METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Materi Bahan Pakan Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah jagung kuning giling yang diperoleh dari agen bahan pakan di Bogor dan dedak padi yang diperoleh dari penggilingan padi di Bogor. Zat Penghambat Kerusakan Zat penghambat kerusakan yang digunakan pada penelitian ini adalah bawang putih (Allium sativum), mineral zeolit dan anti jamur Dermitox® sebagai pembanding. Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah karung plastik, thermohigrometer, Aw meter, oven, eksikator, labu Erlenmeyer gelap bertutup, labu Erlenmeyer Assa, timbangan analitik, timbangan, penangas, gelas piala, gelas ukur, dan alat tulis. Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini ialah BaCl2, sebagai kalibrator Aw meter, KI, asam asetat pekat, alkohol 95%, khlorofom, larutan tio 0,02N (Na2S2O3), aquadest, dan tepung kanji. Tempat Penyimpanan Penyimpanan dilakukan di gudang Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Lantai 1. Ruangan penyimpanan terlebih dahulu dibersihkan dan didisinfektan, agar mengurangi pengaruh kontaminasi dari
28
lingkungan sekitar. Bahan diletakkan dalam ruang penyimpanan menggunakan alas kayu agar bahan tidak menjadi lembab sebab bersentuhan langsung dengan lantai, seperti terlihat pada Gambar 9.
a b c Gambar 9 (a,b,c). Peletakan Sampel dalam Ruangan Penyimpanan Rancangan Rancangan Percobaan Untuk mengetahui efektivitas pemberian zat penghambat kerusakan yang berbeda terhadap jagung dan dedak padi selama penyimpanan, digunakan analisis statistika metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 4 x 5 dengan 3 ulangan. Faktor dalam penelitian ini ialah perlakuan (penambahan zat penghambat) dan lama penyimpanan (minggu) Model matematik yang digunakan adalah (Steel and Torrie, 1997): Yijk = µ + Ai + Bj + AiBj + εijk Keterangan: Yijk
: Variabel respon
µ
: Nilai rataan umum
Ai
: Pengaruh lama penyimpanan minggu ke-i
Bj
: Pengaruh pemberian zat penghambat kerusakan –j
AiBj
: Pengaruh interaksi lama penyimpanan minggu ke-i dengan pemberian zat penghambat kerusakan -j
εijk
: Galat percobaan karena pengaruh perlakuan lama penyimpanan minggu ke-I dan pemberian zat penghambat kerusakan j, dan ulangan ke-k.
29
Perlakuan Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah dengan menambahkan bubuk bawang putih, serbuk zeolit, dan anti jamur komersial pada dedak padi dan jagung yang sudah digiling, penambahan diberikan dalam bentuk bubuk, yang kemudian dicampur merata pada masing-masing bahan. Bahan yang digunakan masing-masing sebanyak 1 kg dan setiap bahan akan disimpan selama delapan minggu, setiap dua minggu periode penyimpanan diamati kerusakan yang terjadi. Komposisi perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah: P0 = 1 kg jagung/dedak padi (kontrol) P1 = P0 + 1% Zeolit P2 = P0 + 1% Bawang Putih P3 = P0 + 0.15% Anti jamur Komersial (Dermitox®) Sistematika pemberian perlakuan terlihat pada Gambar 10.
Jagung / Dedak Padi (Masing-masing 1 kg)
Ditambahkan
Bawang Putih (1%)
Zeolit (1%)
Anti Jamur Komersial (0,15)
Disimpan (minggu)
2
4
6
8
Gambar 10. Bagan Penambahan Zat Penghambat Kerusakan pada MasingMasing Perlakuan. Peubah Peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Kadar air bahan, dianalisis menurut metode analisa proksimat (AOAC, 1995).
