KONFLIK KOGNITIF Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Strategi Belajar Roni M. Rumallang Guru Smk Negeri 1 Gorontalo
Abstrak Strategi belajar merukapan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses – proses ini digunakan untuk membantu siswa “ belajar bagaimana belajar ‘ (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menimpan atau mengingat kembali keterampilan dan informasi. Siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika di sekolah. Karena itu mereka sudah mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi sebenarnya. Strategi mengajar dengan konfli8k kognitif ini sangat efektif digunakan guru untuk memeotivasi belajar siswa dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran. Disamping itu strategi ini dapat membantu siswa membentuk ide baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan mengubah miskonsepsi siswa, dan menantang siswa untuk berfikir dan memberikan rasa puas pada siswa ketika prediksi siswa sesuai dengan pengamatan. Kata kunci : konflik kognitif, pembelajaran, strategi belajar
PENDAHULUAN Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa, untuk benar – benar mengertti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya dan selalu bergulat dengan ide – ide. Salah satu prinsip paling pentingdari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata – mata memberikan pengetahuan kepada sisiwa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara – cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan dengan mengajak sisiwa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi –strategi mereka sendiri untuk belajar. Strategi belajar merukapan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses – proses ini digunakan untuk membantu siswa “ belajar bagaimana belajar ‘ (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menimpan atau mengingat kembali keterampilan dan informasi. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep
1
Konsep adalah benda – benda, kejadian – kejadian, situasi – situasi, atau cirri-ciri yang dimiliki cirri – cirri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau symbol. (objects, events, situations, or properties that proces common critical attributes and are designated in any given culture by some accepted sign or symbol … Ausubel ; 1978). Konsep merupakan abstraksi dari cirri – cirri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir (bahasa adalah alat fakir). Konsep merupakan suatu ide/ gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman – pengalaman tertentu dan relevan. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan konsep – konsep lain. Setiap konsep dapat dihubungkan dengan banyak konsep lain dan mempunyai arti dalam hubungan dengan konsep-konsep lain. Semua konsep bersama membentuk semacam jaringan pengetahuan di dalam kepala manuasi. Semakin lengkap, terpadu, tepat dan kuat, hubungan antara konsep-konsep dalam kepala seseorang, semakin pandai orang itu. Keahlian seseorang dalam suatu bidang studi tergantung lengkapnya jaringan konsep di dalam kepalanya. Semakin dalam kita memasuki bidang studi, semakin kompleks dan terpadu (integrated) jaringan konsep dalam kepala. Konsep dapat dibedakan antara 3 (tiga) sifat yaitu : a. bersifat klasifikasi : yaitu didasarkan pada klasifikasi fakta – fakta menurut aturan tertentu. Misalnya energi panas, energi kinetic, energi bunyi dan lain-lain. Semuanya digunakan untuk mengklasifikasikan konsep energi. b. Bersifat korelasional : yaitu menyatakan adanya hubungan antara dua variable atau lebih. Misalnya benda dipanaskan memuai, hambatan mengecil, kuat arus membesar dan lain-lain. c. Bersifat teoritis : merupakan gagasan pikiran yang timbul sebagai berpikir abstrak yang memudahkan penjelasan terhadap kejadian – kejadian atau pengalaman, maupun gejala suatu sustem. Misalnya : dalam teori atom kita mengenal adanya konsep atom, konsep electron,proton, neutron dan lain-lain Menurut tingkatannya konsep di bedakan atas : a. Konsep konkrit : konsep iini terbentuk karena pengalaman langsung melalui indra. Misalnya mendidik, memuai, mengelinding dan lain-lain. b. Konsep abstrak : konsep ini biasanya berkembang dari konsep konkrit. Konsep ini di dapat melalui analisa dan sintesa. (biasanya dap[at membedakan berbagai konsep dasar). Misalnya : konsep electron (membedakan aliran listrik dan perambatan energi panas), konsep gelombang (membedakan gelombang elektromagnetik, konveksi dan radiasi) B.
