai mata pencaharian. Hal ini lebih bisa di pahami melalui tabel di bawah ini :
TABEL III JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN NO
JENIS PEKERJAAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
PNS
13
7
20
2
TNI
-
-
-
3
Polri
-
-
-
4
Pegawai Swasta
46
39
85
5
Pensiunan
5
-
5
6
Pengusaha
5
3
8
7
Buruh Bangunan
9
4
13
8
Buruh Industri
2
2
4
9
Buruh Tani
206
198
404
10
Petani
512
309
821
11
Peternak
10
3
13
12
Nelayan
-
-
-
13
Pedagang
217
23
240
14
Lain-Lain
24
52
76
1.049
640
1.689
JUMLAH
i
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
Tabel di bawah ini menjelaskan tentang jumlah keluarga secara lebih rinci di bidang administratif :
TABEL IV JUMLAH KEPALA KELUARGA NO
URAIAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1
Jumlah Kepala Keluarga
737
92
829
2
Keluarga yang sudah
729
85
814
12
7
19
mempunyai KK 3
Keluarga yang belum Mempunyai KK
(Arsip kantor kelurahan desa Pucakwangi tanggal 3-juni-2011 )
Masyarakat Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal bisa dibilang sangat religious karena masyarakat desa Pucakwangi mayoritas memeluk agama islam. Untuk lebih jelasnya lagi perhatikan table dibawah ini: TABEL V JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA NO
KELOMPOK
LAKI-
i
PEREMPUAN
JUMLAH
AGAMA 1
Islam
2
LAKI 1.380
1.404
2.784
Kristen
-
-
-
3
Katolik
-
-
-
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
-
-
-
6
Khonghucu
-
-
-
1.380
1.404
2.784
JUMLAH
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
Semua
masyarakat
Desa Pucakwangi
Kecamatan Pageruyung
Kabupaten Kendal memeluk agama Islam jadi tidak terdapat sarana tempat ibadah yang lain. Untuk mengetahui sarana tempat ibadah yang ada bisa dilihat table dibawah ini: TABEL VI TEMPAT IBADAH No
NAMA TEMPAT
JUMLAH
1
Masjid
2
2
Mushola
13 15
JUMLAH
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
i
Jumlah Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal saat ini mencapai 120 orang dengan tujuan Negara yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di tabel berikut ini : TABEL VII JUMLAH TKI NO
NAMA DUSUN
JUMLAH TKI
1
PUCUNG
52
2
KEMLOKOLEGI
50
3
DAWUHAN
28
JUMLAH
120
(Arsip kantor kelurahan desa Pucakwangi periode juli-2011 )
3. Struktur Pemerintahan Struktur pemerintahan Kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut: Kepala Desa
: Teguh Santosa
Sekretaris Desa
: Masrur
Kasi Keuangan
: H. Yono Mahrus
Kasi Umum
: Maskuroh
Kaur Pembangunan
: Sumadi Istamar
Kaur Kemasyarakatan : Khosi’in Kadus Pucung
: Amarun Fatoni i
Kadus Kemlokolegi
: Amin Sutrisno
Kadus Dawuhan
: Nur yasin
B. Diskripsi Penanaman Nilai Akhlak anak Responden yang diteliti adalah: a. Seorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena pasangannya bekerja menjadi TKI. b. Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun, dan penelitiannya di Kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2010. Dari berbagai keluarga TKI di Desa Pucakwangi kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal bulan Juli 2011 adalah 120 TKI yang kebanyakan dari seorang istri yang menjadi TKI yang biasanya di sebut dengan sebutan TKW(Tenaga Kerja Wanita) dan yang memiliki ciri-ciri sesuai dengan kriteria yang diteliti adalah keluarga TKI maka peneliti mengambil 12 keluarga TKI untuk diteliti Jadi daftar responden yang berhasil untuk diteliti adalah sebagai berikut dengan nama asli. Adapun daftar responden yang memenuhi untuk di teliti adalah : TABEL VIII Daftar Responden dan Para TKI NO
NAMA SUAMI
UMUR
NAMA ISTRI
/ RESPONDEN
UMUR
/ TKI
NEGARA TUJUAN
1
USMAN
32 tahun SUMINI
29 tahun
SINGAPURA
2
ATIONO
33 tahun ROFIATUN
30 tahun
ARAB SAUDI
i
3
MAHROJI
31 tahun TARYATI A
29 tahun
ARAB SAUDI
4
MAARIF
29 tahun WARSI
25 tahun
MALAYSIA
5
JUNAEDI
30 tahun FARKHATUN 28 tahun
MALAYSIA
6
ROKHIMAN
40 tahun JUWARIYAH
33 tahun
MALAYSIA
7
SEMAN
34 tahun SUTRIAH
31 tahun
MALAYSIA
8
JUDHI
44 tahun TARYATI B
34 tahun
MALAYSIA
9
SENO
41 tahun SALPIYAH
35 tahun
MALAYSIA
10
RUSTAM
33 tahun JI’ATI
29 tahun
MALAYSIA
11
SILO
29 tahun PURWATI
25 tahun
SINGAPURA
12
PAIZUN
28 tahun PUJI
22 tahun
MALAYSIA
ASTUTIK (Arsip kantor kelurahan desa Pucakwangi periode juli-2011 )
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bapak Usman (32 tahun) Bapak Usman adalah seorang kepala rumah tangga yang ditinggal oleh pasangannya yang bernama Ibu Sumini pergi bekerja menjadi seorang TKI ke Negara Singapura yang sekarang masih berdomisili di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Penyebab pasangannya yang bernama ibu Sumini nekat bekerja menjadi TKI adalah
i
karena faktor ekonomi, minimnya gaji suami yang bekerja menjadi kernet Angkutan Umum, meningkatnya kebutuhan hidup mulai dari biaya sekolah anaknya yang bernama Wahyu Nafiudin 11 tahun yang sekarang masih duduk di bangku SD kelas 4, dan adiknya yang bernama Rimaya Yanafisa 3 tahun, serta mahalnya kebutuhan sehari-hari yang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Ibu Sumini bekerja menjadi TKI sudah 3X berangkat yang pertama, menjadi TKI di Malaysia selama 2 tahun, yang kedua, masih di tempat semula di Malaysia selama 2 tahun, dan yang ketiga, menjadi TKI di Singapura dan sudah berjalan selama 1 tahun nanti bulan Oktober. Kesibukan bapak Usman menjadi seorang kernet sekaligus menjadi orang tua sepenuhnya yang berperan menggantikan seorang ibu untuk anak-anaknya tidak lantas lupa akan mendidik anak-anaknya. Karena bapak Usman sadar betul akan anaknya yang merupakan titipan dari yang maha kuasa yang harus dijaga dan dibina agar menjadi anak yang sholih dan solikhah. Bapak dua orang anak ini selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat baik dan ikhlas dalam menjalankan hidup seperti yang telah diutarakan sebagai berikut: “ meskipun saya mendidik anak saya sendirian tapi saya selalu mengedepankan akhlak anak saya, harus selalu berbuat baik dan ikhlas menerima keadaan ini, ditinggal ibunya bekerja, semua itu juga untuk biaya pendidikan anak-anak agar bisa sekolah tinggi meskipun orang tuanya tidak berpendidikan, tapi saya dan istri saya memiliki harapan i
