MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI POKOK BAHASAN ZAKAT SISWA KELAS 6 SD GEDONG 03 KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SUROTO NIM 11409104
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI POKOK BAHASAN ZAKAT SISWA KELAS 6 SD GEDONG 03 KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SUROTO NIM 11409104
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp
: 2 (dua) Naskah
Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Saudara
: Suroto Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamualaikum w.w. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: Suroto
NIM
: 11409104
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul
: Menggunakan Metode Student Team Achievement Division Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Pokok Bahasan Zakat Siswa Kelas 6 SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi maklum. Wassalamualaikum w.w. Salatiga, 09 Agustus 2011 Pembimbing
Drs. Bahroni, M.Pd NIP. 19640818 199403 1 004
ii
SKRIPSI
MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI POKOK BAHASAN ZAKAT SISWA KELAS 6 SD GEDONG 03 KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
DISUSUN OLEH SUROTO NIM: 11409104 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Drs. H. Mubasirun, M.Ag.
______________________
Sekretaris Penguji
: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
______________________
Penguji I
: Drs. H.A. Sulthoni, M.Pd.
______________________
Penguji II
: Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.
______________________
Penguji III
: Drs. Bahroni, M.Pd.
______________________
Salatiga, 24 Agustus 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: SUROTO
NIM
: 11409104
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 09 Agustus 2011 Yang menyatakan,
SUROTO
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
َط ّهِرُهُمْ وَ ُت َزكِّيهِمْ ِبهَا وَصَلِّ عَلَ ْيهِمْ إِّنَ صَال َتك َ خُذْ مِنْ َأمْىَاِلهِمْ صَ َد َقةً ُت )ٔٓ٣( ٌسمِيعٌ عَلِيم َ ُسكَنٌ َلهُمْ وَالَله َ “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Isteriku tercinta yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil 2. Putra-Putriku tersayang 3. Cucu-cucuku yang tersayang 4. Seluruh teman-teman seperjuangan yang memberikan semangat
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Syukur tak terhingga penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat yang tiada terhitung bagi penulis. Salah satu nikmat yang dapat penulis sadari adalah selesainya penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW. Semoga dengan bacaan shalawat tersebut penulis tergolong salah satu umat beliau yang mendapat syafaat. Dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI POKOK BAHASAN ZAKAT SISWA KELAS 6 SD GEDONG 03 KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG. Skripsi ini selesai penulis susun karena penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, beserta Jajaran dan Staf tingkat Jurusan. 3. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku ketua Progdi Ekstensi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf. 4. Bapak
Drs.
Bahroni,
M.Pd
selaku
pembimbing
yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis selama studi. 5. Bapak Sukoyono, A.Ma.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Gedong 03 6. Dosen-dosen Jurusan Tarbiyah yang telah memberikan penulis ilmu dan pengetahuan yang tak terhingga nilainya.
vi
Penulis yakin bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan dankesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan sumbangsih dan saran dari pembaca budiman demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh insan pendidikan Islam di tanah air. Amiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 09 Agustus 2011 Penulis
SUROTO NIM: 11409104
vii
ABSTRAK
SUROTO. 2011. MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI POKOK BAHASAN ZAKAT SISWA KELAS 6 SD GEDONG 03 KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd Kata Kunci: materi zakat, PAI, STAD Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi zakat di kelas VI SD Gedong 03. Pertanyaan utama yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah prestasi belajar PAI pokok bahasan zakat pada siswa kelas 6 SD Gedong 03 Kecematan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011? (2) Apakah metode student team achievement division mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI pokok bahasan Zakat di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas ini penulis laksanakan mulai tanggal bulan Juli hingga bulan Agustus 2011 dan terdiri dari 3 siklus. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas VI SD Negeri Gedong 03 memiliki prestasi belajar PAI yang rendah, dari total 11 siswa kelas VI, baru 16,7% (2 siswa) yang memiliki prestasi belajar di atas standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yaitu 60 secara kontinu. Sisanya masih kesulitan mencapai nilai SKBM tersebut, yaitu berjumlah 9 siswa (83,3%). Metode STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SDN Gedong 03 mengenai prestasi belajar siswa pada materi zakat pada mata pelajaran PAI. Kesimpulan ini berdasarkan dari peningkatan prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata kelas yang semakin meningkat dari siklus I hingga siklus III berturut-turut adalah 58,6; 64,5; dan 75,9. Hasil test formatif menunjukkan bahwa di akhir siklus III telah 90,91% siswa yang memiliki pemahaman tinggi terhadap materi kewajiban zakat. Sedangkan 1 siswa yang tersisa masih belum memahami materi kewajiban zakat disebabkan karena rendahnya motivasi belajar yang merupakan akibat dari permasalahan di dalam keluarga.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................
7
E. Kegunaan Penelitian ..................................................................
8
F. Definisi Operasional ..................................................................
8
G. Metode Penelitian ......................................................................
13
H. Sistematika Penulisan ................................................................
23
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................
24
A. Pendidikan Agama Islam .........................................................
24
B. Pokok Bahasa Zakat ..................................................................
28
C. Motivasi Belajar ........................................................................
43
D. Prestasi Belajar Siswa ...............................................................
45
E. Metode Student Team Achievement Division ............................
49
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................
55
A. Gambaran Umum ......................................................................
55
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .................................................
63
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ................................................
67
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...............................................
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
73
A. Deskripsi Per Siklus ..................................................................
73
B. Pembahasan ...............................................................................
86
BAB V PENUTUP .......................................................................................
90
A. Kesimpulan................................................................................
90
B. Saran ..........................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu ....................................................... Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Gedong 03 Tahun 2007/2008 s.d Tahun 2009/2010 ..................................................................................... Tabel 3.2 Jumlah Siswa SDN Gedong 03 Tahun 2009/2010 ....................... Tabel 3.3 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Gedong 03 Tahun Pelajaran 2011/2012 ..................................................................... Tabel 3.4 Data Karakteristik Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 ................... Tabel 4.1 Lembar Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus I ......................... Tabel 4.2 Hasil Penilaian Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 pada Siklus I .. Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus II ........................ Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 pada Siklus II . Tabel 4.5 Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus III .................................... Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 pada Siklus III Tabel 4.7. Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode STAD ......... Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa dalam Pembelajaran Materi Zakat .................................................................................
xi
52 59 59 60 62 75 76 79 80 83 85 87 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Skema Penelitian Tindakan Kelas .............................................. Gambar 3.1. Struktur Organisasi SDN Gedong 03 .........................................
xii
17 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7
: Rencana Pelaskanaan Pembelajaran (RPP) : Lembar Pengamatan PBM untuk Guru : Hasil Observasi Terhadap Guru Dalam Proses Pembelajaran Siklus I, II, III : Lembar Pengamatan Motivasi Siswa Dalam PBM : Hasil Tes Formatif Siswa Dalam Pembelajaran Materi Zakat Siklus I, II, III : Gambar Aktivitas Belajar Mengajar Dengan Metode STAD : Riwayat Hidup Peneliti
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya (UU No. 20 Th. 2003). Tujuan pendidikan yang diamanatkan tersebut menjadi permasalahan yang sampai sekarang yang belum seluruhnya terpecahkan. Masih banyak permasalahanpermasalahan yang berhubungan dengan suasana belajar yang kurang kondusif, kurang berkembangnya potensi peserta didik dan yang paling terlihat adalah merosotnya akhlak mulia yang berkaitan erat dengan pendidikan agama. Pemecahan permasalahan tersebut harus sudah diusahakan dalam dunia pendidikan sejak jenjang pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar diperuntukkan bagi generasi muda yang memasuki masa anak-anak akhir. Desmita (2005:153) menggolongkan anak usia 6 tahun hingga memasuki usia yang matang secara seksual ke dalam masa anakanak akhir. Anak matang secara seksual umumnya pada umur 13 bagi wanita dan 14 bagi laki-laki. Pada usia 6 tahun, anak mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan perkembangan kognitif yang membuatnya mampu berpartisipasi dalam berbagai aktivitas baru. Selain itu, pertumbuhan tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah fisis dan psikologis bagi mereka (Desmita, 1
2005: 154). Pendidikan agama haruslah ditanamkan sejak anak-anak baik pada fase anak-anak awal, pertengahan maupun akhir. Pada masa anak-anak akhir, yaitu ketika usia memasuki kelas VI SD, pendidikan agama harus lebih ditekankan. Hal tersebut karena masa ini adalah masa anak menuju remaja. Penanaman pendidikan yang dilakukan sejak kecil akan tertanam kuat pada anak hingga ia dewasa. Pendidikan agama yang ditanamkan sejak kecil juga menjadi pondasi kuat bagi pendidikan umum selanjutnya. Pendidikan agama seharusnya menjadi prioritas utama dibandingkan pendidikan umum. Manusia boleh saja mengejar pendidikan umum yang berfungsi untuk menjalani kehidupan di dunia, namun pendidikan agama tetap memiliki prioritas tertinggi disamping pendidikan umum bagi orang beragama. Bagi orang beragama kehidupan akhirat lebih penting bagi kehidupan di dunia. Pentingnya pendidikan agama sejak dini telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW melalui hadits beliau tentang pentingnya mendidik anak untuk shalat sejak dini, sebagaimana tertuang pada kitab shalat bab kapan anak kecil diperintah shalat di dalam Kitab Sunan Al-Tirmidzi karangan Imam Tirmidzi (Al-Tirmidzi, 1967:253) berikut:
Artinya: “Ajarkanlah shalat kepada anak-anak di umur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan shalat di umur sepuluh tahun” (HR. Tirmidzi).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama begitu penting
2
sehingga sejak dini anak sudah harus diajarkan tentang ibadah shalat. Apabila anak membangkang dalam mengerjakan shalat, maka orang tua wajib memberi hukuman. Namun demikian hukuman tersebut tidak boleh menyakiti anak. Dengan cara demikian, anak akan terbiasa menjalankan agama sejak dini. Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembelajaran agama Islam di tingkat sekolah dasar sangat banyak. Salah satu permasalahan tersebut adalah sulitnya menumbuhkan ketertarikan dari dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran. Perhatian anak sangat mudah terpecah oleh hal-hal di luar sekolah seperti bermain video game, bermain game online atau bahkan bermain dengan ponsel mereka. Sampai pada taraf ini, dunia pendidikan dihadapkan dengan salah satu efek negatif perkembangan teknologi. Walaupun demikian, anak adalah amanat Allah SWT yang harus disyukuri dengan jalan mendidik dengan benar. Sulitnya menumbuhkan ketertarikan siswa pada nilai-nilai agama seharusnya dapat diatasi dengan menggunakan metode yang mengintegrasikan aspek perkembangan fisik, motorik maupun kognitif siswa sehingga menimbulkan keceriaan dalam proses belajar mengajar. Anak-anak diibaratkan seperti kertas putih yang belum memiliki coretan sedikitpun. Pada masa ini, anak masih berada dalam kondisi polos yang dapat dibentuk sesuai pendidikan yang diberikan kepadanya. Pendidikan yang paling awal bagi anak dilaksanakan oleh orang tua, kemudian oleh guru. Al-Falih (2007:65) mengutip sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Sahabat Abi Hurairah r.a tentang sifat fitrah yang dimiliki oleh setiap anak yang lahir ke dunia (Al-Tirmidzi, 1967:303) .
3
Artinya: “Setiap anak dilahirkan di atas al-millah (agama fitrahnya, Islam), namun, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nashrani, atau menjadikannya seorang yang musyrik.” (HR. Tirmidzi) Dari hadits nabi tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya yaitu beragama Islam. Orang tua anak tersebut yang kemudian menjadikannya Yahudi, Nasrani atau bahkan musyrik. Bekal pendidikan agama pertama dan paling utama telah diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Apabila orang tua mendidik anak dengan benar, maka anak akan memiliki agama yang benar, dan begitupula sebaliknya. Setelah anak memiliki cukup umur, barulah mereka memasuki jenjang pendidikan formal dan berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya. Pada saat ini, peran guru sangat penting dalam memberikan pendidikan agama yang lebih baik lagi. Seorang pendidik, dalam hal ini guru, dapat memanfaatkan dengan baik setiap aspek yang ada di dalam diri anak untuk dikembangkan. Apabila hal tersebut berhasil, maka perkembangan anak pada fase-fase berikutnya
akan
lebih baik. Sebagai contohnya, anak akan menjadi seorang mukmin yang tangguh, kuat dan energik bila seorang guru berhasil di dalam ranah pendidikan agama. Seorang pendidik dapat meneladani sosok Muhammad SAW dalam mendidik anak dengan mempraktikkan kandungan hadits-hadits beliau di bidang pendidikan, khususnya pendidikan agama. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan
4
pendidikan dasar bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Permendiknas No 22 tahun 2006 telah mengatur tentang kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah dasar. Pembelajaran di kelas I sampai kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik dan pembelajarn di kelas IV sampai kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Seluruh mata pelajaran di tingkat SD berjumlah 8 mapel. Satuan pendidikan dimungkinkan untuk mengambah empat jam pelajaran dalam satu minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu untuk satu jam pelajaran adalah 35 menit (Permendiknas No.22 Tahun 2006:9). Melalui struktur kurikulumnya, mata pelajaran pendidikan agama Islam memperoleh alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap minggu. Tiga jam pelajaran setiap minggu tersebut harus dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh guru dalam menanamkan ilmu-ilmu keagamaan pada siswa. Berdasarkan pengalaman yang penulis alami selama bertahun-tahun mengajar mata pelajaran PAI di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaen Semarang, penulis banyak sekali mengalami kesulitan dalam menanamkan pokok bahasan zakat kepada siswa kelas VI. Pada tahun 2011, siswa kelas VI di SD Gedong 03 berjumlah 12 siswa. Dari jumlah tersebut, baru 16,7% (2 siswa) yang memiliki prestasi belajar di atas standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yaitu 60 secara kontinyu. Sisanya masih kesulitan mencapai nilai SKBM tersebut. Selain itu, baru 33,4% (4 siswa) yang menunjukkan motivasi dan ketertarikan serta perhatian yang tinggi di atas rata-rata anak yang lain. Dari hasil observasi awal yang penulis lakukan, banyaknya anak yang memiliki prestasi belajar rendah disebabkan oleh metode mengajar yang penulis
5
terapkan. Hal tersebut penulis ketahui setelah seringkali melihat penurunan tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran ketika pokok bahasan zakat diberikan dengan metode konvensional yaitu ceramah. Tampak bahwa siswa kesulitan dalam memahami pokok bahasan zakat tersebut sehingga mengalihkan perhatian mereka pada objek lain di kelas, lebih tertarik untuk berbicara dengan teman dan tidak mendengarkan guru. Hal tersebut mendorong penulis untuk mencari metode pengajaran baru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaan pendidikan agama Islam pokok bahasan zakat. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis memutuskan untuk menerapkan metode student team achievement division dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam pokok bahasan zakat di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah prestasi belajar PAI pokok bahasan zakat pada siswa kelas 6 SD Gedong 03 Kecematan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011? 2. Apakah metode student team achievement division mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI pokok bahasan Zakat di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011?
