Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Pembelajaran Topologi Jaringan Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Di SMK N 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2015/2016
Artikel Ilmiah
Peneliti: Armada Galih Prakoso 702011071
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015
3
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Pembelajaran Topologi Jaringan Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Di SMK N 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2015/2016 1)
Armada Galih Prakoso,2)Christ Rudianto,3)George J.L Nikijuluw
Fakultas Teknologi Informasi Universits Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email: 1)
[email protected], 2)
[email protected], 3)
[email protected] Abstract
Conventional methods of making student scores are still below the minimum completeness criteria (75). Laptop limitations do not allow for the students practice individually. This research is aimed to determine the influence of the Student Team Achievement Division (STAD) in assisting learning the topology of computer network which is mediated with Cisco packet tracer toward learning comprehension of students of learning of SMK N 1 Tengaran. This study uses quasi-experiment research instruments as test and questionnaire. The results show an increase in cognitive learning outcomes of control class at 72,78 and experimental of class at 80,86. Psychomotoric learning outcomes in the control class reach an average score at 72,39 and experimental class is at 86.43. The result of the questionnaire reach the averange score at 86,90% of the total number of the students agree with the implementation of Cisco packet tracer assisted Students Team Achievement Division ( STAD ). Keywords : Student Team Achievement Division (STAD), Cisco packet tracer, learning outcomes. Abstrak
Metode konvensional membuat nilai siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimum (75). Keterbatasan laptop tidak memungkinkan untuk siswa praktek secara individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dibantu dengan Cisco Packet Tracer terhadap pemahaman belajar siswa pada materi topologi jaringan di SMK Negeri 1 Tengaran. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk tes dan angket. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar kognitif kelas kontrol 72,78 dan kelas eksperimen 80,86. Hasil belajar psikomotor pada kelas kontrol mencapai rata-rata 72,39 dan kelas eksperimen mencapai rata-rata 86,43. Hasil dari angket mencapai rata-rata 86,90% siswa menyatakan setuju dengan penerapan metode kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dibantu dengan Cisco Packet Tracer. Kata kunci : Student Team Achievement Division (STAD), Cisco Packet Tracer, hasil belajar. 1)
2)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
5
1. Pendahuluan Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berkembang pesat. Kemajuan tersebut memberikan dampak terciptanya inovasi baru serta membawa perubahan diberbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun dalam dunia pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam peningkatan sumber daya manusia. Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas pendidikan diperlukan adanya ketepatan dalam melakukan proses pembelajaran. Dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi supaya materi yang diberikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembelajaran yang dilakukan di setiap kelas X Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) di SMK Negeri 1 Tengaran telah menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan ialah metode konvensional, yang menjadikan guru pusat perhatian (teacher-centered). Metode konvensional mempunyai kelemahan saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang lebih tanggap dari sisi visual lambat menerima materi dan siswa yang lebih tanggap dari sisi auditory lebih cepat menerima materi. Apabila pembelajaran berlangsung lama siswa akan merasa bosan, sukar untuk mengontrol sejauh mana siswa dalam menerima materi, menyebabkan siswa menjadi pasif dan disaat diberi waktu untuk bertanya siswa akan cenderung diam. Siswa yang diam belum tentu memahami materi yang telah disampaikan dengan baik. Hal ini nampak dengan adanya siswa yang mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimum (75). Dilihat dari hasil ualangan pada kompetensi dasar sebelumnya siswa kelas X RPL 1 terdapat 16 siswa yang belum tuntas dan siswa kelas X RPL 2 terdapat 20 siswa yang belum tuntas. Tidak tersedianya Liquid-Crystal Display (LCD) proyektor dalam kelas membuat siswa kesulitan dan kebingungan karena hanya membayangkan. Tidak semua siswa mempunyai laptop menjadi hambatan dalam proses pembelajaran topologi jaringan, sehingga tidak memungkinkan untuk mempraktekkan membuat topologi jaringan. Pada kelas X RPL 1 siswa yang mempunyai laptop sebanyak 17 siswa, sedangkan kelas X RPL 2 siswa yang mempunyai laptop hanya 10 siswa. Untuk mengatasi hambatan tersebut, perlu dipertimbangkan penggunaan metode pembelajaran dan aplikasi agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang akan diterapkan adalah metode kooperatif tipe student team achievement division (STAD) karena pada STAD siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil, setiap anggota kelompok mendapatkan joblist sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas yang telah dibagi, diakhir pertemuan ada kuis untuk mengukur pemahaman siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) berbantukan Cisco Packet Tracer terhadap hasil pemahaman siswa dalam aspek kognitif dan psikomotorik dalam penyampaian materi topologi jaringan kelas X RPL di SMK Negeri 1 Tengaran.
2.
Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati berjudul Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil belajar Kimia Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran STAD (Student Team Achiement Division) dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi siswa. Pada kondisi keaktifan siswa belajar kimia 45% yang tergolong cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 69,17% pada siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 71,67%. Pada siklus 1 ketuntasan siswa 40% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 70%. Dari aspek afektif siswa siklus 1 sebesar 15% kemudian meningkat menjadi 25% pada siklus 2 [3]. Penelitian yang dilakukan oleh Mardhiyyatul Kabirah (2014) berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran TIK Kelas X Di SMA N 2 Banguntapan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiement Division (STAD) terhadap hasil belajar teknologi informasi dan komputer (TIK) siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar dari ttabel (5,306>2,000) pada taraf signifikansi 5%. Hasil belajar mean posttest kelas eksperimen sebesar 86 dan kelas kontrol sebesar 76, menunjukkan selisih perbedaan hasil belajar mean posttest sebesar 10 [4]. Penelitian yang dilakukan oleh Bisono Indra Cahya (2013) berjudul Penggunaan Aplikasi Multimedia Pembelajaran Topologi Jaringan Komputer Berbasis Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas XI SMA N 1 Godean. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi topologi jaringan setelah penggunaan aplikasi multimedia pembelajaran topologi jaringan komputer berbasis macromedia flash mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa tanpa menggunakan aplikasi multimedia pembelajaran berbasis macromedia flash [2]. Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini. Dari ketiga penelitian terdahulu, penelitian pertama dan kedua dilakukan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiement Division (STAD) tanpa menggunakan sebuah aplikasi. Penelitian ketiga dilakukan pada materi topologi jaringan menggunakan sebuah aplikasi tanpa menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiement Division (STAD). Penelitian yang akan peneliti lakukan ialah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiement Division (STAD) berbantukan aplikasi Cisco Packet Tracer. Metode Konvensional Metode konvensional adalah metode yang dapat dikatakan sebagai metode tradisional. Karena, sejak dahulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi
2
edukatif. Metode konvensional mempunyai kelebihan antara lain, pada saat mengajar guru lebih mudah untuk menguasai kelas, metode ini mudah untuk diterapkan, dapat diikuti peserta didik dalam jumlah besar, sehingga guru mudah menerangkan bahan pelajaran dalam jumlah banyak. Metode konvensional mempunyai kekurangan antara lain kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata meluas), peserta didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditorinya dapat lebih cepat menerima materi yang disampaikan guru, bila terlalu lama pembelajaran akan membosankan, sukar mengontrol sejauh mana pemahaman peserta didik, dan menyebkan anak didik menjadi pasif [1]. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mempunyai anggota kelompok yang bersifat heterogen artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik, ras, agama, status sosial ekonomi, serta kemampuan akademik [6]. Pembelajaran kooperatif adalah mengajar kesatuan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar [11]. Student Team Achiement Division (STAD) Metode STAD merupakan metode yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Metode STAD merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif. Pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) merupakan model pembelajaran yang tepat untuk siswa dapat bekerja kelompok serta dapat memecahkan masalah maupun mengerjakan tugas yang diberikan [8]. STAD (student team achievement division) merupakan model yang sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam pembelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, pada tingkatan sekolah dasar sampai perguruan tinggi [7]. Penerapan metode STAD dalam kegiatan pembelajaran mengarahkan seluruh siswa untuk terlibat dan ikut serta dalam kegiatan diskusi kelompok [8]. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD : a. Pembagian kelompok Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, yang memprioritaskan heterogen (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender, ras atau etnik. b. Presentasi guru Guru menyampaikan materi pembelajaran serta pentingnya topik bahasan tersebut dipelajari. c. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk, masing-masing siswa berkontribusi dalam kelompok sehingga semua anggota kelompok dapat menguasai topik bahasan.
