Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar PPKn dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas X Ak 1 SMK PGRI 6 Ngawi tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang meliputi tahapan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian direncanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan materi yang berbeda. Subyek penelitian adalah siswa kelas X Ak-1 SMK PGRI 6 Ngawi tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 orang. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, serta dokumentasi. Teknik pengumpulkan data meliputi angket, observasi, tes dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif sederhana (deskripstif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PPKn siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui hasil angket dan observasi, hasilnya menunjukkan siswa dengan motivasi rendah sebesar 35%, sedang sebesar 52,5% dan tinggi 12,5%. Pada siklus I siswa dengan motivasi rendah sebesar 12,5% sedang 50% dan tinggi 37,5%. Pada siklus II siswa dengan motivasi rendah tidak ada, sedang 30% dan tinggi 70%. Sedangkan capaian hasil belajar menunjukkan pra siklus rata-rata 65 atau di bawah KKM. Pada siklus pertama rata-rata capaian hasil belajar sebesar 70% sama dengan KKM dan pada siklus kedua rata-rata capaian hasil belajar sebesar 85%. Berdasar hasil temuan tersebut disarankan khususnya guru agar senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini dengan persiapan yang mantap, sehingga tercipta suasana pembelajaran kondusif, motivasi tinggi dan hasil belajar pada capaian yang tinggi pula. Kata kunci: Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi Belajar, Hasil Belajar
16
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
guru memegang tugas dalam mengatur
A. PENDAHULUAN Konsepsi psikologi pendidikan mengatakan
bahwa
pendidikan
merupakan
usaha
membantu
perkembangan
anak
untuk
merealisasikan potensi dirinya secara maksimal. Usaha kearah itu diperlukan adanya bantuan dari pihak lain. Guru merupakan key person dalam proses pembelajaran. Dalam model
apapun
pembelajaran berlangsung, tidak lepas
di dalam kelas. Suasana kelas yang hidup dapat membuat siswa belajar tekun dan penuh semangat, sebaliknya suasana
kelas
menegangkan monoton
yang
serta
suram,
aktivitas
menjadikan
siswa
yang kurang
bersemangat dalam belajar. Sebagai perancang, pelaksana dan evaluator, guru
harus
dapat
memilih
model
pembelajaran yang tepat.
dapat
Peraturan Menteri Pendidikan
dikatakan pemegang kunci keberhasilan
nasional Pasal 19 ayat 1 disebutkan
proses pendidikan.
“Proses pembelajaran pada satuan
adanya
peran
guru,
bahkan
Keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan diselenggarakan secara
pembelajaran merupakan bagian yang
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
sangat penting yang harus dilakukan
menantang, memotivasi peserta didik
guru
untuk
dalam
Pemilihan teknik
membelajarkan
pendekatan,
pembelajaran
siswa.
model yang
merupakan
kunci
utama.
“sutradara”
guru
menseting
sedemikian
rupa,
sehingga
dan tepat
Sebagai kelas tercipta
suasana kondusif dalam mewujudkan
aktif,
serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas,
dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Seiring
hasil pembelajaran secara efektif dan
dengan
pergeseran
paradigma pendidikan maka proses
efisien. Dalam
berpartisipasi
mewujudkan
hasil
pembelajaran yang efektif dan efisien, peranan guru sangat penting, karena
pembelajaran
berlangsung
dengan
memberi kesempatan yang luas pada peserta didik untuk berperan aktif. Dari
17
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
teacher center learning menjadi student
diperlukan, agar pembelajaran menjadi
center learning, dimana guru sebagai
bermakna. Model pembelajaran yang
fasilitator
banyak
dengan
memberi
arahan,
melibatkan
aktivitas
siswa
maupun
adalah cooperative learning. Dalam
instruksi yang akan diperankan oleh
cooperative learning ini menekankan
para siswa.
adanya kerjasama dalam kelompok
semangat
dan
Model
petunjuk
pembelajaran
banyak
dalam proses pembelajaran. Kelompok
sekali ragamnya, yang menekankan
yang
pada tingkat aktivitas siswa lebih tinggi.
individu bisa dua, tiga atau lebih tetapi
Aktivitas siswa sejak dari awal hingga
tidak
akhir proses pembelajaran menjadikan
berinteraksi dan mempengaruhi antara
iklim pembelajaran yang kondusif dan
satu dengan lainnya. Shaw dalam Agus
menyenangkan.
