r tsBN. 979-95399-3-5
PNOSIDING SEMINAN NASIONAT III
PEN6ELOL AAN 5ERAN6 GA Y AN6 BIJAKSANA MENUJU OPTIMA5I PRODUKSI Bogor, 6 November 2001 ;
I
i
l 1
l
r
I
l
I l
l
I I
l l
I
I I
I I
I I
I
Perhimpunan Entomologi lndonesia Cabang Bogor
I
I
4
j?:.
/
\
to-
-w"t lttt'up,,nu,
'(ow1;' 7' 1t'i7'4
Prosiding Seminar Nasional lll PENGELOLAAN SERANGGA YANG BIJAKSANA MENUJT' OPTIMASI PRODUKSI Bogor, 6 November 2001
Penanggung Jawab:
Ketua PEI Cabang Bogor Editor: Paimin Sukartana Imam Prasadja Muhammad Arifin Ellyda Abas Wkardi Kaomini Soesilawati
Perhimpunan Entornologi Indonesia Cabang Bogor Alamat: ll. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Telp. 025 L-32L879, Fax: 0251-327010
Daftar Isi
iLri
Kata Pengantar Daftar Isi
lv
Makalah Utama Bekal Pengetahuan Dasar untuk Melaksanakan pengelolaan --:--''-'v's serangga
SecaraBrjaksana
SoelaksonoSastrodilrardjo...................:..'.......... Makalah Penunjang studi Perbandingan perilaku Ifuwin antara dua populasi p:nggerek Batang P-":gTir. Chil9 suppressat s (Walker) I Made Samudra dan Sadahiro futruti Fenomena dan Fakto-r yang, Mempengaruhi pergeseran Dominasi r9ng_Hi3u,i(NZphoteu*spp.) I Nyoman Widiarta" Oeae fusaa*u,i a* fo.rri*g
5:,T1.:i'ii*:tu'If
Paket pht Terhadap Keragaan Harria l*gu+rh Dan predator pada Pertanaman Di LuarMusim'di p;tai Hendarsih, S, N. Usyati dan SunendarKartaatmadj;
15
d;;;il;'
Populasi Ngengat Penggerek Batang padi dan Ulat Grayak padi Hasil J",ir"g*, qi Krawang, Jangkapan l:f"g!ro Trisnaningsih dan tuifin kurton*a3 o"i .................,:....:-_
2t
ilb;'
!*pu
28
y*u
Pengendalian serangan padi sawah Menggunakan Formurasi Terkendali Insektisida Karbofuran lTglep** Sofnie M. Chairul, M. Sulistyati, A. N. Kuswadi dan Ulfa.... Pengaruh Perlakuan Mursa Jerami terhadap Artropoda predator penghuni Permukaarr Tanah di pertanaman i"a"Li I Wayan Winasa dan Aunu Rauf
34
42
Tingkat Predasi dan parasitisasi Telur Kepik pengisap porong Nezara viridula (L.) dan piezy(o1us hvbneri 1cmer.I pada
G;d;,-p"-*"i"*la*l
Pertanaman Kedelai
Nila Wardani , Aunu Rauf dan I Wayan Winasa
lv I
49
Evaluasi Peranan Parasitoid Dan Predator Dalam Penekanan Hama podoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) Di Pertanaman Kedelai V/idihastuty, Aunu Rauf dan I Wayan Winasa....................... : Development Time of Immature Stages of Neochrysocharis formosa (Hymenoptera: Eulophidae) on Liriomyza trifolii at Various Constant Temperatures
NinaMaryana,KazuroohnoandJunichiYukawa..................:.
65
Aktivitas Lima Jenis lnsektisida Alam. Terhadap Ulat Krop Kubis Crocidolomia binotalis Zeller ?j"L" Prijonc', Edy Syahputra, Sudarmo, Bambang Wahyu Nugroho dan Partomuan Simanj untak..........................
:
Aktivitas Residu Fmksi l&tif Dysorylum acutanguhmt Miq. terhadap Ulat Krop Kubis Crocidolomia binotalis Zeller Edy Syahputr4 Djoko Prijono, Syafrida Manuwoto dan Partomuan
Simanjuntak
....
j........r....
..............:..
Pengaruh Ekshak Biji Dysorylum mollissimim Blume (Meliaceae) terhadap Beberapa Aspek Biologi Crocidolomia binotalis T,r;ller
(p
(Lepidoptera: Pyralidae) Erwin Cuk Surahmat dan Djoko Prijono -'Aspek
Tanaman
'
Teknis dalam Penyiapan Insektisida Botani dari Dysarylum acutangulum Miq. untuk Penggunaan di Tingkat Petani Lia Aliyah, Djoko Prijono dan r$/idodo........................................ lO2
Rantinglg/aia odorata Inur. (Meliaceae) terhadap Helicoverpa armigera ftItibner) Dan Parasitoidny4 Eriborus Pcngaruh Ekstrak
orgenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) Sapdi" Djoko Prijono dan Damayanti
Buchori
......."............... l 13
Kesesuaian Berbagai Tumbuhan Inang bagi Kehidupan Liriowyza
huidabrensis (Blanchard) (Diptera: Agrompidae) Pumorno, Aumr Rau{ S. Sosromarsono dan T. Santoso
Biologi Cyllodes sp. (Coleoptera: Nitidulidae) pada Jamur Tiram Pleurotus sp. Terry Pakki, NinaMaryana, dan Dewi ........................................ 130
Sartiami
Penghambat Enkapsulasi Parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron) oleh Larva Crocidolomia binotalis Zeller dengan Rokaglamida Danar Dono,
Djoko Prijono, Syafrida Manuwoto, Damayanti Buchori,
Hasim, Dadang dan Bambang W. Nugroho
............
