Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia 2011
II
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan Tim Penulis: Fakhrulsyah Mega, Luh Nyoman Dewi Triandayani, Yaury G.P. Tetanel Penata Letak: Imam Saptaji Desain Sampul: Imam Saptaji Cetakan pertama: 2011 Diterbikan Oleh: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Alamat Jl. Merdeka Barat No. 3 Jakarta Pusat Jakarta, 10110 Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia No Telepon 021 - 3459-417 021 - 3483 2049
Dicetak Oleh: Origami ‘Art Isi di luar tanggung jawab percetakan Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) Mereka Berani Melawan Pemiskinan 82 + VI hal, 16x23,5
III
IV
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
V
Daftar Isi Ucapan Terimakasih Kata Sambutan Selayang Pandang Daerah Inovatif Melawan Pemiskinan Dari Tanah Kembali ke Tanah ke Tanah
IV VI-VII 1 12
Meretas asa Lewat Gerbang Swara: Ruang Nyata Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah
Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terbitnya buku ini, “Dan Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu”: a Ibu Wakil Walikota Banda Aceh a Bapak Wakil Bupati Serdang Bedagai a Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Jembrana a Bapak Kepala Bappeda Kota Kupang a Bapak Kepala Bappeda Lombok Tengah a Bapak Ketua Wakil Bupati Garut a Bapak Plh. Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen
17
Jaminan Kesehatan Sebagai Wujud Pemenuhan Hak atas Kesehatan yang Layak Bagi Warga Miskin di Kabupaten Jembrana
20
Kebumen Pelopor Kedaulatan Rakyat Atas Pembangunan Melalui Kuota Anggaran Kecamatan
25
Ketika Rakyat dan Pemerintah Bersatu Melawan Pemiskinan
30
Rakyat Miskin di Makassar, Sejak Lahir Hingga Akhir Hayat Hidupnya Bebas!
34
Menjadikan Banda Aceh Kota Ramah Jender
39
“Pelembagaan Partisipasi Rakyat Dalam Pembangunan Bisa!”
46
Perempuan Juga Berhak Dalam Pembangunan
a Bapak Staf Khusus Bupati Kabupaten Gunung Kidul
di Kabupaten Gunung Kidul
55
a Bappeda Kabupaten Gunung Kidul
Pemenuhan Hak Atas Rumah Layak Huni bagi Kaum Miskin
62
a Bapak Kepala Bappeda Kota Surakarta
Dari Desa Bangun Subang
66
a Bapak Kabag. Sosbud Bappeda Kabupaten Sukabumi
Tran sparansi Anggaran: Langkah Kecil Dengan Dampak Besar
71
a Koordiator Daerah Program SAPA di 15 kabupaten/kota
Reforma Agraria Jalan Baik Menggusur Pemiskinan
78
VI
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Sambutan Deputi Menkokesra
S
yukur Alhamdulillah Kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku yang sudah lama Saya dambakan ini, dimana sejak awal program SAPA dijalankan Saya ingin melihat apakah
ada daerah yang berani berinovasi dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat miskin dan atau melawan pemiskinan. Konstitusi Negara kita menjamin kehidupan warganya secara utuh dalam menjalani kehidupannya secara humanis, sejahtera lahir batin, serta memiliki kemandirian. Itulah tujuan berdirinya sebuah negara, yang seluruh warga negaranya berhak atas kehidupan yang adil, sejahtera dan bermartabat. Itu artinya negara wajib melindungi, memajukan dan memenuhi hak-hak dasar warganya dengan tanpa diskriminasi baik laki-laki maupun perempuan, kaum marginal dan komunitas difable, dan atau kelompok minoritas lainnya. Sebagai negera ketiga berpenduduk besar didunia setelahCina dan India, kualitas dan derajat kesejahteraan penduduk Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia produktifnya. Data BPS yang dikeluarkan pada bulan Maret, tahun 2011 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 30,02 juta jiwa atau sekitar 12,49 %. Angka tersebut meskipun menunjukkan kecenderungan penurunan dari tahun ke tahun, sebagai dampak dari berbagai intervensi kebijakan dan program yang dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah, namun perubahannya belum signifikan jika dibandingkan dengan meningkatnya alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan setiap tahunnya dalam APBN dan APBD. Pemerintah sejak tahun 2005 memandang Kemiskinan merupakan tantangan seluruh pemangku kepentingan pembangunan bangsa. Artinya, kemiskinan tidak lagi dilihat sebagai tolok ukur gagalnya Pemerintah melindungi dan memenuhi hak-hak dasar warganya melainkan menjadi
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
VII
dan berkeadilan”. Untuk mencapainya pemerintah telah pula menetapkan 3 (tiga sasaran pembangunan nasional yakni; (1) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat mencakup bidang; ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pangan, (2) Perkuatan Pembangunan Demokrasi mencakup bidang ; kualitas demokrasi, dan (3) Pembangunan Keadilan/Hukum mencakup bidang ; Penegakan hukum. Pembangunan
bidang kesejahteraan rakyat pada Kabinet Indonesia
Bersatu II terfokus pada lima program utama yakni penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan penanggulangan bencana, serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi. Untuk mencapai kelima program tersebut maka kebijakan KabinetIndonersia Bersatu II ini bertumpu pada inclusive growthyaknipro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-environment. pro-poor, pro-job dan pro-justice menjadi prioritas utama guna diimplementasikan secara sungguh-sungguh dan dilengkapi dengan pro-environment untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Inovasi dan atau kebijakan yang berani melawan pemiskinan oleh pemerintah daerah sebagaimana yang tergambarkan dalam buku ini patut diberikan apresiasi oleh kita semua. Saya secara pribadi dan sebagai deputi Menkokesra bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat mengucapkan selamat
atas prestasi yang
dicapai dan mendukung sepenuhnya atas inovasi yang telah dilakukan ini. Sepatutnya kita belajar dari keberhasilan daerah-daerah ini, karena dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh masing-masing daerah, kekhasan karakteristik kemiskinan mampu melakukan terobosan dalam kebijakandan program penanggulangan kemisknan, terutama yang terkait dengan pemenuhan hak dasar kepada masyarakat miskin. Selamat kepada Pemerintah daerah yang sudah berhasil menemukan cara baru untuk membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan, semoga kedepan dapat diikuti oleh pemerintah daerah lainnya. Terimakasih
tantangan global pemangku kepentingan dalam mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, mandiri dan bermartabat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010–2014 Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan pembangunan Indonesia dalam lima tahun kedepan adalah “terwujudnya Indonesia yang sejahtera,demokratis
DR. Sujana Royat Deputi Menkokesra Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
1
SELAYANG PANDANG DAERAH INOVATIF MELAWAN PEMISKINAN
Sejak otonomi daerah diterapkan pada tahun 1999, salah satu harapan yang disematkan bagi setiap daerah adalah semakin membaiknya kondisi dan kualitas kesejahteraan masyarakat. Walaupun kita tahu, bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukanlah merupakan suatu upaya semudah membalik telapak tangan. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak didalamnya baik yang berasal dari pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, tidak terkecuali adalah masyarakat miskin itu sendiri. Pemikiran yang masih membebankan upaya penanggulangan kemiskinan pada satu pihak sudah saatnya ditinggalkan, karena persoalan kemiskinan yang dihadapi bukan hanya sekedar persoalan kurangnya pendapatan, pekerjaan yang bersifat informal, ataupun keterbatasan sarana infrastruktur dasar, akan tetapi juga menyangkut persoalan kerawanan, keterisolasian, serta kerentanan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh sebab itu, persoalan kemiskinan yang dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri, serta membutuhkan strategi yang berbeda dalam merespon dan menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam otonomi daerah, kondisi tersebut memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada pimpinan didaerah untuk melakukan terobosan dan inovasi untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan kualitas kesejahteraan dengan memperbaiki sistem layanan publik bagi masyarakat secara luas. Walaupun demikian, upaya untuk membangun kerjasama multipihak tersebut, bukanlah sesuatu yang mudah. Setidaknya dibutuhkan keterbukaan, sikap untuk berbagi, serta kerelaan dari berbagai pihak untuk menerima kritik dan input tentang kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini.
2
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
3
Terkait dengan hal tersebut, maka sejak tahun 2007, Kementrian
mudah, hal ini disebabkan oleh beberapa pandangan dan penilaian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat bersama 15 pemerintah kabupaten/
yang dimiliki oleh berbagai pihak. Misalnya pandangan bahwa dengan
kota dan berbagai kelompok organisasi masyarakat sipil ditingkat pusat
bekerjasama tersebut akan membuka borok yang dilakukan oleh birokrasi
dan daerah mengikatkan diri dalam Program SAPA Indonesia. Program
dan unsur non pemerintah akan mempermalukan mereka didepan publik
SAPA Indonesia bertujuan untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam
masih ada sampai saat ini. Walaupun demikian, terdapat juga beberapa
penanggulangan kemiskinan, memberdayakan masyarakat miskin dan
daerah yang bahkan memberikan peran yang lebih kepada unsur non
perempuan, mensinergikan database dan mengintegrasikannya dalam
pemerintah dalam struktur TKPKD, seperti yang dilakukan di Kota
perencanaan dan penganggaran, serta melakukan advokasi terhadap
Surakarta, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
perubahan kebijakan dan program pembangunan untuk berpihak pada
Gunungkidul, serta Kota Makassar. Peran lebih yang dimaksudkan disini
masyarakat miskin baik pada tingkat nasional maupun daerah. Disamping
tidak hanya pada posisi struktural dalam kelembagaan TKPKD akan tetapi
itu, Program SAPA sendiri merupakan suatu model kerjasama multipihak
juga dalam membangun sinergisitas antar pihak.
yang terintegrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta
Walaupun TKPKD di 15 kabupaten/kota telah menunjukkan dinamika yang lebih baik dari TKPKD lainnya, namun upaya untuk meningkatkan
organisasi masyarakat sipil. yang
peran dalam mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan,
Tim
khususnya yang terkait dengan kemiskinan masih menghadapi kendala
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang dibentuk
yang cukup besar. Beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh
melalui peraturan presiden. TKPKD dipilih
sebagai wadah untuk
TKPKD dan sekaligus juga merupakan tantangan dalam model kerjasama
mengkonsolidasikan gagasan, kebijakan, serta program bukan hanya
multipihak ini meliputi membangun koordinasi yang efektif, pengendalian
karena aspek legalitas kelembagaannya, melainkan
ini
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, sinkronisasi data
dapat mengakomodasi keterlibatan unsur lain selain pemerintah dalam
dan target penanggulangan kemiskinan, keterbatasan anggaran, serta
forum tersebut. Saat ini di 15 kabupaten/kota yang menjadi daerah
memastikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan
sasaran Program SAPA telah memiliki TKPKD dengan kondisi kelembagaan
kemiskinan memiliki kaitan antara satu pihak dengan pihak lainnya dan
yang berbeda-beda.
memberikan pengaruh yang besar dalam penurunan jumlah penduduk
Dalam tergabung
mengimplementasikan dalam
Program
SAPA
programnya,
mitra-mitra
memanfaatkan
instrumen
kelembagaan
Perbedaan kelembagaan tersebut menjadi dinamika tersendiri dalam
miskin.
pelaksanaan program, serta menentukan bagaimana relasi dan kedudukan
Ditengah tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan kerjasama
antara berbagai pihak yang terlibat dalam membangun kerjasama
multipihak dalam pengurangan jumlah penduduk miskin melalui TKPKD,
multipihak. Setidaknya ada beberapa aspek yang membedakan TKPKD
beberapa inovasi dan terobosan berhasil dilakukan oleh pemerintah
yang berada di daerah sasaran Program SAPA, misalnya keterwakilan
daerah.Terobosan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah
unsur non pemerintah, pembagian peran dari masing-masing pihak, serta
daerah tersebut dalam kurun waktu 3 tahun telah memperlihatkan hasil
peran TKPKD dalam mempengaruhi penyusunan kebijakan dan program
dengan menurunnya jumlah penduduk miskin. Berikut ini adalah data
penanggulangan kemiskinan di daerah.
mengenai perkembangan penurunan jumlah penduduk miskin di 15
Aspek keterwakilan merupakan satu spirit penting yang dijamin regulasi, untuk memastikan keterlibatan berbagai pihak dalam penanggulangan kemiskinan. Namun untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal yang
kabupaten/ kota.
4
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
5
dalam akses pelayanan dasar serta rendahnya kepemilikan asset produktif Grafik 1. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Sasaran Program SAPA Indonesia
dapat dijumpai di Kota Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Surakarta, Kabupaten Jembrana, Kota Kupang, dan
Kota
Makassar. Disamping melihat penurunan
persentase jumlah penduduk miskin, aspek lain yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan kemiskinan adalah perbaikan kesenjangan pada masyarakat miskin. Berikut ini adalah gambaran mengenai indeks keparahan kemiskinan di 15 Kabupaten/kota
yang menjadi sasaran
Program SAPA Indonesia. Grafik 2.Grafik Keparahan Kemiskinan di 15 Kabupaten Sasaran Program SAPA Indonesia.
Sumber Data : Data & Informasi Kemiskinan BPS
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa persentase penduduk miskin di 15 kabupaten /kota yang menjadi daerah sasaran Program SAPA mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 tahun. Walaupun menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin dalam beberapa tahun, namun masih ada kabupaten/kota yang memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi (diatas 20 %). Misalnya di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Gunungkidul, serta Kabupaten Lombok Tengah.
Sumber Data : Data & Informasi Kemiskinan BPS
Sedangkan angka kemiskinan yang relatif lebih rendah berada di Kota Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Bandung, Kabupaten Jembrana, serta Kota Makasssar.
