BAB II
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
41
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
42
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
MENYONGSONG INDONESIA BANGKIT
P
ADA peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke 58. Para sesepuh, pejabat dan ahli yang selama ini berkecimpung dalam bidang kependudukan telah bertemu di Jakarta. Mereka merasakan adanya Agenda Kependudukan yang terlupakan. Mereka sangat mengetahui bahwa penanganan masalah kependudukan di masa lalu sudah berhasil dengan baik. Kondisi ini terlihat dari tingkat fertilitas yang menurun tajam, tingkat mortalitas menurun secara signifikan, dan pertumbuhan penduduk tidak lagi menjadi bayangan yang menakutkan. Para ahli dan pejabat ekonomi mengetahui bahwa bila pertumbuhan penduduk tidak terkontrol, pertumbuhan ekonomi bakal tertelan habis oleh pertumbuhan penduduk.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
43
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Namun persoalan kependudukan yang kompleks belum boleh dianggap selesai. Masalah kependudukan di Indonesia mempunyai dimensi yang luas dan sejarah yang panjang, antara lain tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan (AKI) yang sangat tinggi. Biarpun tingkat kematian itu sudah menurun, tingkat kematian ibu hamil masih nampak sangat tinggi. Dalam 30 tahun terakhir tingkat AKI itu telah turun dari sekitar 700 – 800 per 100.000 kelahiran menjadi sekitar 300 – 350 per 100.000 kelahiran. Angka itu masih dirasakan sangat tinggi antara lain karena negara tetangga kita, Malaysia misalnya, keadaannya sudah jauh lebih baik, hanya sekitar 9 – 10 per 100.000 kelahiran. Tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan di tanah air itu menimbulkan cemoohan, bahwa masyarakat Indonesia kalau
44
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
bosan kepada isterinya tidak usah ribut-ribut membunuhnya, cukup diusahakan agar isterinya hamil lagi saja karena dengan hamil lagi kemungkinan meninggal dunia akan sangat tinggi. Demi rasa kasihan kepada anak yang ditinggalkannya, suami bisa menikah lagi dengan aman. Pameo itu menyakitkan dan sangat merendahkan martabat, sehingga banyak kalangan telah terdorong bekerja keras mengupayakan perbaikan tingkat kesehatan ibu agar angka kematian ibu hamil dan melahirkan segera turun dan mencapai posisi yang lebih wajar. Persoalan lain yang masih tersisa adalah upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk secara sungguh-sungguh. Upaya itu tidak saja harus dilakukan dengan bekerja keras menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, tetapi menyangkut upaya di bidang kesehatan pada umumnya. Khususnya adalah upaya untuk memberikan dukungan pelayanan kesehatan kepada anak-anak balita. Anak balita jaman sekarang adalah anak yang dilahirkan dengan perencanaan yang matang. Banyak orang tua yang secara sadar memang hanya ingin mengandung sebanyak dua atau tiga kali saja. Tidak ditambah dengan embel-embel mengandung untuk cadangan kalau anak yang telah dilahirkannya tidak sehat atau kurang tumbuh sewajarnya. Karena itu pemerintah dan siapa saja yang peduli terhadap kemanusiaan harus memberikan perhatian yang tinggi terhadap anakanak balita. Keberhasilan program KB dan Kesehatan di masa lalu diikuti juga dengan berkembangnya jaringan pelayanan kesehatan di tingkat
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
45
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pedesaan. Jaringan itu makin kuat karena sejak akhir tahun 1980 atau awal tahun 1990. Pemerintah telah memutuskan untuk memperbanyak jumlah bidan di pedesaan. Jumlah bidan di pedesaan itu, yang semula hanya sekitar 8.000 orang bidan untuk 65.000 desa di seluruh Indonesia, telah ditingkatkan jumlahnya menjadi sekitar 70.000 orang bidan untuk jumlah desa yang kurang lebih sama. Setiap desa secara resmi mempunyai seorang bidan di desanya. Berkembangnya jumlah bidan itu untuk sebagian desa diikuti adanya upaya pembinaan oleh pemerintah dan masyarakatnya. Sebagian lagi, terutama dalam suasana otonomi daerah, masih perlu peningkatan yang sungguh-sungguh agar para bidan, yang sekarang sudah makin matang, tetap betah tinggal di desa yang telah ditunjuk, dan tidak tergoda pindah untuk bisa praktek di kota atau tempat lain yang dianggap mempunyai kesempatan yang lebih baik. Kepada para bidan yang ada di desa, untuk merangsang bangkitnya masyarakat yang sehat dan sejahtera, harus secara sungguh-sungguh diberikan dukungan pemberdayaan secara teratur serta diantar untuk tetap dicintai oleh masyarakatnya. Pemerintah diharapkan bisa memberikan fasilitasi yang sungguh-sungguh agar kesadaran masyarakat untuk membawa dan memeriksakan ibu hamil dan melahirkan serta anak-anaknya kepada para bidan yang ada di desanya berjalan dengan lancar. Para ibu tidak takut pergi ke bidan dan kalau karena sesuatu sebab, misalnya tidak bisa membantu pembayaran, kalangan pemerintah, di desa atau di kecamatan, dapat memberikan bantuan yang diperlukan. Bersamaan dengan program KB yang melembaga di lingkungan
46
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
masyarakat di pedesaan, anak balita ditimbang di Puskesmas atau di tempat-tempat yang kemudian disebut sebagai Pos KB atau kemudian berkembang menjadi Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Di tempattempat seperti ini anak-anak balita ditimbang dan diberikan imunisasi secara teratur. Di banyak desa upaya penimbangan dan pemberian imunisasi secara terpadu itu tetap berjalan dengan baik, tetapi di banyak desa lainnya kebiasaan yang dikembangkan dengan baik itu tidak diteruskan. Untuk mendukung masa depan anak-anak Indonesia yang mempunyai tingkat kesehatan dan kecerdasan yang tinggi diharapkan agar upaya pemeliharaan tingkat kesehatan anak-anak itu mendapat perhatian yang tinggi dan berkelanjutan. Apabila Posyandu-posyandu yang ada di pedesaan itu tetap dipelihara dengan adanya bidan yang makin bermutu, kemampuan para bidan itu terus ditingkatkan agar bisa memberikan pelayanan imunisasi dengan baik dan teratur, maka keberadaannya dapat dijamin. Apabila memungkinkan, para bidan itu bisa memberikan pengobatan sederhana untuk ibu hamil dan melahirkan serta anak-anak balitanya. Untuk itu para bidan harus tetap bergabung secara terpadu dalam jaringan Puskesmas dan lebih sering diajak berdiskusi dan berlatih dibawah bimbingan dokter yang ada. Disamping itu para dokter dapat lebih sering mengadakan peninjauan serta pendampingan pada bidan yang sedang melakukan tugasnya di pedesaan. Gerakan bidan di desa diikuti dengan gerakan dokter yang lebih banyak dan lebih sering turun berkunjung ke pedesaan. Desa dan