30
2. Aktivitas air bahan, dihitung menggunakan Awmeter. 3. Kandungan Bahan Organik Bahan, dianalisis menurut metode analisa proksimat (AOAC, 1995). 4. Pengukuran ketengikan secara organoleptik dan mengukur kadar bilangan peroksida bahan (Departemen Perindustrian, 1986). 5. Suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan juga diamati, karena suhu dan kelembaban akan berpengaruh terhadap kadar air dan juga aktivitas air bahan selama penyimpanan, dianalisis menggunakan Thermohygrometer. Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, diolah menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), dan jika terdapat hasil yang berbeda nyata maka akan dilanjutkan uji jarak Duncan (Steel and Torrie, 1997). Prosedur Persiapan Sampel Persiapan sampel diawali dengan penyediaan jagung kuning giling dan dedak padi yang diperoleh dari supplier bahan pakan di Bogor. Awalnya sampel akan diuji kadar air, dan aktivitas airnya untuk mengetahui keadaan awal bahan, setelah itu, dikeringkan dengan kering udara (dijemur) hingga kadar airnya ± 13%, hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kadar air yang aman untuk penyimpanan bahan adalah 13,5-14% (Syarief dan Halid, 1993). Bahan yang sudah dikeringkan dipisah, masing-masing 1 kg. Penggilingan bahan bertujuan untuk memperluas permukaan bahan, setelah itu, bahan dicampur dengan zat penghambat kerusakan sebanyak 1% dari bobot bahan yang terdapat dalam karung, hal tersebut merujuk kepada Sidih (1996) bahwa penambahan 1% zeolit dapat menurunkan kadar air dan aktivitas air secara signifikan dan hasil penelitian Yusawisana (2002), pemberian bawang putih hingga taraf 0,6% tidak berpengaruh terhadap kerusakan lemak ransum. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam karung-karung plastik yang telah tersedia, yang sebelumnya telah diautoclaf untuk menghilangkan pengaruh ketidaksterilan karung pada bahan. Bahan pengemas yang digunakan ialah karung plastik dari bahan polipropilen.
31
Persiapan Zat Penghambat Kerusakan dan Perlakuan Zeolit diperoleh dari agen mineral di Jakarta, dalam bentuk bubuk, dan telah diaktivasi. Bawang putih, dibuat menjadi bubuk, dengan prosedur sesuai dengan Gambar 11. 1 Bawang Putih Persiapan
Pengupasan
Pengirisan (2-3mm)
Pengeringan Oven (600C) selama 10 jam Pembubukan
Bubuk Bawang Putih
Pengayakan (40mesh)
Penghalusan
Gambar 11. Bagan Proses Pembuatan Bubuk Bawang Putih (Hastuti, 2008) Penyimpanan Sampel yang telah dipisahkan ke dalam perlakuan dan ulangan disimpan di dalam gudang yang akan terus dikontrol suhu dan kelembabannya. Penempatan jagung diacak, menggunakan tabel acak Steel and Torrie (1997) hal tersebut bertujuan mengurangi eror data yang terjadi akibat salah penempatan, serta meratakan perlakuan dan penyimpanan. Penyimpanan dalam bentuk curah saat ini sedang digemari di industri pakan, selain mudah, efisien, juga lebih mudah dalam penanganan. Namun kekurangan penyimpanan dalam bentuk curah ialah voluminous dan meningkatkan serangan serangga terhadap bahan sebab tidak ada penghalang. Kontrol Suhu dan Kelembaban Ruangan Suhu dan kelembaban udara ruang penyimpanan diamati menggunakan thermohigrometer yang dapat mengukur suhu dan kelembaban sekaligus. Suhu dan kelembaban diamati setiap hari dan pengukuran dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00, pukul 12.00, dan pukul 17.00. Perbedaan waktu ini diharapkan dapat mewakili perubahan suhu yang terjadi dan mendapatkan rataan suhu harian. Analisa Kadar Air (AOAC, 1995) Pengamatan kadar air dan aktivitas air jagung dilakukan dua minggu sekali. Setiap selesai satu periode penyimpanan, jagung dikeluarkan dari kemasan,
