MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I.
ABSTRAK Guru yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu guru dituntut berkerja secara profesional, untuk menjadikan guru profesional maka salah satu upaya adalah dengan melakukan supervisi, baik yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Dalam melakukan supervisi diharapkan sepervisor (Kepala Sekolah dan Pengawas) tidak bertindak sebagai inspektur yang hanya mencari kesalahan guru dalam melaksanakan tugasnya. Namun sebaliknya supervisor harus bisa memberikan bantuan layanan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru. Oleh sebab itu supervisor harus paham betul tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, metode serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang profesional. Kata kunci : peran guru, supervisi.
A. Pendahuluan Guru Merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Bila mutu pendidikan tidak baik maka guru yang akan menjadi sasaran pertama. Bagaimana gurunya ? ini menunjukkan bahwa masyarakat menyerahkan sepenuhnya keberhasilan pendidikan generasi muda kepada guru. Walaupun sebenarnya tidak hanya guru yang menjadi faktor penentu keberhasilan pendidikan. Dengan beban itu maka peranan guru dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting. Guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan dituntut selalu meningkatkan kinerjanya. Dengan kata lain guru dituntut meningkatkan kualitasnya. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dunia pendidikan, guru merupakan komponen utamanya, mereka harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Pembinaan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan dan program pendidikan dalam jabatan. Salah satu pembinaan profesi dalam jabatan dilaksanakan melalui supervisi. Supervisi sebagai salah satu langkah membentuk guru yang profesional perlu disadari oleh guru. Namun anehnya sampai saat ini masih terdapat guru yang belum menyadari pentingnya supervisi. Masih ada guru yang takut bila disupervisi. Bila 1
disekolahnya didatangi pengawas untuk melakukan supervisi maka guru tersebut malah bersembunyi. Lebih baik tidak masuk kerja daripada disupervisi. Ini adalah ironis. Maka dari itu sangat penting merubah paradigma guru dalam memandang supervisi. Oleh sebab itu dengan adanya tulisan ini penulis berharap paradigma guru bisa berubah dalam memandang supervisi. Guru menjadi sadar akan pentingnya supervisi dalam meningkatkan profesionalismenya. Tidak ada lagi guru yang takut disupervisi. Bukan supervisor yang memaksa guru agar mau disupervisi namun guru yang meminta supervisor agar dirinya disupervisi bagaikan suatu kebutuhan. B. Peranan Guru Dalam Pendidikan Pada mulanya ketika pengetahuan belum berkembang pesat, ketika penemuan hasil-hasil teknologi belum berkembang hebat, maka peran utama guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian, guru berperan sebagai sumber belajar (learning resources) bagi siswa. Siswa akan belajar dari setiap yang di sampaikan oleh guru . lalu apakah pada masa yang telah berkembang seperti sekarang ini ilmu pengetahuan sebagai warisan masa lalu yang harus dikuasai itu hanya dapat dipelajari dari guru? Tentu saja tidak. Dalam abad teknologi dan informasi ini siswa dapat mempelajarinya dari berbagai sumber. Namun demikian, dalam proses pembelajaran, guru tetap memiliki peran yang sangat penting. Teknologi yang konon dapat memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan tidak mungkin bisa menggantikan peran guru. Oleh sebab itu, saat ini guru harus dapat berperan sesuai kondisi dan kebutuhan peserta didik, tidak hanya sebatas sebagai sumber belajar saja. Adapun secara terperinci, akan dijelaskan beberapa peran guru dalam proses pembelajaran sebagai berikut. 1. Guru sebagai Sumber Belajar
2
Guru sebagai sumber belajar merupakan peran utama dan sangat penting. Peran ini berkaitan erat dengan penguasaan pelajaran. Sehingga dalam hal ini guru dituntut agar dapat melakukan hal-hal berikut: a. memiliki referensi yang lebih banyak dibandingkan siswa; b. dapat menunjukkan sumber belajar lain yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya; c. perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran. 2. Guru sebagai fasilitator. Sebagai
fasilitator
guru
berperan
dalam
memberikan
pelayanan
untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut agar mampu memahami beberapa hal berikut: a. guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar; b. guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media; c. guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar; d. guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. 3. Guru sebagai pengelola Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
4. Guru sebagai demonstrator Sebagai demonstrator, guru harus mampu menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. 3
5. Guru sebagai Pembimbing Guru harus mampu berperan sebagai pembimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi guru profesional yang memiliki akuntabilitas dalam melaksanakan ketiga komponen tersebut di atas, dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap guru untuk mewujudkannya. C. Supervisi 1. Pengertian Telah banyak pendapat mengenai pengertian supervisi. Pada tulisan ini tidak semuanya disampaikan. Namun diharapkan bisa memberikan gambaran mengenai pengertian supervisi tersebut. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the development of better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar. Jelas sekali bahwa situasi dalam pembelajaran yang harus diperbaiki melalui supervisi. Sangat luas cakupan supervisi pembelajaran, semua aspek dalam pembelajaran menjadi sasaran supervisi, termasuk didalamnya adalah guru. Dalam pelaksanaannya supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian layanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru – guru, karena bersifat demokratis. Hal ini sangat berbeda dengan inspeksi yang lebih menekankan pada kekuasaan dan otoriter. 2. Tujuan supervisi pendidikan.
