Suara Millenium Development Goals (MDGs)
Edisi No.2 April - Juni 2011
Menelisik Pemiskinan Perempuan Bali
apa kabar? rukun: Kerukunan dalam keluarga menjadi kunci kesejahteraan.
Kartini dan Perempuan di Sekitar Kita Fiqi Hasan
Indeks Berita
dok bali sruti
Hal 3
Apa Kabar?
Hal 4
Forum MDGs: Menelisik Pemiskinan Perempuan di Bali
Hal 14
Laporan Utama: Kartini Masa Kini Meretas Diskriminasi
Hal 18
Opini: Luh Putu Anggreni: Kartini Bali Terkini; Ekasanti: Betulkan Perempuan Harus Sama Seperti Lakilaki?; Luh De Suryani: Kalau Ada Koneksi Internet, Pasti Ada Jalan; Gayatri: Perempuan dalam Penjara
Hal 30
Profil: Dokter Luh Putu Upadisari
Hal 32
Dialog: Berbagi Strategi Meraih Kursi
Hal 35
Laporan Khusus: Kasus HIV/AIDS, Bali Menuju Kondisi Papua?
Hal 40
Album
Hal 44
Resensi Buku: Memberantas Kemiskinan Dari Parlemen
Hal 48
Cerpen: Penyanyi Bernama Sari
Suara Millenium Development Goals (MDGs)
Foto oleh Fiqi Hasan
Perempuan penjual jagung di Bedugul, Tabanan.
2|
Pemimpin Umum: Luh Riniti Rahayu. Sekretariat: Suharyati. Koordinator Redaksi: Fiqi Hasan. Redaktur Khusus: Made Sukaja, Luh Anggreni. Pembantu Umum: Sri Sulandari. Desain ::FX::
[email protected]. Alamat: Jl. Pulau Serangan I No. 2. Denpasar, Bali Telp/fax: 0361 222 464, Hp: 0811 396 646 Email:
[email protected]. Website: www.balisruti.co.id
April - Juni 2011
B
ulan April selalu dikenang karena adanya hari yang dirayakan oleh bangsa Indonesia sebagai harinya Kaum Perempuan. Yakni, hari Kartini. Terkait itu pula, edisi yang kami garap di bulan April ini menyajikan liputan utama mengenai nasib kaum perempuan di Bali. Dilengkapi pula dengan detail pemetaan yang dilakukan oleh para penulis opini sesuai dengan bidang keahlian mereka. Kami berharap sajian itu akan membuat peringatan hari Kartini tahun ini menjadi lebih bermakna lagi. Bukan suatu kebetulan juga bila pada bulan April telah diluncurkan sebuah buku yang bisa menjadi panduan dalam mengakselerasikan pencapaian MDGs dengan tugas-tugas parlemen. Hal itu identik pula dengan upaya feminisasi MDGs karena sebagian besar masalah MDGs senyatanya juga adalah masalah kaum perempuan. Buku tersebut memberi petunjuk yang rinci bagaimana impelementasi diperjuangkan mulai di tingkat perencanaan hingga penganggaran. Pembaca yang budiman, masih terkait dengan MDGs, pada akhir bulan ini, LSM Bali Sruti telah mengadakan Workshop me ngenai penanggulangan HIV AIDS di Bali. Workshop berhasil mempertemukan kalangan aktivis, pihak pemerintah serta lembaga-lembaga lain yang peduli mengenai masalah ini. Di akhir Work shop, peserta sepakat untuk menggalang kerjasama yang lebih erat dalam penyelesaian masalah ini. HIV AIDS sendiri sudah menjadi ancaman global yang dapat mengurangi kualitas kehidupan manusia. Di Bali, sudah sekitar 7.000 orang yang dipredikdi terinfeksi dan dikhawatirkan mulai menyebar ke kalangan masyarakat umum atau diluar kelompok beresiko. Penyebaran terutama melalui hubungan seksual yang tidak aman karena tanpa menggunakan kondom. Ironisnya, pendekatan khusus kepada para Pekerja Seks Komersial (PSK) agar mereka meningkatkan pencegahan penularan sulit dilakukan karena hambatan moralitas. Pendekatan yang umum dilakukan adalah dengan melakukan pembubaran lokasi para PSK yang menyebabkan mereka makin sulit dijangkau petugas. Masalah seperti inilah yang menjadi agenda bersama untuk dipecahkan. Sebagai pengakhir kata, kita sampaikan selamat membaca….
April - Juni 2011
|3
Forum MDGs
Forum MDGs
Menelisik Pemiskinan Perempuan Bali kemiskinan: Kemiskinan di Bali identik dengan kemiskinan pada kaum perempuan.
S
ebuah acara spesial digekar pada 23 Maret 2011 lalu yakni diskusi me ngenai upaya percepatan pengentasan kemiskinan di Bali. Diskusi menghadirkan 4 narasumber yakni Anggota Komisi III DPR RI Eva Siti Sundari, Peneliti Partnership for Governance Reform Agung Wasono , Penulis Buku ”Pengentasan Kemiskinan dari Parlemen” Adriana Venny dan dari Dinas Sosial Propinsi Bali. Berikut adalah ringkasan notulensi dari acara yang dihadiri anggota DPRD Propinsi & kabupaten, LSM, Instansi Pemerintah dan Partai Politik. Eva Siti Sundari : Masih banyak persoalan tentang pemakaian anggaran untuk mengentaskan kemiskinan. Banyak pemakaian anggaran seringkali tidak sesuai dengan perencanaan. Namun dalam era otonomi daerah, memungkinkan manuver
atau pengambilan kebijakan oleh pemimpin daerah agar dapat lebih mensejahteraan masyarakat di daerahnya. Agar lebih mempercepat tercapainya target pencapaian MDG’s
Masih banyak persoalan tentang pemakaian anggaran untuk mengentaskan kemiskinan Dalam penyusunan anggaran lebih banyak pihak eksekutif yang bisa membuat kebijakan, fungsi pengawasan ada di parlemen. Jadi tidak realistis jika target pencapaian MDG’s pada sisi parlemen. Jadi yang bisa dilakukan adalah adanya konsensus dan ada framework yg sama antara parlemen & eksekutif untuk membuat kebijakan yg pro rakyat sehingga penca-
zul t eduardo
Forum MDGs Millenium Development Goals (MDGs) sudah sering diucapkan oleh banyak tokoh melalui berbagai media. Namun banyak pihak yang sejatinya belum mengetahui secara persis seluk beluk serta implikasi dari komitmen itu. Apalagi mengenai langkah-langkah riil yang harus dilakukan. Karena itu, majalah Bali Sruti pada setiap edisinya membuka forum tanya jawab yang memberi kesempatan kepada para pembaca untuk menyampaikan pertanyaan. Forum ini diasuh oleh LSM Bali Sruti, Pertanyaan bisa disampaikan melalui email ke
[email protected] atau melalui kontak ibu Titik 0811396646. Pada edisi pertama ini, kami memuat paparan mengenai MDGs.
4|
April - Juni 2011
zul t eduardo
perkasa: Untuk memenuhi kebutuhan hidup, wanita Bali menjadi wanita perkasa dengan ikut mengerjakan proyek-proyek fisik. April - Juni 2011
|5
Forum MDGs paian MDG’s bisa cepat tercapai. Peran masyarakat juga penting untuk pengawasan pelaksanaan anggaran. Nyoman Wenten (Dinsos Bali) : Visi dan misi dinas sosial propinsi Bali dijabarkan dalam strategi dan kebijakan yang diambil. Terkait dengan program pengentasan kemiskinan sudah dilakukan beberapa program. Sasaran pelaksanaan pengentasan kemiskinan, di 3 kabupaten, yaitu karangasem, klungkung, buleleng. Program ini juga bekerja sama dgn pihak swasta melalui program CSR dari masing2
Forum MDGs MDG’s, hal ini disebabkan karena masih banyaknya masalah terkait kesetaraan gender. Disamping itu ada beberapa persoalan yang harus dihadapi di Bali, yaitu : IPM Bali yang ada di peringkat 16 dari 33 propinsi Bali, Indeks pembangunan Gender di Bali yang jauh lebih rendah dr nasional, keterwakilan perempuan yang rendah di DPRD Bali. Yang menarik data di Bali, partisipasi perempuan bekerja yg tidak sekolah lebih tinggi daripada partisipasi kerja perem-
Penyebabnya adalah karena beban biaya ritual di Bali besar, masyarakat Bali banyak memikirkan gengsi dlm pelaksanaan ritual, sehingga sulit untuk keluar dr pengentasan kemiskinan. perusahaan. Agung Wasono : Bali dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berada di peringkat 16 dr 33 propinsi di Indonesia. Tapi dari daftar kemiskinan, Bali termasuk dalam rangking 2 di bawah Jakarta, jadi dianggap tidak terlalu miskin. Rumah tangga kumuh di Bali indeksnya 13.3, termasuk cukup tinggi di Bali. Problem perencanaan pembangunan di daerah, terutama karena waktu reses & musrenbang tidak sinkron, dan lain lain. Adriana Venny : Salah satu target MDG’s, adalah kesetaraan gender, satu hal, Bali tidak memiliki wakil perempuan di DPR RI ataupun DPD. Mengapa persoalan MDG’s sulit dicapai di Indonesia, karena beberapa hal, antara lain, karena kurang optimalnya fungsi anggota dewan, juga karena adanya Perda yang diskriminatif, dan lain lain. Kondisi di Bali masih cukup baik dalam hal program kesehatan, karena adanya program JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara). Mengapa perlu feminisasi program
6|
April - Juni 2011
puan S1. Jadi perempuan Bali lebih miskin karena bekerja di sektor informal. Tanggapan Peserta : Nyoman Parta (Ketua Komisi IV DPRD Propinsi Bali) : Banyak yg sudah dilakukan, antara lain, dalam program wajib belajar 12 tahun, banyak beasiswa untuk siswa miskin, bahkan hingga tingkat S1. Untuk kesehatan, sudah ada program JKBM. Namun, meski sudah banyak program bantuan dr pemerintah, mengapa justru makin meningkat kualitas kemiskinan di Bali? Angka kemiskinan di Bali krg lebih 13-14% dr jumlah penduduk. Penyebabnya adalah karena beban ritual di Bali sangat besar, masyarakat Bali banyak memikirkan gengsi dlm pelaksanaan ritual, sehingga sulit untuk keluar dr pengentasan kemiskinan. Terkait kasus gizi buruk juga sulit datasi oleh pemerintah. Karena sulit diidentifikasi kapan akan terjadi, & tidak bisa diatasi seketika jika sudah ada kejadian. Gede Dana, Ketua DPRD dari ka-
rangasem : tidak semua perempuan Bali mengedepankan gengsi dalam hal pelaksanaan ritual yadnya. Kondisi yang ada di karangasem, pola hidup seorang petani, adalah pagi sudah bekerja namun menjelang siang, seringkali minum alkohol dan sebagian melakukan aktivitas perjudian. Pola seperti ini yg sering menyebabkan pemiskinan pada masyarakat. Terkadang juga program yg dilakukan oleh pemprop tidak tepat sasaran dengan masyarakat di pedesaan, juga pelaksanaannya tidak sinkron. Bpk. Suka Arjawa, dari FISIP Unud: Saya sependapat dgn Bpk. Nyoman Parta. Banyak masyarakat Bali yang menghin-
pada pemerintah & legislative, selalu datanya beda. Jadi sulit dari pihak akademisi untuk memikirkan secara akademis bagaimana mengatasinya. Terkait masalah budaya & ritual di Bali, memang banyak bergantung pada perempuan untuk mengatasinya. Terutama terkait msl anggaran utk upakara. Padahal dalam penelitian, etos kerja di Badung wanita lebih tinggi. Namun persoalannya seringkali laki-laki membuat aturan dalam pelaksanaan upakara dgn aturan tertentu. Persoalan kemiskinan juga akibat adanya persoalan pendapat tentang adat purusa & pradana. Ibu Laksmiwati, Dinas Kesehatan :
Agar juga tidak erjadi ketimpangan antara daerah yg kaya & miskin dlm program2 kesehatan & pendidikan. Alokasi untuk anggaran kesehatan dinaikkan, setuju usulan tersebut. dar dari masalah-masalah ritual & adat yang nyata di Bali. Jika beban adat di Bali menghabiskan banyak waktu kapan waktunya untuk bekerja & berkompetisi, juga dalam anggaran biaya upacara, terlalu besar membuat tidak bisa menabung. Masyarakat Bali seharusnya berani mengkritik & melakukan perombakan budaya yang tidak mendukung. Made Supartha, PDIP prop Bali : Dalam target pencapaian MDG’s masih sa ngat panjang jika ingin dicapai semuanya. Melihat kasus-kasus yg terjadi. Banyak kasus yang sangat faktual, yang terjadi di masyarakat, akibat kondisi krisis ekonomi yang terjadi, salah satu contohnya adalah banyaknya pengemis, banyaknya kasus bunuh diri, lalu siapa yg akan sungguh2 memperjuangkan tercapainya MDG’s?. Bpk. Suartha, Univ Ngurah Rai, : Terkait kasus mengurangi kemiskinan di Bali, lebih mudah, namun mengentaskannya sulit. Masalahnya, jika dikonfirmasi
Terkait anggaran yg minim untuk pencapaian target MDG’s mohon dukungannya dalam usulan anggaran, agar dapat membantu tercapainya target MDG’s. Untuk program JKBM,berlaku untuk semua masyarakat baik miskin & kaya, asal mau dirawat di Puskesmas dan di RSU kelas III. Mohon bantuan utk mengatasi kasus gizi buruk, agar dibantu lewat partnership, dapat mendekati pihak swasta terkait program CSR. Untuk program jampersal, di Bali berlaku untuk seluruh rumah sakit baik swasta maupun negeri. Tanggapan narasumber : Eva Siti Sundari : di seluruh Negara, semua melaksanakan deregulasi & desentralisasi, namun ada 2 sektor yg harus ttp dipegang oleh pusat, yaitu kesehatan & pendidikan. Satu kasus, terjadinya biaya pendidikan yg tinggi, adalah akibat sekolah menjadi obyek target pemasukan dari pendapatan daerah. Terkait juga kasus kesehatan, biaya kesehatan menjadi maApril - Juni 2011
|7
Forum MDGs hal, karena rumah sakit dikelola pemda. Jangan sampai kita melakukan coorporate governance. Semua dilakukan untuk mencari untung, semua diserahkan pasar. Agar juga tidak erjadi ketimpangan antara daerah yg kaya & miskin dlm program2 kesehatan & pendidikan. Alokasi untuk anggaran kesehatan dinaikkan, setuju usulan tersebut. Auto kritik terhadap budaya Bali, didukung, agar bisa mengatasi masalah kemiskinan local. Made Wenten : Mencermati kasus2 anggaran biaya utk ritual yg tinggi. Perlu dirumuskan bagaimana agar upakara2 ini tidak menghabiskan biaya yang menye babkan pemiskinan pada masyarakat. Terkait program2 yg tidak tepat sasaran, menjadi masukan dalam program kedepan. Terkait program bedah rumah di Bali, pemiliknya juga diberdayakan melalui program Kube, agar dapat mengentaskan kemiskinan.