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
47
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
masyarakatnya menjadi pusat pembinaan yang teratur agar kualitas manusia-manusia Indonesia masa depan lebih baik dan sanggup menjadi manusia unggul yang menjadi idaman bersama. Pembinaan untuk ibu hamil dan melahirkan serta anak-anak balita itu sebaiknya diikuti dengan upaya pemberdayaan para ibu muda dalam bidang lain yang lebih luas. Pemberdayaan para ibu itu antara lain untuk meningkatkan kesadaran seluruh anggota keluarga dan masyarakat pada umumnya agar para ibu tidak terlalu muda mengandung, tidak terlalu sering mengandung, dan kalau sudah berumur lebih dari 30 tahun tidak mengandung lagi. Upaya itu harus diikuti dengan dukungan seluruh masyarakat sehingga peristiwa mengandung diusahakan dalam keadaan yang direncanakan dengan baik, dalam keadaan seorang ibu sehat, seluruh keluarga menjamin makanan dan gizinya, sehingga akhirnya dapat dilahirkan anak-anak yang sehat dan sempurna. Kalau anjuran ini bisa diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh setiap ibu yang masih subur, diharapkan kesehatan para ibu dan anak-anaknya bertambah baik. Upaya lain yang segera mendapat perhatian adalah upaya untuk menyekolahkan anak-anaknya sejak sangat dini dan memperpanjang lamanya anak-anak dan remaja kita mempersiapkan pendidikan dan pelatihannya di sekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan anak di sekolah atau dalam lingkungan masyarakat dalam program Bina Balita sebaiknya tetap digalakkan. Lebih-lebih, kalau memungkinkan, dikembangkan sekolah taman kanak-kanak secara luas. Pendidikan dini usia dan taman kanak-kanak itu harus dilanjutkan
48
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
dengan pendidikan dasar yang lebih sempurna. Gerakan wajib belajar harus diikuti oleh semua anak dan remaja. Disamping itu kalau lamanya pendidikan dan pelatihan ini diikuti dengan arahan dan mutu yang memadai, maka dapat dijamin bahwa Human Development Index (HDI) yang setiap tahun diterbitkan oleh PBB, dan selalu diributkan karena posisi kita yang rendah, akan makin bertambah baik, karena angkaangka tersebut hanyalah refleksi kemajuan mutu manusia Indonesia saja. Kalau mutunya bertambah baik, angkanya juga bertambah baik. Penyempurnaan bidang kesehatan untuk memelihara ibu hamil dan melahirkan, remaja muda dengan dukungan reproduksi, dan pendidikan dasar untuk anak-anak dini usia, perlu pula segera dilengkapi dengan pemberdayaan orang tua. Pemberdayaan orang tua, dan terutama para ibu rumah tangga dari keluarga kurang mampu, keluarga pedesaan, atau keluarga yang biasanya mendapat bantuan anak-anak dan remajanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya perlu digalakkan agar dukungan kepada anak dan remaja yang sekolah tetap tinggi. Kalau para orang tua, yang akan kehilangan anak dan remajanya karena sekolah mengajukan protes, maka anak-anak mereka akan didorong untuk DO dari sekolahnya. Kalau DO maka usaha besar yang dilakukan bersama tidak ada manfaatnya lagi. Pemberdayaan lain adalah untuk membantu para ibu agar bisa mengembangkan usaha ekonomi produktif. Para orang tua dan keluarga masa depan harus dibiasakan hidup dalam suatu budaya baru yang sehat, belajar, bekerja dan membangun, yang akan menjadikan setiap kehidupan yang mementingkan pemeliharaan kesehatan, pendidikan,
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
49
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
bekerja dan membangun menjadi suatu idaman yang mempunyai penghargaan yang tinggi. Kalau budaya ini tidak bisa dikembangkan, maka keluarga dan orang tua yang mempunyai anak yang sedang belajar atau anak yang sedang bekerja keras merasa tidak mendapat dukungan masyarakatnya. Untuk itu, upaya pengembangan usaha ekonomi produktif tersebut dapat dimulai dari usaha sederhana yang dilakukan di sekitar tempat tinggalnya. Pada tahapan berikutnya dapat diperkenalkan pada usaha ekonomi produktif yang pemasarannya dapat dilakukan di pasar di desanya atau kemudian di pasar lain yang mempunyai prospek ekonomi yang lebih baik. Kontribusi para ibu untuk usaha ekonomi produktif itu akan sangat berguna untuk memungkinkan setiap keluarga mempunyai pendapatan yang lebih baik. Dengan pendapatan yang lebih baik setiap keluarga dapat memperbaiki pola makan dan gizi yang berguna untuk pertumbuhan setiap anggotanya. Upaya pemberdayaan keluarga agar mampu memberikan dukungan politik, dukungan finansial dan dukungan fisik kepada anakanak bangsa untuk bersekolah setinggi-tingginya tersebut merupakan syarat mutlak untuk kebangkitan Indonesia baru. Indonesia baru adalah Indonesia dengan masyarakat madani yang tidak saja profesional dan taat menunaikan ibadah agamanya, tetapi juga suatu bangsa yang berani mengambil prakarsa pembangunan untuk sebesar-besar kesejahteraan bangsa dan negaranya. Masyarakat seperti ini pada gilirannya harus mampu tidak saja mengerahkan kekuatannya
50
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pada upaya pendidikan 9 tahun, tetapi dengan kekuatan gotong royong mengusahakan agar minimum anak-anak bangsanya bisa sekolah sampai tingkat sekolah menengah atas. Karena itu upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 58 harus bisa dijadikan momentum untuk menghidupkan kembali atau minimal untuk menyegarkan kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga seperti PKK, yang dimasa lalu banyak sekali melakukan kegiatan pemberdayaan kaum perempuan di pedesaan. Dengan tidak usah malu-malu upaya-upaya yang sangat baik di masa lalu bisa tetap dilanjutkan dan bahkan harus ditingkatkan menjadi upaya-upaya resmi sebagai upaya bersama dalam wadah koperasi industri kecil atau upaya koperasi perdagangan kecil. Lembaga-lembaga semacam itu menjadi pelindung agar setiap ibu rumah tangga bisa bergabung dan masing-masing bisa mengadakan usaha dengan dukungan lembaga yang mempunyai dasar hukum yang kuat di desanya. Dengan upaya gotong royong seperti itu kiranya peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke 58 dapat dijadikan titik awal penyegaran komitmen pembangunan yang segar dengan menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan, mengantar bangsa besar ini bangkit kembali menyongsong Indonesia baru yang bersatu dan maju.