6
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui prestasi belajar PAI mata pelajaran zakat pada siswa kelas 6 SD Gedong 03 Kecematan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011.
2.
Untuk mengetahui apakah metode student team achievement division mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Herawati Susilo dkk, menyatakan bahwa “hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan dilakukan” (Susilo dkk, 2009:48). Hipotesis tindakan merupakan alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk dilakukan dalam rangka memecahkan masalah yang akan penulis teliti. Dalam rencana penelitian ini, penulis mengemukakan hipotesis tindakan “Jika Metode Student Team Achievement Division diterapkan pada pembelajaran, penulis percaya bahwa metode tersebut mampu meningkatkan prestasi belajar PAI siswa pada pokok bahasan zakat”. Indikator keberhasilan dalam rencana penelitian ini adalah adanya peningkatan yang terjadi pada setiap siklus pembelajaran yang dilakukan penulis. Peningkatan tersebut dapat berupa peningkatan mengenai keaktifan siswa, motivasi siswa, perhatian siswa, kedisiplinan siswa dan peningkatan prestasi siswa terhadap pokok bahasan zakat yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai evaluasi belajar siswa.
7
E. Kegunaan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat berguna untuk: 1.
Meningkatkan mutu pembelajaran di tingkat sekolah dasar khususnya SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
2.
Meningkatkan profesionalitas guru dalam mengajar, khususnya guru-guru di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang
3.
Mampu memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guru SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
F. Definisi Operasional Perbedaan penafsiran merupakan masalah kritis dalam memahami sebuah penelitian. Penulis akan menjelaskan maksud yang terkandung di dalam judul proposal penelitian ini agar tidak terjadi salah tafsir dalam membaca proposal penelitian ini. 1. Metode Student Team Achievement Division (STAD) Ismail (2008:8) mengatakan bahwa metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara paling tepat atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode bukan merupakan tujuan itu sendiri, melainkan digunakan sebagai sarana. Tanpa adanya metode,
8
tujuan yang telah ditetapkan akan sulit dicapai. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan (Ismail, 2008:8). Komponen utama metode pembelajaran adalah adanya cara tertentu yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, adanya tujuan itu sendiri dan adanya efektifitas serta efisiensi cara yang digunakan. Tanpa komponenkomponen tersebut, sebuah cara mengajar belum disebut dengan metode pembelajaran. Metode Pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor kelompok. Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dijelaskan bahwa proses pembelajaran pendidikan agama Islam pokok bahasan zakat bagi siswa di SD
9
Gedong 03 Kecamatan Banyubiru adalah:
a.
Guru meminta siswa membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran jenis kelamin, prestasi, suku dan lain-lain). Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik
b.
Presentasi kelompok (class presentation). Materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru.
c.
Kerja kelompok (Teams Works). Setelah guru menjelaskan pokok bahasan, setiap anggota kelompok mempelajari dan mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik untuk kelompoknya dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.
d.
Kuis (quizzes). Setelah 1-2 periode presentasi dan 1-2 periode kerja kelompok, siswa diberi kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan membantu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami pokok bahasan yang telah disampaikan.
e.
Peningkatan
Nilai
Individu
(Individual
Improvement
Scores).
Peningkatan Nilai Individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang 10
lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya. Selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh. f.
Penghargaan kelompok (Team Recognation). Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi criteria tertentu. Hari pertama pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok. Sebelum menilai proses pembelajaran kelompok, guru menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus diterapkan yaitu : siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah mempelajari pokok bahasan yang diberikan, tidak ada seorangpun anggota kelompok yang boleh berhenti belajar sampai semua anggota kelompok telah menguasai pokok bahasan, jika mengalami kesulitan bertanyalah pada teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru dan setiap anggota kelompok boleh berbicara satu sama lain dengan suara pelan. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran kelompok, secara individu setiap dua atau tiga minggu siswa diberi kuis. Hasil kuis diberikan skor dan setiap siswa diberi skor peningkatan.
2. Prestasi Belajar PAI pokok bahasan zakat siswa kelas VI SD Gedong 03 a. Pengertian Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar dapati diketahui dari pengertian 11
belajar. Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Jadi belajar pada hakikatnya adalah perubahan kemampuan yang dicapai seseorang yang diperoleh setelah beraktivitas. Sedangkan Suprijono sendiri mengartikan belajar sebagai kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya (Suprijono, 2009:3). Suprijono juga mengatakan bahwa prinsip belajar adalah: perubahan perilaku, merupakan proses dan merupakan bentuk pengalaman (Suprijono, 2009:4). Merujuk pemikiran Gagne, Suprijono (2009:5-6) menjelaskan bahwa hasil dari belajar adalah: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap. Pengertian prestasi belajar dapat disimpulkan dari penjelasan mengenai pengertian belajar sebelumnya. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan aktivitas belajar berupa perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal kemampuan verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan atau sikap. c. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pokok bahasan Zakat Sholeh (2006:55) menjelaskan tentang konsepsi pendidikan Islam yaitu setiap upaya transformasi nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam dengan meletakkan al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Sebagai
12
sumber dan acuan utama. Konsepsi ini merupakan bangunan pemikiran tentang pendidikan dari al-Ghazali yang ditelaah oleh Asrorun Ni’am Sholeh. Di dalam dunia pendidikan, konsepsi pendidikan Islam tersebut ditransformasikan ke dalam wadah pendidikan agama Islam yang secara sistematis diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran agama Islam adalah pokok bahasan zakat yang dibahas dalam proposal penelitian ini. Pokok bahasan Zakat adalah salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD. d. Siswa kelas VI SD Gedong 03 adalah seluruh siswa beragama Islam kelas VI yang belajar di SD Gedong 03 yang terletak di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas menurut Herawati Susilo (2009:1) adalah “...sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi pembelajaran.” Penulis memilih jenis penelitian ini karena penulis ingin meningkatkan kinerja penulis sebagai guru. Selain itu, penulis ingin memecahkan masalah yang penulis hadapi berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas. Permasalahan tersebut adalah
13
permasalahan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar tempat penulis mengajar. Model penelitian yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah Model Lewis yang ditafsirkan oleh Kemmis. Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Pada awal tindakan atau siklus dasar pertama, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan berupa: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tindakant tersebut dipandang sebagai sebuah siklus. Siklus diartikan sebagai suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Jumlah siklus sangat tergantung pada pemecahan masalah yang diperlukan (Susilo, 2009:1213). Penelitian ini disusun dengan menggunakan tiga siklus, dengan harapan bahwa kondisi kelas telah stabil setelah siklus ketiga selesai dilaksanakan. Kondisi kelas yang stabil ini maksudnya adalah minat, keaktifan dan prestasi siswa mengenai pelajaran pendidikan agama Islam khususnya mengenai pokok bahasan zakat telah baik. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011. 2. Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru kabupaten Semarang. Subjek yang dikenai tindakan adalah siswa yang beragama Islam dan guru PAI di kelas VI. Jumlah siswa yang diteliti adalah 11 orang yang sebagian besar berasal dari keluarga petani dan pedagang.
14
3. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian terdiri dari 3 siklus karena keterbatasan waktu penelitian dan penulis beranggapan bahwa 3 siklus cukup untuk mengetahui penerapan metode STAD yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siwa materi zakat pada kelas 6 SD Gedong 03. Setiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai seperti desain faktor-faktor penelitian yang diselidiki. Pada awal kegiatan dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Dari refleksi tersebut kemudian mengidentifikasi masalah, mendiskusikan permasalahan dengan teman sejawat, melakukan kajian teori, dan mengkaji strategi pembelajaran yang relevan. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut ditentukan langkah paling tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pendidikan agama Islam pokok bahasan zakat adalah dengan menggunakan metode Student Team Achievement Division. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Menyusun rencana kegiatan: membuat rencana pembelajaran menyiapkan sumber, alat dan media pembelajaran, menyusun, lembar observasi, dan menyusun alat evaluasi . b. Pelaksanaan
tindakan:
Melaksanakan
proses
pembelajaran
sesuai
perencanaan c. Observasi: Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini dilakukan guru sendiri sebagai peneliti dan meminta guru lain untuk ikut serta menjadi observer
15
untuk meminimalkan subyektifitas. d. Refleksi: Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan hasil observasi guru melakukan refleksi tentang proses pembelajaran, dengan refleksi akan diketahui kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Setiap siklus penelitian selalu mengandung empat langkah penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang cukup baik. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Langkah-langkah penelitian ini merupakan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart. Model ini jika disusun dalam bentuk skema adalah sebagai berikut:
16
Rencana Tindakan Siklus I
Refleksi Siklus I Observasi Siklus I Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Rencana Tindakan Siklus II
Refleksi Siklus II Observasi Siklus II Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Rencana Tindakan Siklus III
Refleksi Siklus III Observasi Siklus III Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Kesimpulan
Gambar 1.1. Skema Penelitian Tindakan Kelas
4. Instrumen Penelitian Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a.
Dokumentasi Instrumen penelitian ini berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) buku daftar kelas, buku daftar nilai, buku absen dan catatan pembelajaran.
b.
Lembar observasi 1) Lembar observasi bagi guru
17
Berdasarkan pada Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, penulis menetapkan lembar observasi terhadap guru yang mengamati 24 aspek (Permendiknas RI, 2007:5-10). Aspek-aspek tersebut adalah: a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
18
j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran k) Bertindak sesuai dengan normal agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia l) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat m) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa n) Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri o) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru p) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi q) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat r) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya s) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain t) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuwan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
19
u) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu v) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif w) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif x) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri Aspek 24 item pengamatan tersebut diberikan skor supaya dapat dikategorikan. Skor setiap item adalah 1-5 dengan pengkategorian: skor 5 yang berarti amat baik, skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup baik, skor 2 berarti tidak baik dan skor 1 berarti amat tidak baik. 2) Observasi terhadap siswa Observasi terhadap siswa mengamati 5 aspek yaitu: keaktifan siswa, motivasi siswa, perhatian siswa, kedisiplinan siswa dan peningkatan prestasi siswa. Kelima aspek tersebut memiliki indikator: a) Indikator Keaktifan siswa (1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain (2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru (3) Mampu menjawab pertanyaan (4) Senang diberi tugas belajar
20
(5) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru (6) Kerjasama dalam kelompok (7) Mendengarkan dengan baik ketika teman berkata b) Indikator Motivasi siswa (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan (4) Adanya penghargaan dalam belajar (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik (Suprijono, 2009:163) c) Indikator Perhatian siswa (1) Siswa merasa tertarik dengan pokok bahasan zakat (2) Siswa melihat ke arah guru saat guru menjelaskan (3) Siswa tidak berbicara sendiri atau berbicara dengan teman (4) Siswa bertanya jika ada hal yang tidak dipahami (5) Siswa menjawab pertanyaan dari guru atau teman d) Indikator Kedisiplinan siswa (1) Siswa datang tepat waktu (2) Siswa minta ijin jika tidak masuk kelas (3) Siswa selalu mengerjakan tugas dari guru (4) Siswa selalu mengerjakan tugas piket
21
(5) Siswa selalu mengenakan seragam sesuai ketentuan sekolah e) Indikator Peningkatan Prestasi siswa (1) Nilai aspek kognitif siswa meningkat; diketahui dari nilai tes evaluasi (2) Nilai aspek motorik siswa meningkat; diketahui dari nilai tes praktek (jika ada) (3) Nilai aspek sikap siswa meningkat; diketahui dari nilai keaktifan,
motivasi,
perhatian
dan
kedisiplinan
sebelumnya. 5. Pengumpulan Data a. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu siswa kelas VI SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang yang berjumlah 12 siswa, guru agama dan proses pembelajaran pokok bahasan zakat melalui metode Student Team Achievement Division. b. Jenis data Jenis data diperoleh berupa data kualitatif yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dokumen kesiswaan (daftar kelas, daftar absen, buku daftar nilai), catatan pelaksanaan proses pembelajaran, dan hasil observasi. c. Cara pengambilan data Data diambil melalui observasi, studi dokumenter, angket dan tes. 6. Analisis data
22
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Analisis data dilakukan untuk menilai apakah metode
Student
Team
Achievement
Division
mampu
meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pokok bahasan zakat pada siswa di kelas VI SD Gedong 03. Penilaian dilakukan pada hasil pembelajaran tanpa menggunakan metode STAD dan hasil pembelajaran dengan menggunakan STAD. Kedua hasil pembelajaran tersebut kemudian dianalisis dan dibandingkan.
H. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini disusun dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan berisi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian. BAB II Kajian pustaka, berisi mengenai: Pendidikan Agama Islam, pokok bahasan zakat, teori motivasi belajar, prestasi belajar siswa, metode Student Team Achievement Division. BAB III Pelaksanaan penelitian berisi deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, deskripsi pelaksanaan siklus III BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan memuat: deskripsi setiap siklus, berupa data hasil proses pembelajaran, hasil observasi, pembahasan hasil penelitian BAB V penutup memuat: kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saran yang penulis berikan kepada beberapa pihak yang terkait.
23
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam Untuk mengetahui pengertian pendidikan agama Islam di dalam skripsi ini, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai pendidikan itu sendiri. Djamarah (2005:22) mengemukakan pengertian pendidikan sebagai “usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia.” Sebagai sebuah usaha yang disadari, maka pendidikan memerlukan proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Seluruh proses tersebut saling terkait dalam sebuah sistem pendidikan yang padu. Djamarah (2005:22-23) menekankan pentingnya tujuan dalam penyelenggaraan pendidikan dengan mengatakan bahwa “pendidikan sebagai suatu sistem tidak lain dari suatu totalitas fungsional yang terarah pada suatu tujuan.” Hal tersebut memang benar adanya, karena penyelanggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 yang kemudian diperbarui dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan tujuan pendidikan Nasional itu sendiri adalah mewujudkan manusia Indonesia yang “paripurna” dalam arti selaras, serasi, dan seimbang dalam pengembangan jasmani dan rohani (Djamarah, 2005:22). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai:
24
... usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Dari pengertian pendidikan yang didefinisikan tersebut, kita dapat memahami bahwa Undang-Undang mengamanatkan agar pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif. Makna kondusif yang dimaksud di sini adalah yang mampu menumbuhkan aktivitas peserta didik dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki. Potensi-potensi tersebut berupa kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasaran,
akhlak
mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan baik oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negaranya. Untuk dapat mewujudkan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif, guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru adalah sebagai aktor yang membentuk suasana dan proses pembelajaran yang kondusif tersebut. Sedangkan siswa harus lebih banyak aktif dalam belajar sehingga mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. Kesimpulannya adalah pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai pusat perhatian, pembelajaran yang berpusat pada siswa, bukan pembelajaran yang berpusat pada guru. Apabila diperhatikan lebih lanjut, di dalam pengertian pendidikan yang dirumuskan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 terdapat penekanan terhadap kekuatan yang spiritual keagamaan dan juga akhlak
25
mulia yang menjadi salah satu tujuannya. Kekuatan spiritual keagamaan dapat diperoleh oleh siswa melalui pendidikan agama. Dalam agama Islam, maka kekuatan spiritual Islam yang kokoh diperoleh melalui pendidikan agama Islam yang diberikan kepada siswa sejak dini. Pendidikan agama Islam atau pendidikan Islam merupakan hal menarik yang tidak pernah kering untuk dibahas. Islam memiliki tokoh utama dalam dunia pendidikan dengan pandangannya yang sangat konstruktif yaitu al-Ghazali. Asrorun Ni‟am Sholeh (2006:11) mengatakan bahwa al-Ghazali memiliki konsepsi menarik tentang transformasi nilai-nilai agama terhadap anak didik, komponen-komponen yang diperlukan dalam pendidikan Islam serta konsepsi pendidikan Islam yang penting menurut beliau. Al-Ghazali (dalam Sholeh, 2006:55) memiliki konsep bahwa pendidikan Islam adalah setiap upaya transformasi nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam dengan meletakkan al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad saw sebagai sumber dan acuan utama. Dari konsep ini, dapat kita ketahui bahwa secara umum sistem pendidikan Islam memiliki karakter yang religius dan kerangka etik dalam tujuan dan sasarannya. Sistem pendidikan Islam ditempuh tanpa mengesampingkan masalah duniawi. Sholeh (2006:56) menilai bahwa konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh al-Ghazali tersebut bersifat religius-etis. Menurut alGhazali, pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendidikan tersebut mampu mengantarkan manusia
26
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan juga harus mampu menjadi saran untuk memperoleh keutamaan. Di dalam kurikulum 2004, standar kompetensi mata pelajaran pendidikan agama Islam untuk sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai: ...upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Depdiknas, 2003:7). Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar terfokus pada aspek: Keimanan, Al Quran/Al Hadits, Akhlak, dan Fiqh/ Ibadah (Depdiknas, 2003:9). Selain itu terdapat aspek tarikh (SKI) terintegrasi, yaitu tentang menceritakan dan meneladani sikap para nabi dan sahabat dan aspek Bahasa Arab yaitu membaca al-Quran dengan tartil. Keberadaan lima hal tersebut menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun min Allah wa hablun min al-nas). Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah segala usaha sadar dan bertujuan dalam rangka transformasi nilai-nilai keagamaan dalam diri siswa dengan alQuran dan Hadits nabi sebagai sumber utamanya. Usaha dalam melakukan transformasi nilai-nilai keagamaan tersebut secara sitematis dituangkan dalam
27
sebuah mata pelajaran yang disebut dengan nama yang sama yaitu mata pelajaran pendidikan agama Islam pada tingkat sekolah dasar. Istilah Pendidikan Agama Islam yang dimaksud di dalam skripsi ini adalah mata pelajaran yang berisi mengenai nilai-nilai agama Islam tersebut yang menggunakan al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad saw sebagai sumbernya.
B. Pokok Bahasan Zakat 1. Pengertian Zakat Zakat memiliki dua macam pengertian, yaitu menurut bahasa dan menurut istilah. a. Menurut Bahasa Mu‟is (2011:22) menjelaskan bahwa menurut bahasa, kata zakat berarti tumbuh dan berkembang atau menyucikan. Zakat berarti berkembang karena dapat mengembangkan pahala pelakunya dan berarti menyucikan karena membersihkan harta dari dosa. Sedangkan Shalehuddin (2011:11) menulis bahwa kata zakat berasal dari
kata
zakka-yuzakki
menumbuhkan, memperbaiki,
haus
yang
dahaga,
menunaikan,
berarti:
mengembangkan,
menyucikan,
menguatkan,
dan
membersihkan, memuji
atau
menyanjung. b. Menurut Istilah Menurut istilah, “zakat adalah sejumlah harta yang khusus, diberikan keapda kelompok-kelompok tertentu, dan dibagikan
28
dengan syarat-syarat tertentu pula” (Mu‟is, 2011:22). Makna zakat di dalam syari‟ah mengandung dua aspek. Aspek pertama yaitu sebab dikeluarkannya zakat karena adanya proses berkembangnya harta, dan pensucian. Aspek kedua adalah pensucian, yaitu pensucian jiwa dari kotoran-kotoran jiwa dan dosa-dosa manusia (Shalehuddin, 2011:13). 2. Hukum Zakat Hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslimin yang hartanya telah mencapai nishab. Zakat termasuk dalam rukun Islam yang lima. Kewajiban zakat didasarkan pada Al-Qur‟an, sunnah, dan Ijma‟ kaum muslimin. Dasar hukum kewajiban zakat di dalam Al-Qur‟an ada di dalam Surat At-Taubah ayat 103 berikut:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Depag RI, 2005:204) Ayat
tersebut
memerintahkan
kaum
muslimin
untuk
mengeluarkan zakat dari sebagian harta yang dimiliki. Seorang muslim yang
memberikan
mengeluarkan
zakat
berarti
zakat
itu
telah
membersihkannya dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Sedangkan maksud kata mensucikan adalah zakat itu
29
menyuburkan
sifat-sifat
kebaikan
dalam
hati
dan
dapat
memperkembangkan harta benda. 3. Syarat Sah dan Syarat Wajib Zakat Orang yang diwajibkan membayar zakat adalah seorang muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat membayar zakat terdiri dari dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah. Syarat wajib zakat ada sembilan macam, yaitu: merdeka, muslim, balig dan berakal, termasuk harta yang wajib dizakati, mencapai nishab, milik penuh, memenuhi haul, tidak berutang, dan melebihi kebutuhan pokok. Syarat sah zakat ada tiga, yaitu: niat, penyerahan kepemilikian, dan muslim (Muis, 2011:32-35). 4. Macam-macam zakat Zakat dibagi ke dalam delapan golongan besar yaitu: zakat tijarah, zakat zira’ah, zakat perhiasan, zakat simpanan, zakat binatang ternak, zakat barang tambah, zakat rikaz, dan zakat fitrah. a. Zakat tijarah (barang dagangan) Barang perdagangan adalah barang-barang yang dapat ditukar dengan uang, emas, atau perak dan siap diperjualbelikan. Syaratsyarat zakat perdagangan adalah: sampai nishab (85 gram emas), telah satu tahun dimiliki, dan merupakan barang dagangan untuk diperjualbelikan. Kadar zakat perdagangan sebesar 2,5% dan cara pembayarannya adalah pada akhir tahun (Mu‟is, 2011:75). Shalehuddin (2011: 52) menjelaskan bahwa ditinjau dari jenis tijarahnya, zakat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: jual beli
30
barang, jual beli uang atau valas, jual beli cek atau surat/kertas berharga, dan investasi modal/saham. b. Zakat Zira‟ah Zira‟ah merupakan zakat untuk cocok tanam pertanian, cocok tanam perkebunan, sayur-sayuran, dan bunga-bungaan (Shalehuddin, 2011:109). Menurut Mu‟is (2011:67), tanaman yang wajib dizakati adalah biji-bijian yang menjadi bahan makanan pokok seperti gandum, jelai (biji gandum), jagung, padi, kedelai, dan kacang tanah. Adapun syarat zakat tanaman adalah: ditanam, menjadi makanan pokok, dan mencapai nishab tertentu. Nishab zakat tanaman adalah 653 kg dengan kadar zakat 5% jika diairi menggunakan alat, dan 10% jika diairi dengan air hujan dan sungai. Zakat tanaman ini dikeluarkan setelah panen. Shalehuddin (2011:111-113) menjelaskan tentang adanya istilah wasaq dalam hasil panen. Wasaq adalah ukuran banyak dari suatu barang pertanian setelah dipanen dengan cara disukat atau diukur dengan ukuran isi pada suatu wazan atau wadah yang disepekati, semacam mud, literan, sha‟, blek, gallon, mangkok, gantang, dan sebagainya. Wasaq dibagi menjadi tiga macam. Pertama adalah jenis tanaman yang dapat disukat (semacam ukuran liter) seperti padi/beras, kurma, gandum, kacang-kacangan, lada, ketumbar, cengkih, karet, dan lain-lain. Dapat disukat umumnya juga dapat ditimbang, oleh sebab itu, tanaman jenis ini dapat diketahui
31
ukuran wasaqnya. Kedua adalah jenis tanaman yang tidak biasa disukat tetapi dapat ditimbang atau diikat seperti: sayuran kangkung, bayam, kol, wortel, buah-buahan, dan lain-lain. Tanaman jenis ini dapat diketahui jumlah hasil panen dan jumlah prosentase yang wajib dikeluarkan zakatnya dengan cara ditimbang atau diikat. Ketiga adalah tidak bisa disukat maupun ditimbang seperti: buah kelapa, pohon bambu, kayu dan bunga-bungaan. Perhitungan hasil panennya berupa satuan, ikatan, dan kubikan dan perhitungan zakatnya tidak mengikuti nishab tetapi tetap wajib dikeluarkan zakatnya. Pada zakat zira‟ah tidak dikenai aturan haul atau satu tahun penuh. Ukuran wasaq menurut Shalehuddin (2011:119) adalah minimal 5 wasaq untuk hasil panen, atau setara dengan 60 sha‟. Satu sha‟ adalah empat mud ukuran dua tangan dewasa yang terbuka, setera dengan 3 litar beras atau 2,5 kg. Dengan demikian, ukuran lima wasaq adalah 900 liter atau 750 kilogram atau 7,5 kwintal. Untuk hasil panen yang kurang dari lima wasaq tidak wajib ditunaikan zakatnya, tetapi hendaknya mengeluarkan infak. c. Zakat Perhiasan Emas dan Perak Emas dan perak, baik yang murni maupun campuran, yang digunakan sebagai perhiasan wajib dikeluarkan zakatnya dengan tidak dikenai aturan nishab dan haul. Zakat emas dan perak jenis ini cukup dikeluarkan sekali saja sebelum dipakai dan besarnya 2,5%.