Indeks keparahan kemiskinan merupakan suatu instrumen untuk melihat tingkat kedalaman kemiskinan yang terjadi disuatu daerah
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, kondisi kemiskinan di berbagai
dengan melihat kesenjangan atau gap pendapatan masyarakat miskin
daerah sasaran Program SAPA berbeda-beda. Misalnya kondisi kemiskinan
dengan garis kemiskinan yang ditetapkan disuatu daerah. Berdasarkan
yang disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur dasar dan keterisolasian
data diatas, secara umum terlihat bahwa indeks keparahan kemiskinan
yang disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit dijangkau dapat
mengalami penurunan diseluruh daerah, kecuali di Kota Tasikmalaya yang
dijumpai di Kabupaten Kebumen, Gunungkidul, Sukabumi, dan Lombok
mengalami peningkatan. Informasi ini juga menggambarkan bahwa upaya
Tengah. Sedangkan kondisi kemiskinan lainnya seperti ketidakmampuan
yang dilakukan pemerintah daerah tidak hanya terkonsentrasi dalam
6
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
7
penurunan jumlah penduduk miskin, akan tetapi juga perlu berkonsetrasi
pembangunan manusia pada setiap daerah dapat dikatakan masih
dalam memperbaiki dan menjaga kualitas kesejahteraannya sehingga
sangat lambat, jika dibandingkan dengan kebijakan, program, serta
tidak terdapat kesenjangan yang terlalu besar ditingkat masyarakat.
anggaran yang dialokasikan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
Beberapa daerah yang memiliki indeks keperahan tertinggi terdapat di
pemenuhan hak dasar di masyarakat. Hal ini menunjukkan juga bahwa
Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kebumen, serta Kabupaten Lombok Tengah.
upaya peanggulangan kemiskinan yang dilakukan harus memiliki fokus
Sedangkan, daerah yang memiliki indeks keparahan yang kecil terdapat
yang jelas dengan kebijakan, program, dan pendekatan yang lebih sesuai
di Kabupaten Jembrana & Kota Makassar.
dengan kondisi masyarakat untuk mencapai target yang diinginkan. Walaupun memiliki indeks pembangunan yang tinggi, akan tetapi
Grafik. 3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Daerah Sasaran Program SAPA
perkembangan setiap indikator indeks pembangunan manusia yang dimiliki oleh setiap daerah berbeda-beda. Misalnya dalam angka harapan hidup yang disajikan dibawah ini. Grafik Angka Harapan Hidup Tahun 2009 di 15 Kabupaten / Kota
Sumber Data : Indeks Pembangunan Manusia BPS
Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melihat kondisi dan kualitas kesejahteraan suatu bangsa secara lebih komprehensif. Indikator yang diukur dalam indeks
Sumber Data : Indeks Pembangunan Manusia BPS
pembangunan manusia terdiri dari 3 indikator utama yaitu kesehatan (harapan hidup), pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah),
Indikator harapan hidup merupakan suatu indikator yang memiliki
serta ekonomi (daya beli). Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa
keterkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang kesehatan seperti
indeks pembangunan manusia di hampir seluruh daerah program SAPA
kesehatan lingkungan, tingkat kesakitan, serta kualitas asupan gizi
mengalami peningkatan yakni diatas 70, kecuali di Lombok Tengah yaitu
yang sangat menentukan dalam usia seseorang. Dengan mengetahui
sebesar 60,26. Walaupun demikian, percepatan peningkatan indeks
prasyarat mendasar dalam suatu indikator yang memiliki keterkaitan
8
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
9
dengan indikator lain, maka pemerintah daerah dapat menyusun
menghasilkan pelayanan publik yang baik, dalam berbagai kasus justru
kebijakan dan program yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan
ditemukan angka kemiskinan yang cukup besar pada daerah daerah tersebut.
tersebut. Beberapa inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah di
Berikut ini adalah gambaran mengenai profil anggaran kabupaten / kota yang
wilayah sasaran SAPA masih berkutat pada penyelesaian dampak dengan
menjadi daerah sasaran Program SAPA.
memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi belum melakukan terobosan agar masyarakat tidak sakit. Oleh sebab
Grafik.Perkembangan APBD 15 Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2009 ( Dalam Juta Rupiah).
itu, ukuran keberhasilan dalam pelayanan kesehatan tidak hanya jumlah orang yang ditangani atau mendapat pelayanan akan tetapi juga semakin menurunnya orang yang mengajukan klaim untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis tersebut. Data pada grafik angka harapan hidup pada tahun 2009, menunjukkan bahwa pencapaian indeks pembangunan manusia yang tinggi disuatu daerah belum tentu menandai bahwa indikator-indikator yang menyertainya juga secara otomatis baik. Pada contoh diatas, meskipun Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Garut memiliki angka indeks pembangunan manusia yang hampir sama, akan tetapi jika dilihat secara mendalam pada indikator harapan hidupnya, usia harapan hidup pada kabupaten Gunungkidul lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Garut. Selain
memahami
akar masalah yang menyebabkan kemiskinan,
pengambil kebijakan juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam
Sumber Data : Statistik Keuangan Daerah BPS
penanggulangan kemiskinan. Salah satu indikator yang seringkali digunakan masyarakat miskin
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa peningkatan anggaran
adalah alokasi anggaran pembangunan. Saat inikondisi penganggaran di
pembangunan atau APBD diseluruh daerah sebenarnya sangat kecil setiap
Indonesia dihadapkan pada dilemma untuk mendanai program-program
tahunnya, hanya beberapa daerah saja yang mengalami peningkatan
penanggulangan kemiskinan ditengah keterbatasan anggaran. Walaupun
anggaran yang cukup tinggi yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai,
dihadapkan pada kondisi demikian, beberapa daerah yang menjadi sasaran
Bandung, Sukabumi, Ciamis, Subang, serta Kota Kupang. Walaupun
Program SAPA mampu melakukan inovasi program penanggulangan
demikian, jika dilihat dari sumber pendapatan, kontribusi pemerintah
kemiskinan dengan memberikan layanan pendidikan, kesehatan, serta
pusat masih sangat tinggi dibandingkan dengan kemampuan daerah
pelayanan publik lainnya secara maksimal pada masyarakat miskin. Sehingga
dalam membiayai pembangunan didaerahnya. Sistem transfer keuangan
sampai pada suatu titik kesimpulan, bahwa pengaturan anggaran merupakan
yang masih mendasarkan pada input base yang dianut oleh Indonesia
kunci utama, dan bukan tergantung pada besar-kecilnya anggaran
pada satu sisi menjamin bahwa setiap daerah akan mendapatkan alokasi
pembangunan. Banyak contoh yang dikemukakan dalam penelitian otonomi
anggaran dengan menggunakan sejumlah formulasi pembagian anggaran,
daerah yang dilakukan oleh berbagai institusi menunjukkan bahwa tidak
akan tetapi pada aspek lain belum memperhitungkan aspek kinerja dari
semua daerah yang memiliki anggaran pembangunan yang besar dapat
anggaran yang diberikan kepada daerah. Hal ini menyebabkan antara
untuk melihat keberpihakan
pemerintah
terhadap
10
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
11
daerah yang melakukan inovasi dan daerah yang tidak melakukan inovasi
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk
akan mendapatkan perlakuan yang sama. Oleh sebab itu, dimasa depan
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
sistem transfer daerah yang berbasis pada input perlu dirubah dengan
Pada data yang ditampilkan pada grafiks menunjukkan bahwa belanja
mekanisme transfer yang berbasis pada kinerja. Berikut ini adalah
tidak langsung di semua daerah meningkat, kecuali di Kabupaten Serdang
profil mengenai
Bedagai. Beberapa daerah menunjukkan perimbangan antara belanja
perbandingan alokasi anggaran pembangunan di 15
kabupaten/kota yang menjadi daerah sasaran Program SAPA.
langsung dan tidak langsung seperti di Kota Makassar dan Kupang. Tetapi ada juga daerah yang memiliki kesenjangan alokasi antara anggaran belanja
Grafik. 5 Perbandingan Penerimaan APBD dengan Belanja Tidak Langsung Pada Tahun 2009 di
tidak langsung dan belanja langsung yang cukup tinggi seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung, Ciamis, Subang, Garut, Sukabumi, serta Kota Banda
15 Kabupaten / Kota
Aceh. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu meninjau kembali kebijakan penganggaran, termasuk didalamnya adalah melakukan efisiensi
terhadap
pengelolaan
anggaran,
serta
mengintegrasikan
perencanaan antar sektor agar dapat mengoptimalkan alokasi anggaran yang tersedia dalam penanggulangan kemiskinan. Apresiasi lebih pantas diberikan kepada daerah sasaran Program SAPA, walaupun berada pada kondisi “keterbatasan anggaran”, namun TKPKD dan pemerintah daerah mampu melakukan terobosan dalam kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, terutama yang terkait dengan pemenuhan hak dasar kepada masyarakat yang secara detil akan dikupas dalam buku ini. Beberapa inovasi dan terobosan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah justru ketika dihadapkan pada kondisi daerah yang sangat terbatas baik secara keuangan, sumberdaya, infrastruktur, maupun dibayangi dengan resiko kegagalan. Inovasi dan
Sumber Data : Statistik Keuangan Daerah BPS
terobosan yang dihasilkan memang belum sempurna dan masih memiliki Jika disederhanakan ada dua komponen terbesar dalam APBD yaitu
berbagai kekurangan, akan tetapi hal ini telah menginspirasi berbagai
belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung
pemerintah daerah di Indonesia bahwa hal tersebut dapat diwujudkan
adalah belanja yang
ditengah kondisi keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah daerah.
dianggarkan
tidak
terkait langsung dengan
pelaksanaan program. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang ditetapkan dengan undangundang, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada propinsi, /kabupaten /kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan, serta belanja tak terduga. Sedangkan, belanja langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan yang terkait langsung dengan pelaksanaan program. Komponen belanja langsung terdiri dari
12
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
DARI TANAH KEMBALI KE TANAH Mang Usep buruh tani di Desa Paranggong, Mang Diding petani penyewa tanah Desa Kertasari, dan Nyi Ntis buruh tani palawija Desa Cipelah pada hari itu seperti mendapatkan “durian runtuh” ketika aparat Pemerintah Kabupaten Bandung memberikan sebidang tanah untuk dikelola sebagai lahan produksi pertanian yang selama ini mereka hanya menggarap dan atau menyewa tanah terlantar milik perusahaan perkebunan dan tuan tanah. Sebuah asa telah lama ditunggu akhirnya datang juga, “sim kuring mah sangat bersyukur antaran Bapak Bupati ges mereka lahan ka kuring, hatur nuhun bapak bupati”. Itulah ungkapan perasaan para petani yang telah mendapatkan tanah dari Pemerintah Kabupaten Bandung se bagai wujud dari kebijakan reforma agraria (RA). Pemerintah Kabupaten Bandung menyebutnya “dari tanah kembali ketanah”. Ungkapan tersebut juga dipahami oleh kaum tani di kawasan perkebunan yang terhampar
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
13
dibumi parahiyangan, ungkapan itu bukanlah merupakan suatu ucapan yang bermakna kematian, tetapi merupakan suatu upaya nyata yang coba dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung dalam penanggulangan kemiskinan. Kita semua tahu bahwa tanah bagi Petani adalah aset utama dan menjadi simbol seorang petani. Jika sekarang masih banyak Petani yang masuk kategori miskin itu disebabkan oleh ketidak-adilan Negara dalam melindungi dan memenuhi hak atas tanah bagi kaum tani. Itu artinya sebab kemiskinan di negeri yang sangat subur sumber daya alamnya (tanah) bukan hanya disebabkan oleh penyebab tunggal sebagaimana yang selama ini dibayangkan oleh banyak perencana pembangunan, tetapi dapat disebabkan oleh banyak faktor yang membutuhkan pemahaman dan langkah yang konkrit dalam menyelesaikan akar masalah kemiskinan. Bagi kaum tani, penyebab mereka tetap miskin adalah ketiadaan kepemilikan asset yang dapat digunakan sebagai faktor produksi dalam peningkatan
pendapatan
masyarakat
miskin.
geografi dan topografi yang dimiliki, Kabupaten
Berdasarkan
kondisi
Bandung merupakan
salah satu daerah yang memiliki potensi dalam agrobisnis dan pertanian. Hal ini disebabkan kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung dalam pengembangan produk pertanian unggulan dalam skala yang cukup besar seperti teh, cokelat, dan lain-lain. Potensi pengembangan pertanian dan perkebunan dalam skala besar inilah yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan konflik dalam pengelolaan sumberdaya alam (tanah) antara masyarakat dan dunia usaha. Menurut Bapak Yayan Agustian dari Bappeda Kabupaten Bandung, setidaknya terdapat beberapa hal yang menjadi sumber dalam konflik agraria di Kabupaten Bandung : 1. Perusahaan tidak mengusahakan usaha agribisnis perkebunan dengan benar. 2. Perusahaan terlibat kredit macet dan pengusaha sudah sulit dihubungi. 3. Terdapat garapan lahan HGU (hak guna usaha) oleh masyarakat dengan tidak terkendali dan liar. 4. Konflik internal dalam perusahaan perkebunan.
14
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
15
5. pengalihan HGU kepada pihak lain melalui proses pencabutan HGU oleh yang berwenang mengalami banyak permasalahan. 6. Perusahaan perkebunan akan mengalihkan HGU menjadi HGB (hak guna bangunan). 7. Pengaruh harga komoditi perkebunan yang fluktuatif serta biaya produksi meningkat. 8. Belum terdapat jaminan regulasi baru yang merangsang investasi di bidang perkebunan. Salah satu permasalahan adalah penguasaan lahan/tanah dalam jumlah yang cukup besar namun tidak dikelola dengan baik. Penguasaan tanah dalam jumlah cukup besar oleh pihak-pihak tertentu di Kabupaten Bandung disinyalir telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kemiskinan masyarakat. Setidaknya ada 2 persoalan mendasar dalam pengelolaan tanah perkebunan yang memiliki dampak langsung pada kemiskinan masyarakat di Kabupaten Bandung yaitu upah buruh perkebunan / tani yang sangat rendah di lokasi perkebunan, baik yang dimiliki oleh badan usaha milik negara (BUMN) atau swasta, serta
Seorang Buruh Tani rela menyewa lahan gersang berukuran kurang dari setengah hektar untuk memperbaiki hidup, Meski demikian, usahanya itu tidak membuat keadaannya lebih baik.
pengelolaan tanah terlantar yang dimiliki oleh pemegang hak guna usaha untuk perkebunan.
Berbeda dengan Desa Kertasari, permasalahan tanah di Desa
Menyadari kondisi tersebut, pemerintah daerah bekerjasama dengan
Paranggong lebih didominasi oleh konflik dalam pengelolaan tanah
organisasi masyarakat sipil melakukan upaya reforma agraria sebagai
terlantar antara masyarakat miskin dengan pemegang HGU yang berasal
bagian penting dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan di
dari pihak swasta. Tanah yang dikuasai oleh pemegang HGU tidak dikelola
Kabupaten Bandung. Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan 3
sebagaimana mestinya dan cenderung dibiarkan menjadi terlantar selama
desa sebagai percontohan dalam upaya tersebut, yaitu Desa Paranggong,
bertahun tahun. Melihat kondisi ini, masyarakat miskin berupaya untuk
DesaKertasari, serta Desa Cipelah. Ketiga desa tersebut memiliki
mengelola tanah pertanian tersebut. Namun pemilik HGU melarang
persoalan yang berbeda dalam pelaksanaan reforma agraria. Pada Desa
masyarakat miskin dan buruh tani yang bekerja di lahan yang dikuasai.
Kertasari upaya yang dilakukan adalah melakukan redistribusi tanah yang
Terkait
dengan beberapa konflik dalam pengelolaan tanah diatas,
dimiliki PTPN VIII kepada masyarakat miskin. Tanah yang diredistribusi
menunjukkan bahwa upaya dalam reforma agraria bukanlah merupakan
merupakan tanah-tanah yang disinyalir merupakan tanah terlantar yang
suatu hal yang mudah dilakukan dan melibatkan berbagai kebijakan
tidak dikelola oleh PTPN VII. Bersamaan dengan habisnya HGU (hak guna
dan kepentingan berbagai pihak didalamnya. Redistribusi lahan pada
usaha) yang dimiliki oleh PTPN VIII pada tahun 1987 dan sampai saat
masyarakat miskin, barulah sebuah langkah awal dalam penyelesaian
ini belum diperpanjang, dijadikan sebagai momentum untuk melakukan
kemiskinan.
reforma agraria di Desa Kertasari.
memberdayakan masyarakat miskin agar memiliki kemampuan dalam
Langkah
selanjutnya
yang
perlu
dilakukan
adalah
16
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
mengelola dan menjadikan tanah tersebut sebagai basis produksi dalam peningkatan pendapatan keluarga. Selain itu, dibutuhkan keberanian dari pemerintah daerah dalam melakukan reforma agraria sesuai dengan kewenangan yang diberikan undang-undang atau peraturan pemerintah. Mahalnya biaya untuk mengurus pengalihan hak penggunaan tanah menjadi satu tantangan
17
Meretas asa lewat Gerbang Swara: Ruang nyata partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah
tersendiri, pemerintah Kabupaten Bandung mengambil langkah untuk membiayai proses administrasi dalam pengalihan hak pengelolaan tanah
Serdang Bedagai merupakan kabupaten pemekaran dari Deli Serdang
terlantar kepada masyarakat miskin. Biaya pengurusan administrasi
yang didasarkan pada Undang-undang nomor: 36 tahun 2003 tanggal 18
dalam pengalihan hak pengelolaan tanah yang cukup mahal serta ketidak
Desember 2003 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari
jelasan kebijakan pemerintah pusat pada pengelolaan lahan terlantar
2004 (yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Serdang Bedagai).
dituding sebagai salah satu masalah yang menyebabkan reforma agraria
Dengan potensi luas wilayah 1.900 km2 dengan panjang garis pantai 95
sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan tidak dapat berjalan
Km, terdiri dari 17 kecamatan dan 237desa dan 6 kelurahan yang dihuni
secara optimal.
sekitar 594.383 jiwa (data BPS tahun 2011).