Suprijono (2013 : 57) mengemukakan
dicapai
dalam
Tujuan yang ingin pembelajaran
bukan
hanya dilihat dari dimensi akademis
dimaksud
terlalu
adalah
banyak,
sekumpulan
yang
saling
“as two or more people who interact with and influence one another”. Pada pembelajaran kooperatif
saja, melainkan dimensi social dan kepribadian menjadi sangat penting.
para
Upaya yang dilakukan guru adalah
beberapa
memilah
model
berbagai tingkat kemampuan masing-
sesuai
masing. Tujuan yang ingin dicapai
dan
pembelajaran
memilih yang
tepat,
karakteristik kurikulum dan anak didik. Pemilihan model pembelajaran
siswa
akan
kelompok
dibuat
menjadi
kecil
dengan
dalam pembelajaran ini tidak hanya kemampuan di bidang akademik dalam
yang tepat sangat menentukan pada
pengertian
keberhasilan
pelajaran, akan
tetapi juga adanya
pembelajaran itu sendiri. Model-model
unsur
untuk
pembelajaran yang digunakan harus
materi
mampu menempatkan siswa sebagai
cooperative learning dengan baik tentu
subjek bukan objek belajar, sehingga
akan
aktivitas siswa dalam proses sangat
berkomunikasi,
pencapaian
tujuan
18
penguasaan
kerjasama
tersebut.
membantu
materi
penguasaan implementasi
siswa berpartisipasi
berlatih dan
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
berkolaborasi dalam bentuk siskusi,
classroom action research pada mata
presentasi
pelajaran PPKn pada siswa kelas X
dan
demikian
sebagainya.
Hal
akan
lebih
tentu
menyenangkan dan termotivasi dalam suasana
kondusif
dalam
Akuntansi 1 SMK PGRI 6 Ngawi. B. KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran yang menekankan
proses
pada kelompok-kelompok kecil (3–5
cooperative learning. model-model
orang) dalam pembelajaran, menuntut
dalam cooperative learning ini, salah
siswa agar bekerja sama (cooperative),
satunya
berinteraksi sesama anggota kelompok
Banyak
ragam
adalah
Numbered
(NHT).
Together
Tipe
Heads
NHT
ini
dalam
memahami
materi,
dan
merupakan model cooperative learning
memberikan pendapat pada jawaban
yang melibatkan siswa untuk aktif dan
terhadap
bertanggung jawab dalam pencapaian
merupakan
tujuan
cooperative
pembelajaran
baik
secara
tugas
dalam
karakter
kelompok
dari
model
Kelompok-
learning.
kelompok.
kelompok dalam cooperative learning
Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini
didasarkan atas saling interdependensi
menuntut partisipasi siswa berinteraksi
yang menuntut adanya tanggung jawab
sesama temannya untuk memikirkan,
individual
sebagai
menjawab
penguasaan
materi
individu
maupun
permasalahan
yang
tolok
ukur
tiap
anggota
sehingga
kelompok. Masing-masing kelompok
membutuhkan komunikasi yang baik
diberi hasil berkenaan prestasi belajar
dianatara
anggotanya, sehingga mereka dapat
dilontarkan
guru,
teman
sekelompok
untuk
mengetahui
mempersatukan persepsi. Berdasarkan konsepsi di atas maka
menjadi
menarik
mengimplementasikan
yang
memerlukan bantuan.
untuk model
teman-temannya
Numbered
Heads
Together
merupakan salah satu tipe pembelajaran
cooperative learning dengan tipe NHT
kooperatif yang
ini dalam proses pembelajaran, yang
struktur khusus yang dirancang untuk
dalam
mempengaruhi pola interaksi siswa
hal
ini
diterapkan
dalam
19
menekankan
pada
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
dalam kelompok dan memiliki tujuan
mempengaruhi pola interaksi siswa.
