Menyongsong tahun ke 100 Lonsum

Global Reports LLC

Daftar Isi Menyongsong Tahun ke-100 Lonsum

01

Ikhtisar Keuangan

02

Ikhtisar Operasional

03

Perjalanan Sejak 1906

04

Sambutan Dewan Komisaris

06

Laporan Direksi

10

Tinjauan Keuangan

34

Analisis dan Pembahasan Manajemen

36

Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan

56

Laporan Keuangan Konsolidasian

58

Data Perseroan

122

Contents Entering Our Centennial Year

01

Financial Highlights

02

Operational Highlights

03

A Journey that Began in 1906

05

Message from the Board of Commissioners

07

Directors’ Report

11

Financial Review Management’s Discussion and Analysis

35 37

Responsibility for Financial Reporting Consolidated Financial Statements Corporate Information

57 58 122

Menyongsong tahun ke 100 Lonsum Sejarah London Sumatra dimulai seabad yang lalu di Sumatera bagian Timur Laut di jaman pemerintahan Hindia Belanda. Masa itu merupakan era penemuan dan penjelajahan, dimana para petualang melakukan perjalanan jauh untuk mencari keberuntungan dan peluang usaha. Di sebuah perkebunan tembakau dan kopi yang kecil namun tertata dengan baik di Begerpang, sekitar 50 kilometer sebelah Selatan kota Medan, ditanamkan bibit usaha yang kemudian tumbuh menjadi kelompok perkebunan besar, dan salah satu perusahaan di Indonesia yang tertua.

entering our centennial year

The history of London Sumatra Plantations began a century ago in the Northeastern parts of Sumatera in the Netherlands Indies. It was the era of discovery and frontiership, where intrepid men travelled far and wide in search of fortune and enterprise. In a small but established tobacco and coffee estate at Begerpang, some 50 kilometres South of Medan, was sown the seeds of an enterprise that would grow to become major plantation estates and one of Indonesia’s longest serving companies.

LONSUM • 2005 ANNUAL REPORT

1

ikhtisar keuangan Financial Highlights

2005

2004

2003

2002

2001

1,832,860

1,654,294

1,256,785

1,098,056

590,501

532,035

534,553

389,390

387,037

169,274

443,848

459,216

313,103

326,367

110,702

355,724

(247,198)

310,909

500,489

(178,575)

1,095,229

1,095,229

485,613

485,613

485,613

325

(297)

640

1,030

(367)

Dalam juta Rupiah (kecuali disebutkan lain)

In million Rupiah (unless stated otherwise)

Penjualan Bersih

Net Sales

Laba Kotor

Gross Profit

Laba Usaha

Operating Profit

Laba (Rugi) Bersih

Net Income (Loss)

Jumlah Saham Beredar (ribu)

Outstanding Shares (thousand)

Laba (Rugi) per saham (Rp penuh)

Income (Loss) per Share (full Rp)

Aktiva Lancar

Current Assets

Aktiva Tetap

Fixed Assets

Aktiva Lain-lain

Other Assets

Total Aktiva

Total Assets

Kewajiban Lancar

Current Liabilities

Kewajiban Tidak Lancar

Non-Current Liabilities

670,367

724,907

168,604

136,368

103,171

Jumlah Kewajiban

Total Liabilities

1,477,236

1,593,717

1,915,522

1,897,284

2,110,427

Jumlah Ekuitas

Total Equity

1,124,937

769,213

103,936

(211,203)

(711,850)

Modal Kerja Bersih

Net Working Capital

(409,357)

(453,745)

(1,113,577)

(1,403,280)

(1,790,853)

DALAM PERSENTASE (%)

IN PERCENTAGE (%)

Pertumbuhan Penjualan

Sales Growth

10.79

31.63

14.46

85.95

8.88

Marjin Laba Kotor

Gross Profit Margin

29.03

32.31

30.98

35.25

28.67

Marjin Laba Usaha

Operating Profit Margin

24.22

27.76

24.91

29.72

18.75

Marjin Laba Bersih

Net Profit Margin

19.41

(14.94)

24.74

45.58

(30.24)

Return on Assets

13.67

(10.46)

15.40

29.68

(12.77)

Return on Equity

31.62

(32.14)

299.14

(236.97)

25.09

397,512

415,065

633,341

357,636

216,403

1,993,715

1,259,032

1,169,983

1,012,077

841,687

210,946

688,833

216,134

316,368

340,561

2,602,173

2,362,930

2,019,458

1,686,081

1,398,651

806,869

868,810

1,746,918

1,760,916

2,007,256

Rasio Laba (Rugi) Bersih terhadap Total Aktiva Rasio Laba (Rugi) Bersih terhadap Total Ekuitas Rasio Lancar

Current Ratio

49.27

47.77

36.25

20.31

10.78

Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas

Debt to Equity Ratio

70.07*

101.22*

1,842.98

(898.32)

(296.47)

Rasio Kewajiban terhadap Aktiva

Debt to Assets Ratio

56.77

67.45

94.85

112.53

150.89

*) Asumsi MCN dikonversi / Assuming MCN is converted

2

LAPORAN TAHUNAN 2005 • LONSUM

Global Reports LLC

ikhtisar operasional performance Highlights

Dalam hektar (kecuali disebutkan lain)

In hectares (unless stated otherwise)

2005

2004

2003

2002

2001

Lahan Tertanam - Inti Kelapa Sawit • Menghasilkan • Belum Menghasilkan

Planted Area - Nucleus Oil Palm • Mature • Immature

81,644 59,253 48,351 10,902

65,237 41,528 36,636 4,892

66,046 41,177 37,106 4,071

65,805 40,534 35,839 4,695

64,670 38,964 34,003 4,961

Karet • Menghasilkan • Belum Menghasilkan

Rubber • Mature • Immature

16,706 14,344 2,362

17,607 15,042 2,565

19,025 13,201 5,824

19,405 10,653 8,752

19,854 10,337 9,517

Lainnya • Menghasilkan

Others • Mature

5,685 4,978

6,101 5,221

5,843 5,376

5,865 5,516

5,852 5,650

707

880

467

349

202

• Belum Menghasilkan

• Immature

Kebun plasma yang telah diserahterimakan

Plasma mature handed over

35,917

31,013

35,287

31,476

24,186

Profil Umur Tanaman Kelapa Sawit Tanaman Muda (3 - < 9 tahun) Tanaman Utama (9 - 20 tahun) Tanaman Tua (>20 tahun) Jumlah

Age Maturity of Oil Palm Trees Young (3 - < 9 years) Prime (9 - 20 years) Old (>20 years) Total

20,362 26,036 1,953 48,351

17,903 16,089 2,644 36,636

21,721 13,095 2,290 37,106

22,242 10,563 3,033 35,838

21,312 8,929 3,763 34,004

Distribusi Laham Tertanam Inti Sumatera Utara Sumatera Selatan Kalimantan Timur Jawa Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Jumlah

Distribution of Planted Areas Nucleus North Sumatera South Sumatera East Kalimantan Java North Sulawesi South Sulawesi Total

39,572 29,533 4,571 2,324 729 4,915 81,644

39,619 17,426 525 2,757 4,910 65,237

39,625 18,393 525 2,858 4,645 66,046

39,525 18,218 525 2,854 4,683 65,805

39,537 17,101 525 2,830 4,677 64,670

Volume Produksi (Ton) Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah Minyak Sawit (MT) Inti Sawit Benih Sawit (ribu benih) Karet Kakao Kopi Teh

Production Volume (Tonnes) Processed Fresh Fruit Bunch (FFB) 1,373,457 Crude Palm Oil (CPO) (MT) 328,688 Palm Kernel 71,325 Oil Palm Seed (thousand of seeds) 15,511 Rubber 24,079 Cocoa 5,123 Coffee 165 Tea 1,364

1,212,286 295,790 65,006 10,441 22,335 5,071 758 1,088

1,175,952 1,116,974 270,820 259,492 61,082 57,042 6,286 5,177 20,429 14,157 4,788 5,003 812 960 1,053 963

827,015 194,773 42,592 6,452 13,737 5,002 732 1,106

Volume Penjualan (Ton) Minyak Sawit (MT) Inti Sawit Benih Sawit (ribu benih) Karet Kakao Kopi Teh

Sales Volume (Tonnes) Crude Palm Oil (CPO) (MT) Palm Kernel Oil Palm Seed (thousand of seeds) Rubber Cocoa Coffee Tea

312,318 72,196 14,396 26,325 5,092 312 1,409

300,655 65,352 10,719 22,505 5,116 662 1,172

266,360 60,393 6,132 16,990 4,727 1,028 761

278,495 57,574 5,159 14,005 5,198 892 1,140

178,263 41,003 4,302 14,230 5,088 844 1,072


Global Reports LLC

3

Perjalanan yang Dimulai pada Tahun 1906 Pada tahun 1906, Arthur Lampard, partner di Harrisons & Crosfield, perusahaan perdagangan komoditas yang berdiri sejak tahun 1844, menyeberang dari Semenanjung Malaya ke Pantai Timur Sumatera, dan menemukan lahan perkebunan yang terutama ditanami tembakau,“...dengan daunnya yang bertekstur sangat halus, lebih cocok untuk pembungkus cerutu daripada tembakau lainnya yang tumbuh dimana pun di dunia.” Selain perkebunan tembakau yang marak, Lampard juga menemukan kebun kopi Liberia dan sebidang lahan kecil yang ditanami oleh karet Hevea dan sejenis karet, Ficus elastica, yang merupakan tanaman asli daerah. Pohon karet ini paling menyita perhatian Lampard, dan ia melihat kemungkinan menanam karet di kawasan itu dengan tingkat pertumbuhan yang melebihi daerah lain. Pada bulan April 1906, Harrisons & Crosfield membeli Perkebunan Begerpang dari seorang yang berkebangsaan Swiss yang telah bertahun-tahun menanam tembakau dan kopi. Dengan visi dan pengarahan Lampard, sebagian besar lahan Begerpang diubah menjadi kebun karet yang kemudian menjadi perkebunan karet berskala besar pertama di Hindia Belanda, yang terus berkembang selama beberapa dekade menjadi PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (Lonsum) sebagaimana kita kenal sekarang.

4


A Journey that Began in 1906 In 1906, Arthur Lampard, a partner of Harrisons & Crosfield, a major commodities trading house founded since 1844, crossed over from the Malay Peninsula to the East Coast of Sumatera, and found cultivated land that was primarily planted with tobacco,“...the leaf of which was of a particularly fine texture, better suited for the wrapping of cigars than that grown anywhere else in the world.” In addition to a thriving tobacco industry, Lampard found a moderate-size Liberian coffee estate with a small area planted with Hevea rubber trees and a type of rubber, the Ficus elastica, indigenous to the area. The rubber caught Lampard’s attention most, and he saw the possibility of planting rubber in the area at a much more rapid pace than elsewhere. In April 1906, Harrisons & Crosfield acquired the Begerpang Estate from a Swiss planter who had spent many years planting tobacco and coffee. With Lampard’s vision and enterprise, Begerpang was transformed into mostly rubber estates, which eventually grew to become the first large-scale rubber plantation operations in the Netherlands Indies, which over many decades would eventually merged into PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (Lonsum) that we know of today.

LONSUM •• 2005 2005 ANNUAL ANNUAL REPORT REPORT LONSUM

5

sambutan dewan komisaris

Tahun 2005 merupakan tahun ke-99 kiprah Lonsum di dunia perkebunan. Restrukturisasi keuangan pada tahun 2004, serta upaya penyusunan kembali sasaran usaha Lonsum selama dua tahun belakangan ini, mulai menunjukkan hasil yang nyata. Saat Lonsum merayakan ulang tahunnya yang keseratus di tahun 2006, Lonsum memasuki era baru pertumbuhan serta kelangsungan usaha. Sebagai perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia, Lonsum diuntungkan oleh banyaknya luas lahan garapan yang termasuk paling subur di dunia, iklim yang mendukung sepanjang tahun, serta segudang pengalaman sebagai perusahaan yang telah berusia satu abad. Dengan komoditas utama seperti minyak sawit (CPO), karet, kakao dan teh, Lonsum juga berada di posisi strategis untuk memetik keuntungan dari meningkatnya harga pasar untuk beberapa komoditas utama, khususnya CPO dan karet. Di tahun 2005, Lonsum menghadapi kondisi makro ekonomi Indonesia yang penuh tantangan, karena naiknya harga minyak mentah serta meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga dua kali lipat sebagai akibat pengurangan subsidi besar-besaran yang dilakukan Pemerintah. Keadaan ini diperparah oleh laju inflasi yang mencapai 17,11%, peningkatan suku bunga surat berharga Bank Indonesia (SBI) berjangka 1 bulan hingga 12,75%, serta melemahnya nilai tukar rupiah hingga 5,8%. Walaupun demikian, Lonsum berhasil memenuhi bahkan melampaui target produksi yang ditetapkan. Meski memperlihatkan perbaikan di tahun 2005, kinerja Perseroan masih dapat ditingkatkan sejalan membaiknya kondisi Perseroan setelah bertahun-tahun didera kekurangan modal di sektor penanaman dan infrastruktur. Semenjak bergabung dalam Dewan Komisaris pada bulan Mei 2004, kami telah menyaksikan peningkatan aliran kas Lonsum yang kemudian diinvestasikan kembali pada pengembangan infrastruktur dan operasi. Di tahun 2005, program penanaman digiatkan kembali sementara investasi dalam pengembangan operasional dan infrastruktur telah pula ditingkatkan.

6


1910

Dibangun pada tahun 1911 dan mulai dihuni di bulan Februari 1912, kantor administrasi di Medan merupakan monumen yang masih digunakan sebagai kantor pusat operasional Lonsum hingga kini. Built in 1911 and occupied in February 1912, the headquarters of London Sumatra Plantations in Medan is a monument that is still used as the main operational office of Lonsum today.

message from the board of commissioners

The 2005 year was PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (Lonsum) 99th year in the plantation business. The financial restructuring of Lonsum in 2004 and the business refocusing over the past two years has begun to yield tangible results for the Company. As Lonsum celebrates its centennial year in 2006, it is entering a new era of sustainability and growth. As a leading agri-business in Indonesia, Lonsum capitalises on vast tracts of arable land, some of the richest soils in the world, conducive climate all year round, and the expertise of one hundred-year’s in the business. With palm oil (CPO), rubber, cocoa and tea as its main crops, Lonsum is also well positioned to capitalise on favourable market prices of some of those commodities, especially CPO and rubber. In 2005, the Company faced challenging macro-economic conditions in Indonesia from a rising oil price and a doubling in the domestic fuel price as a result of a large reduction in the Government subsidy. Inflation increased to 17.11% and One-Month SBI rose to 12.75% at their peak and the Rupiah depreciated by 5.8%. Notwithstanding, the macro-economic environment, Lonsum managed to meet and in some cases exceed production targets. Whilst showing improvement in 2005, the performance of the Company can still be improved as it recovers from several years of under investment in planting and infrastructure. Since joining the Board of Commissioners in May 2004, we have seen improvements in the cash flows of Lonsum much of which has been reinvested in infrastructure and operations. In 2005, there was a step-up in the planting program and increased investment in operations and infrastructure. The great strengths of the Company have been its history, accumulated knowledge and management capability in the cultivation and harvesting of plantations. To be sure, Lonsum had become very proficient in the CPO business with the Company’s productivity evolving to one of the best in the industry.

LONSUM •• 2005 2005 ANNUAL ANNUAL REPORT REPORT LONSUM

7

Keunggulan terbesar yang dimiliki Perseroan adalah pengetahuan serta kemampuan pengelolaan dalam menanami dan memanen perkebunan yang telah terkumpul selama kurun sejarahnya yang panjang. Kami berkeyakinan Lonsum sangat menguasai bisnis CPO, sehingga produktivitas Perseroan pun menjelma menjadi salah satu yang terbaik di industrinya.

Rachmat Soebiapradja Komisaris Independen Independent Commissioner

Namun, keahlian serta pengetahuan yang diperoleh selama seratus tahun tersebut belum sempurna dibukukan maupun dibakukan. Sepanjang tahun 2005, pihak Manajemen sibuk memperbaiki kekurangan ini dan telah mulai menerapkan serangkaian kebijakan serta prosedur operasi secara menyeluruh, dalam rangka menyediakan standar yang sama bagi seluruh unit operasi Perseroan serta untuk mendukung pengembangan usaha di masa mendatang. Dengan upaya sosialisasi kebijakan tersebut ke seluruh jajaran karyawan yang jumlahnya begitu besar, serta penerapannya di sejumlah daerah yang tersebar begitu luas, apa yang ingin dicapai Lonsum bukanlah hal yang kecil; namun kami sangat gembira atas kemajuan yang berhasil dicapai hingga saat ini. Dengan tuntasnya penerapan ini, Lonsum akan memiliki sekumpulan aset intelektual yang dapat dipergunakan oleh semua orang di dalam Perseroan.

Tengku A. Aziz Komisaris Independen Independent Commissioner

Salah satu unit operasi Lonsum yang telah sejak lama memiliki standar kelas dunia adalah Pusat Penelitian Bah Lias (BLRS) di Sumatera Utara, yang pada tahun 2005 telah membuka dua pusat penelitian sejenis di area perkebunan Lonsum di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. BLRS telah mengembangkan berbagai program pemuliaan, teknologi hayati dan perlindungan tanaman untuk kelapa sawit, karet, kakao dan teh. Di tahun 2005, BLRS bisa jadi merupakan pusat penelitian pertama yang berhasil menemukan benih kelapa sawit homozigot (memiliki gen kembar) yang bila terbukti, akan menjadi awal bagi dikembangkannya benih kelapa sawit hibrida paling unggul. Lonsum juga berperan aktif di industri CPO internasional dalam mengembangkan prinsip serta kriteria bagi produksi CPO yang berkelanjutan. Forum Pengembangan Kelapa Sawit Berkesinambungan, yang terdiri dari sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka, lembaga penelitian, organisasi lingkungan hidup, kelompok kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), saat ini merupakan bentuk prakarsa paling maju dalam hal pengelolaan perkebunan sawit berwawasan lingkungan. Dalam pertemuan ketiganya di Kuala Lumpur pada bulan Oktober 2005, forum menyepakati prinsip dasar untuk produksi CPO berkesinambungan. Guna memastikan kehandalan prinsip-prinsip tersebut, perlu dikembangkan sejumlah proyek percontohan dan Lonsum telah menawarkan diri untuk menjalankan salah satu dari proyek tersebut. Meskipun Dewan Komisaris bersyukur atas berbagai kemajuan serta perbaikan besar yang telah dicapai Lonsum pasca restrukturisasi hutangnya, masih banyak hal yang perlu dilakukan. Terdapat banyak peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi Perseroan melalui usaha yang ada serta terbukanya berbagai peluang baru, sejalan dengan peningkatan minat dunia akan bahan bakar hayati. Agar dapat melanjutkan kemajuan Perseroan dalam kerangka internalnya, serta untuk mengoptimalkan pemanfaatan berbagai peluang usaha baru tersebut, kita harus menyemai itikad baik secara terus menerus di seluruh lapisan khalayak Lonsum. Untuk dan atas nama Dewan Komisaris,

Mark H. Carnegie

Komisaris Utama

8


However, the skills and knowledge that had been accumulated for over a century had not been properly documented nor standardised. During the year, management have been busy remedying this shortfall and have commenced implementation of a comprehensive set of operating policies and procedures to achieve standardisation across all of the Company’s operating units and support the future development of the business. What Lonsum is trying to achieve in this process across such a large employee base and in several geographies is no small matter and we are encouraged by the efforts of our people to date. Upon the completion of this exercise, Lonsum will have developed a compendium of intellectual assets for everyone to share within the Company.

Eddy K. Sariaatmadja Komisaris Commissioner

One operating unit of Lonsum which has long reached world-class standards is the Company’s Bah Lias Research Centre (BLRS) facilities in North Sumatera, which has opened two new centres in Lonsum’s South Sumatera and East Kalimantan estates since 2005. BLRS has developed worldleading breeding, bio-technology and disease protection programmes for oil palm, rubber, cocoa and tea. In 2005, BLRS may have been the first research station to identify homozygous oil palm seeds which, if confirmed, could lead to the breeding of the ultimately superior oil palm hybrids from homozygous parents. Lonsum is also actively engaged with the international CPO industry in the development of the principles and criteria for sustainable CPO production. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), an international forum of leading palm oil plantations, research institutes, environmental agencies, community groups and non-governmental organisations, currently represents the most advanced initiative on environmentally sustainable management of oil palm plantations. In the third-round RSPO meeting in Kuala Lumpur in October 2005, the forum agreed on basic principles of sustainable CPO production. In order to ascertain the viability of those principles several pilot projects are required by palm oil producers, and Lonsum has volunteered to undertake one such project.

Joefly J. Bahroeny Komisaris Commissioner

Whilst the Board of Commissioners is pleased to note the encouraging progress and improvements which Lonsum has made since its debt restructuring, much still needs to be done. There are significant value-creating opportunities for the Company within its existing business and there are new opportunities being presented as a result of reinvigorated global interest in biofuels. To build upon recent successes inside the Company and to successfully exploit these business opportunities we must continue to sow good will among Lonsum’s large and diverse stakeholders. Jay G. Wacher

For and on Behalf of the Board of Commissioners,

Komisaris Commissioner

Mark H. Carnegie

President Commissioner


9

1920

Memasuki dekade keduanya, cikal bakal perkebunan Lonsum mulai tampak jelas hingga batas cakrawala, sejauh mata memandang. By its second decade, the outlines of Lonsum’s earliest grid of plantations are clearly discernible before the horizons, almost as far as the eye can see.

laporan direksi

Setelah proses restrukturisasi menyeluruh yang telah berlangsung selama dua tahun, dengan ini kami melaporkan bahwa Lonsum mencatat laba bersih sebesar Rp 355,7 miliar untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005, setelah tahun sebelumnya merugi sebesar Rp 247,2 miliar. Hingga akhir tahun 2005, nilai ekuitas tumbuh sebesar 46,2% ke posisi Rp 1,12 triliun sebelum pembayaran dividen, sementara hasil rasio laba bersih terhadap total ekuitas untuk tahun 2005 mencapai sekitar 31,6%. Pada tahun 2004, Lonsum meraih laba operasional sebesar Rp 459,2 miliar, sebelum dikurangi biaya restrukturisasi yang mengakibatkan kerugian bersih di tahun tersebut. Sedangkan di tahun 2005, laba operasional Perseroan menurun ke Rp 443,8 miliar, yang terutama disebabkan oleh beban langsung sehubungan dengan akuisisi dan konsolidasi aset PT Pan London Sumatera Plantation beserta anak perusahaannya (Pan Lonsum), sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya restrukturisasi Lonsum yang berlanjut. Oleh sebab itu, Lonsum kini berada pada posisi yang lebih kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan. Akuisisi aset-aset Pan Lonsum oleh Lonsum pada tahun 2004, melalui konversi hutang menjadi aset dan pencairan investasi, menyisakan banyak pekerjaan serta pembangunan yang harus diselesaikan. Namun di sisi lain, langkah ini membuka peluang besar bagi Lonsum untuk terus tumbuh dan meningkatkan hasil usahanya di masa mendatang. Dengan pengkonsolidasian kebun Pan Lonsum ke dalam Perseroan, Lonsum memiliki sekitar 51.400 hektar lahan tambahan, dimana 11.433 hektar di antaranya merupakan perkebunan yang menghasilkan di akhir tahun 2005. Dengan penambahan ini, luas keseluruhan area lahan tertanam yang dikelola Lonsum pada tahun 2005 mencapai lebih dari 118.434 hektar, yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, teh, kelapa, dan kopi, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Jawa Timur.

10


directors’ report

Dari kiri ke kanan/ From left to right : Handana H. Wanawijaya Managing Director, Finance

Subsequent to Lonsum’s enterprise-wide restructuring that has been in progress for two years, we are pleased to report that Lonsum posted a net profit of Rp 355.7 billion for the year ending 31 December 2005, compared to a loss of Rp 247.2 billion the year before. Stockholders’ equity rose 46.2% to Rp 1.12 trillion before dividends as at year-end 2005 while return on equity for the year was approximately 31.6%. In 2004 Lonsum had an operating profit of Rp 459.2 billion, before a one-time restructuring charge

Bryan J. Dyer Managing Director, Operations Glenn M.S. Yusuf President Director Zafril A. Hamzah Managing Director, Sales Wirawan Giriputra Managing Director, Human Resources & General Services

that resulted in the net loss for the year. While in 2005, our operating profit declined slightly to Rp 443.8 billion, as a result of fully absorbing the cost of acquiring assets of PT Pan London Sumatra Plantation and its subsidiaries (Pan Lonsum) as an integral part of our continuing restructuring. Consequently, Lonsum is now better positioned for long term growth and sustainability. The acquisition of Pan Lonsum’s assets by Lonsum in 2004 - by way of debt-to-asset swap and redemption of investments - has left us with much work and rebuilding to do. On the other hand, it has also opened up Lonsum to tremendous growth opportunities and income streams in the future. The consolidation of the Pan Lonsum estates into Lonsum has added roughly 51,400 hectares of landbank, of which approximately 11,433 hectares are mature estates at year end 2005. Hence, Lonsum’s total managed planted areas as at year-end 2005 to more than 118,434 hectares of oil palm, rubber, cocoa, tea, coconut, and coffee plantations throughout North and South Sumatera, and East Kalimantan, North and South Sulawesi, East Java and West Java.

LONSUM LONSUM• •2005 2005ANNUAL ANNUALREPORT REPORT

11 11

1930 Interior ruang tamu sebuah rumah manajer kebun dan keluarganya tahun 1930an. A typical living-room interior of the house of estate managers and their families during the 1930s.

Selain karena membaiknya harga berbagai komoditas di dunia, terutama karet, kakao dan benih, meningkatnya produktivitas juga turut mendorong kesinambungan profitabilitas Perseroan. Di tahun 2005, Lonsum melakukan lebih banyak kegiatan pembukaan lahan serta penanaman bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perseroan memperbaiki metode tanam dan panen, membangun dan memperbaiki akses jalan di lingkungan perkebunan, sehingga lebih banyak Tandan Buah Segar (TBS) yang dapat dipanen untuk tiap hektar lahan, selain meningkatkan efisiensi pengangkutan TBS. Perseroan juga memperbaiki ketepatan waktu pengiriman sehingga kapasitas serta kecepatan pengolahan dapat dipertahankan pada posisi optimal sepanjang tahun. Pada saat yang bersamaan sistem pelaporan serta komunikasi yang lebih sederhana serta efektif, baik di dalam maupun antara perkebunan dan kantor wilayah, juga memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan produktivitas serta kinerja operasional. Bila kita tinjau secara ringkas seluruh unit perkebunan Lonsum, terlihat bahwa perkebunan karet Perseroan pada tahun 2005 juga menunjukkan hasil yang baik dalam hal produktivitas dan perluasan lahan. Jumlah total produksi untuk tahun tersebut setidaknya mendekati kapasitas produksi penuh di tiga pabrik karet remah dan dua pabrik karet lembaran yang dimiliki Lonsum. Dengan harga yang berada pada posisi tertingginya dalam sepuluh tahun terakhir, Lonsum berusaha untuk memenuhi peningkatan permintaan akan karet dan mengerahkan segenap daya upaya untuk mendongkrak kapasitas penyadapan dan produksi setinggi mungkin. Hasil tersebut diimbangi oleh komoditas kakao yang pada tahun 2005, menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Perkebunan kakao Perseroan di Treblasala, Jawa Timur mencapai hasil yang luar biasa sedangkan produksi di unit perkebunan kakao Sumatera Utara masih belum optimal. Untuk tahun 2005, produksi teh Lonsum meningkat secara signifikan bahkan melampaui tingginya hasil yang dicapai di tahun sebelumnya, disebabkan baiknya mutu hasil panen perkebunan teh Kertasarie di Jawa Barat. Berpadunya Berbagai Faktor Seiring dengan kemajuan yang terus dicapai Perseroan berkat langkah reorganisasi serta restrukturisasi, tumbuh suatu kesadaran bahwa berbagai faktor, mulai dari perencanaan, alokasi sumber daya, kegiatan operasional, sumber daya manusia, pengembangan berbagai kerja sama hingga pengelolaan risiko dan komunikasi, merupakan suatu kesatuan yang mengarah ke pertumbuhan Lonsum yang berkesinambungan. Ada beberapa hal yang menjadi alasan untuk itu. Secara eksternal, Lonsum diuntungkan oleh menguatnya harga pasar untuk komoditas karet yang nampaknya akan berlanjut untuk jangka panjang, dikarenakan terus meningkatnya permintaan pasar. Meskipun harga rata-rata pasaran CPO untuk tahun 2005 lebih rendah dari tahun sebelumnya, permintaan pasar akan CPO tetaplah besar. Terus meningkatnya permintaan pasar akan minyak makanan berbahan dasar CPO didorong oleh makin tingginya tingkat konsumsi di Asia yang berpenduduk lebih dari dua miliar orang. Sebagai bahan dasar yang memiliki nilai tambah untuk berbagai produk kecantikan, CPO sangat diminati oleh sejumlah

12


“Terdapat faktor-faktor yang semakin menunjang pertumbuhan Lonsum yang berkesinambungan...” “There are converging factors that are making Lonsum’s growth more sustainable...”

Aside from the result of better global prices of commodities, especially for rubber, cocoa and seeds last year, productivity has been the factor behind our sustained profitability. Lonsum cleared more land and undertook more plantation programmes in 2005 than the previous year. We improved crop cultivation and harvesting, built and upgraded new and existing roads in our estates that enabled us to harvest more fresh fruit bunches (FFB) per hectare of land, and increased our efficiency in FFB transportation. We also managed greater just in time delivery, thereby maintaining near full capacity runs on our mills throughout the year. At the same time, simpler and more effective reporting systems and communications in and between the fields and regional offices had contributed significantly to better all-around operations and increased productivity. Going through Lonsum’s other estate portfolios briefly, our rubber estates also did well in terms of productivity and expansion in 2005. Total production for the year was at or near the full capacity for Lonsum’s three crumb rubber and two sheet rubber factories. With the price of rubber currently on a 10-year historic high, Lonsum is hard put to meet the growing demand for rubber and we are exerting all efforts to maximise rubber tapping on our plantation as well as rubber manufacturing capacities. Cocoa did as well in 2005 as that of the previous year. Our cocoa estate in Treblasala, East Java, did quite well, although production in our North Sumatera cocoa estates was below the optimum level. Lonsum had significantly higher output of tea in 2005, as a result of a good harvest at our only tea estate in Kertasarie, West Java. Converging Factors As we continue to make progress from our reorganisation and restructuring, there is a growing sense of realisation that a whole range of factors from planning to resource allocation, operations, people, networking, risk management and communications are converging to make Lonsum’s growth more sustainable. There are a number of reasons why this is so. Externally, Lonsum is benefitting from strong commodity market prices that are likely to continue over the long term for rubber as demands for this commodity continues to surge. Although average market price for CPO in 2005 was below that of 2004, demand for CPO has remained largely strong. Market demand for CPO-based edible oil has been fuelled by growing consumption in Asia where more than two billion people live. As a base ingredient for cosmetic products with higher added value, CPO is sourced by some of the world’s largest trading houses. While lately, there has been great anticipation on the viability of CPO as a renewable source of bio-fuel energy. As for rubber, as long as the world churns out cars and motorcycles in ever greater numbers, there will always be a demand for natural rubber that go into tyre components. And as long as crude oil prices remain high, the price of synthetic rubber will never be more competitive than that of natural


Global Reports LLC

13

Di tahun-tahun awal Lonsum, semangat kepeloporan sangat terasa ditandai oleh upaya pembebasan lahan yang kemudian dikembangkan menjadi jalan, perkebunan, pabrik dan perumahan.

In the early days of Lonsum, the spirit of pioneership was clearly evident as men braved the elements to establish the first land clearings, which eventually gave rise to roads, plantations, mills and estate housings.

14


Lonsum menggunakan metodologi ilmiah yang terukur dalam pemuliaan, penanaman, perawatan, panen serta pengolahan hasil tanaman, sehingga dapat memonitor perkembangan tanaman mulai dari benih hingga menjadi produk akhir. Lonsum uses precise scientific methodologies throughout its nursery, seedling, planting, upkeep, cultivating, collection, harvesting and milling processes, such that it can monitor the progress of a plant from seeds to its end-products.


15

1940 Lonsum mampu bertahan melewati Perang Dunia II dan kebangkitan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka di penghujung perang tersebut, serta gejolak sebuah negara yang baru merdeka. Lonsum survived World War II and the emergence of Indonesia as an independent nation at the end of the war, as well as the upheavals of a young nation.

perusahaan dagang terbesar dunia. Selain juga oleh makin maraknya pemanfaatan CPO sebagai sumber bahan bakar hayati yang dapat diperbaharui. Sementara, untuk karet, selama dunia masih terus memproduksi mobil dan motor dalam jumlah besar, akan selalu ada permintaan akan karet alam yang merupakan bahan utama pembuatan ban. Dan selama harga minyak mentah tetap tinggi, karet sintetis tidak akan mampu bersaing dengan karet alam, sehingga produk Perseroan akan tetap diminati. Untuk kakao, teh dan kopi, pergerakan harga pasar tidak akan terlalu mempengaruhi Lonsum, karena aset perkebunan Perseroan untuk ketiga komoditas ini tidaklah terlalu besar. Secara internal, Perseroan mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya - termasuk kekayaan intelektual serta pengetahuan di bidang usaha perkebunan selama satu abad - untuk menghasilkan tanaman dengan rendemen tinggi melalui pemanfaatan teknologi dan metode terapan mutakhir. Pada tahun 2005, Lonsum membangun dua pusat penelitian tambahan sejenis Bah Lias Research Centre, di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Sehingga saat ini Perseroan memiliki BLRS Sumatera Utara, BLRS Sumatera Selatan dan BLRS Kalimantan Timur. Selama lebih dari dua dekade, BLRS menjadi tulang punggung Lonsum dalam upayanya mengembangkan tanaman melalui pendekatan ilmiah yang tepat sasaran, dan telah pula menjelma menjadi pusat penelitian paling maju di tanah air, yang didedikasikan bagi kemajuan perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao. BLRS senantiasa berupaya meningkatkan hasil produksi melalui pemuliaan tanaman dan penerapan ilmu agronomi terbaik serta perlindungan tanaman. Pusat penelitian ini juga terus menjadi bagian terdepan dari upaya Lonsum dalam memaksimalkan produktivitas dan keuntungan Perseroan per hektar. Hingga hari ini, kegiatan BLRS tetap terpusat pada pemuliaan konvensional, teknologi hayati serta penerapan keahlian riset di bidang penanaman. Beberapa proyek yang menunjukkan kemajuan luar biasa adalah pengembangan jenis kelapa sawit komersial yang dapat dipanen dan diolah secara mekanis, pemuliaan spesies kelapa sawit komersial yang tahan terhadap Ganoderma, dan kloning terhadap kelapa sawit varietas unggul yang nantinya akan menghasilkan tanaman hibrida dengan rendemen paling tinggi yang berasal dari spesies homozigot murni. BLRS juga mampu mempertahankan sertifikasi ISO 9001:2000 yang dimilikinya. Pada tahun 2005, Lloyds Quality Register Assurance memastikan bahwa kegiatan pembiakan BLRS di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur tetap memenuhi seluruh standar ISO 9001:2000 untuk sistem pengendalian mutu. Dengan keunggulan litbang serta penggunaan metode yang tepat dalam hal pembukaan lahan, analisis humus, formulasi pupuk, penanaman dan pemanenan, perlindungan tanaman dan banyak lagi, Lonsum memiliki sumber-sumber daya terbaik dalam bentuk lahan, manusia, dan praktik manajemen moderen yang akan terus membawa perubahan bagi perusahaan yang telah berusia satu abad dalam upayanya menjadi perusahaan abad ke-21 berbasis sumber daya alam yang terkemuka. Sebuah perusahaan yang mampu mendorong manusianya untuk terus memberikan yang terbaik melalui kepemimpinan yang memberikan teladan, proses belajar

16


“BLRS telah berkembang menjadi pusat penelitian terkemuka di Indonesia demi kemajuan perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao...” “BLRS has evolved to become the most advanced research center in the country dedicated to advancing oil palm, rubber and cocoa estates...”

rubber, making our product more attractive. In cocoa, tea and coffee, Lonsum’s plantations are not sizeable enough to be adversely affected by price volatilities in the market. Internally, we are parlaying our substantial assets - including a century’s worth of intellectual expertise and know-how in the plantation business - to produce high yielding crops from superior seeds using advanced technology and field practices. In 2005, Lonsum replicated its world-class Bah Lias Research Centre in South Sumatera and East Kalimantan. Thus, Lonsum today operates BLRS North Sumatera, BLRS South Sumatera and BLRS East Kalimantan. For over two decades, BLRS has been the backbone that supports Lonsum’s precise and scientific approach to crop cultivation, and has evolved to become the most advanced research center in the country dedicated to the advancement of oil palm, rubber and cocoa estates. BLRS strives to increase yields through plant breeding and best-practice agronomy and crop protection, and spearheads Lonsum’s efforts at maximising per-hectare productivity and profitability. Today, BLRS’ activities continue to centre on conventional breeding, biotechnology and transferring research knowledge into effective practice on the plantation fields. Some of the projects that are making excellent progress include the development of commercial oil palm crop material that would be more suitable for mechanised harvesting and processing; breeding programme to develop Ganoderma tolerant oil palm species for commercial purpose; and research on the cloning of elite parents to produce the ultimate high-yielding oil palm hybrids from homozygous true breeding lines. BLRS has retained its ISO 9001:2000 certification. In 2005, BLRS breeding demonstrated to Lloyds Quality Register Assurance that its Quality Management Systems in North Sumatera, South Sumatera and East Kalimantan remain fully compliant with ISO 9001:2000 standards. With robust R&D activities and precise systems for land clearing, soil analyses, fertiliser formulas, cultivation methods, crop protection, harvesting and many more, Lonsum is harnessing some of the best resources in cultivated lands, human capital and advanced management practices that will continue to transform a 100-year old company into a leading resource-based enterprise of the 21st century. By this, we mean a company that is able to get the most out of its people through inspired leadership, continuous learning, and challenging careers. A company that has all of the modern business tools at its disposal - from advanced management information systems to a resource planning system that integrates financial, operational and production information within a single, easily accessible platform. A company that caters to a growing network of international commodity buyers with the capacity and willingness to lock-in long term purchase contracts, ensuring a stable revenue stream.


