LAPORAN TEKNIS RISET IDENTIFIKASI, KARAKTERISASI DAN VALUASI SOSIAL EKONOMI SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
BBAALLAAII BBEESSAARR RRIISSEETT SSOOSSIIAALL EEKKOONNOOMMII KKEELLAAUUTTAANN PPEERRIIKKAANNAANN BBAADDAANN RRIISSEETT KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Lembaga Riset
: Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Nama Proyek
: Bagian Proyek Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Judul Proposal
: Riset Identifikasi, Karakterisasi dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Judul Kegiatan
: Riset Identifikasi, Karakterisasi dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Perikanan Perairan Umum Daratan
Status
: Lanjutan
Tahun Anggaran
: 2008
Biaya
: Rp 172.295.000
Penanggungjawab Kegiatan
: Dr. Sonny Koeshendrajana
Peneliti Utama
: Fatriyandi Nur Priyatna, S.Pi
Penanggung Jawab Kegiatan
Peneliti Utama
Dr. Sonny Koeshendrajana NIP. 080 072 255
Fatriyandi Nur Priyatna, S.Pi NIP. 950 001 455
Mengetahui : Pejabat Pembuat Komitmen,
Yayan Hikmayani,M.Si NIP. 080 125 818
Mengesahkan, Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Dr. Agus Heri Purnomo NIP. 080 079 391
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, bahwa atas petunjuk
dan
karunia-Nya,
sehingga
buku
laporan
teknis
Identifikasi,
Karakterisasi dan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Perairan Umum Daratan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Riset Identifikasi, Karakterisasi Dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan direncanakan akan dilakukan selama tiga tahun, yakni 2007-2009. Pada tahun 2008 kegiatan riset difokuskan pada Sumberdaya Perairan Pedalaman (Perairan Umum Daratan) dan difokuskan pada kegiatan valuasi ekonomi. Mengingat keterbatasan yang ada dan sebagai respon perubahan alokasi dana yang tersedia, pada tahun 2007, tim peneliti hanya mampu menyelesai 2 tipologi sumber daya perairan umum daratan, yakni sungai dan rawa banjiran di Sumatra Selatan dan danau Tempe di Sulawesi Selatan.
Namun
demikian, tipologi perairan perairan umum daratan untuk tipe ekosistem waduk belum dilakukan identifikasi, karakterisasi dan valuasi sosial ekonomi sumberdaya. Sementara tipologi perairan sungai yang terlepas dari ekosistem flood plain area juga belum dilakukan penelitian. Pada tahun 2008 tim peneliti telah menyelesaikan dua tipologi sumber daya perairan umum daratan, yaitu waduk Djuanda Jatiluhur dan Sungai Siak di Pekanbaru. Kegiatan riset ini dilakukan oleh Kelompok Peneliti Dinamika Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan pada Balai Besar Riset Sosial dan Eknomi Kelautan dan Perikanan yang di danai oleh APBN 2008. Laporan Teknis terdiri dari 5 bab, di awali dengan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, keluaran dan justifikasi riset. Tinjauan pustaka difokuskan pada 4 fokus bahasan, yakni: dinamika, pola pemanfaatan serta valuasi ekonomi sumber daya perairan umum daratan. Tinjauan pustaka tersebut disajikan pada Bab 2. Bab 3 memuat metodologi riset yang digunakan, memuat kerangka pemikiran, ruang lingkup, perancangan sampling dan metoda analisisnya. Bab 4 berisi hasil dan pembahasan yang secara langsung di arahkan untuk menjawab tujuan riset yang telah ditetapkan. Secara rinci pada bab tersebut memuat karakteristik bioekologi, karakteristik sosial ekonomi, aspek legal pemanfaatan
i
sumber daya, pola pemanfaatan dan valuasi ekonomi tipologi sumber daya perairan umum daratan yang dikaji, yakni tipologi sungai dan waduk. Pada bab akhir memuat kesimpulan dan rekomendasi kebijakan, yang dijabarkan dalam bentuk sub bab kesimpulan, keterbatasan atau limitasi kegiatan dan hasil riset serta saran rekomendasi bagi opsi kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya perairan umum daratan. Apa yang disajikan dalam laporan teknis ini merupakan hasil optimal yang dapat dilakukan oleh tim berdasarkan ketersediaan sumberdaya yang ada; meskipun demikian, disadari bahwa hasil yang dilaporkan tersebut masih mengandung kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik bagi penyempurnaan laporan ini masih diperlukan. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2008
Tim Peneliti
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN SUSUNAN TIM PENELITI RINGKASAN EKSEKUTIF 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Tujuan ............................................................................................... 1.3 Keluaran ............................................................................................ 1.4 Justifikasi ......................................................................................... 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Sumber Daya Perairan Umum Daratan ........................... 2.1.1 Perairan Waduk .......................................................................
3.
4.
2.1.2 Perairan Sungai.......................... .............................................. 2.2 Pola Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Umum Daratan .............. 2.2.1 Perairan Waduk ....................................................................... 2.2.2 Perairan Sungai.......................... .............................................. 2.3 Valuasi Ekonomi Sumber Daya ....................................................... 2.3.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya ..................................... 2.3.2 Teknik Valuasi Ekonomi Sumber Daya .................................. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Riset................................ 3.2 Perancangan Sampling ..................................................................... 3.2.1 Data dan Sumber Data ............................................................ 3.2.2 Metoda Pengumpulan Data ..................................................... 3.3 Metoda Analisis Data........................................................................ HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Daya Perairan Waduk Ir. Djuanda, Purwakarta................... 4.1.1 Karakteristik Bioekologi .......................................................... 4.1.2 Karakteristik Sosial Ekonomi .................................................. 4.1.3 Aspek Legal Pemanfaatan Sumberdaya .................................. 4.1.4 Pola Pemanfaatan..................................................................... 4.1.5 Valuasi Ekonomi ..................................................................... 4.1.5.1 Nilai Manfaat ........................................................................ 4.1.5.1.1 Nilai Manfaat Langsung Sumberdaya Perairan Waduk untuk Perikanan Tangkap................................................... 4.1.5.1.1 Nilai Manfaat Langsung Sumberdaya Perairan untuk Perikanan Budidaya ........................................................... 4.1.5.2 Nilai Non-Manfaat................................................................. 4.1.5.3 Total Nilai Ekonomi.............................................................. 4.2 Sumber Daya Perairan Sungai Siak ................................................. 4.2.1 Karakteristik Bioekologi .......................................................... 4.2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi .................................................. 4.2.3 Pola Pemanfaatan ....................................................................
i iii v vi vii viii ix 1 1 2 2 2 7 7 7 9 11 11 11 12 12 13 20 20 23 23 24 24 25 25 25 28 30 31 37 37 37 38 40 43 44 44 48 50
iii
4.2.3.1 Perikanan Tangkap....................................................... 4.2.3.2 Transportasi ................................................................. 4.2.4 Valuasi Ekonomi ..................................................................... 4.2.4.1 Nilai Manfaat ............................................................... 4.2.4.2 Nilai Non-manfaat ....................................................... 4.2.4.3 Total Nilai Ekonomi..................................................... 4.3 Perspektif Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perairan Umum Daratan ............................................................................................. 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 5.2 Implikasi Kebijakan .......................................................................... 5.3 Perkiraan Dampak ............................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
50 51 51 51 54 58 59 62 62 64 65 67 71
iv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17
Isi Beberapa Waduk di Indonesia ..................................................................... Rekapitulasi Kategori Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data.................. Hubungan Nilai dengan Teknik Valuasi yang akan Digunakan................... Karakteristik Perairan Waduk Ir. H. Djuanda.............................................. Rata-rata kandungan unsur hara dan biomassa fitoplankton (chlorophyl-a) di Waduk Ir. Djuanda.................................................................................... Karakteristik Kualitas Air di Waduk Ir. H. Djuanda ................................... Komposisi Ikan di Perairan Waduk Ir. H. Duanda ......................................
Hal 7 23 24 25 26
Daftar jenis-jenis ikan yang tertangkap di Waduk Djuanda Tahun 2005..... Jumlah Nelayan dan Alat Tangkap di Waduk Djuanda, Tahun 2004........... Perkembangan Jumlah Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Djuanda Periode 2002-2004.......................................................................... Perbedaan jumlah dan luas areal budidaya KJA........................................... Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Djuanda......................................................................................................... Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan Waduk Djuanda.. Jenis-jenis Mikro Algae Planktonik.............................................................. Kualitas air Sungai Siak................................................................................ Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur............................................ Jumlah alat tangkap berdasarkan jenis alat tangkap, Tahun 2006................ Jumlah perahu tanpa motor dan motor tempel, Tahun 2006......................... Trip/Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pekanbaru Tahun 2007...................... Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan Sungai Siak.........
32 32 33
v
26 27
33 34 44 45 46 48 50 51 51 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Isi Pembagian Zonasi Waduk dan Danau Menurut Tingkat Kedalaman. Pembagian Zonasi daerah Aliran Sungai............................................ Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Riset ................................. Kerangka Kerja Teknik Valuasi Total Economic Value (TEV)......... Sebaran Usia Responden di Waduk Ir. H. Djuanda............................ Tingkat Pendidikan Responden di Waduk Ir. H. Djuanda ................. Pengalaman Usaha Responden di Waduk Ir. H. Djuanda................... Pendapatan Per Tahun Responden di Waduk Ir. H. Djuanda ............ Sebaran Usia Responden di Pekanbaru............................................... Tingkat Pendidikan Responden di Pakanbaru ................................... Pengalaman Usaha Responden di Pakanbaru..................................... Pendapatan Per tahun Responden di Pakanbaru.................................
Hal 9 10 21 22 28 29 29 30 48 49 49 50
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Isi Lokasi Penelitian di Waduk Djuanda, Jawa Barat............................. Lokasi Penelitian di Sungai Siak, Pekanbaru, Propinsi Riau ............ Data Dasar Olahan Nelayan Waduk Djuanda-Jatiluhur..................... Data Olahan Nelayan Waduk Djuanda-Jatiluhur(1).......................... Data Olahan Nelayan Waduk Djuanda-Jatiluhur (2)......................... Perhitungan Consumer Surplus Nelayan WadukDjuanda Jatiluhur . Data Dasar Olahan Budidaya KJA Waduk Djuanda-Jatiluhur ......... Data Olahan Budidaya KJA Waduk Djuanda-Jatiluhur(1)................ Data Olahan Budidaya KJA Waduk Djuanda-Jatiluhur .................... Perhitungan Consumer Surplus PembudidayaWaduk DjuandaJatiluhur ............................................................................................. Data Dasar Olahan WTP OptionValue Waduk Djuanda................... Data Olahan WTP Option Value WadukDjuanda (1) ...... ................ Data Olahan WTP Option Value Waduk Djuanda (2)....................... Data Dasar Olahan WTP Bequest Value Waduk Djuanda ............... Data Olahan WTP Bequest Value Waduk Djuanda (1)..................... Data Olahan WTP Bequest Value Waduk Djuanda (2) .................... Data Dasar Olahan WTP Existence Value Waduk Djuanda ............. Data Olahan WTP Existence Value Waduk Djuanda (1) ................. Data Olahan WTP Existence Value Waduk Djuanda (2).................. Data Dasar Olahan Nelayan Sungai Siak .......................................... Data Olahan Nelayan Sungai Siak (1) ............................................... Data Olahan Nelayan Sungai Siak (2) ............................................... Perhitungan Consumer Surplus Nelayan Sungai Siak ...................... Data Dasar Olahan WTP Option Value Sungai Siak ........................ Data Olahan WTP Option Value Sungai Siak (1) ............................. Data Olahan WTP Option Value Sungai Siak (2).............................. Data Dasar Olahan WTP Bequest Value Sungai Siak ...................... Data Olahan WTP Bequest Value Sungai Siak (2)............................ Data Olahan WTP Bequest Value Sungai Siak (2)............................ Data Dasar Olahan WTP Existence Value Sungai Siak .................... Data Olahan WTP Existence Value Sungai Siak (1) ........................ Data Olahan WTP Existence Value Sungai Siak (2)......................... Foto Kegiatan Riset di Waduk Jatiluhur ........................................... Foto Kegiatan Riset di Sungai Siak ...................................................
Hal 71 72 73 74 75 76 78 79 80 81 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107
vii
SUSUNAN TIM PENELITI No
1
Nama
Pendidikan/ Jabatan Fungsional S3/ Peneliti Madya S1
5
Sonny Koeshendrajana Fatriyandi Nur Priyatna Irwan Mulyawan Andrian Ramadhan Elly Reswati
6
Riesti Triyanti
7
Cornelia Mirwantini Witomo
D4
8
Ahmad Fahrudin Endi Setiadi Kartamihardja
S3
2 3 4
9
S2 S1 S1/ Peneliti Muda D3
S3/APU
Disiplin Ilmu
Ekonomi Sumber daya Sosial Ekonomi Perikanan Manajemen Sumber daya Sosial Ekonomi Perikanan Sosial Ekonomi Perikanan Sosial Ekonomi Perikanan Teknologi Pengelolaan Sumber daya Perairan Ekonomi Sumber daya Sumber daya Perikanan Tangkap Perairan Umum
Tugas (Institusi) Koordinator Penelitian BBRSE Peneliti Utama BBRSE Peneliti/Anggota BBRSE Peneliti/Anggota BBRSE Peneliti/Anggota BBRSE Peneliti/Anggota BBRSE Peneliti/Anggota BBRSE
Anggota/Nara Sumber IPB Anggota/Nara Sumber PRPT
Alokasi Waktu (OB) 4 8 8 8 6 6 6
2 2
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam konteks kewilayahan, perairan umum pedalaman yang merupakan ekosistem dari habitat pada lingkungan perairan tawar perlu mendapatkan perhatian yang serius. Kerusakan lingkungan sekitarnya seperti hutan dan daerahdaerah penyangga menyebabkan kondisi habitatnya semakin tertekan. Di lain pihak, dalam konteks implementasi otonomi daerah sesuai dengan amanat UU No 32/2004, sangat disadari bahwa sumber daya kelautan dan perikanan (SDKP) yang belum banyak teridentifikasi, baik berkaitan dengan jenis-jenis SDKP potensial, sebaran dan luasan, karakteristik maupun fungsi pemanfaatannya. Demikian pula, tidak kalah pentingnya adalah masih sangat sedikit data dan informasi terkait dengan nilai sosial dan ekonomi SDKP tersebut.
Dengan
demikian, fenomena yang terjadi dewasa ini, pembangunan atau pemanfaatan serta pendaya gunaan sumber daya alam yang dialkukan baik secara nasional maupun daerah, kurang di dasarkan pada data dan informasi yang akurat. Hal ini secara perlahan tapi pasti akan berpengaruh bagi keberlanjutan pembangunan yang dilaksanakan; bahkan dikhawatirkan,
tujuan akhir pembangunan
berkelanjutan yang mengsinergikan manfaat ekonomi, sosial-politik dan sekaligus menciptakan kondisi kelestarian sumber daya alam yang dimiliki tidak dapat tercapai. Padahal, data dan informasi terkait dengan karakterisasi, pemanfaatan dan valuasi sosial ekonomi SDKP adalah vitalbagi upaya perumusan strategi, kebijakan serta langkah-langkah operasional pemanfaatan dan pendaya gunaan SDKP potensial untuk pembangunan masyarakat secara menyeluruh. Paradigma pengelolaan sumber daya selama ini lebih banyak hanya memperhitungkan
faktor
keuntungan
ekonomi
dibanding
dengan
biaya
lingkungan terkait dengan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Sementara itu, paradigma baru pengelolaan sumber daya mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan yang menitikberatkan pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, partisipasi aktif masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya dan kualitas lingkungan serta sumber daya alam.
Konsekuensi dari perubahan
paradigma tersebut menyebabkan dinamika ekosistem harus dimasukkan ke dalam pertimbangan pengelolaan termasuk pentingnya mengetahui nilai ekonomi sumber
ix
daya sebagai salah satu faktor input kebijakan. Oleh karena itu, berawal dari beberapa permasalahan di atas, riset ini akan memfokuskan kajian pada identifikasi, karakterisasi sosial dan valuasi ekonomi sumber daya perikanan perairan umum daratan. Riset bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi sumber daya perikanan perairan umum daratan serta menghitung nilai ekonomi sumber daya perikanan perairan umum daratan telah dilakukan sejak tahun 2007. Hasil riset terkait dengan identifikasi dan karakterisasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) di Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Sedangkan hasil riset terkait dengan valuasi sosial ekonomi SDKP beberapa telah dilakukan dan umumnya menghitung total nilai ekonomi pada sumber daya perikanan pesisir. Hasil-riset identifikasi, karakterisasi dan valuasi sosial ekonomi tahun 2007 secara umum mengungkapkan karakteristik bio-ekologis perairan lebak lebung terdiri dari sungai utama, lebak kumpai, rawang dan talang. Tipologi sumber daya tersebut sangat dipengaruhi oleh fluktuasi muka air karena curah hujan. Pada musim hujan di mana permukaan air sungai tinggi, perairan lebak dan lebung bersatu dengan sungai utamanya membentuk satu hamparan perairan yang sangat luas. Vegetasi di perairan lebak lebung didominasi oleh tumbuhan terapung dan disekelilingnya dibatasi dengan vegetasi riparian atau talang. Pada waktu musim peralihan dari musim hujan ke kemarau, habitat lebak lebung masih didominasi perairan sungai utama, alur anak sungai dan lebung dengan vegetasi yang terlihat adalah hutan rawa dan rumput kumpai. Sementara karakteristik bio-ekologis Danau Tempe termasuk habitat danau banjiran (flood lake) dan membentuk satu kompleks danau dengan danau Sidendreng dan danau buaya. Danau ini merupakan contoh dari ekosistem danau uetrofik yang dangkal (a shallow eutrophic lake ecosystem). Danau tersebut hanya memiliki kedalaman maksimum sebesar lima meter dan banyak terdapat vegetasi terapung yang padat. Sumber daya ikan yang hidup di perairan Danau Tempe terdiri dari berbagai jenis ikan dan udang, antara lain : Betok, sepat siam, sidat, kepala timah, tawes, gabus, mujair, nila, lele, mas, nilam, tontong, betutu, julung-julung, tambakan, beloso, belut, dan udang. sedangkan biota air non ikan yang ditemukan di Danau Tempe
x
adalah jenis-jenis molusca seperti Nilanoides sp., Bellainya javanica, Corbicula dan Pila scuta. Pola pemanfaatan sumber daya sungai dan rawa banjiran terkait dengan sifat sumber daya yang telah dibagi-bagi menjadi satuan-satuan objek lelang. Kepemilikan objek lelang tersebut berlangsung untuk masa waktu selama satu tahun dengan mekanisme lelang menggunakan harga tertinggi. Penangkapan ikan merupakan mata pencaharian penting bagi masyarakat di sekitar perairan lebak lebung dan pola penangkapan sangat nyata berbeda tergantung pada fluktuasi permukaan air. Penangkapan ikan dapat dibedakan pada waktu permukaan air tinggi (Desember sampai Februari), waktu air mulai surut (Maret sampai Mei), waktu permukaan air rendah (Juni sampai Agustus) dan waktu air mulai naik (September sampai November). Tipe dan alat tangkap yang digunakan juga tergantung dan disesuaikan dengan lokasi dan musim. Namun demikian, satu hal yang seragam adalah seluruh pemanfaatan yang dilakukan menggunakan cara berkelompok dengan jumlah anggota berkisar antara empat hingga 10 orang. Pemanfaatan sumber daya untuk kegiatan perikanan budidaya hanya berlangsung pada sumber daya sungai. Kegiatan budidaya belum banyak berkembang di daerah ini. Jenis budidaya yang dilakukan adalah budidaya keramba sungai yang umumnya dilakukan oleh para pemilik atau pengelola (kelompok) objek lelang sungai. Pemanfaatan lahan pertanian dilakukan pada daerah-daerah pasang surut yang umumnya terjadi di sepanjang pinggir sungai/anak sungai. Lahan-lahan pertanian ini umumnya juga masuk ke dalam suatu wilayah objek lelang tertentu. Umumnya pemilik hak pemanfaatan tersebut menyewakannya kepada pihak lain atau menggunakan sistem bagi hasil. Sementara pola pemanfaatan sumber daya yang terjadi di Danau Tempe juga mengikuti pola perubahan tinggi muka air. Mata pencaharian berikut aktifitas ekonomi penduduk sekitar danau pada umumnya terkait dengan sumber daya danau saat ini dimanfaatkan untuk sektor perikanan (penangkapan ikan, budidaya ikan), pertanian (tanaman palawija serta tanaman sekunder seperti jagung, kedelai, kacang tanah), pariwisata, dan peternakan (ayam, itik, bebek, kambing, domba dan kerbau, lembu). Kegiatan penangkapan sumber daya perikanan dan kegiatan pertanian dilakukan secara silih berganti. Ketika air naik dan menggenangi seluruh kawasan danau, hampir
xi
seluruh masyarakat melakukan kegiatan penangkapan ikan. Pada saat air surut, lahan yang semula terendam air ditanami oleh berbagai jenis tanaman seperti jagung, kacang hijau, kacang kedelai dan semangka. Sementara itu, kegiatan transportasi air dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk memudahkan perjalanan dari satu tempat ketempat lainnya pada saat air menggenangi hampir seluruh wilayah di sekitar danau tempe. Hasil dari rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya Sungai dan Rawa Banjiran Kecamatan Lempuing dan Pedamaran, menunjukkan total nilai ekonomi mencapai Rp 237.739.478.541 per tahun. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 187.932.586.701 per tahun dan didominasi oleh nilai ekonomi perikanan tangkap. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Pada sisi lain kita juga melihat bahwa, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 622.092 per tahun, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi. rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya
Sementara hasil
Danau Tempe mencapai Rp
1.641.050.999.285 per tahun. Lebih dari 99% nilai ekonomi sumber daya perairan danau tempe merupakan nilai manfaat baik langsung, tidak langsung ataupun pilihan. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 1.501.369.175.094 per tahun dan didominasi oleh nilai ekonomi pertanian. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Namun demikian, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 606.905.999 per tahun, dengan kata lain nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi. Riset yang dilakukan pada tahun 2008 ini masih menggunakan metode Total Economic Value (TEV) dan Social Economic Accounting (SEA) yang dilandasi oleh tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi sumber daya perikanan serta menghitung nilai
xii
ekonomi dari sumber daya. Hal ini didasarkan juga atas pemahaman bahwa sumber daya alam memberikan manfaat yang jauh lebih banyak terkait pada satu jenis pemanfaatan atau fungsi-fungsi yang terkandung di dalamnya (Béné and Neiland, 2003).
Kelebihan teknik TEV adalah tidak hanya fokus pada nilai
manfaat langsung (komersial), namun juga memperhatikan non-market values, fungsi ekologi dan juga non use value. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metoda survei; sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran literaur hasil studi dan laporan statistik terkait dengan topik dan lokasi studi terpilih. Analisis data menggunakan teknik valuasi ekonomi untuk menghitung nilai total ekonomi (total economic value) dari sumber daya perikanan perairan umum daratan. Nilai ekonomi total adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran (Nilwan dkk, 2003). Hasil riset pada tahun 2008 fokus pada tipologi sumber daya pearairan waduk dan sungai. Karakteristik bio-ekologis perairan waduk Ir. H. Djuanda termasuk habitat danau buatan yang sumber air-nya berasal dari DAS Citarum yaitu, daerah pengaliran waduk Saguling dan Cirata. Waduk ini memiliki status trofik mesotrofik sampai dengan eutrofik . Waduk tersebut mempunyai luas 8.300 Ha mencapai ± 3 Milyar m3 dan duga muka air maksimum mencapai ± 107 meter dpl. Sumber daya ikan di perairan waduk beragam dan termasuk dalam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komposisi ikan di perairan Waduk Ir. H. Djuanda setelah adanya KJA terdiri dari ikan nila, bandeng, betutu, goldsom, selebra, oskar, dan ikan kaca.
Sementara karakteristik bio-ekologis perairan
sungai Siak terdiri dari tiga anak sungai utama yaitu Sungai Tapung Kiri, Tapung Kanan dan keduanya bermuara menjadi up stream Sungai Siak dan anak sungai utama lainnya adalah Sungai Mandau. Sungai ini memiliki panjang 287,5 km dengan lebar rata-rata 90 m dan kedalaman mencapai 16,5 m dengan debit air sungai berkisar antara 5,32 – 209,4 m3/dt. Vegetasi di Sungai tersebut terdiri dari
xiii
tumbuhan lokal seperti pandan dan rengas. Kelimpahan mikro algae planktonik berkisar 13.896 sel/liter – 71.024 sel/liter. Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang tinggal dan bekerja di sekitar Waduk Ir. H. Djuanda meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, dan pendapatan pertahun. Usia penduduk yang bekerja disekitar perairan waduk termasuk dalam usia produktif (21- 30 tahun), tingkat pendidikan rendah (tamat Sekolah Dasar), pengalaman usaha berkisar 1-5 tahun, dan pendapatan rata-rata pertahun sebesar Rp 6.236.148 sebagai nelayan dan Rp 86.932.129 sebagai pembudidaya. Sementara karakteristik sosial ekonomi penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Siak dan bekerja sebagai nelayan adalah usia tidak produktif (31-40 tahun) dengan tingkat pendidikan rendah (tamat SD), pengalaman usaha berkisar 11-20 tahun, sedangkan pendapatan rata-rata pertahun sebagai nelayan sebesar Rp 8.600.748. Pola pemanfaatan sumber daya perairan waduk mengikuti pola perubahan tinggi muka air oleh badan otorita dan curah hujan. Mata pencaharian berikut aktifitas ekonomi penduduk sekitar waduk pada umumnya terkait dengan sumber daya waduk saat ini dimanfaatkan untuk sektor perikanan (penangkapan ikan dan budidaya ikan menggunakan keramba jaring apung/KJA), pertanian, transportasi, pariwisata, Pembangkit Listrik Tenaga Air, dan penyedia air minum untuk warga Jakarta. Untuk kegiatan penangkapan ikan, pada saat air muka tinggi, nelayan menggunakan alat tangkap berukuran kecil (mata jaring ± 1,5 inci) sedangkan pada saat air muka rendah (air mengumpul di tengah), nelayan menangkap ikan menggunakan alat tangkap berukuran besar (mata jaring ± 3 inci). Sedangkan untuk kegiatan budidaya, pada saat muka air tinggi adalah kondisi optimum operasional (seluruh petak diisi ikan), ketika muka air rendah, pembudidaya ikan hanya mengisi sebagian kecil petak yang dimilikinya. Kegiatan transportasi dan pariwisata air dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk memudahkan perjalanan dari satu tempat ketempat lainnya (usaha antar jemput), untuk usaha penyewaan pemancingan, serta untuk olahraga air. Sementara itu, kegiatan pertanian disekitar perairan waduk tidak tergantung pada air waduk tersebut. Kegiatan pertanian yang dilakukan di sekitar waduk bersifat musiman mengikuti ketinggian muka air perairan. Pertanian dilakukan saat keadaan air surut dengan memanfaatkan
xiv
bagian-bagian waduk yang sebelumnya terendam. Umumnya masa tanam hanya selama dua hingga tiga bulan dalam setahun. Untuk kegiatan PLTA, waduk Ir. H. Djuanda mampu menghasilkan tenaga listrik dengan kapasitas 187,5 MW (setelah uprating) dan dapat berproduksi ± 1.000 juta kwh per tahun.
