16
MENINGKATKAN MOTIVASI BERTANYA MELALUI STRATEGI “PQ4R” Roni M. Rumallang Guru SMKN I Kota Gorontalo ABSTRAC The students’ low motivation in asking question causes the teacher difficult to evaluate the students’achievement in learning process and create the interactive circumstances in learning. This condition makes the class becomes teacher-centered. To increase the students’motivation in asking question toward Phisycs subject, the researcher tries to use ‘PQ4R’ strategy (Preview, Question, Read, Reflection, Recitate and Review). By using this strategy involves cooperative learning setting NHT and STAD conducted in four meetings in two cycles shows the students’frequency of asking questions increased from 29,63 % of 27 students in cycle one to 74,07 % in cycle two. Thus, by using ‘PQ4R’, the students’motivation in asking questions toward Phisycs subject can be increased. Key words : motivation, asking questions, PQ4R strategy I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan berbagai usaha, antara lain pengembangan kurikulum, penambahan fasilitas sekolah, pengadaaan alat peraga/media pembelajaran, diklat bagi tenaga pengajar, pemberian suatu metode atau teknik yang tepat dalam proses belajar mengajar dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut merupakan faktor yang penting untuk diperhitungkan dalam menciptakan proses belajar mengajar. Menghadapi berbagai tantangan dalam reformasi pendidikan nasional, diperlukan guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional, modern dalam nuansa pendidikan. Disamping dengan keahliannya sosok profesional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa , negara dan agamanya. Sebagai pengelola pengajaran (manager of instruction) seorang guru akan berperan mengelola seluruh proses belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan belajar hendaknya memberikan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik ( Surya : 2005). Berdasarkan fakta di lapangan, untuk menciptakan kegiatan belajar dengan kualitas baik terdapat beberapa permasalahan di antaranya; rendahnya hasil belajar siswa, partisipasi siswa dalam menyelesaiakan tugas (PR) rendah, disamping itu dalam proses belajar mengajar, kelas sepi dari pertanyaan sehingga guru sulit berinteraksi dengan siswa. Rendahnya motivasi siswa untuk bertanya menyebabkan guru kesulitan untuk menilai ketercapaian kompetensi dalam proses pembelajaran, guru kesulitan menciptakan suasana belajar yang interaktif, yang pada akhirya guru menjadi penceramah atau tutor pendamping yang mengamati siswa bekerja. Pada akhirnya hasil belajar siswa tidak maksimal. Dalam pembelajaran yang baik sebaiknya guru memperhatikan pernyataan Weinstein dan Meyer dalam Arends (1997: 244), bahwa “good teaching includes teaching students how to learn, how to remember, how to think and how to motivate themselves”. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengangkat metode PQ4R (preview, question, read, reflection, recitate and review), karena menekankan pada keaktifan siswa, membangun pemahaman dirinya dan pembelajaran menjadi bermakna. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam bertanya untuk menciptakan suasana belajar yang lebih efektif serta meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang diajarakan.
