BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar Konsep tentang belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Gagne yang dikutip dalam Masitoh dan Laksmi Dewi (2009:3) “Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Perubahan ini berjalan terus menerus dalam kinerja atau potensi kinerja manusia. Dengan kata lain, belajar merupakan proses modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku baik yang terbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi melalui proses pengalaman. Slameto (2003:2) menjelaskan bahwa “Belajar merupakan sebuah proses usaha yang dilakukan individu untukmemperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Berdasarkan pengertian ini, belajar akan memberikan perubahan tingkah laku dari yang buruk menjadi baik. Perubahan ini terjadi karena pengalaman yang dimiliki oleh individu tersebut. Belajar juga merupakan aktivitas kejiwaan untuk bisa mengubah tingkah laku yang menetap akibat adanya hubungan antara anak dengan lingkungan dimana anak sedang melakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Winkel (2005:59) menjelaskan bahwa “Belajar adalah aktivitas mental kejiwaan yang berlangsung karena interaksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan baik itu perubahan pengetahuan, pemahaman keterampilan dan perubahan nilai sikap di mana perubahan itu bersifat konstan dan berkas”. 9
10
Sardiman (2012:20) mengatakan bahwa “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, memahami, mendengar, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jika tidak bersifat verbalistik”. Sudjana (2004:51) mengatakan bahwa “belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan pembentukan perilaku individu yaitu bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar”. Berdasarkan pendapat sudjana dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang melibatkan tingkah laku, urut-urutan kejadian dan hasil pengalaman yang membawa perubahan berupa kecakapan yang dilakukan dengan sengaja. Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut sikap kongnitif, afektif dan psikomotor”. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukan para ahli tentang pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang melibatkan kejiwaan manusia sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar juga merupakan suatu kebutuhan manusia agar pada dirinya terjadi perubahan-perubahan, baik pengetahuan, sikap dan nilai-nilai moral atau nilai akhlak yang akan membentuk pribadi seseorang sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
11
2.2 Pengertian Hasil Belajar Daryanto(2010:9), mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang mengakibatkan perubahan pada individu sebagai aktifitas belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf” Sedangkan Purwanto (2009:76) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah “suatau proses yang dikuasai atau diterapkan dari adanya proses belajar. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dinyatakan dalam angka yang menunjukkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap yang dipelajarinya. Semakin tinggi angka yang diperoleh siswa berarti semakin baik pemahamannya” Berdasarkan penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa atau yang dicapai oleh siswa melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dalam bentuk angkaangka atau niali-nilai. Semua aktivitas atau kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar, siswa akan memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi yang diketahui. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang (peserta didik) setelah peserta didik menerima perlakukan dari pengajar (guru). Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh
12
sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Pencapaian belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suatu program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai. Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. anak yang berahsil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tersebut. Untuk megetahui apa hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Susanto (2013:5) “bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan peserta didik“. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan tindak lanjut atau bahkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak hanya saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan
13
keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa tercakup dalam segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan dalam diri manusia baik secara mental atau fisik yang berlangsung melalui interaksi aktif dengan lingkungan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar mengajar. Dan dengan mengetahui hasil pekerjaan yang telah dilakukan siswa, akan mendorong atau menjadi motivasi siswa untuk lebih giat lagi belajar dengan harapan hasilnya akan meningkat. 2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Sugihartono, dkk. (2007:76), menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam. 1) Faktor internal, adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal tersebut meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor ini disebut juga faktor dari dalam siswa yang meliputi aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah dan aspek psikologis yang bersifat rokhaniah. 2) Faktor eksternal, adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal tersebut meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Selain itu, faktor ini disebabkan kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14), mengindentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam 10 macam, antara lain: 1) Kecerdasan anak, kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak terlepas dari faktorlainnya. 2) Kesiapan dan kematangan, kesiapan dan kematangan adalah tingkat perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.
14
3) Bakat anak, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akandatang. 4) Kemauan belajar, kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar siswa menjadi salah satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. 5) Minat, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadapelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. kemudian karena pemusatan perahatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mancapai hasil yang diinginkan. 6) Model penyajian materi pelajaran, model penyajian materi yang menyenagkan, tidak membosankan, menarik dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan siswa. 7) Pribadi dan sikap guru, kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini. 8) Suasana pengajaran, suasana yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. 9) Kompetensi guru, keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompoten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga penekatan itu bisa berjalan dengan semestinya. 10) Masyarakat, dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan macam latar belakang pendidikan. Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah.