Global Reports LLC

17

“Lonsum tengah mengubah pengalaman perkebunan 100 tahun menjadi perusahaan budi daya tanaman abad ke 21...” “Lonsum is transforming a 100-year plantation experience into a resource-based enterprise of the 21st century...”

berkelanjutan, dan karir yang menantang. Sebuah perusahaan yang memiliki segala perangkat usaha yang dibutuhkan, mulai dari sistem pengelolaan informasi mutakhir, hingga sistem perencanaan sumber daya yang menggabungkan aspek-aspek keuangan, operasional dan informasi produksi ke dalam suatu kesatuan landasan kerja yang mudah diakses. Sebuah Perusahaan yang mampu melayani kebutuhan jaringan pembeli komoditas internasional yang terus berkembang dengan kemampuan serta kemauan untuk mendapatkan kontrak jual-beli jangka panjang guna menjamin kelancaran arus pendapatan. Pada tahun 2005, Lonsum membuat serangkaian langkah besar di ketiga aspek tersebut, termasuk pengembangan dan pelatihan personil, sistem teknologi informasi, dan penjualan. Setelah tuntasnya proses reorganisasi di tahun sebelumnya, titik perhatian beralih ke aspek manajemen ketenagakerjaan dengan dimulainya penerapan kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baru. Guna menjamin pertumbuhan di masa datang, Perseroan menjadikan pelatihan serta pengembangan personil sebagai prioritas utama. Gaung perubahan ini telah dapat dirasakan di seluruh Perseroan, dan para karyawan menyambut positif pembukaan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pelatihan, pengembangan pribadi dan karir. Tahun 2005 juga menjadi tahun yang penting dengan diperkenalkannya sistim balanced score card dalam proses evaluasi kinerja karyawan. Indikator kinerja utama untuk masing-masing unit operasi serta sistem penilaian kinerja staf yang telah diaplikasikan sejak tahun 2004, mulai diimplementasikan secara penuh pada 2005. Dengan sistem ini, sejumlah target pencapaian individu untuk tahun berikutnya telah ditetapkan, untuk dikaji dan bilamana diperlukan dapat ditinjau kembali pada pertengahan tahun. Lonsum terus mencapai kemajuan dalam hal penyatuan berbagai kegiatan di unit-unit perkebunannya yang tersebar luas. Pengembangan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) Perseroan berjalan lebih cepat dari perkiraan yang nantinya akan memungkinkan penyatuan lebih lanjut bagi berbagai kegiatan operasional dan pengelolaan informasi. Sistem yang direncanakan mulai berjalan pada tahun 2006 ini, akan menyatukan berbagai sistem yang telah ada, di antaranya sistem pengadaan barang, komunikasi, dan sistem keuangan. Dengan sistem pengadaan terpadu, Lonsum dapat mengelola pengadaan barang serta logistiknya secara lebih efektif. Peningkatan efektivitas ini terlihat nyata pada pengadaan serta pengelolaan logistik untuk salah satu komponen biaya terbesar Perseroan, yaitu pupuk. Dengan sistem ini, pengadaan pupuk dapat dilakukan secara tepat waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mampu menekan pengeluaran serta meningkatkan keuntungan secara signifikan. Sistem ini memungkinkan Lonsum untuk menyusun rencana pengadaan barang serta pelaksanaannya secara lebih efektif, dengan menentukan jauh-jauh hari sebelumnya, kapan dan di mana kiriman peralatan maupun pasokan logistik akan tiba.

18


Global Reports LLC

1950

Perkebunan teh di Kertasarie, Jawa Barat, merupakan upaya Lonsum yang pertama dalam mengembangkan perkebunannya di luar Pulau Sumatera, dimulai pada tahun 50an. The tea plantation at Kertasarie, West Java, was Lonsum’s first attempt to develop plantation estates outside Sumatera, starting in the 50s.

Lonsum made major strides in all those three areas involving personnel training and development, information technology systems, and sales in 2005. Following our completed reorganisation the previous year, the management of human capital took central position as Lonsum began to implement its new human resources policy. We made personnel training and development a key priority to secure future growth. The change has resonated throughout the Company, as people respond positively towards greater opportunities for training, personal advancements and career progress. The year was also noteworthy for the introduction of the balanced score card system in personnel performance evaluation. Key Performance Indicators (KPIs) have been set for all operating units and a staff performance appraisal system that has been applied since end of 2004, has been implemented in 2005. The system sets individual targets to be achieved for the following year, to be reviewed and revised as needed by mid-year. Lonsum continued to make progress in the integration of its far-flung plantation operations. We are well ahead in our development of an Enterprise Resource Planning (ERP) system that will provide further integration to Lonsum’s operations and information management. The system, set for rollout by 2006, will integrate currently operational systems in procurement, communications and finance, among other systems. To date, Lonsum has benefitted from an integrated procurement system that has enabled us to undertake just-in-time procurement and logistics management. The benefits of the system are especially felt in the purchase and logistics handling of fertilisers - a major production cost item for Lonsum - which has since been managed just-in-time and on-a-need basis, providing significant cost savings and benefits. Furthermore, the system has allowed Lonsum to plan for and meet its procurement needs more effectively, knowing exactly where and when bulk shipments of equipment and supplies will arrive, well in advance. In field operations, similarly integrated information and communications systems that rely on the latest computer and communications platform have been used by Lonsum, resulting in better reporting and more timely information flow among estate personnel and between estates and regional offices - thus contributing to improved operating efficiency and cost-effectiveness. This is largely due to a more simplified and standardised reporting system that has lent to greater clarity and uniformity of information flow and communications, as well as the introduction of written policies and Standard Operating Procedures (SOP) that have made tasks easier to understand and perform.


19

Dari clubhouse perusahaan dan ruang kelas belajar hingga kebun karet dan dataran tinggi teh, sumber daya manusia merupakan unsur utama yang mewarnai seratus tahun sejarah Lonsum. Bahkan di jaman mekanisasi seperti sekarang ini, bidang usaha perkebunan merupakan industri yang sarat tenaga kerja, dan Lonsum bangga dapat memberi lapangan kerja bagi masyarakat dari satu generasi ke generasi penerus.

From company clubhouse to classroom to rubber trees and tea hills, people featured prominently throughout Lonsum’s 100-year old history. Even in today’s mechanised world, the plantation business is still labour intensive, and Lonsum is proud to have employed so many people, from one generation to the next.

20


Sumber daya manusia merupakan kunci dari usaha Lonsum. Di Lonsum, karyawan memperoleh pelatihan serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk melakukan tugasnya secara efektif. People form the core of Lonsum’s business. At Lonsum, we provide our people with proper training, and equip them with the right tools to do their work effectively.


21

1960 Sebutan bagi kelompok perkebunan London Sumatra muncul pertama kali setelah beberapa perusahaan perkebunan Britania melakukan merjer sepanjang tahun 1960 dan 1961. Setelah merjer itu, terdapat 20.000 pemegang saham perusahaan induk baru, London Sumatra Plantations Limited. The first reference to a London Sumatra plantation group came from a series of mergers in 1960 and 1961 among British plantation companies in North Sumatera. Following the mergers, shareholders numbering about 20,000 held shares in a new parent company, London Sumatra Plantations Limited.

Di sektor operasional lapangan, Lonsum menggunakan sistem terpadu sejenis untuk komunikasi dan pertukaran informasi yang didukung komputer dan landasan komunikasi mutakhir sehingga mutu laporan serta ketepatan waktu pertukaran informasi antar personil perkebunan dan antara unit perkebunan dan kantor wilayah menjadi lebih baik sehingga pada akhirnya efisiensi operasional serta efektivitas biaya juga ikut meningkat. Perbaikan di sektor ini sebagian besar didorong oleh penyederhanaan serta pembakuan sistem pelaporan sehingga arus komunikasi dan informasi menjadi lebih jelas dan seragam, demikian halnya dengan pengenalan kebijakan tertulis dan Standard Operating Procedure (SOP) sehingga dapat lebih mudah dipahami dan diterapkan. Selain penerapan sistem ERP, Lonsum juga telah memasang program komputerisasi bagi sistem penyusunan anggaran yang akan memudahkan kerja seluruh kepala departemen dalam memantau anggaran masing-masing secara cepat dan akurat. Bila seluruh sistem tersebut dan sistem integrasi lainnya dalam keuangan, operasi kebun dan procurement sudah berjalan, Lonsum akan mampu mengelola berbagai proyek dengan lebih efektif, menyusun rencana belanja modal dengan lebih bijak, dan merencanakan usaha dengan lebih strategis. Dalam hal pengelolaan penjualan, Lonsum terus memanfaatkan keuntungan dari tangki timbun yang ada, yang memungkinkan Lonsum untuk menjual CPO pada kisaran harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode ex-pusat pengolahan. Sebagai penegasan komitmen Perseroan akan mutu produk dan ketepatan waktu pengiriman, stasiun penampungan Sei Lais di Sumatera Selatan dianugerahi sertifikat ISO 9001 karena telah memenuhi seluruh standar pengelolaan mutu ISO pada tahun 2005. Penekanan pada upaya-upaya untuk memperoleh harga pasaran yang lebih baik bagi komoditas Perseroan, seperti pemanfaatan metode ex-stasiun penampungan, membawa dampak yang besar bagi kelangsungan operasional Perseroan. Seperti perusahaan perkebunan pada umumnya, Lonsum sensitif terhadap pergolakan harga komoditas, terutama untuk CPO dan karet. Tak bisa dipungkiri, harga komoditas dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti terjadinya perang, cuaca yang buruk, mutu hasil panen, dan bahkan faktor keberuntungan, sehingga fluktuasi harga ini menjadi faktor risiko terbesar yang tidak dapat dikendalikan oleh Lonsum. Dalam hal pengelolaan risiko tersebut, Lonsum secara teratur melakukan antisipasi pergerakan harga dan menentukan strategi harga terbaik. Salah satu bentuk dari strategi ini adalah melakukan kontrak-kontrak di muka dengan para pembeli utama dunia guna mengamankan harga sebaik mungkin dari kemungkinan menurunnya harga pasar. Kerja Sama yang Erat dengan Masyarakat Dari generasi ke generasi, Lonsum senantiasa menjalin hubungan yang erat dengan masyarakat di sekitar wilayah perkebunannya. Lonsum menyediakan berbagai prasarana umum, seperti jalan, jembatan, jaringan listrik dan air

22


“Dari generasi ke generasi, Lonsum senantiasa memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat di lingkungan kerjanya...” “Throughout generations, Lonsum has maintained good relations with the communities in which it operates...”

In addition to the ERP system roll-out, Lonsum has installed an electronic budgeting system that will allow all departmental heads to monitor the status of their respective budgets instantly and accurately. With the use of this system, and the other integrated systems in finance, plant operations and procurement already in place and running, Lonsum will be able to undertake project management more effectively, plan for capital expenditure more judiciously, and undertake business planning exercises more strategically. In sales management, we continue to capitalise on our bulking stations which enable us to command better price for our CPO than if we were to sell ex-mill. Underlining our commitments to product quality and timely delivery, our Sei Lais Bulking Station in South Sumatera was awarded the ISO 9001 Certification for meeting ISO-quality management standards in 2005. The emphasis that we place on efforts that lead to better market prices for our commodities, such as the CPO bulking station, is paramount to our operational sustainability. Like any other plantation company, Lonsum is vulnerable to adverse price movements of its commodities, especially CPO and rubber. Indeed, prices of commodities fluctuate because of war, bad weather, good or bad harvests, and even in accordance with the fortunes of substitute commodities - such that market price constitutes a major risk factor for Lonsum over which we have no control. To manage such risk, Lonsum relies on its discipline to anticipate near-future price movements and determine the best pricing strategy. As part of the strategy, Lonsum would secure forward contracts with major international commodities buyers in order to lock-in prices adequately against the likelihood of adverse price movements. Working Closely with the Communities Over many generations, Lonsum has always maintained good relations with the communities in which it operates. Lonsum provides these communities with public infrastructures such as roads, bridges, electricity and clean water supplies; and social facilities including public schools, healthcare clinics and places of worships. In turn, these communities provide labour and lifetime employees to Lonsum. Lonsum maintains a Government and Community Relations Department which oversees and coordinates government relations and community affairs activities in education, economic, culture, sports and youth, religious affairs and disaster relief programmes. In 2005, Lonsum’s community development programmes focused on rehabilitating the physical conditions of public schools that


Global Reports LLC

23

Merupakan komitmen dan keyakinan kami bahwa lingkungan serta masyarakat yang mendukung merupakan kunci keberhasilan usaha perkebunan yang berkelanjutan. It is our strong commitment and belief that a conducive environment and supportive communities are crucial to the success of sustainable plantation operations.

bersih, serta sejumlah fasilitas sosial, termasuk bangunan sekolah, klinik kesehatan dan rumah ibadah. Sebagai gantinya, masyarakat sekitar dapat menjadi sumber angkatan kerja abadi bagi Lonsum. Lonsum memiliki Departemen Hubungan Pemerintah dan Pengembangan Masyarakat yang mengawasi serta mengatur berbagai hubungan dengan pemerintah dan kegiatan kemasyarakatan, seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi, budaya, olahraga dan kepemudaan, keagamaan dan penanggulangan bencana. Pada tahun 2005, kegiatan kemasyarakatan Lonsum dipusatkan pada perbaikan gedung-gedung sekolah yang terdapat di sekitar lokasi perkebunan. Dari sekitar 50 sekolah yang terdata, 24 sekolah telah selesai direnovasi dan difungsikan kembali oleh Lonsum. Sisanya akan dipugar di tahun 2006. Selain memfungsikan kembali gedung-gedung sekolah, Lonsum juga menyisihkan dana bagi sejumlah program pengembangan masyarakat yang disebutkan di atas. Sepanjang tahun 2005, Lonsum juga menjalankan berbagai proyek kemasyarakatan. Salah satu yang menonjol adalah proyek pekerjaan umum untuk memperbaiki pasokan air bersih dan kualitas hidup di lingkungan perumahan dalam lingkup perkebunan. Beberapa dari proyek ini membutuhkan langkah rekayasa berskala besar yang hasilnya baru dapat dinikmati oleh Lonsum, para pegawainya dan masyarakat yang tinggal di lingkungan perkebunan dalam dua atau tiga tahun ke depan. Telah menjadi komitmen serta keyakinan Perseroan bahwa faktor yang paling menentukan bagi kelangsungan kegiatan perkebunan adalah adanya dukungan dari masyarakat dan lingkungan. Karenanya, Lonsum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara serius dan menyeluruh. Dalam tiap kesempatan, Perseroan selalu menunjukkan itikad baik dan berupaya untuk hidup berdampingan bersama anggota masyarakat dengan tenteram dan saling memberi. Contoh terakhir dari komitmen ini adalah penyelesaian sengketa tanah berkepanjangan di daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan, di mana Lonsum berhasil menciptakan jalan keluar yang bijaksana dengan tetap mengacu pada hukum yang berlaku. Berdasarkan dokumen-dokumen hukum yang menyatakan Lonsum sebagai pemilik yang sah atas sebagian besar tanah yang dipersengketakan, Mahkamah Agung (MA) telah memutuskan bahwa kewajiban Lonsum untuk mengembalikan tanah yang dipersengketakan hanya terbatas pada sebagian kecil lahan tersebut. Namun, masyarakat tidak puas dengan putusan ini. Ketimbang memperpanjang sengketa, Lonsum memilih untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan dan mengembalikan lahan yang luasnya melebihi angka yang ditetapkan dalam putusan MA, kepada masyarakat setempat sebagai itikad baik dari penyelesaian permasalahan. Keamanan dan Perlindungan Lingkungan Pada tahun 2005, Lonsum menerima penghargaan Zero-Accident Award yang merupakan suatu pengakuan atas komitmen Lonsum terhadap masalah keselamatan serta kesehatan kerja di seluruh unit kerja Lonsum.

24


Global Reports LLC

1970

Dekade 70an ditandai dengan dimulainya penanaman lahan sawit dalam jumlah yang besar, yang terus berlanjut hingga pertengahan 90an, sesaat sebelum krisis moneter melanda Asia Tenggara. The 70s decade was marked by the start of oil palm planting on a major scale, which continued through to the mid 90s just before the onset of the financial crisis which swept across Southeast Asia.

are within our estate areas. Of some 50 public schools that have been identified in Lonsum’s estates, Lonsum undertook the renovation and rehabilitation of learning facilities of 24 of those schools in 2005. The rest of the schools will undergo rehabilitation in 2006. Beyond the rehabilitation of schools, Lonsum contributed funds for various community development programmes outlined above. During the year, Lonsum also embarked on a number of community projects, the most prominent of which was the start of utility works on improving the water supply and living conditions in estate dwellings. Some of these works constitute major community projects that are expected to last as long as two to three years before Lonsum, its employees, and the communities in and around the Lonsum estates can derive their full benefits. It is our strong commitment and belief that a conducive environment and supportive communities are crucial to the success of sustainable plantation operations, and as such, Lonsum undertakes its corporate social responsibility programmes comprehensively and seriously. We take every opportunity to promote goodwill and exert all efforts to co-exist peacefully and beneficially with members of our communities. An example of this commitment is the recent settlement to a longstanding land right dispute at Bulukumba in South Sulawesi, in which Lonsum was able to settle the matter amicably, but also within the boundaries of the law. Based on legal documents which conclusively showed that Lonsum is the legal owner of most of the disputed land, the Supreme Court ruled that Lonsum’s liability was limited to a certain portion of the land. The communities did not favour the ruling. Instead of prolonging the dispute, Lonsum opted to settle the matter amicably, and as a gesture of goodwill to these communities, returned land above the size that the Supreme Court had decided on its ruling. Safety and Environmental Protection In 2005, Lonsum received the Zero-Accident Award which attests to our number one concern for safety and health issues throughout Lonsum’s work environment. Work safety and health issues are important to the Company, to our workers in the fields and in the offices, and to the members of their families and the communities in which we operate. This is evident in our contributions to providing healthcare facilities and services to our communities. Throughout our plantation estates, Lonsum would establish health clinics and have company-paid medical doctors and nurses run these clinics to provide free medical services to the public. In environmental management and care, Lonsum continues to espouse environmental guidelines that underline our respect for the people whom with work with, the communities we touch and the


25

Penelitian dalam hal pemuliaan benih dan penyemaian, perlindungan tanaman, dan pengujian tanah merupakan tulang punggung pengoperasian perkebunan Lonsum sejak beberapa dasawarsa yang lalu.

Research undertakings in seedlings and nursery cultivation, crop protection, and soil testing have been the backbone of Lonsum’s plantation operations since several decades ago.

26


Tanaman dipelajari dan dimonitor secara ketat dalam kondisi laboratorium yang terkendali, untuk mengetahui metode pemuliaan dan penanaman yang menggunakan teknologi terkini dalam formula penggunaan pupuk dan perlindungan tanaman. Plants are closely studied and monitored under controlled laboratory conditions to ascertain the best planting and cultivating methods using advanced techniques in the use of crop fertiliser and plant protection formulas.


27

1980 Di awal tahun 80an, Lonsum mendirikan Bah Lias Research Station yang mengantarkan Perseroan ke era baru pengelolaan kebun berdasarkan tolok ukur ilmiah dan hasil temuan riset. In the early 80s, Lonsum established the Bah Lias Research Centre which ushered in the Company to a new era of plantation management based on scientific measurements and research findings.

Keselamatan serta kesehatan kerja merupakan titik perhatian utama Lonsum, tidak hanya bagi para karyawan tapi juga keluarga mereka dan masyarakat tempat kami beroperasi. Hal ini terlihat dari kontribusi Perseroan bagi penyediaan fasilitas serta layanan kesehatan bagi masyarakat. Di seluruh unit perkebunan Lonsum, didirikan klinik kesehatan dan ditempatkan beberapa orang dokter dan perawat yang memberikan pelayanan kesehatan untuk umum atas tanggungan perusahaan. Dalam hal pengelolaan serta pemeliharaan lingkungan, Lonsum tetap berpedoman pada panduan lingkungan yang menekankan aspek penghormatan terhadap segenap mitra kerja, masyarakat serta lingkungan alam di mana Perseroan beroperasi. Sebagai bagian dari keikutsertaan serta keterlibatan aktif dalam RSPO, Lonsum mengajukan diri untuk menjadi salah satu dari tiga perusahaan yang akan mengujicobakan kriteria dasar RSPO dalam penerapannya di lapangan oleh produsen CPO di seluruh dunia. Melangkah ke Depan Untuk ke depan, tantangan terbesar yang dihadapi Perseroan adalah bagaimana membenahi dan menyatukan seluruh unit perkebunan dan pengolahan dengan unit-unit pendukung lainnya di bawah suatu struktur usaha yang selaras. Dengan dikonsolidasikannya kebun-kebun di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur ke dalam Lonsum, maka Lonsum menghadapai tantangan yang cukup berat dalam memulihkan kebun-kebun tersebut. Walaupun demikian, kebun-kebun yang sebagian besar belum tergarap dan tersebar luas di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur mempunyai potensi pertumbuhan yang sangat besar bagi Perseroan saat Lonsum telah berhasil mengelola dan mengembangkannya sesuai standar internasional, seperti yang telah dilakukannya pada lahan perkebunan di Sumatera Utara. Bersamaan dengan peningkatan aspek keamanan, upaya pembenahan atas hak kepemilikan tanah dan hak garap menjadi titik perhatian penting dalam upaya membangkitkan kembali Sumatera Selatan. Perseroan menata kembali sebagian besar perjanjian kontrak kerja sama dengan para petani plasma yang sebelumnya telah dibuat oleh Pan Lonsum. Pada saatnya nanti, upaya-upaya ini akan terbayar dengan keberhasilan konsolidasi dan pemanfaatan sumber-sumber daya kami di Sumatera Selatan yang sebagian besar belum terjamah bagi kemajuan Perseroan. Selain di Sumatera, Perseroan bergerak cepat dalam merevitalisasi unit perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur dan sejumlah unit perkebunan karet dan kakao di Sulawesi Selatan. Berkat kegiatan operasional yang lebih terpadu, perkebunan kelapa sawit Lonsum di Kalimantan Timur telah menunjukkan peningkatan produktivitas. Sementara untuk karet dan kakao, Lonsum memetik keuntungan dari harga pasar yang lebih baik untuk kedua komoditas tersebut, selain meningkatnya profil pertumbuhan karet. Selain tantangan konsolidasi, Lonsum juga dihadapkan pada target pertumbuhan yang selaras dengan rencana usaha jangka menengah dan panjang. Hal ini termasuk serangkaian kegiatan, mulai dari pembukaan dan penanaman lahan, pemanenan hasil serta pengolahannya. Dalam upaya Lonsum membuka area perkebunan

28


“Lonsum menerima Zero Accident Award yang menggarisbawahi perhatian Perseroan terhadap masalah keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerjanya...” “Lonsum received the Zero-Accident Award which attests to our number one concern for safety and health issues in our work environment...”

environments in which we operate. As part of our memberships and active involvement in RSPO, Lonsum has volunteered to become one of three companies that will validate the basic tenets of the RSPO in their practical applications by oil palm plantations the world over. Going Forward Going forward, our biggest challenge lies in aligning and integrating all of estates and processing operations with other supporting units under a cohesive corporate structure. The restoration of the South Sumatera and East Kalimantan estates, now that they have been consolidated into Lonsum, poses a significant challenge. Yet, our largely undeveloped and widely scattered estates of South Sumatera and East Kalimantan represent huge growth potential for the Company in the foreseeable future, the moment we are able to bring them under proper cultivation and management up to world-class standards that Lonsum has achieved in our North Sumatera estates. Along with improving security, the reestablishment of land-entitlement and cultivation rights became a focal point for us in the revival of South Sumatera. We revived most of the plasma agreements which Pan Lonsum had previously entered into with plasma growers as per the contractual agreements. In time, these efforts will pay dividends as we consolidate our largely untapped South Sumatera resources and fully capitalise on those resources. Beyond Sumatera, we are moving forward rapidly in the revitalisation of our oil palm estates in East Kalimantan and rubber and cocoa estates in South Sulawesi. Lonsum’s oil palm estates in East Kalimantan have shown increased productivity since we achieved greater operational integration, with increasing FFB yield per hectare as compared to the previous year. While our rubber and cocoa estates benefitted from favourable prices for both products during the year, aside from experiencing growing maturity profile in rubber. Along with the challenges of consolidation, Lonsum faces growth targets in line with our mediumand long-term business plans. This involves a whole range of activities from land clearing to planting, cultivating, harvesting and milling. In our efforts to open new plantation areas, substantial areas of land were cleared for the planting of new oil palm trees and rubber trees in South Sumatera and East Kalimantan as planned, using Lonsum’s superior seeds. The refurbishments of several palm-oil mills have started to take place. Major plant equipment, many of which had suffered years of under-investment and poor maintenance from lack of funds, were either refurbished or replaced in 2005. These improvements were primarily aimed at improving mills productivity and processing capacity which was partly reflected by the higher palm-oil extraction rates in 2005 compared to a year before.


Global Reports LLC

29

Tahun 2005 merupakan tahun yang penuh tantangan namun juga menjanjikan berkat keberhasilan Perseroan memanfaatkan momentum pertumbuhannya di tahun lalu...” The year 2005 was both challenging and rewarding for Lonsum as we successfully built upon our growth momentum of the previous year...”

baru, Perseroan mampu memenuhi target pembukaan lahan pada tahun 2005. Sesuai dengan rencana, sejumlah besar lahan telah disiapkan untuk penanaman kelapa sawit dan karet di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, yang kemudian ditanami dengan benih sawit unggul. Peremajaan untuk sejumlah unit produksi CPO telah pula dilaksanakan. Peralatan produksi vital, yang kebanyakan rusak karena terbengkalai akibat kurangnya modal dan tidak terawat akibat kurangnya dana, diremajakan kembali atau diganti dengan yang baru. Tujuan utama dari langkah perbaikan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kapasitas produksi, sebagaimana tercermin pada tingginya kecepatan proses pengolahan sawit untuk tahun 2005, dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2005, merupakan tahun yang penuh tantangan sekaligus penghargaan bagi Lonsum dengan berhasilnya Perseroan dalam memanfaatkan momentum pertumbuhan yang dicapai tahun sebelumnya. Dalam laporan tahunan terakhir, kami menggarisbawahi kemampuan Perseroan untuk memanfaatkan peluang yang senantiasa menyertai kondisi yang penuh tantangan, dan dengan demikian mengamankan prospek pertumbuhannya dalam jangka panjang. Pada tahun 2005, dengan kepercayaan dan dukungan segenap stakeholder Perseroan, Lonsum telah mengubah sebagian dari prospek pertumbuhan tersebut menjadi kenyataan. Untuk dan atas nama Direksi,

Glenn M.S. Yusuf

Presiden Direktur

30


2000

Milenia baru memberi harapan baru bagi Lonsum semenjak Perseroan melakukan restrukturisasi komprehensif yang meletakannya pada landasan yang kokoh untuk menuai pertumbuhan masa depan. The new millennium brought new hopes for Lonsum as it undertook a comprehensive restructuring which set the Company firmly on the road to future growth.

The year 2005 was both challenging and rewarding for Lonsum as we successfully built upon our growth momentum of the previous year. In our last annual report, we highlighted the fact of how Lonsum was able to make the most of a challenging yet prospective situation, and secured its prospects for future growth. In 2005, with the trust and support of our stakeholders, we turned the initial part of those prospects into reality. For and on behalf of the Board of Directors,

Glenn M.S. Yusuf

President Director


31

Sedapat mungkin, Lonsum turut meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup di lingkungan perumahan dalam lingkup perkebunan Lonsum, antara lain dengan menyediakan prasarana umum seperti sumber air bersih, sarana pendidikan dan sebagainya untuk masyarakat setempat.

As much as possible, Lonsum contributes to the welfare and living conditions of the communities within and around its estates by providing, among other things clean water supplies, educational facilities for the local communities.

32


Dari sekitar 50 sekolah dasar umum di lingkungan perkebunan Lonsum, 24 sekolah telah selesai direnovasi dan direhabilitasi dengan bantuan dana dari Lonsum. There are approximately 50 public schools in and around the plantation estates of Lonsum, of which 24 schools had their buildings and facilities renovated and rehabilitated with funds donated by Lonsum.


33

TINJAUAN KEUANGAN

Financial REVIEW

34


Analisis dan Pembahasan Manajemen Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan Laporan Keuangan Konsolidasian

Management’s Discussion and Analysis Responsibility for Financial Reporting Consolidated Financial Statements


Global Reports LLC

35

analisis dan pembahasan manajemen

TINJAUAN PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (“Perseroan”) adalah perusahaan perkebunan terpadu dengan tiga aktivitas utama di bidang: pemuliaan dan penanaman, pengolahan dan pemrosesan, serta manajemen pemasaran. Segmen pemuliaan dan penanaman memproduksi benih dan bibit sawit, karet, kakao, kopi, kelapa dan teh untuk ditanam dan dikelola di 40 kebun yang tersebar di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, serta Kalimantan Timur. Selain itu, Perseroan juga mengelola sejumlah perkebunan plasma di Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Segmen pabrik dan pengolahan mengoperasikan 19 pabrik pengolahan yang memproduksi CPO dan inti sawit dari TBS, karet lembaran dan karet remah, biji kakao dan kopi, serta daun teh. Segmen manajemen pemasaran, menjual dan mendistribusikan berbagai komoditas yang dihasilkan tersebut kepada pedagang komoditas atau pabrikan pengelola komoditas di pasar domestik maupun internasional. Tujuan jangka panjang Perseroan adalah untuk menjadi perusahaan agro-industri berbasis perkebunan berkelas dunia, dengan mengembangkan usaha tanaman komoditas yang menguntungkan dan berkesinambungan melalui (i) produksi primer berstandar internasional, dan (ii) aktivitas sekunder yang memiliki nilai tambah. Untuk itu, Perseroan memfokuskan integrasi sumber daya perkebunan di Indonesia, memaksimalkan kemampuan produksi primer, dan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tahun 2005 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi Perseroan, setelah melalui proses restrukturisasi keuangan, termasuk di dalamnya akuisisi aset-aset Pan Lonsum yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, kakao dan kelapa. Perseroan dihadapkan pada tantangan untuk mampu mengelola aset Pan Lonsum yang memiliki produktivitas yang rendah serta biaya operasi yang tinggi bila dibandingkan dengan aset Lonsum sendiri. Selain itu, akuisisi ini juga memberikan beban kepada Perseroan dalam hal integrasi tenaga kerja Pan Lonsum ke dalam Perseroan, selain penyesuaian budaya dan sistem kerja Perseroan, Oleh karena itu, Perseroan memfokuskan pada usaha pencapaian dua indikator produktivitas utama, yaitu meningkatkan tingkat rendemen CPO dan efisiensi biaya produksi untuk tiap metrik tonnya. Meskipun kelihatannya sederhana, tantangan ini sangat berat dan memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum kemajuan signifikan tersebut tercermin dalam hasil operasi Perseroan.

Perekonomian Indonesia Di tengah tantangan global dan penyesuaian di dalam negeri, iklim politik serta kondisi perekonomian Indonesia terlihat stabil. Meskipun masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah yaitu 6,0%, pada tahun 2005, tingkat pertumbuhan ekonomi (GDP) mencapai 5,6%, lebih baik dari pertumbuhan pada tahun 2004 yang hanya sebesar 5,1%. Tidak tercapainya target pertumbuhan ini sebagian besar diakibatkan oleh meningkatnya harga minyak dunia dan menurunnya volume ekspor dunia. Nilai tukar Rupiah terhadap USD pada akhir tahun melemah dari Rp 9.290 pada tahun 2004 menjadi Rp 9.830 pada tahun 2005, sedangkan bunga SBI satu bulan naik dari 7,43% menjadi 12,75% selama tahun

36


Global Reports LLC

management’s discussion and analysis

OVERVIEW PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (the “Company”) is an integrated plantation company with three core activities: Breeding and Cultivating, Milling and Processing, and Sales Management. The Breeding and Cultivating segment produces and cultivates seeds and seedlings into oil palm, rubber, cocoa, coffee, coconut and tea, grown across 40 plantation estates in North and South Sumatera, West and East Java, North and South Sulawesi, and East Kalimantan. In addition, the Company also manages plasma estates which are located in South Sumatera and South Sulawesi. The Milling and Processing segment operates 19 milling and processing plants that produce CPO and Palm Kernel from FFB, dry sheet and crumb rubber, dry cocoa and coffee beans, and dry tea leaves. The Sales Management segment sells and distributes these commodities to domestic and international buyers who are either traders or downstream manufacturers of the commodities. The Company’s long-term goal is to be the leading land-based agro-industrial business in Indonesia and beyond, committed to generating profitable and sustainable growth from a diversified range of perennial crops through (i) world-class primary production, and (ii) selected value-added downstream activities. As a primary step to achieving this goal, the Company has focused its attention on integrating its estate resources in Indonesia, maximising the potential of its primary production capabilities, and enhancing its human resources. The year 2005 was full of challenges for the Company, having gone through the exhaustive process of financial restructuring which included the acquisition of PT Pan Lonsum’s assets which comprised of oil palm estates, cocoa and coconut estate. The Company was faced with the challenge of managing Pan Lonsum’s low yielding assets and higher cost of operations than those of Lonsum’s existing assets. The acquisition also brought the difficulties of integrating the workforce of Pan Lonsum into the Company, along with the different cultures and work system. The Company thus focuses its efforts in achieving two key productivity measures, which are yield improvement and cost per metric tonne of production. Although simple in concept, the challenge is enormous and requires several years before significant improvements can be reflected in the operating results of the Company.

The Indonesian Economy Indonesia has continued to demonstrate a relatively stable political and economic condition in the face of external challenges and internal adjustments. The Gross Domestic Product (GDP) grew by 5.6% in 2005, an improvement from the 5.1% growth of 2004, albeit still below the official government target of 6.0% for 2005. This shortfall was largely attributed to rising global oil prices and a slowing in global exports. The year-end exchange rate weakened from Rp 9,290 to Rp 9,830 against the US dollar from year-end 2004 to year-end 2005, while the yield of the benchmark One-Month SBI, rose from 7.43% to 12.75% during the year. The annual Consumer Price Index (CPI) inflation rate increased from 6.40% at the end of 2004 to 17.11% in 2005, mainly because of significant price increases for energy and


Global Reports LLC

37

15.195

15.150

15.000

pada akhir tahun 2004 menjadi sebesar 17,11%, pada akhir tahun 2005. Peningkatan ini

13.500

13.418

2005. Sementara itu indeks harga konsumen tahunan (CPI) 2005 meningkat dari 6,40% terutama disebabkan oleh peningkatan yang signifikan untuk harga energi dan bahan pokok

11.930

yang disebabkan oleh pencabutan subsidi BBM oleh Pemerintah pada bulan Oktober 2005 guna mengurangi beban APBN. 4.844

4.353

5.132

Permintaan dan Penawaran Dunia Terhadap Komoditas Lonsum Total produksi dunia untuk CPO mencapai 33,5 juta metrik ton (MT) di tahun 2005, dan 29,7 juta MT di tahun 2004, atau meningkat 12,9%. Indonesia menghasilkan 13,5 juta MT CPO di tahun 2005 atau menjadi penghasil CPO terbesar kedua di dunia setelah Malaysia

2003 - 04 MALAYSIA

2004 - 05 INDONESIA

Produksi CPO (‘000 MT)

2005 - 06

yang menghasilkan 15,2 juta MT CPO. Beberapa tahun ke depan, Indonesia diproyeksikan

INDIA & LAINNYA

akan menggantikan Malaysia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia karena didukung lahan yang luas, tenaga kerja berlimpah, dan perkembangan yang berkesinambungan atas hasil dan produktivitas sejalan dengan bertambahnya jumlah tanaman sawit yang telah menghasilkan, bersamaan dengan peningkatan teknologi ekstrasi CPO dan sistem logistik yang akan menjadi jauh lebih efisien. Permintaan CPO di pasar dunia tetap tinggi selama tahun 2005 karena didukung oleh pertumbuhan ekonomi maupun demografi di beberapa pasar utama. Konsumsi di Cina meningkat sebesar 19,4% dari 3,6 juta MT di tahun 2004 menjadi 4,3 juta MT tahun 2005, sedikit di bawah Uni Eropa yang mengkonsumsi 4,4 juta MT. Negara pengguna CPO lainnya yaitu India, dengan konsumsi sebesar 3,3 juta MT di tahun 2005, dan Indonesia, yang mengkonsumsi 3,5 juta MT pada tahun yang sama. Permintaan akan CPO diperkirakan terus meningkat di masa depan, karena ditunjang oleh beberapa alasan. Permintaan pasar di Cina akan semakin berkembang akibat membaiknya tingkat kehidupan, ketidakcukupan produksi minyak nabati dalam negeri, serta dihapusnya tarif impor secara bertahap sejak bulan Januari 2006 sesuai ketentuan World Trade Organisation (WTO). Amerika Serikat (AS), yang tidak pernah menjadi konsumen utama CPO, diperkirakan permintaan akan CPOnya meningkat dengan diberlakukannya peraturan Food and Drug Administration (FDA) yang baru pada bulan Januari 2006, mengharuskan produsen makanan untuk merinci kandungan trans-fatty acid pada label kemasan produknya. Hal ini akan mendorong produsen makanan di AS untuk memakai CPO sebagai pengganti minyak kedelai, yang selain lebih mahal, juga menghasilkan lebih banyak trans-fatty acid setelah hidrogenisasi.

Energi yang Terbarukan Area lain yang masih harus dibuktikan akan berdampak besar terhadap prospek CPO dalam jangka panjang adalah sumber energi alternatif. Dengan semakin tingginya harga minyak bumi, yang merupakan sumber utama BBM bagi hampir semua jenis motor penggerak di dunia dewasa ini, bio-diesel, atau bahan bakar minyak yang diolah dari sumber nabati seperti CPO, telah menjadi pilihan yang menarik sebagai sumber energi bahan bakar alternatif. Dunia mulai melihat kemungkinan ini dengan serius.

38


Global Reports LLC

other basic commodities upon the withdrawal of fuel subsidies by the government in the month of October 2005 in order to relieve the pressure on the state budget.

15,195

15,150

15,000

13,500

13,418 11,930

World Supply and Demand for Lonsum Commodities The total global production of CPO reached 33.5 million metric tonnes (MT) in 2005, an increase of 12.9% over 29.7 million MT produced in 2004. Indonesia accounted for close to 13.5 million MT of global CPO output in 2005, making it the second-largest CPO producer in the world, behind Malaysia with 15.2 million MT. Within a few years,

4,353

5,132

4,844

Indonesia could overtake Malaysia as the world’s largest CPO producer on account of Indonesia’s vast land resources, abundant labour, and continuing improvement in yields and productivity as more oil palm trees will be maturing along with the improving technology of oil extraction and logistics which will become much more efficient. Global CPO demand remained strong in 2005 due to continuing economic and

2003 - 04 MALAYSIA

2004 - 05 INDONESIA

2005 - 06 INDIA & OTHERS

Production of Palm Oil (‘000 MT)

demographic growth in key markets. Consumption in China increased by 19.4% from 3.6 million MT in 2004 to 4.3 million MT in 2005, just behind the European Union which consumed 4.4 million MT. Another major consumer of CPO is India, with 3.3 million MT of consumption in 2005, and Indonesia, which consumed 3.5 million MT in the same year. Demand for CPO is expected to grow in the years to come for a number of reasons. Market demand in China will continue to increase due to rising affluence, insufficient domestic oilseed production, and the scheduled phasing out of tariffs on edible oils starting in January 2006 as mandated by the World Trade Organisation (WTO). In the United States, which has never been a major consumer of CPO, demand is expected to increase with new Food and Drug Administration (FDA) rules in January 2006 requiring food manufacturers to disclose trans-fatty acid contents in nutritional labels. This will encourage U.S. food manufacturers to switch to palm oil from soy-bean oil, which in addition to being more expensive, produces more trans-fatty acids when hydrogenated.

Renewable Energy Another area that may yet prove to be the most significant for the long-term prospects of palm oil is renewable energy. With the increasingly unsustainable price of crude oil, from which petroleum is derived to fuel virtually all of the world’s combustion engine today, bio-diesel, or fuel that is derived from bio-organic sources such as oil palm, has emerged as an attractive possibility for an alternative form of fuel energy. The world is looking at this possibility seriously. In February 2005, China enacted its renewable energy law, which became effective on 1 January 2006. The renewable energy law induces a national energy policy which encourages and supports the use of wind, hydro solar, bio-mass, and other forms of renewable energy. The target is to have 10% of primary energy from renewables by 2010 and 15% by 2020.