32
Ada yang berpendapat bahwa zakat perhiasan emas dan perak mengikuti aturan nishab (batas minimal), akan tetapi pendapat ini tertolak karena Rasulullah Saw memerintahkan zakat perhiasan tersebut tanpa menggunakan nishab (Shalehuddin, 2011:125-128). d. Zakat Simpanan Uang, Emas dan Perak Uang, emas dan perak yang disimpan wajib dikenakan zakat dengan mengikuti aturan nishab. Nishab emas adalah 90 gram sedangkan perak 600 gram. Nishab uang tergantung pada harga emas dan perak pada saat diperhitungkan zakat. Selain nishab, simpanan uang, emas dan perak juga dikenai aturan haul (tersimpan selama satu tahun hijriyah
penuh). Besar zakat yang harus dikeluarkan
sebesar 2,5%. Ketentuan haul dan nishab merupakan satu kesatuan tak terpisahkan, jadi jika salah satunya tidak terpenuhi, zakat tidak wajib dibayarkan (Shalehuddin, 2011:133-13). e. Zakat Binatang Tenak Binatang
ternak
adalah
binatang
yang
sengaja
dikembangbiakkan agar bertambah banyak. Binatang ternak yang wajib dizakati adalah unta, sapi dan kambing. Hewan-hewan selain itu masuk dalam zakat barang tijarah. Ketentuan lain tentang unta, sapi dan kambing yang wajib dizakati adalah yang tergolong asSaimah. As-Saimah berarti binatang ternak jenis unta, sapi, dan kambing
yang
tidak
dipekerjakan,
baik
dikandangkan
dan
diberimakan di kandang atau dilepas di padang-padang rumput tanpa
33
dikandangkan sama sekali. Pada jenis binatan ini, dikenai nishab dan haul (Shalehuddin, 2011:139-145). Menurut Shalehuddin (2011:148-149), nishab dan ketentuan zakat unta adalah sebagai berikut: 1) Unta berjumlah 5-9 ekor zakatnya 1 ekor kambing; 2) Unta berjumlah 10-14 ekor zakatnya 2 ekor kambing; 3) Unta berjumlah 15-19 ekor zakatnya 3 ekor kambing; 4) Unta berjumlah 20-24 ekor zakatnya 4 ekor kambing; 5) Unta berjumlah 25-35 ekor zakatnya 1 ekor bintu makhadh (anak unta berumur 1 tahun, biasanya induknya sudah hamil lagi); 6) Unta berjumlah 36-45 ekor zakatnya 1 ekor bintu labun (anak unta berumur 2 tahun, biasanya induknya sudah menyusui anak berikutnya); 7) Unta berjumlah 46-60 ekor zakatnya 1 ekor hiqqah (unta berumur 2 tahun yang sudah berpisah dari induknya); 8) Unta berjumlah 61-75 ekor zakatnya 1 ekor jadza’ah (unta dewasa yang lebih dari dua tahun); 9) Unta berjumlah 76-90 ekor zakatnya 2 ekor bintu labun; 10) Unta berjumlah 91-120 ekor zakatnya 2 ekor hiqqah; 11) Unta berjumlah lebih dari 120 ekor, setiap 40 ekor zakatnya seekor bintu labun, dan setiap 50 ekor zakatnya seekor hiqqah.
34
Shalehuddin (2011:149) menjelaskan mengenai ketentuan nishab dan kadar zakat untuk ternak sapi sebagai berikut: 1) Sapi yang mencapai jumlah 30 ekor zakatnya 1 ekor tabi’ (sapi jantan berumur 1 tahun) atau tabi’ah (sapi betina berumur 1 tahun); 2) Sapi yang mencapai jumlah 40 ekor zakatnya 1 ekor musinnah, yaitu sapi betina yang berumur 2 tahun; 3) Sapi yang mencapai jumlah 120 ekor zakatnya boleh dipilih antara dikeluarkan 4 ekor tabi’/tabi’ah atau 3 ekor musinnah; 4) Sapiyang mencapai jumlah 100 ekor zakatnya 1 ekor musinnah dan dua ekor tabi’/tabi’ah; 5) Untuk
kerbau,
karena
merupakan
jenis
sapi,
zakatnya
diperhitungkan berdasarkan perhitungan sapi. Perhitungan zakat untuk kambing adalah sebagai berikut: 1) Kambing berjumlah 40-120 ekor zakatnya 1 ekor kambing; 2) Kambing berjumlah 121-200 ekor zakatnya 2 ekor kambing; 3) Kambing berjumlah 201-300 ekor zakatnya 3 ekor kambing; 4) Kambing berjumlah lebih dari 300 ekor, zakatnya untuk setiap 100 ekor adalah 1 ekor kambing; 5) Tidak ada ketentuan umur untuk zakat kambing, maka zakatnya diterapkan secara umumnya. Semua jenis kambing wajib dikeluarkan zakatnya (Shalehuddin, 2011:149-150).
35
Unta, Sapi dan kambing yang digunakan sebagai zakat tidak boleh cacat, sakit, dan sudah terlau tua. Hewan-hewan yang lain tidak wajib dizakati kecuali jika dijual belikan. f. Zakat Barang Tambang (Ma’adin) Barang tambang adalah segala macam hasil tambang seperti: minyak, gas, batubara, emas, perak, timah, tembaga, nikel, dan sebagainya. Zakat barang tambang tidak dikenai aturan nishab dan haul. Besarnya zakat untuk barang tambang adalah 2,5% yang harus dibayarkan langsung setelah selesai ditambang (Shalehuddin, 2011:152-159). g. Zakat Harta Karun (Rikaz) Rikaz diartikan sebagai harta karun, yaitu harta yang telah lama terpendam di tempat yang tidak didiami orang. Penemu harta karun yang memperoleh keuntungan dari harta karun tersebut dikenai kewajiban zakat. Harta karun tidak dikenai nishab dan haul dan besarnya zakat yang dikeluarkan 20% (Shalehuddin, 2011:159161). h. Zakat Al-Fitri Al-Fitri berarti berbuka puasa atau tidak berpuasa setelah sebelumnya melakuka puasa. Oleh sebab itu kata yang benar adalah zakat al-fitri bukan zakat fitrah. Sedangkan „id al fithri artinya adalah hari raya berbuka puasa setelah berpuasa selama satu bulan Ramadhan. Zakat al-fitri adalah zakat yang dikeluarkan berkaitan
36
dengan berpuka puasa setelah berpuasa satu bulan Ramadhan. Zakat al Fitri disebut juga zakat badan karena objek yang dikenai adalah badan. Banyaknya zakat al fitri adalah satu sha’ yang dikeluarkan pada hari raya ‘id al fithri sebelum menunaikan shalat ‘id al fithri (Shalehuddin, 2011:164). Zakat al fithri adalah zakat bagi setiap jiwa yang ada di dalam keluarga muslim, sampai bayi yang berumur 120 hari. Besarnya adalah satu sha‟ dari makanan pokok. Sha‟ adalah ukuran volume, isi, banyak isi atau sukatan. Di Indonesia istilah sha‟ sama dengan liter, gantang, blek, kubi, drum, galon. Oleh sebab itu, ukuran 1 sha‟ setara dengan tiga liter beras atau 2,5 kg beras. Sedangkan ukuran 1 sha‟ tersebut dapat dibayarkan dengan bahan makanan atau dalam bentuk uang. Selain itu, mustahiq dapat menerima dalam bentuk makanan, kemudian menjualnya untuk mendapatkan uang dan dibelikan pakaian atau kebutuhan lainnya. Sedangkan yang dimaksud mustahiq zakat adalah orang yang berhak menerima zakat yang terdiri dari delapan asnaf dan yang paling diutamakan adalah faqir miskin yang lokasinya paling dekat kepada mereka. Waktu penyerahan zakat al fithri kepada mustahiq zakat adalah dari setelah shalat subuh hari „id al fithri sampai sebelum dimulai shalat id al fithri. Jika diberikan sebelum waktunya maka zakat al fithri tersebut tidak sah. Apabila diberikan setelah shalat „id maka menjadi sedekah biasa. Zakat al fithri boleh dititipkan kepada
37
jami’ zakat sebelum waktu pembagian kepada mustahiqnya, karena tidak mengubah status zakat tersebut (Shalehuddin, 2011:164-186).
5. Mustahiq Zakat Kata mustahiq berarti “...yang berhak atau yang menuntut hak” (Shalehuddin, 2011:190). Mustahiq zakat berarti yang berhak menerima atau menuntut hak atas zakat, yaitu sebagai berikut: a.
Fakir dan Miskin Kata faqir berasal dari bahasa Arab faqoro faqrotan dan faqaratan yang berarti tulang-tulang punggung pada badan sebagai penyangga tegaknya tubuh. Al faqirah berarti kejadian atau musibah yang mematahkan tulang punggung. Kata al miskin berasal dari kata as sukun yang berarti minimnya gerakan tubuh dan kreatifitas karena lemah tak berdaya, dan jiwa qanaah dan sabar. Termasuk golongan fakir jika kemiskinan karena patah tulang punggung atau sama sekali tidak mampu berupaya walau hanya untuk meminta-minta (Shalehuddin, 2011:191-192). Shalehuddin (2011:194) menyimpulkan beberapa 3 hal tentang fakir dan miskin. Pertama, fakir dan miskin sama-sama sengsara dan membutuhkan uluran tangan. Kedua, fakir dan miskin keduanya mustahiq zakat, namun bila harus didahulukan yang tidak memiliki kasab (usaha) karena sama sekali kehilangan kemampuan
38
sekalipun hanya meminta-minta. Fakir dan miskin memiliki hak dalam infak, shadaqah, dan zakat. b. „Amil Zakat Amil berarti beramal atau bekerja. Amil zakat adalah pekerja yang mengurusi zakat, yang terdiri dari Su’at/jubbat (pengumpul), qassam
(pembagi/distributor),
katabat
(pencatat),
khazanah
(penjaga), dan ru’at (pengembala hewan zakat). Syarat menjadi amil adalah: mukallaf, muslim, jujur, memahami hukum zakat, terampil, dan tidak termasuk yang haram menerima zakat (Shalehuddin, 2011:194-195). c. Al Muallaf Qulubuhum Al muallaf qulubuhum adalah orang-orang yang sedang dijinakkan hati mereka untuk Islam atau masuk Islam. Golongan ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok muslim dan kafir. 1) Kelompok Muslim a) Muslim yang dikhawatirkan kemurtadannya b) Muslim yang dimodali untuk menarik non muslim ke dalam Islam c) Muslim yang dibiayai untuk melakukan pendekatan kepada non muslim yang dimanfaatkan tenaganya untuk melawan kafir lainnya yang menyerang Islam 2) Kelompok Kafir a) Kafir yang diharapkan masuk Islam
39
b) Kafir yang dihalangi keburukannya terhadap Islam c) Kafir yang dimanfaatkan untuk melawan musuh yang menyerang Islam (Shalehuddin, 2011:196-198). d. Pembebasan Hamba Sahaya Hamba sahaya sekarang sudah sulit ditemukan atau bahkan tidak ada. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk memberikan hak zakat kepada asnaf ini. e. Garimin Garimin adalah orang-orang Islam yang memiliki banyak hutang, tetapi bukan hutang untuk kemaksiatan atau menipu orang lain, bukan karena boros harta, atau karena kurang sehat akalnya. Contohnya adalah: karena pailit, sunami, banjir, dan kebakaran (Shalihudin, 2011:198). f. Fi Sabilillah Fi sabilillah adalah perang fi sabilillah dan kegiatan-kegiatan jihad dan orang-orang yang berjihad fi sabilillah.
Termasuk ke
dalam golongan ini adalah: perang melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan kaum muslimin, sarana dan prasarana kajian ilmu agama, aktifis agama yang membelanjakan watu dan energinya untuk Islam dan keilmuan Islam, pemakmuran masjid, biaya haji dan umrah, belajar agama untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin, dan dakwah Islamiyah (shalehuddin, 2011: 199-200).
