Marsuki | 58
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN ROLL DEPAN DENGAN ALAT BANTU BOLA LONCENG
Oleh : Marsuki SD Negeri Bondowoso E-mail :
[email protected] ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan pembelajaran roll depan dengan alat bantu bola lonceng pada siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso. Metode penelitian yang digunakan adalah class action research ( penelitian tindakan kelas ). Hasil penelitian yang diperoleh pada siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso yang berjumlah 19 siswa adalah, (1) Pada pembelajaran pra siklus aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran senam lantai roll depan adalah siswa tuntas sebanyak 11 siswa dengan prosentase 57.89%, dan siswa belum tuntas sebanyak 8 siswa dengan prosentase 42.11%. (2) Pada pembelajaran dengan menggunakan alat bantu bola lonceng pada siklus I menjadi siswa tuntas sebanyak 14 dengan prosentase 73.68%, siswa yang belum tuntas sebanyak 5 dengan prosentase 26.32%. (3) Hasil penelitian pada siklus 2 siswa tuntas menjadi 17 dengan prosentase 100% dan hanya 2 siswa atau 10.53% yang belum tuntas. Dari data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat bantu bola lonceng dalam pembelajaran senam lantai roll depan dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan bagi siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso, Siswa terlihat tertarik, aktif, antusias, memperhatikan dan dapat mengikuti proses pembelajaran roll depan. . Kata kunci : Pembelajaran Roll Depan, Alat Bantu Bola Lonceng PENDAHULUAN Latar Belakang Upaya meningkatkan pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran guna memperbaiki kemampuan peserta didik dalam pembelajaran penjasorkes dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Salah satu masalah utama dalam Penjasorkes di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjasorkes di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjasorkes dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan pembelajaran Penjasorkes. Salah satu keterbatasan guru Penjasorkes dalam mengajar adalah dalam hal menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Fenomena itulah yang saat ini terjadi pada siswa kelas V di SD Negeri
59 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso dalam pembelajaran materi roll depan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka kami sebagai guru penjasorkes mencoba melaksanakan kegiatan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bola Lonceng pada Siswa Kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso”. Suatu penelitian tentu mempunyai permasalahan yang perlu diteliti, dianalisis, dan diusahakan pemecahannya. Dalam penelitian ini permasalahan yang perlu dirumuskan adalah Bagaimana Upaya Meningkatkan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bola Lonceng pada Siswa Kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso? Rumusan Masalah Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada permasalahan yang dirumuskan : ”Apakah dengan menerapkan alat bantu bola lonceng dapat meningkatkan pembelajaran roll depan pada siswa Kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso Tahun Pelajaran 2015/2016?” Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah ”Untuk meningkatkan pembelajaran roll depan dengan alat bantu bola lonceng pada siswa Kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso Tahun Pelajaran 2015/2016.” Manfaat Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan pembelajaran roll depan dengan alat bantu bola lonceng pada siswa Kelas V SD SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso Tahun Pelajaran 2015/2016. TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan jasmani sebagai alat perantaranya. Pendidikan jasmani tidak lepas dari usaha pendidikan pada umumnya. Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk mempengarui pertumbuhan dan perkembangan anak kearah kehidupan yang sehat jasmani dan rokhani, sahat tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang deprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis, yang disusun oleh lembaga pendidikan yang berkompeten. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangakan individu secara organis, neuromuskular, intelektual dan emosional. Hakekat Senam Senam berasal dari bahasa Yunani, yaitu Gymnos yang artinya telanjang atau gymnasion yang artinya tempat latihan senam, sedangkan senam berarti bermacam- macam gerakan yang dilakukan oleh atlet dalam
Marsuki | 60
keadaan telanjang (Ahmad, 2007:1). Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang melibatkan gerakan tubuh yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan keserasian gerakan fisik (Ahmad, 2007:11). Senam Lantai Muhajir (2004:133) mengatakan bahwa bentuk-bentuk latihan dalam senam lantai (floor Exercise) meliputi guling depan (forward rool), guling belakang (back roll), kayang, split, sikap lilin, guling lenting (roll kip), betdiri dengan kepala (head stand) berdiri dengan kedua telapak tangan (hads stand), meroda(rad slag atau cat wheel), dan lain sebagainya. Pembelajaran senam disekolah memiliki sasaran paedagogis. Menurut Agusta (2009:55) pembelajaran senam lantai membutuhkan pengaturan kelas yang berbeda dari pengajaran pada alat lain. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan bahwa jumlah matras yang dimiliki oleh sekolah bisa lebih dari dua matras, sehingga perlu dirancang bagaimana format penggunaannya. Senam lantai adalah keterampilan gerak yang dilakukan di lantai dengan beralas matras, tanpa melibatkan alat lainya. Luas lantai yang digunakan dalam kejuaraan senam adalah 12 x 12 meter, dengan tambahan 1 meter di setiap sisinya sebagai pengaman. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara,menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat kedepan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya, bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya unuk putri banyak unsur gerak balet. Jenis senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus. Gerakan dasar senam lantai adalah: (1) Roll depan, (2) roll belakang, (3) kayang, (4) sikap lilin, dan (5) meroda. (Dadan Heryana, 2010:89). Menurut Agusta (2009:85), Guling depan adalah gerak berguling yang halus dengan menggunakan tubuh bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai dari kedua kaki, kedua tangan, ketengkuk, lalu kebahu, kepunggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali. Pada awal gerakan, fokus pandangan diarahkan ke matras tempat kedua tangan akan diletakkan. Kontak mata dengan matras harus dipertahankan selama mungkin. Jika guling depan diajarkan dengan teknik yang benar, akan mengembangkan orientasi ruang pada diri anak, dan menjadi tahapan pembelajaran untuk ketrampilan lainnya. Gerakan guling depan merupakan gerakan putaran yang berporos tranversal, gerakan guling samping badan lurus merupakan gerakan putaran yang berporos longitudinal. Guling depan sebagai bagian dari salah satu pola gerak dominan, kemampuan putaran perlu dikembangkan pada anak.