agar anak-anak saya menjadi anak yang berpendidikan dengan begitu kan kami sebagai orang tuanya bangga” (Usman, 07-07-2011) Dalam pendidikan akhlak untuk kedua anaknya bapak usman meminta bantuan kepada pihak sekolahan untuk memonitoring tingkah laku anaknya. Selain memberikan penanaman akhlak dirumah bapak Usman memperayakan pendidikan akhlak anaknya ke TPA(taman pendidikan al-Qur’an) /MDA(Madrasah Diniah Awaliah), serta ngaji sore di tempat pak ustad. 2. Bapak Ationo (33 tahun) Bapak Ationo adalah seorang bapak yang bekerja menjadi serabutan. Bapak yang satu ini mau menerima pekerjaan apa saja yang penting halal dan menghasilkan uang. Pekerjaan yang biasanya ia terima yaitu menjadi buruh metik cengkeh, kopi, mlinjo, dll. Bapak dari 2 orang anak ini harus mendidik anaknya sendirian tanpa istri disampingnya. Anak yang pertama bernama Ahmad Irham 12 tahun dan anak kedua yang bernama Widi Yulaikhah 10 tahun yang sekarang duduk di bangku SD kelas 4. Dalam masalah penanaman akhlak pada diri anak bapak Ationo mengaku bahwa sesungguhnya ini merupakan tugas paling berat yang harus ia jalankan. Karena ia sadar bahwa salah sedikit saja bakal menjadi dampak yang sangat besar. Materi yang bapak Ationo tanamkan adalah mengenai kejujuran, dan apabila terjadi kesalahan pada Widi langsung
i
ditegur dan di nasehati. Seperti yang diungkapkan bapak Ationo berikut ini: ”Kulo niku pengen anak-anak kulo gadah akhlak seng sae, saget jujur lan mboten ngapusi, mergo niku kulo awasi terus kapan mawon, misale nek salah langsung kulo nasihati amargo to mbk salah sekedik mawon kulo ngajari niku bakal dados masalah ageng ” (Ationo, 07-07-2011) Bapak Ationo selalu mengawasi anaknya agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang, maka dari itu bapak Ationo juga meminta sang Nenek dari Widi dan Irham untuk ikut mengawasi anak-anaknya ketika bapak Ationo sedang bekerja. Bapak Ationo memang sangat mempedulikan anak-anaknya, terutama dengan pendidikannya. Ia menyempatkan datang apabila ada undangan untuk wali murid serta tidak pernah menyuruh saudaranya untuk menggantikannya, karena itu merupakan kesempatan yang paling bagus yaitu selain ia bisa menghadiri undangan sekolah ia juga bisa menanyakan keadaan anaknya di sekolah. Terutama tingkah laku anaknya, serta perkembangan akhlak anak selama disekolah. 3. Bapak Mahroji (31 tahun) Bapak Mahroji adalah seorang warga desa Pucakwangi yang memiliki 3 orang anak. Salah satu alasan mengapa ia mengijinkan belahan hidupnya yang bernama Taryati A untuk menjadi seorang TKI adalah karena masih seputar ekonomi yang melilitnya.
i
Biaya hidup yang semakin mahal dan biaya pendidikan yang semakin melambung memaksa Ibu Taryati A untuk menjadi TKI
di
Negara Arab Saudi. Dengan ditinggalnya sang istri menjadi TKI
bapak Mahroji
merasa kowalahan karena harus mengasuh 3 anaknya yaitu Ahmad Khalimi 12 tahun, Ghulam Yahya 9 tahun dan Ulil Absor 5 tahun. Ini tidak membuat Bapak Mahroji kehabisan cara untuk menanamkan akhlak pada anak-anaknya. Bapak Mahroji meminta bantuan kepada mertuanya untuk memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya ketika bapak Mahroji sedang bekerja. Memang bapak Mahroji juga mengaku bahwa tidak bisa sepenuhnya menjaga anak-anaknya karena pekerjaan yang menghalanginya. Tapi sebisa mungkin bapak Mahroji ketika di rumah memberikan teladan yang baik untuk anak-anaknya agar anak-anaknya memiliki akhlak yang baik, seperti yang bapak Mahroji ungkapkan berikut ini: “InsayaAllah anak-anak kulo niku kulo didik dados anak ingkang sae, gadah akhlak ingkah sae, saget mbedakke pundi seng apek lan pundi seng elek.berbuat baik, jujur, Amargo kulo nek pun wangsul nyambut damel kulo awasi tenanan, kulo paring teladan seng sae. Misale mawon nggeh kulo biyasakke sholat jamaah teng mushola supoyo anak-anak nek bapakke mboten teng griyo anak-anak saget ndalan mboten nunggu didikon kaleh bapake utowo simbahe amargo sampun biasa”(Mahroji,, 09-07-2011) Materi pendidikan akhlak yang bapak Mahroji ajarkan kepada 3 anaknya ini adalah tentang berbuat baik, jujur, bisa membedakan mana
i
yang baik dan mana yang buruk. Dengan cara peneladanan yang bapak Mahroji
tananmkan
itu
membuat
yakin
bapak
Mahroji
akan
keberhasilannya yang berharap bahwa anak-anaknya akan menjadi anak yang berakhlak baik. 4. Bapak Ma’arif (29 tahun) Bapak Ma’arif adalah suami dari ibu Warsi yang bekerja menjadi seorang TKI di Negara Malaysia. Untuk saat ini bapak Maarif tinggal berdua dengan buah hatinya Dani (6 tahun). Ketika ditanya bagaimana perasaan bapak Ma’arif ketika harus menanamkan akhlak anaknya sendirian ia hanya tersenyum dan bilang kalo boleh milih dan ada pilihan yang lebih baik ia akan memilih istrinya untuk tidak bekerja menjadi TKI, dan bisa mendidik anaknya sama-sama agar bisa maksimal. Tapi keadaan yang memaksa istrinya untuk bekerja menjadi TKI, karena Faktor ekonomi. Peran bapak Ma’arif yang dilakukan dalam menanamkan nilai akhlak pada Dani yaitu dengan cara mengajarkan kejujuran dan mengajarkan untuk menerima apa adanya.
