Menyibak Keindahan Perancis melalui Taman Versailles Mengungkap Mitos dalam Elemen Lanskap Taman Versailles Veronika Joan Putri Magister Arsitektur Lanskap SAPPK ITB
Abstrak. Versailles merupakan salah satu daya tarik utama bagi Perancis. Tempat ini merupakan saksi sejarah yang juga memiliki lanskap yang indah dan megah. Taman Versailles memiliki kurang lebih 50 sculpture di beberapa grotte, parterre, dan fountain atau kolam air mancur yang sarat akan mitos mengenai dewa Yunani, Apollo. Mitos Apollo diasosiasikan dengan sang raja, Louis XIV, yang memiliki lambang Sun King atau Raja Matahari, sama dengan Apollo yang memiliki sebutan Sun God atau Dewa Matahari. Asosiasi ini diwujudkan Louis XIV melalui desain elemen lanskap yang menggambarkan kekuasannya yang tiada batas, seperti sculpture yang dibangun di Grotte de Thetys, Bassine de Latone, Bassin d’Apollon. Tulisan ini akan membahas mengenai mitos-mitos Apollo dan asosiasinya dengan Louis XIV dan kekuasaannya yang absolut, yang tergambar dalam desain elemen lanskap di Taman Versailles. Kata kunci: Versailles; Apollo; Louis XIV; grotte; fountain.
1
Pendahuluan
Salah satu taman yang menjadi daya tarik bagi Perancis adalah Taman Versailles. Taman ini dirancang oleh Le Notre sebagai arsitek lanskap, dengan bantuan Louis Le Vau sebagai arsitek dan Charles Le Brun sebagai seniman pada rezim kepemimpinan Louis XIV. Versailles secara luas dianggap sebagai manifestasi akhir dari kekuasaan dan otoritas kerajaan. Taman ini dirancang dengan maksud agar taman ini dapat menjadi sejarah akan masa kepemimpinan dan rezimnya. Taman Versailles merupakan taman sebagai masterpiece of ingenuity, dengan skala dan prominence yang sangat besar menjadikan taman ini sebagai taman yang berpengaruh diantara taman formal lain yang Perancis miliki. Taman Versailles dibangun dengan luas 800 hektar dengan menghancurkan sejumlah perkampungan yang ada di sekitarnya. Taman ini berbatasan di sebelah barat dengan protected wildlife, di sebelah timur dengan area perkotaan, di sebelah tenggara dengan Le Chesnay, di sebelah utara dengan Arboretum de Chevreloup, dan di sebelah selatan dengan Satory Forest.
Menyibak Keindahan Perancis melalui Taman Versailles
1
Gambar 1 Rencana Tapak Versailles (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Versailles_Plan_Jean_Delagrive.jpg diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 18.46)
Gambar 2 Versailles dari sudut pandang mata burung (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Vue_à_vol_d‟oiseau_des_jardins_de_Versailles.jpg diakses pada 26 Oktober 2013 pukul 11.37)
Keindahan Taman Versailles dapat terlihat langsung dari elemen lanskap yang taman ini miliki, namun terdapat beberapa hal unik yang menjadi daya tarik dari Taman Versailles, terutama adalah mitos yang melatarbelakangi beberapa desain elemen lanskap yang ada. Mitos ini berkaitan erat dengan perwujudannya pada Louis XIV dan juga kepemimpinannya yang absolut.
Veronika Joan Putri
2
2
Louis XIV dan Absolutisme
Louis XIV dilahirkan di Royal Chateaux Saint Germain-en-Laye pada tahun 1638. Pada saat umur lima tahun, ia naik tahta menjadi raja, sejenak setelah ayahnya, Louis XIII, meninggal dunia. Pada tahun 1660, Louis XIV menikahi Maria Theresa of Austria. Tepat setahun kemudian, setelah kematian kakek dan perdana menteri Cardinal Mazarin, pada umur 23 ia mendeklarasikan kepemimpinan tunggalnya. Kekuasaan Louis XIV pada masa itu sangat terlihat dari bangunan grand chateaux yang dibangun untuk monarki. Louis XIV memindahkan pusat kepemerintahannya dari Louvre Palace di Paris ke suatu lokasi yang mampu mengakomodasi keinginan besarnya, dan menyediakan suatu perlindungan kerajaan dari keberadaan kaum urban. Louis XIV memilih suatu daerah yang pernah dibangun oleh ayahnya, Louis XIII, Versailles – the old stone hunting lodge, yang terletak di sisi barat kota Paris. Ia mengubah daerah tersebut menjadi political and social hub dari Perancis. Versailles kemudian menjadi sebuah daerah monumental terhadap absolutisme. 1 20 tahun pertama pada masa kepemimpinannya, ia menunjukkan kepemimpinan yang brilian. Ia melakukan pemekaran budaya yang luar biasa, seperti pendirian teater, musik, arsitektur, lukisan, patung, dan pendirian akademi kerajaan. Hal ini adalah wujud gagasan Louis XIV bersama Colbert untuk memuliakan kekuasaan raja dan kepemimpinannya melalui seni.