Global Reports LLC

39

Pada bulan Pebruari 2005, Cina memberlakukan undang-undang energi yang terbarukan yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2006. Undang-undang ini mendukung kebijakan energi Cina yang mendorong serta mendukung penggunaan tenaga angin, air, matahari, bio masa dan bentuk lainnya dari energi yang terbarukan. Sasarannya adalah untuk memenuhi 10% dari kebutuhan energi primer dari sumber energi yang terbarukan pada tahun 2010, dan 15% pada tahun 2020. Bio fuel juga semakin dikembangkan di Cina. Undang-undang energi terbarukan ini juga mendorong pengembangan bio fuel dan tanaman yang menghasilkan energi. Kapasitas produksi bio diesel berkisar 85.000 ton di tahun 2005 dan diperkirakan meningkat menjadi 600.000 ton per tahun mulai tahun 2006. Uni Eropa juga merupakan pelopor dalam bidang bio-diesel, dengan mengharuskan negara anggotanya untuk mengalokasikan penggunaan bio-diesel sekurang-kurangnya 5,75% dari seluruh penggunaan BBM untuk keperluan transportasi di tahun 2010, dan 20,0% pada tahun 2020. Amerika Serikat memberikan insentif pajak yang diharapakan akan meningkatkan penggunaan bio-diesel hingga empat kali lipat pada tahun 2012. Malaysia tengah merancang Undang-undang bio-diesel yang mengharuskan penggunaan BBM sawit mulai tahun 2008. Dari semua perkembangan tersebut, penggunaan BBM sawit diperkirakan akan mengkonsumsi sekitar setengah juta ton CPO per tahun mulai tahun 2008. Meskipun terdapat peningkatan konsumsi dan permintaan CPO, sampai saat ini tidak pernah terjadi kekurangan persediaan CPO; dengan pengecualian Malaysia, negara produsen utama CPO lainnya seperti Indonesia, India, Papua New Guinea dan Nigeria, mampu meningkatkan produksinya secara pesat. Hal ini sangat mempengaruhi harga CPO di pasar dunia. Sebagaimana halnya komoditas pada umumnya, harga CPO dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan persediaan, selain juga oleh persedian dan permintaan dari produk substitusinya yang terdekat, yaitu minyak kedelai. Pada tahun 2005, pengaruh panen yang berlebihan baik untuk CPO maupun minyak kedelai, selain persediaan CPO yang tinggi di Eropa dan Malaysia, berdampak pada realisasi harga rata-rata CPO yang lebih rendah di tahun 2005 dibandingkan tahun 2004. Harga rata-rata CPO pasar spot Rotterdam adalah USD 414 per MT di tahun 2005, menurun sebesar 11,3% dari USD 467 di tahun 2004. Tabel berikut menunjukkan tren harga CPO di pasar dunia selama dua puluh lima tahun terakhir. Siklus jenuh pada tanaman sawit

1,000

Larangan ekspor CPO

900

Kenaikan permintaan Cina yang signifikan

800 Harga CIF (USD/MT)

Kelebihan persediaan kedelai di Amerika dan Amerika Selatan

Peningkatan permintaan di Cina dan India

700 600 500 400 300

Efek El Nino

200

Tren Harga CPO Dunia - CIF Rotterdam (USD/MT) 40


Global Reports LLC

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

1995

1994

1993

1992

1991

1990

1989

1988

1987

1986

1985

1984

1983

1981

1980

0

1982

Kelebihan persediaan dunia atas minyak sayur

100

Bio fuels are also making inroads in China. The renewable energy law also encourages the development of bio fuels and energy crops. China’s bio-diesel capacity currently stands at about 85.000 tonnes in 2005 and some expects it to increase to 600.000 tonnes per year starting in 2006. The European Union is also leading the move towards the use of bio-diesel, requiring it to account for up to 5.75% of the energy content of all transportation fuels in EU countries by 2010 and 20.0% by 2020. The United States has granted federal tax incentives that are expected to increase bio-diesel demand four folds by 2012. Malaysia is currently drafting its Bio-diesel Act that will make palm bio-fuel mandatory by 2008. From these developments, palm bio-fuel is expected to account for up to half a million tonnes of CPO consumption per annum as early as 2008. Despite the growing number of uses and market demand for CPO product, however, the supply of CPO has never been in short supply; and with the likely exception of Malaysia, other major CPO producing countries such as Indonesia, India, Papua New Guinea and Nigeria, to name a few, are increasing their CPO outputs rapidly. This has influenced the price of CPO from time to time. Like any other commodity, the price of CPO fluctuates with supply and demand and is also influenced by the global supply and demand of its closest substitute product, the soybean oil. In 2005, a combination of bumper crops for both oil palm and soybean, and ample stocks of CPO in the silos of Europe and in Malaysia, contributed to lower average selling price of CPO in 2005 compared to 2004. The average CPO price in the Rotterdam Spot Market was USD 414 per MT in 2005, a decline of 11.3% from USD 467 in 2004. The following table shows the trend of global CPO price over the past twenty five years.

Cyclical stress of palm trees

1,000 900

Ban in CPO export

Significant increase in demand from China

800 CIF Price (USD/MT)

Oversupply of soya crops in the US and South America

Increase demand from China and India

700 600 500 400 300 El Nino Effects

200

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

1995

1994

1993

1992

1991

1990

1989

1988

1987

1986

1985

1984

1983

1981

1980

0

1982

General global oversupply of vegetable oils

100

Global CPO Price Trend - CIF Rotterdam (USD/MT)


Global Reports LLC

41

Karet alam memasok sekitar sepertiga dari kebutuhan karet dunia, dimana sisa dua-pertiganya

3.028

2.984

2.881

lagi dipenuhi oleh karet sintetis. Pada tahun 2005, Indonesia memproduksi hampir 2,2 juta ton, atau mendekati seperempat dari seluruh produksi dunia sebesar 9,0 juta ton, nomor dua setelah Thailand yang memproduksi 3,0 juta ton. Karet alam memiliki mutu yang lebih

2.179 2.018

baik dibandingkan karet sintetis karena memiliki daya tahan terhadap panas yang tinggi,

1.798

perubahan suhu yang mendadak, serta tetap elastis pada suhu yang amat rendah. Sekitar 75% pasokan karet alam dikonsumsi untuk industri ban, sedangkan 25% sisanya digunakan 1.175

antara lain untuk manufaktur mobil (untuk selang dan penyangga mesin), industri alas kaki

1.104

(sol sepatu dan sandal), dan farmasi (sarung tangan bedah dan alat kontrasepsi). Pada tahun

917

2005, pengguna karet alam terbesar adalah Cina dengan konsumsi lebih dari 2,0 juta ton, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 1,1 juta ton, Jepang dan India.

2003

2004

THAILAND

INDONESIA

Harga karet alam meningkat dengan konstan selama beberapa tahun terakhir, mencapai

2005

rekor tertingginya sebesar USD 1.800 per ton di tahun 2005. Peningkatan ini dipicu oleh

MALAYSIA

kebutuhan yang tinggi di Cina, harga minyak bumi yang tinggi yang berdampak langsung

Produksi Karet Alam (‘000 Ton)

terhadap harga karet sintetis, serta harga-harga komoditas yang melonjak didorong oleh kepentingan yang sebagian besar bersifat spekulatif. Pada saat bersamaan, kenaikan penawaran tumbuh lebih lambat akibat musim kering yang berkepanjangan di tahun 2005, areal perkebunan yang menciut, dan peningkatan biaya tenaga kerja di Thailand dan Malaysia. Sejak awal abad 21, tingkat pertumbuhan tahunan persediaan karet alam berkembang secara datar. Sebaliknya, permintaan meningkat melebihi persediaan. Tren ini menunjang peningkatan harga karet alam dalam beberapa tahun terakhir. Tabel berikut ini menunjukkan perkembangan harga karet alam dalam dua puluh tujuh tahun terakhir.

2,500

Peningkatan perekonomian AS dan Cina + turunnya produksi karet sintetis

(USD/Ton)

Intervensi pemerintah Thailand + faktor Cina

Peningkatan permintaan sarung tangan dan lateks sehubungan dengan AIDS

2,000

1,500

1,000

Invasi Rusia ke Afganistan

Ekspansi produksi besarbesaran

Tren Harga Karet Dunia - (USD/Ton)

Harga pasar dari komoditas Perseroan lainnya, yaitu kakao, teh, dan kopi, tetap stabil selama beberapa tahun terakhir, sekalipun kakao mengalami sedikit gangguan persediaan dari waktu ke waktu sebagai akibat konflik di Pantai Gading, produsen biji kakao terbesar di dunia.

42


Global Reports LLC

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

1995

1994

1993

1992

1991

1990

1989

1988

1987

1986

1985

1984

1983

1982

1981

1980

1979

1978

500

Natural rubber accounts for about a third of the worldwide supply of rubber, with the balance of two-thirds represented by synthetic rubber. In 2005, Indonesia produced nearly

3,028

2,984

2,881

2.2 million tonnes of natural rubber, or almost one-fourth of the world’s total of nearly 9.0 million tonnes, second only to Thailand’s 3.0 million tonnes. Natural rubber is of higher

2,179 2,018

quality compared to synthetic rubber because of its ability to diffuse extreme heat, withstand

1,798

abrupt changes in temperature, and maintain its flexibility at very low temperatures. Approximately 75% of natural rubber supply is consumed by the tyre industry, while the remaining 25% is taken up by other industries such as automotive engineering (for hoses

1,175

and engine mountings), footwear (shoe soles and slippers), and pharmaceuticals (such as

1,104

917

surgical gloves and prophylactics). In 2005, the largest consumer of natural rubber is China with over 2.0 million tonnes of consumption, followed by the United States with 1.1 million tonnes, Japan, and India. Natural rubber prices have been steadily increasing over the last four years, reaching a high of USD 1,800 per tonne in 2005. This uptrend has been fuelled by strong demand growth

2003

2004

THAILAND

INDONESIA

2005 MALAYSIA

Production of Natural Rubber (‘000 Tonnes)

especially from China; high oil prices which lead to high prices for synthetic rubber, and a general boom in commodity prices often driven in large part by speculative interests. At the same time, supply has been growing more slowly due to prolonged dry season in 2005, decreasing plantation areas and rising labour costs in both Thailand and Malaysia. Since the turn of the century, the annual growth rates of natural rubber supply have been steady. Demand, on the other hand, has grown at a higher rate than that of supply. This trend has helped to sustain the highs of natural rubber prices over the years. The following table shows the movements of price for natural rubber over the past twenty seven years.

2,500

Robust economics in US and China + loss of synthetic rubber production

(USD/Tonne)

2,000

Thai Govt. intervention + China factors

AIDS related Glove/latex boom

1,500

1,000

Russian invasion to Afghanistan

Massive expansion in production

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

1995

1994

1993

1992

1991

1990

1989

1988

1987

1986

1985

1984

1983

1982

1981

1980

1979

1978

500

Global Rubber Price Trend - (USD/Tonne)

The market prices for the Company’s other commodities, namely cocoa, tea and coffee have remained stable over the years, with cocoa experiencing relative market shortages from time to time due to political instability in the Ivory Coast, the world’s largest cocoa beans producer.


Global Reports LLC

43

17,13 KARET

73,26 PRODUK SAWIT

4,84 BENIH 4,77 PRODUK LAINNYA

HASIL OPERASIONAL Hasil operasional Perseroan terutama dipengaruhi dari penjualan dua komoditas utamanya, produk sawit dan karet, masing-masing sebesar 73,3% dan 17,1% dari total penjualan tahun 2005, dibandingkan tahun 2004 masing-masing sebesar 77,9% dan 14,8%. Sisanya sebesar

Bauran Penjualan Tahun 2005 (%)

9,6% berasal dari komoditas Perseroan lainnya, yaitu kakao, teh, kopi, kelapa dan benih. Selain volume penjualan berbagai komoditas tersebut, harga pasar dari setiap komoditas juga menjadi faktor penentu yang mempengaruhi hasil operasional Perseroan. Meskipun terjadi tekanan terhadap harga CPO di tahun 2005, sebagaimana tercermin pada penurunan harga spot CPO di Rotterdam sebebesar 11,3% dari tahun 2004, hasil usaha Perseroan tidak begitu terpengaruh karena ditunjang oleh volume penjualan yang lebih tinggi selama

14,82 KARET

77,88 PRODUK SAWIT

2,62 BENIH 4,68 PRODUK LAINNYA

tahun 2005. Beberapa komoditas, termasuk karet, teh dan inti sawit, mengalami volume dan harga penjualan yang lebih tinggi. Sementara volume penjualan kakao menurun namun memperoleh harga jual rata-rata yang lebih baik di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004.

Bauran Penjualan Tahun 2004 (%)

Faktor signifikan yang mempengaruhi hasil usaha Perseroan adalah akuisisi aset Pan Lonsum oleh Perseroan di tahun 2005. Sekalipun hal ini menambah kapasitas produksi minyak sawit Perseroan, beberapa kendala produksi seperti misalnya TBS yang memberikan hasil yang lebih rendah, struktur biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebun

1.832,9

Perseroan lainnya yang lebih tertata (established), serta beban akuisisi dan konsolidasi itu sendiri, yang akhirnya berdampak negatif terhadap laba operasi yang diperoleh dari CPO

1.654,3

di tahun 2005. 1.256,8

Pendapatan

1.098,1

Total penjualan Perseroan tumbuh sebesar 10,8% dari Rp 1,654 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 1,833 triliun pada tahun 2005. Pertumbuhan pendapatan terutama ditunjang

590,5

oleh penjualan benih, TBS, karet, dan inti sawit. Meskipun volume penjualan CPO meningkat sebesar 3,9% di tahun 2005, tetapi harga jual rata-rata CPO turun sebesar 4,7% pada tahun 2005 yang mengakibatkan sedikit penurunan

01

02

03

04

05

Penjualan Bersih (Rp Miliar)

dalam penjualan CPO sebesar 1,0%. Penjualan TBS meningkat sebesar 83,3% menjadi Rp 99,0 miliar di tahun 2005. Hal ini ditunjang oleh meningkatnya volume penjualan TBS sebesar 58,5% akibat panen tambahan dari kebun yang diakuisisi, selain kenaikan harga jual rata-rata TBS sebesar 15,6%.

1.288,4

1.342,5

Merupakan kebijakan Perseroan untuk sedapat mungkin memproses TBS di pabrik milik Perseroan. Oleh karena itu penjualan TBS menandakan terdapat kapasitas pabrik yang beroperasi secara penuh, atau kendala dalam pengiriman TBS ke pabrik-pabrik Perseroan

996,5 900,9

yang berjauhan letaknya terhadap kebun sawit dimana TBS tersebut dipanen. Penjualan inti sawit naik sebesar 14,1% menjadi Rp 160,4 miliar, akibat kenaikan volume

428,6

penjualan sebesar 10,5% dan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 3,3% di tahun 2005. Penjualan benih, yang sebagian besar adalah benih sawit, meningkat sebesar 112,2% menjadi 01

02

03

04

05

Rp 88,4 miliar di tahun 2005, sementara volume penjualannya bertambah dari 10,7 juta

Penjualan Produk Sawit (Rp Miliar)

44


Global Reports LLC

RESULTS OF OPERATIONS The Company’s results of operations are mainly driven by the sales of its two primary

17.13 RUBBER

73.26 PALM PRODUCTS

4.84 SEED 4.77 OTHER CROPS

commodities, palm products and rubber, which accounted for 73.3% and 17.1% of total sales in 2005 compared to 77.9% and 14.8% in 2004, respectively. The remaining 9.6% of sales came from other commodities including cocoa, tea, coffee, coconut and seeds.

FY 2005 Sales Mix (%)

Other than volume of sales of the various commodities, the market prices of these commodities are also factors that in large part determine the Company’s results of operations. Despite pressures on the average selling price of CPO during the year, partly reflected by the 11.3% year-on-year decline of the CPO spot price in Rotterdam, Lonsum’s results of operations were only slightly affected, mitigated by higher volume sales compared to those of the previous year. Certain commodities including rubber, tea and palm kernel, enjoyed both higher sales volume and better average selling prices during the year. Whereas cocoa benefited from a

14.82 RUBBER

77.88 PALM PRODUCTS

2.62 SEED 4.68 OTHER CROPS

higher average selling price but lower sales volume in 2005 compared to 2004. A significant factor influencing the Company’s results of operations was the acquisition of Pan Lonsum’s assets by the Company in 2005. Although this added to the Company’s CPO

FY 2004 Sales Mix (%)

production, certain compromising factors such as lower yielding FFB and higher operating cost structure relative to the Company’s more established assets elsewhere, as well as the high cost of acquisition and consolidation, adversely impacted on the operating profit of CPO product during the year.

1,832.9 1,654.3

Revenues Total sales revenue of the Company grew by 10.8% from Rp 1.654 trillion in 2004 to

1,256.8

Rp 1.833 trillion in 2005. Revenues growth during the year were derived mainly from the

1,098.1

sales of seeds, FFB, rubber and palm kernel. Although CPO continued to be the main contributor to the Company’s revenues in 2005,

590.5

sales revenue of CPO declined by 1.0%, despite a sales volume growth of 3.9%. The decline in sales revenue was due to a 4.7% decrease in the average selling price of CPO during the year. 01

Sales revenue from FFB rose by 83.3% to Rp 99.0 billion in 2005. This increase was

02

03

04

05

Net Sales (Rp Billion)

attributed to a 58.5% growth in sales volume due to the additional harvest from newly acquired plantation estates, and a 15.6% increase in the average selling price of FFB during the year. It is the Company’s policy to process all of its FFB produce internally in its own mills. When the Company’s FFB is sold in the market, it is either because the Company’s

1,288.4

mills are operating at full capacity, or the Company has limited means to transport the FFB to its own operating mills which are of considerable distance away from the point of

996.5 900.9

origin of the FFB. The sales revenue of palm kernel climbed by 14.1% to Rp 160.4 billion, on the strength

1,342.5

428.6

of a 10.5% growth in sales volume and a 3.3% rise in its average selling price in 2005. The sales revenue of seeds, of which oil palm seeds accounted for the majority, increased by 112.2% to Rp 88.4 billion in 2005, while its sales volume increased from 10.7 million

01

02

03

04

05

Palm Product Sales Revenue (Rp Billion)


Global Reports LLC

45

88,7 43,3

bibit menjadi 14,4 juta bibit. Hal ini mencerminkan peningkatan harga jual rata-rata benih sawit yang hampir dua kali lipat pada tahun yang bersangkutan. Penjualan karet naik sebesar 28,0% dari Rp 245,2 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 314,0 miliar di tahun 2005. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan volume penjualan sebesar

16,8

17,0% dari 22.505 ton di tahun 2004 menjadi 26.325 ton di tahun 2005, serta kenaikan

12,9

10,8

harga jual rata-rata sebesar 9,5% menjadi Rp 11.928 per kilogram.

01

02

03

04

Penjualan kakao, teh, kopi dan kelapa meningkat sebesar 13,2% di tahun 2005. Perseroan

05

menjual berbagai komoditas tersebut senilai Rp 87,6 miliar di tahun 2005 dibandingkan

Penjualan Benih (Rp Miliar)

dengan Rp 77,4 miliar setahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh pendapatan penjualan kakao dan teh, yang masing-masing meningkat sebesar 14,9% dan 38,3% dari tahun sebelumnya.

Pendapatan (Rp Juta)

314,0

245,2

87,7

01

94,4

02

03

04

05

Penjualan Karet (Rp Miliar)

2004

Volume (Ton)

Var %

2005

2004

Var %

1.083.193

1.093.873

-1,0

312.318

300.655

3,9

Karet

314.006

245.247

28,0

26.325

22.505

17,0

Inti Sawit

CPO (vol. MT)

166,7

2005

160.364

140.507

14,1

72.196

65.352

10,5

Tandan Buah Segar

98.984

54.005

83,3

135.072

85.195

58,5

Benih (dalam ‘000)

88.687

43.252

105,1

14.806

14.936

-0,9

Kakao

68.999

60.075

14,8

5.092

5.116

-0,5

Teh

12.515

9.046

38,3

1.409

1.172

20,3

Kopi

2.380

4.638

-48,7

312

662

-52,8

Kelapa (dalam ‘000)

3.732

3.651

2,2

11.186

12.200

-8,3

1.832.860

1.654.294

10,8

Total

Harga Pokok Penjualan 1.300,8

Harga pokok penjualan terdiri dari biaya-biaya penanaman dan pemeliharaan kebun, panen, pembelian buah, dan alokasi biaya overhead, produksi dan depresiasi.

1.119,7

Biaya penanaman dan pemeliharaan kebun meningkat sebesar 11,6% menjadi Rp 145,5

867,4

miliar pada tahun 2005. Salah satu penyebab peningkatan tersebut adalah kenaikan biaya pupuk sebesar 58% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama akibat kenaikan

711,0

harga beli rata-rata pupuk sebesar 40,0%, serta penggunaan pupuk yang jauh lebih banyak di perkebunan Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur selama tahun tersebut. Faktor lainnya

421,2

adalah kenaikan harga BBM. Meningkatnya harga BBM telah mengakibatkan naiknya biaya transportasi, sehubungan dengan kegiatan pembelian buah maupun panen. Sedangkan meningkatnya harga solar industri mengakibatkan naiknya biaya produksi. Oleh karenanya, akuisisi lahan kebun sawit Pan Lonsum yang menghasilkan telah berdampak secara langsung

01

02

03

04

05

Harga Pokok Penjualan (Rp Miliar)

46

terhadap kenaikan biaya panen dan produksi Lonsum masing-masing sebesar 25,4% dan 28,7% menjadi sebesar Rp 169,9 miliar dan Rp 85,6 miliar selama tahun 2005.


Global Reports LLC

seeds to 14.4 million seeds. This reflects a near-doubling of the average selling price of oil

88.7 43.3

palm seeds during the year. Sales revenue of rubber products increased by 28.0% from Rp 245.2 billion in 2004 to Rp 314.0 billion in 2005. The increase was attributed to a 17.0% growth in sales volume from 22,505 tonnes in 2004 to 26,325 tonnes in 2005, as well as an increase in average selling price of 9.5% to Rp 11,928 per kg. Sales revenues from cocoa, coffee, tea and coconuts grew by 13.2% in 2005. The Company

16.8 12.9

10.8

01

02

sold Rp 87.6 billion worth of those commodities in 2005 against Rp 77.4 billion the

03

04

05

Seed Sales Revenue (Rp Billion)

previous year. This growth is largely attributed to cocoa and tea which grew 14.9% and 38.3%, respectively, during the year.

Revenue (Rp Million) 2005

2004

1,083,193

1,093,873

Rubber

314,006

Palm Kernel

160,364

Fresh Fruit Bunches

98,984

CPO (vol. in MT)

Volume (Tonnes)

314.0

2005

2004

-1.0

312,318

300,655

3.9

245,247

28.0

26,325

22,505

17.0

140,507

14.1

72,196

65,352

10.5

54,005

83.3

135,072

85,195

58.5

Var %

Var %

Seeds (in ‘000)

88,687

43,252

105.0

14,806

14,936

-0.9

Cocoa

68,999

60,075

14.9

5,092

5,116

-0.5

Tea

12,515

9,046

38.3

1,409

1,172

20.3

Coffee

2,380

4,638

-48.7

312

662

-52.8

Coconuts (in ‘000)

3,732

3,651

2.2

11,186

12,200

-8.3

1,832,860

1,654,294

10.8

Total

245.2

166.7

87.7

94.4

01

02

03

04

05

Rubber Sales Revenue (Rp Billion)

Cost of Goods Sold Cost of goods sold comprises of costs for upkeep and cultivation, harvesting, crop purchases,

1,300.8

and allocation of overhead costs, manufacturing and depreciation.

1,119.7

The cost of upkeep and cultivation of plantations increased by 11.6% to Rp 145.5 billion 867.4

in 2005. One of the contributing factors was the substantial increase in fertiliser cost which rose by 58% from that of the previous year, primarily as a result of the increase in the average

711.0

purchasing price of fertiliser by as much as 40% and the use of significantly greater amount of fertilisers in South Sumatera and East Kalimantan estates during the year. Another factor was the fuel price increase. The increase in petrol fuel price contributed directly to higher

421.2

transportation cost, in both outsourcing and harvesting activities. While an increase in the price of industrial fuel resulted in higher manufacturing cost. Thus, the acquisition of Pan Lonsum’s mature oil palm estates had a direct effect on the increase of Lonsum’s harvesting cost and manufacturing cost, both of which increased by 25.4% and 28.7% to Rp 169.9 billion and Rp 85.6 billion, respectively, during the year.

01

02

03

04

05

COGS (Rp Billion)


Global Reports LLC

47

Sekalipun konsolidasi aset Pan Lonsum seharusnya menghasilkan penurunan yang signifikan atas pos pembelian buah pada tahun 2005 dibandingkan tahun 2004, pada kenyataannya, nilai pembelian buah hanya mengalami sedikit penurunan dari Rp 405,5 miliar menjadi Rp 400,7 miliar di tahun 2005. Hal ini karena Perseroan membeli lebih banyak TBS di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004. Perkebunan sawit di Sumatera Selatan tersebar di wilayah yang luas, sering kali menyulitkan pengiriman TBS ke pabrik-pabrik Perseroan. Oleh karena itu, Perseroan terpaksa menjual TBS yang dipanen dari kebun yang letaknya jauh dari pabrik, sementara untuk mencapai kapasitas pengoperasian pabrik yang optimal, Perseroan membeli TBS dari luar, untuk menambah pasokan TBS dari kebun inti maupun plasma milik Perseroan sendiri. Sedangkan di Sumatera Utara, Perseroan juga membeli TBS dari luar untuk mencapai kapasitas pabrik agar optimal. Biaya depresiasi meningkat sebesar 72,5% dari Rp 52,0 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 89,7 miliar di tahun 2005, terutama akibat beban biaya tambahan aset yang diakuisisi dari Pan Lonsum, dan merupakan salah satu penambahan beban yang terbesar dari akuisisi tersebut. Beban biaya tambahan besar lainnya sehubungan dengan akuisisi adalah biaya overhead, yang meningkat sebesar 41,4% menjadi Rp 450,6 miliar di tahun 2005. Sebagian besar dari pengalokasian biaya overhead tersebut adalah biaya yang berhubungan dengan remunerasi yang naik sebesar 30,0% terutama karena penambahan jumlah kebun akibat dari akuisisi Pan Lonsum. Akibat dari semua itu, jumlah harga pokok penjualan meningkat sebesar 16,2% dari Rp 1.119,7 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 1.300,8 miliar di tahun 2005, terutama disebabkan oleh beban yang meningkat sehubungan dengan betambahnya jumlah hektar yang telah menghasilkan sebagai dampak dari akuisisi dan konsolidasi aset Pan Lonsum.

Laba Kotor Laba kotor sedikit mengalami penurunan dari Rp 534,6 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 532,0 miliar di tahun 2005, sekalipun terjadi kenaikan penjualan bersih sebesar 10,8%. 534,6

532,0

Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan Harga Pokok Penjualan produk sawit yang terkait dengan akuisisi kebun-kebun Pan Lonsum, yang sebagian besar terdiri dari kebun kelapa sawit, selain juga karena turunnya harga rata-rata CPO sebesar 4,7% di

387,0

tahun 2005.

389,4

Konsolidasi kebun kelapa sawit Pan Lonsum di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur membawa permasalahan logistik sehubungan dengan transportasi TBS yang berdampak pada penurunan laba kotor. Akibat infrastruktur yang belum dikembangkan sepenuhnya di perkebunan Sumatera Selatan, serta lokasi kebun-kebun Perseroan yang saling berjauhan,

169,3

Perseroan terpaksa menjual 49.877 ton lebih banyak TBS di tahun 2005 dibanding tahun 2004. Penjualan TBS dalam volume yang lebih besar ini berdampak pada potensi pendapatan yang tak terealisasi sehingga memberi tekanan pada marjin laba produk sawit. 01

02

03

04

Laba Kotor (Rp Miliar)

05

Sementara itu, kebun-kebun di Sumatera Utara, yang memiliki infrastruktur yang memadai sehingga memungkinkan pengiriman TBS ke pabrik secara tepat waktu, tidak menghasilkan TBS dalam jumlah yang cukup untuk memasok pabrik Perseroan. Hal ini membuat Perseroan terpaksa membeli TBS dari luar yang berdampak pada tingkat rendemen CPO yang sedikit lebih rendah.

48


Global Reports LLC

Even though the consolidation of Pan Lonsum’ assets should have resulted in a significant decline in crop purchases in 2005 compared to 2004, in fact, crop purchases declined only slightly from Rp 405.5 billion to Rp 400.7 billion over the period. This is because the Company purchased more FFB in 2005 than in 2004. The oil palm estates in South Sumatera are scattered over large areas, in which it is often not feasible to transport harvested FFB over long distances to the Company’s mills. As a result, the Company sold its FFB from outlying estates, while in order to maintain mills capacity, it purchased FFB from outgrowers to supplement FFB supplies from its own estates as well as plasma growers. Meanwhile, with the aim of maintaining optimum mills utilisation in the North Sumatera estates, the Company also purchased FFB from outgrowers. Depreciation expenses increased by 72.5% from Rp 52.0 billion in 2004 to Rp 89.7 billion in 2005, primarily due to the recognition of additional assets acquired from Pan Lonsum, and represents one of the largest cost increases related to the consolidation. Another major cost increase due to the consolidation of Pan Lonsum can be found in the allocation of overhead costs, which rose by 41.4% to Rp 450. 6 billion during the year. A majority portion of the overhead cost allocation was related to employee cost which grew by 30.0%, primarily due to the additional estates which the Company consolidated from Pan Lonsum’s assets. As a result of all of the above, total cost of goods sold (COGS) increased by 16.2% from Rp 1,119.7 billion in 2004 to Rp 1,300.8 billion in 2005, driven primarily by the increased costs related to an increase in the size of our mature plantations related to the acquisition and consolidation of the Pan Lonsum assets.

Gross Profit Gross profit declined slightly from Rp 534.6 billion in 2004 to Rp 532.0 billion in 2005, in spite of the 10.8% increase in net sales. The decline was largely due to higher COGS attributable to palm products arising from the consolidation of Pan Lonsum, which comprised largely of oil palm estates, as well as due to the decline of the average price of CPO by 4.7% during the year.

534.6

532.0

04

05

The consolidation of Pan Lonsum’s oil palm estates in South Sumatera and East Kalimantan brought with it logistical issues with respect to FFB transportation which contributed to

387.0

389.4

02

03

the decline in gross profit. Due to the relatively undeveloped infrastructures of the South Sumatera estates, and the far flung locations of the estates relative to the Company’s mills, the Company had had to sell 49,877 tonnes more FFB in 2005 than in 2004. Higher FFB sales in fact translates into lost potential revenues that put pressure on the profit margin of palm products.

169.3

Meanwhile, in the North Sumatera Estates, where adequate infrastructures facilitate justin-time FFB delivery to mills, there was inadequate supply of FFB from the Company’s own estates to feed the mills. Hence, the Company bought FFB from outgrowers which contributed to slightly lower extraction rates.

01

Gross Profit (Rp Billion)


Global Reports LLC

49

24,40

23,93

23,55

Laba Usaha Perseroan mencatat penurunan laba usaha dari produk sawit sebesar 28,7% atau dari

23,23

Rp 419,1 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 298,9 miliar di tahun 2005. Namun demikian,

23,03

peningkatan laba usaha dari produk-produk Perseroan lainnya, terutama karet, benih dan teh mampu mengkompensasi penurunan produk sawit - dan secara keseluruhan terjadi penurunan laba usaha Perseroan sebesar 3,3% atau dari Rp 459,2 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 443,8 miliar di tahun 2005. Penurunan laba usaha produk sawit disebabkan

01

02

03

04

05

Tingkat Rendemen CPO (%)

oleh ketidakmampuan untuk menghasilkan tingkat rendemen CPO yang normal dari kebun-kebun Pan Lonsum yang dikonsolidasi, akibat dari biaya akuisisi dan konsolidasi yang diakui saat itu, serta biaya operasional yang lebih tinggi karena infrastruktur yang kurang memadai.

Laba Sebelum Pajak Laba sebelum pajak Perseroan naik sebesar 4,6% dari Rp 357,6 miliar pada tahun 2004 459,2

443,8

menjadi Rp 373,9 miliar tahun 2005, terutama disebabkan oleh penurunan kerugian selisih kurs, beban bunga, serta kerugian atas akuisisi aset dari pihak yang memiliki hubungan

326,4

istimewa dan penjualan aset anak perusahaan. Pengembalian (reversal) atas biaya yang

313,1

ditangguhkan dalam bentuk bonus sebesar Rp 43,0 miliar di tahun 2005, memberi dampak signifikan terhadap kenaikan laba sebelum pajak. 110,7

Pajak Penghasilan Perseroan menikmati manfaat pajak sejumlah Rp 252,3 miliar yang berasal dari kerugian 01

02

03

04

05

Laba Usaha (Rp Miliar)

tahun 2004 yang dibawa ke tahun 2005, terutama berasal dari pos kerugian luar biasa sebesar Rp 617,5 miliar pada tahun 2004. Hal ini berdampak pada beban pajak penghasilan Perseroan yang lebih rendah untuk tahun buku 2005, yaitu sebesar Rp 18,2 miliar. Perseroan menanggung beban pajak penghasilan sebesar Rp 18,2 miliar pada tahun 2005 dibandingkan dengan manfaat pajak penghasilan sebesar Rp 12,7 miliar pada tahun 2004 sebagai akibat dari manfaat pajak yang diperoleh dari kerugian di masa lalu yang diperhitungkan ke depan.

500,5

Laba Bersih 355,7 310,9

Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp 355,7 miliar di tahun 2005 dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp 247,2 miliar di tahun 2004. Sebagai akibatnya, laba ditahan Perseroan meningkat sebesar 89,5%, dari negatif Rp 397,3 miliar tahun 2004 menjadi negatif Rp 41,6 miliar di tahun 2005.

01

02

03

04

05

(178,6) (247,2)

Laba/Rugi Bersih (Rp Miliar)

50


Global Reports LLC

Operating Income

24.40

The Company experienced a 28.7% decline in the operating income of palm products

23.93

23.55 23.23

from Rp 419.1 billion in 2004 to Rp 298.9 billion in 2005. However, improvements in

23.03

the operating income of other products, notably rubber, seeds, and tea compensated for the palm-product decline - thus limiting the Company’s total operating income decline to just 3.3% from Rp 459.2 billion in 2004 to Rp 443.8 billion in 2005. The decline in operating income of palm products resulted from an inability to produce the Company’s ideal CPO yield as a consequence of the consolidation of the Pan Lonsum estates; a one-time consolidation and aquisition cost; as well as from higher operating costs due to undeveloped infrastructures.

01

02

03

04

05

Oil Extraction Rate (%)

Profit Before Income Tax The Company’s profit before income tax increased by 4.6% from Rp 357.6 billion in 2004 to Rp 373.9 billion in 2005, mainly as a result of a reduction in currency translation loss,

459.2

interest expense, and loss on the purchase of assets of related parties as well as the sale of subsidiary assets. A reversal of an accrued expense pertaining to bonuses amounting to Rp 43.0 billion in 2005, contributed significantly to the increase in profit before income

326.4

313.1

02

03

443.8

tax.

Income Tax

110.7

In 2005, the Company enjoyed a tax benefit carried forward amounting to Rp 252.3 billion, mainly due to a one-time extraordinary loss in 2004 amounting to Rp 617.5 billion. This provided the Company with a lower income tax for fiscal year 2005, amounting to

01

04

05

Operating Income (Rp Billion)

Rp 18.2 billion. The Company incurred an income tax expense of Rp 18.2 billion in 2005 in comparison to receiving a tax benefit of Rp 12.7 billion in 2004 as a result of the tax benefit from past loss carried forward.

Net Income The Company posted a net income of Rp 355.7 billion in 2005 compared to a loss of

500.5

Rp 247.2 billion in 2004. As a result of which, the Company’s retained earnings improved by 89.5% to move from a negative Rp 397.3 billion in 2004 to a negative Rp 41.6 billion

355.7 310.9

in 2005.

01

02

03

04

05

(178.6) (247.2)

Net Income (Loss) (Rp Billion)


Global Reports LLC

51

KONDISI KEUANGAN Perubahan pada akun-akun neraca Perseroan antara tanggal 31 Desember 2004 dan 31 Desember 2005 menggambarkan kegiatan Perseroan yang meningkat sepanjang tahun, terutama disebabkan oleh akuisisi dan konsolidasi aset Pan Lonsum oleh Perseroan. Dengan pengkonsolidasian seluruh aset Pan Lonsum, lahan Perseroan bertambah sejumlah 51.472 hektar, dimana sekitar 13.030 hektar merupakan perkebunan sawit, perkebunan kakao dan kelapa pada akhir tahun 2005. Perkebunan tersebut berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Meskipun akuisisi itu sendiri terjadi pada bulan Nopember 2004, konsolidasi dari aset-aset Pan Lonsum, khususnya yang berkaitan dengan pengalihan hak atas tanah dan penggunaannya, harus menunggu hingga pertengahan tahun 2005 untuk penyelesaiannya. Hal ini tergambar sepenuhnya pada neraca dengan perubahan signifikan pada akun aktiva lainnya, yang turun dari Rp 522,9 miliar menjadi Rp 1,8 miliar selama tahun yang dilaporkan. Sebaliknya, aktiva tetap Perseroan naik dari Rp 466,4 miliar menjadi Rp 826,5 miliar, sementara aset perkebunannya naik dari Rp 792,6 miliar menjadi Rp 1.167,2 miliar selama periode yang sama - sebagian besar menggambarkan konsolidasi aset-aset Pan Lonsum ke dalam Perseroan. 2.602,2 2.362,9

Aktiva Aktiva lancar Perseroan turun sebesar 4,2% dari Rp 415,1 miliar tahun 2004 menjadi

2.019,5

Rp 397,5 miliar tahun 2005, terutama disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas

1.686,1

sebesar 29,2% menjadi Rp 152,3 miliar di tahun 2005 akibat pembiayaan kegiatan usaha

1.398,7

yang berkembang. Kebutuhan pembiayaan yang meningkat ini terutama berasal dari pengelolaan area perkebunan yang lebih besar, memanen lebih banyak TBS dari kebun yang baru menghasilkan, serta mengalokasikan faktor-faktor produksi lainnya untuk menangani dan memproduksi sawit dalam volume yang lebih besar. Volume produksi CPO meningkat sekitar 11,1% di tahun 2005, sedangkan volume penjualannya meningkat hanya sebesar

01

02

03

04

3,9%. Oleh karenanya, nilai persediaan Perseroan pada akhir tahun meningkat sebesar

05

76,1% menjadi Rp 142,5 miliar di tahun 2005.

Total Aktiva (Rp Miliar)

Nilai buku bersih dari aset tanaman perkebunan Perseroan mencapai Rp 1.167,2 miliar pada akhir tahun 2005, dibandingkan dengan Rp 792,7 miliar setahun sebelumnya. Pada tahun 2005 nilai buku tanaman yang menghasilkan naik sebesar 50,2% dari Rp 447,0 miliar menjadi Rp 671,5 miliar; sedangkan tanaman yang belum menghasilkan naik sebesar 43,4% 67,7

dari Rp 345,7 miliar menjadi Rp 495,7 miliar. Dari segi luas tanah, kebun yang menghasilkan tumbuh sebesar 18,8% dari 56.937 hektar menjadi 67.673 hektar, sedangkan kebun yang

56,9

55,7 52,0

50,0

belum menghasilkan bertambah sekitar 68,3% dari 8.300 hektar menjadi 13.971 hektar selama periode yang sama. Pada tahun 2005, penambahan kebun sawit yang menghasilkan sebesar 11,433 hektar diperoleh dari pengkonsolidasian aset Pan Lonsum.