Forum MDGs Venny, : Belumada riset yang mendalam terkait kasus perempuan Bali dalam pelaksanaan upakara, yang menganggarkan biaya yang besar dan menyebaabkan pemiskinan keluarga. Bisa jadi laki2 Bali, juga menganggarkan biaya yang lebih tinggi untuk hal2 yg tidak perlu. Agung Wasono :, Mengenai program Coorporate Social Responsibility , harus dilihat juga program apa yang terkait dampak dari perusahaan2 yang beroperasi di Bali, bisa disesuaikan agar bisa diterima oleh pihak swasta. Dari data BPS, penyumbang terbesar pengeluaran di Bali 80% dari konsumsi dan 20% dari produksi. Misalnya Terkait kasus di karangasem, seperti masalah kurang air di desa, bisa menyebabkan tingginya angka putus sekolah di desa. Jadi hrs dilihat masalah dasarnya apa. Terkait APBD di Bali, ternyata anggaran 20% itu belum dilaksanakan di Bali. Tim Bali Sruti
dok bali sruti
diskusi: Upaya merealisasikan MDGs melalui parlemen dibicarakan di Bali.
Saatnya Mendorong Feminisasi MDGs Upaya memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
M
dok bali sruti
aktivis: Aktivis perempuan peduli pada isu kemiskinan kaum perempuan.
8|
April - Juni 2011
illenium Development Goals telah dinyatakan sebagai tujuan bersama bangsa-bangsa di dunia. Tujuan itu mencakup upaya memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, diperlukan peran para legislator yang kuat yang memahami visi, misi dan mampu
merumuskan strategi yang tepat. Berbagai masalah yang diidentifikasikan telah menyebabkan lemahnya peran legislator antara lain, adalah kurang optimalnya fungsi anggota dewan, mindset (cara berpikir) yang masih konservatif, kurang peka/ tidak menganggap serius isu yang berkaitan dengan perempuan dan pengentasan kemiskinan. Kurangnya hasil analisis data yang mendukung, Perda-perda yang diskriminatif, Perencanaan dan capaian yang tidak jelas serta Kurangnya networking. Di pihak lain terdapat wacana untuk mempercepat pencapaian MDG’s melalui strategi feminisasi, yakni dengan mendeApril - Juni 2011
|9
Forum MDGs
Forum MDGs
kati masalah MDG’s sebagai persoalan kaum perempuan. Agenda-agenda MDG’s dipandang identik dengan persoalan yang dihadapi kaum perempuan. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta: Angka kematian ibu yang masih tinggi yaitu 228/100.000 atau 420/100.000 versi PBB. Tingkat partisipasi pendidikan perempuan yang lebih rendah daripada laki-laki. Tingkat buta huruf di beberapa provinsi masih didominasi perempuan. Pendapatan perkapita perempuan lebih rendah daripada laki-laki (laporan UNIFEM: Indonesia tiap tahun kehilangan 2,4 juta dollar karena ketimpangan gender). Korupsi yang merampas hak perempuan untuk mendapatkan hidup yang lebih berkualitas.
Peran Legislator
Peran Legislator pada dasarnya terbagi dalam tiga tahap yakni legislasi (pembuatan peraturan), penentuan anggaran dan pengawasan.
Persoalan di Propinsi Bali
Contoh legislasi yang dapat diusulkan di level lokal dan nasional DPR
Di Propinsi Bali terdapat sejumlah persoalan yang harus dicermati : IPM Indonesia turun dari nomer 109 ke 111, sedang kan IPM Bali ada di peringkat 16 dari 33 propinsi. Indeks pembangunan gender Indonesia di peringkat 93, sedangkan angka Bali adalah 61.20. Keterwakilan perempuan di DPR RI adalah 17,32%, dan di DPD RI: 26,5%. Keterwakilan perempuan Bali di DPR RI: 0% dan di DPD: 0%. Keterwakilan perempuan di DPRD provinsi Bali: 7,5%.
Legislasi: yang dapat diusulkan misalnya RUU pengaturan nafkah bagi janda dan anak.
DPRD
Legislasi: yang dapat diusulkan misalnya kebijakan mikro kredit untuk kelompok miskin terutama perempuan
Penganggaran: Alokasi anggaran bagi pengentasan kemiskinan , malnutrisi anak, dll.
Penganggaran: memprioritaskan anggaran daerah untuk pengentasan kemiskinan
Pengawasan: terhadap UU yang telah ada dan memastikan bahwa anggaran telah terdistribusikan dengan baik.
Pengawasan: pengawalan usulan dalam RPJMD, dan dalam pelaksanaan Perda serta SPKD
Peran legislator
Indeks Pembangunan Gender Propinsi Bali
Legislasi
10 |
April - Juni 2011
Anggaran
Pengawasan
Kabupaten/Kota
Indeks Pembangunan Gender
Kota Denpasar
70,10
Badung
64,70
Tabanan
64,70
Bangli
61,60
Jembrana
60,40
Gianyar
59,60
Klungkung
59,10
Karangasem
52,00
Buleleng
45,20 April - Juni 2011
| 11
Forum MDGs
Forum MDGs
Beberapa Fakta di Bali Jumlah kepala rumah tangga perempuan: 9,05%. Jumlah perempuan yang buta huruf 18,8% sedangkan laki-laki 7,2%. Putus sekolah perempuan 15,05% sedangkan laki-laki 9,32%. Partisipasi kerja, perempuan 70,03%, laki-laki 85,63%. Partisipasi kerja perempuan belum sekolah 117,666 sedangkan laki-laki 55,892. Partisipasi kerja perempuan S1 33,724 sedangkan lakilaki 55,908. PNS perempuan 27,161 sedangkan laki-laki 42,908, eselon II hanya 18 orang . Hakim perempuan: 44; laki-laki: 74; Jaksa perempuan: 88; laki-laki: 101; Polisi perempuan: 821; laki-laki: 19.900 .
dok bali sruti dok bali sruti
Eva Sundari
perempuan: Partisipasi perempuan sangat menentukan pencapaian MDGs.
ngun jejaring pendukung
Strategi Peningkatan Kualitas Legislasi
Strategi Dasar Legislator
Untuk mampu mendorong pencapaian MDGs, seorang legislator harus mening katkan kualitas dirinya dengan berbagai cara. Selain itu ia juga harus mampu memba
Berikut adalah detail yang harus dicermati seornag legislator : Buat perencanaan dan target capaian yang jelas dalam pengentasan kemiskinan melalui legislasi, pengawasan dan peng anggaran. Terus membangun kapasitas, dan menjaga kredibilitas. Menjadikan berbagai data dan permasalahan sebagai kekuatan.
Strategi Meningkatkan Kualitas Strategi Kerap dianggap tidak mampu / diragukan kepemimpinannya
Menambah wawasan Bekerja Keras Proaktif di berbagai forum
Dianggap egois dan tidak kooperatif saat memperjuangkan kebijakan pro perempuan
Lobby Mendekati kolega dengan cara persuasif
Kurangnya komitmen partai / fraksi dalam mendorong kebijakan responsif gender
Minta dukungan jaringan Memanfaatkan media
Mendengarkan konstituen adalah juga langkah strategi. Ber-networking dengan LSM, akademisi. Membangun relasi yang baik dengan media dengan membuat gagasan anda penting bagi mereka. Catatan : Tulisan ini diringkaskan dari paparan Adriana Venny dalam Diskusi dan Peluncuran buku “Panduan Mencapai MDGs untuk Anggota Parlemen”, Denpasar 23 Maret 2011
Tujuan Pembangunan Milenium 1. Memberantas Kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 4. Menurunkan angka kematian Anak 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya. 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup 8. Mengembangkan kemitraan global untuk Pembangunan.
12 |
April - Juni 2011
April - Juni 2011
| 13
Laporan Utama
Laporan Utama
kdrt: Kasus KDRT menjadi ancaman bagi Kartini masa kini.
dok bali sruti
Kartini Masa Kini Meretas Diskriminasi
Lembaga itu pun untuk melakukan pencegahan melalui konseling pra nikah. Secara umum, konseling akan memberikan nasehat bagi pasangan suami istri atau yang akan menikah agar mereka saling memahami pasangannya. Para pendamping yang terdiri dari psikolog dan psikiater akan memberi saran-saran bagaimana cara untuk membangun hubungan yang harmonis. Khusus untuk pasangan yang sudah menikah dan kemudian bermasalah, mereka akan didorong untuk tetap mempertahankan mahligai rumah tangganya agar anak-anak tidak menjadi korban. Namun bagi yang masih dalam tahap pra nikah, bisa saja disarankan
untuk berpisah bila memang tidak ada kecocokan. KDRT memang tetap menjadi isu utama dalam hubungan laki-laki dan perempuan. Masalah itu mencuat dalam diskusi yang diikuti
membawa potensi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), terlebih perempuan diposisikan selalu di bawah bayang laki-laki. Padahal, menurutnya, jalinan rumah tangga
Mereka akan didorong untuk tetap mempertahankan mahligai rumah tangganya agar anak-anak tidak menjadi korban sejumlah elemen dan pemerhati perempuan di LBH Bali jalan Plawa Denpasar, 25 April. Ni Luh Gede Yastini, SH, direktur LBH Bali selaku moderator membuka diskusi dengan menyampaikan, meningkatnya ketimpangan yang di alami perempuan semakin meningkat. Tidak adanya kesetaran,
harus didasari oleh komitmen kedua belah pihak. Namun acap kali komitmen terlupakan dan lagi-lagi perempuan menjadi korban kesewenangan laki-laki. Tapi lebih dari sekedar masalah rumah tangga, KDRT adalah gambaran masalah di ruang publik. ”Betapa tidak, wong pasal-
Perjuangan untuk kesetaraan perempuan masih menghadapi tantangan. Diskriminasi masih terasa di ruang keluarga hingga berujung Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Di dalam penjara, mereka tak mendapatkan layanan yang semestinya.
S
ebuah pertemuan menarik digelar di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A), akhir April lalu. Itu adalah forum yang mempertemukan para korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Bali. Mereka diberi kesempatan untuk saling berbagi cerita dan mencurahkan
14 |
April - Juni 2011
perasaannya sebagai bagian dari konseling untuk melakukan pemulihan kondisi kesehatan fisik maupun mentalnya. Layanan khusus konseling pernikahan dan KDRT itu didirikan karena senyatanya KDRT di Bali menunjukkan trend pening katan. Data selama tahun 2009 hingga 2010 menunjukkan adanya 773 kasus
KDRT di Bali. Dari jumlah kasus tersebut hanya sebanyak 68 kasus berhasil diselesaikan setelah mendapat advokasi dan konseling oleh tenaga terlatih yang dibiayai oleh Pemprop Bali. “Dengan adanya lembaga ini kita harapkan akan banyak lagi masalah yang terpecahkan,” ujar Kepala BP3A Propinsi Bali Luh Putu Haryani.
dok bali sruti
dua generasi: Pertukaran pikiran dibutuhkan untuk memelihara semangat Kartini. April - Juni 2011
| 15
Laporan Utama
Laporan Utama Pihaknya harus berkoordinasi dengan desa adat setempat dan pihak mempelai laki-laki sebelum kemudian mengurus akta nikah di kantor catatan sipil. Untuk itu, LBH Bali beserta LSM perempuan lainnya mendorong kepada pemerintah untuk mensosialisasikan hal tersebut. Salah satunya dengan mensinergikan peran banjar di masing-masing daerah sebagai motor un-
Orang tua tidak lagi punya waktu untuk bercerita menjelang tidur kepada anak-anaknya, padahal jalinan emosional terbentuk pada saat itu
kartini muda: Kalangan generasi muda juga bertekad meneruskan perjuangan Kartini. dok bali sruti
pasal dalam undang-undang saja tidak adil,” ungkap Yastini. Beberapa poin dalam UU No.1 Tahun 1974 masih terdapat beberapa pasal yang merugikan perem-
Yastini juga menjelaskan minimnya masyarakat Bali yang memiliki akta nikah sebagai dokumen perkawinan. Padahal akta nikah ini sangat di butuhkan perlin-
Untuk membuat akta nikah prosesnya berbelit-belit karena banyaknya dokumen yang diperlukan, apalagi ketika pernikahan yang dilakukan melibatkan dari kelompok kasta yang berbeda puan seperti halnya tentang diperbolehkannya poligami dan masih didiskreitkannya perempuan sebagai penyebab utama dalam ketidak harmonisan keluarga. Untuk itu, LBH Bali mengusulkan agar memasukkan asas monogami absolut dan lebih memperhatikan posisi perempuan dalam revisi UU Perkawinan tersebut.
