STUDI DESKRIPTIF: MOTIVASI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA PADA MASYARAKAT DESA PANDES KABUPATEN KENDAL (Descriptive Study: Motivation Being Indonesian Workers on Migrant Worker in the Village of Pandes, Kendal) Khaerur Rohman Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi secara mendalam mengenai motivasi menjadi TKI pada masyarakat Desa Pandes Kabupaten Kendal. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang masyarakat Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal yang terdaftar sebagai calon tenaga kerja Indonesia untuk wilayah Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel kuota sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Kuesioner Motivasi Menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang termotivasi menjadi TKI adalah perempuan, yaitu sebanyak 98 orang (98%) dan memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK, yaitu sebanyak 66 orang (66%), Negara tujuan yang paling diminati oleh individu yag ingin menjadi TKI adalah Hongkong. Motivasi intrinsik pada warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal untuk menjadi TKI diantaranya, faktor ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, adanya keyakinan bahwa dengan menjadi TKI dapat mencapai kesuskesan. Motivasi ekstrinsik yang dimiliki warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal berasal dari adanya dukungan dari saudara, tetangga dan teman yang mendukung sepenuhnya motivasi menjadi TKI. Kata Kunci : motivasi menjadi TKI Abstract This research aimed to description about motivation a migrant worker in the village of Pandes, Kendal. 100 villagers Pandes, Cepiring District, Kendal is listed as a candidate for Indonesian workers for Kendal regency. This study used an quota sampling technique. This research data was collected using Motivation Being Indonesian Workers questionnaires. Data analysis using descriptive statistic. The results showed that the majority of respondents were motivated to become overseas workers are women, as many as 98 people (98%) and have an education past high school / vocational school, as many as 66 people (66%), Country of the most sought after by individual want a migrant worker is Hongkong. Intrinsic motivation on Pandes Village residents, District Cepiring, Kendal them to become migrant workers, economic factors, the difficulty of finding a job in Indonesia, with a belief that workers can reach. Extrinsic motivation is owned by village residents Pandes, District Cepiring Kendal comes from the support of relatives, neighbors and friends who fully support a migrant worker motivation. Key words: motivation being Indonesian workers
258
Pendahuluan Maslow (dalam Irwanto, Ellia, Heman, Hadisoepadmo, Priyano, Retno, Wismanto, dan Fernandes, 2002: 205) menyatakan setiap individu memiliki need atau ebutuhan yang harus dipenuhi mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Beberapa cara ditempuh masyarakat desa berpendidikan rendah ini untuk memenuhi kebutuhan, salah satunya adalah bekerja di luar negeri, yang biasa dikenal dengan Tenaga Kerja Indonesia (selanjutnya isingkat TKI). TKI adalah sebutan untuk warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja dengan jangka waktu tertentu dan menerima upah (BNP2TKI, 2012). Lebih lanjut Badan Nasional Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, 2012 menyatakan ngiriman Tenaga Kerja Indonesia keluar negeri sudah dimulai sejak masa sebelum kemerdekaan. Migrasi tenaga kerja ndonesia (TKI) keluar negeri dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda melalui penempatan buruh kontrak ke negara Suriname yang juga merupakan wilayah koloni Belanda. Keberadaan TKI dalam kehidupan masyarakat sering dianggap sebagai ôkaum terbelakangö dan hina. Namun, pandangan masyarakat tersebut tidak sepenuhnya benar karena ketika seseorang menjadi TKI, berbagai pengalaman dan pengetahuan dikuasainya. Berbagai bahasa dari negara yang didatangi juga dikuasai oleh TKI. Selain itu TKI juga dapat membantu keluarga dan menjamin masa depan keluarga karena pengiriman uang per bulan yang selalu meningkat (Kompasiana, 2013). Bekerja menjadi TKI dapat menjadikan individu meraih kesuksesan dalam
