Why Do Most Traders Lose Money in Trading? Oleh: Tommy Zhu, CFA, CFP®, CWM, AEPP® www.investors-academy.co.id Semua orang ingin memiliki investasi yang semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, mulai dari tipe orang yang siap untuk menerima hasil pengembalian (return) yang rendah hingga mereka yang ingin mendapatkan return yang tinggi. Saat ini di Indonesia pun sudah banyak instrumen investasi yang memberikan return dari rendah hingga ke tinggi, yang tentu saja memiliki tingkat risiko yang berbeda pula. Beberapa contoh instrumen investasi dengan tingkat risiko rendah adalah tabungan dan deposito. Sedangkan contoh instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi adalah saham dan derivatif. Dengan kenaikan index saham yang luar biasa belakangan ini, tentu saja banyak orang mulai melirik instrumen yang satu ini. Dan bagi mereka yang lebih “canggih”, mereka juga melirik instrumen derivatif, antara lain Transaksi Emas, Forex dan Stock Index melalui Sistem Perdagangan Alternatif di Bursa Berjangka Jakarta. Keinginan investor untuk mengejar return yang tinggi ini seringkali hanyalah menjadi impian, bahkan banyak dari mereka yang mengalami kerugian. Dalam CD ini, saya akan menguraikan 10 (sepuluh) penyebab utama investor mengalami kerugian tsb, dan apabila Anda memahami penyebab utama tsb, maka Anda bisa menghindarinya. Penyebab No. 1: TIDAK BERANI CUT LOSS Bagi Anda yang sudah sering berinvestasi, tentu istilah “Let the Profits Run, Cut the Losses Short” sudah tidak asing lagi. Arti dari istilah tersebut adalah kita harus berani secepat mungkin membuang posisi kita yang tidak menguntungkan, dan posisi yang menguntungkan haruslah kita pertahankan hingga memberikan keuntungan maksimal. Saya sering memberi contoh dalam kehidupan nyata: Apabila Anda memiliki usaha restoran, dan Anda memiliki 5 cabang, masing-masing di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Setelah Anda pelajari ternyata cabang di Jakarta Timur selalu memberikan kerugian, sedangkan 4 cabang yang lain bisa membukukan keuntungan dan cabang Jakarta Pusat memberikan keuntungan yang paling besar. Apa yang Anda lakukan terhadap bisnis restoran tsb? ……Saya yakin kebanyakan dari Anda akan menjawab “Menutup cabang Jakarta Timur, dan menambah cabang di Jakarta Pusat”. Saya setuju sekali dengan pemikiran seperti itu, tetapi investor berperilaku berbeda pada saat mereka melakukan trading dalam www.investors-academy.co.id
1
instrumen saham ataupun derivatif. Tidak jarang kita jumpai orang membiarkan posisi yang merugi ditahan selama bertahun-tahun, sedangkan posisi yang menguntungkan secepatnya dilepas. Mereka takut posisi yang sudah untung tsb, bila tidak segera direalisasikan, bisa balik menjadi posisi yang merugi. Dan sebaliknya, posisi yang merugi akan mereka biarkan dengan harapan bisa berbalik menjadi untung. Hal itulah yang menjadi penyebab no. 1 mengapa banyak orang mengalami kerugian dalam trading. Mereka bergegas mengambil keuntungan-keuntungan kecil, dan membiarkan satu kerugian besar terus berlangsung, dan menguras semua keuntungan kecil yang mereka kumpulkan. Sebagai contoh: orang mengambil keuntungan sebesar Rp. 100,- sebanyak 5 kali, kemudian membiarkan 1x kerugian sampai sebesar Rp. 1.000,- sehingga secara total ia mengalami kerugian. Sekarang kita tahu dan mengerti bahwa kita harus berani melakukan cut loss, tetapi mengapa seorang investor sulit sekali melakukan cut loss? Gaya hidup kita sehari-hari ini akan mempengaruhi gaya kita dalam berinvestasi pula, sehingga untuk mengetahui apakah Anda termasuk orang