Sementara pola
pemanfaatan sumber daya disekitar Sungai Siak oleh penduduk dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan dan transportasi. Kegiatan perikanan tangkap umumnya lebih mengarah ke perairan di bagian hulu sungai. Hal ini disebabkan bagian tengah badan sungai sudah semakin sedikit sumber daya ikan diakibatkan tingkat pencemaran yang tinggi dari limbah pengolahan sawit. Sementara bagian hilir sungai juga sulit dilakukan kegiatan perikanan tangkap karena intensifnya laju transportasi kapal-kapal barang dan penumpang. Hasil dari rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya perairan waduk Ir. H. Djuanda Kabupaten Purwakarta menunjukkan total nilai ekonomi mencapai Rp 4.278.111.919.386 per tahun. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 4.271.214.877.232 per tahun. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Pada sisi lain kita juga melihat bahwa, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 47.746.426 per tahun, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi. Sementara hasil rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya perairan sungai Siak Propinsi Riau mencapai mencapai Rp 416.934.101 per tahun. Lebih dari 76 % nilai ekonomi sumber daya perairan Sungai Siak merupakan nilai bukan manfaat baik nilai keberadaan maupun nilai pelestarian sumber daya. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai bukan manfaat dari kategori nilai pelestarian sumber daya dengan nilai sebesar Rp 218.896.802 per tahun. Besarnya nilai bukan manfaat menyatakan bahwa nilai dari harapan masyarakat atas sumber daya tersebut lebih tinggi dibanding dengan nilai manfaat langsungnya. Hal ini disebabkan karena secara bio-ekologis kondisi perairan Sungai Siak sudah sangat tercemar. Sungai Siak tidak mampu lagi memberikan sumber kehidupan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
xv
Pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya perairan umum daratan yang tidak memperhatikan nilai ekonomi secara total akan menyebabkan suatu kondisi yang timpang dan berakibat pada gagalnya upaya keberlanjutan pembangunan berbasis sumber daya pada tipologi tersebut. Hasil riset valuasi ekonomi yang diperoleh pada tipologi sumber daya tersebut di atas memberikan informasi dasar bagi penyusunan neraca sumber daya alam dan lingkungan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No
7/2005. Selanjutnya, informasi nilai ekonomi tersebut dapat dijadi kan basis bagi kebijakan pengelolaan lingkungan, antara lain dalam rangka melakukan perhitungan perkiraan ganti kerugian atas kasus kerusakan lingkungan sumber daya alam tipologi tertentu dan penghitungan deplesi SDA dan degradasi lingkungan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah sesuai dengan amanat UU No 32/2004.
xvi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan dan perikanan dipandang mampu untuk dijadikan sebagai modal dasar dalam upaya pembangunan masyarakat, khususnya pembangunan bagi masyarakat kelautan dan perikanan. Namun demikian peluang pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (SDKP) tersebut dirasakan belum optimal yang mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat kelautan dan perikanan itu sendiri. Dalam konteks kewilayahan, perairan pedalaman yang merupakan ekosistem dari habitat pada lingkungan perairan tawar perlu mendapatkan perhatian yang serius. Kerusakan lingkungan sekitarnya seperti hutan dan daerah-daerah penyangga menyebabkan kondisi habitatnya semakin tertekan. Hal tersebut bermuara pada permasalahan bahwa sedemikian banyaknya SDKP, yang belum begitu banyak teridentifikasi dengan baik yang merupakan jenis-jenis SDKP potensial, selain itu belum banyak adanya gambaran karakter dari SDKP tersebut, dan tidak kalah pentingnya adalah masih sangat sedikit data dan informasi terkait dengan nilai sosial dan ekonomi SDKP. Di lain pihak, pemenuhan data dan informasi terkait dengan identifikasi, karakterisasi dan valuasi sosial ekonomi SDKP dirasakan sangat perlu dan mendesak dalam upaya merumuskan strategi pemanfaatan dan pengelolaan SDKP potensial untuk pembangunan masyarakat kelautan dan perikanan. Adrianto (2006) menyebutkan bahwa hal yang lebih mendasari pentingnya dilakukan riset valuasi adalah didasari oleh kondisi bahwa hilangnya ekosistem atau sumberdaya lingkungan merupakan masalah ekonomi karena hilangnya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut untuk menyediakan barang dan jasa. Dalam beberapa kasus, bahkan hilangnya ekosistem ini tidak dapat dikembalikan seperti sediakala. Kuantifikasi manfaat dan kerugian harus dilakukan agar proses pengambilan keputusan atau kebijakan dapat berjalan dengan memperhatikan aspek keadilan. Namun demikian, isu dan permasalahan sumberdaya pada umumnya tidak termasuk dalam pertimbangan pengelolaan karena sifatnya yang tidak terukur. Hal ini menyebabkan sumberdaya sebagai input bagi kebijakan masih relatif kurang diperhitungkan.
1
Lebih lanjut Adrianto (2006), menyebutkan bahwa paradigma pengelolaan sumberdaya selama ini lebih banyak hanya memperhitungkan faktor keuntungan ekonomi dibanding dengan biaya lingkungan terkait dengan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Sementara itu, paradigma baru pengelolaan sumberdaya mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan yang menitikberatkan pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan serta sumberdaya alam. Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut menyebabkan dinamika ekosistem harus dimasukkan ke dalam pertimbangan pengelolaan termasuk pentingnya mengetahui nilai ekonomi sumberdaya sebagai salah satu faktor input kebijakan. Sehingga pada titik ini kebutuhan akan valuasi ekonomi menjadi penting (Adrianto, 2006). Oleh karena itu, berawal dari beberapa permasalahan di atas, riset ini akan memfokuskan kajian pada identifikasi, karakterisasi sosial dan valuasi ekonomi sumberdaya perikanan perairan umum daratan.
1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam riset ini adalah 1. Mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi sumberdaya perikanan perairan umum daratan 2. Menghitung nilai ekonomi sumberdaya perikanan perairan umum daratan
1.3
Keluaran Riset ini akan menghasilkan keluaran berupa:
1. Satu paket laporan teknis kegiatan riset 2. Publikasi ilmiah 3. Poster kegiatan riset
1.4
Justifikasi Hasil riset terkait dengan identifikasi dan karakterisasi Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan (SDKP) di Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Sedangkan hasil riset terkait dengan valuasi sosial ekonomi SDKP beberapa telah dilakukan dan umumnya menghitung total nilai ekonomi pada sumber daya perikanan pesisir. Hasilhasil penelitian terkait dengan SDKP dapat dilihat pada stock assessment yang masih berorientasi pada aspek biologis dan ekologis, namun belum banyak menyentuh aspek 2
sosial dan ekonomi. Adrianto (2006) menyebutkan bahwa selain hal tersebut, yang lebih mendasari pentingnya dilakukan riset valuasi adalah didasari oleh kondisi bahwa hilangnya ekosistem atau sumber daya lingkungan merupakan masalah ekonomi karena hilangnya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut untuk menyediakan barang dan jasa. Dalam beberapa kasus, bahkan hilangnya ekosistem ini tidak dapat dikembalikan seperti sediakala. Kuantifikasi manfaat dan kerugian harus dilakukan agar proses pengambilan keputusan atau kebijakan dapat berjalan dengan memperhatikan aspek keadilan. Namun demikian, isu dan permasalahan sumber daya pada umumnya tidak termasuk dalam pertimbangan pengelolaan karena sifatnya yang tidak terukur. Hal ini menyebabkan sumber daya sebagai input bagi kebijakan masih relatif kurang diperhitungkan. Dalam konteks kewilayahan, perairan umum daratan yang merupakan ekosistem dari habitat pada lingkungan perairan tawar perlu mendapatkan perhatian yang serius. Kerusakan lingkungan sekitarnya seperti hutan dan daerah-daerah penyangga menyebabkan kondisi habitatnya semakin tertekan. Hal tersebut bermuara pada permasalahan banyaknya SDKP potensial yang belum teridentifikasi dengan baik, selain itu adalah belum banyak adanya gambaran karakteristik dari SDKP tersebut, dan tidak kalah pentingnya adalah kurangnya data dan informasi terkait dengan nilai sosial dan ekonomi SDKP. Pemenuhan data dan informasi terkait dengan identifikasi, karakterisasi dan valuasi sosial ekonomi SDKP dirasakan sangat perlu dan mendesak dalam upaya merumuskan strategi pemanfaatan dan pengelolaan SDKP potensial untuk pembangunan masyarakat kelautan dan perikanan. Peranan sumber daya perikanan perairan umum daratan di Indonesia diantaranya adalah sebagai penyedia sumber protein ikan, penyedia lapangan pekerjaan, supply bahan baku bagi industri rumah tangga dan sumber pendapatan bagi daerah (Nasution et al., 1999). Namun demikian, berdasarkan beberapa studi yang dilakukan menyebutkan bahwa potensi perikanan perairan umum daratan berdasarkan hasil assessment potensi perikanan skala kecil dalam pembangunan ekonomi masih sangat buruk untuk
mencerminkan
nilai sosial-ekonomi
yang sebenarnya.
Ketidaktersediaan atau ketidaksesuaian nilai sosial ekonomi dari suatu sumber daya pada akhirnya membatasi perencana kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan (Béné and Neiland, 2003). Oleh karena itu, berawal dari beberapa permasalahan di atas, riset ini akan memfokuskan kajian pada identifikasi dan karakterisasi sosial ekonomi 3
pemanfaatan sumber daya, serta valuasi ekonomi sumber daya perikanan perairan umum daratan. Berdasarkan hasil riset identifikasi, karakterisasi dan valuasi sosial ekonomi tahun 2007, ditemukan secara umum, karakteristik bio-ekologis perairan lebak lebung terdiri dari sungai utama, lebak kumpai, rawang dan talang, serta sangat dipengaruhi oleh perbedaan tinggi muka air karena curah hujan. Pada musim hujan di mana permukaan air sungai tinggi, perairan lebak dan lebung bersatu dengan sungai utamanya membentuk satu hamparan perairan yang sangat luas. Vegetasi di perairan lebak lebung didominasi oleh tumbuhan terapung dan disekelilingnya dibatasi dengan vegetasi riparian atau talang. Pada waktu musim peralihan dari musim hujan ke kemarau, habitat lebak lebung masih didominasi perairan sungai utama, alur anak sungai dan lebung dengan vegetasi yang terlihat adalah hutan rawa dan rumput kumpai. Sementara karakteristik bio-ekologis Danau Tempe termasuk habitat danau banjiran (flood lake) dan membentuk satu kompleks danau dengan danau Sidendreng dan danau buaya. Danau ini merupakan contoh dari ekosistem danau uetrofik yang dangkal (a shallow eutrophic lake ecosystem). Danau tersebut hanya memiliki kedalaman maksimum sebesar lima meter dan banyak terdapat vegetasi terapung yang padat. Sumber daya ikan yang hidup di perairan Danau Tempe terdiri dari berbagai jenis ikan dan udang, antara lain : Betok, sepat siam, sidat, kepala timah, tawes, gabus, mujair, nila, lele, mas, nilam, tontong, betutu, julung-julung, tambakan, beloso, belut, dan udang. sedangkan biota air non ikan yang ditemukan di Danau Tempe adalah jenis-jenis molusca seperti Nilanoides sp., Bellainya javanica, Corbicula dan Pila scuta. Pola pemanfaatan sumber daya sungai dan rawa banjiran terkait dengan sifat sumber daya yang telah dibagi-bagi menjadi satuan-satuan objek lelang. Kepemilikan objek lelang tersebut berlangsung untuk masa waktu selama satu tahun dengan mekanisme lelang menggunakan harga tertinggi. Penangkapan ikan merupakan mata pencaharian penting bagi masyarakat di sekitar perairan lebak lebung dan pola penangkapan sangat nyata berbeda tergantung pada fluktuasi permukaan air. Penangkapan ikan dapat dibedakan pada waktu permukaan air tinggi (Desember sampai Februari), waktu air mulai surut (Maret sampai Mei), waktu permukaan air rendah (Juni sampai Agustus) dan waktu air mulai naik (September sampai November). Tipe dan alat tangkap yang digunakan juga tergantung dan disesuaikan 4
dengan lokasi dan musim. Namun demikian, satu hal yang seragam adalah seluruh pemanfaatan yang dilakukan menggunakan cara berkelompok dengan jumlah anggota berkisar antara empat hingga 10 orang. Pemanfaatan sumber daya untuk kegiatan perikanan budidaya hanya berlangsung pada sumber daya sungai. Kegiatan budidaya belum banyak berkembang di daerah ini. Jenis budidaya yang dilakukan adalah budidaya keramba sungai yang umumnya dilakukan oleh para pemilik atau pengelola (kelompok) objek lelang sungai. Pemanfaatan lahan pertanian dilakukan pada daerahdaerah pasang surut yang umumnya terjadi di sepanjang pinggir sungai/anak sungai. Lahan-lahan pertanian ini umumnya juga masuk ke dalam suatu wilayah objek lelang tertentu. Umumnya pemilik hak pemanfaatan tersebut menyewakannya kepada pihak lain atau menggunakan sistem bagi hasil. Sementara pola pemanfaatan sumber daya yang terjadi di Danau Tempe juga mengikuti pola perubahan tinggi muka air. Mata pencaharian berikut aktifitas ekonomi penduduk sekitar danau pada umumnya terkait dengan sumber daya danau saat ini dimanfaatkan untuk sektor perikanan (penangkapan ikan, budidaya ikan), pertanian (tanaman palawija serta tanaman sekunder seperti jagung, kedelai, kacang tanah), pariwisata, dan peternakan (ayam, itik, bebek, kambing, domba dan kerbau, lembu). Kegiatan penangkapan sumber daya perikanan dan kegiatan pertanian dilakukan secara silih berganti. Ketika air naik dan menggenangi seluruh kawasan danau, hampir seluruh masyarakat melakukan kegiatan penangkapan ikan. Pada saat air surut, lahan yang semula terendam air ditanami oleh berbagai jenis tanaman seperti jagung, kacang hijau, kacang kedelai dan semangka. Sementara itu, kegiatan transportasi air dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk memudahkan perjalanan dari satu tempat ketempat lainnya pada saat air menggenangi hampir seluruh wilayah di sekitar danau tempe. Hasil dari rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya Sungai dan Rawa Banjiran Kecamatan Lempuing dan Pedamaran, menunjukkan total nilai ekonomi mencapai Rp 237.739.478.541 per tahun. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 187.932.586.701 per tahun dan didominasi oleh nilai ekonomi perikanan tangkap. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Pada sisi lain kita juga melihat bahwa, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 622.092 per tahun, dengan 5
kata lain kita dapat mengatakan bahwa nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi. Sementara hasil rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya Danau Tempe mencapai Rp 1.641.050.999.285 per tahun. Lebih dari 99% nilai ekonomi sumber daya perairan danau tempe merupakan nilai manfaat baik langsung, tidak langsung ataupun pilihan. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 1.501.369.175.094 per tahun dan didominasi oleh nilai ekonomi pertanian. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Namun demikian, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 606.905.999 per tahun, dengan kata lain nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi.
6
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Sumber Daya Perairan Umum Daratan 2.1.1
Perairan Waduk Waduk sering juga disebut danau buatan yang besar dengan tinggi bendungan
lebih dari 15 m. Sistem air waduk berbeda dengan danau alami. Pada waduk komponen tata airnya umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga volume, kedalaman, luas, presipitasi, debit inflow/outflow waktu tinggal air diketahui dengan pasti (http://www.pusair-pu.go.id/artikel/kesatu.pdf, 2008). Menurut Krismono (1995), luas perairan danau dan waduk di Indonesia adalah 2,6 juta hektar. Waduk merupakan air buatan
yang terbentuk sebagai akibat
dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur/badan/palung sungai, atau daratan yang diperdalam (Peraturan Pemerintah RI No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan). Beberapa waduk yang ada di Indonesia terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Beberapa Waduk di Indonesia No Provinsi Nama Waduk Luas (Ha) Jatiluhur 7.780 Cirata 620 1. Jawa Barat Darma 397 Lido 30 Saguling 4.869 Kdung Ombo 4.600 Gajah Mungkur 9.000 Sudirman 7.400 2. Jawa Tengah Wadas Lintang 1.460 Sempor 250 Cacaban 300 Karangkates 1.500 Bening 570 Selorejo 400 Prijetan 220 3. Jawa Timur Pacal 450 Lahor 260 Wilingi 380 Wonorejo 380 4. Kalimantan Selatan Riam Kanan 9.200 Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan dalam Angka (2006)
7
Pembangunan waduk di Indonesia tidak merata di seluruh pulau. Pembangunan waduk terbanyak berada di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan hanya ada satu waduk di luar Pulau Jawa yaitu Pulau Kalimantan (Kalimantan Selatan). Pembangunan waduk di Pulau Jawa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk Pulau Jawa pada tahun 1990 telah mencapai 107,58 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia (Kartasasmita, 1996). Pembangunan
waduk
diperuntukkan
berbagai
keperluan
antara
lain
pembangkit listrik, irigasi, pengendalian banjir, sumber baku air minum, air industri, penggelontoran, air perikanan, tempat parawista. Jumlah tenaga listrik yang dihasilkan dari tenaga air yang berasal dari air waduk ada sebanyak 3,4% dari total dari kebutuhan nasional. Waduk juga termasuk sebagai konservasi sumber daya air yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Sumber air yang digunakan dalam pengisian waduk adalah : (1). Air tanah yang keluar sebagai mata air dan mengalir sebagai sistem sungai yang dibendung, (2). Curahan dan endapan atmosfir langsung di atas waduk berupa hujan, dan (3). Penyaluran air permukaan setempat sekeliling waduk. Ketiga sumber tersebut sangat berkaitan dengan dalam daur hidrologi (Notohadiprawiro dkk, 1981) Waduk merupakan danau buatan luas (Notohadiprawiro, 2006). Berdasarkan kedalaman waduk atau danau terbagi menjadi empat zona yaitu zona littoral, zona limnetic, zona profundal dan zona benthic. Zona littoral adalah zona yang berada di tepi waduk atau danau serta zona yang menerima sinar matahari. Pada zona ini biodiversitasnya tinggi. Hampir sama dengan zona littoral, zona limnetic masih menerima sinar matahari namun letaknya jauh dari tepi waduk atau danau. Zona profundal adalah zona yang sedikit menerima sinar matahari, letaknya dibawah zona littoral. Zona paling bawah adalah zona benthic. Zona ini merupakan habitat untuk organisme yang hidup pada suhu yang lebih rendah. Untuk zona profundal and benthic, rendahnya level fotosintesis dilihat dari rendahnya level oksigen terlarut (http://library.thinkquest.org/04oct/01590/intro/freshwater.html, 2005).
Pembagian
zona tersebut tertuang dalam Gambar 2.1.
8
Gambar 2.1 Pembagian Zonasi Waduk dan Danau Menurut Tingkat Kedalaman Sumber : http://library.thinkquest.org/04oct/01590/intro/freshwater.html
2.1.2
Perairan Sungai Sungai, termasuk anak sungai dan sungai buatan merupakan alur atau tempat
atau wadah air berupa jaringan pengaliran air, sedimen, dan ekosistem yang terkait mulai dari hulu sampai muara, serta kanan dan kiri sepanjang pengalirannya dibatasi oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah RI No. 60 Tahun 2007). Definisi sungai menurut Departemen Perhubungan (2008) adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Apabila berkumpulnya air hujan tersebut dengan tidak mengalir maka disebut danau/waduk. Berdasarkan definisi tersebut maka sungai merupakan drainase alam yang mempunyai jaringan sungai dengan penampangnya, mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Bentuk jaringan sungai tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan kondisi muka bumi dari DAS tersebut. Jaringan sungai tersebut bisa berubah karena waktu, perubahan tersebut dikarenakan adanya sedimentasi, (dari erosi lahan DAS), erosi karena aliran air, proses pelapukan permukaan DAS, dan perubahan muka bumi karena pergerakan (tektonik, vulkanik, longsor lokal, dll). Dalam UU No.7 Tahun 2004 tentang
9
sumberdaya air menetapkan bahwa Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang atau sama dengan 2.000 km2. Dalam DAS terdapat pembagian zona berdasarkan karakteristik yaitu zona sumber, zona transisi,zona paparan banjiran (http://library.thinkquest.org/04oct/01590 /intro/freshwater.html, 2005). Zona sumber adalah awal dimulainya DAS. Biasanya berasal dari aliran sungai gunung dengan suhu dingin dan air yang jernih serta kecepatan aliran yang tinggi ketika menuruni gunung. Tingginya pencampuran oksigen terlarut di zona ini. Zona transisi adalah aliran sungai gunung lebih lebar dan dalam serta beberapa penghalang sehingga menyebabkan aliran sungai mulai berbelok namun kecepatan aliran sungai tetap tinggi. Zona paparan banjiran adalah zona aliran sungai menjadi lebih lebar dan dalam dengan kecepatan aliran yang melambat melewati area yang lebar dan datar. Di zona ini terjadi erosi yang cukup tinggi. Pembagian zona tersebut tertuang dalam Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Pembagian Zonasi Daerah Aliran Sungai Sumber : http://library.thinkquest.org/04oct/01590/intro/freshwater.html Di Indonesia terdapat sekitar 5.590 sungai utama dengan panjang total mencapai 94.573 km dan sekitar 65.017 anak sungai (Depkimpraswil, 2003). Menurut Nontji (1986) sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua buangan pelbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam
10
sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Sungai merupakan salah satu sumber daya perairan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Meningkatnya berbagai aktifitas manusia di sepanjang perairan sungai, dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya degradasi perairan sungai. Salah satunya adalah penurunan kualitas perairan sungai yang disebabkan antara lain limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah dari berbagai aktifitas penduduk lainnya.
2.2 Pola Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Umum Daratan 2.2.1
Perairan Waduk Selain sektor perikanan, perairan umum daratan juga dimanfaatkan oleh
berbagai sektor pemanfaat, seperti: pertanian, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, sumber air untuk keperluan air baku industri dan rumah tangga, perhubungan (navigasi) dan pariwisata. Pemanfaatan perairan waduk yang multiguna tersebut berkompetisi dengan kegiatan perikanan dalam kaitannya dengan modifikasi struktur lingkungan dan kualitas serta kuantitas air sehingga menjadikan perairan mendapat beban atau tekanan yang cukup berat. Pengelolaan perikanan di perairan waduk penting dan perlu dikembangkan karena sumberdaya alam perikanan akan merupakan sumberdaya hayati pengganti dari lahan daratan yang digenangi. Pola produktivitas perikanan di waduk dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: tipe waduk, kesuburan, dan pengelolaan perikanan. Pada tahap awal penggenangan waduk akan terjadi peningkatan produktivitas perikanan dan mencapai maksimum dalam beberapa tahun. Beberapa tahun kemudian, produksi akan menurun dengan cepat sampai kira-kira setengahnya. Pola ini merupakan ciri khusus dari tipe waduk yang dalam dan berlereng curam. Pada waduk ukuran besar dan dangkal, pola produktivitas perikanannya tidak menurun tajam setelah terjadi peningkatan produksi pada tahap awal, produktivitasnya hanya berfluktuasi kecil dan berada sekitar produksi tertinggi.
2.2.2
Perairan Sungai Salah satu pengelolaan perairan sungai adalah sebagai sarana transportasi.
Simpul transportasi adalah suatu tempat yang berfungsi untuk kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang, mengatur perjalanan, serta tempat perpindahan intramoda dan intermoda (SISTRANAS,
2006). 11
Transportasi
sungai dan danau merupakan bagian dari sistem transportasi darat.
Transportasi ini memiliki karakteristik berkecepatan rendah dan murah dengan tingkat polusi rendah, lebih murah, lebih ekonomis, lebih reliable, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan transportasi jalan raya. Berdasarkan PP No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar berlabuh naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Dalam pengembangan ekonomi, pelabuhan berperan penting untuk transportasi barang dan jasa sebagai pintu gerbang perdagangan baik domestik maupun internasional (Departemen Perhubungan Darat, 2008).
2.3 Valuasi Ekonomi Sumber Daya 2.3.1
Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Sumber daya menurut Adrianto (2005) secara awam sering didefinisikan
sebagai ”sesuatu yang bernilai untuk melaksanakan kegiatan tertentu”. Sedangkan menurut Fauzi (2006) sumberdaya merupakan komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Kriteria agar sesuatu dapat dikatakan sebagai sumberdaya menurut Ress (1990) pertama harus ada pengetahuan, teknologi atau ketrampilan untuk memanfaatkannya, kedua harus ada permintaan terhadap sesuatu tersebut. Pearce dan Turner (1990) menyatakan bahwa nilai ekonomi sumber daya bukan merupakan kualitas intrinsik dari sesuatu, nilai terbentuk karena ada interaksi antara subjek dan objek. Segala atribut dari sumber daya akan memiliki nilai bila setidaknya memberikan satu fungsi manfaat bagi individual atau perusahaan. Bila pada atibut sumber daya tidak ditemukan kriteria tersebut maka sumber daya dapat dikatakan tidak memiliki nilai (Hanley dan Spash, 1993). Rasionalisasi penilaian sumber daya, dalam terminologi moneter dan biaya atau manfaat yang didapat dari adanya suatu perubahan, adalah agar dapat disesuaikan dengan nilai pasar lainnya. Dengan kata lain, translasi dari preferensi individu menjadi nilai moneter secara umum diinterpretasikan dan direkomendasikan sebagai bentuk operasional dari langkah alternatif atas kebutuhan valuasi yang bersifat ex-ante 12
(sebelum kegiatan/proyek dijalankan) terhadap terjadinya perubahan lingkungan dan perbedaan dari pola alokasi barang-barang ekonomi lainnya (Dosi, 2000). Selain itu juga ditujukan untuk mengevaluasi ex-post (sesudah kegiatan/proyek dijalankan) dampak kesejahteraan dari perubahan aktual lingkungan atau sumber daya, khususnya terkait dengan penghitungan kompensasi atas kerusakan atau menaksir keuntungan ekonomi dari kegiatan restorasi.
2.3.2
Teknik Valuasi Ekonomi Sumber Daya Berbagai metode penilaian terhadap dampak lingkungan dikelompokkan
menjadi tiga macam metode (Suparmoko dan Suparmoko, 2000) : 1. Metode yang secara langsung didasarkan pada nilai pasar atau produktivitas 2. Metode yang menggunakan nilai pasar barang pengganti atau barang pelengkap 3. Metode yang didasarkan pada hasil survay
a. Pendekatan Harga Pasar Pendekatan dengan harga pasar dapat dibedakan lagi menjadi : -
Pendekatan harga pasar yang sebenarnya atau pendekatan produktivitas telah banyak digunakan dalam menganalisis biaya dan manfaat suatu kegiatan. Namun dengan dipertimbangkannya dimensi lingkungan, akan sulit untuk menentukan harga pasar yang tepat. Dalam menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu kegiatan, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau yang timbul dari adanya suatu kegiatan, sebaiknya digunakan harga pasar. Dengan adanya kebijakan biasanya ada suatu produk atau jasa yang diciptakan dan dengan menggunakan harga pasar dari produk atau jasa tersebut akan diperoleh nilai sumbangan manfaat dari kegiatan yang bersangkutan. Di sisi lain juga akan ada korban fisik atau hilangnya suatu produk atau aset fisik yang timbul dari adanya suatu kegiatan, sehingga dengan menggunakan harga pasar akan dapat diperkirakan nilai biaya atau korban dari kegiatan tersebut.
-
Pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregone earnings) menggunakan harga pasar dan tingkat upah untuk
13
menilai sumbangan kegiatan terhadap penghasilan masyarakat. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai sumber daya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu kegiatan. -
Apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia biaya kesempatan (opportunity cost) atau pendapatan yang hilang dapat digunakan sebagai pendekatan. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus dikeluarkan guna melestarikan suatu manfaat, dan bukan untuk memberikan nilai terhadap manfaat itu sendiri. Pendapatan yang hilang dapat diartikan sebagai biaya tidak langsung dari adanya kegiatan.
b.
Pendekatan dengan Nilai Barang Pengganti atau Barang Pelengkap (Surrogate Market Price) -
Pendekatan nilai kekayaan (hedonic property prices) didasarkan atas pemikiran bahwa seringkali sulit mendapatkan harga pasar ataupun harga alternatif. Namun dengan pendekatan nilai barang pengganti (substitusi) maupun nilai barang pelengkap (komplementer), kita berusaha menemukan pasar bagi barang dan jasa yang terpengaruh oleh barang dan jasa lingkungan yang tidak dipasarkan.
-
Pendekatan atas dasar tingkat upah sebenarnya mirip dengan pendekatan atas dasar nilai kekayaan. Pendekatan ini menggunakan tingkat upah pada jenis pekerjaan yang sama tetapi pada lokasi yang berbeda untuk menilai kualitas lingkungan kerja pada masing-masing lokasi tersebut. Pendekatan yang dipakai adalah bahwa upah dibayarkan lebih tinggi pada lokasi yang lebih tercemar atau pada lokasi yang lebih berbahaya bagi kesehatan maupun kehidupan.
-
Pendekatan biaya perjalanan menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada objek-objek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan serta waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu dianggap sebagai nilai lingkungan yang wisatawan bersedia untuk membayar.
14
c. Teknik Survai -
Lelang Pendekatan ini banyak dipakai dalam hal kita harus mencari kesediaan membayar (willingness to pay / WTP) untuk dilaksanakannya suatu kegiatan atau kesediaan untuk menerima pembayaran (willingness to accept / WTA) untuk tidak dilakukannya suatu proyek yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan kata lain pendekatan dengan cara lelang ini digunakan untuk mengetahui preferensi masyarakat sehingga nilai barang dan jasa lingkungan dapat ditentukan dan tercermin dalam ganti rugi yang dibayarkan atau kesediaan untuk menerima ganti rugi dari adanya suatu proyek.
-
Survay Langsung Pendekatan ini dilakukan dengan mewawancarai responden (masyarakat) secara langsung mengenai kesediaan mereka untuk membayar (willingness to pay) atau menerima pembayaran (willingness to accept) sebagai ganti rugi.