Belajar Konsep, Miskonsepsi dan Prakonsepsi Sering siswa hanya menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep dengan konsep-konsep lainnya. Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan konsep yang telah dalam kepada siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan konsep lainnya. Maka konsep yang baru tersebut tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai arti, sebab arti konsep berasal dari hubungan dengan konsep-konsep lain. Tafsiran perorangan terhadap suatu konsep disebut Konsepsi. Konsepsi (penafsiran siswa seringkali berbeda dengan konsep yang dimaksudkan. Kesalahan penafsiran siswa terhadap suatu konsep disebut Miskonsepsi. Memang konsepsi siswa selalu berbeda
2
dengan konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih canggih, lebih kompleks, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antara konsep daripada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa adalah sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan, konsepsi siswa tidak dapat disebut salah. Tetapi kalau konsepsi siwa bertentangan dengan fisikawan kita menggunkan istilah miskonsepsi (misconception). Biasanya miskonsepsi menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antara arus dan tegangan, antara massa dan massa jenis dan sebagainya. Dalam bahasa inggris para peneliti menggunakan istilah-istilah yang berbeda. Disamping istilah misconceptions juga ada peneliti yang menggunakan “ alternative frameworks “ atau children theories “. Kedua istilah ini digunakan untuk menghindari label salah dan untuk menunjukan bahwa miskonsepsi siswa seringkali merupakan bagian dari suatu teori siswa yang dengan sendirinya cukup logis dan konsisten walaupun tak cocok dengan pendapat ilmuwan dan peristiwa – peristiwa fisika. Dari banyak penelitian ternyata siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika di sekolah. Sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika, mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwaperistiwa fisika (benda yang jatuh, benda yang bergerak, gaya, panas dan sebagainya) dan karena itu mereka sudah mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi sebenarnya. Konsepsi semacam itu disebut Prakonsepsi. Kadang-kadang penggunaan istilah prakonsepsi lebih luas, yaitu konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka sudah pernah mendapatkan pelajaran formal (misalnya di Sekolah Dasar) Dalam mengajar konsep baru, kita bertolak dari dunia nyata dan dari prakonsepsi yang dimiliki siswa. Prakonsepsi perlu diperhatikan. Guru dan siswanya perlu menyadari prakonsepsi ysng dimiliki siswa, sebab konsepsi ysng benar tidak begitu saja masuk (seperti mengisi botol) tetapi prakonsepsi perlu disadari dan kemudian diubah ke arah konsepsi yang benar. Salah satu mengajar yang sangat berguna untuk mengatasi miskonsepsi (dan kurang dimanfaatkan di indonesia) adalah dengan strategi belajar Konflik Kognitif. C.
Pengertian dan Tujuan Strategi Belajar Strategi belajar atau strategi kognitif merupakan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses – proses ini digunakan untuk membantu “ belajar bagaimana belajar” (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan atau mengingat kembali keterampilan dan informasi. Pengaruh positif belajar terhadap hasil belajar siswa telah ditunjukkan oleh banyak hasil penelitian. Strategi ini dapat dikuasai guru dalam waktu yang cepat dan kemudian dapat diajarkan kepada siswa-siswinya. Namun hal ini memerlukan perubahan pola berpikir guru, karena guru tradisional hanya menyediakan waktu yang sangat terbatas untuk aspek pembelajaran ini. Tujuan utama mengajar strategi belajar adalah untuk mengahasilkan pembelajaran yang dapat mengendalikan diri sendiri (pebelajar mandiri), yang didefinisikan sebagai individu yang dapat : (1) secara teliti mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu, (2) memilih suatu strategi belajar untuk memecahkan suatu masalah belajar yang dihadapi, (3) memonitor keefektivan strategi tersebut, dan (4) cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran sampai pembelajaran itu tuntas
3
D.