yang akan berani melakukan cut loss ataukah tidak, Anda harus introspeksi diri Anda sendiri. Perhatikan ilustrasi berikut: Apa yang Anda lakukan bila Anda baru saja membeli baju baru dan ketika Anda sampai di rumah Anda rasakan bahwa baju itu ternyata kurang pas dengan Anda. Apakah Anda akan langsung membuangnya? Ataukah Anda akan langsung memberikan ke orang lain? Ataukah Anda akan simpan dulu baju tsb, mungkin lain waktu Anda akan pas lagi dengan baju tsb? Silakan Anda pikirkan dahulu. Berdasarkan pengamatan saya, mayoritas orang akan menyimpan baju tsb bahkan hingga baju tsb mungkin sudah lama di lemari dan sudah rusak sendiri, baru mereka akan membuang baju tsb. Demikian pula halnya dengan trading, pada waktu mengetahui bahwa posisi yang dimilikinya ternyata merugi, seringkali mereka amat susah membuang posisi yang salah tersebut, mereka akan menyimpannya dalam waktu yang lama, hingga mereka bosan atau sudah tidak tahan lagi barulah mereka membuang posisi tsb. Jadi perilaku sehari-hari kita dalam kehidupan, pasti akan terbawa dalam pola trading kita. Apabila kita bisa sukses dalam trading, maka seharusnya dalam kehidupan sehari-hari pun kita juga akan bisa sukses. Bagaimana dengan Anda? Penyebab No. 2: Money Management dan Portfolio Management yang Tidak Bagus Banyak orang tidak sadar atau bahkan tidak peduli dengan pentingnya Money Management dan Portfolio Management. Sering kali kita www.investors-academy.co.id
2
menjumpai orang melakukan investasi tanpa batasan yang jelas. Sebagai contoh: Si A selama ini menempatkan uangnya dalam instrumen deposito, kemudian dia melihat temannya mendapatkan banyak keuntungan dari investasi saham. Si A berpikir apabila seluruh uangnya dipindah investasi ke saham, maka dia “SEHARUSNYA” bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Dengan berbekal pemikiran yang sederhana tersebut, si A langsung terjun ke dunia saham dengan seluruh hartanya. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, karena si A belum tahu persis seluk beluk dari instrumen saham. Sebelum seseorang mulai investasi pada instrumen dengan risiko yang tinggi, dia harus paham Risk Profile dirinya. Risk Profile adalah tingkat kemampuan seseorang dalam menghadapi risiko. Berdasarkan risk profile, kita kelompokkan menjadi 3 kategori: Conservative, Balanced atau Aggressive. Tipe Conservative berarti orang tersebut pada dasarnya tidak mampu menerima risiko yang cukup tinggi. Bagi orang tipe conservative, tentu saja instrumen saham sebenarnya tidak cocok bagi orang tersebut, apabila seseorang tipe conservative tetap ngotot untuk investasi di saham, maka sebaiknya dilakukan dengan porsi yang kecil saja. Tipe Aggressive berarti orang tersebut mampu menerima risiko yang cukup tinggi. Bagi tipe ini, instrumen saham ataupun derivatif masih cocok untuk ambil bagian dalam portfolio keuangannya. Sementara tipe Balanced berada di antara kedua tipe di atas. Untuk mengetahui Risk Profile seseorang, biasanya dilakukan melalui serangkaian kuesioner. Salah satu contoh pertanyaan yang saya lontarkan untuk mengetahui risk profile seseorang: Apa yang akan Anda lakukan pada saat market saham mengalami sell off yaitu turun dalam jumlah yang besar? a. Segera menjual saham yang dimiliki karena berpikir bahwa saham masih akan memburuk terus b. Melihat turunnya pasar saham sebagai kesempatan untuk membeli lebih banyak saham c. Tidak melakukan tindakan apapun Apabila Anda menjawab pilihan “b”, Anda termasuk tipe aggressive; bila Anda menjawab “a”, Anda termasuk tipe conservative. Jadi kita harus memahami risk profile dari diri kita terlebih dahulu sebelum kita mulai berinvestasi. Setelah mengetahui proporsi yang pas untuk diri kita, maka langkah selanjutnya kita harus menentukan bagaimana cara penempatan investasinya: apakah diinvestasikan semua dalam 1x kesempatan atau dibagi menjadi beberapa tahap? Apakah www.investors-academy.co.id