17
B. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori motivasi Tugas Guru diantaranya adalah merencanakan bagaimana guru mendukung Motivasi Siswa (Nur 2001 : 3). Maka seorang Guru disamping menguasai materi juga harus memilih dan menetapkan model pembelajaran, sehingga pelaksanaan penyajian materi yang sesuai dengan kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron,1992; Schunk,1990 dalam Syaifuddin, 2004:35). Berkaitan dengan motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan (Uno 2006 : 3). Motivasi dapat berbeda dalam intensitas (kekuatan) dan arah. Gage dan Berliner, menganalogikan motivasi dengan sebuah mobil, dimana mesin analog dengan intensitas dan kemudi analog dengan arah. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gillingham, Kulikowich, & Brown,1991; Graham & Golan,1991dalam Wiludjeng, 1999: 11). 2. Keterampilan bertanya Salah satu fungsi mengajar IPA adalah membantu siswa untuk belajar mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Agar dapat melakukan hal ini anda harus meningkatkan komunikasi dengan siswa dan komunikasi antara siswa. Salah satu cara untuk menggalakan siswa berkomunikasi adalah dengan mengajukan pertanyaan–pertanyaan. Rasa ingin tahu itu dimiliki oleh setiap manusia secara naluriah. Rasa ingin tahu merupakan awal dari pengetahuan yang dimiliki manusia. Guru yang mengharapkan siswa untuk berfikir pada tingkat tertentu, menyusun dan memakai pertanyaan, dan menerima respon siswa sesuai dengan tingkat yang diharapkan guru. Guru dapat mengendalikan apa tingkatan berfikir siswa. Bertanya pada diri sendiri dan memperkirakan jawabannya menyebabkan berfikir kreatif, merupakan sarana untuk memecahkan masalah yang pelik dan dapat membantu seorang anak untuk belajar “ menemukan situasi yang menyenangkan, di mana orang lain merasa jemu” (Biddueph, Symington, & Osborn, 1986 dalam Martin, dkk, 1997 dalam Susilo,1999). (Turney dalam Imron : 1996) mengungkapkan bahwa keterampilan bertanya dapat diklasifikasikan atas dua macam yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya dasar memiliki komponen antara lain mengungkapkan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemusatan pertanyaan, kehangatan dan keantusiasan bertanya, sedangkan keterampilan bertanya lanjut memiliki komponen pengubahan tingkat kognitif pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi. Pertanyaan siswa adalah hal penting bagi guru. Pertanyaan siswa dapat memberi petunjuk tentang apa yang diketahuinya, apa yang belum diketahuinya, dan apa yang ingin diketahuinya. Jadi semakin banyak siswa yang bertanya akan semakin memudaahkan guru untuk mengelola pembelajaran. 3. Strategi belajar Mengajarkan strategi belajar berpedoman pada premis bahwa keberhasilan siswa banyak bergantung pada kemahiran mereka untuk belajar sendiri dan untuk memonitor belajarnya sendiri. Hal ini menunjukan pentingnya strategi-strategi pembelajaran dan belajar diajarkan kepada siswa, dimulai dari kelas-kelas sekolah dasar dan berlanjut pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Strategi belajar merujuk pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajarinya, termasuk ingatan dan proses metakognitif (Nur, 2000: 7). Tujuan utama mengajarkan strategi belajar adalah untuk menghasilkan pebelajar yang dapat mengendalikan diri sendiri (pebelajar mandiri) yang didefinisikaan sebagai individu yang dapat : (1) secara teliti mengdiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu, (2) memilih suatu strategi belajar
18