Teori Belajar Konstuktivisme Paradigma yang masih dianut guru dan masih berlaku sekarang adalah dalam proses belajar mengajar pengetahuan diberikan oleh guru dan diterima oleh siswa. Keberhasilan dan belajar mengajar diukur dari sejauh mana siswa dapat menunjukan bahwa mereka dapat mengungkapkan pengetahuannya yang diuji oleh guru. Jika diungkapkan pengetahuannya yang diuji oleh guru. Jika hanya diungkapkan tidak sesuai dengan yang diinginkan guru, maka siswa tidak dianggab belajar. Dengan asumsi ini, maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi (ceramah) dan siswa hanya mendengar kemudian mencatat (Paul Suparno, 1997). Banyak ahli pendidikan mengemukakan pandangan tentang belajar dan mengajar yang bertolak belakang dengan pandangan umum di atas. Piaget (1975) (dalam Nur; 1996) menyatakan bahwa “ pengetahuan bukan merupakan sebuah copy dari sebuah obyek untuk mengetahui sebuah gejala atau kejadian, bukan sekedar membuat suatu “ mental copy “ atau banyangan tentang sebuah obyek. Mengetahui adalah memodifikasi, menstranformasi obyek adalah aksi dalam pikiran yang memodifikasi obyek pengetahuan. Pandangan Konstruktivisme Dalam Proses Belajar - Konstruktivisme di gunakan sebagai acuan untuk membangun kelas yang memaksimalkan siswa belajar. Guru mencari tahu hal-hal yang telah diketahui siswa, memaksimalkan interaksi sosial antar teman agar bernegosiai makna, memperoleh berbagai pengalaman cara membangun makna dari teman. - Belajar merupakan proses aktif peserta didik membangun (mengkonstruksi) teks, dialog, pengalaman fisik. - Melalui teori perkembangan berpikir, Piaget mengemukakan bahwa salah satu yang melandasi perkembangan berpikir adalah adaptasi, yaitu suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi - Asimilasi adalah proses penggunaan struktur kognitif yang telah ada untuk menanggapimasalah yang dihadapi. Apabila masalah yang dihadapi tidak sesuai dengan struktur kognitif yang ada, maka akan terjadi ketidakseimbangan (disequilibrum). Utnuk dapat memberikan respon terhadap lingkungannya itu ia harus melakukan akomodasi, yaitu mengubah struktur kognitif baru yang sesuai, sehingga tercapailah keseimbangan (equilibrum). Pada keadaan demikian ia berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya ( - Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkann pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki sebelumnya sehingga pengertiannnya dikembangkan. Proses Belajar Mengajar yang Bercirikan Konstruktivisme - Belajar berarti membentuk makna - Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus - Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. - Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Dalam situasi ketidakseimbangan terjadi
4
-
E.
pertentangan kognitif (konflik kognitif) dalam otak siswa. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui si pebelajar yang mempengaruhi interkasi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno, 1997)
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI BELAJAR KONFLIK KOGNITIF Dalam pelaksanaannya strategi belajar konflik kognitif dapat menggunakan model pembelajaran apa saja yang dalam kegiatannya siswa diberi kesempatan untuk menjawab masalah yang diberikan guru dengan konsep yang dimiliki siswa. Yang kemudi pada kegiatan inti siswa dan guru membuktikan jawaban atas masalah yang diberikan dengan menunjukkan secara langsung pada siswa melalui kegiatan demonstrasi atau eksperimen. Berikut adalah salah satu contoh langkah-langkah yang ditempuh guru dalam penyajian program pembelajaran dengan strategi konflik kognitif. a. Guru menyajikan suatu fenomena fisika yang sering dialami siswa dan menarik siswa melalui kegiatan demonstrasi guru. b. Guru meminta siswa untuk memberikan jawaban atas suatu fenomena untuk menggali konsep (yang mungkin miskonsepsi) siswa. c. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi dan memberikan kesempatan pada siswa untuk melaksanakan eksperimen dan mendiskusikan hasil eksperimen. d. Berdasarkan hasil eksperimen dan diskusi siswa guru membimbing siswa untuk menarik suatu kesimpulan dan memperbaiki miskonsepsi siswa. Strategi mengajar dengan konfli8k kognitif ini sangat efektif digunakan guru untuk memeotivasi belajar siswa dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran. Dengan demikian konflik kognitif sangat bagus untuk digunakan pada kegiatan awal pembelajaran. Disamping itu strategi ini dapat membantu siswa membentuk ide baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan mengubah miskonsepsi siswa, dan menantang siswa untuk berfikir dan memberikan rasa puas pada siswa ketika prediksi siswa sesuai dengan pengamatan.