16 |
April - Juni 2011
dungan hukum karena jika terjadi kasus dan melapor ke kepolisian, akta nikah sebagai dokumen resmi akan di pertanyakan. Kurangnya kesadaran tersebut berpotensi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan, karena tidak kuatnya perlindungan hukum yang dimilikinya. Persoalan ini juga
dapat mengganggu nasib anak-anak mereka terutama saat membuat akta kelahiran atau surat lainnya. Mengingat keberadaan akta nikah merupakan bukti otentik sebagai bentuk pengakuan negara terhadap sah tidaknya suatu pernikahan sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Diduga, minimnya sosialisasi dari kantor catatan sipil daerah dan adat masyarakat setempat, menjadi penyebab masyarakat belum memiliki akta nikah. “Untuk membuat akta nikah prosesnya berbelit-belit karena banyaknya dokumen yang diperlukan, apalagi ketika pernikahan yang dilakukan melibatkan dari kelompok kasta yang berbeda” ujar Ayu Gita yang pernah mangalami kasus tersebut.
tuk mensukseskan tertib administrasi terkait dengan pembuatan akta nikah. Namun potret masalah Kartini masa kini sejatinya bukan hanya sebatas itu. NAPI, National Alliance for Prisoner in Indonesia mencatat perempuan dalam penjara belum mendapatkan hak-hak yang semestinya. Seperti layanan ketika hamil, melahirkan dan merawat bayi. Merekapun banyak mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari aparat penegak hukum. (Selengkapnya baca di rubrik opini : “Perempuan dalam Penjara”). Selain menepis diskriminasi, kalangan perempuan juga menghadapi tantangan yang berat dalam kaitannya dengan peran untuk menyiapkan generasi mendatang. Masalah komunikasi dengan anak-anak menjadi kunci keberhasilan yang sulit diwujudkan. Sebab, kebanyakan orang tua masa kini dipisahkan oleh kesibukan yang berbeda. “Orang tua tidak lagi punya waktu untuk bercerita menjelang tidur kepada anak-anaknya, padahal jalinan emosional terbentuk pada saat itu,” kata Dr LK Suryani dalam acara Dialog perempuan Lintas Generasi yang diselenggarakan
duo: Senior dan junior harus memadukan langkah untuk masa depan. dok bali sruti
Forum perempuan Mitra Kasih bersama sejumlah LSM di Tabanan. Dia menekankan, perlunya orang tua bekerja sebagai tim untuk memberikan arahan yang tepat bagi anak-anak mereka. Dari kalangan generasi muda, Ayu Ria Gandi mengakui, kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak muda sulit dihindari, khususnya kepada anak perempuan yang lebih dibatasi daripada anak laki-laki dalam pergaulan. Orang tua selalu khawatir, anak-anaknya akan menempuh jalan yang salah, sementara si anak menganggap orang tua tak bisa diajak berdialog. Padahal, kata aktivis perempuan itu, yang diperlukan hanyalah saling keterbukaan dan sikap bertanggungjawab. “Kita harus membuktikan bahwa kita bisa melindungi diri sendiri dan melakukan hal yang bermanfaat,” ujarnya. Tim Bali Sruti April - Juni 2011
| 17
opini
opini
Kartini Bali Terkini
ngat tersebut sempat kandas karena pasca politik tahun 65 hingga orde baru. Perempuan Bali menjadi begitu ketakutan untuk berpolitik, perempuan haruslah cantik, lembut, penurut dan menjadi ibu rumah tangga yang baik
Oleh: Anggreni Memaknai peringatan hari kelahiran Raden Ajeng Kartini, yang terlintas pastilah sosok Pahlawan Bangsa yang selalu di kenang sebagai Pejuang Pendidikan. Khususnya bagi kaum perempuan, memang selayaknya tetap bergema dalam aksi yang nyata.
rempuan sangat luar biasa. Data yang menunjukkan betapa ketika perempuan dianggap lemah, hanya akan menjadi korban kekuasaan dan kesewenangan pelakupelaku kekerasan. Bahkan pasangan hidupnyapun mampu sebagai pelaku
erah. Perempuan Bali turut mewarnai gerakan tersebut. Forum Perempuan Mitra Kasih Bali, Bali Sruti, LBH Bali, LBH APIK Bali, Manikaya kauci, Mitra Bali , Bali Fokus, PBHI Bali, Yayasan Wisnu, PPLH, BOA, Kalima Jari, Tulus Ngayah,
Tahun 20-an para ibu-ibu kita sudah aktif berorganisasi (Organisasi Poetri Bali Sadar), aktif menulis di media (Surya Kanta, Djatajoe, Bhakti, dan Damai) dan berjuang agar perempuan Bali semakin banyak yang dapat memperoleh pendidikan yang setara dengan kaum laki-lakinya dok pribadi
S
ebagaimana yang ditulis dalam suratsurat Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” Ibu Kartini sudah memahami betapa kebodohan hanya akan membuat perempuan terpuruk,terhina dan terjajah. Betapa cita-cita luhur Kartini yang berharap bahwa melalui pendidikan perempuan akan setara dengan kaum laki-laki. Membimbing anak-anak, memba ngun negeri, membangun bangsa yang mandiri dan berkualitas dan terpandang di mata Internasional. Perempuan Bali tempo dulu telah membuktikan betapa mereka berjuang keras untuk melanjutkan perjuangan Kartini, bahkan begitu bersemangat memperoleh pendidikan hingga ke luar Bali. Tahun 20-an
18 |
April - Juni 2011
para ibu-ibu kita sudah aktif berorganisasi (Organisasi Poetri Bali Sadar), aktif menulis di media (Surya Kanta, Djatajoe, Bhakti, dan Damai), dan berjuang agar perempuan Bali semakin banyak yang dapat memperoleh pendidikan yang setara dengan kaum laki-lakinya.
85 tahun ini, menuturkan, betapa perempuan sudah mampu memposisikan diri sebagai pemimpin dan punya keberanian sama dengan kaum laki-laki. Pengalaman sekolah di Taman Siswa Jogjakarta asuhan Ki Hajar Dewantara, pengalaman sebagai mata-mata dan guru saat
Mulailah muncul wacana kesetaraan gender, Aksi menolak Poligami, muncul gerakan perempuan untuk turut mewarnai politik Bangsa Semangat Kartini dijaman itu masih terkenang lekat oleh satu figure tokoh perempuan Bali, Desak Raka K.Nadha. Ibu yang dikenal sebagai pejuang perempuan veteran Bali. Dalam ingatannya yang masih kuat disaat berusia
jaman Jepang, pengalaman mengikuti perjalanan Pahlawan Bali Ngurah Rai, contoh teladan semangat Kartini yang masih terbayang nyata difigur Desak Raka, pejuang perempuan asli Lumajang Tabanan. Perjuangan dan sema
bagi suami dan anak-anak. Perempuan hanya pendamping, tidak layak jadi pemimpin. Perempuan adalah bunga pemanis, penghias dan penghibur, tidak berkemampuan dan tidak berani untuk berpendapat sendiri, karena sudah cukup diwakili oleh kaum laki-laki, ayah, suami atau kakak laki-laki. Setelah reformasi , geliat perempuan Bali sejalan dengan bangkitnya perjua ngan aktivis perempuan nasional, yang ingin berjuang bagi kaumnya. Kasus kekerasan terhadap perempuan, kasus perkosaan terhadap perempuan Etnis, pelecehan seksual terhadap perempuan pekerja/ buruh, kasus trafiking/ perdaga ngan perempuan dan anak, dan KDRT, menurut data yang tercatat di Komnas Pe-
KDRT. Ketika perempuan tidak mampu memposisikan diri secara setara dalam berumah tangga. Kini mulailah muncul wacana kesetaraan gender, aksi menolak poligami. Muncul gerakan perempuan untuk turut mewarnai politik bangsa. Antara lain ikut aktif mengawal perubahan UU yang lebih berkeadilan bagi kaum perempuan, mendorong peran pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan, agar lebih responsife gender. UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), UU Perlindungan Anak, UU Trafiking, UU Kewarganegaraan, UU Perlindungan Saksi,UU Parpol dan UU Pemilu merupakan UU yang dikawal oleh gerakan aktivis perempuan nasional dan da-
Kisara, PKBI, YCUI, Kerti Praja adalah lembaga-lembaga LSM di Bali yang diwarnai oleh gerakan perempuan Bali, tentunya tanpa bermaksud mengabaikan gerakan lembaga lain yang mempunyai visi dan misi yang sama. Organisasi perempuan di Bali pun mulai memperkuat diri, seperti PKK, Dharma Wanita, WHDI, WKRI, PWKI, WANITA BUDHIS, MUSLIMAT NU, PEREMPUAN AISYIYAH, WANITA ISLAM, BKOW/ GOW, IWAPI, semakin mencari bentuk perjuangan yang sesungguhnya untuk meningkatkan pemberdayaan terhadap kaum perempuan dan kemandirian perempuan Bali. Begitu juga semangat perempuan untuk terjun ke Partai Politik, semakin April - Juni 2011
| 19
opini
opini
Yang terpenting adalah kemampuan mengkomunikasikan segala bentuk perjuangan perempuan sebagai perjuangan keluarga dan perjuangan bersama rakyat Indonesia terbuka peluang bagi kaum perempuan mengisi ruang-ruang kepengurusan perempuan dalam struktur parpol , termasuk perekrutan bagi para kader muda . Penguatan isu dan terjalinnya komunikasi yang efektif, tentunya sangat dibutuhkan.Kesenjangan antar generasi dan putusnya kaderisasi seyogjanya tidak melunturkan semangat dalam pencapaian isu bersama. Mulai Dari Kabupaten Tabanan, tempat lahirnya pemimpin Perempuan pertama sebagai Bupati di Bali, diharapkan semangat ini dapat diwujudkan. Ini akan berkesinambungan bergerak ke kabupaten kota lainnya di Bali. Kartini dimasa kini,harusnya tidak kalah de ngan perempuan pejuang era terdahulu.Namun strategi perjuangannya yang semakin perlu ditingkatkan. Jangan sampai perjuangan perempuan selalu dikandaskan oleh kodratinya sebagai perempuan. Black kampanye perempuan harus dihadapi dengan persatuan yang kokoh, dengan fakta dan data yang valid. Yang terpenting adalah kemampuan meng komunikasikan segala bentuk perjuangan perempuan, sebagai perjuangan keluarga dan perjuangan bersama rakyat Indonesia. Perempuan tidak perlu membangun konflik dalam kegigihan membangun kesetaraan. Perempuan pintar, cerdas dan bijak adalah sumber kebahagiaan bagi pasangan hidup, anak dan keluarganya. Bukan sebaliknya, membalikkan kekuasaan untuk melakukan kekerasan baru. Penulis Luh Putu Anggreni,SH Koordinator Forum Perempuan Mitra Kasih Bali
20 |
April - Juni 2011
Kesetaraan Gender dalam
Perspektif Profesi
Betulkan Perem
puan Harus Sama Seperti Laki-laki?
H
al tersebut dirasakan perlu dilakukan karena kondisi di negeri ini masih banyak memarjinalkan perempuan dalam berbagai hal. Terbukti, adanya banyak kasuskasus pelecehan terhadap perempuan, terjadi ketidakadilan yang dialami perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam menjalankan profesinya atau bekerja. Kini gencar diperjuangkan adalah kesetaraan dalam berpolitik praktis, dimana perlu dilakukan affirmatif action, untuk mendorong terwujudnya kesetaraan bagi perempuan yang inginterjun dalam bidang politik praktis. Bagaimana dengan bidang yang lain? yaitu dalam bidang pekerjaan. Bagaimana jika perempuan memilih profesi yang umumnya dilakukan oleh lakilaki? Apakah terjadi perlakuan yang tidak adil, dan apakah perlu pula dilakukan affirmatif action? Kita tahu bahwa kini banyak perempuan yang memilih profesi yang umumnya mayoritas dilakukan laki-laki, seperti misalnya menjadi pilot, sopir taxi, dan sebagainya, atau juga profesi-profesi yang harus berhubu ngan dengan mayoritas pekerja
Oleh: Ekasanti Kita tentunya paham, bahwa sejak beberapa tahun terakhir gencar disosialisasikan tentang kesetaraan gender, dimana pemahamannya adalah kesetaraan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki dalam segala bidang kehidupan.
dok pribadi
laki-laki, seperti di bidang konstruksi, konsultan bangunan, engineering dan sebagainya. Sesungguhnya dalam bidang ilmuilmu teknik khususnya, mahasiswi yang menempuh pendidikan di bidang tersebut hingga lulus menjadi sarjana, cukup banyak jumlahnya. Namun sayangnya tidak banyak kemudian yang memilih berprofesi di bidang tersebut. Sebetulnya cukup memprihatinkan, begitu banyak perempuan sarjana yang kemudian tidak berprofesi sesuai ilmunya. Ada apa sebenarnya? Apakah ada yang salah dalam dunia pendidikan kita? Sepertinya bukan itu masalahnya, tapi lebih ada image profesi itu yang mayoritas ditekuni oleh laki-laki. Begitu pula, image dunia profesi di bidang konstruksi yang keras, seolah itu adalah dunia laki-laki. Barangkali karena untuk menekuni dunia ini, perlu banyak terjun ke lapangan, berpanas-panas serta berhubungan dengan tenaga kasar yang
didominasi laki-laki (tukang dan mandor). Barangkali pula banyak perempuan yang takut bekerja dalam kondisi seperti itu? Padahal berdasarkan fakta, sesungguhnya tidak banyak terjadi diskriminasi pada profesi-profesi tersebut. Yang dikedepankan adalah kualitas dan profesionalitas kerja. Betul dalam beberapa kondisi, dibutuhkan stamina fisik yang lebih, dan juga kesiapan untuk berada di lokasi kerja yang kotor, panas, dan sebagainya yang jauh dari kenyamanan. Tapi peluang penghasilan yang bisa diraih, sesungguhnya sangat menarik, dan banyak peluang yang bisa diambil oleh perempuan. Dan perlu digarisbawahi bahwa perempuan yang melakoni profesi-profesi maskulin tersebut, sesungguh tidak harus mengubah sikap menjadi maskulin pula. Karena menurut penelitian, justru dengan kelebihan perempuan, yaitu sikap kelembutannya, jika dilakukan dalam menjalankan profesinya, justru terbukti membuat lebih sukses.