3
d. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar siswa melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Kuis dikerjakan secara individu dan tidak dibenarkan kerja sama. e. Penghargaan prestasi tim [10]. Tabel 1. Menghitung perkembangan skor individu [8] Skor kuis Skor kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 Lebih dari10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 Dari tabel diatas merupakan pemberian skor kemajuan untuk setiap individu. Pemberian skor kemajuan berdasarkan nilai pretest yang dibandingkan dengan nilai kuis. Jika setiap individu telah diberikan nilai kemajuan, kemudian dikelompokkan sesuai kelompok yang telah dibentuk dan dihitung rata-rata setiap kelompok. selanjutnya dapat dikategorikan ke dalam kategori-kategori kelompok sebagai berikut : Tabel 2. Menghitung perkembangan prestasi tim [7] Kriteria (Rata-rata Tim) 0 ≤ N ≤5 6 ≤ N ≤ 15 16 ≤ N ≤ 20 21 ≤ N ≤ 30
Penghargaan Good Team Great Team Super Team
3. Metodologi Penelitian Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen tipe Nonequivalent Control Group Design dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa angka. Sedangkan kuasi eksperimen digunakan untuk mengukur sebab dan akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Desain penelitian Nonequivalent Control Group Design adalah sebagai berikut : Gambar 1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design [9] O1 O3
X -
O2 O4
Keterangan : O1 : Pelaksanaan pretest kelas eksperimen O2 : Pelaksanaan posttest kelas eksperimen X :Treatmen atau perlakuan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas eksperimen O3 : Pelaksanaan pretest kelas kontrol O4 : Pelaksanaan posttest kelas kontrol 4
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi topologi jaringan kelas X Rekayasa Perangkat Lunak SMK Negeri 1 Tengaran. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 1 Tengaran dengan sampel sebanyak 71 siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu X RPL 1 sebagai kelas kontrol dan X RPL 2 sebagai kelas eksperimen. Pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dengan melihat banyaknya nilai belum tuntas pada kompetensi sebelumnya dan kurangnya laptop yang tersedia. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui penggaruh hasil belajar menggunakan metode STAD ditunjang dengan aplikasi cisco packet tracer dalam materi topologi jaringan berupa tes (pretest-posttest) dan angket. Desain penelitian ini menggunakan dua kelompok kelas, dimana kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan metode STAD berbantukan aplikasi cisco packet tracer sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan STAD dan aplikasi cisco packet tracer dalam materi topologi jaringan. 4. Hasil dan Pembahasan Pertemuan Pertama Kontrol (Rabu, 26 Agustus 2015) Guru menjelaskan komponen - komponen jaringan menggunakan LCD. Komponennya ialah personal komputer (PC), local area network (LAN card), hub, switch, repeater, router, kabel unshielded twister-pair (UTP). Guru menjelaskan satu persatu dan siswa mencatat di buku tulis. Siswa masih bersemangat untuk mencatat materi yang dijelaskan guru. Karena pelajaran di mulai pada jam pertama siswa masih dapat fokus dan berkonsentrasi dengan materi yang dijelaskan. Setelah selesai menjelaskan guru mempersilahkan siswa untuk bertanya jika belum paham dengan materi yang dijelaskan. Tetapi siswa tidak merespon, siswa hanya diam saja. Satu persatu topologi jaringan dijelaskan oleh guru. Guru menjelaskan materi topologi jaringan. (1) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan bus, (2) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan star,
Eksperimen (Kamis, 27 Agustus 2015) Pembagian kelompok. Guru membagi kelompok, 7 nama siswa yang mendapatkan nilai ulangan terbaik pada materi sebelumnya maju ke depan kelas, ketujuh siswa tersebut ditunjuk menjadi ketua kelompok. Selanjutnya 7 siswa mengambil undian untuk menentukan topik bahasan dalam kelompok. Tipik (1) topologi bus, topik (2) topologi star, topik (3) topologi ring, topik (4) topologi mesh, topik (5) topologi extended star, topik (6) topologi hierarci, topik (7) topologi tree. Selain siswa yang maju di depan kelas, siswa berhitung dari 1 sampai 7. Seluruh siswa bergabung ke kelompoknya masing-masing menurut angka yang disebut. Presentasi guru. Guru menjelaskan komponen komponen jaringan. Komponennya ialah personal komputer (PC), local area network (LAN card), hub, switch, repeater, router, kabel unshielded twister-pair (UTP). Guru menjelaskan satu persatu dan siswa mencatat di buku tulis. Setelah selesai menjelaskan guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi
5
(3) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan ring, (4) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan mesh, (5) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan extended star, (6) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan hierarci, (7) karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan tree Setiap selesai menjelaskan satu topologi jaringan, guru memberikan waktu siswa untuk bertanya jika belum paham dengan materi yang dijelaskan. Tetapi siswa tidak merespon, siswa hanya diam saja. Setelah 90 menit pembelajaran berjalan terlihat siswa mulai bosan mendengarkan dan mencatat. Siswa mengobrol dengan teman sebangku dan meletakkan kepala dengan tumpuan tangan kiri, menjadikan materi yang dapat diserap siswa jadi berkurang.
sesuai dengan topik bahasan masing-masing kelompok.
