ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL, Tbk PERIODE 2011-2015 Lia Winda Ningrum, Siti Rosyafah, Widya Susanti Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya
[email protected] ABSTRAK Untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan selayaknya apabila suatu perusahaan dilakukan pengukuran ataupun penilaian kinerja perusahaan tersebut. Demikian juga dengan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk yang merupakan sebuah perusahaan yang tentunya selalu ingin mengetahui tingkat kesehatan usahanya dari tahun ke tahun. Untuk menilai kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk menggunakan analisis laporan keuangan dengan rasio keuangan yaitu rasio likuiditas dan rasio aktivitas selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Secara umum dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk berfluktuasi.Rasio likuiditas masih dibawah standar rata-rata sedangkan dilihat dari rasio aktivitas kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk cukup stabil. Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya perusahaan menjaga tingkat rasio likuiditas yang optimal untuk menghindari adanya tingkat likuiditas yang rendah. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas ABSTRACT To know the level of health of a company, it is proper if a company has a measurement or evaluation of work. PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk is one of companies which tend to know the level of health of the company of the year. To assess the financial performance PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk using financial statement analysis with financial ratios that the liquidity ratio and activity ratio during the period of 5 (five) years. The method used in this researchis descriptive qualitative with financial ratio analysis. The result of the research shows that the condition of financial PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk is fluctuated. The liquidity ratio is still below the average standard while the views of the activity ratio financial permormance of PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk is fairly stable. The writer suggests that the company should maintain an optimal level of liquidity ratios to avoid the presence of low levels of liquidity. Keywords : Financial Performance, Liquidity Ratio, Activity Ratio
43
PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha pada zaman sekarang telah berkembang dengan pesat baik perusahaan dengan skala besar maupun skala kecil. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi dan keuangan semakin disadari oleh para usahawan. Akuntansi menghasilkan informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Informasi itu sendiri adalah data atau fakta yang diolah dan disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Perkembangan dunia usaha menyebabkan tingginya persaingan, sehingga tiap perusahaan perlu meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang. Setiap perusahaan memerlukan keputusan yang tepat untuk penyelesaian masalah yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang tepat memerlukan berbagai informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut menyangkut masalah kinerja perusahaan yang berhubungan dengan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu. informasi mengenai kinerja perusahaan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran atau penilaian kinerja perusahaan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen dalam mengukur dan menilai kinerja perusahaan perlu memahami kondisi keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan yang tepat, melalui laporan keuangan yang telah disajikan oleh akuntan.Salah satu cara menilai kinerja keuangan adalah dengan melakukan analisis keuangan perusahaan. Ukuran yang sering dipakai dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya (Kasmir 2013:104). Adapun obyek penelitian yang di gunakan oleh penulis adalah PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk. PT Kedawung Setia Industrial merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak di bidang industri peralatan rumah tangga berlapis enamel dan berlokasi di Surabaya. PT Kedawung Setia Industrial Tbk juga telah dikenal oleh masyarakat luas karena sebagian besar
44
masyarakat Indonesia khususnya Surabaya menggunakan produk-produk yang dipasarkan oleh PT Kedawung Setia Industrial, Tbk. PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk juga merupakan perusahaan yang telah go public dan listing di Bursa Efek Indonesia. Untuk dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, maka diperlukan penilaian terhadap kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial, Tbk, yang mana hal ini dapat dilakkan dengan menggunakan analisis terhadap kinerja keuangan melalui rasio-rasio keuangan.Adapun analisis rasio keuangan yang telah di gunakan oleh PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk adalah analisis rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.Perusahaan belum menggunakan analisis rasio likuiditas dan rasio aktivitas, oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk jika di lihat dari analisis rasio likuiditas dan rasio aktivitasnya selama 5 (lima) periode yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Begitu pentingnya kinerja keuangan perusahaan sehingga sangat berguna bagi pihak manajemen untuk terus mengetahui kondisi keuangan perusahaan termasuk peningkatan laba operasional dan pos-pos keuangan lainnya. Dengan kinerja perusahaan yang baik diharapkan dapat mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan dari hasil usahanya yang menguntungkan.Laba mencerminkan kinerja perusahaan, dari ukuran laba maka dapat dilihat apakah perusahaan mempunyai kinerja yang bagus atau tidak. Atas dasar pemikiran yang diuraikan diatas, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Penilaian Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT Kedawung Setia Industrial Tbk Periode 20112015” Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan yang menjadi pokok permasalahan adalah “Bagaimana kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk periode tahun 2011-2015 jika dilihat dari analisis laporan keuangan menggunakan analisis rasio likuiditas dan rasio aktivitas ?”.