3
diinvestasikan semua ke dalam 1 macam saham ataukah ke beberapa macam saham? Hal ini penting untuk diperhatikan, karena kita ingin mengurangi risiko melalui diversifikasi. Analogi yang sering digunakan dalam menggambarkan Diversifikasi adalah “Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang.” Karena bila keranjang tersebut jatuh, maka semua telur akan pecah. Satu hal yang harus diingat terlebih dahulu: diversifikasi bertujuan untuk mengurangi risiko, bukan memaksimalkan keuntungan. Berdasarkan konsep diversifikasi tersebut, orang membeli tidak hanya satu macam saham. Tetapi bila beberapa saham yang dia beli, semuanya masih dalam satu sektor (sebagai contoh membeli beberapa saham yang semuanya bergerak di sektor perkebunan sawit), sebenarnya dia juga belum melakukan diversifikasi. Penyebab no. 3: Trading Plan yang Tidak Lengkap Seringkali orang melakukan investasi hanya memikirkan start awal saja, dalam artian mereka hanya memikirkan waktu mereka mau melakukan pembelian. Mereka tidak memikirkan apa yang harus dilakukan setelah mereka membeli investasi tersebut. Kebanyakan orang hanya memikirkan apa yang akan mereka lakukan bila investasi tersebut berjalan sesuai harapan, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan bila ternyata hasil tidak sesuai harapan. Kondisi seperti itu, bisa saya gambarkan sbb: Anda memiliki usaha restoran, pada waktu mau memulai usaha tersebut, Anda memiliki gambaran lengkap tentang lokasi di mana restoran itu akan buka, demikian pula rencana pengembangan cabang-cabangnya. Tetapi kebanyakan orang tidak memikirkan risiko kegagalannya, mereka tidak mau berpikir bagaimana bila ternyata restoran itu sepi, dan mengalami kerugian. Seringkali orang berkata mereka tidak mau memikirkan negatifnya dulu, karena takut hal negatif itu akan menjadi kenyataan bila diomongkan di awal usaha. Padahal sebagai seorang yang ingin sukses dalam suatu bidang, kita harus siapkan tindakan alternatif yang harus diambil apabila sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana awal. Tindakan alternatif yang dimaksud di atas adalah Exit Point. Jadi pastikan Anda tahu kapan dan di harga berapa Anda melakukan pembelian, kemudian sebelum Anda membeli instrumen tersebut, tentukan juga di harga berapa Anda akan lepas posisi tersebut. Melepas posisi tersebut bisa dalam kondisi untung (profit) ataupun dalam kondisi rugi (loss). Buat trading plan yang lengkap sebelum Anda mulai melakukan transaksi. www.investors-academy.co.id
4
Penyebab no.4: Paper Trading = Real Money Trading Banyak orang mengatakan “Practices Make Perfect”. Saya setuju sekali dengan pernyataan tersebut. Tetapi banyak orang yang salah mengaplikasikannya dalam dunia trading. Mereka melakukan banyak latihan dengan simulasi transaksi jual beli saham ataupun forex, yang kita sebut dengan Paper Trading. Saat melakukan Paper Trading tersebut, mereka bisa mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Tetapi apa yang terjadi saat melakukan trading sesungguhnya? Mereka mengalami kerugian besar. Sehingga tidak jarang saya jumpai orang berkata, “Kalau demo trading bisa untung banyak, tetapi begitu real trading susah sekali mendapat untung, bahkan rugi banyak.” Hal ini bisa saya gambarkan seperti contoh