Kerja kelompok. Masing-masing kelompok membahas karakteristik, kelebihan, kekurangan, berjalannya arus data dalam sebuah topologi jaringan. Siswa terlibat dalam diskusi kelompok yang menjadikan siswa aktif, ikut berpartisipasi mengemukakan pendapat, lebih dapat bersosialisasi bersama teman. Di dalam kelompok siswa dapat lebih berkonsentrasi belajar karena siswa berdiskusi dengan teman yang lain dan di dalam kelompok siswa dapat saling melengkapi pemahaman tentang topologi jaringan. Presentasi kelompok. Setelah selesai berdiskusi, satu persatu kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil dari diskusi masing-masing kelompok. Ketika kelompok yang maju ke depan siswa yang duduk mendengarkan dan mencatat materi yangdi presentasikan kelompok lain. Setelah kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusinya, guru memberikan waktu ke siswa yang lain untuk bertanya jika belum paham dengan materi yang disajikan kelompok. Siswa banyak merespon mengangkat tangan untuk bertanya ke kelompok yang menyajikan materi. Guru membatasi tiga penanya untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi di depan kelas. Setelah selesai presentasi diberikan apresiasi berupa tepuk tangan. Guru membagika kuis ke seluruh siswa, Kuis. Guru membagikan kuis ke seluruh siswa mengerjakan secara individu. siswa, siswa mengerjakan kuis secara individu. Perhitungan skor pada kurikulum 2013 dapat dihitung menggunakan rumus sebagaiberikut : Perhitungan skor akhir =
total skor diperoleh skor maksimal
x 4 [4]
Tabel 3. Perhitungan skor kuis kelas kontrol dan kelas eksperimen Kelas Kontrol Eksperimen
Sampel uji 36 35
Total skor 2,99 3,45
6
Predikat BB+
Rata-rata 71,25 86,14
Tabel 4. konversi kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap [12] Predikat A AB+ B BC+ C CD+ D
Nilai Kompetensi Pengetahuan Keterampilan 4 4 3,66 3,66 3,33 3,33 3 3 2,66 2,66 2,33 2,33 2 2 1,66 1,66 1,33 1,33 1 1
Sikap SB B
C K
Berikut ini tabel skor perkembangan individu dari perbandingan nilai awal (pretest) dengan nilai kuis : Tabel 5. skor perkembangan individu kelas eksperimen Kelompok
1 2 3 30 30 30 30 30 20 Skor 30 20 20 perkembangan 30 30 20 30 30 30 Rata-rata skor 30 28 24 Dari rata-rata skor tabel diatas, tiap-tiap sebagai berikut : Kelompok 1 : super team Kelompok 2 : super team Kelompok 3 : super team Kelompok 4 : super team Kelompok 5 : super team Kelompok 6 : super team Kelompok 7 : super team
4 5 6 7 30 30 20 30 30 20 20 30 30 30 30 30 20 20 20 20 5 20 30 30 23 24 24 28 kelompok dapat dikelompokkan
Berdasarkan pengelompokan di atas, dapat terlihat bahwa pembagian kelompok pada awal pertemuan dapat dikatakan sama atau setimbang. Ketujuh kelompok termasuk ke dalam super tim dilihat dari rata-rata hasil perolehan setiap kelompok pada rentang skor 21 sampai 30. Pemahaman siswa dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD sama, namun terdapat satu siswa yang mendapatkan poin 5 karena nilai kuis dibawah 10 poin dari nilai awal (pretest). Disebabkan karena pada saat kelompok lain presentasi siswa tersebut ijin keluar kelas.
7
Pertemuan kedua Kontrol (Rabu, 2 September 2015) Guru menjelaskan cara mengatur ip address, subnet mask, default gateway di laptop dan siswa mengikuti petunjuk guru dan menerapkannya. Terdapat kendala pada saat menjelaskan pengaturan ip address, subnet mask, default gateway dikarenakan tidak adanya LCD dan tidak semua siswa membawa laptop. Siswa yang tidak mempunyai laptop dapat duduk berdekatan dengan siswa yang membawa laptop. Diusahakan setiap siswa dapat mencoba mengatur ip address, subnet mask, default gateway di laptop secara bergantian. Siswa yang membawa laptop mencoba berulang-ulang dan siswa yang tidak membawa laptop hanya diam dan melihat siswa lain yang mencoba pengaturan ip address, subnet mask, default gateway. Ketika ditanya siswa akan menjawab sudah melakukan pengaturan ip address, subnet mask, default gateway. Terdapat pula siswa asik mengobrol dengan teman sebangku dan tidak bergabung dengan siswa yang membawa laptop. Laptop yang telah diatur ip address, subnet mask, default gateway disambungkan dengan laptop yang sudah diatur pula sehingga menjadi jaringan peer to peer, kemudian cek sudah terhubung dengan laptop yang lain melalui command prompt.
