MENGENAL VARIETAS UNGGULTEMBAKAUDI JAWA TIMUR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU BENIH Oleh : Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya A. PENDAHULUAN Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan utama di Jawa Timur yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi regional maupun nasional ( Disbun Prov Jatim, 2012). Komoditi ini dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha serta menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat maupun Pemerintah. Areal tembakau di Jawa Timur rata-rata setiap tahunnya mencapai 130.824 hektar dengan produksi sebesar 114.816 Ton meliputi berbagai jenis tembakau.Adapun Varietas-varietas unggulan tembakau yang sering ditanam di Jawa Timur adalah Grompol Jatim1, Kasturi, Kasturi 1, Kasturi 2, Cangkring 95, Coker 176, Sindoro 1, Kemloko 1, Kemloko 2, Kemloko 3,
Prancak N-1, Prancak N-2, Prancak 95, Bligon 1, Virginia
Bojonegoro
1.Varietas
unggul
tanaman
diperoleh
melalui
dan
serangkaian
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan , seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen dan lain-lain. Pada dasarnya Jawa Timur memiliki lokasi pengembangan yang potensial seperti wilayah kabupaten Bojonegoro,
Lamongan, Bondowoso, Jember, Blitar dan
lain-lain. Jenis-jenis tembakau yang ada sekarang biasanya diberi nama berdasarkan
tempat
asal
tembakau
terus
menerus
diusahakan.
Telah
disebutkan bahwa kualitas tanaman tembakau banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan terutama faktor iklim dan tanah. Walaupun secara genetika tanaman tembakau tidak mengalami perubahan, namun secara fenotip tergantung pada keadaan lingkungannya. Hal ini menyebabkan jenis tembakau yang dihasilkan
berbeda karena keadaan lingkungan yang tidak
sama. Sedangkan klasifikasi dan morfologi tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Devisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Devisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas
:Asteridae
Ordo
:Solanales
Famili
:Solanaceae (suku terung – terungan)
Genus
:Nicotiana
Spesies
:Nicotiana tabacum L.
Secara morfologi Tembakau dicirikan dengan keadaan tanaman yang kokoh dan besar dengan ketinggian tanaman sedang, daunya tipis dan elastisitas,bentuk daun
bulat
lebar,
bermahkota
slinder
dan
daunya
berwarna
cerah
(Listyanto,2010). Daun tembakau yang telah mengalami pengolahan berwarna coklat agak kelabu yang merupakan ciri khas daun tembakau yang siap dijadikan pembalut cerutu. Sedangkan Deskripsi Morfologi Tembakau sebagai berikut : Habitus:Semak, semusim, Tinggi kurang lebih 2 cm. Batang
:Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat,agak lunak
tetapi kuat, makin ke ujung makin kecil. Daun
: Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau Bulat
Bulat , tergantung pada varietasnya. Bunga
:Majemuk, tumbuh diujung batang, kelopak berbulu, benang Sari lima, kepala sari abu2 , kepala putik satu, mahkota berbentuk terompet berwarna merah muda.
Buah
:Kotak, bulat telur,masih muda hijau setelah tua coklat.
Biji
:Kecil, Coklat
Akar
:Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang
tumbuh tegak ke pusat bumi.
B.TUJUAN Untuk mengetahui varietas-varietas unggulan
yang ditanam serta diminati
petani di Jawa Timur, sehingga kita dapat mengetahui
bahwa terdapat
varietas-varietas tertentu yang mempunyai kualitas unggul dibandingkan dengan kualitas
varietas
lainnya. Dengan demikian
sebelum menanam
komoditi tembakau sebaiknya mengetahui varietas terlebih dahulu, hal ini bisa meningkatkan produksipanen tembakau. C.BEBERAPA DESKRIPSI VARIETAS UNGGULAN YANG SERING DI TANAM PETANI DIJAWA TIMUR Varietas-varietas unggulan yang sering ditanam
petani di Jawa Timur adalah
Grompol Jatim 1, Kasturi, Kasturi 1, Kasturi 2, Coker 176, Cangkring 45, Kemloko 1, Kemloko 2, Kemloko 3, Sindoro 1, Parancak N-1, Prancak N-2, Prancak 95, Bligon 1, Virginia dan Bojonegoro 1. Hal ini dapat diketahui dari permohonan sertifikasi dari produsen benih yang mengajukan permohonan sertifikasi kepada pemerintah yang berwenang dalam perkembangan 3 tahun terakhir ini.
