Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X MA MUHAMMADIYAH 2 AL FURQAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING Ahmad Sudrajat, Zainuddin, Misbah Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
Abstract: Low mastery of science process skills indirectly affect student learning outcomes. Therefore, research that aims to improve students' science process skills. The subjects were students of class X MA Muhammadiyah 2 Al Furqan. This research is a classroom action research that specifically aims to describe: (1) the implementation of lesson plan during the learning proses by using guided discovery learning model, (2) an increase in students 'science process skills, and (3) the results of students' learning product. The subjects were students of class X MA Muhammadiyah 2 Al Furqan. Data collection techniques using observation, testing, and documentation for research activities in class X MA Muhammadiyah 2 Al Furqan. The results showed that the guided discovery learning model can improve: (1) the implementation of lesson plan during the learning proses by using guided discovery learning model during each cycle is very good, (2) science process skills of students increased in each cycle with all aspects have achieved both categories at the end of the third cycle, (3) mastery learning outcomes of the classical product the students in each cycle has increased. Thus be concluded that the application of guided discovery learning model by maximizing each phase in the material temperature and heat can enhance science process skills of students of class X MA Muhammadiyah 2 Al Furqan. Keywords: CAR, science process skills, guided discovery learning, temperature and heat. PENDAHULUAN
ulet,
Pembelajaran IPA menekankan pada
pengalaman
langsung
kritis dan dapat
bekerjasama
dengan orang lain, mengembangkan
untuk
pengalaman untuk dapat merumuskan
mengembangkan kompetensi agar siswa
masalah,
mampu memahami alam sekitar melalui
hipotesis melalui percobaan, merancang
proses “mencari tahu” dan “berbuat”
dan
sehingga memperoleh
mengajukan
merakit
dan
instrumen
menguji percobaan,
memungkinkan
siswa
mengumpulkan,
mengolah,
pemahaman
yang
menafsirkan
data, hasil
dan serta
mendalam. Tujuan Pembelajaran Fisika
mengkomunikasikan
percobaan
tingkat SMA/MA diharapkan siswa
secara lisan dan dan tertulis (Suyidno
memiliki kemampuan membentuk sikap
dan Jamal, 2012).
positif terhadap fisika, memupuk sikap
Selama proses belajar mengajar
ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka,
diupayakan agar siswa terlibat aktif
74
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
dalam
menggali
pengetahuannya,
Dalam
usahanya
itu,
melakukan
dari teacher centered menjadi student
pembelajaran
centered,
perlu
percobaan, penggunaan berbagai model
dibiasakan untuk menemukan sesuatu
atau strategi atau metode pembelajaran
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
untuk meningkatkan minat siswa dalam
dengan ide-ide. Pada hakekatnya proses
pembelajaran. Sehingga hasil belajar
pembelajaran
yang diinginkan dapat dicapai.
adalah
mengembangkan kreativitas berbagai
siswa
untuk
aktivitas
peserta interaksi
didik, dan
dan
dalam
dapat
sehingga pola pengajaran guru bergeser sehingga
variasi
guru
seperti
Berdasarkan
proses
melakukan
observasi
oleh
melalui
peneliti di sekolah SMA Negeri 10
pengalaman
Banjarmasin dan MA Muhammadiyah 2
belajar.
Al Furqan pada bulan Oktober 2015
Berdasarkan
Peraturan
menunjukkan bahwa masih ada sekolah
Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2007
yang
tentang Guru, dinyatakan bahwasanya
inovasi
kompetensi yang harus dimiliki Guru
pembelajarannya,
meliputi
pedagogik,
pembelajaran Fisika. Berdasarkan hasil
kompetensi
observasi
kompetensi
kompetensi
kepribadian,
belum
menerapkan
berbagai
dalam
kegiatan
khususnya
awal
kegiatan
dalam belajar
sosial, dan kompetensi profesional yang
mengajar dan wawancara dengan guru
diperoleh melalui pendidikan profesi.
mata pelajaran fisika serta fakta empirik
Kompetensi
Guru
tersebut
di lapangan yang ditemui peneliti saat
menyeluruh
dan
merupakan
bersifat
pelaksanakan
kegiatan
kesatuan yang satu sama lain saling
sederhana
sekolah
berhubungan dan saling mendukung.
