“ MENGUKUR PENCAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN PERTANIAN” TAHUN 2010-2014 Membangun membutuhkan pondasi yang kuat, untuk menopang bangunan itu sendiri mebutuhkan pilar pilar penunjang yang kokoh, membangun juga membuat landasan yang berujung dalam bentuk kesejahteraan. Membangun Ketahanan pangan tidak hanya mampu menyediakan pangan yang cukup bagi peduduknya tetapi juga mampu menggerakan perekonomian nasional , arah kebijakan yang jelas dan strategi yang di tempuh hingga terwujudnya kesejahteraan rakyat yang berbasis pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan. melihat pencapaian pencapaian target yang telah dimplementasikan, bisa menjadi acuan dalam memacu semangat, dalam kegiatan kementrian yang baru dalam program swasembada pangan Padi, Jagung Kedele serta swasembada daging sapi. Dalam rentang waktu 5 tahun dalam mewujudkan kesejahteraan petani kementrian pertanian mengimplementasikan 4 target pembangunan pertanian meliputi : 1. Peningkatan swasembada berkelanjutan padi, jagung kedelai, gula dan daging sapi. 2. Peningkatan diversifikasi pangan 3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor 4. Peningkatan kesejahteraan petani Dalam 5 tahun terakhir kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional selama priode 2010-2013, kontribusi pertanian mencapai 15% per tahun. Sub sektor tanaman pangan merupakan kontributor terbesar terhadap PDB sektor pertanian dengan kontribusi rata rata 13%, dan sub sektor peternakan sebesar 12%. Investasi disektor pertanian primer dari penanaman modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan rata rata sebesar 15,43% per tahun. Dalam 5 tahun terakhir nilai ekspor produk pertanian mencapai US$ 152,91 milyar, sementara nilai impor produk pertanian mencapai US$ 66,76 milyar. Dengan demikian neraca perdagangan produk pertanian surplus sebesar US$ 86,15 milyar. Nilai Tukar Petani (NTP) selama periode 2010- 2013 memperlihatkan kecenderungan yang meningkat setiap tahunya yaitu dari 101, 77 pada tahun 2010 menjadi 104,95 pada tahun 2013. Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin dipedesaan atau pada sektor pertanian menurun dengan laju sebesar 3,69% per tahun. Kecuali Kedelai, umumnya Padi, Jagung, gula dan daging sapi telah mengalami peningkatan, kedelai belum mencapai swasembada karena perluasan tanaman yang kurang tapi laju pertumbuhannya tumbuh positif. Periode 2010-2014 pertumbuhan produksi Padi 1,30% per tahun, Jagung 0,46% per tahun, gula hablur 3,31% per tahun, daging sapi dan kerbau 7,5% per tahun. Selain komoditas pangan utama tersebut komoditas lain produksinya tumbuh positif, yaitu daging unggas 2,81% per tahun, telur 7,80% per tahun, buah buahan 1,15% per tahun, sayuran 3,38% per tahun, kelapa sawit 7,46% per tahun, karet 4,11% per tahun, kelapa 0,64% pertahun dan kopi 0,3% pertahun. Produksi padi pada tahun 2010 tercatat 66,47 juta ton GKG meningkat menjadi 69,87 juta ton pada tahun 2014, setara dengan beras 39,28 juta ton. Dengan tingkat konsumsi pada tahun 2014 sebesar 35,08 ton beras, maka pada tahun 2014 tercapai surplus sebesar 4,2 juta ton (Data BPS). Dalam mendukung upaya peningkatan tersebut selama kurun waktu 2010-2014 telah dicetak sawah baru seluas 235.494 ha, optimalisasi sawah seluas 706.567 ha dan perbaikan jaringan irigasi seluas 1.885.566 ha. Membangun ketahanan Pangan Strategi dan kebijakan pertanian diarahkan untuk mencukupi pangan bangsa, meningkatkan daya saing dan mewujudkan kesejahteraan petani. Ada dua pokok dalam mencukupi pangan bangsa yaitu, meningkatkan produksi dan diversifikasi. Program diversifikasi pangan ini juga disertai dengan perbaikan pola konsumsi pangan yang bergam, bergizi seimbang dan aman, yang ditunjukan oleh