[
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
51
Membuka Mata Masyarakat Tentang Revitalisasi Posyandu
Reportase Majalah Gemari Edisi 73/VII/2007
B
ALI sebagai salah satu objek wisata terkenal di dunia tak luput dari rentannya jumlah angka kemiskinan. Tiap tahun, sekitar 13 persen dari 800.000 kepala keluarga yang masuk kategori pra sejahtera. Kehadiran Posdaya di dua kabupaten percontohan di Bali diharapkan bisa membuka mata masyarakat kita tentang arti revitalisasi Posyandu sesungguhnya. Revitalisasi Posyandu seperti yang didengungkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bukan sekadar memberi pelayanan kepada masyarakat, tetapi bagaimana memberdayakan keluarga seluruhnya. Ajakan mengembangkan Posyandu menjadi Posdaya yang merupakan ide dari sesepuh Program Keluarga Berencana, Prof Haryono Suyono ini mendapat sambutan baik dari Gubernur Bali, Dewa Beratha.
52
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Dalam sambutannya di depan sejumlah peserta Lokakarya Perumusan Pedoman Upaya Pengentasan Kemiskinan berbasis Banjar Tingkat Provinsi di Denpasar, Bali ini, Gubernur mengatakan perlunya memberikan perhatian yang tinggi dan serius untuk dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga-keluarga pra sejahtera melalui berbagai program dan kegiatan. Karena, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas akan melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, dinamis dan memiliki etos kerja yang tinggi. Masyarakat Bali telah dikenal sebagai SDM yang memiliki etos kerja tinggi untuk maju dan mandiri. Bahkan dalam indek pembangunan manusia (IPM) tahun 2002, provinsi Bali berada dalam urutan ke-9 di Indonesia. Selain itu, penduduk Bali yang menjadi migran di daerah umumnya berhasil memperbaiki kehidupan dan diterima baik oleh penduduk local. “Marilah KB Sistem banjar yang pernah mengantarkan pelaksanaan program KB begitu tersohor di tingkat nasional maupun manca negara, bisa digerakkan dan direvitalisasi kembali. Hendaknya Banjar dapat direvitalisasi sebagai tumpuan pembangunan dari berbagai program dan kegiatan,” imbaunya. Jalur Posdaya Banjar di Bali setingkat dengan RW atau dusun, memiliki bentuk kerjasama local untuk kegiatan keagamaan, kesenian dan keterampilan hidup berbasis budaya sangat menonjol. Peran Banjar yang berada di tingkat bawah ini, bila dibarengi dengan Posdaya akan mempercepat proses pemberdayaan masyarakat. Menurut Prof Dr H Haryono Suyono Wakil Ketua I Yayasan Damandiri yang menjadi Keynot Speak dalam acara lokakarya ini, adanya Posdaya di tiap Banjar bisa menggerakkan lembaga-lembaga pelayanan yang bermacam-macam.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
53
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
“Bagaima membuat keluarga berani ke sekolah, berani ke klinik, berani ngomong sama advokatornya. Jadi kita sekarang berada di posisi ini, menjadi advokator, pendidik dan menjadi kekuatan pemberdayaan di Banjar ini.” Pemicu semangat Posdaya, tambah Prof Haryono intinya digerakkan oleh PKK, kemudian diteruskan oleh Banjar hingga Kepala Desa. “Ada dua jalur yang akan kita ambil dalam menggerakkan Posdaya. Pertama, jalur pemerintah kita dekati Gubernur, dinas koperasi, BKKBN dan dinas-dinas lain termasuk camat, kepala desa, PKK, lembaga sosial seperti BK3S dan lain-lain. Jalur kedua melalui perguruan tinggi dan sekolah menengah atas.” Bukan Sekadar Pelayanan Dalam kiprah selanjutnya, ungkap Prof Haryono, peran Posdaya bukan
54
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
sekadar memberi pelayanan tetapi juga memberdayakan manusia. Sasaran pemberdayaan lebih difokuskan kepada keluarga terutama yang mempunyai anak usia 0 – 14 tahun dan 15 – 35 tahun. “Keluarga yang mempunyai anak usia 25 – 35 tahun secara pelan-pelan kita berdayakan maka rantai kemiskinan akan kita potong,” tukasnya. Prioritas kedua, lanjut Prof Haryono adalah prioritas di bidang kesehatan. Sebagai ujung tombak penggerak kesehatan di wilayah-wilayah terpencil, kesejahteraan bidan-bidan desa harus mendapat perhatian. “Di kabupatenkabupaten tertentu, bidan-bidan desa bisa membuat tempat praktek. Kalau ingin sekolah dan sebagainya melalui Bank Pembangunan Daerah dan Bank Bukopin,” ujar Prof Haryono seraya berseloroh, “saya tadi bisikkan kepada Pak Sekda, kalau kita bisa memberikan kredit dengan korting bunga 30% ini kan sudah luar biasa.” Prioritas ketiga dalam mengembangkan Posyandu menjadi Posdaya lanjut Prof Haryono adalah di bidang pendidikan. Anak usia sekolah yang belum sekolah didorong untuk sekolah, bahkan semua sekolah didorong untuk menyediakan minimal 20% dari bangkunya untuk anak miskin di desa. “Kalau perlu anak-anak orang miskin di desa itu dibayari sekolahnya.” Di dua Kabupaten di Bali, Yayasan Damandiri akan membantu dua sekolah di tiap kabupaten dengan kegiatan menabung. Sebanyak 60 siswa di tiap sekolah akan diberikan pelajaran menabung dan diasuransikan. ”Kalau orangtuanya meninggal dunia, maka si anak akan mendapat Rp 5 juta. Jadi kita akan mencontohkan di dua kabupaten di empat sekolah, masing-masing sekolah 60 anak.” Gerakan Sadar Menabung (GSM) yang menjadi prioritas ke empat dalam
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
55
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pengembangan Posdaya ini terkait dengan wirausaha-wirausaha di desa mulai dari perorangan maupun kelompok. Selain bantuan dalam bentuk asuransi dan tabungan, bantuan berupa kredit juga diberikan Yayasan Damandiri kepada usaha kecil mikro. “Kalau para ibu menjadi wirausaha dan rajin bergerak di Banjar atau Posdaya, kita juga akan mempertimbangkan dengan memberi diskon bunga 30 persen. Ini sekadar pancingan, supaya ada usaha ekonomi untuk penguruspengurus dari ibu-ibu PKK di desa,” urainya. Untuk menambah wawasan pengetahuan anak-anak, Yayasan Damandiri juga rencananya akan mendirikan perpustakaan di sekolah-sekolah di Bali. Juga melatih anak-anak dari keluarga kurang mampu agar memiliki keterampilan khusus. Keberadaan Posyandu menjadi Posdaya bukan lagi menjadi milik satu golongan tertentu, tapi sepenuhnya milik masyarakat. Panti asuhan, masjid bisa menjadi basis Posdaya di masyarakat. Karena, Posdaya bukan pelayanan tetapi pemberdayaan orang supaya bisa mengakses pelayanan yang ada di sekitarnya sehingga tidak menganggu pemerintah tapi justru mempermudah pemerintah untuk dijemput oleh rakyatnya. “Ini ide dari posdaya, jadi bukan mengganti pelayanan pemerintah tapi justru memperkuat pemberian informasi,” dalih Prof Haryono. HNUR