dengan materi pengukuran pada materi
Kompetensi
adalah
besaran dan satuan, proses pembelajaran
kemampuan mengelola pembelajaran
umumnya masih berpusat pada guru dan
yang meliputi kemampuan pemahaman
guru
terhadap peserta didik, perencanaan dan
pembelajaran
pelaksanaan
evaluasi
cenderung bersifat informatif, sehingga
hasil belajar, dan pengembangan peserta
siswa menjadi tidak aktif dan terlihat
didik untuk mengaktualisasikan berbagai
jenuh
potensi
Untuk
Minimnya
dalam
sekolah
mencapai
pedagogik
pembelajaran,
yang
dimilikinya. keberhasilan
satu
di
masih
praktikum bersangkutan
menggunakan
metode
konvensional
karena
kurang
peralatan serta
yang
diberdayakan. praktikum
kapasitas
di
ruangan
pembelajaran, guru harus aktif, kreatif,
laboratorium yang terbatas juga menjadi
inovatif, inisiatif, dan menyenangkan.
salah
75
satu
kendala
utama
dalam
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
pembentukan keterampilan proses sains
yang dapat membuat peserta didik
siswa karena siswa kesulitan dalam
belajar aktif menemukan pengetahuan
mengidentifikasi
praktikum
sendiri. Metode belajar ini sesuai dengan
memiliki
teori Bruner yang menyarankan agar
keterbatasan ruang gerak yang tentunya
peserta didik belajar secara aktif untuk
menghambat
membangun
sains
secara
peralatan detail
dan
kegiatan
praktikum
konsep
dan
prinsip.
maupun penyelidikan yang diharapkan.
Kegiatan penemuan terbimbing dapat
Selain itu lembar kerja siswa (LKS)
menambah
konvensional yang disediakan oleh pihak
keterampilan
sekolah
simultan (Sani, 2014).
belum
mendukung keterampilan
dirancang pelatihan
proses
sains
untuk
pengetahuan peserta
dan
didik
secara
aspek
Berdasarkan latar belakang di
yang
atas, dirumuskan masalah secara umum,
diharapkan yang berakibat siswa kurang
“Bagaimana
terlatih
keterampilan proses sains siswa melalui
dalam
meningkatkan
cara
keterampilan proses sainsnya. Hal ini
penerapan
model
sejalan dengan temuan Rahmi (2014)
penemuan terbimbing?”.
meningkatkan pembelajaran
LKS yang hanya berisi latihan soal saja belum
sepenuhnya
menunjang
optimal
keterampilan
untuk
KAJIAN TEORI
proses
Model Penemuan Terbimbing
siswa.Ma’rifah (2014) mengemukakan bahwa
keterampilan
proses
Jika
sains
dirancang untuk membimbing siswa
berpikirnya. itu,
rerkait
peneliti
proses
sains
pembelajaran dimana
dengan
penemuan merupakan
berdasarkan penemuan
dan fakta. juga
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
upayanya memahami pelajaran fisika diberikan
masalah
merupakan kegiatan pembelajaran yang
dengan
mendorong siswa untuk kreatif dalam yang
meneliti
Pembelajaran
kelas untuk meningkatkan
keterampilan
cara
pertanyaan
berinisiatif perlu dilakukan penelitian tindakan
sudut
adalah strategi belajar mengajar yang
sehingga dapat melatih keterampilan karena
dari
pembelajaran, model umum penemuan
haruslah dibiasakan agar siswa aktif,
Oleh
dilihat
menyelidiki sesuatu secara sistematis,
model
kritis, logis, dan analitis, sehingga ia
terbimbing
mapu merumuskan sendiri penemuannya
metode
dengan penuh percaya diri. Piaget
pembelajaran kognitif yang menuntut
mendefinisikan
guru lebih kreatif menciptakan situasi
sebagai
76
model
pembelajaran
penemuan yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
mempersiapkan situasi bagi siswa untuk
menerus.
melakukan eksperimen sendiri, ingin
proses sains merupakan salah satu upaya
melakukan sesuatu dan mencari jawaban
penting untuk memperoleh keberhasilan
atas
sendiri,
belajar siswa yang optimal. Materi
menghubungkann penemuan yang satu
pelajaran akan lebih mudah dipelajari,
dengan penemuan yang lain, serta
dipahami, dihayati, dan diingat dalam
membandingkan
waktu yang relatif lama bila siswa
pertanyaan
sesuatu
yang
Melatihkan
keterampilan
ditemukannya oleh diri dengan yang
sendiri
ditemukan oleh orang
langsung dari peristiwa belajar tersebut
lain
(Putra,
2013:87).