semakin meningkatnya pola pangan harapan. Selain upaya peningkatan produksi komoditas pertanian dan diversifikasi, Kementan secara konsisten dan terus menerus berupaya meningkatkan mutu hasil, meningkatkan nilai tambah dengan mengembangkan agroindustri pedesaan, seperti mengembangkan pengolahan berbagai komoditas pertanian dan terus memberikan pelayanan informasi pasar domestik dan internasional sampai mencari trobosan ekspor, dalam rangka meningkatkan daya saing. Dalam rangka penganekaragaman konsumsi pangan, kementrian pertanian telah mengembangkan kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dengan memanfaatkan lahan pekarangan sebanyak lebih dari 12.000 unit yang tersebar diseluruh provinsi. Potensi lahan pekarangan Indonesia mencapai 10,3 juta ha sangat potensial untyk mewujudkan ketahanan pangan keluarga. Upaya ini juga sejalan dengan upaya untuk mengurangi inflasi oleh beberapa produk pertanian seperti cabai. Melalui pengembangan KRPL tersebut setiap rumah tangga masyarakat mampu mengurangi pengeluarannya sebesar Rp. 825.000,-/rumah tangga per bulan. Pengembangan pertanian juga dikembangkan konsep kawasan yang ditujukan untuik memenuhi skala ekonomi serta memeberikan nilai ekonomi masyarakat yang lebih tinggi. Produk komoditas baik sayuran, pangan lokal seperti umbi umbian, tanaman obat keluarga (TOGA), ternak unggas, kelinci serta jenis ternak lainnya. Dalam penelitian pengembangan inovasi dan teknologi, Kementrian Pertanian telah menghasilkan berbagai varietas unggul (VUB) dan beragam inovasi dan tekhnologi pendukungnya, dalam mendukung pencapaian peningkatan produksi dan produktivitas pangan, selama periode 2010-2014 telah dihasilkan 49 VUB padi dengan produktivitas 8-12 ton /ha, 14 VUB jagung dengan produktivitas 10-13 ton/ha, 2 VUB Kedelai 2-3 ton/ha. Teknologi pendukung yang telah dihasilkan untuk meningkatkan produksi pertanian, antara lain : sistem Kalender Tanam (Katam) sebagai pedoman pertanaman padi, jagung dan kedelai ; sistem tanam jajar legowo yang dapat meningkatkan hasil sebesar 13,83%, alat mesin untuk tanaman (transplanter) untuk mempercepat waktu dan menurunkan biaya tanam; serta mesin panen padi (combine harvester) yang dapat menurunkan susut hasil hingga 1,87%. Sebagian besar produksi pangan selama periode Tahun 2010-2014 mengalami peningkatan bahkan untuk beras , produksinya lebih besar dibanding kebutuhan, sehingga mencapai surplus. Besarnya surplus beras pada tahun 2010 sebesar 4,31 juta ton, tahun 2011 sebesar 3,92 juta ton, Tahun 2012 sebesar 5,79 juta ton dan Tahun 2013 sebesar 5,51 juta ton. Sehingga besar surplus tersebut disimpan di gudang gudang masyarakat. Tabel 1 : Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Tahun 2010-2014 Tahun Uraian 2010 2011 2012 2013 Produksi Padi (000 Ton GKG ) Produksi Beras (000 Ton ) Konsumsi Beras (000 Ton ) Surplus/Defisit (000 Ton)
66.469 37.371 33.056 4.315
65.757 36.962 33.045 3.917
69.056 38.823 33.035 5.788
71.291 40.080 34.568 5.512
2014*) 69.871 39.284 35.089 4.195
Keterangan : Produksi Padi Tahun 2010-2013= ATAP, tahun 2014*) = ARAM 1 BPS-RI
Pembanguanan pertanian juga menghadapi permasalahan mendasar, yaitu menurunnya rata rata luas pemilikan lahan di ikuti dengan meningkatnya ketimpangan distribusi pemilikan lahan khususnya untuk agroekosistem persawahan di Jawa. Status penguasaan lahan oleh sebagia besar petani belum memiliki legalitas yang kuat dalam bentuk sertifikat, sehingga lahan belum bisa dijadikan sebagai jamianan untuk memperoleh modal usaha melalui perbankan.
Konvensi lahan sawah ke non sawah terjadi disemua wilayah, baik disekitar kota besar maupun kecil dan bahkan ke desa desa. Konvensi lahan pertanian terutama lahan sawah tidak hanya menyebabkan kapasitas produksi pangan turun, tetapi merupakan salah satu bentuk kerugian investasi, degradasi agro ekositem, degradasi tradisi dan budaya pertanian dan merupakan salah satu sebab semakin sempitnya luas garapan usahatani serta turunya kesejahteraan petani sehingga kegiatan usaha tani yang dilakukan petani tidak dapat menjamin tingkat kehidupannya yang layak baginya. Untuk menghambat laju konvensi lahan, kementrian pertanian telah menerbitkan Empat Peraturan Peemerintah sebagai tindak lanjut dari Undang Undang No. 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelajutan, yaitu Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Perrtanian Pangan Berkelanjutan, Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dari satu Undang Undang dan Empat Peraturan Pemerintah, dalam pelaksanaannya perlu adanya Peraturan Daerah (PERDA), tanpa adanya perda oleh Kepala Daerah Undang Undang dan Peraturan Pemerintah tidak bisa dilaksanakan, bahkan diperediksi lahan pertanian padi seluas 2 juta ha , terancam hilang dalam beberapa tahun ke depan karena konvensi lahan untuk kepentingan non pertanian.
Pangan Asal Hewani Indonesia memiliki ternak asli yang merupakan Sumber Daya Genetik (SDG) seperti sapi Bali, sapi peranakan Ongole (PO), Sapi Sumba Ongole (SO), sapi Madura, sapi Aceh, sapi Pesisir dan sapi persilangan hasil inseminasi buatan. Untuk ternak rumansia kecil seperti kambing dan domba keberadaannya banyak di masyarakat. Pertumbuhan Produksi komoditas peternakan selama 2010-2014 cukup baik antara lain ditunjukan dengan peningkatan produksi daging sapi 7,82% per tahun dengan estimasi produksi sampai tahun 2014 sebesar 624 ribu ton meat yield sapi lokal, daging ayam buras 2,38% per tahun, telur 7,80% dan susu segar 2,67% per tahun. Tabel : Produksi Komoditas Peternakan Tahun 2010-2014 2010 No
Komoditas
2011
2012
20131)
2014 2)
Pertumbuhan rata rata 2010-2013 (%) 7,82 3,68 -0,27
(ribu ton) Daging Sapi 436 485 509 505 540 Daging Kerbau 36 35 37 38 41 Daging 114 113 110 106 112 Kambing/Kerbau 4 Daging Babi 212 225 232 298 311 5 Daging Ayam Buras 268 265 267 320 332 6 Daging Itik 26 28 30 32 32 7 Telur 1.380 1.480 1.629 1.728 1.813 8 susu 909 975 960 787 798 Keterangan : 1) Angka Tetap, 2) Angka sementara, 3) Produksi berupa karkas dari pemotongan. 1 2 3
5,09 2,38 6,06 7,80 2,67
Untuk mencapai swasembada daging sapi, kementerian Pertanian telah melakukan intensifikasi Peternakan yang meliputi Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB) dan intensifikasi
Kawin Alam (InKa), Swasembada semen, Pejantan Unggul dan Embrio, Uji Zuriat dan Penggemukan sapi, Pengembangan Hijauan Pakan Ternak dan Perluasan Areal Pengembalaan. Pengembangan peternakan berbasis padang pengembalaan dikawasan Bomberay, kabupaten Fak Fak, Propinsi Papua Barat dilakukan melalui perbaikan padang pengembalaan seluas 1.100 ha, melalui inprovmen rumput lokal setempat dengan jenis rumput Brachiaria humideicola (BH), Brachiaria decumben (BD) dan penanaman legum pohon gamal (Gliricidia sepium ). Selain memperbaiki vegetasi pada padang pengembalaan sebagai sumber pakan pada awal pemeliharaan dibuat kebun rumput produksi seluas 90 ha, Kebun rumput ini akan menjadi sumber cadangan pakan bagi ternak yang di gembalakan. Pada Tahun 2011 telah terdapat 4 ekor pejantan unggul sapi FH hasil uji zuriat yaitu Farrel, Fimore, Bullionary dan Formery. Pada tahun 2012 didapatkan pejantan unggul sapi perah Indonesia sebanyak 4 ekor yaitu Fokker, Flaunt, Florean dan Hostormsy. Pejantan unggul tersebut telah dimanfaatkan oleh BBIB Singosari dan BIB Lembang untuk memproduksi