PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH MENUJU INDUSTRI HIJAU NATA DE COCO YANG BERKELANJUTAN
ABSTRAK
Proses produksi natade coco dapat berdampak negatif ke lingkungan apabila tidak ada pengelolaan limbah yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi inefisiensi pada proses produksi dan untuk memberikan alternatif langkah perbaikan dalam penerapan produksi bersih di industri nata de coco. Metode yang digunakan adalah observasi, dan wawancara dengan panduan daftar periksa. Hasil menunjukkan bahwa efisiensi proses produksi sebesar 82,5%. Prosentase inefisiensi terbesar terjadi pada proses pemanenan yang menghasilkan NPO sebesar 19,65% untuk nata reject, diikuti dengan lapisan kulit nata sebesar 4,57% dan sisa potongan nata sebesar 4,34%. Penerapan produksi bersih yang dilakukan dapat memberikan manfaat positif dari sisi lingkungan dan ekonomi. Langkah yang dapat dilakukan berupa penetapan prosedur operasional standard penggunaan bahan (gula pasir, asam cuka, ZA) pada proses pencampuran, penjualan koran bekas penutup nampan dari proses fermentasi kepada pihak ketiga, penggunaan air bekas pencucian dan perendaman untuk proses pencucian dan perendaman berikutnya, pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, limbah pembersihan kulit dan potongan nata reject untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi dan pemanfaatan sisa potongan nata untuk dijual ke pihak ketiga/ pedagang minuman jelly drink. Langkah penerapan produksi bersih akan mengurangi dampak terhadap lingkungan dan mendorong industri hijau nata de coco yang berkelanjutan. Kata kunci: berkelanjutan, industri, nata de coco, produksi bersih ABSTRACT
Nata de coco production process can have a negative impact to the environment if no management of the waste. This study aims to identify inefficiencies in the production process and to provide alternative corrective actions in the application of cleaner production in nata de coco industry. The method used was observation, and interviews with a checklist guide. The results showed that the efficiency of the production process by 82.5 %. The percentage of the biggest inefficiencies occur in the process of harvesting that produce NPO by 19.65 % to reject nata , followed by a layer of skin nata of 4.57 % and the remaining pieces of nata was 4.34 % . The implementation of clean production can provide positive benefits in terms of environmental and economic. The actions can be taken by establishing standard operating procedures using ingredients ( sugar, vinegar , ZA ) in the mixing process , selling of old newspapers that cover the tray from the fermentation process to third parties , the use of used washing and soaking water to the washing process and subsequent immersion , the use of screening results , skin cleansing waste and reject nata pieces for the manufacture of fertilizer , reuse the remaining liquid fermentation and utilization of the remaining pieces of nata to be sold to a third party / drink jelly 1
drink merchant . Application of cleaner production actions would reduce the impact on the environment and encourage green sustainability industry nata de coco.
Keywords: clean production, industry, nata de coco, sustainability
2
PENDAHULUAN Industri pengolahan nata de coco
merupakan
agroindustri
salah
yang
dalam
satu proses
mereduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan
rancangan
yang
ramah
produksinya menghasilkan limbah
lingkungan, namun efektif dari segi
baik itu berupa limbah cair, maupun
biaya
limbah
yang
Penerapan konsep produksi bersih
dihasilkan dari industri nata de coco
ini akan memberikan keuntungan
dapat
bagi perusahaan dan mengurangi
padat.