Skema pada Gambar 2.1 menunjukkan gambaran yang rinci keterkaitan antara
potensi intelektual para anak didik akan semakin
meningkat,
menimbulkan Dengan
pengalaman
melalui pengamatan atau eksperimen.
Melalui pembelajaran penemuan,
menuju
memperoleh
harapan
kesuksesan
keterampilan
sehingga baru
keterampilan
untuk
dasar
proses
dengan
terintegrasi
sebagaimana yang diajukan oleh Rezba
pembelajaran.
menekankan
proses
(dalam Bundu, 2006).
model
pembelajaran ini anak didik akan belajar mengorganisasi
dan
menghadapi
masalah, mereka akan berusaha mencari pemecahan masalah sendiri yang sesuai dengan
kapasitas
mereka
sebagai
Gambar 1. Skema hubungan keterampilan proses dasar dan terintegrasi adaptasi dari Rezba (Bundu, 2006 : 24)
pembelajar. Jika mengalami kesulitan, mereka bisa bertanya dan berkonsultasi dengan
tenaga
pendidik
yang
Saat menggunakan keterampilan
berkompeten dalam hal tersebut, yang
proses akhirnya akan terjadi interaksi
akan memberikan keyakinan mendalam
antara konsep atau prinsip atau teori
bagi pengembangan diri mereka di masa
yang
depan (Ilahi, 2012).
dikembangkan dengan pengembangan
telah
ditemukan
atau
keterampilan proses itu sendiri.
Keterampilan proses sains
Bundu (2006 : 23-24) membagi Keterampilan proses sains akan
keterampilan
proses
menjadi
dua
terbentuk hanya melalui proses berulang-
kelompok. Pertama, keterampilan dasar
ulang. Siswa tidak akan terampil bila
meliputi : (a) observasi; (b) klasifikasi;
tidak ada peluang untuk melakukannya
(c) komunikasi; (d)
sendiri proses tersebut secara terus
77
pengukuran; (e)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
prediksi; dan (f) inferensi (penarikan kesimpulan).
Kedua,
terintegrasi
meliputi
HASIL DAN PEMBAHASAN
keterampilan :
Analisis keterlaksanaan RPP
(a)
mengidentifikasi variabel; (b) menyusun
Pengamatan keterlaksanaan RPP
tabel data; (c) menyusun grafik; (d)
dilakukan oleh dua orang pengamat
memberi
(e)
untuk melihat bagaimana keterlaksanaan
memperoleh dan memproses data; (f)
RPP dalam proses belajar mengajar.
menganalisis investigasi; (g) menyusun
Pada kegiatan pendahuluan terdiri dari
hipotesis; (h) menentukan variabel secara
fase
operasional; (i) merancang investigasi;
motivasi dan tujuan serta menampilkan
dan (j) melakukan eksperimen.
suatu informasi masalah. Fase satu pada
hubungan
variabel;
yaitu
menyampaikan
siklus I, II dan II terdiri dari kegiatan
METODE
mengucapkan salam dan menyapa siswa,
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
pertama
kelas
(clasroom
mengecek kehadiran siswa, mengecek
action
kesiapan belajar, memotivasi siswa,
research), karena dalam penelitian ini
menyampaikan
untuk mengatasi adanya masalah dalam
pembelajaran,
siswa kelas X MA Muhammadiyah 2 Al
pengetahuan awal siswa. Pada kegiatan
Furqan berkaitan dengan keterampilan
pendahuluan siklus I keterlaksanaannya
proses
rendah.