semen beku dalam rangka meningkatkan mutu genetik sapi perah Indonesia yang adaftif dengan lokasi lingkungan. Komoditas Hortikultura Jenis komoditas yang diprioritaskan komoditas buah buahan Unggulan Nasional antara lain; Mangga, Manggis, Durian, Jeruk dan Rambutan serta unggulan daerah yang mempunyai pangsa pasar yang baik. Produksi komoditas buah buahan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, rata rata pertumbuhan untuk komoditas buah buahan dari Tahun 2010-2013 sebesar 1,15%. Tabel 3 : Data Produksi Komoditas Buah Unggul Hortikultura Tahun 2010-2014 Produksi (000 ton ) % Komoditas Pertumbuhan 2010 2011 2012 2013 2014*) rata rata Durian 492 884 888 759 824 8,66 Jeruk 2.029 1.819 1.612 1.655 2.328 0,41 Mangga 1.287 2.131 2.131 2.193 2.439 13,82 Manggis 85 118 118 140 157 0,22 Nanas 1.406 1.541 1.541 1.837 1.818 6,06 Pisang 5.755 6.133 6.133 6.279 7.236 3,95 Salak 750 1.082 1.082 992 981 5,17 Sumber : BPS Keterangan : *) Angka prognosa per Agustus 2014
Produksi komoditas sayuran cenderung mengalami peningkatan setiap tahunya, rata rata pertumbuhan untuk komoditas sayuran dari Tahun 2010-2013 sebesar 3,38%. Komoditas sayuran unggulan hortikultura terdiri dari komoditas Bawang merah, cabai dan kentang. Tabel 3 : Data Produksi Komoditas Sayuran Unggulan Hortikultura Tahun 2010-2014 Produksi (000 ton ) % Komoditas Pertumbuhan 2010 2011 2012 2013 2014*) rata rata Bawang Merah 1.049 893 964 1.011 1.200 2,40 Cabai 1.329 1.483 1.657 1.726 1.628 2,94 Kentang 1.061 955 1.094 1.124 1.165 2,55 Sumber : BPS dan Pusdatin diolah Keterangan : *) Angka prognosa per Agustus 2014 Perkembangan Produksi komoditas florikultur (Anggrek dan Krisan) dari Tahun 20102014 cenderung pertumbuhannya meningkat. Komoditas Anggrek rata rata pertumbuhannya meningkat sebesar 0,83%, dan untuk komoditas krisan rata rata pertumbuhannya menurun sebesar 4,11%. Sedang untuk tanaman obat mengalami pertumbuhan rata rata sebesar 2,93%. Tabel 3 : Data Produksi Komoditas Buah Unggul Hortikultura Tahun 2010-2014
Komoditas
2010
Produksi (000 tangkai ) 2011 2012 2013*)
Anggrek 14.050 15.490 20.278 Krisan 185.233 305.868 387.209 Tanaman Obat 419 398 561 (000 ton) Sumber : BPS dan Pusdatin, Diolah Ket : *) Data Produksi adalah Angka sementara **) Angka renstra Hortikultura
20.278 387.209 541
2014
**)
20.404 321.045 520
% Pertumbuhan rata rata 0,83 -4,11 2,93
Kelembagaan Pertanian Daalam rangka menoingkatkan keterampilan dan kapasitas, kementerian Pertanian telah melakukan upaya upaya sebagai berikut : 1) Memperbanyak jumlah kelompok tani dan gabungan kelompok tani. 2) Memberikan bimbingan dan pendampingan teknis untuk memperkuat kemampuan baik dari segi aspek budidaya maupun dalam aspek pemasaran. 3) Memperluas jenis kelompok tani sesuai dengan bidang usaha, misalnya kelompok pengendalian Hama terpadu, Inseminasi buatan, Perhimpunan Petani Pemakai Air dan Usaha Pengembangan Jasa Alsin (UPJA). 4) Memperkuat modal usaha bagi kelompok/gabungan kelompok melalui pemberian modal dan memperkuat jaringan kelompok tani dengan Penyuluh lapangan; dan
5) Meningkatkan kemampauan majemen kelompok, mencakup aspek budidaya (produksi komoditas ) Penyediaan prasarana dan sarana produksi serta penangan pasca panen dan pemasaran hasil pertanian. Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan Agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompok tani yang berkembang bergambung dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN). Tabel : Rekapitulasi Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Per Wilayah. NO Wilayah Kelompok Tani (POKTAN) Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN ) Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Poktan Anggota Poktan Anggota 1 Sumatra 106.213 2.099.228 9.209 1.289.366 2 Jawa 107.296 5.962.797 18.054 5.163939 3 Bali & Nusa Tenggara 20.603 647.915 2.453 453.174 4 Kalimantan 24.460 622.775 3.135 432.705 5 Sulawesi 53.153 931.908 4.407 670.047 6 Maluku, Maluku 6.728 115.757 374 50.996 Utara, Papua dan Papua Barat Total 318.453 10.380.380 37.632 8.060227 Pembinaan Poktan dan Gapoktan melalui kegiatan : (1) Penumbuhan dan pengembangan poktan dan Gapoktan, (2) Pendampingan dan Penyusunan rencana kegiatan poktan dan gapoktan, (3) Rembug rembug petani/Poktan/Gapoktan di Kecamatan, (4) Forum forum Penyuluhan Pertanian Pedesaan, (5) Advokasi penumbuhan dan pengembangan POSLUHDES, (6) Fasilitas Penilaian Poktan Dan Gapoktan berpretasi dan (9) Pemberdayaan petani di luaR lokasi SL-PTT. Salah satu bentuk pembinaan Poktan dan Gapoktan adalah pembinaan dengan dukungan Bank Dunia melalui proyek Farmer Extension Agriculture and Technology Information (FEATI) dengan merancang petani sebagai wahana pembelajaran petani dalam pengembangan agribisnis di pedesaan bersekala ekonomi dengan kegiatan utama berupa fasilitas peningkatan akses petani terhadap , Teknologi, informasi, Permodalan, Sarana Produksi dan Kemitraan Usaha yang terkait dengan pengembangan usaha taninya.
Penutup Pada setiap periode Pembangunan Pertanian akan selalu ada tantangan dan permasalahan. Tantangan dan Permasalahan yang dihadapi saat ini dan ke depan dalam pembangunan yang menonjol adalah : 1. Meningkatnya Permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. 2. Adanya perubahan iklim global yang berdampak pada perubahan sistem Usahatani 3. Sempitnya garapan dan status kepemilikan lahan 4. Konversi lahan pertanian ke non pertanian 5. Rusaknya infrastruktur jaringan irigasi 6. Terbatasnya infrastruktur tranfottasi dan perhubungan 7. Persyaratan agunan keridit KKPE berupasertifikat tanah 8. Sulitnya mendapatkan permodalan 9. Menurunnya minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian , dan 10. Semakin menyusutnya jumlah penyuluh. Dalam rangka menyiapkan landasan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian ke depan, Kementrian Pertanian telah menerbitkan buku strategi Induk Pembangunan Pertanian(SIPP) 2015-2045. Konsep dan pendekatan pembangunan pertanian ke depan berdasarkan pada paradigma pertanian untuk pembangunan. Dalam inplementasinya, pembangunan pertanian kedepan mempokuskan pada sistem Pertanian – Bioindustri Berkelanjutan. Berbagai target output yang belum bisa tercapai akan dioptimalkan upaya pencapaiannya hingga akhir tahun 2014 ini. Diharapkan asumsi asumsi program pendukung dari sektor industri, perdagangan serta infrastruktur dan lahan yang belum terlaksana pada tahun 2010-2014 dapat dilaksanakan pada periode tahun 2014-2019 yang akan datang. Situasi masysarakat yang setabil dan mendapatkan informasi yang faktual sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi upaya pencapaian target pembangunan, khususnya bagi peningkatan kesejahteraan Petani. Sesuai dengan amanat Undang Undang No. 18 Tahun 2012 dalam rangka mencapai Ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan. Ketersediaan Pangan yang cukup merata, keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien serta konsumsi yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal. Bogor 27 April 1952 dalam acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Fakultas Pertanian, Universitas Indonesia di Bogor. Presiden Soekarno dalam pidatonya mengatakan,”……….., apa saya hendak katakan itu, adalah amat penting, bahkan mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita di kemudian hari …….oleh karena, soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal persediaan makanan rakyat”.
Di Intisarikan dari Buku “Membangun Ketahanan Pangan Mewujudkan Kesejateraan Petani” Oleh : Affan Raffandi Penyuluh Pertama BPTP Jakarta