135
I
i"'
PEI
Prosiding Seninor Nasional Produlcsi Pengelolaan Seranggo yoig Biiaksana men4iu Oplimasi
-
Bogor' 6 IVrpember 2001
AKTIVITAS LIMA JENIS INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP ULATKROPKUBISCrocidolomiabinotalisZELLER
Djokoprijonor,t*miffi::Sffi*,3#1,--ewahvuNugrohor I
Pertanian Bogor Jurusan Hama dan penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut
-
Fakultas pertanian, universitas Tanjungpura, Pontianak 3 Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam, Ambon a Pusat Penelitan dan Pengembangan Bioteknologi LIPI Cibinong 2
-
Bogor
ABSTRAK penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas lima jenis insektisida alami terhadap ulat krop kubis Crocidolomia binotalis di laboratorium. insektisida yang diuji terdiri dari tiga jenis insektisida botani dari tanaman suku Meliaceae, yuiti .o{agtamida dari ig[aia odorata, azadirakhtin dari Azadirachta indica, dan'fraksi aktif ekstrak ktlii batang Dysoxylum acutangulum, serta dua jenis insektisida asal mikrob tanah, yaitu abamektin dari Streptomyces -avermitilis dan spinosad dari Saccharopolyspora spinola. Pengujian dilakukan dengan metode residu pada daun, y.aitu larva instar 2 C. binotalis diberi makan daui brokoli perlakuan selarna 2 hari, selanjutnya larva yang bertahan hidup cliberi makan daun tanpa perlakuan hingga mencapai instar 4. Setiap jenis insektisida diuji pada O-- i taraf konsentasi ditambah kontrol, masing-rnasing dengan 6 - 7 ulangan (15 larva per ulangan). Data kematian larva dari instar 2 samlai instar 4 diolah dengan analisis probit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi aktif D. acutaigulum bersifat menghambat perkembangan serangga seperti halnya azadirakhtin. Cara kerja utama tiga jenis insektisida lainnya bukan melaiui gangguan terhaddp sistem perkembangan serangga. Abamektin dan spinosaa memitit
Kata kunci: Insektisida alami, Melitaeae, mikrob tanah, Crocidolomia binotalis.
PENDAHULUAN Ti,lak kurang dari 33 jenis bahan aktif insektisida terdaftar untuk mengendalikan hama Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella'pada tanaman kubis (Kompes, 2000). Dua pertiga dari jumlatr tersebut termasuk golongan piretroid (13 jenis), organofosfat (6 jenis) dan karbamat (3 jenis), yang merupakan insektisida berspektrum
72
Prosiding Seminar Nasional PEI Pengelolaan serangga yang Bijarcsana menuju optinast protlubi
- Bogor,
.6
Nopenber 2001
luas. lnsektisida tersebut juga beracun terhadap musuh alami hama terutama parasitoid (Croft & Brown, 197?), selain dapat menimbul-kan resistensi hama dan dampak neg,atif
lainnya (Perry et a1.,1998). Di antara bahan aktif insektisida yang terdaftar, hanya tiga jenis yang merupakan insektisida alami, yaiu Bcicillus thuringieresis, abame*:tin, aar riinorua: -Kedua jenis
insektisida yang disebut terakhir merupakan senyawa laktona makrosiklik y*g masing-masing diisolasi dari mikrob tanah streptotiyces avermitilis (Lasota & Dybas] l99l) dan Saccharopolyspora spinosa (Sparlcs it al.,-1999y. Selain tiga jenis insektisida alami tersebuf alternaiif lain yang cukup potensial lan dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif inseictisiaa sinteiit iatatr insektisida botani. Sediaan mimba (Azadirachta naUa;Ueliaceae) dengan bahan aktif utama azadirakhtin merupakan insektisida botani yang potensinya ielah iiketahui sejak 1970-an (Schmutterea 1995), dan formulasi-komersiainya telah terdaftar di "9:!g"pl negara seperti India dan Arnerika Serikat (Knauss & Walter, 1995; parmar, 1995). Formulasi insektisida culan (rlglaia odorata, Meliaceae) dengan bairan aktif utama rokaglamida sedang dikembangkan di Thailand-(Ismin, 1995). Salah -sg\arang satu sumber insektisida botani lain yang potensial ialah' Dysorylum' acutangulum (Meliaceae). Prijono .et al. (2000) metaiorkan bahwa ekstrak etanol kulit batang tanaman tersebut (sebelumnya dilaporkan sebagai Aglaia angustifotia) pada konsentrasi lO0-150 ppm memiliki aktivitas penghambat perkJmbangan yang l
-
1**
Sampai sekarang belum ada insektisida botani yang terdaftar untuk mengendalikan hama tanaman di Indonesia. Sebelum digunalan di lapangan, setiap insektisida baru perlu diuji terlebih dahulu terhadap hama sasaran di lalooratorium penextuan dosis penggunaannya. Di pihak lain, data toksisitas yang diperoleh dapat menjadi data lini dasar bila kelak akan dilakukan pengujian resisteisi iurnu sasaran -spinosad terhadap insektisida tertentu. Toksisitas abamektin dan terhadap larva C. binotalis di laboratorium belum pernah dilaporkan meskipun kedua jenis insektisida tersebut telah terdaftar untuk mengendalikan hama kubis di lndonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas lima jenis insektisida alami terhadap ulat krop kubis C. binotalis di laboratorium. Insektisida yang diuji terdiri dari tiga jenis insektisida botani, yaitu rokaglamida dart A. odorata, u"uait"i*ttin dari indica, dan fraksi aktif ekstrak kulit batan g D. acutangulum, serta dua jenis insektisida asalmikrob tanah, yaitu abamektin dan spinosad.
l.