untuk memecahkan suatu masalah belajar yang dihadapi, (3) memonitor keefektifan strategi tersebut, dan (4) cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran sampai pembelajaran itu tuntas. Dukungan teoritis untuk strategi belajar adalah berasal dari karya Vygotsky (Arends, 1997: 245). Vygotsky menekankan tiga gagasan pokok, yaitu sebagai berikut: (1) The intellect develops as individuals confront new and puzzling ideas and link these ideas to what they already know (2) The interactions with others enhance intellectual development (3) A teacher’s primary role is to serve as a helper and mediator of student learning. Ada empat jenis strategi belajar yang diberikan kepada siswa, diantaranya strategi menghafal, strategi elaborasi, strategi organisasi, dan strategi metakognitif. Strategi elaborasi, diantaranya PQ4R (preview, question, read, reflection, recitate dan review), analogi dan membuat catatan merupakan strategi mengarahkan siswa menjadi pebelajar mandiri, dia akan tahu kapan dan bagaimana dia harus belajar (Nur, 2000: 9). C. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa pada SMK Negeri 1 Gorontalo. Yang dijadikan subjek dan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh) teknik penyiaran tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 27 orang. Waktu penelitian pertengahan september sampai akhir Desember 2009. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas model Kemmis dam Mc Taggart, yang pada setiap siklus terdiri dari 3 komponen pokok yaitu perencanaan, tindakan/observasi, dan refleksi. Pelaksanaanp penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan ini menggunakan sebuah strategi belajar yakni metode PQ4R (Preview, Question, Recitate, Read, Reflection dan Review) dengan setting model pembelajaran yang bervariatif, yakni model pembelajaran kooperatif (cooperative), model pembelajaran langsung (direct instruction), dan strategi pembelajaran (learning strategic). Dilaksanakan selama 4 x pertemuan (2 siklus), dengan setiap kali pertemuan selama 90 menit . Langkah-langkah PQ4R adalah sebagai berikut: (1) siswa membaca sekilas tentang pokok bahasan, judul dan sub judul, (2) membuat pertanyaan dari bacaan sekilas tersebut, (3) membaca lebih dalam tentang materi, (4) merefleksikan hasil bacaan (5) melakukan tanya jawab dengan teman/guru, (6) menyimpulkan dari hasil bacaan dan tanya jawab. Dalam tahap pelaksanaan strategi PQ4R melalui prosedur harian ( 2 X 45 menit )sebagai berikut: 1) Disediakan teks dari buku bacaan materi yang dapat diselesaikan untuk satu pertemuan 2) Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru melakukan Pemodelan 3) Siswa diminta untuk membaca dalam hati secara sekilas teks bacaan, judul, konsep dan sub konsep (preview) (5’) 4) Jika siswa telah melakukan kegiatan membaca, siswa diminta membuat pertanyaan dari apa yang sudah mereka baca sekilas (question) (10’) 5) Setelah itu siswa diminta untuk membaca lebih mendalam apa yang sudah mereka baca sekilas tadi (read) (15’) 6) Kemudian berpikir lebih mendalam apa yang sedang mereka pertanyakan sekilas (reflection) boleh sharing dengan teman dalam kelompok (10’) 7) Siswa saling tanya jawab (40’) 8) Siswa dan guru menyimpulkan hasil tanya jawab (10’) Data yang dikumpulkan dalan penelitian ini adalah frekuansi siswa yang bertanya, frekunsi bertanya siswa dan kualitas pertanyaan siswa. Data tersebut didapatkan melalui pengamatan oleh pengamat dengan format pengamatan yang tersedia.Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuatitatif dengan prosentase terhapap frekuensi faktor yang teramati.
19
II. PEMBAHASAN A. Siklus I Refleksi pertemuan I: Pertemuan pertama pembelajan dengan materi konsep gerak dalam fisika siswa diperkenalkan dengan strategi belajar PQ4R (Preview, Question, Read, Reflection, Recitate, Review). Pada pertemuan ini digunakan model pembelajaran kooperatif number head together. Penggunaan model ini untuk memberi kesempatan pada siswa secara sukareka atau terpaksa untuk membuar atau memberikan pertanyaan karena mereka pegang nomor masing-masing, di mana nomor itu “diharuskan” oleh guru untuk dihabiskan dan diminta guru untuk berebut dalam bertanya maupun menanggapi pertanyaan. Dengan waktu yang hanya 2x45 menit, tercatat sebanyak 6 orang siswa yang bertanya (tidak termasuk yang menanggapi). Pertemuan I belum tergambar