Limbah
berpotensi
pencemaran
menimbulkan
lingkungan
apabila
(Indrasti &
aktivitas
Fauzi,
2009).
penanganan
limbah
tidak ditangani dengan benar seperti
(Hakimi & Budiman, 2006).Prinsip-
timbulnya
prinsip
bau
yang
dapat
pokok
dalam
strategi
mengganggu lingkungan sekitarnya
produksi bersih dalam Kebijakan
dan pencemaran air. Sesuai dengan
Nasional
Undang-Undang Nomor 32 tahun
2003) dituangkan dalam 5R (Re-
2009
think, Re-use, Reduce, Recovery
tentang
Pengelolaan maka
Perlindungan
Hidup,
and Recycle).
disamping
Konsep
Lingkungan
setiap
usaha
mendapatkan
dan
Produksi
keuntungan/
Bersih
(KLH,
ekoefisiensi
profit
produksi Menurut
Purwanto
perbedaan
yang
meminimasi timbulan limbah bahkan
keduanya
adalah
mengolah limbah hingga menjadi
bermula dari isu efisiensi ekonomi
produk yang bernilai.
yang
hendaknya
juga
menjaga
kelestarian
lingkungan
dengan
Produksi
bersih
bertujuan
bersih
hampir
dan
(2000),
jelas
diantara
ekoefisiensi
mempunyai
lingkungan
serupa.
manfaat
positif,
sedangkan
untuk meningkatkan produktivitas
produksi bersih bermula dari isu
dengan memberikan tingkat efisiensi
efisiensi
yang lebih baik pada penggunaan
mempunyai
bahan mentah, energi, dan air,
positif.
mendorong performansi lingkungan
Council
yang
Development
(2000),
Economic
Efficiency
lebih
pengurangan
baik
melalui
sumber-sumber
pembangkit limbah dan emisi serta
lingkungan manfaat
Menurut
ekoefisiensi
yang ekonomi
World
for
Business
Sustainable Ecological
merupakan
atau filosofi 2
manajemen yang mendorong suatu
Burritt & Saka (2006), penggunaan
usaha
metode
atau
perusahaan
untuk
pengukuran
ekoefisiensi
mencari perbaikan lingkungan dan
dengan informasi yang diperoleh
dapat
manfaat
dari EMA sangat berguna, dan perlu
ekonomi secara parallel. Penerapan
ditingkatkan karena penerapan EMA
metode dari United Nation Division
membantu bisnis di Jepang dalam
for
Development
proses
Management
menuju
menghasilkan
Sustainable
Environmental
produksi
dan
konsumsi
keberlanjutan.Penerapan
Accounting (UNDSD EMA) yang
ekoefisiensi pada proses produksi
lebih sistematis akan memberikan
keju
informasi yang lebih baik tentang
Middelaar et al., (2011) adalah
biaya produksi serta berfungsi untuk
dengan cara mengurangi dampak
mempromosikan
proses
produksi
yang
bersih
sendiri
(Gale,
lingkungan dan dengan menurunkan
2006).Environmental
Management
risiko dampak dari proses produksi
Accounting
menunjukkan
susu
itu
kombinasi menyediakan
(EMA)
pendekatan transisi
data
di
Belanda
menurut
ditimbulkan
di
memakai bahan pakan yang dapat
dari
mengurangi emisi gas metana dari
neraca massa untuk meningkatkan
pemakaian
bahan
efisiensi bahan, mengurangi resiko
diimpor
misalnya
dampak
menggunakan
biaya
misalnya
yang
sapi,
menurunkan
terhadap
peternakan
perhitungan ekonomi, biaya dan
lingkungan
van
dan
pengolahan
mengurangi
dampak yang
bahan
harus dengan
lokal
atau
produk antara. Menurut Park &
limbah (Jasch, 2003).Perusahaan
Behera
penggilingan
indikator
ekoefisiensi
menggunakan EMA sebagai alat
simbiosis
jaringan
industri
yang
berdasarkan
World
Business
beras
mendukung
Filipina
pengambilan
keputusan
tentang
investasi
lingkungan
dalam
konteks
pertumbuhan
pasar produk kulit
(2014),
Council Development
for
penggunaan untuk
Sustainable
(WBCSD)
berupa
indikator ekonomi dan tiga indikator
beras terkarbonasi dan mekanisme
lingkungan
yaitu
penggunaan
pembangunan berkelanjutan (Burritt
bahan, konsumsi energi dan emisi
et al., 2009). Sedangkan menurut
CO2. 3
Produksi ekoefisiensi
bersih
dapat
atau
diterapkan
di
Pemanfaatan pengolahan
kelapa
limbah berupa
semua sektor industri kecil dan
kelapa
menengah.