BAHAN DAN METODE Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan 1fteg, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian dengan waktu pengujidn sebagai berikut (termasuk uji pendahuluan): !o,-go.. (IPq) fraksi aktif D. acutangulum dan azadirakhtin (Okt-Des 1999), rokaglamida (Mar-Mei 2000), avermektin (Agu-Sep 2U00), dan spinosad (Okt-Des 2000). Serangga Uji Larva C. binotalis diperbanyak di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Jurusan HPT IPB. Pemeliharaan larva C. binotalis dilikukan dengan cara yang
-
Prosiding Senrinar Nusional pEI Pengelolaan serangga yang Bijal<sana menuju optimasi produlci
-
Bogor, 6 Nopember 2001
dikemukakan oleh Prijono & Hassan (1992). Larva diberi makan daun brokoli bebas pestisida dan imago diberi makan madu l}%yangdise rapkan pada kapas. Larva instar 2 digunakan untuk semua pengujian.
Insektisida Uji Azadirakhtin dipglsls!.dari Roth (Jerman), formulasi komersial abamektin (Agrimec Eq'b.a. 18,4 g/l) diperolgh_dari penyalur sarana prcduksi pertanian di Bogor, dan 18 formulasi komensial spinosad (Succiss 1s sc, u.a. js g/l) diieroleh dari pt. pacific Chemicals Indonesia. Daun dan ranting A. odorata (simber'rokaglamida) diperolgh dari daerah Parungbanteng, Bogor, dan-kulit batang'D. acutangutum diperii;h dj Hutan Lindung Yan Lappa, Jasinga. Rokaglamida diisolasi dari ekstrak daun dan ranting A. odorata dengan cara menurut metode N rgroho et al. (1997)._,Secara singkat, serbuk daun dan ranting l. odorata diektrak dengan metanol. Ekstrak yani diperoleh, setelah pelarutnya diuapkan, dipartisi.dalam campuran heksana dan metiol gs%. Fase metanoi diuapkan pelarutnya, kennudian dipartisi dalam campuftm etil asetat dan air. Selanjutnya rokaglamida diisolasi dari fraksi etil aseat yang diperoleh dengan metode kolom' Senyawa tersebut diidentifikasi ienfan membandirigkan waktukromatograf,r retensi clan spektrum absorpsinyl d:ngT senyawa standar berdasarkananalisis menggunakan kromatogmf cair kinerja tinggi yang dilengkapi dengan photodiode array deteitor. Fraksi aktif D acutangulum diperoleh dengin metode Syahputra et al. (2001). Kulit batang D. acutangulum dipotong kecil-kecil-kemudian aietstrat< 4x denlan etanol pada suhu 60'70 "C.rne.lggytk* pengekstrak soxhlet. Setelah ekstraksi selesai, pelarut dalam ekstrak diuapkan dan ekstrak yang diperoter, dipartisi 3x dalam campuran etil asetat - air, kemudian fase etil *.tut-oiuupkan pelarutnya. Fraksi etil asetat yang diperoleh dipisahkan fraksi aktifnya *.ngg*ukan kolom kiomatografi gel silika dengan elusi, bertingkat dengan campuran n-hilsana - etil asetat (50: I sampai 1:l), kemudian etil asetat, dan terakhir etanol saja. p"*iruttun fraksi aitif aipantau havati (lrahgutra et at.,209!,ygq empat fraksi aktif, yaitu lTqrypi F-25, F-28, F-30, dan F-32 (dari total jl-rt"i"il. Frarcsi-zs dipisahkan lebih lanjut menggunakan kolom.egt sltila dengan elusi bertingkat dengan campuran n-heksana etil asetat (2:l). Fraksi aktif yang diperoleh aari -pemisutrin t.rurriit serbuk Or*p" putih) digunakan untuk percobaan.-
*n$r*iit*
Metode Pengujian
Aktivitas abamektin, azaiiraktrtin, rokaglamida dan fraksi aktif D. acutangulum terhadap. larvl c,. dengan- *Jtode lapisan tipis uatran uji;;" daun, !1no.nris T{angkan spinosad diuji deng* rnitoar celup Jo:* rcp.rti yang diuraikan oleh Pri-iono (1999). Empar lS* uji pertama aiu.li pada tujuh ur"fr"rr*-t *i dan spinosad pada enam taraf konsenhasi !3g kisaran v*g iiharapkan *rn!utiuu** kematian seraggga. uji antara 0% dan r0g"/:tueroasartun uli p"naahuluan). Pada pengujian empat jenis insektisida alami y*g aitrbutkan pertama, setiap bahan uji dilarutkan dalam aseton untuk tnrnaupu** ionsentrasi yang diinginkan. Larutan bahan uji pada konsentasi tertentu dioliskan secara merata pada setiap sisi bundaran daun brokori (diameter 3 cm) *rngg;uk* sonae mikro (mi*osyringe)
diuji
Prosiding Seminar Nasionol pEI Pengelolaan serangga yang Biioksana menuiu optimasi produlai
gogor, 6
-
Napenber
2001
sebanyak 25 pl/sisi;- setelah pelarut.m:nguapf dua potong claun perlakuan dilet*kkan dalam cawan petri (diameter l0 cm), keinuaian ts'ikor larva instar 2 c. binotalis dimasukkan ke dalam cawan tersebut. Larva kontrol aiueri makan daun yang diolesi pelarut saja' Setiap pettatcuan d-an-kon rol diulang tujuh kali. pemberian makan daun perlakuan dilakukan selama 4g jam, selaqiutnla iarva diberi makan daun tanp,r perlakuan hinggamencapai instari p.tr*u* abamektin dan rokaglamida) ata* hingga saat berkepomiong (irntuil perlakuan ,*ar.n dan fraksi , aktif D. acutangutum). untuk perlakuan dengan jenis dua ;ft'd", terakhir pengamaian dilakukan hlngga saat berlepo.po"tg-k*rna larva yang diberi'perlakruan menulju-kftangej{apenghaibatunp.rtrnurig*"y;;;-khur.