61 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Gambar 1. Guling ke Depan
Sumber: Farida Mulyaningsih (2010:80) Media Pembelajaran Media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti tengah atau perantara. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2007: 3) secara garis besar menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi sehingga membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 2004: 23). Hal ini sependapat dengan Sudjana (2002:7) yang menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar, yaitu untuk menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Fungsi-fungsi media pembelajaran menurut Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2007:16-17), khususnya untuk media visual adalah sebagai berikut : (1). Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. (2). Fungsi afektif, yaitu melihat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Dari gambar dan lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. (3). Fungsi ognitif, lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. (4). Fungsi kompensatoris, yaitu media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembal Media diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik tentang suatu objek, disebabkan: (a). Objek terlalu besar; (b). objek terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang bergerak terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang bunyinya terlalu halus; (g). objek mangandung bajaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek dapat disajikan kepada peserta didik. (2). Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; (3). Media
Marsuki | 62
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (4). Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan yang abstrak. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Bentuk Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode perlakuan proses pembelajaran senamketangkasan roll depan dalam penjasorkes dengan alat bantu bola lonceng melalui pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian Penelkitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso, dengan jumlah siswa sebanyak 19 anak yang terdiri dari 13 laki-laki dan 6 perempuan. Sebagai obyek dalam penelitian senam ketangkasan roll depan pada siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober tahun 2015 semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Rancangan Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Alur PTK Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Rencana yang direvisi Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Sumber : Kemmis Taggart dalam Arikunto (2002)
63 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Pelaksanaan penelitian senam ketangkasan roll depan, dilaksanakan di halaman SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso. Di dalam penelitian ini, pengambilan data dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan sklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas dengan lembar observasi. Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes dan obsevasi. Kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bahan refleksi dan analisis. Observasi dilakukan sendiri oleh guru dan peneliti untuk mendapatkan data yang rinci dan akurat. Instrumen pengumpulan data dengan metode tes, dokumentasi, kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Prosedur penelitian Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok roll depan. Setiap siklus mencakup empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan : ∑X X = ∑N Dimana X = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah Semua Nilai Siswa Σ N = Jumlah Siswa Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor diatas 70. Menurut Depdiknas (2006: 62), secara klasikal proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila di kelas memperoleh nilai ≥70 sebanyak 85% . Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut.