45
Tujuan Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang dijelaskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk jika dilihat dari analisis rasio likuiditas dan rasio aktivitas selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Laporan Keuangan Akuntansi memberikan informasi untuk mengetahui kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan melalui laporan keuangan yang telah disajikan dalam tiap-tiap periode. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Fahmi ( 2012:25) mengemukakan bahwa “laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut”. Analisis Laporan Keuangan Jumingan (2011:42) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsure-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya.Kegiatan analisis laporan keuangan juga dilakukan dengan tujuan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan. Analisis Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan dimasa lalu, saat ini, dan kemungkinan dimasa yang akan datang. Kasmir (2013:104) menjelaskan analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
46
cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen lain dalam satu laporan keuangan, kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Untuk mengukur kondisi atau kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan analisis rasio-rasio keuangan. Kasmir (2013:106) analisis rasio yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan meliputi : 1.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Jenis-jenis rasio likuiditas antara lain: a. Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Untuk menghitung Current Ratio (CR) menggunakan rumus : Aktiva Lancar Current Ratio = Utang Lancar
b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Untuk menghitung Quick Ratio(QR) menggunakan rumus : Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Utang Lancar
47
c. Cash Ratio (Rasio Kas) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Untuk menghitung Cash Ratio (CSR) menggunakan rumus : Kas Cash Ratio = Utang Lancar 2.
Activity Ratio (Rasio Aktivitas)
Menurut Kasmir (2013:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.Jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu : a. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan ini berputar dalam satu periode.Untuk menghitung Inventory Turn Over(ITO) menggunakan rumus : Penjualan ITO = Persediaan b. Total Asset Turn Over (Rasio Perputaran Total Aset) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Untuk menghitung Total Assets Turn Over(TATO) menggunakan rumus : Penjualan TATO
= Total Aktiva
c. Fixed Asset Turn Over Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Untuk menghitung Fixed Asset Turn Over(FATO) menggunakan rumus :
48
Penjualan FATO
= Total Aktiva Tetap
d. Working Capital Turn Over (Perputara Modal Kerja) Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Untuk mengitung Working Capital Turn Over(WCTO) menggunakan rumus : Penjualan Bersih WCTO
= Modal Kerja
Kinerja Keuangan Peusahaan Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Menurut Fahmi (2012:239) pengertian dari kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Model Analisis Dalam penelitian ini penulis menggunakan model analisis dengan tahapantahapan sebagai berikut: Identifikasi Perumusan Masalah
Klasifikasi Laporan Keuangan Analisis Rasio Keuangan Kinerja Keuangan Sumber : Peneliti (2016)
Gambar 1 Model Analisi
49
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan melakukan perhitungan terhadap data-data kuantitatif yang tercatat dalam neraca keuangan dan laporan laba-rugi. Metode ini menunjukkan data dalam bentuk yang dapat membantu untuk memahami karakteristik variable dalam suatu situasi yang menarik.Data yang diperoleh disusun secara sistematis dan diuraikan kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan serta untuk dicari jalan pemikirannya. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder karena data yang diperoleh peneliti berasal dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dengan caramendownload. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan. Tahap-tahap yang dilakukan untuk menganalisis data adalah dengan menghitung data dari laporan keuangan neraca dan laporan keuangan laba-rugi PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk dengan menggunakan rasio keuangan dengan metode time series analysismulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.Rasio keuangan tersebut adalah rasio likuiditas dan rasio aktivitas.Rumusrumus analisis rasio keuangan tersebut menurut Kasmir (2013:134,180) adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio Aktiva Lancar Current Ratio = Utang Lancar b. Quick Ratio Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Utang Lancar c. Cash Ratio Kas Cash Ratio = Utang Lancar
50
2. Rasio Aktivitas a. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turn Over) Penjualan TATO = Total Aktiva
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Penjualan ITO = Persediaan
c. Fixed Asset Turn Over Penjualan FATO = Total Aktiva Tetap d. Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja) Penjualan Bersih WCTO = Modal Kerja
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Rasio Likuiditas
Tahun 2011
Tabel 1 Perhitungan Current Ratio (CR) Aktiva Lancar Utang Lancar CR (1) (2) (1:2) 382.029.527.030 286.094.512.844 134 %
Keterangan -
2012
369.492.031.597
232.231.315.524
159 %
Naik 25%
2013
490.442.425.485
339.511.722.996
144 %
Turun 15%
2014
556.324.706.587
406.688.594.384
137 %
Turun 7%
2015
731.258.691.057
632.245.408.415
116 %
Turun 21%
Sumber : Peneliti (2016)
51
Tabel 2 Perhitungan Quick Ratio (QR) Tahun
Aktiva Lancar (1)
Persediaan (2) 182.701.488.424
Utang Lancar (3) 286.094.512.844
QR (1-2:3) 70%
Keterangan
2011
382.029.527.03 0
2012
369.492.031.597
146.014.414.028
232.231.315.524
96%
Naik 26%
2013
490.442.425.485
154.620.467.948
339.511.722.996
99%
Naik 3%
2014
556.324.706.587
185.033.672.765
406.688.594.384
91%
Turun 8%
2015
731.258.691.057
278.104.766.709
632.245.408.415
72%
Turun 19%
-
Sumber : Peneliti (2016)
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 3 Perhitungan Cash Ratio (CSR) Kas Utang Lancar (1) (2) 8.689.123.618 286.094.512.844 13.141.119.259 90.395.189.211 67.961.938.570 112.559.222.609
232.231.315.524 339.511.722.996 406.688.594.384 632.245.408.415
CSR (1:2) 3%
Keterangan
6% 27% 17% 18%
Naik 3% Naik 21% Turun 10% Naik 1%
-
Sumber : Peneliti (2016)
Analisis Rasio Aktivitas
Keterangan
2011
Tabel 4 Perhitungan Inventory Turn Over (ITO) Penjualan Persediaan ITO (1) (2) (1:2) 1.180.506.128.191 182.701.488.424 6 kali
2012
1.301.332.627.213
146.014.414.028
9 kali
Naik 3 kali
2013
1.386.314.584.485
154.620.467.948
9 kali
Tetap
2014
1.626.232.662.544
185.033.672.765
9 kali
Tetap
2015
1.713.946.192.967
278.104.766.709
6 kali
Turun 3 kali
Tahun
-
Sumber : Data primer diolah peneliti (2016)
52
2011
Tabel 5 Perhitungan Total Asset Turn Over (TATO) Penjualan Total Aktiva TATO (1) (2) (1:2) 1.180.506.128.191 587.566.985.478 2,00 kali
2012
1.301.332.627.213
570.564.051.755
2,28 kali
Naik 0,28 kali
2013
1.286.314.584.485
850.233.842.186
1,51 kali
2014
1.626.232.662.544
952.177.443.047
1,70 kali
Turun 0.77 kali Naik 0,19 kali
2015
1.713.946.192.967
1.177.093.668.866
1,45 kali
Tahun
Keterangan -
Turun 0,25 kali
Sumber : Peneliti (2016)
2011
Tabel 6 Perhitungan Fixed Asset Turn Over(FATO) Penjualan Total Aktiva Tetap FATO (1) (2) (1:2) 1.180.506.128.191 180.174.436.949 6,55 kali
2012
1.301.332.627.213
171.839.026.968
7,57 kali
Naik 1,02 kali
2013
1.286.314.584.485
342.883.472.236
3,75 kali
Turun 3,82 kali
2014
1.626.232.662.544
377.745.435.931
4,30 kali
Naik 0,55 kali
2015
1.713.946.192.967
403.005.081.573
4,25 kali
Turun 0,05 kali
Tahun
Keterangan -
Sumber : Peneliti (2016)
2011
Tabel 7 Perhitungan Working Capital Turn Over Penjualan Bersih Modal Rata-rata WCTO (1) (2) (1:2) 1.180.506.128.191 95.935.014.186 12,3kali
2012
1.301.332.627.213
137.260.716.073
9,5kali
Turun 2,8 kali
2013
1.286.314.584.485
150.930.702.489
8,5kali
Turun 1 kali
2014
1.626.232.662.544
149.636.112.203
10,9kali
Naik 6,6 kali
2015
1.713.946.192.967
99.013.282.637
17,3kali
Naik 6,4 kali
Tahun
Keterangan -
Sumber : Peneliti (2016) 53