mengoptimalkan pemanfaatan buah
Hasil
Fernández-Viñé
penelitian
et
al.,
(2010)
merupakan
air cara
kelapa. Limbah air kelapa cukup
menunjukkan bahwa industri kecil
baik
menengah
pembuatan nata de coco.Dalam air
di
mengetahui
Venezuela
peraturan
resmi
kelapa
digunakan
terdapat
substrat
berbagai
yang
kurang
permintaan
penghasil nata de coco. Air kelapa
konsumen tentang produk ramah
mempunyai potensi yang baik untuk
lingkungan.
(2006),
dibuat menjadi minuman fermentasi,
indikator-
karena kandungan zat gizinya, kaya
indikator lingkungan yaitu bahan
akan nutrisi yaitu gula, protein,
baku, energi, air dan limbah pada
lemak dan relatif lengkap sehingga
industri kecil menengah di negara
sangat
berkembang (studi kasus di negara
bakteri penghasil produk pangan
Filipina)
secara
(Pambayun,
kinerja
nata de coco berpotensi untuk
industri.Alternatif
dikembangkan di daerah pesisir
penerapan produksi bersih pada
seperti di daerah Yogyakarta karena
industri kerupuk dapat berupa good
dekat dengan sumber bahan baku
housekeeping, recycle, reduce dan
kelapa yang banyak ditemui. Proses
reuse(Probowati
produksi nata de coco terdiri dari
Rao
menyatakan
dkk
bahwa
berhubungan
signifikan
terhadap
lingkungan
&
Burhan,
baik
2011).Penelitian sebelumnya dari
penyaringan,
Hakimi
penempatan
&Budiman
(2006),
dimanfaatkan
nutrisi
lingkungan yang ada tetapi mereka memahami
bisa
untuk
untuk
bakteri
pertumbuhan
2002).
Agroindustri
perebusan, dalam
wadah
menyebutkan opsi produksi bersih
fermentasi,
pada penanganan limbah nata de
penambahan
coco
(pemeraman) selama 7 hari pada
di
Kota
pendinginan, starter,
fermentasi
Bogor
adalah
pemanfaatan
kotoran
hasil
penyaringan,
perebusan
dan
pembersihan kulit, dan pemotongan.
pembersihan kulit untuk pembuatan
Potensi limbah cair yang banyak
pupuk.
dihasilkan
suhu
kamar,
berupa
pemanenan,
air
bekas 4
pencucian dan perendaman nata,
pengamatan langsung di lapangan,
air
serta
pengukuran yang digabung dengan
cairan sisa fermentasi, sedangkan
data sekunder yang telah dianalisis.
potensi
Tahapan penelitian terdiri dari 3
bekas
pencucian
limbah
alat
padat
yang
dihasilkan dari nata de coco tidak
tahap
sempurna (reject) yang dibuang,
identifikasiterhadap proses produksi
koran
dari
nata de coco, penggunaan bahan,
pembersihan nata, serta kotoran
air dan energi serta Non Product
hasil penyaringan. Sejauh ini belum
Output (NPO) dengan metode mind
ada pengelolaan lingkungan pada
mapping,
industri kecil tersebut karena belum
penentuan
mempunyai IPAL sehingga limbah
produksi
langsung dibuang ke lingkungan
dilakukan
tanpa proses terlebih dahulu. Tujuan
pengamatan
penelitian
ditambah dengan data sekunder
bekas,
ini
kulit
ari
adalah
untuk
yaitu
mengidentifikasi inefisiensi proses
dari
produksi
produksi
nata
de
cocodalam
analisis
bersih.
secara
alternatif
langkah
penerapan
produksi
perbaikan bersih
terhadap
data
dan
hasil
pengukuran
langkah ditentukan
analisis
lingkungan,
data
kelayakan teknis,
dan
ekonomi.
di
industri nata de coco berdasarkan kelayakan
Analisis
bersih
serta
dan
peluang
industri.Alternatif
berdasarkan
rekomendasi
hasil
alternatif
penggunaan bahan, energi, dan air memberikan
melakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
secara
lingkungan,teknis,dan ekonomi.