40
g. Ibnu Sabil Ibnu sabil adalah orang yang berkemampuan tetapi dalam suatu perjalanan kehabisan bekal atau kehilangan bekal dan tidak dapat menggunakan kekayaannya. Perjalanan yang dilakukan tersebut bukan untuk bermaksiat kepada Allah SWT (Shalehuddin, 2011:200). Zakat yang diberikan kepada kedelapan asnaf tersebut tidak harus dalam jumlah yang sama dan merata. Pemberian zakat harus menggunakan skala prioritas. Dalam hal ini, imam atau jami‟ zakat yang lebih faham dan kompeten dapat menentukan kebijakan atas skala prioritas tersebut (Shalehuddin, 2011:195). 6. Harta yang Tidak Wajib dizakati Menurut Shalehuddin (2011:202), beberapa harta yang tidak terkena kewajiban membayar zakat tetapi terkena kewajiban infaq. Jenis harta tersebut adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa dan upah profesi Usaha jasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang layanan tanpa komoditas jual beli. Dunia usaha di bidang ini sangat luas. Penghasilannya disebut penghasilan usaha jasa dan perusahaannya disebut perusahaan jasa (Shalehuddin, 2011:204-205). Profesi adalah pekerjaan yang dapat diandalkan untuk mendapat nafkah hidup, atau pekerjaan yang dikuasai karena pendidikan keahlian. Upah profesi adalah penghasilan yang
41
diperoleh karena pemberdayaan keahlian, kepandaian, kemampuan, dan kelebihan seseorang dalam bidang tertentu (Shalehuddin, 2011:205). Usaha jasa dan profesi tidak terkena kwjaiban zakat tetapi terkena kewajiban infaq (Shalehuddin, 2011:218). b. Barang titipan Barang titipan adalah barang seseorang atau lembaga yang dipercayakan kepada orang lain atau lembaga lain untuk dijaga atau dirawat, dalam kasus tertentu dapat diambil manfaatnya sesuai dengan akad. Barang dagangan yang dititipkan maka yang dititipi tidak mengeluarkan zakat, tetapi jika ia yang menentukan harga, maka ia terkena kewajiban zakat (Shalehuddin, 2011:218-219). c. perhiasan selain emas dan perak, seperti: intan, berlian, permata, mutiara, batu aqiq dan sejenisnya. Perhiasan jenis ini baru dikeluarkan
zakatnya
jika
menjadi
barang
dagangan
atau
diperjualbelikan (Shalehuddin, 2011:219). d. peternakan selain unta, sapi, kerbau, kambing, biri-biri, domba, dan jenis-jenisnya. Dikeluarkan zakatnya jika menjadi barang dagangan dan diperjualbelikan (Shalehuddin, 2011:220). e. Hibah, waisat, dan hadiah f. Warisan g. Luqathah/Barang Temuan
42
Barang temuan adalah barang yang hilang dari pemiliknya. Barang temuan yang mudah rusak atau tidak terjamin keamanannya seperti makanan dan minuman dapat diambil dan dimanfaatkan, kemudian diganti jika pemiliknya ditemukan. Barang yang awet tetapi tidak aman seperti perhiasan, uang, pakaian, dan sebagainya dapat diamankan selama setahun sambil diumumkan. Setelah lewat setahun (haul) dapat dimanfaatkan dan jika bertemu pemiliknya harus diganti. Barang yang tidak rusak dan tetap aman walau tidak diambil maka dibiarkan (Shalehuddin, 2011:222-223). C. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah dorongan internal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar merupakan proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 2009:163). Indikator motivasi belajar antara lain: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.
43
Strategi motivasi dapat dikembangkan berdasarkan model ARCS. Model ini merupakan kondisi motivasional yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidance (kepercayaan) dan satisfaction (kepuasan). Atensi adalah memfokuskan sumber daya mental. Atensi siswa muncul karena adanya rasa ingin tahu, oleh sebab itu perlu adanya rangsangan untuk menimbulkan keingintahuan siswa. Relevansi terkait dengan materi pelajaran dengan kebutuhan peserta didik. Motivasi akan terpelihara jika peserta didik menganggap apa yang mereka pelajari sesuai dengan kebutuhan mereka. Kepercayaan diri terkait dengan keyakinan pribadi bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Kepuasan berarti mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar (Suprijono, 2009:166-171). Mark K Smith mengatakan bahwa motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi sangat dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan dan umpan balik atau penguatan. Seseorang harus cukup dimotivasi untuk dapat memperhatikan saat pelajaran berlangsung. Kecemasan dapat menurunkan motivasi siswa untuk belajar. Sedangkan menerima umpan balik atau imbalan mampu menguatkan kemungkinan adanya pengulangan sebuah kegiatan (Smith, 2009:19-20). Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri sisw sendiri berdasarkan pada kebutuhan, dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. motivasi ekstrinsik tumbuh berkat rangsangan dan tekanan dari luar diri siswa. Rangsangan ini dapat berupa hadiah, ganjaran, hukuman, dan
44
pemberian harapan yang lain. Walaupun motivasi intrinsi dipandan lebih baik, akan tetapi motivasi ekstrinsi juga perlu ditumbuhkan (Hamalik, 2007:86).
D. Prestasi Belajar Siswa 1.
Pengertian Prestasi Belajar Prestasi dapat diartikan sebagai “…hasil diperoleh karena adanya
aktivitas
belajar
yang
telah
dilakukan”
(http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasibelajar/, diunduh: 8 Juni 2011). Hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu merupakan prestasi belajar yang kemudian dicatat dalam laporan. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Menurut
Ridwan
dalam
tulisannya
di
internet,
(http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-
45
belajar/, diunduh: 8 Juni 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi (Ridwan, 2008:1). Dalam artikel yang ditulis oleh Ridwan, kecerdasan merupakan salah satu faktor intern. Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya. (http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaianprestasi-belajar/, diunduh: 8 Juni 2011). Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidangbidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Menurut Ridwan, minat adalah“...kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”
46
(Ridwan, 2008:3). Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran PAI akan senang belajar materi pelajaran yang ada di dalam PAI. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. b. Faktor Ekstern Ridwan berpendapat bahwa “faktor ekstern adalah faktorfaktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan
sekitarnya
dan
sebagainya”
(http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaianprestasi-belajar/, diunduh: 8 Juni 2011). Faktor-faktor tersebut sangat besar pengaruhnya bagi siswa dalam mencapai prestasi belajar. Menurut Ridwan, “Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.” Ridwan (2008:4) mengutip pendapat dari Hasbullah yang mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan
47
yang pertama, dimana anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Keluarga merupakan peletak dasar kegamaan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan sekitar anak http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasibelajar/, diunduh: 8 Juni 2011.
48
E. Metode Student Team Achievement Division 1. Pengertian Isjoni (2010:51) mengemukakan bahwa metode Student Team Achievement Division, yang selanjutnya disebut STAD, dikembangkan oleh Slavin. STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal. Metode pembelajaran kooperatif yang lain adalah: Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume. 2. Tujuan dan Konsep Sentral Menurut Isjoni (2010:21) tujuan utama dalam penerapan metode pembelajaran cooperative learning (STAD) adalah “agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan menyampaikan pendapat secara berkelompok. Adapun konsep sentral dalam cooperative learning (STAD) adalah: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untk berhasil. Berkaitan dengan hal ini, maka beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
49
a. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim, dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. b. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya kelompok tergangung kepada seluruh anggota kelompok c. Untuk mencapai hasil maksimum, para siswa dalam sebuah kelompok harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi (Hamdani, 2011:165). 3. Tahapan-tahapan Belajar kooperatif tipe STAD dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu : a. Tahap Penyajian Materi Pada tahap penyajian materi, guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai oleh siswa, memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa tentang materi prasyarat yang telah dipelajari. Tujuan pemberian persepsi ini agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki (Isjoni, 2010:52).
50
b. Tahap Kegiatan Kelompok Tahap kerja kelompok adalah tahap dimana setiap individu diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Siswa saling berbagi
tugas,
saling
membantu,
memberikan
penyelesaian.
Kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator (Isjoni, 2010:53). c. Tahap Tes Individual Tahap tes individu adalah tahap untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai. Untuk tujuan itu guru melaksanakan tes secara individual mengenai
materi yang telah
dibahas. Skor individu kemudian diarsipkan untuk mengetahui skor kelompok (Isjoni, 2010:53) d. Tahap Penghitungan Skor Perkembangan Individu Tahap perhitungan skor perkembangan individu dilakukan dengan cara menghitung skor awal, yaitu didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar sebelumnya. Berdasarkan skor awal, siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal
bagi
kelompoknya
berdasarkan
skor
tes
yang
diperolehnya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu dapat
menggunakan
penskoran
perkembangan
idividu
dikemukakan Slavin (dalam Isjoni, 2010:53) berikut ini:
51
yang
Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu Skor tes a. d. e. f. g.
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 hingga 1 poin di bawah skor awal Skor awal hingga 10 poin di atasnya Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
Skor perkembangan individu 5 10 20 30 30
Perhitungan skor pekermbangan individu ini berguna untuk melaksanakan tahapan selanjutnya yaitu pemberian penghargaan kelompok. e. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok Perhitungan
skor
kelompok
dilakukan
dengan
cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan sesuai perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Kriteria yang digunakan adalah: a) kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik, b) kelompok dengan rata-rata 20 sebagai kelompok hebat, c) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super (Isjoni, 2010:53-54). Guru kemudian memberikan penghargaan kepada kelompok yang masuk ke dalam kategori baik, hebat dan super namun dibedakan bobot hadiahnya. Hal ini dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran yang akan datang.
52
4. Langkah-Langkah Pembelajaran STAD Materi Zakat Berdasarkan pada uraian tentang tahapan-tahapan pembelajaran dengan metode STAD yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis menentukan penerapan langkah-langkah pembelajaran STAD untuk materi Zakat di kelas 6 SD Gedong 03 adalah sebagai berikut: a. Guru membuka pelajaran dengan doa bersama, melakukan apersepsi tentang mata pelajaran zakat, dan presensi b. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan empat orang secara heterogen. Dalam langkah ini, guru membentuk kelompok yang beranggotakan empat orang siswa yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Karakteristik tersebut bisa berupa: jenis kelamin, prestasi, suku, dan lain sebagainya. Guru juga memberikan penjelasan
mengenai
bagaimana
pembentukan
kelompoknya,
bagaimana aturan dalam diskusi kelompok dan bagaimana etika yang baik dalam berdiskusi. c. Guru menyajikan pelajaran Pada langkah ini, guru menyajikan pelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Penyajian materi dimuali dengan penyampaian indikator, memotivasi siswa, apersepsi untuk mengingatkan siswa materi yang telah dipelajari dan menjelaskan tentang materi zakat yang dipelajari. Dalam menyajikan materi guru
53
harus selalu berusaha menumbuhkan suasana riang, senang dan gembira, bersikap ramah dan murah senyum. d. Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok Guru memberikan tugas tentang materi zakat kepada setiap kelompok untuk dikerjakan. Siswa yang lebih tahu menjelaskan kepada siswa yang lain sehingga seluruh anggota kelompok menjadi tahu. Guru berperan sebagai fasilitator. Setelah selesai, kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompok dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing atau masih pada formasi kelompoknya. e. Guru memberikan pertanyaan Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Siswa menjawab pertanyaan guru tanpa dibantu oleh teman yang lain. Tahapan ini merupakan tahapan tes individual untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Skor individu kemudian diarsipkan untuk mengetahui skor kelompok. f. Guru melakukan evaluasi Guru melakukan evaluasi dengan melakuka perhitungan skor perkembangan individu yang telah diarsipkan. Perhitungan ini didasarkan
pada
perkembangan
hasil
evaluasi
individu
belajar
menggunakan
sebelumnya.
Skor
penskoran
yang
dikembangkan oleh Slavin (dalam Isjoni, 2010:53) yang tertuang dalam tabel 2.1.
54
g. Guru menutup pelajaran Guru menutup pembelajaran dengan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh kategori skor kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Penghargaan yang diberikan oleh guru berbeda bobotnya untuk masing-masing kategori kelompok. Pada tahap paling akhir, guru menutup pembelajaran dengan doa bersama siswa.
55
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum 1. Sejarah SDN Gedong 03 SDN Gedong 03 didirikan pada tahun 1975. Sekolah ini dibangun dengan menggunakan dana Inpres waktu itu. Sarana berupa gedung sekolah dibangun di atas tanah milik desa. Adapun kepala sekolah yang pernah menjabat di SDN Gedong 03 adalah: Suwarto, T. Hartanto, H. Ramelan, dan Sukoyono. Saat ini SDN Gedong 03 telah memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan berupa: a. Ruang kelas berjumlah 6 ruangan berukuran 7 x 8 m b. Ruang kepala sekolah c. Ruang guru d. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah e. Ruang perpustakaan f. Ruang Laborat Komputer g. Ruang laborat IPA h. Ruang Pusat Kegiatan Guru i. Ruang kantin, j. Ruang Pondok Baca k. Mushola
56
l. Ruang Agama Katholik m. Ruang Agama Kristen n. Gudang o. WC Siswa p. Taman Toga q. Taman dan Kolam ikan r. Halaman sekolah
2. Profil SDN Gedong 03 a. Nama Sekolah
: SDN Gedong 03
b. Nomor Statistik
: 101032207019
c. Nomor Telepon
: 085865824461 (Kepala Sekolah)
d. Alamat
: Dusun
Ngalik
Kecamatan
Desa
Banyubiru
Gedong Kabupaten
Semarang Provinsi Jawa Tengah e. Kode Pos
: 50664
f. Tahun Berdiri
: 1975
g. Akreditasi
: Akreditasi I tahun 2007 dengan hasil B
h. Nama Kepala Sekolah
: Sukoyono, S.Pd.
i. Nama Ketua Komite Sekolah : Drs. Sudaryo
57
3. Visi dan Misi Sekolah a. Visi SDN Gedong 03 memiliki misi “unggul dalam prestasi, handal dalam keterampilan/skill, teladan dalam bersikap dan berperilaku.” b. Misi SDN Gedong 03 menjabarkan visinya ke dalam enam buah misi. Berikut adalah misi yang dimiliki SDN Gedong 03: a. Melaksanakan
pembelajaran
aktif,
kreatif,
efisien,
dan
menyenangkan (PAKEM) serta bimbingan secara efektif, sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki. b. Menumbuhkan semangat keunggulan, kehandalan, dan keteladanan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. c. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya
sehingga
dapat
dikembangkan
kecerdasannya
dan
keterampilannya secara optimal. d. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga mejadi sumber kearifan dalam bertindak. e. Menumbuhkan suasana sekolah yang kondusif dengan menerapkan manajemen partisipatif yang melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stack holders). f. Meningkatkan kesejahteraan dan mencukupi sarana/prasarana warga sekolah dalam memacu kinerja dan prestasi kerja.
