MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISTEM PENCERNAAN DI SMP Mardalena, Eka Ariyati, Reni Marlina Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan, Pontianak Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together pada materi sistem pencernaan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas VIII A berjumlah 23 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan soal pilihan ganda yang berjumlah 15 soal untuk masing-masing siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together terlaksana 100% pada siklus I dan siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,30 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 60,87%, dan meningkat pada siklus II dengan nilai ratarata 82,61 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 95,65% (KKM ≥ 70). Dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan. Kata kunci : Hasil Belajar, Numbered Heads Together, Sistem Pencernaan Abstrack: This research aimed to improve the students’ learning outcome by applied Numbered Heads Together model on digestive system material. This was a classroom action research. The subject of this research were 23 students of VIII grade. Each cycle consists of four stages, that were planning, implementation, observation, and reflection. The instrument on this research were sheets of observation and multiple choice tests with 15 questions on each cycle. The results showed that the Numbered Heads Together model applied on the teaching and learning process was implemented 100% in both cycles. Based on the result, the average of the students’ outcome was 71.30 with 60,87% students pass the test in the first cycle. The students’ outcome increased to 82,61 with 95.65% students pass the test in the second cycle. It can be concluded that Numbered Heads Together model could improves students’ learning outcome on digestive system material. Keywords: Learning outcome, Numbered Heads Together, Digestive System
1
P
embelajaran biologi merupakan pembelajaran yang memadukan materi yang berkaitan dengan alam semesta, yaitu makhluk hidup dan makhluk tidak hidup serta interaksi diantara keduanya. Sehingga ada beberapa hal yang menjadi acuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran biologi. Menurut Saptono (2003) hal-hal yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran biologi adalah biologi sebagai kumpulan pengetahuan, biologi sebagai proses investigasi, dan biologi sebagai kumpulan nilai. Saptono (2003) juga mengatakan “Untuk mengembangkan pembelajaran biologi, seorang guru harus sadar bahwa biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata”. Berdasarkan teori diatas maka seorang guru dituntut untuk dapat memilih dan menentukan metode dan media yang tepat dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan terserap dan teraplikasi dengan baik oleh siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP N 2 Rasau Jaya selama ini, proses kegiatan pembelajaran IPA Biologi di kelas VIII SMP N 2 Rasau Jaya selama ini baru tercipta hubungan interaksi searah, yaitu interaksi guru dengan siswa, bahkan guru yang lebih menguasai atau dominan. Dominasi guru menyebabkan siswa menjadi pasif, karena guru menggunakan model ceramah. Guru kurang menggali informasi dari siswa, sehingga tidak diketahui seberapa besar tingkat penguasaan siswa. Siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari guru, apabila guru memberikan pertanyaan ataupun kesempatan untuk bertanya, tidak ada respon. Akibatnya hasil belajar biologi masih tergolong rendah dan dibawah KKM yang ditetapkan. Berikut adalah data rata-rata nilai ulangan harian dan ketuntasan klasikal kelas VIII pada pelajaran IPA Biologi semeser ganjil tahun ajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 2 Rasau Jaya Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 VIII A VIII B Nilai rata-rata Materi No Rata- Jumlaht Ketuntas- Rata- Jumlah Ketuntasper rata untas an rata tuntas an materi 1
Pertumbuhan dan perkembangan pada 66,25 manusia
16
50%
67,64
20
58,82%
66,94
2
Sistem Gerak Manusia
64,06
15
46,87%
66,91
20
58,82%
65,48
3
Sistem Pencernaan
60
14
43,75%
66,47
18
52,94%
63,23
Jumlah siswa
32 orang
34 Rang
Sumber :Daftar nilai guru IPA semester ganjil siswa kelas VIII SMPN 2 Rasau Jaya tahun pelajaran 2013/2014.