F.
Contoh Penyajian Program Pembelajaran Dari pengalaman mengajar, menulis merupakan strategi pembelajaran konflik kognitif dengan alat peraga sederhana pada konsep Fisika sebagai berikut : 1. Tekanan Udara a. Kain yang menghambat air - Tujuan : Membuktikan adanya tekanan udara - Alat : Gelas minum, air, sapu tangan (kain yang tipis)
5
- Prosedur
- Penjelasan
: istilah gelas dengan air (tidak usah penuh). Perlihatkan bahwa air tidak terhalang oleh kainnya, dengan cara menuangkan sedikit air pada sapu tangan dulu (tembus). Kemudian kain diletakkan di atas gelasdan ujungnya ditempel pada dinding luar gelas. Gelas dan kain dipegang dengan satu tangan, gelas dibalik. Apa yang terjadi ? : sebagian besar siswa menjawab, air dalam gelas menetes, padahal dalam kenyataan air tidak menetes sama sekali. Disinilah siswa mengalami konflik kognitig, dimana intuisi dan ramalan siswa tidak sesuai dengan kenyataan. Pada saat inilah dalam otak siswa terjadi perubahan jaringan konsep yang dapat mengubah kepada pemahanan konsep yang benar. Sapu tangan tidak bocor karena adanya tekanan udara luar yang besarnya sama dengan tekanan air di gelas di tambah tekanan udara di dalam gelas.
b. Balon masuk botol - Tujuan : Membuktikan adanya tekanan udara - Alat : Botol , balon, air panas - Prosedur : isilah botol dengan air kira-kira sepertiga bagian. Setelah beberapa saat keluarkan air dari botol. Masukan mulut balon kedalam bibir botol. Biarkan beberapa saat. Siswa diminta meramalakan apa yang akan terjadi pada balon - Penjelasan : Siswa tidak menduga bahwa akhirnya balon dapat masuk ke dalam botol. Pada kesempatan inilah rasa ingin tahun siswa menjadi memuncak. Siswa akan berebut untuk menjelaskan fenomena di atas, walaupun alasan siswa masih salah. Suasana proses belajar mengajr menjadi hidup. Dengan penjelasan yang baik dengan guru menuliskan kesimpulan di papan tulis, siswa dengan mudah diharapkan dapat memahami konsep percobaan tersebut. 2. Gunung Air ( Konsep gaya kohesi) - Tujuan : Membuktikan adanya gaya tarik menarik antara molekul air (gaya kohesi) - Alat : Gelas minum, air, uang logam - Prosedur : isilah gelas dengan air hingga penuh tanpa meluap. Dengan hati – hati masukan sebuah uang logam (seratus rupiah) ke dalam gelas. Mintalah siswa untuk meramalkan berapa banyak uang logam yan dapat dimasukkan ke dalam gelas tanpa air meluapkan air ke luar gelas. Setelah mendengar beberapa jawaban siswa, dengan hati – hati masukanlah uang satu demi satu dan amatilah bagaimana perubahan air. Pertanyaan untuk siswa : - Mengapa air tidak tumpah meskipun permukaan air lebih tinggi dari pada bibir gelas - Adakah batas tinggi permukaan ait tersebut ?
6
- Penjelasan
: Sebagian besar siswa menjawab hanya satu atau dua uang logam yang dapat masuk tanpa air meluap. Diluar dugaan, ternyata cukup banyak uang logam yang dapat dimasukkan tanpa menyebabkan air tumpah / meluap sehingga terbentuklah gunung air. Air tidak tumpah karena adanya tegangan permukaan yang disebabkan gaya tarik-menarik antar molekul-molekul air (gaya kohesi). Batas dari tinggi permukaan air yang melebihi bibir gelas tersebut adalah ketika gaya kohesi dari molekul-molekul air sama dengan gaya gravitasi pada permukaan air, sehingga apabila gaya gravitasi yang bekerja pada permukaan air lebih besar dari gaya kohesi molekul-molekul air disekitas bibir gelas maka air akan tumpah.