berikut: Agar pemain basket menjadi handal dalam memasukkan bola ke keranjang, dia harus berlatih berjam-jam setiap harinya. Tetapi pada hari pertandingan, di mana penonton penuh sesak bersorak-sorak, suporter team lawan yang jumlahnya jauh lebih banyak selalu mencemoohnya, konsentrasi dia untuk memasukkan bola ke keranjang akan sangat berbeda dibandingkan pada waktu latihan. Pada waktu latihan, tidak ada gangguan dari lingkungan sekitar. Tetapi pada momen pertandingan seperti contoh di atas, faktor lingkungan menjadi sangat berpengaruh terhadap konsentrasi. Apalagi bila lemparan itu adalah kesempatan terakhir, yang akan menentukan apakah teamnya akan menang atau kalah, tentu saja emosi akan memegang peranan yang sangat besar. Sesuatu yang seharusnya dengan mudah dilakukan, tetapi karena pengaruh emosi yang sangat kuat, akan membuatnya menjadi berantakan. Pada saat kita melakukan Paper Trading, tidak ada emosi yang terlibat, karena kita tidak merasakan rasa sakit pada waktu analisis kita salah dan mengalami kerugian, dan sebaliknya bila analisis kita benar dan mendapat keuntungan kita juga akan merasa biasa-biasa saja. Pada saat kita tidak terlibat emosi, kita bisa dengan tegas mengatakan pada diri kita, bahwa posisi yang salah tersebut harus segera dibuang (cut loss). Atau dengan tegas kita bisa mengatakan pada diri kita bahwa transaksi tersebut harus dieksekusi. Tetapi pada saat ada real money ikut dalam transaksi, emosi ikut terlibat. Bila kita mau melakukan cut loss, kita memikirkan berapa banyak uang yang terbuang, kita bisa merasakan rasa sakit yang akan ditimbulkan oleh kerugian tersebut.Kita akan membayangkan apa yang bisa kita lakukan dengan uang yang akan kita cut loss tsb, mungkin kita membayangkan uang yang akan hilang tsb bisa digunakan untuk membeli mobil baru, atau untuk berlibur ke luar negeri www.investors-academy.co.id
5
bersama keluarga dan lain sebagainya. Jadi kita harus sadar bahwa meskipun kita sudah mahir dalam melakukan paper trading, pada saat melakukan real money trading ada faktor emosi yang ikut terlibat, yang harus bisa kita atasi untuk kesuksesan dalam trading. Penyebab no. 5: Tidak Menggunakan Fundamental dan Technical Analysis Apabila Anda berkunjung ke galeri sebuah perusahaan sekuritas, Anda akan melihat banyak orang melakukan transaksi saham dengan cara bertanya kepada pialangnya (broker) “Hari ini ada rumour apa? Hari ini saham apa yang akan naik? Hari ini apa yang bagus dibeli?” Mereka selalu mengandalkan rumour, gosip atau “insider information” yaitu informasi yang diperoleh dari orang dalam sebuah perusahaan. Mereka tidak pernah tahu di urutan ke berapakah mereka mendapatkan informasi tersebut, dan seberapa akuratkah informasi tersebut. Ada seorang investor setelah berbincang dengan direktur sebuah perusahaan, dia mendapatkan “info” bahwa saham perusahaan tersebut akan naik. Investor itu langsung membeli saham perusahaan tersebut, karena merasa mendapatkan informasi yang akurat. Ia tidak pernah tahu, sudah berapa banyak pihak yang diberitahu hal yang sama oleh direktur tersebut. Mungkin saja direktur tersebut sudah memberitahu hal yang sama ke banyak pihak, sehingga investor hanya mendapatkan bagian terakhir dari pergerakan harga saham, sebelum harga saham turun, dan dia mengalami kerugian. Seorang professional trader akan menggunakan Fundamental Analysis dan Technical Analysis dalam mengambil keputusan jual beli saham ataupun forex. Dengan analisis fundamental mereka mempelajari laporan keuangan sebuah perusahaan, kondisi ekonomi suatu Negara, dan beritaberita