Terkait dengan status tanah yang diberikan kepada masyarakat miskin,
Visi yang diusung oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah
merupakan hak pakai dan bukan merupakan hak milik. Hal ini dilakukan
menjadikan Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten terbaik di
agar tanah yang sudah diberikan tidak diperjual-belikan dikemudian hari
Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais, modern, religius dan
dan menyebabkan masyarakat miskin terjebak kembali dalam perangkap
kompetitif.
kemiskinan. Besaran atau luas tanah yang diberikan kepada masyarakat miskin berbeda-beda dan diberikan dengan mempertimbangkan kebiasaan dan sejarah pengelolaan tanah yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya untuk Desa Paranggong, luasan tanah yang diberikan kepada masyarakat berdasarkan luasan tanah yang dikelola oleh masyarakat miskin sebelum redistribusi tanah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung
adalah
mengkonsolidasikan
SKPD
yang
terkait
untuk
meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin dalam pengelolaan tanah untuk pertanian dalam skala kecil. Upaya yang dilakukan mulai dari pemberiaan modal usaha, pemberian bibit tanaman, dan sarana produksi, hingga upaya untuk memperbaiki infrastruktur pertanian. Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mendisain kebijakan reforma agraria sebagai instrumen dalam penanggulangan kemiskinan yang efektif diKabupaten Bandung. “tenaga kerja sebagai sumbangsih masyarakat dalam pembangunan”
18
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang
19
prinsip: Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM).
Bedagai menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri, tetapi
Sejak diluncurkan, hingga tahun 2009, sebanyak 3.945 kegiatan telah
harus melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
dilakukan dengan nilai Rp.45.5 miliar. Meliputi pembangunan irigasi,
Berangkat pada pemikiran tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang
jalan, gorong-gorong dan rumah ibadah. Semua aktivitas pembangunan
Bedagai
melibatkan
tersebut sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat yang didasarkan
partisipasi masyarakat yang diberi nama “Gerakan Pembangunan Swadaya
pada kebutuhan mereka. Di bidang pertanian, kabupaten ini surplus beras
Masyarakat” atau yang lebih dikenal dengan “Gerbang Swara”.
125 ribu ton per tahun dan menjadi lumbung bagi Sumut. Keberhasilan di
mencanangkan
strategi
pembangunan
yang
bidang ketahanan pangan ini telah meraih penghargaan Ketahanan Pangan Gerbang Swara (Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat)
tingkat nasional tiga tahun berturut-turut, 2008, 2009 dan 2010.
Gerbang Swara yang merupakan gerakan kolaborasi antara masyarakat
Dalam konteks pembangunan pendidikan di Serdang Bedagai,
dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan mulai diluncurkan pada
partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk hibah bagi pendirian/
tahun 2005.
pembangunan gedung sekolah. Hibah tersebut berupa pemberian lahan
Tujuan
potensi
bagi pendirian gedung sekolah. Beberapa lahan sekolah yang merupakan
berpartisipasi
hibah masyarakat secara perseorangan maupun kelompok di ataranya:
dapat berjalan secara
TK Pembinaan Negeri Kecamatan Teluk Mengkudu, SMP Negeri 2 Teluk
berkelanjutan. Melalui “Gerbang Swara” masyarakat bukan sekadar menjadi
Mengkudu, SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu, TK Pembina Negeri Kecamatan
objek pembangunan, tetapi menjadi pelaku (subyek) pembangunan.
SeiRampah, SMP Negeri 3 Sei Rampah dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
Dengan kata lain, pembangunan diterapkan dengan menggunakan
Serdang Bedagai.
dan
Gerbang
prakarsa
Swara
masyarakat
adalah Serdang
menggerakkan Bedagai
dalam pembangunan sehingga pembangunan
seluruh
untuk
Selain masyarakat
yang
berpartisipasi dalam
pembangunan
pendidikan, dunia usaha dan perkebunan juga memberikan partisipasinya. Dunia usaha dan perkebunan berpartisipasi dalam pembangunan sekolah, diantaranya: SMA Negeri 1 Pantai Cermin, SMA Negeri 2 Perbaungan, SMA Negeri 1 Bintang Bayu, SMA Negeri 1 Dolok Merawan, SMA Negeri 1 Tebing Tinggi dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Kecamatan Pegajahan. Pembelajaran yang dapat ditarik dari gerakan “Gerbang Swara” yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah bahwa pembangunan akan lebih berhasil dan berkelanjutan apabila: bertumpu kepada pemberdayaan dan penguatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pemerintah hanya menjadi dinamisator dan fasilitator, sedangkan masyarakat menjadi aktor dari semua kegiatan pembangunan yang dilakukan. Dengan kata lain pembangunan yang dilakukan dengan berpegang pada prinsip “Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM)”.
“wujud nyata kemitraan pemerintah-masyarakat dalam pembangunan: Bupati dan Wakil Bupati bergotong royong dengan masyarakat”
20
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
21
Jaminan Kesehatan sebagai Wujud Pemenuhan Hak atas Kesehatan yang Layak bagi Warga Miskin di Kabupaten Jembrana Membicarakan Kabupaten Jembrana, terlepas dari permasalahan yang dihadapi saat ini, selalu dikaitkan dengan inovasi yang dilakukan pada mata kepemimpinan Bupati I Gede Winasa dengan jaminan kesehatan gratis-nya. Dengan gagasan jaminan kesehatan gratis-nya, Kabupaten Jembrana menjadi pelopor pemberian jaminan kesehatan gratis pada masanya. Walaupun pada masa pasca kepemimpinan Bupati I Gede Winasa jaminan kesehatan yang dikenal dengan nama Jaminan Kesehatan Jembrana ini menemui kendala terkait dengan keberlanjutannya, tetapi
Deputi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat, DR Adang Setiana Pantau Langsung Program JKJ
gagasan tentang pemberian jaminan kesehatan gratis yang dimotori oleh pemerintah kabupaten/kota dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi
2) Peserta JKJ
kabupaten/kota lainnya. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan
Peserta JKJ adalah seluruh masyarakat Jembrana terutama keluarga
Jembrana, bagaimana memulai dan mengelolanya?
miskin (Gakin) dan masyarakat umum yang belum terbiayai oleh sistem pelayanan asuransi kesehatan (ASKES untuk masyarakat PNS, Jamsostek
Apakah Program Jaminan Kesehatan Jembrana?
untuk karyawan perusahan swasta dan asuransi swadana lainnya). Semua
Program Jaminan Kesehatan Jembrana dirintis sejak Februari 2002,
masyarakat mempunyai hak atas premi yang disubsidi oleh pemerintah
dan mulai beroperasi pada Februari 2003. Program ini berupa pemberian
Kabupaten Jembrana pada Lembaga JKJ untuk pelayanan kesehatan
asuransi kesehatan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Jembrana,
tingkat I (PPK-1) pada Puskesmas dan Praktek Dokter/Bidan Swasta yang
dan ini bertujuan: 1) meringankan beban masyarakat dalam pembiayaan
menerima JKJ
kesehatan; 2) memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat; dan 3) menciptakan kompetisi pelayanan yang sehat
3) PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan)
antara pemberi pelayanan kesehatan (PPK) baik negeri maupun swasta.
Pemberi pelayanan kesehatan yang mengadakan kontrak dengan lembaga JKJ yaitu : Puskesmas, Praktek Dokter Swasta, Praktek Bidan
Program JKJ terdiri atas beberapa komponen, yakni:
Antara PPK JKJ dengan Lembaga JKJ mempunyai hubungan kontrak dimana
1) Lembaga JKJ
kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban. Apabila PPK JKJ tidak
Lembaga JKJ adalah lembaga asuransi kesehatan masyarakat Jembrana
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagaimana
yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor :
pada kontrak maka pihak Lembaga JKJ dapat memberikan sanksi berupa
572 Tahun 2002, tanggal 18 Desember 2002
skorsing selama beberapa bulan, apabila sanksi tetap dilanggar maka
22
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
23
Bank Pembangunan Daerah Cabang Negara di Jembrana (BPD Negara). e
Transaksi
pembayaran
menggunakan
sistem
klaim,
tidak
menggunakan sistem kapitasi seperti aturan JPKM. Dokter umum mengklaim per pasien sebesar Rp 27.000,- dan Dokter Gigi mengklaim per pasien sebesar Rp 30.000,-. e
Pembayaran klaim dilakukan oleh Badan Pelaksana JKJ atas dasar pengajuan klaim oleh PPK. Pengajuan klaim diverifikasi oleh Tim Verifikasi JKJ, setelah disetujui baru dibayar oleh kasir.
e
Ketentuan administrasi bagi seluruh PPK telah tertuang dalam kontrak, dan diadakan sosialisasi pada pertemuan rutin masingmasing PPK.
e
PPK wajib mengirim laporan data pasien, dan data kesehatan lainnya sebagai bahan pemantauan kesehatan wilayah oleh Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan sosial Kabupaten Jembrana.
e
Diberlakukan
demokratisasi
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat, dimana masyarakat dapat memilih PPK yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik tanpa dibatasi wilayah, serta bisa di PPK negeri maupun swasta.
“layanan kesehatan JKJ”
pihak Lembaga JKJ dapat melakukan pemutusan hubungan kontrak
Peran Serta ASKES di Kabupaten Jembrana Peran Serta ASKES :
Sumber Pembiayaan
e
Untuk rawat jalan tingkat pertama (PPK-1) kapitasi Puskesmas
Pembiayaan JKJ dilakukan melalui pengalihan subsidi yang semula
disetorkan ke JKJ untuk tambahan pembiayaan PPK-1 untuk program
diberikan kepada puskesmas dan rumah sakit, kini dialihkan kepada
JKJ. Peserta ASKES juga mendapatkan kartu JKJ, yang dapat di
masyarakat langsung dalam bentuk premi biaya rawat jalan tingkat
pergunakan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama
pertama melalui lembaga Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ). Selain dari
(PPK-1) pada praktek dokter swasta atau puskesmas.
APBD pembiayaan juga berasal dari dana-dana Gakin, yang sebelumnya diberikan ke Puskesmas kemudian dialihkan ke JKJ.
e
Untuk pelayanan kesehatan lanjutan PPK-2 dan PPK-3, peserta ASKES tetap mendapat pelayanan pada Rumah Sakit sesuai dengan aturan pada PT. ASKES.
Manajemen Pengelolaan JKJ Manajemen/pengelolaan JKJ menggunakan prinsip-prinsip JPKM yang telah disempurnakan sesuai dengan program JKJ yaitu :
Monitoring Program JKJ Monitoring program JKJ di lakukan oleh Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Jembrana dan Badan Pengawas Daerah
e
Semua dana untuk pelayanan kesehatan disetor ke rekening JKJ pada
Kabupaten Jembrana.
24
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Keberlanjutan Setelah berjalan selama lebih dari lima tahun, Program JKJ mendapatkan kendala berupa keberlanjutan program. Selama masa kepemimpinan Bupati Winasa kendala tersebut tidak muncul ke permukaan. Setelah
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
25
KEBUMEN PELOPOR KEDAULATAN RAKYAT ATAS PEMBANGUNAN MELALUI KUOTA ANGGARAN KECAMATAN
Bapak I Gede Winasa tidak lagi menjabat sebagai Bupati Jembrana, program JKJ mulai menghadapi kendala terkait dengan keberlanjutannya. Ketika berlangsung proses transisi ke pemerintahan baru (yang tidak lagi
Secara politik kedaulatan rakyat hanya terjadi saat setiap warga
dipimpin oleh Bapak Winasa), peserta JKJ menghadapi masalah ketidak
negara menentukan pilihan politiknya di bilik suara Pemilu Legislatif,
jelasan pelayanan. Hal ini dikarenakan belum jelasnya pembiayaan JKJ
Pemilu Presiden, dan Pemilu Kepala daerah, setelah itu kedaulatan
apakah akan terus dibiayai dari APBD Kabupaten, atau hanya dari APBD
rakyat dijalankan oleh wakilnya di gedung Dewan Perakilan Rakyat.
propinsi. Informasi yang kami peroleh, pembiayaan JKJ akan dibiayai dari
Berbeda dengan Kabupaten Kebumen, sebuah terobosan dimulai dengan
APBD propinsi, yakni melalui mekanisme jaminan kesehatan propinsi.
melembagakan kedaulatan rakyat melalui jalur perencanaan pembangunan
Belajar dari pengalaman Kabupaten Jembrana dengan Progran JKJnya, ketika pemerintah daerah membuat sebuah inovasi, jaminan akan keberlanjutan menjadi hal yang penting.
yakni perencanaan partisipatif dan kuota anggaran kecamatan. Perencanaan merupakan kunci dari keberhasilan yang diraih, tidak terkecuali
dengan
perencanaan
perencanaan
pembangunan
dilakukan oleh pemerintah
pembangunan
yang merupakan
atau
musyawarah
kegiatan rutin yang
daerah setiap tahunnya. Salah satu kunci
keberhasilan dalam perencanaan pembangunan adalah dengan melibatkan masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan yang menjadi rencana kerja pemerintah dalam waktu satu tahun.