Adapun
Deskripsi beberapa varietas unggulan adalah sebagai berikut : a.
Grompol Jatim 1 : Habitus kerucut, tinggi tanaman 108 cm, panjang ruas 2,5 cm, warna batang hijau, bulu batang berbulu, daun
jumlah 30-36
lembar, sudut tegak, panjang 43 cm, lebar kurang lebih 5,71 cm, indeks 0,65 cm, bentuk lonjong , ujung meruncing, tepi licin/rata, permukaan bergelombang, tebal , warna hijau tua b. Kasturi : Tembakau yang dikembangkan didaerah Kab. Jember dan Bondowoso. Saat ini luas areal penanaman tembakau kasturi pada dua daerah pengembangan mencapai 3.197 ha, dengan rata-rata produktifitas ditingkat petani mencapai 985 kg kerosok/ha. c. Kasturi 1 : Habitus kerucut,tinggi tanaman 72 – 75 cm, ruas batang rapat, warna batang hijau, bulu batang berbulu rapat, daun sudut tegak, ujung meruncing, warna hijau, warna mahkota bunga merah muda, warna kepala
sari krem, bentuk bulat telur, warna biji coklat, umur panen 87 hst, produksi rajangan kering 1,75 ton/ha d. Kasturi 2 : Habitus kerucut, tinggi tanaman 75 cm , ruas batang, warna batang hijau, bulu batang berbulu rapat,daun
sudut tegak , ujung
meruncing, tepi licin, permukaan rata dan tebal, warna hijau, tangkai duduk, sayap lebar licin, telinga lebar, warna mahkota bunga merah muda, warna kepala sari krem, bentuk buah bulat telur, warna biji coklat, umur panen 87 hst, produksi rajangan kering. e. Kemloko 1 : Habitus piramid, tinggi tanaman 145 – 174 cm, warna batang hijau, bulu batang hijau, sudut daun tegak, ujung daun runcing, tepi daun berombak, permukaan daun rata agak bergelombang, bentuk daun lonjong lebar meruncing, umur berbunga 81 hst, warna mahkota bunga merah muda sampai merah, warna kepala sari krem, bentuk buah bulat telur, warna coklat, ketahanan terhadap hama dan penyakit
tahan terhadap
hama Aphis sp, nematoda dan rentan terhadap penyakit layu bakteri. f. Sindoro 1 : Habitus silindris, tinggi tanaman 136 – 171 cm, warna batang hijau, bulu batang berbulu, sudut daun tegak,ujung daun runcing, tepi daun Licin, bentuk daun lonjong memanjang, warna mahkota bunga merah muda sampai merah, warna kepala sari krem, bentuk buah bulat telur, warna biji coklat, umur panen 95-120 hari. g. Prancak 95 : Habitus Piramid, tinggi tanaman 57 – 67 cm,panjang ruas sama panjang, agak rapat, warna batang hijau muda, berbulu dan mengkilap,jumlah daun 12-18 lembar, sudut daun lancip, sayap daun sedang, telinga pendek lebar tidak memeluk batang, bentuk daun bulat telur, panen 84 – 104 hari, warna mahkota bunga merah muda sampai merah, warna kepala sari krem, bentuk buah bulat telur, warna biji coklat, ketahanan terhadap hama dan penyakit tahan terhadap penyakit lanas. h. Cangkring – 95 : Habitus Piramid, tinggi tanaman 60 – 65 cm, panjang ruas makin keatas makin rapat , warna batang
hijau muda, berbulu dan
mengkilap, sudut daun lancip, tangkai daun duduk tidak bertangkai, sayap daun sedang, telinga pendek ,lebar tidak memeluk batang, bentuk daun
lonjong, umur panen 81-98 hari, warna mahkota bunga merah muda, warna kepala sari krem sampai merah, bentuk buah bulat telur, warna biji coklat, ketahanan terhadap hama dan penyakit : tahan terhadap penyakit lanas (Ditjen bun, 2002). D.GAMBAR TANAMAN TEMBAKAU VARIETAS KASTURI PADA SAAT SERTIFIKASI DI KAB BONDOWOSO
F.PEMBIBITAN TANAMAN TEMBAKAU Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari tvarietas unggul . Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan hasil tembakau. Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul. Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860) , maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman. Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit. Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Soedarmanto, 1982). Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah diatas 80 % dan bebas hama penyakit. Dengan demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu. Adapun langkah pertama pembibitan tanaman tembakau adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria : dekat dengan areal pertanian, dekat dengan sumber air,tanahnya gembur subur dan mudah diolah, lahan terbuka terhadap sinar matahari, bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya
dan
bebas
dari
gangguan
hewan
peliharaan
(Suwarto,2010).