14,7

14,0

13,8 10,4

Aktiva tetap Perseroan setelah akumulasi depresiasi mencapai Rp 826,5 miliar pada akhir tahun 2005 atau naik sebesar 77,2% dari Rp 466,4 miliar di tahun 2004. Terdapat

8,3

penambahan aktiva tetap senilai Rp 275,1 miliar dari pengkonsolidasian Pan Lonsum. Selain 01

02

03

Menghasilkan

04

Lahan Tertanam (‘000 Hektar)

52

05

Belum Menghasilkan

itu, Aktiva tetap milik Perseroan sendiri meningkat sebesar Rp 137,8 miliar terutama dalam bentuk pembangunan prasarana, perumahan dan pabrik. Akibat dari semua itu, jumlah aktiva Perseroan meningkat 10,1% dari Rp 2,36 triliun di tahun 2004 menjadi Rp 2,60 triliun pada tahun 2005.


Global Reports LLC

FINANCIAL CONDITION Changes in the balance sheet accounts of the Company between 31 December 2004 and 31 December 2005 reflected the increasing activities of the Company during the year, attributed primarily to the acquisition and consolidation of Pan Lonsum’s assets by the Company. With the consolidation of all of the assets of the Pan Lonsum, the Company effectively added a total of 51,472 hectares of landbank, of which approximately 13,030 hectares constitute of oil palm estates, cocoa and coconut estate as at year-end 2005. These assets are located in South Sumatera, Central and East Kalimantan, and North Sulawesi. Although the acquisition itself had taken place in November 2004, the consolidation of Pan Lonsum’s assets into the Company pertaining to the transfer of land-use rights and entitlements had to wait until mid 2005 to complete. This was fully reflected in the balance sheet by the significant change to the account of other assets, which declined from Rp 522.9 billion to Rp 1.8 billion over the year. On the other hand, the Company’s fixed assets rose from Rp 466.4 billion to Rp 826.5 billion, while its plantation assets increased from Rp 792.7 billion to Rp 1,167.2 billion over the same period - largely reflecting the consolidation of Pan Lonsum’s assets into the Company. 2,602.2 2,362.9

Assets The Company’s current assets decreased by 4.2% from Rp 415.1 billion in 2004 to Rp 397.5

2,019.5

billion in 2005, mainly as a result of the decline in the amount of cash and cash equivalent by

1,686.1

29.2% to Rp 152.3 billion during the year as the Company financed its growing operations.

1,398.7

Increasing financing requirements stemmed primarily from the need to tend to much larger plantation estates, harvest more oil palm FFB from newly maturing estates, and allocate more production factors to the handling and processing of oil palm products in greater volume. Production volume of CPO grew by approximately 11.1% in 2005, while sales volume of CPO grew by only 3.9%. As a result, the Company held year-end inventories amounting to 01

Rp 142.5 billion, an increase of 76.1% from that of the previous year.

02

03

04

05

Total Assets (Rp Billion)

The net book value of the Company’s total plantation assets as at year-end 2005 amounted to Rp 1,167.2 billion, compared to Rp 792.7 billion a year before. In 2005, the net book value of mature plantation assets increased by 50.2% from Rp 447.0 billion to Rp 671.5 billion, whereas that of immature plantation assets rose by 43.4% from Rp 345.7 billion to Rp 495.7

67.7

billion. In terms of land size, mature areas grew by 18.8% from 56,937 hectares to 67,673 hectares, whereas immature areas expanded by approximately 68.3% from 8,300 hectares to 13,971 hectares over the same period. In 2005, the Company gained 11,433 hectares of

56.9

55.7 52.0

50.0

newly maturing oil palm areas resulted from the consolidation of Pan Lonsum’s assets. The Company’s fixed assets as at year-end 2005 net of accumulated depreciation amounted to Rp 826.5 billion, a 77.2% increase from Rp 466.4 billion in 2004. There were additional

14.7

fixed assets amounting to Rp 275.1 billion that were derived from the acquisition of Pan

14.0

13.8 10.4

8.3

Lonsum. Aside from this, the Company’s own fixed assets increased by Rp 137.8 billion mainly due to development of infrastructure, housing and mills.

01 Mature

As a result of all of the above, the total assets of the Company rose 10.1% from Rp 2.36 trillion in 2004 to Rp 2.60 trillion in 2005.

02

03

04

Planted Areas (000’ Hectares)


Global Reports LLC

05

Immature

53

Kewajiban

2.110,4 1.897,3 1.915,5

Pada akhir tahun 2005, Perseroan menanggung kewajiban jangka pendek senilai Rp 806,9

1.593,7 1.477,2

miliar, turun sebesar 7,1% dari Rp 868,8 miliar tahun lalu. Sementara kewajiban jangka panjang turun sebesar 7,5% dari Rp 724,9 miliar menjadi Rp 670,4 miliar dalam kurun waktu yang sama. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pelunasan pinjaman bank sebesar Rp 98,7 miliar, dan penurunan yang signifikan pada beban yang ditangguhkan sebesar Rp 78,6 miliar, serta hutang pajak sebesar Rp 14,1 miliar. Selain itu, Perseroan masih

01

02

03

04

05

Total Kewajiban (Rp Miliar)

menanggung Surat Hutang Wajib Konversi pada neraca senilai Rp 405,1 miliar, yang dapat sewaktu-waktu dikonversikan menjadi 269.344.000 lembar saham oleh pemegang Surat Hutang Wajib Konversi tersebut.

Ekuitas Ekuitas pada akhir tahun 2005 naik sebesar 46,2% menjadi Rp 1.125,0 miliar dari Rp 769,2 miliar setahun yang lalu. Sebagai akibat dari hasil laba bersih Perseroan sebesar Rp 355,7 1.124,9

miliar di tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005, saldo kerugian Perseroan yang terakumulasi dalam beberapa tahun setelah krisis moneter Asia, turun dari Rp 397,3

769,2

miliar di tahun 2004 menjadi Rp 41,6 miliar di tahun 2005. Dengan tingkat operasional dan pertumbuhan yang dicapai Perseroan dewasa ini, Perseroan memproyeksikan dapat menunjukkan laba ditahan dalam ekuitas Perseroan dalam waktu dekat.

103,9

01

02

03

04

05

(211,2)

(711,8)

Total Ekuitas (Rp Miliar)

54


Global Reports LLC

2,110.4 1,897.3 1,915.5

Liabilities

1,593.7

As at year-end 2005, the Company carried short-term liabilities amounting to Rp 806.9

1,477.2

billion, a decline of 7.1% from Rp 868.8 billion a year ago. Its long-term liabilities were Rp 670.4 billion and Rp 724.9 billion in 2005 and 2004, respectively, a year-on-year decline of 7.5%. Those declines mainly resulted from repayment of bank loans amounting to approximately Rp 98.7 billion, as well as a significant reduction of accrued expenses of Rp 78.6 billion and tax payable in the amount of Rp 14.1 billion. The Company still has Mandatory Convertible Notes (MCN) in its current liabilities account in the amount of

01

02

03

04

05

Total Liabilities (Rp Billion)

Rp 405.1 billion, that can be converted into 269,344,000 shares at anytime by the MCN holders.

Shareholders’ Equity Shareholder’s equity as at year-end 2005 rose 46.2% to Rp 1,125.0 billion from Rp 769.2 billion a year ago. As a result of its net profit of Rp 355.7 billion for the year ending

1,124.9

31 December 2005, the Company’s accumulated loss which occurred immediately following

769.2

the Asian financial crisis have been reduced to Rp 41.6 billion in 2005, compared to that Rp 397.3 billion in 2004. With its current pace of activities and growth, the Company expects to show retained earnings in its capital accounts before long.

103.9

01

02

03

04

05

(211.2)

(711.8)

Total Equity (Rp Billion)


Global Reports LLC

55

tanggung jawab pelaporan keuangan

Laporan keuangan dan semua informasi keuangan yang berkait dengan Laporan Tahunan ini disiapkan oleh Manajemen Perusahaan. Dalam pelaksanaannya, manajemen menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum dan melakukan penilaian serta estimasi terhadap hal-hal yang dirasa perlu. Untuk memenuhi standar kebenaran dan kewajaran dari laporan dan segala informasi ini, Manajemen menerapkan sistem pengendalian intern untuk memastikan bahwa setiap transaksi yang dilakukan telah sesuai dengan otorisasi Manajemen, semua aktiva yang dimiliki telah dilindungi dengan baik dan semua hal tersebut telah dicatat dengan benar. Sejalan dengan visi dan pengelolaan Perusahaan secara umum, Perusahaan telah membentuk beberapa komite pengawasan dan manajemen, termasuk Komite Audit, Komite Nominasi dan Renumerasi, dan Komite Risiko Manajemen, dimana semuanya di bawah Dewan Komisaris; dan Komite Harga, Komite Operasi, Komite Teknologi Informasi, Komite Sumber Daya dan Komite Pengadaan, yang membantu Direksi dalam area-area tersebut. Elemen penting lainnya dalam pembentukan pengendalian adalah seleksi yang seksama, pelatihan dan pengembangan staf profesional, termasuk auditor internal. Manajemen berkeyakinan bahwa sistem pengendalian internal mendukung integritas dan keandalan laporan keuangan.

56

Glenn M.S. Yusuf

Handana H. Wanawijaya

Presiden Direktur

Direktur


responsibility for financial reporting

The financial statements and related financial information in this Annual Report were prepared by the Management of the Company. In doing so, the Management applied generally accepted accounting principles and also exercised its judgment and made estimates in those instances where they were deemed appropriate. In discharging its responsibility both for the integrity and fairness of these statements and information, the Management maintains a system of internal controls designed to provide reasonable assurance that transactions are executed in accordance with the Management’s authorisation, assets are safeguarded and proper records are maintained. With regards to the oversight and management of the Company in general, the Company has formed several supervisory and management committees, including the Audit Committee, the Nomination & Remuneration Committee, and the Risk Management Committee, all of which serve under the Board of Commissioners; and the Pricing Committee, Operational Committee, Information Technology Committee, Human Resources Committee and Procurement Committee, all of which assist the Board of Directors in the management of the respective fields. Another important element in the establishment of control is the careful selection, training and development of professional personnel, including internal auditors. The Management believes that the system of internal control supports the integrity and reliability of the financial statements.

Glenn M.S. Yusuf

Handana H. Wanawijaya

President Director

Director


57

Global Reports LLC

Global Reports LLC

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 1/1 - Schedule NERACA KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

CONSOLIDATED BALANCE SHEETS AS AT 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated)

2005

Catatan/ Notes

2004

AKTIVA LANCAR

CURRENT ASSETS

Kas dan setara kas Piutang usaha: - Pihak ketiga (setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih sebesar nihil pada 31 Desember 2005 dan 2004) Piutang lain -lain: - Pihak ketiga Persediaan Uang muka Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka

152,292

2c,5

215,137

50,207

2d,6

52,028

Jumlah aktiva lancar

397,512

15,554 142,495 26,589 7,356 3,019

2e,7 8 9

23,303 80,915 32,021 3,506 8,155

Cash and cash equivalents Trade receivables: Third parties (net of allowance for doubtful accounts of nil at 31 December 2005 and 2004) Other receivables: Third parties Inventories Advances Prepaid taxes Prepaid expenses

415,065

Total current assets

AKTIVA TIDAK LANCAR

NON-CURRENT ASSETS

Piutang hubungan istimewa (setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih 31 Desember 2005: Rp 33.615; 31 Desember 2004: Rp 11.500) Piutang plasma Tanaman perkebunan: - Tanaman telah menghasilkan - Tanaman belum menghasilkan Aktiva tetap (setelah dikurangi akumulasi penyusutan 31 Desember 2005: Rp 233.074; 31 Desember 2004: Rp 189.779) Biaya tangguhan hak atas tanah (setelah dikurangi akumulasi amortisasi 31 Desember 2005: Rp 20.516; 31 Desember 2004: Rp 16.549) Aktiva lain-lain

Amounts due from related parties (net of allowance for doubtful accounts 31 December 2005: Rp 33,615; 31 December 2004: Rp 11,500) Plasma receivables Plantation assets: Mature plantations Immature plantations Fixed assets (net of accumulated depreciation 31 December 2005: Rp 233,074; 31 December 2004: Rp 189,779) Deferred charges for landrights (net of accumulated amortisation 31 December 2005: Rp 20,516; 31 December 2004: Rp 16,549)

22,103 69,432

10 2h,11

13,390 45,239

671,495 495,690

2f,12a 2f,12b

446,989 345,664

826,530 2g,2j ,13

466,379

117,654 1,757

107,280 522,924

Other assets

2i,14 15

Jumlah aktiva tidak lancar

2,204,661

1,947,865

Total non-current assets

JUMLAH AKTIVA

2,602,173

2,362,930

TOTAL ASSETS

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian

Global Reports LLC

The accompanying notes form an integral part of these consolidated financial statements

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 1/2 - Schedule NERACA KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

CONSOLIDATED BALANCE SHEETS AS AT 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated)

2005 KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha Hutang lain-lain: - Pihak ketiga - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Uang muka penjualan Hutang pajak Biaya yang masih harus dibayar Hutang bank Surat Hutang Wajib Konversi Kewajiban manfaat pensiun Jumlah kewajiban lancar

806,869

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Hutang bank Kewajiban pajak tangguhan Kewajiban manfaat pensiun

488,012 89,945 92,410

Jumlah kewajiban tidak lancar

670,367

EKUITAS Modal saham Modal dasar 1.600.000.000 saham biasa dengan nilai nominal Rp 500 per saham (Rupiah penuh), Modal ditempatkan dan disetor penuh: 1.095.229.293 saham biasa Tambahan modal disetor Saldo laba yang telah ditentukan penggunaannya Saldo rugi

Catatan/ Notes

2004

45,624

19

32,693

20,560

23

23,890

CURRENT LIABILITIES Trade payables Other payables: Third parties -

33,730 15,082 162,453 101,579 405,093 22,748

23 20 21 22 17a 18 2n,24

12,784 14,831 29,213 241,100 95,388 405,093 13,818

Related parties Sales advances Taxes payable Accrued expenses Bank loans Mandatory Convertible Notes Provision for retirement benefits

868,810

Total current liabilities

565,379 77,135 82,393

NON-CURRENT LIABILITIES Bank loans Deferred tax liabilities Provision for retirement benefits

724,907

Total non-current liabilties

17b 33 2n,24

1,238 (41,564)

1,238 (397,288)

EQUITY Share capital Authorised capital 1,600,000,000 common shares with par value of Rp 500 per share (full Rupiah), Issued and paid-u p: 1,095,229,293 common shares Additional paid-in capital Appropriated retained earnings Accumulated losses

Jumlah ekuitas

1,124,937

769,213

Total equity

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

2,602,173

2,362,930

TOTAL LIABILITIES AND EQUITY

547,615 617,648


Global Reports LLC

25 26

547,615 617,648


PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 2 - Schedule LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali laba per saham dasar)

CONSOLIDATED STATEMENTS OF INCOME FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, except basic earnings per share) Catatan/ Notes

2005

2004

Penjualan bersih

1,832,860

2l,27

1,654,294

Net sales

Beban pokok penjualan

1,300,825

2l,28

1,119,741

Cost of goods sold

534,553

Gross profit

Laba kotor Beban usaha Beban penjualan Beban umum dan administrasi Jumlah beban usaha Laba usaha Pendapatan/(beban) lain-lain Kerugian selisih kurs - bersih (Kerugian)/keuntungan penjualan aktiva tetap - bersih Pendapatan bunga Beban bunga dan keuangan Penyisihan piutang tak tertagih atas pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa Keuntungan dari pemulihan atas penyisihan piutang tak tertagih atas pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pemulihan/(penyisihan ) atas kompensasi bonus Kerugian akuisisi aktiva pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan penjualan anak perusahaan Lain-lain - bersih

532,035 28,653

2l,29

16,509

59,534

2l,29

58,828

Operating expenses Selling expenses General and administration expenses

75,337

Total operating expenses Operating income

88,187 443,848

36b

459,216

(20,018)

2p

(45,471)

(4,455) 4,247 (72,091)

2g,12,1 3 30 31

1,134 3,307 (80,709)

(26,512)

10

(11,500)

4,397

10

228,594

43,063

22

(43,063)

Allowance for doubtful related parties receivables Income from reversal of allowance for doubtful related parties receivables Reversal/(provision) for bonus compensation

(45,051) (108,827)

Loss on acquisition of related parties assets and sale of a subsidiary Others - net

(2,462) 3,925

3 32

Other income/(expenses) Loss on foreign exchange - net (Loss)/gain on sale of fixed assets - net Interest income Interest and finance charges

Jumlah beban lain-lain - bersih

(69,906)

(101,586)

Total other expense - net

Laba sebelum pajak penghasilan

373,942

357,630

Profit before income tax

(Beban)/manfaat pajak penghasilan

(18,218)

12,706

Income tax (expenses)/benefit

Laba dari aktivitas normal

355,724

370,336

Profit from ordinary activities

(617,534)

Extraordinary items Loss on debts restructuring

(247,198)

Net income/(loss)

(297)

Basic earnings/(loss) per share (full Rupiah)

Pos luar biasa Kerugian dari restrukturisasi hutang Laba/(rugi) bersih Laba/(rugi) bersih per saham dasar (Rupiah penuh)

2m,33

355,724

325


Global Reports LLC

2k,34

2o,35


PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 3 - Schedule LAP ORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah)

Catatan/ Notes

Saldo 1 Januari 2004

4,17, 25,26

Konversi Surat Hutang Wajib Konversi menjadi modal saham

4,18, 25,26

Akumulasi penyesuaian nilai wajar investasi/ Investment fair value revaluation reserve

Tambahan modal disetor/ Additional paid-in capital

Modal saham/ Share capital

242,807

Konversi wesel bayar dan kewajiban bersyarat menjadi modal saham

CONSOLIDATED STATEMENTS OF CHANGES IN EQUITY 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah)

140,048

164,760

5,593

281,217

330,838

Saldo laba yang telah ditentukan penggunaannya/ Appropriated retained earnings

4,388

-

-

1,238

-

-

Saldo rugi/ Accumulated losses

Jumlah/ Total

(150,090)

-

-

103,936

Balance at 1 January 2004

421,265

Notes payable and contingent liabilities conversion to share capital

495,598

Mandatory Convertible Notes Conversion to share capital

Mutasi penyesuaian nilai wajar investasi

-

-

(4,388)

-

-

(4,388)

Movement in fair value of investments

Rugi bersih tahun berjalan

-

-

-

-

(247,198)

(247,198)

Net loss for the year

547,615

617,648

-

1,238

(397,288)

Balance at 769,213 31 December 2004

-

-

-

-

355,724

355,724

547,615

617,648

-

1,238

Saldo 31 Desember 2004 Laba bersih tahun berjalan Saldo 31 Desember 2005


Global Reports LLC

(41,564)

Net income for the year

Balance at 1,124,937 31 December 2005


PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 4/1 - Schedule LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah)

CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah)

2005

2004

(764,741) (611,444)

(691,663) (392,219)

Kas yang dihasilkan dari operasi

477,395

534,817

Cash flows from operating activities Receipts from customers Payments to: Suppliers Employees and labourers Cash flows provided from operating activities

Penghasilan bunga Pembayaran pajak penghasilan badan Pembayaran lain-lain Biaya tangguhan hak atas tanah Penerimaan lain-lain

4,247 (4,823) (177,835) (14,341 ) 10,953

3,305 (5,417) (189,888) (5,091) 7,896

Interest income Payments of corporate tax Other payments Deferred charges for landrights Other receipts

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi

295,596

345,622

Net cash flows provided from operating activities

Arus kas dari aktivitas operasi Penerimaan dari pelanggan Pembayaran kas kepada: - Pemasok - Karyawan dan buruh

1,853,580

1,618,699

Arus kas dari aktivitas investasi Hasil penjualan aktiva tetap Pembelian aktiva tetap Pembelian sekuritas hutang Penerimaan dari penjualan aktiva lain-lain

19,618 (137,806) (41,608) 4,902

2,368 (92,835) (53,128) 5,249

Cash flows from investing activities Proceeds from sale of fixed assets Purchase of fixed assets Purchase of debt securities Receipts from sale of other assets

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi

(154,894)

(138,346)

Net cash flows used in investing activities

(98,659 ) (67,227 )

(47,295) (34,089)

(37,661 )

(13,600)

Cash flows from financing activities Payment of bank loan principal Payment of bank loan interest Payments to related parties

(203,547)

(94,984)

Net cash flows used in financing activities

(Penurunan)/kenaikan bersih kas dan setara kas

(62,845 )

112,292

Net (decrease) /increase in cash and cash equivalent

Kas dan setara kas pada awal tahun

215,137

102,845

Cash and cash equivalents at the beginning of the year

Kas dan setara kas pada akhir tahun

152,292

215,137

Cash and cash equivalents at the end of the year

Arus kas dari aktivitas pendanaan Pembayaran pokok pinjaman bank Pembayaran bunga pinjaman bank Pembayaran kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan


Global Reports LLC


PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 4/2 - Schedule LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah)

CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah)

Catatan/ Notes

2005

2004

Aktivitas yang tidak melibatkan arus kas: Reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman menghasilkan Konversi wesel bayar, hutang bank dan kewajiban bersyarat menjadi Surat Hutang Wajib Konversi Konversi wesel bayar dan kewajiban bersyarat menjadi modal saham Konversi Surat Hutang Wajib Konversi menjadi modal saham Pemulihan atas penyisihan piutang ragu-ragu kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Activities not involving cash flows:

29,987

-

12b

16,17,1 8

-

-

16,25

18,25,2 6

4,397

10

42,177

Reclassification of immature plantations to mature plantations

900,691

Conversion of notes payable, bank loan and contingent liabilities to Mandatory Convertible Notes

421,265

Conversion of notes payable and contingent liabilities to share capital

495,598

Conversion of Mandatory Convertible Notes to share capital

228,594

Reversal of allowance for doubtful receivables to related parties

Reklasifikasi aktiva lain-lain ke tanaman telah menghasilkan

242,506

12a,15

-

Reclassification of other assets to mature plantations assets

Reklasifikasi aktiva lain-lain ke aktiva tetap

275,122

13,15

-

Reclassification of other assets to fixed assets


Global Reports LLC


PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 5/1 - Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1.

Global Reports LLC

UMUM

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated) 1.

GENERAL

Pendirian Perusahaan

Incorporation of the Company

PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No. 93 tanggal 18 Desember 1962 yang diubah dengan akta No. 20 tanggal 9 September 1963. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A5/121/20 tanggal 14 September 1963 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8Oktober 1963, Tambahan No. 531. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir adalah berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH No.338 tanggal 27 Mei 2004 mengenai Peningkatan Modal Ditempatkan dan Disetor Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tanggal 25 Pebruari 1999 tentang bentuk-bentuk tagihan tertentu yang dapat dikompensasikan sebagai setoran saham. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-13363 HT.01.04.TH. 2004 tanggal 28 Mei 2004 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 554 tanggal 9 Juli 2004, Tambahan No. 55.

PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (the “Company”) was established based on notarial deed No. 93 of Raden Kadiman dated 18 December 1962 and amended by notarial deed No. 20 dated 9 September 1963. The deed of establishment was approved by the Minister of Justice of the Republic of Indonesia in decision letter No. J.A5/121/20 dated 14 September 1963 and was published in State Gazette No. 81 dated 8 October 1963, Supplement No. 531.

Perusahaan bergerak di bidang industri perkebunan dengan menanam dan memelihara tanaman kelapa sawit, karet, kakao, kelapa serta teh dan kopi, mengolah hasil perkebunan tersebut dan menjual hasilnya di dalam maupun di luar negeri, dengan proporsi pemasaran lokal dan ekspor masing-masing sebesar 60% dan 40% untuk tahun 2005 dan 2004.

The Company is engaged in the plantation business by planting and developing palm oil, rubber, cocoa, coconut, tea and coffee, cultivating such plantations and selling the products in both the domestic and international markets. The proportion of local and export sales is 60% and 40%, respectively for the year 2005 and 2004.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor-kantor cabang operasional berlokasi di Medan dan Palembang.

The Company is domiciled in Jakarta with operational branch offices located in Medan and Palembang.

Perusahaan pada saat ini sedang mengusahakan perkebunan yang telah menghasilkan dan belum menghasilkan seluas masing-masing 67.673 hektar (2004: 56.937 hektar) dan 13.971 hektar (2004: 8.300 hektar) di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Produk utama adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta sebagian kecil kakao, teh, kopi dan bibit.

The Company currently operates mature and immature plantations with total area of 67,673 hectares (2004: 56,937 hectares) and 13,971 hectares (2004: 8,300 hectares) respectively, in North Sumatera, South Sumatera, Java, East Kalimantan, North Sulawesi and South Sulawesi. The main products are palm oil and rubber, with smaller quantities of cocoa, tea, coffee and seeds.

The Company’s articles of association have been amended several times with the most recent amendment by notarial deed No.338 of Dr. Irawan Soerodjo, SH dated 27 May 2004 concerning an Increase of Issued and Paid Up Capital without Pre-emptive Rights based on the Government Regulation No. 15 dated 25 February 1999 concerning Debt to Equity Swaps. This amendment was approved by the Minister of Justice and Human Rights of the Republic of Indonesia in its decision letter No. C -13363 HT.01.04.TH. 2004 dated 28 May 2004 and published in State Gazette No. 554 dated 9 July 2004, Supplement No. 55.


UMUM (lanjutan)

1.

GENERAL (continued)

Pendirian Perusahaan (lanjutan)

Incorporation of the Company (continued)

Disamping mengelola perkebunannya sendiri, Perusahaan juga mengelola perkebunan di atas tanah yang dimiliki petani kecil setempat (perkebunan plasma) sesuai dengan pola perkebunan “inti plasma” yang dipilih pada saat Perusahaan melakukan ekspansi perkebunan di Sumatera Selatan dan sebagian kecil di Sulawesi dan Kalimantan pada tahun 1994.

In addition to the development of its own plantations, the Company is developing plantations on behalf of local smallholders (plasma plantations) in line with the “inti plasma” plantation scheme selected when the Company expanded its plantations in South Sumatera and to a smaller extent in Sulawesi and Kalimantan in 1994.

Pengelolaan perkebunan plasma ini akan diserahterimakan kepada petani tersebut (petani plasma) pada saat perkebunan plasma siap menghasilkan. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2005, luas areal perkebunan plasma yang telah diserahterimakan adalah 35.917 hektar (2004: 31.013 hektar) dan yang masih dalam pengembangan seluas 873 hektar (2004: 540 hektar).

Global Reports LLC

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated)

Management of these plasma plantations will be handed over to the smallholders (plasma farmers) when the plantations are mature. Up to 31 December 2005, the total area of plasma plantations that have been handed over are 35,917 hectares (2004: 31,013 hectares), the total area still under development are 873 hectares (2004: 540 hectares).

Penawaran Umum Saham Perusahaan

Public Offering of Company’s Shares

Pada tanggal 7 Juni 1996, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melalui suratnya No. S-912/PM/1996 untuk melakukan penawaran umum saham perdana atas 38.800.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 5 Juli 1996 saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.

On 7 June 1996, the Company obtained Notice of Effectivity of Share Registration No. S-912/PM/ 1996 from the Chairman of the Capital Market Supervisory Agency (Bapepam) for its initial public offering of 38,800,000 shares. On 5 July 1996, these shares were listed on the Jakarta Stock Exchange.

Pada tanggal 16 Juni 1997 Perusahaan mengeluarkan saham bonus sebanyak 283.274.421 saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham hasil penawaran umum saham perdana. Pada tanggal 24 Juli 1997 saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

On 16 June 1997, the Company issued 283,274,421 bonus shares from the capitalisation of additional paid-in capital from the initial public offering. On 24 July 1997, these shares were listed on the Jakarta and Surabaya Stock Exchanges.

Sebagaimana dibahas dalam Catatan 4, proses restrukturisasi hutang Perusahaan telah diselesaikan berdasarkan Perjanjian Utama Restrukturisasi (“MRA” – Master Restructuring Agreement) dengan para kreditur Perusahaan pada tanggal 28 April 2004 dan selanjutnya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB”) Perusahaan yang diadakan pada tanggal 27 Mei 2004 telah menyetujui:

As disclosed in Note 4, the Company’s debt restructuring process had been settled based on the Master Restructuring Agreement (“MRA”) with the Company’s creditors on 28 April 2004 and the Extraordinary General Shareholders’ Meeting (“EGM”) of the Company held on 27 May 2004 had approved:


UMUM (lanjutan)

1.

Penawaran Umum Saham Perusahaan (lanjutan)

GENERAL (continued) Public Offering of Company’s Shares (continued)

-

Konversi hutang Perusahaan sebesar USD 48.876.345,41 menjadi 280.096.500 saham biasa yang akan dikeluarkan kepada First Durango International, Ltd, Mauritius, melalui Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih dahulu.

-

Conversion of the Company debts of USD 48,876,345.41 into 280,096,500 shares which will be issued to First Durango International, Ltd. Mauritius, through Capital Increase without Pre-emptive Rights.

-

Penerbitan Surat Hutang Wajib Konversi (Mandatory Convertible Notes) untuk 598.863.500 saham atas hutang Perusahaan sebesar USD 104.500.627 kepada para kreditur, yan g terdiri dari USD 83.660.341 kepada Deutsche Bank AG, London dan USD 20.840.286 kepada PT Namalatu Cakrawala Securities.

-

Issuance of Mandatory Convertible Notes of 598,863,500 shares to convert creditors debts amounted to USD 104,500,627, consist of USD 83,660,341 for Deutsche Bank AG, London and USD 20,840,286 for PT Namalatu Cakrawala Securities.

Pada tanggal 18 Juni 2004, seluruh saham hasil konversi hutang tersebut sejumlah 280.096.500 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

On 18 June 2004, the shares resulted from the debts convertion of 280,096,500 shares had been registered to the Jakarta and Surabaya Stock Exchange.

Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, Surat Hutang Wajib Konversi yang telah dikonversikan menjadi saham biasa adalah sejumlah 329.519.500 saham (lihat Catatan 18 dan 25).

On 31 December 2005 and 2004 the Mandatory Convertible Notes which had been converted to shares were 329,519,500 shares (refer to Notes 18 and 25).

Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, seluruh saham Perusahaan sejumlah 1.095.229.293 lembar telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

As of 31 December 2005 and 2004, all of the Company’s 1,095,229,293 shares have been listed in the Jakarta and Surabaya Stock Exchanges.

Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Karyawan

Board of Directors, Board of Commissioners and Employees

Pada tanggal 31 Desember 2005, susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan adalah sebagai berikut: Presiden Direktur Direktur Direktur Direktur Direktur Presiden Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen

Global Reports LLC


As of 31 December 2005, the composition of the Company’s Board of Directors and Board of Commissioners was as follows:

Glenn Muhammad Surya Yusuf Handana Halim Wanawijaya Wirawan Giriputra Bryan John Dyer Zafril Ansgar Hamzah Mark Howard Carnegie Eddy Kusnadi Sariaatmadja Joefly Joesoef Bahroeny Jay Geoffrey Wacher Rachmat Soebiapradja Tengku Alwin Aziz

President Director Director Director Director Director President Commissioner Commissioner Commissioner Commissioner Independent Commissioner Independent Commissioner



UMUM (lanjutan)

1.

Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Karyawan (lanjutan)

Board of Directors, Board of Commissioners and Employees (continued)

Jumlah rata-rata karyawan tetap dan buruh perkebunan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005 dan 2004 adalah masing-masing sebanyak 12.866 dan 12.138.

The Company had an average total number of permanent employees and labourers of 12,866 and 12,138 for the year ended 31 December 2005 and 2004, respectively

Kepemilikan pada Anak-anak Perusahaan

Ownership in Subsidiaries

Perusahaan mempunyai kepemilikan secara langsung pada anak-anak perusahaan berikut:

The Company has direct ownership in the following subsidiaries:

Nama perusahaan/ Company name

Domisili/ Domicile

Kegiatan usaha/ Business activity

PT Dwi Reksa Usaha Perkasa (DRUP)

Palembang

Perdagangan dan perkebunan kelapa sawit/ Trading and palm oil plantation

Lonsum Finance BV (LBV)

Belanda/ Netherlands

Pembiayaan perusahaan/ Financial services

PT Multi Agro Kencana Prima (MAKP)

Jakarta

Lonsum Singapore Pte. Ltd. (LSP)

Singapore

Tahun beroperasi komersial/ Year commercial operations commenced

Persentase kepemilikan/ Percentage of ownership 2005

2004

Jumlah aktiva/ Total assets 2005

2004

95%

95%

Belum beroperasi/ Not yet operating

1,765

21,222

100 %

100%

1997

1,086

1,086

Perkebunan, pengolahan dan pemasaran/ Plantation, processing and trading

80%

80%

2002

43,640

45,945

Perdagangan dan pemasaran/ Trading and marketing

100 %

100%

2004

4,015

3,350

Berdasarkan Akta Notaris No. 21 Machrani Moertolo Soenarto, SH tanggal 8 Januari 2003, PTMulti Agro Kencana Prima telah meningkatkan modal dasar dari Rp 1.000 menjadi Rp 50.000, modal ditempatkan dan disetor dari Rp 250 menjadi Rp16.000 dan nilai nominal saham dari Rp 1.000 (Rupiah penuh) menjadi Rp 64.000 (Rupiah penuh). Akta Notaris tersebut sedang dalam proses pengesahan oleh Menteri Kehakiman Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Global Reports LLC

GENERAL (continued)

Based on the Notarial Deed No. 21 of Machrani Moertolo Soenarto, SH dated 8 January 2003, PT Multi Agro Kencana Prima, increased its authorised capital from Rp 1,000 to Rp 50,000, its issued and paid-up capital from Rp 250 to Rp 16,000 and par value from Rp 1,000 (full Rupiah) to Rp 64,000 (full Rupiah). The notarial deed is still in the process of approval from Minister of Justice and Human Rights of Republic of Indonesia.


2.


UMUM (lanjutan)

1.

Pada tanggal 18 Nopember 2003, Perusahaan mendirikan anak perusahaan baru di Singapura dengan nama Lonsum Singapore Pte, Ltd. (“LSP”) berdasarkan Singapore Companies Act (Cap 50) dan telah didaftarkan pada Registry of Companies and Businesses di Singapura dengan modal dasar sebesar S$ 100.000. Tujuan utama pendirian LSP adalah untuk memberikan jasa pemasaran dan promosi atas produk-produk perkebunan Perusahaan di luar negeri (lihat Catatan 39).

On 18 November 2003, the Company has incorporated a new subsidiary in Singapore namely, Lonsum Singapore Pte, Ltd. (“LSP”) based on the Singapore Companies Act (Cap 50) and has been registered to the Registry of Companies and Businesses in Singapore with an authorised capital of S$ 100,000. The main purpose of LSP incorporation is to provide marketing and promotion services of the Company’s plantation products in overseas (refer to Note 39).

Pada tanggal 30 Desember 2004, pemegang saham telah menandatangani keputusan likuidasi Lonsum Finance B.V. yang berlaku efektif sejak tanggal 31 Desember 2004. Pada tanggal 31 Desember 2005, pelaksanaan likuidasi tersebut masih dalam prose s.

As at 30 December 2004, the shareholders had signed the resolution of Lonsum Finance B.V. liquidation with effect as from 31 December 2004. As at 31 December 2005, the liquidation is still in process.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN Laporan keuangan konsolidasian PT PP London Sumatra Indonesia Tbk dan anak perusahaan disusun oleh Dewan Direksi dan diselesaikan pada tanggal 28 Pebruari 2006. Berikut ini adalah kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian PT PP London Sumatra Indonesia Tbk dan anak perusahaan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. SE-02/PM/2002 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuan gan Emiten dan Perusahaan Publik” , lampiran 13 tanggal 27 Desember 2002. a.

Dasar penyusunan konsolidasian

laporan

keuangan

Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan harga perolehan kecuali yang terkait dengan penilaian kembali atas aktiva tetap tertentu sesuai dengan ketentuan pemerintah (lihat Catatan 2g).

Global Reports LLC

GENERAL (continued)

2.

SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES The consolidated financial statements of PT PP London Sumatra Indonesia Tbk and subsidiaries were prepared by the Board of Directors and completed on 28 February 2006. Presented below are the significant accounting policies adopted in preparing the consolidated financial statements of PT PP London Sumatra Indonesia Tbk and subsidiaries which are in conformity with accounting principles generally accepted in Indonesia and Circular Letter from the Chairman of the Capital Market Supervisory Board No. SE-02/PM/2002 regarding “Presentation and Disclosure Guidance of the Issuers’ and Public Companies’ Financial Statements”, attachment 13 dated 27 December 2002.

a.

Basis of preparation of the consolidated financial statements The consolidated financial statements have been prepared under the historical cost convention as modified by the revaluation of certain fixed assets which are in accordance with government regulations (refer to Note 2g).



IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) a.

Dasar penyusunan konsolidasian (lanjutan)

laporan

keuangan

SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) a.

Basis of preparation of the consolidated financial statements (continued)

Laporan keuangan konsolidasian juga disusun berdasarkan konsep akrual kecuali untuk laporan arus kas. Laporan arus kas konsolidasian disusu n menggunakan metode langsung dan arus kas dikelompokkan atas dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.

The consolidated financial statements have also been prepared on the basis of the accruals concept except for the statements of cash flows. The consolidated statements of cash flows are prepared based on the direct method by classifying cash flows on the basis of operating, investing and financing activities.

Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dibutuhkan estimasi dan asumsi yang mempengaruhi nilai aktiva dan kewajiban dilaporkan, dan pengungkapan atas aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasian, serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan tindakan saat ini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan jumlah yang diestimasi semula.

The preparation of consolidated financial statements in conformity with accounting principles generally accepted in Indonesia requires the use of estimates and assumptions that affect the reported amounts of assets and liabilities and disclosure of contingent assets and liabilities at the date of the consolidated financial statements and the reported amounts of revenues and expenses during the reporting period. Although these estimates are based on management's best knowledge of current event and actions, actual results ultimately may differ from those estimates.

Seluruh angka dalam laporan keuangan konsolidasian ini, kecuali dinyatakan secara khusus, dibulatkan menjadi dan disajikan dalam jutaan Rupiah yang terdekat.

Figures in the consolidated financial statements are rounded to and stated in millions of Rupiah unless otherwise stated.

b. Prinsip-prinsip konsolidasi

Global Reports LLC

2.

b.

Principles of consolidation

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang berada di dalam dan di luar negeri dimana Perusahaan mempunyai penyertaan saham dengan hak suara lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung.

The consolidated financial statements include the accounts of the Company and domestic and foreign controlled subsidiaries in which the Company directly or indirectly has ownership of more than 50% of voting rights.

Pengaruh dari seluruh transaksi dan saldo antara perusahaan-perusahaan di dalam Grup telah dieliminasi dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian.

The effect of all transactions and balances between companies in the Group has been eliminated in preparing the consolidated financial statements.


IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) b. Prinsip-prinsip konsolidasi (lanjutan)

c.


SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) b.

Kebijakan akuntansi yang dipakai dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian telah ditetapkan secara konsisten oleh anak perusahaan, kecuali dinyatakan secara khusus.

The accounting policies adopted in preparing the consolidated financial statements have been consistently applied by the subsidiaries unless otherwise stated.

Akun-akun anak perusahaan di luar negeri yang merupakan bagian integral dari Perusahaan dijabarkan seolah-olah seluruh operasi di luar negeri tersebut telah dilaksanakan sendiri oleh Perusahaan.

The accounts of foreign subsidiaries that are integral to the Company are translated as if such foreign operations are the Company’s own transactions.

Kas dan setara kas

c.

Kas dan setara kas mencakup kas, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang, setelah dikurangi cerukan. Cerukan disajikan sebagai bagian dari kewajiban lancar dalam neraca konsolidasian. d. Piutang usaha

Persediaan Persediaan diakui pada nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. Harga perolehan produk dalam proses dan produk jadi terdiri dari semua biaya yang terjadi di kebun dan alokasi biaya tak langsung menggunakan luas hektar sebagai dasar alokasi. Harga perolehan bahan penunjang dan suku cadang terdiri dari harga pembelian ditambah dengan biaya angkut dan asuransi. Harga perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan biaya penjualan.