sebesar 85,71%. Pada siklus II memiliki
penelitian ini terdiri atas 3 siklus,
skor sebesar 91,07%. Kemudian pada
masing-masing siklus dirancang untuk
siklus III memiliki skor keterlaksanaan
satu kali pertemuan. Subjek penelitian
sebesar 94,64%. Dengan demikian dapat
adalah
disimpulkan
sains
siswa
siswa
yang
kelas
X
MA
judul
dan
serta
tujuan menggali
keterlaksanaan
Muhammadiyah 2 Al Furqan tahun
kegiatan
ajaran
siswa
tersebut dapat terlaksana dengan sangat
Penelitian
baik yang didukung dengan tingkat
2015/2016.
berjumlah dilaksanakan
23
Seluruh
orang.
bulan
Oktober
2015
pendahuluan
ketiga
pada siklus
reliabilitas yang tinggi.
sampai dengan bulan Juni 2016. Teknik
Pada kegiatan inti untuk siklus I,
yang digunakan untuk mengumpulkan
II dan III masing-masing terdiri dari fase
data dalam penelitian ini diantaranya
kedua
ialah observasi, pengamatan, tes, dan
penemuan dan mengorganisasikan siswa
dokumentasi.
dalam belajar) yang terdiri dari tiga aspek
(menjelaskan
kegiatan,
langkah-langkah
fase
ketiga
(membimbing siswa bekerja melakukan
78
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
kegiatan penyelidikan/penemuan) yang
terjadi
terdiri dari delapan aspek kegiatan, dan
sebelumnya
fase
tingkat reliabilitas yang baik.
keempat
(membimbing
mempresentasikan
siswa hasil
peningkatan yang
dari
siklus
didukung
dengan
Secara
keseluruhan
penyelidikan/hasil kegiatan penemuan)
keterlaksanaan
yang terdiri dari tiga aspek kegiatan.
menunjukkan hasil yang lebih baik
Untuk siklus I keterlaksanaan yang
dibandingkan siklus sebelumnya karena
diperoleh pada fase kedua, ketiga,
peneliti dan guru telah menyesuaikan
keempat,
berturut-turut
strategi belajar sesuai situasi dan kondisi
sebesar 81,25%; 90,63%; dan 90,63%.
subjek penelitian. Siswa juga mulai
Berdasarkan persentase yang diperoleh
beradaptasi dengan rangkaian kegiatan
pada pertemuan 1 dapat disimpulkan
pembelajaran terutama dalam kegiatan
bahwa kesemua fase pada kegiatan inti
penemuan dan mendiskusikan kerja
terlaksana dengan sangat baik. Penilaian
kelompok pada LKS. Sikap antusias
kegiatan inti untuk kedua pertemuan
siswa
juga telah didukung dengan tingkat
ditunjukkan
reliabilitas yang baik.
frekuensi
dan
kelima
Kegiatan fase kelima atau bagian
terlihat
setiap
siklus
meningkat dengan
siswa
yang
banyaknya
bertanya
mengenai
proses penemuan yang dilakukan. Untuk
penutup pada ketiga siklus ini adalah
mengurangi
analisis
berinisiatif
proses
pada
penemuan
kejenuhan, mengubah
posisi
setiap
empat aspek kegiatan yaitu memberikan
proses penemuan dan pemberian umpan
umpan balik berkaitan dengan proses
balik berjalan lebih efektif di mana lebih
penemuan
siswa,
banyak siswa yang memberikan umpan
membimbing siswa merangkum hasil
balik kepada guru karena siswa mulai
pembelajaran,
memahami
dilakukan serta
menjawab
proses
Kegiatan
duduk
danmemberikan umpan balik terdiri
yang
kelompok.
peneliti analisis
penemuan
yang
permasalahan di awal pembelajaran,
dilakukan serta sisa waktu yang tersedia
mengingatkan siswa untuk membaca
lebih panjang. Adapun kendala yang
dan mempelajari materi selanjutnya, dan
dihadapi adalah ada beberapa siswa
mengucapkan salam. Pada siklus I, II
yang
dan III keterlaksanaan kegiatan penutup
membuat siswa lainnya tidak fokus
yang diperoleh sebesar 93,75%; 93,75
dalam
dan 100% dengan kategori sangat baik.