32
ditimbang, diaduk hingga homogen, setelah itu diambil sampel, kemudian dianalisis. Analisa kadar air dilakukan dengan mengeringkan cawan dalam lemari pengering, sekitar 1 jam, kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian ditimbang (x). Ambil sampel (y) dan dimasukkan kedalam cawan. Masukkan ke dalam alat pengering pada temperatur 1050C selama 6-8 jam, kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang hingga beratnya konstan (z). Penentuan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar air (% BK) =
(𝒙+𝒚−𝒛) 𝒀
x 100%
Analisa Aktivitas Air Aktivitas air jagung diukur dengan menggunakan Aw meter, yang sebelumnya sudah dikalibrasi dengan menggunakan larutan BaCl2, selama 3 jam. Larutan BaCl2 memiliki nilai aktivitas air sebesar 0,9 (Syarief dan Halid, 1993). Sampel jagung dimasukan kedalam wadah, kemudian wadah ditutup dengan Aw meter. Sampel jangan terlalu banyak, agar tidak mengganggu alat. Pembacaan skala Aw meter dilakukan setelah 3 jam pengukuran. Aktivitas air ditentukan dengan rumus: Aw = Skala + [(suhu-200C) x 0.002] Analisa Perubahan Kandungan Bahan Organik Bahan (AOAC, 1995) Cawan porselin dikeringkan dalam oven 105°C selama beberapa jam, kemudian dinginkan dalam eksikator dan berat awal ditimbang (x). Timbang sampel bahan dengan berat kira-kira 5g (y), masukkan ke dalam cawan porselin. Pijarkan sampel tersebut di atas nyala api pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian masukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 400 - 600°C. Sesudah sampel abu berwarna putih, angkat sampel dinginkan dalam eksikator, timbang (z). 𝒁−𝑿
Kadar Abu (%) = 𝒀 𝒙 𝟏𝟎𝟎% Bahan Organik (%BO) = Bahan Kering (BK) – Kadar Abu Organoleptik Ketengikan Sampel yang akan diamati, ditimbang, kemudian dikeluarkan dari karung penyimpan. Setelah itu sampel dihomogenkan. 100 gr sampel diambil, kemudian dianalisa dengan mencium aroma sampel. Perubahan bau yang terjadi setiap minggunya diberi skor 1-3 (Tidak Tengik, Tengik, dan Sangat Tengik).
33
Analisa Kadar Bilangan Peroksida Bahan (Departemen Perindustrian, 1986) Analisa bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat ketengikan yang terjadi pada bahan setelah disimpan. Analisa ini dimulai dengan mengambil beberapa gram sampel, yang timbang dalam tabung Erlenmeyer 300 ml bertutup. Lalu tambahkan campuran 20 ml asam asetat pekat, 25 ml alkohol 95%, dan 55 ml khloroform. Setelah larut, tambahkan 1 g KI dan biarkan di dalam tempat gelap, selama 30 menit sambil terus dicampur. Setelah itu, tambahkan 50 ml aquadest, dan titar menggunakan mikrobiuret, dengan larutan tio (N2S2O3) 0,02 N standar, dengan kanji sebagai indikator, lakukan penetapan blangko. Bilangan peroksida dinyatakan dengan mg oksigen/1000gr minyak. Rumus untuk mencari bilangan peroksida: Bilangan Peroksida (meq/100g minyak) =
𝒂−𝒃 𝒙 𝑵 𝒙 𝟖 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒍𝒆
x 100%
Keterangan: a
= volume (ml) larutan tio 0,02N untuk blangko
b
= volume (ml) larutan standar larutan tio 0,02N untuk contoh
N
= Normalitas larutan standar tio (N2S2O3) 0,02N
8
= Faktor Koreksi (konstanta)
34