Global Reports LLC

Cash and cash equivalents Cash and cash equivalents includes cash on hand, deposits held at call with banks and other short-term highly liquid investments with original maturities of three months or less, net of bank overdrafts. Bank overdrafts are shown within borrowings in current liabilities on the consolidated balance sheet.

d. Trade receivables

Piutang usaha disajikan sebesar jumlah neto setelah dikurangi dengan penyisihan piutang tidak tertagih, yang diestimasi berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang. Piutang dihapuskan pada saat piutang tersebut dipastikan tidak akan tertagih. e.

Principles of consolidation (continued)

Trade receivables are recorded net of an allowance for doubtful accounts, based on a review of the collectibility of outstanding amounts. Accounts are written-off as bad debts during the period in which they are determined to be not collectible. e.

Inventories Inventories are stated at the lower of cost or net realisable value. Cost of product in process and finished goods comprises all costs incurred at the estates and an allocation of indirect costs using hectares as the basis of allocation. Cost of supporting materials and spare parts comprises purchase cost of such materials and spare parts plus any freight cost and insurance. Cost is determined by the weighted average method. Net realisable value is the estimate of the selling price in the ordinary course of business, less the costs of completion and selling expenses.



IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) e.

Persediaan (lanjutan)

2.

SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) e.

Penyisihan untuk persediaan usang dan lambat bergerak ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan atau penjualan masing-masing jenis persediaan pada masa mendatang. f.

Global Reports LLC

Tanaman perkebunan

Inventories (continued) A provision for obsolete and slow moving inventory is determined on the basis of estimated future usage or sale of individual inventory items.

f.

Plantation assets

Tanaman perkebunan dapat dibedakan menjadi tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.

Plantation assets are classified as immature plantations and mature plantations.

Biaya-biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan alokasi biaya tidak langsung dikapitalisasi ke tanaman belum menghasilkan berdasarkan luas hektar. Biaya-biaya tersebut termasuk kapitalisasi biaya pinjaman dan rugi selisih kurs yang timbul dari pinjaman yang digunakan untuk mendanai tanaman belum menghasilkan selama periode-periode tertentu.

Expenses for nurseries, field preparation, planting, upkeep and cultivating and an allocation of indirect costs are capitalised to immature plantations using hectares as the basis of allocation. These expenses include borrowing costs and foreign exchange losses on borrowings obtained to fund the immature plantations for certain periods.

Tanaman belum menghasilkan dipindahkan ke tanaman menghasilkan pada saat tanaman menghasilkan dan mulai disusutkan sejak saat pemindahan. Tanaman kelapa sawit dianggap dapat menghasilkan bila sudah berumur dua sampai dengan tiga tahun, sedangkan untuk tanaman karet sekitar empat sampai dengan lima tahun. Jangka waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan berdasarkan taksiran manajemen.

Immature plantations are transferred to mature plantations on maturity and depreciated from the date of transfer. Palm oil plantations are considered mature in two to three years after planting, while rubber plantations are considered mature in four to five years after planting. Actual time of maturity is dependent upon vegetative growth and is assessed by management.

Tanaman telah menghasilkan dicatat sebesar perolehan saat reklasifikasi dilakukan disusutkan sesuai dengan metode garis dengan taksiran masa ekonomis selama 20 tahun.

The mature plantations are stated at cost from the date of transfer and depreciated using the straight line method over the expected useful lives of 20 – 25 years.

biaya dan lurus – 25



IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2.

g. Aktiva tetap

SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) g.

Fixed assets

Aktiva tetap diakui sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan, kecuali aktiva tetap tertentu yang telah dinilai kembali, sesuai dengan ketentuan pemerintah, untuk mencerminkan nilai wajar aktiva tersebut.

Fixed assets are stated at cost less accumulated depreciation, except for certain fixed assets that have been remeasured, in accordance with government regulation, to reflect their fair values.

Harga perolehan mencakup semua pengeluaran yang terkait secara langsung dengan perolehan aktiva tetap.

Historical cost includes expenditure that is directly attributable to the acquisition of the items.

Selisih penilaian kembali aktiva tetap dikreditkan ke akun “Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap” yang disajikan pada bagian ekuitas. Pada tahun 1995, selisih penilaian kembali aktiva tetap dikapitalisasi ke modal ditempatkan dan disetor penuh.

The difference resulting from the revaluation of such fixed assets is credited to the “Fixed Assets Revaluation Reserve” account presented in the equity section. In 1995, the fixed assets revaluation reserve was capitalised into issued and fully paid capital.

Penyusutan aktiva tetap selain tanah dihitung dengan menggunakan metode garis lurus untuk mengalokasikan harga perolehan atau nilai setelah penilaian kembali hingga mencapai nilai sisa sepanjang estimasi masa manfaatnya sebagai berikut:

Depreciation on fixed assets other than land are calculated on the straight-line method to allocate their cost or revalued amount to their residual values over their estimated useful lives as follows:

Tahun / Years Bangunan Mesin dan peralatan Kendaraan dan alat-alat berat Mebel dan perlengkapan kantor

Global Reports LLC

20 – 25 10 – 20 5 7 – 10

Buildings Machinery and equipment Motor vehicles and heavy equipment Furniture, fixtures and office equipment

Penyusutan aktiva tetap selain tanah yang diperoleh dari akuisisi Pan Grup (lihat Catatan 3) dihitung dengan menggunakan sisa masa manfaat aktiva tersebut pada tanggal 1 Januari 2005.

Depreciation on fixed assets other than land from Pan Group acquisition (refer to Note 3) are calculated based on the remaining useful life of the assets at 1 January 2005.

Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan.

Land is stated at cost and is not depreciated.


IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) g. Aktiva tetap (lanjutan)

2.

SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) g. Fixed asset (continued)

Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan ke dalam laporan laba rugi konsolidasian selama periode dimana biaya-biaya tersebut terjadi. Biayabiaya renovasi besar dicatat sebagai bagian dari nilai tercatat aktiva yang bersangkutan apabila kemungkinan besar Grup akan mendapatkan manfaat ekonomi masa depan dari aktiva tersebut yang melebihi standar kinerja yang diperkirakan sebelumnya. Renovasi -renovasi besar ini akan disusutkan selama sisa masa manfaat aktiva yang bersangkutan.

Repairs and maintenance are charged to the consolidated income statement during the financial period in which they are incurred. The cost of major renovations is included in the carrying amount of the asset when it is probable that future economic benefits in excess of the originally assessed standard of performance of the existing asset will flow to the Group. Major renovations are depreciated over the remaining useful life of the related asset.

Apabila aktiva tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari laporan keuangan konsolidasian, dan keuntungan dan kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian.

When assets are retired or otherwise disposed of, their carrying values and the related accumulated depreciation are eliminated from the consolidated financial statements, and the resulting gains and losses on the disposal of fixed assets are recognised in the consolidated income statement.

Akumulasi biaya konstruksi bangunan dan pabrik dan pemasangan mesin dikapitalisasi sebagai aktiva dalam penyelesaian.

The accumulated costs of the construction of buildings and plant and the installation of machinery are capitalised as construction in progress.

Biaya tersebut direklasifikasi ke akun aktiva tetap pada saat proses konstruksi atau pemasangan selesai dan aktiva tersebut siap digunakan. Penyusutan mulai dibebankan pada saat yang sama.

These costs are reclassified to fixed asset accounts when the construction or installation is complete and available for use. Depreciation is charged from the same date.

h. Piutang plasma Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan perkebunan plasma yang meliputi pengeluaran yang dibiayai oleh bank dan yang sementara dibiayai sendiri oleh Perusahaan menunggu pendanaan dari Bank.

Global Reports LLC


h.

Plasma receivables Represents costs incurred for plasma plantation development which includes costs for plasma plantations funded by banks and temporary self funding by the Company awaiting bank funding.


IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) h. Piutang plasma (lanjutan)

i.


SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) h.

Piutang plasma juga termasuk pinjaman talangan kredit, pinjaman pupuk serta sarana produksi pertanian lainnya kepada petani. Biaya-biaya ini akan ditagihkan kembali ke petani plasma. Akun ini disajikan dalam jumlah neto setelah dikurangi pembiayaan yang diterima dari bank dan jumlah yang disetujui yang telah diterima dari petani plasma dan penyisihan piutang tak tertagih.

Plasma receivables also include advances to plasma farmers on topping up of loan installments to banks, advances on fertilizers and other agriculture supplies. These costs will be reimbursed by plasma farmers. This account is presented net of funding received from the banks, agreed amounts collected from the plasma farmers and an allowance for doubtful accounts.

Penyisihan piutang tak tertagih dihitung dari kelebihan jumlah biaya pengembangan atas pembiayaan bank dan jumlah yang disetujui petani plasma. Piutang dan penyisihan piutang tak tertagih ini dihapuskan pada saat perkebunan plasma diserah-terimakan ke petani plasma.

An allowance for doubtful accounts is made based on the excess of accumulated development costs over bank funding or amounts agreed by the plasma farmers. The receivables and allowance for doubtful accounts are written off when the related plasma plantations are handed over to plasma farmers.

Kelebihan pembiayaan bank atas jumlah biaya pengembangan diakui sebagai pendapatan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan.

Any excess of bank funding over the accumulated development costs is recognised as income in the current year’s consolidated statement of income.

Biaya tangguhan

i.

Biaya tangguhan terutama terdiri dari biaya pengurusan legal hak atas tanah dan biaya tangguhan lainnya.

Penurunan nilai aktiva Pada tanggal neraca, Grup melakukan penelaahan untuk menentukan apakah taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih rendah dari nilai tercatatnya. Penurunan nilai atau pemulihan penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi konsolidasian pada tahun terjadinya.

Global Reports LLC

Deferred charges Deferred charges represent legal costs associated with the acquisition of landrights and other deferred charges. Legal costs associated with the acquisition of landrights are deferred and amortised using the straight -line method over the legal term of the landrights.

Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang periode hak atas tanah. j.

Plasma receivables (continued)

j.

Impairment of asset value At the balance sheet date, the Group performs a review to determine whether the estimated recoverable amount of any of its assets is lower than the net carrying value and makes a provision for any impairment. Impairment losses and impairment recoveries are recognised in the consolidated statement of income when incurred.


IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) k.

Restrukturisasi hutang


SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) k.

Kerugian bersih atas restrukturisasi hutang setelah pajak penghasilan terkait diakui dalam laporan laba rugi pada terjadinya restrukturisasi dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa, setelah memperhitungkan hutang kontinjen yang timbul dari restrukturisasi. l.

Pendapatan dan beban

Net losses on debts restructured net of income tax are recognised in the current year statement of income and classified as extraordinary items, net of any contingent liabilities arising from the restructuring.

l.

Revenue and expenses

Penjualan bersih adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk setelah dikurangi retur, pajak ekspor dan pajak pertambahan nilai.

Net sales represents revenue earned from the sale of the Company’s products, net of returns, export tax and value added tax.

Pendapatan dari penjualan lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan, sedangkan pendapatan dari penjualan ekspor diakui pada saat barang dikapalkan (FOB Shipping Point).

Revenue from local sales is recognised when goods are delivered to customers, while revenue from export sales is recognised upon shipment of the goods to customers (FOB shipping point).

Beban diakui berdasarkan metode akrual.

Expenses are recognised on an accrual basis.

m. Perpajakan

Global Reports LLC

Debts restructuring

m. Taxation

Pajak penghasilan tangguhan disajikan dengan jumlah penuh, dengan menggunakan metode kewajiban. Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer yang ada antara aktiva dan kewajiban atas dasar pajak dengan nilai tercatat aktiva dan kewajiban dalam laporan keuangan konsolidasian. Tarif pajak yang berlaku atau yang secara substansial telah berlaku digunakan dalam menentukan pajak penghasilan tangguhan.

Deferred income tax is provided in full, using the liability method, on temporary differences arising between the tax bases of assets and liabilities and their carrying amounts in the consolidated financial statements. Currently enacted or substantially enacted tax rates are used in the determination of deferred income tax.

Aktiva pajak tangguhan diakui apabila terdapat kemungkinan besar bahwa jumlah laba fiskal pada masa datang akan memadai untuk mengkompensasi perbedaan temporer yang menimbulkan aktiva pajak tangguhan tersebut.

Deferred tax assets are recognised to the extent that it is probable that future taxable profit will be available against which the temporary differences can be utilised.

Amandemen terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan, atau apabila dilakukan keberatan, ketika hasil keberatan sudah diputuskan.

Amendments to taxation obligations are recorded when an assessment is received or, if appealed against, when the results of the appeal are determined.


IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) n. Imbalan kerja karyawan

o.

Global Reports LLC


SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) n. Employee benefits

Imbalan kerja jangka pendek diakui dengan metode akrual. Imbalan pasca kerja sehubungan dengan pensiun, uang pisah, uang jasa dan hak-hak lainnya diakui sejak jasa diberikan oleh karyawan sampai dengan tanggal neraca dan dihitung sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. Estimasi kewajiban peru sahaan dihitung oleh perusahaan aktuaria independen (PT Watson Wyatt Purbajaga) dengan menggunakan metode “Pr ojected Unit Credit” yang merupakan penerapan atas PSAK No. 24 (Revisi 2004): Imbalan Kerja yang dikeluarkan bulan Agustus 2004.

Short term employee benefits are recognised when they accrue to the employees. Post employment benefits of the Company related to retirement, severance, service payments and other benefits as a result of past services rendered by employees up to the balance sheets date are calculated based on the Labor Law No.13 of 2003. The liability was calculated by an independent actuarial firm (PT Watson Wyatt Purbajaga) using the “Projected Unit Credit” method, which reflects an adoption of PSAK No.24 (Revised 2004): Employee Benefits released in August 2004.

Biaya jasa lalu dan koreksi yang belum diakui, dibebankan pada laporan laba rugi periode bersangkutan, kecuali jika perubahan terhadap imbalan kerja tergantung pada sisa periode jasa karyawan yang telah ditentukan (vesting period). Dalam hal tersebut, biaya jasa lalu diamortisasi berdasarkan metode garis lurus sepanjang periode vesting.

Past service costs and experience adjustments are recognised immediately to the statements of income, unless the changes to the employee benefits are conditional on the employees remaining in service for a specified period of time (the vesting period). In that case, the past service costs are amortised on a straight line basis over the vesting period.

Keuntungan atau kerugian aktuarial timbul ketika jumlah aktual dari aset dan nilai sekarang dari kewajiban manfaat pasti, berbeda dengan jumlah yang diperkirakan.

Actuarial gain or losses arise when the actual amount of assets and present value of defined benefit obligation differ from the expected amounts.

Laba/rugi bersih per saham

o.

Net earnings/loss per share

Laba bersih per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Basic earnings per share is computed by dividing net income with the weighted average number of ordinary shares outstanding during the year.

Laba bersih per saham dilusian dihitung dengan membagi laba bersih dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar ditambah dengan ratarata tertimbang jumlah saham yang akan diterbitkan atas konversi efek yang berpotensi saham yang bersifat dilutif.

Dilutive earnings per share is calculated by dividing net income by the weighted average number of shares outstanding plus the weighted average number of shares outstanding which would be issued on the conversion of the dilutive potential shares.


IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) o.


Laba/rugi bersih per saham (lanjutan)

SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) o.

Efek berpotensi saham biasa bersifat antidilutif jika konversinya menjadi saham biasa akan meningkatkan laba per saham dari operasional yang berkelanjutan atau menurunkan rugi per saham dari operasi normal yang berkelanjutan. Dalam menghitung laba per saham dilusian, efek berpotensi saham biasa yang antidilutif diabaikan. p. Penjabaran mata uang asing

3.

Global Reports LLC

Net earnings/loss per share (continued) Potential ordinary shares are antidillutive if the conversion to shares will increase the earnings per share from continuing normal operation or decrease the loss per share from continuing normal operation. In the computation of diluted earnings per share, the antidillutive potential ordinary shares are disregarded.

p.

Foreign currency translation

Laporan keuangan konsolidasian dijabarkan dalam mata uang Rupiah, yang merupakan mata uang pelaporan perusahaan induk.

The consolidated financial statements are presented in Rupiah, which is the reporting currency of the parent company.

Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs yang berlaku pada tanggal neraca (lihat Catatan 37). Keuntungan dan kerugian dari selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan penjabaran aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing, diakui pada laporan laba rugi konsolidasian.

Transactions denominated in foreign currency are converted into Rupiah at the exchange rate prevailing at the date of the transactions. At the balance sheet date, monetary assets and liabilities in foreign currencies are translated at the exchange rates prevailing at that date (refer to Note 37). Exchange gains and losses arising on transactions in foreign currency and on the translation of foreign currency denominated monetary assets and liabilities are recognised in the consolidated statement of income.

AKUISISI AKTIVA DAN KEWAJIBAN PIHAK- 3. PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DAN PENJUALAN ANAK PERUSAHAAN

ACQUISITION OF RELATED PARTIES ASSETS AND LIABILITIES AND SALE OF A SUBSIDIARY

Akuisisi aktiva dan kewajiban pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Acquisition of related parties’ assets and liabilities

PT Pan London Sumatra Plantation dan anak-anak perusahaan

PT Pan London Sumatra Plantation and its subsidiaries

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB”) Perusahaan yang diadakan pada tanggal 15 Desember 2004 telah menyetujui rencana perusahaan untuk melakukan pembelian seluruh aktiva perkebunan dan aktiva tetap dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa, PT Pan London Sumatra Plantation (pemegang saham) dan anak-anak perusahaannya: PT Gelora Mahapala, PT London Sumatra International, PT Panca Tirta Budi Agung dan PT Multi Raya Ekatama (“Pan Grup”).

The Extraordinary General Meeting of Shareholders (“EGM”) held on 15 December 2004 had approved the company’s plan to acquire all plantation assets and fixed assets of related parties, PT Pan London Sumatra Plantation (the shareholder) and its subsidiaries: PT Gelora Mahapala, PT London Sumatra International, PT Panca Tirta Budi Agung, and PT Multi Raya Ekatama (“Pan Group”).


Global Reports LLC

AKUISISI AKTIVA PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DAN PENJUALAN ANAK PERUSAHAAN (lanjutan)


ACQUISITION OF RELATED PARTIES ASSETS AND SALE OF A SUBSIDIARY (continued)

PT Pan London Sumatra Plantation dan anak-anak perusahaan (lanjutan)

PT Pan London Sumatra Plantation and its subsidiaries (continued)

Berdasarkan Perjanjian Pembelian Asset Bersyarat yang ditandatangani oleh Perusahaan dengan Pan Grup pada tanggal 3 Nopember 2004, Perusahaan telah menyetujui untuk mengambil alih seluruh aktiva tetap Pan Grup yang terdiri dari, aktiva perkebunan seluas total 51.471,73 hektar dan aktiva tetap non perkebunan, dengan harga beli keseluruhan sebesar Rp 520 miliar (Rupiah penuh). Salah satu syarat pelaksanaan utama yang ditentukan di dalam perjanjian tersebut adalah bahwa Akta Jual Beli akan ditandatangani setelah Pan Grup memperoleh persetujuan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional atas pengalihan aktiva perkebunan tersebut dan perusahaan telah melunasi biaya-biaya yang berhubungan dengan transaksi tersebut.

Based on the Conditional Asset Purchase Agreement which was signed by the Company and Pan Group on 3 November 2004, the Company has agreed to acquire all fixed assets of Pan Group, which consist of plantation assets totally measured of 51,471.73 hectares and non plantation fixed assets, with a total purchase price of Rp 520 billion (full Rupiah). One of the main condition stated in the agreement is that the Sale and Purchase Deeds will be signed after Pan Group obtain the approval from the Head of the National Land Affairs Agency on the sale of the plantation assets and the company has paid any relevant costs related to the transaction.

Dalam menentukan kewajaran nilai aktiva yang akan diperoleh dari transaksi tersebut, Perusahaan telah meminta penilai independen PT Bahana Kareza Appraisal untuk menilai seluruh aktiva tersebut. Laporan penilai tertanggal 16 Agustus 2004 menunjukkan nilai wajar aktiva sebesar Rp 552.414.

In assessing the fair value of the acquired assets from the transaction, the Company has appointed an independent appraiser PT Bahana Kareza Appraisal to value all respective assets. Their valuation report dated 16 August 2004 indicated the fair value of the assets of Rp 552,414.

Pembayaran perolehan aktiva sebesar Rp 520 miliar (Rupiah penuh) tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan di bulan Desember 2004 dengan pencairan investasi jangka pendek Perusahaan sebesar Rp 282 miliar (Rupiah penuh) dan penghapusan piutang Perusahaan terhadap Pan Grup sebesar Rp 238 miliar (Rupiah penuh) (lihat Catatan 10). Pada tanggal 31 Desember 2004, Perusahaan mencatat pembayaran tersebut sebagai uang muka menunggu per setujuan dari Badan Pertanahan Nasional.

The payments for the assets acquisition amounted to Rp 520 billion (full Rupiah) were made in December 2004 funded by the redemption of the Company’s short term investments of Rp 282 billion (full Rupiah) and writing off of the Company’s receivables to Pan Group of Rp 238 billion (full Rupiah) (refer to Note 10). As at 31 December 2004, the Company recorded the payments as advance awaiting for the approval from the National Land Affairs Agency.

Dengan ditandatang aninya perjanjian tersebut, Pan Grup telah memberikan hak dan kuasa penuh kepada Perusahaan untuk melakukan tindakan-tindakan operasional, pengelolaan dan pengurusan atas aktiva perkebunan dan aktiva tetap non perkebunan yang diperoleh, termasuk pemupukan, penanaman, pembukaan lahan, pembukuan dan penjualan hasil perkebunan dari aktiva-aktiva tersebut.

With the signing of this agreement and the approval of the Company’s EGM, the seller have provided a full right and authority to the Company to execute the operational, management and development actions on the acquired plantation assets and non plantation fixed assets, including to fertilising, cultivating, land preparation, recording and selling of plantation harvesting.


Global Reports LLC

AKUISISI AKTIVA PIHAK-PIHAK YA NG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DAN PENJUALAN ANAK PERUSAHAAN (lanjutan)



PT Pan London Sumatra Plantation dan anak-anak perusahaan (lanjutan)

PT Pan London Sumatra Plantation and its subsidiaries (continued)

Pada tahun 2005, setelah memperoleh persetujuan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan melunasi biaya-biaya yang berhubungan dengan transaksi di atas, Perusahaan selanjutnya menandatangani Akta Jual Beli atas pengalihan aktiva tersebut dan mengalihnamakan Hak Guna Usaha tanah-tanah tersebut.

In 2005, after obtaining approval from the Head of National Land Affairs Agency, the Company then signed the Sale Purchase Agreements for the acquisition of the assets and transferred the ownership of the HGU certificates.

Dengan telah ditandatanganinya perjanjian jual beli tersebut, maka Perusahaan telah mereklasifikasi aktiva lain-lain ke dalam aktiva perkebunan dan aktiva tetap non perkebunan masing-masing sebesar Rp 242.506 dan Rp 275.122 (lihat Catatan 15).

After the signing of the sales purchase agreement, the C ompany had reclassed from other asset balances to the plantation assets and non plantation fixed asset amounted to Rp 242,506 and Rp 275,122, respectively (refer to Notes 15).

Pada awal tahun 2006, Perusahaan meminta penilai independen PT Indoprofita Konsultama untuk menilai kembali seluruh aktiva yang diperoleh dari transaksi tersebut. Laporan penilai tersebut menunjukan nilai wajar aktiva yang tidak berbeda secara signifikan dengan nilai tercatat aktiva tersebut.

In early 2006, the Company appointed an independent appraiser PT Indoprofita Konsultama to reassess the fair value of the acquired assets from the transaction. The appraiser’s report indicated the fair value of the assets was not significantly different with the carrying value of those assets.

Selanjutnya, berdasarkan perjanjian antara Perusahaan dengan Pan Group pada tanggal 3 Oktober 2005, selain aktiva perkebunan dan aktiva tetap non perkebunan, Perusahaan juga menyetujui untuk mengambil alih aktiva dan kewajiban tertentu yang dimiliki oleh Pan Group pada tanggal 1 Januari 2005 dengan nilai tercatat bersih Rp 26.203, yang terdiri dari aktiva lancar sebesar Rp 54.892, aktiva lain-lain sebesar Rp 3.821, kewajiban lancar sebesar Rp 26.562 dan kewajiban lain-lain sebesar Rp 5.948.

Furthermore, based on the agreement between the Company and Pan Group on 3 October 2005, other than plantation assets and non plantation fixed assets, the Company has also agreed to acquire certain assets and liabilities of Pan Group as at 1 January 2005 with the net carrying value of Rp 26,203, which consisted of current assets of Rp 54,892, other assets of Rp 3,821, current liabilities of Rp 26,562 and other liabilities of Rp 5,948.

Pembayaran atas transaksi tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan pada bulan Desember 2005 dengan pencairan investasi jangka pendek sebesar Rp 28.665. Kerugian sebesar Rp 2.462 telah dibebankan pada laba rugi konsolidasian tahun 2005.

Payment for the transaction was done in December 2005 by redemption of the short term investment of Rp 28,665. The loss of Rp 2,462 was charged to the consolidated statements of income in 2005.


AKUISISI AKTIVA PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DAN PENJUALAN ANAK PERUSAHAAN (lanjutan)


Penjualan anak perusahaan

Sale of a subsidiary

PT Treekreasi Margamulia (“TMM”)

PT Treekreasi Margamulia (“TMM”)

Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Saham tanggal 2 Januari 2004, DRUP telah menjual seluruh kepemilikan sahamnya di TMM kepada PT Sumber Wangi Alam (”SWA”), pihak ketiga, dengan harga jual sebesar Rp 27.000. Kerugian yang timbul sehubungan dengan penjualan saham tersebut sebesar Rp 45.051 telah dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian di tahun 2004.

Based on the Shares Sale and Purchase Agreement dated 2 January 2004, DRUP had sold all its shares in TMM to PT Sumber Wangi Alam (“SWA”), a third party, at the selling price of Rp 27,000. Loss incurred from the sale of the shares amounted to Rp 45,051 has been charged to the consolidated statement of income in 2004.

Pembayaran oleh SWA dilakukan dengan menerbitkan surat hutang sebesar Rp27.000 yang akan dilunasi dalam beberapa angsuran hingga tanggal 31 Juli 2005. Angsuran sebesar Rp 8.000 telah diterima selama tahun 2004, dan saldo sebesar Rp 19.000 telah diakui sebagai piutang lainlain dalam laporan keuangan konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2004.

The payment by SWA was made by issuing promissory notes amounted to Rp 27,000 that would be paid in several installments up to 31 July 2005. Installments of Rp 8,000 were received during 2004, and the balance of Rp 19,000 has been recognised as other receivable in the consolidated financial statement as at 31 December 2004.

Perjanjian tersebut juga secara khusus mengatur kewajiban DRUP untuk melaksanakan pembayaranpembayaran berikut kepada SWA:

The agreement also specifically stipulated DRUP’s obligations of the followings payments to SWA:

-

-

Pendanaan plasma maksimum sebesar Rp 1.000. Pembangunan pabrik kelapa sawit Sri Guna dengan kapasitas 5 ton TBS (Tandan Buah Segar) sebesar USD 114.346,35. Pembayaran sisa hutang TMM ke PT Panin Bank.

-

Pada tanggal 31 Desember 2005, SWA telah melunasi seluruh kewajibannya kepada DRUP. 4.

RESTRUKTURISASI HUTANG Pada tanggal 27 Mei 2004, Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (”RUPSLB”) dengan salah satu agendanya yaitu untuk menyetujui Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan penerbitan Surat Hutang Wajib Konversi dalam rangka penyelesaian restrukturisasi seluruh hutang Perusahaan.

Global Reports LLC


Plasma funding maximum to an amount of Rp 1,000. Construction of Sri Guna palm oil mill with a capacity of 5 tons FFB (Fresh Fruit Bunch) amounted to USD 114,346.35. Repay an outstanding loan balance of TMM to PT Panin Bank.

As at 31 December 2005, SWA had fully settled all outstanding payables to DRUP. 4.

DEBTS RESTRUCTURING On 27 May 2004, the Company held an Extraordinary General Meeting of Shareholders (“EGM”) and one of the agenda was to approve the Increase of Capital without Pre-emptive Rights and issuance of Mandatory Convertible Notes in respect of restructuring settlement of all Company’s debts.



RESTRUKTURISASI HUTANG (lanjutan)

4. DEBTS RESTRUCTURING (continued)

Seperti dijelaskan pada Catatan 16 dan 17, posisi hutang pokok Perusahaan sebelum restrukturisasi adalah sebagai berikut : Jenis hutang / Type of obligation

As disclosed in Note 16 and 17, the Company’s debts before restructuring are as follows : Jumlah/ Amount USD (full amount)

Kreditur/ Creditors

Wesel Bayar/ Notes Payable:

Citibank, N.A., New York Agnitio Finance Ltd. McAlister Investment Inc. Guaranteed Floating Rate Notes

10,000,000 5,000,000 10,000,000 15,000,000

Hutang Bank Sindikasi / Syndicated Bank Loan:

HSBC Investment Asia Ltd.

Kewajiban bersyarat/ Contingent Liabilities:

Citicorp Financial Services Ltd, Hong Kong (CFSL) and Union Bank of Switzerland AG

40,000,000 122,000,000

Jumlah/ Total

248,376,972

Pada tanggal 28 April 2004, Perusahaan dan para kreditur telah menyepakati dan menandatangani perjanjianperjanjian restrukturisasi berikut ini:

On 28 April 2004 the Company and creditors had agreed and signed the following debts restructuring agrements:

1) 2)

1) 2)

3)

Master Restructuring Agreement. Promissory Notes dan Forward Claims Restructuring Agreement. Agreement for the Restructuring of Forward Claims and Notes.

Dengan mengacu kepada perjanjian-perjanjian tersebut, RUPSLB telah menyetujui hal-hal sebagai berikut : -

-

-

Global Reports LLC

86,376,972

Wesel bayar perusahaan sebesar USD 20.000.000 telah dilunasi dan sisanya sebesar USD 20.000.000 dikonversi menjadi saham biasa sebesar USD 10.000.000 dan ke Surat Hutang Wajib Konversi sebesar USD 10.000.000. Hutang bank sindikasi sebesar USD 75.000.000 dibiayai ulang oleh PT Namalatu Cakrawala Securities dan Deutsche Bank AG, sedangkan sisanya sebesar USD 47.000.000 dikonversi menjadi Surat Hutang Wajib Konversi. Kewajiban bersyarat sejumlah USD 38.876.345 dikonversi menjadi saham biasa, sedangkan sisanya sejumlah USD 47.500.627 dikonversi menjadi Surat Hutang Wajib Konversi.

3)

Master Restructuring Agreement. Promissory Notes and Forward Claims Restructuring Agreement. Agreement for the Restructuring of Forward Claims and Notes.

With reference to those agreements, EGM have agreed the followings: -

The notes payable amounted to USD 20,000,000 has been settled and the balance of USD 20,000,000 were converted to common shares amounted to USD 10,000,000 and Mandatory Convertible Notes amounted to USD 10,000,000.

-

The syndicated bank loan amounted to USD 75,000,000 were refinanced by PT Namalatu Cakrawala Securities and Deutsche Bank AG, whilst the remaining balance of USD 47,000,000 was converted to Mandatory Convertible Notes.

-

Contingent liabilities amounted to USD 38,876,345 were converted to common shares, whilst the remaining balance of USD 47,500,627 was converted to Mandatory Convertible Notes.


5.


RESTRUKTURISASI HUTANG (lanjutan)

4. DEBTS RESTRUCTURING (continued)

Dengan selesainya proses restrukturisasi hutang Perusahaan tersebut, seluruh hutang bunga dan denda atas wesel bayar, hutang bank dan kewajiban bersyarat sebesar USD 14.168.669,44 telah dihapuskan dan diakui sebagai keuntungan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2004 (lihat Catatan 34).

With regard to the settlement of the Company’s debts restructuring process, all interest expenses and penalties accruals of the notes payable, bank loans and contingent liabilities, amounted to USD 14,168,669.44 had been written off and recognised as an extraordinary gain in the consolidated statement of income in 2004 (refer to Note 34).

Perusahaan juga telah mengak ui kewajiban bersyarat sebesar USD 86.376.972 yang sebelumnya tidak dicatat dan dibebankan sebagai kerugian di laporan laba rugi konsolidasian tahun 2004 (lihat Catatan 34).

The Company have also recognised the contingent liabilities amounted to USD 86,376,972 that was not recorded previously and charged to the consolidated statement of income in 2004 (refer to Notes 34).

KAS DAN SETARA KAS

5. 2005

Kas

CASH AND CASH EQUIVALENTS 2004

497

1,172

Bank

Global Reports LLC

Cash on hand Cash in banks

Rekening Rupiah - Bank Internasional Indonesia - Bank Mandiri - Bank Negara Indonesia - Bank Niaga - Bank Central Asia - Bank Danamon Indonesia - BPD Sumatera Selatan - Bank Syariah Mandiri - Bank Rakyat Indonesia - Bank Mega

25,661 14,733 2,320 1,994 1,177 1,069 275 41 15 -

14,952 29,731 1,984 82,998 13,707 121 1,243

Rupiah accounts Bank Internasional Indonesia Bank Mandiri Bank Negara Indonesia Bank Niaga Bank Central Asia Bank Danamon Indonesia BPD Sumatera Selatan Bank Syariah Mandiri Bank Rakyat Indonesia Bank Mega -

Rekening Dolar AS - Bank Niaga - Bank Mandiri - Bank Internasional Indonesia - Bank Negara Indonesia - Bank Central Asia

39,069 9,772 6,486 2,684 9

11,243 17,378 28,518 152 -

US Dollars accounts Bank Niaga Bank Mandiri Bank Internasional Indonesia Bank Negara Indonesia Bank Central Asia -

Rekening Euro - ABN Amro

1,086

1,086

Euro account ABN Amro -

Rekening Dolar Singapura - DBS Bank

2,220

2,801

Singapore Dollar account DBS Bank -

108,611

205,914



KAS DAN SETARA KAS (lanjutan)

5. 2005

CASH AND CASH EQUIVALENTS (continued) 2004

Deposito berjangka

Time deposits

Rupiah - Bank Niaga - Bank Mandiri - Bank Syariah Mandiri - Bank Rakyat Indonesia

17,500 4,028 2,000 5,200

4,143 2,403 -

Rupiah Bank Niaga Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri Bank Rakyat Indonesia -

9,456

1,505

US Dollars Bank Mandiri -

38,184

8,051

5,000

-

152,292

215,137

Dolar AS - Bank Mandiri Investasi jangka pendek

Suku bunga deposito berjangka diatas adalah:

The interest rates on the above time deposits are as follows: 2005

Rupiah Dolar AS

6.

2004

5.00%-12.50% 0.65%- 4.50%

5.00% - 6.00% 0.65% - 1.50%

Rupiah US Dollars

Sejak tahun 2004, sebesar 25% dari jumlah yang ada pada rekening bank Perusahaan di Bank BNI telah diikat secara fiducia untuk jaminan pinjaman bank seperti dijelaskan dalam Catatan 17.

Since 2004, the Company has entered into a fiduciary agreement for 25% of the funds in the Company’s account for BNI loan collateral as disclosed in Note 17.

Pada tahun 2005, Perusahaan telah menempatkan dana untuk dikelola oleh PTAnugra Nusantara Asset Management dengan tingkat pengembalian sebesar 11.5% per tahun. Perjanjian pengelolaan ini berlaku efektif sejak tanggal 15 Desember 2005 dan telah diakhiri oleh Perusahaan pada tanggal 16 Pebruari 2006.

In 2005, the Company has placed funds to be managed by PT Anugra Nusantara Asset Management with rate of return of 11.5% per annum . This agreement commenced on 15 December 2005 and has been terminated by the Company on 16 February 2006.

Kas Perusahaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan Rp 4.300 (2004: 4.200).

Cash on hand has been insured with a total coverage of Rp 4,300 (2004: 4,200).

PIUTANG USAHA

6. 2005

Pihak ketiga Rupiah Dolar AS

Global Reports LLC

Short term investment

TRADE RECEIVABLES 2004

12,114 38,093

14,176 37,852

50,207

52,028

Third parties Rupiah US Dollars



PIUTANG USAHA (lanjutan)

6.

Rincian piutang usaha yang lebih dari 5% jumlah piutang usaha adalah sebagai berikut:

TRADE RECEIVABLES (continued) Details of trade receivables which are more than 5% of the total trade receivables are as follows:

2005 Jumlah/ Total

Cargill International Trading RCMA Americas PT Bangun Terena Sriwijaya Josovina Commodities Wilmar Trading Pte Ltd. Alan L Grant

2004

Persentase piutang usaha/ Percentage of trade receivables

Jumlah/ Total

12,946 7,178

25.79% 14.30%

22,367 6,039

42.99% 11.61%

4,705 3,673 3,273 3,097

9.37% 7.32% 6.52% 6.17%

9,164 -

17.61% -

34,872

69.47%

37,570

72.21%

Analisis umur piutang usaha adalah sebagai berikut:

7.

2004

46,124 3,491 592

46,661 4,853 514

50,207

52,028

Current Overdue 30 – 90 days Overdue >90 days

Berdasarkan hasil penelaahan keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun, manajemen berkeyakinan bahwa seluruh piutang tersebut dapat tertagih sehingga penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan nihil.

Based on a review of the status of individual accounts receivable at the end of the year, management believes that all receivables will be fully collectible, therefore, no allowance for doubtful accounts is provided.

Piutang usaha ini telah dijadikan agunan pinjaman bank seperti dijelaskan dalam Catatan 17.

These receivables have been pledged as collateral for bank loans as described in Note 17.

PERSEDIAAN

7. 2005

Barang dalam proses dan barang jadi: Minyak dan biji sawit Karet Kakao Teh Kopi Bibit Kelapa

Global Reports LLC

Cargill International Trading RCMA Americas PT Bangun Terena Sriwijaya Josovina Commodities Wilmar Trading Pte Ltd. Alan L Grant

The aging of trade receivables is as follows:

2005 Lancar Jatuh tempo 30 – 90 hari Jatuh tempo >90 hari

Persentase piutang usaha/ Percentage of trade receivables

INVENTORIES 2004

51,151 31,273 5,092 4,854 831 40 26

29,341 12,909 3,767 3,685 921 2,178 10

93,267

52,811

Production in process and finished goods: Palm oil and palm kernel Rubber Cocoa Tea Coffee Seeds Coconut



PERSEDIAAN (lanjutan)

7. 2005

Bahan baku pembantu dan suku cadang: Pupuk Suku cadang Bahan kimia Bahan bakar Bahan lainnya

2004

14,452 9,651 5,494 4,077 15,985

7,006 7,036 3,139 1,502 9,855

49,659

28,538

Dikurangi: Penyisihan persediaan usang

8.

(431)

(434)

49,228

28,104

142,495

80,915

Supporting materials and spare parts: Fertiliser Spare parts Chemicals Fuel oil Other materials Less: Provision for obsolete stores

Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan untuk bahan penunjang dan suku cadang telah cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian yang timbul dari persediaan usang.

Management believes that the provision for obsolete stores materials and spare parts is sufficient to cover possible losses from obsolete stores.

Semua persediaan telah dijadikan agunan pinjaman bank seperti dijelaskan pada Catatan 17.

All inventories have been pledged as collateral for bank loans as described in Note 17.