Eksperimen (Kamis, 3 September 2015) Presentasi gutu. Setiap kelompok terdapat satu sampai dua buah laptop. Setelah instalasi cisco packet tracer siswa dapat mendesain sebuah jaringan peer to peer menghubungkan komputer dengan komputer. Kemudian mengatur setiap komputer diatur ip address, subnet mask, default gateway, sehingga antar komputer dapat terhubung dan mengirim data. Setiap anggota kelompok dapat bergantian untuk membuat dan mengatur ip address, subnet mask, default gateway didalam cisco pakcet tracer sampai anggota kelompok memahami cara mengatur ip address, subnet mask, default gateway, siswa mendesain topologi star didalam cisco pakcet tracer. Siswa sangat tertarik dan antusias ketika membuat desain topologi jaringan didalam cisco pakcet tracer. Siswa dapat mendesain topologi jaringan tanpa membutuhkan komponen yang lengkap untuk membuat sebuah topologi jaringan
Guru menjelaskan cara mengatur ip address, subnet mask, default gateway di laptop sesungguhnya dan siswa dapat mengikuti petunjuk guru dan menerapkannya. Jika didalam kelompok terdapat dua laptop dapat langsung menggabungkan dengan kabel cros. Kerja kelompok. Setelah terhubung, selanjutnya mengetes melalui command prompt dengan melakukan ping ke ip tujuan. Setiap anggota kelompok dapat bergantian mengatur kedua laptop sehingga terhubung dan dicek. Ketika berhasil menghubungkan kedua laptop, siswa tersebut akan merasa bangga dengan dirinya sendiri. Dan siswa tersebut dapat mencontohkan kepada teman sekelompoknya dalam pengaturan sampai berhasil dapat menghubungkan.
Hanya siswa yang mempunyai laptop yang aktif dalam mempraktekkan cara menggabungkan dua laptop menjadi satu jaringan. Sesudah siswa yang membawa laptop mencoba menggabungkan dua laptop selanjutnya gantian siswa yang lain. Siswa yang berhasil menggabungkan kedua laptop merasa bangga dengan dirinya sendiri, dan dengan rasa percaya diri siswa member arahan kepada siswa yang lain mulai dari pengaturan sampai menghubungkan. Penilaian psikomotorik, 5 siswa berdasarkan Dengan langkah yang sama setiap kelompok nomor absen dapat maju ke depan kelas mendesain topologi jaringan star dengan 5
8
untuk menilaian. Didepan kelas telah disediakan 5 laptop, 1 hub, 8 kabel straight, 5 kabel cross. Satu siswa mengoperasikan satu laptop, kemudian siswa dapat menghubungkan laptop dengan hub. Setiap laptop diatur ip address, subnet mask, default gateway setelah semua laptop diatur selanjutnya mengecek melalui command prompt. Penilaian psikomotor dilakukan oleh guru pamong. Terdapat banyak siswa yang kebingungan ketika menghubungkan perangkat sehingga menjadi topolog star. Saat pengaturan ip address,dan default gateway siswa berdebat karena ada yang tidak sepaham.
laptop atau komputer dan 1 hub di dalam cisco packet tracer. Pada saat mendesain topologi star di cisco packet tracer siswa dapat berunding untuk menentukan ip address, subnet mask, default gateway yang akan dipergunakan sebelum maju penilaian. Kuis. Penilaian psikomotorik, setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menilaian. Didepan kelas disediakan 5 laptop, 1 hub, 8 kabel straight, 5 kabel cross. Satu siswa mengoperasikan satu laptop, kemudian siswa dapat menghubungkan laptop dengan hub. Setiap laptop yang telah diatur ip address, subnet mask, default gateway selanjutnya cek melalui command prompt. Penilaian psikomotor dilakukan oleh guru pamong. Setiap kelompok dapat dengan cepat menyelesaikan penilaian psikomotorik dikarenakan sebelum kelompok maju ke depan kelas telah berunding dalam pengaturan ip address, dan default gateway. Siswa tidak kebingungan dalam pengaturan dan tidak berdebat dalam pemakaian ip address, subnet mask, default gateway. Setelah seluruh siswa maju penilaian Setelah seluruh kelompok maju penilaian psikomotor, guru membagikan soal posttest psikomotor, guru membagikan soal posttest ke seluruh siswa. Soal posttest dikerjakan ke seluruh siswa. Soal posttest dikerjakan secara individu. secara individu. Kemudian untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan metode kooperatif tipe STAD dan aplikasi cisco packet tracer melalui angket tanggapan siswa. Peroses pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD berbantukan cisco packet tracer menunjukkan peningkatan pemahaman belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada pemahaman belajar nilai rata-rata kelas pengujian pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berikut ini hasil rata-rata nilai kelas kontrol dan kelas eksperimen: Tabel 6. Perolehan rata-rata nilai pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Sampel uji
Kontrol 36
9
Kelas Eksperimen 35
Rata-rata pretest
67,14
59,71
Skor pretest
2,77
2,38
B-
C+
Rata-rata posttest
71,86
80,86
Skor posttest
2,96
3,23
B-
B+
4,71
21,14
Predikat