[
56
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
MEMBANGUN JARINGAN PENYELAMAT IBU HAMIL
S
ETELAH tigapuluh tahun bangsa ini berusaha keras menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, yang pada tahun 1970-an besarnya masih sekitar 600 – 700 orang per 100.000 kelahiran, minggu depan para pelaksana gerakan itu akan berkumpul di Jakarta. Pertemuan itu disponsori oleh Aliansi Pita Putih, suatu forum aliansi atau sekretariat bersama, dari individu dan organisasi yang peduli terhadap nasib para ibu hamil yang terpaksa harus menderita karena pengetahuan terbatas dan sarana yang belum memadai. Di samping prihatin, kita juga boleh merasa lega, karena sejak tahun 1980-an pemerintah, dalam hal ini jajaran Departemen Kesehatan bersama-sama jajaran BKKBN, dan instansi dan masyarakat luas lainnya, berdasarkan kepentingan rakyat banyak telah membangun
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
57
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
jaringan pelayanan informasi dan pelayanan medis yang handal. Dengan adanya jaringan itu dapat dirangsang partisipasi masyarakat yang luas. Akibatnya tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan dapat diturunkan. Namun penurunan itu belum menempatkan kita menjadi bangsa yang terhormat. Biarpun dalam tigapuluh tahun terakhir ini tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan diturunkan hampir 50 persen, yaitu dari sekitar 600 – 700 ibu meninggal karena hamil dan melahirkan per 100.000 kelahiran pada tahun 1970-an, menjadi sekitar 300 – 305 ibu meninggal per 100.000 kelahiran pada waktu ini, posisi Indonesia belum memadai. Prestasi ini memang menakjubkan, tetapi dengan prestasi ini
58
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
keadaan di tanah air masih jauh dari memuaskan. Negara tetangga terdekat, Singapura dan Malaysia, mempunyai tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan hanya sekitar 7 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran, suatu keadaan yang mirip dengan negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Lebih-lebih kalau dilihat secara cermat. Keadaan di Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara yang baru merdeka, atau baru membebaskan diri dari belenggu penjajahan seperti Vietnam. Yang menyedihkan, keadaan di tanah air itu mirip dengan banyak negara miskin atau sangat miskin di Afrika. Keberhasilan Indonesia menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan antara lain adalah karena kita melaksanakan program KB dan membangun kesehatan rakyat dengan gencar di pedesaan. Dalam upaya itu, mengetahui kesadaran rakyat yang rendah, pemerintah dengan sengaja mengantarkan banyak sekali fasilitas kesehatan dan KB kepada rakyat di daerah pedusunan Dibukanya Puskesmas dan klinik-klinik yang tersebar luas di daerah kecamatan ikut mempunyai andil yang sangat besar. Lebih dari itu penempatan dokter di Puskesmas, penambahan dan penyebaran bidan secara besar-besaran pada tahun 1970-an memegang peranan yang sangat tinggi. Pengadaan dan penyebaran bidan yang jumlahnya mencapai lebih dari 50.000 orang bidan itu sejalan dengan maraknya pertumbuhan jaringan pelayanan pedesaan seperti Posyandu dan Polindes. Jaringan ini, yang bergerak paralel dengan upaya Puskesmas Keliling yang dilakukan oleh Jajaran Departemen Kesehatan serta instansi lainnya, memberikan sumbangan yang tidak kecil.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
59
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Dokter Puskesmas berkeliling ke desa-desa, mengadakan pelayanan di Pos-pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di pedesaan bersama masyarakat. Apabila diperlukan konsultasi tambahan, bidan yang ada di desa dapat memberikan bantuan yang diperlukan. Kombinasi jaringan pelayanan tetap dan pelayanan bergerak ini merangsang penduduk pedusunan untuk makin tidak takut memeriksakan dirinya kepada para petugas medis atau para medis. Keberanian itu merangsang partisipasi dalam bidang kesehatan dan KB yang lebih tinggi. Lebih lanjut daripada itu, pembentukan Posyandu di desa-desa, memberi kepercayaan kepada penduduk bahwa masalah kesehatan dan KB sesungguhnya bukan masalah yang terlalu pelik. Semua orang bisa mengambil bagian yang berguna untuk sebesarbesar masa depan mereka juga. Dengan cara demikian tingkat partisipasi masyarakat dapat digalakkan dan hasilnya sungguh sangat menakjubkan. Tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan turun secara drastis. Pengembangan jaringan dan upaya menggerakkan jaringan untuk maju dengan visi dan misi, dalam suatu program terpadu, sungguh tidak mudah. Tantangan kedepan, menurut target-target yang ditetapkan dalam berbagai pertemuan internasional, dan telah disepakati oleh banyak negara, termasuk oleh Indonesia, tidak ringan. Pada tahun 2015 kita sepakat bahwa sasaran penurunan tingkat kematian ibu mengandung dan melahirkan adalah 50 persen dibandingkan dengan keadaannya pada tahun 1990. Sasaran itu tidak ringan karena dalam waktu sepuluh tahun lagi, angka kematian ibu
60
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
hamil dan melahirkan haruslah pada posisi sekitar 150 ibu meninggal per 100.000 kelahiran. Target yang harus dicapai pada tahun 2015 tersebut tidak mudah. Ibu hamil dan melahirkan yang diperkirakan akan mempunyai masalah dan risiko kematian terpencar di daerah-daerah yang sulit dijangkau, mungkin saja di pegunungan, lembah yang sukar dicapai, atau pulau terpencil, atau kalau di kota atau pinggiran kota ibu-ibu itu berada di tempat-tempat kumuh, atau mungkin saja fasilitas medisnya tidak memadai. Mungkin saja masyarakatnya sukar diajak memahami kepentingan pemeriksaan yang teratur. Mereka lebih mengandalkan tahayul dan kepecayaan turun temurun yang tidak pernah berhubungan dengan dokter, paramedis atau bidan. Atau mereka yang banyak dikecewakan oleh para pejabat dan tidak mau lagi berhubungan dengan jalur birokrasi di daerahnya. Berhubung dengan masalah pelik itu, Yayasan Damandiri telah menggalang kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang secara berturut-turut mengadakan serangkaian pertemuan dan seminar di Jakarta, Surabaya dan Surakarta. Dalam waktu dekat pertemuan dan seminar itu akan dilanjutkan di Semarang dan Purwokerto. Pada waktu yang bersamaan, bersama Universitas Airlangga, dalam rangka ulang tahunnya yang ke 50, dikembangkan pula suatu lembaga dengan nama Indonesian Institue for Human Development. Lembaga ini, bekerja sama dengan Asian Urban Information Center of Kobe akan merangsang dan membantu pengembangan dan pemberdayaan sumber