Pada tanggal 31 Desember 2005, persediaan perusahaan telah diasuransikan terhadap risiko yang disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, sabotase dan perusakan dengan jumlah pertanggungan sebesar USD 3.733.754 (2004: USD 3.237.560). Manajemen berpendapat bahwa pertanggungan asuransi tersebut telah memadai untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari risikorisiko tersebut.

As of 31 December 2005, the Company’s inventories were insured against the risk of loss due to natural disaster, fire, sabotage and vandalism with a total coverage of USD 3,733,754 (2004: USD 3,237,560). Management believes the insurance coverage has been adequate to cover possible losses arising from such risks.

Persediaan milik anak perusahaan, MAKP, telah diasuransikan dengan jumlah pertanggungan sebesar USD 618.279,57 (2004: Rp 3.600).

Inventories in subsidiary, MAKP, were insured with a total coverage of USD 618,279.57 (2004: Rp 3,600).

PAJAK DIBAYAR DIMUKA

8. 2005

Pajak penghasilan: Pasal 22 Pasal 23 Pasal 25 Pajak pertambahan nilai Pajak lainnya

Global Reports LLC

INVENTORIES(continued)

PREPAID TAXES 2004

37 4,182 1,614 1,523

619 58 2,678 151

7,356

3,506

Income taxes : Article 22 Article 23 Article 25 Value added tax Other taxes



BIAYA DIBAYAR DIMUKA

9. 2005

Asuransi Sewa Lain-lain

2004 293 349 2,377

5,724 933 1,498

3,019

8,155

10. PIUTANG HUBUNGAN ISTIMEWA

Piutang karyawan Penyisihan piutang tak tertagih

2004

12,850 4,489 9,033

11,500 -

7,243

-

33,615

11,500

22,103

13,390

55,718 (33,615)

24,890 (11,500)

22,103

13,390

Mutasi penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut: 2005

Global Reports LLC

Insurance Rental Others

10. AMOUNTS DUE FROM RELATED PARTIES 2005

Piutang antar perusahaan: PT Pan London Sumatra Plantation PT Panca Tirta Budi Agung PT Gelora Mahapala PT London Sumatra International

PREPAID EXPENSES

Intercompany accounts: PT Pan London Sumatra Plantation PT Panca Tirta Budi Agung PT Gelora Mahapala PT London Sumatra International Employee receivables Allowance for doubtful accounts

The movement of allowance for doubtful accounts is as follows: 2004

Saldo awal Penambahan Pemulihan/penghapusan

11,500 26,512 (4,397)

228,594 11,500 (228,594)

Saldo akhir

33,615

11,500

Beginning balance Additions Reversal/write offs Ending balance

Lihat Catatan 39 mengenai informasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Refer to Note 39 for information on related parties.

Piutang antar perusahaan sebagian besar berasal dari biaya pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dibayarkan dahulu oleh Perusahaan dan tidak dikenakan bunga.

The intercompany receivables mainly represent balances arising from payments of expenses made by the Company on behalf of related parties and was not charged interest.

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 5/24 - Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)


10. PIUTANG HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan)

10. AMOUNTS DUE FROM RELATED PARTIES (continued)

Seperti dijelaskan pada Catatan 3, pada bulan Desember 2004, seluruh saldo piutang antar perusahaan dan wesel tagih dari PT Pan London Sumatra Plantation dan anakanak perusahaannya: PT Gelora Mahapala, PT London Sumatra International, PT Panca Tirta Budi Agung dan PT Multi Raya Ekatama (“Pan Grup”) sejumlah Rp 237.634 telah dihapuskan sebagai kompensasi pembelian aktiva tetap Pan Grup oleh Perusahaan, sedangkan saldo penyisihan piutang tak tertagih sebesar Rp 228.594 telah dipulihkan dan diakui sebagai keuntungan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2004. 11. PIUTANG PLASMA

As disclosed in Note 3, in December 2004, all related party receivables and notes receivable from PT Pan London Sumatra Plantation and its subsidiaries: PT Gelora Mahapala, PT London Sumatra International, PT Panca Tirta Budi Agung, and PT Multi Raya Ekatama (“Pan Group”) totally amounted to Rp 237,634 had been written off as a compensation for the acquisition of fixed assets of Pan Group by the Company, whilst the balance of the allowance for doubtful accounts amounted to Rp 228,594 had been reversed and was recognised as income in the consolidated statement of income in 2004.

11. PLASMA RECEIVABLES

Akun ini merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan perkebunan plasma yang termasuk biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan biaya tidak langsung lainnya, yang sementara dibiayai sendiri oleh Grup menunggu pendanaan dari bank atau akan ditagihkan kembali ke petani plasma.

This account represents costs incurred for plasma plantation development including expenditures for nurseries, field preparation, planting, fertilizers, maintenance and other overheads which temporary self funding by the Group awaiting bank funding and reimbursement by plasma farmers.

Rincian akun ini adalah sebagai berikut:

The details of this account are as follows: Jumlah/ Total

Saldo per 1 Januari 2004 Pengurangan karena penjualan anak perusahaan - TMM (lihat Catatan 3) Reklasifikasi piutang plasma Talangan cicilan petani plasma ke Bank - bersih

Global Reports LLC

77,765

2,499

Balance at 1 January 2004 Deduction due to sale of a subsidiary - TMM (refer to Note 3) Reclassification of plasma receivables Plasma advance on installment to Bank - net

Saldo per 31 Desember 2004

45,239

Balance at 31 December 2004

Penambahan dari akuisisi aktiva Pan Grup (lihat Catatan 3) Penambahan biaya pengembangan Penerimaan dari petani plasma - bersih

28,080 643 (4,530)

Additional from Pan Group assets acquisition (refer to Note 3) Additional development costs Collections from plasma farmers - net

Saldo per 31 Desember 2005

69,432


(38,725) 3,700



11. PIUTANG PLASMA (lanjutan) Berdasarkan hasil penelaahan akun piutang plasma pada akhir tahun, manajemen berpendapat bahwa seluruh biaya pengembangan plasma pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 dapat tertagih sehingga penyisihan piutang plasma tak tertagih adalah nihil.

Based on a review of the plasma receivable account at year end, management believes that the entire plasma development costs as at 31 December 2005 and 2004 will be collectible, therefore the provision for uncollectible plasma receivable is nil.

Lahan plasma yang telah dikembangkan Grup pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut :

The plasma areas which have been developed by the Group as at 31 December 2005 and 2004 are as follows:

Tahun 2005 Saldo 1 Januari 2005 Penambahan dari akuisisi aktiva Pan Grup (lihat Catatan 3) Reklasifikasi tanah Pengukuran ulang Serah terima ke petani plasma Saldo 31 Desember 2005 Akumulasi lahan yang telah diserah-terimakan Penambahan dari akuisisi aktiva Pan Grup (lihat Catatan 3) Jumlah lahan plasma yang dikembangkan

Pembiayaan oleh bank/ Funded by banks

Pembiayaan sendiri/ Self funded

Jumlah/ Total

Telah menghasilkan/ Mature

Telah menghasilkan dan dalam penanaman/ Mature and planted

Telah menghasilkan dan dalam penanaman/ Mature and planted

Hektar/ Hectares

Hektar/ Hectares

Hektar/ Hectares

286

254

540

-

220 294 113 (294)

220 294 113 (294)

Year 2005 Balance at 1 January 2005 Additional from Pan Group assets acquisition (refer to Note 3) Field reclassification Field remeasurement Handed over to plasma farmers

286

587

873


30,151

1,156

31,307

1,364

3,246

4,610

30,151

4,402

35,917

31,801

4,989

36,790

Accumulated handed over lands Additional from Pan Group assets acquisition (refer to Note 3) Total developed plasma land

Tahun 2004 Saldo 31 Desember 2003 Penjualan anak perusahaan - TMM (lihat Catatan 3) Serah terima ke petani plasma

397

2,747

3,144

(111)

(1,745) (748)

(1,745) (859)

Year 2004 Balance 31 December 2003 Sale of a subsidiary – TMM (refer to Note 3) Handed over to plasma farmers

Saldo 31 Desember 2004

286

254

540

Balance 31 December 2004

4,066 (3,204)

36,146 (5,133)

Accumulated amount of land handed over Sale of subsidiary

30,151

862

31,013

30,437

1,116

31,553

Akumulasi lahan yang telah diserah-terimakan Penjualan anak perusahaan Jumlah lahan plasma yang dikembangkan

Global Reports LLC

11. PLASMA RECEIVABLES (continued)

32,080 (1,929)

Total developed plasma land

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 5/26 - Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PIUTANG PLASMA (lanjutan)

Global Reports LLC

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated) 11. PLASMA RECEIVABLES (continued)

Perkebunan plasma dengan pembiayaan bank

Plasma plantations funded by banks

Pembiayaan dari bank adalah dalam bentuk pinjaman lunak yang ditandatangani petani plasma yang dikoordinasikan oleh beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) dengan masing-masing bank dimana Grup bertindak sebagai penjamin pengembalian hutang.

Funding from banks are in the form of soft loans signed by plasma farmers coordinated under certain Koperasi Unit Desa (KUD) with the respective banks where the Group acting as the guarantor of the loan repayments.

Sebagai penjamin pengembalian hutang bank, Grup akan memotong 30% dari jumlah penjualan tandan buah segar petani plasma kepada Grup selama 6-7 tahun setelah serah terima dan panen. Jumlah yang dipotong tersebut akan diteruskan oleh Grup ke bank sebagai pelunasan hutang petani plasma tersebut. Selisih kurang antara penyisihan hasil penjualan tersebut dengan pembayaran kembali hutang bank, wajib dibayarkan oleh Grup sebagai penjamin pengembalian hutang (lihat Catatan 40).

As the guarantor of the bank loan repayments, the Group will withhold 30% of fresh fruit bunch sales amounts from plasma smallholders during 6-7 years after handing over and harvesting. The withheld amounts will be passed by the Group to the banks as loan repayments. Any shortfall between the amounts provided from the above sales and amounts to be paid to the banks must be paid by the Group as the guarantor of the loan repayments (refer to Note 40).

Di awal tahun 2004, TMM telah dijual kepada pihak ketiga (lihat Catatan 3), sehingga seluruh piutang plasma TMM sudah dikeluarkan dari akun ini dan seluruh kewajiban Perusahaan atas plasma TMM telah dialihkan kepada pihak ketiga.

In early 2004, TMM has been sold to a third party (refer to Note 3), therefore all TMM’s plasma receivables has been excluded from this account and all Company’s obligations over TMM’s plasma had been transferred to the third party.

Pada tahun 2005 terdapat penambahan perkebunan plasma dari akuisisi Pan Grup seluas 1.364 hektar dimana seluruhnya telah diserah terimakan kepada petani plasma dan telah mendapat pembiayaan penuh dari Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan (BPDSS).

In 2005, there were additional plasma areas from the acquisition of Pan Group of 1,364 hectares, where all had been handed over to farmers and were fully refinanced by Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan (BPDSS).

Pada 31 Desember 2005, Grup telah mengembangkan perkebunan plasma dengan pembiayaan dari bank seluas 31.801 (2004: 30.437) hektar dimana 31.515 (2004: 30.151) hektar telah diserahterimakan kepada petani plasma, dan sisanya seluas 286 (2004: 286) hektar akan diserahterimakan bila kondisi sudah mencapai standar untuk serah terima.

As at 31 December 2005, the Group has developed plasma plantations with bank funding for 31,801 (2004: 30,437) hectares out of which 31,515 (2004: 30,151) hectares have been handed over to plasma smallholders, and the remaining 286 (2004: 286) hectares will be handed over when the field reach the standard condition to be handed over.



11. PIUTANG PLASMA (lanjutan)

11. PLASMA RECEIVABLES (continued)

Perkebunan plasma dengan biaya Grup

Plasma plantations funded by the Group

Pada tanggal 31 Desember 2005, Grup telah mengembangkan perkebunan plasma dengan pembiayaan sendiri seluas 4.989 hektar (2004: 1.116 hektar), dimana seluas 4.402 hektar (2004: 862 hektar) telah diserahterimakan kepada petani plasma. Sisa lahan dalam pengembangan seluas 873 hektar (2004: 540 hektar) akan diserahterimakan pada saat perkebunan plasma tersebut menghasilkan.

As at 31 December 2005, the Group has developed plasma plantations from self funding totalling 4,989 hectares (2004: 1,116 hectares) of which 4,402 hectares (2004: 862 hectares) have been handed over to plasma smallholders. The remaining area still under development totalling 873 hectares (2004: 540 hectares) will be handed over when the plasma plantations are mature.

Pada tanggal 31 Desember 2005, atas perkebunan plasma yang telah dikembangkan seluas 4.989 hektar (2004: 1.116 hektar) dengan total biaya pengembangan bersih sebesar Rp 69.432 (2004: Rp 45.239 ), manajemen berkeyakinan bahwa biaya pengembangan tersebut dapat sepenuhnya dikembalikan melalui perjanjian-perjanjian pengembalian dana dengan petani-petani plasma.

As at 31 December 2005, for the developed plasma plantations of 4,989 hectares (2004: 1,116 hectares) with total net development costs of Rp 69,432 (2004: 45,239), management believes that the development costs will be fully repaid through repayment agreements with the plasma farmers.

12. TANAMAN PERKEBUNAN a.

Tanaman telah menghasilkan 1 Januari/ January 2005

Harga perolehan Kelapa sawit Karet Kakao Teh Kopi Kelapa

Akumulasi penyusutan Kelapa sawit Karet Kakao Teh Kopi Kelapa

Nilai buku

Global Reports LLC

12. PLANTATION ASSETS a. Akuisisi/ Acquisition

Penambahan/ Additions

Mature plantations Pengurangan/ Deductions

31 Desember/ December 2005

419,999 210,970 15,459 4,892 4,113 17

246,548 8,929 -

28,818 1,169 -

(32,404) (1,695) (447) (4,113) (8)

662,961 210,444 23,941 4,892 9

655,450

255,477

29,987

(38,667)

902,247

(149,359) (46,878) (10,061) (911) (1,250) (2)

-

(31,447) (7,638) (1,571) (85) (11) -

15,558 1,300 341 1,261 1

(165,248) (53,216) (11,291) (996) (1)

(208,461)

-

(40,752)

18,461

(230,752)

446,989

671,495

Cost Oil palm Rubber Cocoa Tea Coffee Coconut

Accumulated depreciation Oil palm Rubber Cocoa Tea Coffee Coconut

Net book value



12. TANAMAN PERKEBUNAN (lanjutan) a.

12. PLANTATION ASSETS (continued)

Tanaman telah menghasilkan (lanjutan)

a.

Mature plantations (continued)

Pada tahun 2005, terdapat penambahan tanaman telah menghasilkan sebesar Rp 255.477 yang terdiri dari akuisisi tanah Pan Grup seluas 11.433 hektar dengan nilai sebesar Rp 242.506 (lihat catatan 3, 12b, dan 15) di lokasi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara; dan biaya-biaya yang berhubungan dengan transaksi tersebut sebesar Rp 12.971.

1 Januari/ January 2004

Harga perolehan Kelapa sawit Karet Kakao Teh Kopi Kelapa

Akumulasi penyusutan Kelapa sawit Karet Kakao Teh Kopi Kelapa

Nilai buku

Penjualan anak perusahaan/ Sale of a subsidiary

In 2005, there were additional mature plantation assets amounted to Rp 255,477, which consists of Pan Group land acquisition of 11,433 hectares amounted to Rp 242,506 (refer to Notes 3, 12b and 15) located in South Sumatera, East Kalimantan and North Sulawesi; and expenses related to the transaction amounted to Rp 12,971.

Penambahan/ Additions


409,268 189,768 15,574 4,892 4,005 17

(7,536) -

18,749 22,195 1,233 -

(482) (993) (115) (1,125) -

419,999 210,970 15,459 4,892 4,113 17

623,524

(7,536)

42,177

(2,715)

655,450

(134,524) (39,585) (9,416) (826) (1,222) (2)

1,679 -

(16,980) (8,054) (739) (85) (899) -

466 761 94 871 -

(149,359) (46,878) (10,061) (911) (1,250) (2)

(185,575)

1,679

(26,757)

2,192

(208,461)

437,949

446,989

Seperti dijelaskan pada Catatan 3, DRUP telah menjual seluruh saham TMM kepada pihak ketiga pada tanggal 2 Januari 2004. b. Tanaman belum menghasilkan

Cost Oil palm Rubber Cocoa Tea Coffee Coconut

Accumulated depreciation Oil palm Rubber Cocoa Tea Coffee Coconut

Net book value

As disclosed in Note 3, DRUP has sold all TMM’s shares to a third party on 2 January 2004.

b. 2005

Global Reports LLC

Pengurangan/ Deductions

Immature plantations 2004

Saldo awal Penambahan biaya Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan Pengurangan karena penjualan anak perusahaan

345,664 180,01 3

295,126 93,669

(29,987)

(42,177)

-

(954)

Beginning balance Additional costs Reclassification to mature plantations Deductions due to sale of subsidiary

Saldo akhir

495,690

345,664

Ending balance



12. TANAMAN PERKEBUNAN (lanjutan)


b. Tanaman belum menghasilkan (lanjutan)

b.

Lokasi dan luas tanaman yang telah dikembangkan Grup pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut :

Immature plantations (continued) The locations and areas of plantations which have been developed by the Group as of 31 December 2005 and 2004 are as follows:

31 Desember/December 2005 Tanaman telah menghasilkan/ Mature plantations

Tanaman belum menghasilkan/ Immature plantations

Lahan dalam persiapan/ Land under preparation

Jumlah/Total

Hektar/ Hectares

Hektar/ Hectares

Hektar/Hectares

Hektar/ Hectares

Sumatera Utara Sumatera Selatan Kalimantan Timur Jawa Sulawesi Selatan Sulawesi Utara

35,906 20,947 4,556 1,755 3,885 624

3,666 8,586 15 569 1,030 105

7,158 880 -

39,572 36,691 5,451 2,324 4,915 729

North Sumatera South Sumatera East Kalimatan Java South Sulawesi North Sulawesi

Jumlah

67,673

13,971

8,038

89,682

Total

Pada tanggal 31 Desember 2005, luas tanaman yang telah dikembangkan Grup dari akuisisi Pan Grup terdiri dari 11.433 hektar tanaman telah menghasilkan, 2.019 hektar tanaman belum menghasilkan dan 2.877 hektar lahan dalam persiapan yang terletak di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.

As at 31 December 2005, the areas of plantation which have been developed by the Group from Pan Group acquisition, consisted of 11,433 hectare mature plantation, 2,019 hectare immature plantation and 2,877 hectare land under preparation located in South Sumatera, East Kalimantan and North Sulawesi.

31 Desember/December 2004

Global Reports LLC

Tanaman telah menghasilkan/ Mature plantations

Tanaman belum menghasilkan/ Immature plantations

Lahan dalam persiapan/ Land under preparation

Jumlah/Total

Hektar/ Hectares

Hektar/ Hectares

Hektar/Hectares

Hektar/ Hectares

Sumatera Utara Sumatera Selatan Kaliman tan Timur Jawa Sulawesi Selatan

36,043 14,096 525 2,270 4,003

3,576 3,330 487 907

11,206 1,331 -

39,619 28,632 1,856 2,757 4,910

North Sumatera South Sumatera East Kalimantan Java South Sulawesi

Jumlah

56,937

8,300

12,537

77,774

Total



12. TANAMAN PERKEBUNAN (lanjutan)


b. Tanaman belum menghasilkan (lanjutan)

b.

Perusahaan telah memperoleh Hak Guna Usaha (HGU) untuk seluruh area di Sumatera Utara, Jawa dan Sulawesi Selatan untuk masa 25 tahun hingga tahun 2023, sedangkan untuk area di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur hanya sebagian area telah diperoleh HGU untuk masa 35 tahun hingga tahun 2030-2040.

The Company has obtained legal rights in the form of Operating Use Rights (HGU) for all areas in North Sumatera, Java and South Sulawesi for a period of 25 years until 2023, however for South Sumatera and East Kalimantan areas, HGU’s have only been obtained for parts of the areas for a period of 35 years until 2030-2040.

Perusahaan belum mengasuransikan aktiva tanaman yang telah dan belum menghasilkan.

The Company has not insured the mature and immature plantation assets.

Perhitungan kerugian dari penjualan tanaman perkebunan adalah sebagai berikut:

The calculation of loss on the sale of plantation asset is as follows:

2005 Harga perolehan Kelapa sawit Karet Kakao Kopi Kelapa

2004 Cost Oil palm Rubber Cocoa Coffee Coconut

32,404 1,695 447 4,113 8

482 993 115 1,125 -

38,667

2,715

15,558 1,300 341 1,261 1

466 761 94 871 -

18,461

2,192

Nilai tercatat aktiva tetap tanaman perkebunan yang dijual

20,206

523

Carrying value of plantation assets sold

Penerimaan dari aktiva tetap tanaman perkebunan yang dijual

18,328

-

Proceeds from plantation assets sold

Kerugian penjualan aktiva tetap tanaman perkebunan - bersih

(1,878)

Akumulasi penyusutan Kelapa sawit Karet Kakao Kopi Kelapa

Global Reports LLC

Immature plantations (continued)

(523)

Accumulated depreciation Oil palm Rubber Cocoa Coffee Coconut

L oss on sale of plantation assets - net



13. AKTIVA TETAP

13. FIXED ASSETS 1 Januari/ January 2005

Harga perolehan/ Penilaian kembali Pemilikan langsung Tanah Bangunan Mesin dan peralatan Kendaraan dan alat-alat berat Perabot dan perlengkapan Aktiva dalam proses Aktiva dalam pembangunan Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan Mesin dan peralatan Kendaraan dan alat-alat berat Perabot dan perlengkapan

Nilai buku

Akuisisi/ Acquisition

Penambahan/ Pengurangan/ Additions Disposals

220,000 45,591 3,447

31,127 4,209 5,252

(1,701) (1,689) (209)

2,527 785

346,610 239,683 219,383

84,892 34,813

4,726 1,358

8,053 19,725

(5,726) (124)

-

91,945 55,772

40,116

-

69,4 40

(33)

(3,312)

106,211

656,158

275,122

137,806

(9,482)

-

(49,764) (61,590)

-

(19,304) (13,468)

89 30

-

(68,979) (75,028)

(62,086) (16,339)

-

(10,599) (5, 539)

5,483 13

-

(67,202) (21,865)

(189,779)

-

(48,910)

5,615

-

(233,074)

466,379

1 Januari/ January 2004

Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan Mesin dan peralatan Kendaraan dan alat-alat berat Perabot dan perlengkapan

Nilai buku

1,059,604

826,530

Penjualan anak perusahaan/ Sale of subsidiary

Reklasifikasi/ Reclassification

Accumulated depreciation: Direct acquisitions Buildings Machinery and equipment Vehicles and heavy equipment Furniture and fixtures

Net book value


92,468 117,934 159,218

(19,405) (9,105) (768)

24,121 4,806 7,117

(286) (85)

75,696 44,626

97,184 189,045 210,108

86,246 24,614

(5,276) (691)

10,574 11,091

(7,177) (120)

525 (81)

84,892 34,813

135,014

(1,781)

27,649

-

(120,766)

40,116

615,494

(37,026)

85,358

(7,668)

-

656,158

(44,523) (50,435)

939 139

(6,217) (11,345)

38 51

(1) -

(49,764) (61,590)

(69,827) (13,801)

5,276 478

(4,621) (3,045)

7,028 86

58 (57)

(62,086) (16,339)

(178,586)

6,832

(25,228)

7,203

-

(189,779)

436,908

Cost/Revaluation Direct acquisitions Land Buildings Machinery and equipment Vehicles and heavy equipment Furniture and fixtures Assets in progress Construction in progress

In 2005, there were additional fixed assets from Pan Group acquisition which consisted of land, buildings, equipment and vehicles amounted to Rp 275,122 (refer to Notes 3 and 15).

Penambahan/ Pengurangan/ Additions Disposals

Seperti dijelaskan pada Catatan 3, DRUP telah menjual seluruh saham TMM kepada pihak ketiga pada tanggal 2 Januari 2004.

Global Reports LLC


97,184 189,045 210,108

Pada tahun 2005, terdapat penambahan aktiva tetap dari akuisisi Pan Grup yang terdiri dari tanah, bangunan, peralatan dan kendaraan sebesar Rp 275.122 (lihat catatan 3 dan 15).

Harga perolehan/ Penilaian kembali Pemilikan langsung Tanah Bangunan Mesin dan peralatan Kendaraan dan alat-alat berat Perabot dan perlengkapan Aktiva dalam proses Aktiva dalam pembangunan

Reklasifikasi/ Reclassification

466,379

Cost/Revaluation Direct acquisitions Land Buildings Machinery and equipment Vehicles and heavy equipment Furniture and fixtures Assets in progress Construction in progress Accumulated depreciation: Direct acquisitions Buildings Machinery and equipment Vehicles and heavy equipment Furniture and fixtures

Net book value

As disclosed in Note 3, DRUP has sold all TMM’s shares to a third party on 2 January 2004.



13. AKTIVA TETAP (lanjutan)

13. FIXED ASSETS (continued)

Semua aktiva tetap Perusahaan telah dijadikan agunan untuk pinjaman bank seperti dijelaskan pada Catatan 17.

All fixed assets of the Company have been pledged as collateral for bank loans as disclosed in Notes 17.

Pada tanggal 31 Desember 2005, aktiva tetap Perusahaan telah diasuransikan terhadap risiko kerugian yang disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, kerusuhan, sabotase, pengrusakan dan gangguan lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar USD 244 juta dan Rp 24.150 (2004: USD 196 juta dan Rp 35.184), yang menurut pendapat manajemen telah memadai untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari risikorisiko tersebut.

As of 31 December 2005, the Company’s fixed assets have been covered by insurance against the risk of loss due to natural disaster, fire, riots, sabotage, vandalism and business interuption with total coverage of approximately USD 244 million and Rp 24,150 (2004: USD 196 million and Rp 35,184), which is considered adequate by management to cover possible losses arising from such risks.

Aktiva tetap milik anak perusahaan (MAKP), kecuali tanah telah diasuransikan dengan jumlah pertanggungan sebesar USD 1,95 juta (2004: Rp 20.727).

Fixed assets in subsidiary (MAKP), excluding land were insured with a total coverage of USD 1.95 million (2004: Rp 20,727).

Perhitungan (kerugian) /keuntungan dari penjualan aktiva tetap adalah sebagai berikut:

The calculation of the (loss)/gain on the sale of fixed assets is as follows:

2005 Harga perolehan Tanah Bangunan Mesin dan peralatan Motor kendaraan Perlengkapan kantor Aktiva dalam pembangunan Akumulasi penyusutan Bangunan Mesin dan peralatan Motor kendaraan Perlengkapan kantor Nilai tercatat aktiva tetap yang dijual Penerimaan dari aktiva tetap yang dijual (Kerugian)/keuntungan penjualan aktiva tetap – bersih

2004 286 85 7,177 120 -

9,482

7,668

89 30 5,483 13

38 51 7,028 86

5,615

7,203

3,867

465

1,290

2,122

Carrying value of fixed assets sold Proceeds from fixed assets sold

(2,577)

1,657

(Loss)/gain on sale of fixed assets – net

Beban penyusutan, termasuk penyusutan tanaman perkebunan per 31 Desember 2005 dan 2004, masingmasing sebesar Rp 89,662 dan Rp 51.985 dibebankan seluruhnya ke harga pokok penjualan.

Global Reports LLC

Acquisition costs Land Buildings Plant and machinery Vehicles Furnitures and fixtures Construction in progress

1,701 1,689 209 5,726 124 33

Accumulated depreciation Buildings Plant and machinery Vehicles Furnitures & fixtures

Depreciation expenses, including depreciation of mature plantations as at 31 December 2005 and 2004, amounted to Rp 89,662 and Rp 51,985 were all charged to cost of goods sold.



13. AKTIVA TETAP (lanjutan)

13. FIXED ASSETS (continued)

Aktiva dalam proses

Assets in progress

Pada tanggal 31 Desember 2005, aktiva dalam pembangunan terdiri dari pembangunan beberapa fasilitas pelengkap pabrik dan perumahan di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan yang belum diselesaikan pada tanggal neraca.

As at 31 December 2005, construction in progress mostly represents new construction of several mill supporting facilities and construction of housing facilities in North Sumatera and South Sumatera which have not been completed of the balance sheet date.

2005 Sumatera Utara: Mesin dan peralatan Bangunan

10,720 2,679

2,323 579

13,399

2,902

57,120 35,692

24,449 12,765

92,812

37,214

106,211

40,116

Sumatera Selatan: Mesin dan peralatan Bangunan

14. BIAYA TANGGUHAN HAK ATAS TANAH

South Sumatera: Machinery and equipment Buildings

2004

88,247 13,428 -

74,156 14,649 (558)

Landrights (HGU) Beginning balance Additions Sale of subsidiary

101,675

88,247

Ending balance

16,549 3,967 -

13,438 3,202 (91)

20,516

16,549

81,159

71,698

Izin lokasi Saldo awal Penambahan Pengurangan

35,582 913 -

45,454 4,777 (14,649)

Location permits Beginning balance Additions Deduction

Saldo akhir

36,495

35,582

Ending balance

117,654

107,280

Saldo akhir Akumulasi amortisasi Saldo awal Penambahan Penjualan anak perusahaan Saldo akhir

Global Reports LLC

North Sumatera: Machinery and equipment Buildings

14. DEFERRED CHARGES FOR LANDRIGHTS

2005 Hak guna usaha Saldo awal Penambahan Penjualan anak perusahaan

2004

Accumulated amortisation Beginning balance Additions Sale of subsidiary Ending balance



14. BIAYA TANGGUHAN HAK ATAS TANAH (lanjutan)

14. DEFERRED CHARGES FOR LANDRIGHTS (continued)

Pada tahun 2005, Perusahaan telah memperoleh tambahan Hak Guna Usaha atas tanah di Sumatera Selatan dan Kalimantan, sebagai hasil dari akuisisi aktiva perkebunan Pan Grup.

In 2005, the Company obtained additional landrights (HGU) for land located in South Sumatera and Kalimantan as the result of the Pan Group asset acquisition.

Pada tahun 2004, perusahaan telah memperoleh Hak Guna Usaha atas tanah di lokasi Terawas Indah dan Lubuk Pandan, Sumatera Selatan.

In 2004, the Company already obtained landrights (HGU) for land located in Terawas Indah and Lubuk Pandan, South Sumatera.

15. AKTIVA LAIN -LAIN

15. OTHER ASSETS 2005

Jaminan Biaya tangguhan Uang muka pembelian aktiva tetap Lain-lain

2004 1,207 504 46

837 520,000 2,087

1,757

522,924

Pada tahun 2005, Perusahaan telah mereklasifikasi uang muka pembelian aktiva tetap menjadi aktiva tetap perkebunan dan aktiva tetap (lihat Catatan 3, 12 dan 13). 16. WESEL BAYAR

Global Reports LLC

Guarantee deposits Deferred Cost Advances for assets acquisition Others

In 2005, Company has reclassed advances for asset acquisition to plantation assets and fixed assets (refer to Note 3, 12 and 13).

16. NOTES PAYABLE

Pada tanggal 29 Oktober 1997, Perusahaan menerbitkan wesel bayar sebesar USD 25.000.000 dan menjamin penerbitan wesel bayar sebesar USD 15.000.000 dengan tingkat bunga tetap oleh anak perusahaan, LBV.

On 29 October 1997, the Company issued notes payable of USD 25,000,000 and guaranteed the issuance of USD 15,000,000 fixed rate notes by its subsidiary, LBV.

Seluruh wesel bayar tersebut telah jatuh tempo sejak tahun 1998 dan Grup telah menangguhkan pelunasan wesel bayar dan pembayaran bunga sejak tahun 1998 hingga tahun 2004.

All notes payable have been matured since 1998 and the Group has deferred the payment of the notes payable and interest since 1998 to 2004.

Seperti dijelaskan pada Catatan 4, wesel bayar sejumlah USD 20.000.000 telah dilunasi dengan investasi jangka pendek sejumlah USD 19.500.000 berdasarkan ”Settlement Agreement” tertanggal 7 Mei 2004. Keuntungan atas transaksi ini telah diakui pada laporan laba rugi konsolidasian di tahun 2004 (lihat Catatan 34).

As disclosed in Note 4, the notes payable amounted to USD 20,000,000 have been paid with short-term investment of USD 19,500,000 based on “Settlement Agreement” dated 7 May 2004. Gain incurred on this transaction was recognised in the consolidated statement of income in 2004 (refer to Notes 34).


NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated) 16. NOTES PAYABLE (continued)

16. WESEL BAYAR (lanjutan) Wesel bayar sejumlah USD 10.000.000 telah dikonversi menjadi Surat Hutang Wajib Konversi kepada Deutsche Bank AG, London, sedangkan saldo sejumlah USD 10.000.000 telah dialihkan kepada Fir st Durango International Ltd. untuk dikonversi menjadi saham biasa (lihat Catatan 18 dan 25).

Notes payable amounted to USD 10,000,000 had been converted to Mandatory Convertible Notes to Deutsche Bank AG, London, whilst the balance of USD 10,000,000 was transferred to First Durango International Ltd. to be converted to common shares (refer to Notes 18 and 25).

Seluruh saldo bunga yang timbul telah dihapusbukukan dan diakui sebagai keuntungan dalam laporan keuangan konsolidasian di tahun 2004 (lihat Catatan 34).

All the interest payable balance had been written off and recognised as a gain in the consolidated financial statement in 2004 (refer to Note 34).

17. HUTANG BANK

17. BANK LOANS

Posisi hutang bank Grup pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut:

The balance of the Group’s bank loans as at 31 December 2005 and 2004 is as follows:

a.

a.

Jangka pendek 2005 Pinjaman sindikasi BNI - USD Pinjaman sindikasi BNI - IDR Bank Syariah Mandiri

68,127 24,572 2,689

101,579

95,388 b.

2005

Global Reports LLC

2004

98,300 3,279

b. Jangka panjang

Pinjaman sindikasi BNI - USD Pinjaman sindikasi BNI - IDR Bank Syariah Mandiri

Short term

Syndicated loan BNI - USD Syndicated loan BNI - IDR Bank Syariah Mandiri

Long term 2004

482,099 5,913

408,760 147,428 9,191

488,012

565,379

Syndicated loan BNI - USD Syndicated loan BNI - IDR Bank Syariah Mandiri

Restrukturisasi hutang bank

Bank loans restructuring

Pada tanggal 31 Desember 2003, posisi pinjaman sindikasi Perusahaan yang dikoordinasikan oleh HSBC Investment Asia Ltd., dan Union Bank of Switzerland, Singapura adalah sebesar USD 122.000.000.

As at 31 December 2003, the outstanding balance of Company’s syndicated loan which was coordinated by HSBC Investment Asia L td. and Union Bank of Switzerland, Singapore, was amounted to USD 122,000,000.

Perusahaan telah menangguhkan pelunasan hutang bank dan pembayaran bunga berikut denda sejak tahun 1998 hingga tahun 2004.

The Company has deferred the payment of interest and penalties due since 1998 to 2004.

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 5/36 - Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 17. HUTANG BANK (lanjutan)

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated) 17. BANK LOANS (continued)

Restrukturisasi hutang bank (lanjutan)

Bank loans restructuring (continued)

Seperti dijelaskan pada Catatan 4, berdasarkan hasil RUPSLB tanggal 27 Mei 2004, hasil restrukturisasi atas pinjaman sindikasi sebesar USD 122.000.000 adalah pinjaman sejumlah USD 75.000.000 dialihkan menjadi hutang jangka panjang kepada Deutsche Bank AG, London sebesar USD 41.744.225,04 dan PT Namalatu Cakrawala Securities sebesar USD 33.255.774,96, sedangkan sisa sejumlah USD 47.000.000 dikonversi menjadi Surat Hutang Wajib Konversi kepada Deutsche Bank AG, London dan PT Namalatu Cakrawala Securities (lihat Catatan 18).

As disclosed in Note 4, based on a result of EGM dated 27 May 2004, the result of the restructuring of the syndicated loan of USD 122,000,000 was a transfer to a long- term loan of USD 75,000,000, to Deutsche Bank AG, London of USD 41,744,225.04 and PT Namalatu Cakrawala Securities of USD 33,255,774.96, whilst the balance of USD 47,000,000 was converted into Mandatory Convertible Notes to Deutsche Bank AG, London and PT Namalatu Cakrawala Securities (refer to Note 18).

Seluruh saldo bunga yang timbul telah dihapusbukukan dan diakui sebagai keuntungan dalam laporan keuangan konsolidasian di tahun 2004 (lihat Catatan 34).

All the interest payable balance had been written off and recognised as gain in the consolidated financial statement in 2004 (refer to Note 34).

Pembiayaan ulang hutang bank

Bank loan refinancing

Pada tanggal 30 Juni 2004, Perusahaan menandatangani perjanjian kredit untuk pembiayaan ulang terhadap hutang jangka panjang sebesar USD 75.000.000 tersebut dengan BNI sebagai arranger. Hutang sindikasi BNI terdiri dari beberapa kreditur sebagai berikut:

On 30 June 2004, the Company signed a refinancing loan agreement for the long-term loan of USD 75,000,000 which is arranged by BNI. BNI syndicated loan consists of several creditors as follows:

Bank PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Namalatu Cakrawala Securities PT Bank Niaga Tbk

Jumlah/Amount USD 40,000,000 25,000,000 10,000,000 75,000,000

Global Reports LLC

Sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kredit Sindikasi, Perusahaan dikenakan bunga sebesar 8% per tahun dan akan ditinjau kembali secara berkala. Bunga pinjaman dibayarkan setiap bulan. Pembayaran bunga yang pertama dilakukan pada bulan Juli 2004.

As stated in Syndicated Loan Agreement, the loan bears interest at 8% per annum and will be reviewed regularly. Interest will be paid on monthly basis. The first interest payment was due in July 2004.

Jangka waktu kredit adalah lima tahun dan pembayaran kembali pokok pinjaman dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali sampai dengan 30 Juni 2009 dimana besarnya pembayaran telah ditetapkan oleh BNI pada saat awal perjanjian kredit.

The term of credit is five years and the repayment of loan principal will be due every 6 (six) month until 30 June 2009 in which the repayment amount had been determined by BNI in the initial credit agreement.

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 5/37 - Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 17. HUTANG B ANK (lanjutan)

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in million Rupiah, unless otherwise stated) 17. BANK LOANS (continued)

Pembiayaan ulang hutang bank (lanjutan)

Bank loan refinancing (continued)

Pada bulan Nopember 2004, PT Namalatu Cakrawala Securities telah mengalihkan seluruh hutang Perusahaan kepada Osbert Finance Limited, British Virgin Island, sebesar USD 20.000.000 dan kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebesar USD 5.000.000.

In November 2004, PT Namalatu Cakrawala Securities has then transferred all loans to Osbert Finance Limited, British Virgin Island, of USD 20,000,000 and to PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk of USD 5,000,000.

Pada tanggal 21 Desember 2004, Perusahaan membayar angsuran pertama sebesar USD 5.000.000 sehingga posisi hutang Perusahaan menjadi: Bank

On 21 December 2004, the Company repaid a first installment of USD 5,000,000 resulting in the Company’s loan position:

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Niaga Tbk Osbert Finance Limited PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Jumlah/Amount USD 37,333,333 9,333,333 18,666,667 4,666,667 70,000,000

Global Reports LLC

Pada tanggal 29 Desember 2004, Osbert Finance Ltd, British Virgin Island, mengalihkan seluruh hutang perusahaan kepada PT Bank Central Asia Tbk dan mengkonversi hutang tersebut ke dalam Rupiah yang ekuivalen sebesar Rp 172 miliar.

