BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1
Kajian Teori
2.1.1Tinjaun Tentang Hasil Belajar Suprijono, 2009: 7mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.Dalam pembelajaran perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai, apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009 :5-6 )hasil belajarberupa: 1.
Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap
rangsangan
spesifik. Kemampuan
tersebut
tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis – sintesis fakta konsep dan mengembangkan prisip prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Menurut Bloom hasil belajar yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif komprehensif
adalah knowledge (pengetahuan atau
ingatan),
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
5
(menerapkan),
analysis
(menguraikan,
menentukan
hubungan)
synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi
dan
karakteristik.Psikomotor
juga
mencangkupketerampilan
produktif,teknik fisik, sosial,dan intelektual. Sementara, menurut Lidgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan,informasi, pengertian, dan sikap (Suprijono, 2009 : 6-7) . Menurut Sudjana, 2008: 22 hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Kingsley (dalam Sudjana, 2008:22) hasil belajar dibagi menjadi (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Segne dalam (Sudjana, 2008:22) hasil belajar dibagi menjadi lima kategori, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Menurut bloom dalam (Sudjana, 2009 : 22-23) mengemukakan bahwa hasil belajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotaris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sintesis dan evluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu (1) penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3) penilaian, (4) organisasi (5) dan internalisasi.Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.Beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahanya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru.Para guru lebih banyak menilai kognitif semata-mata.Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingah laku sepeti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.Ranah psikomotaris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotaris, yaitu (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
6
perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, (e) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di antara ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Menurut Sudjana, 2009 : 23 perbedaan antara hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotoris adalah sebagai berikut: Tabel 2.1.Perbedaan antara hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotoris No
Hasil belajar afektif
Hasil belajar psikomotoris
1
Kemauan untuk mnerima Segera memasuki kelas pada waktu guru pelajaran datang dan duduk paling depan mempersiapkan kebutuhan belajar
2
Perhatian siswa terhadap apa Mencatat bahan pelajaran dengan baiak dan yang dijelaskan oleh guru sistematis
3
Penghargaan siswa terhadap Sopan, ramah, dan hormat kepada guru pada guru saat guru menjelaskan pelajaran.
4
Kemauan untuk mempelajari Segera membentuk kelompok untuk diskusi bahan pelajaran lebih lanjut
5
Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran.
5
Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakanya dalam praktek kehidupanya.
Senang terhadap guru dan Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi mata pelajaran yang dengan guru dan bertanya atau meminta saran diberikanya. bagaimana mempelajari pelajaran yang diajarkanya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapainya, oleh karena itu semakin baik kualitas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maka akan semakin baik pula hasil belajar siswa.
7
2.1.2Pembelajaran Menggunakan Metode Talking Stick Talking Stick merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatifyang berpusat pada siswa.Motodetalkingstick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya Tarmizi (dalam Pramukantoro, 2013). Menurut (Suprijono, 2009 : 67-68) langkah-langkah metode talking stickadalah sebagai berikut: (1) guru menyiapkan sebuah tongkat, (2) guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/ paketnya, (3) setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya, (4) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, (5)guru memberikan kesimpulan, (6) evaluasi, dan (7) penutup. Dalam motode ini terdapat beberapa kelebihan antara lain yaitu melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan, menguji kesiapan siswa, melatih siswa memahami materi dengan cepat, dan agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai). Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan antara lain :(1) pengetahuan tidak luas hanya berpusat pada pengetahuan sekitar siswa serta tidak efektif,(2)membuatdekdekan hati siswa, (3) membuat siswa tegang dan ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru Tarmizi (dalam Pramukantoro, 2013 : 97). Suyatno (dalam Astuti 2009 : 71) menyatakan bahwa metode talking stick merupakan metode pembelajaran yang di rancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran siswa dengan menggunakan media tongkat. pembelajaan dengan metode ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Talking stick dipakai sebagai tanda bahwa siswa
8