t*t*
tir
t"il;]; ;;
.
Pada pengujian spinosad, formulasi insJ*,tiriJu--*r.u", diencerkan dengan air ftar.t r,b.u. ?7%) a,$g5% untuk mendapatkan konsentrasi yang aiinginkan ",, spinosad berupa swpension concentrate [SC] sehingga tidak dapat dilanrtkan dengan aseton seperti di atas). Potongan daun brokori berbentuk segiempat *+ dicelup darerm zuspensi at spinosad pada konsentrasi tertentu aai rcmuail;tk ;;ganginkan. satu potong daun perlakuan diletakkan.gul*- cawan pltri (diam"to ib--i.n), kemudian 15 ekor larva instar 2 C' binotalls dimasukkan ke aurum lrrr"uur. Larva diberi makan daun perlakuan selama 4g.jam, t*pa perlakuan. Larva kontrol diberi daln vang dicerup drlu-. Lrng*d*g pengemursi saja. setiap perlakuan yang ditambahi pengemursi arkil griserol
ii"t il (d;Gi ; .*l
*** r"r*j"t"y.;b.d';r#"iu* **T dan kontrol- diulang enam 4;F; kali. Larva dibiarkan makan daun perlakuan selama 48 jam, t".uii*"dir;'ffi; iu* tunpu perlakuan hingga mencapai instar 4. Pengamatan dan Analisis Data
Pada pengujian telima jenis sediaan insektisida uji, jumlah larva instar dan instar 2+3 yangmati dihitung, kemudian data mortalitas ilrseuut diolah dengan metode probit (Finnev, l97l) menggunakT nakeLp.grro io-t-itot Institute, 1990). selain -*")irakhtin analisis probit, tanggap larva c. bnotalti ,.irr"a.p dan fraksi aktif D. acutangulum juga diolah dengan anarisis t*gg.f da Qtorytomous binary response analysis) berdasarkan model.uinom-iersyarat (Robertson-& preisler, lggz). Pada analisis ini, tanggap larva c. blnonr.is terhaJap uji dikerompokkan ke dalam lima kategori: (1)larva instar 2 mati seuetum ltau paoa saat berganti kulit ke instar 3, (2) larva instar 2 berhasil berganti kuit rce lnstar 3 tetapi mati sebelum atau pada saat berganti kulit ke instar 4, (3) larva rji uetrruriiierkembang menjacli instar 4 tetapi mati sebelum bgrkgpgmrpong, (a) kepompon; berkembang dari rarva uji cacat, dan (5) larva berhasil berkemb*g-.tt;aair..p?itJ"'"g yang secara fisik normal. Pada analisis ranggap biner berganda, serangga uji memberikan ieluani tanggap pada karegori j, dengan syarat r..unggu hnggap pada semua kategori seberumnya, dinyatakui: a.ng* moder berikui cnoi".tron a Preisler, 1992):
.
2
6i*J.rg*
iuh*
yd
#k;,
t.iiruuitia^kffiilid;
Y'j =
aj +
B; Iog (c;
+ ca)
j untuk konsentrasi ci; aj aan F; adalah parameter model vang diduga; dan co adalah nilai konrrot p.ntg*til*b mmus berikut (Ttrkey et al., ., y;; adalah logit tanggap pada l-
a*,iii.g;;;;
1985):
75
,
Prosiding Sentinar Nasional PEI Pengelolaan serangga yang Bijal<sana menuju optimasi Produksi
Xo = log
cl - co
ci-
-
Bogor, 6 Nopember 2001
(log c2- log cl)
cz-ct
nilai konsentrasi terendah dan di atas terendah yang diuji; cs muladimasukkan mula sebagai 0 (nol), kemudian c6 dihitung kembali sebagai antilog X6. c1 dan c2 adalah
Penduga parameter model di atas dihitung menggunakan program GLIM (RSS, 1985). Penduga peluang bersyarat (ni;) untut< tanggap pada kategori dan konsentrasi tertentu
dihitung berdasarkan model dugaan
t
berikut:
y,j =uj +b.log(c, +cO) dan i,j =F(gij) b; ad{$ penduga parameter ]ldP (Robertson &.Preisler, 1992).
model, dan F(y) = evl(l + ev) untuk model logit Peluang bersyarat untuk kategori terakhir sama dengari I (semua serangga uji yang tidak menunjukkan tanggap pada semua kategori sebeluirnya akan memasuki kategori terakhir)
j-l
Cihitung sebagai
cii =(1 -pir ) *(l -f iz ) :A *pij Peluangtanggap tak bersyarat untukkategori terakhir = tl-(qit +gp
+n *qi6_f ))).