kehidupan ekonominya, seperti kesuksesan yang diraih oleh ôS.Mö, mantan TKI Hongkong yang sukses berbisnis salon. ôS.Mö terpaksa menjadi TKI karena penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, dengan ijin suaminya memutuskan bekerja di luar negeri dan dapat meningkatkan kondisi keuangan keluarga (Sugiyanto, 2011). Menurut Hasibuan (2007: 92) istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu Movere yang berarti ôdoronganö atau ôdaya penggerakö. Motivasi merupakan kekuatankekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanismemekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal. Keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan mendapatkan penghargaan dari orang lain, dapat memotivasi individu untuk mengambil keputusan menjadi TKI. Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal memiliki 15 desa, yaitu desa Pandes, desa Podosari, desa Botomulyo, desa Gondang, desa Karangsuno, desa Cepiring, desa Karangayu, desa Sidomulyo, desa Damarsari, desa Juwiring, desa Kaliayu, desa Kalirandugede, desa orowelangkulon, desa Korowelanganyar, dan desa Margorejo. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa Desa Pandes menempati urutan pertama di Kecamatan Cepiring sebagai pengirim tenaga kerja ke luar negeri. Berdasarkan analisis terhadap wawancara
259
yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pada dasarnya masyarakat tergiur untuk bekerja di luar negeri. Hal tersebut dikarenakan adanya pandangan bahwa bekerja di luar negeri menjadi TKI dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masyarakat termotivasi untuk menjadi TKI meskipun pada dasarnya pekerjaan yang harus dilakukan ketika menjadi TKI juga tidak jauh berbeda dengan pekerjaan yang ada di Indonesia. Motivasi yang dimiliki warga untuk bekerja sebagai TKI terlihat dari adanya usaha yang dilakukan untuk mencari informasi mengenai syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku untuk dapat menjadi TKI. Newcomb (dalam Santoso, 2010: 116) menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perception atau pengamatan yang dimaksudkan menyusun munculnya lingkungan sebagai bagian dari proses mengerjakan sesuatu. Persepsi merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Suatu objek yang dipersepsikan secara positif dan bermanfaat bagi individu akan dapat meningkatkan motivasi dalam diri individu untuk mencapainya. Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap motivasi adalah thought atau pemikiran yang merupakan suatu bentuk tingkah laku yang diam lebih dari berterus terang dimana benda-benda dan peristiwaperistiwa berpengaruh secara simbolik. Ketika individu menganggap bahwa suatu objek yang menarik perhatian sebagai hal yang membawa keuntungan, maka individu akan lebih termotivasi. Faktor lain yang berpengaruh terhadap motivasi adalah affect atau perasaan yang merupakan satu asumsi dimana perbuatan, persepsi dan pemikiran berlangsung. Perasaan senang, nyaman dan bahagia yang ditimbulkan dari suatu objek atau aktivitas tertentu akan menjadikan individu lebih