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
61
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
daya manusia di Indonesia. Lembaga ini, di antara berbagai kegiatannya akan ikut mendongkrak peningkatan mutu bidan di Indonesia. Dalam pertemuan dengan ratusan bidan di Jakarta, Surabaya, Surakarta, Semarang dan Purwokerto, disepakati bahwa dokter ahli penyakit kandungan dan dokter ahli anak-anak, dengan bantuan lembaga ini, atau lembaga lain yang mungkin saja menjadi mitra kerjanya, akan secara reguler mengadakan pertemuan dengan para bidan, terutama bidan praktek swasta. Setiap pertemuan akan diisi dengan penambahan ilmu dan kesempatan tanya jawab untuk memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan atau persoalan lapangan yang dihadapi para bidan dalam kegiatannya sehari-hari. Dengan demikian diharapkan mutu pelayanan yang diberikan oleh para bidan praktek swasta itu akan meningkat. Dalam pertemuan dan seminar di Jakarta, Surabaya, Surakarta, Semarang, dan Purwokerto, para guru besar, dokter ahli, dan pimpinan Yayasan Damandiri atau Pengurus IBI, telah memberikan kuliah dan uraian populer tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi, kesehatan anak dan persediaan obat atau alat kontrasepsi yang terkini. Ratusan bidan yang hadir merasa seakan-akan kembali ke bangku sekolah atau mengikuti kuliah di Universitas. Mereka mendapatkan tambahan ilmu yang sangat berguna untuk praktek sehari-hari yang tidak mereka perkirakan sebelumnya. Penambahan ilmu itu memberikan rasa percaya diri yang makin tinggi. Melihat manfaat yang tinggi itu, banyak bidan mengharapkan agar
62
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pertemuan semacam ini bisa dikembangkan menjadi pertemuan rutin agar para bidan selalu disegarkan ilmu, pengetahuan dan ketrampilannya. Mereka berharap dengan cara itu bisa mendapat jawaban terhadap masalah-masalah lapangan yang selalu dihadapinya. Mereka ingin kembali kuliah. Para bidan mengharapkan agar Universitas Airlangga, atau lembaga pendidikan tinggi lainnya, bisa membuka jurusan baru untuk memungkinkan para bidan melanjutkan pendidikannya ke jenjang akademis yang lebih tinggi. Dengan semangat pemberdayaan dan peningkatan mutu pelayanan untuk ibu hamil dan melahirkan, serta anak-anak, terutama bayi, Indonesian Institute for Human Development dan Yayasan Damandiri, akan ikut membantu penyelenggaraan suatu pertemuan nasional Aliansi Pita Putih, suatu forum aktifis yang bergerak dalam upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia. Pertemuan itu direncanakan diadakan di Jakarta, dan dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, serta akan diikuti oleh Pimpinan Organisasi dan lembaga yang selama ini aktif dalam upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan. Karena persoalan yang dihadapi Indonesia sangat pelik, diharapkan pertemuan para ahli dan pekerja lapangan yang akan datang itu mampu mengembangkan prakarsa dan rancangan program yang bersifat multi demensi. Di satu pihak harus meningkatkan ekstensifikasi dan intensifikasi agar ibu hamil dan melahirkan yang belum pernah, belum biasa, atau masih enggan, berhubungan dengan tenaga medis dan para medis, segera dengan mantab merubah sikap dan tingkah lakunya, siap dihubungkan dengan jaringan itu untuk mencegah kematian karena hamil dan melahirkan itu.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
63
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Karena itu pertemuan nasional itu harus sanggup mengembangkan strategi untuk mengembangkan jaringan yang akrab dengan masyarakat di pedesaan atau masyarakat yang kesadarannya masih rendah. Jaringan itu harus sanggup menjemput bola dan memberikan rasa tentram bagi pengunjung pemula dan mempunyai rasa takut berhubungan dengan dokter atau paramedis. Namun jaringan itu harus juga akrab dengan peserta ulangan, yang mungkin saja mengandung untuk kedua kalinya. Peserta ulangan ini harus diperlakukan dengan baik, sekaligus harus disadarkan agar mengatur kehamilannya dengan baik untuk mencegah kematian karena hamil dan melahirkan yang sia-sia. Sekaligus diharapkan mengatur kehamilan itu dalam rangka pembangunan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pertemuan diharapkan bisa mengembangkan tidak saja strategi, tetapi mendorong dikembangkannya bahan-bahan advokasi yang mudah dimengerti, mampu merangsang kesadaran dan menjadi penuntun tingkah laku ibu hamil dan melahirkan untuk membiasakan diri memelihara kesehatannya ekstra ketat selama hamil dan selama masa menyusui anaknya. Perhatian terhadap kehamilan serta kepatuhan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh para dokter, atau tenaga paramedis dan bidan, dengan baik akan merupakan penolak bala dan mengurangi resiko kematian karena hamil dan melahirkan. Dengan demikian jaringan pendukung itu menjadi jaringan kepercayaan yang baik dan disenangi. Di bagian lain harus dikembangkan suatu program untuk
64
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
memperluas jaringan pelayanan informasi dan jaringan pelayanan medis sampai ke daerah-daerah yang masih terisolasi, terutama daerah padat penduduk usia muda dan paritas rendah, daerah yang masih langka fasilitas medisnya, daerah yang fasilitas medisnya masih belum banyak terjamah. Jaringan-jaringan itu akan menyelamatkan ibu-ibu dari resiko kematian karena hamil dan melahirkan. Kematian yang sesungguhnya bisa dicegah, karena ibu-ibu itu akan melahirkan anak bangsa untuk masa depan yang cerah.
[
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
65
Memperkuat Pelayanan Medis pada Posyandu
Reportase Majalah Gemari Edisi 67/VII/2006
K
ETERLIBATAN perawat dalam membina Posyandu diharapkan semakin memperkuat keberadaan Posyandu di DKI Jakarta. Sebelumnya, organsisi profesi lainnya seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Tim Penggerak PKK DKI Jakarta untuk memperkuat pelayanan medis pada setiap pelayanan Posyandu pada tanggal 27 setiap bulannya. “Setiap tanggal 27, kita mengirim tujuh sampai sembilan perawat yang ada di tiap Posyandu di DKI Jakarta. Diperkirakan, jumlahnya bisa mencapai 17.000,” tukas Prayetni, SKp. Mkep, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi DKI Jakarta di sela acara Seminar Keperawatan dengan tema Membangun Perawat DKI Jakarta yang Kompeten melalui Program Sertifikasi di Hotel Grand Cempaka pertengahan Juli lalu.