April - Juni 2011
| 21
opini
opini
Perempuan dengan sikap yang lembut, santun, dalam bekerja terbukti lebih banyak meraih sukses daripada perempuan yang mencoba bersikap maskulin seperti laki-laki. Satu pengalaman pribadi yang menarik buat penulis, yang memilih berpofesi di bidang konstruksi. Saat ini sedang bersiap menandatangani kontrak kerja se-
tidak merengek-rengek untuk minta perlakuan khusus hanya supaya nyaman. Affirmative action, memang perlu dilakukan dalam segala bidang (bukan saja politik), agar perempuan lebih banyak bisa berkiprah pada berbagai bidang. Namun selayaknya perempuan juga tidak sekedar berharap banyak
Alangkah baiknya jika kesetaraan gender, itu dimaknai lebih pada bagaimana perempuan siap dengan segala konsekwensi pilihan yang dilakukan buah proyek, yang penuh tantangan, karena proyek tersebut hanya bisa dikerjakan malam hari (mulai jam 22.00-07.00), dan berlokasi di luar kota. Nilai proyek tersebut sungguh menarik, dan diatas kertas berpeluang menghasilkan laba lebih dari gaji seorang anggota dewan sebulan, dan item pekerjaannya sungguh sederhana juga hanya butuh waktu maksimal sebulan, jadi sungguh sayang jika ditolak. Tidak mungkin memaksa klien agar bisa proyek dikerjakan pada jam kerja yang normal. Jadi yang bisa dilakukan adalah bersinergi dan berbagi tugas bersama partner laki-laki untuk mengawasi pekerjaan di malam hari bergantian. Lalu apakah ini satu contoh praktek kesetaraan gender? Karena tuntutan pekerjaan yang harus mampu sama dengan kemampuan laki-laki? sesungguhnya, ini hanyalah bagian dari konsekwensi dari profesi yang dipilih. Terlepas dari persoalan gender, alang kah baiknya jika kesetaraan gender itu dimaknai lebih pada bagaimana perempuan siap dengan segala konsekwensi pilihan yang dilakukan. Tapi
22 |
April - Juni 2011
dari perlakuan khusus sesuai affirmatif action. Sangat miris, jika mendengar seorang perempuan, yang memilih menekuni bidang yang maskulin tapi masih mengeluhkan hal-hal yang berbau domestik. Betul, peremuan harus bersamasama berjuang untuk menghapuskan aturan-aturan diskriminatif bagi pekerja perempuan, tapi perempuan sendiri juga harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing dengan pekerja laki-laki. Jika ingin karir yang melesat, tentu kita tidak bisa sekedar hanya melakukan hal yang biasa saja, tapi juga harus mampu melakukan hal yang luar biasa. Tentunya itu akan dapat tercapai jika kita selalu mau belajar untuk menambah wawasan dan ilmu serta selalu mengasah kreativitas. Semoga lebih banyak lagi perempuan yang berani memilih profesi yang masih mayoritas didominasi laki-laki, karena banyak peluang yang bisa dimanfaatkan perempuan, potensi-potensi perempuan makin terasah, dan makin banyak perempuan meraih sukses dalam berbagai bidang profesi.
Kalau ada Koneksi Internet, Pasti ada Jalan Oleh: Luh De Suryani Kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Itu idiom motivasi zaman dulu. Sekarang menurut saya, kalau ada koneksi internet, pasti ada jalan!
dok pribadi
B
erikan saya koneksi internet yang bohai, saya akan mengubah dunia. Nah, ini bisa agak berlebihan tapi ada benarnya. Setidaknya itu yang saya temukan di pengalaman hidup beberapa tahun ini, setelah berani mencumbu dunia online. Sabtu (10/4) lalu, beberapa kawan baru saja me ngunjungi rumah sepasang perempuan difabel, Restiti dan Alit. Keduanya me ngalami polio sejak kecil. Beberapa kawan saya ini adalah teman yang dikenal lewat jejaring social. Ada yang kenal di milis Bali Blogger Community, lewat twitter, kemudian kopi darat di acara Melali bareng Balebengong.net, sebuah portal jurnalisme warga di
Bali. Restiti dan Alit mendapat hadiah berbagai jenis boneka. Tak hanya difungsikan sebagai teman tidur. Boneka-boneka yang dibawa teman itu ada yang berbentuk Barbie. Ini khusus
bel yang “disembunyikan” keluarga, atau tak mampu mengakses bantuan di luar tembok rumah. Singkat cerita, Restiti kemudian mendapat sejumlah dukungan seperti pemasaran baju-baju boneka
Beberapa kawan saya ini adalah teman yang dikenal lewat jejaring social untuk restiti, perempuan ramah 19 tahun yang cakap membuat desain baju boneka, termasuk kebaya. Beberapa kawan yang dipertemukan lewat dunia maya pertama kali dengan kisah Restiti-Alit dari tulisan di balebengong.net. Tulisan ini merangkum kisah di balik “ditemukannya“ Restiti oleh sejumlah relawan penjangkau difa-
dan kebayanya. Hendra, pemilik usaha web development memberikan domain-hosting gratis. Sakti Soediro, relawan perempuan penjangkau difabel ini membuatkan desain website dan terus mendampingi dalam pemasaran produk hingga saat ini. Usai pertemuan terakhir di rumah Restiti, tulisan baru muncul di April - Juni 2011
| 23
opini
opini
balebengong.net. Beberapa kawan kembali menawarkan bantuan, seperti fotografi untuk memotret produk Restiti dan lainnya. Alit, adik Restiti yang berusia 11 tahun punya bakat menggambar. Hasil dokumentasi dan proses
papan keyboard. Di ruang dapur yang terhubung langsung dengan ruang perpustakaan, saya juga bisa melihat anak bermain jika sedang libur sekolah. Memasak sambil online biasanya dilakukan pagi, usai mengantar anak sekolah
pik paling populer. Tentu tak pernah kita lupa kisah Prita Mulyasari, perempuan yang dipidanakan oleh sebuah rumah sakit di Jakarta beberapa tahun lalu. Ini sejarah penting di Indonesia mengenai teknologi informasi dan
Jurnalisme warga atau citizen journalism yang dikembangkan balebengong.net memberikan hak yang sama bagi perempuan berkarya dan kemudian brdampak langsung pada lingkuangan sekitar kolaborasi terus menambah dukungan untuk dua perempuan difabel berbakat ini. Misalnya tambahan bantuan kursi roda, yang juga dimobilisasi dari media online. Ini kisah kecil di Bali. Jurnalisme warga atau citizen journalism yang dikembangkan balebengong. net memberikan hak yang sama bagi perempuan berkarya dan kemudian brdampak langsung pada lingkungan sekitar. Saya pun kerap menulis dan memposting artikel di blog atau jejaring social ketika memasak. Saya cukup meletakkan meja kecil, sekitar 3 meter dari dapur. Saat menunggu sop matang di penggorengan atau empal diungkep dalam panci, saya bisa menulis. Karena kadang menulis, butuh waktu segera untuk menumpahkannya di
24 |
April - Juni 2011
dan menunggu waktu keluar sekolah. Menyenangkan dan menyeimbangkan. Bahkan, saya sering menemukan semacam buddies tiba-tiba dalam hidup ketika memposting tulisan dan direspon ramai oleh perempuan lain. Salah satu contohnya, ketika menulis pengalaman pertama menggunakan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD), akrab disebut KB pasang. Mencari alat kontrasepsi adalah hal krusial bagi perempuan. Ada banyak pilihan de ngan berbagai efek samping. Brosur atau iklan tak sepenuhnya bisa meyakini perempuan. Yang paling penting adalah mende ngarkan pengalaman perempuan lain, dan ini bisa dilakukan di internet. Artikel ini masih seru didiskusikan oleh pengunjung blog saya dan menjadi to-
perempuan. Seorang perempuan memposting keluhannya soal pelayanan rumah sakit, lalu direspon dan disebarkan ke orang lain. Dunia maya adalah viral. Hanya perlu sekali klik, dan jika pembaca tertarik, postingan sudah bisa dibaca jutaan orang. Sayang, kompalain berbuah upaya pemenjaraan dari pihak yang merasa dicemarkan. Perjuangan Prita lolos dari sel penjara digaungkan dengan gerakan Koin untuk Prita. Untuk membayar denda pidana pengadilan. Gerakan koin terus bergema, untuk isu-isu yang berbeda. Misalnya Koin untuk Bilqis, dan terakhir Koin Sastra untuk penyelamatan dokumentasi sastra HB Jassin di Jakarta. Kisah Prita pada bisa dituangkan dalam konteks analisis gender. Kerangka
dok bali sruti
internet: Perempuan muda harus juga menguasai teknologi informasi.
analisis gender “Harvard” terdiri dari empat komponen, yaitu partisipasi lakilaki dan perempuan, akses masing –masing pada sumber daya alam dan sumber daya lainnya, pengaruh masing-masing dalam proses pengambilan keputusan pada tingkat rumah tangga dan komunitas, serta manfaat yang mereka peroleh dari kegiatan itu. Prita berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat. Ini yang kadang lalai diperhatikan dalam sejumlah pertemuan umum, rapat pemerintah, termasuk rapat adat. Internet memberikan hak yang sama bagi siapa pun untuk terlibat dalam pembentukan opini.
Kedua, akses perempuan pada sumber daya di dunia nyata tak terjadi di dunia maya. Prita menggunakan kemampuannya mengakses email untuk berbagi. Ini sangat mudah, walau masih banyak perempuan yang menganggap sudah memanfaatkan TI hanya dengan membuat akun di facebook. Sementara alamat email tak terurus. Membuat akun email hanya untuk mendaftarkan diri di facebook, kemudian tak pernah membuka isi email, bahkan lupa password-nya. Prita juga tak perlu menitipkan “suaranya” lewat suami atau kepala desa untuk bisa cepat mendapat respon atas keprihatinannya.
Ia menulis email atas nama pribadinya sendiri dan bertanggung jawab secara mandiri. Terakhir, soal manfaat dari kegiatan. Aksi Prita membuat email komplain ini berpengaruh luas pada cara pandang masyarakat dan institusi perusahaan dalam mekanisme resolusi konflik, dan tentu saja kehendak untuk berbicara untuk perempuan. Kegiatan online lebih bermakna ketika berdampak di dunia nyata. Siapa saja kini bisa mulai melakukan sesuatu, mulai dari memanfaatkan email, blog, atau jejaring sosialmu. Tinggal menulis, membaginya, kemudian mewujudkan. April - Juni 2011
| 25
opini
opini
Perempuan dalam Penjara
kan), sebesar 799 orang, terdiri atas 356 tahanan dan 443 orang napi. Untuk tahanan sebanyak itu terdiri atas 317 orang pria dan 39 wanita, sedangkan untuk napi masing-masing 394 pria dan 49 wanita.Dikatakan, jumlah penghuni Lapas Kerobokan yang mencapai 799 orang itu, telah melebihi kapasitas yang sesungguhnya hanya
Oleh: Gayatri Perempuan dalam kelompok Tahanan, narapidana dan mantan narapidana (disingkat tanamana) termasuk kelompok rentan, khususnya terhadap stigma dan diskriminasi.
dok pribadi
M
ereka dikategori kan sebagai kelompok orang yang berperilaku menyimpang (deviant) atau pelanggar hukum (offender). Tanamana perempuan ini juga harus dilihat sebagai korban dari kekerasan yang dialami jauh sebelum mereka akhirnya menjadi pelaku pelanggar hukum atau pelaku kekerasan. Pengalaman menjalani kehidupan penjara atau lapas sangat mahal harganya. Para perempuan kelompok rentan ini harus dalam kurun waktu panjang berada, kehilangan kemerdekaan diri, kehilangan rumah tinggal dan bahkan kehilangan keluarga atau orang-orang yang mereka cintai (termasuk kehancuran karir, keluarga beranta-
26 |
April - Juni 2011
kan dan perceraian). Kelompok rentan seperti tahanan dan narapidana tentunya merupakan kelompok berkebutuhan khusus. Tahanan dan narapidana perempuan memiliki kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan
lahiran bayi [kebutuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak]. Demikian juga kebutuhan tahanan dan narapidana perempuan yang adiksi narkoba dan penderita HIV/AIDS. Jumlah orang yang dinyatakan memiliki perilaku
Situasi dan kondisi akan semakin sulit ketika tahanan atau narapidana perempuan mengalami siklus kodrati seperti menstruasi, menghadapi kehamilan, atau kelahiran bayi. tahanan atau narapidana laki-laki. Situasi dan kondisi akan semakin sulit ketika tahanan atau narapidana perempuan mengalami siklus kodrati seperti menstruasi [kebutuhan akan pembalut], menghadapi kehamilan, atau ke-
menyimpang sesuai dengan bunyi teks hukum yang diberlakukan negara semakin meningkat. Bahkan, jumlah mereka melebihi kapasitas lapas yang layak huni. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah penghuni lapas kelas II A Denpasar (Kerobo-
dengan status sebagai narapidana di Lapas Ke robokan. Perempuan malang ini kini tinggal di Blok Wijaya Kusuma dengan bayinya. Isana tersangkut kasus hukum dengan kekasihnya yang juga menjadi penghuni lapas Kerobokan di Blok yang terpisah. Kehamilan tanpa pernikahan dan melahirkan tanpa keluarga merupakan
keluarga di Bali sehingga ketersediaan kebutuhan untuk mereka berdua menjadi sulit. Sempat, Isana hendak menitipkan bayinya pada ‘seseorang’ dengan kompensasi 15 juta karena terdesak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keputusasaan dengan keadaan dirinya. Untunglah para na rapidana perempuan di
Kisah ini dapat mewakili beberapa keadaan yang rentan dialami oleh kelompok tahanan dan narapidana perempuan di berbagai penjara atau lembaga pemasyarakatan. 323 orang. Perkembangan tahun 2011 diperkirakan jumlah penghuni mencapai 900an orang. NAPI, National Alliance for Prisoner in Indonesia berikut ini menampilkan beberapa cuplikan kisah para tahanan dan narapidana perempuan di Lapas kelas II A Kerobokan Bali. Paling tidak kisah ini dapat mewakili beberapa keadaan yang rentan dialami oleh kelompok tahanan dan narapidana perempuan di berbagai penjara atau lembaga pemasyarakatan.