untuk meningkatkan penguasaan materi
Struktur Kagan menghendaki agar para
pelajaran. Tipe ini dikembangkan oleh
siswa bekerja saling bergantung pada
Kagen
kelompok-kelompok
dalam
Ibrahim
(2000:
28)
kecil
dengan melibatkan para siswa dalam
kooperatif.
menelaah bahan yang tercakup dalam
menekankan bahwa teknik ini memberi
suatu
kesempatan kepada para siswa untuk
pelajaran
pemahaman
dan
mereka
mengecek
terhadap
isi
saling
Isjoni
(2012
secara
membagikan
:
113)
ide-ide
dan
pelajaran tersebut. Numbered Head
pertimbangkan jawaban yang paling
Together melibatkan para siswa dalam
tepat. Selain itu teknik ini mendorong
mereview bahan yang tercakup dalam
siswa untuk meningkatkan semangat
suatu pelajaran dan mengecek atau
kerjasama
memeriksa
kooperatif
merupakan
mengenai isi pelajaran tersebut. Struktur
pembelajaran
yang
yang dikembangkan oleh Kagen ini
adanya kerja sama, yakni kerja sama
menghendaki
saling
antar siswa dalam kelompok untuk
membantu dalam kelompok kecil dan
mencapai tujuan pembelajaran (Johnson
lebih
dan Johnson dalam Ismail, 2002: 12).
pemahaman
siswa
dicirikan
kooperatif
dari
belajar
mereka
oleh
penghargaan
pada
penghargaan
mereka.
Agus pembelajaran
tujuan
meningkatkan
metode
Nembered
penguasaan isi akademik dan ada pula
diawali
dengan
struktur
untuk
yang
mengajarkan
dengan
(2013:92) menggunakan
Heads
Together
Numbering.
Guru
tujuannnya
untuk
membagi kelas menjadi kelompok-
keterampilan
sosial
kelompok
(Ibrahim, 2000:25). Numbered Heads Together
model
mengutamakan
Suprijono
individual. Ada struktur yang memiliki umum
Pembelajaran
adalah bagian dari model
kecil.
Jumlah
kelompok
sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep
yang
dipelajari.
Setelah
pembelajaran kooperatif struktural, yang
kelompok terbentuk guru mengajukan
menekankan
bebrapa pertanyaan yang harus dijawab
khusus
pada
yang
struktur-struktur
dirancang
untuk
oleh
20
tiap-tiap
kelompok.
Beerikan
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
kesempatan kepada tiap-tiap kelompok
jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4)
menemukan jawaban. Pada kesempatan
komunikasi antar anggota, 5) evaluasi
ini
proses kelompok.
tiap-tiap
kelompok
menyatukan
kepalanya “Heads Together” berdiskusi Sedangkan
memikirkan jawaban atas pertanyaan guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor
yang
sama
dari
tiap-tiap
kelompok. Mereka diberi kesempatan
prosedur
model
Together
kelompok.
lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban petanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran
kooperatif.
unsur
dalam
model
pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur
tersebut
yaitu
:
1)
saling
siswa
2. Guru memberikan tugas/pertanayaan dan
masing-masing
kelompok
mengerjakannya 3.
Kelompok
beridskusi
untuk
menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota
kelompok
mengetahui
jawaban tersebut. 4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan
jawaban
hasil
diskusi kelompok mereka. Adapun
Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima
Masing-masing
dalam kelompok diberi nomor.
masing kelompok mendapat giliran
guru dapat mengembangkan diskusi
Heads
1. Siswa dibagi dalam kelompok-
dengan nomor yang sama dari masing-
guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu
Numbered
sebagai berikut :
telah diterimanya dari guru. Hal ini
memaparkan jawaban atas pertanyaan
Huda
(2013:138) mengemukakan
member jawaban atas pertanyaan yang
dilakukan terus hingga peserta didik
Miftahul
pelaksanaan
model
pembelajaran tipe Numbered heads Together (NHT) dalam penelitian ini adalah : 1. Numbering
ketergantungan positif, 2) tanggung
21
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
Dalam langkah ini yang dilakukan
sesuai dengan topik atau tujuan
adalah :
yang akan dicapai.