Analisis NPO dan Perhitungannya Analisis
METODOLOGI
pada
setiap
input
dan
tahapan
output proses
produksi nata de coco meliputi Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
obyek
penelitian
yang
penggunaan bahan baku dan bahan penunjang, bahan bakar, NPO dan
diamati adalah sebuah industri kecil
jumlah
nata de coco di daerah Yogyakarta
Perhitungan neraca massa untuk
pada bulan Juni 2014.Data primer
pengolahan nata de coco dapat
berupa
dilihat pada Tabel 1.
hasil
wawancara,
produk
yang
dihasilkan.
5
Tabel 1. Neraca Massa untuk
higienis
Pengolahan Nata de coco
peluang
Tahapan
Jenis
Jumlah Prosentase
Proses
NPO
NPO (%)
Penyaringan
Kotoran
12,12
(serabut,
kg
1
sehingga
memperbesar
terjadinya
kontaminasi
dalam fermentasi nata de coco.
Identifikasi
Inefisiensi
Tiap
Tahapan Proses Produksi
pasir, batok
Pada setiap tahapan proses
kelapa) Perebusan
abu
3,85 kg
0,32
Uap air
12,09 L
1
Sisa
6,69 L
0,56
Pemanenan
produksi nata de coco terdapat inefisiensi
untuk
bahan, air atau energi. Identifikasi
cairan
ini digunakan untuk menentukan
fermentasi
peluang penerapan produksi bersih
Nata
238,13
reject
kg
Pembersihan
Lapisan
55,4 kg
kulit
kulit nata
Pemotongan
Sisa nata
52,63
potong
kg
19,65
pada proses produksi nata de coco. a. Penyimpanan bahan baku dan
4,57
bahan kimia penunjang Penyimpanan
4,34
coco
Prosentase
sebesar
82,5%.
yang
tertinggi
NPO
terdapat pada proses pemanenan sebesar
19,65%
yaitu
dengan
terbentuknya nata reject atau nata yang
tidak
sempurna
terbentuk
sehingga tidak bisa dipanen dan harus
dibuang.
Kemungkinan
terjadinya nata reject yang tinggi ini disebabkan oleh proses fermentasi yang kurang sempurna atau kondisi lingkungan
tempat
pada
sehingga meningkatkan risiko
Nilai efisiensi proses produksi de
bahan
tempat yang tidak terlindungi
kerusakan nata
penggunaan
kerja
bahan
seperti
terkontaminasi jamur, terkena debu
sehingga
lembab udara
terkena
kotor
atau
cairan
dan
sehingga
bahan
penunjang seperti gula pasir menjadi
menggumpal
pengemasan diperhatikan
karena
produk serta
tidak
tidak
ada
aturan FIFO (First In First Out) sehingga
penggunaan
bahan
tidak sesuai urutan lamanya waktu simpan.
kurang 6
b. Penyaringan
c.
e. Penuangan
Penyaringan tidak dilakukan
Larutan air kelapa dibawa
saat penampungan bahan baku
menggunakan ember sehingga
tetapi baru dilakukan pada saat
tercecer/ tumpah saat diangkat
sebelum perebusan sehingga
ke
meningkatkan risiko kerusakan
sedangkan penuangan larutan
bahan selama penyimpanan.
air kelapa panas menggunakan
Perebusan
gayung
Proses
preparasi
persiapan
atau
lama
setiap
harinya
fermentasi,
berpotensi
tumpah/
pekerja f.