2
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan model ceramah diperoleh hasil belajar yang tidak memuaskan, nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII pada materi sistem pencernaan tahun pelajaran 2013/2014 masih di bawah KKM (≥70), hanya sebesar 63,23 dan paling rendah dibanding materi yang lain. Materi sistem pencernaan adalah materi esensial yang selalu muncul dalam ujian nasional (UN).Persentase soal yang dimunculkan pada Ujian Nasional tahun 2013 adalah 5% dan pada tahun 2014 sebanyak 6,5%, sehingga penting untuk dipahami siswa SMP N 2 Rasau Jaya kelas VIII. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, siswa belajar sambil bekerja melalui kegiatan bekerjasama secara berkelompok siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya (Hamalik, 2003). Pembelajaran yang dapat diterapkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan lebih mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kelompok (Zuldafrial, 2011). Salah satu pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (Mulyatiningsih, 2012). Pembelajaran kooperatif juga disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman kepemimpinan dan memuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya untuk mencapai sebuah tujuan, maka siswa mengembangkan keterampilan komunikasi (Trianto, 2007). Pendapat lain menyebutkan, pembelajaran kooperatif merujuk pada bagaimana macam model pembelajaran dimana para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010). Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu Numbered Heads Together. Menurut Trianto (2007), pembelajarankooperatif Numbered Heads Together merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Hal ini juga diutarakan oleh Mulyatiningsih (2012), pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together merupakan pembelajaran kelompok yang dilakukan dengan cara memberi nomor semua peserta didik dan memberikan latihan atau tugas untuk didiskusikan. Kelebihan dari model Numbered Heads Together salah satunya adalah menuntut siswa untuk selalu siap, karena guru akan memanggil nomor siswa secara acak untuk melaporkan hasil diskusinya didepan kelas, dan nomor yang sama dari setiap kelompok maju kedepan untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya. Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang melapor.
3
Model Numbered Heads Together diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mampu membantu siswa menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran biologi seperti siswa yang kurang aktif saat proses pembelajaran. Untuk itu penulis mencoba menerapkan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan suatu model pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran Numbered Heads Together.Hal ini sesuai dengan penelitian Wahidah (2013) di MTs Negeri Maguwoharjo bahwa melalui penggunaan model Numbered Heads Together memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini didukung hasil penelitian Suhardini (2014) di SMP Negeri 1 Pemalang bahwa melalui penerapan model Numbered Heads Together memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together menuntut setiap siswa menguasai materi yang telah dipalajari dan selalu siap saat mendapatkan pertanyaan, karena guru akan memanggil nomor siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan sehingga diharapkan siswa menjadi lebih aktif. Penggunaan model Numbered Heads Together dilakukan pada materi sistem pencernaan karena cakupan materi yang cukup luas dan memerlukan daya ingat yang cukup tinggi bagi siswa seperti nama-nama alat-alat pencernaan berserta kelenjar pencernaan beserta fungsinya. Sehingga diharapkan melalui model ini siswa dapat lebih menguasai materi. Mills (dalam Suprijono, 2010) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Pembelajaran adalah suatu rencana atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kurikulum, dan lain-lain. Setiap pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Joyce dalam Trianto, 2007). Menurut Arends (dalam Suprijono, 2010), pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pelajaran, dan pengelolaan kelas. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2007). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2007) pembelajaran kooperatif adalah
4
pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima orang untuk membantu satu sama lain dalam hal belajar. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan. Pembelajaran kooperatif membuat para siswa termotivasi untuk melihat bahwa setiap orang belajar dengan baik, baik itu dengan diskusi, menjelaskan, menilai, dan menjelaskan kembali pelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together. Model pembelajaran Numbered Heads Together atau kepala bernomor merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2007). Pembelajaran yang diperkenalkan pertama kali oleh Spencer Kagan pada tahun (dalam Ibrahim, 2000) yang mempunyai langkah-langkah berikut: (1) Pembentukan kelompok dan penomoran; (2) Pengajuan pertanyaan dan diskusi masalah; (3) Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut dikembangkan menjadi enam langkah-langkah berikut: (1) Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together.; (2) Pembentukan kelompok (Numbering), Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok; (3) Diskusi masalah (Heads Together), Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum; (4) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban (Answering), Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas; (5) Memberi kesimpulan, Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan; (6) Memberikan penghargaan, Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik (Ibrahim, 2000). Penggunaan model pembelajaran yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat diukur dinyatakan sebagai hasil belajar seseorang.