Predikat Peningkatan
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rata-rata kemampuan awal siswa (pretest) kelas kontrol rata-rata 67,14 dan hasil posttest sebesar 71,86, sehingga terjadi peningkatan sebesar 4,71 berdasarkan hasil posttest kelas kontrol mendapat predikat B-. Sedangkan kemampuan rata-rata kelas eksperimen sebelum pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe STAD berbantukan cisco packet tracer sebesar 59,71 dan rata-rata setelah menerapkan metode kooperatif tipe STAD berbantukan cisco packet tracer sebesar 80,86, sehingga peningkatan pada kelas kontrol sebesar 21,14 berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen mendapat predikat B+. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode kooperative tipe STAD berbantukan cisco packet tracer berhasil dengan baik untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa. Dilihat dari kriteria ketuntasan minimum (75) pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Presentase ketuntasan nilai posttest Kelas Kontrol Eksperimen
Sampel uji 36 35
Jumlah siswa tuntas 21 28
Jumlah siswa belum tuntas 15 7
Presentase ketuntasan 58,33 80
Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa ketuntasan nilai posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh jumlah siswa kelas kontrol sebanyak 36 siswa dan jumlah siswa pada kelas eksperimen sebanyak 35 siswa. Jumlah siswa tuntas untuk kelas kontrol sebanyak 21 siswa dan sebanyak 15 siswa belum tuntas, presentase ketuntasan kelas kontrol sebesar 58,33%. Sedangkan jumlah siswa tuntas untuk kelas eksperimen sebanyak 28 siswa dan 7 siswa belum tuntas, presentase ketuntasan kelas eksperimen sebesar 80%. Berdasarkan presentase ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen dengan menggunakan metode kooperatif tipe (STAD) berbantukan cisco packet tracer lebih tinggi dibandingkan presentase kelas kontrol. Dikarenakan kelas eksperimen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD membuat siswa belajar lebih konsentrasi terpusat dengan kelompok masing-masing, siswa aktif mencari materi dan membahas secara bersama-sama di dalam kelompok, sehingga siswa lebih konsentrasi belajar. Dan disaat presentasi setiap siswa memperhatikan materi yang disajikan oleh teman kelompok yang lain, 10
sehingga siswa dengan mudah memahami materi yang disajikan. Terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD berbantukan cisco packet tracer terbukti meningkatkan pemahaman siswa. Penilaian psikomotor dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam merancang sebuah topologi jaringan. Terdapat 3 indikator psikomotorik untuk mengetahui keterampilan siswa [5]. Kelas kontrol dengan metode konvensional sedangkan kelas eksperimen menerapkan metode kooperative tipe STAD berbantukan cisco packet tracer. Hasil dari tes psikomotor dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Hasil tes psikomotor kelas kontrol dan kelas eksperimen Indikator Membangun kembali sebuah topologi jaringan Kelengkapan komponen dalam menyusun topologi jaringan Menghubungkan komponen topologi jaringan
Skor
Kelas Kontrol Predikat Presentase
Skor
Kelas Eksperimen Predikat Presentase
2,83
B-
70,83
3,34
B+
82,86
2,69
B-
67,36
3,45
B+
86,43
2,63
B-
65,97
3,54
B+
88,57
Rata-rata
85,95
Rata-rata
68,05
Berdasarkan tabel diatas terdapat 3 indikator kecakapan dalam tes psikomotor. Berdasarkan indikator pertama, yaitu membangun kembali sebuah topologi jaringan, siswa memilih antara 8 kabel straight dan 5 kabel cross yang selanjutnya menyambungkan kabel yang telah dipilih ke laptop dan ke hub untuk membangun topologi jaringan star. Kelas kontrol memperoleh skor 2,83 mendapat predikat B- dan kelas eksperimen memperoleh skor 3,34 mendapat predikat B+. Presentase siswa dapat membangun kembali sebuah topologi jaringan pada kelas kontrol sebesar 70,83%, dikarenakan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dari awal pelajaran yang mengakibatkan siswa kebingungan dalam memilih kabel sehingga pemilihan kabel kurang tepat dan ketika menyambungkan kabel ke laptop dan hub siswa masih juga kebingungan. Presentase siswa dapat membangun kembali sebuah topologi jaringan pada kelas eksperimen sebesar 82,86%, lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dikarenakan siswa kelas eksperimen dapat mendesain terlebih dahulu di dalam aplikasi cisco pakcet tracer, sehingga dalam pemilihan penggunaan kabel cross atau kabel straight tidak salah dan saat penyambungan kabel ke laptop dan ke hub dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Berdasarkan indikator ke-dua, yaitu kelengkapan komponen dalam menyusun topologi jaringan. Kelas kontrol memperoleh skor 2,69 mendapat predikat B- dan kelas eksperimen memperoleh skor 3,45 mendapat predikat B+. Presentase siswa untuk kelengkapan komponen dalam menyusun