Penambahan starter Terjadi
pemborosan
tungku yang dipakai berjumlah 5
penuangan
larutan
buah
masing-masing
kerena dibutuhkan ketrampilan
tungku membutuhkan persiapan
untuk membagi rata 1 botol
sekitar 10-15 menit dengan total
starter ke dalam 5-6 nampan,
waktu 1 jam untuk persiapan.
potensi
Penggunaan kayu bakar yang
ceceran
belum kering serta kurangnya
penuangan
lubang
adanya
dengan
udara
pada
karena
ruang
tercecer dan mengenai tangan
perebusan
membutuhkan waktu yang agak
dalam
tungku
terjadi larutan
saat starter
tumpahan/ starter
serta
potensi
nampan
yang
pembakaran memicu timbulnya
terlewatkan
banyak asap yang mengganggu
larutan starter karena tidak ada
kesehatan
penanda.
dan
kenyamanan
dituang
g. Pemanenan
pegawai. d. Pencampuran Proses
tidak
saat
Banyaknya pencampuran
nata
de
coco
reject/ tidak sempurna pada
dilakukan sesudah perebusan
proses
tanpa ada pengadukan karena
terjadi kontaminasi jamur akibat
tidak
proses fermentasi yang kurang
ada
prosedur
operasi
pemanenan
serta
karena
standard serta tidak ada takaran
higienis
pemborosan
pasti untuk setiap penggunaan
pemakaian air perendam nata
bahan kimia sehingga terjadi
karena harus diganti setiap hari,
pemborosan.
dan pemborosan koran penutup 7
nampan karena hanya sekali
Tabel 2. Hasil Identifikasi Peluang
pakai
Penerapan
h. Pembersihan kulit
Bersih
Banyaknya limbah kulit nata
No
Strategi
Tindakan
yang terbentuk karena kurang
Penerapan Produksi
kontrol pada saat pembersihan
Bersih
dan penggunaan pisau yang tajam
meningkatkan
1
Elimination
jumlah
Penyaringan kotoran saat bahan
limbah karena adanya lapisan
baku
nata
terbuang.Adanya
masuk
pemakaian
penampungan
ikut
pemborosan
air
yang berlebihan untuk mencuci
i.
Produksi
2
Reduce
air
kelapa dalam
- Penetapan
dan merendam nata de coco
prosedur
bersih.
operasional
Pemotongan
standard
Timbulan potongan
limbah
sisa
penggunaan bahan
pada
mesin
(gula pasir, asam
nata
pemotong
tidak
langsung
dibersihkan
akan
menambah
beban
kerja
(SOP)
mesin
cuka,
ZA)
proses
serta
pencampuran
pemborosan pemakaian listrik.
- Penjualan bekas
Peluang
Penerapan
Tindakan
koran penutup
nampan
Produksi Bersih
dari
proses fermentasi
Peluang penerapan tindakan
kepada
produksi bersih pada agroindustri nata de coco berdasarkan strategi
pada
pihak
ketiga 3
Reuse
- Penggunaan
1E4R (Elimination, Reduce, Reuse,
kembali air bekas
Recycle, Recovery).Hasil identifikasi
pencucian
peluang penerapan produksi bersih
perendaman untuk
pada industri nata de coco dapat
proses
dilihat pada Tabel 2.
melalui pembuatan
dan
berikutnya
8
bak penyaringan - Pemanfaatan
4
5
Recycle
Recovery
kesalahan
prosedur.
modifikasi
proses
dengan
kembali sisa cairan
memasukkan
proses
fermentasi
pengadukan
setelah
untuk
dibuat starter/ bibit
pencampuran untuk hasil akhir
baru
nata
Pembuatan pupuk
sempurna.
kompos
dari
kotoran
hasil
de
coco
untuk
lebih
kesehatan
keselamatan
h
pemakaian
pembersihan
yang
2. Melengkapi alat pelindung diri
penyaringan,limba
dan
pegawai masker,
sarung
tangan,
nata reject
penutup
Pemanfaatan sisa
menghindari kecelakaan kerja.
untuk
nata
dijual
pihak
ke
ketiga/
sepatu
seperti
kulit dan potongan
potongan
karet,
kepala
padat,
dan
untuk
memudahkan
cair
untuk
dalam
proses
pedagang
pemanfaatan
minuman jelly drink
pembuangannya.