5
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009), “Hasil Belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal tersebut dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.Hasil belajar dalam penelitian ini mengacu pada ranah kognitif. Abdullah (2008) menyatakan, “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”. METODE Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research ). Menurut Arikunto (2014) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Rasau Jaya, dan dilaksanakan pada bulan April tahun pelajaran 2014 / 2015 di kelas VIII A.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 23 orang, dengan jumlah 12 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes hasil belajar. Observasi adalah kegiatan penelitian untuk mencatat datadata melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer. Alat yang digunakan untuk mendapatkan data dalam kegiatan ini adalah lembar observasi atau lembar pengamatan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana yang telah direncanakan yang digunakan sebagai bahan refleksi. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan yang dilakukan oleh seorang guru IPA di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Hasil catatan pada lembar pengamatan ini digunakan sebagai sumber analisis dan refleksi dalam penelitian. Tes adalah teknik yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap pelajaran yang telah dipelajari melalui pemberian tes tertulis. Tes adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk data hasil belajar siswa terhadap pembelajaran dalam materi sistem pencernaan manusia yang berupa soal tes pilihan ganda. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 soal pilihan ganda. Tes diberikan diakhir kegiatan pembelajaran. Adapun indikator keberhasil penelitian ini adalah Proses pelaksanaan dikatakan berhasil bila ada peningkatan pada siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 100% dari lembar observasi sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 60% dan siklus II sebesar 75% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 70 (KKM di sekolah)
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Rasau Jaya pada tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri atas 23 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together pada materi sistem pencernaan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus yang setiap siklusnya terdiri atas satu kali pertemuan. Keterlaksanaan pembelajaran pada setiap siklusnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Melalui Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together pada Materi Sistem Pencernaan di Kelas VIII A SMP Negeri 2 Rasau Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus I Siklus II Hal-hal yang diamati Keterlaksanaan Ya Tidak Ya Tidak Memberikan salam, berdoa, dan mengecek √ √ kehadiran siswa Memberikan apersepsi √ √ Memberikan motivasi √ √ Menyampaikan tujuan pembelajaran √ √ Menyampaikan materi pembelajaran √ √ Membagi kelompok secara heterogen √ √ Memberikan nomor kepada setiap anggota √ √ kelompok Membagikan LKS kepada setiap kelompok √ √ Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS √ √ Memanggil perwakilan kelompok berdasarkan √ √ nomor secara acak untuk menyampaikan hasil diskusi Memberikan klarifikasi atas jawaban siswa. √ √ Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi √ √ pelajaran yang telah di pelajari. Memberikan kesimpulan secara keseluruh anter √ √ hadap materi yang telah dipelajari Melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil √ √ belajar siswa Persentase keterlaksanaan 100% 100% Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa keseluruhan tahapan dalam pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dilaksanakan dengan persentase sebesar 100% pada setiap siklus. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran maka dilakukan tes hasil belajar yang dilaksanakan setiap akhir pembelajaran dalam bentuk pilihan
7
ganda. Rekapitulasi data hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Tes Siklus I dan Siklus II pada Materi Sistem Pencernaan Melalui pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together di Kelas VIII A SMP Negeri 2 Rasau Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015 No Nama Siswa Siklus I Siklus II Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan AP 73,33 Tuntas 86,67 Tuntas 1 AS 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas 2 AA 60 Tidak Tuntas 93,33 Tuntas 3 AP 73,33 Tuntas 73,33 Tuntas 4 ASN 73,33 Tuntas 100 Tuntas 5 DSP 80 Tuntas 80 Tuntas 6 DS 73,33 Tuntas 100 Tuntas 7 EPA 80 Tuntas 86,67 Tuntas 8 FD 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas 9 66,67 Tidak Tuntas 73,33 Tuntas 10 HE 60 Tidak Tuntas 86,67 Tuntas 11 JS 66,67 Tidak Tuntas 73,33 Tuntas 12 KI Tuntas Tuntas 13 LA 73,33 73,33 66,67 Tidak Tuntas 73,33 Tuntas 14 NDN 73,33 Tuntas 73,33 Tuntas 15 OD 80 Tuntas 100 Tuntas 16 RM 46,67 Tidak Tuntas 73,33 Tuntas 17 RAN 93,33 Tuntas 100 Tuntas 18 SEP 73,33 Tuntas 73,33 Tuntas 19 SM 86,67 Tuntas 100 Tuntas 20 SZ 73,33 Tuntas 80 Tuntas 21 SN 66,67 Tidak Tuntas 73,33 Tuntas 22 TJ 80 Tuntas 66,67 Tidak Tuntas 23 YS Rata-rata 71,30 82,61 Jumlahtuntas 14 22 Jumlahtidaktuntas 9 1 Ketuntasan 60,87% 95,65% Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa ada peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata siswa sebesar 71,30 dengan ketuntasan sebesar 60,87% dan pada siklus II meningkat dengan rata-rata 82,61 dengan ketuntasan sebesar 95,65%.