Dalam Undang-Undang
perencanaan pembangunan No 25 Tahun 2004 disebutkan dengan tegas bahwa masyarakat berhak diikutsertakan dalam seluruh proses yang terkait dengan tahapan penyusunan perencanaan pembangunan tersebut. Walaupun demikian, dalam prakteknya masyarakat seringkali tidak dilibatkan, bahkan hanya menjadi pelengkap dalam tahapan perencanaan pembangunan tersebut. Tidak dilibatkannya masyarakat ditingkat desa dalam pelaksanaan musrenbang dilatarbelakangi oleh sejumlah pandangan yang dimiliki oleh birokrasi pemerintah, bahwa masyarakat desa tidak mampu memahami proses teknokrasi tersebut, masyarakat seringkali mengusulkan sesuatu yang tidak dapat didanai, dan sejumlah alasan lainnya. Fakta lainnya adalah penurunan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan juga disebabkan usulan dalam kegiatan musrenbang tidak pernah dipenuhi oleh pemerintah daerah, hal inilah yang menyebabkan ketidakpedulian
26
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Kuota
kecamatan
merupakan
instrumen
yang
efektif,
27 bukan
hanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam forum perencanaan pembangunan, akan tetapi juga meningkatkan percepatan pembangunan ditingkat kecamatan. Pelaksanaan mekanisme kuota kecamatan mengalami beberapa tahapan penyempurnaan, terutama yang terkait dengan perluasan penerapan kuota kecamatan di Kabupaten Kebumen. Salah satu aspek penting yang disorot dalam kuota kecamatan adalah kriteria atau indikator yang digunakan dalam pemberian kuota kecamatan. Saat ini pemberian indikator kecamatan masih menggunakan indikator
kewilayahan
dan
pertumbuhan
ekonomi
sebagai
dasar
pemberian kuota kecamatan, akan tetapi pemerintah daerah juga mulai memikirkan untuk memasukkan kinerja camat sebagai salah satu indikator dalam pemberian kuota kecamatan. Indikator kinerja kecamatan yang diusulkan sangat terkait dengan indikator pemenuhan hak dasar seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu, jumlah angka putus sekolah, pertumbuhan penduduk miskin, serta indikator pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya para camat setuju dengan penerapan indikator tersebut, akan tetapi setelah dievaluasi oleh tim, banyak camat “proses perencanaan dan penganggaran yang partisipatif tercermin dalam pembahasan anggaran yang melibatkan seluruh stakeholder”
yang
memiliki kinerja yang rendah. Kinerja camat yang rendah menyebabkan suatu kecamatan memperoleh alokasi anggaran kuota kecamatan yang
masyarakat jika diundang dalam musrenbang ditingkat desa.
rendah. Pada sisi ini para camat memang dituntut untuk memperbaiki
Berkaca pada kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Kebumen melakukan
kinerjanya secara kolektif baik pada tingkat kecamatan maupun ditingkat
sejumlah terobosan dan perbaikan terhadap mekanisme pelaksanaan
desa. Penurunan alokasi anggaran kuota kecamatan ini sempat membuat
musrenbang di tingkat desa, kecamatan, bahkan juga di tingkat kabupaten.
ketegangan antara pemerintah kabupaten (dalam hal ini Bappeda), para
Langkah pertama yang dilakukan adalah memastikan hak masyarakat
camat, serta DPRD. Namun setelah dilakukan dialog dengan melibatkan
untuk terlibat dalam setiap perencanaan musrenbang mau pun penyusunan
berbagai pemangku kepentingan, akhirnya semua pihak dapat memahami
kebijakan pembangunan lainnya melalui penetapan peraturan daerah tentang
proses tersebut.
partisipasi masyarakat. Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan
Sisi positif lain dari pelaksanaan kuota kecamatan adalah kualitas
menetapkan kuota kecamatan yang merupakan kebijakan daerah untuk
usulan masyarakat dalam musrenbang semakin meningkat. Masyarakat
menyediakan alokasi anggaran pada tingkat kecamatan untuk memberikan
tidak lagi hanya mengusulkan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
jaminan terhadap pelaksanaan usulan masarakat dalam musrenbang tingkat
pembangunan sarana fisik semata, akan tetapi juga mulai memikirkan
desa. Alokasi anggaran yang disediakan untuk kuota kecamatan tersebut
usulan yang terkait dengan pembangunan manusia ditingkat perdesaan.
sebesar 30 %. Langkah ketiga adalah mensinergikan dokumen RPJM Desa
Partisipasi dalam musrenbang juga mulai melibatkan perempuan dalam
dengan dokumen RKP Desa serta dengan perencanaan program lainnya.
setiap proses, bahkan keterwakilan perempuan dalam setiap proses
28
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
29
kegiatan dari SKPD yang bersangkutan, maka alokasi anggaran untuk SKPD tersebut akan ditingkatkan. Hal ini dirasakan cukup efektif untuk mensiasati keterbatasan anggaran serta keinginan pemerintah daerah untuk tetap mendukung pelaksanaan kuota kecamatan. Sehingga walaupun persentase kuota kecamatan diturunkan, akan tetapi pada saat bersamaan ditingkatkan alokasi anggarannya pada kegiatan SKPD. Selain tantangan dari minimnya alokasi anggaran ditingkat desa, tantangan lainnya adalah komitmen pemerintah daerah dalam hal ini SKPD agar meningkatkan porsi kegiatan yang menjadi usulan masyarakat dibandingkan dengan kegiatan rutin, pengawalan pelaksanaan program atau kegiatan yang telah disepakati dalam musrenbang, serta perlu adanya fokus yang jelas dalam mengembangkan potensi ke wilayahan yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Terkait dengan pengawalan pelaksanaan kegiatan ditingkat masyarakat, pemerintah daerah juga membangun kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil. Peran organisasi masyarakat sipil sangat efektif tidak hanya dalam melakukan “pembahasan kuota kecamatan dalam rapat pembahasan anggaran”
pengawalan
pelaksanaan
kegiatan,
akan
tetapi
juga
melakukan
pemberdayaan dan pendampingan secara langsung pada pemerintah ditingkat desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kuota kecamatan. perencanaan pembangunan diberikan afirmasi dalam pengiriman delegasi untuk mengikuti musrenbang ditingkat kecamatan dan kabupaten. Selain itu, desa–desa yang dapat memanfaatkan anggaran kuota kecamatan diwajibkan untuk menyusun atau telah memiliki dokumen RPJMDes dan RPKDes. Salah satu tantangan dalam pelaksanaan kuota kecamatan ini adalah ketersediaan anggaran pada APBD. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat cenderung menurun, hal ini menyebabkan pemerintah kabupaten melakukan rasionalisasi terhadapalokasi anggaran pada kuota kecamatan, serta melakukan perubahan pada mekanisme penganggarannya. Anggaran kuota kecamatan kemudian diintegrasikan dengan tupoksi dari SKPD. Hal ini menyebabkan SKPD harus melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang kebijakan, program, serta kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu 1 tahun dengan masyarakat. Jika semakin banyak usulan masyarakat yang terkait dengan
30
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Ketika Rakyat dan Pemerintah Bersatu Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
31
permasalahan dan kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Kelompok masyarakat sipil mengambil posisi oposisi terhadap pemerintah. Tetapi kondisi ini mulai berubah sekitar tahun 2006. Kehadiran pejabat pemerintah daerah yang berpikiran “terbuka” akan kehadiran kelompok
Kolaborasi pemerintah daerah dengan kelompok masyarakat sipil di level desa pada awalnya bukanlah sesuatu yang mudah diwujudkan. Perbedaan pandangan tentang masing-masing menjadi salah satu kendala. Perbedaan persepsi tersebut semakin diperparah dengan adanya perbedaan dalam memandang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Pemerintah yang masih dipengaruhi pemikiran bahwa merekalah yang paling tahu kebutuhan masyarakat karena mereka pengayom masyarakat, melakukan perencanaan program tanpa melibatkan kelompok-kelompok masyarakat sipil. Sedangkan kelompok masyarakat sipil yang dipengaruhi pemikiran bahwa pemerintah selalu salah, semakin tidak terlibat dalam proses perencanaan. Akibatnya, kebijakan dan program yang dihasilkan oleh pemerintah tidak menjawab
masyarakat sipil, membuka peluang bagi kelompok masyarakat sipil untuk dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah. Beberapa kelompok masyarakat sipil yang kemudian menggabungkan diri dalam sebuah wadah yang diberi nama “konsorsium lombok tengah” yang pada awalnya berada dalam posisi yang selalu “berkonfrontasi” dengan pemerintah karena tidak adanya ruang dialog damai, akhirnya menjadi mitra sejajar pemerintah dalam proses perumusan kebijakan di Lombok Tengah. Hal ini dimungkinkan karena kehadiran orang-orang di jajaran pemerintah Lombok Tengah yang memberi ruang bagi adanya peran kelompok masyarakat sipil dalam proses perumusan kebijakan. Konsorsium Lombok Tengah dan Perubahan yang terjadi Sejak tahun 2006 hingga sekarang, Konsorsium OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) Lombok Tengah telah banyak melakukan kegiatankegiatan pendampingan fasilitasi maupun program yang berkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat sipil. Konsorsium juga senantiasa berupaya untuk mendorong supaya pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat, terutama orang miskin dan perempuan. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan: diskusi, hearing dan audensi dengan Pemda (eksekutif dan legislatif) tentang berbagai persoalan yang menyangkut publik, membuat media informasi (Tabloid) sebagai sarana komunikasi di tengah masyarakat, melakukan koordinasi dengan pelaku pembangunan, terutama yang ada di Kabupaten Lombok Tengah, seperti Dinas/Instansi yang ada, DPRD, program-program kemiskinan, program-program pemerintah pusat lainnya, bersama masyarakat desa mengawal hasil perencanaan dan pembangunan, bersama dengan Pemda dan stakeholder lainnya menyusun indikator kemiskinan Lombok Tengah sebagai indikator lokal. Bersama dengan Dinas Kesehatan, melaksanakan
“musrenbang kecamatan” : “pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan”
verifikasi data kemiskinan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2008.
32
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
33
Bagaimana Mewujudkan Kolaborasi Pemda dan Kelompok Masyarakat Sipil Kolaborasi antara Pemerinta Daerah dan kelompok masyarakat sipil dimungkinkan terjadi apabila kedua belah pihak melepaskan ego masingmasing demi mencapai tujuan yang sama. Sesungguhnya, kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama. Kondisi ini terjadi di Kabupaten Lombok Tengah, dimana terjadi kolaborasi yang baik antara Pemerintah Kabupaten dengan Konsorsium OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) Lombok Tengah. Konsorsium OMS Lombok Tengah yang sekarang berpusat di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada awalnya merupakan gabungan atau kumpulan dari 24 Lembaga Swadaya Masyarakat/Organisasi Masyarakat Sipil. Lembaga ini terbentuk pada awal tahun 2006, yang waktu pembentukannya difasilitasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah yakni Bappeda, dengan kegiatan pertama mengawal dan memfasilitasi penyusunan Rencana Strategis Desa seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Tengah (dulu, 124 desa). Selanjutnya, kerjasama tersebut terus dibina dan berjalan tidak hanya dalam memfasilitasi penyusunan Renstra Desa, tetapi juga dalam “musrenbang kecamatan” : “pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan”
Melalui kolaborasi yang baik antara Pemerintah Kabupaten Lombok
setiap proses perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Penutup
Tengah dengan konsorsium OMS Lombok Tengah telah dicapai beberapa
Catatan penting yang dapat ditarik dari pengalaman Pemerintah
perubahan penting, diantaranya: 1) tersusunnya Renstra Desa di 124
Kabupaten Lombok Tengah adalah bahwa pelibatan OMS dalam proses
Desa di seluruh Lombok Tengah yang difasilitasi secara partisipatif oleh
perencanaan pembangunan daerah dan juga proses-proses perumusan
Konsorsium Lombok Tengah dan
Penanggulangan
kebijakan lainnya, menghasilkan program dan kebijakan yang lebih
Kemiskinan (P2KP, PPK, SCBD dll); 2) terbukanya ruang partisipasi bagi
sensitif atas kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat miskin. Untuk
masyarakat sipil dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
mewujudkan kolaborasi yang baik antara OMS dan Pemerintah Daerah
Daerah (TKPKD), sehingga TKPKD menjadi lebih partisipatif; 3) adanya
dibutuhkan komitmen dan perubahan cara pandang dari masing-masing
peta program-program penanggulangan kemiskinan di seluruh desa (perlu
pihak agar tercipta kesamaan cara pandang dan tujuan.
update sesuai kondisi terkini); 4) ada monev untuk program-program
pemerintah dalam diri OMS, dan sebaliknya, sikap “anti” OMS, harus
Penanggulangan Kemiskinan (khususnya jamkesmas dan raskin); 5)
dihilangkan demi mencapai tujuan bersama, memajukan masyarakat.
ada kompilasi indikator kemiskinan lokal sebagai upaya mendefinisikan
Walaupun proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang, tetapi
postur dan kemiskinan yang lebih faktual sebagai dasar delivery program-
dengan adanya komitmen masing-masing pihak, hal tersebut dapat
program kemiskinan di Lombok Tengah.
dicapai, dan terbukti di Kabupaten Lombok Tengah.
Program-Program
Sikap “anti”
34
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Rakyat Miskin di Makassar, Sejak lahir hingga akhir hayat hidupnya bebas!
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
35
Menyadari posisi sebagai pusat pelayanan di KTI, Pemerintah Kota Makasar selalu berupaya untuk meningkatkan pelayanan publik di daerahnya, terutama terkait dengan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Upaya ini dilakukan pula oleh Pemimpin Daerah Kota Makasar dibawah kepemimpinan Walikota Ilham
Arief
Sirajuddin melalui program
“unggulan” IASMO Bebas. (Bebas biaya bersalin, bebas biaya antar jenazah dan pemakaman, bebas biaya kesehatan, bebas biaya pendidikan dan bebas pendampingan hukum bagi warga miskin)
Program IASMO Bebas IASMOadalah akronim dari “Ilham Arief Sirajuddin dan Soepomo ”tidak hanya sebagai aikon kampanye pilkada walikota dan wakil walikota
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan
Makassar, melainkan
juga sebagai program unggulan yang di “jual”
terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki luas areal 175,79
kepada rakyat Kota Makassar. Ketika pasangan ini memenangkan pilkada
km2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota
dan menjadi Walikota dan Wakil Walikota Makasar, aikon kampanye
Metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Indonesia Timur (KTI),
tersebut menjadi Kebijakan utama pemerintah Kota Makasar.
Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat
Program ini memberikan jaminan pemenuhan hak kaum miskin atas
kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan
biaya persalinan, akte kelahiran, KK, dan KTP; bebas biaya sekolah dan
barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat
pengobatan; bebas biaya bantuan hukum; dan bebas biaya pengantaran
pelayanan pendidikan dan kesehatan.
jenazah dan pemakaman. Di bidang pendidikan, IASMO Bebas mencakup sekolah gratis (sekolah bersubsidi penuh) dan menetapkan bahwa sekolah gratis (sekolah bersubsidi penuh) adalah sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Makasar berupa SD dan SLTP dalam wilayah Kota Makasar, yang melakukan proses belajar-mengajar dengan tidak memungut biaya apa pun dari siswa. Siswa benar-benar digratiskan dari semua bentuk pembayaran, baik biaya sekolah maupun seluruh biaya proses belajar mengajar lainnya, kecuali seragam sekolah. Sasaran program ini 70% siswa tidak mampu atau orang tua miskin SD, SMP, SMA. Selain sekolah gratis, program IASMO Bebas di bidang pendidikan juga memberikan pendidikan gratis, yakni: membebaskan biaya sekolah pada jenjang pendidikan dasar bagi seluruh siswa baik miskin atau kaya, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar SD dan SLTP. Sasaran program pendidikan gratis adalahsemua siswa SD dan SMP. Sedangkan
“partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan”
yang
menjadi
pelaksana
adalah
Dinas
Pendidikan
dan
Sekolah.