Kehamilan Dan Kelahiran Bayi Isana (bukan nama se benarnya) melahirkan pa da tanggal 4 Maret 2011
salah satu ironi yang dipetik dari kehidupan narapidana perempuan di Lapas Kerobokan. Ketika bayi yang kemudian diberi nama Tegar baru berusia 3 hari, sungguh malang nasibnya. Tegar lahir tanpa fasilitas yang memadai plus sang Ibu yang dalam keadaan depresi sehinggakesulitan menyusuinya. Sementara, susu bayi tidak tersedia di Lapas. Tegar hanya hidup dengan baju satu-satunya yang menempel di badannya. Isana dan Tegar putranya tentu memiliki kebutuhan khusus untuk diri dan bayinya. Keadaan ini diperburuk karena Isana termasuk narapidana migran yang tidak memiliki
blok Wijaya Kusuma bisa bersama-sama dengan NAPI Daerah Bali dan LBH APIK mampu membendung rencana tersebut. NAPI Daerah Bali akhirnya berhasil menggalang bantuan seperti pakaian, susu dan perlengkapan bayi dari para aktivis perempuan dan sukarelawan termasuk dari SAR dan sekeluarga (SAR bukan nama sebenarnya, adalah narapidana Lapas Kerobokan yang tengah terancam hukuman mati). Pengalaman meng hadapi Isana dan bayinya memberikan gambaran betapa rentan nasib kaum perempuan yang memiliki bayi dan potensi traffic king bayi melalui penjara bisa saja dimanfaatkan April - Juni 2011
| 27
opini
opini
okum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dan isu-isu semacam ini tentu perlu mendapatkan perhatian pihak pemerintah. Ektradisi Maria (bukan nama se-
NAPI Jakarta untuk membantu menyuarakan keadaan dirinya di publik. Maria saat ini tidak memiliki uang, keluarga dan pemerintah Indonesia dan pemerintah Hungaria yang dianggapnya telah menelantarkan na
Tukar kepala merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang yang merasa dikorbankan seseorang untuk dijadikan tersangka, agar oknum aparat kepolisian bisa mendapatkan prestasi dari atasannya.
benarnya, 51 tahun) adalah warga negara Hungaria. Ia ditahan di Lapas Kerobokan selama lebih dari setahun atas tuntutan hukum yang dilakukan di negaranya dan tidak pernah dilakukannya di Indonesia. Hidupnya terkatungkatung dan masa penahanannya terus diperpanjang. Konon Maria hendak diekstradisi namun hingga kini proses hukum tersebut tidak pernah terjadi. Hal ini bisa saja semakin sulit jika antarnegara tidak menandatangani MOU perjanjian ekstradisi. Masa penahanan Maria telah berakhir 7 Maret yang lalu, namun hingga saat ini ia masih ditahan di Lapas Kerobokan. Maria frustrasi menghadapi ketidakjelasan nasibnya, dan menghubungi NAPI Daerah Bali dan
28 |
April - Juni 2011
sibnya dengan tetap menahan dirinya dalam penjara tanpa kejelasan batas akhir penahanan dan kejelasan informasi publik terkait dengan proses hukum atas dirinya. Adiksi Narkoba Maya dan Rani (bukan nama sebenarnya), keduanya pecandu narkoba. Nasib mereka menjadi bulan-bulanan aparat khususnya buser narkoba dan merupakan target yang paling empuk untuk digiring ke jeruji besi. Maya menjadi residivis, tertangkap untuk kedua kalinya karena penyakit ketergantungan Narkoba dan juga dijebak kawan lelakinya untuk ‘tukar kepala’. Tukar kepala merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang yang merasa dikorbankan
seseorang untuk dijadikan tersangka, agar oknum aparat kepolisian bisa mendapatkan prestasi dari atasannya. Masalah yang dihadapi sebagai korban adiksi narkoba sangat kompleks: dimulai sejak proses penahanan, tekanan untuk mematuhi skenario untuk BAP yang dibuat sesuai dengan keinginan oknum yang menangkapnya hingga akses untuk mendapatkan pelayanan pengobatan bagi yang tengah menjalani rehabilitasi dan pengobatan khusus untuk penderita HIV. NAPI mengadvokasi kedua tahanan ini dengan memfasilitasi kebutuhan mereka dengan akses pelayanan informasi, dan dokumen yang dibutuhkan seperti surat keterangan sebagai pasien rehabilitasi metadon dan surat keterangan sebagai penderita HIV yang dapat digunakan untuk membantu keduanya dalam menjalani proses hukum termasuk memudahkan mereka dalam mendapatkan akses obat. Baik Mira dan Rani berharap pihak kepolisian juga bisa melakukan tes urine secara reguler kepada aparat, khususnya yang bertugas sebagai buser narkoba. Harapan ini ditujukan untuk menghindari permainan oknum-oknum
lapas: Penjara menjadi tempat yang rawan bagi kam perempuan.
net
aparat kepolisian yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan para korban adiksi narkoba lainnya untuk kepentingan politik kekuasaan, tidak melulu memburu para korban adiksi narkoba. Mereka juga berharap suatu saat ada lembaga bantuan hukum sosial yang berkenan membantu. Saat ini beberapa lembaga bantuan hukum (NGO atau LSM) menolak menangani klien yang berasal dari kelompok korban adiksi narkoba. Kebijakan
ini dirasakan diskriminatif dan penuh penghakiman. Regulasi Baru Ibu Mira (bukan nama sebenarnya) merasa dikorbankan menjadi narapidana oleh sistem menejemen perusahaannya, dan dikorbankan secara politik oleh penguasa kantor dengan tuduhan korupsi. Seharusnya Ibu Mira akan menjalani pembebasan bersyarat pada bulan Juni 2011. namun konon dengan diberlakukannya UU Tipikor tahun 2010
yang baru, kebebasan Ibu Mira akan ditangguhkan hingga tahun 2013. Ibu Mira tidak tahu apakah UU tersebut diberlakukan surut, sementara ia telah menjalani hukuman sejak 2007. Ibu yang malang ini tidak tahu kemana harus bertanya karena setiap pertanyaan sepertinya selalu membutuhkan bayaran yang tidak sedikit dari orang-orang yang mengerti menafsir teks hukum. Gambaran kebebasan itu seperti imingiming siang bolong. April - Juni 2011
| 29
profil
profil
Di Pasar, Merawat Perempuan Pasar tradisional hanya tempat jual beli? Di Pasar Badung, pasar terbesar dan beroperasi 24 jam di Bali ini Anda bisa memeriksakan kesehatan umum, pasang alat KB, atau deteksi dini kanker. Dokter Luh Putu Upadisari membuat interaksi pasar tradisional makin bermakna, khususnya untuk perempuan.
K
arena kontribusinya, pada 2009 Dokter Sari mendapat penghargaan Ashoka Fellow, sebuah penghargaan prestisius yang biasa diberikan pada mereka yang membuat inovasi kerja serta dampak social. Kini, Ia sedang bekerja sama dengan Sara-Al Lamki, perempuan muda dari Oman, yang terpilih sebagai Youngchangemaker of maternal health untuk program riset soal masalah kehamilan yang dihadapi perempuan di Bali. Kini, sedikitnya 9000 pasien sudah mencoba klinik Yayasan Rama Sesana (YRS) yang berlokasi di lantai IV Pasar Badung di Denpasar ini. Pasien itu 6700 orang perempuan, 1300 orang anak-anak, dan sisanya laki-laki. Bahkan, komposisinya kini berubah menjadi 50:50, sebanding antara pasien penghuni pasar dan pengunjung. “Saya senang, metode bola salju itu berjalan, dari mulut ke
30 |
April - Juni 2011
mulut,” kata Dokter Sari, panggilannya. Ia setuju pasar lebih dari sekadar tempat transaksi. Pasar adalah roh, kehidupan, dan wujud peradaban manusia. Ketika pasar memberikan akses ekonomi dan kini akses kesehatan dasar bagi peng huninya. “Data penelitian menunjukkan orang yang sering ke pasar lebih awet muda lho. Karena mereka bergerak aktif, menikmati, dan berkomunikasi dengan intens di sini,” sahut Sari. Mimpi berikut Dokter Sari adalah membuka cabang klinik kesehatan di pasar-pasar tradisional lain di Bali. Kalau pun tak terlihat secara fisik, bisa juga berupa kelompok-kelompok orang yang menjadi keyperson atau penyuluh sebaya di antara pedagang. “Saya perlu bantuan dari pengelola pasar yang mau membantu perempuan di pasar dan penghuni lainnya punya akses cepat ke kesehatan,” ujar perempuan ….
tahun ini. Ia berharap ada beberapa orang dengan semangat kepemimpinan dan keberanian menjadi penggerak penyadaran kesehatan bagi penghuni pasar yang bekerja terlalu keras ini. Di Klinik YRS saat ini, pasien yang miskin masih mendapat subsidi dana karena bantuan sejumlah lembaga donor seperti Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi (YKIP) dan Annike Linden Foundation, lembaga dari Belanda. YRS berdiri di Bali sejak1999, dan baru pada 2004 mendirikan klinik kesehatan reproduksi di Pasar Badung. Misinya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan reproduksi seperti HIV/AIDS, IMS, kanker, KB, kehamilan, kekerasan terhadap perempuan, dan lainnya. Kini, klinik ini juga ramai melayani kesehatan umum, tak hanya kespro. Klinik dibuka karena
sejumlah pertimbangan. Misalnya di Bali diperkirakan ada lebih dari 7000 orang terinfeksi HIV/ AIDS, makin meningkat nya Infeksi Menular Seksual (IMS), kanker leher rahim, kematian ibu bersalin, dan masalah kesehatan perempuan lainnya padahal dapat dicegah. Pada perempuan de ngan IMS misalnya, sering tidak menimbulkan gejala awal, sehingga tidak diketahui dan bisa berakibat lebih parah. Seperti kemandulan, kehamilan di luar rahim, anak lahir mati/ cacat, dan lainnya. Selain itu menurut
Dokter Sari penyebarluasan informasi kesehatan reproduksi belum menjangkau pada semua lapisan masyarakat. Pelayanan bermutu jarang diperoleh di Bali, apalagi untuk masyarakat
kan dan diinginkan oleh masyarakat di sekitar pasar,” ujar Sari. Pasar tradisional sebagai tempat berkumpulnya orang dari berbagai kala ngan menurut Sari menun-
Dari hasil survei penjajakan kebutuhan, ternyata pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi sangat diperlukan dan diinginkan oleh masyarakat di sekitar pasar kurang mampu. Pasar Badung pun dipih sebagai pusat perbelanjaan bagi perempuan, baik dagang maupun pembeli, sehingga strategis untuk penjangkauan kepada perempuan di Bali. “Dari hasil survei penjajakan kebutuhan, ternyata pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi sangat diperl u -
jukkan populasi masyarakat umum. “Sangat heterogen. Semua perempuan mempunyai potensi gangguan kespro,” tambahnya. Kini, makin banyak permintaan deteksi dini kanker leher rahim seperti pap smear, pemeriksaan gangguan kesehatan organ reproduksi seperti keputihan, ketidakcocokan alat kontrasepsi, dan infeksi alat kelamin misalnya gonorrhea (kencing nanah) dan clamydia. Tapi semangat menjang kau akses kesehatan tak serta merta datang. YRS hingga kini terus melatih petugas lapangan yang bertugas keliling pasar tiap hari. Menemui pedagang, tukang suun (buruh angkut), pelanggan, dan lainnya sambil membawa berbagai lembar informasi dan merujuk langsung ke klinik itu. Luh De Suryani April - Juni 2011
| 31
Dialog
Dialog gan melupakan niat /tujuan utama kita menjadi Aleg. Pertama, Politik itu tidak terpisahkan dengan kehidupan perempuan da-
dengan local leader. Yang terpenting adalah cerdas memanfaatkan lembaga mitra untuk mengurangi cost politik. Yang paling
Caleg harus mulai bereksperimen di partai, jika belum masuk di partai bisa mulai memilih partai yang dianggap berpotensi di daerah Caleg
dok bali sruti
caleg: Politisi perempuan harus menyiapkan diri untuk bertarung di pemilu legislatif.
Berbagi Strategi Meraih Kursi Kursi legistatif harus menjadi salah-satu sasaran perjuangan kaum perempuan.
B
ukan karena keinginan untuk berkuasa tetapi karena dengan posisi itu peluang untuk memajukan kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya menjadi lebih terbuka. Terkait dengan soal itu, awal April lalu, anggota Komisi III DPR RI Eva Siti Sundari, berkunjung ke kantor Bali Sruti untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam diskusi bertajuk “ Review PEMILU 2009 dan Persiapan PEMILU 2014 bagi Caleg Perempuan”. Berikut catatannya : Riniti Rahayu : Terima kasih atas kedatangan teman-teman, wa-
32 |
April - Juni 2011
laupun undangan disampaikan secara mendadak tetap bisa hadir. Juga terima kasih kepada Mbak Eva yang bersedia meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya selaku Anggota Legistatiif (ALEG) DPR RI. Yang hadir pada hari ini adalah alumni pelatihan kepemimpinan dan advokasi yang dilaksanakan Bali Sruti tahun 2010 yang terdiri dari perempuan Parpol, LSM, dan Media. Tujuan diskusi ini adalah untuk sharing pengalaman walaupun waktunya hanya terbatas, tetapi berharap Nara sumber (Eva Sundari) dan peserta bisa maksimal memanfaatkan waktu ini.