Penduga peluang
berikut:
tak bersyarat (q1;)untuk kategori '
I
sampai
tt'
HASIL DAI\I PEMBAHASAN Tolsisitas Insektisida Uji Terhadap Larva C. Binotalis Berdasarkan LC5e dan LCe5 terhadap instar 2 maupun instar 2*3, abamektin memiliki aktivitas insektisida plling kuat terhadap larva C. binotalis, diikuti spinosad, azadirakhtin, fuksi aktif ft acutangulu*, d*rokaglamida'(fabei t). Denlan tolok {91 !Cs9 terhadap instar 2*3, abamektin lebih b.ru.* sekitar i,z Aun* 19 kali 9ilp{ngtan spinosad dan azadirakhtin, dan azadirakhtin lebih beracun sekitar l,g dan 8,7 kali dibandingkan fiaksi aktif D. acutangulumdan rokaglamida.
. lCto spinosad dan rokaglamida terhadap instar Zif tiaat berbeda nilainya
terhadap instar 2 Yju"yattg mencerminkan batrwa sebagian besar kematian tarva terlaai pada instar yang diberi perlakuan (lama pemberian dau-n perlakuan bersesuaian dengan
lama stadium nonnal ry1uk iristar 2, yaitu 2 hari), dan wt.tutt larva berganti kuiit ke instar I Jarypat"nva residu insektisida- yang tertinggal dalam tubuh larva sudah tidak mengakibatkan tingkat kematian y'ang nyata. Untuk spinosad, sifat racun akut tersebut sesul dengan cara kerjanya sebagai;acun syaraf melalui interaksinya dengan reseptor asetilkolin nikotinik yang mengakibatkan kontraksi otot di luar sadardan ke]ang-k..i*g (Spzuks Sampai sekarang cara kerja rokaglamida pada tingkatliokimiawi ?!.o1r.1999). belum cltketahui deng_an pasti, Beberapa senyawa sejinis rokaglamida (golongan .!_":::9tqtl datl A. odorata dilaporkan menghambut p"ttr*buhan sel kanker K-ras.NRK dan secara spesifik menghambat sintesis-protein (bhse et a1.,1996).
76
Prosiding Seminar Nasional PEI Pengelolaan serangga yang Bijaluana memrJu optimasi
Tabel
l.
prduloi - gogor,
6 Nopember 200.1
Hubungan Konsentrasi-Mortalitas Lima Jenis Insektisida Uji Terhadap Larva C. Binotalis
iBahan uji/mortalitas yang
LCe (SK 957o)r
dianalisis
LCe5
(SK 957o)t (ppm)
Abamektin. Instar 2 Instar 2+3
5,75
t
l,e2
5,22t1,25
0,27 (0,214,52) 0,lg (0,14-0,24)
0,53 @,354,97).
038 (0,29-1,25)
Azadirakhtin Instar 2 Instar 2+3 Fraksi aktif D. Instar 2 Instar 2+3 Rokaglamida. Instar 2 Instar 2+3
3,98 4,02
* 0,32
r 0,68
8,0 (7,4-g,g) 3,6 (2,74,6)
20,6 (t7,2-26,5)
9,2 (6,5-19,7)
a.2
4,92x\47 4,97 t0,32 3,99
* 0,54
3,86
r
3,86
t 0,93 t 0,90
0,49
l?,9
Gf
6,6 (6,2-7,0),. 32,3 (26,0-38,5) 31,4 (25,:i-37,2)
Spinosad.
Instar 2 lnstar 2+3
3,86
rb:
0,34 (0,20-0,59) 0,33
38,7 (-)'
l4,l
(12,7.1,6,1')
83,3 (64,5-133,9) 83,6
(65,0-t3t,t)
0,90 (0,54-7,95) 0,87
kemiringan.garis regrcsi probi! GB: galat baku, SK: selang kepcrcayaan. Dysoxylum acutangulum. t Selang kcpcrcayaan tidak dapat ditcntukan karcna data hetcrogen
'D. a:
Nilai LC5s perlakuan dengan abamektin terhadap larva instar 2+3 lebih rendatr 30% daripada terhadap instar 2 saja. Hal ini menunjukkan batrwa pada instar 3 (suda6 tidak diberi makan {aun perlakuan) masih terjadi peningkatan kematian larva yang cukup nyata. Abamektin merupakan racun syaraf yang bekerja sebagai agonis GABA (y'amino butyric acid) pada neuron penghambat di daerah pertemuan antara neuron dan otot yang dapat menghambat kontaksi otot dan akhimyi menyebabkan kelumpuhan (Lasota & Dybas, l99l). selain itu, abamektin juga dapat mengganggu fungsi riste* serangga karena GABA juga terdapaipadi bagianErs"tut g.Irty et al., Plyt ry14 1998). Bila memperhatikan cara kerjanya, abamekf,in seharuinya lebih bersifat-sebagai racun akut. Tampaknya abamektin memiliki ikatan yang cukup kuat dengan bagian sasaran atau bagian lainnya dalam tubuh lanra C. binotalis sehingga residu insektisiaa yang tertinggal dalam tubuh larva uji setelah larva tersebut berfanti kulit ke instar 3 masih dapat menghasilkan tingkat kem rtian yang cukup nyata. Perlakuan azadirakhtin dan fraksi aktif D. AcutangulurT, secara tajam menurunkan LCso dan LCql larva instar 2+3 (lebih dari dua kali) dibandingkan LC5s dan LCe5 terhadap instar saja (Tabel Kedua jenis insektisida 6otani tersebut juga menunjukkan gejala peracunan yang serupa,- yaitu gangguan perkembangan -dL hambatan proses ganti kulit. Azadirakhtin menghambat perkembangan melalui hambatan terhadap pelepasan neurohormon dari korpora kardiaka yang rnJngakibatkan gangguan dalam pengaturan kadar hormon yang mengendalikan morfogenesis (Rembold et a1.,1989).