Dari uraian faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka peneliti menemukan satu metode dalam penyelesaian permasalahan diatas yaitu bahwa dengan penerapan metode bermain dengan menggunakan alat peraga bisa meningkatkan hasil belajar siswa. 2.2.2 Macam-macam Hasil Belajar Aspek-aspek hasil belajar meliputi hasil belajar afektif (sikap), hasil belajar kognitif (pengetahuan), dan hasil belajar psikomotor (keterampilan). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.2.2.1 Hasil Belajar Afektif (sikap) Aspek afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apersepsi.
15
Sardiman (dalam Susanto, 2013:11), menjelaskan bahwa “sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individuindividu maupun objek-objek tertentu”. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, ataupun tindakan seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Adapun hasil belajar afektif yang dinilai dalam penelitian ini sesuai dengan kompetensi inti diantaranya, tanggung jawab, percaya diri dan cermat. 2.2.2.2 Hasil Belajar Kognitif (pengetahuan) Aspek kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai dengan tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi. Bloom (dalam susanto, 2013:6) menjelaskan bahwa “pemahaman adalah seberapa siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh manas siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, ataupun yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
Dorothy J. Skeel (Susanto, 2013:8), menjelaskan bahwa “konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian.” Jadi konsep ini merupakan suatu yang telah melekat didalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, ataupun suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang
jelas tentang suatu konsep atau citra mental
16
tentang sesuatu. Sesuatu tersebut bisa berupa objek kongkret atau gagasan yang abstrak. Adapun hasil belajar kognitif yang dinilai dalam penelitian ini sesuai dengan kompetensi inti diantaranya, Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan disekolah. 2.2.2.3 Hasil Belajar Psikomotor(keterampilan) Usman & Setiawati (dalam Susanto, 2013:9), menjelaskan bahwa “keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa”. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya. Indrawati (dalam Susanto (2013:9)), menjelaskan bahwa “keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiahyang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip ataupun teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan”. Simpon
(Suprihatiningrum,
2013:46),
menjelaskan
bahwa
“ranah
psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atu motorik”. Sebagaimana kedua aspek yang lain, aspek ini
17
mempunyai berbagai tingkatan yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi. Adapun hasil belajar psikomotor yang dinilai dalam penelitian ini sesuai dengan kompetensi inti diantaranya, Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. 2.2.3 Indikator Hasil Belajar Sunal (Susanto, 2013:5), menjelaskan bahwa ”evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa.” Pengajaran harus mengetahui sejauh mana siswa akan mengerti bahan yang diajarkan. Pengukuran hasil belajar tersebut bisa menggunakan suatu alat untuk mengevaluasi yaitu test. Test dipakai untuk mengetahui hasil belajar siswa dan hasil belajar mengajar dari pendidik. Indikator dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa hasil belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan kurikulum yang disempurnakan. Karena dengan diketahui prestasi siswa maka diketahui pula kemampuan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk mengetahui hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan penilaian atau evaluasi dengan tujuan supaya peserta didik mengalami perubahan secara positif. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi yang dilakukan dapat diketahui dengan menggunakan
18
suatu test tertulis atau test lisan yang mencakup semua materi yang diajarkan dalam jangka waktu tertentu.
2.3 Metode Bermain 2.3.1 Pengertian Metode Bermain Hatimah (2008:86), menjelaskan bahwa “model role playing adalah cara permainan dalam pembelajaran yang pelaksanaannya berupa peragaan secara singkat, siswa belajar dengan tekanan utama pada sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan”. Ada empat asumsi yang mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Secara implisit model bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasrkan pengalaman. Model ini mempercayai bahwa mungkin sekelompok siswa akan menciptakan analogi-analogi mengenai situasi kehidupan nyata, dan analogi-analogi tersebut dapat diwujudkan dalam bermain peran dalam siswa sehingga dapat menampilkan respon-respon orang lain untuk mencoba. 2) Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain.mengungkapakan perasaan untuk mengurangi beban emosional dalam belajar. 3) Model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Dengan demikian, individu dapat belajar dari pengalaman orang lan tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat ia manfaatkan untuk lebih mengembangkan dirinya. Model mengajar ini mendorong siswa untuk turut aktif dalam pemecahan masalah seraya menyimak secara seksama begaimana orang lain berbicara tentang masalah yang tengah dihadapi. 4) Dengan cara itu individu dapat menguji sejauh mana sikap-sikapnya relevan dengan sikap orang lain, apakah sikap itu perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa kehadiran orang lain, niscaya sulitlah bagi individu untuk melakukan evaluasi yang demikian.