Seperti ungkapan bapak
Ma’arif berikut: “dalam menanamkan akhlak pada anak saya Dani, saya mengajarkan untuk selalu jujur pada siapaun dan bisa menerima apa adanya, meski keadaan yang sesungguhnya ia kurang kasih saying dari sang Ibu. Bila anak saya tidak jujur dan ketahuan telah berbohong saya tidak segansegan untuk langsung menegurnya dan memberi nasihat agar tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuatnya bahkan kadang saya
i
hukum kalau perlu agar ia takut untuk mengulangi kesalahannya itu” (Ma’arif-09-07-2011) Untuk lingkungan bermain anak, bapak Ma’arif menyerahkan sepenuhnya kepada Dani. Akan tetapi bapak Ma’arif tidak lantas lepas tangan dan tidak mau tahu lingkungan yang kayak bagaimana yang telah Dani pilih, bapak Ma’arif juga selalu menyempatkan untuk tanya tentang sifat teman-temannya apabila ada yang berbuat menyimpang bapak Ma’arif bisa mengarahkannya. 5. Bapak Junaedi ( 30 tahun) Bapak Junaedi adalah suami dari Ibu Farkhatun yang bekerja menjadi seorang TKI di Negara Malaysia. Bapak Junaedi mengijinkan istrinya untuk menjadi seoranng TKI karena faktor ekonomi serta faktor psikologi. Ibu Farkhatun merasa tertekan karena para tetangganya yang tidak Cuma berjumlah satu orang bahkan hampir sebagian besar lingkungan disekitarnya bekerja menjadi TKI sudah sukses dan memiliki rumah yang bagus, bisa hidup mewah. Bapak Junaedi yang sekarang hidup berdua dengan anaknya yang bernama Firda Ainuzzahwa umur 10 tahun merasa berat kalau harus mengurus anaknya sendirian tanpa istri di sampingnya, apalagi dengan pekerjaanya bapak Junaedi yang sebagai anak buah disebuah peternakan ayam berangkat kerja pagi hari pukul 07:00 WIB dan pulang pada sore hari sekitar pukul 16:00 WIB, tentu itu menjadi kendala tersendiri untuk
i
dipecahkan. Akan tetapi meskipun itu merupakan hal yang berat tidak lantas membuat bapak junaedi untuk menyerah dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan akhlak anaknya kepada sekolahan saja justru keluargalah yang menjadi lingkungan pertama bagi anaknya sebelum masuk sekolah. Akhlak merupakan hal utama yang diajarkan oleh bapak junaedi kepada Firda karena kejujuran dan kebaikan yang titanamkan selama ini agar anaknya menjadi anak yang tidak suka bohong dan selalu jujur, seperti yang diutarakan oleh bapak junaedi: “Kulo niku nek mbimbing anak mboten tak damel sepele, amargo anak niku kudu di telateni, di warahi jujur lan ora intuk ngapusi, ben dadi anak engkang sae misale kulo pun wangsul kerjo kulo sempetke ngobrol kaleh lare, ngobrol masalah lingkungan sekolah lan lingkungan bermain supoyo misal wonten prilaku ingkan menyimpang kulo saget maringi pengertian. (Junaedi, 7-07-2011) Bapak Junaedi selalu memberikan teladan yang baik untuk anaknya Firda, disela-sela kesibukannya sebagai seorang buruh di peternakan ayam. Apabila Firda melakukan kesalahan bapak Junaedi langsung menegurnya dan memberi Nasihat agar Firda tidak lagi mengulang kesalahannya itu. Prinsip bapak junaedi yaitu “ mangsane ngaji yo kudu ngaji, mangsane sekolah yo kudu sekolah”. Dan bapak Junaedi setiap sore menyuruh anaknya untuk ngaji di Mushola sekitar.
i
Disaat bapak junaedi bekerja ia meminta bantuan kepada orang tuanya untuk membimbing Firda. Meskipun karena keadaan Firda jauh dari Ibunya dan kurang mendapat perhatian dari ibunya tidak membuat anak ini menjadi anak yang lemah sama pendidikannya disekolah, Firda selalu mendapat rengkin, ia rengking 3 yang sudah ia pertahankan selam 3X berturut-turut. 6. Bapak Rokhiman (40 tahun) Bapak Rokhiman adalah seorang suami dari ibu Juwariyah yang menjadi seorang TKI di Negara Malaysia. Faktor utama yang mendorong seorang Ibu ini untuk menjadi seorang TKI adalah karena masih seputar faktor ekonomi. Saat ini bapak Rokhiman tinggal bersama dengan dua orang anaknya Pudin 17 tahun dan yang satunya lagi Lailatul Khoiriyah 11 tahun. Ketika disinggung mengenai akhlak anaknya, bapak dua orang anak ini memberikan penanaman akhlaknya melalui pembiasaan diri. Anak diberi teladan yang baik mulai bangun tidur sampai waktunya tidur lagi dengan begitu anak akan melihat sesuatu yang bapaknya lakukan dan menirunya. Setelah itu anak akan menerapkan semua teladan yang telah bapaknya lakukan tanpa harus di suruh lagi. Misalnya saat mau makan anak-anak diajarkan untuk berdoa dulu, sholat tepat waktu. Akhlak merupakan materi utama yang diberikan bapak Rokhiman untuk Pudin dan Laelatul setelah itu baru diajarkan mengenai akhlak yang i
baik dan akhlak yang buruk atau berbuat baik. Seperti yang bapak Rokhiman utarakan sebagai berikut: “ yang saya utamakan dalam menanamkan nilai akhlak anak-anak saya, saya mengajarkan mengenai akhlak yang baik dan yang buruk setelah itu saya mengajarkan untuk berbuat baik kepada siapapun, baik teman sekolah, teman bermain, teman ngaji, tetangga bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun harus berbuat baik dan sopan agar anak saya menjadi anak yang sholih dan solikhah”(Rokhiman, 08-07-2011) Bapak Rokhiman mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi anak yang berprilaku sopan dan memiliki kepribadian yang baik. Bapak Rokhiman mengakui kalau sebetulnya ini sangat berat kalau harus menanamkan akhlak sendirian maka dari itu bapak Rokhiman meminta bantuan kepada ibunya atau nenek dari Pudin dan Lailatul untuk menjaga dan mau ikut serta memberi pengetahuan kepada cucu-cucunya itu. 7. Bapak Seman (34 tahun) Bapak Seman adalah bapak yang harus mendidik anaknya yang bernama Rizki Ka Aji yang berumur 8 tahun sendirian karena ditinggal oleh pasangannya bekerja menjadi TKI di Negara Malaysia. Ketika membicarakan bagaimana rasanya mendidik anak sendirian tanpa seorang istri yang membantunya bapak Seman merasa berat dan mengaku kalau ini adalah tugas yang harus memerlukan kerja yang ekstra agar terwujud citacitanya yaitu memiliki anak berbudi pekerti dan anak yang baik.