-
Pendekatan Delphi Pendekatan ini mendasarkan diri pada pendapat para ahli, dan telah banyak dipraktikkan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal penentuan nilai lingkungan, pendekatan ini ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan serta latar belakang kehidupan para ahli. Dari berbagai metode pendekatan di atas tampak ada dua kelompok pendekatan
yang menonjol yaitu pertama pendekatan yang menggunakan data fisik dan harga pasar, kedua pendekatan yang mengandalkan pada pendapat seseorang. Pendekatan yang kedua itulah yang disebut dengan pendekatan dengan cara survai. Pendekatan dengan survai didasarkan pada nilai hipotesis yang diberikan oleh seseorang terhadap barang dan jasa lingkungan. Sementara itu, berdasarkan hasil studi literatur juga diperoleh bahwa teknik dalam melakukan valuasi ekonomi sumber daya lingkungan telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Salah satu diantaranya, Dosi (2000) menyebutkan bahwa terdapat beberapa teknik yang telah banyak dilakukan para ahli dalam valuasi sumber daya lingkungan yaitu teknik langsung dan tidak langsung (direct and indirect techniques), metode fungsi produksi (the production-function method), metode berbasis biaya (cost-based methods), pendekatan tindakan preventif dan biaya relokasi (averting behaviour and relocation cost approach), biaya kesehatan dan modal manusia (cost of illness and human capital approach), pendekatan biaya restorasi 15
(restoration cost approach), metode biaya perjalanan (the travel cost method), the hedonic pricing method, the contingen valuation method, dan enviromental value transfer. Selanjutnya, Bene and Neiland (1993) membuat klasifikasi dalam teknik valuasi yang terkait dengan aktivitas penangkapan ikan khususnya di perairan umum daratan sebagai berikut : a. Conventional economic valuation Termasuk dalam kelompok ini adalah economic efficiency analysis dan total economic value. Economic efficiency analysis memiliki tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial (didefinisikan sebagai pengalokasian sumber daya secara optimal). Dua cara yang paling umum dilakukan dalam hal ini adalah cost effectiveness analysis dan cost benefit analysis. Cost effectiveness analysis menganggap bahwa untuk mencapai sasaran ditentukan oleh pilihan biaya yang paling minimum, sedangkan cost benefit analysis didasarkan pada pilihan yang menghasilkan nilai perbandingan tertinggi dari manfaat moneter terhadap biaya. Sementara Total Economic Valuation (TEV) didasarkan pada manfaat tertentu yang didapat dari sumber daya berdasarkan pada penggunaannya. TEV merupakan upaya untuk menghitung nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran (Nilwan dkk, 2003). Nilai-nilai yang dilihat dalam Total Economic Valuation (TEV) adalah sebagai berikut : A. Nilai Manfaat (Uses Value) Uses value merupakan suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumber dayaalam dan lingkungan ke nilai uang, terlepas ada tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut.
Dalam kontek
penelitian ini use value diestimasikan dari seberapa besar manfaat sumber daya baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai manfaat ini didapat dari menjumlahkan nilai manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
16
1. Nilai Manfaat Langsung Nilai manfaat langsung di estimasi dengan menghitung jumlah ekstraksi langsung dari sumber daya alam dan nilai yang terkait dengan menggunakan harga pasar (NRMP-USAIDa, 1996 dalam Kusuma, 2005). Menurut McCracken dan Abaza (2000) dalam Kusuma (2005), harga pasar yang umum digunakan adalah harga pasar lokal (local market prices).
2. Nilai Manfaat Tidak Langsung Nilai manfaat tidak langsung didefinisikan oleh Grigalunas and Congar (1995) sebagai nilai yang secara tidak langsung dari barang, dimana ketika menggunakan barang lain tergantung dari barang tersebut. Untuk menghitung nilai ini perlu dibatasi pada fungsi yang terkandung dalam suatu sumber daya. Nilai manfaat tidak langsung dihitung dengan menggunakan metode ini dinilai tepat untuk 1penelitian dimana ketersediaan data dan dana yang terbatas untuk melakukan penelitian secara komprehensif. Metode ini menilai perkiraan benefit dari tempat lain (dimana sumber daya tersedia) kemudian benefit tersebut di transfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan (Fauzi, 2003). Dosi (2000) menyebutkan bahwa metode ini didasari dari kajian yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan evaluasi terhadap suatu proyek baru, pengaturan masalah lingkungan, atau kebijakan lainnya yang diposisikan dalam pengambilan keputusan dan analisis biaya manfaat. Dalam melakukan pendekatan ini harus dilakukan dengan penilaian yang baik dan kreativitas dalam memanipulasi ketersediaan informasi dan kemudian menampilkannya kepada para pengambil keputusan. Pendekatan ini secara formal telah direkomendasikan dan di adaptasi oleh berbagai lembaga untuk tujuan valuasi ekonomi dampak lingkungan.
B. Nilai Manfaat Pilihan (Option Value) Option value lebih diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumber daya alam di masa mendatang (Fauzi, 2003). Nilai manfaat pilihan (option value) dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengukuran 17
secara langsung, Nilai ekonomi sumber daya dan lingkungan dapat diperoleh langsung dengan menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai keinginan membayar mereka (willingness to pay) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Teknik yang paling umum digunakan dalam pendekatan langsung ini adalah melalui contingent valuation method atau CVM. Pendekatan CVM pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui pertama, keinginan membayar (willingness to pay atau WTP) dari sekelompok masyarakat, misalnya saja terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara dsb) dan yang kedua adalah keinginan menerima (willingness to accept atau WTA) dari kerusakan suatu lingkungan perairan. CVM yang pertama kali diajukan oleh Davis (1963) dalam Dosi (2000), telah digunakan secara luas dalam pengambilan keputusan terhadap evaluasi program terkait dengan perubahan lingkungan.
C. Nilai Bukan Manfaat (Non Use Value) Nilai bukan manfaat merupakan nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya (Fauzi, 2003). Nilai bukan manfaat dibagi menjadi dua yaitu existence value dan bequest value.
1. Existence Value Existence value atau nilai keberadaan pada dasarnya adalah penilaian yang diberikan atas keberadaan atau terpeliharanya sumber daya alam dan lingkungan meskipun masyarakat misalnya tidak akan memanfaatkan atau mengunjunginya.
2. Bequest Value Bequest value atau nilai pewarisan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan (bequest) sumber daya untuk generasi mendatang (mereka yang belum lahir). Jadi bequest value diukur berdasarkan keinginan membayar masyarakat untuk memelihara (to preserve) sumber daya alam dan lingkungan untuk generasi mendatang.
18
b. Economic Impact Analysis Pada analisis ini merupakan keterbalikan dari cost effectiveness analysis karena biaya bukan merupakan sesuatu yang dipertimbangkan. Pertimbangan yang digunakan pada analisis ini adalah tingkat manfaat yang dapat dihasilkan dari intervensi suatu kebijakan. Titik tekan economic impact analysis adalah mengarahkan pada efek yang terjadi dari intervensi kebijakan yang berakibat pada variabel tertentu. Jenis analisis yang mungkin digunakan adalah analisis pendapatan (revenue analysis) dan multiplier analysis. Multiplier analysis ditujukan untuk mengukur aktivitas ekonomi secara keseluruhan yang dihasilkan oleh manajemen sistem perikanan yang baru sebagai suatu konsekuensi keterkaitan antara sektor perikanan dengan sektor lainnya pada ekonomi regional. c. Socio Economic Analysis Sosio
economic
analysis
ditujukan
untuk
mengidentifikasi
dan
karakterisasi strata ekonomi masyarakat atau wilayah. Hal ini diperlukan untuk mengetahui aliran manfaat yang diterima oleh masyarakat dari lahirnya suatu kebijakan. Dengan mengetahui aliran manfaat, maka diharapkan biaya dan manfaat dari suatu kebijakan dapat terdistribusi secara adil.
19
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Riset Freeman III (2003) dalam Adrianto (2006) menyebutkan bahwa ”nilai” dapat dikategorikan ke dalam dua pengertian yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumen. Nilai intrinsik jika suatu komoditas bernilai di dalam dan untuk komoditas itu sendiri, atau nilainya tidak diperoleh dari pemanfaatan dari komoditas tersebut namun bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan komoditas lain. Nilai instrumen dari suatu komoditas adalah nilai yang muncul akibat pemanfaatan komoditas tersebut untuk kepentingan tertentu. Lebih lanjut disebutkan bahwa konsep nilai instrumen lebih mampu menjawab persoalan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan. Namun demikian untuk mengetahui nilai instrumental dari sumberdaya alam, tujuan spesifik dari upaya tersebut harus disusun. Dalam konteks ini, nilai ekonomi sumberdaya alam lebih condong pada konsepsi tujuan untuk kesejahteraan manusia. Sumberdaya perikanan perairan umum daratan di Indonesia terbagi menjadi sungai dan rawa banjiran seluas 12 juta hektar, waduk seluas 0,05 juta hektar, dan danau seluas 1,8 juta hektar (DKP, 2004). Sementara itu, tingkat produksi ikan perairan pedalaman pada tahun 2004 mencapai 314.800 ton (DKP, 2004). Namun demikian, nilai potensi produksi ikan perairan pedalaman yang sebenarnya diperkirakan melebihi dari catatan pada statistik perikanan tangkap yang ada. Hal tersebut berdasarkan pada penelaahan data statistik perikanan tangkap yang ada bahwa masih banyak data potensi produksi perikanan propinsi belum tercatat dalam statistik perikanan tangkap. Hal ini menunjukkan bahwa masih lemahnya ketersediaan data terkait dengan potensi sumberdaya perikanan perairan pedalaman. Sementara itu, ketersediaan data dan informasi merupakan hal terpenting dalam perencanaan pembangunan. Peranan sumberdaya perikanan perairan umum daratan sangat terlihat pada perekonomian pedesaan (Béné and Neiland, 2003). Ketidaktersediaan atau ketidaksesuaian nilai sosial ekonomi dari suatu sumberdaya pada akhirnya membatasi perencana kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan (Béné and Neiland, 2003). Constanza and Folke (1997) dalam Adrianto (2006) menyebutkan bahwa dalam pandangan ekonomi ekologi, tujuan valuasi terhadap sumberdaya alam tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan tujuan 20
keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Dalam kerangka riset ini, tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusinya dapat terlihat dengan terlebih dahulu melakukan proses kajian bertujuan mengidentifikasi sumberdaya perikanan perairan umum daratan serta pola-pola pemanfaatan yang dilakukan. Proses kajian terkait dengan pola-pola pemanfaatan sumberdaya bertujuan mengidentifikasi nilai manfaat langsung dari pemanfaatan sumberdaya perikanan perairan umum daratan tersebut. Sementara kajian terkait karakteristik sumberdaya bertujuan mengidentifikasi nilai manfaat tidak langsung serta nilai bukan manfaat dari sumberdaya perikanan perairan pedalaman. Sumberdaya Alam Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Sumberdaya Perikanan Perairan Pedalaman
- Sungai - Waduk Identifikasi dan karakterisasi Jenis dan Karakteristik Sumberdaya
Pola Pemanfaatan Sumberdaya
Valuasi Ekonomi:
Market Price Method Contingent Valuation Method Travel Cost Method Replacement Cost Benefit Transfer Method Sosio Economic Analysis
Potensi Sumberdaya
Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan Umum Daratan
Data Dasar Penyusunan Opsi Kebijakan Pembangunan Perikanan
Kebijakan Pembangunan Perikanan
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Riset 21
Karakterisasi terhadap jenis sumberdaya serta pola-pola pemanfaatannya dilakukan untuk mengetahui distribusi manfaat serta kelompok masyarakat yang menerima manfaat tersebut. Selain itu, juga bertujuan mengetahui distibusi biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh kelompok-kelompok masyarakat pemanfaat sesuai dengan beban yang diberikan masing-masing terhadap sumberdaya tersebut. Dengan diperolehnya hasil identifikasi serta karakterisasi sosial ekonomi dari sumberdaya perairan pedalaman, maka dapat diketahui potensi sumberdaya perairan pedalaman tersebut. Pada akhirnya, potensi sumberdaya tersebut akan dinilai dan dihitung dengan menggunakan valuasi ekonomi. Gambaran kerangka pemikiran dan ruang lingkup riset dapat dilihat pada Gambar 3.1. Total Economic Value
Use Value
Direct Use Value
Non - Use Value
Option Value
Existence Value
Bequest Value
Nilai keberadaan SDA saat ini utk masa depan berdasarkan pertimbangan moral
Nilai keberlangsunga n SDA saat ini sbg warisan utk generasi berikutnya masa depan
Keberadaan komponen ekositem sebagai aset : - Ekonomi - Sosial - Budaya - Ilmu Pengetahuan - Dll
Keberlangsunga n ekositem untuk generasi berikutnya sebagai warisan: - Ekonomi - Sosial - Budaya - Ilmu Pengetahuan - Dll
Indirect Use Value
Hasil/Jasa yang dapat dimanfaatkan secara langsung
Ekstraktif - Penangkapan - Budidaya - Penambangan - Dll Non Ekstraktif - Transportasi - Pariwisata - Penelitian - Irigasi - PLTA
Hasil/Jasa yang dapat dimanfaatka n secara tidak langsung
Fungsi Pendukung Biologi Ekosistem: - Spawning - Nursery - Feeding - Dll Fungsi Pendukung Non Biologi : - Flood Control - Waste Recycling - Dll
WTP individu utk menjaga SDA sebagai aset utk masa depan dibanding memanfaatkann ya sekarang
WTP atas Keberlangsungan: - jenis ikan - Habitat dan Ekosistem - Biodiversity - Genetic Resource
Gambar 3.2 Kerangka Kerja Teknik Valuasi Total Economic Value (TEV)
22
Penelitian ini menggunakan metode TEV dan SEA yang dilandasi oleh tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi sumberdaya perikanan serta menghitung nilai ekonomi dari sumberdaya. Hal ini didasarkan juga atas pemahaman bahwa sumberdaya alam memberikan manfaat yang jauh lebih banyak terkait pada satu jenis pemanfaatan atau fungsi-fungsi yang terkandung di dalamnya (Béné and Neiland, 2003). Kelebihan teknik TEV adalah tidak hanya fokus pada nilai manfaat langsung (komersial), namun juga memperhatikan non-market values, fungsi ekologi dan juga non use value. Gambar 3.2 memberikan gambaran kerangka kerja TEV yang akan digunakan pada riset ini.
3.2 Perancangan Sampling 3.2.1 Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam kegiatan riset ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik sumberdaya waduk dan sungai. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi statistik dan data-data yang terkait dengan potensi sosial ekonomi sumberdaya kelautan dan perikanan. Tabel 3.1 memberikan gambaran jenis data dan sumber data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kategori Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data No A
Kategori Data Valuasi Ekonomi 1. Indirect Use
2. Direct Use
B
Data yang dibutuhkan
Sumber Data
1. Fungsi produksi sumber daya perikanan per tahun per ha di waduk dan sungai. 1. Statistik Perikanan
PRPT, LRPSI
2. Nilai pemanfaatan 3. Non Use Value 1. WTP Identifikasi Dan Karakterisasi 1. Fisik, Biologi, dan 1 Aspek biofisik kima perairan Kimia 2. Sosial Ekonomi 1.Demografi sosial-ekonomi
2. Perda Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya 3. Statistik Perikanan 4. Pola pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten, BPS Survey Survey PRPT, LRPSI, UNRI BPS (Kab. dan Kec. dalam angka), Monograf Kabupaten Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten Survey
23
Lokasi riset yaitu di Waduk Djuanda, Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat dan Sungai Siak, Kotamadya Pekanbaru, Propinsi Riau. 3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan adalah dengan menggunakan teknik survei. Teknik survei ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan responden untuk mengetahui nilai dari sumber daya yang diukur dari kesediaan masyarakat untuk membayar atau menerima suatu perubahan lingkungan. Pemilihan respoden dengan cara teknik sampel acak. 3.3 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan menggunakan teknik valuasi ekonomi untuk menghitung nilai total ekonomi (total economic value) dari sumber daya perikanan perairan umum daratan. Nilai ekonomi total adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran (Nilwan dkk, 2003). Total economic value dapat ditulis secara matematis (CSERGE,1994 dalam Nilwan dkk, 2003): TEV = UV + NUV = (DUV+IUV+OV)+(XV+BV) .................................... (1) dengan : TEV = Total Economic Value IUV = Indirect Use Value UV = Use Values OV = Option Value NUV = Non Use Values XV = Existence Value DUV = Direct Use Value BV = Bequest Value
Teknik valuasi yang akan digunakan, secara ringkas tercantum pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Hubungan Nilai dengan Teknik Valuasi yang akan Digunakan Nilai (Value) A. Use Value A1. Direct Use Value (Nilai Manfaat Langsung) Perikanan (Tangkap & Budidaya) A2. Indirect Use Value (Nilai Manfaat Tak Langsung) Fungsi Pendukung Biologi Ekosistem: B. Option Value Option Value C. Non Use Value Existence Value Bequest Value
Teknik Valuasi
Effect on Production /Residual Rent
Replacement Cost Methods (RCM) Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM)
24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sumber Daya Perairan Waduk Ir. Djuanda, Purwakarta 4.1.1
Karakteristik Bioekologi Waduk Ir. H. Djuanda atau yang lebih dikenal dengan nama waduk jatiluhur
dibangun pada awal tahun 1957 dan dinyatakan selesai pada tahun 1967 serta kemudian dikelola oleh Perusahaan Negara (PN) Jatiluhur (1967 – 1970). Waduk Djuanda terletak pada Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun 1999 tentang pengelolaan, perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan waduk Ir. H. Djuanda membentuk badan otorita pengelola yaitu Perum Jasa Tirta II (PJT II). Berdasarkan PP tersebut kewenangan PJT II yaitu sebagai BUMN pengelola air dan atau sumber air. Waduk Ir. H. Djuanda mempunyai luas 8.300 Ha dengan kapasitas waduk mencapai ± 3 Milyar m3 dan duga muka air maksimum mencapai ± 107 meter dpl. Waduk ini merupakan waduk serbaguna dengan peruntukkan bagi PLTA, penyediaan baku air minum dan industri, penyediaan air irigasi, perikanan, pariwisata dan pengendalian banjir. Sumber air waduk Ir. H. Djuanda berasal dari DAS Citarum yaitu, daerah pengaliran waduk saguling dan Cirata. Tabel 4.1. Karakteristik Perairan Waduk Ir. H. Djuanda Lokasi pada DAS Di bagian bawah/ hilir Ketinggian dari muka laut (m) Volume air x 1000 m
3
111 2.970.000
Luas permukaan (A), ha
8.300
Kedalaman rata-rata (m)
35,8
Kedalaman maksimum (Zmaks), m
90
Status kesuburan
Mesotrophic –Eutrophic
Pola percampuran massa air
Oligomictic (rare)
Rasio A/Zmaks
0,92
Kondisi tanpa oksigen dimulai pada lapisan kedalaman (m) Sumber : Prihadi (2004)
11-20 (anoxic)
Waduk Ir. H. Djuanda mempunyai luas 8.300 Ha dengan kapasitas waduk mencapai ± 3 Milyar m3 dan duga muka air maksimum mencapai ± 107 meter dpl. 25
Karakteristik perairan waduk Ir. H. Djuanda disajikan pada Tabel 4.1. Namun kondisi tersebut banyak berubah seperti kedalaman rata-rata sepanjang tahun 2003 menurun menjadi 26,2 m, terlebih lagi pada bulan Agustus – September kedalaman rata rata mencapai 23,7 m hal ini disebabkan kemarau yang berkepanjangan, sehingga volume air berkurang hingga 30 %, dari keadaan normal sebelumnya (Prihadi, 2004). Berdasarkan dengan klasifikasi tingkat kesuburan perairan berdasarkan unsur hara dan biomassa fitoplankton (chlorophyl-a). Waduk Ir.Djuanda memiliki status trofik mesotropik sampai dengan eutropik. Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata kandungan unsur hara dan biomassa fitoplankton (chlorophyl-a) di Waduk Ir. Djuanda.
Tabel 4.2 Rata-rata kandungan unsur hara dan biomassa fitoplankton (chlorophyl-a) di Waduk Ir. Djuanda Parameter Mesotropik Eutropik Rata-rata total N (µg/l)
753
1875
Rata-rata total P (µg/l)
26,7
84,4
Rata-rata chlorophyl-a (µg/l)
4,7
14,3
Puncak konsentrasi chlorophyl-a (µg/l)
16,1
42,6
Sumber : DKP & ACIAR (2007)
Berdasarkan parameter kimia-fisika kualitas air di Waduk Ir. H. Djuanda secara umum terlihat bahwa kandungan kualitas air bertendensi pencemaran, hal ini terlihat dari data asam sulfida (H2S) hingga mencapai 6,7 ppm padahal baku mutu air untuk perikanan hanya sebesar 0,01 ppm selain itu kondisi tersebut akan menimbulkan karat pada turbin, bahan racun pada saat upwelling dan blooming algae seperti jenis dinophyceae (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Karakteristik Kualitas Air di Waduk Ir. H. Djuanda Variabel kualitas air Nilai Oksigen terlarut (mg/L)
6,5 – 9,0 (7,5 ± 0,1)
Kandungan bahan organik KMnO4 2 - 99 (mg/L) NO3 (nitrate) (ml/L)
0,003 – 1,100 (0,235 ± 0,0236)
Alkalinitas (mg CaCO3/L)
24,31 – 92,82 (47,84 ± 2,24)
NH4 (amonia) (ml/L)
0,057 – 1,723 (0,708 ± 0,069)
NO2 (Nitrite) (ml/L)
0,01 – 1,74 (0,332 ± 0,57)
Total P (pospor) (ml/L)
0,576 - 1,164 (0,881 ± 0,025) 26
PO4 (phospate) (ml/L)
0,015 – 1,725 (0,582 ± 0,041)
H2S (ppm)
0,21 – 6,7
Mg (magnesium)
49,71 – 164,80 (70,23 ± 5,60)
Hg (air raksa) mg/l
0,002 – 0,018
Pb (Plumbum)
0,01 – 0,310
Zn 2+
0,032 – 0,316
Mn mg/l
0,02 – 0,11
Cr
0,002 – 0,015
Fe
0,01 – 0,17
Cu
0,00 – 0,01
Cd mg/l
0,002 – 0,011
Keasaman (pH)
6,6 - 9,2
Kecerahan air (cm)
80 – 140 (114 ± 7)
Temperatur (º C) Sumber : Prihadi (2004)
28,0 – 33,5
Jenis sumberdaya ikan di perairan waduk beragam dan termasuk dalam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun dengan adanya usaha KJA menyebabkan perubahan komposisi ikan dan ada beberapa jenis ikan yang mengalami kepunahan (Krismono, et al., 1983 dalam Purnamaningtyas, et al., 2008). Komposisi ikan sebelum dan setelah kegiatan budidaya disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Komposisi Ikan di Perairan Waduk Ir. H. Djuanda Sebelum adanya KJA Setelah adanya KJA Tagih (Mytus nemurus) Nila (Oreochromis niloticus) Hampal (Hampala macrolepidota) Bandeng (Channos channos) Jambal (Pangasius hypopthalmus) Betutu (Oxyeleotris marmorata) Tawes (Barbodes javanicus) Goldsom (Astronotus ocellatus) Kebogerang (Mytus nigriceps) Selebra (Parachromis managuensis) Udang (Macrobrachium sp.) Oskar (Amphilophus citrinellus) Nila (Oreochromis niloticus) Ikan kaca (Chanda punctulada) Lalawak (Barbonymus balaroides) Genggehek (Mystacoleucus marginatus) Balidra (Notopterus chitala) Sumber : Krismono, et al., 1983 dalam Purnamaningtyas, et al., 2008)
27
Komposisi ikan setelah adanya KJA yang berkembang pesat (diduga adalah jenis ikan yang masuk bersama benih ikan yang dibudidayakan yang selanjutnya terlepas ke perairan dan dapat berkembang dengan baik karena adanya ketersediaan makanan yang ada di perairan waduk).
4.1.2
Karakteristik Sosial Ekonomi Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat
yang terletak diantara 107°30’-107°40’ Bujur Timur dan 6°25’-6°45’ Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Purwakarta mempunyai batas wilayah sebagai berikut (BPS1, 2007) : -
Bagian Barat dan sebagian wilayah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karawang
-
Bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang
-
Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung
-
Bagian Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur Jumlah penduduk Kabupaten Purwakarta pada Tahun 2007 adalah 179.405 Jiwa
dengan persentase 49, 98 % penduduk laki-laki dan 50, 02 % penduduk perempuan, sedangkan luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 320,78 km2 sehingga kepadatan penduduknya sebesar 559,28 jiwa/km2 (BPS2, 2007). Umur Responden
5%
9%
13%
37% 36%
< 21
21 - 30
31 - 40
41 - 50
> 50
Gambar 4.1 Sebaran Usia Responden di Waduk Ir. H. Djuanda
Berdasarkan data responden dapat diperoleh beberapa karakteristik sosial ekonomi penduduk Kabupaten Purwakarta. Untuk usia responden di lokasi penelitian berkisar antara < 21 hingga > 50 tahun dengan persentase tertinggi pada usia 21-30 tahun sebesar 37 % dan persentase terendah pada usia > 50 tahun sebesar 5 %. Hal ini 28
menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Purwakarta yang aktif dalam kegiatan perikanan dalam usia produktif (Gambar 4.1). Jika dilihat dari faktor pendidikan responden maka diketahui bahwa umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya setingkat sekolah dasar saja sebesar 48 %. Pendidikan tertinggi hanya setingkat Sekolah Menengah Umum, namun memiliki persentase terendah pada responden sebesar 5 % (Gambar 4.2). Tingkat Pendidikan Responden 5%
20%
22%
5%
48%
SD Tidak Tamat
SD Tamat
SMP Tidak Tamat
SMP Tamat
SMU Tamat
Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan Responden di Waduk Ir. H. Djuanda
Sementara itu, pengalaman usaha responden berkisar antara 1 hingga > 20 tahun (Gambar 4.3). Untuk responden nelayan, pengalaman usaha dengan persentase terbanyak berkisar 1-5 tahun sebesar 55 %, sedangkan untuk persentase terendah (3 %) pengalaman usaha berkisar 11-20 tahun. Sama hal-nya dengan nelayan, pengalaman usaha pembudidaya dalam budidaya keramba jaring apung hanya berkisar 1-5 tahun sebesar 67 %. Pengalaman Usaha Nelayan
3%
3%
Pengalaman Usaha Pembudidaya
6%
33%
55%
33%
67%
1-5
6 - 10
11 - 15
16 - 20
> 20
1-5
6 - 10
Gambar 4.3 Pengalaman Usaha Responden di Waduk Ir. H. Djuanda
29
Jika diperhatikan dari pendapatan responden per tahun maka diperoleh informasi bahwa pendapatan rata-rata responden nelayan sebesar Rp 6.236.148 per tahun dengan waktu berusaha yang tidak penuh selama 12 bulan (Gambar 4.4). Hal ini disebabkan karena kegiatan pemanfaatan sangat bergantung dari tinggi rendahnya muka air dari perairan tersebut. Sedangkan pendapatan rata-rata pembudidaya pertahun sebesar Rp 86.932.129. Pendapatan nelayan responden pertahun dengan presentase tertinggi (55 %) berkisar 4-6 juta, sedangkan pendapatan pembudidaya responden pertahun dengan presentase tertinggi (37 %) berkisar 50-100 juta. Pendapatan Pembudidaya perTahun
Pendapatan Nelayan perTahun
3%
7%
6%
3%
18%
17%
36%
18%
37% 55%
1 - 3 jutaan
4 - 6 jutaan
7 - 9 jutaan
10 - 12 jutaan
13 - 15 jutaan
< 50 jutaan
50 - 100 jutaan
100 jutaan
200 jutaan
300 jutaan
Gambar 4.4 Pendapatan Per Tahun Responden di Waduk Ir. H. Djuanda
4.1.3
Aspek Legal Pemanfaatan Sumberdaya Aspek Legal Pemanfaatan Perairan Waduk untuk Kegiatan Perikanan terdiri dari : 1. Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39 tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat. 2. Keputusan Bupati Kabupaten Purwakarta No. 06 tahun 2000 tentang Pemanfaatan Waduk untuk Kegiatan Perikanan 3. Keputusan Bupati Kabupaten Purwakarta No. 532.32/Kep.234-Diskan/2000 tentang Juklis Pelaksanaan Pemanfaatan Waduk untuk Kegiatan Perikanan 4. Perda Kabupaten Purwakarta No. 6 tahun 1996 tentang Surat Ijin Usaha Perikanan 5. Keputusan Direksi Perum Otorita Jatiluhur No. 1/289/KPTS/1992 tentang Tatacara dan Persyaratan Pemanfaatan Waduk untuk Usaha Perikanan dengan Jaring di daerah Kerja Divisi Waduk POJ
30
6. Keputusan Direksi Perum Otorita Jatiluhur No. 1/290/KPTS/1992 tentang Tarif Pemanfaatan Waduk Ir. H. Djuanda untuk Usaha Perikanan dengan Jaring. Kegiatan perikanan di Waduk Ir. H. Djuanda merupakan salah satu fungsi waduk yang harus saling mendukung dengan fungsi keserbagunaan lainnya, tidak boleh saling mengalahkan dan tetap mengutamakan kelestarian air atau sumber air serta keamanan waduk atau bendungan. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antar lembaga atau instansi yang terkait. Dalam pengelolaan KJA di waduk Ir. H. Djuanda terdapat beberapa lembaga atau instansi yang terkait yaitu : 1. Perum Jasa Tirta II (PJT II) sebagai pengelola badan air waduk Ir. H. Djuanda 2. Pokja Bidang Perikanan PJT II (dibentuk tahun 1996) sebagai penasihat Direksi PJT II dalam hal perikanan 3. Pemda Kabupaten Purwakarta 4. Dinas Perikanan Kab. Purwakarta 5. Dinas Lingkungan Hidup Kab. Purwakarta 6. Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar (Inlitkanwar/Loka Riset Pemacuan Stok Ikan Jatiluhur (LRPSI) 7.