36
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Dinas Pendidikan berfungsi sebagai pengendali program, sedangkan sekolah mendistribusikan berbagai kebutuhan dan operasional proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pelayanan gratis ini, calon siswa harus melengkapi beberapa persyaratan, diantaranya: ijasah, kartu keluarga, dan akte kelahiran. Sedangkan persyaratan yang dibutuhkan untuk memperoleh beasiswa adalah: fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP, dan fotocopy raport yang telah dilegalisir. Melalui kebijakan tersebut, hal positif yang
dirasakan adalah
keringanan pembiayaan sekolah, namun belum serta merta meningkatkan angka partisipasi sekolah secara signifikan mengingat daya tampung sekolah yang sangat terbatas dibandingkan dengan calon siswa yang hendak melanjutkan ke sekolah, baik SD atau sederajat, maupun SMP atau sederajat. Di bidang kesehatan, IASMO Bebas memberikan program pelayanan kesehatan gratis, yang mencakup: (i) pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannnya; dan (ii) pelayanan kesehatan lanjutan di RS Umum Daya. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas meliputi: (1) pemeriksaan dokter, pengobatan dan konsultasi kesehatan; (2) pelayanan laboratorium; (3) tindakan medik dasar (umum & gigi dan mulut); (4) pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB; (5) surat keterangan lahir; (6) surat keterangan sakit; (7) pelayanan tindak medik khusus; (8) persalinan anak; dan (9) rawat inap (Puskesmas perawatan). Sedangkan pelayanan kesehatan lanjutan di RSU Daya meliputi: (1) pelayanan lanjutan KIA dan KB; (2) pelayanan surat keterangan; (3) pelayanan pemeriksaan laboratorium tingkat lanjutan; dan (4) pelayanan rawat inap kelas III. Guna menunjang program ini, Pemerintah Kota Makasar dan Pemerintah Propinsi Sulwesia Selatan mengalokasikan anggaran pelayanan gratis di Puskesmas pada tahun 2010 sebesar RP.18,108 miliar (APBD Kota sebesar Rp.10,865 miliar (60%); dan APBD Propinsi sebesar Rp.6,189 (40%)), dari total dana kesehaan sebesar Rp. 37,161 miliar. Alokasi anggaran untuk RSU Daya sebesar Rp.4,829 miliar (APBD Propinsi sebesar Rp.1,975 miliar (40%) dan APBD Kota Rp.2,854 miliar (60%)).
“dialog dengan pengguna layanan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan”
37
38
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Untuk memperoleh pelayanan di Puskesmas dan Pustu cukup dengan membawa kartu kontrol yang diperoleh melalui persyaratan kartu keluarga.
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
39
Menjadikan Banda Aceh Kota Ramah Jender
Pelayanan di rumah sakit didahului dengan persyaratan administrasi (walaupun pasien dalam keadaan darurat). Sebelumnya akan diwawancara dulu jenis pelayanan kesehatannya, seperti Jamkesmas, Askes, Umum atau Jamkesda. Setelah administrasi lengkap, barulah diberikan intervensi oleh
Sejarah kepemimpinan perempuan Aceh kembali terukir ketika seorang
dokter atau petugas kesehatan. Persyaratan administrasi utama adalah
“dara” Aceh yang diwakili Illiza Sa’aduddin Djamal tampil memenangkan
rujukan dari Puskesmas, namun bila tidak ada, cukup bukti kependudukan
Pilkada Kota Banda Aceh sebagai Wakil Walikota bersama Mawardi Nurdin
dan secepatnya diminta untuk mengurus surat rujukan secepatnya.
sebagai Walikotanya. Kita semua tahu bahwa, belum ada perempuan Aceh
Dengan adanya Program IASMO Bebas, hasil yang dirasakan oleh warga
yang menjadi pemimpin setelah Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Laksamana
Kota Makasar adalah pelayanan kesehatan lebih bagus karena tidak ada
Malahayati, Sri Ratu Safiatuddin, dimasa kerajaan Aceh dan masa
lagi permintaan pembiayaan. Masyarakat merasa dimudahkan. Tidak ada
perjuangan melawan Belanda. Tampilnya Illiza sebagai Wakil Walikota
lagi pasien yang tidak tertolong karena masalah dana, demikian pula pada
Banda Aceh, bertekad menjadikan Kota Banda Aceh sebagai kota ramah
rumah sakit yang ditunjuk.
gender didasarkan pada sejarah Aceh selama konflik, kaum perempuan menjadi korban secara ekonomi, politik, sosial, dan phisikis.
Penutup
MUSRENA (Musyawarah Rencana Aksi Kaum Perempuan) adalah
Walaupun masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya,
instrumen utama Pemerintah dalam mewujudkan Kota ramah Gender.
misalnya kurangnya sosialisasi tentang program sekolah dan pendidikan
Gagasan ini merupakan perwujudan dari komitmen Walikota dan Wakil
gratis kepada orang tua murid, atau sikap dan perilaku petugas
Walikota dan jajaran birokrasinya untuk membuka seluas-luasnya
kesehatan yang tidak simpatik terhadap pasien, program IASMO Bebas
ruang partipasi bagi seluruh masyarakat khususnya kaum perempuan
ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Makasar. Dengan
dalam keseluruhan proses pembangunan kota. Sesungguhnya apa dan
adanya program IASMO Bebas, masyarakat merasa dimudahkan, tidak
bagaimana Musrena itu? Tulisan yang bersumber dari wawancara dengan
ada lagi kaum mikin yang menjadi korban keterlantaran pelayanan
Ibu Illiza Sa’aduddin Djamal dan beberapa dokumen/laporan sebagai
publik karena ketidak mampuan mereka atas biaya hidupnya atau karena
pendukung ini berusaha menggambarkan hal tersebut.
masalah dana. Apa dan Mengapa Musrena? Gagasan tentang perlunya Musrena dilatarbelakangi oleh keprihatinan akan rendahnya partisipasi kaum perempuan di Kota Banda Aceh dalam proses
perencanaan
pembangunan,
sementara
komposisi
jumlah
penduduk perempuan dan laki-laki di Kota Banda Aceh relatif berimbang. Selain itu, ditemui adanya beberapa penyimpangan dari aturan normatif dan bersifat tidak ramah terhadap keterlibatan perempuan. Dalam proses perencanaan didapatkan beberapa situasi sebagai berikut :
40
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
41
1) Peserta yang terlibat dalam proses perencanaan, dari Musrenbang di tingkat desa sampai dengan Musrenbang di tingkat kota, kebanyakan adalah perangkat pemerintah atau tokoh masyarakat. Kelompok masyarakat awam jarang sekali terlibat, apalagi kelompok perempuan. Kalaupun ada kelompok perempuan yang terlibat, hanya dari kelompok PKK atau isteri dari aparat pemerintah. 2) Minimnya keterlibatan perempuan mengakibatkan usulan yang dihasilkan kurang berpihak kepada perempuan. Usulan pembangunan fisik dan infrastruktur masih menjadi primadona, tetapi usulan berupa perbaikan gizi, peningkatan kualitas hidup anak melalui pemberian makanan tambahan,posyandu dan usulan serupa lainnya, hampir tidak pernah muncul. 3) Waktu dan tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat dalam proses ini sangat panjang dan melelahkan, selain itu tidak ada kepastian bahwa usulan masyarakat akan diakomodir. 4) Minimnya keterwakilan perempuan di DPRD juga sangat menentukan keluaran/hasil dari negosiasi dalam proses perencanaan 5) Proses perencanaan, seperti halnya proses lain di daur penganggaran, tidak
memperhatikan
penerima
manfaat
dari
anggaran
yang
direncanakan/disusun. Akibatnya beberapa program yang ada menjadi netral Gender, bias Gender bahkan buta Gender Tujuan khusus dari metode perencanaan ini adalah untuk memperkuat posisi perempuan dalam peroses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang selama ini didominasi oleh laki-laki, dalam hal-hal berikut: menyadarkan kaum perempuan akan pentingnya peranan mereka dalam menentukan arah pembangunan daerah, membangun pengertian yang lebih baik terhadap kebutuhan perempuan serta memperbaiki kehidupan mereka melalui program/kegiatan pembangunan daerah. Sedangkan tujuan umum dari Musrena adalah untuk mewujudkan kota Banda Aceh sebagai kota yang ramah Gender Sumber Pembiayaan “partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan”
Pelaksanaan Musrena pada awalnya dibiayai oleh GTZ-SLGSR, tetapi Laporan Kota Banda Aceh untuk Metro TV MDG’s Awards 2010
42
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
43
pelaksanaan Musrena di tingkat kecamatan dilakukan sebanyak 3 kali, dimana
untuk
masing-masing
pelaksanaannya
menggabungkan
3
kecamatan. Musrena di tingkat kecamatan diikuti oleh dua perwakilan dari masing-masing gampong. Masing-masing pelaksanaan Musrena kecamatan akan dilaksanakan selama 2 (dua) hari. Supaya perempuan dapat mengambil bagian di dalam kedua mekanisme perencanaan, maka Musrena kecamatan dilaksanakan pada waktu yang tidak bersamaan dengan pelaksanaan Musrenbang di kecamatan yang bersangkutan. Peserta Musrena, terdiri dari : anggota PKK, anggota koperasi wanita terpilih, anggota pengusaha perempuan terpilih, anggota pengajian perempuan terpilih; aparat Kecamatan dan Muspika setempat. Dalam pelaksanaan Musrena pertama, peserta Musrena diberi pengetahuan tentang proses perencanaan pembangunan di daerah, “perempuan bale inong mendiskusikan usulan kegiatan yang akan disampaikan dalam forum Musrena”
dimana didalamnya juga dijelaskan tentang Musrena. Setelah terjadi kesamaan pemahaman, barulah dilanjutkan dengan paparan tentang
untuk selanjutnya, hingga saat ini, pembiayaan pelaksanaan Musrena
program dan anggaran dari masing-masing SKPD. Maksud dari paparan
berasal dari Pemerintah Kota Banda Aceh. Pada tahun 2008 Pemerintah
ini adalah untuk memberikan gambaran kepada peserta Musrena tentang
Kota Banda Aceh telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 28,052,160;
alokasi anggaran yang tersedia.
pada tahun 2009 sebesar Rp 58,066,000; dan pada tahun 2010 sebesar
Dalam Musrena selanjutnya, paparan tentang proses perencanaan
Rp 38,460,000,- Jika diamati, terjadi penurunan alokasi anggaran
pembangunan
tidak lagi
diberikan secara
khusus dan panjang
pelaksanaan Musrena pada tahun 2010. Hal ini disebabkan terjadinya
lebar seperti ketika pelaksanaan Musrena pertama karena peserta
defisit anggaran Pemerintah Kota Banda Aceh.
Musrena telah memiliki pemahaman tentang hal tersebut.
Paparan
lebih dititikberatkan pada alokasi anggaran dan program oleh masingProses dan Pengelolaan Musrena
masing SKPD. Dengan demikian, peserta Musrena dapat merumuskan
Mekanisme Musrena dilakukan di tingkat gampong dan di tingkat
kebutuhan yang akan dituangkan dalam kegiatan dan program lebih
kecamatan yang kemudian berlanjut pada Forum Integrasi. Musrena
efektif. Perbedaan lainnya adalah, dalam Musrena kedua, didahului
di tingkat gampong bertujuan untuk mencapai kesepakatan usulan
dengan evaluasi dari realisasi usulan-usulan mereka dalam Musrena
kegiatan desa dengan melakukan kajian desa untuk menggali informasi
pertama (sebelumnya).
terkait dengan kebutuhan, permasalahan, potensi dan sumber daya
Walaupun pemberian pengetahuan tentang proses perencanaan
serta penentuan cita-cita harapan masa depan masyarakat khususnya
pembangunan tidak lagi
perempuan, yang akan dibiayai dari APBD dan Alokasi Dana Desa (ADD).
pembukaan Musrena, selalu diberikan pemahaman tentang hal tersebut,
Tokoh perempuan akan mengadakan pertemuan dan memilih 2 (dua)
dan juga tentang permasalahan terkini yang dihadapi oleh kaum
orang perwakilan untuk pelaksanaan Musrena di tingkat kecamatan.
perempuan di Kota Banda Aceh khususnya, dan permasalahan yang
Dengan jumlah kecamatan di kota Banda Aceh sebanyak 9 kecamatan,
diberikan secara khusus, tetapi dalam
dihadapi keluarga secara umum. Dengan demikian, peserta Musrena
44
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
45
Dengan upaya penyadaran yang terus menerus dan tidak kenal lelah, tantangan ini dapat diatasi. Tantangan selanjutnya adalah terkait dengan komitmen Pemimpin Daerah Kota Banda Aceh untuk terus melanjutkan pelaksanaan Musrena sehingga upaya mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai Kota Ramah Jender dapat terlaksana, karena tanpa adanya komitmen Pemimpin Daerah dan jajarannya, serta dukungan seluruh warga Kota Banda Aceh, perjuangan mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai Kota Ramah Jender menjadi suatu upaya yang sia-sia dan tidak berkelanjutan.
“perempuan bale inong belajar tentang perencanaan strategis”
memperoleh gambaran tentang apa yang akan mereka usulkan dalam Musrena. Dengan kata lain, usulan mereka berangkat dari permasalahan dan kebutuhan riil, bukan berdasarkan keinginan. Pembelajaran menarik yang dapat ditarik dari pengalaman Musrena Kota Banda Aceh adalah apa yang disampaikan oleh Ibu Illiza ketika wawancara, yakni, “dalam komunikasi dengan peserta Musrena, gunakan bahasa yang sederhana, jangan gunakan bahasa atau istilah pembangunan (atau perencanaan pembangunan) sehingga sulit dimengerti”. Tantangan dan Keberlanjutan Sebagai sebuah upaya peningkatan partisipasi politik perempuan, tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan Musrena sejak awal adalah memberikan penyadaran kepada kaum lelaki tentang pentingnya partisipasi politik perempuan. Tantangan lain adalah mengajak dan juga memberikan penyadaran kepada kaum perempuan tentang pentingnya keterlibatan mereka dalam proses perencanaan dan perumusan kebijakan.
46
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
“Pelembagaan Partisipasi Rakyat dalam Pembangunan Bisa!”
47
sering kali hanya dimaknai sebagai suatu proses ritual yang dilakukan dari tahun ketahun ,dan seringkali mengabaikan keinginan rakyat yang disuarakan dalam forum tahunan tersebut. Alasan klasik yang selalu disampaikan oleh birokrasi pemerintah adalah tidak ada alokasi anggaran
Sejak
lama
pelaksanaan
atau DPRD tidak menyetujui usulan masyarakat, cukup ampuh untuk
melibatkan partisipasi rakyat bukanlah suatu angan-
meredam kekecewaan masyarakat. Walaupun demikian, tanpa disadari
angan dan mimpi semata, akan tetapi tercermin secara nyata dalam
kondisi ini menyebabkan munculnya apatisme dan perilaku skeptis
praktek pembangunan. Sejak disahkannya UU No 25 Tahun 2004
masyarakat terhadap pemerintah daerah.
pembangunan
impian
agar
setiap
proses
dalam
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, harapan untuk melembagakan
partisipasi
masyarakat
secara
permanen
dalam
Terkait dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sukabumi mencoba untuk mencari solusi terhadap persoalan tersebut dengan
penyusunan perencanaan pembangunan muncul kembali. Walaupun
menggulirkan
demikian, proses pelembagaan partisipasi tersebut perlu didampingi,
Kecamatan). P3K bertujuan untuk memperkuat pendanaan pembangunan
tidak hanya dalam kerangka membuka ruang partisipasi bagi masyarakat
disuatu kecamatan yang tidak dapat dilakukan dengan mekanisme
akan tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan ruang
pendanaan reguler, seperti Alokasi dana Desa (ADD), serta kegiatan
partisipasi tersebut agar dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya
PNPM. Jelasnya P3K memperkuat kegiatan atau program pembangunan
bagi masyarakat miskin.
yang tidak dapat didanai oleh ADD dan PNPM. Walau pun demikian,
program
P3K
(Program
Pembangunan
Partisipasi
Sebagaimana telah menjadi rahasia umum, proses partisipasi dalam
penyaluran anggaran P3K tidak dilakukan dengan mekanisme penjatahan
musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat desa dan kecamatan
sebagaimana mekanisme penyalura anggaran secara reguler akan tetapi melalui proses kompetisi dalam suatu kecamatan. Sepintas mekanisme penyaluran anggaran untuk pendanaan kegiatan dalam suatu kecamatan mirip dengan mekanisme kompetensi yang dilakukan dalam program PNPM. Masing-masing desa dalam suatu kecamatan akan mempesentasikan usulan dan menyusun proposal kegiatan untuk mendapatkan dana P3K. Perbedaannya terletak pada kewenangan
yang
diberikan
oleh
pemerintah
kabupaten
kepada
camat untuk memutuskan desa-desa yang layak diberikan P3K. Dalam prakteknya, camat bukanlah pengambil keputusan tunggal, akan tetapi ada tim penilai yang dibentuk oleh seorang camat untuk membantu menilai dan memverivikasi usulan masing-masing desa. Program P3K yang diinisiasi oleh pemerintah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2008 dan masih bersifat sebagai pilot project yang dilakukan di beberapa kecamatan. Alokasi anggaran P3K yang diberikan pada tahap awal uji coba sebesar 500 juta / kecamatan. Besaran alokasi diharapkan dapat “pembangunan infrastruktur: salah satu usulan melalui program P3K”
mendorong perbaikan yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur
48
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Program Pembangunan Partisipatif Kecamatan Sukabumi
49
50
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
dasar maupun kegatan ekonomi yang dilakukan di wilayah kecamatan.