yang mendapat giliran memegang tongkat mempunyai hak suara (berbicara) untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang telah di pelajari. Menurut Suprijono, 2009 : 109 metode talking stick dapat mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapatnya. Keberanian siswa mengemukakan pendapat karena materi telah dikuasai maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.Metode talking stick merupakan salah satu metodependukung pembelajarankooperatif dengan bantuan tongkat, metode ini bertujuan untuk menguji kesiapan siswa. Talking stick digunakan sebagai pendukung dalam pembelajaran ini, yang bertujuan agar setiap siswa menjadi lebih siap dalam mengikuti pelajaran karena guru tidak memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya setelah siswa berdiskusi, sehingga dalam suatu kelompok tidak hanya menggantungkan pada siswa yang pandai saja tetapi siswa mempunyai kesempatan yang sama. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat mempelajari siswa yang berkemampuan sedang dan rendah dalam timnya agar semua anggota dalam tim dapat memahami seluruh materi yang sedang dipelajari, sehigga akan terbentuk pembelajaran yang menarik, berkesan dan membuat siswa lebih bersemangat dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Sukarpiani, 2013 metode pembelajaran talking stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran.Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.Metode talking stick yang dimaksud dalam penelitian ini yatu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang beorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang dberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya. Guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru,
9
Menurut yennita, 2010:10 mengemukakan bahwa metode talking stick merupakan salah satu inovasi pembelajaran atau suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, untuk memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan metode talking stickdiawali dengan penjelasan guru secara umum mengenai mater pokok pelajaran yang akan dipelajari. 2.1.3. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional dirancang untuk pengusaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan. Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasan pengetahuan yang distruturalkan dengan baik dan penguasaan keterampilan. Tabel 2.2.Sintak model pembelajaran konvensional sebagai berikut: Fase-fase Perilaku Guru Fase 1 : menyampaikan tujuan dan Menjelaskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan peserta didik informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar Fase 2: Mendemonstrasikan Mendemonsrtasikan keterampilan yang pengetahuan atau keterampilan benar, menyajikan informasi tahap demi tahap Fase 3 : Membimbing pelatihan Merencanakan dan memberi pelatihan awal Fase 4 : Mengecek pemahaman dan Mengecek apakah peserta didik telah memberikan umpan balik berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Memberikan kesempatan untuk Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dan penerapan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan seharihari. (Suprijono, 2009 : 50)
10
2.1.4.Tinjaun Materi Tentang Koloid Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya antara larutan dan suspensi.Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat didispersikan ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar 1-100 mikrometer (Syukri, 1999 : 453).
Gambar 2.1 Larutan, Suspensi dan Koloid (Savitri, 2011). Tabel 2.3.Perbadingan antara koloid, larutan sejati dan suspensi kasar. No
Larutan sejati
Koloid
Suspensi kasar
1
Homogen,tidak dapat di bedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
2
Semua partikelnya Partikelnya berdimensi Partikelnya berdimensi > 1 nm antara 1 nm sampai berdimensi > 100 100 nm nm
3
Satu fase
Dua fase
Dua fase
4
Stabil
Stabil
Tidak stabil
5
Tidak dapat di saring
Tidak dapat di saring Dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra
6
Penampilan jernih
Keruh – jernih
7
Contoh : larutan gula Contoh : susu atau Contoh : air kopi atau larutan garam santan, tepung dalam atau air keruh air
Secara makroskopis Heterogen bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
Keruh
(Achmad, 2001 : 203)
11
A. Jenis – Jenis Koloid Menurut Achmad, 2001 : 204 berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu : a. Sol ( fase terdispersi padat ) 1. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh : paduan logam, gelas warna, intan hitam. 2. Sol cair atau emulsi adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh : cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat. 3. Sol gas atau aerosol padat adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh : debu di udara, asap pembakaran. b. Emulsi ( fase terdispersi cair ) 1. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh : jelly, keju, mentega 2. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh : susu, mayones, krim tangan. 3. Emulsi gas atau aerosol cair adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh : hairspray dan obat nyamuk c. Buih ( fase terdispersi gas ) 1. Buih padat busa padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh : batu apung, karet busa. 2. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh : putih telur yang di kocok dan busa sabun. B. Sifat – Sifat Koloid Menurut Achmad, Sifat – sifat koloid dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Efek tyndall yaitu suatu efek penghamburan berkas cahaya di partikelpartikel yang terdapat dalam sistem koloid sehingga berkas sinar telihat. Sepeti pada gambar 2.2, teramati bahwa berkas cahaya yang melelui koloid dapat
menghamburkan cahaya. Hal ini disebabkan karena
ukuran molekul koloid yang cukup besar,menyebabkan berkas sinarnya teramati. Contoh lain sepeti berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.
12
Gambar 2.2Proses efek Tyndall (Savitri, 2011) 2) Gerak brown yaitu gerak partikel-partikel koloid yang tidak beraturan. Gerak Brown terjadi karena benturan antara partikel zat terdispersi dengan parikel zat pendispersi dalam koloid. Seperti yang telah teramati pasa gambar
2.3 dimana zat pendispersinya adalah air dan zat
terdispersinya larutan.
Gambar 2.3 Gerak Brown (Mariyam, 2010) 3) Adsorpsi yaitu peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat. Misalnya sol Fe (OH) 3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As 2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif, seperti pada gambar 2.4 dibawah ini.