4.1.4
HIMPUJAT (Himpunan Pengusaha Jaring Terapung)
Pola Pemanfaatan Pola pemanfaatan sumber daya perairan umum Waduk Djuanda terdiri dari
banyak aspek yaitu (1). Perikanan yang berupa perikanan tangkap dan perikanan budidaya keramba jaring apung (KJA); (2). Transportasi; (3). Pariwisata; (4). PLTA; dan (5). Sebagai penyedia air minum. (1) Perikanan Tangkap Berdasarkan data DKP dan ACIAR (2007) diperoleh bahwa jenis ikan yang tertangkap di Waduk Djuanda didominasi oleh ikan nila (79-96%), ikan mas, patin sius dan gabus (Tabel 4.5). Selain itu juga ditemukan jenis ikan oskar, kongo dan goldsom yang tidak disukai nelayan dan termasuk jenis ikan yang tidak ekonomis. Hasil tangkapan ikan di Waduk Djuanda bervariasi antara 74.674–148.024 kg/bulan dengan rata-rata 118.875 kg/bulan atau total tangkapan ikan sebesar 1.359,439 ton/tahun. Di waduk Cirata hasil tangkapan ikan berfluktuasi antara 25.131–36.805 kg/bulan dengan rata-rata 29.637 kg/bulan atau 344,969 ton/tahun.
31
Tabel 4.5. Daftar jenis-jenis ikan yang tertangkap di Waduk Djuanda Tahun 2005 Kelimpahan No Nama lokal Nama ilmiah Famili relatif 1 Nila Oreochromis niloticus Cichlidae +++ 2 Mas Cyprinus carpio Cyprinidae + 3 Tawes Barbodes gonionotus Cyprinidae + 4 Hampal Hampala macrolepidota Cyprinidae + 5 Tagih Mystus nemurus Bagridae + 6 Kebogerang Mystus nigriceps Bagridae + 7 Sius Pangasionodon hypopthalmus Pangasidae ++ 8 Bandeng Chanos chanos Mugillidae ++ 9 Gabus Channa striata Channidae ++ 10 Betutu Oxyeleotris marmorata Oxyeleotridae + 11 Oscar, Red devil Amphilophus citrinellus Cichlidae ++ 12 Goldsom Astronotus ocellatus Cichlidae + 13 Kongo Tilapia butikoferi Cichlidae ++ 14 Sepat Trichogaster trichopterus Anabantidae + Keterangan: +++ = tinggi; ++ = sedang; + = jarang Sumber : ACIAR (2007)
Keterangan introduksi introduksi Ikan asli Ikan asli Ikan asli Ikan asli introduksi introduksi Ikan asli Introduksi? Introduksi? Introduksi? Introduksi? Introduksi
Sementara berdasarkan data DKP dan ACIAR (2007), jenis alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di Waduk Djuanda yaitu jaring insang, jala, anco dan pancing. Namun, saat ini nelayan umumnya menggunakan alat tangkap jaring insang dan jala (Tabel 4.6), dengan perahu kayu yang dilengkapi motor tempel ataupun tanpa motor tempel dan rakit bambu. Tabel 4.6. Jumlah Nelayan dan Alat Tangkap di Waduk Djuanda, Tahun 2004 No Jenis Alat Tangkap Aktif Pasif Jumlah Nelayan 1 Gillnet 2.175 0 665 2 Jala 241 0 242 Jumlah 2.416 0 907 Sumber : DKP dan ACIAR (2007) Pengelolaan perikanan tangkap meliputi berbagai kegiatan yang ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan. Pola pemanfaatan sumberdaya perairan untuk kegiatan perikanan tangkap, umumnya berdasarkan pada tinggi muka air oleh badan otorita dan curah hujan. Pada saat air muka tinggi, nelayan menggunakan alat tangkap berukuran kecil (mata jaring ± 1,5 inci), sehingga ikan yang tertangkap adalah ikan yang ukurannya kecil dan melimpah. Sedangkan pada saat air muka rendah (air mengumpul di tengah), nelayan menangkap ikan menggunakan alat tangkap berukuran besar (mata jaring ± 3 inci), sehingga ikan yang tertangkap adalah ikan yang ukurannya besar (> 500 gram). Namun pada saat ini nelayan tidak menghiraukan ukuran alat tangkap yang ideal digunakan sesuai dengan
32
tinggi muka air tersebut, sehingga menyebabkan kepunahan sumberdaya ikan di perairan waduk.
(2) Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Kegiatan perikanan budidaya yang dilakukan di Waduk Djuanda adalah perikanan budidaya menggunakan keramba jaring apung (KJA). Jenis ikan yang umumnya dibudidayakan adalah jenis ikan mas, nila dan patin. Petak KJA yang digunakan memiliki ukuran 7 x 7 meter dengan kepemilikan jumlah petak KJA yang terus mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun (Tabel 4.7). Tabel 4.7. Perkembangan Jumlah Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Djuanda Periode 2002-2004 Petak Tahun Bulan Jumlah petak Ijin petak Aktif Pasif Rusak Januari 2.159 409 1.750 319 2002 Desember 2.159 565 957 653 319 Januari 2.159 150 1.358 653 203 Agustus 3.216 645 1.818 653 219 2003 Desember 3.216 363 2.853 363 2004 Januari 8.043 4.975 3.068 Sumber : Sudjana (2004) dan DKP dan ACIAR (2007) Tabel 4.8 menunjukkan perbedaan data jumlah dan luas areal budidaya KJA oleh beberapa instansi. Terdapat perbedaan dalam penetapan jumlah KJA dari masingmasing instansi terkait karena tidak adanya ketetapan baku, terutama kaitannya dengan kesanggupan daya dukung lingkungan perairan waduk Ir. H. Djuanda. Tabel 4.8. Perbedaan jumlah dan luas areal budidaya KJA Kriteria
Satuan
Luas waduk Ha Elevasi air min. m dpl Jarak antar unit m Luas desain/ m2 petak KJA Jumlah KJA Petak Luas Perairan KJA Ha Luas perairan KJA % Sumber : Sudjana (2004)
SK Bupati 06/2000 8.300 87,65 50
POKJA 1996
Balitkanwar 1996
8.300 90,00 25
6.000 92,45
453
75
624
5.480 209,5 2,52
3.637 27,3 0,45
2.100 131 1,58
PJT II 2004
Batasan Krteria
8.300
6.000 87,65 50 624
3.216 83 1
962 60 1
33
Lokasi KJA waduk Ir. H. Djuanda telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Purwakarta No. 532.32/Kep.234-Diskan/2000 dibagi dalam 7 zona, sedangkan PJT II menetapkan 6 zona. Posisi penempatan KJA di waduk Ir. H. Djuanda harus mempertimbangkan luas zona yang diijinkan yaitu maksimal 1% dari luas efektif waduk, elevasi minimal 87.65 meter dpl, kedalaman air minimal 10 meter, arah gelombang dominan, jarak antar unit KJA 50 meter, letak pemasangan jangkar, batas antar blok/unit dan pencemaran. Pola pemanfaatan sumberdaya perairan waduk untuk kegiatan perikanan budidaya, berdasarkan tinggi muka air. Pada saat muka air tinggi adalah kondisi optimum operasional, dalam hal ini pembudidaya ikan akan mengisi seluruh petak yang dimiliki sedangkan pada saat muka air rendah, pembudidaya ikan hanya mengisi sebagian kecil petak yang dimilikinya. Namun kondisi di lapangan tidak demikian, pembudidaya ikan cenderung mengabaikan tinggi muka air dan hanya berorientasi pada produksi perikanan. Dalam hal ini, pembudidaya ikan tidak berpikir tentang kelangsungan sumberdaya itu sendiri dan dampaknya pada lingkungan perairan. Pada saat kondisi permukaan air surut maka kualitas air cenderung menurun, sehingga disarankan untuk mengurangi padat tebar ikan dan jumlah pakan yang diberikan. Produksi ikan dari kegiatan budidaya dari tahun 2004 sampai dengan 2007 mengalami kenaikan yaitu dari 7.048,36 ton menjadi 33.314 ton (Tabel 4.9). Produksi ikan yang terus menerus naik dan jumlah petak yang tidak terkendali berimbas juga pada kondisi lingkungan (terjadi eutrofikasi yang berlebihan) dan penurunan kualitas air. Tingginya produksi ikan tidak sebanding dengan kerusakan sumberdaya di perairan waduk. Tabel 4.9. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Djuanda Tahun Produksi (ton) 2004 7.048,36 2005 12.972,58 2006 15.036,50 2007 33.314 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, 2004-2007 (3) Pemanfaatan waduk sebagai alat transportasi dan pariwisata. Pemanfaatan Waduk Djuanda selain untuk perikanan juga untuk transportasi dan pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, selain untuk kegiatan perikanan Waduk Djuanda dimanfaatkan juga untuk kegiatan transportasi dan
34
pariwisata. Kegiatan transportasi dilakukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan masyarakat setempat dalam rangka perdagangan dan non-perdagangan. Kegiatan transportasi yang ada meliputi daerah-daerah tujuan sebagai berikut Sukasari, Magrah, Pegadungan, Gunung Belut, Ciputat, Kiara Bandung, Citerbang. Ukuran kapal yang digunakan rata rata berukuran panjang 7,5 m dan lebar 1,75 m dengan mesin 8,5 pk. Jumlah perahu yang digunakan untuk kegiatan transportasi sekitar 2.000 unit. Kegiatan tranportasi untuk non-perdagangan selain usaha antar jemput juga berupa usaha penyewaan untuk pemancingan. Permintaan penyewaan perahu untuk pemancingan tinggi terjadi pada hari-hari tertentu setiap minggunya, biasanya terjadi pada hari rabu, kamis, sabtu, dan minggu. Selain kegiatan transportasi, di Waduk Ir. Djuanda juga dimanfaatkan untuk pariwisata. Genangan air yang terdapat pada waduk merupakan daya tarik yang khas yang dapat menimbulkan minat orang untuk berwisata pada daerah tersebut. Penataan ruang untuk kepentingan pariwisata sangat diperlukan sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi wisatawan. Faktor-faktor penunjang yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Pandangan ke arah perairan tidak terhalang 2. Terjaminnya rasa aman 3. Penentuan zona-zona untuk berbagai tingkatan wisatawan 4. Tersedianya fasilitas pendukung yang memadai Kegiatan pariwisata di perairan waduk dapat meningkatkan lapangan kerja antara lain pemandu wisata, hotel dan restoran, pedagang makanan, cinderamata dan lain-lain. Selain meningkatkan pendapatan masyarakat disekitarnya juga pendapatan daerah pun akan lebih dapat ditingkatkan dengan adanya retribusi dari kunjungan wisatawan tersebut, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Jasa-jasa yang lain pun akan turut berkembang sesuai dengan klasifikasi wisatawan yang datang. Selain pemanfaatan perairan Waduk Djuanda untuk perikanan dan pariwisata juga untuk olahraga. Terdapat berbagai kegiatan olah raga yang memerlukan media air, yang dapat dilakukan pada perairan waduk. Kegiatan olah raga tersebut dapat dikategorikan pada kegiatan olah raga prestasi dan rekreasi. Setiap kegiatan olah raga air yang dilaksanakan pada perairan waduk mempunyai kriteria persyaratan teknis yang harus dipenuhi. Lokasi yang memenuhi 35
syarat untuk kegiatan tersebut perlu ditetapkan dan ditata dengan baik berikut sarana dan prasarananya yang memadai.
(4) Pertanian Waduk Ir. H. Djuanda merupakan penyedia air di Jawa Barat bagian Utara yang meliputi areal sawah seluas 242.000 Ha (Tahun 2000). Sedangkan kegiatan pertanian disekitar perairan waduk tidak tergantung pada air waduk tersebut. Kegiatan pertanian yang dilakukan di sekitar waduk bersifat musiman mengikuti ketinggian muka air perairan. Pertanian dilakukan saat keadaan air surut dengan memanfaatkan bagianbagian waduk yang sebelumnya terendam. Umumnya masa tanam hanya selama dua hingga tiga bulan dalam setahun.
(5) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pemanfaatan untuk PLTA tergantung pada tinggi muka air waduk. Jika permukaan air menurun maka akan mengancam enam turbin pembangkit listrik sehingga tidak bisa berputar. Jika ini terjadi, pasokan listrik dari Waduk Jatiluhur ke Pulau Jawa dan Bali akan terganggu. Pada tinggi muka air 87,5 meter perputaran turbin sudah tidak normal dan pada ketinggian di bawah 80 meter turbin sudah tidak bisa jalan. Waduk Ir. H. Djuanda mampu menghasilkan tenaga listrik dengan kapasitas 187,5 MW (setelah uprating) dan dapat berproduksi ± 1.000 juta kwh per tahun.
(6) Penyedia Air Minum Permukaan air waduk mengalami peningkatan dan penurunan, hal ini mempengaruhi suplai air baku untuk produksi air dan pelayanan air bersih bagi warga Jakarta melalui perusahaan daerah air minum (PDAM) Jaya. Pada saat bulan April, permukaan air waduk sekitar 97 meter di atas permukaan air laut. Sebelumnya hanya sekitar 90 meter di atas permukaan air laut. Sementara itu, normalnya 107 meter di atas permukaan air laut. Merosotnya tinggi muka air waduk diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juni-September, sehingga akan mengganggu pasokan air dan listrik Pulau Jawa. Pada saat air mencapai ketinggian 97 meter diatas permukaan air laut, untuk instalasi pengolahan air (IPA) I Pejompongan dapat mengalirkan air sebanyak 1.600 m3/detik, Instasi Pengoalahan Air (IPA) II 2.750 m3/detik dan Buaran 4.600 m3/detik. Data ini memperlihatkan suplai air baku untuk warga Jakarta, jika dibawah dari batas 36
tersebut akan mengakibatkan suplai air bersih mengalami penurunan dan dengan sendirinya berdampak pada pelayanan air bersih.
4.1.5
Valuasi Ekonomi
4.1.5.1 Nilai Manfaat 4.1.5.1.1 Nilai Manfaat Langsung Sumberdaya Perairan Waduk untuk Perikanan Tangkap Analisis data nilai manfaat langsung sumberdaya perairan untuk perikanan tangkap menggunakan teknik surplus konsumen, dengan fungsi yang dibangun dari jumlah produksi (Kg/tahun), harga rata-rata hasil tangkapan (Rp/Kg), umur responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan usaha penangkapan responden (Rp/tahun), dan pengalaman usaha responden. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan perikanan tangkap di waduk djuanda berbanding terbalik dengan harga (X1) dan umur (X2) dan berbanding lurus dengan, jumlah keluarga (X4) dan tingkat pendapatan.(X5) Sedangkan dua faktor lainnya yaitu umur (X3) dan pengalaman usaha (X6) hampir tidak memiliki pengaruh terhadap fungsi permintaan sumberdaya perikanan tangkap. Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand). Sehingga jelas mengapa hubungan antara permintaan dan harga berbanding terbalik.
LnQ 9,03 1,02 ln x1 0,44 ln x2 0,02 ln x3 0,21ln x4 0,55 ln x5 0,02 ln x6
Dari fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya perikanan tangkap dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). untuk mendapatkan konsumen surplus terlebih dahulu didapatkan total kesediaan membayar (U) yaitu sebesar Rp 607.176.891/nelayan. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 20.918.916. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 586,257,976/ nelayan. Nilai manfaat langsung sumberdaya perairan waduk dari kegiatan perikanan tangkap dengan jumlah RTP perikanan tangkap sebesar 907 RTP adalah sebesar Rp 531,735,984,232/tahun.
37
4.1.5.1.2 Nilai Manfaat Langsung Sumberdaya Perairan untuk Perikanan Budidaya Sementara analisis data nilai manfaat langsung sumberdaya perairan waduk untuk perikanan budidaya juga menggunakan teknik surplus konsumen, dengan fungsi yang dibangun dari jumlah produksi (Kg/tahun), harga rata-rata hasil budidaya (Rp/Kg), umur responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan usaha budidaya responden (Rp/tahun), dan pengalaman usaha responden. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan perikanan budidaya di Waduk Djuanda berbanding terbalik dengan harga (X1), umur (X2) dan pengalaman usaha (X6) serta berbanding lurus dengan tingkat pendidikan (X3), jumlah keluarga (X4) dan tingkat pendapatan.(X5) Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand). Sehingga jelas mengapa hubungan antara permintaan dan harga berbanding terbalik.
LnQ 16,2 1,2 ln x1 0,54 ln x 2 0,29 ln x3 0,35 ln x 4 0,46 ln x5 0,04 ln x 6
Dari fungsi tersebut kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya perikanan budidaya dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). Mendapatkan konsumen surplus terlebih dahulu didapatkan total kesediaan membayar (U) yaitu sebesar Rp 15.106.725.340/tahun/pemilik usaha budidaya. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 2.558.138.447/tahun/pemilik usaha budidaya. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 12.548.586.890/tahun/pemilik usaha budidaya. Total nilai manfaat langsung sumberdaya perairan waduk untuk perikanan budidaya di Waduk Djuanda adalah sebesar Rp 3.739.478.893.000/tahun. Nilai produktifitasnya adalah sebesar Rp 464,935,832/tahun/petak.
B. Nilai Manfaat Tidak Langsung Sumberdaya Perairan Waduk Menurut DKP & ACIAR (2007), kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di Waduk Ir. Djuanda memiliki potensi produksi sebesar 12.161 ton sampai dengan 13.178 ton pertahun, namun hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan dengan perkiraan perharinya sebesar 6,5 kg maka hasil tangkapan pertahunnya berkisar dari
38
896 sampai dengan 1.776 ton. Maka dengan tingkat harga rata-rata ikan sebesar Rp 5.000/kg, nilai manfaat tidak langsung sumberdaya perairan waduk sebesar Rp 6.680.000.000/tahun.
C. Nilai Manfaat Pilihan Sumberdaya Waduk Nilai Pilihan terhadap sumberdaya waduk di lokasi penelitian diarahkan untuk meningkatkan sumberdaya perikanan. Olehnya perlu dilakukan rehabilitasi terhadap sumberdaya. Berapa besar biaya yang responden sedia bayarkan kepada pihak terkait (pemerintah) untuk melakukan rehabilitasi sumberdaya tersebut. Perhitungan Nilai Pilihan dalam riset ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n
LnWTP 4.52 0.15
1 n
n
n
n
LnE 0.71 LnA 0.23 LnXP 0.45 LnI 1 n
i 1
1 n
i 1
1 n
i 1
i 1
Dugaan besaran terhadap nilai pilihan sumberdaya waduk oleh tiap responden yang didapat dari model adalah Rp 36.590. Adapun Nilai Pilihan Waduk Djuanda adalah Rp 68.533.996. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya waduk akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, pengalaman dan pendidikan masyarakat dalam mengelola sumberdaya tersebut. Sedangkan faktor usia masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan linear dengan besaran nilai pilihan sumberdaya waduk. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendapatan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pilihan sumberdaya waduk. Yakni, setiap penambahan pendapatan Rp 1 per tahun akan menambah 0.45 dari nilai WTP (Nilai Pilihan) sumberdaya waduk. Demikian pula pada faktor pengalaman kerja dan pendidikan, tiap bertambahnya usia dan pengalaman kerja satu tahun akan meningkatkan 0.23 dan 0.15 dari Nilai Pilihan sumberdaya waduk. Besaran nilai ini dipengaruhi oleh keinginan untuk meningkatkan produksi, sehingga rehabilitasi terhadap sumberdaya waduk di lokasi tersebut perlu dilakukan. Umumnya masyarakat setempat setuju untuk melakukan rehabilitasi secara terpadu 39
dilakukan bersama dengan pemerintah melalui pihak PJT2 sebagai pengelola Waduk Djuanda. Rehabilitasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bersedia melakukan penebaran bibit ikan, serta menjaga lokasi penebaran tersebut secara bergilir. Lokasi tersebut, kemudian dapat disepakati pula oleh masyarakat sebagai wilayah reservat. Antusias ini tidak lepas dari masalah-masalah lingkungan yang kemudian dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Seperti; kasus ikan ”mabuk” saat terjadi limpahan limbah baik dari pakan ikan budidaya (KJA), maupun limbah pabrik yang ada di sekitar waduk.
4.1.5.2 Nilai Non-manfaat Penentuan Nilai Bukan Pemanfaatan di Waduk Djuanda Jatiluhur dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk menjaring besaran nilai yang dimaksud mengisi Nilai Keberadaan dan Nilai Pelestarian/Nilai Keberlangsungan sumberdaya, kuesioner dirancang dengan menggunakan metoda pertanyaan terbuka. Hal ini dilakukan karena masih minimnya pemahaman awal terhadap kondisi sosial ekonomi di perairan umum/pedalaman saat akan melakukan survei ini. Sehingga survei dilakukan dengan mengandalkan pengalaman peneliti dalam menjaring informasi secara langsung di lokasi, dengan memperhatikan pointer pada kuesioner. Gambaran umum hasil terhadap Nilai Bukan manfaat terlihat bahwa responden memberi nilai yang lebih besar kepada Nilai Pelestarian/Keberlangsungan dibanding Nilai Keberadaan sumberdaya waduk. Nilai Pelestarian/keberlangsungan sumberdaya mengidikasikan bahwa masyarakat setempat memiliki harapan yang besar pada sumberdaya waduk agar dapat dimanfaatkan bagi anak–cucu di masa mendatang. Sedangkan
pada
Nilai
Keberadaan
sumberdaya
waduk
yang
lebih
kecil
mengindikasikan kurangnya kepedulian responden terhadap sumberdaya waduk jika responden tidak sebagai orang yang terkait langsung sebagai pemanfaat waduk.
A. Nilai Keberadaan Hasil survey memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan sumberdaya danau yang relatif kecil dibanding nilai pemanfaatan yang bisa dilakukan oleh responden. Untuk mengukur nilai keberadaan tersebut digunakan persamaan oleh Yaping, (1999). Sehingga dengan menggunakan persamaan ini, akan
40
dijelaskan katerkaitan karakteristik pemanfaat sumberdaya waduk dengan nilai WTP tersebut. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dihasilkan model pendugaan nilai bukan manfaat berdasarkan nilai keberadaan sumberdaya waduk dengan menggunakan pendekatan Yaping, (1999), sebagai berikut : n
LnWTP 3.93 0.64
1 n
n
LnE 0.09
i 1
1 n
n
LnA 0.18
i 1
1 n
n
LnXP 0.26
i 1
1 n
LnI i 1
Dugaan besaran nilai terhadap keberadaan sumberdaya waduk oleh tiap responden yang didapat dari model adalah Rp 25.492. Adapun Nilai Keberadaan sumberdaya waduk di lokasi penelitian adalah Rp 47.746.426. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya waduk akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendidikan, usia, pengalaman kerja, dan pendapatan dalam mengelola sumberdaya tersebut. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendidikan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap Nilai Keberadaan sumberdaya waduk. Yakni, akan menambah 0.64 dari nilai WTP (Nilai Keberadaan) sumberdaya waduk. Demikian pula pada faktor usia, pengalaman kerja dan pendidikan, tiap bertambahnya lama usia, lama pendidikan dan pengalaman satu tahun akan meningkatkan 0.09, 0.18 dan 0.26 dari Nilai Keberadaan sumberdaya waduk. Artinya Nilai Keberadaan dari sumberdaya waduk oleh masyarakat setempat secara efektif dapat ditingkatkan dengan melakukan peningkatan kualitas dan lama pendidikan bagi masyarakat. Harapannya, berupa munculnya pola pemanfaatan dan kepedulian lingkungan yang lebih sustainable bagi sumberdaya waduk.
B. Nilai Pelestarian/Nilai Keberlangsungan Sumber daya Waduk Perhitungan Nilai Pelestarian/Keberlangsungan dalam riset ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n
LnWTP 7.16 0.63
1 n
i 1
n
LnE 0.49
1 n
i 1
n
LnA 0.08
1 n
i 1
n
LnXP 0.24
1 n
LnI i 1
41
Dugaan besaran terhadap nilai Pelestarian sumberdaya waduk oleh tiap responden yang didapat dari model adalah Rp 53.797. Adapun Nilai Pelestarian dari sumberdaya waduk di lokasi penelitian adalah Rp 100.761.732. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya waduk akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, pengalaman dan pendidikan masyarakat dalam mengelola sumberdaya tersebut. Sedangkan faktor usia masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan linear dengan besaran Nilai Pelestarian/keberlangsungan sumberdaya waduk. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendidikan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pelestarian sumberdaya waduk. Yakni, setiap penambahan lama pendidikan satu tahun akan menambah 0.63 dari nilai WTP (Nilai Pelestarian) sumberdaya waduk. Demikian pula pada faktor pendapatan dan pengalaman kerja, tiap bertambahnya pendapatan Rp 1 pertahun akan meningkatkan 0.24 dari Nilai Pelestarian. adapun tiap pertambahan pengalaman akan meningkatkan 0.08 dari Nilai Pelestarian. Sedangkan faktor usia dan pengalaman satu tahun akan meningkatkan 0.08 dan 0.26 dari nilai pelestarian sumberdaya waduk. Sedangkan variabel usia pada masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan yang bersifat linear dengan besaran nilai pilihan sumberdaya waduk. Secara umum Nilai Keberadaan dilakukan upaya menjaring informasi dengan mengisyaratkan arti keberadaan lingkungan perairan waduk di mata responden. Responden diharapkan memberikan nilai atas keberadaan waduk tanpa melibatkan hubungan keterkaitan antara responden dengan waduk. Dengan memisalkan bahwa responden bukan nelayan/pembudidaya yang memanfaatkan waduk untuk mencari rejeki. Hal ini dilakukan agar responden dapat memberikan nilai keberadan waduk tanpa mengaitkan sumberdaya waduk dengan usaha/pemanfaatan yang dilakukannya terhadap waduk. Sedangkan pada Nilai Pelestarian/Nilai Keberlangsungan sumberdaya, nilai tersebut dijaring dengan memberi input kepada responden perihal keberlanjutan sumberdaya waduk tanpa melibatkan diri responden sebagai pemanfaat sumberdaya waduk. selanjutnya, responden diharapkan mampu membayangkan sebagai orang yang
42
berada diluar sistem pemanfaatan sumberdaya waduk, sekaligus dapat membayangkan dirinya sebagai orang yang memahami arti penting keberlanjutan lingkungan. Output dari upaya ini adalah harapan bahwa responden dalam memberikan Nilai Bukan Manfaat tersebut, tidak dipengaruhi oleh aktifitas responden sebagai bagian dari sistem pemanfaatan sumberdaya waduk, baik sebagai petani, nelayan, pembudidaya, pedagang, penyedia jasa transportasi dan sebagainya yang terkait dengan pemanfaatan sumbedaya waduk. Nilai bukan manfaat pada sumberdaya waduk ini (Rp 148.508.158) jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Nilai Keberadaan (Nilai Bukan Manfaat) di teluk kupang sebesar Rp 1.063.500.000 per tahun (Muliawan dan Ramadhan, 2006), dan Nilai Keberadaan (Nilai Bukan Manfaat) pada sumberdaya mangrove di Kabupaten Subang sebesar Rp 33.522.259.900 per tahun (Fahruddin, 1996). Dua hal yang faktor rendahnya nilai tersebut; pertama, jumlah populasi yang terkait dengan sumberdaya tidak banyak. Dengan pendekatan Contingent Valuation Method Nilai Keberadaan Sumberdaya didapatkan dengan mengalikan jumlah populasi yang terkait dengan sumberdaya yang dinilai dengan nilai-rata-rata variabel dari model yang dihasilkan (nilai WTP perorangan). Kedua, secara nilai WTP yang diberikan oleh responden cenderung rendah. Hal ini terkait dengan karakteristik reponden dalam hal ini tingkat pendidikan, usia, pengalaman bekerja, serta pendapatan. Terlepas
dari
tinggi-rendahnya
Nilai
Bukan
Manfaat
tersebut,
Nilai
Pelestarian/Keberlangungan yang relatif lebih besar dari Nilai Keberadaan Sumberdaya Waduk, mencerminkan besarnya harapan responden untuk kelestarian sumberdaya yang dapat diwariskan kepada anak-cucu kelak. Umumnya responden sadar bahwa bahwa sumberdaya waduk memiliki keterbatasan untuk dieksploitasi terus menerus. Masing-masing nelayan berharap pemerintah dapat secara aktif menegakkan hukum dengan tegas terhadap bentuk-bentuk pelanggaran yang merugikan kelestarian sumberdaya. Hal ini membuka peluang untuk menuju pada pengelolaan berbasis masyarakat. Penerapan sistem lelang menguatkan arti besarnya peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya.