Eva Sundari : Saya sudah mempu nyai investasi politik sejak tahun 2004 karena tahun 2004, sudah menjadi Anggota Legislatif Caleg (Aleg) DPR RI. Tetapi karena perpindahan daerah pemilihan dan juga sistem yang berbeda, membuat saya harus mengulang lagi membina konsituen ketika harus mencalonkan diri (pencalegan) pada tahun 2009. Masalah seperti itu jangan menyurutkan semangat kita sebagai Caleg, tetap harus semangat tinggi/ambisi bahwa kita mampu walaupun dengan waktu dan anggaran terbatas. Yang penting kita jan-
lam kesehariannya. Kedua, Politik itu adalah seni untuk menyelesaikan masalah. Dari sini sebenarnya perempuan lebih mudah untuk berpolitik jika kita memang punya komitmen. Untuk persiapan 2014 banyak hal yang bisa dilakukan para Caleg perempuan dari sekarang, ini bisa menyiasati anggaran (memperkecil cost politik) dan waktu kampanye yang cukup lama. Hal-hal yang bisa dilakukan dari sekarang oleh para caleg antara lain mulai bereksperimen di partai. Jika belum masuk partai, bisa mulai memilih partai yang dianggap berpotensi di daerah caleg, Menentukan dapil seharusnya sesuai dengan asal caleg karena lebih mempermudah caleg. Mulai merawatnya dari sekarang, Mempersiapkan data sebagai modal untuk memetakan suara/konsituen kita. Jika mempunyai modal terbatas maka bisa mulai membuat jaringan
penting terutama teman-teman dari LSM atau ormas, jika ada program/kegiatan untuk masyarakat, kita harus pandai memanfaatkan kesempatan ini. Sehingga minimal kita dikenal de ngan masyarakat/calon konsituen kita. Tanya jawab dan dis kusi : Sriyani, kepala desa/ Perbekel dari Klung kung Saya mungkin tidak bertanya, tetapi hanya sharing pengalaman ketika saya mencalonkan diri menjadi perbekel. Saya adalah pendatang pindahan dari NTT kemudian suami berpindah tugas ke daerahnya. Awalnya tidak mudah tetapi karena saya didukung suami dan keluarganya, serta saya juga banyak berbuat dalam program-program kemasya rakatan selama ini, saya mempunyai cukup keyakinan untuk mencalonkan diri menjadi perbekel/Kades. Setiap kampanye saya hanya tinggal meyakin-
kan masyarakat agar mereka tidak salah pilih, dan saya berjanji akan terus memperjuangkan mereka jika saya terpilih nantinya. Saya bersyukur masyarakat memilih saya, dan sampai sekarang saya tidak mensia-siakan kepercayaan masyarakat desa saya dengan tetap melakukan apa yang sudah saya perbuat sebelumnya sesuia de ngan janji saya. Bagi saya ini adalah investasi politik yang luar biasa. Anggraeni (Forum Mitra Kasih) Bagaimana kita sebagai orang luar (LSM) bisa mendorong teman-teman perempuan yang sudah duduk di legislatif untuk komitmen memperjuangkan kepentingan perempuan di setiap daerah, karena mereka hanya fokus di dapilnya ?. Dayu Widnyani (Bali Bhineka Santhi) Apa yang bisa dilakukan perempuan di daerah nya agar bisa berperan dalam memperjuangkan perempuan jika tidak terlibat di partai ? Ipung ( Partai PKPI) Saya punya pengalaman mencalon diri sebagai Aleg pada PEMILU 2009, ternyata tidak mudah terutama dengan caleg laki-laki terutama yang bisa berbuat dengan segala cara untuk bisa mendapatkan suara. April - Juni 2011
| 33
Laporan Khusus
Dialog
dok bali sruti
solidaritas: Aktivis dan politisi perempuan saling bergandeng tangan untuk tujuan bersama.
Bagaimana kita menyikapi hal ini Jawaban Eva Sundari Menarik apa yang disampaikan bu Sriyani, ini adalah contoh nyata bahwa perempuan sebenarnya juga sama dengan laki-laki, yang penting kita mempunyai komitmen yang kuat. Sehingga tantangan seberat apapun pasti bisa kita lalui. Untuk Bu Anggraeni ya logis jika mereka akan fokus di dapilnya, karena memang mereka harus memelihara jaringannya/ konstituennya yang sudah memberikan dukungan (kontribusi suara) kepada mereka. Jika ingin mendorong mereka untuk berjuang terhadap kepentingan perempuan anda ( LSM perempuan) harus tetap mendukung program tersebut di dapil Aleg perempuan masing-masing (tidak hanya Aleg Perempuan di Provinsi tetapi juga Aleg Kabupaten) Pertanyaan Bu Dayu,
34 |
April - Juni 2011
jika kita perempuan di luar partai banyak hal bisa dilakukan di desa misalnya terlibat dalam musrembang desa. Dengan mengumpulkan data di desa untuk bisa diangkat menjadi isu-isu strategi secara umum( khusus : untuk kepentingan pe-
ka mengenal elite desanya atau menguasai desa tersebut walaupun bukan daerah asalnya. Seperti yang tadi saya sampaikan, kita harus mengusai daerah/desa kita sendiri ( dapil kita) sehingga ini memudahkan kita untuk bisa menguasai /menyusun strategi daerah kita. Riniti Rahayu Demikian mungkin untuk sementara hasil forum koordinasi, karena waktu sudah habis ( Narsum harus kembali ke Jakarta) jadi yang terpenting adalah : Untuk menjadi Caleg kita harus memulai mensosialisaskan diri kita dari
Perempuan harus mempunyai komitmen yang kuat ketika mencalonkan diri menjadi anggota legislative rempuan/anak) untuk bisa diperjuangkan nantinya Untuk Mbak Ipung, jangan jadikan itu sebagai hambatan, tetapi jadikan itu pembelajaran buat kita untuk bisa menyusun strategi kita ke depan ( 2014) dalam menghadapi mereka nantinya. Sebenarnya kalau kita jeli dan tahu strategi justru kita lebih mudah menghadapi mereka karena kita sebenarnya lebih menguasai desa kita sendiri. Mungkin mereka bisa lebih mudah masuk bukan di daerah asalnya karena mere-
sekarang dengan banyak berbuat di masyarakat (dalam segala bidang) paling tidak ini bisa meminimalisir cost politik kita. Perempuan harus mempunyai komitmen yang kuat ketika mencalonkan diri menjadi legislative. Apalagi di Bali tantanganx sangat berat di banding di daerah lain (adapt dan budaya yang patriarkhi). Menguasai Dapil ( data, budaya/adat, karakter ma syarakat dll) sangat penting dalam kita menyusun strategi dalam mempersiapkan diri menjadi Caleg.
dok bali sruti
mdgs: Penanganan HIV adalah satu-satunya program MDGs yang berpotensi gagal.
Kasus HIV/AIDS
Bali Menuju Kondisi Papua? Gita, perempuan muda pekerja sosial di sebuah LSM di Bali ini mengingatkan pentingnya memastikan kualitas konselor HIV/AIDS. Ia mempunyai pengalaman kecut soal ini.
U
sulannya lalu masuk dalam salah satu rekomendasi yang dicetuskan di akhir workshop pencapaian MDGs bidang HIV/AIDS di Bali. Acara ini difasilitasi LSM Bali Sruti, sebuah lembaga pemberdayaan perempuan di Bali dengan dukungan Kemitraan di
Denpasar, Sabtu (30/4). “Beberapa tahun lalu saya pernah ditangani konselor yang malah menekan saya. Padahal saya sudah datang dengan kesadaran sendiri untuk tes HIV,” ujarnya. Si konselor yang saat itu bertugas di rumah sakit besar di Denpasar ini menurut Gita membandingkan
dirinya dengan anaknya. “Kok kamu pakai tattoo, anak perempuan saya tidak begini,” Ia mengingat komentar konselor. Gita memang datang atas kesadaran sendiri ke rumah sakit untuk melakukan tes HIV. Ia khawatir karena membuat tattoo tanpa bisa pastikan kualiApril - Juni 2011
| 35
Laporan Khusus tas jarum dan alat yang dipakai. Ketika itu Ia tak terlalu mempermasalahkan, sampai akhirnya berencana menikah. Untungnya Ia mendapat pengetahuan bahwa HIV bisa ditularkan ke bayi dalam kandungan. Ia ingin memastikan bisa mencegahnya dengan melakukan tes HIV sebelum menikah bersama suaminya. Gita melakukan tes HIV tiga kali seperti petunjuk petugas kesehatan. “HIV itu ada masa window period, waktu tes pertama
Laporan Khusus adalah memasukkan informasi HIV/AIDS dalam kurikulum, penanganan HIV/AIDS agar dilakukan secara terintergrasi, penyuluhan melalui layar tancap, anggaran supaya lebih besar dan kontinnyu, dan mendorong pembuatan Perda Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Karangasem, dan Bangli. Empat daerah, kecuali Bangli belum membuat padahal Perda provinsi sudah ada. Sementara Bangli be-
vinsi (KPAP) Bali, kasus HIV/AIDS pasti akan terus meningkat seiring makin banyaknya penjangkauan di lapangan. “Pengidap HIV masih terancam stigma dan diskriminasi karena itu harus didampingi dan dijangkau. Kasus saat ini kan puncak gunung es,” tukasnya. Menurutnya ibu hamil dengan HIV juga makin banyak karena tidak tahu sudah tertular dari pasangannya. Menurut pihak Dinas Kesehatan Bali, ada dua
Prevalensi kasus HIV di Bali disebut 0,1%, sesuai target yakni di bawah 0,5% dari jumlah penduduk Bali yang 3,9 juta orang kator percepatan berjalan sesuai target. Misalnya prevalensi kasus HIV di Bali disebut 0,1%, sesuai target yakni di bawah 0,5% dari jumlah penduduk Bali yang 3,9 juta orang. Selain itu jumlah orang berusia di atas 15 tahun yang menerima konseling dan testing
ARV, layanan prevention mother to child transmission (PMTC), dan organisasi konselor. Namun jum lah dan cakupan layanan dirasa masih kurang dibandingkan pertambahan kasus. Misalnya tenaga konselor terlatih hanya 175 orang dan terkonsentrasi di
berangsur bertambah dan diharapkan menjadi lebih dari 15 ribu orang pada 2011 dan kemudian menjadi lebih dari 27 ribu pada 2015. Layanan terkait HIV/ AIDS di Bali yang telah ada adalah program harm reduction seperti klinik terapi methadone, terapi
Kota Denpasar. Bali berada di nomor 2 dengan prevalensi kasus tertinggi setelah Papua, jika dibandingkan kasus de ngan jumlah penduduknya. Namun secara total kasus, nomor 5 di tingkat nasional. Sejak 1987, kasus HIV/ AIDS komulatif yang ditemukan di Bali hampir 4000
HIV itu ada masa window period, waktu tes pertama mungkin belum terdeteksi makanya harus ada tes lain selang beberapa bulan mungkin belum terdeteksi makanya harus ada tes lain selang beberapa bulan,” Ia menjelaskan dengan fasih. Pengalaman nyata inilah yang diutarakannya dalam workshop yang melibatkan multi pihak seperti Dinas Kesehatan, Bappeda Bali, yayasan bidang penanggulangan HIV, KPA kabupaten dan kota, LSM, dan lainnya. “Konselor harus dipastikan berkualitas biar orang yang tes tidak takut,” ujar Gita di depan forum. Masukannya masuk di poin 7, yakni pening katan kualitas dan kuantitas SDM konselor dan penambahan jumlah pelayanan untuk HIV/AIDS. Rekomendasi lainnya
36 |
April - Juni 2011
lum mengesahkan. Selain itu, rekomendasi lainnya adalah pemantapan pelaksanaan dan persuasi oleh petugas untuk pasangan yang berprilaku beresiko, komitmen, konsistensi, dan aksi dari para pemegang kebijakan, serta partisipasi media. Ida Bagus Surya Atmaja, Kasi Bidang Sosial Dasar dan Kebudayaan Bappeda Bali mengatakan semua indikator MDGs di Bali on the track atau kemungkinan tercapai kecuali poin 6 karena kasus HIV/AIDS terus mening kat. Sementara menurut dr Paramitha Duarsa, salah satu tim ahli Komisi Penanggulangan AIDS Pro-
indikator capaian MDGs bidang HIV yang masih sangat rendah di Bali. Pertama jumlah penduduk berusia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehansif soal HIV/ AIDS hanya 19% menurut Riset Kesehatan Dasar. Padahal pada 2011 ditargetkan 75% dan bertambah menjadi 95% pada 2015. Kedua, penggunaan kondom pada kelompok hubungan berisiko tinggi masih rendah. “Capaian MDGs bidang HIV/AIDS belum maksimal,” ujar dr Cyntia Sulaimin, Kasi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Namun sebagian indi-
orang hingga akhir 2010. Dari jumlah itu, seba nyak 72% terinfeksi dari hubungan heteroseksual. Hampir sebagian orang yang terinfeksi berusia sangat muda, 20-29 tahun. Artinya virus HIV sudah masuk 5-8 tahun sebelumnya, karena yang kena tak langsung sakit. Menunggu beberapa tahun sampai virus banyak dan melemahkan daya tahan tubuh. Dalam workshop terungkap mengenai kurang terintegrasinya penanggulangan HIV. Misalnya wacana penertiban cafe dan warung-warung yang diduga ada transaksi seks dan makin meluas ke pelosok Bali oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Tindakan ini dinilai makin menyulitkan menjangkau kasus HIV di masyarakat karena warga makin bersembunyi dan pekerja seks berpindahpindah. Mantan Wagub Alit Kelakan pernah mengutarakan revitalisasi ketat lokasi seks dengan mewajibkan pekerja seks dan pelanggannya periksa kesehatan secara rutin agar penularan bisa terkontrol. LUH DE SURYANI April - Juni 2011
| 37
Laporan Khusus
38 |
April - Juni 2011
Laporan Khusus
April - Juni 2011
| 39
album
album
Pariwisata Harus Atasi Kemiskinan
P
engembangan pariwisata harus tetap tertuju pada upaya untuk mengatasi kemiskinan dan melakukan pemerataan pembangunan. Karena itu diperlukan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkelanjutan. Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) Kemenbudpar, Gde Pitana menya takan hal itu dalam acara pembekalan Kebudayaan dan Pariwisata bagi pelaku industri pariwisata di Bali, Senin (18/4) di Sanur Paradise Hotel. “Jadi tidak benar kalau dituduh pariwisata hanya menguntung kan kalangan investor,” katanya. Pemerintah pun, kata dia, sedang mendorong re-
alisasi pembangunan bandara di Bali Utara untuk mengatasi overload yang sudah terjadi di kawasan Bali Selatan. Pitana me nyebut, upaya mengatasi masalah di Bali Selatan, khusunya di Kuta, Sanur dan Nusa Dua, seperti kemacetan, urbanisasi dan sampah nyaris telah membuat frustasi. Di sisi lain, masyarakat tidak bisa dipaksa untuk berpindah dan melakukan investasi diluar wilayah Bali Selatan. “Pemerintah hanya regulator dan fasilitator. Kalau main larang bisa digugat nanti,” tegas nya. Karena itu, menurut Guru Besar Universitas Udayana itu, diperlukan pusat pertumbuhan baru sebagaimana Kuta dan Nusa Dua di era tahun 70-
an. Bandara di Buleleng itu itu tidak akan menggantikan bandara Ngurah Rai di Tuban. Tapi lebih merupakan penambahan bagi Bali karena bandara Tuban saat ini telah mencapai kapasitas maksimalnya. Menurutnya, tidak ada masalah dengan keberadaan 2 bandara di pulau kecil seperti Bali karena di negara-negara lain pun banyak ditemukan hal yang sama. Studi kelayakan pembangunan bandara sendiri diperkirakan akan selesai pada akhir 2011 sehingga pembangunannya bisa dimulai pada 2012. Bandara ini membutuhkan lahan seluas 800- 1000 ha dan akan menjadi acuan dalam master plan pembangunan Bali Utara. Tim BS
pariwisata: Industri pariwisata diharap mensejahterakan masyarakat Bali.