Tabel 8 NILAI STANDAR INDUSTRI RASIO Rasio Likuiditas Current Ratio (CR) Quick Ratio (QR) Cash Ratio (CSR) Rasio Aktivitas Inventory Turn Over (ITO) Total Asset Turn Over (TATO) Fixed Asset Turn Over (FATO) Working Capital Turn Over (WCTO) Sumber : Kasmir (2013:143,187)
STANDAR 200% 100% 50% 20 kali 2 kali 5 kali 6 kali
Interpretasi 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio (Rasio Lancar) Tahun 2012 utang lancar mengalami penurunan dari tahun 2011, yang sebelumnya sebesar Rp. 286 miliar menjadi Rp. 232 miliar atau turun sebanyak Rp. 54 miliar. Penurunan yang signifikan pada utang lancar adalah penurunan utang bank jangka pendek yang berkaitan dengan peningkatan laba komprehensif dan perolehan cash flow dari hasil aktivitas operasional yang digunakan untuk melunasi utang bank jangka pendek.Untuk penurunan utang usaha disebabkan oleh meningkatnya pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan. Penurunan utang lancar tersebut mengakibatkan nilai current ratio menjadi naik sebesar 159% dan menjadikan angka tertinggi selama 5 periode seperti yang terlihat pada tabel 1. Namun angka tersebut masih dibawah standar industry untuk current ratio yaitu 200%.Hal ini menunjukkan kondisi perusahaan dinilai kurang baik karena rasionya masih dibawah rata-rata industri. b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Pada tabel 8 dapat diketahui standar industri untuk Quick ratio adalah 100%, sedangkan dari tabel 2 terlihat nilai quick ratio PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk selama 5 tahun tertinggi adalah 99% pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan kondisi perusahaan dinilai kurang baik karena rasionya masih 54
dibawah rata-rata industri. Rendahnya quick ratio dikarenakan perusahaan belum optimal dalam mengelola persediaannya. Tingginya nilai persediaan didominasi oleh akun persediaan bahan baku dan barang jadi, peningkatan persediaan dimaksudkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi Entitas Anak Perusahaan. Jika rasio perusahaan dibawah rata-rata industri, hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran utang lancar, padahal menjual persediaan untuk harga yang normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjual dibawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian. c. Cash Ratio (Rasio Kas) Tahun 2011 nilai kas pada PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk sangat kecil yaitu sebesar Rp. 8 miliar, rendahnya nilai kas dikarenakan Entitas Anak Perusahaan mengalihkan kebijakan pembayaran secara tunai kepada beberapa vendor ke pembayaran utang bank jangka pendek karena cash discount dari beberapa vendor yang kurang menarik. Pada tahun 2011 juga terjadi peningkatan nilai pembelian bahan baku disertai perubahan kebijakan pembayaran yang tidak lagi memanfaatkan cash discount dan menyebabkan utang usaha meningkat. Perubahan kebijakan ini berdampak terhadap penerimaan kas bersih dari aktivitas operasi pada tahun 2011 dan mengakibatkan rendahnya nilai cash ratio di tahun 2011 sebesar 3%, angka ini masih sangat jauh dari standar rata-rata untuk cash ratio yaitu sebesar 50%.Cash ratio pada tahun 2011 memiliki nilai paling rendah selama 5 periode seperti terlihat pada tabel 3. 2. Rasio Aktivitas a. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan) Dari tabel 8 dapat diketahui standar industri untuk inventory turn over adalah 20 kali, sedangkan pada tabel 4 dapat terlihat nilai inventory turn over PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk selama 5 tahun tertinggi adalah 9 kali pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Hal ini menunjukkan kondisi perusahaan dinilai kurang baik karena rasionya masih dibawah rata-rata industri. Rendahnya nilai inventory turn over dikarenakan perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan atau tidak produktif yang mengakibatkan banyak barang sediaan yang
55
menumpuk dan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah. Tingginya nilai persediaan didominasi oleh akun persediaan bahan baku dan barang jadi.Dari tabel 4 dapat diketahui pula kinerja keuangan perusahaan jika dilihat dari inventory turn over kondisi terbaik berada pada 3 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, sedangkan kondisi terendah berada pada tahun 2011 dan tahun 2015. b.