2
Tanggap Biner Berganda AktifD. acutongulum
l).
Lana C. binotolis tertraOap Azadirakhtin dan Fraksi
Pada perlakuan azadirakhtin dan fraksi aktif D. acutangulurz, kematian larva masih meningkat pada instar 3 dan 4 walaupun daun perlakuan hanya diberikan pada instar 2, dan sebagian kepompong yang terbentuk cacat. Larva perlakuan menunjukkan tanda-tanda akan ganti kulit seperti wama tubuh memucat dan kepala larva mulai
Prosiding Seminar Nasional PEt Pengelolaan serangga yang Eijaksana menuju optimasi Produksi
-
Bogor, 6 Nopenber 2001
teqpisah dari kutikula kepala lama tetapi larva tersebut tidak mampu menanggalkan
kulit kepala lama atau larva mampu menanggalkan kulit kepala iama tetafi tidat
mampu melepaskan tubuhnya dari kutikula lama dan akhirnya mati. Tanggap biner berganda lana C. binotalis terhadap fraksi aktif D. acutangulum menunjukkan pola yang serupa terhadap azadirakhtin. Pengaruh konsentrasi teihadap peluang bersyarat tanggap larva uji pada semua kategori sangat nyata (P < 0,001 untuk semua LR, Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi kedua insektisida tersebut akan meningkatkan peluang bersyarat tanggap larva uji t ukan hanya pada instar yang diberi perlakuan tetapi juga pada instar-instar berikutnya yang sudah tirlak diberi makan daun perlakuan (Tabel 3;. Sebugai contoh, perlakuan fraksi aktif D. acutangulum pada konsentasi 3-11 ppm akan meningkatkan pllu*g bersyarat
kematian larva instar 4 (kategori 3 pada trbel 3) dari o,ros sampai d,ggt,-a* perlakuan azadirakhtin pada konsentrasi yang sama akan meningkatkan peluang bersyarat sejenis darj 0,684 sampai 0,965. Pada selang konsentrasi lersebut, peluang be-rsyarat terjadinya kepompong cacat juga masih meningkat tajam walaupun perlakuan diberikan jauh sebelumnya. Keterpautan tanggap dengan konsentrasi semacam itu mencerminkan sifat bahan uji sebagai penghambat perkembangan yang kuat.
Tabela. Penduga parameter
To9"! logit bersyarat untuk tanggap biner berganda larva C. binotalis terhadap fraksi aktif D. acutangulum (D. a.) Jin azadirakhtin-
Bahan
Kategori langgapl
uji
Fraksiaktif D.
Azadirakhtin
a.
Pcnduga pararnetcr
Nr
t GB3
LRa untuk
Hs:pj=0 E39
-t4,0t * 2,9t
807
-8,26x0,77
572
-9,t r
t,02
403
837
t,37 t2,72 9,39 r 0,90
260,41
12,92
t. t,50
209, t 5
-8,061 1,54
9,09
t 2,30
680
t l,2l 4,70t0,79
7,03
440
-2,09
233
-2,53 t0,73
r
-7,53
t 0,55
8,04
t l,3g t 1,20
5,06t I,l5 4,74t l,5E
50,28
25,
r8
68,68
7l,r
I
37,68 r6,08
I Kategori tanggap dijelaskan pada bahan dan metode. ' Jumlah larva pada kategori tertentu.
'9t=galatbaku; t!^yO.{{uhpendugalagj-crdan
p padamodelyij=aj+ ft log(ci+co), di mana co untuk fraksi aktifD. a. dan azaairit
, Sifut penghambat per\emlrangan yang kuat dari fraksi aktif D. acutangulum dan azadirakhtin i.lga .telcelmin- $ari p.tki** persentase kepompong noinal yang terbentuk relatif terhadap jumlah awal larva uji (peluang tak birsyarat irtut tutrgori 5 pada Tabel 4). Sebagai contoh, perlalaran tatcsi akif d acutangplumpadakonsentrasi 1l ryIn lranya mengakibatkan kematian larva instar 2 (kategori I pada Tabel 4) sebesar l3,9a6 (hrva instar 2 yang bertahan g6,lvo),i"tup-i kepompong normat yuog 'Perlakuan lidup terbentuk hafiya sekitar 0,017Ya. azadiralchtin pada kons"ntiasi yang sama akan mengakibatkan kematian larva instar 2 sebesar iq,ovo (larva instar 2 y6,,,g hidup 26,0yo), tetapi kepompong normal yang terblntuk hanya sekitar 9t{uh* 0,004yo.
78
Prosiding Seminar Nasional PEI Pengelolaan serangga yang Btjal<sana menuju optimasl Produksi
Tabel
3.