19
2.3.2 Tujuan Metode Bermain Hatimah (2008:86) menjelaskan bahwa “tujuan metode ini yaitu untuk melatih anak belajar dalam memerankan satu karakter sesuai dengan yang diinginkan, karakter dalam hal ini yaitu menyangkut karakter manusia dalam kehidupan yang nyata.” Zuhaerini (1983:56) menjelaskan bahwa tujuan menggunakan metode ini dalam proses belajar mengajar antara lain: 1) Apa bila pelajaran dimaksudkan untuk meneragkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut orang banyak dan berdasarkan pertimbangan dinaktis, lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan apat dihayati oleh siswa. 2) Pelajaran
dimaksudkan
untuk
melatih
anak-anak
agar
mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis. 3) Pelajaran dimaksudkan untuk melatih anak-anak dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. 2.3.3 Langkah-langkah Metode Bermain Langkah-langkah penggunaan metode bermain diungkapkan oleh Hatimah (2008:87), sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan skenario pembelajaran. 2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut. 3) Pembentukkan kelompok siswa. 4) Penyampaian kompetensi.
20
5) Menunjuk siswa untuk melakukan skenario yang telah dipelajarinya. 6) Kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon. 7) Presentasi hasil kelompok. 8) Bimbingan kesimpulan. 2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a) Kegiatan belajar lebih dinamis ceria karena diciptakan dalam suasana permainan. b) Siswa belajar akan merasakan peran dalam kehidupan nyata. c) Setiap siswa belajar diberi kebebasan dalam berkreasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 2. Kelemahan a) Bagi siswa yang belajar yang tidak memiliki bakat untuk memerankan satu tokoh maka akan menjadi beban sehingga sulit untuk berkreasi secara maksimal. b) Tujuan pembelajaran akan sulit tercapai apa bila belajar hanya menekankan kepada permainannnya. c) Memerlukan waktu yang relatif lebih banyak.
21
2.4 Metode Pembelajaran Konvensional 2.4.1 Pengertian Pembelajaran Konvensional Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya : 1. Eward (210) menggungkapkan bahwa kelas konvensional dalam pembelajaran, pembelajaran menggunakan buku teks setiap mata pelajaran yang mereka ajarkan. Pendidik hanya mendengarkan dan membaca bagian-bagian yang sama dari buku tersebut dan melakukan tugas yang sama setiap hari atau sebagian yang dimuat oleh pembelajar dari sebuah buku teks. 2. Djamarah (1996), menjelaskan bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. 3. Carolle cox (1999), menggungkapkan bahwa dalam kelas tradisional, peserta didik (1) menerima pelajaran secara pasif, (2) meniru apa yang dimodelkan pembelajar, (3) mengikuti pengarahan dari pembelajar atau buku-buku teks, (4) dinilai pada penguasaan keterampilan dalam urutan hierarki, (5) dikelompokkan menurut kemampuan, (6) mengerjakan tugas yang sama seperti peserta didik yang lain, (7) dinilai dengan menbandingkan kerja dengan peserta didik yang lain, dan (8) berkompetisi dengan peserta didik yang lain.
22
Dari beberapa pendapat yang disampaikan oleh beberapa para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu konsep belajar yang digunakan guru dalam membahas suatu pokok materi secara ceramah yang telah biasa digunakan dalam proses pembelajaran. 2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional Langkah-langkah pembelajaran konvensional diungkapkan oleh Martinis Yamin, (2013:185), sebagai berikut : Persiapan
Pembelajaran mengingatkan kepada peserta didik materi pelajaran yang lalu, kemudian mengemukakan materi yang akan dipelajari.
Pembelajaran menyatakan tujuan pembelajaran.
Peserta didik memperhatikan tujuan belajar hanya untuk menguasai materi pelajaran.
Penyajian
Pembelajaran memberikan definisi, menjelaskan definisi, dan memberi contoh persoalan yang sederhana kebentuk yang kompleks.
Pembelajar menugaskan peserta didik membuat pertanyaan.
Peserta didik berusaha memahami keterangan dan penjelasan contohcontoh yang diberikan pembelajar.
Peserta didik melakukan penguatan eksternal terhadap materi.
Pembelajar meminta jawaban peserta didik sesuai dengan materi yang diberikan.
23
Penutup
Pembelajar menyimpulkan materi pelajaran yang telah diberikan.
Peserta didik memperhatikan kesimpulan pembelajar dan menjawab pertanyaan serta bertanya hal yang belum jelas.
Pembelajar memberikan tugas untuk perbaikan materi.
2.4.3 Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Konvensional Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut : Kelebihan : 1. Peserta didik bisa berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan ditempat lain. 2. Peserta didik menyampaiakn informai dengan cepat. 3. Membangkitkan minat akan informasi. 4. Mengajari peserta didik cara belajar terbaik dengan mendengarkan. Kelemahan : 1. Tidak semua peserta didik memiliki cara belajar tebaik mendengarkan. 2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar peserta didik tertarik dengan apa yang dipelajari. 3. Penekanan sering terjadi pada penyelesaian tugas. 4. Daya pikir serap peserta didik yang rendah akan cepat hilang karena bersifat menghafal.