4.1.5.3 Total Nilai Ekonomi Hasil dari penjumlahan seluruh nilai ekonomi yang terkandung, menunjukkan total nilai ekonomi sumber daya perairan di Waduk Djuanda Jatiluhur mencapai Rp 4.278.111.919.386 per tahun (Tabel 4.10). Secara umum, nilai ekonomi merupakan 43
cerminan dari nilai manfaat sumberdaya bagi masyarakat. Lebih dari 99,997 % nilai ekonomi sumber daya perairan Waduk Djuanda Jatiluhur merupakan nilai manfaat baik langsung, tidak langsung ataupun pilihan. Tabel 4.10 Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan Waduk Djuanda Jenis Nilai Nilai Manfaat a. Nilai Manfaat Langsung - Perikanan Tangkap - Pertanian b. Nilai Manfaat Tidak Langsung c. Nilai Pilihan Nilai Bukan Manfaat - Nilai Keberadaan (Existence Value) - Nilai Pelestarian/ Keberlangsungan Sumber daya (Bequest Value) Total Nilai Ekonomi Sumber : Data diolah
Nilai (Rp per tahun) 4.277.963.411.228 4.271.214.877.232 531.735.984.232 3.739.478.893.000 6.680.000.000 68.533.996 148.508.158 47.746.426 100.761.732 4.278.111.919.386
Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 4.271.214.877.232 per tahun. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Pada sisi lain kita juga melihat bahwa, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 47.746.426 per tahun, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi.
4.2 Sumber Daya Perairan Sungai Siak 4.2.1
Karakteristik Bioekologi Sungai Siak adalah salah satu dari empat sungai besar di Propinsi Riau. Sungai
besar lainya adalah Sungai Kampar, Indragiri dan Rokan. Sungai Siak memiliki panjang 287,5 km dengan lebar rata-rata 90 m dan kedalaman mencapai 16,5 m dengan debit air sungai berkisar antara 5,32 – 209,4 m3/dt, sehingga menjadikan Sungai Siak sebagai sarana perhubungan yang dapat dilalui oleh kapal-kapal besar dan kecil kea rah hulu (Harnalin, 2000 dalam Afrizal, 2005). Sungai Siak memiliki tiga anak sungai utama yaitu Sungai Tapung Kiri, Tapung Kanan dan keduanya bermuara menjadi up stream Sungai Siak dan anak sungai utama lainnya adalah Sungai Mandau
44
Kondisi fisik Sungai Siak, berkelok-kelok, sepanjang badan sungai ditumbuhi dengan tumbuhan local seperti pandan, rengas dan tumbuhan lokal lainnya. Akibatnya berbagai aktivitas yang ada di Sungai Siak, kawasan sepadan sungai mengalami abrasi yang dari waktu ke waktu semakin besar. Karakteristik daerah aliran Sungai Siak sebagian besar merupakan kawasan bergambut dengan topografi yang relatif landai. Sesuai dengan kondisi lahannya, kondisi alamiah air Sungai Siak berwarna kecoklat-coklatan yang berasal dari pengaruh warna gambut dengan pH rendah dan DO yang relatif rendah pula. Menurut Pane (2003), kelimpahan mikro algae planktonik di Sungai Siak adalah berkisar 13.896 sel/liter sampai 71.024 sel/liter berdasarkan jenis-jenis mikro algae planktonik yang tertuang dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Jenis-jenis Mikro Algae Planktonik Sungai Klas Ordo Songsang 1. Bacillariophyceae Centrales
Pennales
2. Chlorophyceae
Chlorococcales
Desmidiales 3. Cyanophyceae
Miscellaneous Euglenoeus Tracheloneus
Siak
1. Bacillariophyceae
3. Cyanophyceae
Pennales Desmidiales Ulortixales Zignamatales Miscellaneous
4. Euglenophyceae
Euglenoeus
1. Bacillariophyceae
Centrales
2. Chlorophyceae
Sail
Centrales
Spesies Cerataulina bergonii Stephenodiscus invisitatus Diatoma vulgare Nitzschia palea Synedra acus Actinastrum hantzschii Ankistrodesmus acicularis Koliela longiseta Closterium moniliferum Cosmarium botrytis Homoeothrix Juliana Oscillatoria limnetica Euglena viridis Trachelomonas volvocmopsis Navicuka gracilis Navicula viridula Synedra acus Cosmarium ehrenbrgii Ulotrix tenuissima Tetraspora lubrica Oscillatoria limnetica Oscillatoria Formosa Euglena viridis Peridinium sp. Melosira granulate Melosira varians
45
2. Chlorophyceae
Chlorococcales Volvocales
3. Cryptophyceae 4. Cyanophyceae
5. Euglenophyceae Sumber : Pane (2003)
Chrooneous Miscellaneous
Eugleneous
Koliela longiseta Pelagothrix clevei Scenedesmus quadricauda Chroomonas sp. Aphanizomenon flos Homoeothrix juliana Oscillatoria princips Phormidium papyraceum Euglena viridis
Tabel 4.12 menunjukkan kisaran keadaan kualitas perairan Sungai Siak dari aspek fisika dan kimia. Suhu air Sungai Siak pada umumnya memiliki kisaran yang cukup besar, hal ini dikarenakan kedalaman Sungai Siak cukup dangkal sehingga dapat menyebabkan tingginya dinamika perubahan suhu yang terjadi di Sungai Siak dan adanya faktor eksternal berupa faktor arus air sungai yang timbul karena adanya tiupan angin. Ketika suhu Sungai Siak naik memberikan indikasi naiknya kebutuhan oksigen terlarut oleh organisme yang hidup di Sungai Siak. Tabel 4.12. Kualitas air Sungai Siak Parameter Nilai Kisaran Baku Mutu o Suhu ( C) 22 - 27 Normal Kecerahan (cm) 95 - 127 Kedalaman (cm) 376 - 415 pH 4-5 6 – 8,5 O2 (mg/lt) 2,8 – 4,2 3 CO2 (mg/lt) 8,9 – 13,2 Fosfat (mg/lt) 0,031 – 0,75 0,5 Nitrat (mg/lt) 0,071 – 0,206 10 TSS (mg/lt) 57,7 – 149,7 100 BOD5 (mg/lt) 42,26 – 70,13 30 COD (mg/lt) 45,9 – 128,6 50 Amoniak 1,00 – 11,97 1 Keterangan : Baku Mutu sesuai dengan SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No : KEP-03/MENKLH/II/1991 (Pane, 2003) Kecerahan perairan banyak dipengaruhi oleh zat-zat terlarut dan tersuspensi dalam suatu perairan. Kecerahan Sungai Siak dapat dikatakan rendah karena terindikasi dengan nilai kisaran TSS yang melebihi nilai Baku Mutu. Oleh karena rendahnya cahaya matahari yang masuk kedalam Sungai Siak sehingga dapat menganggu proses fotosintesa yang dilakukan oleh mikro algae planktonik.
46
Nilai pH yang rendah pada suatu perairan menunjukkan perairan tersebut asam sehingga dapat menyebabkan matinya organisme karena perairan tersebut itu tercemar oleh masuknya limbah yang mengandung asam cukup tinggi. Di sekitar Sungai Siak banyak terdapat aktivitas pabrik yang banyak membuang limbah dari hasil produksi yang berupa air buangan yang mengandung asam. Nilai oksigen terlarut berbanding terbalik dengan nilai karbondioksida terlarut. Hal ini terindikasi dengan rendahnya kelimpahan mikro algae planktonik sebagai pelaku fotosintesis yang menggunakan karbondioksida terlarut sebagai sumber energi dan menghasilkan oksigen terlarut. Faktor yang menyebabkan rendahnya kelimpahan mikro alga planktonik tersebut karena masuknya bahan-bahan pencemar dari pabrikpabrik yang berada di sekitar Sungai Siak. Pembentukan protein dan metabolisme sel organisme yang terjadi di suatu perairan dapat dilihat dari tingginya nilai kadar fosfat dan nitrat yang terdapat di perairan tersebut. Sungai Siak memiliki kadar fosfat dan nitrat yang cukup tinggi. Namun ini bukan salah satu indikasi kelimpahan mikro algae planktonik karena proses pembentukan protein dan metabolisme sel banyak dipengaruhi oleh oksigen terlarut, kecerahan serta kadar BOD dan COD. Tingginya kadar fosfat dan nitrat dapat disebabkan banyaknya hasil pelapukan dan melarutnya mineral fosfat serta masuknya sumber nitrogen yang berasal dari limbah pabrik yang mengandung bahan organik protein dan senyawa anorganik seperti pupuk nitrogen. Tingginya nilai BOD5 dan COD menunjukkan pekatnya bahan organik yang terdapat di Sungai Siak. Hal ini terbukti dengan masuknya limbah yang bersumber dari perkebunan atau pabrik industri kelapa sawit, industri pulp dan kertas, industri karet, industri lem, industri plywood, serta limbah domestik perkotaan, transportasi, kehutanan dan pertanian. Umumnya industri yang berdiri di sepanjang Sungai Siak mempunyai skala produksi menengah dan besar. Selain itu ditunjukkan dengan kadar amoniak di Sungai Siak yang cukup tinggi karena kandungan limbah yang dibuang di Sungai Siak mengandung kadar amoniak yang tinggi yang berasal dari sumber nitrogen. Menurut laporan PEMDA Tingkat 1 Riau pada Tahun 1997/1998 dalam Ermayani (2004) total limbah berpotensi masuk ke Sungai Siak perharinya berkisar 4624,8 m3/hari – 5028,9 m3/hari. Hal ini menunjukkan beban pencemar yang diterima oleh Sungai Siak cukup besar.
47
4.2.2
Karakteristik Sosial Ekonomi Pada Tahun 2006, jumlah penduduk di sepanjang Sungai Siak sebesar 139.870
jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 73.836 jiwa (52,79 %) dan perempuan 66.034 jiwa (47,21 %), Ratio jenis kelamin penduduk laki-laki dan perempuan adalah 112. Sedangkan luas wilayah dilokasi penelitian (Kecamatan Tapung dan Tapung Hulu) adalah 2535,12 km2. Sehingga kepadatan penduduk mencapai 55,17 jiwa/km2 (BPS, 2006). Untuk jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur (Hasil Sensus Tahun 2000) di lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 4.13. Tabel 4.13 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur Kecamatan 0-4 15-64 > 65 Tapung 38.172 61.887 1.439 Tapung Hulu Sumber : BPS Kabupaten Kampar, 2006
Sementara itu, berdasarkan data responden diperoleh beberapa karakteristik sosial ekonomi penduduk di Pekanbaru. Sebaran usia responden terlihat pada Gambar 4.5. Untuk usia responden di lokasi penelitian berkisar antara 21-50 tahun dengan persentase tertinggi pada usia 41-50 tahun sebesar 31.25 % dan persentase terendah pada usia < 21 tahun sebesar 3.1 %. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk dilokasi penelitian yang aktif dalam kegiatan perikanan lebih banyak berada dalam usia tidak produktif. Umur Responden 3,23% 22,58%
19,35%
25,81%
29,03%
<21
21-30
31-40
41-50
>50
Gambar 4.5 Sebaran Usia Responden di Pekanbaru
Jika dilihat dari faktor pendidikan responden (Gambar 4.6), maka diketahui bahwa umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya
48
setingkat sekolah dasar saja sebesar 67.74 %. Pendidikan tertinggi setingkat Sarjana, namun memiliki persentase terendah pada responden sebesar 3.23 %.
3%
13% 3%
42%
10%
3% 26%
Tdk tamat SD
Tamat SD
Tdk tamat SLTP
Tdk tamat SLTA
Tamat SLTA
Tdk tamat PT
Tamat SLTP
Gambar 4.6 Tingkat Pendidikan Responden di Pakanbaru
Sementara itu, pengalaman usaha responden sebagai nelayan berkisar antara 120 tahun. Gambar 4.7 menunjukkan pengalaman usaha antara 1-5 tahun merupakan persentase terendah yaitu sebesar 12.9%, sedangkan pengalaman usaha antara 6-10 tahun sebesar 22.58 %, untuk persentase tertinggi (32.26 %) pengalaman usaha antara 11-20 tahun dan demikian juga untuk pengalaman usaha > 20 tahun (32.26%).
13% 32% 23%
32% 1-5 tahun
6-10 tahun
11-20 tahun
>20 tahun
Gambar 4.7 Pengalaman Usaha Responden di Pakanbaru
Jika diperhatikan dari pendapatan responden per tahun (Gambar 4.8), maka diperoleh informasi bahwa pendapatan rata-rata responden nelayan sebesar Rp 8.600.748 per tahun dengan waktu berusaha yang tidak penuh selama 12 bulan. Hal ini disebabkan karena kegiatan pemanfaatan sangat bergantung dari tinggi rendahnya muka air dari perairan tersebut. Pendapatan nelayan responden pertahun dengan presentase tertinggi (32,26 %) untuk pendapatan 4-6 juta dan 7-9 juta.
49
3%
3%
29%
33%
32% 1.000.000 – 3.000.000
4.000.000 – 6.000.000
7.000.000 – 9.000.000
10.000.000 -15.000.000
16.000.000 – 20.000.000
Gambar 4.8 Pendapatan Per tahun Responden di Pakanbaru
4.2.3
Pola Pemanfaatan
4.2.3.1 Perikanan Tangkap Kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan di lokasi riset umumnya lebih mengarah ke perairan di bagian hulu sungai. Hal ini disebabkan bagian tengah badan sungai sudah semakin sedikit sumberdaya ikan diakibatkan tingkat pencemaran yang tinggi dari limbah pengolahan sawit. Sementara bagian hilir sungai juga sulit dilakukan kegiatan perikanan tangkap karena intensifnya laju transportasi kapal-kapal barang dan penumpang. Umumnya kegiatan penangkapan ikan dilakukan dalam hitungan trip, dengan jumlah hari per tripnya berkisar antara tiga hingga lima hari. Jenis alat tangkap yang digunakan umumnya beraneka ragam. Masing-masing nelayan menggunakan lebih dari satu alat tangkap. Jenis alat tangkap yang digunakan sangat bergantung dari jenis tangkapan yang dicari. Tabel 4.14 menunjukkan lebih banyak nelayan menggunakan pancing dan jaring insang tetap. Tabel 4.14 Jumlah alat tangkap berdasarkan jenis alat tangkap, Tahun 2006 Kecamatan Jaring Tetap Bubu Pancing Serok Jumlah Tapung 12 5 20 2 39 Tapung Hulu 8 3 12 2 25 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Kampar, 2006
Tabel 4.15 menunjukkan perahu yang digunakan nelayan umumnya menggunakan perahu tanpa motor. Umumnya nelayan menangkap ikan secara
50
berkelompok. Satu kelompok bisa terdiri dari lima hingga delapan nelayan. Penggunaan motor tempel hanya untuk mengantarkan nelayan ke lokasi penangkapan. Sementara kegiatan penangkapan ikan tetap menggunakan perahu tanpa motor. Biaya BBM motor tempel ditanggung secara bersama oleh seluruh anggota kelompok. Pembayaran bisa dilakukan sebelum keberangkatan atau dipotong hasil pendapatan tangkapan.
Tabel 4.15 Jumlah perahu tanpa motor dan motor tempel, Tahun 2006 Perahu Motor Kecamatan Jumlah Tanpa Motor Tempel Tapung 12 5 17 Tapung Hulu 8 3 11 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Kampar, 2006
4.2.3.2 Transportasi Kegiatan lainnya yang dilakukan di Sungai Siak adalah kegiatan transportasi sungai. Kegiatan transportasi sungai ini mencakup kegiatan transportasi barang dan juga penumpang. Cakupan wilayah yang dilayani oleh kegiatan transportasi ini pun sangatlah besar, baik domestik maupun internasional. Tabel 4.16 menunjukkan jumlah trip kapal yang bersandar di Pelabuhan Pekanbaru pada tahun 2007. Jumlah pelayaran domestik mencapai 11.169 trip dan internasional mencapai 1.724 trip.
Tabel 4.16 Trip/Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pekanbaru Tahun 2007 Dalam Negeri Luar Negeri Jenis Pelayaran Nasional Asing Nasional Asing Pelayaran Nasional 8.165 201 1.271 441 Pelayaran Rakyat 1.128 12 Kapal Pedalaman 1.174 Pelayaran Perintis Non Pelayaran 501 10.968 201 1.283 441 Jumlah Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Pekanbaru, 2007
4.2.4 Valuasi Ekonomi 4.2.4.1 Nilai Manfaat A. Nilai Manfaat Langsung Sumberdaya Perairan Sungai untuk Perikanan Tangkap Nilai manfaat langsung sumberdaya perairan Sungai Siak diambil dari pemanfaatan yang ada di perairan tersebut. Saat penelitian dilakukan, kegiatan ekonomi
51
di perairan pada lokasi riset hanya untuk kegiatan perikanan tangkap. Analisis data nilai manfaat langsung sumberdaya perairan untuk perikanan tangkap menggunakan teknik surplus konsumen, dengan fungsi yang dibangun dari jumlah produksi (Kg/tahun), harga rata-rata hasil tangkapan (Rp/Kg), umur responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan usaha penangkapan responden (Rp/tahun), dan pengalaman usaha responden. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan perikanan tangkap di Sungai Siak berbanding terbalik dengan harga (X1) dan umur (X2), sementara jumlah tanggungan keluarga (X4) berbanding terbalik namun kecil pengaruhnya. Faktor pendapatan (X5) berbanding lurus dengan fungsi permintaan pemanfaatan sumberdaya. Pendidikan (X3) dan pengalaman usaha (X6) walaupun berbanding lurus, namun juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fungsi permintaan. Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand). Sehingga jelas mengapa hubungan antara permintaan dan harga berbanding terbalik.
LnQ 16,11 1,13 ln x1 0,20 ln x 2 0,06 ln x3 0,03 ln x 4 0,14 ln x5 0,02 ln x6
Fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya perikanan tangkap dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). untuk mendapatkan konsumen surplus terlebih dahulu didapatkan total kesediaan membayar (U) yaitu sebesar Rp 207/nelayan. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 23. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 184/nelayan/tahun. Total nilai manfaat langsung sumberdaya perairan Sungai Siak dengan total RTP nelayan sebesar 1.019 RTP adalah sebesar Rp 187.227 / tahun.
B. Nilai Manfaat Pilihan Sumber daya Perairan Sungai Siak Hasil analisis nilai pilihan sangat dipengaruhi oleh bentuk kuesioner dalam menjaring besaran nilai yang diminta dari responden. Pada kuesioner untuk menjaring Nilai Pilihan, responden dianjurkan untuk membiayai penebaran bibit. Nilai Pilihan ini terkait dengan kepentingan mendapatkan hasil saat musim panen. Besarnya nilai pilihan
52
dipengaruhi oleh anggapan bahwa secara sepintas hasil yang ditebarkan akan mereka tangkap lagi. Perhitungan Nilai Pilihan dalam riset ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n
LnWTP 11.97 0.12
1 n
n
n
n
LnE 0.81 LnA 0.1 LnXP 0.12 LnI 1 n
i 1
1 n
i 1
1 n
i 1
i 1
Dugaan besaran terhadap nilai pilihan sumberdaya sungai oleh tiap responden yang didapat dari model sebesar Rp 56.661. Adapun Nilai Pilihan Sungai Siak adalah Rp 96.720.355. Nilai Pilihan dari kegiatan sumberdaya sungai yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan saat musim tangkap denga cara menebar bibit ke dalam sungai akan bertambah seiring dengan meningkatnya pendidikan dan pendapatan. Hal ini pun, tidak lepas dari arahan nilai pilihan dalam kuesioner yang mengusulkan besaran uang yang mampu dikeluarkan oleh responden. Dalam hal ini, penebaran bibit sebagai manfaat pilihan dari upaya untuk mempertahankan aktifitas
pemanfaatan
sumberdaya sungai. Dihasilkannya nilai negatif pada variabel usia dan pengalaman pada model menggambarkan bahwa status sumberdaya Sungai Siak dari tahun ke tahun telah mulai menurun. Sehingga kebanyakan responden yang telah berusia diatas 30 tahun dan berpengalaman kerja diatas 15 tahun memberi nilai yang rendah. Mereka umumnya pesimis dengan upaya penebaran bibit atau pun pembuatan wilayah reservat. Penyebabnya adalah limbah dari perkebunan kelapa sawit yang masuk ke badan sungai merupakan sumber pencemar yang banyak mematikan ikan termasuk induk ikan. Kejadian ini dampak dari kawasan sempadan sungai sebagai wilayah penyangga DAS yang telah beralih fungsi sebagai perkebunan kelapa sawit. Menurut mereka percuma dilakukan penebaran dan pembuatan wilayah reservat jika permasalahan di atas tidak dapat dicarikan jalan keluarnya. Selain dari variabel di luar model tersebut diatas, model yang dihasilkan tersebut pun mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan Nilai Pilihan dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan dan upaya mengembangkan usaha-usaha alternatif
53
untuk peningkatan pendapatan rumah tangga. Sehingga dengan begitu masyarakat setempat tidak hanya bergantung dari kegiatan penangkapan ikan (nelayan) saja. Besaran Nilai Pilihan menurut hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan dan sumberdaya Sungai Siak semakin terdegradasi. Dengan kecilnya nilai pilihan, yang dipengaruhi oleh faktor usia dan pengalaman, solusi penebaran
bibit
dan
pembuatan
wilayah
reservat
sebagai
pilihan
untuk
mempertahankan usaha penangkapan ikan tidak akan signifikan. Yang utama menurut mereka adalah penegakan hukum oleh pemerintah untuk menyelesaikan persoalan pengalihan sempadan sungai agar limbah kelapa sawit tidak mencemari sungai.
4.2.4.2 Nilai Non-manfaat Angka
untuk
Nilai
Bukan
Manfaat
yang
didapat
adalah
sebesar
Rp 320.026.519. Hasil analisis Nilai Bukan Manfaat sangat dipengaruhi oleh bentuk kuesioner dalam menjaring besaran nilai yang diminta dari responden. Adapun kuesioner untuk mendapat Nilai Keberadaan digunakan iuran/biaya untuk berpatroli mengawasi penggunaan metode tangkap tidak ramah lingkungan atau keinginan responden untuk mengunjungi lokasi penelitian (Sungai Siak) jika responden tidak lagi berdomisili dan menjadi pemanfaat (nelayan) di sekitar sungai. Sedangkan pada kuesioner untuk menjaring besaran Nilai Pelestarian/Keberlanjutan sumberdaya diarahkan agar responden memilih bentuk-bentuk pengorbanan yang diharapkan dapat memberi manfaat untuk kepentingan anak cucu di masa mendatang. Bentuknya seperti membayar iuran, mengurangi wilayah pengoperasian penangkapan ikan, dan opsi lainnya yang disesuaikan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat setempat. Umumnya, responden lebih memilih untuk memberi nilai lebih pada nilai pelestarian/keberlangsungan kemudian Nilai Keberadaan sumberdaya sungai. Besarnya Nilai Pelestarian/Keberlangsungan ini mengindikasikan bahwa masyarakat setempat, memiliki harapan yang besar pada sumberdaya sungai agar dapat dimanfaatkan bagi anak–cucu di masa mendatang. Sedangkan pada Nilai Keberadaan sumberdaya sungai dimana tidak ada lokasi reservat, masyarakat belum paham akan arti dan kegunaan wilayah reservat. Bahkan, kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa wilayah reservat maka akan mengurangi wilayah penangkapan ikan yang selama ini dilakoni. Namun, dengan pendekatan berupa pandangan kepada responden untuk berkunjung kembali ke
54
Sungai Siak bila responden tidak lagi berdomisili dan menjadi pemanfaat utama di sekitar sungai dapat menjadi entry point mendapatkan nilai keberadaan Sungai Siak.
A. Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Sungai Siak Hasil survey memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap penilaian dan pemaknaan dari keberadaan sumberdaya sungai. Untuk mengukur nilai keberadaan tersebut digunakan persamaan oleh Yaping, (1999). Sehingga dengan menggunakan persamaan ini, akan dijelaskan katerkaitan karakteristik pemanfaat sumberdaya sungai dengan nilai WTP tersebut. Berdasarkan data tersebut dihasilkan model pendugaan nilai pemanfaatan berdasarkan nilai keberadaan sumberdaya sungai dengan menggunakan pendekatan Yaping, (1999), sebagai berikut :
n
LnWTP 9.39 0.2
1 n
i 1
n
LnE 0.41
1 n
i 1
n
LnA 0.18
1 n
i 1
n
LnXP 0.18
1 n
LnI i 1
Dugaan besaran nilai terhadap keberadaan sumberdaya sungai oleh tiap responden yang didapat dari model adalah Rp 59.244. sedangkan rata-rata pendapatan per tahun responden adalah Rp 17.692.696 dengan lama mengenyam pendidikan ratarata 6 tahun atau setingkat tamatan SD, dan rata-rata pengalaman usaha 19 tahun, sedang rata-rata usia adalah 42 tahun. Adapun nilai keberadaan Sungai Siak adalah Rp 101.129.717. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa nilai keberadaan sumberdaya sungai yang diberikan oleh seorang dari masyarakat setempat (anak belum dewasa, belum bekerja, belum punya pengalaman serta tidak berpendidikan) diduga sebesar Rp 11.988. Preferensi masyarakat di sekitar Sungai Siak terhadap sumberdaya sungai akan meningkat seiring dengan meningkatnya pengalaman dan pendapatan masyarakat dalam mengelola sumberdaya tersebut. Fenomena variabel pendidikan dan usia yang negatif lebih disebabkan rendahnya kualitas pendidikan dan terbatasnya kemampuan responden untuk menempatkan diri sebagai orang yang berada diluar sistem pemanfaatan Sungai Siak. Bahkan responden yang berumur di atas 30 tahun cenderung memberi nilai yang kurang dibanding responden dibawahnya. Responden belum bisa
55
secara parsial melepaskan cara pandang dan sikap yang terkait dengan keberadaan dan pemanfaatan Sungai Siak. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pengalaman dan pendapatan yang mempengaruhi secara positif terhadap pertambahan Nilai keberadaan sumberdaya Sungai Siak bagi masyarakat setempat. Hal in seiring dengan pernyataan di atas bahwa responden sulit berpikir dan bersikap lepas walaupun diarahkan untuk tidak berpikir sebagai stakeholder yang terkait dengan pemanfaatan Sungai Siak, sehingga penilaian untuk Nilai Keberadaan Sungai Siak selalu tersangkut dengan keberadaan responden sebagai pemanfaat (nelayan). Dengan pengalaman dan pendapatan yang didapatkan dari memanfaatkan Sungai Siak, umumnya, responden memberi nilai yang relatif lebih. Berdasarkan ini pula, kesadaran akan arti penting lingkungan selain sebagai penyedia sumber penghidupan, sebenarnya cukup dipahami dari responden yang sudah cukup berpengalaman bekerja sebagai nelayan. Demikian pula, kesediaan untuk menyisihkan sejumlah uang dari pendapatannya untuk lingkungan tetap akan dilakukan oleh masyarakat setempat dengan kesadaran akan keberadaan Sungai Siak.