8
Pembahasan Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan. Alokasi waktu yang digunakan adalah 3×40 menit. Materi yang disampaikan adalah zat-zat makanan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pelaksanaan dan observasi tindakan siklus I dilakukan pada tanggal 02 April 2015. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Selama tindakan berlangsung, observasi proses pembelajaran dilakukan oleh seorang observer yaitu guru IPA di tempat penelitian. Pada tahap persiapan, peneliti menyiapkan RPP, LKS dan membagi kelompok siswa secara heterogen berdasarkan nilai ulangan harian pada materi sebelumnya. Di awal pembelajaran peneliti membuka dengan menyampaikan salam dan berdoa serta mengecek kehadiran siswa. Kemudian memberikan apersepsi terkait dengan materi zat-zat makanan. Pada tahap apersepsi peneliti melihat ketertarikan siswa pada pembelajaran. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa saat peneliti memberikan pertanyaan, walaupun tidak berani menjawab sendiri dan cenderung menjawab bersama-sama. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Saat peneliti memberikan motivasi, sebagian besar siswa memperhatikan dengan baik walaupun ditemukan beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh dan sibuk sendiri. Setelah membuka pembelajaran, peneliti menjelaskan pembelajaran yang akan digunakan yaitu pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together. Kemudian peneliti menyampaikan inti pembelajaran dengan menampilkan beberapa gambar makanan menggunakan media powerpoint, kemudian meminta siswa menunjukkan makanan yang mengandung karbohidrat, glukosa, protein, dan lemak. Saat peneliti memberikan pertanyaan, hanya 5 siswa yang berani mengangkat tangan untuk menjawab, sedangkan siswa yang lain hanya diam. Selanjutnya peneliti menyampaikan inti materi menggunakan media power point. Saat penyajian materi sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan, namun masih terlihat beberapa siswa yang tidak fokus seperti sering bergurau. Tahap selanjutnya peneliti membagi kelompok siswa yang terdiri dari 4-5 orang setiap kelompok. Peneliti mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok dan kemudian memberikan nama kepada setiap kelompok. Kemudian memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok. Pada tahap ini siswa masih kurang terkontrol, terlihat pada saat pembentukan kelompok siswa masih ribut karena metode Numbered Heads Together merupakan hal baru bagi siswa. Hal ini juga disebabkan peneliti lebih fokus dalam menyiapkan peralatan percobaan sehingga tidak dapat mengontrol siswa secara maksimal. Setelah kelompok terbentuk, peneliti membagikan LKS dan menjelaskan isi LKS serta cara kerja yang harus dilakukan siswa. Pada tahap ini siswa melakukan percobaan uji kandungan zat makanan yaitu karbohidrat, glukosa, protein, dan lemak. Adapun bahan makanan yang diuji adalah nasi, gula, telur, dan minyak goreng yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Sebelum dilakukan percobaan peneliti memberikan arahan kepada siswa mengenai
9
langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan. Antusiasme siswa sangat tinggi, hal ini terlihat dari setiap anggota kelompok yang ingin melakukan percobaan. Setelah melakukan percobaan, peneliti mengarahkan siswa mendiskusikan LKS hasil uji makanan yang telah dilakukan. Pada tahap ini tidak semua anggota kelompok terlibat aktif dalam diskusi. Berdasarkan hasil observasi, hal ini disebabkan proses diskusi lebih didominasi oleh siswa yang lebih pintar, sehingga anggota kelompok yang lain hanya diam dan tidak aktif. Berdasarkan hasil penilaian LKS, diketahui siswa dapat menyelesaikan dan menjawab pertanyaan dengan benar, dimana semua kelompok dapat menjawab soal terkait uji makanan yang teah dilakukan, namun masih ditemukan kesalahan/miskonsepsi tentang penyakit kwarsiorkor dengan busung lapar. Mereka menganggap bahwa kedua penyakit tersebut berbeda, sedangkan kedua penyakit tersebut memiliki pengertian yang sama. Secara keseluruhan setiap kelompok melakukan diskusi dengan baik dan semua kelompok mendapat nilai 97. Setelah melakukan diskusi, tahap selanjutnya adalah mempresentasikan hasil LKS dengan cara memanggil nomor siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Pada tahap ini ditemukan beberapa siswa telihat tegang saat nomornya dipanggil dan belum percaya diri dalam menjawab sehingga tidak lancar saat menjelaskan jawaban yang diberikan. Walaupun