a. Guru
membagi
menjadi
peserta
didik
kelompok-kelompok
3. Heads Together a. Siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
kecil yang beranggotakan 5 orang dan memberinya mereka nomor,
b. Para siswa berpikir bersama dengan
sehingga tiap siswa dalam tiap
berdiskusi
kelompok memiliki nomor yang
pendapat terbaik dan meyakinkan
berbeda.
bahwa tiap orang mengetahui
b. Melakukan
apersepsi
mengaitkan materi yang dibahas
4. Answering a. Guru menyebutkan (memanggil) suatu nomor dari salah satu
dengan materi yang lalu. c. Mennyampaikan pembelajaran kegiatan
dilaksanakan
kelompok secara acak.
tujuan dan menjelaskan
apa
yang dan
menyatukan
jawaban tersebut.
perihal
materi yang akan dibahas dengan
untuk
b. Siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
akan
tangan.
bagaimana
peran masing-masing siswa.
c. Siswa menyiapkan jawaban untuk seluruh
d. Memotivasi siswa, agar timbul
kelas,ditanggapi
oleh
rasa ingin tahu tentang konsep-
kelompok lain. Hal ini dilakukan
konsep yang akan dipelajari.
oleh
Pada tahapan ini yang dilakukan
sesuai
d. Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul siswa
adalah : penjelasan
diberi kesempatan untuk mencatat
singkat
dan apabila jawaban masih salah,
akan materi pelajaran. b. Mengajukan
kelompok
dengan pertanyaan masing-masing
2. Questioning
a. Memberikan
semua
pertanyaan
guru akan mengarahkan.
kepada
tiap-tiap kelompok. Pertanyaan masing-masing kelompok berbeda
22
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
e. Guru memberikan pujian kepada siswa
atau
kelompok
yang
5 Reflekting
Sumber
data
berasal
dari
informasi guru dan siswa, tempat dan
a. Melakukan refleksi atas hasil kinerja
terhadap
tujuan
membimbing
siswa
berlangsungnya
pembelajaran,
serta
kegiatan
dokumentasi.
c. Siswa diberi kuis untuk dikerjakan untuk
angket, observasi, tes dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah
menyimpulkan materi.
tugas
peristiwa
Teknik pengumpulkan data meliputi
pembelajaran
dan
pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 orang.
menjawab betul.
b. Guru
Akuntansi 1 SMK PGRI 6 Ngawi tahun
diselesaikan
teknik analisis kualitatif dan kuantitatif sederhana
(deskriptif).
Prosedur
penelitian adalah model spiral yang
dirumah
saling berkaitan, seperti diagram berikut :
C. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research)
yang
meliputi
Perencanaa
pentahapan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
rencanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Pengamatan
Materi pelajaran yang disampaikan dari masing-masing
pertemuan
adalah
:
Perencanaa
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional, Peranan Lembaga-lembaga Peradilan,
Refleksi
Siklus II
Sikap Positif terhadap Hukum (Sadar Pengamatan
Hukum) dan Macam-macam Sanksi sesuai Hukum yang Berlaku. Subyek penelitian
adalah
siswa
kelas
?
X
23
Pelaksanaan
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
(Suharsimi
Arikunto,
siswa) termotivasi sedang dan 37,5% (15 siswa) termotivasi tinggi. Prestasi
2010:17)
belajar
yang
diperoleh
rata-rata
mencapai 70. Dimana siswa yang
D. HASIL PENELITIAN
masih berada di bawah KKM sebesar
1. Pra Siklus Pada tahap pra siklus ini guru
20% (8 siswa) dan siswa yang sudah
mengajar dengan metode yang biasa
tuntas atau di atas KKM sebesar 80%
dilakukan, yaitu ceramah bervariasi.