i
Materi yang diberikan untuk buah hatinya bapak Seman menanamkan sikap untuk selalu jujur dan berbuat baik agar menjadi anak yang sukses. Seperti yang telah di tuturkan di bawah ini: “Saya memang bapak yang harus berperan juga sebagi seorang ibu untuk anak saya agar anak saya juga tidak kehilangan sosok seorang ibu, Meski sebetulnya sosok ibu tidak bisa digantikan oleh sosok bapak, saya mengajarkan anak saya untuk selalu jujur dan berbuat baik agar menjadi anak yang pintar, ketika anak saya sore belum pulang saat bermain sama teman-temannya saya merasa khowatir dan saya mencarinya.”(Seman,08-07-2011) Bapak Seman dengan Rizki anaknya hubungan keduanya bisa dibilang cukup dekat karena setiap ada kesempatan bapak Seman selalu menanyakan keadaan disekolahnya dengan begitu
bapak Seman bisa
memantau anaknya setiap hari meskipun bapak Seman harus bekerja sendirian tanpa bantuan dari saudaranya karena saudaranya juga tidak tinggal sekampung. 8. Bapak Judhi ( 44 tahun) Bapak Judhi adalah bapak dua orang anak yang ditinggal istrinya Taryati B karena untuk mencari nafkah bekerja menjadi seorang TKI di Negara Malaysia. Faktor yang mendorong ibu Taryati B untuk menjadi TKI adalah faktor Ekonomi dan faktor psikologi, ibu Taryati B ini masih satu RT sama ibu Farkhatun. Bapak Judhi yang sekarang tiunggal dengan 2 oanaknya yaitu Kristanto 21 tahun, dan Andik 12 tahun selalu mengedepankan pendidikan anak-anaknya. Pekerjaannya yang berprofesi sebagi seorang buruh i
bangunan ini tidak lantas membuat
Bapak Judhi mengabaikan
perkembangan anaknya. Akhlak merupakan hal terpenting yang bapak Judhi ajarkan ketika di lingkungan keluarga, karena bapak Judhi sadar betul kalau pendidikan yang utama itu berada di lingkungan keluarga sebelum sekolahpun juga lingkungan keluargalah yang pertama. Bapak Judhi memberikan penanaman akhlak pada anaknya melalui pembiasaan, misalnya bapak Judhi selalu memerintahkan pada anaknya untuk belajar setiap hari agar menjadi orang yang pandai dan sukses dan jika Andi anaknya tidak belajar bapak Judhi memberikan nasihat agar anaknya mau belajar lagi. Seperti yang di utarakan berikut ini: “kulo niku to mbak nek kaleh anak mboten bosen-bosen ngaken sinau tiap dino, kadang nggeh sonten, kadang nggeh ndalu, seng penting sinau. Ben Andik saget pinter lan sekolah seng duwur koyo mbake niki. Sopo ngerti sok mben dadi anak seng isoh nyambut gawe neng negoro, sukses lan gadah akhlak seng sae” (Judhi-08-07-2011) Dapat dilihat dalam ungkapan bapak Judhi diatas bahwa sebetulnya harapan bapak Judhi sangat besar terhadap Andik, maka dari itu bapak Judhi sangat antusias dalam mendidik anaknya. Selain pembiasaan yang bapak Judhi lakukan, ia juga memberi nasihat apabila Andik telah melakukan kesalahan, supaya tidak menyimpang.
i
9. Bapak Seno (41 tahun) Bapak Seno adalah suami dari Ibu Salpiyah yang sekarang ibu Salpiyah bekerja menjadi seorang TKI di Negara Malaysia. Saat ini bapak Seno tinggal dengan anaknya yang bernama Nana 7 tahun dan ibunya bernama Semah. Yang menyebabkan bapak Seno mengijinkan istrinya Salpiyah bekerja menjadi TKI adalah karena faktor ekonomi dalam keluarganya. Biaya hidup yang semakin mahal, serta biaya pendidikan yang semakin mahal tetapi kurangnya pemasukan dan rendahnya gaji sebagai seorang buruh. Ketika disinggung mengenai TKI bapak Seno agak menutupnutupinya karena mungkin sebelumnya tidak ada yang datang kerumahnya dan menanyakan hal ini. Bapak Seno memberikan materi mengenai akhlak untuk anaknya dengan cara memberi pengertian mengenai sesuatu yang baik dan berbuat jujur, agar anaknya tidak menjadi anak yang pembohong seperti ungkapan bapak Seno berikut ini: “kulo pengen anake kulo niku dados anak ingkah sae lan mboten dados anak seng seneng ngapusi makane niku kulo nggeh kadang galak nek kaleh anak kulo supados anak kulo mboten mbeler, nek kulo kok ngertos anak kulo ngapusi kulo langsung ngandani anak kulo nek perlu kulo dukum supados kapok lan mboten ngapusi maleh”(Seno,08-07-2011) Pemberian teguran dan hukuman yang bapak Seno terapkan itu agar anaknya memiliki prilaku baik dan tidak menjadi pembohong. Dengan adanya ibu Semah yang tinggal dalam satu rumah ini membuat i
bapak Seno tidak merasa begitu berat dalam menanamkan akhlak anaknya itu, karena ibu Semah juga ikut serta dalam mendidik cucunya itu. 10. Bapak Rustam (33 tahun) Bapak Rustam adalah bapak dengan satu orang anak yang harus mengurus anaknya sendirian karena di tinggal istrinya bekerja menjadi seorang TKI di Negara Malaysia. Untuk saat ini Bapak Rustam hanya tinggal dengan buah hatinya Siska 9 tahun yang sekarang duduk di bangku SD kelas 4. Faktor yang menyebabkan bapak Rustam mengijinkan ibu Ji’ati bekerja menjadi TKI adalah faktor ekonomi. Kondisi setelah ditinggalkan oleh pasanganya bekerja menjadi TKI tidak lantas membuat bapak Rustam hanya bekerja mencari uang saja akan tetapi tugas yang kini ia harus lakukan menambah satu lagi yaitu menjaga, merawat, dan mendidik anaknya. Untuk materi yang bapak Rustam berikan kepada Siska anaknya yaitu harus bersikap baik dan jujur. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Rustam dibawah ini: “ walaupun saya ditinggal oleh istri saya bekerja menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) ini tidak lantas membuat saya menyerahkan pendidikan anak saya ke sekolah saja, akan tetapi di lingkungan keluarga juga saya tetap beri pengertian untuk selalu berbuat jujur dan bersikap baik kepada siapapun agar kelak menjadi anak yang memiliki akhlak yang baik”(Rustam, 09-07-2011) Materi akhlak tersebut bapak Rustam berikan kepada anaknya ketika di lingkungan keluarga, dan disekolah bapak Rustam juga
i
mempercayakan sepenuhnya
kepada pihak
sekolahan.