24
2.5 Alat Peraga 2.5.1 Pengertian Alat Peraga Simanjuntak (1983:35) mengungkapkan bahwa “alat peraga yaitu alat untuk membantu pengajar penyampaian pengetahuan dan mengalihkan keterampilan agar lebih mudah dimengerti oleh audien yaitu peserta didik”. Selanjutnya Sudjana (2002:59) menjelaskan bahwa “suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efesien”. Rohadi (2003:10) menjelaskan bahwa “alat peraga adalah benda yang digunakan untuk memperagakan konsep, fakta, prosdur dan prinsip tertentu agar tampak lebih nyata dan konkrit”. Alat peraga untuk menerangkan konsep subtema bermain dilingkungan rumah adalah berupa gambar-gamabar. Unsur metode dan alat peraga tidak dapat dipisahkan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan yang diinginkan. Dalam pencapaian tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan teliga. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai semua benda yang dapat berupa manusia, objek atau benda mati digunakan untuk media perantara materi dalam proses pembelajaran. Tujuan pada prinsip dasar penggunaan media pembelajaran yakni memperjelas instrumen yang
25
disampaikan, dapat merangsang pikiran, perhatian, dan kemampuan siswa, dapat meningkatkan efektifitas dan kelancaran proses belajar. Dengan kata lain, penggunaan alat peraga bertujuan untuk memperjelas materi yang dipelajari, sehingga mempercepat proses perubahan tingkah laku pada siswa. Elly (1994:50) menyatakan bahwa “alat peraga merupakan salah satu media pembelajaran yang mengandung konsep materi yang dipelajari”. Dalam alat peraga harus mejadi bagian dari media pembelajaran, sehingga fungsinya juga sama dengan media pembelajaran.” Dalam mengajar guru dituntut agar mampu menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan baik. Selain itu guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Banyak cara yang dapat dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Salah satu cara yang dapat dipergunakan adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. 2.5.2 Macam-macam Alat Peraga Klasifikasi alat peraga Sudirman,at.al, yang dikutip Usman (2002:78) adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam: a)
Media audio yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Seperti radio, cassette recorder. Media ini cocok untuk oarang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b)
Media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Adapun media visual yang menampilkan gambar-
26
gambar, cetakan, lukisan atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. c)
Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Contohnya film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi kedalam: a)
Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan media tidak terbatas oleh tempat dan ruang contoh media ini ialah radio dan televisi.
b)
Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat penggunaan medianya membutuhkan ruang dan tempat khusus seperti bioskop, sound slide dan film rangkaian.
c)
Media untuk pengajaran individual seperti modul program dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi kedalam: a)
Media yang sederhana yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, serta penggunaanya tidak sulit.
b)
Media yang komplek yaitu media yang bahan dan pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit dan rumit membuatnya, serta penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
27
c)
Adapun bentuk dan jenis alat bantu adalah sebagai pelengkap, sebagai pembantu untuk mempermudah mencapai tujuan dalam pembelajaran.
2.5.3 Fungsi Penggunaan Alat Peraga Sapriati (2009:14) menjelaskan bahwa alat peraga mempunyai fungsi dalam proses belajar mengajar antara lain: 1. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. 3. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. 4. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti hanya digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5. Penggunaan alat peraga dalam pelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
28
6. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi proses belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat penting sebagai alat bantu untuk menciptakan pelajaran yang efektif. “Alat peraga merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkomunikasikan materi pelajaran agar terjadi proses belajar.” (Sapriati, 2009:513). 2.5.4 Kelemahan dan Kelebihan Penggunaan Alat Peraga Adapun kelebihan dan kelemahan pengunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu: Kelemahan penggunaan alat peraga yaitu: 1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banayak menuntuk guru. 2. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan. 3. Perlu kesedian berkorban secara materiil. Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu: 1. Menumbuhkan minat siswa belajar karena pelajaran lebih menarik. 2. Memperjelas makna bahan ajar sehingga siswa lebih mudah memahami pelajaran. 3. Membuat siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti, menalar, mengamati, menanya, mencoba dan mengkomunikasikkan pelajaran.
29
2.6 Skenario Pembelajaran Materi
dalam penelitian ini diambil dari Buku Tema 2 “bermain di
lingkunganku” dalam subtema 1: bermain di lingkungan rumah. Perlu ditegaskan bahwa skenario antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama saja, hanya yang membedakan pada kelas eksperimen menerapkan metode bermain dan kelas kontrol pembelajaran konvensional. Adapun penjelasan sebagai berikut : Tabel 2.1 Skenario pembelajaran Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
dengan Metode Bermain
dengan Pembelajaran Konvensional
(A)
(B)
Seorang guru menyiapkan materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode bermain dengan menggunakan alat peraga pada subtema bermain dilingkungan rumah. Langkah pembelajaran sebagai berikut:
Seorang guru menyiapkan materi yang akan disampaikan dengan pembelajaran konvensional. Langkah pembelajaran sebagai berikut:
Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan 1.