Pengolahan tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 – 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 – 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur
bibit tembakau siap salur
adalah 40 – 45 hari. Penaburan benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 – 1 kg pupuk NPK/m2, 3 – 4 hari sebelum sebar (Nursolehuddin, 2011). Benih tembakau dapat disebar dibedengan dengan perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan
selama 48 jam sebelum sebar.
Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari. Diatas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran kurang lebih 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan
serta
mencegah
kerusakan
permukaan
bedengan.
Pemeliharaan
pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan , pengaturan naungan , penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit. H. PROSES PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN 1.Pembuatan Lubang Tanam Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat , sekitar 90 x 70 cm . Tembakau Madura ditanam dengan jarak tanam 60 x 50 cm. Yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud.Jenis tembakau rakyat / rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm. 2.Pemeliharaan Seperti pada umumnya tanaman , tembakau juga memerlukan perawatan agar dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan tembakau yang berkualitas. Pemeliharaan tanaman tembakau dimulai dari dari umur tanaman tembakau masih muda. Adapun pemeliharaan tembakau meliputi : pengairan dan penyiraman, penyulaman,
pembumbunan,
penyiangan,
pengendalian Hama Penyakit (Adisewojo, 1962).
pemupukan,
pemangkasan,dan
I . PANEN DAN PASCA PANEN Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang harus diperhatikan sebagai berikut : -
Kematangan daun
-
Keseragaman daun dalam proses penanaman
-
Penanganan daun hasil panenan
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis (Warintek, 2011). J . KESIMPULAN Tembakau merupakan tanaman yang memiliki nilai jual hasil olahan yang cukup tinggimaka untuk meningkatkan melaksanakan teknik budidaya
produktifitas tembakau, petani dianjurkan yang benar dan menanam varietas – varietas
unggulan yang dianjurkan oleh pemerintah. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas produksi tembakau adalah sebagai berikut : 1.Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar nikotin antara lain tipe
tanah , ketinggian tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk dan jenis lahan. 2.Struktur tanah , Tembakau yang ditanam pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam ditanah lempung,dankadar nikotintembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi,disamping itu semakin
banyak
populasi tanaman per hektar kadar nikotinsemakin
rendah,dan semakin tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar nikotinsemakin tinggi. 3.Kadar nikotin tembakau yang ditanam dilahan sawah lebih rendah dibanding Kadar nikotin yang ditanam dilahan tegal.
Sumber : Abdullah , A dan Soedarmanto 1982. Budidaya Tembakau CV Yasaguna , Jakarta. Adisewojo, R.S. 1962. Bercocok Tanaman Tembakau . Sumur Bandung, Bandung Kumpulan deskripsi varietas bina tanaman perkebunan, ditjen bun tahun 2002 Listyanto, 2010. Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Menggunakan pupuk hayati bio P 2000 Z. PT. Alam Lestari Maju Indonesia Mekanisasi pengolahan tanah dan pasca panen tembakau, Dinas Perkebunan ProvinsiJawa Timur tahun 2012 Nursolehuddin. 2011. Budidaya tanaman tembakau w.w.w. pupukorganiknasa.com Diakses tanggal 12 September 2013 Suwarto dan Y. Octavianty, 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan . Penerbit Swadaya , Jakarta Warintek. 2011. Budidaya tanaman tembakau penerbit seri pertanian modern