permasalahan ini dengan menegur dan
Dengan demikian dapat disimpulkan
bertindak tegas.
bahwa kegiatan penutup di setiap siklus
79
memancing belajar.
kegaduhan Guru
dan
mengatasi
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Secara
keseluruhan
baik; kegiatan mencoba persentasenya
keterlaksanaan RPP pada siklus I, siklus
sebesar 68,48% dengan kriteria cukup
II dan siklus III telah terlaksana dengan
baik; kegiatan keterampilan proses
sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan
sains
persentase yang diperoleh per siklus
persentase sebesar 58,15% dengan
yaitu pada siklus I sebesar 90,06%
kriteria kurang baik; dan kegiatan
meningkat menjadi 92,79% pada siklus
keterampilan
II dan meningkat lagi menjadi 95,67% di
mengkomunikasikan sebesar 63,04%
siklus III. Berbagai permasalahan yang
dengan
dialami selama penelitian akan menjadi
Keterampilan proses yang dilatihkan
bahan
pada siklus I ini masih terdapat
introspeksi
pengalaman
dan
bagi
menambah
peneliti
aspek
menalar
proses
kriteria
memiliki
sains
aspek
cukup
baik.
dalam
sebagian indikator memiliki kategori
menerapkan pembelajaran serupa ke
kurang baik karena siswa masih asing
depannya.
dengan
Peningkatan
perolehan
penggunaan
model
persentase keterlaksanaan dari siklus I
pembelajaran penemuan terbimbing
ke siklus III dapat dilihat pada grafik
yang masih tergolong baru bagi
berikut :
mereka
sehingga
siswa
masih
canggung dan kurang berperan aktif selama proses pembelajaran. Siswa juga
masih
kurang
mengerti
bagaimana cara menggunakan alat dan bahan percobaan sehingga membuat siswa masih ragu-ragu dalam hal melaksanakan
Gambar 2 Grafik perolehan persentase keterlaksanaan RPP siklus I, siklus II dan siklus III
yang dilatihkan pada siklus I didukung
sains
juga
dengan
telah tingkat
reliabilitas yang baik antara dua
Pada siklus I untuk kegiatan proses
Semua
indikator keterampilan proses sains
Pencapaian keterampilan proses sains
keterampilan
praktikum.
pengamat.
aspek
Pada siklus II terjadi peningkatan
mengamati skor persentase rata-rata 57,61%
skor persentase rata-rata yang diperoleh
dengan kriteria kurang baik; untuk
tiap indikator keterampilan proses sains .
kegiatan keterampilan proses sains
Berdasarkan
aspek menanya memiliki persentase
diperoleh diketahui pada siklus II untuk
sebesar 58,70% dengan kriteria kurang
kegiatan mengamati skor persentase
yang
diperoleh
sebesar
80
perhitungan
data
yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
rata-rata yang diperoleh sebesar 66,85%
70,65% dengan kriteria baik; kegiatan
dengan kriteria baik; untuk kegiatan
kegiatan
menanya memiliki persentase sebesar
aspek mencoba persentasenya sebesar
68,48,70%
79,89% dengan kriteria baik; kegiatan
dengan
kriteria
baik;
keterampilan
kegiatan
77,72% dengan kriteria baik; kegiatan
aspek menalar
menalar
sebesar 71,41% dengan kriteria baik;
68,48%
dengan
kriteria
sains
memiliki persentase
dan
dan kegiatan kegiatan keterampilan
kegiatan mengkomunikasikan sebesar
proses sains aspek mengkomunikasikan
70,65 % dengan kriteria baik. Siklus II
sebesar 77,72 % dengan kriteria baik.
ini semua indikator keterampilan proses
Hal ini tidak lepas dari siswa yang telah
sains yang dilatihkan telah berkategori
faham dan mengerti dengan apa saja
baik, hal ini karena didukung oleh siswa
yang harus dilakukan dalam model
yang telah mulai berperan aktif selama
pembelajaran penemuan terbimbing ini
proses pembelajaran. Siswa juga mulai
yang memang lebih mendorong untuk
terlihat mengerti dan terampil dalam
siswa berperan aktif. Siswa juga telah
melakukan kegiatan praktikum sehingga
memahami langkah-langkah penemuan
siswa terlihat begitu antusias dalam
terbimbing pada praktikum dengan baik
melaksnakan
sehingga
kegiatan
baik;
proses
sains
kegiatan mencoba persentasenya sebesar memiliki persentase sebesar
keterampilan
proses
praktikum.