lainnya agar mereka yakin bahwa mereka berinvestasi di Negara yang memang memiliki prospek yang bagus dan sector industry yang dipilih juga sector yang prospektif hingga akhirnya mereka memilih saham perusahaan yang diyakini memiliki kinerja yang bagus pula. Jadi dengan analisis fundamental ini diharapkan mereka bisa memilih saham yang benar. Sekarang langkah berikutnya adalah membeli saham yang benar tsb dengan harga yang benar. Hal ini dilakukan dengan analisis teknikal karena Technical Analysis memberikan informasi di harga berapa saham tersebut harus dibeli dan di harga berapa harus dijual. Dalam analisis teknikal mereka banyak menggunakan grafik pergerakan harga di masa lampau dan indicator-indikator yang lain untuk memperkirakan arah pergerakan harga saham di masa mendatang. Tetapi ironis sekali karena masih cukup banyak orang yang tidak tahu, tidak mengerti dan tidak percaya kepada Analysis Fundamental dan teknikal ini, mereka tidak percaya bahwa kedua Analysis bisa membantu www.investors-academy.co.id
6
mereka menghasilkan keuntungan dalam bertransaksi saham ataupun forex. Penyebab no. 6: Kurang Edukasi Apabila Anda berencana untuk buka restoran, dan Anda ingin menjadi koki restoran tersebut. Apa yang akan Anda lakukan? Tentu saja Anda harus belajar memasak. Demikian pula halnya dengan trading. Apabila Anda ingin ikut aktif mengelola portfolio, berarti Anda akan menjadi koki dari restoran Anda. Anda harus belajar cara trading, agar portfolio Anda bisa berkembang dengan baik. Tetapi seringkali orang merasa malas untuk belajar karena biaya untuk ikut workshop atau pelatihan yang cukup mahal, atau mereka sudah sibuk dengan aktivitas harian mereka. Mereka berpikir bahwa Trial and Error tidak akan menimbulkan kerugian yang terlalu besar, sehingga lebih baik langsung terjun ke dunia trading dengan cara trial and error. Setelah mengalami kerugian yang amat besar, barulah mereka mau mencari workshop untuk belajar cara trading. Padahal bila mengikuti workshop terlebih dahulu, mereka sebenarnya bisa menghindari kerugian yang tidak perlu terjadi. Penyebab no.7: Tidak Belajar dari Para Ahli Penyebab no.6 orang banyak mengalami kerugian adalah kurangnya edukasi. Tetapi cukup banyak juga orang yang belajar dan masih mengalami kerugian, karena mereka belajar bukan dari sumber yang tepat. Mereka seharusnya belajar dari para ahli, teknik apa yang mereka gunakan sehingga bisa menghasilkan return yang luar biasa. Yang harus kita waspadai adalah banyaknya orang yang mengaku sebagai ahli tanpa latar belakang yang jelas. Dalam kesempatan ini, saya mau uraikan salah satu contoh ilmu yang saya peroleh dari Alm. Sir John Templeton. Beliau mengatakan, “Bull Markets are Born on Pessimism, Grow on Skepticism, Mature on Optimism and Die on Euphoria.” Arti dari pernyataan tersebut adalah pada saat semua orang menjadi sangat pesimis terhadap suatu investasi (misalnya pasar saham), pada saat itu Bull Market saham baru lahir. Bull Market adalah kondisi pasar di mana harga terus mengalami kenaikan, sedangkan Bear Market adalah kondisi pasar di mana harga terus mengalami penurunan. Bull Market tersebut akan bertumbuh besar pada saat market bersifat skeptis, Bull Market menjadi Dewasa (Mature) pada saat market mulai optimis kembali, dan Bull Market tersebut mati pada saat market sudah eforia. www.investors-academy.co.id
7