Dan agar
harapannya itu terwujud memiliki anak yang berakhlak baik maka bapak Rustam juga meletakkan anaknya pada pendidikan MDA(Madrasah Diniah Awaliah) ketika siang hari setelah waktu dzhur. 11. Bapak Silo (29 tahun) Bapak Silo adalah bapak yang di tinggal istrinya Purwati bekerja menjadi TKI di Negara Singapura yang sekarang hanya hidup dengan anaknya Risqi 6 tahun yang masih duduk di bangku SD kelas 2. Penyebab bapak Silo mengijinkan istrinya untuk bekerja menjadi TKI yaitu karena masih seputar faktor ekonomi, masih merasa kurang dengan pendapatan Suami sebagai seorang Supir Truk. Ketika ditanya mengenai penanaman akhlak yang diajarkan untuk anaknya bapak Silo mengaku kalau penanaman akhlak itu ia tanamkan sejak kecil, karena penanaman pada usia dini itulah yang justru sangat membekas di hatinya. Materi akhlak yang ia tanamkan adalah hal yang positif mengenai berbuat baik, dan mau bertanggung jawab. Ketika berada didalam rumah ia memanfaatkan kesempatan yang baik itu untuk memberikan teladan yang positif kepada anaknya dengan harapan supaya anaknya ikut meniru apa yang bapak Silo lakukan. Misalnya pada hal yang sangat kecil akan tetapi justru itu yang bisa mengajarkan Risqi untuk berbuat baik dan tanggung jawab yaitu melipat slimut ketika bangun
i
tidur. Ini bapak Silo lakukan agar Risqi memiliki tanggung jawab. Seperti yang telah diutarakan berikut ini: “ saya ajarkan pada anak saya untuk bersikap baik, dan bertanggung jawab dengan cara memberi teladan yang positif kepada anak saya dengan harapan supaya anak saya menjadi anak yang berakhlakul karimah dan memiliki tanggung jawab yang besar”(Silo, 09-07-2011) Dengan penanaman akhlak yang seperti itu bapak Silo memiliki harapan agar kelak anaknya menjadi anak yang berjiwa baik dan bertanggung jawab. Pemberian contoh yang seperti bapak Silo lakukan tidak cukup tapi juga dengan nasihat ketika ada waktu yang cocok untuk mengajak shering anaknya supaya ketika anaknya melakukan kesalahan bapak Silo bisa langsung memberi Nasihat dan teguran supaya tidak melakukan hal yang menyimpang itu tadi, tapi apabila anak melakukan hal yang baik bapak Silo juga melakukan pujian terhadap hal yang sudah dilakukan itu supaya anak juga bisa merasa bangga dan mau mengulanginya lagi. 12. Bapak Paizun (28 tahun) Bapak Paizun adalah seorang bapak yang harus mendidik anaknya Riris Tuti Amalia 7 tahun sendirian karena ditinggal pasangannya yang bernama ibu Puji Astuti bekerja menjadi TKI (Tenaga Kerja Indoensia) di Negara Malaysia. Bapak Paizun menanamkan nilai akhlak pada anaknya dengan cara memberi teladan yang positif untuk anaknya. Materi yang bapak Paizun
i
berikan untuk anaknya yaitu dengan memberi pengetahuan mengenai berbuat baik dan jujur sama siapa saja. Diawal menjadi bapak yang harus sepenuhnya mendidik anak dan tidak hanya mencari nafkah saja merupakan pekerjaan yang repot. Akan tetapi ini tidak membuat bapak Paizun putus asa. Bapak Paizun malah lebih giat lagi dari sebelumnya ketika istrinya masih dirumah. Lebih bisa bertanggung jawab sama perkembangan Riris. Dengan menanamkan akhlak melalui teladan ini bapak Paizun setiap hari selalu memberikan teladan yang sekiranya anak dapat meniru dan berhati-hati dalam bersikap supaya tidak terjadi sesuatu yang menyimpang. Seperti yang telah diutarakan bapak Paizun sebagai berikut: “setiap tingkah laku saya yang positif, saya berharap itu dapat ditiru anak saya maka dari itu mulai saat itu saya jadi sangat berhati-hati dalam bertindak agar anak saya tidak menyimpang dan selalu berbuat baik sama siapapun dan dalam keadaan bagaimanapun” (Paizun.08-07-2011) Agar pendidikan akhlaknya maksimal bapak Paizun menyuruh anaknya untuk ngaji dan sekolah sore di MDA (Madrasah Diniah Awaliah). Permasalahan utama pada keluarga bapak Paizun bukan hanya berada pada seputar
akhlak Riris akan tetapi masih seputar ekonomi
sehingga memaksa ibu Puji untuk bekerja menjadi TKI. Akan tetapi setelah masalah ekonomi teratasi karena ibu Puji sudah bekerja dan setiap berapa bulan sekali mengirim uang untuk biaya hidup anak dan suaminya
i
juga untuk biaya pendidikan Riris sekarang justru yang jadi masalah yaitu kurangnya perhatian dari ibu maka Riris harus mendapat pendidikannya dikeluarga hanya dari seorang ayah saja tanpa bantuan dari saudara yang lain.