menunjang
Kesemua indikator keterampilan proses
pembelajaran
sains yang dilatihkan pada siklus II telah
indikator keterampilan proses sains yang
didukung tingkat reliabilitas yang baik
dilatihkan pada siklus III juga telah
antara dua pengamat.
didukung oleh tingkat reliabilitas yang
Pada siklus III dapat dilihat terjadi
dengan
keterlaksanaan baik.
Semua
baik antara dua pengamat.
peningkatan skor persentase rata-rata yang
diperoleh
tiap-tiap
indikator
keterampilan proses sains. Berdasarkan dari perhitungan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada siklus III kegiatan
keterampilan
proses
sains
untuk aspek mengamati skor persentase rata-rata yang diperoleh sebesar 74,46% dengan kriteria baik; untuk kegiatan keterampilan
proses
sains
Gambar 3 Grafik persentase keterampilan proses sains siswa siklus I, siklus II dan siklus II
aspek
menanya memiliki persentase sebesar
81
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Peningkatan
yang
terjadi
telah
terbiasa
merumuskan masalah persentase yang
menerapkan keterampilan proses sains
diperoleh pada siklus II dan siklus III
selama
yang
meningkat
diadakan dalam penelitian. Siswa mulai
memahami
mengenal pola-pola apa saja yang harus
masalah agar rumusan
digunakan
yang ditanyakan sesuia dengan tujuan
dikarenakan
siswa
beberapa
pertemuan
dalam
Untuk
menunjang
terlaksananya keterampilan proses sains yang
dilatihkan.
pembelajaran
Terlebih
dirancang
aspek
menanya
karena
yaitu
siswa
dasar-dasar
telah
merumuskan permasalahan
percobaan.
jika
Proses
untuk
pelatihan
keterampilan
proses sains selama tiga siklus juga
melibatkan seluruh indera pada tubuh
berdampak
maka dapat memaksimalkan penyerapan
keterampilan
informasi yang disajikan guru ke siswa
mencoba yaitu mengumpulkan data
sehingga siswa dapat lebih mudah dalam
yang ditunjukkan dalam peningkatan
mengambil keputusan untuk melakukan
persentase antar siklus. Siswa menyadari
tindakan
menyelesaikan
bahwa kunci dalam kegiatan ini adalah
permasalahan. Siswa menjadi cenderung
mencermati prosedur kerja kemudian
lebih aktif dalam berpikir dan bertindak
melaksanakannya dengan sesuai dan
serta tidak ragu dalam menyampaikan
berurutan. Guru juga lebih memperketat
pendapat. Hal ini merupakan faktor yang
pengawasan untuk meminimalisir siswa
mendasari berkembangnya keterampilan
yang
proses sains siswa.
kegiatan. Guru juga mengecek hasil
dalam
Untuk aspek mengamati yaitu berupa
mengidentifikasi
pada
hanya
siswa
peningkatan dalam
kegiatan
bermain-main
selama
pekerjaan siswa yang berkenaan dengan
masalah,
penggunaan alat
peningkatan yang terjadi disebabkan
meminta
siswa
pentingnya
pekerjaannya jika ditemui kesalahan.
mengidentifikasi masalah yang ada agar
Dengan demikian kemungkinan siswa
siswa mudah dalam memahami tujuan
dalam mencoba untuuk mengumpulkan
kegiatan penyelidikan atau penemua .
data yang tepat menjadi lebih tinggi.