demikian sebagian besar jawaban yang diberikan sudah benar. Setelah siswa menjawab pertanyaan, peneliti memberikan penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan guna menambah semangat dan motivasi siswa. Setelah presentasi, dilakukan tanya jawab terkait materi yang belum dipahami. Kemudian meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat dan selanjutnya memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Diakhir pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dengan memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil belajar siklus I, tingkat ketuntasan siswa masih rendah, walaupun telah mencapai indikator keberhasilan yaitu ketuntasan mencapai 60%. Jumlah siswa yang tuntas adalah 14 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa. Berdasarkan hasil analisis, kesalahan siswa terdapat pada soal nomor 4 dan 7 sebanyak 4 siswa, soal nomor 5 sebanyak 2 siswa, dan 6 sebanyak 5 siswa. Soal tersebut yang berkaitan dengan indikator menjelaskan fungsi zat-zat makanan. Berdasarkan hasil analisis, hal ini disebabkan siswa tidak memiliki banyak waktu untuk mempelajari teori terkait fungsi-fungsi makanan karena waktu pembelajaran lebih berfokus pada uji coba makanan. Kemudian soal nomor 14 sebanyak 7 siswa dan 15 sebanyak 3 siswa, soal tersebut berkaitan dengan indikator pembelajaran akibat kekurangan vitamin dan mineral. Berdasarkan hasil analisis peneliti, hal ini disebabkan oleh cakupan materi yang terkait akibat kekurangan vitamin dan mineral cukup luas, sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mempelajarinya. Penyebab lainnya adalah siswa yang tidak fokus dan konsentrasi dalam belajar. Hal ini diketahui saat peneliti menjelaskan materi, siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan peneliti dengan baik, mereka tidak terlibat aktif dan siswa belum dapat menyesuaikan diri dengan baik ketika digunakan model pembelajaran Numbered
10
Heads Together, karena harus menguasai dan mempelajari sendiri materi yang diberikan. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara peneliti bahwa sebagian besar siswa yang tidak tuntas mengaku tidak memiliki banyak waktu untuk mempelajari teori saat proses diskusi. Hal ini disebabkan waktu pembelajaran lebih banyak digunakan pada percobaan uji makanan.Kemudian soal 9 sebanyak 5 siswa, soal nomor 10 dan 11 sebanyak 4 siswa yang terkait materi uji makanan berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak aktif saat proses uji coba makanan sehingga kurang memperhatikan hasil uji coba yang telah dilakukan. Setelah melakukan refleksi bersama observer, ditemukan beberapa kekurangan yang harus diperbaiki pada tahap selanjutnya, yaitu: (1) Peneliti kurang mengatur waktu dengan baik, sehingga pelaksanaan setiap tahap pembelajaran tidak terlaksana secara maksimal. Terutama saat melakukan percobaan sehingga membuang banyak waktu; (2) Peneliti kurang maksimal dalam mengontrol proses pembelajaran hal ini terlihat dari siswa yang masih sering ribut dan sibuk sendiri saat proses pembelajaran, peneliti masih fokus memberikan bimbingan dari depan kelas; (3) Peneliti kurang memberi motivasi kepada siswa yang belum berperan aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi bersama observer, ada beberapa saran sebagai perbaikan dalam pembelajaran pada siklus 2 antara lain: (1)Peneliti lebih bersikap tegas dalam mengatur waktu pembelajaran agar semua tahap pembelajaran terlaksana secara maksimal seperti saat melakukan percobaan; (2)Lebih meningkatkan kontrol terhadap proses pembelajaran terutama saat melakukan percobaan dan diskusi agar pelaksanaan pembelajaran menjadi tertib; (3)Peneliti lebih sering memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan. Alokasi waktu yang digunakan adalah 2×40 menit. Materi yang disampaikan adalah sistem pencernaan pada manusia yang terdiri dari saluran pencernaan, kelenjar pencernaan, proses pencernaan, serta kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan. Pelaksanaan dan observasi tindakan siklus I dilakukan pada tanggal 04 April 2015. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif Numbered Heads together berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Pembelajaran dilaksanakan dengan bantuan powerpoint. Selama tindakan berlangsung, observasi proses pembelajaran dilakukan oleh seorang observer yaitu salah satu guru IPA di tempat penelitian. Di awal pembelajaran peneliti membuka dengan menyampaikan salam dan berdoa serta mengecek kehadiran siswa. Kemudian memberikan apersepsi terkait dengan materi sistem pencernaan. Pada tahap apersepsi peneliti melihat ketertarikan siswa pada pembelajaran. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa saat diberikan pertanyaan. Hal ini terlihat siswa sudah berani untuk menjawab sendiri tanpa ditunjuk. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan saat peneliti memberikan motivasi, semua siswa memperhatikan dengan baik.