51
kelembagaan ditingkat bawah dalam pelaksanaan program. Kendala
Dalam perkembangannya, P3K mulai mendapatkan respon positif dari
kedua adalah masing-masing kecamatan memiliki potensi yang berbeda-
masyarakat tidak hanya pada daerah-daerah yang menjadi percontohan
beda, sehingga memerlukan perencanaan yang sinergi antar wilayah
pengembangan program tersebut, akan tetapi juga datang dari kecamatan
dan kemauan dari camat untuk melakukan langkah-langkah terobosan
lain. Terkait dengan hal tersebut, maka pemerintah daerah berupaya untuk
dalam memajukan wilayahnya. Sedangkan kendala ketiga adalah menjalin
dapat memenuhi hal tersebut. Namun kendala utama yang dihadapi oleh
kerjasama dengan pihak lain misalnya dengan dunia usaha yang lokasi
pemerintah daerah adalah alokasi anggaran. Oleh sebab itu, pemerintah
usahanya berada di kecamatan tersebut untuk memberikan kontribusi
daerah memutuskan untuk mengurangi besaran alokasi anggaran yang
dalam pembangunan masyarakat di suatu kecamatan.
diberikan pada suatu kecamatan, yang sebelumnya berjumlah 500 juta / kecamatan menjadi 250 juta / kecamatan.
Selain itu, tantangan keberlanjutan dari suatu program adalah adanya payung hukum yang menjamin pelaksanaan suatu program tersebut
Agar pelaksanaan program P3K dapat terlembagakan secara baik,
dapat dilakukan dalam jangka panjang. Pemerintah daerah Kabupaten
maka pemerintah daerah terus memperbaiki mekanisme penyelengaraan
Sukabumi, sedang mengkaji pilihan – pilihan kebijakan yang tepat untuk
program tersebut, termasuk didalamnya adalah membuat petunjuk
dapat melakukan program P3K secara berkelanjutan. Misalnya dengan
operasional yang baku yang menjamin program tersebut berjalan secara
menjamin alokasi APBD untuk penganggaran program P3K sebesar
lebih efisien dan efektif. Misalnya pengusulan kegiatan yang akan
20 %. Tantangan lainnya adalah membakukan proses perencanaan
dikompetisikan antar desa dalam suatu kecamatan haruslah kegiatan
pembangunan yang melibatkan masyarakat dan secara bersamaan
yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan manfaat yang lebih pada
mengurangi mekanisme “titip menitip” program melalui DPRD yang
desa. Selain itu, pemerintah desa juga akan diwajibkan untuk menyusun
seringkali dianggap menghancurkan mekanisme perencanaan yang
RPJMDes sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan anggaran
dibangun secara partisipatif melalui musrenbang.
dari program P3K. Saat ini banyak pemerintah desa yang dibantu oleh fasilitator PNPM Perdesaan dalam menyusun dokumen RPJMDes.
Dengan disahkannya UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, harapan untuk melembagakan
Proses pendampingan terhadap masyarakat dan pelaksana program
partisipasi masyarakat secara permanen dalam penyusunan perencanaan
juga mendapat perhatian dalam pelaksanaan program P3K ini. Salah satu
pembangunan
fokus dalam pendampingan pelaksanaan program P3K adalah pengelolaan
pelembagaan partisipasi tersebut perlu di dampingi, tidak hanya dalam
anggaran dan pelaporan kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan
kerangka membuka ruang partisipasi bagi masyarakat akan tetapi juga
program P3K dapat dipertanggung-jawabkan bukan hanya dari aspek
memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan ruang partisipasi
kegiatannya semata akan tetapi juga dari sisi administrasi kegiatan.
tersebut agar dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi
Walaupun dalam pelaksanaan uji coba program P3K menuai banyak
muncul
kembali.
Walau
pun
demikian,
proses
masyarakat miskin.
respon positif, namun masih ada beberapa kendala yang perlu mendapat
Sebagaimana telah menjadi rahasia umum, proses partisipasi dalam
perhatian bagi pemerintah daerah lain yang juga memiliki atau akan
musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat desa dan kecamatan
melakukan
adalah
seringkali hanya dimaknai sebagai suatu proses ritual yang di lakukan
sumberdaya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan program. Oleh
dari tahun ke tahun, dan seringkali mengabaikan keinginan rakyat yang
sebab itu, pemerintah daerah perlu mempersiapkan kelembagaan dan
disuarakan dalam forum tahunan tersebut. Alasan klasik yang selalu di
SDM secara baik dan tidak hanya menyerahkan atau memperluas otoritas
sampaikan oleh birokrasi pemerintah adalah tidak ada alokasi anggaran
program
seperti
P3K.
Kendala
yang
pertama
52
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
53
atau DPRD tidak menyetujui usulan masyarakat, cukup ampuh untuk meredam kekecewaan masyarakat. Walaupun demikian, tanpa disadari kondisi ini menyebabkan munculnya apatisme dan perilaku skeptis masyarakat terhadap pemerintah daerah. Terkait dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sukabumi mencoba untuk mencari solusi terhadap persoalan tersebut dengan menggulirkan
program
P3K
(Program
Pembangunan
Partisipasi
Kecamatan). P3K bertujuan untuk memperkuat pendanaan pembangunan disuatu kecamatan yang tidak dapat dilakukan dengan mekanisme pendanaan reguler, seperti Alokasi dana Desa (ADD), serta kegiatan PNPM. Jelasnya P3K memperkuat kegiatan atau program pembangunan yang tidak dapat di danai oleh ADD dan PNPM. Walaupun demikian, penyaluran anggaran P3K tidak di lakukan dengan mekanisme penjatahan sebagaimana mekanisme penyalura anggaran secara reguler akan tetapi melalui proses kompetisi dalam suatu kecamatan. Dalam perkembangannya, P3K mulai mendapatkan respon positif dari masyarakat tidak hanya pada daerah daerah yang menjadi percontohan
Program Pembangunan Partisipatif Kecamatan Sukabumi
pengembangan program tersebut, akan tetapi juga datang dari kecamatan lain. Terkait dengan hal tersebut, maka pemerintah daerah berupaya untuk
fasilitator PNPM Perdesaan dalam menyusun dokumen RPJMDes.
dapat memenuhi hal tersebut. Namun kendala utama yang di hadapi oleh
Proses pendampingan terhadap masyarakat dan pelaksana program
pemerintah daerah adalah alokasi anggaran. Oleh sebab itu, pemerintah
juga mendaat perhatian dalam pelaksanaan program P3K ini. Salah
daerah memutuskan untuk mengurangi besaran alokasi anggaran yang
satu fokus
diberikan pada suatu kecamatan, yang sebelumnya berjumlah 500 juta /
pengelolaan anggaran dan pelaporan kegiatan. Hal ini di maksudkan agar
kecamatan menjadi 250 juta / kecamatan.
pelaksanaan program P3K dapat dipertanggung-jawabkan bukan hanya
Agar pelaksanaan program P3K dapat terlembagakan secara baik, maka pemerintah daerah terus memperbaiki mekanisme penyelengaraan
dalam
pendampingan pelaksanaan program P3K adalah
dari aspek kegiatannya semata akan tetapi juga dari sisi administrasi kegiatan.
program tersebut, termasuk didalamna adalah membuat petunjuk
Walaupun dalam pelaksanaan uji coba program P3K menuai banyak
operasional yang baku yang menjamin program tersebut berjalan secara
respon positif, namun masih ada beberapa kendala yang perlu mendapat
lebih efisien dan efektif. Misalnya pengusulan kegiatan yang akan
perhatian bagi pemerintah daerah lain yang juga memiliki atau akan
dikompetesikan antar desa dalam suatu kecamatan haruslah kegiatan
melakukan program seperti P3K. Kendala yang pertama adalah sumber
yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan manfaat yang lebih pada
daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan program. Oleh sebab
desa. Selain itu, pemerintah desa juga akan di wajibkan untuk menyusun
itu, pemerintah daerah perlu mempersiapkan kelembagaan dan SDM
RPJMDes sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan anggaran
secara baik dan tidak hanya menyerahkan atau memperluas otoritas
dari program P3K. Saat ini banyak pemerintah desa yang dibantu oleh
kelembagaan ditingkat bawah dalam pelaksanaan program. Kendala
54
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
kedua adalah masing-masing kecamatan memiliki potensi yang berbedabeda, sehingga memerlukan perencanaan yang sinergi antar wilayah dan kemauan dari camat untuk melakukan langkah-langkah terobosan dalam memajukan
wilayahnya. Sedangkan kendala ketiga adalah menjalin
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
55
PEREMPUAN JUGA BERHAK DALAM PEMBANGUNAN DI kabupaten Gunung kidul
kerja sama dengan pihak lain misalnya dengan dunia usaha yang lokasi usahanya berada di kecamatan tersebut untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan masyarakat di suatu kecamatan. Selain itu, tantangan keberlanjutan dari suatu program adalah adanya
Perempuan bisa ngomong perencanaan pembangunan? Apa bisa?
payung hukum yang menjamin pelaksanaan suatu program tersebut
pertanyaan-pertanyaan bernada skeptis tersebut seringkali kita dengar
dapat dilakukan dalam jangka panjang. Pemerintah daerah Kabupaten
jika berdialog dengan berbagai aparatur pemerintah daerah di Indonesia
Sukabumi, sedang mengkaji pilihan–pilihan kebijakan yang tepat untuk
tentang pentingnya melibatkan perempuan dalam setiap proses dan
dapat melakukan program P3K secara berkelanjutan. Misalnya dengan
tahapan pembangunan. Penyebab utama dari munculnya pertanyaan-
menjamin alokasi APBD untuk penganggaran program P3K sebesar
pertanyaan tersebut adalah kentalnya budaya patriarki dalam sistem
20 %. Tantangan lainnya adalah membakukan proses perencanaan
sosial kemasyarakatan. Bahkan pelembagaan praktek dan pola pikir
pembangunan yang melibatkan masyarakat dan secara bersamaan
budaya patri arki tidak hanya tumbuh subur dalam sistem sosial
mengurangi mekanisme “titip menitip” program melalui DPRD yang
masyarakat, akan tetapi juga mempengaruhi pola pikir bahkan kebijakan
seringkali di anggap menghancurkan mekanisme perencanaan yang di
pembangunan yang dilakukan dalam pemerintahan. Tidak heran jika
bangun secara partisipatif melalui musrenbang.
dalam berbagai proses pembangunan yang dilakukan, peranan atau keterlibatan perempuan masih sangat minim bahkan tidak jarang hanya menjadi pelengkap. Proses perencanaan pembangunan (musrenbang) yang dimulai dari tingkat desa sampai dengan kabupaten dipandang sangat strategis dalam melibatkan perempuan untuk mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Inisiatif untuk mendorong keterlibatan perempuan dalam musrenbang diawali oleh beberapa organisasi
masyarakat
sipil yang melakukan
pendampingan secara langsung terhadap kelompok perempuan di beberapa desa
di Kabupaten Gunung Kidul. Upaya pendampingan
terhadap kelompok perempuan penting dilakukan agar dalam proses perencanaan pembangunan di berbagai tingkatan, perempuan mampu menyuarakan
kepentingannya
serta
dapat
berperan
aktif
dalam
mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan. Tanpa hal tersebut, maka partisipasi perempuan hanya berakhir sebagai pelengkap dari pelaksanaan forum tersebut.
56
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
”perempuan Gunung Kidul berpartisipasi aktif dalam Musrenbang”
57
58
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
59
Upaya pendampingan terhadap kelompok perempuan dilakukan dalam
beberapa
tahapan
itu
peningkatan
kapasitas
dalam hal kemampuan untuk menganalisis permasalahan
perempuan yang
ada
dilingkungannya, memahami proses perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah, serta melakukan pengorganisasian
terhadap kelompok
perempuan. Upaya untuk melakukan pemberdayaan terhadap perempuan mulai diintensifkan oleh pemerintah daerah pada tahun 2005, dengan diluncurkannya
sejumlah kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan oleh dinas terkait. Kelompok perempuan juga tidak hanya aktif memperjuangkan kepentingannya pada proses perencanaan reguler yang dilakukan oleh pemerintah daerah, akan tetapi juga melalui para wakil rakyat. Dukungan wakil rakyat terhadap upaya jaringan kelompok perempuan semakin kuat, karena pada saat bersamaan telah terbentuk juga kaukus perempuan di DPRD Kabupaten Gunung Kidul. Kaukus perempuan ini bahkan menjadi mitra kelompok perempuan untuk mendorong lahirnya kebijakan dan regulasi yang terkait dengan
perempuan, seperti peraturan daerah
tentang Pemberdayan Perempuan & Perlindungan Anak. Pada tahun 2006, Bappeda Kabupaten Gunung kidul secara tegas mendorong pelibatan
perempuan pada pelaksanaan musrenbang di
seluruh desa, dan memberikan kesempatan pada utusan dari setiap kelompok perempuan yang berada di kecamatan untuk terlibat dalam pembahasan perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten. Pada proses ini memang sempat muncul ungkapan yang bersifat skeptis dari berbagai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) tentang keterlibatan perempuan yang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai buruh tani, bakul sayuran, atau pun ibu rumah tangga. Walaupun demikian, Bapak Eko Subiantoro selaku Kepala Bappeda Kabupaten Gunung Kidul sangat yakin dengan melibatkan kelompok perempuan dan organisasi masyarakat sipil, akan memberikan perubahan dalam perencanaan kegiatan yang selama ini disinyalir tidak banyak mengalami perubahan dan terkesan bersifat pengulangan dari kegiatan yang dilakukan pada tahun sebelumnya. Kesempatan yang diberikan oleh Bappeda tidak disia“mainstreaming gender dalam RPJMD Kabupaten Gunung Kidul: buah perjalanan panjang partisipasi politik perempuan Gunung Kidul”
siakan oleh kelompok perempuan yang konsisten untuk mengusulkan
60
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
61
pembenahan terhadap penyediaan air bersih dan pencegahan nyamuk
banyak
yang menyebabkan wabah demam berdarah. Usulan dari kelompok
DPRD, hal ini disebabkan proses atau pelaksanaan kebijakan dan program
perempuan akhirnya menjadi prioritas kerja pemerintah Kabupaten
yang dilakukan oleh SKPD. Namun di masa depan, diharapkan kerja
Gunung Kidul.