Selain
telah
memahami
itu,
mengoreksi
hasil
memperketat
Pada aspek menalar yang terdiri
pengawasan kepada setiap siswa saat
dari kegiatan menganalisis dan menarik
kerja
menuntut
kesimpulan sementara, persentase yang
mereka untuk bekerja dengan lebih
diperoleh meningkat dikarenakan siswa
bersungguh-sungguh
mulai
kelompok
guru
siswa
dan bahan serta
sehingga
terutama
saat
melakukan pengamatan.
memahami
penarikan
82
menganalis
kesimpulan
tidak
dan hanya
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
didasarkan
hasil
pengamatan
yang
sendiri. Hal yang sama juga diungkapkan
diperoleh, namun juga harus bersifat
Sani (2014) dimana kegiatan penemuan
logis. Dalam melengkapi analisis dan
dapat
kesimpulan
keterampilan
yang
dibuat
siswa
menambah
pengetahuan
peserta
didik
dan secara
menghubungkannya dengan dasar teori
simultan. Sehingga dengan dilatihkannya
yang dipelajari sehingga meningkatkan
keterampilan proses sains pada siswa
kemungkinan siswa menganalisis dan
sejak
menarik kesimpulan secara lengkap dan
keterampilan
lebih masuk akal. Sementara untuk
berkembang dan meningkat.
indikator
Analisis hasil belajar siswa
terakhir
yaitu
mengkomunikasikan
dengan
mempresentasikan
hasil
kemampuan siswa dalam
Tes
penemuan,
terhadap
juga
pembelajaran
dikatakan
fisika
dengan
siswa dari 23 siswa kelas X MA Muhammadiyah 2 Al Furqan yang telah mencapai ketuntasan jika dibandingkan
bahwa
dengan standar KKM mata pelajaran
model
fisika yaitu
pembelajaran penemuan terbimbing ini
belum tuntas hasil belajarnya. Siklus I
sains siswa. Hal ini disebutkan dalam
ini nilai rata-rata siswa adalah 39,7 dari
Bundu (2003) dengan menggunakan proses
akhirnya
23 siswa yang mengikuti THB. Adapun
akan
pada siklus II terjadi peningkatan yang
terjadi interaksi antara konsep atau
berarti pada ketuntasan individual di
prinsip atau teori yang telah ditemukan atau
dikembangkan
70, sedangkan 20 siswa
lainnya termasuk dalam kelompok yang
dapat meningkatkan keterampilan proses
keterampilan
telah
ketuntasan individual di mana terdapat 3
bertambah
Dengan demikian berdasarkan hasil dapat
yang
dari ranah C2 hingga C4. Pada siklus I
dibandingkan pertemuan sebelumnya. penelitian
pembelajaran
soal mengacu pada taksonomi Bloom
presentasi dan menanggapi hasil diskusi kelompok
(THB)
lima pilihan jawaban. Penyusunan butir
kelas.
Jumlah siswa yang antusias untuk antar
belajar
siswa
dari 8 butir soal setiap siklus dengan
untuk depan
hasil
dari
berupa soal pilihan ganda yang terdiri
secara tertulis di LKS dan memacu di
proses
diberikan. Bentuk tes yang diberikan
siswa melaporkan hasil pengamatan
mempresentasikan
mengakibatkan
mengukur kemampuan kognitif siswa
telah berkembang yang memudahkan
siswa
akan
dilaksanakan setiap akhir siklus untuk
penalaran
untuk menganalisis hasil pengamatan
semangat
dini
mana terdapat lima belas siswa yang
dengan
tidak mencapai standar KKM atau tidak
pengembangan keterampilan proses itu
tuntas dari 23 siswa yang mengikuti
83
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
THB pada siklus II. Pada
siklus II
SIMPULAN
dengan nilai rata-rata 61,9 dari 23 siswa yang
mengikuti
THB
telah
Berdasarkan
jauh
pembahasan
meningkat dibandingkan dengan siklus I.
analisis
hasil
dan
penelitian,
dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
Adapun pada siklus III terjadi
pembelajaran
peningkatan pada ketuntasan individual
penemuan
dapat
meningkatkan keterampilan proses sains
di mana terdapat sepuluh siswa yang
siswa kelas X Muhammadiyah 2 Al
tidak mencapai standar KKM atau tidak
Furqan.