Gambar 2.4AdsorpsiAs2S3 dan Fe (OH)3(Mariyam, 2010). 4) Elektroforesis yaitu pergerakan partikel koloid bermuaatan menuju elektroda (kutub) berlawanan. Contoh pengurangan zat-zat udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik, yang zat-zat teramati pada gambar 2.5 dibawah ini.
13
Gambar 2.5 Elektroforesis (Mariyam, 2010) 5) Koagulasi yaitu penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan. Contoh : perebusan telur, pembuatan tahu, penjernihan air. Seperti pada gambar 2.6 berikut ini.
Gambar 2. 6 Proses Koagulasi (Mariyam, 2010) 6) Dialisis yaitu pergerakan ion-ion atau molekul-molekul dalam koloid yang ukuran partikelnya lebih kecil dari partikel melewati suatu membran semipermiabel, seperti membran usus, kertas selofan atau serat perkamen. Contoh : proses cuci darah penderita gagal ginjal. 7) Koloid liofil dan koloid liofob 1). Koloid liofil adalah koloid yang partikel-partikel terdispersinya menarik (suka) medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air disebut hidrofil.Contoh : agar-agar, lem, kanji, gelatin (zat-zat organik). 2). Koloid liofob adalah koloid yang partikel – partikel terdispersinya tidak menarik (tidak suka) pada medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air disebut hidrofob.Contoh : koloid logam (emas, perak).
14
8) Koloid pelindung yaitu salah satu sifat koloid yang dapat melindungi koloid lainya sehingga menjadi koloid yang stabil. Contoh adalah gelatin yang digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah pembentukan kristal es yang keras dan kasar C. Pembuatan Koloid Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi dan cara kondensasi. 1). Dispersi Gumpalan materi atau suspesi kasar dapat diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid. Membuat koloid dengan memecah gumpalan itu disebut dispersi (penyebaran), yaitu dengan cara sebagai berikut: 1. Cara mekanik yaitu meggerus (mengiling) partikel kasar sampai berukuran koloid, contohnya membuat koloid belerang dan urea masing-masing dari butirnya. 2. Cara elektronik yaitu membuat koloid dengan mencelupkan dua elektro logam (seperti emas) ke dalam air. 3. Cara peptisasi yaitu membuat koloid dengan menambahkan suatu cairan kepada partikel kasar (endapan) sehingga pecah menjadi koloid. Contohnya membuat koloid AgCl dengan menambahkan air suling kepada padatan AgCl, dan menambahkan HCl encer pada endapan Al(OH) 3 untuk mendapatkan koloid Al(OH)3. Demikian juga koloid Fe(OH)3 dapat di buat dengan menambahkan larutan FeCl3pada endapan Fe(OH)3. 2. Kondensasi Kondensasi adalah kebalikan dari dispersi, yaitu pengabungan (kondensasi) partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid. Penggabungan itu terjadi dengan berbagai cara, diantaranya sebagai berikut: (1) Cara reaksi kimia yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke dalam larutan sehingga hasil reaksinya berupa koloid.
15
1. Cara reduksi yaitu mereduksi logam dari senyawa sehinga terbentuk agregat atau logam. Contohnya membuat koloid emas dengan mereduksi emas klorida dengan stanni klorida. 2 AuCl3 + 3 SnCl2
2 Au + 3 SnCl4
2. Cara oksidasi yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa sehingga terbentuk unsur bebas. Contohnya dalam menbuat koloid belerang dengan mengoksidasi hidrogen sulfida dengan SO2. 2 H2S + SO2
2 S + H2O
3. Cara hidrolisis yaitu menghidrolisis senyawa ion sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut (koloid). Contohnya dalam membuat koloid Fe(OH)3 dengan memasukan larutan FeCl 3 ke dalam air panas. FeCl3(aq) + H2O
Fe (OH)3+ 3 HCl
4. Reaksi metasesis yaitu penukaran ion sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut. Contohnya dalam membuat koloid AgBr dengan mereaksikan larutan AgNO3 dengan KBr AgNO3 + KBr
AgBr(s) + KNO3
(2) Cara pertukaran pelarut, koloid dapat dibuat dengan menukar pelarut atau menanbahkan pelarut lain, jika senyawa lebih sukar larut dalam pelarut kedua. Contohnya dalam menbuat koloid belerang, dengan menambahkan air ke dalam larutan belerang dalam alkohol. (3) Pendinginan berlebih: koloid dapat terjadi bila campuran didinginkan sehingga salah satu senyawa membeku. Contohnya membuat koloid es dengan mendinginkan campuran eter atau kloroform dengan air (Syukri, 1999 : 459-450). 3. Pemurnian Koloid Suatu koloid biasanya megandung senyawa lain yang larut, yang dapat dimurnikan dengan cara dialisis, elektroosmosis atau elektroforesis. 1. Cara dialisis Partikel koloid umunya tidak dapat melewati pori-pori saringan kertas perkamen, selofan atau plastik tertentu tetapi saringa tersebut dapat
16
dilewati oleh moleku kecil dan ion yang larut dalam medium.Saringan seperti itu disebut selaput semipermiabel karena pori-porinya sangat kecil. 2. Elektroosmosis Koloid yang mengandung ion dapat di murnikan dengan cara Elektroosmosis,