codet: Penangkapan Codet pemerkosa anak tak lepas dari peran KPAID Bali.
dok bali sruti
Tak Didukung Gubernur, KPAID Bali Bubar
K
eberadaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Bali akhirnya tak berlanjut. Hal itu karena kurangnya dukungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang terlihat dari tidak ada kucuran anggaran terhadap lembaga ini. “Ada keraguan Pemprov terhadap payung hukum lembaga ini. Padahal fungsinya jelas dirasakan masyarakat,” kata Ketua KPAID Sri Wahyuni, Selasa (12/4) di Kantor KPAID, Jl Melati, Denpasar. Pemprov Bali memandang fungsi lembaga ini bisa diakomodir oleh Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak (BP3A) yang telah dibentuk Pemprov. Wahyuni pun menegaskan, payung hukum
KPAID sebenarnya adalah amanat Keppres 77/2003 dan pasal 74 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam UU disebutkan, di suatu daerah bisa didirikan KPAID bila dipandang perlu oleh pimpinan daerah. KPAID Bali sendiri dibentuk pada masa kepemimpinan Gubernur Dewa Made Beratha pada 23 April 2008. Namun setelah pergantian Gubernur dan dijabat oleh Made Mang ku Pastika, pada periode 2009-2010, anggaran untuk KPAID dipangkas dan honor para komisionernya tersendat-sendat. “Namun kami terus melakukan kegiatan seperti biasa,” katanya. Seiring dengan berakhirnya masa jabatan mereka pada 23 April, akhirnya diputuskan untuk
tidak melanjutkan kegiatan lembaga tersebut. Wakil Ketua KPAID Putu Anggreni menyesalkan, sikap Gubernur dan Pemprov Bali yang enggan memberikan dukungan. Secara obyektif, kata dia, beragam persoalan anak muncul di Bali. Dia mencontohkan kasus pelecehan seksual kepada anak-anak yang sempat menghebohkan Bali karena korbannya mencapai 7 siswa Sekolah Dasar, meningkatnya penularan HIV di kalangan anak-anak usia SMP, dan lain lain. Semua masalah itu tidak bisa diatasi dengan pendekatan yang birokratis. “Karena itu kami akan mendirikan lembaga baru sebagai lahan pengabdian tanpa tergantung pada dukungan pemerintah,” tegas nya. TIM BS
dok bali sruti
40 |
April - Juni 2011
April - Juni 2011
| 41
album
album
Perempuan Bali Harus Berdaya
P
eran perempuan memiliki peran sangat strategis dalam membentuk karakter bangsa. Perempuan adalah orang pertama dan utama dalam mendidik anak. Karenanya perempuan adalah tiang utama penyangga keluarga. Penasehat Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Daerah Bali Nyonya Ayu Pastika menge mukakan itu dalam Puncak Peringatan HUT ke-48 BKOW Daerah Bali yang dipusatkan di Aula Restoran Hongkong Garden, Padanggalak, Denpasar, Selasa, 26 April 2011. Puncak HUT ke-48 BKOW ini dirangkaikan dengan peringa tan Hari Kartini 2011 yang diisi dengan seminar dan talk show dengan tema: “Kitapun Bisa Sukses”, layanan pemeriksaan kesehatan gratis, pameran kerajinan dan pameran perbankan. Hadir dalam acara ini Staf Ahli Menteri P3A Emi Rahmawati, Kepala BP3A Propinsi Bali Luh Putu Har yani mewakili Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Sekda Kota Denpasar Rai Iswara, Ketua Tim Pembina PKK kabupaten/kota se-Bali, Ketua BKOW kabupaten /kota se-Bali, dan sejumlah undangan. Narasumber da-
42 |
April - Juni 2011
Pemerintah Didesak Siapkan Pengelola Informasi Publik
U
dok bali sruti
sejahtera: Perempuan berdaya keluarga akan sejahtera.
lam talk show adalah Staf Ahli Menteri P3A Emi Rahmawati dan mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Hj. Khofifah Indar Parawansa. Ayu Pastika mengatakan, sebagaimana laki-laki perempuan mempunyai hak dan kewajiban sama dalam pembangunan, penghormatan dan perlindungan. Perempuan juga bertanggung jawab atas kehidupan yang dibangun untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Tanpa peran perempuan pembangunan akan sulit berhasil. Oleh karena itu, perempuan harus berdaya. Harus secara sadar mau berubah, mengembang kan diri dan mampu menjadi agen pembangunan dan mitra sejajar laki-laki. “Pendek kata perempuan harus bisa,” tandasnya. Menteri P3A Linda Amalia Sari Gumelar dalam sambutan tertulisnya mengatakan, kesempatan
dan peluang yang kini terbuka lebar belum dimanfaatkan secara optimal oleh perempuan Indonesia. Padahal, data tahun 2010 menunjukkan, kurang lebih 50% penduduk Indonesia adalah perempuan. Perempuan belum banyak memperoleh kesempatan dan peluang yang sama dibandingkan laki-laki disebabkan masih banyak menghadapi berbagai bentuk diskriminasi yang secara tidak langsung berdampak pada rendahnya kualitas hidup perempuan. Puncak peringatan HUT ke-48 BKOW Bali dan Hari Kartini 2011 ini ditandai dengan pemotongan tumpeng HUT ke-48 KOW oleh Ketua Umum BKOW Bali AAAN Tini Rusmini Gorda. Potongan tumpeng pertama diserahkan kepada Nyonya Ayu Pastika dan potongan kedua kepada Staf Ahli Menteri P3A RI, Emi Rahmawati. (Humas Pemprov)
ntuk merespon rencana pembentukan Komisi Informasi Propinsi (KIP), Pemerintah Propinsi Bali didesak menyiapkan Pejabat Penge lola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Bila tidak, dikhawatirkan nantinya akan banyak PPID yang dijerat dengan pasal pidana karena menolak melayani permintaan informasi. “Fungsi PPID sangat strategis karena menjadi penjaga gawang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Agus Sumberdana dari Lembaga Pengkajian Media Sloka Institute dalam dis kusi “Penyiapan Komisi Informasi di Bali”, Selasa (26/4) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar. Tanpa PPID, kehadiran KIP akan kurang bermakna karena tugas lembaga itu adalah mendorong PPID melaksanakan fungsinya. Khususnya untuk melakukan katagorisasi informasi sesuai amanat UU Nomor 14 tahun 2008. “Masyarakat pun akan kebingungan karena tetap kesulitan mencari informasi,” kata Agus. Dalam melaksanakan tugasnya, PPID juga
bisa terancam hukuman pidana bila menolak melayani permintaan informasi tanpa alasan yang jelas. Menanggapai desakan itu, Asisten I Pemprov Bali Made Sunendra menyebut, pihaknya akan melakukan pengangkatan PPID secara bertahap. Diharapkan pada
administri, seleksi tertulis serta uji kelayakan di DPRD Bali. Diharapkan pada pertengahan 2011, KIP sudah berdiri di Bali. Pemprop Bali sudah menyediakan anggaran bagi komisi yang akan terdiri dari 5 komisioner ini. “Soal gaji tidak per-
dok bali sruti
kIP: Bali butuh komisi informasi.
saat terbentuknya KIP, semua Satuan Kerja Perang kat Daerah (SKPD) sudah memiliki PPID. “Kami juga berkomitmen menerapkan UU ini. Apalagi Bali merupakan daerah wisata internasional,” ujarnya. Sunendra sendiri telah ditunjuk oleh Gubernur Bali untuk menjadi Ketua Tim Seleksi KIP Bali. Pihaknya akan melakukan proses seleksi mulai dari masa pendaftaran, seleksi
lu khawatir karena sudah dianggarkan di APBD,” kata kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Bali Made Santha yang memfasilitasi pembentukan lembaga ini. Masing-masing komisioner akan mendapat gaji sebesar Rp 5 juta perbulan. Sebagai konsekuensinya, para komisioner harus bekerja full time dan siap melayani pengaduan masyarakat selama 24 jam. FIQI HASAN April - Juni 2011
| 43
resensi buku
resensi buku
Membiarkan Kemiskinan Berwajah Perempuan? Judul : Memberantas Kemiskinan Dari Parlemen Manual MDGs untuk Anggota Parlemen di Pusat dan Daerah Penulis : Adriana Venny Editor : Agung Wasono Penerbit : Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia Cetakan : I/2010 Tebal : i + 159 halaman
44 |
April - Juni 2011
Tak ada sesuatu yang rumit, jika persoalan bisa diuraikan. Demikian buku ini memberi semangat. Jika indikator-indikator dipetakan, kemudian dijawab de ngan data-data yang ada, mudah mencari celah mana yang perlu ditambal. Tambalan program inilah yang akan diapresiasi warga karena tak terjadi pengulangan program, sehingga mandek atau malah jadi formalitas seremonial belaka. Penulis juga menyertakan contoh-contoh tabel yang mudah dibaca sebagai penguku-
Dalam empat kali laporan yang disusun pemerintah Indonesia, terkesan pencapaian MDGs semata pelaksanaan program pemerintah. Padahal ada banyak inisiatif dan aksi masyarakat dalam menjawab masalah kemiskinan ini ketika negara absen memenuhi kewajibannya.
A
nggota parlemen memegang peran sentral untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals 2015. Kita tak akan lagi berpikir ini tujuan abstrak karena buku ini membantu melang kahkan kaki membantu warga untuk bisa hidup lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut, penulis buku ini mengajak semua orang memahami bagaimana membaca persoalan, menerjemahkan data, membandingkan, dan menganalisa. MDGs mengajak anggota dewan menganalisa situasi di wilayah lokal, menentukan sejauh mana tercapai dan yang belum, indikator pencapaian, dan lainnya. Delapan isu MDGs disebut sangat dekat dengan isu perempuan. Hingga disebut kemiskinan di Indonesia berwajah perempuan. Buta aksara, putus sekolah, didominasi perempuan. Belum lagi sejumlah isu lain yang secara verbal diyakini milik perempuan. Secara lengkap, tujuan MDGs yang disepakati anggota PBB adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
sedianya data di lapangan untuk masingmasing indikator MDGs, serta rendahnya komitmen untuk pelaksanaannya. Persoalan data misalnya, ada yang tak mengambarkan kondisi sebenarnya atau data asal bapak senang. Penulis memaparkan contoh kasus klaim angka kematian ibu 2009 yang menurun di Indonesia. Data ini jauh dari kondisi sebenarnya setelah disandingkan dengan laporan Kependudukan Dunia dari badan dunia urusan kependudukan atau UNFPA. Ternyata data
Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan. semua, mendorong kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, dan meningkatkan kesehatan ibu. Lainnya memerangi HIV/ AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan. Tantangan dalam pencapaian MDGs adalah kurangnya pemahaman tentang isu ini, belum adanya payung hukum dalam pengimplementasian di daerah, tak ter-
yang diklaim pemerintah tak menyertakan angka AKI di NTB dan NTT. Dua provinsi yang memiliki kasus AKI cukup tinggi hingga saat ini. Dalam buku yang sangat mudah dipahami oleh siapapun, baik parlemen, mahasiswa, dan lainnya ini dijelaskan apa itu indikator dan bagaimana melakukan pe ngukuran. Misalnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diukur melalui sejumlah aspek. Yakni indeks kesehatan yang dilihat dari usia harapan hidup. Indeks pendidikan diukur dari kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan, dan tinggi. Lalu ada indeks daya beli yang diukur dari perbandingan daya beli dan penghasilan. Penulis mengingatkan sesuatu yang penting. Dalam empat kali laporan yang disusun pemerintah Indonesia, terkesan pencapaian MDGs semata pelaksanaan program pemerintah. Padahal ada banyak inisiatif dan aksi masyarakat dalam menjawab masalah kemiskinan ini ketika negara absen memenuhi kewajibannya.
