MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT SUNSON TEXTILE MANUFACTURER TBK MELALUI ANALISIS RASIO-RASIO KEUANGAN
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh: Reni Susanti B12.2010.01732
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Reni Susanti
NIM
:
B12.2010.01732
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
:
Akuntansi S-1
Judul Skripsi
:
MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT SUNSON TEXTILE
MANUFACTURER
TBK,
MELALUI
RASIO-RASIO KEUANGAN Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiant, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. Semarang,
Juni 2014
Penulis Materai Rp. 600
(Reni Susanti)
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Reni Susanti
NIM
: B12.2010.01732
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi S-1
Judul Skripsi
: MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT SUNSON TEXTILE MANUFACTURER TBK MELALUI RASIO-RASIO KEUANGAN
Dosen Pembimbing
: Natalistyo T.A.H, SE,MSi
Semarang,
Juni 2014
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dosen Pembimbing
(Dr, Agus Prayitno)
(Natalistyo TAH SE, MSi)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
: Reni Susanti
NIM
: B12.2010.01732
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi S-1
Judul Skripsi
: MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT SUNSON TEXTILE MANUFACTURER TBK, MELALUI RASIO-RASIO KEUANGAN
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal ………………… Tim Penguji : 1. Natalistyo TAH, SE,MSi
(………………………………..)
2. Juli Ratnawati SE, MSi
(………………………………..)
3. Ririh Dian Pratiwi, SE,MSi
(………………………………..)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “Kegagalan adalah suatu kepastian, sedangkan kesuksesan adalah suatu pembuktian akan usaha dan kerja keras” “Jika keterpurukan menghampiri, maka jangan biarkan hal itu mengambil alih atas diri anda. Yang harus dilakukan hanyalah bekerja keras untuk mengeyahkan keterpurukan, hingga akhirya semua akan kembali baik seperti semula” Skripsi ini kepersembahkan untuk :
1. Bapak dan mamak tercinta yang selalu memberikan doa untukku 2. Kakak-kakak dan kedua adikku tercinta, terutama untuk kakak perempuanku Puji Lestari yang telah mendukungku selama ini, baik materi maupun non materi. 3. Sahabat-sahabat yang kusayangi 4. Almamaterku Universitas Dian Nuswantoro
v
ABSTRACT
Every business activity carried by a company must have a financial report. It show that financial condition of the company's performance during a particular period. Also can be used for decision making in the future. Financial performance can be measure through financial ratio analysis, among other things liquidity ratios , solvency ratios , activity ratios and profitability ratios. This research was conducted on liability company, namely PT Sunson Textile Manufacturer Tbk, and using secondary data in the form of financial statements in 2010 until 2013. The results obtained after the measurement of financial performance at PT Sunson Textile Manufacturer by measuring the ratio of liquidity over the current ratio and quick ratio decreased , the cash ratio had been fluctuated , and inventory to working capital increases . Solvency ratio for measuring debt to asset ratio and debt to equity ratio is likely to increase . Activity ratio measurements of receivable and inventory turnover had been fluctuated , measurement working capital turnover increase . Ratios Profitability with the measurement of gross profit and net profit fluctuated , ROI and ROE are also fluctuanted. Keywords : Likuidity ratios, Solvency Ratios, Activity Ratios, and Profitability Ratios
vi
ABSTRAKSI
Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh setiap perusahaan, wajib membuat laporan keuangan. Laporan keuangan ini menunjukkan kondisi dari kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu, selain itu juga dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Untuk mengukur kinerja keuangan melalui analisis rasio keuangan di antaranya menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perseroan yaitu PT Sunson Textile Manufacturer Tbk dan menggunkan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahun 2010 hingga 2013. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengukuran kinerja keuangan PT Sunson Textile Manufacturer dengan rasio likuiditas atas pengukuran current ratio dan quick ratio menurun, cash ratio cenderung berfluktuatif, dan inventory to working capital meningkat. Rasio solvabilitas atas pengukuran debt to asset ratio dan debt to equity ratio cenderung meningkat. Rasio Aktivitas atas pengukuran receivable turn over dan inventory turn over fluktuatif, pengukuran working capital turn over meningkat . Rasio Profitabilitas dengan pengukuran gross profit dan net profit cenderung fluktuatif, ROI dan ROE juga fluktuatif. Kata kunci : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas
vii
KATA PENGANTAR Segala bentuk puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat serta hidayahnya, akhirnya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT SUNSON TEXTILE MANUFACTURER TBK, MELALUI RASIO-RASIO KEUANGAN. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program sarjana (S1) pada program sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari bahwa, di dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai kesulitan, namun dengan adanya banyak pihak yang membantu serta mendukung bahkan memberikan bimbingan dan arahan secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, maka dengan kerendahan hati dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Natalistyo T.A.H, SE, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktu, perhatian, saran, bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Edi Noersasongko M.KOM selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro. 3. Bapak Dr. Agus Prayitno selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
viii
4. Bapak Yulita Setiawanta SE, MSi selaku wali dosen peneliti dan juga sebagai Ketua Program Studi Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. 5. Ibu Juli Ratnawati SE, MSi selaku dosen penguji peneliti, terimakasih untuk saran dan kritikan yang telah diberikan 6. Ibu Ririh Dian Pratiwi SE,MSi selaku dosen penguji peneliti, terimakasih untuk saran dan kritikan yang telah diberikan 7. Segenap Dosen pengajar, staf dan tidak lupa seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uiversitas Dian Nuswantoro, saya ucapkan terimakasih atas segala bentuk dedikasinya selama ini. 8. Kedua orangtuaku yang jauh Jambi tapi begitu dekat di hatiku, terimakasih atas segala bentuk kepercayaan, dukungan serta doa yang telah diberikan selama peneliti menempuh pendidikan. 9. Untuk kakak permpuanku Puji Lestari, terimakasih banyak untuk setiap tetes keringat yang telah kau korbankan demi masa depanku yang lebih baik. 10. Terimakasih juga, untuk kakak-kakakku lainya, Darmanto, Rubiyanto, Setya Ratna Sari, dan juga untuk ke dua adikku Febri Wijayanti dan Ginonji Retno jinoli, dukungan kalian semua membuatku tetap bertahan di setiap kesulitan. 11. Teman-teman kos Sadewa 4 No 1 : Siti, Ilu, Desi, Endri, Mbak Ulfa, Ika, Lia, Yuni, Frita, Mbak Kris, Lia dan Izza yang telah memberikan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman angkatan 2010 Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro, sukses untuk kita semua. 13. Berbagai pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Meski demikian penulis juga berharap agar skripsi ini dapat memiliki manfaat bagi pembaca, peneliti selanjutnya dan semua pihak yang memerlukannya.
Semarang,
Juni 2014 Penulis
(Reni Susanti)
x
DAFTAR ISI JUDUL............................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................... ii PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ......................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v ABSTRACT..................................................................................................... vi ABSTRAKSI .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I ................................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 1.4 Manfaat Pnelitian .................................................................................. 7 1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................ ...7 BAB II............................................................................................................... 9 xi
2.1 Telaah Teori .......................................................................................... 9 2.1.1 Pengukuran Kinerja...................................................................... 9 2.1.2 Pengertian Akuntansi ................................................................. 10 2.1.3 Pengertian Laporan Keuangan ................................................... 11 2.1.4 Jenis dan Komponen Laporan Keuangan .................................. 14 2.1.5 Arti Penting Laporan Keuangan ................................................ 19 2.1.6 Tujuan Laporan Keuangan......................................................... 22 2.1.7 Rasio Keuangan ......................................................................... 23 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 31 2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................ 33
BAB III ........................................................................................................... 34 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................... 34 3.2 Objek Penelitian.................................................................................. 37 3.3 Jenis dan Sumber data......................................................................... 37 3.4 Metode Analisis Data.......................................................................... 37
BAB 1V .......................................................................................................... 40 4.1 Definisi Umum PT Sunson Textile Manufacturer Tbk....................... 40 4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ...................................... 46
BAB V ............................................................................................................ 67 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 67 5.2 Saran ................................................................................................... 69 Daftar Pustaka ................................................................................................. 71 xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 31 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran.................................................................... 33 Gambar 4.1 Struktur Organisasi...................................................................... 45
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Sekretaris Corporate ....................................................................... 43 Tabel 4.2 Direktur ........................................................................................... 43 Tabel 4.3 Komisaris ........................................................................................ 43 Tabel 4.4 Komite Audit .................................................................................. 44 Tabel 4.5 Pemegang Saham ............................................................................ 44 Tabel 4.6 Perhitungan Current Ratio .............................................................. 47 Tabel 4.7 Perhitungan Quick Ratio................................................................. 49 Tabel 4.8 Perhitungan Cash Ratio .................................................................. 50 Tabel 4.9 Perhitungan Inventory to Working Capital..................................... 52 Tabel 4.10 Perhitungan Debt to asset Ratio.................................................... 53 Tabel 4.11 Perhitungan Debt to Equity Ratio ................................................. 54 Tabel 4.12 Perhitungan Receivable Turn Over............................................... 56 Tabel 4.13 Perhitungan Inventory Turn Over................................................. 58 Tabel 4.14 Perhitungan Working Capital Turn Over..................................... 60 Tabel 4.15 Perhitungan Gross Profit Margin .................................................. 61 Tabel 4.16 Perhitungan Net Profit Margin ..................................................... 62 Tabel 4.17 Perhitungan ROI ........................................................................... 64 Tabel 4.18 Perhitungan ROE .......................................................................... 66
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi PT Sunson Textile Manufacturer Tbk............................................................. 73
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah. Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya. Mengapa demikian? karena setiap pemilik menginginkan modal yang telah ditanamkan dalam usahanya segera cepat kembali. Di samping itu, pemilik juga mengharapkan adanya hasil atas modal yang ditanamkannya sehingga mampu memberikan tambahan modal dan kemakmuran bagi pemilik dan seluruh karyawan. Sedangkan bagi manajemen keuntungan yang diperoleh merupakan pencapaian rencana (Target) yang telah ditentukan sebelumnya, Kasmir (2009).
Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana. Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari utang. Dana yang diterima dari perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk mengadakan persediaan kas dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan, Riyanto (2008).
