UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA KELAS VIIC SEMESTER 2 SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012 Dian Ika Aprilia1, Kriswandani2, Novisita Ratu3 ABSTRAK Pada Kurikulum 2004 kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher centered), perlu adanya model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pada SMPN 7 Salatiga proses pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru sehingga aktivitas siswa dalam kelas masih kurang dan sedikit melibatkan siswa. Hal ini berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa. Upaya mengatasinya, hal yang harus dilakukan adalah menggunakan model pembelajaran yang cocok agar siswa dapat berpikir kritis, kreatif, dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang diambil melalui lembar observasi dan hasil belajar siswa yang diambil melalui tes pada akhir siklus. Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan nilai rata-rata siswasebesar 69.58, prosentase ketuntasan belajar sebesar 71,43 %, dan aktivitas belajar siswa sebesar 56.67%. Hasil penelitian pada siklus 2 nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 85.84, prosentase ketuntasan belajar sebesar 92,86 %, dan aktivitas belajar siswa sebesar 79.75%. Penelitian ini diperoleh simpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIICSMPN 7 Salatiga pada pokok bahasan Segitiga. Saran yang dapat diajukan adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilaksanakan guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa. Kata kunci : pembelajaran kooperatif tipe NHT, materi segitiga, hasil belajar, aktivitas siswa. Pendahuluan Pada pembelajaran matematika di sekolah, seorang siswa seharus memiliki pengalaman belajar yang optimal dan pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas siswa (Sanjaya, 2008). Sayangnya, proses 1
pembelajaran di kelas VIIC SMPN 7 Salatiga selama ini guru masih menggunakan pembelajaran yang belum mengaktifkan siswa secara penuh yaitu ceramah dan tanya jawaban akibatnya kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru, siswa sangat pasif dimana aktivitas belajar siswa hanya duduk, diam, dengar, catat, dan hafal, dan sedikit melibatkan siswa. Selain itu, hasil belajar siswa pun masih sangat memprihatinkan, yaitu dari 28 siswa hanya 8 siswa atau 28.57% yang sudah mencapai nilai di atas KKM. Kondisi tersebut akan memicu rendahnya aktivitas siswa dan berdampak pula pada rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang tepat untuk mengantisipasi masalah tersebut dengan tujuan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada pokok bahasan segitiga. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang paling banyak disarankan karena pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuantujuan bersama (Asma,2006). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa adalah tipe tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi alternatif karena merupakan salah satu tipe yang dapat menjamin keterlibatan total semua siswa untuk beraktivitas dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok karena tipe NHT ini menekankan aktivitas siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertanggung jawab terhadap hasil diskusinya serta dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus terlibat langsung dalam proses pembelajaran (Nur,2005). Ditinjau dari segi proses, penerapan NHT lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pembelajaran koperatif tipe lainnya karena tipe NHT merupakan variasi dari salah satu metode diskusi kelompok yang lebih banyak meminta keaktifan siswa dan hanya menggunakan struktur empat langkah, yakni penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, 2000: 28). Berdasarkan uraian di atas, peneliti meyakini bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat mengatasi rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang meningkat dalam proses pembelajaran diharapkan berdampak pada peningkatan hasil belajar mereka. Untuk memberikan arah penelitian yang jelas, masalah penelitian ini adalah mencoba mendeskripsikan tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe numbered heads 2
together (NHT) pada pokok bahasan segitiga kelas VIIC semester 2 SMPN 7 Salatiga tahun sjaran 2011/2012. Aktivitas Belajar Menurut Hamalik (2003:172) Aktivitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada proses pembelajaran, dimana siswa bekerja atauberperan aktif dalam pembelajaran, dengan demikian siswa tersebut memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek lain tentang apayang ia lakukan. Aktivitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental. Pada kegiatan pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar diperoleh hasil yang maksimal, karena aktivitas sangat bermanfaat bagi siswa dalam mencari pengalaman dan mengalami sendiri sehingga pembelajaran lebih berhasil dan menarik (Sardiman,2010:76). Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana,2005:22). Pada penelitian ini, hasil belajar siswa diperoleh melalui tes atau ulangan, dimana tes dilakukan setelah selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar atau konsep tertentu. Menurut Taksonomi Bloom (dalam Sudjana,2005: 22) secara garis besar klasifikasi hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran, namun hasil belajar afektif dan psikomotor juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2008:194) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat-enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis yang berbeda dan jika dimungkinkan jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda juga (heterogen). Adapun ciri-cici dari pembelajaran kooperatif adalah untuk menuntaskan materi belajarnya, maka siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, apabila siswa dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, 3
suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan (Irianti,2009). Pada pembelajaran kooperatif, terdapat langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Menurut Ibrahim (2000:10) pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan. Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu tipe yang menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok, karena tipe NHT ini menekankan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok paham dan bertanggung jawab terhadap hasil diskusinya maka dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Nur, 2005: 78). Menurut Saminanto (2010: 35) tipe NHT mempunyai enam langkah yaitu pembagian siswa dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor, pemberian tugas, bahan dan alat pada masing-masing kelompok, dimana tugas dapat berupa soal atau pertanyaan langsung dari guru, setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya, pemanggilan salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka, tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, kesimpulan. Metode Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan model PTK Kemmis dan McTaggart, dimana tindakan dan observasi dilakukan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini berlangsung selama dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap berturut-turut perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection). Penelitian berlangsung di Kelas VIIC SMPN 7 Salatiga pada Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan Tindakan dimulai pada bulan bulan Januari – April 2012. Jumlah siswa yang terlibat sebanyak 28 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dimana siswa di 4
kelas ini heterogen dilihat dari kemampuan, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. Data dikumpulkan melalui tes, lembar observasi, dan dokumentasi. Tes hasil belajar berupa Pretest (dilakukan sebelum siswa mempelajari materi segitiga) dan posttest (dilakukan pada akhir setiap siklus terhadap materi segitiga yang telah dipelajari dalam satu kompetensi dasar), lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran, dan dokumentasi berupa video hasil rekaman kegiatan belajar mengajar untuk melakukan refleksi mengenai penguasaan konsep, keterampilan, dan sikap siswa sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus 2. Hasil dan Pembahasan Penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus 1 dibagi dalam tiga kali pertemuan dan siklus 2 dibagi dalam dua kali pertemuan. Satu kali pertemuan selama 2 x 40 menit (80 menit). Gambaran hasil penelitian ini diuraikan seperti berikut ini. Pra Siklus Hasil pretest (tes pra siklus) yang dilakukan dapat terlihat bahwa hasil pretest nilainya masih memprihatinkan yaitu dari 28 siswa hanya 8 siswa atau 28.57% yang mencapai nilai di atas KKM atau tuntas, sedangkan 20 siswa lainnya atau 71.43% mendapatkan nilai di bawah KKM atau belum tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya guru masih menggunakan pembelajaran yang belum mengaktifkan siswa secara penuh yaitu ceramah dan tanya jawab sehingga kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan aktivitas siswaselama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung juga hanya duduk, diam, dengar, catat saja yang mengakibatkan materi lekas terlupakan oleh siswa serta siswa selalu bekerja atas permintaan guru dan menurut cara yang ditentukan guru sehingga proses pembelajaran tidak mendorong siswa untuk befikir dan beraktivitas. Hasil aktivitas belajar siswa pada pra siklus hanya mendapatkan prosentase aktivitas belajar sebesar 30% saja. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar masih rendah sehingga diperlukannya upaya yang tepat untuk merperbaikannya yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siklus 1 Pada siklus 1 terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu siswa yang tuntas belajar adalah 20 siswa atau 71,43%, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar adalah 8 siswa atau 28,57%. Meskipun hasil belajar pada 5