Selain
serta
3. Melakukan pemisahan limbah
atau
4. Menghindari
strategi
Perlu
terjadinya
menggunakan
tumpahan/ ceceran bahan –
dalam
bahan pembuat nata de coco
1E4R
mengidentifikasi peluang penerapan
dengan
produksi
pengarahan dan pelatihan pada
bersih,
terdapat
juga
peluang penerapan produksi bersih
memberikan
karyawan di bagian produksi.
dengan melaksanakan tata kelola
5. Menghindari
yang baik (good housekeeping),
pemborosan
yaitu:
dengan
1. Membuat proses
terjadinya penggunaan
menutup
air
kebocoran
standar
operasi
selang air serta penggunaan
produksi
untuk
spray di ujung selang untuk
mengontrol
jalannya
proses
produksi nata de coco sehingga meminimalisir
mengurangi
debit
air
yang
keluar.
terjadinya 9
6. Menjaga
kebersihan
dan
Manfaat dari segi lingkungan
produksi
adalah berkurangnya limbah padat
fermentasi
yang dihasilkan sebanyak 106.095,5
mempengaruhi
kg per tahun.Secara teknis langkah
keberhasilan proses fermentasi
ini relatif mudah untuk dilaksanakan
dengan
suhu
dengan biaya investasi rendah (low
ruangan pada kisaran suhu 28
cost).Untuk pembuatan pupuk dari
o
limbah padat industri nata de coco,
kelembaban terutama karena
ruang
ruangan dapat
pengendalian
C-32oC.
7. Melaksanakan material handling
limbah yang ada dikumpulkan dalam
yang baik dalam penyimpanan
wadah
dan penggunaan bahan.
kapur tohor untuk menetralkan pH
8. Melakukan
pencatatan
kemudian
ditambahkan
dan
bahan pupuk.Dalam 100 kg limbah
pengendalian persediaan bahan
padat ditambahkan 10 kg kapur
baku serta menerapkan prinsip
tohor, setelah tercampur rata maka
bahan yang masuk duluan yang
pupuk sudah siap untuk digunakan
harus
(Warisno,2004).
dipakai
untuk
meminimalisir kerusakan bahan.
Langkah
ini
memerlukan tenaga kerja tambahan yang bertugas untuk mengumpulkan
Analisis
Kelayakan
secara
Lingkungan, Teknis dan Ekonomi Analisis kelayakan langkah
limbah padat untuk dicampurkan dengan
kapur
menimbulkan
biaya
sehingga tambahan,
produksi bersih yang diterapkan
tetapi
pada industri nata de coco ini
tambah bagi industri dengan waktu
mencakup
pengembalian yang relatif singkat.
kelayakan
secara
akan
tohor
mendatangkan
lingkungan, teknis, dan ekonomi
Sedangkan
(Purwanto, 2013).Analisis kelayakan
meningkatkan
peluang penerapan produksi bersih
perusahaan
dihitung per tahun.
31.591.080,- per tahun.
a. Pemanfaatan
ekonomi keuntungan
sebesar
Rp
hasil
b. Penggunaan kembali (reuse) air
penyaringan, pembersihan kulit
bekas sisa perendaman nata,
nata
air pembersihan nata dan air
dan
kotoran
secara
nilai
nata
pembuatan pupuk
reject
untuk
bekas pencucian botol serta nampan 10
Dari segi lingkungan terjadi
industri karena masih dapat dijual
pengurangan potensi pencemaran
kembali
perairan akibat limbah cair sebesar
bekas daripada hanya dibakar saja
917.000 liter per tahun.Volume air
denganpotensi pemasukan sebesar
yang
Rp 2.730.000,- per tahun.