58
4. Jumlah Siswa SDN Gedong 03 Jumlah siswa yang belajar di SDN Gedong 03 dari tahun ke tahun mengalami perbedaan. Berikut adalah jumlah siswa di SDN Gedong 03 selama tiga tahun terakhir. Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Gedong 03 Tahun 2007/2008 s.d Tahun 2009/2010 NO
Tahun Pelajaran
Jumlah Siswa/Kelas I II III IV V 1. 2007/2008 15 15 17 26 19 2. 2008/2009 15 15 13 25 19 3. 2009/2010 18 13 14 15 14 Sumber: Profile SDN Gedong 03 Tahun 2011/2012
Jumlah Ket VI 18 16 16
110 103 100
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa total jumlah siswa di SDN Gedong 03 dalam tiga tahun terakhir mengalami pasangan surut. Pada tahun 2007/2008 jumlah siswa seluruhnya 110, pada tahun 2008/2009 jumlah siswa seluruhnya 103 dan pada tahun 2009/2010 jumlah siswa seluruhnya 100. Dari tahun ke tahun jumlah total siswa yang belajar di SDN Gedong 3 semakin menurun. Sedangkan jumlah siswa di SDN Gedong 03 pada tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah Siswa SDN Gedong 03 Tahun 2009/2010 Jumlah Siswa Jumlah L P I 5 9 14 II 3 11 14 III 9 9 18 IV 5 9 14 V 0 12 12 VI 10 7 17 Jumlah 32 57 89 Sumber: Profile SDN Gedong 03 Tahun 2011/2012 Kelas
59
Ket
Berdasarkan tabel tersebut, dapat kita ketahui bahwa jumlah total siswa di SDN Gedong 03 Tahun 2011/2012 adalah 89 siswa. Hal ini berarti lebih rendah dari tahun-tahum sebelumnya. Adapun jumlah siswa yang ada di kelas VI adalah 17 siswa dengan perincian 10 siswi dan 7 siswa. Tidak semua siswa dijadikan subjek pada penelitian ini. Hal tersebut karena penelitian PAI diarahkan pada subjek yang beragama Islam. Enam orang siswa beragama non Islam sehingga tidak masuk dalam subjek penelitian. Penulis menetapkan bahwa subjek penelitian berjumlah 11 orang siswa, yaitu siswa yang beragama Islam yang duduk di kelas VI SDN Gedong 03. 5. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tenaga pendidik dan kependidikan di SDN Gedong 03 tahun pelajaran 2011/2012 dapat dilihat dalam tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Gedong 03 Tahun Pelajaran 2011/2012 No Nama Jabatan 1 Sukoyono Kepala Sekolah 2 Sukarsih, A.M Guru Kelas 3 Sugimin, S.Pd Guru Kelas 4 An. Sumarno Guru PA Islam 5 Sulawan Guru Kelas 6 Widiyanti, S.Pd Guru Kelas 7 As. Mudiyono Guru PA Kristen 8 Suroto Guru Agama Islam 9 MIE Witrianti Guru Agama Katholik 10 Nuri Sri Widi Guru Olahraga 11 Sonani Guru Bahasa Inggris 12 Asrofi Penjaga Sumber: Dokumen SDN Gedong 03 Tahun 2011
Tugas B. Jawa Kelas I Kelas V Kelas VI Kelas III Kelas IV Kelas I-VI Kelas I-VI Kelas I-VI Kelas IV-VI
Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SDN Gedong 03 pada tahun 2011 berjumlah 12 orang. 60
6. Struktur Organisasi SDN Gedong 03 Struktur organisasi SDN Gedong 03 terdiri dari seorang kepala sekolah dibantu oleh beberapa guru dan tenaga non guru. Kepala sekolah memiliki berkedudukan setingkat dengan Komite Sekolah dan Lurah dalam struktur organisasinya. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi SDN Gedong 03 dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.
LURAH Yahmin
KEPALA SEKOLAH Sukoyono, A.Ma.Pd
KETUA KOMITE Drs. Sudaryo
Guru Kelas VI An. Sumarno
Guru Kelas I Sukarsih Guru Kelas II Sariyah
Guru Olahraga Nuri Sri Widiastuti
Guru Kelas III Widiyanti, S.Pd
Guru Agama Islam Suroto
Guru Agama Kristen/Katholik As. Mudiyono S.Th MIE Witrianti
Guru Kelas IV Sulawan Guru Kelas V Sugimin
Penjaga Asrofi
SISWA
Gambar 3.1 Struktur Organisasi SDN Gedong 03
61
7. Karakteristik Siswa Jumlah siswa di kelas VI SDN Gedong 03 Gedong, Banyubiru, Semarang adalah 17 siswa. Dari jumlah tersebut, 10 siswa adalah laki-laki dan 7 siswa adalah perempuan. Data mengenai siswa dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut: Tabel 3.4 Data Karakteristik Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Siswa
L/P
Ahmad Mustaqim Ana Dwi Purnamawati Candra Hagnni Saputra Sifa Subkhaniyati Riyono Sularso Endah Nur Fadhilah Sri Lestari Eni Sulistyowati Ferry Nurdiyanto Ransisca Widya Heri Novianto Mukaromah Hidayah Rudi Prasetyo Satmoko Ardo Eodhea Edwards Prabowo Ahmad Khalid
L P L P L L P P P L P L P L L L L
Umur (th) 14 15 14 15 15 13 12 12 11 11 11 12 11 11 11 12 13
Agama Islam Katolik Kristen Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Kristen Islam Islam Katholik Kristen Kristen Islam
Sumber: Dokumen SDN Gedong 03 Tahun 2011
Dari data tersebut, penulis menetapkan bahwa tidak semua siswa menjadi subjek penelitian ini. Dari tujuh belas siswa di kelas VI, ada enam siswa yang beragama selain Islam. Dua siswa beragama Katholik, dan empat siswa beragama Kristen sehingga jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah sebelas orang. Tidak terlibatnya siswa nonmuslim dalam penelitian ini disebabkan karena siswa-siswa tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai agama yang dianutnya. Disamping itu, agama adalah hak asasi manusia. Apabila 62
peneliti mengikutsertakan siswa nonmuslim pada pembelajaran pendidikan agama Islam, maka penulis dikatakan telah melanggar hak asasi manusia.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Hal ini karena keterbatasan waktu penelitian dan adanya harapan penulis bahwa tujuan penelitian telah tercapai dengan melaksanakan tiga siklus penelitian. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing siklus. 1. Siklus I Siklus pertama penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Juli 2011 dengan pokok bahasan zakat. Tahapan lengkap yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Perencanaan Dalam tahap ini, tercakup kegiatan sebagai berikut: 1) Perencanaan bersama antara guru kelas dan observer mengenai yang akan diobservasi berdasarkan kriteria yang disepakati bersama serta waktu dan tempat observasi yang akan dilakukan oleh guru sebagai peneliti. 2) Menyusun rancangan pembelajaran dengan pendekatan STAD serta memperhatikan dan menelaah konsep dan sub konsep pembelajaran, tujuan pembelajaran, skenario pembelajaran, materi pembelajaran, membuat alat peraga dan mempersiapkan berbagai sumber pembelajaran (bahan ajar), membuat lembar
63
evaluasi, lembar pengamatan tentang pembelajaran, dan target hasil beserta kriteria pencapaiannya. b. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juli 2011 selama tiga jam pelajaran atau 3x35 menit. Pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran STAD dengan standar kompetensi mengetahui kewajiban zakat dan kompetensi dasar menyebutkan macam-macam zakat. Jalannya proses pembelajaran adalah: 1) Prakegiatan (± 15 menit) a. Mengucapkan salam dan berdoa bersama b. Presensi c. Mengkondisian kelas d. Menyiapkan media pembelajaran 2) Kegiatan awal (±15 menit) a. Apersepsi b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Kegiatan inti (± 60 menit) a. Eksplorasi Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari Siswa membaca materi yang akan dipelajari
64
b. Elaborasi Siswa membentuk kelompok yang terdir dari berbagai jenis kelamin, umur, kecerdasan Setiap kelompok memperoleh tugas Guru membimbing setiap kelompok Masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya pada dinding kelas sesuai tempat duduk kelompoknya Setiap siswa mendapatkan lembar kerja berupa lembar observasi Untuk dapat mengisi lembar observasi tersebut setiap siswa harus melihat hasil kerja kelompok lain Tiap-tiap kelompok mewakilkan dua anggotanya untuk tetap tinggal menjelaskan hasil kerja kelompoknya kepada setiap siswa yang datang mengunjungi Masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
kerjanya di depan kelas Guru mengumumkan kelompok tergiat c. Konfirmasi Guru memberikan hadiah kepada kelompok teladan. 4) Kegiatan ahir (±15 menit) a. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman atau simpulan dari materi yang telah dipelajari b. Guru menutup pembelajaran
65
c. Observasi Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi zakat pada siswa kelas VI SDN Gedong 03 tahun 2011 dengan menggunakan metode STAD, pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi guna mengetahui hasil pembelajaran. Observasi terhadap situasi kelas pada saat pembelajaran dilakukan oleh peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator. Dalam obervasi, peneliti menggunakan lembar pengamatan sebagai berikut: Tabel 3.5 Lembar Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus I No
Aspek yang diamati
Kemunculan Kurang Sedang Sering Selalu
Koreksi/catatan pengamat
Sering bertanya pada guru atau siswa lain Mau mengerjakan tugas 2 yang diberikan guru Mampu menjawab 3 pertanyaan Senang diberi tugas 4 belajar 1
d. Refleksi Refleksi dilakukan oleh peneliti berdasarkan dua hasil penelitian, yaitu hasil pengamatan situasi kelas pembelajaran, dan hasil observasi terpenuhinya pengembangan kompetensi dasar yang direncanakan yaitu kompetensi dasar pendidikan agama Islam.. Kompetensi dasar pendidikan agama Islam yang diharapkan berkembang adalah mampu menjelaskan macam-macam zakat.
66
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Siklus kedua penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2011 dengan pembelajaran STAD. Tahapan perencanaan terdiri atas: a.
Menyusun RPP
b.
Menyusun alat Evaluasi
c.
Menyiapkan bahan pembelajaran
d.
Menyiapkan alat Observasi
2. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2011 selama 3x35 menit. Materi pelajaran adalah zakat. Adapun standar kempetensi yang diinginkan adalah mengetahui kewajiban zakat dan kompetensi dasar menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat. Proses pembelajaran adalah: a. Prakegiatan (± 15 menit) 1) Mengucapkan salam dan berdoa bersama 2) Presensi 3) Mengkondisian kelas 4) Menyiapkan media pembelajaran b. Kegiatan awal (± 15 menit) 1) Apersepsi, guru menanyakan kepada siswa tentang “pernahkah kalian membayar zakat?” 2) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
67
c. Kegiatan inti (± 60 menit) 1) Eksplorasi Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari Siswa membaca materi yang akan dipelajari 2) Elaborasi Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari berbagai jenis kelamin, umur, kecerdasan Setiap kelompok memperoleh tugas Guru menetapkan waktu diskusi Guru menjelaskan mengenai etika bediskusi Siswa menjalankan diskusi kelompok sesuai arahan guru Masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya pada dinding kelas sesuai tempat duduk kelompoknya Guru meminta pembicara kelompok untuk presentasi Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas Guru membuka sesi tanya jawab Guru mengumumkan kelompok tergiat 3) Konfirmasi Guru memberikan hadiah kepada kelompok teladan. d. Kegiatan ahir (± 15 menit) 1) Guru menanyakan kepada salah satu kelompok tentang kesimpulan materi zakat yang telah dipelajari (refleksi)
68
2) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam b. Observasi Penulis melakukan observasi terhadap perkembangan yang dialami oleh siswa. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan seperti pada tabel 3.6. Observasi dibantu oleh guru kolaborator. c. Refleksi Kegiatan refleksi padasiklus kedua sama dengan refleksi pada siklus sebelumnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran agar tujuan penelitian tercapai. Kegiatan refleksi dilaksanakan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kolaborator.
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Siklus ketiga penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Juli 2011 selama 3x35 menit dengan metode STAD yang standar kompetensi mengetahui kewajiban zakat dan kompetensi dasar menyebutkan ketentuanketentuan zakat. Tahapan lengkap yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1.
Perencanaan Dalam tahap ini, tercakup kegiatan sebagai berikut: a.
Menyusun RPP perbaikan
b.
Menyusun alat Evaluasi
c.
Menyiapkan bahan pembelajaran
d.