3. Magnet Balon ( Konsep Hukum Boyle) - Tujuan : Mendemonstrasikan salah satu bukti hukum boyle - Alat : Balon karet, dua cangkir plastik - Prosedur : Tiup sebuah balon sampai kira-kira sepertiga dari volume maksimal. Tanyalah pada siswa, dapatkan cangkir melekat pada balon ? mintalah beberapa siswa untuk mencobanya (tentu saja tidak dapat). Kemudian mintalah seorang siswa untuk menempelkan kedua cangkir dikanan kiri balon. Tiuplah balon tersebut hingga maksimal. Suruh siswa melepaskan pegangannya pada cangkir, mintalah siswa meramalkan apa yang terjadi. Ramalan ditulis dalam lembar kerja siswa. - Pertanyaan untuk siswa : Bagaimana volume cangkir pada balon tersebut ditiup dengan sesudah ditiup Bagaimana tekanan udara dalam cangkir pada balon sebelum ditiup dengan sesudah di tiup Mengapa cangkir melekat pada balon - Penjelasan : Keadaan balon yang sudah ditiup permukaan balon pada mulut cangkir menjadi lebih datar dibandingkan dengan permukaan balon sebelum ditiup, sehingga volume dalam cangkir lebih besar dibandingkan volume pada balon yang beum ditiup. Akibatnya tekanan justru mengecil sehingga berlaku hukum boyle (p.V = Konstant). Hal ini menyebabkan tekanan udara di luar balon lebih besar daripada tekanan di dalam balon, akibatnya cangkir dapat melekat pada balon. 4. Jembatan Kertas (Konsep gaya berat dan tekanan) - Tujuan : Membuktikan bahwa bentuk benda akan mempengaruhi kekuatannya - Alat : Tiga buah gelas, kertas gambar
7
- Prosedur
: Letakkan sehelai kertasgambar sebagai jembatan di atas dua buah gelas. Kemuadian letakkan gelas ketiga di atas jembatan kertas tersebut. Tanyakan pada siswa apa yang akan terjadi pada gelas. Selanjutnya lipat-lipatlah kertas tersebut lalu pasang lagi sebagai jembatan. Tanyakan pada siswa apa yang terjadi pada gelas. Mengapa sekarang kertas dapat menahan gelas?
- Diskusi lanjut : Manakah yang lebih kuat antara dinding mendatar dengan dinding yang berdiri tegak lurus? Bagaimana gaya tekan gelas terhadap kertas berlekuk? Sebutkan beberapa aplikasi/penerapan dalam kehidupan sehari-hari dari percobaan di atas - Penjelasan : Dinding yang berdiri tegak lurus jauh lebih tahan terhadap tekanan dan tarikan daripada dinding yang mendatar. Beban dari gelas akan menyebar pada beberapa dinding kertas miring. (F = p.A). semakin kecil luasbidang tekan beratnya akan semakin kecil. 5. Teka – teki tinggi air ( Konsep Hukum Archimedes) - Tujuan : - Membuktikan Kebenaran Hukum Archimedes - Menjelaskan sifat es - Alat : Gelas, air, es batu - Prosedur : Isilah gelas dengan air hingga hampir penuh celupkan sepotong es batu ke dalam gelas tersebut. Usahakan agar permukaan air sejajar dengan bibir gelas (gelas tampak penuh) Es Batu akan terapung dan sebagian timbul di permukaan air. Pertanyaan untuk siswa : Sambil menunggu es mencair - Apakah air akan meluap jika es telah mencair? - Mengapa balok es mengapung dalam air? - Gamparkan gaya – gaya yang bekerja pada balok es ! - Bandingkan besarnya gaya – gaya tersebut ! Penjelasan : Hampir seluruh siswa akan menjawab air akan meluap jika es sudah mencair. Maka terjadilah konflik kognitif karena antara ramalan dengan kenyataan berbeda. Pada waktu membeku, air memuai dan volumenya bertambah besar, sedangkan massanya tetap sehingga menyebabkan masa jenis es lebih kecil dari massa jenis air. Maka es akan terapung dan sebagian timbul di permukaan air. Pada saat mencair seluruh volume es yang mencair dapat mengisi dengan tepat ruang dalam air yang sebelumnya diisi oleh es batu. 6. Perpindahan Kalor - Tujuan : - Membuktikan bahwa air merupakan isolator - Menjelaskan perpindahan kalor secara konveksi