termotivasi untuk m elakukannya. Lebih lanjut Maslow (dalam Sobur, 2003: 273279) menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat sangat erat kaitannya dengan pembentukan motivasi. Kebutuhankebutuhan tersebut antara lain, kebutuhankebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs), seperti makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen, kebutuhan akan rasa aman (safety needs), meliputi kebutuhan perlindungan keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut dan kecemasan, kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki (belongingness and love needs), yaitu kebutuhan untuk diingini dan diterima oleh orang lain, kebutuhan penghargaan (esteem needs), serta kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Berbagai faktor tersebut dapat dibedakan menjadi faktor internal ataupun faktor ekternal dan dapat menentukan apakah individu termotivasi untuk melakukan suatu hal atau tidak. Sebagian besar TKI yang bekerja di luar negeri merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian khusus, karena itu banyak TKI yang bekerja di sektor informal. Pada umumnya yang menjadi motivasi menjadi TKI karena adanya masalah beberapa faktor yaitu himpitan ekonomi keluarga, terlilit hutang, kecemburuan sosial (iri melihat tetangga sukses jadi TKI), dan yang pastinya sulitnya mencari pekerjaan di negeri sendiri dengan penghasilan yang layak (Osin, 2011). Namun demikian, tidak sedikit juga calon tenaga kerja yang tertipu dengan modus pemberangkatan TKI. Hasil penelitian yang dilakukan Sadia dan Oka (2012: 235) tentang motivasi tenaga kerja Bali bekerja di Mediterranean Shipping Company, menunjukkan bahwa 91,58% disebabkan karena faktor ekonomi, 260
8,42% disebabkan karena faktor non ekonomi. Lebih rinci disebutkan bahwa desakan ekonomi keluarga memengaruhi motivasi sebesar 72,79%, meningkatkan pendapatan keluarga sebesar 15,79 %, meningkatkan status sosial sebesar 6,32%, dan bekerja untuk meneruskan hobi sebesar 2,11%. Individu diharapkan tetap dapat memiliki pertimbangan matang dalam memiliki keinginan untuk menjadi TKI. Berbagai berita kesuksesan yang diraih TKI hendaknya tidak serta merta mendorong munculnya motivasi dalam diri individu, karena terdapat juga calon TKI yang gagal berangkat ke luar negeri karena tertipu. Motivasi yang dimiliki individu untuk menjadi TKI memegang peranan penting dalam perilaku yang ditunjukkan untuk mengejar keinginan menjadi TKI. Meskipun lapangan pekerjaan banyak tersedia di Indonesia, namun fenomena yang ada justru masyarakat masih saja termotivasi menjadi TKI. Kondisi tersebut menarik perhatian peneliti untuk mengetahui gambaran motivasi menjadi TKI pada masyarakat Desa Pandes Kabupaten Kendal. Permasalahan yang ingin dikaji lebih mendalam adalah bagaimana gambaran motivasi menjadi TKI pada masyarakat Desa Pandes Kabupaten Kendal? Motivasi Indonesia
Menjadi
Tenaga
Kerja
Wexley dan Yuki (2005: 98-105) mendefinisikan motivasi sebagai proses dimana perilaku diberikan energi dan diarahkan. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung. Kapasitas usaha yang dikerahkan individu ditentukan situasi dan kebutuhan seseorang. Teori drive menyatakan bahwa individu akan berusaha untuk memaksimalkan kesenangan dan
menghindarkan kesakitan atau kesusahan. Sobur (2003: 268) menyatakan bahwa istilah motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Munandar (2001: 326) menyatakan bahwa teori motivasi berkeyakinan tentang adanya kondisi internal dalam diri individu yang dinamakan kebutuhan atau motif. Moekijat (2001: 27) menyatakan bahwa motivasi adalah pengaruh yang menimbulkan perilaku. Sudarwan (2004: 15) mendefinisikan motivasi sebagai setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau di pelataran kehidupan pada umumnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dalam pribadi individu untuk melakukan aktivitas tertentu yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Pasal 1 Pasal 1 menyatakan bahwa Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan 261