66
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Menurut Rini Sutiyoso, Ketua TP PKK DKI Jakarta, kerja sama yang dilakukan dengan PPNI sebenarnya sudah lama dilakukan, namun baru terjalin nota kesepakatan (MoU) pada 28 Juni 2006 lalu di Rumah Sakit Khusus Bedah Tzu Chi, Jakarta Barat. “Peran perawat secara langsung di Posyandu, sangat diperlukan. Dengan keprofesiannya mereka bisa menyampaikan ke masyarakat dengan sabar dan tulus. Sehingga masyarakat kita, mudah-mudahan tidak gampang terkena penyakit,” cetus Rini usai membuka Seminar Keperawatan yang dihadiri sekitar 151 perawat di Jakarta. Saat ini, perawat yang ada di DKI Jakarta berjumlah hampir 17.000. Seiring mulai diberlakukannya program sertifikasi, peran aktif perawat di masyarakat pun memiliki tiga pokok kompeteni dasar. Pertama, bisa praktek
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
67
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
secara etis, legal secara hukum. Kedua, bisa memberi pelayanan kesehatan baik kepada individu maupun masyarakat. Ketiga, bisa mengembangkan diri secara profesional. “Tiga kompetensi ini sudah dikembangkan menjadi standar kompetensi perawat di Indonesia. Posyandu sebagai salah satu bentuk partisipasi masyarakat yang di dalamnya ada pelayanan kesehatan dan keperawaratan, mau tak mau kami memberi pelayanan di situ,” kata Prayetni menjelaskan keterlibatan PPNI dengan Posyandu. Kompetensi yang dimiliki di Posyandu, ungkap Prayetni, cukup banyak. Antara lain para perawat mampu melakukan penyuluhan kesehatan, screaning masalah kesehatan di Posyandu, melatih kader dan memberi pelayanan langsung berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak. “Uji Kompetensi di Posyandu ini terutama dilakukan oleh perawat komunitas yang memiliki salah satu bidang ilmu di keperawatan,” ujar Prayetni seraya menambahkan, “kami juga punya program melatih Posyandu.” Pelatihan Posyandu ini, lanjut Prayetni, setiap mahasiswa akademi perawat bisa membina satu Posyandu. Mulai dari program sampai kader Posyandu dibina berstandar oleh dosen maupun mahasiswa yang melakukan praktek. RW
[
68
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
ANAK INDONESIA MENJERIT PADA HARI ANAK NASIONAL
P
ADA Peringatan Hari Anak Nasional beberapa waktu lalu, sekitar 65 sampai 70 juta anak-anak Indonesia di bawah usia 15 tahun semestinya merayakan Hari Anak Nasional dengan suka cita. Kalau anak-anak yang karena orang tuanya rajin ber-KB karena ingin membahagiakannya mendapat dukungan suasana yang kondusif, semua orang tuanya mendapat pekerjaan yang memadai, nasibnya akan jauh lebih baik dari keadaannya pada sekarang. Namun, suasana tanah air dan dunia tetap saja masih di warnai dengan gejolak yang tidak kunjung henti. Karena keberhasilan KB dan pembangunan lain di masa lalu, jumlah anak-anak sekarang ini tidak banyak berubah dibandingkan dengan jumlah anak-anak di tahun 1970an. Namun, demikian juga nasibnya. Kemiskinan dan ketidakpastian
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
69
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
belum berhasil di lenyapkan. Anak-anak terpaksa tumbuh dalam suasana keceriaan yang diliputi dengan ketakutan. Hampir semua anak-anak Indonesia telah berhasil masuk SD dan sebagian besar bisa menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Sebagian lagi dianggap lulus dan mencoba melanjutkan pendidikannya pada tingkat yang lebih tinggi, SMP. Namun karena orang tua yang tidak mampu, bantuan gizi yang diberikan pemerintah jauh dari mencukupi, kualitas anak-anak itu di tingkat SMP masih jauh dari memuaskan. Untuk pertama kalinya ketika ujian akhir nasional diselenggarakan di seluruh pelosok negeri, banyak juga anak-anak itu tidak lulus. Atau mereka lulus tetapi dengan nilai yang tidak pantas diketengahkan dan
70
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
tidak akan mampu mendorong mereka melanjutkan pendidikan di tingkat yang lebih tinggi, SMA, atau kemudian meneruskan ke perguruan tinggi. Kengerian menyertai anak-anak tidak berdosa itu di saat seharusnya mereka memperingati hari bahagia ini bersama-sama temantemannya. Di mana-mana, khususnya di daerah kampung kumuh dengan lingkungan yang menyedihkan anak-anak berhadapan dengan bahaya serangan penyakit demam berdarah. Musim yang tidak menolong, hujan di musim kering, dan kering di musim hujan, menyebabkan nyamuk dan segala kotoran menambah lingkungan menjadi jauh dari sehat. Orang tua dan keluarga yang sudah capai setengah mati mengejar makan untuk hari ini, tidak sempat lagi menyisihkan waktu untuk membenahi lingkungan yang semestinya nyaman dan membuat badan lelah bertambah sehat karena istirahat dalam suasana yang lega. Tetapi lingkungan yang pengab dan berbau busuk membuat tidak saja anak sakit dan menangis, tetapi badan lelah bertambah parah. Akibatnya anak-anak balita dan anak-anak lain yang tidak berdosa menjadi bahan amukan orang tua yang tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyambung hidupnya. Seorang bapak yang kesal dan melihat isterinya awut-awutan amburadul karena sehari suntuk mengurus dan menenangkan anak-anaknya yang tidak cukup makan dan bermain membuatnya lupa daratan. Bukan saja isteri yang pernah dicintainya setengah mati ditenangkan, tetapi kemarahan akan suasana lingkungan dan nasib yang
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
71
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
tidak kunjung membaik, menjadikannya lupa daratan. Isteri kena hardik sebagai pembawa kesialan. Anak-anak yang tidak berdosa kena tampar dan hardikan yang tidak senonoh. Keadaan seperti ini tidak saja berlangsung satu hari satu kali, karena anak-anak itu, sebelum bapaknya pulang dari kerja, telah sehari suntuk menerima hardikan yang sama dari ibunya yang kesal karena nasib yang tidak kunjung membaik. Nasib yang katanya akan bahagia dan sejahtera, kenyataannya jauh dari harapan. Dunia sekelilingnya gelap, seorang ibu yang seharusnya menuntun anak-anaknya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mempelajari kehidupan sehari-hari di sekelilingnya, tidak bisa lagi melakukan fungsi tersebut karena tekanan sosial ekonomi yang tidak lagi tertahankan. Kalau si ibu tidak marah di siang hari, dia akan merasakan kemarahan suaminya pada sore atau malam harinya. Anak-anak yang tidak sempat bermain karena harus memenuhi lampiasan kemarahan ibunya, akan tumbuh dalam tekanan yang maha berat. Kehidupan masa depannya akan penuh ketakutan dan keganasan karena sehari-hari yang dilihatnya tidak lain adalah pertengkaran dan kemarahan. Kemarahan ibu kepada mereka. Kemarahan bapak kepada ibunya dan kepada mereka. Kemarahan suami isteri kepada tetangganya yang mungkin kesal tetapi meratapinya dengan membunyikan radio seperti pedagang pasar mencoba menguasai lapangannya. Ketakutan terhadap tekanan ekonomi keluarga itu bukan barang baru. Kakek dan nenek mereka juga sudah seperti itu keadaannya.