i
BAB IV PEMBAHASAN
Gambaran metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara Keluarga TKI yang sesuai dengan ciri-ciri yang dapat di jadikan responden, dilengkapi dengan data demografi maupun geografi yang ada. Mengacu pada fokus peneltian dalam skripsi ini, maka penulis akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang Metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI. Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi langsung ke keluarga TKI yang ada di desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Penulis menemukan Metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI sebagai berikut: 1. Isi materi penanaman nilai akhlak a. Berbuat baik Sebagian dari responden menanamkan akhlak pada diri anak-anak mereka dengan cara berbuat baik, berbuat baik kepada siapa saja mulai dari orang tua, saudara, tetangga, teman bermain bahkan sama orang yang tidak dikenal. Karena berbuat baik sangat di anjurkan didalam ajaran agama islam. i
b. Jujur (shidiq) Setelah mengajarkan materi yang pertama mengenai berbuat baik responden juga menanamkan mengenai jujur atau sidiq, karena dalam pembentukan akhlak yang baik jujur (sidiq) juga hal utama agar anaknya bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia. c. Ikhlas Disela-sela responden menanamkan akhlak mengenai berbuat baik dan jujur responden juga menyisipkan materi yang diajarkan pada anaknya untuk selalu ikhlas dalam mengerjakan segala hal. d. Qana’ah Dalam menanamkan nilai akhlak pada keluarga TKI responden juga harus memberi pengertian dan pelajaran mengenai qana’ah atau menerima apa
adanya.
Responden
memberi
pengertian
mengenai
keadaan
keluarganya kalau orang tua mereka untuk saat ini tidak bisa hidup bersama-sama. e. Kesediaan untuk bertanggung jawab Yang dimaksud dengan kesediaan untuk bertanggung jawab disini adalah responden menanamkan pada anak-anak mereka untuk selalu bertanggung jawab agar menjadi anak yang berkepribadian baik. Keseluruhan isi teori yang diberikan oleh keluarga TKI mengenai materi akhlak yang tidak lepas dari ajaran agama islam yang ada di Alqur’an untuk
i
melaksanakan sholat, ngaji, dan hal lain yang agama islam anjurkan, karena penduduk desa Pucakwangi 100% memeluk agama islam. 2. Metode atau cara penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Metode yang sering digunakan oleh keluarga TKI untuk menanamkan nilai akhlak untuk anak-anak mereka yaitu: a. Metode Teladan Para responden sering menggunakan metode teladan karena metode ini dianggap paling sederhana akan tetapi memiliki dampak yang sangat cepat. Pada usia ini anak akan cepat meniru tingkah laku dari orang tuanya dan orang-orang yang dianggap benar. Dengan memberi teladan yang positif responden berharap agar anaknya mampu menirunya, karena anak mempunyai sifat imitative dari orang tuanya. Hal ini peneliti temukan pada wawancara berikut ini: “setiap tingkah laku saya yang positif, saya berharap itu dapat ditiru anak saya maka dari itu mulai saat itu saya jadi sangat berhati-hati dalam bertindak agar anak saya tidak menyimpang dan selalu berbuat baik sama siapapun dan dalam keadaan bagaimanapun” (Paizun.08-07-2011) Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode teladan mempunyai peranan yang penting dan efektif dalam menanamkan nilai akhlak bagi anak usia sekolah, karena pada dasarnya sifat anak akan meniru orang tuanya.
i
b. Metode Hiwar (percakapan) Selain menggunakan teladan, responden ada yang menggunakan metode hiwar (percakapan). Karena metode ini dianggap bisa mendekatkan responden dengan anaknya. Anak bisa shering sama bapak/ibunya ketika ada masalah atau suatu hal yang mungkin anak belum paham atau tidak tahu, dengan demikian responden bisa member pengertian kepada anak. Seperti pernyataan responden berikut ini: “Kulo niku nek mbimbing anak mboten tak damel sepele, amargo anak niku kudu di telateni, di warahi jujur lan ora intuk ngapusi, ben dadi anak engkang sae misale kulo pun wangsul kerjo kulo sempetke ngobrol kaleh lare, ngobrol masalah lingkungan sekolah lan lingkungan bermain supoyo misal wonten prilaku ingkan menyimpang kulo saget maringi pengertian. (Junaedi, 7-07-2011) Metode ini salah satu cara untuk pendekatan emosional anak, karena anak sudah terbiasa shering kepada orang tuanya dengan demikian anak tidak akan pernah menutup-nutupi apapun kejadian yang telah menimpa padanya. Responden akan lebih mudah untuk mengarahkan anak pada sesuatu hal yang baik dan menyampaikan pesan akhlak pada anaknya. c. Metode Pembiasaan diri dan pengalaman Responden
membiasakan anak-anaknya
menggunakan
metode
pembiasaan diri dan pengalaman, karena metode pembiasaan diri dan pengalaman ini merupakan metode yang efektif dalam menanamkan akhlak anak, pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua tunggal sementara karena ditinggal pasangannya bekerja menjadi TKI terhadap anak-anaknya akan
i