1
2
Masih menurut Riyanto, (2008) dilihat dari suatu saat tertentu, kelompok dana yang ada dalam perusahaan bersifat statis, yang mencerminkan keadaan pada suatu saat, yaitu yang tercermin pada jumlah aktiva lancar dan jumlah aktiva tetap pada saat tertentu, jumlah sumber dana jangka pendek dan jumlah sumber dana jangka panjang yang digunakan untuk membelanjai atau mendanai aktiva tersebut dan manajer keuangan sangat berperan dalam melancarkan aliran kas atau dana dari luar ke dalam perusahaan, ataupun sebaliknya dari dalam ke luar perusahaan, yaitu berupa pembayaran deviden kepada pemilik perusahaan dan pembayaran kembali utang kepada para kreditur. Manajer keuangan dapat mempunyai peranan yang sedemikian besarnya dalam memperlancar aliran kas atau dana tersebut disebabkan karena dia bertindak sebagai perantara (Intermediary) yang berada pada posisi di antara sumber atau pemberi dana (pasar- modal, bank, pemberi kredit, dan lainnya) di satu pihak dan operasi perusahaan di lain pihak. Menurut Afriyeni (2008) Salah satu elemen penting yang menentukan hidup dan mati perusahaan adalah keuangan perusahaan. Seluruh aktivitas perusahaan dalam sudut pandang keuangan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu Penggunaan dana dan penghasil dana. Ketika perusahaan begitu bersemangat melakukan aktivitasnya yang menggunakan dana namun terhambat dalam menghasilkan dana, maka perusahaan dapat dikatakan dalam kesulitan keuangan (financial disstres). Kesulitan keuangan jika tidak ditangani dengan baik dapat memaksa pemilik untuk menambah setoran dana ke dalam perusahaan atau malah merekalah menutup perusahaanya. Karenanya, aspek keuangan perusahaan memainkan peran penting yang sangat perlu untuk dicermati oleh
3
para penanggung resiko perusahaan. Melalui manajemen keuangan yang baik diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangannya dalam setiap kondisi ekonomi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan sangat penting. Karena kinerja merupakan suatu hal yang menggambarkan tentang kondisi keuangan perusahaan yang harus dilakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan alat-alat analisis keuangan sehingga diperoleh hasil yang menyimpulkan tentang baik dan buruknya kondisi keuangan suatu perusahaan di mana kondisi keuangan tersebut mampu mencerminkan kinerja dalam kurun waktu tertentu. Selain itu manajemen yang terdapat di dalam perusahaan juga memiliki kewajiban untuk menginformasikan kepada pemilik dana mengenai prestasi perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen serta tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan. Untuk mempertanggungjawabkan wewenang tersebut salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran kinerja terhadap keuangan sehingga diperoleh hasil yang dapat dilaporkan kepada semua pihak yang berkaitan. Menurut Harjito yang dikutip dari Hamidu (2013) mengungkapkan bahwa kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi strategi dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Pengukuran kinerja mencerminkan pengukuran hasil atas keputusan strategis, operasi, pembiayaan dalam suatu perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri.
4
Sedangkan menurut Anthony (2008), sistem pengukuran kinerja adalah untuk implementasi strategi. Dalam menetapkan sistem pengukuran kinerja, manajemen senior memilih serangkaian ukuran-ukuran yang menunjukkan strategi perusahaan. Ukuran-ukuran ini dapat dilihat sebagai faktor keberhasilan penting saat ini dan masa depan. Sistem pengukuran kinerja secara ringkas merupakan suatu mekanisme memperbaiki kemungkinan organisasi dalam menerapkan strategi perusahaan dengan berhasil. Menurut Basyaib yang dikutip dari Afriyeni (2008) Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek utama dalam operasi perusahaan dan menjadi tujuan berdirinya sebagian besar perusahaan. Untuk itu diperlukan analisis atas laporan keuangan perusahaan. dan salah satu cara yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Hilman, dkk (2014) juga menyebutkan hal yang sama bahwa salah satu cara untuk dapat mengetahui kekuatan dan atau kelemahan suatu perusahaan dari sisi keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio merupakan suatu cara penginterpretasian informasi keuangan dan akuntansi untuk menjelaskan hubungan tertentu antara akun yang satu dengan akun yang lainnya, elemen yang satu dengan elemen yang lainnya pada laporan keuangan. Dengan analisis rasio tersebut stakeholder dapat memperoleh informasi terkait kondisi dan kinerja keuangan perusahaan sehingga selanjutnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan tentang langkah apa yang akan diambil untuk pengembangan usaha dan juga bagaimana prospek kelanjutan dari perusahaan di masa yang akan datang.
5
Rasio keuangan adalah perbandingan unsur-unsur atau elemen-elemen atau pospos dari laporan keuagan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan analisis rasio keuangan adalah manajer, analisis kredit dan analisis sekuritas, Margareta (2014). Kasmir (2009) membagi rasio keuangan menjadi Empat macam yang berbeda yaitu : rasio likuditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo. Solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Aktivitas untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Afriyeni, (2008) dengan judul penilaian Kinerja Keuangan dengan menggunakan analisis rasio. Pada penelitian Afriyeni (2008) variabel rasio keuangan yang digunakan di antaranya: Rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas atau profitabilitas. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa analisis rasio likuiditas dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Solvabilitas digunakan untuk melihat bagaimana kinerja keuangan dalam jangka panjang, sedangkan rentabilitas atau solvabilitas digunakan juga untuk menilai bagaimana kinerja keuangan dalam jangka panjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa, apabila kondisi keuangan jangka pendek baik tidak menjamin adanya kondisi yang baik juga dalam keuangan jangka panjangnya. PT Sunson Textile meraih kenaikan penjualan 3,47 persen hingga Desember 2013 yaitu menjadi Rp573,75 miliar dibandingkan penjualan tahun sebelumnya yang
6
hanya sebesar Rp554,47 miliar. Namun meski mengalami peningkatan dari sisi penjualannya, PT Sunson masih tetap menderita kerugian. (http://www.iqplus.info). Merujuk artikel di atas peniliti sengaja memilih PT Sunson sebagai objek penelitian untuk dilakukan analisis melalui rasio keuangan. Selain itu mengingat daya saing produksi Textile bukan hanya dalam negeri saja, melainkan juga produk Textile yang di impor dari luar negeri, terutama dari China dan India. Di masa lalu produk Textile 70% diserap oleh pasar domestik, namun sekarang hanya 40% saja, sisanya dikuasi oleh produk
asing,
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/12/18/tekstil-indonesia-kalah-
jauh-dari-cina. Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memutuskan untuk mengambil judul penelitian :
“Mengukur Kinerja Keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk melalui Rasio-Rasio Keuangan” 1.1.
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
diuraikan
sebelumnya,
maka
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana kinerja PT Sunson Textile Manufacturer Tbk, apabila diukur dengan melalui Rasio-rasio Keuangan? 1.2.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk menganalisis kinerja PT Sunson Textile Manufacturer Tbk, apabila diukur dengan melalui Rasio-rasio Keuangan?
7
1.3.
Manfaat Penelitian Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki nilai manfaat bagi para
pembacanya, baik itu secara teoritis maupun secara praktis. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya: a.
Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan di dalam menganalisis sebuah laporan keuangan, terutama dengan menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan
b. Instansi pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau sumber bagi penelitianpenelitian yang akan datang, khususnya penelitian mengenai analisis rasio keuangan. c. Bagi Perusahaan Dapat digunakan sebagai materi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen untuk memperbaiki ataupun mempertahankan kinerja perusahaan yang telah ada.
1.4.
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB 1 : Pendahuluan berisi pengantar menuju penelitian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
8
BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang Landasan Teori yang menjabarkan teoriteori yang mendukung perumusan hipotesis (Jika ada) serta sangat membantu dalam menganalisis hasil-hasil penelitian selanjutnya dan terdapat juga kerangka pikir. BAB 3: Metode penelitian, berisi tentang Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, Jenis dan Sumber data, Metode pengumpulan data dan Metode Analisis. BAB 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang gambaran umum perusahaan, dan analisis data, baik financial maupun non financial BAB 5 : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisis pengukuran kinerja PT Sunson Textile Manufacturer melalui Rasio-Rasio Keuangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Teori 2.1.1 Pengukuran Kinerja 1) Pengertian kinerja Kinerja merupakan gambaran prestasi yang telah dicapai dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia, Jumingan (2009). Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar, Saraswati dkk (2013). Selain itu kinerja adalah bagian dari sistem pengendalian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, Mardiasmo (2002) 2) Manfaat Penilaian Kinerja Mardiasmo (2002) mendefinisikan manfaat pengukuran kinerja manajemen sebagai berikut : a.
Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
9
10
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja. d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward danpunishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi. f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi g. Membantu memahami proses kegiatan pemerintah h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. 2.1.2 Pengertian Akuntansi Sugijanto, dkk.(1995) dalam buku Halim (2008) mengemukakan bahwa akuntansi terdiri atas tiga bidang utama, yakni 1. Akuntansi komersial atau perusahaan (Commercial accounting) 2. Akuntansi pemerintah (Govermental accounting) 3. Akuntansi social (Social accounting) Menurut accounting principle board (1970), akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan
11
tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi, membuat pilihan-pilihan nalar di antara berbagai alternatif arah tindakan. Sedangkan menurut American accounting association (1966) menjabarkan bahwa akuntansi adalah suatu proses pengindentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (Keuangan) dari suatu organisasi atau entitas
yang
dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihakpihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan laporan yang dihasilkan oleh akuntan. Halim (2008) dalam bukunya, menyimpulkan bahwa dari dua pengertian di-atas menyebutkan ; 1. Fungsi atau peran akuntansi adalah menyediakan informasi kuntitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi. 2. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar berguna sebagai input yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan ekonomi yang rasional, 2.1.3. Pengertian Laporan Keungan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan, Jumingan (2009). Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain adalah proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan
12
peristiwa yang setidak-tidaknya bersifat finansial dalam cara yang tepat dan dalam bentuk rupiah dan penafsiran akan hasil-hasilnya. Laporan keuangan mencerminkan pergerakan keuangan atas semua transaksi dan peristiwa yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar berdasarkan karakteristiknya, Margareta (2014). Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas seluruh transaksi yang terjadi selama periode waktu yang bersangkutan. Pada umumnya laporan keuangan selalu disusun dengan berpedoman pada siklus akuntansi, sebagai sebuah proses yang harus dijalankan serta diikuti oleh para akuntan. Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu dan biasanya dimulai dengan nilai sisa akun pada awal periode, Ikhsan (2009) Kasmir (2009), dalam bukunya menyebutkan bahwa agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, maka akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncankan sebelumnya atau tidak. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian
13
kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, agar tergambar kinerja manajemen selama ini Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka dan rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya, kesemuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam dan jujur. Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
14
f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Langkah atau prosedur yang dilakukan dalam menganalisis keuangan adalah : a. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode ataupun beberapa periode b. Melakukan
pengukuran-pengukuran
ataupun
perhitungan-perhitungan
dengan rumus-rumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar tepat c. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cermat. d. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat e. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan f. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut. 2.1.4. Jenis dan Komponen Laporan Keuangan 1) Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan. Laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode berjalan, Harrison, et al (2011). Sedangkan menurut, Kasmir (2009) laporan laba rugi memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh. Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang
15
diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Dalam praktiknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi terdiri dari dua jenis, di antaranya: a) Pendapatan atau penghasilan diperoleh dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan b) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan. Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya juga terdiri dari dua jenis di antaranya : a) Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan b) Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (Usaha utama) perusahaan. Bentuk laporan laba rugi dapat disusun dua bentuk yaitu : a) Bentuk tunggal (Single Step) Bentuk tunggal atau dikenal dengan nama single step merupakan gabungan dari jumlah seluruh penghasilan, baik pokok (operasional) maupun di luar pokok (nonoperasional) dijadikan satu, kemudian jumlah biaya pokok dan di luar pokok juga dijadikan satu. Dengan demikian, faktor pengurangannya adalah jumlah seluruh penghasilan dengan jumlah seluruh biaya. Artinya dalam bentuk
16
ini laporan laba rugi disusun tanpa membedakan pendapatan dan biaya usaha dan di luar usaha. b) Bentuk majemuk (Multiple Step) Bentuk ini merupakan pemisahan antara komponen usaha pokok (operasional) dengan di luar pokok (nonoperasional). Artinya, terlebih dahulu dikurangi antara penghasilan pokok dengan biaya pokok, kemudian baru ditambahkan dengan hasil pengurangan penghasilan di luar pokok dengan biaya di luar pokok. 2) Laporan Perubahan Ekuitas Harrison, et al (2011) menyebutkan bahwa laporan perubahan ekuitas menunjukkan transaksi perusahaan dengan pemiliknya. Bahwa laba yang dihasilkan perusahaan akhirnya akan menjadi hak pemilik perusahaan. Setelah suatu perusahaan berhasil memperoleh laba bersih, dewan direksi akan memutuskan apakah perusahaan harus membayar dividen kepada para pemegang saham atau tidak. Perusahaan tidak diwajibkan untuk membayar dividen kecuali dewan direksi memutuskan untuk membayarnya atau diumumkan. Biasanya perusahaan yang berada dalam tahap perkembangan atau pertumbuhan akan memilih tidak membayar dividen, dan lebih memilih menempatkan kembali uang ke perusahaan untuk memperluas operasi atau membeli properti, pabrik dan peralatan. Sedangkan perusahaan yang telah mapan biasanya memiliki laba regular ( dan kas) untuk membayar dividen. Dividen akan menurunkan laba ditahan karena merupakan distribusi aktiva atau aset perusahaan (biasanya kas) kepada para pemegang sahamnya. Sedangkan menurut Jumingan (2009) laba rugi merupakan bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan. Laba
17
yang diperoleh perusahaan tidak semuanya dibagikan kepada para pemilik (pemegang saham) sebagai dividen tetapi sebagian akan ditahan dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk berbagai kebutuhan. 3) Neraca atau Laporan Posisi Keuangan Neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang melaporkan tiga kelompok item atau pos yaitu asset atau aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, Harrison et al (2011). Terdapat dua kategori aset yang utama yaitu aset lancar dan tidak lancar. a. Aset lancar adalah aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikomsumsi selama dua belas bulan ke depan atau dalam siklus operasi bisnis. Aset lancar pada umumnya meliputi
kas, investasi jangka pendek,
piutang, persediaan barang dagang dan beban dibayar di muka b. Aset tidak lancar mungkin saja mengindikasikan investasi jangka panjang dan aset jangka panjang lainnya. Kategori utama aset jangka panjang atau tidak lancar adalah properti, pabrik dan peralatan. Sedangkan menurut Jumingan (2009) Kewajiban merupakan utang perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang dan jasa pada tanggal tertentu. Berdasarkan jangka waktu pengembaliannya atau pelunasannya utang dibedakan menjadi utang jangka pendek (current liabilies) dan utang jangka panjang (noncurrent liabilities). Selanjutnya Ekuitas yang merupakan kepentingan residu dalam aset entitas setelah dikurangi kewajiban entitas dan mempresentasikan klaim residu pemegang
18
saham atas aset entitas. Dua sub utama di bagian ekuitas adalah ; modal saham (share capital) dan laba ditahan (retained earning). Modal saham merupakan jumlah yang telah diinvestasikan oleh para pemegang saham dalam entitas ( biasanya dalam bentuk saham), dan laba ditahan adalah jumlah yang dihasilkan oleh aktivitas menghasilkan laba dan disimpan untuk digunakan dalam bisnis, Harrison, et al (2011). 4). Laporan Arus Kas Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan pembayaran kas perusahaan. Menurut Harrison, et al (2011) sebuah perusahaan terlibat dalam tiga jenis aktivitas dasar yaitu aktivitas operasi (operating aktivities), aktivitas investasi (investmentactivities), dan aktivitas pembiayaan (financing aktivities). Laporan arus kas melaporkan arus kas berdasarkan setiap aktivitas tersebut. Berikut tentang arus kas (penerimaan dan pengeluaran) dalam masing-masing kategori : a. Perusahaan beroperasi dengan menjual barang dan jasa kepada pelanggan. Aktivitas operasi akan menghasilkan laba bersih atau rugi bersih, dan hal itu dapat meningkatkan dan menurunkan kas. b. Perusahaan juga melakukan investasi dalam aset tidak lancar seperti properti, pabrik dan peralatan (PPE) c. Perusahaan memerlukan uang untuk membiayai aktivitasnya. Pembiayaan ini dapat berasal dari pemilik ekuitas dan pinjaman. Sedangkan menurut Kasmir (2009) laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang
19
berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap kas. Laporan kas terdiri arus kas masuk (cah in) dan arus kas keluar (cash out). Dari keseluruhan penjabaran di atas dapat disimpulkan sesuai pernyataan Jumingan (2009), dalam bukunya yang menyatakan bahwa untuk tujuan analisis yang lebih mendalam, tidak cukup hanya didasarkan pada laporan keuangan yang disusun secara ringkas (condensed financial statement) tetapi diperlukan skedul-skedul tambahan yang memperlihatkan perincian dari aktiva tanah, bangunan, peralatan, sumber-sumber alam, akumulasi penyusutan, depresiasi dan amortisasi dari aktiva tetap, persediaan, investasi jangka panjang, harga pokok barang yang diproduksi, harga pokok barang yang dijual, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi. Informasi-informasi di atas dapat langsung disusun sebagai bagian dalam laporan keuangannya atau ditempatkan sebagai catatan terpisah dari laporan keuangannya. Juga untuk kepentingan pengawasan manajerial, pihak manajemen memerlukan laporan akuntansi yang bersifat internal yang disusun secara harian, mingguan, bulanan, triwulan atau pada saat-saat diperlukan. 2.1.5. Arti Penting Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan itu bersifat umum, karena laporan keuangan menjadi alat komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan. Baik itu dari pihak intern ataupun pihak ekstern. Rudianto (2012) dalam rangka menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan barang dan jasa, perusahaan akan berinteraksi dengan berbagai pihak, dan pihak-pihak
20
yang berhubungan dengan perusahaan tersebut sering kali membutuhkan informasi tentang keuangan perusahaan. Pihak-pihak tersebut antara lain: 1) Kreditor, yaitu orang atau perusahaan yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan untuk berbagai keperluan usaha. Sebagai pihak yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, kreditor membutuhkan informasi untuk menjamin bahwa uang yang dipinjamkannya akan dibayar beserta bunganya. Karena itu, informasi yang dibutuhkan mencakup : a. Besarnya kekayaan perusahaan b. Kemampuan menghasilkan laba usaha c. Perbandingan utang dan total kekayaan perusahaan. 2) Pemerintah, yaitu lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan usaha dan hal yang terkait dengannya. Sebagai pihak yang akan memungut pajak penghasilan kepada perusahaan, informasi yang dibutuhkan mencakup: a. Laba usaha yang diperoleh b. Beban dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. 3) Calon investor, yaitu orang atau lembaga yang akan menanamkan uangnya dalam suatu perusahaan, calon investor harus memiliki keyakinan bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan pengembalian yang memadai dalam jangka panjang. Karena itu, informasi yang dibutuhkan mencakup : a. Laba usaha yang diperoleh dalam beberapa tahun terakhir b. Pertumbuhan kekayaan perusahaan.