Contoh nyata bila kita review kembali kejadian di Bursa Efek Indonesia, pada saat index saham mencapai nilai terendah kurang lebih 250, semua investor merasa sangat pesimis terhadap bursa saham Indonesia, pada saat itu sebenarnya telah lahir Bull Market. Kemudian pada saat index saham mulai naik mencapai angka 700 kemudian ke 1.000, para investor masih bersifat skeptis akan kenaikan tersebut, mereka masih tidak yakin, pada saat ini sebenarnya Bull Market sudah mulai tumbuh. Pada saat index saham naik lagi ke 1.500 hingga 2.000, market mulai optimis bahwa bursa saham Indonesia memang sangat bagus. Hingga harga naik lagi ke 2.400 bahkan 2.800 di awal tahun 2008, market mengalami eforia dimana semua orang memperbincangkan saham, dan pada saat itu Bull Market sebenarnya mati. Apa yang terjadi berikutnya? Bisa kita ingat bersama, index saham Indonesia mengalami penurunan tajam di tahun 2008 hingga turun ke level 1.100. Pada saat index mencapai level 1.100an tsb, semua orang kembali pesimis lagi terhadap saham, dan itu menunjukkan bahwa Bull market baru saja lahir kembali. Dan siklus itu berulang kembali. Apabila kita sudah mempelajari ilmu tersebut di atas, tentu kita akan terhindar dari kerugian besar di tahun 2008. Penyebab no. 8: Ego yang Terlalu Tinggi Kebanyakan orang yang bisa berinvestasi di pasar saham ataupun forex adalah orang yang memiliki kelebihan modal, dan biasanya mereka adalah pribadi yang sukses dalam bisnisnya. Kesuksesan mereka dalam bisnis tersebut akan menimbulkan rasa ego yang bisa terbawa dalam pola trading. Rasa ego yang paling berbahaya adalah tidak bisa menerima kenyataan, meskipun mereka telah terbukti salah. Seringkali dalam sebuah tren menurun, investor memiliki posisi beli di harga atas. Pada kondisi tersebut, mereka tidak bisa menerima bahwa sekarang adalah Down Trend atau trend menurun, mereka selalu berkata bahwa market ini lagi salah, dan posisi mereka adalah yang seharusnya benar. Maka investor tersebut akan selalu menahan posisi belinya meskipun harga turun semakin dalam, dan kerugian yang dia alami juga semakin besar. Apabila sikap tidak bisa menerima kesalahan ini diterapkan dalam transaksi yang menggunakan margin, hasilnya akan jauh lebih berbahaya. Dia bisa saja kehilangan harta-harta yang lain, karena dengan margin trading, bisa saja dia akan melakukan transaksi melebihi kapasitasnya dengan cara selalu melakukan averaging yaitu membeli saham yang sama di harga yang lebih rendah, dengan harapan nilai rata-rata keseluruhan saham yang dimilikinya akan menjadi lebih rendah agar bisa lebih cepat mencapi titik Break Even pada saat harga mengalami koreksi naik. Tetapi yang terjadi adalah tidak seperti yang diharapkan, harga turun terus, dan dia mengalami margin call hingga dia www.investors-academy.co.id
8
tidak mampu memenuhi penambahan dana tsb hingga akhirnya semua posisi yang dimiliki terpaksa dijual semua karena saldo jaminan marginnya sudah sangat minim. Jadi ego yang terlalu tinggi bisa sangat berbahaya dalam trading. Penyebab no. 9: Too Confident and Impatient Memiliki rasa percaya diri itu bagus, tetapi terlalu percaya diri bisa berbahaya, terutama dalam dunia trading. Pada saat merasa terlalu percaya diri, mereka akan trading dengan berlebihan, misalnya membeli dengan jumlah besar yang melebihi kapasitasnya sehingga emosinya akan menjadi sangat labil pada saat harga bergerak berlawanan dengan posisi yang dimilikinya. Hal ini tentu saja akan dengan mudah mengakibatkan kerugian bagi investor tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui apakah posisi yang dimiliki sudah melebihi kapasitas atau belum yaitu bila harga bergerak berlawanan dengan posisi yang kita miliki, bagaimana perasaaan kita? Apakah kita masih tetap tenang? Atau kita mulai khawatir, grogi dan