menjadi mudah bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang biasa dilakukan. Metode ini peneliti temukan pada pernyataan responden berikut ini: “InsayaAllah anak-anak kulo niku kulo didik dados anak ingkang sae, gadah akhlak ingkah sae, saget mbedakke pundi seng apek lan pundi seng elek.berbuat baik, jujur, Amargo kulo nek pun wangsul nyambut damel kulo awasi tenanan, kulo paring teladan seng sae. Misale mawon nggeh kulo biyasakke sholat jamaah teng mushola supoyo anak-anak nek bapakke mboten teng griyo anak-anak saget ndalan mboten nunggu didikon kaleh bapake utowo simbahe amargo sampun biasa”(Mahroji,, 09-07-2011) Cara mendidik melalui pembiasaan merupakan metode yang biasa digunakan oleh responden untuk menanamkan akhlak pada anak mereka dan rohani serta pembinaan sosial seseoranng tidak cukup nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. Untuk biasa hidup teratur, disiplin, tolong menolong sesama manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari. d. Metode Nasihat Dari banyak kejadian yang dilakukan oleh anak yang menyimpang atau dianggap negatif oleh orang tuanya misalnya menjaili temennya sampai nangis bahkan bisa berkelahi karena masalah sepele disekolahnya orang tua bisa memberi nasihat kepada anaknya untuk tidak mengulangi perbuatannya itu karena itu tidak baik. Hal ini peneliti temukan dalam wawancara berikut ini, “dalam menanamkan akhlak pada anak saya Dani, saya mengajarkan untuk selalu jujur pada siapaun dan bisa menerima apa adanya, meski keadaan yang sesungguhnya ia kurang kasih saying dari sang Ibu. Bila i
anak saya tidak jujur dan ketahuan telah berbohong saya tidak segansegan untuk langsung menegurnya dan memberi nasihat agar tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuatnya bahkan kadang saya hukum kalau perlu agar ia takut untuk mengulangi kesalahannya itu” (Ma’arif-09-07-2011) Metode ini merupakan penyempurna dari metode teladan dan metode pembiasaan karena anak akan mengerti ketika anak diberi arahan mengenai mana yang baik dan mana yang tidak baik dengan begitu anak bisa menyerapi nasihat yang orang tuanya berikan. e. Metode Hukuman Apabila
metode
nasihat
tidak
berhasil
responden
biasanya
menggunakan metode hukuman agar anak bisa kapok dan tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan itu. Seperti pernyataan responden berikut ini: “kulo pengen anake kulo niku dados anak ingkah sae lan mboten dados anak seng seneng ngapusi makane niku kulo nggeh kadang galak nek kaleh anak kulo supados anak kulo mboten mbeler, nek kulo kok ngertos anak kulo ngapusi kulo langsung ngandani anak kulo nek perlu kulo dukum supados kapok lan mboten ngapusi maleh”(Seno,08-07-2011) Metode ini sebagai pengiring metode nasihat dalam menanamkan akhlak anak, karena akhlak anak sangat dipengaruhi dengan kondisi keluarga yang dihadapi sehari-hari. Dalam beberapa kasus keluarga seorang ayah atau ibu berusaha menyembunyikan sifat-sifat buruk yang dimiliki agar anak mempunyai akhlak yang baik, padahal anak selalu belajar dengan kondisi sekitar/lingkungan sehingga karakter anak mengikuti lingkungan yang dihadapi. Implementasi disiplin secara tegas i
terjadi dalam lingkungan keluarga sehingga ketika anak melakukan sebuah kesalahan berulang maka metode hukuman menjadi pilihan yang tepat agar anak tidak melakukan kesalahan yang berulang kembali. 3. Kendala penanaman nilai akhlak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Kendala yang dihadapi oleh responden ketika harus menanamkan nilai akhlak pada anak mereka ketika ditinggal oleh pasangannya menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) adalah sebagai berikut: a. Kurangnya motivasi belajar anak. Orang tua yang kurang memberikan motivasi yang disebabkan oleh kurangnya pengalaman dalam mendidik anaknya serta sedikitnya waktu sehingga anak harus bisa memahami keadaan keluarganya. Kondisi
keluarga
yang
kurang
mendukung
untuk
masalah
perkembangan akhlak anak membuat para responden merasa berat kalau harus bekerja sendirian tanpa bantuan dari orang lain untuk ikut berperan dalam perkembangan anaknya. Solusi yang biasanya responden gunakan untuk memecahkan kendala-kendala yang dihadapi adalah dengan meminta bantuan saudaranya untuk ikut serta dalam mendidik akhlak anaknya. b. Pengasuhan anak selama ditinggal bapak/ibu menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
i
Para responden memilih untuk meminta bantuan kepada saudaranya untuk mendidik anaknya dan menjaganya saat responden bekerja yang secara otomatis tidak bisa menjaga buah hatinya. Ada beberapa pengganti yang berperan menjadi pengasuh anak-anak TKI yaitu nenek, bapak/ibu(bapak kalau yang menjadi TKI adalah Ibu, dan sebaliknya). Sebagian anak TKI diasuh oleh neneknya terutama bila mereka masih balita(bawah tiga tahun) ketika ditinggal ibu yang menjadi TKI. Biasanya juga melibatkan anak yang lebih tua untuk membantu. Suami yang menjadi pengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan domestic lainnya dalam rumah serta bekerja mencari nafkah.anak-anak yang umumnya berusia minimal dua setengah tahun saat ditinggal ibunya. Pertimbangannya adalah si A sudah berjalan, berbicara, dan disapih dari menyusui ibu. (Muna, 2007: 87) 4. Pemecahan kendala dalam keuarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Orang tua membatasi kebebasan terhadap anak, sehingga dalam bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma. Contohnya orang tua menentukan teman bermain bagi anak agar anak tidak salah dalam bergaul. Anak lebih didorong untuk lebih memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara orang tua memondokkan anaknya ke Pondok Pesantren atau menyuruh untuk ngaji ditempat-tempat tertentu (Masjid. Mushola, rumah pak ustad, dll) i
Sebisa mungkin orang tua banyak mendampingi anak, memberi nasehat, teguran, apabila anak sedang melakukan penyimpangan, agar anak tidak melakukan kesalahannya lagi. Orang tua harus melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak merasa diremehkan. Misalkan saja tugas-tugas yang ada dalam rumah harus benar-benar anak lakukan supaya anak memiliki peran sebagai seorang anak.