B. Nilai Pelestarian/Nilai Keberlangsungan Sumberdaya Perairan Sungai Siak Perhitungan Nilai Pelestarian/Keberlangsungan sumberdaya dalam riset ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n
LnWTP 8.99 0.04
1 n
n
n
n
LnE 0.51 LnA 0.34 LnXP 0.004 LnI 1 n
i 1
1 n
i 1
1 n
i 1
i 1
Dugaan besaran terhadap nilai Pelestarian/Keberlangsungan sumberdaya sungai oleh tiap responden yang didapat dari model adalah Rp 128.235. Adapun Nilai Pelestarian/ Keberlangsungan sumberdaya Sungai Siak adalah Rp 218.896.802. Nilai Pelestarian dari kegiatan sumberdaya sungai yang bertujuan mendapatkan indikasi kesediaan masyarakat untuk mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya sungai. Seiring dengan peningkatan lama pendidikan, bertambahnya usia, bertambahnya pengalaman kerja akan berdampak pada besarnya kepedulian masyarakat terhadap pentingnya sumberdaya sungai untuk dilestarikan. Hal ini tidak lepas dari arahan Nilai Pelestarian dalam kuesioner kepada responden untuk mengusulkan besaran uang yang mampu dikeluarkan sebagai upaya pelestarian sumberdaya. Berdasarkan
56
data, umumnya responden memilih untuk membayar iuran sebagai bentuk pengorbanan untuk penebaran bibit, pengawasan dan pembentukan reservat. Tentu saja dengan harapan di kemudian hari anak cucu tetap dapat mendapat manfaat dari sungai tersebut. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor usia lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pelestarian sumberdaya danau. Yakni, setiap penambahan usia 1 tahun akan menambah 0.51 dari nilai WTP (Nilai Pelestarian) sumberdaya sungai. Demikian pula pada faktor pendidikan dan pengalaman, tiap peningkatan lama pendidikan dan bertambahnya lama kerja dan satu tahun akan meningkatkan 0.04 dan 0.34 dari nilai pelestarian sumberdaya sungai. Sedangkan untuk faktor pendapatan, walaupun relatif kecil namun faktor ini namun berdampak negatif terhadap nilai pelestarian sumberdaya sungai sebesar 0.004 dari nilai pelestarian sumberdaya danau. Besarnya nilai Pelestarian/keberlanjutan dibanding nilai-nilai lainnya dalam perhitungan non use value mengindikasikan bahwa masyarakat di sekitar Sungai Siak memiliki ekspektasi yang besar terhadap kelestarian sumberdaya sungai dapat dipertahankan. Dengan keinginan membayar untuk iuran antar sesama pengguna dari sungai yang dialolasikan untuk kelestarian sumberdaya sebaiknya menjadi petimbangan dalam pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat. Dengan target yang jelas dan konsistensi dalam upaya pencapaiannya dapat menjadi modal bagi pengelolaan sumberdaya sungai yang berkelanjutan. Serta memperhatikan kebutuhan yang bersifat kekinian. Dalam model pun diungkap bahwa faktor dominan yang mampu direkayasa dalam program pengembangan masyarakat adalah peningkatan pendidikan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran akan pentingnya sustainability dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya. Data dan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pengalaman responden di Sungai Siak cukup besar dalam menyumbang nilai terhadap kelestarian sumberdaya. Indikasi yang muncul selanjutnya umumnya masyarakat pasrah terhadap kondisi sumberdaya yang terus memburuk. Anggapan bahwa kondisi sungai yang terjadi dapat diperbaiki dengan penegakan hukum yang pro kepada lingkungan seperti sempadan sungai akan sangat membantu. Indikasi degradasi lingkungan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pada nilai keberadaan sumberdaya sungai yang menempati urutan terakhir. Nilai yang didapatkan pada pilihan konversi biaya untuk operasional patroli di lingkungan sungai, ataupun kepedulian dalam bentuk berkunjung ke Sungai Siak serta menyisihkan 57
pendapatan untuk mempertahankan keberadaan Sungai Siak dinilai paling rendah oleh masyarakat setempat. Ini berarti besarnya kebutuhan kekinian dikaitkan dengan kemampuan sumberdaya sungai menyediakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan semakin terdegradasi. Hasil survei terhadap pola pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat setempat, mengindikasikan pemanfaatan sungai yang sebatas faktor produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Umumnya masyarakat cenderung memanfaatkan sumberdaya secara maksimal tanpa memperhatikan keberadaan sumberdaya sungai. Masyarakat yang melakukan usaha perkebunan kelapa sawit dinilai tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan. Sehingga limbah perkebunan banyak yang dialirkan kedalam Sungai Siak yang justru dampak buruk terjadi pada perairan sungai dan nelayan yang mencari ikan di sungai.
4.2.4.3 Total Nilai Ekonomi Hasil dari penjumlahan seluruh nilai ekonomi yang terkandung, menunjukkan total nilai ekonomi sumber daya perairan di Sungai Siak mencapai Rp 416.934.101 per tahun (Tabel 4.17). Secara umum, nilai ekonomi merupakan cerminan dari nilai manfaat sumberdaya bagi masyarakat. Lebih dari 76 % nilai ekonomi sumberdaya perairan Sungai Siak merupakan nilai bukan manfaat baik nilai keberadaan maupun nilai pelestarian sumberdaya. Tabel 4.17 Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan Sungai Siak Jenis Nilai Nilai Manfaat a. Nilai Manfaat Langsung - Perikanan Tangkap b. Nilai Manfaat Tidak Langsung
Nilai (Rp per tahun) 187.227 187.227 n/a
Nilai Pilihan
96.720.355
Nilai Bukan Manfaat - Nilai Keberadaan (Existence Value) - Nilai Pelestarian/ Keberlangsungan Sumberdaya (Bequest Value) Total Nilai Ekonomi Sumber : Data diolah
320.026.519 101.129.717 218.896.802 416.934.101
58
Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai bukan manfaat dari kategori nilai pelestarian sumberdaya dengan nilai sebesar Rp 218.896.802 per tahun. Besarnya nilai bukan manfaat menyatakan bahwa nilai dari harapan masyarakat atas sumberdaya tersebut lebih tinggi dibanding dengan nilai manfaat langsungnya. Hal ini disebabkan karena secara bio-ekologis kondisi perairan Sungai Siak sudah sangat tercemar. Sungai Siak tidak mampu lagi memberikan sumber kehidupan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
4.3. Perspektif Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perairan Umum Daratan Total nilai ekonomi sumberdaya perairan umum daratan sangatlah bergantung terhadap kondisi sumberdayanya. Kondisi sumberdaya yang relatif masih baik akan memberikan besaran nilai yang lebih besar dibanding sumberdaya yang relatif telah rusak. Hal ini bisa terlihat terutama dari besaran nilai manfaat sumberdaya perairan, baik langsung maupun tidak langsung. Besaran nilai manfaat sumberdaya perairan memberikan gambaran potensi aktual pemanfaatan sumberdaya tersebut. Nilai manfaat sumberdaya perairan Waduk Djuanda, Jatiluhur sebesar Rp 4.277.894.877.232 per tahun. Sementara nilai manfaat sumberdaya perairan Sungai Siak hanya sebesar Rp 187.227 per tahun. Jika dilihat dari kondisi bio ekologis perairannya saat ini, maka kondisi perairan Sungai Siak berada dalam status tercemar berat dibanding perairan Waduk Djuanda. Hal berbeda terlihat pada nilai bukan manfaat yang merupakan cerminan nilai ekspektasi dari responden terhadap sumberdaya tersebut. Nilai bukan manfaat sumberdaya pada perairan Sungai Siak sebesar Rp 320.026.519 per tahun, lebih besar dibanding nilai bukan manfaat sumberdaya perairan Waduk Djuanda yang sebesar Rp 148.508.158 per tahun. Jika dilihat persentasenya maka nampak nilai bukan manfaat di perairan Sungai Siak lebih besar dibanding perairan Waduk Djuanda, yaitu 76,76 % dengan 0,003 %. Sumberdaya Sungai Siak telah berada dalam kondisi tercemar berat, sehingga aktifitas perikanan telah jauh sangat berkurang. Namun demikian, banyak masyarakat yang bergantung terhadap kegiatan perikanan. Sehingga nilai ekspektasi besar tersebut memberikan cerminan tingkat harapan masyarakat nelayan yang tinggi terhadap pulihnya kembali sumberdaya perairan tersebut. Sumberdaya perairan umum daratan biasanya memiliki kompleksitas pemanfaatan antar sektor yang tinggi. Seringkali satu jenis pemanfaatan dengan pemanfaatan lainnya memiliki karakteristik yang bertolak belakang. Dengan demikian, 59
pengelolaan sumberdaya perairan secara terpadu dan terencana menjadi sebuah kebutuhan yang mutlak dan mendesak. Pengelolaan sumberdaya perairan tidak bisa dilakukan secara parsial dan terkotak-kotak menurut jenis kegiatan pemanfaatannya semata. Eksternalitas yang ditimbulkan satu kegiatan pemanfaatan akan langsung berdampak terhadap kegiatan pemanfaatan lainnya. Contoh kasus seperti halnya hubungan antara kegiatan perkebunan sawit dengan kegiatan perikanan di perairan Sungai Siak. Perkebunan sawit menggunakan perairan Sungai Siak sebagai pengairan dan juga mengalirkan limbah olahan (baik sengaja maupun tidak sengaja). Hasil pembuangan limbah olahan tersebut dengan cepat mencemari perairan, dengan ditandai terjadinya kematian ikan massal di perairan. Selain itu, penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara intensif oleh perkebunan juga memberikan eksternalitas terhadap tingkat kesuburan perairan itu sendiri melalui proses eutrofikasi perairan. Besaran total nilai ekonomi yang diperoleh sebenarnya juga bisa digunakan untuk memberikan penilaian atas besaran kompensasi yang harus diberikan ketika terjadi kasus pencemaran sumberdaya. Kompensasi tersebut bisa dilakukan untuk biaya restorasi sumberdaya dan juga kompensasi langsung terhadap masyarakat yang terkena dampak dari sumberdaya yang tercemar tersebut. Pemberian kompensasi juga bisa dilakukan terhadap instansi pemerintahan daerah atau lembaga yang berwenang dalam pengelolaan sumberdaya. Hal ini disebabkan karena suatu sumberdaya perairan bisa terletak di beberapa kewenangan wilayah administrasi. Sebagai contoh, kasus sumberdaya sungai bisa terdiri dari lebih dari dua wilayah kewenangan administratif (baik propinsi maupun kabupaten) antara daerah bagian hulu, tengah dan hilir. Seharusnya bagian hulu sungai haruslah dijaga dari segala bentuk kegiatan pemanfaatan yang dapat merusak sistem dan kondisi keseluruhan perairan. Umumnya daerah bagian tengah dan hilir sungai lebih intensif dalam pemanfaatan perairan tersebut. Namun demikian, bagian tengah dan hilir sungai harus memberikan kompensasi kepada bagian hulu atas upaya menjaga kelestarian sumberdaya. Dasar pemikirannya bahwa suatu sumberdaya haruslah dipandang sebagai sebuah keutuhan ekosistem dan tidak terpisahkan oleh batasan administrasi. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sumberdaya perairan haruslah dipandang sebagai sebuah kesatuan ekosistem dan tidak dibatasi oleh wilayah administratif, maka dirasakan perlu disusun dan dibentuk sebuah institusi otorita pengelolaan sumberdaya tersendiri. Mandat otorita pengelolaan sumberdaya haruslah meliputi seluruh siklus perencanaan program, implementasi program, hingga monitoring dan evaluasi program 60
dengan tugas pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas terhadap pelanggaran atas pemanfaatan sumberdaya. Hal ini bisa dilakukan dengan syarat bahwa sumberdaya alam, baik sumberdaya perikanan dan kelautan, ataupun sumberdaya alam lainnya, haruslah dipandang sebagai sebuah aset ekonomi negara. Sehingga perusakan terhadap sumberdaya alam dapat dipandang sebagai sebuah ancaman yang sangat serius terhadap stabilitas sosial dan ekonomi negara. Pada kenyataannya, sumberdaya alam yang rusak dan tidak lagi dapat dimanfaatkan akan memberikan dampak sosial ekonomi yang luas. Ancaman yang paling cepat terlihat adalah bertambahnya jumlah pengangguran dan tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar sumberdaya tersebut semakin menurun. Selain itu, kerusakan pada ekosistem suatu sumberdaya perairan dapat menyebabkan ekses tambahan seperti terjadinya bencana alam (banjir, erosi) dan pada akhirnya akan menambah beban anggaran negara dalam penanggulangannya.
61
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
5.1 Kesimpulan Karakteristik bio-ekologis perairan waduk Ir. H. Djuanda termasuk habitat danau buatan yang sumber air-nya berasal dari DAS Citarum yaitu, daerah pengaliran waduk Saguling dan Cirata. Waduk ini memiliki status trofik mesotrofik sampai dengan eutrofik . Waduk tersebut mempunyai luas 8.300 Ha mencapai ± 3 Milyar m3 dan duga muka air maksimum mencapai ± 107 meter dpl. Sumberdaya ikan di perairan waduk beragam dan termasuk dalam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komposisi ikan di perairan Waduk Ir. H. Djuanda setelah adanya KJA terdiri dari ikan nila, bandeng, betutu, goldsom, selebra, oskar, dan ikan kaca. Sementara karakteristik bio-ekologis perairan sungai Siak terdiri dari tiga anak sungai utama yaitu Sungai Tapung Kiri, Tapung Kanan dan keduanya bermuara menjadi up stream Sungai Siak dan anak sungai utama lainnya adalah Sungai Mandau. Sungai ini memiliki panjang 287,5 km dengan lebar rata-rata 90 m dan kedalaman mencapai 16,5 m dengan debit air sungai berkisar antara 5,32 – 209,4 m3/dt. Vegetasi di Sungai tersebut terdiri dari tumbuhan lokal seperti pandan dan rengas. Kelimpahan mikro algae planktonik berkisar 13.896 sel/liter – 71.024 sel/liter. Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang tinggal dan bekerja di sekitar Waduk Ir. H. Djuanda meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, dan pendapatan pertahun. Usia penduduk yang bekerja disekitar perairan waduk termasuk dalam usia produktif (21- 30 tahun), tingkat pendidikan rendah (tamat Sekolah Dasar), pengalaman usaha berkisar 1-5 tahun, dan pendapatan rata-rata pertahun sebesar Rp 6.236.148 sebagai nelayan dan Rp 86.932.129 sebagai pembudidaya. Sementara karakteristik sosial ekonomi penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Siak dan bekerja sebagai nelayan adalah usia tidak produktif (31-40 tahun) dengan tingkat pendidikan rendah (tamat SD), pengalaman usaha berkisar 11-20 tahun, sedangkan pendapatan rata-rata pertahun sebagai nelayan sebesar Rp 8.600.748. Pola pemanfaatan sumberdaya perairan waduk mengikuti pola perubahan
tinggi muka air oleh badan otorita dan curah hujan. Mata 62
pencaharian berikut aktifitas ekonomi penduduk sekitar waduk pada umumnya terkait dengan sumber daya waduk saat ini dimanfaatkan untuk sektor perikanan (penangkapan ikan dan
budidaya ikan menggunakan keramba
jaring apung/KJA), pertanian, transportasi, pariwisata, Pembangkit Listrik Tenaga Air, dan penyedia air minum untuk warga Jakarta. Untuk kegiatan penangkapan ikan, pada saat air muka tinggi, nelayan menggunakan alat tangkap berukuran kecil (mata jaring ± 1,5 inci) sedangkan pada saat air muka rendah (air mengumpul di tengah), nelayan menangkap ikan menggunakan alat tangkap berukuran besar (mata jaring ± 3 inci). Sedangkan untuk kegiatan budidaya, pada saat muka air tinggi adalah kondisi optimum operasional (seluruh petak diisi ikan), ketika muka air rendah, pembudidaya ikan hanya mengisi sebagian kecil petak yang dimilikinya. Kegiatan transportasi dan pariwisata air dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk memudahkan perjalanan dari satu tempat ketempat lainnya (usaha antar jemput), untuk usaha penyewaan pemancingan, serta untuk olahraga air. Sementara itu, kegiatan pertanian disekitar perairan waduk tidak tergantung pada air waduk tersebut. Kegiatan pertanian yang dilakukan di sekitar waduk bersifat musiman mengikuti ketinggian muka air perairan. Pertanian dilakukan saat keadaan air surut dengan memanfaatkan bagian-bagian waduk yang sebelumnya terendam. Umumnya masa tanam hanya selama dua hingga tiga bulan dalam setahun. Untuk kegiatan PLTA, waduk Ir. H. Djuanda mampu menghasilkan tenaga listrik dengan kapasitas 187,5 MW (setelah uprating) dan dapat berproduksi ± 1.000 juta kwh per tahun. Sementara pola pemanfaatan sumberdaya disekitar Sungai Siak oleh penduduk dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan dan transportasi. Kegiatan perikanan tangkap umumnya lebih mengarah ke perairan di bagian hulu sungai. Hal ini disebabkan bagian tengah badan sungai sudah semakin sedikit sumberdaya ikan diakibatkan tingkat pencemaran yang tinggi dari limbah pengolahan sawit. Sementara bagian hilir sungai juga sulit dilakukan kegiatan perikanan tangkap karena intensifnya laju transportasi kapal-kapal barang dan penumpang. Hasil dari rekapitulasi nilai ekonomi sumberdaya perairan waduk Ir. H. Djuanda Kabupaten Purwakarta menunjukkan total nilai ekonomi mencapai Rp 4.278.111.919.386 per tahun. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai 63
manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 4.271.214.877.232 per tahun. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Pada sisi lain kita juga melihat bahwa, nilai keberadaan merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 47.746.426 per tahun, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa nilai keberadaan dipandang paling rendah secara ekonomi. Sementara hasil rekapitulasi nilai ekonomi sumber daya perairan sungai Siak Propinsi Riau mencapai mencapai Rp 416.934.101 per tahun. Lebih dari 76 % nilai ekonomi sumber daya perairan Sungai Siak merupakan nilai bukan manfaat baik nilai keberadaan maupun nilai pelestarian sumberdaya. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai bukan manfaat dari kategori nilai pelestarian sumberdaya dengan nilai sebesar Rp 218.896.802 per tahun. Besarnya nilai bukan manfaat menyatakan bahwa nilai dari harapan masyarakat atas sumberdaya tersebut lebih tinggi dibanding dengan nilai manfaat langsungnya. Hal ini disebabkan karena secara bio-ekologis kondisi perairan Sungai Siak sudah sangat tercemar. Sungai Siak tidak mampu lagi memberikan sumber kehidupan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
5.2 Implikasi Kebijakan Berdasarkan hasil riset ini, maka implikasi kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perairan umum daratan adalah sebagai berikut : a. Memasukkan perhitungan valuasi ekonomi sumberdaya ke dalam perangkat faktor input perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya perairan umum daratan pada level pemerintahan daerah (propinsi dan kabupaten) dan memonitor dinamika perubahan nilai-nilai ekonomi sumberdaya tersebut. Perubahan atau dinamika nilai ekonomi sumberdaya dapat diindikasikan terjadinya perubahan kondisi sumberdaya perairan tersebut. Sehingga dengan cepat pemerintah daerah yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah memperbaiki sumberdaya perairan tersebut. b. Sumberdaya perairan umum daratan, harus dipandang sebagai sebuah kesatuan ekosistem. Sehingga pengelolaan sumberdaya perairan ini tidak dapat dilakukan secara parsial berdasarkan masing-masing jenis kegiatan 64
pemanfaatan saja. Hal ini disebabkan karena eksternalitas yang diakibatkan oleh satu kegiatan pemanfaatan akan berdampak langsung terhadap kegiatan pemanfaatan lainnya pada badan perairan dari sumberdaya yang sama. c. Biaya pemulihan lingkungan, seharusnya ditanggung secara bersama oleh setiap pemanfaat sumberdaya dan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah. Besaran total nilai ekonomi sumberdaya, terutama nilai manfaat juga bisa digunakan sebagai dasar dalam penentuan besaran kompensasi yang harus dikeluarkan oleh setiap pemanfaat sumberdaya secara proporsional untuk biaya pemulihan lingkungan tersebut. d. Sifat sumberdaya perairan yang seharusnya dipandang sebagai sebuah kesatuan ekosistem, mengharuskan dibentuknya sebuah institusi atau badan otorita yang berwenang penuh terhadap pengelolaan sumberdaya perairan tersebut. Badan otorita ini mengatur dan mengelola sumberdaya secara utuh, tidak hanya parsial berdasarkan satu atau beberapa jenis kegiatan pemanfaatan saja. Badan otorita ini tidak hanya bersifat memberikan rekomendasi kebijakan, namun harus memiliki kewenangan penuh dalam perencanaan, implementasi, pengawasan dan proses pemberian sanksi menurut tata perundang-undangan yang berlaku.
5.3 Perkiraan Dampak Perkiraan dampak dari hasil riset ini adalah : 1. Sumberdaya alam kelautan dan perikanan dan khususnya sumberdaya perairan umum daratan, dipandang sebagai sebuah kesatuan ekosistem dan aset negara. Perubahan pandangan ini akan memberikan warna baru di dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya. Perusakan atau kerusakan atas sumberdaya tidak hanya mengancam hilangnya nilai potensi ekonomi dari sumberdaya tersebut yang tergambar dari besaran total nilai ekonominya. Selain itu, perusakan atau kerusakan atas sumberdaya juga dapat dianggap sebagai sebuah ancaman dari kestabilan sosial ekonomi masyarakat di sekitar sumberdaya tersebut, karena mengurangnya tingkat kesejahteraan dan semakin bertambahnya tingkat pengangguran. 2. Biaya perbaikan lingkungan dimasukkan ke dalam kebijakan pengelolaan sumberdaya dan ditanggung secara bersama dan proporsional oleh seluruh 65
pemanfaat yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Biaya perbaikan lingkungan sebagai bentuk sebuah tanggung jawab bersama terhadap kelestarian sumberdaya. Total nilai ekonomi dari sumberdaya dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan besaran kompensasi yang harus dibayarkan sebagai biaya perbaikan dan kelestarian sumberdaya.
Pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya perairan umum daratan yang tidak memperhatikan nilai ekonomi secara total akan menyebabkan suatu kondisi yang timpang dan berakibat pada gagalnya upaya keberlanjutan pembangunan berbasis sumber daya pada tipologi tersebut.
Hasil riset valuasi ekonomi yang
diperoleh pada tipologi sumber daya tersebut di atas memberikan informasi dasar bagi penyusunan neraca sumber daya alam dan lingkungan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No 7/2005.
Selanjutnya,
informasi nilai ekonomi tersebut dapat dijadi kan basis bagi kebijakan pengelolaan lingkungan, antara lain dalam rangka melakukan perhitungan perkiraan ganti kerugian atas kasus kerusakan lingkungan sumber daya alam tipologi tertentu dan penghitungan deplesi SDA dan degradasi lingkungan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah sesuai dengan amanat UU No 32/2004.
5.4. Keterbatasan Riset
Keterbatasan hasil riset yang dapat dikemukakan disini adalah berkaitan dengan implementasi kegiatan riset di lapang, dimana pada saat dilakukan pengambilan data di lapang, lokasi terpilih mengalami bencana banjir. Disamping itu, identifikasi dan karakterisasi bentuk pemanfaatan sumber daya yang dapat dilakukan selama kegiatan riset masih sangat terbatas, mengingat kendala dan permasalahan yang di hadapi di lapang; hal ini berakibat pada hasil analisis valuasi ekonomi yanbg dapat diungkapkan dalam kegiatan riset ini.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumber daya Pesisir dan Laut. PKS-IPB. Bogor. Adrianto, L. 2007. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Valuasi Ekonomi Sumber daya Pesisir dan Lautan : Contingent Valuation Method. Modul Training : Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Valuasi Ekonomi Sumber daya Pesisir dan Laut. PKSPL-IPB. Bogor. Afrizal, W. 2005. Tingkat Kesuburan Perairan Di Tinjau Dari Konsentrasi Nitrat dan Fosfat di Perairan Sungai Siak Propinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. Badan Pusat Statistik1, 2007. Kabupaten Purwakarta dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta. Badan Pusat Statistik2, 2007. Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) Kabupaten Purwakarta Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta. Badan Pusat Statistik3, 2006. Kabupaten Kampar Dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik Kabuapaten Kampar. Kampar. Béné, C and Neiland, A.J. 2003. Valuing Africa’s Inland Fisheries: overview of Current Methodologies with an Emphasis on Livelihood Analysis. NAGA. WorldFish Center Quarterly Vol 26 No 3. Jul-Sept 2003. Departemen Kelautan dan Perikanan dan Australian Centre For International Agricultural Research (ACIAR), 2007. Panduan Teknis Pengelolaan Perikanan Secara Bersama Pada Perairan Waduk di Indonesia. DKP-ACIAR. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan dalam Angka. 2006. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2006/2007. BPS. Available at : http://digilib.ampl.or.id/file/pdf/AO080-01.pdf . (Online on : 27 November 2008) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. 2004. Statistik Peternakan dan Perikanan Tahun 2004. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. Purwakarta. -----------------. 2005. Statistik Peternakan dan Perikanan Tahun 2005. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. Purwakarta. -----------------. 2006. Statistik Peternakan dan Perikanan Tahun 2005. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. Purwakarta. -----------------. 2007. Statistik Peternakan dan Perikanan Tahun 2005. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. Purwakarta.
67
Dosi, C. 2000. Environtmental Values, Valuation Methods, and Natural Disaster Damage Assessment. Santiago de Chile. Ermayani. 2004. Kerapatan Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms.) Akibat Kualitas Perairan Di Sekitar Sungai Siak Ruas Kota Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Pekanbaru. Fahruddin, A. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Lahan Pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lembaga Penelitian IPB. Bogor. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Grigalunas, T.A and R. Congar, 1995. Environmental economics for Integrated Coastal Area Management: Valuluation Methods and Policy Instruments. UNEP Regional Seas Reports and Studies No. 164. UNEP. Hanley, N., and C. L. Spash, 1993. Cost-Benefit Analysis and The Invironment. Hants : Edward Elgar Publishing. Kartasasmita, G. 1996. Visi Pembangunan Pulau Jawa Pada Abad Ke-21. Konvensi Nasional Masa Depan Pulau Jawa Ke-21. Jakarta. (Online). Available at: http://www.ginandjar.com/public/08VisiPulauJawa.pdf. (Verified : 7 Januari 2009). Kusuma, D Indah. 2005. Economic Valuation Of Natural Resource Management: A Case Study Of The Benuaq Dayak Tribe In Kalimantan, Indonesia (Dissertation). Bogor Institut of Agriculture. Bogor Muliawan, I dan Ramadhan, A. 2006. Hubungan Karakteristik Pemanfaat Ekosistem Mangrove terhadap Keberadaan Sumberdaya Mangrove. Majalah Ilmiah Globe. Vol 8 No. 2 Desember. ISSN. 1411-0512. Pusat Survey Sumberdaya Alam laut-Bakosurtanal. Nilwan, I. Nahib, Y. Suwarno, M.I Cornelia. 2003. Spesifikasi Teknis Penyusunan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumber daya Alam Pesisir Dan Lautan. Pusat Survei Sumber daya Alam Laut Baksurtanal. Bogor Nontji, A. 1986. Rencana Pengembangan Puslitbang Limnologi. LIPI pada Prosiding Expose Limnologi dan Pembangunan. Bogor. Notohadiprawiro, T., S. Soekodarmodjo, S. Wisnubroto, E. Sukana, and M. Dradjad. 2006. Pelaksanaan Irigasi Sebagai Salah Satu Unsur Hidromeliorasi Lahan. Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. (Online). Available at : http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1983%20pela.pdf. (Verified : 7 Januari 2008). Pane, J. 2003. Jenis dan Kelimpahan Mikro Algae Planktonik di Tempat Pembuangan Limbah Pabrik Karet (Sungai Songsang, Sungai Siak dan Sungai Sail). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru.
68
Pearce, D. and R.K. Turner, 1990. Economics of Natural Resources and The Environment. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. Prihadi, TH., 2004. Upaya Perbaikan Lingkungan Untuk Menunjang Kesinambungan Budidaya Ikan dalam KJA. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pemecahan Masalah Budidaya Ikan dalam KJA di perairan Waduk. Bogor, 20 Juli 2004. Purnamaningtyas, S.E dan Didik Wahju Hendro Tjahjo. 2008. Kebiasaan Makan Ikan di Waduk Ir. H. Djuanda Purwakarta Jawa Barat. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber daya Ikan I. Purwakarta, 17 November 2007. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. Rahmawaty, S. 2002. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Optimal dan Terpadu. USU Digital Lybrary. Ress, J, 1990. Natural Resource: Allocation, Economics and Policy, 2nd Ed. Routledge. London. Sudjana, T, 2004. Kebijakan Perum Jasa Tirta II dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Waduk Ir. H. Djuanda untuk Perikanan Budidaya. Makalah Lokakarya Pemecahan Masalah Budidaya Ikan dalam KJA di Perairan Waduk. Bogor, 20 Juli 2004. Perum Jasa Tirta II Jatiluhur. Jawa Barat. Suparmoko, M dan Maria R. Suparmoko, 2000. Ekonomika Lingkungan, Edisi I. BPFE. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Availabel at : http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2004/07-04.pdf . (Online on: 27 November 2008) Yaping, D. 1999. The Value of Improved Water Quality for Recreation in East Lake, Wuhan China. EEPSEA, Singapore. http://www.pusair-pu.go.id/artikel/kesatu.pdf. 2008. Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia. Pusat Litbang Sumber Daya Air. http://library.thinkquest.org/04oct/01590/intro/freshwater.html. Ecosystems.
2005.