Menyiapkan alat Observasi
69
2. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan peneliti menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan, yaitu menggunakan metode STAD yang dimodifikasi, dengan beberapa perbaikan berdasarkan pada refleksi siklus kedua. Langkah-langkah pelaksanaan ini meliputi: a. Prakegiatan (± 15 menit) 1) Mengucapkan salam dan berdoa bersama, guru meninta salah satu siswa memimpin doa bersama. 2) Presensi 3) Mengkondisian kelas dengan menanyakan kabar siswa 4) Menyiapkan media pembelajaran b. Kegiatan awal (± 15 menit) 1) Apersepsi, guru menanyakan kepada siswa tentang “percayakah kalian bahwa kemiskinan bisa dihapus dengan zakat?” 2) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran c. Kegiatan inti (± 60 menit) 1) Eksplorasi Tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari Siswa membaca materi yang akan dipelajari
70
2) Elaborasi Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari berbagai jenis kelamin, umur, kecerdasan. Kombinasinya berbeda dengan kelompok yang pernah dibentuk sebelumnya. Guru mengarahkan siswa memilih ketua, sekretaris, dan penyaji presentasi Setiap kelompok memperoleh tugas Guru menetapkan waktu diskusi Guru menjelaskan mengenai etika berdiskusi Siswa menjalankan diskusi kelompok sesuai arahan guru Masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya pada dinding kelas sesuai tempat duduk kelompoknya Guru meminta pembicara kelompok untuk presentasi Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas Guru memberikan penguatan kepada siswa yang berhasil dengan baik Guru membuka sesi tanya jawab Guru memberikan motivasi siwa agar bertanya dengan berkata “siswa bapak yang cerdas adalah yang sering bertanya.” Guru mengumumkan kelompok tergiat
71
3) Konfirmasi Guru memberikan hadiah kepada kelompok tergiat dan siswa terbaik. d. Kegiatan ahir (±15 menit) 1) Guru menanyakan kepada salah satu kelompok tentang kesimpulan materi zakat yang telah dipelajari (refleksi) 2) Guru menutup pembelajaran dengan doa, meminta salah satu siswa memimpin doa, dan salam 3. Observasi Dalam observasi/pengamatan, peneliti menggunakan lembar pengamatan seperti pada tabel 3.5 dan pelaksanaan observasi dibantu oleh guru kolaborator. 4. Refleksi Refleksi pada siklus ketiga dilaksanakan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah tujuan penelitian telah tercapai.
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini disusun sesuai urutan tujuan pada penelitian, yaitu untuk mengetahui prestasi belajar PAI pokok bahasan zakat pada siswa kelas 6 SD Gedong 03 Kecematan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011, dan untuk mengetahui apakah metode student team achievement division mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Untuk mengetahui bagaimana hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, penulis menguraikan pembahasannya setiap siklus yang telah dilaksanakan. A. Deskripsi Per Siklus Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar PAI pokok bahasan zakat pada siswa kelas 6 SD Gedong 03 Kecematan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Prestasi yang dimaksud adalah prestasi awal siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Prestasi siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan telah diketahui berdasarkan hasil evaluasi awal peneliti bersama guru kolaborator. Hasil evaluasi tersebut telah ditulis pada bab I laporan penelitian ini. Pada bab I telah diketahui bahwa dari total 12 siswa kelas VI, baru 16,7% (2 siswa) yang memiliki prestasi belajar di atas standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yaitu 60. Sisanya masih kesulitan mencapai nilai 73
SKBM tersebut, yaitu berjumlah 9 siswa (83,3%). Selain itu, baru 33,4% (4 siswa) yang menunjukkan motivasi dan ketertarikan serta perhatian yang tinggi di atas rata-rata anak yang lain. Nilai tertinggi siswa adalah 60, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata kelas 52,27. Pada saat pelaksanaan penelitian, terdapat satu orang siswa yang keluar dari sekolah sehingga jumlah responden menjadi 11 orang siswa. 1. Deskripsi Siklus I Siklus pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juli 2011 selama tiga jam pelajaran atau 3x35 menit. Materi yang diajarkan adalah zakat, dengan standar kompetensi mengetahui kewajiban zakat dan kompetensi dasar menyebutkan macam-macam zakat. Pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran STAD. Inti dari model pembelajaran STAD adalah pengorganisasian siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tidak lebih dari empat siswa dengan karakteristik yang heterogen. Dengan model pembelajaran ini siswa dapat lebih aktif dalam mencari pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Jumlah siswa kelas VI SDN Gedong 03 adalah 11 orang sehingga jumlah kelompok yang terbentuk adalah 3 kelompok. Observasi situasi kelas pada siklus I dituangkan dalam tabel 4.1.
74
Tabel 4.1 Lembar Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus I Kemunculan Koreksi/catatan pengamat Kurang Sedang Sering Selalu Sering bertanya pada 6 siswa telah sering 1 guru atau siswa lain bertanya Mau mengerjakan tugas 5 siswa mau 2 yang diberikan guru mengerjakan tugas 5 siswa mampu Mampu menjawab 3 menjawab pertanyaan pertanyaan Senang diberi tugas 5 siswa senang 4 belajar diberi tugas belajar
No
Aspek yang diamati
Berdasarkan hasil pengamatan situasi pembelajaran pada siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan kelemahan pembelajaran sebagai berikut: a. Masih ada 5 siswa yang jarang bertanya pada guru atau siswa lain b. Adanya siswa 6 siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru c. Baru 5 siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru d. Baru 5 anak yang merasa senang diberi tugas oleh guru. e. Guru belum mampu maksimal dalam menerapkan metode STAD. Meski
demikian,
pembelajaran
ini
telah
menunjukkan
peningkatan, yaitu dalam hal-hal: a. Proses pembelajaran siklus I berlangsung baik. Siswa telah mulai mengalami peningkatan dalam kegiatan belajar mengajar. b. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada siklus I jika dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
75
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 pada Siklus I No
Nomor Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
L/P L P L L P P P L L P L
Nilai
Ket
65 60 75 50 40 60 80 70 55
T T T BT BT T T T BT
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa yang memperoleh BT (belum tuntas) dalam materi zakat, pada siklus I adalah 5 siswa (45,5%). Jumlah siswa yang memperoleh T (tuntas) 6 siswa (54,5%). Walaupun hanya 54,5%, namun hal ini cukup menggembirakan karena terbukti metode yang penulis gunakan dalam proses belajar mengajar memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa. Berdasarkan beberapa hal di atas, maka hal-hal yang akan peneliti perhatikan dan perbaiki pada siklus kedua adalah: a. Mencari masalah yang menyebabkan adanya 5 siswa (45,5%) yang belum sering bertanya. Penulis menemukan bahwa dominasi siswa yang pintar (3 siswa) masih terlalu besar sehingga siswa lainnya memilih untuk diam. Guru perlu melakukan perbaikan terhadap metode STAD agar mampu menghilangkan masalah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi kesempatan siswa lain untuk bertanya 76
b. Melakukan pembatasan waktu agar siswa terpacu dan lebih bersemangat. c. Guru berusaha lebih mampu menguasai keadaan kelas dengan menarik perhatian siswa, menggunakan intonasi yang menarik dan bahasa tubuh yang baik. Dari hasil penilaian siswa (tabel 4.2) dapat diketahui adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 60 (tuntas). Sebanyak 6 siswa (54,5%) memperoleh nilai di atas 60 (tuntas) dan 5 siswa (45,5%) memperoleh nilai di bawah 60 (belum tuntas). Setelah melakukan perbandingan dengan keadaan sebelum siklus I, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan minimal meningkat dari 16,7% menjadi 54,5% atau meningkat lebih dari tiga kali lipat. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80 dan nilai terendah 40. Sedangkan rata-rata kelas juga meningkat dari 51,67 (lampiran) pada pembelajaran sebelumnya menjadi 58,64. Pada siklus I, penulis melihat bahwa model pembelajaran yang penulis terapkan dengan STAD dapat meningkatkan prestasi belajar materi zakat pada siswa kelas VI. Pada hasil pengamatan situasi kelas pada siklus I masih ditemukan beberapa kelemahan baik pada siswa maupun guru. Pada siswa, masih ditemukan adanya 5 siswa yang kurang aktif bertanya, 6 siswa yang masih belum mengerjakan tugas dari guru, dan 5 anak yang merasa senang dengan tugas yang diberikan. Keempat aspek yang diamati
77
tersebut berada dalam kategori sedang, sedangkan pada hasil pengamatan situasi kelas sebelum siklus I berada pada kategori kurang. Kualitas guru dalam memberikan pembelajaran materi zakat kepada siswa dengan metode STAD masih belum memuaskan. Jalannya pembelajaran dengan STAD masih kurang maksimal karena baru sebagian kelompok yang aktif dalam STAD. Hal tersebut disebabkan karena guru belum mampu menerpakan metode STAD secara maksimal dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga belum mampu mengaktifkan seluruh kelompok. Perbaikan-perbaikan yang penulis laksanakan pada siklus II nanti adalah dengan tiga cara. Cara pertama adalah dengan memberikan lebih banyak waktu dan kesempatan siswa lain untuk aktif bertanya agar efek dominasi siswa pintar dapat dikurangi. Cara kedua adalah meningkatkan semangat belajar siswa dengan melaksanakan pembatasan waktu pembelajaran. Cara ketiga adalah dengan perbaikan di sisi guru, yaitu dengan menggunakan intonasi yang menarik, bahasa tubuh yang baik dan cara lain agar mampu menguasai keadaan kelas. 2. Deskripsi Siklus II Siklus
II
dilaksanakan
berdasarkan
pada
hasil
refleksi
pelaksanaan siklus I. Hasil refleksi penelitian tindakan kelas di siklus I menghasilkan RPP yang telah disempurnakan. Berikut adalah tabel pengamatan situasi kelas pada Siklus II.