Guru menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dengan menyapa dan mengucapkan salam dan meminta ketua kelas memimpin do’a
1.
Guru menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dengan menyapa dan mengucapkan salam dan meminta ketua kelas memimpin do’a
2.
Guru mengabsen peserta didik dan 2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan menkomunikasikkan materi yang akan dipelajari menkomunikasikkan materi yang akan hari ini dipelajari hari ini
3.
Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya 3. kepada peserta didik (Apersepsi)
4.
Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai hari ini (Tujuan) 4. Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai hari ini (Tujuan) Guru membangkitkan minat peserta didik dalam
5.
belajar (Motivasi) Kegiatan Inti Pada pembelajaran 1 1. Guru memperlihatkan gambar beni tentang kegiatan bermain di lingkungan rumah,
Guru mengingatkan sebelumnya kepada (Apersepsi)
kembali peserta
materi didik
5. Guru menyuruh peserta didik untuk memperhatikan tujuan pembelajaran hari ini. Kegiatan Inti Pada pembelajaran 1 1. Guru membacakan teks beni tentang
30
dengan tujuan peserta didk dapat mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah serta peserta didik dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin. Dengan membaca teks percakapan, peserta didik dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin. 2. Guru membacakan teks percakapan Tiur dan Beni, agar peserta didik dapat melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan Dengan tanya jawab, peserta didik dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran. 3. Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik tentang menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran. Dengan cerita yang telah dilengkapi, peserta didik dapat mencatat halhal pokok aktivitas bermain di lingkungan rumah. Dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, peserta didik dapat menceritakan keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan. 4. Dengan penugasan guru, peserta didik dapat mengelompokkan benda-benda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah. 5. Guru memberikan contoh cerita narasi bermain rumah kartu, agar peserta didik dapat menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat. Setelah itu guru menyuruh peserta didik untuk mengamati contoh suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan. Dengan mengamati contoh, peserta didik dapat menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan. 6. Guru membimbing peserta didik agar dapat memberi alasan yang berkaitan dengan nilai
kegiatan bermain di lingkungan rumah, dengan tujuan peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah serta peserta didik dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin. 2. Guru membacakan teks percakapan Tiur dan Beni, agar peserta didik dapat melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan Dengan tanya jawab, peserta didik dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran. 3. Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik tentang menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran. Dengan cerita yang telah dilengkapi, peserta didik dapat mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain di lingkungan rumah. dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, peserta didik dapat menceritakan keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan. Dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, peserta didik dapat menceritakan keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan. 4. Dengan penugasan guru, peserta didik dapat mengelompokkan benda-benda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah. 5. Guru memberikan contoh cerita narasi bermain rumah kartu, agar peserta didik dapat menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat. Setelah itu guru menyuruh peserta didik untuk menjelaskan contoh suku kata yang belum diketahui dari kalimat
31
kebenaran suatu kesamaan. Dengan penugasan guru, peserta didik dapat menggambar dan mengidentifikasi bahanbahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif aktivitas bermain di rumah.
matematika yang berkaitan dengan penjumlahan. Dengan mengamati contoh, peserta didik dapat menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan.
7. Guru meminta peserta didik untuk memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur.
6. Guru membimbing peserta didik agar dapat memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan. Dengan penugasan guru, peserta didik dapat menggambar dan mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif.
Metode bermain yang digunakan dalam pembelajaran ini ialah bermain rumah kartu. permainan ini dilakukan dengan cara menyusun kartu seperti bentuk rumah. semakin tinggi semakin sulit. menyusun kartu harus secara hatihati karena kalau tidak hati-hati maka rumah kartunya akan runtuh. Pemenangnya adalah yang berhasil menyusun rumah kartu paling tinggi dan kokoh.