Freshwater
69
Lampiran 1. Lokasi Penelitian di Waduk Djuanda, Jatiluhur, Jawa Barat
71
Lampiran 2. Lokasi Penelitian di Sungai Siak, Pekanbaru, Propinsi Riau
72
Lampiran 3. Data Dasar Olahan Nelayan Waduk Djuanda-Jatiluhur
Resp
Produksi (Y)
Harga (X1)
Umur (X2)
3 1 1 1 3 2 8 4 4 4 1 6 4 8 2 4 3 2 2 3 4 3 1 4 1 3 4 5 9 2 5 1 7
7,962,500 2,470,000 9,204,000 4,290,000 2,392,000 6,682,000 5,994,000 6,458,556 7,346,556 5,383,500 5,112,167 4,300,000 9,055,063 5,588,000 5,550,000 5,661,000 9,714,556 5,292,000 5,504,000 6,580,000 1,638,750 3,517,500 4,352,500 2,780,000 3,160,000 3,384,000 12,922,000 11,384,750 5,612,000 15,683,000 7,022,000 5,974,583 6,541,167
pengalaman usaha (X6) 5 10 2 5 10 7 3 8 10 8 1.5 10 15 3 38 4 8 2 2 4 5 4 2 10 2 7 10 5 30 1 20 10 3
6 3 1.80679735 1.24842457
6,197,338 15.63963036
8 2.08133369
Pendidikan (X3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
5145 780 9360 1820 2080 3432 3552 3108 3404 3996 2467 1032 2368 2376 2220 2467 4440 1728 5280 7200 1980 1620 2160 2880 1440 2592 3432 7176 2016 7776 2016 2600 2340
2,000 4,000 2,000 4,000 4,000 4,273 2,917 4,381 4,522 3,704 4,500 4,500 4,000 5,000 4,000 5,000 4,000 4,000 2,000 2,000 3,091 5,000 4,000 4,000 5,000 4,000 4,182 2,261 4,571 2,519 4,714 5,000 5,000
26 20 18 23 28 32 40 35 35 36 23 60 45 55 48 30 31 35 26 32 40 33 22 40 18 30 35 38 55 28 43 25 36
rata2 ln rata2
3281
3,883 8.26432133
34 3.5254689
6 9 6 9 6 9 3 6 9 6 9 6 6 4 6 4 6 6 6 6 6 4 9 5 6 9 6 6 1 3 6 6 6
Jumlah keluarga (X4)
Pendapatan (X5)
73
Lampiran 4. Data Olahan Nelayan Waduk Djuanda-Jatiluhur (1) Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Ln (Y) 8.545780648 6.65929392 9.144200569 7.50659178 7.640123173 8.140898461 8.175266104 8.041734711 8.13270649 8.29304914 7.810622991 6.939253946 7.769800996 7.77317368 7.705262475 7.810622991 8.398409655 7.454719949 8.571681377 8.881836305 7.590852124 7.390181428 7.677863501 7.965545573 7.272398393 7.860185057 8.140898461 8.878497404 7.608870629 8.958797346 7.608870629 7.863266724 7.757906208
Ln (X1) 7.60090246 8.29404964 7.60090246 8.29404964 8.29404964 8.360007608 7.978196691 8.385021418 8.416651962 8.217088599 8.411832676 8.411832676 8.29404964 8.517193191 8.29404964 8.517193191 8.29404964 8.29404964 7.60090246 7.60090246 8.036220531 8.517193191 8.29404964 8.29404964 8.517193191 8.29404964 8.338501403 7.723504782 8.427581033 7.831426118 8.458352691 8.517193191 8.517193191
Ln (X2) 3.258096538 2.995732274 2.890371758 3.135494216 3.33220451 3.465735903 3.688879454 3.555348061 3.555348061 3.583518938 3.135494216 4.094344562 3.80666249 4.007333185 3.871201011 3.401197382 3.433987204 3.555348061 3.258096538 3.465735903 3.688879454 3.496507561 3.091042453 3.688879454 2.890371758 3.401197382 3.555348061 3.63758616 4.007333185 3.33220451 3.761200116 3.218875825 3.583518938
Ln (X3) 1.79175947 2.19722458 1.79175947 2.19722458 1.79175947 2.19722458 1.09861229 1.79175947 2.19722458 1.79175947 2.19722458 1.79175947 1.79175947 1.38629436 1.79175947 1.38629436 1.79175947 1.79175947 1.79175947 1.79175947 1.79175947 1.38629436 2.19722458 1.60943791 1.79175947 2.19722458 1.79175947 1.79175947 0 1.09861229 1.79175947 1.79175947 1.79175947
Ln (X4) 1.0986123 0 0 0 1.0986123 0.6931472 2.0794415 1.3862944 1.3862944 1.3862944 0 1.7917595 1.3862944 2.0794415 0.6931472 1.3862944 1.0986123 0.6931472 0.6931472 1.0986123 1.3862944 1.0986123 0 1.3862944 0 1.0986123 1.3862944 1.6094379 2.1972246 0.6931472 1.6094379 0 1.9459101
Ln (X5) 15.890254 14.719729 16.035149 15.271797 14.68764 15.714928 15.60627 15.680916 15.809742 15.498849 15.447134 15.274126 16.018835 15.536132 15.529308 15.549111 16.089136 15.481707 15.520986 15.699545 14.309444 15.073261 15.286261 14.837961 14.966083 15.034569 16.374442 16.247785 15.540418 16.568088 15.764559 15.603025 15.693626
Ln (X6) 1.609437912 2.302585093 0.693147181 1.609437912 2.302585093 1.945910149 1.098612289 2.079441542 2.302585093 2.079441542 0.405465108 2.302585093 2.708050201 1.098612289 3.63758616 1.386294361 2.079441542 0.693147181 0.693147181 1.386294361 1.609437912 1.386294361 0.693147181 2.302585093 0.693147181 1.945910149 2.302585093 1.609437912 3.401197382 0 2.995732274 2.302585093 1.098612289
74
Lampiran 5. Data Olahan Nelayan Waduk Djuanda-Jatiluhur (2) SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.882770146 R Square 0.77928313 Adjusted R Square 0.728348468 Standard Error 0.292007622 Observations 33 ANOVA df Regression Residual Total
SS 6 7.827471043 26 2.216979736 32 10.04445078
Intercept Ln (X1) Ln (X2) Ln (X3) Ln (X4) Ln (X5) Ln (X6)
Coefficients 9.033859543 -1.019042878 -0.442173077 0.024044244 0.211255999 0.554202721 -0.024081855
b0 b1 b2 b3 b4 b5 b6
9.033859543 -1.019042878 -0.442173077 0.024044244 0.211255999 0.554202721 -0.024081855
MS F 1.304578507 15.2996623 0.085268451
Significance F 1.95878E-07
Standard Error t Stat P-value 2.740917531 3.295925339 0.00283736 0.193070355 -5.278090885 1.6155E-05 0.354796683 -1.246271735 0.22377722 0.14463837 0.166236965 0.86925647 0.151589348 1.393607148 0.17523549 0.111736528 4.959906395 3.7355E-05 0.074616973 -0.32273964 0.74947356
Lower 95% Upper 95% 3.399822924 14.667896 -1.415904672 -0.6221811 -1.171468096 0.2871219 -0.273264182 0.3213527 -0.100340365 0.5228524 0.324525 0.7838804 -0.177459239 0.1292955
lnQ 3.525468862 1.806797347 1.248424567 15.63963036 2.08133369
16.3995757 +
Q CS= CS= CS=
Lower 95.0% 3.399822924 -1.415904672 -1.171468096 -0.273264182 -0.100340365 0.324525 -0.177459239
Upper 95.0% 14.66789616 -0.62218108 0.287121942 0.321352669 0.522852364 0.783880441 0.129295528
-1.019042878 ln X1
13,250,895.65 U
607176891.8 586,257,976
PQ 20,918,916.09
75
Lampiran 6. Perhitungan Consumer Surplus Nelayan Waduk Djuanda Jatiluhur
b0:=13250895.65; b1:=-1.019042878; a:=3281; b0 := 1.325089565 107
b1 := -1.019042878 a := 3281
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) :=
9.753301989 106 Q 0.9813129767
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi total kesediaan membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); U := 6.071768918 108
76
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 3458.192235
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 1.134632872 107
Menghitung surplus konsumen CS:=U-PQ; CS := 5.958305631 108
nilai:=595830563.1*907; nilai := 5.404183207 1011
77
Lampiran 7. Data Dasar Olahan Budidaya KJA Waduk Djuanda-Jatiluhur Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Rata2
Produksi (Y) 144,000 224,400 57,600 52,800 200,000 844,800 57,600 86,400 176,000 404,800 480,000 480,000 432,000 120,000 300,000 96,000 66,000 1,155,000 192,000 123,200 168,000 140,800 492,800 123,200 849,600 660,000 158,400 288,000 2,160,000 464,000 115,200 171,600 105,600 234,000 662,400 224,000 88,000 345,897
Harga (X1) 9,500 9,400 9,500 9,500 9,500 6,167 9,150 9,350 9,050 9,100 9,000 8,800 9,150 9,100 9,200 9,050 9,250 8,767 9,350 8,767 8,567 9,300 9,200 9,200 8,500 9,100 9,250 8,650 11,167 9,200 9,000 9,300 9,150 8,533 8,500 8,900 9,150
Umur Pendidikan keluarga (X2) (X3) (X4) 18 6 1 44 6 9 32 12 1 32 6 3 50 1 3 30 9 3 20 6 1 25 9 2 26 9 3 22 9 1 24 9 1 51 12 6 25 12 3 20 9 1 19 12 1 56 6 1 53 6 5 26 9 1 26 6 2 31 9 1 45 12 2 50 6 3 40 6 4 24 6 1 25 12 4 22 6 2 25 9 2 22 9 1 26 12 1 19 9 2 33 9 1 22 12 1 32 12 1 25 12 1 23 9 1 37 6 2 19 12 1 30 9 2
Pendapatan (X5) 68,800,000 86,760,000 44,500,000 29,520,000 111,120,000 194,202,000 14,732,000 58,920,000 18,200,000 229,950,000 232,500,000 23,870,000 60,420,000 28,700,000 128,420,000 19,852,000 64,581,000 389,672,000 96,010,000 41,023,000 90,680,000 40,720,000 47,600,000 16,320,000 94,020,000 59,424,000 65,525,000 98,100,000 107,625,000 101,200,000 31,930,000 89,210,000 124,880,000 31,550,000 11,400,000 60,790,000 59,002,000 83,019,676
Pengalaman (X6) 3 5 7 2 2 10 2 2 7 7 10 11 3 3 3 2 1 2 15 3 34 45 2 3 5 1 4 1.5 3 7 3 3 4 2 3 7 4 6
78
Lampiran 8. Data Olahan Budidaya KJA Waduk Djuanda-Jatiluhur (1) Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Ln (Y) 11.87756858 12.32118545 10.96127785 10.87426647 12.20607265 13.64685519 10.96127785 11.36674295 12.07823927 12.9111484 13.08154138 13.08154138 12.97618087 11.69524702 12.61153775 11.47210347 11.09741002 13.9596109 12.16525065 11.72156433 12.03171926 11.85509572 13.10785869 11.72156433 13.65252093 13.39999511 11.97287876 12.57071576 14.58561878 13.04763983 11.65442503 12.05292147 11.56741365 12.36307639 13.40362488 12.31940133 11.38509209
Ln (X1) 9.159047078 9.148464968 9.159047078 9.159047078 9.159047078 8.726913722 9.121509158 9.143131622 9.110520037 9.116029693 9.104979856 9.082507 9.121509158 9.116029693 9.126958763 9.110520037 9.132378831 9.078711929 9.143131622 9.078711929 9.055633982 9.137769679 9.126958763 9.126958763 9.047821442 9.116029693 9.132378831 9.0653146 9.320688429 9.126958763 9.104979856 9.137769679 9.121509158 9.051735342 9.047821442 9.093806556 9.121509158
Ln (X2) 2.890371758 3.784189634 3.465735903 3.465735903 3.912023005 3.401197382 2.995732274 3.218875825 3.258096538 3.091042453 3.17805383 3.931825633 3.218875825 2.995732274 2.944438979 4.025351691 3.970291914 3.258096538 3.258096538 3.433987204 3.80666249 3.912023005 3.688879454 3.17805383 3.218875825 3.091042453 3.218875825 3.091042453 3.258096538 2.944438979 3.496507561 3.091042453 3.465735903 3.218875825 3.135494216 3.610917913 2.944438979
Ln (X3) 1.7917595 1.7917595 2.4849066 1.7917595 0 2.1972246 1.7917595 2.1972246 2.1972246 2.1972246 2.1972246 2.4849066 2.4849066 2.1972246 2.4849066 1.7917595 1.7917595 2.1972246 1.7917595 2.1972246 2.4849066 1.7917595 1.7917595 1.7917595 2.4849066 1.7917595 2.1972246 2.1972246 2.4849066 2.1972246 2.1972246 2.4849066 2.4849066 2.4849066 2.1972246 1.7917595 2.4849066
Ln (X4) 0 2.197225 0 1.098612 1.098612 1.098612 0 0.693147 1.098612 0 0 1.791759 1.098612 0 0 0 1.609438 0 0.693147 0 0.693147 1.098612 1.386294 0 1.386294 0.693147 0.693147 0 0 0.693147 0 0 0 0 0 0.693147 0
Ln (X5)
Ln (X6)
18.046714 18.278656 17.611 17.200579 18.526121 19.084409 16.505533 17.891691 16.716932 19.253372 19.264401 16.988133 17.916831 17.172408 18.670817 16.803815 17.983431 19.780816 18.379963 17.529643 18.322847 17.52223 17.678343 16.607902 18.359018 17.900209 17.997942 18.401498 18.494164 18.432609 17.279057 18.306504 18.642864 17.267084 16.249124 17.922936 17.893082
1.098612289 1.609437912 1.945910149 0.693147181 0.693147181 2.302585093 0.693147181 0.693147181 1.945910149 1.945910149 2.302585093 2.397895273 1.098612289 1.098612289 1.098612289 0.693147181 0 0.693147181 2.708050201 1.098612289 3.526360525 3.80666249 0.693147181 1.098612289 1.609437912 0 1.386294361 0.405465108 1.098612289 1.945910149 1.098612289 1.098612289 1.386294361 0.693147181 1.098612289 1.945910149 1.386294361
79
Lampiran 9. Data Olahan Budidaya KJA Waduk Djuanda-Jatiluhur (2)
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.534193604 0.285362806 0.142435368 0.839916063 37
ANOVA df Regression Residual Total
6 30 36
Intercept X Variable 1 X Variable 2 X Variable 3 X Variable 4 X Variable 5 X Variable 6
Coefficients 16.20148886 -1.203858687 -0.546707259 0.285662635 0.3533776 0.457033692 -0.043029411
b0= b1= b2= b3= b4= b5= b6=
16.20148886 -1.203858687 -0.546707259 0.285662635 0.3533776 0.457033692 -0.043029411
SS MS F Significance F 8.450935377 1.408489 1.996557 0.097473451 21.1637698 0.705459 29.61470518 Standard Error 17.47245309 1.825103002 0.553211216 0.356769736 0.270777638 0.176520538 0.182621292
t Stat 0.927259 -0.65961 -0.98824 0.800692 1.305047 2.589125 -0.23562
P-value 0.361193 0.514535 0.330938 0.429606 0.201799 0.014701 0.815328
Ln Q = Q= 3.409272796 2.163633633 0.75852994 18.23458819 1.833661961
Lower 95% -19.48202071 -4.931216264 -1.676515284 -0.442958368 -0.19962411 0.096530661 -0.415991844
Upper 95% Lower 80.0% 51.88499844 -6.6946762 2.523498891 -3.59550108 0.583100766 -1.27164355 1.014283637 -0.18185379 0.90637931 -0.00145349 0.817536723 0.225718527 0.329933022 -0.2823391
23.47865122 15727100668
-1.203858687 X1
Upper 80.0% 39.09765392 1.18778371 0.178229031 0.753179058 0.708208686 0.688348857 0.196280274
15,727,100,668
80
Lampiran 10. Perhitungan Consumer Surplus Pembudidaya Waduk Djuanda Jatiluhur b0:=15727100668; b1:=-1.203858687; a:=345897; b0 := 15727100668 b1 := -1.203858687 a := 345897
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) :=
2.951014991 108 1 Q 0.8306622786
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi Total Kesediaan Membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); U := 1.510672535 1010
81
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 7395.665319
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 2.558138447 109
Menghitung Surplus Konsumen CS:=U-PQ; CS := 1.254858690 1010
82
Lampiran 11. Data Dasar Olahan WTP Option Value Waduk Djuanda
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Option Value (WTP/tahun) 20,000 10,000 20,000 10,000 12,500 16,667 10,000 10,000 20,000 16,667 16,667 10,000 31,250 22,000 20,000 112,500 51,000 120,000 10,000 75,000 75,000 158,000 132,000 24,000 25,000 47,000 75,000 30,000 16,000 10,000 46,000 55,500 10,000 90,000 173,000 22,000 164,000 179,000 115,000 75,000 60,000 40,000 75,000 60,000 180,000
pendidikan (E) 4 6 2 6 6 6 4 3 9 9 4 6 6 6 6 6 9 6 9 6 8 6 9 12 5 2 6 6 6 8 9 9 9 9 12 4 6 6 6 6 4 4 12 4 6
pengalaman usaha (Xp)
umur (A) 33 43 55 36 48 35 55 40 32 35 30 45 18 31 38 20 32 22 34 48 40 24 44 38 27 32 24 30 32 23 20 30 23 18 50 42 25 22 26 25 30 35 33 50 33
4 20 30 8 38 8 3 3 7 10 4 15 2 8 5 2 2 6 4 8 5 10 5 2 2 7 16 10 3 2.3 2 8 1.5 3 2 2 2 7 7 2 5 3 3.5 10 7
Pendapatan (Rp/tahun) (I) 5,137,500 5,294,000 5,324,000 5,383,500 5,550,000 5,570,500 5,588,000 5,698,000 5,746,000 7,346,500 8,127,600 9,055,000 9,204,000 9,714,500 14,504,700 14,732,000 16,320,000 18,200,000 19,852,000 23,870,000 29,520,000 31,930,000 40,720,000 41,023,000 44,500,000 47,600,000 58,920,000 59,424,000 60,420,000 64,581,000 65,525,000 68,800,000 86,760,000 90,680,000 94,020,000 96,010,000 98,100,000 101,200,000 107,625,000 111,120,000 128,420,000 194,202,000 229,950,000 232,500,000 389,672,000
83
Lampiran 12. Data Olahan WTP Option Value Waduk Djuanda (1) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Ln WTP Option 9.903487553 9.210340372 9.903487553 9.210340372 9.433483923 9.721165996 9.210340372 9.210340372 9.903487553 9.721165996 9.721165996 9.210340372 10.34977466 9.998797732 9.903487553 11.6307085 10.83958091 11.69524702 9.210340372 11.22524339 11.22524339 11.97035031 11.7905572 10.08580911 10.1266311 10.75790288 11.22524339 10.30895266 9.680344001 9.210340372 10.73639668 10.9241383 9.210340372 11.40756495 12.06104687 9.998797732 12.00762171 12.09514108 11.65268741 11.22524339 11.00209984 10.59663473 11.22524339 11.00209984 12.10071213 rerata
Ln E 1.386294361 1.791759469 0.693147181 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.386294361 1.098612289 2.197224577 2.197224577 1.386294361 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 2.197224577 1.791759469 2.197224577 1.791759469 2.079441542 1.791759469 2.197224577 2.48490665 1.609437912 0.693147181 1.791759469 1.791759469 1.791759469 2.079441542 2.197224577 2.197224577 2.197224577 2.197224577 2.48490665 1.386294361 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.386294361 1.386294361 2.48490665 1.386294361 1.791759469 1.800493749
Ln A 3.496507561 3.761200116 4.007333185 3.583518938 3.871201011 3.555348061 4.007333185 3.688879454 3.465735903 3.555348061 3.401197382 3.80666249 2.890371758 3.433987204 3.63758616 2.995732274 3.465735903 3.091042453 3.526360525 3.871201011 3.688879454 3.17805383 3.784189634 3.63758616 3.295836866 3.465735903 3.17805383 3.401197382 3.465735903 3.135494216 2.995732274 3.401197382 3.135494216 2.890371758 3.912023005 3.737669618 3.218875825 3.091042453 3.258096538 3.218875825 3.401197382 3.555348061 3.496507561 3.912023005 3.496507561 3.468089073
Ln XP 1.386294361 2.995732274 3.401197382 2.079441542 3.63758616 2.079441542 1.098612289 1.098612289 1.945910149 2.302585093 1.386294361 2.708050201 0.693147181 2.079441542 1.609437912 0.693147181 0.693147181 1.791759469 1.386294361 2.079441542 1.609437912 2.302585093 1.609437912 0.693147181 0.693147181 1.945910149 2.772588722 2.302585093 1.098612289 0.832909123 0.693147181 2.079441542 0.405465108 1.098612289 0.693147181 0.693147181 0.693147181 1.945910149 1.945910149 0.693147181 1.609437912 1.098612289 1.252762968 2.302585093 1.945910149 1.603473738
Ln I 15.45207714 15.48208466 15.48773546 15.49884928 15.52930849 15.53299537 15.536132 15.55562579 15.56401452 15.80973457 15.91077623 16.01882765 16.03514873 16.08913017 16.48998329 16.50553256 16.60790191 16.71693215 16.80381532 16.988133 17.20057856 17.27905656 17.52222993 17.52964344 17.61099975 17.67834332 17.89169115 17.90020874 17.91683073 17.98343081 17.99794231 18.0467143 18.27865624 18.32284738 18.35901808 18.37996291 18.40149792 18.43260931 18.49416352 18.52612126 18.6708167 19.08440941 19.25337245 19.26440078 19.78081592 17.23158
84
Lampiran 13. Data Olahan WTP Option Value Waduk Djuanda (2) SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.645569954 0.416760565 0.358436622 0.77594188 45
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept Ln E Ln A Ln XP Ln I
4 40 44
SS 17.20909829 24.08343207 41.29253036
Coefficients Standard Error 4.523780697 2.533545899 0.146658888 0.305458391 -0.705802486 0.437326536 0.232996873 0.168856867 0.452302469 0.099074023
Ln E Ln A Ln XP Ln I
4.523780697 0.146658888 -0.705802486 0.232996873 0.452302469
ln WTP Option WTP Option
10.50754376 36,590.49422
MS F Significance F 4.302274573 7.145617055 0.00019367 0.602085802
t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% 1.785553085 0.081755258 -0.596704514 9.64426591 -0.59670451 9.644265908 0.480127219 0.63375223 -0.470695301 0.76401308 -0.4706953 0.764013077 -1.61390272 0.1144109 -1.58967203 0.17806706 -1.58967203 0.178067059 1.379848372 0.175298017 -0.108275448 0.57426919 -0.10827545 0.574269195 4.565298312 4.67649E-05 0.25206648 0.65253846 0.25206648 0.652538458
1.800493749 3.468089073 1.603473738 17.23158
jumlah populasi = Option Value =
1,873
=735+1138
(nelayan+KJA)
68,533,996
85
Lampiran 14. Data Dasar Olahan WTP Bequest Value Waduk Djuanda
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Bequest Value (WTP/tahun) 30,000 35,000 15,000 58,500 30,000 58,500 15,000 17,000 20,000 200,000 64,000 20,000 100,000 20,000 197,000 166,000 44,000 70,000 36,000 22,000 43,000 170,000 125,000 113,000 161,000 26,000 27,000 167,000 76,000 50,000 75,000 60,000 50,000 40,000 168,000
pendidikan (E) 6 6 6 6 3 9 4 6 6 6 9 6 6 8 6 9 2 6 6 6 9 9 9 9 12 4 6 6 6 6 4 4 12 4 6
umur (A)
pengalaman usaha (Xp) 43 36 48 35 40 35 30 31 38 20 32 22 48 40 24 44 32 24 30 32 20 30 23 18 50 42 25 22 26 25 30 35 33 50 33
20 8 38 8 3 10 4 8 5 2 2 6 8 5 10 5 7 16 10 3 2 8 1.5 3 2 2 2 7 7 2 5 3 3.5 10 7
Pendapatan (Rp/tahun) (I) 5,294,000 5,383,500 5,550,000 5,570,500 5,698,000 7,346,500 8,127,600 9,714,500 14,504,700 14,732,000 16,320,000 18,200,000 23,870,000 29,520,000 31,930,000 40,720,000 47,600,000 58,920,000 59,424,000 60,420,000 65,525,000 68,800,000 86,760,000 90,680,000 94,020,000 96,010,000 98,100,000 101,200,000 107,625,000 111,120,000 128,420,000 194,202,000 229,950,000 232,500,000 389,672,000
86
Lampiran 15. Data Olahan WTP Bequest Value Waduk Djuanda (1)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Ln WTP Bequest 10.30895266 10.46310334 9.61580548 10.97678203 10.30895266 10.97678203 9.61580548 9.740968623 9.903487553 12.20607265 11.06663836 9.903487553 11.51292546 9.903487553 12.19095901 12.01974307 10.69194491 11.15625052 10.49127422 9.998797732 10.66895539 12.04355372 11.73606902 11.6351431 11.98915964 10.16585182 10.20359214 12.02574909 11.23848862 10.81977828 11.22524339 11.00209984 10.81977828 10.59663473 12.03171926 Rata-rata
Ln E 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.098612289 2.197224577 1.386294361 1.791759469 1.791759469 1.791759469 2.197224577 1.791759469 1.791759469 2.079441542 1.791759469 2.197224577 0.693147181 1.791759469 1.791759469 1.791759469 2.197224577 2.197224577 2.197224577 2.197224577 2.48490665 1.386294361 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.386294361 1.386294361 2.48490665 1.386294361 1.791759469 1.811563674
Ln A 3.761200116 3.583518938 3.871201011 3.555348061 3.688879454 3.555348061 3.401197382 3.433987204 3.63758616 2.995732274 3.465735903 3.091042453 3.871201011 3.688879454 3.17805383 3.784189634 3.465735903 3.17805383 3.401197382 3.465735903 2.995732274 3.401197382 3.135494216 2.890371758 3.912023005 3.737669618 3.218875825 3.091042453 3.258096538 3.218875825 3.401197382 3.555348061 3.496507561 3.912023005 3.496507561 3.451279612
Ln XP 2.995732274 2.079441542 3.63758616 2.079441542 1.098612289 2.302585093 1.386294361 2.079441542 1.609437912 0.693147181 0.693147181 1.791759469 2.079441542 1.609437912 2.302585093 1.609437912 1.945910149 2.772588722 2.302585093 1.098612289 0.693147181 2.079441542 0.405465108 1.098612289 0.693147181 0.693147181 0.693147181 1.945910149 1.945910149 0.693147181 1.609437912 1.098612289 1.252762968 2.302585093 1.945910149 1.637645966
Ln I 15.48208466 15.49884928 15.52930849 15.53299537 15.55562579 15.80973457 15.91077623 16.08913017 16.48998329 16.50553256 16.60790191 16.71693215 16.988133 17.20057856 17.27905656 17.52222993 17.67834332 17.89169115 17.90020874 17.91683073 17.99794231 18.0467143 18.27865624 18.32284738 18.35901808 18.37996291 18.40149792 18.43260931 18.49416352 18.52612126 18.6708167 19.08440941 19.25337245 19.26440078 19.78081592 17.46855071
87
Lampiran 16. Data Olahan WTP Bequest Value Waduk Djuanda (2)
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.525490113 0.276139859 0.179625174 0.734071199 35
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept Ln E Ln A Ln XP Ln I
Ln E Ln A Ln XP Ln I
SS 4 30 34
6.166973195 16.16581575 22.33278895
MS F 1.5417433 0.5388605
2.861117538
Significance F 0.040360848
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% 7.164051493 2.761773637 2.5940039 0.014531997 1.523763073 0.631161699 0.344493841 1.8321422 0.076874828 -0.07238786 -0.493562827 0.477376705 -1.0339064 0.30944298 -1.46849512 0.083806619 0.184729759 0.4536715 0.653330215 -0.293461491 0.237667636 0.107404774 2.2128219 0.034662169 0.018318051
7.164051493 0.631161699 -0.493562827 0.083806619 0.237667636
1.811563674 3.451279612 1.637645966 17.46855071
ln WTP Bequest WTP Bequest jumlah populasi = Bequest Value =
Upper 95% 12.8043399 1.33471126 0.48136947 0.46107473 0.45701722
Lower 95.0% 1.52376307 -0.07238786 -1.46849512 -0.29346149 0.01831805
Upper 95.0% 12.80433991 1.334711257 0.481369465 0.461074728 0.457017221
10.89297249 53,796.97364 1,873
=735+1138 (nelayan+KJA)
100,761,732
88
Lampiran 17. Data Dasar Olahan WTP Existence Value Waduk Djuanda
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Existence Value (WTP/tahun) 20,000 15,000 10,000 25,000 12,500 20,000 50,000 25,000 12,000 12,500 15,000 10,000 15,000 25,000 35,000 10,000 50,000 79,000 66,000 15,000 25,000 15,000 20,000 15,000 61,000 35,000 45,000 57,000 11,000 59,000 69,000 12,000 30,000 50,000 45,000 30,000 60,000
pendidikan (E) 6 6 6 6 4 3 9 9 4 6 6 6 6 9 6 8 8 6 9 2 6 6 6 9 9 9 9 12 4 6 6 6 4 4 12 4 6
umur (A)
pengalaman usaha (Xp) 43 36 48 35 55 40 32 35 30 45 31 38 20 32 48 25 40 24 44 32 24 30 32 20 30 23 18 50 42 22 26 25 30 35 33 50 33