sama antara JKPG juga dapat mendorong perubahan ditingkat legislatif,
Walaupun ibu-ibu yang terlibat dalam kelompok perempuan cukup vokal dalam menyuarakan aspirasi perempuan, namun keberhasilan
bekerja sama dengan
pemerintah daerah ketimbang dengan
terutama yang terkait dengan penganggaran program dan kegiatan untuk memperbaiki pemenuhan hak dasar masyarakat.
tersebut juga perlu diikuti dengan keterlibatan pada pelaksanaan dan
Terkait dengan upaya daerah lainnya yang juga ingin melibatkan
pengawasan program. Musrenbang merupakan titik permulaan dari
perempuan dalam proses pembangunan, beberapa pengalaman yang
sebuah proses pembangunan, masih adalagi proses lain yang perlu
dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Gunung kidul mungkin dapat
dilakukan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Terkait dengan
dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Pelibatan kelompok perempuan
hal tersebut, maka keterlibatan kelompok perempuan tidak hanya sekali
dilakukan pada proses informal terlebih dahulu dengan memperkuat
saja, akan tetapi dapat berkelanjutan. Hal inilah yang menjadi tantangan
kapasitas perempuan sebelum dilibatkan secara resmi dalam berbagai
terbesar bagi perempuan di Gunung Kidul.
forum perencanaan pembangunan di tingkat daerah. Aspek kedua yang
Pada
tahun 2007, usulan
perencanaan
perlu diperhatikan adalah membangun kerjasama dengan berbagai
membutuhkan
kelompok kepentingan, karena pemerintah daerah tidak memiliki sumber
pendanaan sebesar 1,7 trilyun rupiah. Meningkatnya usulan masyarakat
daya yang cukup untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut. Aspek
dalam musrenbangdes masih menyiratkan bahwa sering kali usulan
ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah keberlanjutan, oleh karena itu
yang diajukan masih bersifat keinginan dan belum banyak difokuskan
kelompok perempuan yang dibentuk bukan berdasarkan program akan
pada menjawab kebutuhan dan prioritas. Terkait dengan hal tersebut,
tetapi memang dibutuhkan oleh masyarakat dan perempuan.
pembangunan di tingkat
desa
masyarakat
dalam
jika dijumlahkan
maka pemerintah daerah bekerja sama dengan berbagai organisasi masyarakat sipil untuk menyusun suatu dokumen perencanaan ditingkat desa (RPJMDes) yang dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan kegiatan serta dokumen rujukan dalam melakukan sinergi dengan program dan kegiatan lain yang dilakukan oleh pemerintah ditingkat desa. Kelompok perempuan juga terlibat dalam hal ini, dan didorong tidak hanya terlibat dalam isu-isu kesehatan dan kesetaraan gender, akan tetapi juga isu lainnya dalam perencanaan pembangunan di tingkat desa. Saat ini kelompok perempuan yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul telah membentuk JKPG (Jaringan Kerja Perempuan Gunung kidul) yang saat ini keanggotaannya tersebar di 10 kecamatan. Pada tahun 2011 ditargetkan seluruh kecamatan telah menjadi anggota dari JKPG, sehingga keberadaan kelompok perempuan dapat mewarnai perencanaan kebijakan dan program di seluruh wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Strategi kerja yang dilakukan oleh JKPG lebih
62
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
63
Pemenuhan Hak Atas Rumah Layak Huni bagi Kaum Miskin
Beberapa waktu yang lalu, Presiden SBY meluncurkan kluster baru dalam program-program penanggulangan kemiskinan, yakni kluster program pro-rakyat untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu dari program pro-rakyat tersebut adalah membuat program rumah sangat murah dengan harga Rp5 juta-Rp10 juta, dan rumah murah dengan harga sekitar Rp20 juta-Rp25 juta. Sebelum Presiden SBY meluncurkan kluster baru di mana salah satu programnya adalah penyediaan rumah murah, Pemerintah Kota Kupang di bawah kepemimpinan Walikota Drs. Daniel Adoe dan Wakil Walikota Drs. Daniel Huriek telah meluncurkan program rumah murah yang pelaksanaan pembangunannya dimulai pada tahun 2008.
“fasilitas rumah murah”
Penyediaan
rumah murah ini dilaksanakan dalam kerangka Program Penyediaan Rumah Sehat yang merupakan salah satu dari 6 program unggulan
rumah berada kepada pembeli. Dengan kata lain, Pemda menghibahkan
mereka, yakni: pendidikan murah bermutu, pelayanan kesehatan gratis,
tanah kepada pembeli rumah.
pemberdayaan ekonomi masyarakat, pelayanan air bersih, rumah sehat Memulai dan Mengelola
dan pemberantasan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN). Penyediaan rumah murah direncanakan dibangun sebanyak 10.000
Pemerintah Kota Kupang, mengawali perwujudan gagasan penyediaan
(sepuluh ribu) unit dengan tipe 23. Hingga tahun ini, telah dibangun
rumah murah dengan menggandeng pihak-pihak yang nantinya akan
sebanyak 100 unit rumah tipe 24 di atas tanah seluas 200 m2. Walaupun
membantu dalam pembangunan hingga pengelolaannya. Koperasi Pegawai
dibangun di wilayah yang agak jauh dari pusat kota, yakni di Kecamatan
Negeri (KPN)
Alak, bangunan rumah berbentuk bangunan permanen, dengan halaman
untuk pembangunan rumah dan pengelolaan cicilan pada tahap awal.
belakang yang cukup luas, sehingga dapat digunakan untuk perluasan,
Pembayaran cicilan selanjutnya akan dilakukan melalui Bank Tabungan
bercocok
Negara (BTN).
tanam,
atau
membuka
warung. Setiap unit
bangunan
beratapkan seng, berplafon, berlantai dan berdinding semen, dan dilengkapi dengan fasilitas air dari PAM dan listrik.
Selain itu, telah
dibangun pula 343 unit rumah di Manulai II.
Maju menjadi pihak yang dipilih oleh Pemkot Kupang
Untuk pendistribusian, pihak Pemkot Kupang membentuk tim seleksi untuk menentukan apakah calon pembeli layak memperoleh rumah. Dengan demikian, Pemkot Kupang tidak dipusingkan dengan urusan
Kelebihan dari penyediaan rumah murah oleh Pemda ini adalah
pengelolaan dan pendistribusian rumah. Warga miskin berhak mendapat
diberikannya sertifikat kepemilikan, termasuk tanah di mana bangunan
fasilitas perumahan tersebut jika mendapat rekomendasi dari kelurahan
64
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
yang menyatakan bahwa warga
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
tersebut benar-benar adalah orang
miskin. Sedangkan PNS yang berhak memperoleh fasilitas rumah murah ini adalah PNS golongan 1 dan 2 yang belum memiliki rumah.
65
banyak pihak untuk menjadi investor pengadaan rumah murah. Jaminan berupa adanya kebijakan yang dapat menjaga keberlanjutan program walaupun terjadi pergantian kepempimpinan adalah sesuatu
Terdapat model subsidi silang terkait dengan cicilan rumah. Pada
yang penting. Selain itu, faktor utama yang dapat menjamin keberlajutan
awalnya, cicilan rumah direncanakan sebesar Rp 23.000/bulan, dan
program adalah kemauan dan komitmen pemimpin daerah untuk terus
peruntukannya hanya untuk warga miskin. Tetapi dikarenakan ada
mendukung program dan mengentaskan kemiskinan melalui penyediaan
kebutuhan
rumah murah bagi warga miskin.
akan rumah sehat dan layak
dari pegawai
negeri sipil
golongan 1 dan 2, maka peluang kepemilikan rumah juga diperuntukkan bagi PNS golongan 1 dan 2. Berbeda dengan besaran cicilan bagi warga miskin, cicilan per bulan bagi PNS adalah sebesar 296 ribu per bulan.
Penutup Walaupun
masih
banyak
tantangan,
kendala,
dan
kelemahan,
penyediaan rumah sehat dan layak bagi warga miskin yang diinisiasi oleh Pengembangan: membuka investasi dan bekerja sama dengan pihak
Pemerintah Kota Kupang ini merupakan sebuah upaya yang patut ditiru.
lain
Pemerintah Daerah tidak hanya sekedar menyediakan rumah bagi warga
Untuk menjaga keberlanjutan program penyediaan rumah murah dan memperluas cakupannya, pemerintah Kota Kupang amat menyadari adanya keterbatasan kemampuan mereka (baik sumber daya finansial, maupun sumber daya manusia) dan besarnya kebutuhan pendanaan. Menyadari adanya keterbatasan dan tantangan tersebut, pemerintah Kota Kupang berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat memberikan dukungan, terutama dukungan berupa modal. Beberapa pihak yang saat ini telah menyatakan kesediaan untuk memberikan dukungan di antaranya, Kementrian Perumahan Rakyat RI, dan beberapa lembaga donor internasional. Tantangan Ke Depan Seperti halnya program-program inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah lainnya, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah jaminan atas keberlanjutan program ini. Dinamika politik di daerah yang berubah bersamaan dengan pergantian kepemimpinan merupakan salah satu penyebab yang dapat mengancam keberlanjutan program, dikarenakan pergantian kepemimpinan juga diikuti oleh pergantian program dan kebijakan. Selain itu, ketersediaan
anggaran bagi pengadaan rumah
murah juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan, walaupun hal ini telah diantisipasi oleh Pemerintah Kota Kupang dengan cara mengajak
miskin, tetapi juga memberikan rumah beserta tanahnya yang dibuktikan dengan adanya sertifikat kepemilikan.
66
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
67
DARI DESA BANGUN SUBANG Sejak era reformasi dan desentralisasi, keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat oleh pemerintah daerah mulai menguat. Walaupun dibarengi
demikian, keinginan
saja tidak cukup, akan tetapi harus
dengan aksi konkrit untuk mewujudkan hal tersebut.
Permasalahan kemiskinan merupakan salah satu persoalan yang dihadapi di Kabupaten Subang, terutama di daerah pedesaan. Pemerintah daerah menyadari bahwa untuk mengatasi persoalan kemiskinan tersebut, tidak hanya dengan menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
yang tepat, akan tetapi juga mendorong desa sebagai
basis utama dalam menggerakan perubahan-perubahan tersebut. Sejak tahun 2007, pemerintah daerah menginisiasi kebijakan pembangunan yang mengambil tajuk Desa Mandiri Gotong Royong. Inisiasi kebijakan
“pencanangan hari Saba Desa”
pembangunan yang berbasis pada desa dipilih bukan hanya karena kecenderungan arah pembangunan yang marak dilakukan di berbagai
perencanaan dan pembangunan di tingkat desa, mengintegrasikan
daerah selama ini, akan tetapi didasarkan pada pengalaman nyata yang
program dan kegiatan antar sektor (SKPD) untuk menyelesaikan
pernah dilakukan di masa-masa sebelumnya. Wakil Bupati Subang Bapak
permasalahan di desa secara integratif, serta mengefektifkan anggaran
Ojang Suhandi menyatakan bahwa pada era sekitar tahun enam puluhan,
pembangunan yang disalurkan ke desa untuk memberikan dampak yang
ketika kondisi negara belum terlalu mapan baik dalam sistem perencanaan
signifikan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal lain yang
pembangunan, masyarakat desa mampu membangun sendiri fasilitas-
perlu dilakukan agar kebijakan dan program pembangunan lebih efektif
fasilitas publik seperti sekolah, balai desa, dan lapangan olah raga tanpa
adalah dengan mengubah indikator keberhasilan pembangunan yang
bantuan pemerintah. Ironisnya saat ini banyak sekali program dana lokasi
selama ini bersifat administratif menjadi indikator pembangunan yang
anggaran ke desa baik yang berasal dari pemerintah pusat, pemerintah
berorientasi pada hasil dan target kesejahteraan masyarakat. Misalnya
propinsi, maupun pemerintan daerah akan tetapi masyarakat desa belum
untuk indikator pendidikan bukan hanya tentang berapa fasilitas
sejahtera, bahkan ada kecenderungan bahwa penduduk desa semakin
pendidkan yang berada di desa, akan tetapi berapa banyak penduduk
miskin dan hanya dijadikan sebagai objek dari kebijakan pembangunan.
di suatu desa yang mampu melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang
Menyadari kondisi tersebut, pemerintah Kabupaten Subang juga
pendidikan tertinggi. Indikator keberhasilan pembangunan desa tersebut
menyadari bahwa kebijakan Desa Mandiri Gotong Royong pun akan
dikembangkan sesuai dengan masing-masing sektor sesuai dengan tugas
mengalami nasib yang sama dengan kebijakan pembangunan sebelumnya
pokok dan fungsi dari organisasi. beberapa indikator membutuhkan kerja
jika tidak dilakukan langkah-langkah inovasi dalam melibatkan masyarakat
sama lintas SKPD bahkan juga lintas pelaku dalam mencapai hal tersebut,
desa secara aktif dalam kegiatan pembangunan, memperbaiki mekanisme
misalnya dalam pengentasan kemiskinan.
68
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
69
dilakukan di 31 desa /kelurahan, dan pada tahun 2011 ditargetkan dilakukan di 60 desa/kelurahan. Salah satu kendala yang juga dihadapi oleh pemerintah daerah dalam menjalankan program ini adalah kemampuan pemerintahan desa untuk mengelola bantuan keuangan tersebut, agar tidak hanya dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan tetapi juga mampu mempertanggung-jawabkan pengelolaan anggaran tersebut secara administratif. Hal ini penting diperhatikan karena jika kapasitas pemerintah desa tidak ditingkatkan, maka akan menjadi kendala dalam pelaksanaan kebijakan dan program pembangunannya dimiliki oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Walaupun usia pelaksanaan program ini masih cukup pendek dan memerlukan perbaikan dalam pelaksanaannya, namun program ini mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan dalam meningkatkan swadaya masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan. Misalnya swadaya masyarakat dalam pembangunan gedung sekolah dan gelanggang olah raga di masing-masing desa. Diharapkan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di tingkat desa secara langsung oleh masyarakat dan Gotong Royong sebagai Salah Satu Perwujudan SABA DESA Subang
pemerintah daerah akan meningkatkan aktivitas ekonomi maupun kegiatan masyarakat yang lebih mengarah
pada peningkatan
produktivitas
Aspek lain yang tidak kalah penting dalam pengembangan Desa
masyarakat. Pengembangan desa mandiri ini juga dilakukan untuk
Mandiri Gotong Royong adalah memberikan otonomi kepada pemerintah
menekankan pengembangan potensi unggulan yang dimiliki desa seperti
desa dalam menentukan prioritas masalah yang harus diselesaikan
kebijakan satu desa satu produkunggulan.
oleh pemerintah daerah. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Subang
Salah satu terobosan lain yang dilakukan oleh pemerintah daerah
mulai meningkatkan alokasi anggaran
di Kabupaten Subang adalah melakukan Saba Desa atau kunjungan ke
sesuai dengan kondisi geografis dan tingkat
desa untuk mengawal berbagai kebijakan dan program pembangunan
kesulitan atau kendala yang dihadapi di suatu desa melalui Bantuan
pemerintah daerah di desa. Saba desa yang dilakukan di Kabupaten
Keuangan untuk Desa yang melengkapi dana ADD (alokasi dana desa)
Subang sedikit berbeda dengan yang biasanya dilakukan oleh berbagai
yang dianggarkan setiap tahunnya. Saat ini alokasi dana BKUD yang
daerah lain di Indonesia. Saba Desa memadukan pendekatan sosialisasi,
diberikan oleh pemerntah daerah pada desa berkisar antara 230-250 juta.