7. Guru menugaskan peserta didik untuk memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur.
Sedangkan alat peraga yang digunakan antara lain: Gambar- gambar aktivitas Beni, dan Rumah Kartu Kemampuan yang dikembangkan antara lain: Sikap (Cermat, percaya diri, dan tanggung jawab) Pengetahuan (Tes lisan) Keterampilan (Membaca teks percakapan) Pada pembelajaran 2 1. Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati tesk narasi tentang bermain di lingkungan rumah. Dengan mengikuti arahan guru, peserta didik dapat membaca teks percakapan Beni, Ibu dan Tiur. Dengan mengamati teman membaca teks percakapan, peserta didk dapat mengisi kalimat berdasarkan percakapan yang telah dilakukan. Peserta didik mengisi kalimat berdasarkan teks percakapan dan peserta didik dapat menjelaskan keberagaman anggota keluarga berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki. Setelah membaca dan mengamati teks percakapan, peserta didik dapat mengatakan makna keberagaman karakteristik individu di rumah. Dengan
Pada pembelajaran 2 1. Guru membacakan tesk narasi tentang bermain di lingkungan rumah. Dengan mendengarkan dan mengikuti arahan guru, peserta didik dapat membaca teks percakapan Beni, Ibu dan Tiur. Dengan mengamati teman membaca teks percakapan, peserta didik dapat mengisi kalimat berdasarkan percakapan yang telah dilakukan. Peserta didik mengisi kalimat berdasarkan teks percakapan dan peserta didik dapat menjelaskan keberagaman anggota keluarga berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki. Setelah membaca dan mengamati teks percakapan, peserta didik dapat mengatakan makna keberagaman
32
mengikuti contoh guru, peserta didik dapat membaca teks percakapan Beni, Ibu dan Tiur. 2. Guru memberikan gambar acak dengan tujuan peserta didik dapat menyebutkan urutan aktivitas bermain belanja-belanjaan. Peserta didik dapat menceritakan pengalaman ketika membantu anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran, dan sifat dalam berbelanja. Dengan mengisi kalimat berdasarkan teks percakapan, peserta didik dapat menjelaskan keberagaman anggota keluarga berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki. 3. Guru membimbing peserta didik dalam melakukan permainan belanja-belanjaan. Dengan mengamati gambar acak, peserta didik dapat menyebutkan urutan aktivitas bermain belanja-belanjaan. Guru membimbing peserta didik dalam membaca teks bermain yang dilakukan Beni dan Tiur. Dengan mengamati teks bermain yang dilakukan Beni dan Tiur, peserta didik dapat menceritakan aktivitas bermain dilingkungan rumah.
karakteristik individu di rumah. Dengan mengikuti contoh guru, peserta didik dapat membaca teks percakapan Beni, Ibu dan Tiur. 2. Guru menugaskan peserta didik untuk dapat menyebutkan urutan aktivitas bermain belanja-belanjaan. Peserta didik dapat menceritakan pengalaman ketika membantu anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran, dan sifat dalam berbelanja. Dengan mengisi kalimat berdasarkan teks percakapan, peserta didik dapat menjelaskan keberagaman anggota keluarga berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki. 3. Guru membimbing peserta didik dalam mengamati teks bermain yang dilakukan Beni dan Tiur, peserta didik dapat menceritakan aktivitas bermain dilingkungan rumah. Dengan mengamati gambar dibuku, peserta didik dapat menyebutkan urutan aktivitas bermain belanja-belanjaan.
4. Guru memperlihatkan media gambar, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai variasi pola gerak dasar lokomotor dalam permainan sederhana. dengan memperhatikan media gambar, peserta didik dapat melakukan variasi gerak jalan keberbagai arah. dengan memperhatikan media gambar, peserta didik dapat melakukan variasi lari ke berbagai arah. dengan memperhatikan media gambar, peserta didk dapat melakukan variasi lompat keberbagai arah. Dengan media gambar, peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai variasi pola gerak dasar lokomotor dalam permainan sederhana.
4. Guru menugaskan peserta didik untuk melihat media gambar yang ada didalam buku, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai variasi pola gerak dasar lokomotor. dengan melihat media gambar yang ada dibuku, peserta didik dapat melakukan variasi gerak jalan keberbagai arah. dengan melihat media gambar, peserta didik dapat melakukan variasi lari ke berbagai arah. dengan melihat media gambar, peserta didik dapat melakukan variasi lompat keberbagai arah. dengan melihat media gambar, peserta didik melakukan gerak lempar ke berbagai arah.
5. Setelah guru dan peserta didik bergerak sesuai media gambar yang dibawa, guru menyuruh peserta didik untuk mengamati contoh soal, menentukan suku yang belum diketahui dan kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan. Dengan
5. Setelah peserta ddik mengetahui gerak sesuai melihat media gambar yang ada dibuku, guru menyuruh peserta didik untuk mengamati contoh soal, menentukan suku yang belum diketahui dan kalimat matematika yang berkaitan
33
mengamati soal, peserta didik dapat mengemukakan langkah-langkah menentukan suku yang belum diketahui dari kalimat matematika penjumlahan. Metode bermain yang digunakan dalam pembelajaran ini ialah bermain belanja-belanjaan. Cara permainannya setiap peserta didik berbaris dalam dua baris di depan papan tulis. Peserta didik depan memegang spidol. Guru yang akan menyebutkan harga sebuah benda, serta jumlah yang akan dibeli. Pikirkan jawabannya bersama dalam kelompok. Peserta didik yang berdiri paling depan akan menuliskan jawabannya pada papan tulis. Lalu peserta didik kembali kebarisan dan berdiri paling belakang. Yang sekarang berdiri di depan mendapat giliran menuliskan jawaban untuk pertanyaan berikutnya. Sampai semua peserta didik kebagian untuk bermain. Pemenangnya adalah kelompok yang paling banyak menjawab benar dalam soal yang diberikan guru.