4
Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar sisiwa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan kualitas guru (sahertian, 2000:19) Drs. N. A. Ametembu (2009) menyatakan bahwa tujuan supervisi dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan khusus sebagai berikut : a. Tujuan umum 1) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri 2) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangun yang berpancasila 3) Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya b. Tujuan khusus 1) Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya 2) Membantu guru-guru untuk lebih dapat lebih memahami dan menolong murid 3) Memperbesar
kesanggupan
guru
mendidikan
murid
untuk
terjun
kemasyarakat 4) Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif 5) Memperbesar amibisi guru untuk berkembang 6) Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki 7) Memperkenalkan karyawan baru kesekolah 8) Melindungi guru dari tuntutan tak wajar dari masyarakat 9) Mengembangkan profesional guru
5
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi secara prinsip mengandung unsur memberi pelayana berupa bantuan serta pembinaan dalam rangka memperbaiki kinerja. 3. Fungsi supervisi pendidikan a. Meningkatkan mutu pembelajaran yang ruang lingkupnya sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa b. Memicu unsur yang terkait dengan pembelajaran yang lebih dikenal dengan nama supervisi administrasi c. Membina dan memimpin 4. Prinsip-prinsip supervisi pendidikan a. Prinsip-prinsip fundamental Pancasila merupakan dasar atau fundamental bagi setiap supevisor pendidikan di Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasialis sejati b. Prinsip-prinsip praktis 1) Negatif a) Tidak otoriter b) Tidak berasas kekuasaan c) Tidak lepas dari tujuan pendidikan d) Bukan mencari kesalahan e) Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil 2) Positif a) Konstruktif dan kreatif b) Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri c) Professional d) Sangup mengembangkan potensi guru e) Memperhatikan kesejahteraan guru 6
f)
Progresif
g) Memperhitungkan kesanggupan supervisi h) Sederhana dan informasi i)
Objektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
c. Prinsip-prinsip supervisi 1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan. 2) Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri. 3) Apabila supervisor merencakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan. 4) Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor. 5) Suasan
yang
terjadi
selama
supervisi
berlangsung
hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta suasan yang akrab. 6) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat. 5. Jenis-jenis supervisi pendidikan berdasarkan prosesnya a. Korektif : lebih mencari kesalahan b. Preventiif : mencegah hal-hal yang tidak diinginkan c. Konstruktif : membangun (dapat meperbaiki jika terjadi kesalahan) d. Kreatif : menekankan inisiatif dan kebebasan berfikir 7
6. Tipe-tipe supervisi a. Tipe inspeksi Tipe seperti ini biasanya dalam adminstrasi dan model kepemimpinan yang otokratis mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain. Bertindak sebagai inspektur yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugasdi sekolah sudah melaksanakan tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya. b. Tipe Laisses Faire Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Dalam tipe ini para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. c. Tipe Coersive Tipe ini sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal d. Tipe training dan guidance Tipe ini diartikan memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan
pada
guru
dan
karyawan
bahwa
mereka
mampu
mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya. e. Tipe demokratis Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saya yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan 8
kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing 7. Teknik supervisi pendidikan a. Teknik kelompok : cara pelaksanaan supervisi tehadap sekelompok orang yang disupervisi b. Teknik perorangan : dilakukan terhadap individu yang memiliki masalah khusus 8. Metode supervisi a. Metode langsung : alat yag digunakan mengenai sasaran supervisi b. Metode tak langsung : mempergunakan berbagai alat perantara (media) D. Penutup Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka untuk lebih meningkatkan peran guru maka diperlukan supervisi. Dengan supervisi maka kesulitan yang dialami guru akan bisa teratasi. Supervisor yang memberikan bantuan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh guru. Yang bertindak sebagai supervisi terhadap guru bisa kepala sekolah mapupun pengawas. Oleh sebab itu maka supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas hendaknya bisa membantu guru mencari solusi atas masalah yang dihadapi, bukan mencari kesalahan dari guru semata.
DAFTAR PUSTAKA 9
E. Mulyasa, Dr, M.Pd., 2003, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi), Badung : PT. Remaja Rosda Karya. Sahertain, Piet A, 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta. Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan, Artikel. Jakarta : Kompas (16 Agustus 2002) Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta : Departemen Agama. Universitas Terbuka. Suprihatin, MD.1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang : IKIP Semarang Press. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Yogyakarta : Media Wacana Press, 2003. Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya.
10