siklus I ini telah terjadi peningkatan dari pra siklus, akan tetapi hasil belajar pada siklus 1 belum mencapai batas ketuntasan yang sudah ditetapkan yaitu 75%. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan aktivitas belajar siswa sudah lebih baik dari pada pra siklus. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari siswa dapat fokus dan serius dalam menerima pelajaran dengan baik, siswa sering bertanya jawab dengan temannya apabila mendapati hal-hal yang kurang jelas, dan siswa mau mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. Pada saat kerja kelompokpun menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu, meningkatnya diskusi dan tanya jawab antar teman dalam kelompok meskipun siswa belum dapat maksimal dalam berdiskusi kelompok, serta siswa berani maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Memasuki akhir pembelajaran, siswa dapat membuat kesimpulan tentang materi yang dibahas meskipun siswa belum dapat membuat kesimpulan dengan bahasanya sendiri. Meskipun demikian, pada siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yaitu siswa belum aktif dan takut untuk bertanya/menjawab pertanyaan dari guru sehingga siswa yang aktif bertanya/menjawab pertanyaan dari guru masih didominasi oleh siswa yang sama dan siswa kurang aktif dalam berpendapat/menanggapi guru dan temannya. Siswa belum memaksimalkan aktivitasnya dalam berdiskusi kelompok karena siswa belum dapat saling bertukar pikiran atas jawaban dengan teman sekelompoknya sehingga tidak dapat menyatukan jawaban antar temannya dan siswa belum dapat membagi tugas dengan teman sekelompoknya sehingga dalam menyelesaikan tugas masih didominasi oleh siswa yang pandai saja, sedangkan siswa yang lainnya hanya diam dan melihat saja. Pada saat melakukan presentasi, hanya beberapa siswa yang mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan baik akan tetapi, ada siswa yang merasa gugup ketika nomornya terpanggil untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sehingga dalam penyampaian hasil diskusi kurang terdengar jelas oleh siswa lain. Kekurangan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran tersebut perlu adanya perbaikan dengan memberikan dorongan motivasi kepada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, menyatukan pendapat, tidak boleh mengganggu teman serta melakukan diskusi secara aktif dan memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru harus mampu memberi perhatian serta motivasi 6
terhadap kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada siklus 2 Hasil aktivitas belajar siswa pada siklus 1 diperoleh rata-rata prosentase aktivitas siswa yaitu 56.67% dan masuk pada kriteria cukup baik. hasil aktivitas belajar siswa ini belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 75%. Siklus 2 Pada siklus 2 terjadi peningkatan kembali hasil belajar siswa yaitu siswa yang tuntas belajar adalah 26 siswa atau 92,86%, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar adalah 2 siswa atau 7,14 %. Hasil belajar pada siklus 2 ini telah mencapai batas ketuntasan yang sudah ditetapkan yaitu 75%. Hal ini dikarenakan selama pembelajaran siswa sudah terlibat penuh dalam belajar dan aktivitas siswa pun sudah maksimal dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dari siswa aktif dalam bertanya/menjawab, aktif berpendapat/menanggapi guru maupun temannya dan tidak didominasi oleh siswa yang sama sehingga semua siswa dapat terlibat aktif. Semua siswa juga terlihat mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru tanpa guru menyuruhnya. Pada saat berdiskusi kelompok, siswa lebih memaksimalkan aktivitasnya dalam berdiskusi kelompok dan mampu berdiskusi kelompok dengan baik, ini ditunjukkan dari setiap kelompok siswa dapat bekerja sama dengan baik, mulai terbiasa bahkan menerima teman sekelompoknya tersebut dengan baik, saling bertanya jawab, saling menjelaskan, saling bertukar pikiran atas jawaban dengan teman sekelompoknya dengan baik sehingga dapat menyatukan jawaban antar temannya dan membagi tugas dengan teman sekelompoknya dengan tanggung jawab yang sama sehingga dalam menyelesaikan tugas, semua anggota dalam kelompok dapat ikut serta dalam menyelesaikan tugas. Pada saat melakukan presentasi, semua siswa yang maju untuk melakukan presentasi dapat melakukan presentasi dengan baik di depan kelas yaitu siswa sudah percaya diri, antusias dan berbicara dengan keras dan jelas. Hal ini menandakan bahwa siswa mulai aktif dan selalu terlibat langsung dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT. Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut dipengaruhi oleh adanya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik dan adanya motivasi serta minat belajar siswa yang tinggi. Selain itu, belajar kelompok juga sangat diperlukan agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan 7