21
4) Pemasok, yaitu orang atau perusahaan yang menjual berbagai barang kepada perusahaan, mulai dari peralatan kantor, mesin, kendaraan, hingga bahan baku usaha. Sebagi penjual barang secara kredit kepada perusahaan. Pemasok, harus memiliki keyakinan bahwa kredit yang diberikan akan dapat dibayar sesuai kesepakatan. Informasi yang diperlukan mencakup : a. Besarnya kekayaan perusahaan b. Kemampuan menghasilkan laba perusahaan c. Perbandingan utang dan total kekayaan perusahaan 5) Pemilik atau pemegang saham, yaitu orang atau lembaga yang telah menanamkan uang atau kekayaan pada perusahaan. Sebagai pihak yang telah menanamkan uangnya dalam perusahaan, pemilik perusahaan harus memperoleh imbalan atas kekayaan yang telah ditanamkannya tersebut. Imbalan dapat berupa pembagian atas sebagian atau seluruh laba usaha yang telah diperoleh. Karenanya, informasi utama yang diperlukan adalah a. Laba usaha yang diperoleh b. Perubahan kekayaan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir 6) Manajer produksi, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses menghasilkan produk dalam suatu perusahaan. Sebagai pihak internal yang bertanggung jawab terhadap proses produksi, maka, manajer produksi memerlukan informasi tentang keseluruhan biaya maupun rincian biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk
22
7) Manajer pemasaran, orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pemasaran produk perusahaan, mulai dari promosi, distribusi hingga pelayanan purna jual. Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab atas pemasaran produk, manajer perusahaan memerlukan data biaya produksi dari setip produknya, guna menentukan harga jual produk tersebut dan rincian biaya pemasaran untuk mencari alternativ tanpa mengabaikan efektivitas. 2.1.6. Tujuan Laporan Keuangan Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan pihak luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan, Jumingan (2009). Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu : a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (Harta) yang dimiliki perusahaan saat ini. b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu periode tertentu
23
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam satu periode g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan laporan keuangan h. Informasi keuangan lain 2.1.7. Rasio Keuangan 1) Pengertian Rasio Keuangan Kasmir
(2009)
menyebutkan
rasio
keuangan
merupakan
kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Ikhsan (2009) juga menyebutkan bahwa analisis Rasio keuangan merupakan perbandingan dua kelompok, nilai numeric rupiah atau nilai kuantitas. Analisis rasio mengijinkan evaluasi terhadap item neraca dalam menghubungkannya dengan beberapa informasi laba rugi untuk menentukan berbagai hubungan di antara item yang dipilih. Rasio dapat diungkapkan hubungannya dengan suatu presentase, nilai numeric, kuantitas atau berdasarkan per unit.
24
Kemudian menurut Kasmir (2009) hasil dari rasio keuagan dapat digunakan untuk menilai kinerja dalam suatu periode tertentu. Apakah telah mencapai target sesuai yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat digunakan untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya secara efektif. 2) Pelaksanaan Analisis Rasio Keuangan Margareta (2014) Ada beberapa cara dalam melakukan analisis Rasio keuangan, di antaranya sebagai berikut : 1. Analisis horizontal atau Trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan untuk dapat melihat trend dari rasio-rasio keuangan yang telah lalu. 2. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk yang sama. 3. Kombinasi dari analisis horizontal dan analisis vertikal 3) Pengelompokkan Angka Rasio Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dari mana unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh, dan golongan yang kedua adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan menganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan, Jumingan (2009). Berdasarkan sumber datanya, dari
25
mana rasio itu dibuat, maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : a. Rasio–rasio neraca (Balance sheet ratio) yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (Current Ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka panjang dan sebagainya. b. Rasio-rasio laba rugi (income statement ratio) yaitu rasio rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya. c. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratio), yaitu rasio rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan sebagainya. 4) Jenis Rasio Keuangan Kasmir (2009) membagi rasio keuangan menjadi beberapa macam, di antaranya : Rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Di bawah ini adalah pengertian dari masing-masing rasio. 1) Likuiditas
26
Likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak di luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio modal kerja atau rasio likuiditas yang digunakan dalam penlitian ini adalah : a. Current Ratio Perhitungan rasio ini dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar, dengan tujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendekatau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keselurihan. b. Quick Ratio Untuk mencari quick rasio diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai sediaan. Tujuaannya untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. c. Cash Ratio Digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedian untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas. d. Inventory Working Capital
27
Untuk mengukur dan membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar. 2) Solvabilitas (Leverage) Untuk menjalankan operasinya setiap perusahaan memiliki berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana segar agar perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dana selalu dibutuhkan untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang diperlukan, baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Di bawah ini adalah beberapa rasio solvabilitas yang digunakan dalam penilitian ini a. Debt to Asset Ratio Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain sberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
b.
Debt to Equity Ratio Digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
28
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pemimjam dengan pemilik perusahaaan.
3) Aktivitas Rasio aktivitas (activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio ini juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas seharihari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin sebaliknya. Cara penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya diharapkan adanya kesinambungan yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva tetap lainnya. kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini. Menurut Riyanto (2008) rasio aktivitas merupakan rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (inventory turn over, average collection period). Berikut ini adalah rasio aktivitas menurut Kasmir (2009) yang digunakan dalam penelitian ini :
29
a. Receivble Turn Over Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. b.
Inventory Turn over Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sedia (inventory) ini berputar dalam suatu periode, dengan kata lain menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun.
c. Working capital Turn Over Untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode
atau
dalam
suatu
periode.
Untuk
mengukur
rasio
ini
kita
membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. 4) Profitabilitas Rasio Profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan
30
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perusahaan tersebut. Kemudian hasil dari pengukuran dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini.
Berikut ini adalah rasio
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini : a. Gross Profit Margin Margin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini digunakan untuk penetapan harga pokok penjualan.
b. Net Profit Margin Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
c. Return on Investment (ROI) Rasio ini menunjukkan hasil atau pengembalian atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaaan. ROI juga suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam pengelolaan investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan,baik modal pinjaman maupun modal pribadi. Semakin rendah rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
31
d. Return on Equity (ROE) Untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
2.2 Penelitian Terdahulu Sebelumnya telah terdapat penelitian yang mengambil topik permasalahan yang sejenis, di antaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Analisis Kinerja Keuangan No 1
Nama Endang Afriyeni (2008)
2
Hendri Andreas Maith (2013)
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Penilaian kinerja keuangan dengan mengguna kan analisis rasio
Rasio likuditas digunakan untuk melihat hutang jangka pendek. Rasio solvabilitas untuk melihat kinerja keuangan jangka panjang. Rasio rentabilitas juga untuk melihat kinerja keuangan jangka panjang.
Perbedaan hanya terletak pada variabel aktivitas saja serta objek penelitian.
Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada Hanjaya
Likuiditas perusahaan dalam kondisi yang baik, ditunjukkan oleh rasio lancar, cepat dan kas yang yang mengalami kenaikan tiap tahunnnya. Solvabilitas perusahaan dalam kondisi insovable karena rasio ini menunjukkan modal perusahaan tidak cukup menjamin utang. Rasio aktivitas baik, karena
Persamaan dalam penelitian ini terletak pada tiga variable yang sama yaitu rasio profitabilita s, solvabilitas, dan likuiditas Penelitian sama-sama menggunak an empat rasi yaitu likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilita
Terletak pada objek penelitian.
32
Mandala Sampoern a Tbk.
3
Rodif Himan, dkk (2014)
Kinerja Keuangan mengguna kan analisis rasio likuiditas, solvabilita s, aktivitas dan profitabilit as, untuk pengambil an keputusan pada PT PLN area Manado.
menunjukkan peningkatan. Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba tiap tahunnya meningkat. Likuiditas dalam kondisi likuid, karena kondisi kas perusahaan sangat stabil dalam memnuhi kewajibannya-kewajiban jangka pendeknya.leverage menunjukan dalam kurun waktu 2008-2012 lebih banyak didanai dengan modal sedniri daripada di danani oleh pihak lain. Rasio aktivitas menunjukkanperusahaan dalam kondisi yang baik, karena mampu melakukan perputaran aktiva lancar beberapa kali selama satu tahun. Profitabilitas menunjukkan perusahaan dalam kondisi yang profitable dan rendable.
s.
Letak persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunak an empat rasio yaitu : likuiditas, provitabilita s, aktivitas dan solvabilitas
Perbedaan terletak pada objek penelitiannya
33
2.3.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka kerangka
pemikiran dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Laporan Keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk.