dengan jelas motivasi siswa untuk bertanya yang disebabkan situasi belajar yang baru bagi siswa, kegiatan mengajukan pertanyaan masih cenderung perlu pemaksaan. Refleksi pertemuan II: Materi yang diajarkan masih tentang konsep gerak dalam fisika. Pada pertemuan yang kedua tercatat 10 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Ini berarti terjadi peningkatan jumlah sebanyak 4 orang. Walaupun siswa terlihat masih terkesan terpaksa mengeluarkan pertanyaan atau pendapat, karena metode yang dipakai masih dengan strategi belajar PQ4R dengan model pembelajaran kooperatif number head together. Tetapi dibandingkan dengan pertemuan I, terdapat peningkatan pula pada frekuensi siswa yang bertanya karena terdapat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dengan frekuensi 2 – 3 bertanya. Walaupun siswa yang bertanya masih didominasi siswa yang itu-itu juga, ini artinya siswa yang berani bertanya belum memberi pengaruh berarti kepada siswa yang lain. Berdasarkan refleksi pada pertemuan I dan II maka maka dapat disimpulkan bahwa strategi PQ4R yang diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif number head together pada pembelajaran fisika memberikan konstribusi positif pada motivasi siswa dalam mengajukan pertanyaan yang telihat pada frekuensi siswa yang bertanya dan frekuensi bertanya siswa. Namun demikian hal ini belum cukup karena siswa dalam mengajukan pertanyaan masih secara terpaksa sehingga kualitas pertanyaan masih rendah, serta jumlah pertanyaan siswa masih kurang. B. Siklus 2 Refleksi pertemuan III: Pada pertemuan ketiga untuk siklus 2 Materi yang diajarkan tentang hukum Newton tentang gerak. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan masih kooperatif number head together tetapi terlebih dahulu siswa dikelompokkan secara acak, dengan memasukkan setiap kelompok siswa yang sudah berani bertanya. Dengan harapan mereka mampu mendorong rekannya yang lain untuk berani bertanya atau menanggapi, meskipun guru tidak menginstruksikannya. Scaffolding siswa sebagai tutor sebaya berjalan secara alami. Siswa yang tercatat bertanya sebanyak 21 orang. Ini berarti dari pertemuan/tindakan siklus I siswa yang bertanya bertambah 11 orang, meskipun didominasi oleh siswa yang telah lebih dahulu berani bertanya. Dengan setting masih menggunakan koperatif guru berusaha membangkitkan motivasi siswa untuk bertanya tanpa harus memaksa tetapi berdasarkan kemampuan dan kemauan siswa berdasarkan hasil diskusi antar siswa sehingga terjadi komunikasi antar siswa dan dengan guru. Guru menjanjikan reward bagi yang paling banyak bertanya selama 2 kali pertemuan. Siswa dikelompokkan secara acak, dengan memasukkan setiap kelompok siswa yang sudah berani bertanya. Refleksi pertemuan IV: Pada pertemuan ini siswa dikelompokkan lagi secara acak (berbeda dengan sebelumnya), dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Terlihat bahwa siswa saling membantu dalam memberi tanggapan ataupun membuat pertanyaan. Pada pertemuan ke 4 siswa bertanya berkurang menjadi 19 orang., tetapi masih lebih banyak ari siklus 1. Para siswa mulai berebutan untuk menanggapi dan bertanya meskipun masih ada siswa yang mengajukan pertanyaan dengan
20
catatan/buku di tangan mereka. Tapi kemampuan berkomunikasi mereka mulai bagus. Terlihat bahwa siswa saling membantu dalam memberi tanggapan ataupun membuat pertanyaan. Penurunan frekuensi ini disebabkan perubahan dari model NHT ke tipe STAD dimana bertanya tidaklah sesuatu kewajiban tetapi bertanyaa menjadi kebutuhan siswa untuk daapat memami materi pelajaran berlangsung. Pada pertemuan ini guru menginstruksikan siswa bertanya tanpa catatan, tanpa buku, karenanya guru menginstruksikan untuk membaca terlebih dahulu materi hukum Newton tentang gerak di rumah, dan guru menjanjikan reward bagi yang paling banyak bertanya selama 4 kali pertemuan. Siswa terlihat bertanya secara alami dan tidak ada kesan terpaksa. Strategi PQ4R semakin dipahami siswa, dan komunikasi antar siswa semakin lancar. Tabel 4.1 Frekuensi Bertanya Siswa selama 4 X Pertemuan Pertemuan ke