dibuang
berkurang
ke
lingkungan
banyak
sehingga
memberikan
dampak
positif
terhadap lingkungan.Secara teknis
biaya
cairan
barang
kembali
sisa
fermentasi
untuk
pembuatan starter Dari sisi lingkungan, langkah
(low
ini mengurangi potensi pencemaran
memerlukan
perairan akibat limbah cair sisa
peralatan tambahan berupa drum
cairan fermentasi sebesar 2.341,5
penyaringan dan penampung air
liter per tahun.Secara teknis langkah
dengan
ini sulit untuk dilakukan karena
cost).Langkah
sedikit
pengumpul
d. Pemanfaatan
relatif mudah untuk dilaksanakan dengan
ke
ini
waktu
(payback
pengembalian
period)
sekitar
25
membutuhkan
ketelatenan
hari.Penilaian ekonomi memberikan
ketelitian
penghematan biaya pemakaian air
berhubungan
bersih sebesar Rp 229.250 per
yang
tahun.
akhir.Bibit
c.
Penjualan koran bekas penutup
terkontaminasi dan rusak sehingga
nampan
penanganan
fermentasi
kepada
pihak ketiga Dari
sisi
kondisi lingkungan
akan
dalam
dan
prosesnya
dengan
bibit
mempengaruhi nata
nata
produk
(starter)
rawan
sebaiknya
dalam
higienis.Indikator
kualitas
bibit yang baik dan dapat dipakai
memperpanjang masa pakai kertas
adalah
koran
timbulan
secara merata, dan tidak terbentuk
limbah padat dengan mengurangi
buih.Kekeruhan yang tidak merata
timbulan limbah padat sebanyak
menandakan
2.730 kg per tahun. Secara teknis
terkontaminasi oleh spora jamur,
sangat mudah dilaksanakan dan
sedangkan
tanpa biaya (no cost). Banyaknya
menunjukkan adanya gas seperti
koran bekas dari penutup nampan
CO2 atau NH3 yang terbentuk akibat
pada proses pemanenan nata dapat
adanya mikrobia kontaminan.Agar
menambah
dihasilkan bibit yang berkualitas baik
dan
mengurangi
keuntungan
pihak
kekeruhan
bibit
yang
timbul
mungkin
terbentuknya
buih
11
harus
dipastikan
nutrisi
yang
Dari
penelitian
ini
dapat
dibutuhkan oleh bakteri A. xylinum
ditarik kesimpulan:
tercukupi
2002).dan
1. Tahapan proses yang inefisien
secara ekonomis akan menghemat
pada industri pengolahan nata
biaya pembuatan starter sebesar Rp
de coco terdapat pada proses
2.436.000,-
pemanenan nata de coco yang
(Pambayun,
untuk
3.480
botol
setahun.
menghasilkan
e. Penjualan sisa potongan nata
yaitu sebesar 19,65% berupa reject,
NPO
terbesar
kepada pedagang minuman jelly
nata
diikuti
dengan
drink
lapisan kulit nata sebesar 4,57%
Langkah ini akan berdampak
dan sisa potongan nata sebesar
positif terhadap lingkungan dengan
4,34%. Efisiensi pada proses
pengurangan
produksi sebesar 82,5%.
limbah
padat
sisa
potongan nata sebanyak 18.420,5
2.
Penerapan produksi bersih di
kg per tahun. Secara teknis juga
industri nata de coco akan
mudah dilaksanakan serta tanpa
memberikan manfaat ekonomi
biaya investasi (no cost) dengan
penghematan
keuntungan
dari segi penggunaan bahan
mencapai
yang Rp
diperoleh
18.420.500,-
per
biaya
produksi
baku, bahan penunjang, dan
tahun. Sisa potongan nata yang
penggunaan
masih tertinggal di mesin atau bak
peningkatan keuntungan yang
penampung
diperoleh
dimanfaatkan
masih kembali
dapat dengan
55.406.830,-
air
sebesar per
serta
Rp tahun.