dalam pembelajaran NHT bahwa siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan/tugas danmeyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Hasil aktivitas belajar siswa pada siklus 2 diperoleh rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa yaitu 79.75% dan masuk pada kriteria baik. Rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa pada siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 75%. Meningkatnya Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan hasil pengamatan sebelum diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT dan setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat diketahui bahwa pada pra siklus ke siklus 1 ke siklus 2 telah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa yang signifikan. Hal ini di tunjukkan, terjadi peningkatan rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa yaitu pada pra siklus hanya sebesar 30% dengan kriteria sangat kurang baik, kemudian pada siklus 1 aktivitas belajar siswa meningkat menjadi sebesar 56.67% dengan kriteria cukup baik, dan pada siklus 2 meningkat menjadi sebesar 79.75% dengan kriteria baik. Pada siklus 1 ini terlihat bahwa rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 75%, namun pada siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan yang telah diharapkan yaitu 75%. Melihat peningkatan rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa yang terlihat pada siklus 1 ke siklus 2 maka dapat dikatakan siswa sudah dapat memaksimalkan aktivitasnya dan semua siswa sudah dapat terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung baik saat proses pembelajaran berlangsung, saat bekerja kelompok, maupun saat melaporkan hasil kerja kelompok. Hal tersebut dilihat pada gambar di bawah ini : 100.00%
56.67%
30%
79.75%
0.00% pra siklus siklus 1
siklus 2
Perbandingan Rata-Rata Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Meningkatnya Hasil Belajar Siswa Secara keseluruhan kita lihat pada hasil belajar pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi segitiga yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT akan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, sehingga pada siklus 2 dapat dikatakan sudah memenuhi indikator yang sudah ditetapkan. Berikut ini 8
adalah perbandingan nilai tes, nilai rata-rata, dan ketuntasan belajar klasikal pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 : Perbandingan Nilai Tes Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
PRA SIKLUS, SIKLUS 1, DAN SIKLUS 2
100 80 60 40 20 0
KKM
1
3
5
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 pra siklus siklus 1 siklus 2 100 50 0
61.07 69.58
85.84
pra siklus 1 siklus 2 siklus Perbandingan Nilai Rata-Rata Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus 2 100.00% 50.00% 0.00%
92.86% 28.57% 71.43% pra siklus siklus 1 siklus 2
Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Pra Siklus,Siklus 1 dan Siklus 2
Pembahasan Selama proses pembelajaran berlangsung, hal baru yang ditemukan adalah siswa mampu berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran seperti aktif bertanya, menjawab, berpendapat, maupun menanggapi guru dan temannya. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, siswa terlihat semangat dan antusias dalam berdiskusi, berkomunikasi dengan teman sekelompoknya dengan baik, mau dan mampu menggali informasi melalui diskusi kelompok, bertukar pendapat dengan teman dalam kelompoknya, membagi tugas dengan teman sekelompoknya, mampu menyatukan pendapat atau ide kemudian mengambil keputusan yang dianggap paling tepat, dan mampu melakukan presentasi dengan baik. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran koopertif tipe NHT yaitu prosentase aktivitas belajar siswa sebelum tin dakan siklus 1 sebesar 30% 9
(sangat kurang baik), pada siklus 1meningkat sebesar 56.67% (cukup baik) dan di siklus 2 meningkat sebesar 79.75% (baik) dan Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran koopertif tipe NHT yaitu ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan hanya sebesar 28.57% kemudian pada siklus 1 meningkat sebesar 71.43% dan pada siklus 2 kembali meningkat sebesar 92.86%. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka terdapat beberapa saran yaitu guru sebaiknya menggunakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk bekerja sama dan melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan siswa dalam berfikir dan bekerja sama secara berkelompok. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan oleh calon guru atau guru matematika adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT. para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi yang lain untuk meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar matematika. Daftar Pustaka Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Irianti. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Program Linear Melalui Pembelajaran Tipe NHT Untuk Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara. Jurnal Didaktika. Tahun.1, No. 1, 146 – 162. Nur, Mohammmad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur : Depsiknas Dirjen Dikwaen. Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK : Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : RaSAIL Media Group. Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Sardiman. 2010. Interaksi Dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 10