Gambar 3 Louis XIV dan akademi kerajaan. (Sumber: http://staff.gps.edu/mines/AgeofAbsoluLouisXIV.htm diakses pada 25 Oktober pukul 18.21)
Namun disamping prestasi-prestasinya dalam melakukan pemekaran budaya, ia juga menunjukkan kepemimpinan absolutnya. Ia menilai tahtanya sebagai suatu „kebesaran, kemuliaan, dan sesuatu yang menyenangkan‟. Ia mulai menciptakan suatu yang hebat di istananya, dimana ia juga menetapkan standar monarki dan 1
Sub bab Enlightenment and Romanticm: Political Absolutism. Halaman 239-242. Pregill, Philip and Volkman, Nancy. (1993). Landscapes in History. New York.
Menyibak Keindahan Perancis melalui Taman Versailles
3
aristokrasi untuk seluruh Eropa. Ia menghukum semua orang yang mengingkari ketentuannya. Ia mengidentikkan dirinya dengan Dewa Matahari, Apollo, sang pemimpin yang mampu mengubah segalanya. "I have no intention of sharing my authority" "L'état, c'est moi." (I am the state) "One king, one law, one faith." "The interests of the state must come first" -Louis XIV2
3
Mitos Apollo, The Sun God dan Louise XIV, The Sun King
Apollo (bahasa Yunani: Απόλλων) adalah dewa cahaya, musik, pemanah, pengobatan, matahari, dan penyair dalam mitologi Yunani dan mitologi Romawi. Apollo di Romawi dikenal juga dengan nama Foebus atau yang artinya “yang bercahaya”. Apollo sering kali digambarkan sebagai pemuda yang tampan tanpa janggut yang memegang lyre atau alat musik sejenis harpa dan kadang memegang panah (lihat Gambar 4).
Gambar 4 Patung Apollo dengan alat musik Lyre yang menjadi salah satu simbolnya. (Sumber: http://www.maicar.com/GML/Apollo.html diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 15.05)
Apollo merupakan anak dari Zeus dan Leto dari bangsa Titan (bangsa raksasa yang mengatur bumi hingga akhirnya para dewa dari Olympus turun dan mengatur 2
http://www.historylearningsite.co.uk/absolutism_and_france.htm (diakses pada 25 Oktober 2013)
Veronika Joan Putri
4
bumi). Ia dilahirkan di bawah pohon zaitun di Delos pada hari ketujuh Thargelion (dalam tradisi Delos). Kesulitan Leto setelah melahirkan Apollo satu persatu muncul, dimulai dengan Leto yang dikejar oleh Hera, istri Zeus, yang menyuruh raksasa untuk membunuhnya, hingga Leto yang dibiarkan kehausan setelah melahirkan karena tidak diperbolehkan para petani Lycian untuk menyentuh air danau untuk meminta air minum. Namun dibalik kesulitan masa kecilnya, kehebatan Apollo sudah terlihat sejak masa kecil. Ia mampu bertarung dengan Phyton di gua suci di Delphi dan membunuhnya. Ia juga berhasil menjatuhkan raksasa Titios bersama dengan ayahnya, Zeus, yang berniat untuk membunuh sang ibu, Leto. Apollo kemudian ditahtakan sebagai seorang Dewa Matahari, menggantikan Titan Helios. Louis XIV menjadikan matahari sebagai lambang kekuasaannya diasosiasikan dengan Apollo, yang mampu menjadi tubuh surgawi yang mampu memberikan kehidupan bagi segala sesuatu, sama seperti terbitnya matahari, dan juga tenggelamnya matahari. Ia juga mengasosiasikan dirinya dengan Apollo karena ia mampu membawa perdamaian, juga menjadi simbol bagi berkembangnya seni (lihat Gambar 5).