On 29 December 2004, Osbert Finance Ltd, British Virgin Island, transferred the loan to PT Bank Central Asia Tbk and converted the loan into Rupiah which was equivalent to Rp 172 billion.

Pada tahun 2005, Perusahaan telah membayar angsuran yang jatuh tempo sebesar USD 7.333.333 dan Rp 24.572.000.000 (Rupiah penuh).

In 2005, Company have paid the installment due of USD 7,333,333 and Rp 24,572,000,000 (full Rupiah).

Pada tanggal 28 Desember 2005, PT Bank Central Asia Tbk mengkonversi penyertaannya dalam pinjaman sindikasi BNI ke mata uang Dollar Amerika Serikat yang didasarkan pada kurs yang berlaku pada hari itu. Dengan demikian, seluruh pinjaman sindikasi Perusahaan telah dinyatakan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat.

On 28 December 2005, PT Bank Central Asia Tbk converted its loan portion in the syndicated loan BNI into US Dollars which was based on the exchange rate on that date. Therefore, all of Company’s syndicated loans BNI are now denominated in US Dollars.

Rata-rata bunga bank yang dikenakan terhadap perusahaan adalah sebesar 8% - 9% per tahun untuk pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat, dan sebesar 12.5% - 15.5% per tahun untuk pinjaman dalam mata uang Rupiah.

The interest rate charged by the bank ranged between 8% - 9% per annum for the loan in US Dollar and ranged between 12.5% 15.5% per annum for the loan in Rupiah.

Sesuai dengan Perjanjian Kredit Sindikasi, Perusahaan telah mengikatkan secara fiducia sejumlah 25% dari jumlah yang ada pada rekening Perusahaan di BNI, serta menjaminkan seluruh harta kekayaan Perusahaan yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari.

In accordance with the Syndicated Loan Agreement, the Company has entered into a fiduciary agreement with BNI in respect of a total of 25% of the funds in the Company’s account with BNI, pledged all moveable and unmoveable assets, and existing assets or assets that will be acquired.



17. HUTANG BANK (lanjutan)

17. BANK LOANS (continued)

Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri

Fasilitas hutang dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) diperoleh MAKP untuk jangka waktu lima tahun terhitung dari tanggal 8 Mei 2003 dengan tingkat bunga sebesar 19% per tahun untuk enam bulan pertama. Tingkat bunga akan ditinjau setiap enam bulan dan pembayaran pokok pinjaman dan bunga diangsur setiap bulan. Pinjaman ini dijamin dengan seluruh Hak Guna Bangunan (“HGB”) dan aktiva tetap dari MAKP.

The loan facility with Bank Syariah Mandiri (BSM) was obtained by MAKP for the term of five years commencing from 8 May 2003 with an interest rate of 19% per annum for the first semester. The interest rate will be reviewed every semester. The loan including interest is to be repaid on a monthly basis. The loan is secured by all landrights (“HGB”) and fixed assets owned by MAKP.

18. SURAT HUTANG WAJIB KONVERSI

18. MANDATORY CONVERTIBLE NOTES

Seperti dijelaskan pada Catatan 4, Perusahaan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB”) pada tanggal 27 Mei 2004 dengan salah satu keputusannya yaitu penerbitan Surat Hutang Wajib Konversi sebagai hasil dari restrukturisasi hutang perusahaan.

As disclosed in Note 4, the Company held an Extraordinary General Meeting of Shareholders (“EGM”) on 27 May 2004 and with one of the decision was the issuance of Mandatory Convertible Notes as results of the Company’s debt restructuring.

Nilai Surat Hutang Wajib Konversi yang berasal dari restrukturisasi hutang adalah sebesar USD 104.500.627 yang terdiri dari:

The amount of the Mandatory Convertible Notes resulted from the debts restructuring amounted to USD 104,500,627 which consist of:

Keterangan/ Description

Jumlah/ Amount USD

Pemegang/ Holders

Jangka waktu/ Due date

Suku bunga/ Interest rate

Konversi wesel bayar/ Conversion of notes payable

10,000,000

Deutsche Bank

3 tahun/years

Tidak dikenakan bunga/ Bear no interests

Konversi hutang kewajiban bersyarat/ Conversion of contingent liability

47,500,627

Deutsche Bank

3 tahun/years

Tidak dikenakan bunga/ Bear no interests

Konversi hutang bank sindikasi/ Conversion of syndicated bank loan

47,000,000

Deutsche Bank dan/ and NC Securities

5 tahun/years

1.5% per tahun/annum

104,500,627

Global Reports LLC

Surat Hutang Wajib Konversi tersebut dapat dijual atau dialihkan ke pihak lain tanpa perlu persetujuan dari Perusahaan, dan dapat dikonversi menjadi saham biasa setiap saat sejak tanggal berlaku efektif 27 Mei 2004 hingga jatuh tempo (antara 3 sampai dengan 5 tahun). Hutang ini tidak dijamin oleh harta perusahaan.

The Mandatory Convertible Notes may be sold or transferred to any party without prior written consent of the Company and may be converted to common shares at anytime since the effective date 27 May 2004 until the maturity date (from 3 to 5 years). The notes are not secured by the Company’s asset.

Sesuai keputusan RUPSLB, Surat Hutang Wajib Konversi tersebut dapat dikonversi menjadi saham biasa dengan harga Rp 1.504 (Rupiah penuh) per lembar saham dan dengan nilai tukar Rp 8.619 (Rupiah penuh) untuk setiap 1 USD. Surat Hutang Wajib Konversi tersebut dikenakan bunga 1,5% per tahun yang dibayarkan pada bulan Mei dan Nopember setiap tahunnya.

As stated in the EGM decision, the Mandatory Convertible Notes may be converted to share capitals at value of Rp 1,504 (full Rupiah) per share with an exchange rate of Rp 8,619 (full Rupiah) per 1 USD. The Mandatory Convertible Notes bear interest at 1.5% per annum which are paid in May and November every year.

Pada tahun 2004, Surat Hutang Wajib Konversi sebesar USD 57.500.627 telah dikonversi menjadi saham biasa sebanyak 329.519.500 lembar, sehingga saldo Surat Hutang Wajib Konversi yang tersisa pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebesar USD 47.000.000, yang terdiri dari:

In 2004, the Mandatory Convertible Notes amounted to USD 57,500,627 had been converted to common stocks of 329,519,500 shares therefore, the outstanding Mandatory Convertible Notes as at 31 December 2005 and 2004 were amounted to USD 47,000,000 which consist of:



18. SURAT HUTANG WAJIB KONVERSI (lanjutan)

18. MANDATORY CONVERTIBLE NOTES (continued) 2005

USD (Jumlah penuh)/ (full amount) Barfield Nominees Ltd. Northern Trust Company, London NTGS Lux-Clients Treaty Account

Ekuivalen/ Equivalent IDR

40,317,977.67 5,752,873.46 929,148.87

347,501 49,584 8,008

47,000,000.00

405,093

Barfield Nominees Ltd. Northern Trust Company, London NTGS Lux-Clients Treaty Account

2004 USD (Jumlah penuh)/ (full amount) Barfield Nominees Ltd. Northern Trust Company, London Chase Manhattan Nominees (Australia) Ltd. ING (Luxembourg) SA

40,317,977.67 5,752,873.46

347,501 49,584

414,937.01 514,211.86

3,577 4,431

47,000,000.00

405,093

19. HUTANG USAHA

2005

2004 32,693 -

45,624

32,693

Third parties Rupiah US Dollars

20. SALES ADVANCES 2005

Global Reports LLC

The trade payables arose from purchase of materials and for the services used in relation to the plantations.

43,092 2,532

20. UANG MUKA PENJUALAN PT Permata Hijau Sawit PT Multimas Nabati Asahan PT Musim Mas Cisadane Raya Chemicals PT Pinang Witmas Sejati PT Hamparan Masawit Ba ngun PT Agro Jaya Perdana PT Usaha Inti Padang PT Sinar Alam Permai PT Harapan Sawit Lestari PT Multi Gambut Industri Lain-lain - bersih

Barfield Nominees Ltd. Northern Trust Company, London Chase Manhattan Nominees (Australia) Ltd. ING (Luxembourg) SA

19. TRADE PAYABLES

Hutang usaha berasal dari pembelian material dan jasa yang dipergunakan di perkebunan. Pihak ketiga Rupiah Dolar AS

Ekuivalen/ Equivalent IDR

2004

15,028 5,683 4,270 3,427 824 663 630 569 562 2,074

503 6,504 551 4,162 586 400 2,125

33,730

14,831

PT Permata Hijau Sawit PT Multimas Nabati Asahan PT Musim Mas Cisadane Raya Chemicals PT Pinang Witmas Sejati PT Hamparan Masawit Bangun PT Agro Jaya Perdana PT Usaha Inti Padang PT Sinar Alam Permai PT Harapan Sawit Lestari PT Multi Gambut Industri Others - net



21. HUTANG PAJAK

21. TAXES PAYABLE 2005

Pajak penghasilan Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 29 Pasal 26 Pajak pertambahan nilai Pajak lainnya

Global Reports LLC

2004 8,360 77 1,423 2,864 2,155 203

4,493 35 887 3,525 11,238 8,656 379

15,082

29,213

Income tax Article 21 Article 22 Article 23 Article 29 Article 26 Value added tax Other taxes

Pada tahun 2004, Perusahaan telah menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar pajak pertambahan nilai sebesar Rp 8.817 dan pajak penghasilan pasal 26 sebesar Rp 18.820 atas pembangunan pabrik kelapa sawit yang terletak di lokasi kebun Ekasari, Gunung Bais, Terawas Indah dan Riam Indah, Sumatera Selatan. Total kurang bayar pajak yang telah dibayarkan adalah sebesar Rp 1.225 untuk pajak pertambahan nilai dan sebesar Rp 7.659 untuk pajak penghasilan pasal 26 sedangkan sisanya sebesar Rp 7.592 untuk pajak pertambahan nilai dan sebesar Rp 11.161 untuk pajak penghasilan pasal 26 pada tanggal 31 Desember 2004 masih belum dibayarkan dan telah dicatat dalam hutang pajak Perusahaan.

In 2004, the Company received tax assessment for underpayments of value added tax amounted to Rp 8,817 and income tax article 26 amounted to Rp 18,820 due to palm oil mill construction in Eka Sari, Gunung Bais, Terawas Indah and Riam Indah estate, South Sumatera. Total tax underpayments that were paid amounted to Rp 1,225 for value added tax and amounted to Rp 7,659 for income tax article 26, the remaining amounted to Rp 7,592 for value added tax and Rp 11,161 for income tax article 26 as at 31 December 2004 have not been paid and had been recorded in Company’s tax payable.

Perusahaan telah mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak (“DJP”) atas Surat Ketetapan Pajak tersebut, dan pada bulan Maret 2005, Perusahaan memperoleh keputusan bahwa DJP dapat menerima sebagian keberatan yang diajukan. DJP merevisi ketetapannya untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan pasal 26 masing-masing menjadi sebesar Rp 2.483 dan Rp 5.401, sehingga Perusahaan mengalami kekurangan pembayaran pajak pertambahan nilai sebesar Rp 1.258 dan memiliki kelebihan pembayaran pajak pasal 26 sebesar Rp 2.258.

The Company had submitted objection letters to the Directorate General of Tax (DJP) to those assessments, and in March 2005, the Company received objection decision letters from the DJP that accept the objection raised by the Company and revised the amount of the tax assessment for value added tax and tax payable article 26 into Rp 2,483 and Rp 5,401 respectively, therefore, the C ompany still had tax underpayments of the value added tax of Rp 1,258 and overpayment of income tax article 26 of Rp 2,258.

Kekurangan atas pembayaran pajak pertambahan nilai telah dilunasi oleh Perusahaan pada tahun 2005.

The tax underpayment for the value added tax had been paid by the Company in 2005.

Selama tahun 2005, Perusahaan menerima beberapa Surat Tagihan Pajak atas keterlambatan pembayaran Surat Ketetapan Pajak penghasilan pasal 26 dengan jumlah Rp 4,326 yang kemudian dikompensasikan dengan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 26 dan pembayaran tunai masing-masing sebesar Rp 2.258 dan Rp 317.

During 2005, the Company received several tax collection letters due to late payment of income tax assessment article 26 with total amount of Rp 4,326 which was then compensated with the overpayment of income tax assessment article 26 and a payment of Rp 2,258 and Rp 317 respectively.



21. HUTANG PAJAK (lanjutan)

21. TAXES PAYABLE (continued)

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2005, Perusahaan masih memiliki hutang pajak atas denda-denda bunga pajak penghasilan pasal 26 sebesar Rp 1,751.

As at 31 December 2005, the Company still has outstanding balance of these tax penalties due to late payment of income tax assessment article 26 of Rp 1,751.

Pada tanggal 21 Oktober 2005, Perusahaan telah menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) untuk pajak penghasilan pasal 23 sebesar Rp 3.472 atas jasa angkutan minyak/inti sawit dan jasa penyediaan tenaga kerja. Perusahaan telah membayar SKPKB tersebut di bulan Januari 2006 sebesar Rp 1.481. Perusahaan telah mengajukan keberatan atas surat ketetapan dan peninjauan kembali atas Surat Tagihan Pajak, karena manajemen berkeyakinan bahwa ketetapan tersebut tidak mempunyai dasar yang memadai. Hasil dari keberatan tersebut belum diputuskan hingga tanggal laporan audit ini.

On 21 October 2005, the Company received tax underpayment assessment of income tax article 23 of Rp 3,472 related to transportation expenses of palm oil/palm kernel and labors employment services. The Company have paid this tax assessment in January 2006 of Rp 1,481. The Company had submitted objection letters for the tax assessments and request for reconsideration for the tax collection letter as management believe that the assessments have no sound basis. The results of the objection have not been determined until the date of our audit report.

22. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR

22. ACCRUED EXPENSES

2005 Bonus dan tunjangan Kontrol pembayaran plasma Jasa profesional Denda reboisasi Bunga Pajak ekspor dan biaya ekspor Lain-lain

Global Reports LLC

2004

67,874 87,330 840 578 2,947 2,884

113,834 68,022 33,890 12,778 3,820 2,403 6,353

162,453

241,100

Bonuses and benefits Plasma payment control Professional fees Reforestation penalties Interest Export tax and export expenses Others

Pada tahun 2004, manajemen memutuskan untuk membuat penyisihan bonus dan tunjangan termasuk kompensasi bonus manajemen sehubungan dengan penyelesaian restrukturisasi hutang perusahaan sebesar Rp 43.063 yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian di tahun 2004.

In 2004, management decided to provide for provision for bonuses and benefit including management compensation bonus in relation to the settlement of debts restructuring amounted to Rp 43,063 charged to the consolidated statements of income in 2004.

Pada tahun 2005, manajemen telah membatalkan penyisihan atas kompensasi bonus tersebut untuk memperbaiki modal kerja Grup. Keputusan ini telah disetujui oleh Dewan Direksi pada tanggal 28 Pebruari 2006.

In 2005, management have cancelled the provision for the management compensation bonus to improve Group’s working capital. The decision has been rectified by the Board of Director dated 28 February 2006.



22. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR (lanjutan) Kontrol pembayaran plasma merupakan saldo dana dari pemotongan 30% jumlah penjualan tandan buah segar petani plasma yang akan dibayarkan ke bank sebagai pelunasan hutang petani plasma.

Plasma payment control represents fund balance as a result of 30% withholding of fresh fruit bunch sold by plasma farmers which will be repaid to the bank as loan installments of the plasma farmers.

Termasuk dalam jasa profesional di tahun 2004 adalah biaya yang masih harus dibayar sebesar USD 3.600.000 sehubungan dengan restrukturisasi hutang Perusahaan yang diselesaikan di tahun 2004.

Included in professional fees in 2004 are accrued expenses amounted to USD 3,600,000 in relation to the completion of the Company’s debts restructuring process in 2004.

Pajak ekspor dan biaya ekspor terdiri dari beban pajak ekspor dan beban keterlambatan pembayaran pajak ekspor dan biaya ekspor.

Export tax and export expenses consist of export tax expenses and penalties on late payments of export tax and export expenses.

23. KEWAJIBAN LAIN-LAIN

23. OTHER CURRENT LIABILITIES 2005

Pihak ketiga Pihak yang mempunyai hubungan istimewa: PT Pan London Sumatra Plantation PT Pancatirta Budiagung

2004

20,560

23,890

Third parties

-

4,396 8,388

Related parties: PT Pan London Sumatra Plantation PT Pancatirta Budiagung

-

12,784

Lihat Catatan 39 untuk hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 24. KEWAJIBAN MANFAAT PENSIUN

Global Reports LLC

22. ACCRUED EXPENSES (continued)

Refer to Note 39 for related parties’s payables.

24. PROVISION FOR RETIREMENT BENEFITS

Perusahaan telah menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti tanpa iuran untuk seluruh karyawan tetap dan buruh perkebunannya, dimana manfaat pensiun dihitung berdasarkan penghasilan dasar pensiun terakhir dan masa kerja karyawan, termasuk kompensasi karyawan sehubungan dengan Undang-Undang mengenai Ketenagakerjaan No. 13/2003.

The Company has established non contributory defined benefit retirement plan covering all its employees and plantation workers. This plan provides pension benefits based on years of service and pensionable salaries of the employees and workers, including employee compensation in relation to Labor Law No. 13/2003.

Pendanaan Program Pensiun berasal dari kontribusi pemberi kerja (unfunded pension scheme) dan disisihkan dalam akun kewajiban manfaat pensiun. Penilaian aktuaria atas kewajiban manfaat pensiun untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005 dan 2004 dilakukan oleh aktuaris independen, PT Watson Wyatt Purbajaga, dengan menggunakan metode “Projected Unit Credit”.

The retirement plan is funded by contributions from the employer (unfunded pension scheme) and recorded as provision for retirement benefits. The actuarial calculation for provision for retirements benefit for the year ended 31 December 2005 and 2004 were calculated by a independent qualified actuary, PT Watson Wyatt Purbajaga, using the “Projected Unit Credit” method.



24. KEWAJIBAN MANFAAT PENSIUN (lanjutan) Asumsi aktuarial berikut ini digunakan menentukan nilai tunai dari manfaat pensiun:

untuk

The following principal actuarial assumptions were used to measure the present value of the promised retirement benefit:

Asumsi ekonomi: a. Tingkat diskonto: 12% pertahun (2004: 10.5%). b. Tingkat kenaikan penghasilan dasar: 10% per tahun (2004: 6% untuk tahun 2005 dan 8%, per tahun sejak tahun 2006).

Economic assumptions: a. Discount rate: 12% per annum (2004: 10.5%). b. Salary growth rate: 10% per annum (2004: 6% for year 2005 and 8% p.a. for year 2006 onwards).

Asumsi lainnya: a. Usia pensiun normal: 55 b. Usia pensiun dipercepat: 45 c. Tingkat mortalita: Tabel Mortalisasi US1980 (CSO 1980). d. Tingkat pengunduran diri karyawan: 10% pada umur 25 tahun, menurun secara linear menjadi 2% pada umur 45 tahun dan menurun secara tetap sebesar 2 % pada umur 45 – 54 tahun. e. Tingkat cac at: 10% dari CSO 1980

Other assumptions: a. Normal retirement age: 55 b. Early retirement age: 45 c. Mortality rate: US 1980 Commissioners’ Standard Ordinary Table (CSO 1980) d. Employee turn over rate: 10% at age 25, decreasing linearly to 2% at age 45 and decreasing 2% p.a. flat at age 45 – 54.

Biaya pensiun yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 sebagai berikut: 2005

e.

Disability rate: 10% of CSO 1980

Pension costs charged to the consolidated statements of income for the years ended 31 December 2005 and 2004 are as follows: 2004

Biaya jasa kini Amortisasi biaya jasa lalu Rugi aktuarial bersih Biaya bunga pensiun

12,533 936 3,777 17,524

11,867 936 3,461 15,417

Current service cost Amortisation of past service costs Net actuarial loss Interest on pension cost

Jumlah

34,770

31,681

Total

Saldo biaya jasa masa lalu yang belum diamortisasi pada tanggal 31 Desember 2005 adalah Rp 3.557 (2004: Rp 4.493).

The balance of unamortised past service costs as at 31 December 2005 was Rp 3,557 (2004: Rp 4,493).

Kewajiban manfaat pensiun terdiri dari:

The provision for retirement benefits comprises: 2005

Saldo awal Beban pensiun tahun berjalan Pensiun yang dibayar selama tahun berjalan Dikurangi: Kewajiban manfaat pensiun yang jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban manfaat pensiun jangka panjang

Global Reports LLC

24. PROVISION FOR RETIREMENT BENEFITS (continued)

2004

96,211

80,448

Beginning balance Pension expense for current year Pension paid during the year

34,770

31,681

(15,823)

(15,918)

115,158

96,211

22,748

13,818

Current pension maturities

92,410

82,393

Long term liability for retirement benefits

Less:



25. MODAL SAHAM

25. SHARE CAPITAL

Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut:

Pemegang saham

CS Singapore TR AC Clients PT Pan London Sumatra Plantation The Northern Trust Company S/A Northern Masyarakat (kepemilikan dibawah 5%)

Pemegang saham

CS Singapore TR AC Clients PT Pan London Sumatra Plantation Barings (Guernsey) Limited Masyarakat (kepemilikan dibawah 5%)

Global Reports LLC

Jumlah saham/ Number of shares

The composition of the Company’s shareholders as at 31 December 2005 and 2004 is as follows: 2005

% Kepemilikan/ Ownership

Nilai/ Value

Shareholders

552,171,000 229,339,027

50.42 20.94

276,086 114, 670

60,895,000

5.56

30,447

CS Singapore TR AC Clients PT Pan London Sumatra Plantation The Northern Trust Company S/A Northern

252,824,266

23.08

126,412

Public (less than 5% interest)

1,095,229,293

100.00

547,615

Jumlah saham/ Number of shares

2004

% Kepemilikan/ Ownership

Nilai/ Value

Shareholders

549,646,500 229,339,027 60,895,000

50.19 20.94 5.56

274,823 114,670 30,447

CS Singapore TR AC Clients PT Pan London Sumatra Plantation Barings (Guernsey) Limited

255,348,766

23.31

127,675

Public (less than 5%)

1,095,229,293

100.00

547,615

Saham dari First Durango Int’l Ltd. (“FDI”) merupakan hasil dari konversi hutang sebesar USD 48.876.345,41 menjadi 280.096.500 saham berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 27 Mei 2004 (lihat Catatan 4). FDI juga telah mengkonversikan Surat Hutang Wajib Konversi sebesar USD 46.874.511,04 menjadi 268.624.500 saham pada tanggal 4 Juni 2004 (lihat Catatan 18). Pada bulan Desember 2004, seluruh saham FDI sejumlah 548.721.000 telah dialihkan kepada CS Singapore TR AC Clients.

The shares of First Durango Int’l Ltd. (“FDI”) are the result of the debts conversion amounted to USD 48,876,345.41 into 280,096,500 shares based on Extraordinary General Meeting of Shareholders dated 27 May 2004 (refer to Note 4). FDI had also converted Mandatory Convertible Notes amounted to USD 46,874,511.04 into 268,624,500 shares on 4 June 2004 (refer to Note 18). In December 2004, all FDI shares of 548,721,000 were transferred to CS Singapore TR AC Clients.

Pada tanggal 4 Agustus 2004, Barfield Nominees Limited (“BNL”) mengkonversikan Surat Hutang Wajib Konversi sebesar USD 10.626.115,96 menjadi 60.895.000 lembar saham (lihat Catatan 18), selanjutnya BNL telah mengalihkan seluruh sahamnya kepada Barings (Guernsey) Limited di tahun 2004.

On 4 August 2004, Barfield Nominees Limited (“BNL”) had converted Mandatory Convertible Notes amounted to USD 10,626,115.96 into 60,895,000 shares (see Note 18). Subsequently, BNL transferred all the shares to Barings (Guernsey) Limited in year 2004.

Pelaksanaan konversi hutang menjadi saham baru dilakukan mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah No. 15/1999 tentang bentuk-bentuk Tagihan Tertentu yang dapat dikompensasikan sebagai setoran saham.

The implementation of debt to equity conversion was carried out in accordance with the Government Regulation No. 15/1999 on Certain Claims that may be converted into paid up capital.

Sedangkan penerbitan saham baru dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan Peraturan No. IX.D.4 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-44/PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (lihat Catatan 4 dan 18).

While the issuance of the new shares was carried out in compliance with the Decision of Chairman of Bapepam No. 44/PM/1998 regarding Regulation No. IX.D.4 dated 14 August 1998 regarding the Increase of Capital without Pre-emptive Rights (refer to Notes 4 and 18).



26. TAMBAHAN MODAL DISETOR

26. ADDITIONAL PAID-IN CAPITAL

Terdiri dari:

Consists of: 2005

Selisih kurs valuta asing dari modal ditempatkan dan disetor Agio saham Perusahaan pada penawaran umum perdana Jumlah yang diterima untuk pengeluaran 38.800.000 saham Jumlah yang dikonversi sebagai modal ditempatkan dan disetor Biaya emisi saham Pembagian saham bonus pada tahun 1997 Penerbitan saham baru atas konversi hutang ke saham – (280.096.500 saham)

Global Reports LLC

2004 1,549

Foreign exchange difference from the subscribed and paid-up capital

180,420

180,420

Premium on shares issued at Initial Public Offering Total received from the issue of 38,800,000 shares

(19,400) (15,339)

(19,400) (15,339)

Amount converted to paid-up capital Share issuance costs

145,681

145,681

(141,637)

(141,637)

Distribution of bonus shares in 1997

281,217

Issuance of new shares in relation to debt to equity conversion (280,096,500 shares)

1,549

281,217

Penerbitan saham baru atas Surat Hutang W ajib Konversi – (329.519.500 saham)

330,838

330,838

Issuance of new shares in relation to Mandatory Convertible Note Conversion - (329,519,500 shares)

Saldo agio saham Saldo tambahan modal disetor

616,099 617,648

616,099 617,648

Balance of premium on shares issued Balance of additional paid-in capital

Selisih kurs atas modal disetor

Foreign exchange difference on paid-in capital

Selisih kurs berasal dari selisih kurs valuta asing yang timbul dari modal dasar yang ditempatkan dan disetor ketika Perusahaan kembali ke Indonesia pada tahun 1968.

Foreign exchange incurred from difference on the subscribed and paid-up capital arose when the Company returned to Indonesia in 1968.

Agio saham

Share premium

Agio saham merupakan agio yang diperoleh dari 38.800.000 saham yang dikeluarkan pada penawaran perdana pada tanggal 5 Juli 1996.

Share premium represents the premium obtained on 38,800,000 shares issued in an Initial Public Offering on 5 July 1996.

Biaya emisi saham

Share issuance costs

Biaya emisi saham berasal dari penawaran perdana yang dilakukan pada tanggal 5 Juli 1996.

Share issuance costs incurred from the Initial Public Offering on 5 July 1996.

Saham bonus

Bonus shares

Saham bonus merupakan pembagian saham bonus pada tanggal 16 Juni 1997 sebanyak 283.274.421 saham.

Bonus shares represent a distribution of 283,274,421 bonus shares on 16 June 1997.

Penerbitan saham baru

Issuance of New shares

Penerbitan saham baru merupakan konversi hutang menjadi saham baru sebanyak 280.096.500 lembar saham berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tertanggal 27 Mei 2004 (lihat Catatan 4) dan konversi Surat Hutang Wajib Konversi menjadi saham baru sebanyak 329.519.500 lembar saham (lihat Catatan 18).

Issuance of new shares represents debt to equity conversion of 280,096,500 shares based on Extraordinary General Meeting of Shareholders dated 27 May 2004 (refer to Note 4) and the conversion of Mandatory Convertible Notes to common shares of 329,519,500 shares (refer to Note 18).



27. PENJUALAN BERSIH

27. NET SALES 2005

Ekspor Lokal Pajak ekspor

2004

732,533 1,106,032 (5,705) 1,832,860

Rincian pelanggan dengan nilai jual bersih melebihi 10% pendapatan Perusahaan adalah sebagai berikut:

666,047 992,820 (4,573) 1,654,294

Details of customers comprising more than 10% of the Company’s net sales:

2005 Jumlah/ Total Musim Mas Cargill International Trading

2004

Persentase total penjualan/ Percentage of total sales

217,323

13.14%

209,563

11.42%

201,077

12.15%

402,546

21.94%

418,400

25.29%

Global Reports LLC

Musim Mas Cargill International Trading

28. COST OF GOODS SOLD 2004

145,528 169,891 400,726 450,616 85,568 89,662

130,440 135,435 405,520 318,603 66,480 51,985

1,341,991

1,108,463

8,997 (1,694)

Beban pokok produksi

1,349,294

Persediaan produk jadi Pada awal tahun Pemakaian sendiri Pada akhir tahun

43,814 (710) (91,573)

Beban pokok penjualan

Jumlah/ Total

10.5 2%

2005

Persediaan produk dalam proses Pada awal tahun Pada akhir tahun

Persentase total penjualan/ Percentage of total sales

192,983

28. BEBAN POKOK PENJUALAN

Biaya pemupukan dan pemeliharaan Biaya panen Biaya pembelian buah Alokasi biaya tak langsung Biaya pabrikasi Biaya penyusutan

Export Local Export tax

1,300,825

10,326 (8,997) 1,109,792 55,273 (1,510) (43,814) 1,119,741

Upkeep and cultivation costs Harvesting costs Crop purchases Allocation of indirect costs Manufacturing costs Depreciation expense

Work in process At the beginning of year At the end of year Cost of goods manufactured Finished goods At the beginning of year Internal consumption At the end of year Cost of goods sold



29. BEBAN USAHA

29. OPERATING EXPENSES 2005

Beban penjualan Beban pemasaran dan komisi penjualan Komisi perantara Lain-lain

Beban umum dan administrasi Beban profesional Remunerasi Amortisasi Beban administrasi Beban bank Beban retribusi Lain-lain

2004

11,420 17,233

11,645 215 4,649

28,653

16,509

37,430 11,366 3,967 3,087 1,227 1,324 1,133

18,002 1,920 3,202 32,790 1,088 1,826

59,534

58,828

Beban administrasi termasuk beban yang timbul sehubungan dengan pengurusan, pemetaan, perijinan lahan perkebunan, serta keamanan operasional dalam areal perkebunan, dan beban lain-lain. 30. PENDAPATAN BUNGA

Jasa giro Deposito berjangka Investasi

Administration costs include expenses in relation to plantation land management, mapping of plantation areas, licenses of plantation also operational security costs inside the plantation areas and other expenses.

2004 1,651 1,465 1,131

2,059 472 776

4,247

3,307

31. BEBAN BUNGA DAN KEUANGAN

Current accounts Time deposits Investment

31. INTEREST AND FINANCE CHARGES 2005

Global Reports LLC

General expenses and administration Professional fees Remuneration Amortization Administration costs Bank loan fee Retribution fee Others

30. INTEREST INCOME 2005

Beban bank Beban bunga pinjaman Beban lain-lain pinjaman bank Beban bunga plasma

Selling expenses Marketing expenses and selling commissions Brokerage commissions Others

2004

1,622 70,469 -

639 37,909 38,161 4,000

72,091

80,709

Bank charges Interest on bank loan Other bank loan charges Plasma interest



32. LAIN-LAIN – BERSIH

32. OTHERS – NET 2005

Beban restrukturisasi Beban penalti Penjualan bibit pokok sawit dan gula merah Keuntungan dari pemulihan akrual denda pajak tahun lalu Denda reboisasi Implementasi software Penghapu san aktiva lain-lain Beban plasma Lain-lain

2004

19,062 2,533

43,169 39,499

(10,047)

(2,172)

(6,334) (9,139)

12,778 7,506 6,076 1,471 500

(3,925)

108,827

33. (MANFAAT)/BEBAN PAJAK PENGHASILAN 2005 Kini Tangguhan

33. INCOME TAX (BENEFIT)/EXPENSE 2004

5,408 12,810

(12,706)

18,218

(12,706)

Rekonsiliasi antara taksiran pajak penghasilan yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku dari laba/(rugi) akuntansi sebelum pajak penghasilan, dengan taksiran pajak penghasilan seperti yang tercantum dalam laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut: 2005

Current Deferred

The reconciliation between estimated income tax expense by using the effective tax rate on the Company’s statement of income before income tax and estimated theoretical tax on the statement of income for the years ended 31 December 2005 and 2004 is as follows:

2004

Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan:

Profit/(loss) before income tax:

Laba konsolidasian Rugi dari pos luar biasa (Laba)/rugi anak perusahaan

373,942 (3,647)

357,630 (617,534) 30,826

Consolidated income Loss from extraordinary item (Profit)/loss of subsidiaries

Laba/(rugi) Perusahaan

370,295

(229,078)

The Company’s profit/(loss)

Pajak dihitung pada tarif pajak progresif

111,071

(68,723)

Tax calculated at progressive rates

(829) 760

(908) 11,850

Income subject to final tax Tax penalties

4,470 (4,723)

21,844 -

Non deductible expenses Other income

(92,531)

23,231

Utilisation of previously unrecorded tax losses and other timing difference

(92,853)

56,017

18,218

(12,706)

Penghasilan kena pajak final Denda pajak Beban yang tidak dapat dikurangkan Penghasilan lain-lain Penggunaan kerugian pajak dan perbedaan waktu lain yang sebelumnya tidak dicatat Beban/(manfaat) pajak penghasilan

Global Reports LLC

Debt restructuring Penalties Sale of oil palm seedlings and red sugar Gain on reversing of last year fine tax accrual Reforestation penalties Implementation of software Disposal of other assets Plasma expenses Others

Income tax expense/(benefit)



33. (MANFAAT)/BEBAN PAJAK PENGHASILAN (lanjutan)

33. INCOME TAX (BENEFIT)/EXPENSE (continued)

Pajak penghasilan kini

Current income tax

Perhitungan pajak penghasilan kini untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut:

The current income tax for the years ended 31 December 2005 and 2004 is calculated as follows:

2005 Laba/(rugi) perusahaan sebelum pajak penghasilan Perbedaan waktu Penyusutan Penyisihan piutang tak tertagih atas pihak yang mempunyai hubungan istimewa Penghapusan piutang pihak ketiga Pemulihan/penghapusan penyisihan piutang tak tertagih atas pihak yang mempunyai hubungan istimewa Laba/(rugi) atas penjualan aktiva tetap Amortisasi biaya tangguhan Bonus dan tunjangan Biaya manfaat pensiun Kerugian atas penghentian pengembangan lahan di tahun 1998 Penghapusan aktiva lain-lain Penghapusan penyisihan atas penjualan anak Perusahaan Penyisihan barang usang Sewa Perbedaan tetap Penghasilan kena pajak final Denda pajak Beban yang tidak dapat dikurangkan Penghasilan lain-lain Laba/(rugi) fiskal Rugi fiskal tahun sebelumnya Penghasilan kena pajak/ (rugi fiskal)

Global Reports LLC

2004

370,29 5

(229,078)

The Company’s profit/(loss) before income tax

(4,563)

(39,629)

Temporary differences Depreciation

26,511 1,866

11,500 -

Allowance for doubtful related party receivables Write off of third party receivables

-

(203,235)

Write off of provision for related party receivables Gain/(loss) on disposal of fixed assets Amortisation of deferred charges Bonuses and benefits Retirement benefits

1,134 (5,748) (52,073) 18,552

(3,610) (3,298) 73,175 15,572

(84,516) -

8,866

(3) -

8,008 93 55

(98,840)

(132,503)

(2,763) 2,533

(3,028) 39,499

14,902 (15,744)

72,812 -

(1,072)

109,283

270,38 3

(252,298)

Fiscal profit/(loss)

(252,298)

-

Fiscal loss carried forward Taxable income/ (fiscal loss)

18,085

(252,298)

Loss on discontinued land development in 1998 Disposal of other assets Write off of provision for sold of subsidiary Provision for obsolete stock Rent Permanent differences Income subject to final tax Tax penalties Non-deductible expenses Other income

Pajak penghasilan kini

5,408

-

Income tax expense

Dikurangi: Uang muka pajak

2,544

-

Less: Prepaid taxes

Hutang pajak penghasilan

2,864

-

C orporate tax payable



33. (MANFAAT)/BEBAN PAJAK PENGHASILAN (lanjutan) Pajak penghasilan kini (lanjutan)

Current income tax (continued)

Pada tahun 2004, Perusahaan telah menerima Surat Ketetapan Pajak untuk tahun pajak 2003 yang menyatakan kurang bayar sebesar Rp8.525 dan menyatakan koreksi atas penghasilan neto fiskal sebesar Rp 23.681. Surat Ketetapan Pajak tersebut telah dilunasi oleh Perusahaan di bulan Januari 2005.

In year 2004, the Company received tax assessments for fiscal year 2003 confirming an underpayment of Rp 8,525 and a correction of fiscal net income by Rp 23,681. The tax assessments had been fully paid by the Company in January 2005.

Berdasarkan peraturan perpajakan Indonesia, Perusahaan menghitung, menetapkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang. Kantor Pelayanan Pajak dapat menetapkan dan mengubah kewajiban pajak dalam batas waktu sepuluh tahun sejak tanggal terhutangnya pajak.

Under the taxation laws of Indonesia, the Company submits tax returns on the basis of self-assessment. The tax authorities may assess or amend taxes within ten years from the date the tax became due.

Pajak tangguhan

Deferred tax

1/1/2005

Aktiva pajak tangguhan Penyisihan persediaan Bonus dan tunjangan Kewajiban manfaat pensiun Kewajiban pajak tangguhan Penyusutan aktiva tetap Amortisasi biaya tangguhan Sewa Kewajiban pajak tangguhan - bersih

Kewajiban pajak tangguhan Penyusutan aktiva tetap Amortisasi biaya tangguhan Sewa Kewajiban pajak tangguhan - bersih

Dibebankan ke laporan laba rugi/ Charged to statement of income

31/12/2005

130 34,106 28,807

(1) (15,622) 5,566

129 18,484 34,373

63,043

(10,057 )

52,986

137,177 2,981 20

1,029 1,724 -

138,206 4,705 20

140,178

2,753

142,931

(77,135)

(12,810 )

(89,945)

1/1/2004

Aktiva pajak tangguhan Penyisihan persediaan Bonus dan tunjangan Kewajiban manfaat pensiun

Global Reports LLC

33. INCOME TAX (BENEFIT)/EXPENSE (continued)

Dibebankan ke laporan laba rugi/ Charged to statement of income

Deferred tax assets Provision for obsolete stocks Bonuses and benefits Provision for retirement benefits Deferred tax liabilities Depreciation of fixed assets Amortisation of deferred charges Rent

Deferred tax liabilities - net

31/12/2004

102 12,154 24,135

28 21,952 4,672

130 34,106 28,807

36,391

26,652

63,043

124,205 1,991 36

12,972 990 (16)

137,177 2,981 20

126,232

13,946

140,178

(89,841)

12,706

(77,135)

Deferred tax assets Provision for obsolete stocks Bonuses and benefits Provision for retirement benefits Deferred tax liabilities Depreciation of fixed assets Amortisation of deferred charges Rent

Deferred tax liabilities - net



34. POS LUAR BIASA

34. EXTRAORDINARY ITEM

Pada tahun 2004, pos luar biasa berasal dari keuntungan dan kerugian yang timbul dari restrukturisasi seluru h hutang perusahaan, yang mengakibatkan diakuinya jumlah kewajiban bersyarat atas kontrak berjangka valuta asing, kontrak swap extension dengan opsi pembatalan, kontrak par forward komoditi, dan dihapusbukukannya bunga yang masih harus dibayar atas hutang bank dan wesel bayar yang mana semuanya ini dicatat ke dalam laporan laba rugi konsolidasian tanggal 31 Desember 2004.