11
topologi jaringan kelas kontrol sebesar 67,36%, dikarenakan siswa masih kurang tepat dalam memilih kabel yang benar dan masih ragu-ragu dalam menyambungkan seluruh komponen. Siswa yang kurang konsentrasi memperhatikan penjelasan guru, kurang tepat dalam memilih kabel tetapi dapat mengganti dengan kabel yang benar tetapi poinnya dikurangi. Presentase siswa untuk kelengkapan komponen dalam menyusun topologi jaringan kelas eksperimen sebesar 86,43%, lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dikarenakan siswa yang konsentrasi memperhatikan penjelasan guru dari awal pembelajaran dan dengan mempergunakan aplikasi cisco packet tracer siswa dapat memilih kabel dengan tepat sehingga dalam menyusun komponen topologi jaringan dilakukan siswa dengan cepat, tepat dan lengkap. Berdasarkan indikator ke-tiga, yaitu menghubungkan komponen topologi jaringan. Kelas kontrol memperoleh skor 2,63 mendapat predikat Bdan kelas eksperimen memperoleh skor 3,54 mendapat predikat B+. Presentase siswa dalam menghubungkan seluruh komponen topologi jaringan kelas kontrol sebesar 65,97%, dikarenakan siswa yang maju tes psikomotor berdasarkan nomor absen yang belum ada kesepakatan untuk mempergunakan ip addres dan default gateway sehingga siswa berunding terlebih dahulu yang berakibat membutuhkan waktu yang lebih lama. Dan ketika tes terhubung atau belum melalui command prompt siswa terlihat kebingungan karena keterbatasan laptop. Presentase siswa dalam menghubungkan seluruh komponen topologi jaringan kelas eksperimen sebesar 88,57%, lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dikarenakan siswa dapat berdiskusi terlebih dahulu dengan teman satu kelompok, dapat mendesain terlebih dahulu topologi jaringan star didalam cisco packet tracer dan langsung dapat mengatur ip addres dan default gateway kemudian tes sudah terhubung atau belum dengan mengirim pesan, sehingga tidak mengganggu kelompok yang lain, tidak membutuhkan perangkat yang nyata dan tidak menyita banyak waktu. Sehingga ketika tes psikomotor di depan kelas setiap kelompok dapat dengan cepat mengatur ip addres dan default gateway dan saat tes sudah terhubung atau belum melalui command prompt dilakukan dengan cepat dan tepat. Dari hasil akhir penilaian diperoleh rata-rata kelas kontrol sebesar 68,05, sedangkan kelas eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 85,95. Terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran student team achievement division (STAD) berbantukan cisco packet tracer lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Angket berfungsi untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode kooperative tipe student team achievement division (STAD) berbantukan cisco packet tracer. Jumlah pernyataan sebanyak 13 buah yang diberikan kepada kelas eksperimen sebanyak 35 siswa. Pengukuran angket menggunakan skala likert [9]. STS TS RG S SS 455
910
1365
12
1820
1977
2275
Dari hasil angket memperoleh total skor 1977 yang terletak pada daerah setuju. Sehingga dapat di presentasekan 86,90% siswa setuju dengan penerapan metode kooperatif tipe student team achievement devision (STAD) berbantukan cisco packet tracer. Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran STAD berbantukan cisco packet tracer menjadikan siswa lebih aktif dalam mencari materi lalu menjelaskan ke teman kelompok dan aktif bertanya saat belum paham. Pada saat diskusi kelompok menjadikan siswa lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan tidak memaksakan pendapat, melatih siswa bekerja sama dengan teman yang lain, dan ketika salah satu anggota kelompok kebingungan teman sekelompok dapat membantu menjelaskan. Saat diperkenalkan dan diajarkan memakai cisco packet tracer, siswa terlihat sangat tertarik dan antusias memperhatikan penjelasan kemudian dapat langsung mempraktekkan membuat topologi jaringan star di dalam cisco packet tracer, siswa senang ketika mempergunakan cisco packet tracer. Namun ketika menerapkan model pembelajaran STAD kelas menjadi ramai sulit untuk dikendalikan karena guru berkeliling memantau perkembangan setiap kelompok, terdapat siswa yang asik mengobrol dengan teman yang lain sehingga tidak fokus diskusi dalam kelompok. Kelas kontrol menggunakan metode konvensional menjadikan suasana kelas kondusif untuk proses pembelajaran, siswa lebih tenang dan mudah dikendalikan. Namun ketika pembelajaran berjalan kurang lebih 90 menit siswa terlihat sudah merasa bosan, ketika ditanya sudah paham atau belum siswa hanya diam dan siswa cenderung menjadi pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru. 5. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan metode kooperatif tipe STAD (student team achievement division) berbantukan Cisco Packet Tracer terbukti meningkatkan pemahaman belajar siswa ranah kognitif pada materi topologi jaringan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana ratarata hasil posttest kelas kontrol sebesar 72,78 sedangkan rata-rata hasil posttest kelas eksperimen sebesar 80,86. Dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD (student team achievement division) membuat proses pembelajaran tidak membosankan, karena siswa lebih aktif dalam mencari bahan untuk diskusi kelompok, menjadikan siswa lebih aktif dalam diskusi kelompok, dan siswa lebih aktif bertanya ketika kelompok lain presentasi. Penerapan metode kooperatif tipe STAD (student team achievement division) berbantukan Cisco Packet Tracer terbukti meningkatkan pemahaman belajar ranah psikomotorik siswa pada materi topologi jaringan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana rata-rata kelas kontrol sebesar 72,39 sedangkan rata-rata kelas eksperimen sebesar 86,43. Dengan mempergunakan cisco packet tracer berpengaruh terhadap psikomotorik siswa. Dimana siswa kelas eksperimen lebih cepat menyelesaikan tes psikomotorik karena siswa yang telah dibentuk dalam kelompok dapat berdiskusi terlebih dahulu dan
13
dengan mempergunakan cisco packet tracer siswa dapat praktek mendesain serta menghubungkan seluruh perangkat yang diperlukan untuk membuat topologi jaringan star tanpa membutuhkan peralatan yang sesungguhnya. Tanpa menggunakan LCD nilai siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai siswa kelas kontrol. Karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan penggunaan aplikasi yang tepat pula, sehingga menjadikan nilai siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai siswa pada kelas kontrol. Hasil dari angket tanggapan siswa, 86,90% siswa kelas eksperimen menyatakan setuju dengan penerapan metode kooperative tipe student team achievement division (STAD) berbantukan Cisco Packet Tracer. Saran Hasil dari penelitian, dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Sekolah diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran STAD (student team achievement division) karena telah terbukti dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar ranah kognitif dan ranah psikomotorik siswa dalam proses pembelajaran. 2. Sebaiknya setiap kelas sudah terpasangi LCD proyektor untuk menunjang pembelajaan dikelas. Sehingga untuk mempergunakan LCD proyektor tidak berebut dengan guru yang lain. 3. Pada peneliti selanjutnya, diharapkan tidak hanya meningkatkan hasil belajar saja yang diteliti namun juga dapat meneliti keaktifan siswa. Alokasi waktu harap diperhatikan dengan matang. Ketersediaan alat peraga juga dilengkapi. 4. Pemanfaatan cisco packet tracer dapat dimanfaatkan untuk materi selanjutnya atau dapat diterapkan kembali pada tahun ajaran baru.
14
6. Daftar Pustaka [1] Asmani, Jamal M. 2011. 7 Tips Aplikasi Pakem. Diva Press:Jogjakarta. [2] Cahya, Bisono Indra.2013.Penggunaan Aplikasi Multimedia Pembelajaran Topologi Jaringan Komputer Berbasis Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas XI SMA N 1 Godean. 2(2), diakses pada tanggal 4 Juli 2015 dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/2374/54/300 [3] Hidayati, Imtihani N.A. (2013). Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasil belajar Kimia Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. 2(2), diakses pada tanggal 11 Juni 2015 dari http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/ 1641/1203 [4] Kabirah, Mardhiyyatul. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teamachievement Division (Stad) Terhadap Hasilbelajar Pada Mata Pelajaran Tik Kelas X Di Sma N 2 Banguntapan. 3(1), diakses pada tanggan 11 Juni 2015 dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5775/54/627 [5] Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung : Remaja Rosdakarya [6] Rachmawati, Annisa. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Presentasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Diakses pada tanggal 12 Juni 2015 dari http://eprints.uns.ac.id/9558/1/186601011201111071. unlocked.pdf [7]
Rusman, 2011. Model- Model Pembelajaran Profesionalisme guru. Jakarta : Rajagrafindo Persada
Mengembangkan
[8]
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset & Praktik. Bandung: Nusa Media
[9] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta [10] Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Jogjakarta : Pustaka Pelajar [11] Utami, Esti. 2011. Studi Komparasi Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lingkaran Hidrokarbon Pada Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester Genap SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Diakses pada tanggal 12 Juni 2015 dari http://eprints.uns.ac.id/6717/1/210961311201101161.pdf [12] Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013
15