stress? Apabila kita masih tetap tenang, berarti masih berada dalam kapasitas kita. Tetapi bila kita menjadi grogi dan stress maka sebenarnya posisi yang kita miliki sudah melebihi kapasitas kita. Kesabaran sangat diperlukan dalam trading. Apakah Anda pernah merasa jengkel dan marah pada saat pesawat Anda mengalami keterlambatan dari jadwal terbang yang seharusnya? Ataukah Anda bisa menunggu keterlambatan tersebut dengan hati yang tenang? Ketidaksabaran Anda dalam aktivitas sehari-hari juga bisa mempengaruhi tingkat kesabaran Anda dalam trading. Seringkali investor tidak sabar menunggu, misalnya dia berencana membeli di harga 1.000, dan berencana untuk take profit di harga 1.300 atau cut loss di 850, sehingga perbandingan profit terhadap loss nya adalah 300:150. Tetapi harga stabil terus selama beberapa waktu di harga 1.100, akhirnya investor tersebut membeli dengan harga 1.100. Dengan tindakan yang dilakukan tersebut, maka potensi profitnya sekarang menjadi 200, dan potensi lossnya menjadi 250. Dia sudah memperbesar risiko yang dihadapinya dan memperkecil potensi profitnya. Ketidaksabaran diiringi percaya diri yang berlebihan akan sangat menghancurkan rencana investasi. Dalam trading ada 3 posisi yang bisa dimiliki oleh seorang investor. Posisi pertama adalah posisi BELI, posisi kedua adalah posisi JUAL. Lalu, apa posisi ketiga? Banyak investor hanya terpikirkan dua posisi tersebut. Posisi ketiga adalah NO POSITION, di mana pada saat market tidak memiliki risk to reward ratio yang memadai, kita sebaiknya tidak melakukan transaksi. Ingat!!! Trading itu selalu tersedia kapanpun, kita jangan berpikir bahwa peluang yang kita lihat tsb adalah satu-satunya peluang yang tidak akan tersedia lagi. Bagi Anda yang trading forex, bahkan market selalu tersedia selama 24 jam, jadi tidak ada salahnya bila www.investors-academy.co.id
9
kita menjaga kesabaran agar hasil investasi kita bisa lebih baik. Penyebab no. 10: Mencari Perfect System Banyak sekali orang berlomba-lomba mencari trading system yang sempurna, yang tidak akan menimbulkan kerugian sama sekali, selalu profit. Saya hanya mengingatkan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk juga tidak ada trading system yang sempurna. Bagi saya, sebuah trading system yang bisa menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang, meskipun dalam jangka pendek bisa menimbulkan kerugian, sudah menjadi trading system yang baik. Seringkali orang tidak senang apabila system yang dimiliki masih ada catatan merahnya. Mereka ingin semuanya hijau. Sebenarnya yang paling penting adalah hasil akhirnya. Apabila system tsb menimbulkan beberapa kerugian dengan frekuensi terjadinya kerugian lebih banyak daripada frekuensi terjadinya profit, tetapi secara total masih membukukan keuntungan, maka system tsb sebenarnya sudah baik. Apalagi bila system tsb sudah memiliki track record yang cukup lama. Jangan sampai, hanya karena keinginan kita mencari perfect system, akhirnya kita mengabaikan system yang sudah terbukti baik. Dengan demikian Anda sudah mempelajari 10 penyebab utama orang mengalami kerugian dalam trading dan Anda sudah tahu bagaimana cara mengatasinya. Saya berharap artikel ini sangat membantu Anda semua dalam melakukan investasi. Apabila Anda ingin mendapatkan informasi tentang acara kami ataupun informasi lain terkait investasi, silakan kunjungi website kami di www.investors-academy.co.id atau apabila ada pertanyaan silakan email ke
[email protected] Terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa di lain kesempatan.
10
www.investors-academy.co.id