menerima upah. Gunatilake (dalam Pasetia, 2008: 12-20) menyatakan bahwa terdapat beberapa dorongan warga Indonesia menjadi TKI, antara lain dorongan ekonomi, dimana kondisi ekonomi merupakan faktor utama yang mendorong individu untuk berusaha mencari pekerjaan di luar negeri; dorongan keluarga, dimana keluarga memiliki pengaruh untuk mendorong seseorang untuk menjadi TKI, karena keluarga dijadikan pertimbangan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tertentu; serta dorongan cerita yang berkembang, dimana cerita yang berkembang di masyarakat tentang bekerja di luar negeri beragam. Ada yang tersebar cerita bahwa bekerja di luar negeri tidak ada bedanya dengan bekerja di dalam negeri. Jika hati-hati dan telaten, bekerja di dalam negeri juga akan menghasilkan uang, meskipun tidak sebesar bekerja sebagai TKI ke luar negeri, tetapi karena biaya hidup di dalam negeri relatif lebih rendah, maka hasilnya sama saja dengan bekerja ke luar negeri. Keberhasilan menjadi TKI secara tidak langsung telah mendorong warga lainnya untuk secara menular dari mulut ke mulut mengikuti jejak saudara atau tetangganya menjadi TKI. Apalagi sumber daya di desa juga tak bisa diandalkan untuk bisa mengangkat perekonomian keluarga. Hal ini juga menjadi faktor pendorong TKI asal Kota Semarang untuk bekerja ke luar negeri. Berdasarkan beberapa simpulan di atas dapat ditarik simpulan bahwa motivasi menjadi tenaga kerja Indonesia merupakan daya penggerak dalam pribadi individu yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima
upah. Aspek-aspek motivasi menjadi tenaga kerja Indonesia Woolfolk (2009: 188) menyatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan tantangan ketika individu mengejar kepentingan pribadi dan menerapkan kapabilitas. Bila individu termotivasi secara intrinsik, maka individu tidak membutuhkan insentif atau hukuman, karena kegiatan itu sendiri rewarding. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal, seperti reward dan hukuman. Walgito (2004: 220) mengatakan aspekaspek motivasi ada tiga, yaitu: a. Keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving states), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan. b. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini. c. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aspek-aspek motivasi adalah motivasiintrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam kaitannya dengan keadaan terdorong dalam diri, perilaku yang timbul dan terarah, serta tujuan. Faktor-faktor motivasi
yang
memengaruhi
Hariandja (2007: 347) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi motivasi umumnya disepakati menjadi dua, yaitu: 262
a. Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang. Motivasi seseorang bersumber dari dalam dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, atau dengan kata lain orang tersebut tidak dipengaruhi oleh aspek-aspek lingkungan. b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan atau berkembang melalui proses interkasi individu dengan lingkungan melalui proses belajar. Newcomb (dalam Santoso, 2010: 116) menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Perception atau pengamatan Persepsi dimaksudkan menyusun munculnya lingkungan sebagai bagian dari proses mengerjakan sesuatu. b. Thought atau pemikiran Pemikiran adalah suatu bentuk tingkah laku yang diam lebih dari berterus terang dimana benda-benda dan peristiwaperistiwa berpengaruh secara simbolik. c. Affect atau perasaan Perasaan tidak mewakili bagian terpisah dari tingkah laku tetapi satu asumsi dimana perbuatan, persepsi dan pemikiran berlangsung. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa faktor-faktor yang memengaruhi motivasi dapat dikelompokkan menjadi faktor internal, meliputi perception atau pengamatan, thought atau pemikiran, affect atau perasaan, kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta dan memilikidimiliki, kebutuhan penghargaan, energize, encourage, exhorting, serta kebutuhan aktualisasi diri, serta faktor eksternal, meliputi kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang memadai, supervisi yang baik, adanya jaminan pekerjaan, status dan tanggung jawab, serta peraturan yang fleksibel.