-
Bogor, 6 Nopember 2001
lugaan peluang bersyarat untuk tanggap biner berganda lawa C. binotalis terhadap fraksi aktif D. acutangulum (D. a.) dan azadirakhtin pada konserrtrasi terpilih Dugaan peluang bersyarat pada kategori j I
KONSENTRASI (PPM) Fraksi aktif D. a.
x l0'? x lOa
x
l0{
x l}a
0
2,68
3
5,98
5
0,005
0,056 0,251
7
0,02I
0,529
0,679 0,918
9
0,061
ll
0,740
0,976
0,721
0,139
0,859
0,991
0,843
1,02
3,09
x
0,165
l0-5
1,29
0,05g 0,245
0,512
Azadirakhtin
I
x
x l0'3
0
1,25
0,048
0,033
3
0,047
0,323
0,694
0,535
5
0,186
0,644
0,849
0,738
7
0,396
0,820
0,916
0,840
9
0,596
lt
0,942
0,948
0,895
0,740
0,943
0,965
0,926
104
2,53
Kategoritanggap dijelaskan pada bahan dan metode.
Adanya kematian larva pada instar-instar berikutnya, relatif terharlap jumlah aw;al larva uji, tercermin dari peluang tak bersyarat untuk kategori tanggap tertentu. Sebagai contoh, perlakuan fraksi aktif D. acutangulilm pada konsentrasi ppm akan mengakibatkan kematian larva instar 2,3; dan 4 (kategori 1,2, dan 3 pada Tabel 4) berturut-turvt 6,10/0,69,5yo, dan23,8%o. Perlakuan azadirakhtin pada konsenfrasi yang sama akan mengakibatkan kematian larva instar 2, 3, dan 4 berturu|turut 59,,6%,
9
36,5Vo, dan3,7o/o.
Komponen insektisida dari kulit batang D. acutangulum hingga sekarang belum pemah diidentifikasi. Nishizawa et al. (1983) mengisolasi senyawa (+)-shydroksikalamenen (terpenoid), yang bersifat racun ikan, dari biji D. acutangtlumyang berasal dari Bogor. Di Selandia Baru, Russell et al. (1994) mengisolasi sejenis senyawa terpenoid dari buah D. spectabile, yaitu (2s,3R)-2,3-dimetil-3-(4-metil-3pentenil)-2-norbornanol, yang bersifat repelen terhadap semut. Azadirakhtin termasuk golongan limonoid (salah satu kelompok terpenoid). Dengan memperhatikan sifat penghambat perkembangan fraksi aktif D. acutangulum yang serupa dengan azadirakhtin dan golongan senyawa bioaktif yang telah diisolasi dari beberapa spesies Dysoxylum, tampaknya komponen aktif fraksi D. acutangulum juga termasuk golongan terpenoid. Penelitian lebih lanjut (isolasi dan identifikasi senyawa aktif) perlu dilakukan untuk membuktikan dugaar^ ini.
79
Prosiding Sentinar ltiasional PEI Pengeloiaan Serangga yang Bijal<sana menuju Optimasi Produksi
llabel4.
-
Bogor, 6 Nopember 2001
Dugaan peluang tak bersyarat untuk tanggap biner berganda larva C. binotalis terhadap fraksi aktif D. acutangalum (D. a.) dan azadirakhtin pada konsentrasi
terpilih Dugaan pcluang tak bersyarat pada kategori
Konsentrasi
jl
(PPM) Fraksi aktif D. a.
.:
x l0 ? x l0{
x lOa
3,09 x l0'5
1,29
0,056
0,1 55
0,046
0,742
0,005
0,250
0,506
0,059
0,180
7
0,021
0,518
0,424
0,019
0,019
9
0,061
0,695
0,238
0,004
0,002
ll
0,1 39
0,739
0,121
8,92
0,047
0,03 r
0,919
0,109
0,095
0
2,68
3
5,98
5
1,02
x
lO'a
x lOa
t,000
1,66
x l0{
Azadirakhtin
x
l0{
2,53 x l0
3
0
1,25
3
0,047
0,308
0,441
5
0,1 86
0,524
0,246
0,032
0,01l
0,396
o;4e5
0,100
0,008
0,001
0,596 0,740
0,365
0,037
0,002
2,16
0,245
0,014
4,84 x lOa
3,87
,I 9
ll
x lOa x l0'5
I Kategori tanggap dijelaskan pada batran dan mctodc.
KESIMPULA!'{ DAN SARAN Abamektin dan spinosad memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva C. binotattis, dengan LC5s masing-masing 0,19 dan 0,33 ppm. Fraksi aktif kulit batang D. acutangulum bersifat menghambat perkembangan serangga seperti halnya azadirakhtin. Aktivitas fraksi aktif tersebut (LCso 6,6 ppm) terhadap larva C. binotalis sebanding dengan azadirakhtin (LC59 3,6 ppm), sedangkarr rokaglamida (LC56 31,4 ppm) sekitar 8,7 kali lebih lemah dibandingkan azadirakhtin. Mengingat potensinya, insektisida botani dari tanaman acutangulutn perlu diteliti lebih lanjut, termasuk isolasi dan identifikasi senyawa aktifnya serta pengujian keefektifannya di lapangan.
A
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dibiayai sebagian oleh RUT W2 Tahun Anggaran 1999nA00 kepada PS dkk., RUT VIV2 Tahun Anggaran 2000 kepada DP dkk.,-<{an Project Grant QUE Jwusan HPT IPB Tahun Anggaran 2000 kepada DP. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Agus'Sudrajat dan Irmayetri atas bantuan teknisnya.
Daftar Pustaka Croft, B. A. and A, W. A. Brown. 1975. Responses of arthropods natural enemies to insecticides. Arulu. Rev. Entomol. 20: 285-335. Finney, D. J. 1971. Probit Analysis. 3rded. Cambridge University Press, Cambridge. Isman, M. B;' 1995. Leads and prospects for development of new botanical insecticides. Rev. Pestic. Toxicol. 3:l-20.