Analisis Rasio Keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk
Likuiditas
Solvabilitas
Aktivitas
Hasil Analisi Kinerja Kuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Profitabilitas
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel atau atribut yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan melalui rasio-rasio keuangan adalah sebagai berikut : a. Rasio Likuiditas 1) Current Ratio Rumus : = 2) Quick Ratio Rumus : −
= 3) Cash Ratio Rumus : =
+
4) Inventory to Net Working Capital Rumus : =
− 34
35
b. Rasio Solvabilitas 1) Debt to Asset Ratio Rumus : = 2) Debt to Equity Ratio Rumus :
= c. Rasio Aktivitas 1) Receivable Turn Over Rumus : =
2) Inventory Turn Over Rumus :
=
36
3) Working Capital Turn Over Rumus : =
d. Rasio Profitabilitas 1) Gross Profit Margin Rumus : −
= 2) Net Profit Margin Rumus : (
=
)
3) Return on Investment (ROI) Rumus :
(
)=
4) Return on Equity(ROE) Rumus : (
)=
37
3.2 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, peniliti melakukan penelitian pada PT Sunson Textile Manufacturer Tbk. Di mana perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan data-data yang telah disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu berupa laporan keuangan dan data pendukung lainnya. 3.3 Jenis dan Sumber data Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan berupa data sekunder. Di mana data sekunder ini pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan ataupun yang dipublikasikan, Indrianto, (2002). Peneliti
menggunakan
laporan
keuangan
tahunan
PT
Sunson Textile
Manufacturer Tbk. Laporan keuangan tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui Pusat Data Universitas Dian Nuswantoro. 3.4
Metode analisis data Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh,
kemudian memberikan kesimpulan dari masalah yang ada agar didapat jawaban yang tepat. Di dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis deskriprif yang bersifat kuantitatif, dan berikut adalah angkah yang akan dilakukan dalam analisis ini, di antaranya :
38
1) Mencari data mentah berupa angka-angka sesuai dengan kebutuhan peneliti. Karena penilitian ini bersifat deskriptif kuantitatif maka data yang diambil berupa laporan keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk. 2) Data yang telah di peroleh dilakukan pengelompokan yang kemudian dilakukan analisa dengan melalui rasio-rasio keuangan. 3) Hasil dari perhitungan melalui rasio-rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja PT Sunson Textile Manufacturer Tbk, dan di bawah ini merupakan standar acuan yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi finansial perusahaan. Rasio Likuiditas
Standar Industri
Current Ratio
2 kali
Quick Ratio
1,5 kali
Cash Ratio
50%
Inventory Net Capital Working
12%
Rasio Solvabilitas Debt to Asset Ratio
35%
Debt to Equity Ratio
80%
Rasio Aktivitas Receivable Turn Over
15 kali
Inventory Turn Over
20 kali
Working Capital Turn Over
6 kali
39
Rasio Profitabilitas Gross Profit Margin
30%
Net Profit Margin
20%
ROI
30%
ROE
40%
Sumber : Kasmir 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Definisi Umum PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 1) Sejarah Perusahaan PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk (Perseroan) adalah sebuah perusahaan tekstil terpadu berkedudukan di Bandung yang didirikan pada tahun 1972. Saat ini bidang usaha Perseroan meliputi industri pemintalan, pertenunan dan texturizing, dengan fokus utama di pemintalan. Produk yang dihasilkan Perseroan antara lain : benang dan kain tenun dari bahan 100% katun, TC, CVC, TR dan PE, serta benang polyester DTY. Selain memasarkan produknya di pasar domestik, Perseroan juga melakukan penjualan ekspor ke negara-negara di Asia, Eropa, Amerika dan Afrika. Perseroan ini juga memiliki beberapa perusahaan asosiasi, di antaranya : PT Bank Bisnis Internasional yang bergerak di bidang perbankan, PD Surya rezeki yang bergerak di bidang perdagangan benang, PT Sunsonindo Textile Investama bergerak dalam Holding, PT Bandung Pakar yang bergerak dalam bidang Properti dan yang terakhir PT Sun Antar Nusa bergerak dalam bidang perdagangan. Pada bulan Agustus 1997, Perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 80.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham yang ditawarkan dengan harga Ro 850 per saham. Pernyataan pendaftaran untuk penawaran umum saham
40
41
tersebut telah dinyatakan efektif oleh Bapepam dalam surat No. S-1709/PM/1997 tanggal 28 Juli 1997. Pada tanggal jatuh temponya 10 Oktober 1997, obligasi konversi Perusahaan berjumlah USD 18.000.000 dikonversi menjadi saham sebanyak 68.047.500 saham Perusahaan dengan nilai nominal Rp 500 dengan nilai konversi Rp 576,90 per saham. Perusahaan mencatatkan kembali seluruh saham pada Bursa Efek Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1997 dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 23 Oktober 1997. Dalam rapat umum luar biasa para pemegang Saham pada tanggal 10 Agustus 1999 yang dinyatakan dalam akta notaris Nanny Sukarja, SH No. 6 dan 7 tanggal 10 Agustus 1999, Para Pemegang Saham Perusahaan antara lain menyetujui perubahan nilai nominal saham (stock aplit) dari Rp 500 per saham menjadi Rp 250 per saham. Perdagangan SKS dengan nominal baru dilakukan mulai tanggal 27 September 1999 . Mutu sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan Perseroan. Pada akhir tahun 2010 jumlah tenaga kerja Perseroan tercatat sekitar 3.075 orang. Sebagian besar karyawan Perseroan berpendidikan SLTP dan SLTA dengan usia 25-35 tahun. Untuk meningkatkan ketrampilan dan kompetensi sumber daya manusianya, Perseroan mengadakan pelatihan karyawan secara berkala. Selain itu, Perseroan juga senantiasa memberi perhatian yang cukup besar pada kesejahteraan dan kesehatan karyawan. Di lingkungan pabrik Perseroan terdapat fasilitas poliklinik, koperasi, tempat ibadah dan sarana olahraga. Pihak manajemen terus berusaha membina hubungan industrial yang harmonis dengan karyawan, yang diwakili oleh serikat pekerja.
42
2) Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Menjadi salah satu produsen benang yang terkemuka dan paling menguntungkan di Indonesia. b. Misi Menjadi salah satu produsen benang yang terkemuka dan paling menguntungkan di Indonesia. 3) Profil Perusahan Nama
: Sunson Textile Manufacturer Tbk
Kode
: SSTM
Alamat kantor
: Jl. Raya Rancaekek Km. 25,5 Sumedang Bandung
Alamat email
:
[email protected]
No telp
: (022) 779-82-89 (CS. 779-83-00, 779-82-88)
Faks
: (022) 7796435, (022)7798302
Npwp
: 01.118.504.8-054.000
Npkp
:-
Situs
:-
Tanggal ipo
: 20 Agustus 1997
Papan
: Pengembangan
Badan usaha pengembangan : Industri Textile Sektor
:
MISCELLANEOUS INDUSTRY
Sub sektor
: TEXTILE, GARMENT
Biro Administrasi Efek
: PT Sinartama Gunita
43
Sekretaris Corporate : Tabel 4.1 Sekretaris Corporate PT Sunson Textile Manufacturer Tbk Nama
Email
No telpon
Edduardus Gunawan
[email protected]
(022) 7798289
Direktur : Tabel 4.2 Direktur PT Sunson Textile Manufacturer Tbk Nama
jabatan
Tidak Terafiliasi
Purnawan Suriadi
Direktur utama
Tidak
Edduardus Gunawan
Direktur
Tidak
Ir.Fransiscus hadyanto
Direktur
Tidak
Komisaris : Tabel 4.3 Komisaris PT Sunson Textile Manufacturer Tbk Nama
Jabatan
independet
Sundjono Suriadi
Komisaris Utama
Tidak
Drs.H.Sidarto Danusubroto, S,H.
Komisaris
Tidak
Ali Senitro
Komisaris
Iya
Mariah Suriadi
Komisaris
Tidak
Bernardi widjajakusuma
Komisaris
Tidak
Sutomo
Komisaris
Iya
44
Komite Audit : Tabel 4.4 Komite Audit PT Sunson Textile Manufacturer Tbk Nama komite audit
Jabatan komite audit
Ali Senitro
Ketua
Theodorus Hadi Tjipto Yuwono
Anggota
Luciana Setiati Harsono
Anggota
Pemegang saham : Tabel 4.5 Pemegang Saham PT Sunson Textile Manufacturer Tbk
Nama
Tipe saham
Jumlah saham
SunsonindoTextile Investama
Lebih dari 5%
480.000.000
Prosentase saham 40,99%
East rise capital limited
Lebih dari 5%
169.806.783
14,5%
Easefull enterprise Ltd
Lebih dari 5%
164.395.398
14,04%
Sundjono suriadi
Lebih dari 5%
69.358.500
5,92%
Bernardiwidjaja kusuma
Komisaris
14.031.500
1,1983%
Sundjono suriadi
Komisaris
69.358.500
5,92%
Purnawan suriadi
Direksi
10.950.584
0,9352%
Masyarakat
Kurang dari 5%
287.348.500
24,54%
45
4) Struktur organisasi PT Sunson Textile Manufacturer Tbk
RUPS
DEWAN KOMISARIS KOMITE AUDIT DIREKTUR UTAMA SEKERTARIS PERUSAHAAN
DIREKTUR PRODUKSI
DIREKTUR PEMASARAN
INTERNAL AUDIT
DIREKTUR UMUM DAN SDM
DIREKTUR KEUANGAN
Sumber : www. sunson.co.id Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 5) Dewan Komisaris Dewan komisaris PT Sunson Textile Manufacturer Tbk, di antaranya : a. Sundjono Suriadi, Komisaris Utama Lahir di Tanjung Pinang. Memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun di industri tekstil dan merupakan pendiri perseroan, menjabat sebagai komisaris utama sejak tahun 1993. b. Ny. Mariah Suriadi,
46
Komisaris lahir di Bandung, memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang perdagangan produk tekstil dan merupakan salah satu pendiri Perseroan. Menjabat sebagai Komisaris sejak tahun 1993. c. Sidarto Danusubroto Komisaris Lahir di Pandeglang. Purnawirawan Kepolisian RI, pernah menjabat sebagai kapolda Jawa Barat pada tahun 1988 – 1991 dan menjabat sebagai komisaris perseroan sejak tahun 1993. d. Bernardi Widjajakusuma Komisaris, Lahir di Bandung, lulusan Master of Real Estate and Construction Management dari University of Denver, Amerika Serikat, menjabat sebagai Komisaris sejak tahun 2000. e. Ali Senitro Komisaris, lahir di Bandung, memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun sebagai bisnisman di berbagai bidang usaha serta menjabat sebagai komisaris independen sejak tahun 2001. f. Sutomo Komisaris, lahir di Tanjung Pinang, lulusan Master of Business Administration dari Keller Graduate School of Management, California, Amerika Serikat. Menjabat sebagai Komisaris Independen sejak tahun 2009. 4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian 4.2.1. Perhitungan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan
47
Untuk dapat mengukur kinerja keuangan harus dilakukan dengan cara membandingkan dan menggunakan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk. Dari hasil kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi manajemen perusahaan, mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan ke depannya agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai target perusahaan. 1)
Rasio Likuditas Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini : a. Current Ratio Current ratio atau sering juga disebut rasio lancar ini digunakan untuk mengukur tingkat keamanan (Margin of safety) suatu perusahaan. Dalam praktiknya seringkali digunakan bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang memuaskan bagi suatu perusahaan. = Tabel 4.6 Perhitungan Curret Ratio Keterangan Aktiva lancar
2010
2011
2012
2013
479.591.778.732
469.277.014.808
428.479.361.379
415.053.316.392
Hutang lancar
238.460.976.340
256.793.923.076
249.010.900.037
315.809.046.109
2,011
Hasil Sumber : Data diolah
1,827
1,720
1,314
48
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat rasio dari tahun 2010 hingga 2013 terus mengalami penurunan di masing-masing tahun. Di tahun 2010 current ratio memperlihatkan angka sebesar 2,011. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 hutang lancar perusahaan akan dijamin dengan Rp 2,011 aktiva lancar. Tahun berikutnya yaitu 2011 sebesar 1,827 dan setiap Rp1,00 akan dijamin dengan Rp 1,872 aktiva lancar. Pada tahun ini penurunan current rasio terjadi karena aktiva lancar 2011 turun menjadi 469.277.014.808 yang semula 479.591.778.732 akibat piutang usaha yang turun mencapai 65%. Sedangkan hutang lancar perusahaan meningkat menjadi 256.793.923.076 yang sebelumnya 238.460.976.340 di tahun 2010. Meningkatnya hutang lancar karena komponen hutang usaha, hutang pajak serta pinjaman jangka pajak yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Tahun 2012 current rasio tercatat hanya sebesar 1,720, yang artinya dijamin dengan Rp 1,720 di setiap Rp 1,00 hutang lancarnya. Pada tahun ini, nilai rasio juga mengalami penurunan yang penyebabnya, baik aktiva maupun hutang lancar sama-sama mengalami penurunan akan tetapi prosentase penurunan aktiva lancar lebih tinggi yaitu 8,6% bila dibandingkan dengan hutang lancarnya yang hanya turun 3%, meski hutang lancar turun namun terjadi peningkatan pada utang usaha dan utang lain-lain serta pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Dan yang terakhir pada tahun 2013 besar current rasio yang tercatat hanya sebesar 1,314 yang artinya di jamin dengan Rp 1,314 untuk setiap Rp1,00 hutang lancarnya, penyebab turunnya rasio ini karena aktiva lancar turun dan hutang lancar meningkat. Kesimpulannya jika dilihat
49
dari standar rasio rata-rata industri nilai current rasio PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 2010 baik karena berada di atas rata-rata industri 2:1, namun tiga periode selanjutnya terus mengalami penurunan dan berada di bawah rata-rata industri, ini berati posisi current ratio 2011 sampai dengan 2013 kurang baik untuk memenuhi utang jangka pendek perusahaan. b. Quick Ratio Quick Ratio atau Rasio cepat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. −
=
Tabel 4.7 Perhitungan Quick Ratio Keterangan 2010 2011 479.591.778.732 469.277.014.808 Aktiva Lancar
2012
2013
428.479.361.379
415.053.316.392
Persediaan
251.101.206.814
3 91.015.379.346
3 89.371.990.487
344.737.943.944
Hutang Lancar
238.460.976.340
256.793.923.076
249.010.900.037
315.809.046.109
0,958
0,304
0,157
Hasil Sumber : Data diolah
Pada tabel 4.7 memperlihatkan di tahun 2010 quick ratio sebesar 0,958 artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0.958 aktiva lancar. Tahun 2011 menunjukkan angka 0,304 lebih rendah 6,54% dari tahun sebelumnya, hal ini artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 0,304.