Metode Penelitian Batasan populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal dan terdaftar sebagai calon tenaga kerja Indonesia untuk wilayah Kabupaten Kendal. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuota sampling. Penelitian ini menggunakan Kuesioner Motivasi Menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu menghitung mean (rata-rata) dan prosentase dari aspek motivasi menjadi tenaga kerja Indonesia. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat motivasi menjadi TKI pada masyarakat di Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal terbagi atas motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yang dimiliki warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal berasal dari faktor ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, adanya keyakinan bahwa dengan menjadi TKI dapat mencapai kesuksesan. Motivasi intrinsik pada warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal mendorong kesediaan dan kesadaran dari warga untuk mencari informasi mengenai pemberangkatan dan persyaratan menjadi TKI. Motivasi intrinsik dalam diri warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal juga mendorong adanya kesediaan untuk melakukan persiapan, seperti persiapan dari segi jasmani dan rohani, persiapan bahasa, serta persyaratan untuk menjadi TKI. Motivasi ekstrinsik yang dimiliki warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal berasal dari adanya dukungan dari saudara dan 263
teman. Selain itu, kesuksesan yang pernah diraih orang lain dengan menjadi TKI semakin memperkuat motivasi warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal untuk menjadi TKI. Keinginan dari keluarga agar subjek lebih mapan dari segi ekonomi juga merupakan pendorong tersendiri bagi subjek untuk menjadi TKI. Sudarwan (2004: 15) mendefinisikan motivasi sebagai setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau di pelataran kehidupan pada umumnya. Motivasi yang dimiliki individu untuk menjadi TKI memegang peranan penting dalam perilaku yang ditunjukkan untuk mengejar keinginan menjadi TKI. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sadia dan Oka (2012: 235) tentang motivasi tenaga kerja Bali bekerja di Mediterranean Shipping Company, menunjukkan bahwa 91,58% disebabkan karena faktor ekonomi, 8,42% disebabkan karena faktor non ekonomi. Pada masyarakat Desa Pandes, Kecamatan Cepiring Kabupaten juga menunjukkan hal yang sama bahwa faktor ekonomi merupakan faktor utama yang menggerakkan keinginan menjadi TKI. Sebanyak 84 orang (84%) dari 100 orang responden memiliki keinginan menjadi TKI karena faktor ekonomi. Wibowo (2013: 109) menyatakan bahwa motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tujuan yang ingin dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan. Tingginya gaji yang dapat diperoleh ketika seseorang bekerja sebagai TKI merupakan hal yang menggiurkan sehingga warga Desa Pandes Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal termotivasi menjadi TKI.
dilakukan, diketahui bahwa 44 orang (44%) memiliki keinginan menjadi TKI di negara Hongkong. Hongkong resminya Daerah Administratif Khusus Hongkong yang merupakan satu dari dua Daerah Administratif Khusus dari negara Republik Rakyat Cina (RRC), satunya lagi adalah Makau. Pada tanggal 1 Juli 1997, daerah ini secara resmi diserahkan oleh pemerintah Britania Raya kepada Republik Rakyat Cina. Hongkong dengan sejuta keindahan dan kemewahan membuat banyak orang di dunia ingin merasakan untuk dapat tinggal disana. Sebuah daerah yang memiliki hak istimewa tersendiri di bagian negara RRC, Hong Kong adalah sebuah daerah yang juga memiliki berbagai kebebasan yang luar biasa di atas kebebasan Liberal. Tidak jarang banyak orang yang senang hidup di alam kebebasan tanpa batas, pastilah akan berminat sekali tinggal di Hong Kong, baik untuk bekerja, pendidikan, bisnis, belanja maupun menjadi warga tetapnya. Hal inipun tidak jarang pula bagi warga Indonesia sangat meminati tinggal di Hong Kong, khususnya para calon TKI/TKW (Adidharta, 2011). TKI asal dari Indonsia sangat disukai di negara Hongkong. Deputi Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Lisna Y Poelongan membenarkan bahwa saat ini jumlah tenaga kerja yang di tempatkan di kedua negara yaitu Hongkong dan Taiwan melonjak dua kali lipat. Ini berdampak positif bagi TKI yang dipekerjakan di kedua negara tersebut karena tingkat penerimaan gaji TKI naik(Nurhayat, 2012). Semakin meningkatnya gaji dengan bekerja di Hongkong serta adanya kemudahan beradaptasi karena lebih disukai oleh penduduk Hongkong menjadikan TKI asal Desa Pandes Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal tertarik untuk bekerja di Hongkong.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 264