dengan penjumlahan. dengan mengamati soal, peserta didik dapat mengemukakan langkah-langkah menentukan suku yang belum diketahui dari kalimat matematika penjumlahan.
Sedangkan alat peraga yang digunakan antara lain: Gambar acak tentang Beni dan Tiur Berbelanja. Kemampuan yang dikembangkan antara lain: Sikap: (Cermat, percaya diri, dan tanggung jawab) Pengetahuan: (Tes lisan) Keterampilan: (Membaca teks narasi) Pada pembelajaran 3 1. Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati teks narasi Menolong Ibu Berbelanja. 2. Peserta didik berdiskusi bersama teman sebangku untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks narasi Menolong Ibu Berbelanja. 3. Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati contoh soal, agar peserta didik dapat menentukan suku yang belum diketahui dan kalimat matematika yang berkaitan dengan pengurangan. Dengan mengamati dan mempelajari contoh soal, peserta didik dapat menentukan suku yang
Pada pembelajaran 3 1. Guru menjelaskan teks narasi Menolong Ibu Berbelanja. 2. Peserta didik ditugaskan menjawab pertanyaan berhubungan dengan teks Menolong Ibu Berbelanja.
untuk yang narasi
3. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang contoh soal, agar peserta didik dapat menentukan suku yang belum diketahui dan kalimat matematika yang berkaitan dengan pengurangan. Dengan contoh soal, peserta didik dapat mengemukakan langkah-langkah menentukan suku yang belum diketahui
34
belum diketahui dan kalimat matematika yang berkaitan dengan pengurangan. 4. Guru membimbing peserta didik dalam menyebutkan alat dan bahan membuat karya seni rupa. Dengan mengamati lingkungan sekitar, peserta didik dapat menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, bentuk dan tekstur.
dari kalimat matematika pengurangan. 4. Guru membimbing peserta didik dalam menyebutkan alat dan bahan membuat karya seni rupa. Dengan mengamati lingkungan sekitar, peserta didik dapat menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, bentuk dan tekstur dengan cermat dan bertanggung jawab.
Metode bermain yang digunakan adalah bermain peran cara permainanya adalah seorang ibu meminta kepada anaknya untuk berbelanja ke warung serta memberikan daftar belanjaan dan uang kepada anak, setelah itu anak menceritakan pengalaman kepada semua temannya didepan kelas. Adapun alat peraga yang digunakan ialah: Gambar uang,dan lidi. Kemampuan yang dikembangkan antara lain: Sikap (Cermat, percaya diri, dan tanggung jawab) Pengetahuan (Tes lisan) Keterampilan (Membaca teks narasi) Pada pembelajaran 4 1. Guru meminta peserta didik untuk membaca teks bacaan tentang membuat cincau, dengan tujuan peserta didik dapat menyebutkan urutan kegiatan membuat cincau. Dengan membaca teks cerita narasi membuat cincau, peserta didik dapat menyebutkan urutan kegiatan membuat cincau. 2. Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati gambar acak tentang proses membuat cincau. Dengan mengamati gambar, peserta didik dapat menceritakan kembali proses membuat cincau dengan kata-kata sendiri. Peserta didik memperhatikan gambar proses membuat cincau, dan menjelaskan cara mengolah bahan alam yang dapat digunakan sebagai olahan makanan. Dengan mengamati gambar, peserta didik dapat menceritakan kembali proses membuat cincau dengan
Pada pembelajaran 4 1. Guru membacakan teks bacaan tentang membuat cincau, Dengan tujuan peserta didik dapat menyebutkan urutan kegiatan membuat cincau. 2. Guru menyuruh peserta didik untuk melihat gambar yang ada dibuku tentang proses membuat cincau. Dengan melihat gambar, peserta didik dapat menceritakan kembali proses membuat cincau dengan kata-kata sendiri. Peserta didik memperhatikan gambar proses membuat cincau, dan menjelaskan cara mengolah bahan alam yang dapat digunakan sebagai olahan makanan. Dengan mengamati gambar, peserta didik dapat menceritakan kembali proses membuat cincau dengan kata-kata
35