pengawasan atau pemantauan, sekaligus juga menggali permasalahan
Saat ini, memang belum seluruh desa di Kabupaten Subang dimasukkan
dalam pelaksanaan kebijakan dan program di tingkat desa, serta
dalam Program Desa Mandiri Gotong Royong, hal ini disebabkan oleh
melakukan transfer pengetahuan dan informasi kepada pemerintah
keterbatasan kemampuan penganggaran di tingkat daerah. Oleh sebab
dan masyarakat desa. Sosialisasi kebijakan dan program pemerintah
itu, pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong dilakukan secara
daerah dimaksudkan agar terjadi kesepahaman antara masyarakat dan
bertahap. Pada tahun 2010 Program
pemerintah daerah terhadap suatu kebijakan atau program, sehingga
pembangunan di desa
Desa
Mandiri
Gotong Royong
70
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
mengurangi penyimpangan atau penyalahgunaan suatu kebijakan dan program ditingkat desa. Semua fungsi tersebut dilakukan oleh aparatur pemerintah daerah yang menduduki jabatan eselon 2-4 setiap hari Jumat dan harus menginap di desa. Hasil kunjungan dari Saba desa tersebut dipresentasikan dalam rapat yang dihadiri oleh pimpinan SKPD yang dipimpin langsung oleh Bupati. Hasil tersebut langsung ditindaklanjuti dengan menetapkan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan serta melakukan perbaikan terhadap kebijakan dan program pemerintah daerah. Diawal pelaksanaan kegiatan ini memang sempat menyulitkan aparatur pemerintah daerah yang ditugaskan ke desa, apalagi desa-desa yang cukup jauh dijangkau dari pusat pemerintahan serta mengorbankan waktu untuk keluarga. Walaupun demikian, kegiatan ini tetap dilakukan dengan menggilir aparatur pemeringah daerah yang berasal dari berbagai eselon sesuai dengan tema atau permasalahan yang dihadapi oleh desa. Wakil Bupati Subang menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan pada awalnya memang menghadapi tantangan karena perubahan-perubahan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
71
TRANSPARANSI ANGGARAN: LANGKAH KECIL DENGAN DAMPAK BESAR Sejak era reformasi, gaung tentang good governance selalu menjadi kata “magis” yang disuarakan oleh media massa, diseminarkan dalam berbagai forum yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, di tingkat nasional bahkan daerah. Namun dalam prakteknya, apakah Anda pernah dihadapkan pada kondisi seperti ini: Sulit mendapatkan dokumen kebijakan daerah, sulit untuk terlibat dalam menentukan kebijakan pembangunan di daerah, serta sulit mendapatkan informasi tentang anggaran pembangunan. Jika anda pernah mengalami kondisi tersebut, maka patut diduga bahwa Anda sedang menghadapi kondisi pemerintahan yang
bad governance.
Sejak era otonomi daerah diberlakukan pada
tahun 1999, salah satu tantangan pelaksanaan desentralisasi adalah
yang dilakukan tidak hanya pada sistem dan metode akan tetapi juga pola pikir dari aparatur pemerintah daerah. Oleh sebab itu, Wakil Bupati Subang yang juga sekaligus sebagai Ketua TKPKD mengharapkan pada daerah kabupaten/kota yang ingin melakukan perubahan agar tidak takut mengambil resiko dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, aspek yang kedua adalah manajemen pemerintah daerah harus didasarkan pada target pencapaian kesejahteraan masyarakat, melakukan koordinasi dan integrasi kebijakan dan program secara reguler agar anggaran pembangunan memiliki dampak yang nyata bagi masyarakat.
“wujud transparansi anggaran: publik terlibat dalam pembahasan alokasi anggaran kota layak anak”
72
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
wujud transparansi anggaran: publik terlibat dalam pembahasan alokasi anggaran untuk PKL”
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
73
74
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
75
bagaimana mewujudkan transparansi pemerintahan. Di masa-masa awal desentralisasi banyak daerah yang menginisiasi peraturan daerah tentang tranparansi, baik pada level proses penganggaran, perumusan kebijakan, hingga menjamin kepastian terhadap partisipasi warga dalam perencanaan pembangunan. Sebenarnya regulasi atau kebijakan yang di buat oleh pemerintah daerah telah diatur atau dijamin dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan diperkuat lagi dengan kehadiran UU keterbukaan Informasi Publik pada tahun 2009. Walaupun demikian, harapan untuk mewujudkan transparansi dalam pemerintahan masih jauh panggang dari api. Salah satu sebab yang disinyalir menjadi hambatan dalam mewujudkan transparansi dalam pemerintahan adalah tidak adanya sanksi. Hampir seluruh
perda transparansi
yang dibuat mencantumkan dengan
sangat detil tentang tahapan, serta pengaturan terhadap transparansi
wujud transparansi anggaran: publik terlibat dalam pembahasan alokasi anggaran pendidikan”
berbagai aspek pemerintahan di daerah, namun regulasi tersebut tidak mencantumkan sanksi jika pemerintah daerah tidak melaksanakan hal tersebut. Hal inilah yang menyebabkan perwujudan transparansi
melibatkan masyarakat. Karena dianggap publikasi tersebut menjelek-
bukanlah suatu keharusan melainkan lebih banyak bertumpu pada
jelekan pimpinan daerah.
kebaikan hati dari pimpinan dan kelembagaan pemerintah di daerah.
Berubahnya kepemimpinan daerah di Kota Surakarta merupakan suatu
Kondisi pemerintahan di Kota Surakarta sebelum tahun 2005 boleh
momentum yang tepat untuk melakukan perubahan, tidak terkecuali yang
dikatakan hampir sama dengan daerah lainnya di Indonesia. Transisi
terkait dengan upaya untuk mewujudkan transparansi dan keterlibatan
perubahan dari budaya otoritarian kepada reformasi masih disikapi
masyarakat dalam pembangunan. Serangkaian dialog dilakukan antara
dengan gamang dan mencari bentuk yang paling tepat dalam menjalankan
organisasi masyarakat sipil dan pemerintah daerah untuk memahami
roda pemerintahan yang lebih berpihak pada masyarakat. Serupa dengan
bagaimana
daerah lainnya di Indonesia, tuntutan agar pemerintahan daerah lebih
pemerintahan. Salah satu hal yang disepakati adalah mempublikasikan
terbuka dan transparan di inisiasi oleh gerakan masyarakat sipil lewat
alokasi anggaran pembangunan setiap tahunnya kepada masyarakat pada
berbagai forum baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pun
tingkat kelurahan. Berbeda dengan daerah lainnya yang menerjemahkan
di tingkat masyarakat. Pada tahapan ini, organisasi masyarakat sipil
transparansi anggaran dengan
mempelopori dan mempublikasikan kebijakan pembangunan, alokasi
APBD secara umum pada media cetak. Pemerintah Kota Surakarta
anggaran pembangunan, sembari melakukan kritik terhadap kebijakan
memilih untuk menginformasikan besaran anggaran dan kegiatan yang
pembangunan dan penganggaran tersebut melalui media massa cetak
dilakukan dan diterima oleh setiap kelurahan dalam bentuk poster yang
dan elektronik. Seringkali upaya tersebut menimbulkan konflik antar
ditempelkan pada ruang publik yang mudah diakses oleh masyarakat.
organisasi masyarakat sipil dan pemerintah daerah, bahkan dalam
Setiap warga masyarakat di suatu kelurahan dapat mengetahui berapa
beberapa kasus seringkali juga menimbulkan konflik horizontal yang
alokasi anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan di kelurahan,
mewujudkan
dan
menghadirkan
transparansi
dalam
mengumumkan item atau besaran
76
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
77
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
program atau kegiatan apa saja yang akan dilakukan, serta siapa yang
juga diwujudkan secara nyata dalam pemerintahan. Selain itu, masyarakat
melaksanakan kegiatan tersebut. Pada tahap awal publikasi alokasi
dilibatkan
anggaran dan kegiatan di tingkat kelurahan ini dilakukan oleh organisasi
dan mengurangi kleptokrasi atau penyimpangan yang
masyarakat sipil, namun setelah itu, kegiatan ini didanai sepenuhnya oleh
birokrasi. Selain itu, pemerintah daerah juga mendapatkan input dalam
pemerintah daerah.
memperbaiki
Pada awalnya upaya ini memang tidak berjalan dengan baik, dukungan
dalam
mengawasi
pelaksanaan
program
pembangunan dilakukan oleh
dan menyelesaikan permasalahan pembangunan secara
terukur dan tepat sasaran. Inovasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota
dari birokrasi dapat dikatakan belum sepenuhnya mendukung upaya
Surakarta
tersebut. Diakui oleh Wakil Walikota Solo Bapak FX Hadirudyatmo upaya
singkat, akan
mendorong hal tersebut tidaklah mudah, kami meyakinkan birokrasi
dengan hal tersebut Wakil Walikota Surakarta selaku ketua TKPKD
bahwa kami tidak menginginkan birokrasi yang ABS (asal bapak senang),
menyarankan agar upaya transparansi dapat diwujudkan di daerah lain,
yang kami butuhkan adalah birokrasi yang profesional dalam membantu
maka pimpinan daerah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
jelaslah
bukan suatu upaya yang dilakukan dalam
tetapi
waktu
membutuhkan proses dan pentahapan. Terkait
walikota dan wakil walikota dalam mewujudkan visi dan misi yang telah dijanjikan pada masyarakat secara keroyokan (baca bekerja sama).
1. Memahami karakter birokrasi yang dipimpinnya.
Oleh karena itu, kami selalu menekankan dalam setiap kesempatan,
2. Membangun proses yang partisipatif baik pada tingkat birokrasi
agar birokrasi harus mewujudkan secara konkrit kebijakan yang akan dilaksanakan, jangan karena waton suloyo. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta sebenarnya sangat sederhana dan dapat juga dilakukan oleh kabupaten/kota lainnya di Indonesia yaitu dengan membangun komunikasi secara intensif dengan kepala SKPD maupun dengan masyarakat sehingga bisa mendapatkan informasi secara berimbang dan tidak berat sebelah, langkah kedua adalah dengan melakukan koordinasi secara teratur terutama yang terkait dengan permasalahan lintas SKPD, langkah ketiga adalah mencari solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga dapat diterima oleh masyarakat, serta memberikan dampak/resiko yang seminim mungkin bagi masyarakat miskin. Langkah keempat adalah dengan melakukan sosialisasi terhadap kebijakan tersebut agar dapat diterima dan dipahami oleh seluruh pihak. Langkah kelima adalah merealisasikan kebijakan tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah disepakati, serta yang terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Terkait dengan langkah transparansi penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta, upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta setidaknya bukan hanya menjadi keinginan (good will), tetapi
maupun di tingkat masyarakat. 3. Berani mengambil langkah serta melakukan koreksi terhadap kebijakan maupun terhadap implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut. 4. Mempunyai keberanian dalam merealisasikan ide-ide perubahan tersebut secara nyata dan terukur.
78
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
79
Reforma Agraria Jalan Baik Menggusur Pemiskinan Seorang buruh tani di kaki Gunung Papandayan Garut, bertanya pada pejabat Kabupaten “mengapa tanah ini tidak boleh Kami garap lagi?” Sang pejabat menjawab dengan lantangnya bahwa tanah ini sudah menjadi milik perusahaan besar dari Jakarta. Para petani yang kebingungan dengan kabar tersebut, mengajukan pertanyaan bertubi-tubi, “Sejak kapan pak? Kami mau bertani dimana pak? Mengapa kami tidak diberitahu?”. Itulah fakta keseharian yang dihadapi petani di Garut dan daerah lainnya. Sebuah ironi di negeri yang subur dan agraris ini, tetapi kaum taninya melarat/ miskin dan harus menjadi buruh tani di tanahnya sendiri. Strategi
Nasional
Penanggulangan
Kemiskinan
pelindungan, penghormatan dan pemenuhan hak atas tanah bagi selurun mendefinisikan
rakyat khususnya kaum tani. Kebijakan Reforma Agraria yang diwujudkan
kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang,
dalam Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 merupakan
laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk
penataan kembali sistem politik pertanahan berdasarkan Pancasila, UUD
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
1945 serta peraturan perundang-undangan yang mengatur pertanahan.
Itu artinya, kemiskinan ditandai dengan terjadinya marjinalisasi hak-hak
Reforma Agraria (RA) merupakan upaya khusus Negara menata sistem
dasar manusia. Itu artinya pula, dalam penanggulangan kemiskinan,
dan atau perombakan struktur agraria yang timpang menuju kondisi yang
negara berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi
lebih adil dan sejahtera. Instrumen (RA) yang duginakan oleh Pemerintah
hak-hak dasar masyarakat miskin.
antara lain Land Reform dan Access Reform. Land Reform dimakasudkan
Hak-hak dasar yang dimaksudkan dalam definisi kemiskinan tersebut
sebagai upaya Negera menghormati dan memenuhi atas tanah dengan
adalah hak atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
melakukan redistribusi tanah kepada para penerima manfaat yang berhak
air bersih, hak aset tanah, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa
(buruh tani, petani penggarap, dan atau petani bertanah kecil) untuk
aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk
meningkatkan produktifitas hasil pertaniaan dan kesejahteraan kaum tani.
berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik bagi perempuan
Dan Access Reform adalah upaya negara membuka dan melindungi kaum
maupun bagi laki-laki. Dari kesepuluh hak dasar tersebut, pertanahan
tani atas aksesnya sumber produksi pertaniaan, saprodi, modal kerja
termasuk di dalamnya. Itu artinya, realitas kehidupan petani di kaki
(kredit murah), infrastruktur pertanian, dan akses pada pasar produksi
Gunung Papandayan Garut dan daerah lainnya, merupakan bentuk
dengan harga mengntungkan alias layak.
kegagalan Negara melindungi, menghomrati dan atau memenuhi hak petani atas tanah untuk kehidupan mereka yang lebih bermartabat. Sesungguhnya Negeri ini sudah memiliki kebijakan dasar tentang
Contoh baik pelaksanaan access reform yang terintegrasi land reform dapat kita lihat di Kabupaten Garut, tepatnya di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong. Kaum tani yang berprofesi sebagai buruh perkebunan menjadi
80
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
sasaran pelaksanaan reforma agraria. Sebelumnya, mereka menerima upah per bulan sebesar 220.000 rupiah. Setelah memperoleh tanah seluas rata-rata 1 hektar per kepala keluarga yang ditanami karet, pendapatan mereka per bulan mencapai 7.000.000 rupiah. Bercermin pada apa yang dialami oleh buruh perkebunan di Desa Sagara Kabupaten Garut, reforma agraria dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk menggusur pemiskinan bagi kaum tani. Melalui reforma agraria, masyarakat miskin dapat memiliki aset berupa tanah, sekaligus memperoleh akses terhadap sumber ekonomi. Dengan modal tersebut, mereka dapat meningkatkan pendapatan yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka dan juga keluarga mereka. Itu artinya, reforma agraria sesungguhnya bukan sebagai sebuah ideologi yang menakutkan melainkan sebagai istrumen dan atau jalan bagi Negara untuk membela kaum tani dan menggusur kemiskinan – pemiskinan secara sistematis, sekaligus merevitalisasi lahan tidur/ terlantar. Reforma Agraria merupakan jalan baik dalam menggusur pemiskinan bangsa.
Mereka Berani Melawan Pemiskinan
81