(32 siswa)
Dari
hasil
pengamatan,
maka
diperoleh kesimpulan bahwa suasana
3. Siklus kedua Berdasar pada siklus pertama,
kelas kurang menarik. Ada sebagian siswa yang kurang perhatian dan setelah diadakan angket ternyata motivasi
belajar
mereka
kurang
memuaskan, dimana 35% (14 siswa) termotivasi rendah, 52,5% (21 siswa) termotivasi sedang dan 12,5% (5 siswa) termotivasi tinggi. Sedangkan prestasi belajar diakhir pelajaran menunjukkan capaian rata-rata 65, ini masih di bawah KKM yaitu 70.
model
diadakan
NHT
direncanakan,
penerapan
seperti hasil
yang analisis
menunjukkan motivasi belajar siswa terlihat
mengalami
perbedaan,
dimana 12,5% (5 siswa) tergolong
beberapa
kelemahan
yang
masih ditemui dicarikan solusinya. Diantaranya
masih
ada motivasi
belajar yang rendah, oleh karena itu dilakukan
dengan
memberikan
penjelasan singkat akan arti pentinya materi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana sebagai Warna Negara tidak akan lepas dari Hukum, oleh karena itu kalau tidak mau dipermainkan oleh
2. Siklus pertama Setelah
maka
hukum,
maka
kita
harus
mengetahui sistem hukum maupun peradilan. Selain itu guru senantiasa member
reward/pujian
terhadap
setiap jawaban baik salah maupun benar untuk selanjutnya diarahkan ke sisi normative. Hasil analisis dari siklus kedua
motivasi belajar rendah, 50% (20
24
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
menunjukkan bahwa motivasi belajar
lebih tinggi. Sedangkan capaian hasil
mengalami jauh peningkatan dari
belajar dari siklus pertama rata-rata
siklus pertama. Sebanyak 70% (28
70 dimana masih ada sebagian siswa
siswa) termasuk motivasi belajar
berada di bawah KKM. Setelah
tinggi, 30% (12 siswa) termotivasi
dilanjutkan siklus kedua rata-rata
belajar sedang dan 0% atau tidak ada
menjadi 85 dengan semua siswa
siswa yang termotivasi rendah dari
berada
penerapan Numbered heads Together
demikian
ini. Sedangkan prestasi belajar yang
pembelajaran
dicapai siswa rata-rata sebesar 85 dan
Numbered
semuanya berada di atas KKM.
mampu
Dengan
belajar dan prestasi hasil siswa.
demikian
siklus
dirasa
cukup, karena telah memperoleh
di
atas
KKM.
Dengan
penerapan
model
kooperatif Heads
tipe ini
Together
meningkatkan
motivasi
2. Saran-saran a. Guru diharapkan memahami dan
hasil yang signifikan.
mampu
E. SIMPULAN DAN SARAN-SARAN
menerapkan
model
pembelajaran yang bervariasi dan
1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian
dapat
mempartisipasikan
untuk
meningkatkan
siswa motivasi
siswa dalam pembelajaran.
yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa dengan
b. Peran guru dalam pembelajaran
Numbered Heads Together dapat
kooperatif tipe Numbered Heads
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Together sebagai fasilitator, oleh
Siswa lebih senang dan kerjasama
karena itu hendaknya guru selalu
tercipta
memantau aktivitas siswa dan
sehingga
suasana
kelas dan
membantu seperlunya terhadap
menyenangkan. Dari siklus pertama
siswa-siswa yang memerlukan
motivasi belajar siswa sebagian besar
bantuan.
menjadi
kondusif
tergolong sedang dan pada siklus
c. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti
kedua mengalami perubahan menjadi 25
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol XII No 2 (2013) p16-p26 Pendidikan
diskusi
maupun
pada
saat
Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta : PT Grasindo.
presentasi.
F. PUSTAKA
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press. Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ismail,
2002.
Model-model
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta : Aditya Media. _______, 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
26