kata-kata sendiri. 3. Dengan mengamati gambar contoh sikap bersatu di rumah, peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai kegiatan yang menunjukkan sikap bersatu dalam keberagaman di rumah. Dengan mengamati gambar contoh sikap bersatu di rumah, peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai kegiatan yang menunjukkan sikap bersatu dalam keberagaman di rumah. 4. Kemudian guru menyuruh peserta didik berdiskusi bersama teman sebangku untuk dapat menjawab pertanyaan berdasarkan contoh gambar sikap bersatu di rumah. Dengan diskusi bersama teman sebangku, peserta didik dapat menjelaskan akibat yang akan terjadi jika kita tidak bersatu dalam keberagaman. 5. Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang mengidentifikasi bahan alam di lingkungan sekitar untuk karya kreatif dan olahan makanan (daun cincau). Dengan tanya jawab, peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai kegiatan yang menunjukkan sikap bersatu dalam keberagaman di sekolah. Metode bermain yang digunakan adalah bermain mengurutkan gambar cincau. Cara permainannya ialah setiap gambar di beri No...agar peserta didik bisa menulis angka. Gambar di acakacak dan ditempel didepan kelas. peserta didik diminta untuk maju kedepan mengisi No...sehingga sesuia dengan urutan cara pembuatan cincau yang benar. Adapun alat peraga yang digunakan ialah: Gambar kegiatan membuat cincau dan Gambar acak tentang proses membuat cincau Kemampuan yang dikembangkan antara lain: Sikap (Cermat, percaya diri, dan tanggung jawab) Pengetahuan (Tes lisan) Keterampilan (Kemampuan membaca narasi)
sendiri. 3. Dengan menjelaskan contoh sikap bersatu di rumah, peserta ddik dapat mengidentifikasi berbagai kegiatan yang menunjukkan sikap bersatu dalam keberagaman di rumah. Dengan mendengarkan guru menjelaskan contoh sikap bersatu di rumah, peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai kegiatan yang menunjukkan sikap bersatu dalam keberagaman di rumah. 4. Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk dapat menjawab pertanyaan berdasarkan contoh sikap bersatu di rumah. Dengan menjawab pertanyaan peserta didik dapat menjelaskan akibat yang akan terjadi jika kita tidak bersatu dalam keberagaman. 5. Guru menyimpulkan tentang mengidentifikasi bahan alam di lingkungan sekitar untuk karya kreatif dan olahan makanan (daun cincau).
36
Kegiatan Penutup
Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada peserta 1. didik untuk berbicara/bertanya dan menambahkan informasi dari peserta didik lainnya
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara/bertanya dan menambahkan informasi dari peserta didik lainnya
2.
Guru menyimpulkan materi pelajaran
Guru dan peserta didik menyimpulkan materi
bersama-sama 2.
3. Peserta didik memerhatikan kesimpulan 3. Guru memberi penghargaan kepada peserta didik yang diberikan guru yang bisa menjawab pertanyaan guru 4. Guru memberikan tugas kepada peserta didik 4. Guru menginformasikan materi yang akan 5. Guru mengucapkan salam dan do’a penutup dipelajari besok 5. Guru bersama peserta didik mengucapkan do’a penutup
2.7 Kerangka Berpikir Proses pembelajaran pelajaran di SDN No 55/1 Sridadi belum maksimal. Hal ini terbukti dengan rendahnya nilai siswa pada pelajaran. Guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam pembelajaran di kelas guru hanya memberikan konsep dan soal latihan tanpa memberikan pengalaman belajar pada siswa, hal ini membuat peserta didik cepat merasa bosan. Peserta didik menjadi pasif dan tidak mau mengungkapkan ide-ide yang ada di pikiran mereka. Dalam menyampaikan materi kepada peserta didik salah satu cara yang harus dilakukan oleh guru adalah menyampaikan materi pelajaran menerapkan metode bermain dengan menggunakan alat peraga. Penggunaan metode ini diharapkan bisa membantu peserta didik untuk mudah menerima dan memahami materi pelajaran. Pemahaman peserta didik pada materi pelajaran yang disampaikan berarti peserta didik akan memperoleh hasil belajar yang baik dan maksimal.
37
Secara ringkas kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dibuat bagan sebagai berikut :
Sampel Penelitian (peserta didik)
Kelas Eksperimen IIA
Pembelajaran
Kelas Kontrol IIB
menggunakan
metode bermain dengan alat
Pembelajaran
menggunakan
metode konvensional
peraga
Hasil belajar
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti yaitu terdapat pengaruh antara metode bermain dengan menggunakan alat peraga pada subtema bermain dilingkungan rumah terhadap hasil belajar siswa kelas II SDN No.55/1 Sridadi.