Gambar 5 Relief Louis XIV sebagai Apollo oleh Michel Molart 3 (Sumber: http://www.metmuseum.org/toah/works-of-art/25.142.61 diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 16.02) 3
Michel Molart: Louis XIV as Apollo (25.142.61)". In Heilbrunn Timeline of Art History. New York: The Metropolitan Museum of Art, 2000–. http://www.metmuseum.org/toah/works-of-art/25.142.61 (August 2009)
Menyibak Keindahan Perancis melalui Taman Versailles
5
Dalam rancangan Versailles, Louis XIV mengkombinasikan penggambaran dan atribut dari Apollo dengan penggambaran dan lambang dirinya pada setiap elemen arsitektur dan lanskap. Penggambaran pada elemen arsitektur digambarkan dengan empat simbol, yaitu double LL, mahkota kerajaan, tongkat, dan tangan keadilan (lihat Gambar 6). Sedangkan pada elemen lanskap, penggambaran tersebut dapat dilihat dengan jelas pada patung-patung di setiap bassin (lihat Gambar 7) dan grotte, dan juga terlihat dari pola taman yang menggambarkan matahari.
Gambar 6 Lambang Louis XIV di beberapa elemen arsitektur. (Sumber: D‟Hoste, Jean Georges. (2001). All Versailles – English Edition. Italy.)
Gambar 7 Patung di Bassin de Latone yang menggambarkan Lato dengan dua anaknya, Apollo dan Artemis. (Sumber: D‟Hoste, Jean Georges. (2001). All Versailles – English Edition. Italy.)
Veronika Joan Putri
6
4
Grotte de Thetys –Mitos Apollo terkait Kekuasaan Louis XIV
Louis XIV melakukan berbagai perkembangan budaya, salah satunya melalui seni sculpture. Seni sculpture dapat dilihat pada Grotte de Thetys, salah satu elemen yang menceritakan mitos mengenai Apollo. Grotte de Thetys dibangun pada tahun 1664 dan rampung pada tahun 1670, terletak di utara istana, merupakan bangunan berbentuk persegi panjang yang juga menjadi tempat air disimpan. Bangunan ini memiliki façade yang menggambarkan Ovid‟s Metamorphoses (lihat Gambar 8). Dihiasi dengan tiga ceruk yang menunjukkan patung Apollo yang dimandikan oleh para peri, kuda yang sedang dicuci, dan Apollo mengendarai kereta matahari di langit siang hari dan kembali ke istana pada malam hari. Nama Thetys untuk grotte ini diambil untuk menghormati Dewi Thetys, yaitu dewi laut dalam mitologi Yunani . Dia adalah anak bungsu dari Titanides, putri Uranus dan Gaia. Dia melambangkan kesuburan laut, dan setiap malam ia menerima Matahari datang ke tempat tidur setelah perjalanan surgawinya. Grotte de Thetys dibangun sebagai ikon dari istana yang menggambarkan solar imagery atau perwujudan kekuasaan Louis XIV dalam sebuah karya terbangun.
Gambar 8 Grotte de Thetys (Sumber: http://fr.wikipedia.org/wiki/Grotte_de_Téthys diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 17.40)
5
Bassin de Latone
Bassin de Latone didesain oleh Andre Le Notre, dengan patung yang didesain oleh Gaspard dan Balthazar Marsy. Basin ini dibangun antara tahun 1668-1670, dengan nuansa mitos yang menggambarkan sebuah episode dari Ovid‟s Metamorphoses.