72
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Kemiskinan dan keganasan terhadap anak-anak seperti dilakukannya bukan barang baru. Semasa mereka kecil juga mengalami hal serupa. Bagi keluarga seperti ini kiranya menjadi anak adalah menjadi tumpahan kemarahan orang tua. Menjadi sasaran hardik dan maki yang sebernarnya bukan untuk mereka tetapi untuk budaya kemiskinan yang rantainya tidak juga bisa mereka putuskan. Budaya kemiskinan yang setiap kampanye selalu menjadi acuan untuk diselesaikan, tetapi sampai pejabat yang berkampanye turun panggung, kemiskinan itu tetap saja mereka derita, dan selanjutnya akan mereka turunkan kepada anak dan cucunya. Acaman ketakutan karena kemiskinan bagi mereka merupakan keseharian dan hampir pasti tidak akan berakhir. Anak-anak mereka yang dijanjikan mendapat jaminan kesehatan gratis tetap saja sukar dibawa ke Puskesmas karena jarak yang sangat jauh. Ongkos untuk membawa anak-anak ke Puskesmas tidak mungkin disediakan lagi. Posyandu yang dulu pernah muncul dan marak di kampungnya, karena berbau orde baru, dihapuskan. Karena itu bidan desa yang suka menolong memberi bantuan dengan obat dan pembayaran sekadarnya lenyap juga dari kampung halamannya. Kabarnya mereka tidak lagi bekerja di bidangnya karena tidak ada perhatian lagi dari pemerintah. Dukun yang dulu sangat baik dan bisa membantu sekadarnya tidak lagi mampu memberi layanan karena sudah uzur dan selama beberapa tahun terakhir ini tidak menurunkan ilmunya karena akan digantikan dengan tenaga perawat muda dengan pendidikan akademis. Yang lama hilang lenyap kemakan usia, yang baru dan muda tidak muncul karena
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
73
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pendidikan dan rancangan penyediaannya tidak lagi dilanjutkan karena alasan tidak jelas dan kebijaksanaan yang tidak pro pada rakyat kecil di pedesaan. Secara gemerlap tingkat kesehatan yang amburadul itu satu demi satu menghasilkan kejutan yang mengerikan. Muncul busung lapar yang sesungguhnya merupakan akumulasi penderitaan kurang gizi dalam jangka panjang yang memilukan. Busung lapar bukan peristiwa instan, tetapi akibat dari anak-anak yang untuk beberapa waktu tidak lagi mendapat makanan dengan gizi yang memadai untuk jangka waktu yang lama. Anak-anak itu bukan saja tidak mendapat makanan, tetapi seperti kisah pilu di atas, menjadi juga bulan-bulanan kemarahan orang tuanya terhadap keadaan menyedihkan yang tidak kunjung berubah di sekitarnya. Busung lapar belum hilang disusul dengan penyakit lainnya yang tidak kalah serem, flu burung, atau kejutan lain yang tidak kalah seremnya. Kalau toh anak-anak itu nanti tumbuh besar, dan masih bisa juga bersekolah, kita tidak bisa bayangkan kualitas fisiknya. Mereka pasti akan mendapat kesukaran untuk menerima pelajaran dengan baik. Mereka akan jatuh pada kelompok dengan nilai kualitas yang pas-pasan dan tidak mudah untuk melanjutkan pada pendidikan tingkat tinggi. Mereka akan menjadi pekerja kurang terampil dan “terpaksa” kalau bekerja nanti, mendapat kesempatan kerja dengan upah yang rendah dengan pekerjaan yang resikonya sangat berat. Kesempatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan adalah satusatunya upaya yang harus digalakkan untuk memotong rantai
74
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
kemiskinan dan penderitaan anak-anak yang terpaksa menjadi umpan dan sasaran kemarahan orang tuanya. Kemarahan, kekasaran dan kekerasan dalam keluarga bukan diselesaikan melalui larangan nasional dengan Surat Keputusan Presiden, atau Surat Keputusan Menteri, atau pidato muluk-muluk anti kekerasan, tetapi dengan pendidikan yang memadai dan memihak anak-anak keluarga kurang mampu. Segala fasilitas dan pendampingan kepada keluarga kurang mampu dan anak-anaknya harus menjadi gerakan nasional yang luar biasa gegap gempitanya. Di mana-mana harus dibentuk kelompok belajar di mana anak-anak keluarga kurang mampu mendapat kesempatan belajar, kasarnya duapuluh empat jam setiap hari. Pada pagi hari anak-anak itu belajar di sekolah. Siang harinya mereka harus pula didampingi oleh kelompok kakak-kakaknya belajar ulang materi yang diperolehnya di sekolah. Di samping itu mereka harus pula belajar ketrampilan untuk bekal masa depan andaikan tidak berhasil mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Atau untuk bekal belajar mandiri dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Gerakan belajar itu saja tidak cukup. Pemerintah dengan kekuasaannya harus mampu mengembangkan lembaga keuangan di tingkat pedesaan yang berani menjemput bola. Lembaga keuangan ini harus berani memberikan kredit dengan pendampingan dan dukungan pemasaran produk-produk yang bisa dihasilkan oleh keluarga kurang mampu di desa atau di kampung-kampung kumuh. Gerakan pembangunan ekonomi ini harus disertai dengan pengawasan disiplin yang tinggi. Bank-bank atau lembaga keuangan
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
75
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pedesaan harus rajin menjemput bola. Pagi hari dana bisa dikucurkan dan diawasi secara ketat penggunaannya. Siang atau sore hari dana yang ada dalam masyarakat harus diambil untuk disimpan dalam bank agar menghasilkan. Dana ini sengaja harus ditarik untuk menghindari penggunaannya dalam meja judi atau hilang diambil pencuri. Barangkali hanya dengan disiplin, hidup teratur dan ketat seperti ini solusi kemiskinan, kebodohan dan kemalasan yang sekarang melanda bangsa yang seharusnya makmur dan sejahtera ini dapat diatasi. Sementara itu rakyat diajak prihatin dengan lebih banyak mengkonsumsi produk dalam negeri. Produk-produk pertanian harus menjadi makanan olahan lokal yang makin menarik dan enak dimakan. Buah dan sayur segar harus menjadi makanan utama untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif yang mematikan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, jantung dan stroke. Hasil-hasil ternak yang menguntungkan seperti ayam, domba, sapi dan kerbau harus menjadi penyeimbang yang sehat dibandingkan dengan sayur dan buah-buahan yang harus melimpah menghijaukan desa dan perkampungan. Gerakan kembali ke pertanian dan penghijauan dengan diikuti gandrung kepada makanan produk dalam negeri harus menghasilkan kemakmuran bagi petani di pedesaan. Gerakan ini harus menghasilkan lapangan kerja yang makin meluas karena bidang pertanian harus sekaligus menggarap produk-produk ikutan yang laku jual. Anak-anak muda yang sedang sekolah, terutama mereka yang sekolah di sekolah menengah pertama dan atas diwajibkan mengikuti
76
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