Total Asset Turn Over (Rasio Perputaran Total Aktiva) Tingginya nilai total asset turn over dikarenakan adanya penurunan nilai
total aktiva dari tahun 2011 ke tahun 2012 yang disebabkan oleh penurunan jumlah aktiva lancar sebesar Rp. 12,5 miliar. Perubahan cukup signifikan pada beberapa akun aktiva lancar adalah kenaikan kas dan bank sebesar Rp. 4,4 miliar tidak terlepas dari peningkatan laba komprehensif dan penerimaan rabat Entitas Anak Perusahaan sebesar Rp. 13,5 miliar. Begitu pula dengan kenaikan piutang usaha sebesar Rp. 22,5 miliar, merupakan dampak dari kenaikan penjualan. Sedangkan penurunan persediaan, selain dari peningkatan penjualan, juga disebabkan oleh tertundanya pengiriman bahan baku dari supplier yang melakukan overhaul terhadap mesinnya. Tingginya total asset turn over berarti bahwa perusahaan telah mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Dengan demikian dapat diketahui pula kinerja keuangan perusahaan jika dilihat dari total asset turn over kondisi terbaik berada pada tahun 2012 dan kondisi terendah berada pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dinilai cukup baik karena berada diatas rata-rata industri. c. Fixed Asset Turn Over (Rasio Perputaran Aktiva Tetap) Dari tabel 8 dapat diketahui standar industri untuk fixed asset turn over adalah 5 kali, sedangkan dari tabel 6 dapat terlihat nilai fixed asset turn over PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk selama 5 tahun tertinggi adalah 7,57 kali pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dinilai cukup baik karena berada diatas rata-rata industri. Dengan demikian perusahaan telah mampu untuk memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Dari tabel 6 dapat diketahui pula kinerja keuangan perusahaan jika dilihat dari fixed asset turn over kondisi terbaik berada pada 2 tahun berturut-turut yaitu
56
dari tahun 2011 dan tahun 2012. Terlihat pada tahun 2012 nilai fixed asset turn over sebanyak 7,57 kali, hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai aktiva tetap dari tahun 2011 ke tahun 2012. Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada aktiva tetap, karena dampak dari beban penyusutan sebesar Rp. 12,6 miliar sedangkan penambahan aktiva tetap hanya sebesar Rp. 4,3 miliar. Pada tahun 2012 perusahaan dinilai paling mampu dalam memaksimalkan kapasitas aktiva teta yang dimilikinya. d. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja) Dari tabel 8 dapat diketahui standar industri untuk working capital turn over adalah 6 kali, sedangkan pada tabel 7 dapat terlihat nilai working capital turn over PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk selama 5 tahun tertinggi adalah 17,3 kali pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dinilai cukup baik karena berada diatas rata-rata industri. Tingginya nilai working capital turn over pada tahun 2015 dikarenakan adanya penurunan nilai modal dari tahun 2014 ke tahun 2015 dan disertai dengan kenaikan nilai penjualan sebesar Rp. 87,7 miliar.
SIMPULAN Berdasarkan penilaian kinerja perusahaan melalui analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas danrasio aktivitas selama 5 tahun berturut-turut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan berfluktuatif atau tidak stabil,yang berarti bahwa manajemen perusahaan masih belum optimal dalam mengelola perusahaannya. Hal ini dapat dilihat dari Current ratio, quick ratio, dancash ratio selama tahun 2011 sampai dengantahun 2015 yang menandakan kondisi perusahaan kurang
stabil atau cenderung rendah. Dengan demikian
kinerja keuangan peusahaan jika dilihat dari rasio likuiditas dinilai kurang baik.
57
b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup baik, karena perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dari total asset turn over, fixed asset turn over dan working capital turn over yangmenunjukkan nilai diatas rata-rata standar industri. Namun untuk inventory turn over nilai yang ditunjukkan kurang baik karena berada dibawah rata-rata standar industri yang berarti bahwa perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan atau tidak produktif. Akan tetapi secara keseluruhan jika dilihat dari rasio aktivitas, kinerja keuangan perusahaan dinilai baik selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
SARAN Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kinerja keuangan perusahaan, maka akan dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1.
Hendaknya perusahaan menjaga tingkat rasio likuiditas yang optimal untuk menghindari adanya tingkat likuiditas yang rendah. Bila rasio likuiditas terlalu rendah maka kurang efektif dalam mengelola aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan.
2.
Perusahaan hendaknya lebih efisien dan efektif dalam mengelola persediaannya dan menaikkan tingkat penjualannya agar laba yang diperoleh semakin tinggi. Dan sebaiknya pihak manajemen dapat lebih meningkatkan dan memperbaiki kinerja perusahaan secara keseluruhan agar perusahaan lebih baik lagi.
58
DAFTAR PUSTAKA Fahmi, Irham 2012, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Kedua, Alfabeta, Bandung. Jumingan 2011, Analisis Laporn Keuangan, Edisi Keempat, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, Jakarta. Kasmir 2013, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 1, Cetakan Ke-6, Rajawali Pers, Jakarta. www.idx.co.id
59