In 2004, extraordinary item represents gains and losses from debts restructuring, resulted in recognition of the Company’s contingent liabilities of foreign currency forward contracts, swap extention contracts with cancellation options, par forward commodity contract, and written off of accrued interests on bank loan and notes payable, which all were recorded in the Company’s consolidated statement of income as at 31 December 2004.

Jumlah/Amount Keterangan

USD

Keuntungan - Pelunasan wesel bayar sejumlah USD 20.000.000 dengan investasi jangka pendek sebesar USD 19.500.000

Kerugian - Kerugian revaluasi atas penebusan sekuritas berharga tersedia untuk dijual - Kerugian atas diakuinya kewajiban bersyarat, yang selama ini tidak dicatat dalam laporan keuangan perusahaan

4,331

14,168,669

122,715

Write off of accrued interests on bank loan and notes payable (refer to Notes 16 and 17)

14,668,669

127,046

11,149

97

86,376,972

744,483

71,719,452

617,534

35. LABA PER SAHAM

Laba/(rugi) bersih per saham dasar (Rupiah penuh)

Global Reports LLC

Loss Loss on revaluation of the redeemed available for sale securities Loss on recognition of contingent liabilities which were not recorded in the previous company’s consolidated financial statements

-

35. EARNINGS PER SHARE 2005

Rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar (lembar saham)

Descriptions Gain Settlement of notes payable amounted to USD 20,000,000, with short term investment of USD 19,500,000

500,000

- Penghapusan beban bunga yang masih harus dibayar atas hutang bank dan wesel bayar (lihat Catatan 16 dan 17)

Dasar Laba/(rugi) bersih kepada pemegang saham

Rp

2004

(247,198)

Basic Net income/(loss) attributed to shareholders

1,095,229,293

831,073,639

Weighted average number of ordinary shares outstanding (number of shares)

325

(297)

Basic income/(loss) per share (full Rupiah)

355,724



36. INFORMASI SEGMEN USAHA a.

36. BUSINESS SEGMENT INFORMATION

Informasi penjualan bersih per produk

a.

Information on net sales by product

2005 Produk

Minyak dan biji sawit Karet Kakao Teh Kopi Kelapa Bibit

Ekspor/Export

Lokal/Local

Jumlah/Total

%

Products

433,267 221,983 62,728 8,850 -

909,274 92,023 6,271 3,665 2,380 3,732 88,687

1,342,541 314,006 68,999 12,515 2,380 3,732 88,687

73.26 17.13 3.76 0.68 0.13 0.20 4.84

726,828

1,106,032

1,832,860

100.00

Oil palm and palm kernel Rubber Cocoa Tea Coffee Coconut Seeds

2004 Produk


Ekspor/Export

Lokal/Local

Jumlah/Total

888,361 47,296 4,101 1,521 4,638 3,651 43,252

1,288,385 245,247 60,075 9,046 4,638 3,651 43,252

77.88 14.82 3.63 0.55 0.28 0.22 2.62

661,474

992,820

1,654,294

100.00

b.

%


Information on operating income/(loss) by product

2005

2004 Jumlah/ Total

%

Jumlah/ Total

67.3 4 12.3 5 3.54 (0.67) 0.01 0.45 16.9 8

298,880 54,800 15,700 (2,963) 24 1,97 7 75,430

91.27 0.41 2.05 (1.05) (0.61) 0.32 7.61

419,146 1,902 9,412 (4,842) (2,787) 1,457 34,928

100.00

443,848

100.00

459,216

Laba/(rugi) usaha per produk dihitung dengan mengasumsikan beban usaha dialokasikan berdasarkan persentase penjualan bersih per produk.

Global Reports LLC

Products

400,024 197,951 55,974 7,525 -

b. Informasi laba/(rugi) usaha per produk


%


Operating income/(loss) by product is computed assuming that operating expenses are allocated based on the percentage of net sales by product.



37. AKTIVA DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, Grup mempunyai aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing sebagai berikut:

37. MONETARY ASSETS AND LIABILITIES DENOMINATED IN FOREIGN CURRENCIES As at 31 December 2005 and 2004, the Group had monetary assets and liabilities in foreign currencies as follows:

2005 Mata uang asing/ Foreign currency

Aktiva Kas dan setara kas Piutang usaha Biaya dibayar dimuka Kewajiban Hutang usaha Uang muka penjualan Biaya yang masih harus dibayar Hutang bank

2004

Ekuivalen/ Equivalent in Rp

USD 6,864,293 SGD 375,825 EUR 93,139 USD 3,875,134 USD -

USD USD

67,476 2,220 1,086 38,093 108,875

257,563 191,030

2,532 1,878

USD 40,000 USD 59,043,672

393 580,399

Kewajiban moneter bersih

USD 6,356,753 SGD 505,551 EUR 85,819 USD 4,074,489 USD 603,034

Trade receivables Prepaid expenses

-

Liabilities Trade payable Sales advances

USD 3,648,116 USD 51,333,333

33,891 476,887

Accrued expenses Bank loans

404,310

Net monetary liabilities

As at 31 December 2005 and 2004 the conversion rates used by the Group are as follows: 2004

9,830 5,907 11,660

Foreign Currency USD 1 SGD 1 EUR 1

9,290 5,685 12,652 38. COMMITMENTS

Komitmen penjualan

a. Sales commitments

Pada tanggal 31 Desember 2005, pengiriman dari komitmen penjualan yang harus dilakukan di tahun 2006 adalah sebagai berikut:

As at 31 December 2005, the deliveries of the outstanding sales commitments which should be completed in 2006 are as follows:

2005 Ton/ Tonnes

Global Reports LLC

Assets Cash and cash equivalents

-

USD USD

476,327

38. KOMITMEN

Karet Kakao Kelapa sawit: - Ekspor - Lokal Inti sawit

59,054 2,874 1,086 37,852 5,602 106,468

510,778

2005

a.

Ekuivalen/ Equivalent in Rp

585,202

Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, kurs konversi yang digunakan Grup adalah sebagai berikut: Mata Uang Asing 1 USD 1 SGD 1 EUR

Mata uang asing/ Foreign currency

2004

Harga rata-rata/ton/ Average price/ton USD

Ton/ Tonnes

Harga rata-rata/ton/ Average price/ton USD

3,145 3,070

1,617 1,497

2,315 3,800

1,260 1,544

28,600 1,250 1,850

358 352 219

49,750 6,500 -

379 383 -

Rubber Cocoa Palm oil: Export Local Palm kernel



38. KOMITMEN (lanjutan)

38. COMMITMENTS (continued)

b. Komitmen dalam pembelian barang modal

b. Capital commitments

Selama tahun 2005, Perusahaan telah menandatangani beberapa kontrak pengadaan barang modal dengan berbagai kontraktor dan pemasok sebesar Rp 37.040 dan USD 2.682.765 (2004: Rp 36.892 dan USD 11,96 juta). Pada tanggal 31 Desember 2005 jumlah kontrak yang masih dalam proses penyelesaian sebesar Rp 20.835 dan USD 1.194.123 (2004: Rp 29.099 dan USD 1 juta dan EUR 28.500). c.

Komitmen pembelian bahan pembantu dan suku cadang

c. Commitments for purchase of stores and spareparts

Pada tanggal 31 Desember 2005, Perusahaan mempunyai komitmen yang harus dilunasi dalam periode satu tahun, untuk pembelian bahan pembantu dan suku cadang dari berbagai pemasok sejumlah USD 360.687 dan Rp 104.845 (2004: USD 606.372 dan Rp 28.705). 39. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA

Hutang hubungan istimewa PT Pan London Sumatra Plantation PT Panca Tirta Budi Agung

Beban pokok penjualan Logistics Management Services Pte., Ltd.

Global Reports LLC

12,850 4,489 9,033 7,243

As at 31 December 2005, the Company had purchase commitments with various suppliers for the purchase of stores and spare parts, payable within one year, amounted to USD 360,687 and Rp 104,845 (2004: USD 606,372 and Rp 28,705).

39. RELATED PARTY TRANSACTION

Jumlah / Total 2005 2004 Piutang hubungan istimewa PT Pan London Sumatra Plantation PT Panca Tirta Budi Agung PT Gelora Mahapala PT London Sumatra International PT Multi Raya Ekatama Karyawan

During 2005, the Company signed several contracts covering capital goods with various third party contractors and suppliers amounted to Rp 37,040 and USD 2,682,765 (2004: Rp 36,892 and USD 11.96 million). Total outstanding contracts which are in the process of completion as at 31 December 2005 amount to Rp 20,835 and USD 1,194,123 (2004: Rp 29,099 and USD 1 million and EUR 28,500).

Persentase terhadap total aktiva/kewajiban/ pendapatan/beban yang bersangkutan/ Percentage of total assets/ liabilities/sales/ related expenses 2005 2004

0.49% 0.17% 0.35% 0.28%

22,103

11,500 13,390

0.85%

0.49% 0.57%

55,718

24,890

2.14%

1.06%

-

4,396 8,388

-

0.27% 0.51%

-

12,784

-

0.78%

14,578

8,045

1.12%

0.71%

Related party receivables PT Pan London Sumatra Plantation PT Panca Tirta Budi Agung PT Gelora Mahapala PT London Sumatra International PT Multi Raya Ekatama Employees

Related party payables PT Pan London Sumatra Plantation PT Panca Tirta Budi Agung

Cost of goods sold Logistics Management Services Pte., Ltd.



39. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) Rincian sifat hubungan dan jenis transaksi yang material dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut:

Details of relationships and the nature of material transactions with related parties are as follows:

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa/Related parties

Sifat hubungan istimewa dengan Perusahaan / Nature of related parties

Transaksi/ Transactions

1.

Karyawan/ employees

Hubungan kerja/ Employees relationship

Pemberian fasilitas karyawan/ Provision of employees facilities

2.

PT Pan London Sumatra Plantation (“PLSP”)

Pemegang saham Perusahaan/ Shareholder of the Company

Pinjaman modal kerja/ Advances for working capital

3.

PT Panca Tirta Budi Agung PT Gelora Mahapala PT London Sumatra International PT Lonsum Management Services PT Multi Raya Ekatama

Kelompok usaha yang sama dan sebagian pengurus dan manajemennya sama dengan Grup/ Same business group and have partly the same management as the Group

Pinjaman modal kerja/ Advances for working capital

4.

Logistics Management Services Pte., Ltd.

Kelompok usaha yang sama dan sebagian pengurus dan manajemennya sama dengan Grup/ Same business group and have partly the same management as the Group

Bantuan teknis dan jasa konsultasi pengembangan perkebunan/ Technical support and consulting services for plantation development

5.

PT Multi Agro Kencana Prima

Anak perusahaan/ Subsidiary

Penyertaan saham/ Investment in shares

6.

PT Dwi Reksa Usaha Perkasa


Penyertaan saham/ Investment in shares

7.

Lonsum Finance BV


Penyertaan saham dan pembiayaan Perusahaan/ Investment in shares and finance services

8.

Lonsum Singapore Pte. Ltd.


Penyertaan saham dan bantuan jasa pemasaran dan promosi atas produk-produk Perusahaan sejak tahun 2004/ Investment in shares and marketing and promotion services of the Company’s product since 2004

No.

Global Reports LLC

39. RELATED PARTY TRANSACTION (continued)

Sifat dari transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut:

The nature of significant transactions with related parties are as follows:

a.

a.

Piutang karyawan berhubungan dengan fasilitas transportasi, uang muka pensiun dan pembayaran pensiun (lihat Catatan 10). Piutang ini tidak dibebani bunga.

Employee receivables relate to transportation facilities, pension advances and payment of retirement benefits (refer to Note 10). These receivables bear no interest.

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Lampiran - 5/56 - Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 39. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan)

39. RELATED PARTY TRANSACTION (continued)

b.

Hutang piutang antar perusahaan merupakan saldo rekening antar perusahaan yang berhubungan dengan pinjaman modal kerja.

b.

Related party payables and receivables are intercompany account balances which represent advances for working capital.

c.

Perusahaan mempunyai perjanjian untuk bantuan teknis dan jasa konsultasi pengembangan perkebunan dengan Logistics Management Services Pte., Ltd. Melalui penempatan anggota-anggota tertentu dari manajemen dan atas jasa tersebut Perusahaan dibebani R p 14.578 (2004: R p 8.045) per tahun yang langsung dibebankan ke beban pokok penjualan.

c.

The C ompany has an agreement with Logistics Management Services Pte., Ltd. for technical support and consulting services for plantation development through the secondment of certain members of management for USD 14,578 (2004: Rp 8,045) per annum which was charged directly to cost of goods sold.

d.

Perusahaan mempunyai perjanjian dengan Lonsum Singapore Pte. Ltd untuk bantuan pemasaran dan promosi atas produk-produk Perusahaan. Sampai dengan 31 Desember 2005, Perusahaan telah dibebankan sebesar SGD 2.100.000 (2004: SGD 2.100.000 ).

d.

The C ompany has an agreement with Lonsum Singapore Pte. Ltd for its marketing and promotion services of the company’s products. The Company has been charged amounted to SGD 2,100,000 as of 31 December 2005 (2004: SGD 2,100,000).

40. KEWAJIBAN BERSYARAT

Global Reports LLC


40. CONTINGENT LIABILITIES

Penjamin hutang plasma

Plasma loan guarantees

Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 11, petani plasma dibawah koordinasi beberapa KUD telah memperoleh fasilitas kredit dari Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia dan Bank Internasional Indonesia. Dalam hal ini Perusahaan bertindak sebagai penjamin pengembalian hutang.

As discussed in Note 11, plasma farmers organised under several KUD have obtained credit facilities from Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia and Bank Internasional Indonesia with the Company acting as guarantor of the loan repayments

Pembayaran kembali fasilitas kredit yang telah ditarik, dilakukan melalui penyisihan 30% dari penjualan tandan buah segar petani plasma kepada Perusahaan setelah serah terima tanaman menghasilkan. Selisih kurang antara penyisihan hasil penjualan tersebut dengan pembayaran kembali hutang bank yang dijamin, wajib dibayar oleh Perusahaan.

Repayments are made by deducting 30% of fresh fruit bunch sales by the plasma farmers to the Company after the mature plasma plantations are handed over. Any shortfall between the sales deduction amount and the repayment of the guaranteed bank loan should be paid by the Company.

DATA PERSEROAN

CORPORATE INFORMATION

122


Dewan Komisaris Direksi Pejabat Senior Lokasi Kebun dan Pabrik Pengolahan Informasi Pemegang Saham Informasi Lainnya

Board of Commissioners Board of Directors Senior Officers Estates and Processing Factories Location Shareholders’ Information Other Information


Global Reports LLC

123

dewan komisaris

Mark Howard Carnegie Warga Negara Australia, 44 tahun. Beliau meraih gelar BA (Hons-jurisprudence) dari Universitas Oxford, dan gelar BSc dari Universitas Melbourne (Hons-zoology). Komisaris Utama Lonsum sejak tahun 2004. Saat ini juga menjabat sebagai Pimpinan STW Communication Ltd.; Pimpinan EasyCall International Ltd.; Direktur Macquarie Radio Network Pty. Ltd.; Direktur DSL Group Pty. Ltd.; Direktur Lonely Planet Publications; Anggota Perwakilan dari Sekolah Film, Televisi dan Radio Australia. Australian citizen, age 44. He holds a BA (Hons-jurisprudence) from Oxford University and a BSc (Hons-zoology) from Melbourne University. President Commissioner of Lonsum since 2004. Currently, he is also Chairman of STW Communication Ltd.; Chairman of EasyCall International Ltd.; Director of Macquarie Radio Network Pty. Ltd.; Director of DSL Group Pty. Ltd.; Director of Lonely Planet Publications; Member of the Council of Australian Film Television and Radio School.

Rachmat Soebiapradja Warga Negara Indonesia, 74 tahun. Memperoleh gelar Master of Science (1963) dan PhD (1965) dari Oklahoma State University. Komisaris Lonsum sejak 1993; Komisaris PT REA Kaltim sejak 1993. Dosen Tidak Tetap dan Mantan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mercu Buana. Sebelumnya menjabat Komisaris Utama PT Perkebunan XIII, Komisaris Utama PT Socfindo (1987-1993) dan Komisaris Utama PT Perkebunan XII, Bandung, Jawa Barat (1982-1988). Indonesian citizen, age 74. He holds a Master of Science degree (1963) and PhD (1965) from Oklahoma State University. Commissioner of Lonsum since 1993; Commissioner of PT REA Kaltim since 1993. Visiting Lecturer and Former Dean of the Faculty of Agriculture, Universitas Mercu Buana. Previously, President Commissioner of PT Perkebunan XIII, President Commissioner of PT Socfindo (1987-1993) and President Commissioner of PT Perkebunan XII, Bandung, West Java (1982-1988).

Tengku Alwin Aziz Warga Negara Indonesia, 63 tahun. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi bidang Akuntansi dari Universitas Sumatera Utara, Medan (1968). Komisaris Lonsum sejak 2000. Sebelumnya pernah menjabat Direktur Utama Bank Umum Nasional (1998-1999), Komisaris Utama Staco Graha, Staco Mitra Sedaya, Staco Jasa Pratama, Salindo Perdana Finance (1993-1998) dan Direktur Bank Dagang Negara (1992-1997). Indonesian citizen, age 63. He holds a degree in Economics majoring in Accountancy from the University of North Sumatera, Medan (1968). Commissioner of Lonsum since 2000. Previously, President Director of Bank Umum Nasional (1998-1999), President Commissioner of Staco Graha, Staco Mitra Sedaya, Staco Jasa Pratama, Salindo Perdana Finance (1993-1998), and Director of Bank Dagang Negara (1992-1997).

124


Global Reports LLC

board of commissioners

Eddy Kusnadi Sariaatmadja Warga Negara Indonesia, 53 tahun. Beliau meraih gelar BE (Hons) dan MSc. di bidang Teknik dari Universitas New South Wales. Komisaris Lonsum sejak 2004; dan juga sebelumnya pada tahun 1995-1997, dan 1999-2000. Saat ini juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Elang Mahkota Tekhnologi; Komisaris dan pendiri PT Abhimata Citra Abadi; Komisaris PT Surya Citra Media Tbk. Sebelumnya pernah menjabat Komisaris dan Pemegang Saham PT Australian Guarantee Corp. (1983-1993). Indonesian citizen, age 53. He holds BE (Hons) and MSc. in Engineering from the University of News South Wales. Commissioner of Lonsum since 2004; and previously also from 1995-1997, and 1999-2000. Currently, he is also President Commissioner of PT Elang Mahkota Tekhnologi; Commissioner and Founder of PT Abhimata Citra Abadi; Commissioner of PT Surya Citra Media Tbk. Previously, Commissioner and Shareholder of PT Australian Guarantee Corp. (1983-1993).

Joefly Joesoef Bahroeny Warga Negara Indonesia, 50 tahun. Lulusan Universitas New South Wales, Sydney (1982), dan Agrobusiness Magister Management dari Universitas Sumatera Utara, Medan (1999). Komisaris Lonsum sejak 2004. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur PT Bahruny (Perkebunan Karet); Presiden Direktur PT Joefly J. Bahroeny (Kontraktor); Presiden Direktur PT Bahrun and Sons (Perkebunan Karet); Presiden Komisaris PT Matang Speng Raya (Tambak Udang); Komisaris PT Blang Keutumba (Penggilingan Beras). Sebelumnya Kepala Cabang PT Shantika Valuindo Lestari, Medan (1987-2000); Koordinator Cabang PT Sarana Pandupustaka Utama, Medan (1987-1999). Indonesian citizen, age 50. A graduate of University of News South Wales, Sydney (1982), and Magister Management of Agrobusiness from University of North Sumatera, Medan (1999). Commissioner of Lonsum since 2004. He is concurrently Director of PT Bahruny (Rubber Plantation); President Director of PT Joefly J. Bahroeny (Contractor); President Director of PT Bahrun and Sons (Rubber Plantation); President Commissioner of PT Matang Speng Raya (Shrimp Farm); Commissioner of PT Blang Keutumba (Rice Milling). Previously, Branch Manager of PT Shantika Valuindo Lestari, Medan (1987-2000); Branch Coordinator of PT Sarana Pandupustaka Utama, Medan (1987-1999).

Jay Geoffrey Wacher Warga Negara Australia, 39 tahun. Beliau meraih gelar Bachelor of Commerce dan Bachelor of Law dari Universitas New South Wales. Komisaris Lonsum sejak 2004. Saat ini beliau merupakan Associate di Carnegie, Wylie & Company, perusahaan sekuritas dan perbankan investasi di Australia. Selama karirnya, beliau melakukan penanaman modal di berbagai bidang usaha termasuk DSL Drums Services, The Text Media Group, Jasco Stationery dan Skansen Giftware. Jay meluangkan banyak waktu di Indonesia selama empat tahun terakhir, mengawasi penyertaan modal di PT Surya Citra Media Tbk. Australian citizen, age 39. He holds a Bachelor of Commerce and Bachelor of Law from University of New South Wales. Commissioner of Lonsum since 2004. Currently, he is an Associate at Carnegie, Wylie & Company, an Australian independent investment bank and private equity firm. Previously, Jay has been involved in several private investment transactions over his career, including DSL Drums Services, The Text Media Group, Jasco Stationery and Skansen Giftware. Jay has spent considerable time in Indonesia over the last four years overseeing an investment in PT Surya Citra Media Tbk.


Global Reports LLC

125

direksi

Glenn Muhammad Surya Yusuf Warga Negara Indonesia, 51 tahun. Memperoleh gelar sarjana Ekonomi dari University of the Philippines, Manila (1979) dan Master di bidang Bisnis Manajemen dari Asian Institute of Management, Manila (1981). Presiden Direktur Lonsum sejak bulan Juni 2003. Saat ini juga menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris dan Komite Audit PT Surya Citra Media Tbk. Sebelumnya Ketua Tim Asistensi Menteri Keuangan Republik Indonesia; Presiden Direktur PT (Persero) Danareksa (1995-2001); Ketua BPPN (1998-2000); Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan Republik Indonesia (1998); Direktur Pelaksana PT (Persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia; Berbagai jabatan eksekutif hingga Direktur Keuangan di Bank Niaga (19851994); bekerja di Citibank N.A. Jakarta (1981-1985). Indonesian citizen, age 51. He holds an BA degree in Economics from the University of the Philippines, Manila (1979) and a Master in Business Management from the Asian Institute of Management, Manila (1981). President Director of Lonsum since June 2003. He is concurrently a member of the Board of Commissioners and Audit Committee of PT Surya Citra Media Tbk. Previously, Chairman of the Assistance Team to the Minister of Finance of the Republic of Indonesia; President Director of PT (Persero) Danareksa (1995-2001); Chairman of IBRA (1998-2000); Director General of Financial Institutions, Ministry of Finance of the Republic of Indonesia (1998); Managing Director of PT (Persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (1994-1995); various executive posts leading to Finance Director at Bank Niaga (1985-1994); employed by Citibank N.A. Jakarta (1981-1985).

Handana Halim Wanawijaya Warga Negara Indonesia, 40 tahun. Lulusan dari University of California, Berkeley (1988). Direktur Lonsum sejak 2001. Sebelumnya pernah menjabat Deputi Direktur Lonsum (1998-2001); Manajer Senior Divisi Keuangan Napan Grup (1994 - 1998); bekerja di Grup Gajah Tunggal (1992-1994); mengawali karirnya di Amerika Serikat dari tahun 1988 sebagai Actuarial Analyst hingga tahun 1992. Indonesian citizen, age 40. A graduate of University of California, Berkeley (1988). Director of Lonsum since 2001. Previously Deputy Director of Lonsum (1998-2001); Senior Manager Financial Division, Napan Group (1994-1998); employed by Gajah Tunggal Group (1992-1994); began his career in the United States from 1988 as Actuarial Analyst until 1992.

Wirawan Giriputra Warga Negara Indonesia, 58 tahun. Direktur Lonsum sejak 2004. Sebelumnya pernah menjabat Deputi Direktur Lonsum (2001-2003), Inspektur Senior dan Kepala Operasional Palembang (1998-2001), berbagai jabatan penting dalam seksi Perkebunan di Medan dan Palembang (1987-1998); mengawali karirnya di LONSUM pada MRP Departemen Engineering, Seksi Data dan Departemen Produksi dari tahun 1970 sampai 1987. Indonesian citizen, age 58. Director of Lonsum since 2004. Previously Deputy Director of Lonsum (2001-2003), Senior Inspector and Head of Palembang Operations (1998-2001), various key positions within Estates in Medan and Palembang (1987-1998); began his career with Lonsum at MRP Engineering Department, Data Section, and Production Department from 1970 to 1987.

126


Global Reports LLC

board of directors

Bryan John Dyer Warga Negara Inggris, 57 tahun. Lulusan dari University of Reading (1971) - gelar BSc Hons di bidang pertanian; London Business School (1985); Advanced Strategic Marketing, Insead, France (1994). Direktur Lonsum sejak tahun 2004. Sebelumnya pernah menjabat Managing Director Booker Tate Ltd, Thame, UK (2001-2004), CEO Monaghan Middlebrook Ltd. (1994-2001), Managing Director Middlebrook Mushrooms Ltd (19891994); dan mengawali serta menjalani karirnya di berbagai belahan dunia dalam naungan Booker Agricultural International Ltd, UK, dari tahun 1971 hingga 1986, di UK, Papua New Guinea, Somalia, Kenya dan Guyana. British citizen, age 57. A graduate of University of Reading (1971) - BSc Hons in Agricultural Science; London Business School (1985); Advanced Strategic Marketing, Insead, France (1994). Director of Lonsum since 2004. Previously Managing Director of Booker Tate Ltd, Thame, UK (2001-2004), CEO of Monaghan Middlebrook Ltd. (1994-2001), Managing Director Middlebrook Mushrooms Ltd (1989-1994); began and pursued a multinational career with Booker Agricultural International Ltd, UK, from 1971 to 1986, serving in the UK, Papua New Guinea, Somalia, Kenya and Guyana.

Zafril Ansgar Hamzah Warga Negara Indonesia, 54 tahun. Lulusan dari Asian Institute of Management, Manila, Filipina (1996). Direktur Lonsum sejak tahun 2004. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Vice President Trade Finance Group Head di Bank Niaga (20012003), Kepala Sentra Kartu Kredit (2000-2001), Kepala Proyek Niaga 2000 (1997-2000), Manajer Senior Sistem Informasi (1991-1997), Kepala Pemasaran, Kantor Cabang Niaga Medan (1985-1991); mengawali karirnya bersama Bank Niaga pada tahun 1975. Indonesian citizen, age 54. A graduate of Asian Institute of Management, Manila, the Philippines (1996). Director of Lonsum since 2004. Previously Vice President and Group Head of Trade Finance of Bank Niaga (2001-2003), Head of Credit Card Centre (2000-2001), Niaga 2000 Project Manager (1997-2000), Senior Manager Information Systems (1991-1997), Head of Marketing Operations, Niaga Medan Branch (1985-1991); began his career with Bank Niaga in 1975.


Global Reports LLC

127

Pejabat Senior Senior Officers

Sales • Head of Sales

- Leonard Beschizza

Operational • Mature Estate Controller Area General Managers

- Andrew P. Hamilton - Arsjad Lahabu - Pieter Victor - Royke Surachman

• Developing Estate Controller Area General Managers

- John Chester - Sumarjono Saragih - Michael New - Rambir Singh - Sular P. Nissiyoko - Saiful B. Nasution - Amiruddin - Sarudin Purba

• Head of Engineering Services

- Gary Mulligan

• Head of Technology Transfer

- Anthony Gillbanks

• Head of Research and Development

- Hugh L. Foster

• Head of Operations Administration

- Andjurken Tarigan

Support & Services • Head of General Services

- Mino Lesmana

• Head of Human Resources & Industrial Relations

- Indrarto

• Head of Procurement

- Ahmad Juwari

• Head of Security

- Roy Basoeki

Finance & Control • Head of Accounting

- Rere Alim

• Head of Analysis, Control & Risk Assessment

- Chandra Hamsa

• Head of Corporate Planning & Budgeting

- Ray V. Kwoon

• Head of Information Systems

- Rafii Nyomin

• Head of Tax Services

- Loe Soei Kim

• Head of Treasury

- Agus Karjono

Corporate Office

128

• Corporate Secretary & Head of Legal Affairs

- Beny Haryanto

• Head of Corporate Communications

- Duddy Pramudyanto

• Head of Government & Community Relations

- Rudy R. Sumopawiro

• Head of Internal Audit

- Zayarwan Zain

• Head of Investor Relations

- Agustino Sudjono


Global Reports LLC

Lokasi Kebun dan Pabrik Pengolahan Estates and Processing Factories Location

Perkebunan | Estates No

Nama Kebun

Kabupaten

Propinsi

Keterangan

Estates Name

District

Province

Description

Kebun Inti / Nucleus Estates 1.

Dolok

Asahan

Sumatera Utara/North Sumatera

Kebun Sawit/Oil Palm Estate

2.

Gunung Malayu

Asahan



3.

Begerpang

Deli Serdang


Kebun Sawit & Karet/ Oil Palm & Rubber Estate

4.

Rambong Sialang

Deli Serdang


Kebun Sawit & Kakao/ Oil Palm & Cocoa Estate

5.

Sei Merah

Deli Serdang


6.

Si Bulan

Deli Serdang


Kebun Sawit/Oil Palm Estate Kebun Sawit & Karet/ Oil Palm & Rubber Estate

7.

Bungara

Langkat



8.

Turangie

Langkat



9.

Pulo Rambong

Langkat



Sei Rumbiya

Labuhan Batu


Kebun Sawit & Karet/

10.

Oil Palm & Rubber Estate 11.

Bah Bulian

Simalungun


Kebun Sawit & Karet/ Oil Palm & Rubber Estate

12.

Bah Lias

Simalungun


Kebun Sawit, Kakao & Kelapa/ Oil Palm, Cocoa & Coconut Estate

13.

Bukit Hijau

Musi Rawas

Sumatera Selatan/South Sumatera


14.

Belani Elok

Musi Rawas



15.

Batu Cemerlang

Musi Rawas



16.

Gunung Bais

Musi Rawas



17.

Ketapat Bening

Musi Rawas



18.

Riam Indah

Musi Rawas



19.

Sei Kepayang

Musi Rawas



20.

Sei Lakitan

Musi Rawas



21.

Terawas Indah

Musi Rawas



22.

Sei Gemang

Musi Rawas




Global Reports LLC

129


Nama Kebun

Kabupaten

Propinsi

Keterangan

Estates Name

District

Province

Description

Kebun Inti / Nucleus Estates 23.

Tulung Gelam

Ogan Komering Ilir


Kebun Karet/Rubber Estate

24.

Kubu Pakaran

Ogan Komering Ilir



25.

Bebah Permata

Ogan Komering Ilir



26.

Kertasarie

Bandung

Jawa Barat/West Java

Kebun Teh/Tea Estate

27.

Treblasala

Banyuwangi

Jawa Timur/East Java

Kebun Kakao & Kopi/ Cocoa & Coffee Estate

28.

Balombissie

Bulukumba

Sulawesi Selatan/South Sulawesi


29.

Palang Isang

Bulukumba



30.

Pungkol

Minahasa

Sulawesi Utara/North Sulawesi

Kebun Kakao & Kelapa/ Cocoa & Coconut Estate

130

31.

Tirta Agung

Musi Banyuasin



32.

Budi Tirta

Musi Banyuasin



33.

Suka Damai

Musi Banyuasin



34.

Arta Kencana

Lahat



35.

Kencana Sari

Lahat



36.

Pahu Permai

Kutai Barat

Kalimantan Timur/East Kalimantan


37.

Pahu Makmur

Kutai Barat



38.

Jelau Makmur

Kutai Barat



39.

Sari Jempang

Kutai Barat



40.

Isuy Makmur

Kutai Barat




Global Reports LLC


Nama Kebun

Kabupaten

Propinsi

Keterangan

Estates Name

District

Province

Description

Kebun Plasma / Plasma Estates 1.

Air Bening

Musi Rawas



2.

Bukit Hijau

Musi Rawas



3.

Dwi Makmur

Musi Rawas



4.

Ekasari

Musi Rawas



5.

Marga Sido

Musi Rawas



6.

Muara Kelingi

Musi Rawas



7.

Pelita Jaya

Musi Rawas



8.

Tirta Agung

Musi Banyuasin



9.

Suka Damai

Musi Banyuasin



10.

Arta Kencana

Lahat



11.

Bebah Permata

Ogan Komering Ilir



12.

Kubu Pakaran

Ogan Komering Ilir



13.

Tulung Gelam

Ogan Komering Ilir



14.

Tibona

Bulukumba




Global Reports LLC

131

Pabrik Pengolahan | Processing Factories No

Nama Pabrik

Kapasitas

Kabupaten

Propinsi

Keterangan

Factory Name

Capacity

District

Province

Description

1. Dolok

30 tonnes/hour

Asahan


Pabrik Sawit/Palm Oil Mill

2. Gunung Malayu

30 tonnes/hour

Asahan



3. Begerpang

45 tonnes/hour

Deli Serdang



4. Rambong Sialang

20 tonnes/hour

Deli Serdang


Pabrik Kakao/Cocoa Factory

5. Sei Rumbiya

3.8 tonnes/hour

Labuhan Batu


Pabrik Karet Remah & Lembaran/ Sheet & Crumb Rubber Factory

6. Turangie

50 tonnes/hour

Langkat



7. Bah Lias

10.4 mio seeds/yr

Simalungun


Pengolahan Benih/Seed Processing

8. Bah Lias

2.5 tonnes/hour

Simalungun



9. Belani Elok

60 tonnes/hour

Musi Rawas



10. Ekasari

10 tonnes/hour

Musi Rawas



11. Gunung Bais

10 tonnes/hour

Musi Rawas



Ogan Komering Ilir


Pabrik Karet Remah/

12. Mesuji

3 tonnes/hour

Crumb Rubber Factory 13. Sei Lakitan

60 tonnes/hour

Musi Rawas



14. Terawas Indah

20 tonnes/hour

Musi Rawas



15. Kertasarie

2.5 tonnes/hour

Bandung

Jawa Barat/West Java

Pabrik Teh/Tea Factory

16. Treblasala

3 tonnes/hour

Banyuwangi



17. Treblasala

3 tonnes/hour

Banyuwangi


Pabrik Kopi/Coffee Factory

2.8 tonnes/hour

Bulukumba


Pabrik Karet Remah & Lembaran/

18. Palang Isang

Sheet & Crumb Rubber Factory 19. Arta Kencana

132

5 tonnes/hour


Global Reports LLC

Lahat



Informasi Pemegang Saham Shareholders’ Information

Pemegang Saham

Jumlah Saham

Shareholders

%

Number of Shares

CS Singapore TR AC Clients

CS Singapore TR AC Clients

552,171,000

50.42

PT Pan London Sumatra Plantation

PT Pan London Sumatra Plantation

229,339,027

20.94

The Northern Trust Company S/A Northern

The Northern Trust Company S/A Northern

60,895,000

5.56

Masyarakat (kepemilikan di bawah 5%)

Public (less than 5%)

252,824,266

23.08

1,095,229,293

100.00

Total

2005

Harga Saham Share Prices

2004

Tertinggi Highest

Terendah Lowest

Tertinggi Highest

Terendah Lowest

Jan - Mar

1,920

1,330

1,775

1,025

Apr - Jun

2,500

1,710

1,650

850

Jul - Sep

2,575

1,710

1,175

900

Oct - Dec

3,275

2,400

1,575

1,075

Ditunjang oleh kegiatan yang meningkat, serta sentimen pasar yang positif, pergerakan saham Perseroan menunjukkan tren yang positif sepanjang tahun 2005, meningkat secara pelan namun pasti dari Rp 1.425 di awal tahun hingga Rp 2.950 di akhir tahun, atau kenaikan sebesar 107,0%. Peningkatan nilai saham Lonsum melebihi pertumbuhan saham perusahaan sejenis maupun Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang meningkat sebesar 16,6% pada tahun 2005. Dengan volume transaksi harian rata-rata sebesar lima juta lembar saham per hari, saham Lonsum lebih diminati pemodal di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004. Jenis pemegang saham Perseroan juga bergeser ke modal institusional dengan cakrawala investasi jangka menengah hingga panjang, menjadikan saham Lonsum lebih stabil dan likuid.

Buoyed by growing operations, and positive market sentiments, the Company’s share price movements were bullish throughout 2005, climbing steadily from Rp 1,425 at the start of the year to Rp 2,950 by year end, a 107.0% overall gain. Lonsums’ share price gain during the year outperformed the growth of its peer companies as well as the composite index of the Jakarta Stock Exchange which grew by 16.6% for the year. With an average daily trading volume of five million shares a day, Lonsum’s shares were more sought after by investors in 2005 compared to 2004. The Company’s shareholders also shifted towards institutions with medium to long-term horisons, making Lonsum’s shares more stable and liquid. 3,500

2,500

(Rp/Shares)

(Rp/Lembar Saham)

3,000

2,000 1,500 1,000 500

Dec ‘05

Oct ‘05

Nov ‘05

Sep ‘05

Aug ‘05

Jul ‘05

Jun ‘05

Apr ‘05

May ‘05

Feb ‘05

Mar ‘05

Jan ‘05

Dec ‘04

Oct ‘04

Nov ‘04

Sep ‘04

Aug ‘04

Jul ‘04

Jun ‘04

Apr ‘04

May ‘04

Mar ‘04

Jan ‘04

Feb ‘04

0

Pergerakan Harga Penutupan Saham Lonsum Januari 2004 - Desember 2005

Lonsum Closing Share Price Movement January 2004 - December 2005


Global Reports LLC

133

Informasi Perseroan Corporate Directory

Kantor Pusat Head Office

Akuntan Publik Public Accountant

World Trade Center 15th Floor

KAP Haryanto Sahari & Rekan

Jl. Jend. Sudirman Kav. 29 - 31

PricewaterhouseCoopers

Jakarta 12920, Indonesia

Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. X - 7 No. 6

Tel.


(62-21) 520 6610

Fax. (62-21) 520 6611

Tel.

[email protected]

Fax. (62-21) 529 05555 / 529 05050

Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary

Biro Administrasi Efek Share Registrar

Beny Haryanto

PT Raya Saham Registra

World Trade Center 15th Floor

Gedung Plaza Sentral Lt. 2





Tel.

Tel.

(62-21) 520 6610

Fax. (62-21) 520 6611

(62-21) 521 2901

(62-21) 252 5666

Fax. (62-21) 252 5028

[email protected]

Hubungan Investor Investor Relations Agustino Sudjono World Trade Center 15th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 29 - 31 Jakarta 12920, Indonesia Tel.

(62-21) 520 6610

Fax. (62-21) 520 6611 [email protected]

Ketentuan Pelaporan Selain Laporan Tahunan 2005, Perseroan menerbitkan dokumen laporan keuangan secara terpisah yang memenuhi ketentuan pelaporan yang berlaku sesuai persyaratan Badan Pengawas Pasar Modal di Indonesia, Bapepam. Laporan tersebut, termasuk seluruh informasi yang disyaratkan, telah disampaikan kepada Bapepam sebelum penerbitan Laporan Tahunan 2005. Statutory Reporting In addition to the 2005 Annual Report, the Company publishes a separate financial report document that satisfies the statutory reporting requirements of the Indonesian Capital Market Supervisory Board, Bapepam. Such report, which includes all requisite information, has been filed with Bapepam prior to the publication of the 2005 Annual Report.

134


Global Reports LLC

Global Reports LLC

PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk World Trade Centre 15th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 29 - 31 Jakarta 12920 - Indonesia Tel. (62-21) 520 6610 Fax. (62-21) 520 6611 www.londonsumatra.com

Global Reports LLC

Menyongsong tahun ke 100 Lonsum

Recommend Documents