pendidikan ketrampilan dalam bidang pertanian dan industri ikutan pertanian untuk menciptakan karya-karya gemilang memanfaatkan tanah dan lingkungan yang makin subur. Ciptaan-ciptaan gemilang dalam bidang pertanian, industri pertanian dan perdagangan dalam bidang pertanian dihargai dengan baik sehingga makin banyak karya nyata dan secara ekonomis menguntungkan dapat dipasarkan dengan luas ke daerah pedesaan. Lebih dari itu gagasan libur pada hari Sabtu dan Minggu disegarkan kembali. Setiap hari Sabtu dan Minggu penduduk kota yang hidup dalam bidang industri dan jasa diharapkan berkunjung ke desa dengan tujuan ganda. Pertama, memberi kesempatan daerah perkotaan untuk membersihkan diri dari kepadatan lalu lintas dan polusi. Kedua, untuk menikmati hidup seperti orang desa, mempererat silulaturahmi antar keluarga, dan menikmati belanja produk-produk segar rakyat desa secara langsung. Di desa dikembangkan pesantren Sabtu dan Minggu untuk meningkatkan ke taqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang Islam belajar mengaji dan memahami kitab suci Al Qur’an yang memberi tuntunan untuk hidup bersahaja dan memperbesar sedekah. Pesantren ini tidak saja menunjukkan jalan yang diridhoi Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tetapi secara langsung memberi kesempatan kepada setiap mereka yang sadar akan hidup masa depan untuk langsung mengangkat keluarga pedesaan menjadi anak asuh dalam menempuh pendidikannya di masa depan. Pemerataan pembangunan dan amal ibadah menyatu secara langsung dalam rangka pengembangan masa depan negara kesatuan yang kuat dan berkualitas.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
77
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Anak-anak Indonesia menjerit pada Hari Anak Nasional. Penyelesaiannya bukan hanya melalui anak semata. Tetapi jeritan itu bisa menjadi awal dari gerakan masyarakat yang luas untuk membangun pro keluarga kurang mampu dan masa depan yang gemilang. Kita hanya bisa mencegah jeritan anak-anak di masa depan kalau gerakan ini dimulai sekarang juga. Insya Allah.
[
78
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
Kematian Anak-Balita Akibat Campak Mencapai 30.000
Reportase Majalah Gemari Edisi 75/VIII/2007 Gebyar Posyandu 27 di DKI Jakarta kian mendapat tempat di hati masyarakat. Ratusan warga berduyun-duyun memeriksakan balitanya ke Posyandu demi mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. Pemandangan di Posyandu Aster III Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, bertepatan Pencanangan Crash Program Campak Terpadu pada 27 Februari 2007 lalu ini menunjukkan bahwa kemitraan Posyandu dengan sejumlah organisasi profesi di DKI Jakarta telah berhasil. Crash Program Campak Terpadu yang meliputi pemberian vaksin campak dan polio serta vitamin A di Indonesia, dimulai sejak 20 Februari hingga 20 Maret 2007. DKI Jakarta merupakan provinsi yang masuk tahap ketiga dalam program tersebut bersama empat provinsi lainnya di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Provinsi Banten.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
79
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
Kemitraan yang strategis antara Tim Penggerak PKK provinsi DKI Jakarta dengan organisasi profesi di DKI Jakarta dalam menghidupkan kembali Posyandu, telah menempatkan Gebyar Posyandu 27 sebagai puncak acara Kampanye Imunisasi Campak. Pencanangan Crash Program Campak Terpadu ini diresmikan langsung oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari bersama Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan Ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta Rini Sutiyoso. Menurut Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, campak merupakan penyakit yang telah ada vaksinnya. Karena itu, sangat ironis bila masih ada kematian anak atau balita akibat campak. Pada 2002, di seluruh dunia tercatat 777.000 kematian anak dan balita akibat campak, 200.000 di antaranya terjadi di Asean. Sementara di Indonesia, kematian akibat campak mencapai 30.000
80
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
atau 15 persen dari kematian yang terjadi di Indonesia. “Saya minta pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan imunisasi terpadu di semua wilayah, termasuk di daerah kumuh juga harus dijangkau. Departemen Kesehatan akan membantu hal tersebut,” kata Menkes. Dalam acara ini, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menargetkan beberapa tahun yang akan datang warga Jakarta dapat bebas dari penyakit campak. Penduduk DKI Jakarta yang tidak memiliki KTP akan mendapatkan akses untuk vaksinasi campak dan polio sebagai usaha menekan kematian anak di bawah lima tahun akibat penyakit tersebut. “Semua orang di DKI Jakarta yang mempunyai anak kecil silakan membawa anak-anaknya ke Posyandu, walau orang tuanya tidak memiliki KTP DKI Jakarta,” imbau Sutiyoso. Hal senada diamini oleh Ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta Rini Sutiyoso tentang pentingnya Posyandu. “Jangan sampai ada satu balita pun yang lolos untuk diperiksa kesehatannya di Posyandu. Karena satu anak yang lolos bisa menularkan ke yang lain,” tukasnya. Pelayanan KB melalui Posyandu Maraknya kegiatan Posyandu juga memberi dampak positif bagi kelangsungan program Keluarga Berencana (KB) di Jakarta. Posyandu dengan sistem pelayanan lima meja, di mana pada meja ke lima terdapat kegiatan pelayanan KB dan kesehatan telah memberikan akses cepat menjaring akseptor (peserta KB) dalam jumlah cukup banyak. Pencapaian peserta KB aktif di DKI Jakarta sampai Desember 2006 tercatat sebanyak 891.421 akseptor dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebesar
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
81
BANGKIT MELAWAN PEMISKINAN
1.173.650. Jadi, tingkat partisipasinya sebesar 75,71 persen. Sementara itu, pencapaian peserta KB baru di DKI Jakarta sampai Desember 2006 tergolong cukup tinggi sebesar 255.386 akseptor dengan jumlah PPM (Perkiraan Permintaan Masyarakat) sebesar 195.670. Sehingga prosentase peserta KB baru terhadap PPM sebesar 130,52 persen. RW
[
82
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
BIDAN MANDIRI SEBAGAI UJUNG TOMBAK POSYANDU
B
EBERAPA waktu lalu para bidan dan sukarelawan pejuang kaum wanita berkumpul di Bali, dengan prakarsa Yayasan Damandiri, Yayasan Indra, Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia, Unair, Institute Pertanian Bogor (ITB), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Bukopin serta Bank Syariah Mandiri diselenggarakan pertemuan dengan para bidan dan pimpinan perguruan tinggi terpilih untuk mengembangkan strategi mendukung upaya menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, meningkatkan kualitas bidan, serta sekaligus membangun keluarga bahagia dan sejahtera. Pertemuan itu dilanjutkan dengan pertemuan regional Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) dan juga lokakarya dengan topik serupa, yang dihadiri oleh utusan dari wilayah Asia dan Pasifik.
POSDAYA:
ALIANSI
BANGUN
ANAK
BANGSA
83