0,222
50
Di tahun 2012 quick ratio tetap menunjukkan penurunan menjadi 0,157 atau turun 1,47% dari tahun sebelumnya ini artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,157 aktiva lancar, hal ini terjadi karena dari tahun 2010 sampai dengan 2012, total kas dan piutang usaha terus mengalami penurunan. Tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 0,222 yang artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar akan di jamin dengan Rp 0,222 aktiva lancar, kenaikan ini disebakan karena meningkatnya kembali jumlah piutang pada tahun 2013 menjadi 67.217.400.707 setelah di tahun 2012 hanya sebesar 37.269.957.428. Kondisi rasio cepat perusahaan tahun 2010 sampai dengan 2013 turun naik dan berada di bawah rata-rata industri 1: 5, c. Cash Ratio Digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas. +
=
Tabel 4.8 Perhitungan Cash Ratio Keterangan 2010
2011
2012
2013
Kas dan bank
1,810,752,949
1,530,510,889
1 .233.634.407
2,738,498,972
Hutang lancar
238.460.976.340
256.793.923.076
249.010.900.037
315.809.046.109
Hasil
0,007 Sumber : Data diolah
0,005
0,004
0,008
51
Pada tabel 4.8 di atas, nilai cash ratio atau rasio kas menunjukkan penurunan dan peningkatan nilai rasio dengan nilai rata-rata industri sebesar 50%, yang artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar atau hutang jangka pendek perusahaan di jamin oleh dana kas baik yang tersedia di tangan maupun kas yang berada di bank atau efek sebesar Rp 0,007 di tahun 2010. Rp 0,005 ditahun 2011. Rp 0,004 di tahun 2012 dan Rp 0,008 ditahun 2013. Pada tahun 2011 nilai rasio ini mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh menurunya nilai kas dan bank yang tersedia turun sebanyak 0,15% dari Rp 1,810,752,949 di tahun 2010 menjadi 1,530,510,889 di tahun 2011. Kemudian tahun 2012 nilai rasio ini juga turun menjadi 0,004, dan penyebab penurunan ini tidak berbeda dari tahun sebelumnya yaitu karena kas dan bank turun sebanyak 0,19% dari Rp 1,530,510,889 di tahun 2011 menjadi Rp 1 .233.634.407 di tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013, nilai rasio mengalami kenaikan menjadi 0,008 karena nilai kas dan bank meningkat, di mana pada tahun 2012 sebanyak Rp 1 .233.634.407 menjadi Rp 2,738,498,972 di tahun 2013. Dilihat dari rata-rata industri selama empat periode tahun cash ratio perusahaan di bawah rata-rata industri 50%, itu berarti perusahaan membutuhkan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancarnya untuk memenuhi utang jangka pendek. d. Inventory to Working Capital Untuk mengukur dan membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar
52
=
−
Tabel 4.9 Perhitungan Inventory to Working Capital Keterangan
2010
2011
2012
2013
Persediaan
251.101.206.814
3 91.015.379.346
3 89.371.990.487
344.737.943.944
Aktiva lancar
479.591.778.732
469.277.014.808
428.479.361.379
415.053.316.392
Hutang lancar
238.460.976.340
256.793.923.076
249.010.900.037
315.809.046.109
Hasil
1,041
1,840
2,169
3,473
Sumber : Data diolah Pada tabel di atas, persediaan atas modal kerja perusahaan sebesar 1,041 yang artinya bahwa setiap Rp1,00 modal kerja sebanding dengan persediaan sebesar 1,041. Kemudian pada tahun 2012, mengalami peningkatan menjadi 1,840 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 modal kerja setara dengan persediaan 1,840. Pada tahun 2012, nilai persediaan atas modal kerja meningkat menjadi 2,169 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 modal kerja setara dengan 2,169 persediaan. Pada tahun 2013, nilai ini meningkat menjadi 3,473 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 modal kerja setara dengan 3,473 persediaan. Jika rata-rata industri sebesar 12%, maka perusahaan dilihat dari inventory to working capital dalam kondisi baik karena berada di atas rata-rata industri.. 2. Solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
53
bila dibandingkan dengan aktivanya. Di bawah ini rumus untuk menghitung rasio solvabilitas : a. Debt to Asset Ratio Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. = Tabel 4.10 Perhitungan Debt to Asset Ratio
2010
2011
2012
2013
Total Hutang
549.285.266.103
544.374.697.261
525.337.311.071
530.156.259.856
Total Aktiva
872.458.721.356
8 43.450.156.961
8 10.275.583.968
801.866.397.035
Keterangan
0,629
Hasil
0,645
0,648
Sumber ; Data diolah Dari tabel 4.10 di atas, PT Sunson Textile Mnufacturer Tbk, menunjukkan bahwa Debt to asset ratio pada tahun 2010 sebesar 0,629. Dimana setiap Rp 1,00 pendanaan perusahaan di danai dengan utang sebesar Rp 0,629 atau 62,9% di danai dari utang sedangkan sisanya 37,1% didanai oleh para pemegang saham. Pada tahun 2011, tingkat pendanaan perusahaan mengalami kenaikan menjadi 0,645. Itu artinya setiap Rp 1,00 pendanaan perusahaan di danai dengan Rp 0,645 utang atau 64,5% didanai melalui
0,661
54
utang sedangkan sisanya 35,5% didanai oleh para pemegang saham. Pada tahun 2012 tingkat pendanaan perusahaan sebesar 0,648, dan setiap Rp 1,00 pendanaan perusahaan di danai dengan utang sebesar Rp 0,648 atau 64,8% dan sisanya 35,2% di danai oleh para pemgang saham. Tahun 2013 tingkat pendanaan perusahaan sebesar 0,661 yang artinya setiap Rp 1,00 pendanaan perusahaan di danai dengan utang sebesar Rp0,661 atau 66,1%
dan sisanya 33,9% didanai oleh para pemegang saham. Jika rata-rata
industri untuk debt to asset ratio adalah 35%, maka perusahaan berada di atas rata-rata industri, karena lebih dari 50% pendanaan perusahaan di danai oleh hutang, mengingat rata-rata debt to asset ratio perusahaan yang sebesar sebesar 64%.
b. Debt to Equity Ratio Digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lncar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pemimjam dengan pemilik perusahaaan, dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. =
Tabel 4.11 Perhitungan Debt to Equity Ratio Keterangan Total Hutang Ekuitas
2010
2011
2012
2013
549.285.266.103
544.374.697.261
525.337.311.071
323.173.455.253
299.075.459.700
284.938.272.897
1,691
Hasil
sumber : Data diolah
1,820
1,844
530.156.259.856 271.710.137.179 1,951
55
Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 nilai rasio hutang terhadap ekuitas PT Sunson Textile Manufacturer sebesar 1,691. Ini artinya bahwa perusahaan ini dapat menggunakan sebesar Rp 1,691 modal yang dimiliki untuk membayar hutangnya. Pada tahun 2011, PT Sunson Textile Manufacturer Tbk menunjukkan nilai rasio hutang terhadap ekuitas sebesar 1,820, nilai rasio ini meningkat bila dibandingkan dengan nilai rasio hutang terhadap ekuitas pada tahun sebelumnya. ini dikarenakan prosentase penurunan total hutang lebih besar yaitu 8,93% pada total hutang, sedangkan pada ekuitas hanya sebesar 7,45%. Tahun 2012, nilai rasio hutang terhadap ekuitas sebesar 1,844. ini artinya bahwa perusahaan dapat membayar total hutang dengan Rp 1,844 Modal yang dimilikinya. Telah terjadi kenaikan pada tahun ini, yang disebabkan karena meskipun total hutang dan ekuitas sama-sama mengalami penurunan namun prosentase penurunan total hutang lebih kecil dari pada penurunan ekuitasnya. Tahun 2013, kembali mengalami peningkatan menjadi 1,951 ini artinya perusahaan dapat membayar total hutang dengan Rp 1,860 modal yang dimilikinya. Secara keseluruhan rasio utang terhadap ekuitas PT Sunson Textile Manufacturer Tbk, dari tahun 2010 sampai dengan 2013 berada di atas rata-rata industri 80%. Jika dilihat dari rasio ini, Kinerja perusahaan sudah dianggap baik.