Kesuksesan yang diraih orang lain dengan menjadi TKI semakin meingkatkan semangat dalam diri, serta rasa percaya diri dan yakin bahwa dirinya mampu meraih keberhasilan yang sama. Wibowo (2013: 109) menyatakan bahwa motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tujuan yang ingin dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan. Pada masyarakat di Desa Pandes Kecamatan Cepiring, keinginan untuk dapat meraih kesuksesan, sehingga dapat membuat usaha sendiri ketika pulang ke Indonesia semakin menguatkan motivasi menjadi TKI dalam diri masyarakat di Desa Pandes Kecamatan Cepiring. Selain itu, sulitnya mencari kerja di Indonesia merupakan alasan tersendiri yang mendasari keinginan untuk membuka usaha, karena dengan membuka usaha individu tidak akan kesulitan mencari pekerjaan dari satu tempat ke tempat lain. Simpulan 1. Sebagian besar responden yang termotivasi menjadi TKI adalah perempuan, yaitu sebanyak 98 orang (98%) dan untuk responden laki-laki sebanyak 2 orang (2%). 2. Sebagian besar responden yang termotivasi menjadi TKI memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK, yaitu sebanyak 66 orang (66%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 23 orang (23%), serta pendidikan SD sebanyak 11 orang (11%). 3. Negara tujuan yang paling diminati oleh individu yag ingin menjadi TKI adalah Hongkong, yaitu sebanyak 44 (44%) orang ingin ke Hongkong, 35 orang (35%) ingin ke Singapura, 10 orang (10%) ingin ke Taiwan, 4 orang (4%) ingin ke Korea, 4 orang (4%) ingin ke Saudi Arabia, serta 3 orang (3%) tidak mengisi jawaban mengenai negara tujuan. 4. Motivasi intrinsik pada warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring, Kabupaten
Kendal untuk menjadi TKI diantaranya, faktor ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, adanya keyakinan bahwa dengan menjadi TKI dapat mencapai kesuskesan. 5. Motivasi ekstrinsik yang dimiliki warga Desa Pandes, Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal berasal dari adanya dukungan dari saudara, tetangga dan teman yang mendukung sepenuhnya motivasi menjadi TKI. Daftar Pustaka Adidharta, S. 2011. Kebebasan Hongkong Surganya TKI/TKW. http://luarnegeri. kompasiana.com/2011/06/03. Diakses pada tanggal 30 Juli 2013. Irwanto., Ellia, Heman., Hadisoepadmo, A., Priyano, Retno., Wismanto, Y.B., dan Fernandes, C. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo. Hariandja, M.T.E. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia. Hasibuan, M. 2007. Organisasi dan Motivasi. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kompasiana. 2013. TKI itu Kaum Terbelakang: Siapa Bilang?. http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/21. Diakses pada tanggal 7 Mei 2013. Moekijat. 2001. Pengembangan Manajemen dan Motivasi. Bandung: CV. Pionir Jaya. Munandar, A. A. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Osin. 2011. Kenapa Harus Menjadi TKI Lagi. http://lifestyle.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 7 Mei 2013. Pasetia, I. 2008. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia Melalui Kota Semarang. Bengkulu: Astra International. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 265
Sadia, I. K., dan Oka, I. M. D. 2012. Motivasi Tenaga Kerja Bali Bekerja di Mediterranean Shipping Company (MSC): Studi Kasus di Balindo Paradiso Cruise. Jurnal Sosial dan Humaniora. Vol. 2. No. 3. Hal. 221-236. Bali: Politeknik Negeri Bali. Santoso, S. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Surabaya: PT. Refika Meditama. Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sudarwan, D. 2004. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyanto. 2011. Jadilah TKI Sukses. http://www.infokerja-jatim.com. Diakses pada tanggal 7 Mei 2013. Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI. Wexley, K. N., dan Yuki, G. A. 2005. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Alih Bahasa: Drs. Muh. Shobaruddin. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wibowo. 2013. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press. Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology: Active Learning Edition. Alih Bahasa: Drs. Helly Prajitno Soetjipto dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
266