54
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI PAKEM PADA SISWA SD DI KABUPATEN GORONTALO Pertiwi Laboro Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UNG I. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik dengan mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, menguraikan, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Aktivitas siswa seperti yang telah disebutkan apabila tidak didasari oleh motivasi belajar, maka hasil yang diharapkan belum maksimal. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya dorong yang menggerakan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya. Individu akan terdorong melakukan sesuatu bila merasakan ada kebutuhan, kebutuhan seseorang itu selalu berubah selama hidupnya. Sesuatu yang menarik dan diinginkannya pada suatu waktu, tidak akan lagi diacuhkannya pada waktu lain. Karena itu motif-motif (segala daya yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu) harus dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Clifford T. Morgan (dalam rohani, 2004 : 12) memandang bahwa anak (individu) memiliki kebutuhan : 1) untuk berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri, activity in itself is a pleasure, 2) untuk menyenangkan hati orang lain, 3) untuk berprestasi atau mencapai hasil (to achieve), 4) untuk mengatasi kesulitan, sikap anak terhadap kesulitan banyak bergantung pada sikap lingkungannya.Kebutuhan keterlibatan dalam pembelajaran/belajar mendorong timbunya motivasi dari dalam dirinya (motivasi intrinsic-endogen), sedangkan stimulasi dari guru atau dari lingkungan belajar mendorong timbunya motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik-eksogen). Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya lebih menekankan kepada kepemilikan, kecakapan proses atau kecakapan generik dibandingkan dengan penguasaan konsep, karena kecakapan generik merupakan pra syarat yang harus dimiliki siswa agar siswa dapat mempelajari bidang studi lainnya sesuai dengan minatnya. Kecakapan generic yang dimiliki siswa SD akan berfungsi menjadi alat bagi mereka untuk menggali konsep-konsep keilmuwan yang diminatinya, pada jenjang pendidikan berikutnya. Adapun kecakapan proses yang harus dimiliki siswa adalah : 1) kecakapan observasi, 2) kecakapan klasifikasi, 3) kecakapan pengukuran, 4) kecakapan prediksi, dan 5) kecakapan inferensi (pengambilan keputusan).
55
Bertitik tolak dari pendapat di atas sebagai guru kelas telah berupaya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, namun motivasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Apabila terdapat materi yang perlu didemonstrasikan melalui latihan/percobaan sebagian siswa tidak hadir atau tidak membawa alat peraga yang akan dipraktekan. Sebaliknya pada saat pelajaran berlangsung, siswa yang diberi tugas untuk menjawab pertanyaan hanya diam, apabila menjawab jabannya kurang jelas. Sebagai pendidik yang selalu berpedoman pada pencapaian tujuan pembelajaran selalu memfasilistasi kondisi kelas sehingga tercipta iklim kelas yang aktif dan kreatif. Tujuan ini bisa umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinyu khusus, karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna dalam mendeskripsikan stategi pembelajaran. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia dan dana. Sedangkan karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perorangan siswa seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya. Brooks (dalam Sagala, 2009:165) menjelaskan pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dimulai dari “bagaimana anak belajar” dan “bagaimana cara guru mengajar”, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil. Mutu pendidikan menekankan pada cara guru melaksanakan pembelajaran peserta didik aktif dan bermakna yaitu pembelajaran komunikatif dan pembelajaran yang bervariasi pada lingkungan. Berdasarkan aspek-aspek yang telah diuraikan, penulis memilih metode pakem agar siswa benar-benar memiliki motivasi belajar yang berhubungan dengan lingkungan sekitar siswa yang perlu dipahami, melalui situasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. PAKEM menurut (Sagala, 2009:169) menjadikan peserta didik lebih kritis dan menjadi lebih kreatif, suasana dan pengalaman belajar bervariasi, meningkatkan kematangan emosional/social, produktifitas peserta didik tinggi, siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan. Selanjutnya dijelaskan pula proses PAKEM meliputi : 1) peserta didik aktif dam kreatif, 2) guru sebagai fasilitator, 3) penerapan azas fleksibilitas, 4) persiapan guru matang, 5) multi interaksi, 6) latihan dan tugas lebih intensif, 7) sumber belajar bermacam-macam, 8) sudah memanfaatkan alat bantu. Penilaian PAKEM ini berdasarkan pada hasil pembelajaran yang dikemukakan oleh Uno (2008:156) terdiri dari : 1) keefektifan (effectiveness), 2) efisiensi (efficiency), 3) daya tarik (appeal).