11
Setelah membuka pembelajaran, peneliti menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu pembelajaran kooperatif Numbered Heads together, peneliti menjelaskan kembali langkah-langkan pembelajaran seperti yang telah dilakukan pada siklus I. Kemudian peneliti menyampaikan inti pembelajaran. Pembelajaran diawali dengan menampilkan gambar organ pencernaan makanan menggunakan media power point, kemudian meminta siswa menunjukkan namanama organ tersebut. Saat diberikan pertanyaan, terlihat 10-15 siswa yang berani mengangkat tangan untuk menjawab, dan hanya beberapa siswa yang terlihat diam. Selanjutnya penyampaian inti materi menggunakan media powerpoint. Saat penyajian materi semua siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan, hanya terlihat 2-3 siswa yang tidak fokus seperti sering bergurau dan bercanda. Tahap selanjutnya mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk. Pada tahap ini siswa sudah dapat terkontrol dengan baik, terlihat pada saat pembentukan kelompok siswa sudah tertib tanpa diarahkan. Hal ini juga disebabkan peneliti lebih banyak memberikan motivasi dan bersikap tegas kepada siswa. Setelah kelompok terbentuk kemudian dibagikan LKS dan menjelaskan isi LKS serta cara kerja yang harus dilakukan siswa. Pada tahap ini siswa mendiskusikan tentang sistem pencernaan makanan pada manusia meliputi saluran pencernaan, kelenjar pencernaan, serta kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan. Saat melakukan diskusi, sebagian besar anggota kelompok sudah terlibat aktif. Siswa konsentrasi dan fokus dalam melakukan diskusi. Hanya 1-2 siswa yang terlihat tidak aktif dan hanya diam dalam kelompok. Berdasarkan hasil LKS menunjukkan semua kelompok berdiskusi dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil LKS semua kelompok mendapat nilai 100. Setelah melakukan diskusi, tahap selanjutnya adalah mempresentasikan hasil LKS dengan cara memanggil nomor siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Pada tahap ini peneliti menemukan siswa sudah terlihat siap dan antusias serta percaya diri dalam menjawab pertanyaan walaupun telihat sedikit tegang. Walaupun demikian sebagian besar jawaban yang diberikan sudah benar. Setelah siswa menjawab pertanyaan, peneliti memberikan penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan guna menambah semangat dan motivasi siswa. Setelah melakukan diskusi, dilakukan tanya jawab terkait materi yang belum dipahami. Kemudian meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat dan selanjutnya memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Diakhir pembelajaran, dilakukan evaluasi dengan memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil belajar siklus II, sebagian besar hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan ketuntasan mencapai 95,65%. Hanya satu siswa yang tidak tuntas dan mengalami penurunan nilai dari tes siklus I yaitu YS. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa siswa tersebut tidak fokus dalam memperhatikan penjelasan peneliti dan saat diskusi berlangsung sehingga materi tidak terserap dengan baik mengalami kesulitan dalam menjawab soal. Siswa tersebut tidak dapat menjawab soal nomor 5 dan 8 yaitu terkait kelenjar pada sistem pencernaan, dan soal nomor 14 dan 15 yaitu terkait gangguan pada sistem pencernaan. Faktor lain penyebab rendahnya nilai tes YS adalah faktor eksternal,
12