8
- Alat peraga - Prosedur
: Tabung reaksi, air, es batu, pembakar spritus : isilah tabung reaksi dengan air dan masukkan sepotong es batu berada di dasar tabung reaksi. Kemudian panaskan air dipermukaan tabung reaksi sampai mendidih
Pertanyaan untuk siswa : Apakah yang terjadi pada es batu ketika air dipermukaan mendidih ? Penjelasan : Seluruh siswa meramalkan bahwa es batu akan langsung mencair ketika air dipanasakan. Menurut siswa tidak perlu menunggu iar mendidih es pasti langsung mencair. Tapi kenyataannya sampai air mendidih dan es batu masih utuh tidak mencair. Disinilah terjadi konflik kognitif pada siswa. Dengan penjelasan dan diskusi yang baik dari guru dan siswa akan mudah mengkontruksi pengetahuan baru yang dihadapi. PENUTUP Kunci keberhasilan proses belajar menjgajar adalah interaksi antara guru dan siswa. Dengan melihat dan mendengarkan saja. Belum tentu siswa belajar,atau siswa belajar yang salah. Waktu percobaan siswa harus di paksakan untuk berfikir. Kadang-kadang percobaan dapat di hentikan sebentar sedang siswa diberi tugas atau pertanyaan dulu. Persiapan Tanya jawab adalah tugas yang terpenting dalam persiapan percobaan. Dalam beberapa percobaan guru dapat meminta siswa untuk meramalkan hasil percobaan dan menulis ramalan serta penjelasan. Tugas ramalan justru sangat penting dalam percobaan dengan hasil yang tidak cocok dengan intuisi siswa. Dalam percobaan semacam itu, kebanyakan siswa merasa mampu untuk meramalkan hasil, tetapi jika hasil percobaan berbeda dengan intuisi siswa, motivasi mereka untuk memahami penjelasa sebenarnya justru tinggi. Dalam kegiatan ini siswa di hadapkan dengan suatu masalah, di minta meramalkan apa yang terjadi jika ….. kemudian sesudah ramalann, guru menguji ramalan dengan percobaan di depan kelas. Jika hasil tidak cocok dengan ramalan tadi, siswa mengalami konflik kognitif yang dapat menghasilkan perubahan jaringan konsep dalam otak siswa (perubahan struktur kognitifnya). Perubahan ini belum tentu benar masih bias salah juga, maka melalui penggunaan teorinya secara aktif dalam sejumlah masalah yang tepat, siswa di latih dan diarahkan kepada teori yang benar menurut model ilmuwan sekarang, jika hasil percobaan cocok dengan ramalan, siswa akan merasa sangat puas yang akan diekspresikan dengan berteriak kegirangan atau berjingkrak-jingkrak secara spontan.
9
DAFTAR PUSTAKA Ausubel, Novak, Hanesan, 1978, Educational Psychology, Winston Holt,Renehart Berg, Ed Van Den dkk.1991. Buku Sumber Fisika Esperimental. Salatiga : UKSW Indrawati.2002. Model Pembelajaran IPA. Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA Merril 1995 Physical Science, Enrichment. Teacher edition. New York. Glencoe McMilan/McGraw-Hill Nur,M.2002 : Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains Surabaya : University Press Nur,M dan Samami, M.1996. Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterapilan Proses. Jakarta. Depdikbud. Suparno, Paul. 1993. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan Yogyakarta : Kanisius 2005. Model-model Pengajaran Dalam Pembelajaran Sains. Jakarta. Depdikbud. Dirjendikdasmen Direktorat PLP.
10