ran tingkat pemahaman dan pencapaian MDGs. Dalam tabel ini disertai catatan penilaian apakah hasilnya relatif stagnan, pencapaian rendah, tinggi, naik, turun, dan lainnya. Penetapan target juga diminta spesifik. Dicontohkan kebijakan pro poor di Kabupaten Jembrana, Bali. Misalnya uraian kebijakan pengurangan AKI, Jembrana membuat anggaran Jaminan Kesehatan Jembrana. Disertai detail program dan dampak yang dihasilkan. Untuk membantu parlemen, penulis juga menyertakan daftar kebijakan yang berkaitan dengan indikator MDGs dan bagaimana mendorong produk hukum baru. Kedelapan indicator MDGs diuraikan dengan rinci beserta contohnya. Jadi sangat mudah diikuti sesuai situasi di masing-masing daerah. Masalah boleh banyak, kalau tak coba dipecahkan satu demi satu, yang tersisa hanya kerisauan. Bahkan putus asa. Kalau demikian adanya, kita membiarkan para perempuan yang melahirkan generasi baru Indonesia menjadi wajah abadi kemis kinan bangsa. April - Juni 2011
| 45
puisi
puisi
Perempuan Oleh : Wayan Sunarta Rambutmu perempuan Kau gerai atas ombak Pasir pasir memeram resah Dalam jiwaku menjelma sajak Bibirmu perempuan Kau lekatkan pada kangen Hutan hutan basah dalam hujan Menjelma kenangan Menjadi sungai Mengaliri nadi Perempuan dalam irama alun Menari bersama bunga bunga senja Yang gugur perlahan Aku pun luruh pada senyum fana
Oleh : Ketut Sudiani Jika kita memang mesti mengalah Biarkan saja debu-debu menutup semua jalan Biar jelas jejak siapa yang dituliskan Ini bukan pertandingan catur Satu per satu bijinya lenyap Hingga tinggal sepasang pion Yang ragu melangkah maju Atau terpaksa mundur dan pasrah kalah Ini bukan balap lari Selalu ingin lebih awal dari lawan main Tak peduli siapa yang terguling Siapa pula tersandung Hanya ada diri yang ambisi Jika kita memang mesti mengalah Burung-burung pun akan terbang merendah Walau mesti terpisah dari kawanan Dan semakin jauh dari kumpulan ikan-ikan
Ibu Tak perlu kau risau, ibu Jejak langkah cintaku telah terhenti di sini Selalu saja ada bagian dari keheninganku Yang lindap Ibu, dengan kasih apa kau asuh aku Belajar paham akan cinta bumi Yang mempersembahkan ketulusan hati Bagi mereka yang selalu merasa lapar Jalan mana lagi mesti kutempuh Sebagai pecinta sekaligus pesakitan Aku telah merasa paham Sebagai bagian dari semesta alam Biarlah aku di sini, ibu Tak perlu kau risaukan lagi aku
46 |
Jika Kita Mesti Mengalah
April - Juni 2011
Untuk apa kita di sini Jika pada akhirnya Yang satu selalu ingin lebih dari yang lain Lalat-lalat selalu terusir dari persinggahan Tak ada tempat lagi bagi perempuan gila Yang setiap hari mencabuti rambutnya satu per satu Apa lagi yang kita inginkan? Pohon-pohon memang merelakan batang terakhirnya Tapi selesai sudah semua permainan Dan kita hanyalah lilin jemu tak bersumbu
April - Juni 2011
| 47
cerpen
cerpen
Penyanyi Bernama Sari I Made Iwan Darmawan
T
engah malam yang tidak terduga, sejumlah petugas ketertiban kota menyerbu masuk ke sebuah kafe remang remang pinggir pantai. Para tamu yang sedang menikmati cengkok dangdut dari penyanyi di atas panggung, panik. Mereka melepas cewek cewek yang mereka peluk semalaman di sofa, ditemani minuman keras dan beberapa piring makanan. Namun mereka nampaknya bukan target operasi dan dibiarkan pergi. Beberapa wanita yang mau ikut dibawa pergi para tamu, segera ditahan petugas. “Lepaskan tangan saya pak. Saya tamu pak?” ujar salah satu wanita yang berdandan menor dini hari itu. “Tidak. Ayo ikut saya,” ujar salah satu petugas. “Benar pak, tanya pacar saya ini.” “Benar ini pacarmu?” kata petugas pada laki laki setengah baya yang memeluk semesra mungkin si wanita.
Selepas Sekolah Menengah Atas Sari memutuskan memburu mimpi, pergi ke kota “Ya pak.” “Benar? kamu mau tanggung jawab? Ayo ikut saya juga.” “Lho, kok begitu.” “Ayo ikut.” “Nggak mau saya. Ini penyanyi disini pak,” ujar laki laki yang mulanya bersikap kebapakan itu cuci tangan. Sedikit mendorong si wanita untuk melepas pelukannya. “Bajingan!” Teriak sengit wanita itu, saat dijauhkan dari laki laki yang dari na-
48 |
April - Juni 2011
fasnya saja bisa dikira umurnya melebihi bapak kandung si wanita, “Lho. Jangan pengecut begitu. Katanya mau ngawini saya. Begini saja sudah lari.” *** Sari, begitu nama wanita muda yang segera tertidur dalam mobil patroli yang membawanya ke kantor ketertiban kota. Sejak kecil sudah punya kesukaan bernyanyi, “Suaramu bagus. Cocok jadi penyanyi,” salah satu pujian kawan-kawannya, yang membuatnya getol ingin jadi penyanyi, dipuja dan dikerubuti para fans seperti yang sering ia tonton di televisi. Hampir tidak ada gosip tentang artis yang terlewatkan, ia selalu berhasil jadi pusat perhatian saat bicara tentang penyanyi mana yang punya masalah, pasangan selebriti yang akan cerai hingga lagu lagu apa yang sedang hits, tanpa lupa membawakan dengan gaya dan suara yang dibuat semirip mungkin. Selepas Sekolah Menengah Atas Sari memutuskan memburu mimpi, pergi ke kota. Namun sayang, kota bukan wilayah yang bisa mengadopsi cita citanya, apalagi Sari tak punya sama sekali pengalaman di dunia hiburan. Kalau dia disebut penyanyi berbakat, sebatas oleh kawan kawan sedesanya saja. Beruntung seorang kawan dari desanya, mengajak bergabung di mini market buka 24 jam. Walau gaji kecil, namun cukup bisa membuatnya bertahan hidup dan tidak meminta lagi ke orang tua. Saat tugas malam, setiap dini hari Sari mendapat pelanggan para penyanyi. Di saat jadi kasir Saripun bertanya, dimana
saja para pelanggannya bekerja, apa saja yang harus dilakukan kalau mau ikut jadi penyanyi, hingga berapa uang yang bisa diperoleh. Setelah dipikir cukup panjang, tergiur oleh uang dan gaya hidup para penyanyi itu, akhirnya Sari meninggalkan mini market dan melamar jadi penyanyi di sebuah kafe remang remang. Mulanya agak canggung, karena harus belajar tampil menor dengan parfum pasaran yang baunya sudah bisa tercium dari beberapa meter. Sampai sejauh itu, Sari merasa senang
menguatkan diri untuk menerima, sambil belajar mengendalikan para tamu dan bisa mendapatkan uangnya lebih banyak. Ia menjadi favorit, karena logat bahasanya membuatnya para tamu yang kebanyakan dari luar pulau, yakin Sari orang setempat. Saat orang lokal mem-booking, Sari selalu berusaha berbahasa Indonesia yang baik dan mengaku dari sebuah kota di dekat Jakarta. Kehidupan malam menjadi pilihan yang membuatnya ketagihan, walau demikian tak membuatnya ketagihan minuman
Urusan narkoba, ia juga tidak madat, walau terkadang tak bisa menolak juga pemberian paksa tamu tamunya bisa bernyanyi ditonton sejumlah orang, ia merasa sudah dekat dengan kehidupan sebagai penyanyi hingga akhirnya dia harus menerima kenyataan bahwa masanya menyanyi dipanggung habis. “Kamu mulai besok malam jadi song star?” ujar manager kafe. “Song star? “ “Maksudnya kamu temani para tamu. Kalau mereka tak bisa nyanyi, kamulah jadi penyanyinya?” “Saya kan nyanyi di pangung pak. Bukan di meja.” “Kalau kamu mau dipangung juga tidak dilarang. Asal tamu setuju. Bagaimana, masih mau kerja disini?” “Ya pak.” Hari hari berikutnya, Sari bergabung dengan kawan kawannya duduk di teras depan dengan pakaian yang ketat dan seksi, menunggu dipilih tamu untuk menemani menyanyi. Walau sering tamu yang harus didampingi nakal, suka meremas bagian tubuhnya yang sensitif, hingga berkata kasar saat mabuk. Saat ia menolak tamu, Sari diancam dikeluarkan dari kafe oleh sang manager. Sari mengalah dan
keras karena lambungnya cepat perih saat alkohol dikucurkan para tamu. Walau terkadang ada juga tamu yang memaksanya minum begitu banyak viski, vodka, yang dicampur oleh bartender amatiran. Akibatnya ia akan meringkuk sakit beberapa hari. Urusan narkoba, ia juga tidak madat, walau terkadang tak bisa menolak juga pemberian paksa tamu tamunya. Untuk membuatnya lebih laku, ia harus berpindah kerja dari satu kafe ke kafe lainnya untuk menjaga citra “barang baru”, begitu selalu ia dengar para manager kafe me nyebut saat menawarkan para song star. Saat pulang kampung, ketika Galu ngan atau ada odalan di pura. Ia adalah wanita muda idola, karena selalu memakai kebaya dan kain mahal dan handphone keluaran terbaru. Banyak orang memuji dengan nyinyir, namun lebih banyak yang masih mengira ia bekerja di mini market, dan Sari tahu cara berbohong sehingga penampilannya masuk akal, “Ya, sekarang saya jadi manager di mini market.” Beberapa orang tua, bahkan menitipkan anak anaknya untuk bisa direkrut kerja, atau paling tidak dicarikan kerja di kota, April - Juni 2011
| 49
cerpen
cerpen
“Ya, saya tanyakan nanti pada bos. Anak ibu sekolah dimana?” Janjinya yang tak pernah mampu ia tepati, lalu berulang lagi saat pulang kampung berikutnya. *** Sari masih mengantuk saat seorang wartawan yang menyelinap masuk ke ruang dimana ia dan kawan kawannya “ditahan”, “Apa yang mau kamu tanya?” “Benar kamu orang Bali?” “Ya, bapak wartawan ini lucu.” “Dari desa mana?” “Bapak wartawan ini lucu, itu sudah ditulis lengkap sama kecamatan dan kabupaten. Kok masih tanya sih?” ujar Sari menunjuk notes sang wartawan. “Ini saya mau memastikan. Tadi saya kutip dari buku razia di ruang tamu.” “Ha, iya pak. Masa saya berbohong.” “Maksud Sari ini benar?”
50 |
April - Juni 2011
“Ya, benar. Bapak ini kan sudah tulis nama saya lengkap di buku ini, kok masih tanya sih” “Kok bisa kerja di kafe. Kan orang Bali?” “Sepertinya bapak wartawan ini orang luar pulau ya?” “Benar, he he. Kok tahu?” “Orang Bali kan tidak ada logat seperti bapak?” “Ya, ya, kenapa bisa kerja di kafe?” “Ya, bisa saja. Saya kan perlu makan, perlu menghidupi keluarga. Ada kerja seperti ini, ya senang saja.” “Kan Sari orang Bali?” “Ha, ha…bapak wartawan ini lucu ya. Masak tidak tahu di kafe banyak cewek Balinya juga.” *** Keesokan harinya, Saat Sari akan berangkat ke panti sosial, untuk mendapat
pelatihan ketrampilan. Tiba tiba ia dipanggil untuk menghadap beberapa orang yang mengaku pejabat kabupaten, dimana desanya menjadi salah satu wilayah. Seorang laki laki yang terlihat garang, langsung melempar koran ke arahnya, “Itu namamu kan?” Sari bingung, “Maksud bapak?” Bapak itu--nampaknya pemimpin dari bapak bapak lainnya yang tak berdaya atas sikap atasannya pada perempuan lemah— merampas koran dari Sari, lalu mencari halaman kriminal dan menunjukan, “Ini namamu kan?” “Ya, mirip.” “Ya, ini namamu kan. Ini desamu, ini kecamatanmu, ini kabupatenmu. Kamu tahu, aku ini pejabat kabupaten. Ini camatmu! Coba kamu lihat di KTP mu, ada namanya disana.” “KTP saya hilang. Saya juga tidak pernah tahu siapa camat saya. Oh bapak ya?” “Dasar kamu?” giliran pak camat marah, ”Kamu tahu siapa bapak ini?” Pak Camat menunjuk atasannya, “Dia pejabat nomor 3 di kantor bupati. Kamu musti hormat.” “Oh?” “Kamu itu? Sekarang kamu akan kami bawa pulang. Saya sudah bicara pada kepala disini dan sudah diijinkan,” ujar orang nomor 3 di kantor bupati melembut. “Jangan pak. Saya mau ikut pelatihan saja pak.” “Tidak. Kamu akan kita bawa pulang.” “Kenapa pak?” “Kamu sudah mencemarkan desa, kecamatan dan kabupaten. Apa kamu tidak bisa bilang pada si wartawan, kamu itu dari kota anu, asal jangan dari Bali saja.” “Bapak ini lucu. Saya sudah jujur malah disalahkan.” “Kamu memang salah,” pejabat nomor
3 di kantor bupati itu kembali meninggi suaranya, “Berita koran ini bikin malu semua orang, semua instansi juga bapak bupati. Kita kesini diutus untuk menangani kamu.” “Lho kok saya?” “Siapa lagi? Benar kata ibu bupati, cewek seperti kamu ini merusak laki laki Bali. Membuat mereka malas, membuat mereka pemarah, membuat mereka menjual tanah habis habisan.” “Kenapa saya yang disalahkan. Kenapa bukan laki laki Bali. Saya kan cuma penyanyi. Kalau saya ada disini, kan karena KTP saya hilang. Surat surat lain tidak ada. Apa urusan saya dengan laki laki Bali. Tidak usah munafik pak, bapak kalau tidak pakai seragam juga main ke kafe kan?” “Kamu itu tidak hormat,” pak Camat menyela, ia gusar atasannya dilawan. “Bapak bapak ini yang tidak hormat. Saya sudah hormati bapak bapak, tidak jadi berangkat pelatihan menjahit. Malah datang marah marah. Kalau ada laki laki Bali rusak, jangan salahkan saya. Kenapa tidak ditutup saja kafe kafe itu? Tidak usah malu mengaku, di kabupaten kita juga sudah mulai banyak kafe. Siapa yang kasih ijin? pak bupati kan?“ “Kamu jangan asal ngomong?” “Pantas ibu bupati marah marah. Pasti bapak bupati senang ke kafe juga?” “Kamu!” “Wah bapak juga pemarah, pasti juga ….” “Pergi kamu!” “Terima kasih bapak bapak. Saya tunggu nanti di kafe,” ujar Sari sambil menggigit senyum. Kehidupan malam yang keras, membuatnya banyak belajar menaklukan laki laki kasar. Penulis Novel AYU MANDA April - Juni 2011
| 51
8 Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan Ekstrim
Dengan usaha yang lebih keras, Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada 2015
Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua
Semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Mendukung Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Perempuan Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi persoalan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan
Mengurangi Tingkat Kematian Anak
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issue kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting
Meningkatkan Kesehatan Ibu
Yang sangat diperlukan oleh ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas untuk ibu dan anak
Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Kesadaran dan pengetahuan yang benarmengenai HIV dan AIDS juga masih merupakan persoalan besar di Indonesia
Memastikan Kelestarian Lingkungan
Mengintegritasikan prinsip pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan program pemerintah Indonesia
Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan Mengembangkan Kemitraan lebih lanjut yang terbuka, berdasarkan aturan, prediksi, non-diskriminatif perdagangan dan sistem keuangan