Menyibak Keindahan Perancis melalui Taman Versailles
7
Episode yang diceritakan adalah dimana putri dari bangsa Titan, yang dicintai oleh Jupiter, melahirkan dua anak, yaitu Apollo dan Artemis, di bawah pohon zaitun. Suatu saat, ketika Latona sedang beristirahat di tanah Caryae, ia meminta beberapa petani Lycian memberikan air untuk melegakan dahaganya. Namun petani tersebut tidak memberikan air tersebut dan melemparkan lumpur kepadanya. Kemudian Latona meminta Jupiter untuk mengubah petani tersebut menjadi katak. Episode dari mitologi ini dipilih sebagai alegori untuk pemberontakan dari Fronde, yang terjadi selama minoritas rezim Louis XIV.
Gambar 9 Bassin de Latone (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Latona_Fountain-Gardens_of_VersaillesPalace_of_Versailles-original-1.jpg diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 18.17)
6
Bassin d’Apollon
Selain Bassin de Latone yang sarat akan mitos, Bassin d‟Apollon juga memiliki mitos yang merepresentasikan kepemimpinan Louis XIV. Bassin d‟Apollon atau Apollo Fountain (lihat Gambar 10) terletak di sepanjang sumbu timur dan barat Versailles, dibangun sekitar tahun 1668-1671. Pada tahun 1661, Louis XIV memperkenalkan kekuatan pribadinya, menjadikan kekuatan matahari sebagai simbol sejatinya. Pada patung Apollo Fountain ini, Apollo digambarkan sedang mengendarai kereta mataharinya, dengan empat penunggang meniup kulit kerang yang dikelilingi oleh kadal-kadal air dan lumba-lumba, menandakan terbitnya matahari. Hal ini diasosiasikan dengan Louis XIV yang menandakan terbitnya Perancis.
Veronika Joan Putri
8
Gambar 10 Bassin d'Apollon (Sumber: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Versailles_Bassin_d‟Apollon_001.jpg diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 18.11)
7
Catatan Penutup
Suatu karya arsitektur atau lanskap dapat merepresentasikan suatu hal, termasuk kekuasaan. Pada masa kepemimpinan Louis XIV, ia merepresentasikan kekuasaannya tidak hanya melalui pemikiran ataupun ideologi, melainkan dengan suatu karya arsitektur dan lanskap yang grande, yang menjadi sejarah sepanjang zaman. Versailles – karya megah yang menjadi sejarah, merepresentasikan kekuasaan Louis XIV melalui patung-patung pada desain grotte dan bassin. Patung-patung ini menggambarkan mitos-mitos Apollo, The Sun God, yang merepresentasikan sang raja, Louis XIV, The Sun King. Tulisan ini dibuat semata-mata untuk membuka pandangan kita terhadap sejarah taman Perancis yang termegah, Versailles. Melihat kembali mitos-mitos Yunani yang diasosiasikan dengan Louis XIV dan kekuasaannya, dan memahami desain elemen-elemen lanskap yang mampu menceritakan kembali sejarah.
8
Referensi
Buku D‟Hoste, Jean Georges. (2001). All Versailles – English Edition. Italy.
Menyibak Keindahan Perancis melalui Taman Versailles
9
Geoffrey and Jellicoe, Susan. (1995). The Landscape of Man - Third Edition. London. Oldham, John. (1980). Gardens In Time. Lansdowne Press. Sydney. Pregill, Philip and Volkman, Nancy. (1993). Landscapes in History. New York. Laman http://en.wikipedia.org/wiki/versailles (diakses pada 20 Oktober 2013) http://courses.umass.edu/latour/France/gale/index.html (diakses pada 20 Oktober 2013) http://aisyahyangedukatif.blogspot.com/2010/09/tentang-raja-louis-xiv-danistananya.html (diakses pada 20 Oktober 2013) http://travel.kompas.com/read/2011/09/20/16045063/Istana.Versailles.Tempat.Rat u.Pop.Marie.Antoinette.Berpesta. (diakses pada 20 Oktober 2013) http://www.gutenberg.org/files/14857/14857-h/14857-h.htm Oktober 2013)
(diakses pada 20
http://www.maicar.com/GML/Apollo.html (diakses pada 25 Oktober 2013) http://staff.gps.edu/mines/AgeofAbsoluLouisXIV.htm (diakses pada 25 Oktober 2013) http://www.metmuseum.org/toah/works-of-art/25.142.61 (diakses pada 25 Oktober 2013) http://www.historylearningsite.co.uk/absolutism_and_france.htm (diakses pada 25 Oktober 2013)
Veronika Joan Putri
10