i
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian bahwa metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011 sebagai berikut: 1. Isi materi penanaman nilai akhlak Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada responden hampir semua responden memberikan materi penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal adalah: a Berbuat baik Sebagian dari responden menanamkan akhlak pada diri anak-anak mereka dengan cara berbuat baik, berbuat baik kepada siapa saja mulai dari orang tua, saudara, tetangga, teman bermain bahkan sama orang yang tidak dikenal. Karena berbuat baik sangat dianjurkan di dalam ajaran agama islam. b Jujur (shidiq) Setelah mengajarkan materi yang pertama mengenai berbuat baik responden juga menanamkan mengenai jujur atau sidiq, karena dalam
i
pembentukan akhlak yang baik jujur (sidiq) juga hal utama agar anaknya bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia. c Ikhlas Disela-sela responden menanamkan akhlak mengenai berbuat baik dan jujur responden juga menyisipkan materi yang diajarkan pada anaknya untuk selalu ikhlas dalam mengerjakan segala hal. d Qana’ah Dalam menanamkan nilai akhlak pada keluarga TKI responden juga harus memberi pengertian dan pelajaran mengenai qana’ah atau menerima apa adanya. Responden memberi pengertian mengenai keadaan keluarganya kalau orang tua mereka untuk saat ini tidak bisa hidup bersama-sama. e Kesediaan untuk bertanggung jawab Yang dimaksud dengan kesediaan untuk bertanggung jawab disini adalah responden menanamkan pada anak-anak mereka untuk selalu bertanggung jawab agar menjadi anak yang berkepribadian baik. Keseluruhan conten materi yang diberikan oleh keluarga TKI mengenai materi akhlak yang tidak lepas dari ajaran agama islam yang ada di Alqur’an untuk melaksanakan sholat, ngaji, dan hal lain yang agama islam anjurkan, karena penduduk desa Pucakwangi 100% memeluk agama islam. 2. Metode Penanaman nilai akhlak a. Metode Teladan
i
Para responden sering menggunakan metode teladan karena metode ini dianggap paling sederhana akan tetapi memiliki dampak yang sangat cepat. Pada usia ini anak akan cepat meniru tingkah laku dari orang tuanya dan orang-orang yang dianggap benar. Dengan memberi teladan yang positif responden berharap agar anaknya mampu menirunya, karena anak mempunyai sifat imitatife atau sifat yang suka meniru dari orang tuanya b. Metode Pembiasaan diri dan pengalaman Selain menggunakan teladan responden juga menggunakan metode pembiasaan diri dan pengalaman, karena metode pembiasaan diri dan pengalaman ini merupakan metode yang efektif dalam menanamkan akhlak anak, pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua tunggal sementara karena ditinggal pasangannya bekerja menjadi TKI terhadap anak-anaknya akan menjadi mudah bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang biasa dilakukan. c. Metode Nasihat Dari banyak kejadian yang dilakukan oleh anak yang menyimpang atau dianggap negatif oleh orang tuanya misalnya menjaili temannya sampai menangis bahkan bisa berkelahi karena masalah sepele di sekolahnya orang tua bisa memberi nasihat kepada anaknya untuk tidak mengulangi perbuatannya itu karena itu tidak baik.
i
d. Metode Hukuman Apabila
metode
nasihat
tidak
berhasil
responden
biasanya
menggunakan metode hukuman agar anak bisa kapok dan tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan itu. 3. Kendala dan pemecahannya yang dihadapi dalam keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) a Kurangnya motivasi belajar anak. Orang tua yang kurang memberikan motivasi yang disebabkan oleh kurangnya pengalaman dalam mendidik anaknya serta sedikitnya waktu sehingga anak harus bisa memahami keadaan keluarganya. Kondisi
keluarga
yang
kurang
mendukung
untuk
masalah
perkembangan akhlak anak membuat para responden merasa berat kalau harus bekerja sendirian tanpa bantuan dari orang lain untuk ikut berperan dalam perkembangan anaknya. Solusi yang biasanya responden gunakan untuk memecahkan kendala-kendala yang dihadapi adalah dengan meminta bantuan saudaranya untuk ikut serta dalam mendidik akhlak anaknya. b Pengasuhan anak selama ditinggal bapak/ibu menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Para responden memilih untuk meminta bantuan kepada saudaranya untuk mendidik anaknya dan menjaganya saat responden bekerja yang secara otomatis tidak bisa menjaga buah hatinya. Pemecahan kendala dalam keuarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) i
a. Orang tua membatasi kebebasan terhadap anak, sehingga dalam bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma. b. Anak lebih didorong untuk lebih memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara orang tua memondokkan anaknya ke Pondok Pesantren atau mengaji ditempat-tempat tertentu (Masjid. Mushola, rumah pak ustad, dll). c. Orang tua banyak mendampingi anak, memberi nasehat, teguran, apabila anak sedang melakukan penyimpangan. d. Melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak merasa diremehkan. B. SARAN Diharapkan studi tentang Metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada penanaman nilai akhlak anak. Di tujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah bersama warga masyarakat diharapkan memperhatikan pendidikan anak terutama penanaman nilai akhlak anak karena anak akan menjadi generasi penerus bangsa. 2. Pelaksanaan penanaman nilai akhlak anak dalam kel;uarga sangat penting, jadi meskipun orang tua sibuk diharapkan bisa mempunyai waktu khusus bagi sang anak untuk pendekatan diri secara langsung dengan anak. 3. Saran kepada peneliti lain yang hendak meneliti obyek yang sama yaitu, i
Metode penanaman nilai akhlak mengambil tema yang lain agar lebih inovatif sekaligus menambah khasanah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat. C. PENUTUP Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, kerahmatan, taufik, serta hidayah-Nya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan rasa sukur. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi belum mencapai tahap kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, semoga dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini untuk mendekati tahap kesempurnaan. Penulis juga ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan, motivasinya dan sumbangsihnya dalam proses penyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga mencapai tahap selesai. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Amin.
i
DAFTAR PUSTAKA
An-nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat. Jakarta. Gema Insani Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Surabaya: PT Raja Grafindo Persada Darajat, Zakiyah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang Darajat, Zakiyah. 1975. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang Darajat, Zakiyah. 1975. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta : Bulan Bintang Daroeso, Bambang. 1986. Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang. CV. ANEKA ILMU Djamrah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Jakarta : PT RINEKA CIPTA Erawati, Muna. 2007. Pola Pengasuhan Dan Pendidikan Anak. Inferensi. 1 (1) 6989 Facruddin HS. 1985. Membentuk Moral Bimbingan Al Quran. Bina Aksara Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta PT BPK Gunung Mulia. Harditono siti Rahayu, Khoes Monkes. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press i
IAIN, Walisongo. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka Pelajar Offset IKIP Malang, Tim Dosen FIP. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: Usaha Offset Printing Ilyas, LC, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Komaredin, Tjuparman Drayooke, Dan Komaruddin S. 2000. Kamus Istilah Karya Ilmiyah. Jakarta. Bumi Aksara Nawawi, Hadari. 1990 Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta: Kanisius Sutrisno Hadi. 1972. Bimbingan Menulis Skripsi Dan Tesis. Yogyakarta: Gunung Agung Tatapangarsa, Humaidi. 1991. Akhlak Yang Mulia. Surabaya : PT BINA ILMU OFFSET TIM, PSGK. 2007. Sepenggal Kisah Kelabu Tenaga Kerja Wanita. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Press dan Mitra Cendekia Yusuf, Syamsu. 2007. Teori kepribadian. Bandung: Rosada Karya (http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummppgdls12004soehartini1379&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985) (http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/30/tki-adalah-komoditi/ TKI itu _Pahlawan Devisa_)
i