Frekuensi Bertanya
Frekuensi Tidak bertanya
Jumlah
1 2 3 4
6 10 21 19
21 17 6 8
27 27 27 27
Gambar 4.1. Bagan Frekuensi Siswa Bertanya/Tidak Bertanya
F R E K U E N S I
Frekuensi Tidak bertanya; pert ke-1; 21 Frekuensi Bertanya; pert ke-1; 6
Frekuensi Frekuensi Frekuensi Tidak Bertanya; pert Bertanya; pert bertanya; pert ke-3; 21 ke-4; 19 ke-2; 17 Frekuensi Frekuensi Frekuensi Tidak Bertanya; pert Tidak bertanya; pert ke-2; 10 bertanya; pert ke-4; 8 ke-3; 6
Frekuensi Bertanya
Frekuensi Tidak bertanya
Tabel 4.2. Proporsi Siswa Bertanya/Tidak bertanya Pertemuan Ke-
Bertanya 22,22 37,04 77,78 70,37
1 2 3 4
Proporsi siswa Tidak Bertanya 77,78 62,96 22,22 29,63
Gambar 4.2. Bagan proporsi Siswa Bertanya/Tidak bertanya P E R S E N T A S E
Frekuensi Tidak bertanya; pert ke-1; 77,78
Frekuensi Bertanya; pert ke-1; 22,22
Frekuensi Frekuensi Bertanya; pert Bertanya; pert Frekuensi Tidak y =77,78 18,519x + 5,5556 ke-3; bertanya; pert R² = 0,8117 ke-4; 70,37 ke-2; 62,96 Frekuensi Bertanya; pert ke-2; 37,04
Frekuensi Tidak bertanya; pert Frekuensi Tidak ke-4; 29,63 bertanya; pert ke-3; 22,22 y = -18,519x + 94,444 R² = 0,8117
Frekuensi Bertanya
Frekuensi Tidak bertanya
Linear (Frekuensi Bertanya)
Linear (Frekuensi Tidak bertanya)
21
III. PENUTUP A. SIMPULAN Penerapan strategi PQ4R (preview, Question, Read, Reflection, Recitate and Review) dalam pembelajaran fisika meningkatkan motivasi bertanya siswa dalam setiap kali pertemuan Jumlah/frekuensi siswa yang bertanya dari pertemuan pertama sampai terakhir semakin meningkat. Mulai dari tindakan dengan menggunakan number head together, diberi kesempatan untuk bertanya sambil memegang kartu dan boleh membuka buku/catatan (siklus I) dan siswa dikelompokkan, kemudian siswa bertanya secara individual namun masih menggunakan kartu number head together (pertemuan 3 pada siklus II), sampai siswa bertanya secara individual, tidak pakai kartu numbered head together tetapi menggunakan model kooperatif tipe STAD (pertemuan 4 pada siklus II) Dengan menggunakan strategi PQ4R dengan setting pembelajaran kooperatif NHT dan STAD yang dilaksanakan dalam 4 pertemuan pada dua siklus, terlihat peningkatan frekuensi siswa yang bertanya dari siklus pertama sebanyak 29,63% meningkat menjadi 74,07% pada siklus kedua dari 27 siswa. B. SARAN Bagi guru penggunakan strategi PQ4R dalam pembelajaran dapat dijadikan alternatif dalam kesulitan memotivasi siswa dalam bertanya. Di samping itu strategi PQ4R dapat divariasiakan dengan model pembelajaran lainnya untuk dapat digunakan dalam pembelajaran lainnya. Penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian dengan metode dan bahan materi lain yang lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. NewYork: The Mc Graw Hill Companies, Inc. Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran kooperatif. Pusat Sains MIPA UNESA, Surabaya: Unesa-University Press. Nur, M. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Pusat Sains MIPA UNESA, Surabaya: Unesa-University Press. Nur, M. Dan . Wikandari, R.P. 2000, Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Pusat Sains MIPA UNESA, Surabaya: Unesa-University Press. Surya, Mohamad. 2005, Pengembangan Profesi Guru. Makalah dalam Simposium guru tingkat nasional, Bogor Susilo, H. 2002. Kerja Ilmiah: Bertanya. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. Syaifuddin, 2004. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Di SLTP yang Berorientasi Pendekatan Reciprocal Teaching pada Konsep Ekosistem. Unesa, Surabaya. Uno, Hamzah, B., 2006, Teori motivasi dan pengukurannya analisis dibidang pendidikan. Bumi Aksara, jakarta Wiludjeng, I. 1999. Penerapan Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Pembelajaran Fisika SMU Pokok Bahasan Tektonik Lempeng. Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.