20 8 38 8 3 3 7 10 4 15 8 5 2 2 8 3 5 10 5 7 16 10 3 2 8 1.5 3 2 2 7 7 2 5 3 3.5 10 7
Pendapatan (Rp/tahun) (I) 5,294,000 5,383,500 5,550,000 5,570,500 5,588,000 5,698,000 5,746,000 7,346,500 8,127,600 9,055,000 9,714,500 14,504,700 14,732,000 16,320,000 23,870,000 28,700,000 29,520,000 31,930,000 40,720,000 47,600,000 58,920,000 59,424,000 60,420,000 65,525,000 68,800,000 86,760,000 90,680,000 94,020,000 96,010,000 101,200,000 107,625,000 111,120,000 128,420,000 194,202,000 229,950,000 232,500,000 389,672,000
89
Lampiran 18. Data Olahan WTP Existence Value Waduk Djuanda (1)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Ln WTP existence 9.903487553 9.61580548 9.210340372 10.1266311 9.433483923 9.903487553 10.81977828 10.1266311 9.392661929 9.433483923 9.61580548 9.210340372 9.61580548 10.1266311 10.46310334 9.210340372 10.81977828 11.27720313 11.09741002 9.61580548 10.1266311 9.61580548 9.903487553 9.61580548 11.01862914 10.46310334 10.71441777 10.95080655 9.305650552 10.98529272 11.14186178 9.392661929 10.30895266 10.81977828 10.71441777 10.30895266 11.00209984 Rata-rata
Ln E 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.386294361 1.098612289 2.197224577 2.197224577 1.386294361 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.791759469 2.197224577 1.791759469 2.079441542 2.079441542 1.791759469 2.197224577 0.693147181 1.791759469 1.791759469 1.791759469 2.197224577 2.197224577 2.197224577 2.197224577 2.48490665 1.386294361 1.791759469 1.791759469 1.791759469 1.386294361 1.386294361 2.48490665 1.386294361 1.791759469 1.818268368
Ln A 3.761200116 3.583518938 3.871201011 3.555348061 4.007333185 3.688879454 3.465735903 3.555348061 3.401197382 3.80666249 3.433987204 3.63758616 2.995732274 3.465735903 3.871201011 3.218875825 3.688879454 3.17805383 3.784189634 3.465735903 3.17805383 3.401197382 3.465735903 2.995732274 3.401197382 3.135494216 2.890371758 3.912023005 3.737669618 3.091042453 3.258096538 3.218875825 3.401197382 3.555348061 3.496507561 3.912023005 3.496507561 3.48603988
Ln XP 2.995732274 2.079441542 3.63758616 2.079441542 1.098612289 1.098612289 1.945910149 2.302585093 1.386294361 2.708050201 2.079441542 1.609437912 0.693147181 0.693147181 2.079441542 1.098612289 1.609437912 2.302585093 1.609437912 1.945910149 2.772588722 2.302585093 1.098612289 0.693147181 2.079441542 0.405465108 1.098612289 0.693147181 0.693147181 1.945910149 1.945910149 0.693147181 1.609437912 1.098612289 1.252762968 2.302585093 1.945910149 1.667132083
Ln I 15.48208466 15.49884928 15.52930849 15.53299537 15.536132 15.55562579 15.56401452 15.80973457 15.91077623 16.01882765 16.08913017 16.48998329 16.50553256 16.60790191 16.988133 17.17240768 17.20057856 17.27905656 17.52222993 17.67834332 17.89169115 17.90020874 17.91683073 17.99794231 18.0467143 18.27865624 18.32284738 18.35901808 18.37996291 18.43260931 18.49416352 18.52612126 18.6708167 19.08440941 19.25337245 19.26440078 19.78081592 17.31276289
90
Lampiran 19. Data Olahan WTP Existence Value Waduk Djuanda (2)
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.60357396 0.364301525 0.284839216 0.557276664 37
ANOVA df Regression Residual Total
4 32 36
SS MS 5.695102092 1.423775523 9.937832978 0.310557281 15.63293507
Intercept Ln E Ln A Ln XP Ln I
Coefficients Standard Error 3.933863987 2.119490584 0.635469607 0.252817017 0.093927952 0.353659011 0.179541456 0.133662401 0.255883127 0.076971195
Ln E Ln A Ln XP Ln I
3.933863987 0.635469607 0.093927952 0.179541456 0.255883127
1.818268368 3.48603988 1.667132083 17.31276289
t Stat 1.85604221 2.513555514 0.265589025 1.343245783 3.324401137
F 4.584582658
Significance F 0.004856961
P-value 0.072676832 0.017180646 0.792259349 0.188641842 0.002230136
Lower 95% -0.3833934 0.120498631 -0.626451269 -0.092719714 0.099098067
ln WTP Existence WTP Existence
Upper 95% 8.25112137 1.15044058 0.81430717 0.45180263 0.41266819
Lower 95.0% -0.3833934 0.120498631 -0.62645127 -0.09271971 0.099098067
Upper 95.0% 8.251121373 1.150440583 0.814307173 0.451802627 0.412668187
10.14611808 25,491.95213
jumlah populasi =
1,873
existence Value =
47,746,426
=735+1138 (nelayan+KJA)
91
Lampiran 20. Data Dasar Olahan Nelayan Sungai Siak
Resp
Produksi (Y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 rata-rata ln rata-rata
288.00 480.00 240.00 536.00 456.00 432.00 696.00 504.00 504.00 297.60 552.00 446.40 336.00 216.00 312.00 528.00 264.00 432.00 432.00 528.00 393.60 240.00 384.00 432.00 324.00 342.00 268.80 384.00 364.80 288.00 288.00 393.20
Harga (X1) 30,000 35,000 30,000 30,000 31,667 33,250 26,000 30,667 33,750 34,000 30,000 28,100 36,250 49,000 47,500 31,000 41,000 32,000 33,750 30,000 35,000 36,000 32,500 33,000 34,955 32,500 48,000 25,000 42,000 48,000 48,000 35,093.18
Umur (X2) 66 38 56 53 60 32 40 39 45 52 46 30 35 50 24 26 42 47 27 35 29 45 50 35 55 50 68 38 25 18 39 41.77 3.7323
Jumlah Pendidikan keluarga (X3) (X4) 1 3 6 4 2 4 12 6 1 2 9 3 9 5 3 3 2 3 1 4 6 6 9 4 6 10 2 9 15 9 5 4 2 4 1 6 6 3 12 3 1 3 6 7 6 2 6 3 1 3 2 7 11 5 7 3 12 2 6 1 12 2 5.81 4.29 1.75896965 1.456362
pengalaman usaha (X6) 5,400,000 58 10,080,000 26 3,360,000 35 18,720,000 10 10,320,000 45 10,872,000 17 9,360,000 18 4,800,000 6 12,120,000 28 6,432,000 40 4,800,000 30 6,271,200 3 12,240,000 7 11,280,000 25 11,040,000 5 5,760,000 15 7,344,000 3 4,608,000 31 13,560,000 14 8,928,000 10 8,976,000 10 8,160,000 14 8,640,000 31 11,520,000 20 6,480,000 12 4,896,000 20 4,896,000 8 9,600,000 20 8,880,000 10 8,640,000 2 8,640,000 12 8,600,748.39 18.87 15.96735978 2.937624643
Pendapatan (X5)
92
Lampiran 21. Data Olahan Nelayan Sungai Siak (1) Ln (Y) 5.66296048 6.173786104 5.480638923 6.284134161 6.12249281 6.068425588 6.54534966 6.222576268 6.222576268 5.695750303 6.313548046 6.101215411 5.81711116 5.375278408 5.743003188 6.269096284 5.575949103 6.068425588 6.068425588 6.269096284 5.975335165 5.480638923 5.950642553 6.068425588 5.780743516 5.834810737 5.593967609 5.950642553 5.899349258 5.66296048 5.66296048
Ln (X1) Ln (X2) Ln (X3) Ln (X4) Ln (X5) Ln (X6) 10.30895266 4.189654742 0 1.09861229 15.50190951 4.060443011 10.46310334 3.63758616 1.79175947 1.38629436 16.12606382 3.258096538 10.30895266 4.025351691 0.69314718 1.38629436 15.02745153 3.555348061 10.30895266 3.970291914 2.48490665 1.79175947 16.74510303 2.302585093 10.36301988 4.094344562 0 0.69314718 16.14959432 3.80666249 10.41181005 3.465735903 2.19722458 1.09861229 16.20170123 2.833213344 10.16585182 3.688879454 2.19722458 1.60943791 16.05195585 2.890371758 10.33093157 3.663561646 1.09861229 1.09861229 15.38412648 1.791759469 10.4267357 3.80666249 0.69314718 1.09861229 16.31036754 3.33220451 10.4341158 3.951243719 0 1.38629436 15.67679609 3.688879454 10.30895266 3.828641396 1.79175947 1.79175947 15.38412648 3.401197382 10.24352486 3.401197382 2.19722458 1.38629436 15.65147828 1.098612289 10.49819466 3.555348061 1.79175947 2.30258509 16.32021984 1.945910149 10.79957558 3.912023005 0.69314718 2.19722458 16.2385418 3.218875825 10.76848499 3.17805383 2.7080502 2.19722458 16.2170356 1.609437912 10.34174248 3.258096538 1.60943791 1.38629436 15.56644803 2.708050201 10.62132735 3.737669618 0.69314718 1.38629436 15.80939421 1.098612289 10.37349118 3.850147602 0 1.79175947 15.34330448 3.433987204 10.4267357 3.295836866 1.79175947 1.09861229 16.42263484 2.63905733 10.30895266 3.555348061 2.48490665 1.09861229 16.00470296 2.302585093 10.46310334 3.36729583 0 1.09861229 16.01006491 2.302585093 10.49127422 3.80666249 1.79175947 1.94591015 15.91475473 2.63905733 10.38899537 3.912023005 1.79175947 0.69314718 15.97191314 3.433987204 10.40426284 3.555348061 1.79175947 1.09861229 16.25959521 2.995732274 10.46182702 4.007333185 0 1.09861229 15.68423107 2.48490665 10.38899537 3.912023005 0.69314718 1.94591015 15.4039291 2.995732274 10.77895629 4.219507705 2.39789527 1.60943791 15.4039291 2.079441542 10.1266311 3.63758616 1.94591015 1.09861229 16.07727366 2.995732274 10.6454249 3.218875825 2.48490665 0.69314718 15.99931211 2.302585093 10.77895629 2.890371758 1.79175947 0 15.97191314 0.693147181 10.77895629 3.663561646 2.48490665 0.69314718 15.97191314 2.48490665
93
Lampiran 22. Data Olahan Nelayan Sungai Siak (2) SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.759935094 0.577501347 0.471876684 0.212120389 31
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept Ln (X1) Ln (X2) Ln (X3) Ln (X4) Ln (X5) Ln (X6)
b0= b1= b2= b3= b4= b5= b6=
SS 6 24 30
1.476059089 1.079881421 2.55594051
MS F Significance F 0.246009848 5.467485816 0.001098151 0.044995059
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% 16.11427966 2.952705957 5.457461696 1.31142E-05 10.02019534 22.208364 10.02019534 22.20836399 -1.125110498 0.232737965 -4.834237062 6.33037E-05 -1.605457952 -0.64476305 -1.605457952 -0.644763045 -0.195963035 0.170299339 -1.150697564 0.261192956 -0.547443524 0.15551745 -0.547443524 0.155517454 0.059605859 0.051391782 1.1598325 0.257525791 -0.046461544 0.16567326 -0.046461544 0.165673262 -0.030815515 0.079369816 -0.388252318 0.701251945 -0.194626731 0.1329957 -0.194626731 0.132995701 0.138249015 0.111077738 1.24461497 0.225290725 -0.091004121 0.36750215 -0.091004121 0.367502151 0.021221694 0.06528791 0.325047844 0.747961441 -0.113525902 0.15596929 -0.113525902 0.155969291
16.11427966 -1.125110498 -0.195963035 0.059605859 -0.030815515 0.138249015 0.021221694
ln Q= Q=
17.71267048 + 49,262,341.31
-1.125110498 X1
3.73227877 1.758969646 1.456361924 15.96735978 2.937624643
94
95
Lampiran 23. Perhitungan Consumer Surplus Nelayan Sungai Siak b0:=16.11427966; b1:=-1.125110498; a:=393.20; b0 := 16.11427966 b1 := -1.125110498 a := 393.20
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) :=
11.82962465 Q
0.8888015904
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi total kesediaan membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); U := 206.7232312
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 0.05846209190
95
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 22.98729454
Menghitung surplus konsumen CS:=U-PQ; CS := 183.7359367
nilai:=CS*1019; nilai := 1.872269195 105
96
Lampiran 24. Data Dasar Olahan WTP Option Value Sungai Siak
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
option value (WTP/tahun) 50,000 60,000 20,000 50,000 20,000 200,000 50,000 25,000 17,500 60,000 130,000 100,000 100,000 130,000 130,000 150,000 100,000 70,000 50,000 50,000 110,000 100,000 30,000 100,000 10,000 10,000 100,000 100,000 50,000 150,000 10,000
pendidikan (E) 1.5 6 2 12 1.5 9 9 3 2 1.5 6 9 6 2 15 5 2 1.5 6 12 1.5 6 6 6 1.5 2 11 7 12 6 12
umur (A)
pengalaman usaha (XP) 66 38 56 53 60 32 40 39 45 52 46 30 35 50 24 26 42 47 27 35 29 45 50 35 55 50 68 38 25 18 39
58 26 35 10 45 17 18 6 28 40 30 3 7 25 5 15 3 31 14 10 10 14 31 20 12 20 8 20 10 2 12
Pendapatan (I) 5,670,000 12,432,000 10,000,000 53,664,000 14,280,000 29,430,000 19,440,000 19,980,000 38,880,000 15,400,000 12,480,000 3,697,716 10,920,000 23,946,000 26,520,000 18,000,000 3,528,000 18,720,000 24,991,200 10,944,000 21,666,667 16,640,000 30,240,000 20,160,000 4,320,000 1,728,000 2,016,000 36,000,000 11,100,000 17,280,000 14,400,000
97
Lampiran 25. Data Olahan WTP Option Value Sungai Siak (1)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
LN WTP Option 10.81977828 11.00209984 9.903487553 10.81977828 9.903487553 12.20607265 10.81977828 10.1266311 9.76995616 11.00209984 11.77528973 11.51292546 11.51292546 11.77528973 11.77528973 11.91839057 11.51292546 11.15625052 10.81977828 10.81977828 11.60823564 11.51292546 10.30895266 11.51292546 9.210340372 9.210340372 11.51292546 11.51292546 10.81977828 11.91839057 9.210340372 rerata
LN E 0.405465108 1.791759469 0.693147181 2.48490665 0.405465108 2.197224577 2.197224577 1.098612289 0.693147181 0.405465108 1.791759469 2.197224577 1.791759469 0.693147181 2.708050201 1.609437912 0.693147181 0.405465108 1.791759469 2.48490665 0.405465108 1.791759469 1.791759469 1.791759469 0.405465108 0.693147181 2.397895273 1.945910149 2.48490665 1.791759469 2.48490665 1.500768015
LN A 4.189654742 3.63758616 4.025351691 3.970291914 4.094344562 3.465735903 3.688879454 3.663561646 3.80666249 3.951243719 3.828641396 3.401197382 3.555348061 3.912023005 3.17805383 3.258096538 3.737669618 3.850147602 3.295836866 3.555348061 3.36729583 3.80666249 3.912023005 3.555348061 4.007333185 3.912023005 4.219507705 3.63758616 3.218875825 2.890371758 3.663561646 3.685685913
LN XP 4.060443011 3.258096538 3.555348061 2.302585093 3.80666249 2.833213344 2.890371758 1.791759469 3.33220451 3.688879454 3.401197382 1.098612289 1.945910149 3.218875825 1.609437912 2.708050201 1.098612289 3.433987204 2.63905733 2.302585093 2.302585093 2.63905733 3.433987204 2.995732274 2.48490665 2.995732274 2.079441542 2.995732274 2.302585093 0.693147181 2.48490665 2.657538805
LN I 15.55069968 16.33578435 16.11809565 17.79825294 16.47437051 17.19752512 16.78284336 16.81024233 17.47599054 16.54987807 16.33963792 15.12322589 16.20610653 16.99131185 17.09340972 16.70588232 15.0762417 16.74510303 17.03403432 16.20830192 16.89128554 16.62731999 17.22467611 16.819211 15.27876596 14.36247523 14.51662591 17.3990295 16.22245567 16.66506032 16.48273876 16.42279296
98
Lampiran 26. Data Olahan WTP Option Value Sungai Siak (2)
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.469818711 0.220729621 0.10084187 0.812908273 31
ANOVA df
SS 4.866636213 17.18131636 22.04795258
MS 1.216659053 0.66081986
F 1.841135727
Significance F 0.151216564
Intercept LN E LN A LN XP LN I
Coefficients Standard Error 11.97073376 4.820904317 0.121969715 0.21693069 -0.810624942 0.688761599 -0.095085025 0.266814434 0.123697643 0.215318177
t Stat 2.483088851 0.562252003 -1.176931093 -0.356371369 0.574487691
P-value 0.019799851 0.578760074 0.249885604 0.724438204 0.57057553
Lower 95% 2.061216522 -0.323937996 -2.226395614 -0.643530308 -0.3188955
Intercept LN E LN A LN XP LN I
11.97073376 0.121969715 -0.810624942 -0.095085025 0.123697643
Regression Residual Total
4 26 30
1.500768015 3.685685913 2.657538805 16.42279296
ln WTP Option WTP Option jumlah populasi = Option Value =
Upper 95% 21.880251 0.567877426 0.605145729 0.453360258 0.566290785
Lower 95.0% Upper 95.0% 2.061216522 21.880251 -0.323937996 0.567877426 -2.226395614 0.605145729 -0.643530308 0.453360258 -0.3188955 0.566290785
10.94484171 56,661.01616 1,707 96,720,355
99
Lampiran 27. Data Dasar Olahan WTP Bequest Value Sungai Siak
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
bequest value (WTP/tahun) 3,000,000 1,243,200 2,100,000 1,200,000 100,000 1,000,000 2,000,000 50,000 310,000 100,000 50,000 260,000 21,000 50,000 390,000 130,000 140,000 100,000 130,000 50,000 120,000 75,000 20,000 200,000 75,000 75,000 100,000 10,000 20,000 30,000 10,000
pendidikan (E) 1.5 6 2 12 1.5 9 9 3 2 1.5 6 9 6 2 15 5 2 1.5 6 12 1.5 6 6 6 1.5 2 11 7 12 6 12
umur (A) 66 38 56 53 60 32 40 39 45 52 46 30 35 50 24 26 42 47 27 35 29 45 50 35 55 50 68 38 25 18 39
pengalaman usaha (XP) 58 26 35 10 45 17 18 6 28 40 30 3 7 25 5 15 3 31 14 10 10 14 31 20 12 20 8 20 10 2 12
Pendapatan (I) 5,670,000 12,432,000 10,000,000 53,664,000 14,280,000 29,430,000 19,440,000 19,980,000 38,880,000 15,400,000 12,480,000 3,697,716 10,920,000 23,946,000 26,520,000 18,000,000 3,528,000 18,720,000 24,991,200 10,944,000 21,666,667 16,640,000 30,240,000 20,160,000 4,320,000 1,728,000 2,016,000 36,000,000 11,100,000 17,280,000 14,400,000
100
Lampiran 28. Data Olahan WTP Bequest Value Sungai Siak (2)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
LN WTP Bequest 14.91412285 14.03319926 14.5574479 13.99783211 11.51292546 13.81551056 14.50865774 10.81977828 12.64432758 11.51292546 10.81977828 12.46843691 9.952277717 10.81977828 12.87390202 11.77528973 11.8493977 11.51292546 11.77528973 10.81977828 11.69524702 11.22524339 9.903487553 12.20607265 11.22524339 11.22524339 11.51292546 9.210340372 9.903487553 10.30895266 9.210340372 rerata
LN E 0.405465108 1.791759469 0.693147181 2.48490665 0.405465108 2.197224577 2.197224577 1.098612289 0.693147181 0.405465108 1.791759469 2.197224577 1.791759469 0.693147181 2.708050201 1.609437912 0.693147181 0.405465108 1.791759469 2.48490665 0.405465108 1.791759469 1.791759469 1.791759469 0.405465108 0.693147181 2.397895273 1.945910149 2.48490665 1.791759469 2.48490665 1.500768015
LN A 4.189654742 3.63758616 4.025351691 3.970291914 4.094344562 3.465735903 3.688879454 3.663561646 3.80666249 3.951243719 3.828641396 3.401197382 3.555348061 3.912023005 3.17805383 3.258096538 3.737669618 3.850147602 3.295836866 3.555348061 3.36729583 3.80666249 3.912023005 3.555348061 4.007333185 3.912023005 4.219507705 3.63758616 3.218875825 2.890371758 3.663561646 3.685685913
LN XP 4.060443011 3.258096538 3.555348061 2.302585093 3.80666249 2.833213344 2.890371758 1.791759469 3.33220451 3.688879454 3.401197382 1.098612289 1.945910149 3.218875825 1.609437912 2.708050201 1.098612289 3.433987204 2.63905733 2.302585093 2.302585093 2.63905733 3.433987204 2.995732274 2.48490665 2.995732274 2.079441542 2.995732274 2.302585093 0.693147181 2.48490665 2.657538805
LN I 15.55069968 16.33578435 16.11809565 17.79825294 16.47437051 17.19752512 16.78284336 16.81024233 17.47599054 16.54987807 16.33963792 15.12322589 16.20610653 16.99131185 17.09340972 16.70588232 15.0762417 16.74510303 17.03403432 16.20830192 16.89128554 16.62731999 17.22467611 16.819211 15.27876596 14.36247523 14.51662591 17.3990295 16.22245567 16.66506032 16.48273876 16.42279296
101
Lampiran 29. Data Olahan WTP Bequest Value Sungai Siak (2)
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.248873834 0.061938185 -0.082379017 1.61590364 31
ANOVA df
SS MS 4.482613417 1.120653354 67.88975894 2.611144575 72.37237236
F 0.429180891
Significance F 0.786200671
Intercept LN E LN A LN XP LN I
Coefficients Standard Error t Stat 8.992465321 9.583020736 0.938374816 0.040721741 0.431216046 0.094434661 0.505910129 1.369124184 0.36951369 0.342871746 0.530375233 0.64647013 -0.004127299 0.428010685 -0.00964298
P-value 0.356687899 0.925487907 0.714737459 0.523641084 0.992379744
Lower 95% -10.70572882 -0.845656116 -2.30836678 -0.747330874 -0.883916438
Intercept LN E LN A LN XP LN I
8.992465321 0.040721741 0.505910129 0.342871746 -0.004127299
Regression Residual Total
4 26 30
1.500768015 3.685685913 2.657538805 16.42279296
ln WTP Bequest WTP Bequest jumlah populasi = Bequest Value =
Upper 95% 28.69065946 0.927099599 3.320187039 1.433074366 0.87566184
Lower 95.0% Upper 95.0% -10.70572882 28.69065946 -0.845656116 0.927099599 -2.30836678 3.320187039 -0.747330874 1.433074366 -0.883916438 0.87566184
11.76161823 128,234.79913 1,707 218,896,802
102
Lampiran 30. Data Dasar Olahan WTP Existence Value Sungai Siak
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
existence value (WTP/tahun) 540,000 100,000 100,000 390,000 50,000 200,000 100,000 30,000 40,000 50,000 20,000 20,000 30,000 22,500 120,000 120,000 100,000 120,000 100,000 100,000 75,000 120,000 30,000 150,000 50,000 50,000 10,000 10,000 30,000 50,000 10,000
pendidikan (E) 1.5 6 2 12 1.5 9 9 3 2 1.5 6 9 6 2 15 5 2 1.5 6 12 1.5 6 6 6 1.5 2 11 7 12 6 12
umur (A) 66 38 56 53 60 32 40 39 45 52 46 30 35 50 24 26 42 47 27 35 29 45 50 35 55 50 68 38 25 18 39
pengalaman usaha (XP) 58 26 35 10 45 17 18 6 28 40 30 3 7 25 5 15 3 31 14 10 10 14 31 20 12 20 8 20 10 2 12
Pendapatan (I) 5,670,000 12,432,000 10,000,000 53,664,000 14,280,000 29,430,000 19,440,000 19,980,000 38,880,000 15,400,000 12,480,000 3,697,716 10,920,000 23,946,000 26,520,000 18,000,000 3,528,000 18,720,000 24,991,200 10,944,000 21,666,667 16,640,000 30,240,000 20,160,000 4,320,000 1,728,000 2,016,000 36,000,000 11,100,000 17,280,000 14,400,000
103
Lampiran 31. Data Olahan WTP Existence Value Sungai Siak (1)
No. LN WTP Existence 1 13.19932442 2 11.51292546 3 11.51292546 4 12.87390202 5 10.81977828 6 12.20607265 7 11.51292546 8 10.30895266 9 10.59663473 10 10.81977828 11 9.903487553 12 9.903487553 13 10.30895266 14 10.02127059 15 11.69524702 16 11.69524702 17 11.51292546 18 11.69524702 19 11.51292546 20 11.51292546 21 11.22524339 22 11.69524702 23 10.30895266 24 11.91839057 25 10.81977828 26 10.81977828 27 9.210340372 28 9.210340372 29 10.30895266 30 10.81977828 31 9.210340372 rerata
LN E 0.405465108 1.791759469 0.693147181 2.48490665 0.405465108 2.197224577 2.197224577 1.098612289 0.693147181 0.405465108 1.791759469 2.197224577 1.791759469 0.693147181 2.708050201 1.609437912 0.693147181 0.405465108 1.791759469 2.48490665 0.405465108 1.791759469 1.791759469 1.791759469 0.405465108 0.693147181 2.397895273 1.945910149 2.48490665 1.791759469 2.48490665 1.500768015
LN A 4.189654742 3.63758616 4.025351691 3.970291914 4.094344562 3.465735903 3.688879454 3.663561646 3.80666249 3.951243719 3.828641396 3.401197382 3.555348061 3.912023005 3.17805383 3.258096538 3.737669618 3.850147602 3.295836866 3.555348061 3.36729583 3.80666249 3.912023005 3.555348061 4.007333185 3.912023005 4.219507705 3.63758616 3.218875825 2.890371758 3.663561646 3.685685913
LN XP 4.060443011 3.258096538 3.555348061 2.302585093 3.80666249 2.833213344 2.890371758 1.791759469 3.33220451 3.688879454 3.401197382 1.098612289 1.945910149 3.218875825 1.609437912 2.708050201 1.098612289 3.433987204 2.63905733 2.302585093 2.302585093 2.63905733 3.433987204 2.995732274 2.48490665 2.995732274 2.079441542 2.995732274 2.302585093 0.693147181 2.48490665 2.657538805
LN I 15.55069968 16.33578435 16.11809565 17.79825294 16.47437051 17.19752512 16.78284336 16.81024233 17.47599054 16.54987807 16.33963792 15.12322589 16.20610653 16.99131185 17.09340972 16.70588232 15.0762417 16.74510303 17.03403432 16.20830192 16.89128554 16.62731999 17.22467611 16.819211 15.27876596 14.36247523 14.51662591 17.3990295 16.22245567 16.66506032 16.48273876 16.42279296
104
Lampiran 32. Data Olahan WTP Existence Value Sungai Siak (2)
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.277351043 R Square 0.076923601 Adjusted R Square -0.065088152 Standard Error 1.021874205 Observations 31 ANOVA df
SS 2.262508304 27.14989918 29.41240748
MS 0.565627076 1.044226891
F 0.541670666
Significance F 0.706514188
Intercept LN E LN A LN XP LN I
Coefficients Standard Error 9.391634761 6.06016439 -0.199136451 0.272694821 -0.405096597 0.865814429 0.180310961 0.335401664 0.177224432 0.270667797
t Stat 1.549732673 -0.730253878 -0.46787924 0.537597098 0.654767335
P-value 0.133293648 0.471764226 0.643769246 0.595427164 0.518368662
Lower 95% -3.065219709 -0.759669051 -2.18480481 -0.509117485 -0.379141557
Intercept LN E LN A LN XP LN I
9.391634761 -0.199136451 -0.405096597 0.180310961 0.177224432
Regression Residual Total
4 26 30
1.500768015 3.685685913 2.657538805 16.42279296
ln WTP Existence WTP Existence
Upper 95% 21.84848923 0.361396149 1.374611617 0.869739408 0.733590421
Lower 95.0% Upper 95.0% -3.065219709 21.84848923 -0.759669051 0.361396149 -2.18480481 1.374611617 -0.509117485 0.869739408 -0.379141557 0.733590421
10.98942186 59,244.12251
jumlah populasi =
1,707
Existence Value =
101,129,717
105
Lampiran 33. Foto Kegiatan Riset di Waduk Jatiluhur
PLTA
Aktivitas Pemancingan
Aktivitas Transportasi
Aktivitas Pertanian
Wawancara dengan Narasumber
Aktivitas Budidaya Keramba Jaring Apung
106
Lampiran 34. Foto Kegiatan Riset di Sungai Siak
Kapal Nelayan yang Bersandar
Peragaan Setting Alat Tangkap
Pengambilan Data Sekunder
Kondisi Perairan Sungai Siak
Bentuk Alat Tangkap….
Wawancara dengan Narasumber
107