P=
∑ Siswa. yang.tuntas.belajar x100% ∑ Siswa
Untuk lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif digunakan rumus sebagai berikut:
Marsuki | 64
X =
P1 + P2 2
Dimana P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 Untuk lembar observsai guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut: %=
X jumlah.hasil. pengama tan P1 + P2 x100% dengan X = = 2 jumlah. pengamat ∑X
Dimana % = Prosentase pengamatan X = Rata-rata ∑ X = Jumlah Rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data numerik (angka) yang kemudian dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Adapun data yang diperoleh meliputi hasil belajar siswa mencakup ranah psikomotorik, kognitif, dan afektif, serta hasil angket siswa tentang tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran di setiap siklusnya. Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I Jumlah Ketuntasan Tahapan Jumlah No Tuntas Prosentase Belum Tuntas Prosentase Siklus Siswa (Siswa) (%) (Siswa) (%) 1 Pra 19 11 57.89 8 42.11 Siklus 2 Siklus I 19 14 73.68 5 26.32 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2015) Berdasarkan pada tabel diatas, pada pembelajaran pra siklus aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran senam lantai roll depan adalah siswa tuntas sebanyak 11 siswa dengan prosentase 57.89% dan siswa belum tuntas sebanyak 8 siswa dengan prosentase 42.11%. Pada pembelajaran dengan menggunakan alat bantu bola lonceng pada siklus I shasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu siswa tuntas sebanyak 14 dengan prosentase 73.68%, siswa yang belum tuntas sebanyak 5 dengan prosentase 26.32%. Untuk hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus 2 akan dijelaskan pada tabel berikut:
65 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Jumlah Ketuntasan Tahapan Jumlah No Tuntas Prosentase Belum Tuntas Prosentase Siklus Siswa (Siswa) (%) (Siswa) (%) 1 Siklus I 19 14 73.68 5 26.32 2 Siklus II 19 17 89.47 2 10.53 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2015) Berdasarkan pada tabel 2 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu bola lonceng yang awalnya pada siklus I siswa yang tuntas 14 dan siswa yang belum tuntas ada 5. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu siswa yang tuntas sebanyak 17 dengan prosentase 89,47%, dan siswa yang belum tuntas hanya 2 siswa saja. Pembahasan Pada siklus 1 dari hasil pengamatan dan hasil angket respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung, diperoleh hasil penilaian yang meliputi aspek psikomotorik, kognitif dan afektif mengalami peningkatan dari sebelum diadakan penelitian tindakan kelas (pra siklus), yaitu semula 11 siswa atau sebesar 57.89% yang sudah dinyatakan tuntas menjadi 14 siswa atau 73.68% sudah dinyatakan tuntas belajar. Berdasarkan masih ada kekurangan yang diperoleh pada siklus 1, maka peneliti sebagai sumber belajar melakukan perbaikan pada siklus 2. Perbaikanperbaikan tersebut antara lain : 1. Siswa diharapkan menikmati proses pembelajaran roll depan dengan alat bantu bola lonceng 2. Penambahan media matras kecil diletakkan dibawah matras besar dibagian depan guna lebih memudahkan untuk mengguling. 3. Diharapkan pembelajaran pembelajaran roll depan dengan alat bantu bola lonceng merupakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. 4. Memberi reward atau penguatan kepada siswa agar tertarik dan menyukai pelajaran. Pada siklus II pengamatan dan hasil angket respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung, diperoleh hasil penilaian yang meliputi aspek Psikomotorik, kognitif dan afektif mengalami peningkatan dari siklus 1, yaitu semula 14 siswa atau sebesar 73.68 % yang sudah dinyatakan tuntas menjadi 17 siswa atau 89.7% sudah dinyatakan tuntas belajar. Selama proses pembelajaran pada siklus 2, siswa terlihat serius mengikuti petunjuk dan arahan dari guru, siswa terlihat disipilin, bersemangat, percaya diri dan berani selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga hasil pembelajaran pada siklus 2 sudah maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan peningkatan hasil belajar senam ketangkasan roll depan pada siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso menggunakan alat bantu bola lonceng sebagai berikut : 1. Media pembelajaran yang dilakukan merupakan suatu media pembelajaran yang tergolong baru bagi siswa dan belum pernah didapat sebelumnya sehingga memberi pengalaman baru bagi siswa.
Marsuki | 66
2. Pendekatan pembelajaran dengan media alat bantu merupakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. 3. Minat siswa untuk belajar roll depan bertambah karena siswa menganggap belajar roll depan dengan menggunakan alat bantu bola lonceng lmerupakan pembelajaran yang menarik dan menambah wawasan serta pengalaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan aplikasi model pembelajaran menggunakan media alat bantu bola lonceng untuk meningkatkan motivasi pembelajaran roll depan pada siswa kelas V SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso. Berdasarkan pada hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Siswa terlihat tertarik, aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran roll depan. Siswa terlihat memperhatikan pelajaran dengan serius dan terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan pada prosentase peningkatan ketuntasan belajar siswa yang awalnya pada pra siklus hanya 57.89% siswa yang tuntas, kemudian meningkat 73.69 pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 89.47%. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar menggunakan aplikasi model pembelajaran menggunakan media alat bantu bola lonceng lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut : 1. Untuk melaksanakan pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas memerlukan persiapan yang cukup matang. 2. Dalam rangka meningkatkan pembejaran roll depan, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu mengatasi kekurangannya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD Negeri Wonosuko 1 Tamanan Bondowoso . 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Agus Mahendra, 2003. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Sebuah Pendekatan Pembinaan Pola Gerak Dominan. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga, Depdikdas. Agusta, Hendra. 2009. Pola Gerak Dalam Senam 1. Jakarta: CV Ipa Abong Ahmad, Satrio Y. 2007. Senam. Jakarta: PT. Indah Jaya Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
67 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Dadan Heryana. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Pembukuan, Kementrian Pendidikan Nasional Deni Kurniadi, Suro Prapanca 2010. Penjas Orkes untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta : PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia. Farida Mulyaningsih. dkk. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Kelas IV SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Muhajir, Adipratama. 2004.Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik 1. Jakarta: Erlangga Sudjana. 2002. Fungsi Alat Peraga. Jakarta