menjualnya ke pihak ketiga yaitu
Sedangkan manfaat lingkungan
pedagang minuman nata/ jelly drink
berupa pengurangan timbulan
untuk diolah terlebih dahulu dengan
limbah cair sebesar 919.341,5
pencucian dan perebusan dalam air
liter/
gula atau sirup untuk mereka jual
pengurangan timbulan limbah
kembali sehingga memperpanjang
padat sebanyak 127.246 kg/
umur produk.
tahun (98,2%).
tahun
(72,8%),
dan
KESIMPULAN
12
Fernández-Viñé,
MB,
Gómez-
Navarro, T, & Capuz-Rizo, SF, DAFTAR PUSTAKA
2010, Eco-efficiency In The
Buku
SMEs Of Venezuela, Current
Indrasti,
N
&
Fauzi,
A,
2009,
Status
And
Future
Produksi Bersih, Bogor: IPB
Perspectives,Journal of Cleaner
Press.
Production, 18(8), pp.736–746.
Pambayun,
R,
2002,
Teknologi
Gale,
R,
2006,
Environmental
Pengolahan Nata De Coco,
Management Accounting As A
Yogyakarta: Kanisius.
Reflexive
Purwanto, 2013, Teknologi Produksi Bersih, Badan
Cetakan Penerbit
Pertama, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Modernization
Strategy
In
Cleaner
Production,Journal of Cleaner Production, 14, pp.1228–1236. Hakimi,
R&
Budiman
D,
Warisno, 2004, Mudah dan Praktis
Aplikasi
Produksi
Membuat Nata de Coco
(Cleaner
Production)
I,
Jakarta: Agromedia Pustaka.
2006, Bersih Pada
Industri Nata De Coco,Jurnal Teknik Mesin, 3(2), pp.89–98.
Jurnal
Jasch,
Burritt RL, Herzig C, & Tadeo BD,
C,
2003,
The
Environmental
Of
Management
2009,Environmental
Accounting
Management Accounting For
Identifying
Environmental
Cleaner Production: The Case
Costs,Journal
of
Of A Philippine Rice Mill,Journal
Production, 11, pp.667–676.
of Cleaner Production, 17(4), pp.431–439. Burritt
RL,
&
Saka
Environmental Accounting
C,
2006,
Management
Applications
Eco-efficiency:
Case
and
Studies
From Japan,Journal of Cleaner Production, 14, pp.1262–1275.
Park,
HS,&
(
Use
EMA
Behera
)
For
Cleaner
SK,
2014,
Methodological
Aspects
Applying
Eco-Efficiency
Indicators
Of
To Industrial
Symbiosis Networks,Journal of Cleaner
Production,
64,
pp.478–485. Probowati, BD, Burhan, 2011, Studi Penerapan
Produksi
Bersih 13
Untuk
Industri
Kerupuk,Agrointek, Volume 5, No 1, pp. 74-81.
untuk Usaha/ Industri Kecil dan Menengah, Jakarta. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Rao, P Castillo, O, Intal P, Sajid A,
2009 tentang Perlindungan dan
2006, Environmental Indicators
Pengelolaan Lingkungan Hidup,
for
Jakarta.
Small
and
Medium
Enterprises in The Philippines: An Empirical Research, Journal of Cleaner Production, (14), pp.505–515. Van
Middelaar,
CE,
Berentsen
PBMDolman, Ma de Boer, IJM, 2011, Eco-Efficiency In The Production
Chain
Of
Dutch
Semi-Hard Cheese, Livestock Science, 139(1-2), pp.91–99.
Dokumen online Purwanto,
2000,
Pengukuran
Kinerja Lingkungan, Available at:
http://andietri.tripod.com,
diakses tgl 27 Oktober 2014. WBCSD,
2000,
Eco-
Efficiency,http://www.wbcsd.ch/ ecoeff1.htm,diakses
tgl10
September 2013.
Peraturan Kementerian
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia,
2003,
Panduan Produksi Bersih dan Sistem Manajemen Lingkungan
14