yaitu
memaksa
ion-ion
melewati
pori
selaput
semipermiabel dengan bantuan listrik. 3. Elektroforesis Campuran beberapa koloid yang bermuatan listrik dapat di pisahkan dengan cara elektroforsis karena koloid akan tertarik ke elektroda yang berlawanan muatannya (Syukri, 1999 : 460-461). Kegunaan Sistem Koloid Sistem koloid banyak digunakan, terutama dalam kehidupan sehari – hari.Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat – zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Adapun kegunaan dari sistem koloid yaitu mengurangi polusi udara, membentu pasien gagal ginjal, sebagai bahan kosmetik, bahan pencuci, sebagai bahan makan, obat dan sebagai deodoran.Selain itu, koloid juga dimanfaatkan dalam proses pemutihan gula, penggumpalan darah dan penjernihan (Syukri, 1999 : 460-46). 2.2
Kajian Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
adalah (1) Pramukantoro (2013:95) mengemukakan bahwa pengembangan perangkat model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada standar kompetensi mengoperasikan peralatan pengendalian daya tegangan rendah di SMK 2 Surabaya signifikan
mempunyai nilai hasil belajar yang lebih tinggi secara
dibandingkan
kelas
yang
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional. (2) Astuti, Dibia dan Riastini, (2012/2013) mengemukakan bahwa pengaruh metode talking stick terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD di 17
Gugus Krisma Kecamatan Negara hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode talking stick lebih tinggih dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. (3) Pradnyani, Sujana dan Suniasih (2013) mengemukakan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD 2 Sesetan Denpasar terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick terhadap hasil belajar. (4) Puspitasari, Suparti, dan Asngad mengemukakan bahwa efektivitas pembelajaran model talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok materi ekosistem kelas VII D SMP Negeri 3 KartasuraSukuharjo tahun pelajaran 2011/2012 terbuktiefektif untuk peningkatan hasil belajar aspek kognitif di mana ketuntasan hasil belajar siswa dari 2 siklus yang telah diterapkan menunjukkan presentase sebanyak 22,8 % dari siklus 1 ke siklus 2. (5) Sukarpiani, Dibia dan Dantes mengemukkan bahwa pengaruh pembelajaran metode talking stick terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V di gugus VII Bontihing terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran taling stick dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. (6) Yennita, Afriani, Rahmad mengemukkan bahwa model pembelajaran talking stick
yang
dipadukan
dengan
model
pembelajaran
kooperatif
efektif
meningkatkan motivas belajar siswa. Variasi berupa game dengan alat berupa tongkat yang digunakan guru dalam pembelajaran merupakan suatu strategi yang baru bagi siswa. 2.3 Kerangka Berpikir Dalam proses belajar mengajar siswa dituntut untuk memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Guru mengharapkan siswa bisa mengerti dengan materi yang diberikan. Tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasanoleh guru, karena dengan demikian akan membuat siswa tidak mengerti dengan bahan yang diberikan oleh guru sehingga tujuan belajar tidak dicapai. Tujuan pembelajaran bisa tercapai apabila seorang guru memiliki strategi atau metode dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode
18
yang bisa digunakan adalah metode talking stick, dengan matode ini siswa diharapkan bisa memahami materi yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran tercapai.Kerangka berpikir secara keseluruhan dirangkum dalam skema yang dilampirkan pada gambar 2.7. Skema kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Guru
Kelas kontrol
Kelas eksperimen Metode talking stick(1) guru menyiapkan sebuah tongkat, (2) guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan 3. kesempatan kepada siswa untuk Kelas eksperimen membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/ paketnya, (3) setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya, (4) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, (5)guru memberikan kesimpulan, (6) evaluasi, dan (7) penutup.
Metode konvensional (1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik (2)Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan (3) Membimbing pelatihan (4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik (5)Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Hasil Belajar
Gambar 2.7 Skema Kerangka berpikir
19
2.4 Hipotesis Berdasarkan defenisi belajar menurut para ahli diatas, yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: “ Terdapat pengaruh penerapan metode talking stick dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi koloid ’’.
20