80
Prosiding Seninar Nasional pEI Pengelolaan serangga yang Bijaksana menuju optimasr produkst
- Bogor,
6
Nopenber 200r
Knauss, J. F. and J. F. walter. 19.?5-. control of pests of ornamental plants in greenhouses in the u.s.A. with .MaFosan-o', pp'. 437-44s. ;; i;h-unerer, H. (ed')' ttre Neem Tree Azadirachta tidica A. and other Meliaceous plants: Sources of Unique Natural Prod3gs__{or Integrated Pest Management, Medicine, Industry and Other purpcises. VCH, Weinheii (Germany) n Komisi Pestisida. [Kompes] 2000. Pestisida *tut p.rtanian dan Kehutanan. Edisi kedua. Kompes, Departemen pertanian, Jakarta. Lasota' J' A' and R' A. Dybas. 1991. Avermectins, a novel class of compounds. Implications for use in arthropod pest control. Annu. Rev. Entomol. 36: gl-117. -
il*.
.
_
Nishizawa,
M., A. Inoue,
y.
s. satrapradja and Hayashi. r9g3. (+)-sHydroxycalamenene: a fish-poison principre of Dysirytum acutangurum and, Dys orylum al I i a c e um. phytochem isty 22: iO gf _ZOS S. Nugroho, 8.W., B. Gussregen, V. Wray, L. Witte, C.- nringlnann and p. Froksch. 1997. New- insecticidal rocaglamide derivativ es t o^-,l,giiio;iip;r" and A. harmsiana (Meliaceae). p hytochemistry4S : l 529- g5. I5
ohse,
T., s. ohba, T.
yamamoto,
T. Koyano and K.
umezawa. 1996. oiorata. J.
Cyclopentabenzo-furan lignan protein synthesis inhibitors from Aglaia
Nar. Prod. 59:650-652 Parmar, B' S' 1995. Results with commercial neem formulations produced in India, pp' 453-470' In Schmutterer, H. (ed.). The Neem Tree Azadirachta indica A. Juss' and other Meliaceous Plants: Sources of Unique Natural products for Integrated Pest Management, Medicine, Industy and'other nurposesL vcH, Weinheim (Germany). Pttry, A' S', I. Yamamoto, I. Ishaaya and R. Perry. 1993. Insecticides in Agriculture e and Environment: Rehospects and prospects. springer-verlag, Berlin. Prijono, 1999._ !11sip-prilsip uji hayati, nat.'+i-Zz. Darim B. w. Nugroho, Dadang dan D. .p*-faatan lryono (eds). Bahan-Pelatihan Pengembangan Insektisida Arqi, Bogor, 9-13 Agustus 1999. pusat-K.ajian FHr IPg, noior.
_
D.
a*
Prijono, D. and E. Hassan. lgg2. Life cycle and Jernography of cracidolomia binotalis lZeller-0 epidoptera: Fyralidae) on broccoli in itrotaborutory. -indon. J. Trop. Agric.4: lB-24. Prijono, D., E. c. Lina and p. Simanjuntak. 2000. Development derangement in Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) as affected by the treatment with. extracts of three spesies of'Aglaia(Meliaceae). Hayati 7:45-4,9. Rembold, H., B. Subrahmanyam and r. Milller. Iggg. Corpus cardiacum - a target for azadirakhtin. Experierrtia 45: 361-363. Robertson, J. L. and H. K. Preisler. 1992. Pesticide Bioassays with Arthropods. CRC Press, Boca Raton (Florida). [RSS] Royal Statistical Society. 1985. General Linear Interactive Modelling (GLIM) ReI.3.77. RSS, London. Russell, G. 8., M. B. Hunt, w. s. Bowers and J. w. Blunt. lgg4. Asesquiterpenoid ant repellent frgm Dysorylum spectabile. phytochemistry 3 5 : 455I I 456. sAS Institute. 1990. sAS/srAT user's Guide, version 6, vol. 2. 4th ed. sAs institute Inc., Cary (North Carolina). Schm-ult9ryr, H. (ed.). 1995. The Neem Tree Azadirachta indica A. Juss. and Other Meliaceous Plants: Sources of Unique Natural Products for Integrated pest Management, Medicine, Industry and other purposes. vcH, weinheim (Germany)
8t
Prosiding Sentinar Nasional pEI Pengelolaan serangga yang Bijar<sana menuju optinasi produr<si
-
Bogor, 6 Nopember 2001
sparks, T..c., G. D. Thompson, H. A. Kirst, M. B. Hertlein, J. s. Mynderse, J. R Turner and T' v. worden. 1999. Fermentation-derived insect.oniJug"nts: the spi}gsyns, pp. l7l-188. /n F. R. Hall & J. J. Menn (eds.). giop.rti.iaes: Use and D$iv3V. Humana press, Totowa (New Jersey). o---t syahputr4 E., D- Prijono dan P. Simanjuniak. 2OOL'. Aktivitas insektisida sediaan Dysorylum ac.utangulum Miq. (Meliaceae) terhadap ulat kubis Crocidolomia binotalis zeller. Makalatr dis4itun pada s.tnin* Nasional pertanian Berkelanjutan, Pengelolaan Sumberdaya atutn u"iur. u"n"apai rrojuktiuitas Optimum Berkelanjutan, Bandar t^ampung, ZA_Zi nni,200l.
82