3.Aktivitas
Rasio aktivitas (activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
56
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. di bawah ini rumus untuk menghitung rasio aktivitas :
a. Receivable Turn Over
Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. =
Tabel 4.12 Perhitungan Receivable Turn Over 2010
Keterangan
2011
2012
2013
Penjualan Kredit
446.624.926.710
4 03.181.559.300
554.471.435.919
573.748.747.725
Piutang
218.372.673.849
76.131.609.438
3 7.269.957.428
67.217.400.707
2,045
Hasil
5,296
14,877
Sumber: Data diolah Pada tahun 2010 Receivable turn over atau rasio perputaran piutang sebesar 2,045, yang artinya perputaran piutang untuk tahun 2010 adalah 2,045 kali dengan ratarata penagihan piutang 178 hari. Pada tahun 2011 rasio perputaran piutang adalah 5,296, yang artinya bahwa dalam kurun waktu satu tahun perusahaan dapat melakukan perputaran piutang untuk mengubah menjadi kas sebanyak 5,296 kali dengan rata-rata
8,536
57
penagihan piutang 63,9 hari. Peningkatan ini diakibatkan karena rotasi penagihan piutang dilakukan lebih cepat daripada pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2012 rasio perputaran piutang meningkat drastis menjadi 14,877. ini artinya perputaran piutang perusahaan dilakukan sebanyak 14,877 kali dengan rata-rata penagihan 24,5 hari, selain waktu penagihan yang dilakukan jauh lebih cepat dari tahun sebelumnya, peningkatan ini juga di sebabkan oleh melonjaknya nilai penjualan sebesar 37,5% di bandingkan dengan nilai piutang usaha yang turun sebesar 51%. Lalu tahun 2013, rasio perputaran piutang kembali menurun menjadi sebesar 8,536. ini artinya perputaran piutang perusahaan dilakukan sebanyak 8,536 kali dalam setahun dengan rata-rata penagihan 42,7 hari untuk satu perputaran piutang, hal ini disebabkan karena nilai penjualan hanya meningkat 3,47% dan melonjaknya nilai piutang yang mencapai 80%. Jika rata-rata perputaran piutang adalah 15 kali, maka perputaran piutang perusahaan semakin baik, Hal ini terlihat dari nilai rasio perputaran piutang yang terus meningkat setiap tahunnya meski tahun 2013 turun, tetapi tetap dalam kondisi baik karena di atas rata-rata industri. Di sisi lain rata-rata penagihan piutang juga semakin membaik yaitu 178 hari di tahun 2010, kemudian 63,9 hari di tahun 2011 menjadi 24,5 hari pada 2012 dan terakhir kembali menjadi 42,7 hari di tahun 2013, hal ini memperlihatkan kinerja perusahaan baik dari receivable turn over.
58
b. Inventory Turn over Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode, dengan kata lain menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. =
Tabel 4.13 Perhitungan Inventory Turn Over Keterangan
2010
2011
2012
2013
HPP
417.658.026.200
4 01.937.018.793
553.365.136.109
550.324.853.479
Persediaan
251.101.206.814
3 91.015.379.346
3 89.371.990.487
344.737.943.944
1,663
1,028
1,421
Hasil
1,596
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2010 inventory turn over atau perputaran persediaan PT Sunson Textile Manufacturer sebesar 1,663 kali. Hal ini menunjukkan sebanyak 1,663 kali persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun dengan ratarata pergantian 219 hari sekali. Tahun 2011, nilai perputaran persediaan mengalami penurunan menjadi 1,028 kali. Hal ini menunjukkan sebanyak 1,028 kali persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun dengan rata-rata pergantian 355 hari sekali, meski pada persediaan terjadi penambahan namun pada penjualan justru mengalami penurunan.
59
Kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2012 menjadi 1,421. Yang artinya sebanyak 1,421 kali persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun dengan ratarata pergantian 255 hari sekali. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya jumlah penjualan dengan rotasi persediaan yang lebih cepat dari tahun sebelumnya yaitu hanya 255 hari.. Sedangkan di tahun 2013 nilai perputaran persediaan kembali mengalami kenaikan menjadi 1,596. Yang artinya perusahaan melakukan pergantian persediaan terhadap barang dagangan sebanyak 1,596 kali dalam setahun dengan rata-rata pergantian 228 hari, meski nilai persediaannya turun tapi perusahaan melakukan rotasi persediaan lebih cepat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 228 hari sekali. Kesimpulan secara keseluruhan tahun 2010 sampai dengan 2013 perputaran persediaan cenderung berfluktuasi. Jika rata-rata industri untuk perputaran persediaan adalah 20 kali maka perputaran persediaan perusahaan baik karena berada di atas standar rata-rata industri. Hal ini juga terlihat dari persediaan yang terus meningkat setiap tahunnya dan mungkin perusahaan memiliki kebijakan tersendiri. c. Working capital Turn Over Untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata.
60
=
Tabel 4.14 Perhitungan Working Capital Turn Over 2010
Keterangan Penjualan bersih Modal Kerja
2011
446.624.926.710 241.130.802.392
403.181.559.300 212.483.091.732
1,852
Hasil
2012
2013
554.471.435.919 179.468.461.342
1,897
573748.747.725 99.244.270.283
3,089
Sumber: Data diolah Pada tabel di atas PT Sunson Textile Manufacturer menunjukkan nilai perputaran modal kerja sebesar 1,852 di tahun 2010. 1,897 di tahun 2011. 3,097 di tahun 2012 dan tetap naik menjadi 5,781 pada tahun 2013. Itu artinya setiap Rp 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp1,852 penjualan pada tahun 2010, Rp 1,897 di tahun 2011, Rp 3,097 di tahun 2012 dan Rp 5,781 di tahun 2013. Terlihat ada kenaikan rasio perputaran modal kerja dari tahun 2010 sampai dengan 2013. hal ini menunjukan ada kemajuan yang diperoleh manajemen, namun jika dibandingkan rata-rata perputaran modal kerja adalah 6 kali maka keadaan perusahaan untuk tahun 2010 sampai dengan 2013 dinilai baik karena berada di atas standar rata-rata industri. Dan hal ini, dikarenakan perputaran piutang maupun persediaan selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2013 terus membaik membaik.
5,781
61
4. Profitabilitas Rasio Profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. a. Gross Profit Margin Margin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini digunakan untuk penetapan harga pokok penjualan. −
= Tabel 4.15 Perhitungan Gross Profit Margin Keterangan
2010
2011
2012
2013
Penjualan bersih
446.624.926.710
403.181.559.300
554.471.435.919
573.748.747.725
Hpp
417.658.026.200
4 01.937.018.793
553.365.136.109
550.324.853.479
Penjualan
446.624.926.710
403.181.559.300
554.471.435.919
573.748.747.725
Hasil
0,065
3,087
1,99
0,040
Sumber : Data diolah Pada tabel di 4.15 nilai laba kotor untuk tahun 2010, menunjukkan angka sebesar 0,065. yang artinya bahwa setiap Rp1,00 penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,065 kemudian pada tahun 2011, laba kotor perusahaan tercatat sebesar
62
3,087, yang artinya bahwa setiap Rp1,00 penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp3,087, penigkatan ini karena nilai HPP turun menjadi 4 01.937.018.793. Pada tahun 2012, nilai laba kotor mengalami penurunan menjadi 1,99 yang artinya setiap Rp1,00 penjualan akan menghasilkan laba kotor perusahaan sebesar Rp1,99 penurunan ini karena HPP bertambah menjadi 553.365.136.109. Kemudian di tahun 2013, nilai laba kotor perusahaan turun menjadi 0,040 yang artinya setiap Rp1,00 penjualan akan menghasilkan laba kotor perusahaan sebesar Rp0,040. Penurunan ini dikarenakan nilai HPP pada tahun ini bertambah menjadi 550.324.853.479. Secara umum jika rata-rata industri untuk gross profit margin adalah 30%, maka laba kotor perusahaan tahun 2010 kurang baik karena dibawah rata-rata, tahun 2011 sampai 2012 di atas rata-rata namun 2010 kembali dibawah rata-rata. b.
Net Profit Margin Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan
antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. (
=
)
Tabel 4.16 Perhitungan Net Profit Margin Keterangan
2010
2011
2012
2013
Laba bersih (setelah pajak)
9.918.323.868
24.097.995.553
14.137.186.803
13.228.135.718
Penjualan
446.624.926.710
4 03.181.559.300
554.471.435.919
573.748.747.725
Hasil
0,022
0,059
0,025
0,023
Sumber : Data diolah
63
Hasil perhitungan net profit margin atau margin laba bersih untuk tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 masing-masing menunjukkan angka sebesar 0,022, 0,059, 0,025 dan 0,023. Pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,022 yang artinya setiap Rp 1,00 penjualan menghasilkan tingkat keuntungan Rp 0,022. pada tahun 2011 menunjukkan angka yang meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 0,059 yang artinya setiap Rp 1,00 penjualan menghasilkan tingkat keuntungan bersih sebesar Rp 0,059. Peningkatan ini di karenakan penjualan tahun 2011 yang sebesar 4 03.181.559.300 mampu menghasilkan laba bersih sebesar 24.097.995.553 dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak seperti tahun 2011 yang mengalami kenaikan, tahun 2012 justru menurun menjadi 0,025 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 penjualan mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,025. Pada tahun 2013 juga masih mengalami penuruanan menjadi 0,023 dari tahun sebelumnya, artinya setiap Rp1,00 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,023. Ini dikarenakan meski pada dua tahun terakhir ini, tingkat penjualan mengalami kenaikan akan tetapi laba bersih yang dihasilkan justru mengalami penurunan, ini akibat adanya beban penjualan yang meningkat. Secara umum jika rata-rata industri adalah 20% maka keuntungan laba bersih perusahaaan masih berada di bawah rata-rata industri, serta perusahaan dalam kondisi tidak baik mengingat fluktuasi nilai rasio selama empat tahun tetap berada di bawah rata-rata, hal ini karena meski nilai penjualan mengalami peningkatan akan tetapi beban
64
penjualan yang sama besarnya juga dapat mengurangi perolehan laba bersih perusahaan. c. Return on Investment (ROI) Rasio ini menunjukkan hasil atau pengembalian atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaaan. ROI juga suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam pengelolaan investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal pribadi. Semakin rendah rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
(
)=
Tabel 4.17 Perhitungan Return on Investment 2010
Keterangan
Laba bersih (Setelah pajak) Total aktiva
2011
2013
9.918.323.868
24.097.995.553
14.137.186.803
13.228.135.718
872.458.721.356
8 43.450.156.961
8 10.275.583.968
801.866.397.035
0,011
Hasil
2012
0,029
0,017
Sumber ; Data diolah Pada tahun 2010 ROI menunjukkan sebesar 0,011, ini menjelaskan bahwa setiap Rp 1,00 dari total aktiva akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,011.