II. PEMBAHSAN 2.1 Hakikat PAKEM 2.1.1Pengertian PAKEM Dalam setiap proses pembelajaran kondisi yang menguntungkan bagi siswa harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja, agar dapat terhindari dari kondisi yang merugikan, dan kembali pada kondisi yang optimal apabila terjadi
56
hal-hal yang merusak, yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas. Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping katakteristik lain yang melekat pada diri anak seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang munurut Dunkin disebut people formative experiences serta factor sifat yang dimiliki siswa (people properties). Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi siswa dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat disangka bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian, dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan lain sebagainya. PAKEM merupakan strategi pembelajaran yang perlu dirancang guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui PAKEM, guru dapat memilih metode mengajar yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar. Djamarah (2002:85) mengemukakan jika bahan pelajaran disajikan secara menarik, besar kemungkinan motivasi belajar anak didik semakin meningkat. PAKEM dihubungkan dengan makna mengajar dalam standar proses pendidikan dikemukakan oleh Sanjaya (2009:103) bahwa mengajar bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompotensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompotensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. Motivasi berhubungan erat dengan emosi, minat dan kebutuhan anak didik, selanjutnya dijelaskan pula apabila dalam kegiatan interaksi edukatif terdapat keterlibatan intelek-emosional anak didik, biasanya intensitas keaktifan dan motivasi anak meningkat, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan efektif. PAKEM pada dasarnya adalah penerapan prinsip belajar seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2002:186), bahwa kegiatan belajar akan berhasil apabila dalam situasi senang, gembira, sehingga anak didik akan aktif dan kreatif. Melalui PAKEM, guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang efektif seperti yang dikemukakan oleh
57
Sagala (2009:165) : 1) pembelajaran peserta didik adalah proses untuk memperoleh informasi baru, 2) strategi mengajar dipliih sebaiknya yang paling bagus agar dapat membantu peserta didik dalam memproses kegiatan belajarnya atau mengerjakan tugas agar pembelajaran benar-benar terjadi, 3) proses adalah kagiatan terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Hasil karya peserta didik (produk) menunjukkan pembelajaran telah berlangsung dengan suasana yang dinamis dan penuh arti. 2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PAKEM 1) Tujuan Tujuan adalah keinginan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan mampu memberikan garis yang jelas dan pasti, ke mana kegiatan pembelajaran akan dibawa. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan yang merupakan pengikat aktifitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang program pembelajaran. Bagi mereka tujuan mengajar tidak lain adalah mencapaikan materi pelajaran itu tidak peduli apakah materi itu dikuasai atau tidak oleh siswa, yang penting materi itu tersampaikan. Oleh karena itu, banyak guru yang merasa bersalah apabila ada bagian materi pelajaran belum diceramahkan karena jam pelajaran terbatas, seakan-akan seluruh materi itu harus disampaikan. Pendapat tersebut tentu saja tidak tepat, sebab mengajar bukan hanya sekedar ceramah yang diukur oleh seberapa banyak materi itu telah disampaikan kepada siswa, melainkan mengajar adalah proses untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, kriteria keberhasilan diukur oleh bagalmana aktifitas siswa untuk mempelajari bahan pelajaran serta seberapa banyak materi yang telah dikuasainya itu mampu mempengaruhi pola pikir siswa. Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembekajaran. Pertama, rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan ini merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan ini, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar. Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain system pembeljaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode, strategi pembelajaran, alat, media, dan
58
sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuankemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dan ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah. Atas dasar hal tersebut, maka setiap guru perlu memahami dan terampil merumuskan tujuan pembelajaran. 2) Perbedaan Individual Anak Didik Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan stategi pembelajaran. Aspek-aspek perbedaan anak didik meliputi aspek biologis, intelektual dan psikologis. Dalam kaitannya dengan perbedaan individu jiwa dan watak anak didik. Guru juga memiliki peluang menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi diri dan keluarganya kelak. Guru bekerja melaksanakan tugas professional kependidikan tidak karena takut pada pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas profesionalnya dan juga ibadah. 3) Kemampuan Guru Kemampuan guru bermacam-macam, disebabkan latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya bila dibandingkan dengan latar belakang pendidikan bukan keguruan. Kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan dengan kemampuan guru yang kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh. Pengalaman Anwar dan Sagala (2006:13) menunjukkan bahwa sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi dengan awal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain (dalam Sagala, 2006:15) menyebutkan bahwa ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab seorang guru, antara lain : mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari benar apa yang akan dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peran guru yang ditampilkan demikian ini, akan membentuk karakteristik anak didik atau lulusan yang beriman, berakhlak mulia, cakap, mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa, terutama untuk kehidupannya yang akan datang.