tuntas dari 23 siswa yang mengikuti
Untuk
keterampilan
THB pada siklus III dengan nilai rata-
dapat
meningkatkan
proses
sains
siswa
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
rata 71,7 dari 23 siswa yang mengikuti THB. Sedangkan jika ditinjau dari
(1) Pada
fase
pertama
dari
ketuntasan klasikal diperoleh nilai yang
pembelajaran
terus meningkat di setiap siklus, dimana
dengan
pada siklus satu deproleh ketuntasan
menyampaikan tujuan pembelajaran
pada
ketuntasan
siklus
klasikal
dua
siswa
dan
masalah sesuai dengan percobaan yang
diperoleh
sebesar
memotivasi
terbimbing
serta mengorientasikan siswa pada
klasikal sebesar 13,04% siswa telah tuntas,
penemuan
model
akan dilakukan. Pada kegiatan ini
34,78%
dilatihkan
siswa dinyatakan tuntas, dan pada akhir
salah
keterampilan
satu
proses
indikator
sains
yaitu
siklus tiga diperoleh ketuntasan klasikal
mengamati masalah yang didukung
mencapai 56,52% siswa dinyatakan
dengan lebih memaksimalkan kegiatan
telah tuntas atau telah mencapai KKM
tanya jawab dalam bentuk diskusi
yang telah ditentukan. Dengan demikian
informasi
dapat dikatakan hasil belajar siswa pada
pengetahuan siswa.
suhu
dan
meningkat
kalor
setelah
langkah-langkah
berhasil
pembelajaran penemuan
terbimbing.
Semakin
baik
penemuan
mengorganisasikan
diterapkan
pendekatan
mengoptimalkan
(2) Pada fase kedua guru menjelaskan
mata pelajaran fisika khususnya pada materi
untuk
siswa
dan dalam
kelompok belajar. Dengan guru yang telah lebih mengetahui kemampuan dan
proses
karakter setiap siswa dikelas maka
pembelajaran dan keaktifan siswa dalam
pembagian kelompok dapat dilakukan
mengikuti proses pembelajaran maka
dengan seimbang dan merata.
seharusnya hasil belajar yang diperoleh
(3) Pada fase ketiga Guru membimbing
siswa akan semakin tinggi sesuai dengan
siswa
tujuan
penemuan. Pada langkah ini dilatihkan
yang
telah
dirumuskan
bekerja
melakukan kegiatan
indikator keterampilan proses sains
sebelumnya.
yaitu menanya, mencoba, dan menalar.
84
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Ma’rifah ,Elfa., Mustika Wati, & Sri Hartini. (2014) Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing dan Media Interaktif Ipa Smp Untuk Mengaktifkan Keterampilan Berpikir Kritis. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 2 (2),183-193
Kemampuan menanya dengan siswa diminta
menuliskan rumusan pada
masalah
sesuai
dengan
pendapat
mereka masing-masing. Kemampuan mencoba dengan siswa melakukan percobaan
menggunakan
alat
dan
bahan yang sesuai dengan prosedur
Ilahi, Mohammad Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Diva Press: Jogjakarta.
percobaan. Dari data hasil percobaan yang didapatkan siswa diminta untuk menjelaskan data melalui analisis untuk melatihkan kemampuan siswa dalam
Putra, Sitiavata Rizema.( 2003). Desain Belajar Mengajar Kreatif berbasis SAINS. DIVA Press: Jogjakarta.
menalar. (4) Pada fase keempat guru membimbing siswa
mempresentasikan
penemuan
untuk
hasil
Rahmi, R., Sri Hartini, & Mustika Wati. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Dan Multimedia Pembelajaran Ipa Smp. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,2(2),240256.
melatihkan
kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah dilakukan. (5) Pada fase kelima yang merupakan fase penutup dalam model pembelajaran penemuan membimbing
terbimbing siswa
ini
guru
Sani, Ridwan Abdullah. (2014). Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. PT Bumi Aksara: Jakarta.
menyimpulkan
proses penemuan untuk memantapkan upaya siswa dalam memperoleh hasil
Suyidno & M. Arifuddin J. (2012). Strategi Belajar Mengajar. P3AI ULM Banjarmasin bekerjasama dengan Nusa Media Bandung: Yogyakarta.
belajar yang baik
DAFTAR PUSTAKA Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Depdiknas: Jakarta.
85