yaitu adanya masalah keluarga yang menyebabkan siswa tersebut tidak fokus belajar. Setelah pelaksanaan dan observasi tindakan, tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi, berikut adalah beberapa hasil refleksi yang dilakukan bersama observer:1)Peneliti sudah dapat mengatur waktu pembelajaran sehingga semua tahap pembelajaran terlaksana dengan baik; (2)Peneliti sudah dapat mengontrol proses pembelajaran dengan baik, peneliti mampu mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan aktif dalam belajar, dan saat diskusi peneliti selalu mengontrol setiap kelompok dan memastikan agar setiap anggota kelompok aktif dalam diskusi; (3)Peneliti sering memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil dan analisis di atas menunjukkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Trianto (2007) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama didalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima orang untuk membantu satu sama lain dalam hal belajar. Hal ini terlihat pada saat melakukan diskusi kelompok, setiap anggota kelompok terlibat aktif dan saling bekerja sama. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini terlihat saat siswa menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti, dimana siswa menjawab dengan benar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, hal ini terlihat saat diskusi, setiap anggota kelompok dapat berdiskusi dan bekerja sama dengan baik tanpa membedakan satu sama lain. Dan hal yang paling penting adalah dapat meningkatkan pengembangan keterampilan sosial siswa. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran berlangsung siswa aktif bertanya, dapat memberikan jawaban dan penjelasan terkait pertanyaan peneliti kepada siswa lain, dan dapat bekerja sama setiap anggota kelompok yang terlihat meningkat pada setiap siklus. Hal ini sesuai dengan Ibrahim (2010) yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together adalah (1) Hasil belajar akademik struktural, yaitu bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; (2) Pengakuan adanya keragaman, yaitu bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai bermacam-macam latar belakang; (3) Pengembangan keterampilan sosial, yaitu bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai berbagai pendapat orang lain, maupun menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Dalam proses diskusi kelompok, siswa tampak bekerja sama dalam menyelesaikan LKS, hal ini terlihat dengan setiap anggota kelompok saling membantu dalam menjawab LKS maupun pertanyaan yang diberikan peneliti. Hal ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky yang berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efektif dan efisien apabila siswa belajar secara kooperatif
13
dengan suasana lingkungan yang mendukung (supportive) dengan bimbingan orang yang lebih mampu (Hill, 2011). Hasil akhir dari penggunaan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together yang telah dilaksanakan adalah meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Hal ini sesuai dengan Abdullah (2008) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal itu, jelas bahwa suatu proses pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data dan analisis penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Proses pembelajaran pada materi sistem pencernaan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together pada siklus I dan pada siklus II terlaksana dengan persentase masing-masing sebesar 100%; (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa. hal ini terlihat dari hasil tes siswa pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71,30 dengan ketuntasan 60,87%, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 82,61 dengan ketuntasan mencapai 95,65%. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut: (1) Guru harus mengatur waktu dengan baik, terutama dalam pembelajaran yang menggunakan metode percobaan (eksperimen) agar tidak banyak membuang waktu dan semua tahapan pembelajaran terlaksana dengan maksimal; (2) Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis, berinteraksi dengan teman sekelas, dan melatih mental siswa. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A. M. 2008. Prestasi Belajar. Online (http://spesialistorch.com/content/view/120/29) diakses tanggal 01 September 2014. Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Hasibuan J.J dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hill, W. F. 2011. Theories of Learning. Bandung: Nusa Media.
14
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Mulyatiningsih, E. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Slavin, R. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Konstruktivisme. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka.
Berorientasi
Wahidah, N. 2013. Skripsi:Pengaruh Penerapan Metode NumberedHeadTogether (NHT) Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa di MTs N Maguwoharjo.Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Zuldafrial. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak: STAIN Press.
15