59
Inilah yang disebut dengan manusia seutuhnya yaitu berpengetahuan, berakhlak, dan berkepribadian. Akhirnya guru bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan amalannya dalam rangka membina dan membimbing anak didik. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tugas guru sangat berat, baik yang berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, dengan teman sekerjanya, dengan kepala sekolahnya, dengan orang tua murid, maupun dengan yang lainnya. Artinya, guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat mengendalikan para muridnya. Guru seorang arsitek yang berusaha membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru juga memiliki peluang menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi diri dan kelurganya kelak. Guru melaksanakan tugas profesionalnya dan juga ibadah. 4) Sifat Bahan Pelajaran Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing-masing, paling tidak sifat mata pelajaran ini adalah mudah, sedang, dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangkan strategi pembelajaran. Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam penyajian bahan pembelajaran, telah diadakan penelitian yang menyatakan bahwa pengalaman praktis para guru selama beberapa generasi dapat dibuktikan bahwa, prosedur pemanfaatan alat dan bahan pengajaran haruslah : 1) pemeriksaan awal, bahan pengajaran yang akan digunakan harus diperiksa lebih dahulu, supaya guru dapat menentukan apakah bahan tersebut dapat berguna bagi siswa dalam mencapai tujuan, 2) persiapan lingkungan, dimanapun penyajian bahan pengajaran akan berlangsung, semua perlengkapan harus ditempatkan pada tempat yang baik dan benar. Hal-hal penting yang mendukung suasana belajar harus diperhatikan betul-betul. Dalam menggunakan media yang memakai tenaga listrik dalam penyampaian bahan peralatan harus dicek apakah semua peralatan dapat bekerja dengan baik, dan guru harus mengatur peralatan tersebut sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat melihat dan mendengar dengan baik, 3) persiapan siswa, dari pengalaman dan penelitian dapat dipelajari dari sesuatu sangat tergantung dari “bagaimana para siswa dipersipkan” untuk menerima bahan dan materi pelajaran yang disajikan. Dari segi pendidikan guru harus mempunyai pandangan yang luas tentang bahan yang diajarkan dan bagaimana cara menyajikan bahan tersebut, topik harus rasional dan ada motivasi. Bagaimana tetap merasa tertarik dan selalu memusatkan perhatian mereka kepada bahan yang disajikan oleh guru, dan 4) penyajian bahan pengajaran, suatu hal yang dipersiapkan oleh guru dan ia harus mampu melaksanakannya ialah, menyajikan bahan pelajaran. Sebagaimana seorang pemain bersandiwara menarik perhatian penonton, demikian pula seorang guru harus mampu menarik perhatian dalam kelas. Bukan dalam arti menarik perhatian karena pakaiannya yang tidak rapi, akan tetapi karena penguasaannya terhadap bahan dan materi pelajaran yang disajikan, metode yang digunakan, keterampilan memanfaatkan media sampai kepada penggunaan bahasa yang baik dan benar. Ada beberapa hal yang perlu
60
diperhatikan dalam menentukan materi pelajaran (1) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional, (2) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya, (3) materi pelajaran hendaknya terrganisasi secara sistematik dan berkesinambungan, dan (4) materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual. Materi dan bahan pelajaran ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai. Materi yang diberikan bermakna bagi para siswa, dan merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya. 5) Situasi kelas Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pilihan terhadap strategi pembelajaran. Guru yang berpengalaman tahu benar kelas dari hari ke hari dan dari waktu ke waktu selalu berubah sesuai kondisi psikologis anak didik. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok sebaliknya di masa akan mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Karena itu, kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional anak didik. Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendorong proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Tingkah laku anak didik bervariasi, variasi perilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku anak didik, adalah : 1) kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik dan pertentangan jenis kelamin, 2) tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke mana-mana, dan sebagaimana, 3) reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok yang berhasil berhasil, 4) kelas menteleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru, 5) mudah mereaksi hal-hal negatif/terganggu, misalnya didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya, 6) moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang beruang dan lain-lain, 7) tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya. 6) Kelengkapan Fasilitas Penggunaan strategi pembelajaran perlu dukungan fasilitas, fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik strategi pembelajaran yang akan
61
digunakan. Ada strategi pembelajaran tertentu yang tidak tepat dipakai, karena ketiadaan fasilitas tertentu di sekolah. Sekolah-sekolah yang maju biasanya mempunyai fasilitas belajar yang lengkap sehingga sangat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam kelas. III. PENUTUP 3.1 Simpulan Berdasarkan hsasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diberi kesimpulan sebagai berikut; 1) Strategi PAKEM merupakan strategi yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan motivasi belajar khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia. 2) Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan pada latihan yang mengacu pada indikator penilaian 3.2 Saran 1) Dalam pembelajaran, guru hendaknya mengupayakan strategi yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. 2) Peningkatan hasil belajar siswa sebaiknya dimulai dari perbaikan mutu pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineke Cipta. Bahri Djamarah Sysiful. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineke Cipta. Depdikbud. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, konsektual, dan kecakapan hidup. Semarang : Depdikbud. Djamarah B. Syaiful. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Rineke Cipta : Jakarta. Sadirman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Menagajar. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Sagala Syaiful. 2008. Konsep dan Makna pembelajaran. Alfabeta : Yogyakarta. Slameto. 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineke Cipta. Sudirman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Rajando Persada Jakarta. Sutikno Sorby. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. NTP Press Mataram. Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.