0,016
65
Kemudian tahun 2011 jumlah ROI meningkat menjadi 0,029. yang artinya setiap RP1,00 total aktiva menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,029 yang tersedia untuk para pemegang saham. Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya laba setelah pajak yang semula 9.918.323.868 di tahun 2010 menjadi 24.097.995.553 di tahun 2011. Pada tahun 2012 total ROI kembali mengalami penurunan, adalah menjadi 0,017. hal ini artinya bahwa setiap Rp 1,00 total aktiva menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp0,017 yang tersedia bagi pemegang saham. Ini dikarenakan laba bersih yang diperoleh
perusahaan
mengalami
penurunan
menjadi
14.137.186.803
dari
24.097.995.553 di tahun 2011. Tahun 2013 ROI kembali mengalami penurunan menjadi 0,016 dari tahun sebelumnya, itu artinya bahwa setiap Rp 1,00 total aktiva memperoleh keuntungan atau sebesar Rp0,016. ini di karenakan laba bersih tahun 2013 juga mengalami penurunan. Secara keseluruhan nilai ROI 2010 sampai dengan 2013 kurang baik karena berada di bawah rata-rata standar industri 30%. d.
Return on Equity (ROE) Untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
(
)=
66
Tabel 4.18 Perhitungan ROE Keterangn Laba bersih (setelah pajak) Ekuitas Hasil
2010
2011
2012
2013
9.918.323.868
24.097.995.553
14.137.186.803
13.228.135.718
323.173.455.253
299.075.459.700
284.938.272.897
271.710.137.179
0,030
0,080
0,049
Pada tahun 2010, nilai ROE menunjukkan angka sebesar 0,030 yang artinya bahwa setiap Rp1,00 modal sendiri dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0.030 yang tersedia untuk para pemegang saham. Di tahun 2011, nilai ROE menunjukkan kenaikan sebesar 0,080 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp0,030 yang tersedia untuk para pemegang saham. Pada tahun 2012, nilai ROE menunjukkan penurunan menjadi 0,049. yang artinya setiap Rp1,00 modal sendiri dapat menghasilkan laba bersih perusahaan sebesar Rp 0,049. dan juga pada tahun 2013, nilai ROI juga mengalami penurunan menjadi 0,047. Yang artinya setiap Rp1,00 modal sendiri mampu menghasilkan laba bersih perusahaaan sebesar Rp0,049. Secara umum nilai ROE tahun 2010 sampai dengan 2013 kurang baik karena dibawah rata-rata industri 40%.
0,047
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengukuran kinerja keuangan melalui rasio-rasio keuangan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan rasio likuiditas yang menggunakan rumus current ratio, quick ratio, cash ratio dan inventory net working capital. Untuk current ratio tahun 2010 baik karena di atas rata-rata industri 2:1. Namun untuk tiga tahun berikutnya mengalami penurunan dan di bawah rata-rata, hal ini berarti kondisi PT Sunson Textile Manufacturer Tbk tahun 2011 sampai 2013 kurang baik dan belum mampu memenuhi utang jangka pendeknya. untuk Quick ratio tahun 2010 sampai dengan 2013 berada di bawah rata-rata industri 1:5, ini menunjukkan bahwa PT Sunson Textile Manufacturer Tbk belum mampu menggunakan aktiva yang ada (tanpa persediaan) untuk memenuhi utang jangka pendeknya. untuk Cash ratio untuk tahun 2010 sampai dengan 2013 di bawah rata-rata 50 ini, berarti kondisi perusahaan dari sisi pemenuhan kewajibannya (utang) dengan ketersediaan kas yang ada kurang baik. Untuk Inventory net Working Capital 2010 sampai dengan 2013 baik karena berada di atas rata-rata industri . 2. Berdasarkan rasio solvabilitas dengan rumus Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio. Untuk Debt to Asset Ratio tahun 2010 sampai dengan 2013 kurang baik karena berada di atas rata-rata industri 35, karena lebih dari 50% perusahaan 67
68
didanai dengan hutang, sehingga kemungkinan perusahaan akan sulit memperoleh pinjaman. Sedangkan jika di lihat dari Debt to Equity Ratio tahun 2010 sampai dengan 2013 cenderung berfluktuasi, tapi meski demikian masih dalam kondisi yang baik karena masih berada di atas rata-rata industri 80. 3. Berdasarkan rasio aktivitas dengan rumus receivable turn over, inventory turn over, working capital turn over. Untuk receivable turn over atau perputaran piutang tahun 2010 sampai dengan 2013 cenderung berfluktuasi, meski demikian masih baik karena berada di atas rata-rata industri 15 kali. Untuk Inventory turn over atau perputaran persediaan cukup efisien meskipun cenderung naik dan turun tapi di atas rata-rata industri 20 kali dan dalam kondisi baik. Untu Working capital turn over 2010 sampai dengan 2013 baik, karena di atas rata-rata industri. 4. Berdasarkan rasio profitabilitas dengan rumus gross profit margin, net profit margin, Retun on Investment (ROI) dan Retun on Equity (ROE). Di lihat dari Gross profit margin, perusahaan 2010 berada di bawah rata-rata industri 30, namun untuk 2011 sampai dengan 2012 menunjukan perbaikan, karena nilai rasionya meningkat dan di atas rata-rata industri. Meski 2013 kembali turun, ini berarti kondisi perusahaan sudah menunjukkan kinerja yang lebih baik. Untuk Net profit margin 2010 sampai dengan 2013 berada di bawah rata-rata industri 20, hal ini berati perusahaan dalam kondisi yang kurang baik karena meski penjualan tinggi, laba bersih yang diperoleh justru cenderung menurun hal ini akibat biaya operasi yang tinggi. Untuk ROI 2010 sampai dengan 2013 kurang baik karena cenderung berfluktuasi dan berada di bawah rata-rata industrinya 30,
69
hal ini
bahwa produktivitas perusahaan belum secara optimal dalam hal
menghasilkan laba bersih. Dan terakhir untuk ROE 2010 sampai dengan 2013 juga kurang baik karena cenderung berfluktuasi dan berada di bawah rata-rata industri 40, hal ini berarti meningkatnya jumlah modal perusahaan belum diimbangi dengan peningkatan laba bersih
5.2 Saran Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi atau saran yang dapat dijadikan masukan untuk PT Sunson Textile Manufacturer Tbk di antaranya : 1. Bagi perusahaan Perusahaan
harus
meningkatkan
likuiditas
perusahaan,
dengan
cara
mempertahankan nilai aktiva lancar agar tidak mengalami penurunan dan tidak lebih kecil dari total hutang lancar dan agar perusahaan dapat membayar kewajibannya secara tepat waktu. Selain itu perusahaan juga harus mampu menekan biaya usaha perusahaan agar memperoleh laba sesuai yang diharapkan, mengingat nilai penjualan yang terus meningkat dan tidak di imbangi dengan laba bersih yang diperoleh. 2. Bagi peneliti selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah alat ukur analisis yang lainnya, seperti EVA (Economic Value Added) dan dapat melakukan analisis
70
dengan menambah jumlah tahun yang digunakan untuk mengukur kinerja, atau menggunakan laporan kuangan dari beberapa perusahaan yang sejenis.
71
DAFTAR PUSTAKA
Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Analisis Kinerja Dengan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 3 No 2. Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta Selatan. Hilman, Rodif dkk. 2014. Kinerja Keuangan Menggunakan Analisis Rasio Likuiditas,Solvabilitas,Aktivitas dan Profitabilitas untuk pengambilan Keputusan pada PT PLN Area Manado. Jurnal EMBA 283 Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 283-294
Hamidu, Novia P. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perbankan di BEI. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 711-721. Harrison, et. al. 2011. Akuntansi Keuangan (INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARS-IFRS). Erlangga. Jakarta.
Ikhsan, Irfan dan Prianthara IB Teddy. 2009. Akuntansi untuk Manajer. Graha Ilmu. Yogyakarta. Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPPE. Yogyakarta. Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Kamaludin, dan Indriani Rini. 2012. Manajemen Keuangan Konsep Dasar dan Penerapannya. Bandar Maju. Bandung. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.
72
Maith, Hendry Andres. 2013. Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Hanjaya Sampoerna. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 619-628
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Margareta, Farah.2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. PT. Dian Rakyat. Jakarta. Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan 7 Analisis Rasio Keuangan. PPM. Jakarta. Riyanto, Bambang. Yogyakarta.
2008.
Dasar-dasar
Pembelajaran
Perusahaan.
BPPE.
Rudianto.2012. Pengantar Akuntansi : Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Erlangga. Jakarta.
Saraswati, Dinastya dkk. 2013. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Keuangan Pada Koperasi (STUDI PADA KOPERASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERIODE 2009-2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 6 No. 2. http://www.iqplus.info/news/stock_news/sstm-sunson-textile-raih-kenaikan-penjualanmeski-masih-derita-rugi,85073121.html. Kamis,24 April 2014 12: 33:15. Sunson textile raih kenaikan penjualan meski masih derita rugi. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/12/05/perlu-10-tahun-untuk-mengimbangiindustri-tekstil-cina. Kamis, 24 April 2014 05 : 58 :29. Perlu 10 Tahun untuk Mengimbangi Industri Tekstil Cina
LAMPIRAN Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi PT Sunson Textile Manufacturer Tbk
73
74
75
76
77
78
79
80