78
Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus II No
Aspek yang diamati
Sering bertanya pada guru atau siswa lain Mau mengerjakan tugas 2 yang diberikan guru 1
3
Mampu menjawab pertanyaan
4
Senang diberi tugas belajar
Kemunculan Koreksi/catatan pengamat Kurang Sedang Sering Selalu 8 siswa telah sering bertanya 8 siswa mau mengerjakan tugas 9 siswa mampu menjawab pertanyaan 8 siswa senang diberi tugas belajar
Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus II adalah: a. Seringnya bertanya siswa meningkat dari siklus I. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan jumlah siswa yang sering mengajukan pertanyaan yang awalnya 6 siswa menjadi 8 siswa b. Kemauan siswa mengerjakan tugas meningkat dari 5 siswa
pada
siklus I menjadi 8 siswa pada siklus II c. Kemampuan siswa menjawab pertanyaan meningkat dari 5 siswa (47,06%) menjadi 9 siswa d. Sikap senang diberi tugas belajar meningkat dari 5 siswa menjadi 8 siswa e. Semua siswa telah aktif dalam pembelajaran dengan metode STAD. Tidak ditemukan adanya siswa yang melamun atau berdiam diri. Semua siswa terlibat aktif dalam proses belajar. Berdasarkan hasil pengamatan situasi pembelajaran pada siklus kedua ini, peneliti dapat menemukan kelemahan pembelajaran sebagai berikut: a. Masih ditemukan 3 orang siswa yang belum sering bertanya 79
b. Terdapat 3 orang siswa yang belum mau mengerjakan tugas dari guru. c. Ada 2 orang siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan dari guru dan baru 8 siswa yang merasa senang diberi tugas belajar oleh guru. d. Pemahaman siswa masih belum mencapai 100%. Meski
demikian,
pembelajaran
ini
telah
menunjukkan
perubahan/peningkatan, yaitu dalam hal-hal: a. Siswa yang mulai senang belajar dengan menggunakan metode STAD b. Proses pembelajaran siklus II berlangsung baik. Dominasi anak berhasil diminalkan dengan memodifikasi metode STAD dengan memberikan pertanyaan lebih banyak dan pembatasan waktu siswa. c. Diskusi kelas hampir sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. d. Hasil evaluasi penilaian perkembangan siswa pada siklus II meningkat dibandingkan kondisi sebelumnya, walaupun nilai T (tuntas) masih belum mencapai 100%. Kondisi ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7
Nomor Responden
L/P L P L L P P P
1 2 3 4 5 6 7
80
Nilai
Ket
70 60 80 70 50 60 70
T T T T BT T T
No
Nomor Responden
8 9 10 11
8 9 10 11
L/P L L P L
Nilai
Ket
80 80
T T
Perbandingan nilai perkembanan siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai BT (belum tuntas) menjadi 3 siswa pada siklus II, nilai T (tuntas) meningkat dari 6 siswa menjadi 8 siswa yang berarti sebagian siswa mengalami perkembangan sesuai harapan. Berdasarkan dua hal di atas, maka hal-hal yang akan peneliti perhatikan dan perbaiki pada siklus ketiga adalah: a. Berusaha
meningkatkan
perkembangan
situasi
kelas
hingga
mencapai 100% dengan metode STAD yang disempurnakan. b. Menerapkan pemberian hadiah bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru dan siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari siswa lain. c. Memberikan motivasi berupa pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan guru dan siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada
siklus
II,
penulis
menyimpulkan
bahwa
model
pembelajaran yang penulis terapkan dengan STAD dapat meningkatkan prestasi belajar materi zakat pada siswa kelas VI. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian siswa (tabel 4.4) yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas standar ketuntasan minimal 81
(60). Sebanyak 8 siswa (72,7%) memperoleh nilai di atas 60 dan 3 siswa (27,3%) memperoleh nilai di bawah 60. Hal ini berarti terjadi peningkatan 17,2% lebih tinggi dari siklus I, yaitu dari 54,5% menjadi 72,7%. Pada siklus II ini nilai tertinggi dan nilai terendah yang diperoleh siswa masih sama dengan siklus I yaitu 80 dan 40, namun nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 58,64 pada siklus I menjadi 64,55 pada siklus II. Hasil pengamatan situasi kelas pada siklus II menghasilkan beberapa temuan penting. Pada siklus II, 8 siswa telah mulai aktif bertanya (meningkat, 6 siswa pada siklus I), 8 siswa mau mengerjakan tugas (meningkat, 5 siswa pada siklus I), 9 siswa aktif dan mampu menjawab pertanyaan (meningkat, 5 siswa pada siklus I), dan 8 siswa menunjukkan sikap senang terhadap tugas (meningkat, 5 siswa pada siklus I). Hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan terhadap motivasi, ketertarikan serta perhatian dari diri siswa terhadap proses pembelajaran. Kelemahan yang penulis temukan pada siklus II adalah masih adanya 3 siswa (27,3%) yang belum aktif bertanya, 3 siswa (27,3%) yang belum aktif dalam mengerjakan tugas, 2 siswa (18,2%) yang belum mampu menjawab pertanyaan guru dan 3 siswa (27,3%) belum menunjukkan rasa senang terhadap pembelajaran. Pada siklus II ini penulis merencanakan perbaikan-perbaikan untuk siklus selanjutnya. Perbaikan tersebut antara lain adalah dengan 82
menyempurnakan metode STAD. Penyempurnaan tersebut berdasarkan pada hasil refleksi pelaksanaan siklus II. Berusaha meningkatkan situasi kelas agar mencapai motivasi, ketertarikan dan perhatian tinggi dari siswa. Penerapan pemberian hadiah kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru atau pertanyaan dari siswa lain. Memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan. 3. Deskripsi Siklus III Pada siklus III, penulis menyimpulkan bahwa metode STAD yang penulis pergunakan telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Melalui beberapa perbaikan metode STAD, prestasi belajar siswa pada siklus III berhasil mencapai kemajuan yang cukup tinggi walaupun belum 100%. Sebanyak 10 siswa (90,9%) telah memperoleh nilai diatas 60 dan hanya 1 siswa yang masih tertinggal. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai terendahnya 55. Rata-rata kelas meningkat dari 64,55 pada siklus II menjadi 75,91 pada siklus III. Berikut adalah tabel pengamatan situasi kelas pada siklus III. Tabel 4.5 Pengamatan Situasi Kelas pada Siklus III Kemunculan Koreksi/catatan pengamat Kurang Sedang Sering Selalu Sering bertanya pada 10 siswa telah sering 1 guru atau siswa lain bertanya Mau mengerjakan tugas 11 siswa mau 2 yang diberikan guru mengerjakan tugas Mampu menjawab 10 siswa mampu 3 pertanyaan menjawab pertanyaan Senang diberi tugas 11 siswa senang 4 belajar diberi tugas belajar
No
Aspek yang diamati
83
Situasi kelas juga meningkat. Siswa yang mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan senang dengan tugas tersebut mencapai 100%. Sedangkan aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan mencapai 90,9%. Berdasarkan hasil pengamatan situasi pembelajaran pada siklus ketiga ini, peneliti dapat menemukan kelemahan pembelajaran sebagai berikut: a. Siswa membutuhkan keterampilan menyusun jawaban pertanyaan guru dalam kalimat yang baik. Hal ini dapat dipecahkan dengan bimbingan dari guru dalam menyusun jawaban pertanyaan dengan kalimat yang baik b. Guru telah mampu menguasai kondisi kelas dengan maksimal Meski demikian, pembelajaran ini telah menunjukkan peningkatan, yaitu dalam hal-hal: 1) Siswa terlihat antusias belajar dengan metode STAD. 2) Guru
maupun
siswa
sama-sama
aktif
dalam
proses
pembelajaran 3) Prestasi siswa meningkat, terlihat pada hasil rekapitulasi nilai perkembangan siswa di akhir siklus ketiga yang mendekati sempurna seperti dapat dilihat dalam tabel berikut.
84
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siswa Kelas VI SDN Gedong 03 pada Siklus III No
Nomor Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
L/P L P L L P P P L L P L
Nilai
Ket
80 80 90 70 70 60 70 90 90
T T T T T T T T T
Peningkatan hasil penilaian perkembangan siswa terlihat dari jumlah siswa yang mencapai nilai T (tuntas) adalah 91% atau 10 siswa. Setelah melakukan interpretasi data dan pengamatan secara seksama, dapat diketahui bahwa masih ditemukannya 1 orang siswa yang mendapatkan nilai BT (belum tuntas) karena tingkat ketidakhadiran yang tinggi di sekolah dan faktor siswa sendiri yang lemah dalam menerima materi pelajaran. Kelemahan yang masih ditemui pada siklus III adalah siswa masih belum terampil dalam menyusun kalimat jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Selain itu, masih ditemukan 1 siswa yang memperoleh nilai di bawah standar minimal yang memerlukan perhatian lebih banyak dari guru. Hal ini disimpulkan dari nilai-nilai siswa tersebut yang tidak mampu melebihi standar minimal dari siklus I, II, dan III.
85
B. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus penelitian. Latar belakang penerapan penelitian dalam tiga siklus adalah karena keterbatasan waktu dan dana penelitian, namun bila hanya dilakukan dalam dua siklus, maka hasil penelitian akan kurang memuaskan. Evaluasi tiap siklus penelitian dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sehingga hasil evaluasi akan lebih objektif. Prestasi belajar siswa kelas 6 SD Gedong 03 sebelum pelaksanaan tindakan adalah rendah. Rendahnya prestasi belajar ini diketahui dari hasil evaluasi awal peneliti bersama guru kolaborator. Hasil evaluasi mengatakan bahwa baru 16,7% (2 siswa) yang memiliki prestasi belajar di atas standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yaitu 60. Sisanya masih kesulitan mencapai nilai SKBM tersebut. Selain itu, baru 33,4% (4 siswa) yang menunjukkan motivasi dan ketertarikan serta perhatian yang tinggi di atas rata-rata anak yang lain. Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode student team achievement division mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa ini dilakukan dengan melakukan tes tertulis. Tabel 4.7. berikut menunjukkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode STAD.
86
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode STAD No.
Nomor Responden
Awal
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
1
50
65
70
80
2
2
55
60
60
80
3
3
55
75
80
90
4
4
50
50
70
70
5
5
40
40
50
70
60
60
6
6
60
60
7
7
60
80
70
70
8
8
55
70
80
90
9
9
55
55
80
90
10
10
45
40
40
80
11 12
11 12
45
50
50
55
50
-
-
-
60
80
80
90
40
40
40
55
51,7
58,6
64,5
75,9
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata
Pada kondisi awal, jumlah siswa yang menjadi responden adalah 12 orang, sedangkan pada siklus I, II, dan III menjadi 11 orang. Hal ini dikarenakan keluarnya seorang siswa dari SDN Gedong 03 karena permintaan orang tua. Dari tabel 4.1 diketahui bahwa pada kondisi awal baru 2 siswa (16,7%) yang memiliki prestasi belajar di atas standar ketuntasan belajar minimal yaitu 60. Pada siklus I jumlah ini meningkat menjadi 6 siswa (54,6%). Pada siklus II meningkat kembali menjadi 8 siswa (72,7%) dan pada siklus III menjadi 10 siswa (90,9%). Peningkatan terbesar terjadi pada siklus I jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum siklus I yaitu sebesar 37,9% (54,6%-16,7%) atau sebesar tiga kali lipat. Hal ini dapat disebabkan oleh ketertarikan siswa yang besar terhadap metode STAD yang akan dilaksanakan pertama kali oleh mereka. Pada siklus II peningkatan prestasi 87
belajar siswa sebesar 18,1% (72,7%-54,6%) atau sekitar 1,3 kali siklus I. Pada siklus III peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 18,2% (90,9%72,7%) atau sekitar 1,25 kali siklus II. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa metode student team achievement division mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Berdasarkan tabel 4.1, penulis kemudian menyusun tabel distribusi frekuensi prestasi belajar siswa dalam pembelajaran zakat. Hal ini disajikan dalam tabel 4.8. Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa dalam Pembelajaran Materi Zakat Prestasi Belajar Frekuensi Persentase
No 1
Keadaan Awal
Siklus
2
16,67%
2
Pertama
6
54,55%
3
Kedua
8
73%
4
Ketiga
10
90,91%
Tabel 4.7 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah metode STAD diterapkan oleh penulis. Dari tabel tersebut diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata kelas berturut-turut dari 58,6; 64,5; dan 75,9 pada siklus I, II dan III. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, metode
STAD
mampu
meningkatkan
prestasi
belajar
kelas
pada
pembelajaran materi zakat. Dari tabel 4.8 diketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I, II sampai siklus III. Prestasi belajar siswa terhadap materi zakat pada siklus I sebesar 54,55%, pada siklus II sebesar 73% dan pada 88
siklus III sebesar 90,91%. Adanya satu orang siswa yang tidak berhasil mencapai nilai yang diharapkan disebabkan karena kurangnya motivasi pribadi siswa. Kurangnya motivasi tersebut dipicu karena permasalahan di dalam keluarganya yang menyebabkan ia kurang memperoleh kasih sayang. Kelebihan penelitian ini adalah berhasil mencapai tujuan penelitian, yaitu mengetahui prestasi belajar siswa dan mengetahui bahwa metode STAD mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 6 SD Gedong 03. Kekurangan penelitian ini adalah pada jumlah subjek penelitian. Subjek penelitian termasuk kecil yaitu 11 orang siswa. Kecilnya subjek peneliitian menyebabkan situasi kelas terlalu mudah dikontrol sehingga hasil penelitian mungkin kurang relevan jika diterapkan pada kelas besar misalnya yang berjumlah 20 atau 30 siswa.
89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prestasi belajar PAI mata pelajaran zakat pada siswa kelas 6 SD Gedong 03 Kecematan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011 tergolong rendah. Hal ini dapat diketahui dari nilai yang diperoleh siswa sebelum pelaksanaan penelitian. Tercatat baru 2 orang siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar minimal atau 16,7%. Selain itu, nilai rata-rata kelas tergolong rendah yaitu 51,67. 2. Metode
student
team
achievement
division
(STAD)
mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Gedong 03 Kecamatan Banyubiru
Kabupaten
Semarang
Tahun
2011.
Kesimpulan
ini
berdasarkan dari peningkatan prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata kelas yang semakin meningkat dari siklus I hingga siklus III berturut-turut adalah 58,6, 64,5 dan 75,9. Dilihat dari jumlah siswa yang memahami materi zakat dari tiap siklus juga mengalami peningkatan yaitu 6 (54,55%), 8 (73%) dan 10 (90,91%).
90
B. Saran 1.
Penelitian tindakan kelas hendaknya dilaksanakan oleh setiap guru khususnya di SDN Gedong 03
2.
Sekolah hendaknya menyediakan kesempatan, dukungan sarana dan prasarana untuk guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
3.
Model pembelajaran STAD cocok digunakan pada pembelajaran PAI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan keaktifan siswa
4.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan keluarnya siswa dari bangku sekolah.
5.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai cara-cara meningkatkan prestasi belajar bagi siswa yang bersifat tertutup.
91
DAFTAR PUSTAKA.
Al-Falih, Abdullah Ibnu Sa’d. 2007. Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Al-Tirmidzi, Abi Isa. 1967. Sunan Al-Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih Juz 1. Indonesia: An-Nasir Maktabah Dahlan. _________________. 1967. Sunan Al-Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih Juz 3. Indonesia: An-Nasir Maktabah Dahlan. Depag RI. 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalm UU Sisdiknas, Jakarta. Depag RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Jumanatul ‘Ali, Seuntai Mutiara yang Maha Luhur. Bandung: J-ART. Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Djiwandono,
Dunia
Sri Esti Wuryani. PT.Gramedia
2006.
Psikologi
Pendidikan.
Jakarta:
Pembelajaran.com. 2011. Metode Pembelajaran STAD. Dunia Pembelajaran.com. diakses tanggal 31 Mei 2011. [http://www.duniapembelajaran.com/2011/02/metode-pembelajaranstad.html]
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hamdani. 201. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Isjoni. 2010. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL Media Group. Mu’is. 2011. Zakat A-Z Panduan Mudah, Lengkap, dan Praktis tentang Zakat. Solo: Tinta Medina Ridwan.
2008.
Ketercapaian
Prestasi
Belajar,
(Online),
http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasibelajar/, diunduh: 8 Juni 2011 Shalehuddin, Wawan Shofwan. 2011. Risalah Zakat, Infak dan Sedekah. Bandung: Tafakur Sholeh, Asrorun Ni’am. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: eLSAS Smith, Mark K., dkk. 2009. Mengukur Kesuksesan Anda dalam proses Belajar Mengajar Bersama Psikolog Pendidikan Dunia. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka Sugiyono.2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta
Kuantitatif,
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Susilo, Herawati. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing. Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghozali. Jakarta: Bumi Aksara. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendiknas_16_2007.pdf: Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru http://www.puskur.net/download/uu/11Kerangka_Dasar.pdf: Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi