ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR
Oleh : David Fahmi A14104023
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN DAVID FAHMI. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA)
Beras menjadi penting bagi rakyat Indonesia karena lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Beras juga komoditi yang strategis secara politis karena banyak kepentingan publik didalamnya seperti masalah ketahanan pangan, kondisi politik, stabilitas keamanan, stabilitas ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga perberasan nasional. Meningkatnya jumlah penduduk, lambatnya pertumbuhan produktivitas padi dan luas panen mengakibatkan produksi beras belum mampu memenuhi permintaan beras. Pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras untuk memenuhi permintaan beras melalui pendekatan penggunaan varieats unggul. Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masingmasing wilayah tidak sama. Tentunya kan berimbas pada penggunaan benih itu sendiri. Kabupaten Kediri sebagai kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur, peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan memiliki peranan penting dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kediri itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifkasi karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri (2) menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri (3) rekomendasi alternatif kebijakan yang perlu dilakukan terkait dengan usaha peningkatan produksi beras nasional. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri merupakan salah santu sentra produksi padi di Jawa Timur serta pentignya sektor pertanian pangan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kediri. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2008. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan tabulasi deskriptif untuk mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembelian. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah model multiatribut Fishbein, sedangkan untuk menganalisis kepuasan menggunakan Importance and Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Berdasarkan hasil karakteristik responden, petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang. Petani menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka. Pola tanam yang biasa digunakan petani di Kabupaten Kediri adalah padi-padi-jagung/palawija/hortikultura. Hasil panen padi biasanya berkisar antara 4 sampai 7,9 ton per hektar. Hasil proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa petani padi di Kabupaten Kediri memiliki motivasi dalam bertani padi karena turun temurun dari
ayah maupun kakek mereka. Mereka menyadari bahwa penggunaan benih varietas unggul sangatlah penting karena dengan menggunakan varietas unggul hasil panen akan lebih bagus atau meningkat. Informasi mengenai benih varietas unggul para petani lebih senang mencari informasi ke toko pertanian. Informasi yang dibutuhkan petani tentang benih varietas adalah kualitas benih, harga benih tidak terlalu menjadi pertimbangan. Varietas yang menjadi pertimbangan para petani adalah varietas IR 64, Ciherang, Memberamo, Ciboga, Cilamaya dan Intani. Hal yang menjadi pertimbangan utama mereka adalah produktivitas. Kebanyakan petani lebih sering membeli Memberamo. Harga benih saat ini menurut petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Tempat membeli benih tersebut di toko pertanian dengan pertimbangan sekalian membeli pupuk dan pestisida. Jarak yang biasanya ditempuh adalah 1-1,5 km dan dianggap mudah sekali diakses. Secara keseluruhan petani responden puas terhadap pembelian dan mereka tetap akan membeli jika harga mengenai kenaian. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani akan mencari di tempat lain. Berdasarkan hasil Importance and Performance Analysis, atribut-atribut yang dirasakan oleh petani memiliki kinerja yang rendah adalah harga GKG, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Sedangkan atribut-atribut yang memiliki kinerja yang baik adalah produktivitas, pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan dan harga benih. Berdasarkan hasil Customer Satisfaction Index, menunjukkan bahwa para petani puas terhadap kinerja atribut-atribut varietas unggul. Berdasarkan hasil model multiatribut Fishbein, petani lebih menyukai varietas Memberamo. Varietas IR 64 memiliki kelebihan pada umur tanaman yang lebih pendek, lebih tahan rebah dan lebih tahan hama penyakit namun produktivitas dan pemasaran hasil panen lebih trendah dari varietas Ciherangdan memberamo. Varietas Memberamo memiliki kelebihan pada hasil panen yang lebih tinggi, rasa nasi yang lebih enak dan pemasaran hasil panen yang lebih mudah dijual namun tidak tahan hama penyakit, tahan rebah dan memiliki umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah. Bauran pemasaran yang sekiranya perlu dilakukan adalah pengembangan produk yang bisa diterima petani maupun konsumen, penetapan harga benih varietas unggul yang sesuai dengan kualitas, peningkatan pelayanan serta promosi melalui toko pertanian. Saran peneliti yang bisa disarankan adalah perlu terus diupayakan pengembangan varietas yang lebih baik dan dapat diterima pasar maupun petani. Atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Atribut produktivitas dan rasa nasi tetap perlu dikembangkan karena merupakan faktor pertimbangan utama dalam membeli varietas unggul. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis IR 64 yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Pengembangan varietas sejenis Memberamo dengan perbaikan atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek. Pengembangan varietas Ciherang dengan peningkatan kinerja rasa nasi dan umur tanaman. Perlu adanya penelitian mengenai efektifitas penyediaan benih dan efektifitas saluran pemasaran benih.
ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR
Oleh : David Fahmi A14104023
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi Nama NRP
: Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur : David Fahmi : A14104023
Mengetahui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 685 542
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.
Bogor, Juli 2008 David Fahmi A14104023
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan, tanggal 8 Juni 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Mohammad Taufiq dan Munis Rasyidah. Penulis menempuh pendidiakn Taman Kanak-Kanak di TK Al-Khairat Ternate pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992. Pada tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan dasar di SDN Al-Khairat Ternate, kemudian pada tahun 1993 melanjutkannya di Madrasah Ibtidaiyah Sedayulawas, Lamongan. Pada tahun 1994 melanjutkan pendidikannya di SDN Ngronggo 5 Kediri sampai lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah dan atas ditempuh penulis di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam sampai tahun 2004. Pada tahun yang sama, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa kepanitiaan kampus dan organisasi kemahasiswaan, yaitu Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (KOPMA IPB) tahun 2004-2008 dan Himpunan Mahasiswa Peminat IlmuIlmu Sosial Ekonomi pertanian (MISETA) tahun 2006-2007.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap kata, setiap perbuatan dan setiap langkah selalu senantiasa untuk beribadah kepada-Nya. Analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan skripsi yang bertujuan untuk menganalisis proses keputusan pembelian, sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul, serta rekomendasi alternatif kebijakan yang mungkin dapat dilakukan terkait usaha peningkatan produksi beras nasioanal. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidaklah sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan
yang
dihadapi
dan
dimiliki
penulis
selama
berlangsungnya peneitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Juli 2008
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan motivasi, kritik, saran, dan solusi atas terselesaikannya skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Faroby Falatehan, SP. ME, selaku dosen penguji wakil departemen yang telah berkenan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Dwi Rachmina, MS, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan masukan selama kuliah. 5. Bapak dan Ibu yang paling hebat, yang tiada henti mengalirkan do’a, semangat, dukungan, dan cinta yang tanpa syarat. Terima kasih, ananda tak akan bisa membalas semua kebaikan bapak dan ibu. 6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan cucuran ilmu kepada penulis dan Sekretariat Agribisnis atas segala bantuannya. 7. Opik, Iwan, Nunu, Evan, Wahid, Yoga, Lukman, Saut dan Arisman terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 8. Ipunk, Tere, Agnes, Widi, Fanny, Sastrow, Uci, Intan, Nung, Pretty, Rani, Cumi, Mela, Dini, Neneng, Mami, Nuy, Endang, Anggi dan Yanti terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 9. Temen-temen AGB’41 yang telah menemani penulis selama 4 tahun masa kuliah. 10. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri atas informasi-informasi yang telah diberikan. 11. Semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR .......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
Halaman vii ix x xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Peneltitian .............................
1 1 4 7 7 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 2.1 Deskripsi Benih Padi ................................................................. 2.2 Benih Bersertifikat..................................................................... 2.3 Industri Benih ............................................................................ 2.4 Varietas Unggul......................................................................... 2.5 Perkembangan Teknologi Perakitan Varietas Unggul Padi di Indonesia ............................................................................... 2.6 Varietas Unggul Nonhibrida dan Hibrida ................................... 2.6.1 Varietas Nonhibrida ......................................................... 2.6.2 Varietas Hibrida............................................................... 2.5 Penelitian terdahulu ..................................................................
9 9 11 12 13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN .............................................. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 3.1.1 Definisi Konsumen .......................................................... 3.1.2 Perilaku Konsumen .......................................................... 3.1.3 Proses Keputusan Konsumen .......................................... 3.1.4 Attribut Produk ................................................................ 3.1.5 Sikap .............................................................................. 3.1.6 Model Sikap Multiatribut Fishbein ................................... 3.1.7 Importance and Performance Analysis ............................ 3.1.8 Customer Satisfaction Index ............................................ 3.1.9 Bauran Pemasaran ........................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
23 23 23 23 25 28 28 29 31 33 34 36
BAB IV METODE PENELITITAN ................................................. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data............................................................... 4.3 Metode Pengambilan Sampel .................................................... 4.4 Atribut Produk ........................................................................... 4.5 Metode Pengolahan dan Analisi Data ........................................ 4.5.1 Analisis Deskriptif .......................................................... 4.5.2 Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein ..................... 4.5.3 Importance and Performance Analysis .............................
39 39 39 40 41 42 43 43 45
13 16 16 17 17
4.5.4 Customer Satisfaction Index ............................................ 4.6 Definisi Operasional ..................................................................
49 51
BAB V GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEDIRI ................... 5.1 Letak Geografis Kabupaten Kediri............................................. 5.2 Penduduk .................................................................................. 5.3 Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 5.4 Peranan Sektoral ...................................................................... 5.5 Sektor Pertanian Kabupaten Kediri ........................................... 5.5.1 Tanaman Pangan ............................................................. 5.5.2 Perkebunan ..................................................................... 5.5.3 Kehutanan ....................................................................... 5.5.4 Peternakan ...................................................................... 5.5.5 Perikanan ........................................................................
54 56 56 56 58 59 59 60 60 61 62
BAB VI KARAKTERISTIK PETANI PADI DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI ................................ 6.1 Karakteristik Petani Responden ................................................ 6.2 Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul ........ 6.2.1 Tahapan Pengenalan Kebutuhan ..................................... 6.2.2 Tahapan Pencarian Informasi .......................................... 6.2.3 Proses Evaluasi Alternatif ............................................... 6.2.4 Tahapan Keputusan Pembelian ....................................... 6.2.5 Tahapan Evaluasi Pasca Pembelian .................................
63 63 66 66 67 68 69 71
BAB VII ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI .... 7.1 Analisis Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul ............................................................... 7.1.1 Analisis Kepentingan dan Kinerja Atribut ........................ 7.1.2 Diagram Kartesius Kepentingan dan Kinerja Atribut Benih Padi Varietas Unggul ............................... 7.1.3 Customer Satisfaction Index............................................. 7.2 Analisis Sikap Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul
72
BAB VIII REKOMENDASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN 8.1 Produk ....................................................................................... 8.2 Harga ........................................................................................ 8.3 Tempat ...................................................................................... 8.4 Promosi .....................................................................................
97 97 98 98 99
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 9.1 Kesimpulan .............................................................................. 9.2 Saran .........................................................................................
100 100 102
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................... DAFTAR TABEL
vi viii
72 72 89 93 93
Nomor 1. Wilayah dan Jumlah Petani Responden .....................................
Halaman 63
2. Karakteristik Petani Responden ................................................
64
3. Karakteristik Petani Responden ................................................
65
4. Tahapan Pengenalan Kebutuhan ...............................................
67
5. Tahapan Pencarian Informasi ....................................................
68
6. Tahapan Evaluasi Alternatif ......................................................
69
7. Tahapan Keputusan Pembelian .................................................
70
8. Proses Evaluasi Pasca Pembelian .............................................
71
9. Tingkat Kepentingan Produktivitas ...........................................
72
10. Tingkat Kinerja Produktivitas ...................................................
74
11. Tingkat Kepentingan Rasa Nasi ................................................
74
12. Tingkat Kinerja Rasa Nasi ........................................................
76
13. Tingkat Kepentingan Umur Tanaman .......................................
76
14. Tingkat Kinerja Umur Tanaman ...............................................
77
15. Tingkat Kepentingan Tahan rebah ............................................
78
16. Tingkat Kinerja Tahan Rebah ...................................................
79
17. Tingkat Kepentingan Tahan Hama dan Penyakit ........................
80
18. Tingkat Kinerja Tahan Hama dan Penyakit ..............................
82
19. Tingkat Kepentingan Harga Gabah Kering Giling (GKG) .........
82
20. Tingkat Kinerja Harga Gabah Kering Giling (GKG) .................
84
21. Tingkat Kepentingan Harga Benih ............................................
84
22. Tingkat Kinerja Harga Benih ....................................................
86
23. Tingkat Kepentingan Ketersediaan Benih di Pasaran ................
86
24. Tingkat Kinerja Ketersediaan Benih di Pasaran ........................
87
25. Tingkat Kepentingan Pemasaran Hasil Panen ...........................
88
26. Tingkat Kinerja Pemasaran Hasil Panen ...................................
89
27. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Benih Varietas Unggul ........
90
28. Perhitungan Customer Satisfaction Index Varietas Unggul.........
93
29. Hasil Perhitungan Model Sikap Mulatiatribut Fishbein .............
94
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Produksi Beras, Permintaan Beras, Konsumsi Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Periode 1980-2006 ................. 2 2. Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Periode 1980-2006 .....
2
3. Model Perilaku Konsumen Kotler ..............................................
24
4. Model Perilaku Konsumen Engel...............................................
27
5. Matriks Importance and Performance Analysis..........................
31
6. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional .............................
38
7. Diagaram Kartesius Importance and Performance Analysis .......
48
8. Grafik Scatterplot IPA Benih Varietas Unggul ..........................
90
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Produksi Padi, Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 19980-2006.....................................................................
Halaman 104
2. Permintaan Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 1980-2006 ......................................................................
105
3. Luas Panen, Produktivitas dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 1980-2006 ......................................................................
106
4. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelompok Tani, Petani, Kepemilikan Lahan, Komoditas Utama dan Pola Tanam Kab. Kediri .............
107
5. Uji Validitas Atribut Metode Chi-Square ...................................
108
6. Data Produksi Beras Provinsi Jawa Timur .................................
109
7. Penyebaran Varietas Unggul di Indonesia Tahun 2005 ..............
110
8. Informasi Varietas Unggul IR 64, Ciherang dan Memberamo ....
111
9. Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Atribut dan Kinerja Benih Varietas Unggul IR 64 ........................................
112
10. Rekapitulasi Tingkat Kinerja Benih Varietas Unggul Memberamo dan Ciherang ..............................
113
11. Kuisioner Penelitian ..................................................................
114
12. Foto Kegiatan ............................................................................
120
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Beras merupakan komoditi penting karena lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Beras juga komoditi yang strategis secara politis karena banyak kepentingan publik didalamnya, seperti masalah ketahanan pangan, kondisi politik, stabilitas keamanan, stabilitas ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga perberasan nasional. Tingkat konsumsi beras nasional rata-rata saat ini sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ini melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia yang berkisar antara 80 sampai dengan 90 kg/kapita/tahun. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tentunya akan meningkatkan jumlah permintaan akan beras. Meningkatnya industri yang membutuhkan input berupa beras akan ikut menambah jumlah permintaan beras. Permintaan industri terhadap beras diperkirakan mencapai 23,5 persen dari konsumsi rumah tangga (Departemen Pertanian, 2005). Mempertimbangkan hal tersebut, maka permintaan beras pada tahun 2000 dapat dihitung sebesar 31,339 juta ton. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 31,820 juta ton dan terus meningkat menjadi 36,683 juta ton pada tahun 2006. Dari sisi produksi padi, produksi padi belum aman dalam memenuhi permintaan beras. Produksi beras pada tahun 2000 mencapai 32,696 juta ton, pada tahun 2003 meningkat menjadi 32,846 juta ton, kemudian meningkat mencapai 34,306 juta ton pada tahun 2006. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 1. Selisih antara permintaan dan produksi beras dapat dijadikan indikator bahwa perberasan
2
nasional mengalami defisit atau surplus. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2006 Indonesia mengalami defisit. 40000000 30000000 20000000 10000000
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
0
Produksi Beras (kg) Konsumsi RT
Permintaan Beras (konsumsi RT dan Industri) Permintaan Industri (23,5% dari Konsumsi RT))
Sumber: BPS, 2007 (diolah)
Gambar 1. Produksi Beras, Permintaan Beras, Konsumsi Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Periode 1980-2006 Jumlah produksi beras mengalami peningkatan secara nominal namun laju pertumbuhan produksi beras mengalami penurunan dan laju pertumbuhan ini lebih rendah daripada laju pertumbuhan permintaan beras (Gambar 2). Hal ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan produktivitas padi dan pertumbuhan luas panen (Maulana, 2004). Hal ini tentunya akan memperbesar selisih permintaan dan produksi beras. Jika tidak segera diatasi maka dikhawatirkan pertumbuhan produksi beras tidak dapat mengimbangi permintaan beras akibat pertumbuhan penduduk dan industri yang terus meningkat. 0.2 0.1
-0.1
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
0
-0.2 Pertumbuhan Produksi
Pertumbuhan Permintaan
Sumber: BPS, 2007 (diolah)
Gambar 2. Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Periode 1980-2006
3
Untuk meningkatkan produksi beras dalam mengimbangi kebutuhan beras dalam negeri serta meningkatkan ketahanan pangan maka pemerintah melakukan berbagai kebijakan, antara lain (1) merehabilitasi, dan ekstensifikasi infrastruktrur irigasi; (2) pembukaan lahan sawah baru; dan (3) memacu inovasi teknologi, termasuk revitalisasi sistem penelitian pengembangan pertanian serta sistem diseminasi inovasi pertanian dengan deregulasi dan penciptaan iklim kondusif bagi investor swasta dalam upaya mendorong pertumbuhan produksi padi nasional (Maulana et al., 2006). Salah satu bentuk program yang dilakukan pemerintah saat ini adalah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Program ini memiliki target utama, yaitu peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton setara beras atau 3,6 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2007, dan meningkat 5 persen pada tahun-tahun selanjutnya sampai pada tahun 2009 (Departemen pertanian, 2007). Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi Varietas Unggul Baru (VUB), Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) maupun varietas hibrida dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Kontribusi penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi beras telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984 (Nugraha dan Sayaka, 2004). Menurut Maulana et al.(2006) pertumbuhan produksi padi yang luar biasa pada periode 1980-1989 serta keberhasilan berswasembada merupakan hasil dari perpaduan (1) adanya terobosan teknologi Revolusi Hijau (2) potensi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan masih tinggi (3) dukungan kebijakan komprehensif dan terpadu (4)
4
administrasi pemerintahan terpadu sentralistik dan (5) dukungan politik. Varietas unggul termasuk dalam bagian dari teknologi Revolusi Hijau. Teknologi revolusi hijau untuk padi pertama kali ditemukan oleh International Rice Research Institute (IRRI) pada pertengahan 1960-an. Karakteristik dasar dari teknologi ini adalah (1) benih unggul berumur pendek sehingga dapat meningkatkan hasil panen melalui peningkatan intensitas tanam; (2) responsif terhadap pupuk kimia utamanya urea sehingga dapat meningkatkan produktivitas melalui penggunaan pupuk; (3) membutuhkan lingkungan prima, utamanya irigasi terkelola (Maulana et al., 2006). Varietas unggul merupakan teknologi yang mudah, murah, dan aman dalam penerapan, serta efektif meningkatkan hasil. Teknologi tersebut mudah karena petani tinggal menanam. Murah karena varietas unggul yang tahan hama misalnya, memerlukan insektisida jauh lebih sedikit daripada varietas yang peka. Varietas unggul relatif aman, karena tidak menimbulkan polusi dan perusakan lingkungan. Sampai saat ini telah dihasilkan lebih dari 150 varietas unggul padi yang meliputi 80 persen total areal padi di Indonesia (Susanto, 2003), bahkan sejak tahun 1943 hingga kini, Indonesia telah melepas 191 varietas unggul (Las et al., 2004).
1.2. Perumusan masalah Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi beras tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama.
5
Sedangkan pemerintah berupaya mendorong petani padi untuk menggunakan varietas-varietas unggul sebagai upaya untuk meningkatkan produksi padi. Menurut Las et. al. (2004) dari sekitar 80 VUB yang berkembang di petani, varietas IR 64 merupakan varietas unggul padi yang paling banyak digunakan petani padi di 12 provinsi penghasil padi utama di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali dan NTB. Hasil dari Statistik Badan Litbang Pertanian pada tahun 2002 menunjukkan verietas IR 64 menyebar 45,52 persen dari luas tanam di 12 provinsi tersebut. Varietas yang menonjol selain varietas IR 64 antara lain Way Apoburu (8,16%), Ciliwung (6,82%), Memberamo (4,59%), Ciherang (4,43%) dan Cisadane (2,63%). Pada tahun 2005 varietas IR 64 menyebar 31,4 persen, Ciherang 21,8 persen, Ciliwung 8 persen, Way Apo Buru 3,3 persen, IR 42 2,4 persen, Widas 1,8 persen dan Memberamo 1,6 persen (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2005). Hal ini menandakan secara keseluruhan bahwa terjadi perubahan perilaku petani padi terhadap varietas-varietas tersebut mengingat perilaku petani padi bersifat dinamis. Penyebaran varietas unggul berbeda-beda di setiap wilayah sentra produksi padi. Varietas IR 64 relatif masih banyak ditanam oleh petani padi di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ngawi, dengan proporsi masing-masing kabupaten sebesar 64 persen dan 70 persen (Nugraha dan Sayaka, 2004). Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Kediri termasuk dalam kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur. Keadaan ini berbeda dengan sentra produksi padi di Jawa Barat seperti Kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang. Varietas yang relatif banyak ditanam oleh petani padi di ketiga kabupaten tersebut adalah varietas Ciherang. Masing-masing dengan luas areal tanam 39,9 persen, 36,1 persen dan 37,9 persen, sedangkan luas
6
areal varietas IR 64 hanya 28,1 persen, 17,1 persen dan 14,1 persen dari total luas tanam padi di masing-masing kabupaten tersebut (Las et al, 2004). Hal-hal yang telah diuraikan di atas menandakan terdapat perbedaan perilaku, sikap dan kepuasan petani padi terhadap varietas unggul. Hal ini tidak lepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologis dan fakorfaktor lainnya. Kondisi-kondisi tersebut tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih varietas unggul sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sebagian besar (47,27 %) penduduk di Kabupaten Kediri masih bergantung pada sektor pertanian (BPS, 2003). Kabupaten Kediri dapat dikategorikan sentra produksi beras dengan pertimbangan luas panen yang menduduki peringkat ke-8 (Departemen Pertanian Jawa Timur, 2007). Sektor pertanian tanaman pangan menyumbang 22,96 persen terhadap pembentukan Pendapatan Daerah Rata-Rata Bruto (PDRB) Kabupaten Kediri serta memiliki peranan penting dalam pembentukan PDRB Jawa Timur. Sehingga penelitian terhadap perilaku petani padi, sikap mereka terhadap benih padi dan tingkat kepuasan mereka dalam menggunakan benih varietas unggul di Kabupaten Kediri menarik untuk dilakukan. Berdasarakan penjelasan tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri? 2. Bagaimana sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri?
7
3. Bagaimana strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan para petani padi?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik petani padi dan proses keputusan pembelian benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. 2. Menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. 3. Merekomendasikan strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani padi berdasarkan bauran pemasaran.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penangkar, dapat menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat dengan melihat apa yang dibutuhkan dan diinginkan petani padi terhadap benih padi varietas unggul. 2. Pemerintah melalui intansi terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan masukkan dalam perencanaan peningkatan produksi beras nasional. 3. Lembaga ilmu pengetahuan dan bidang penelitian, dapat mengembangkan jenis-jenis padi yang diharapkan oleh petani padi. 4. Pembaca pada umumnya, dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
8
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benih padi yang akan menjadi bahan penelitian ini merupakan varietas benih padi yang ditanam di areal persawahan (varietas benih padi sawah) karena varietas benih padi ini paling banyak diusahakan oleh petani. 2. Dalam penelitian ini varietas benih padi yang akan diteliti adalah varietas benih padi yang secara umum dipakai petani padi di Kabupaten Kediri yaitu varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo. 3. Petani padi yang menjadi objek penelitian adalah petani padi yang melakukan pengambilan keputusan pembelian (bukan buruh tani) dan menggunakan benih padi varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo. Keterbatasan penelitian ini adalah hasil penelitian tidak bisa dianggap sama jika dilakukan didaerah lain mengingat kultur budaya, demografi, ekonomi, politik dan aspek-aspek lainnya tentunya berbeda pada setiap daerah. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan data jumlah petani padi (responden) yang diperoleh karena jumlah responden adalah jumlah sampel minimal dalam pengolahan data dan pemenuhan syarat penelitian serta adanya keterbatasan waktu dan biaya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Benih Padi Benih adalah biji tumbuhan yan berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun kualitas hasilnya. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi bahan pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan pemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian. Benih unggul adalah bahwa benih itu murni, bernas, sehat dan kering, bebas dari penularan penyakit cendawan, bebas dari campuran biji-biji rerumputan dan lainlainnnya (Siregar, 1981). Benih bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993). Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati, melalui SK Menteri Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas, yaitu:
10
1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS) Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan atau instansi yang menanganinya (lembaga Penelitian atau Perguruan Tinggi). Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khsusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih. 2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS) Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi dan identitas genetisnya dapat terpelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Nasional yang disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih. 3. Benih pokok atau Stock Seed (SS) Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu. 4. Benih sebar atau Ekstension Seed (ES) Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.
11
2.2 Benih Bersertifikat Hal yang membedakan benih bersertifikat dengan benih biasa adalah benih bersertifikat merupakan benih yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman dan kemudian disertifikasi oleh Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih (BPSB). Sedangkan benih biasa merupakan benih yang disisihkan dari panen pertanaman komoditas yang bersangkutan dan tidak disertifikasi oleh BPSB. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem Budi Daya Tanaman yang menyebutkan bahwa varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari luar negeri sebelum diedarkan terlebih dahulu mendapat izin dilepas oleh pemerintah. Varietas yang belum dilepas oleh pemerintah dilarang diedarkan. Benih dari varietas yang telah dilepas tersebut disebut benih bina. Benih bina yang diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurutt Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikat dibandingkan dengan benih biasa diantaranya adalah: 1. Penghematan penggunaan benih, misalnya untuk padi dari rata-rata 40-50 kg/ha menjadi 20-25 kg/ha. 2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakan buah sehingga dapat dipanen sekaligus. 3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam. 4. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan haisl panen 5-15 persen per hektar.
12
5. Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan. 6. Mutu benih dapat menentukan kebutuhan dan respon sarana produksi lainnya, dimana peranan sarana produksi tidak akan terliha apabila benih yang digunakan tidak bermutu.
2.3 Industri Benih Industri benih berperan untuk menghasilkan produk benih yang tidak mengalami perubahan bentuk dalam pemrosesasnnya. Disebut industri karena prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dan berakhir menjadi produk siap pakai yang dalam hal industri benih berupa benih suatu varietas tanaman. Menurut Sadjad (1997) industri benih dapat dibagi menjadi lima tingkat berdasarkan teknologinya, yaitu: 1. Industri benih tingkat I, dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi sederhana. 2. Industri benih tingkat II, merupakan industri yang telah menggunakan mesinmesin pembersih. 3. Industri benih tingkat II, merupakan industri benih yang melaksanakan pemilahan benih yang sudah bersih. Benih ini dipilah berdasarkan besar butiran, panjang, lebar, tebal atau berat. Industri ini menghasilkan kinerja fisik benih yang prima. 4. Industri benih tingkat IV. Industri pada tingkat ini selain memproduksi sebagaimana pada industri tingkat III juga selalu berhubungan dengan lembaga litbang (selaku penghasil varietas dan mulai memasuki program sertifikasi), meski belum memilikinya sendiri untuk lebih terjamin kelanjutan industrinya.
13
5. Industri benih tingkat V. Industri ini memiliki kemampuan memproduksi benih hasil litbang sendiri. Litbang ini selain memproduksi varietas hibrida yang selalu diperbaharui juga melakukan penelitian dan pengembangan bioteknologi.
2.4 Varietas Unggul Siregar (1981) mendeskripsikan varietas unggul adalah varietas dimana tanaman-tanaman mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada sifat yang dimiliki varietas padi lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama penyakit, lebih tahan terhadap tumbangnya tanaman, dan rasa nasi yang lebih enak.
2.5 Perkembangan Teknologi Perakitan Varietas Unggul Padi di Indonesia Secara umum perkembangan teknologi perakitan varietas unggul padi di Indonesia dapat dipilah ke dalam tiga periode (Las et al., 2004), yaitu era sebelum tahun 1970-an, era thaun 1970-an hingga sebelum swasembada beras (pra-IR 64), dan era pascaswasembada beras (era IR 64). 1. Era sebelum tahun 1970-an Di Indonesia, perakitan varietas unggul padi melalui persilangan dimulai tahun 1920-an dengan memanfaatkan gen pool yang dibentuk melalui introduksi tanaman (Harahap et al. dalam Las et al.,2004). Hingga tahun 1960-an, pemuliaan padi diarahkan pada pembentukan varietas untuk lahan tadah hujan yang kurang subur atau varietas yang kurang responsif terhadap pemupukan.
14
Varietas padi hasil persilangan di dalam negeri yang pertama kali dilepas pada tahun 1943 adalah Bengawan. Varietas ini memiliki latar belakang genetik hasil perbaikan dari varietas Cina yang berasal dari Cina, Latisail dari India dan Benong dari Indonesia (Hargrove et al. dalam Las et al.,2004).
Varietas
Bengawan berumur 140-155 hari setelah sebar (HSS), tinggi tanaman 145-165 cm, memiliki rasa nasi yang enak (Daradjat et al. dalam Las et al.,2004), dengan daya hasil 3,5-4,0 ton/ha. Contoh padi tipe Bengawan adalah varietas Bengawan (dilepas tahun 1943), Sigadis (1953), Remaja (1954), Jelita (1955), Dara (1960), Sinta (1963), Dewi Tara (1964), Arimbi (1965), Bathara (1965) dan Dewi Ratih (1969) 2. Era tahun 1970-an hingga sebelum swasembada beras (pra-IR 64) Selain untuk meningkatkan potensi hasil, program pemuliaan pada era ini juga diarahkan untuk memperbaiki rasa nasi. Dua varietas introduksi yang dilepas sebelumnya, yaitu PB8 atau IR8( yahun 1967) dan PB5 atau IR 5 (tahun 1968) dengan potensi hasil 4,5-5,5 ton/ha, digunakan sebagai sumber gen untuk memperbiki sifat-sifat varietas unggul yang sudah ada. Persilangan antara PB5 dan Shinta menghasilkan varietas Pelita-I-1 dn Pelita I-2 yang dilepas tahun 1971. Kedua varietas tersebut memiliki daya hasil yang cukup tinggi dan rasa nasi yang lebih enak disbanding PB5. Namun karena rentan terhadap wereng coklat maka kedua varietas tersebut tidak dapat bertahan lama. Sejak itu program perakitan varietas padi diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil, tetapi juga untuk memperbaiki
15
ketahanan terhadap hama dan penyakit utama. Selanjutnya dirakit dan dikembangkan sejumlah varietas unggul baru seperti Serayu (1978), Asahan (1978), Brantas (1978), Citarum (1978), Semeru (1980), Cisadane (1980), Cipunagara (081), Krueng Aceh (1981), Sadang (1983), dan Cikapundung (984). Diantara varietas unggul tersebut, Cisadane yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 berkembang pesat di kalangan petani dan menjadi contributor utama dalam swasembada beras tahun 1984. Namun, popularitas Cisadane kemudian menurun tajam sejalan dengan berkembangnya wereng coklat biotipe 3. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan introduksi beberapa galur dari IRRI, satu diantaranya dilepas sebagai varietas IR 64 yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 dan rasa nasinya enak. 3. Era swasembada beras (era IR 64) Dilepas tahun 1986, IR 64 berkembang dengan cepat karena disukai oleh sebagian besar petani dan konsumen, terutama karena rasa nasi yang enak, umur genjah dan hasil yang relatif tinggi. Hingga saat ini, luas areal tanam IR 64 mencapai 61persen dari luas tanam padi di Indonesia, disusul oleh varietas lokal (10%), Memberamo (8%), Way Apoburu (8%), IR66 (6%) dan Cisadane ( 6%) (direktorat Bina Perbenihan dalam Las et al.,2004). Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) tahun 2004 di 12 provinsi penghasil utama padi menunjukkan IR 64 masih mendominasi areal tanam padi dengan porsi 45 persen dari luas panen sekitas 9,2 juta ha. Upaya meningkatkan potensi hasil dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan heterois melalui perakitan varietas padi hibrida dan padi tipe baru
16
(PTB). Beberapa varietas yang dilepas setelah IR 64 adalah Ciliwung (1989), Barumun (1991), Memberamo (1995), Way Apoburu (1998), Widas (1999), Ciherang 2000), Tukad Unda (2000), Konawe (2001), Sintanur (aromatic, 2001), Cimelati semi PTB, 2002), Gilirang (semi PTB aromatic, 2002), Maro (hibrida, 2002), Rojan (hibrida, 2002) dan Fatmawati (PTB, 2003).
2.6 Varietas Unggul Nonhibrida dan Hibrida Varieatas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu varietas nonhibrida dan varietas hibrida. Verietas nonhibrida terdiri dari Varietas Unggul Baru (VUB) dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB). Sedangkan varietas hibrida hanya meliputi varietas hibrida. Berikut ini penjelasan umum mengenai dua kelompok varietas tersebut.
2.6.1 Varietas Nonhibrida Varietas unggul baru merupakan verietas hasil dari persilangan biasa antara padi jenis indica (cere). Sedangkan VUTB dihasilkan melalui persilangan antara padi jensi indica dengan japonica (Las et al., 2004). Prinsip utama dalam pembentukan VUTB adalah melakukan modifikasi arsitektur tanaman pada varietas modern masa kini agar mampu menghasilkan biomassa dan indeks panen yang tinggi. Padi tipe baru (PTB) memiliki sifat penting, antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, (b) malai lebih panjang dan lebat (>300 butir/malai), (c) batang besar dan kokoh, (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua,
17
(e) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10-25 persen tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las et al., 2004). 2.6.2 Varietas Hibrida Padi hibrida yang dikembangkan di Indonesia bertumpu pada sistem tiga galur atau melibatkan tiga galur tetua, yaitu galur mandul jantan (GMJ atau A), galur pelestari atau maintainer (B) dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur pelestari dan pemulih kesuburan memiliki tepungsari yang normal (fertil) sehingga mampu menghasiklan benih sendiri. Galur mandul jantan hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki tepung sari dari tanaman lain. Galur mandul jantan bila diserbuki oleh galur pelestari menghasilkan benih GMJ, sedangkan bila diserbuki oleh galur pemulih kesuburan menghasilkan benih F1 hibrida (Las et al., 2004). Sifat yang paling diharapkan dari varietas hibrida adalah tingkat produksinya 20-40 persen lebih tinggi daripada verietas unggul baru dan lebih tahan hama dan penyakit daripada varietas unggul baru (Las et al., 2004). Hal ini penting karena hasil varietas hibrida meskipun tinggi namun belum stabil dan masih kurang tahan terhadap wereng coklat, penyakit hawar daun, penyakit virus tungro.
2.7 Penelitian Terdahulu Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah banyak penelitian yang membahas permasalahan benih dan preferensi konsumen (sebagai bagian dari perilaku konsumen). Sugara (2007) mengangkat permasalahan mengenai kepuasan konsumen instan temulawak Taman Sringanis. Tujuan peneletian ini adalah untuk menganalisis karkteristik konsumen instan temulawak, menganalisis proses
18
keputusan pembelian konsumen instan temulawak, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut instan temulawak dan untuk menentukan bauran pemasaran yang sesuai bagi Taman Sringanis. Pengumpulan sampling data yang dilakukan untuk menunjang penelitian tersebut menggunakan teknik convenient yang berarti sampel responden adalah responden yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Wachizin (2007) menganilisis mengenai preferensi konsumen rook kretek dan rokok nonkretek. Peneliitn ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab rokok kretek tetap mampu menjadi pemimpin pasar, menganalisis variabel demografi sampel konsumen rokok di kota Bogor, menganalisis korelasi antara atribut-atribut rokok yang mempengaruhi sampel konsumen rokok di kota Bogor dalam memilih jenis rokok. Teknik pengambilan sampel konsumen dilakukan secara non probability menggunakan teknik convenient, sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tabulasi silang (Crosstabs), Multiatribut Fishbein, The Mann_Whitney U test, Korelasi Rank Spearman serta Chi Square. Hasil dari penelitin ini adalah variabel umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap preferensi. Sedangkan variabel yang mempengaruhi terhadap preferensi konsumen kretek maupun konsumen nonkretek hanya variabel tingkat pendidikan. Ramadhan (2007) juga mengangkat topik tentang preferensi konsumen terhadap energy drink sachet. Produk yang diamati dalam penelitian tersebut adalah
19
Extra Joss, Hemaviton Jreng dan Kuku Bima Ener-G. tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen energy drink sachet, menganilisis sikap atau preferensi konsumen terhadap atribut-atribut minuman berenergi sachet dan merumsukan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk market leader energy drink sachet merek Extra Joss. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling, dimana sampel merupakan responden kosnumen minuman berenergi yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner (berada pada tempat dan waktu yang tepat). Lokasi pengambilan responden dilakukan secara accidental dan jumlah resonden yang dijadikan sampel adalah 100 responden. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode model multiatribut Fishbein dan Importance Performance Analysis (IPA). Model multiatribut digunakan untuk mengetahui merek mana yang paling disukai oleh konsumen energy drink sachet. Sedangkan Importance Performance Analysis digunakan untuk mengetahui atribut apa saja yang perlu diperbaiki, dipertahankan maupun diproritaskan dalam pemasaran. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Kuku Bima Energ-G merupakan minuman berenergi yang paling disukai oleh responden. Penelitian Haryadi (2004) menyebutkan bahwa jenis benih yang sering digunakan oleh petani di kecamatan Warungkondang antara lain IR 64, Widas, Way Apoburu, Pandan Wangi dan Rojo Lele. Dari hasil penelitian tersebut, jenis IR 64 merupakan jenis benih yang umum dipakai dan semua responden pernah memakai jenis ini.
20
Berdasarkan penelitian tersebut alasan para petani memilih jenis-jenis benih padi adalah umur tanaman, produktivitas, tahan kerebahan, tahan hama dan penyakit, rasa, harga, mudah/tidaknya benih didapatkan. Umur tanaman berperan penting dalam memprediksi kapan tanaman panen, kapan waktu untuk menanam, bagaimana peluang merotasi pola tanaman dan bagaimana mengatur keuangan keluarga. Pada umumnya padi dengan umur pendek lebih disukai oleh petani. Produktivitas tanaman yang tinggi tentunya lebih disukai karena mendatangkan hasil panen yang lebih tinggi dan mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi pula. Tanaman yang memiliki tahan terhadap kerebahan juga disukai oleh petani karena akan mengurangi kehilangan butir padi. Ketahanan terhadap hama dan penyakit akan mempengaruhi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pestisida. Rasa dipengaruhi oleh permintaan pasar, dan para petani merespon permintaan tersebut dengan memperhatikan jenis benih yang digunakan. Survey pada tahun 2002/2003 membuktikan bahwa, sekitar 90 persen dri 9,2 juta ha areal pertanaman padi sawah (lebih dari 80 persen luas tanaman padi nasional) di 12 provinsi penghasil utama padi telah ditanami varietas unggul. Dari sekitar 80 varietas unggul yang berkembang di petani, jenis Way Apoburu, Ciliwung, Memberamo dan Ciherang paling disukai dan diharapkan dapat menggantikan IR 64 yang populer sejak lebih dari lima belas tahun yang lalu (Las et al., 2004). Penelitian ini dapat diketahui bahwa konsumen benih padi mulai mencoba jenis varietas lain selain IR 64 untuk kegunaan dan pasar yang berbeda pula. Seperti penelitian yang dilakukan Nugraha dan Sayaka (2004), bahwasannya IR 64 dan Kapuas yang memiliki kadar serat rendah dan suhu gelatinsasi awal rendah sehingga
21
cocok untuk industri makanan bayi. Beras Cisokan dan Mahakam memiliki suhu gelatinasi awal dan puncak yang rendah sehingga cocok untuk canned rice. Beras dengan kadar amilosa tinggi dan vikositas rendah sehingga cocok untuk industri bihun, jenis yang memiliki karakter ini antara lain Cisokan, IR36, IR42, Jatiluhur dan Progo. Sementara itu, beras varietas Gilirang dan Sintanur dicirikan oleh aromatik yang sangat disukai oleh konsumen tertentu. Beras varietas Memberamo yang sangat bening dengan kadar butir mengapur dan presentase beras pecah rendah, sangat cocok untuk produksi beras berkualitas ekspor (beras kristal). Girsang (2003) mengangkat topik kepuasan petani padi terhadap insektisida X. tujuan dari penelitian ini adalah menganalisi profil/karakteristik petani padi dan tingkat kepuasan petani dalam penggunaan insektisida X dan merumuskan alternatifalternatif kegiatan pemasaran dalam upaya meningkatkan kepuasan petani dalam penggunaan insektisida. Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi padi terbesar di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Karawang. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode multistage random sampling. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah analisis cluster, analisis CHAID, Thurstone analysis dan Importance Performance Analysis. Penelitian ini meniliti petani dengan membagi petani-petani kedalam empat segmen, yaitu: segmen experience, rational, follower dan trendsetter. Penilaian kinerja dan kepentingan atribut diukur sesuai dengan segmen-segmen tersebut sehingga perusahaan insektisida X dapat membenahi kinerja atribut di setiap segmen. Pasar sasaran perusahan yang dinilai tepat dan sesuai kemampuan perusahan adalah segmen experience, rational dan trendsetter.
22
Dari penelitian terdahulu yang mengangkat topik perilaku konsumen, terlihat bahwa penelitian mengenai preferensi (sikap) konsumen dan kepuasan konsumen menarik untuk dilakukan. Pada umunya untuk menganalisis kedua hal tersbut, alat analisis sikap multiatribut Fishbein, Importance Performance Analysis dan Costumer Satisfaction Index merupakan alat analisis yang ideal untuk mengetahui posisi produk suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing, mengetahui atribut apa saja yang perlu mendapat perhatian dan mengetahui sejauh mana kepuasan konsumen terhadap produk perusahaan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Kotler (2005) konsumen adalah individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Solomon (1992) memberikan pengertian yang lebih luas lagi tentang konsumen. Konsumen adalah individu yang mengidentifikasi apa yang dibutuhkan (produk mapun jasa), melakukan pembelian terhadap apa yang dibutuhkan dan mengevaluasi pembelian terhadap apa yang dibutuhkan.
3.1.2 Perilaku Konsumen Solomon (1992) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada individu maupun kelompok dalam melakukan pembelian, penggunaan maupun penentuan produk, jasa, ide maupun pengalaman untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahulukan dan menyusul tindakan ini. Menurut Kotler
24
dan Amstrong (2000) lebih menekankan bahwa perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian akhir baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi perorangan. Kotler juga berpendapat bahwa untuk melakukan riset konsumen, terdapat, beberapa pertanyaan kunci yang harus dijawab tentang pasar, yaitu: (1) occupants (siapa yang membentuk pasar); (2) objects (apa yang dibeli pasar); (3) objectives (mengapa pasar membeli); (4) organizations (siapa yang berpartisipasi dalam pembelian); (5) operations (bagaimana pasar membeli); (6) occasions (kapan pasar membeli); (7) outlets (dimana pasar membeli). Kotler (2005) menyatakan bahwa titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan-tanggapan. Model perilaku diawali dengan rangasangan pemasaran dan rangsangan lain (berupa ekonomi, teknologi, lingkungan atau yang lainnya) yang memasuki kesadaran pembeli. Selanjutnya karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian pembeli. Terdapat dua pertanyaan yang harus dijawab oleh pemasar, yang pertama adalah bagaimana karakteristik pembeli mempengaruhi perilaku pembelian dan kedua yaitu bagaimana pembeli mengambil keputusan pembelian. Rangsangan pemasaran dan rangsangan lain (lingkungan, ekonomi, politik dan lain-lain)
Karakteristik pembeli dan proses keputusan pembelian
Keputusan Pembelian (tempat pembelian, harga yang dibeli, tempat membeli dan lain-ain)
Sumber: Kotler (2005)
Gambar 3. Model Perilaku Konsumen Kotler
25
3.1.3 Proses Keputusan Pembelian Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen terbagi dalam lima tahap (Engel et al., 1994). Tahap pertama adalah pengenalan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan merupakan persepsi konsumen terhadap perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Ketika batas perbedaan ini berada pada tingkat yang melewati ambang tertentu, pengenalan kebutuhan pun akan dirasakan oleh konsumen. Begitu juga sebaliknya jika perbedaan tersebut belum mampu melewati ambang tertentu, pengenalan kebutuhan tidak akan terjadi. Tahap kedua adalah pencarian informasi. Pencarian informasi adalah aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau pemerolehan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal) untuk mendapatkan suatu bentuk informasi terhadap apa yang dibutuhkan (pengenalan kebutuhan). Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif. Pada tahap ini konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. Tahap keempat adalah pembelian. Pembelian adalah keadaan dimana konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. Tahap terkahir adalah hasil, pada tahap ini konsumen mengevaluasi apakah alterbatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Kelima tahapan dalam proses keputusan pembelian ini juga diungkapkan oleh Kotler (2005). Model proses keputusan pembelian lain yang diungkapkan oleh Kotler adalah model kesehatan dan model siklus aktivitas pelanggan. Model
26
kesehatan lebih menitikberatkan di bidang kesehatan pada cara perilaku yang sehat, seperti berhenti merokok, memulai program olahraga maupun membuat program diet. Model ini mmiliki lima tahapan yaitu prakontemplasi (tidak mengakui masalah atau kebuthan akan perubahan), kontemplasi (berpikir serius tentang masalah dan kemungkinan perubahan), persiapan (membuat komitmen dan melangkah guna mempersiapkan perubahan tersebut), aksi (modifikasi perilaku yang berhasil untuk periode dari satu sampai enam bulan) dan pemeliharaaan (keberlanjutan perubahan dari enam bulan sampai jangka waktu yang tdak terbatas). Model siklus aktivitas pelanggan berfokus pada pemetaan tahap atau proses perilaku konsumen, yaitu “pra”, “selama” dam “pasca” tugas tertenu. Konsep ini hampir sama dengan konsep proses keputusan pembalian oleh Solomon (1992) yaitu proses prapembelian, pembelian dan pascapembelian. Pada tahap “pra”, konsumen memutuskan apa yang harus dilkaukan, tahap “selama” adalah melaksanakannya dan tahap “pasca” mempertahankan agar terus berjalan (mengevaluasi apakah tetap berjalan atau tidak). Engel et al. (1994) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen menjadi tiga, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Pengaruh lingkungan memiliki peranan cukup besar terhadap perhadap perilaku konsumen karena konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks. Proses keputusan konsumen dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, Pengaruh keluarga dan Situasi (Engel et al., 1994).
27
Pengaruh perbedaan individu menurut Engel et al. (1994) ada lima cara dimana konsumen akan berbeda dalam mengambil keputusan belanja sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen yaitu sumberdaya, pengetahuan, sikap, motivasi serta kepribadian, gaya hidup dan demografi. Pengaruh psikologis dalam pembelian menurut Kotler (2005) yang dilakukan dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan serta pendirian. Engel et al. (1994) menyatakan ada tiga hal yang menjadi bagian dari proses yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen, yaitu pemrosesan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap dan perilaku. Pengaruh Lingkungan Budaya, Kelas Sosial, Pengaruh pribadi, Keluarga,Situasi
Perbedaan Individu -Sumberdaya Konsumen -Motivasi dan kepribadian -Pengetahuan -Sikap -Kepribadian , gaya hidup
Proses Keputusan -Pengenalan kebutuhan -Pencarian informasi -Evaluasi Alternatif -Pembelian
Proses Psikologis -Pemrosesan informasi -Pembelajaran -Perubahan sikap dan perilaku
Strategi Pemasaran Harga, Produk, Promosi, tempat (Distribusi), Orang, Proses, Bukti fisik Sumber: Engel et al. (1994)
Gambar 4. Model Perilaku Konsumen Engel
28
3.1.4 Atribut Produk Barang adalah salah satu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba (termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan atau lembaga tataniaga, pelayanan perusahaan) yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya (Limbong dan Sitorus, 1987). Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut, dan setiap produk, baik barang atau jasa dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Atribut menurut Solomon (1992) adalah karakteristik atau sifat dari suatu objek dan umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama pengambilan keputusan. Pendapat tersebut juga diutarakan oleh Engel et al. (1994). Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri rupa (feature), fungsi (function) dan manfaat (benefit). Ciri-ciri dapat berupa ukuran, karakteristik, estetis, komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, maupun trademark/merek dan lain-lain. Sementara manfaat dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, manfaat juga dapat berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering dipergunakan sebagai ciri-ciri atau manfaat.
3.1.5 Sikap Engel et al. (1994) memandang bahwa sikap adalah keseluruhan dari evaluasi. Pengertian sikap yang memandang bahwa sikap adalah keseluruhan dari evaluasi juga diutarakan oleh Solomon (1992). Solomon, menambahkan bahwa para ahli berpendapat terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu afektif, perilaku dan kognitif. Afektif mengacu perasaan atau emosi terhadap suatu objek, perilaku
29
mengacu pada tindakan terhadap objek, sedangkan kognitif mengacu pada kepercayaan terhadap objek. Sikap memiliki banyak karakteristik atau sifat, Sumarwan
(2003)
menyebutkan bahwa sikap memiliki objek, konsistensi, bentuk positif, negatif maupun netral, intensitas, resistensi, persistensi dan keyakinan. Engel et al. (1994) menambahkan bahwa sikap memiliki sifat yang dinamis, sehingga sikap dapat berubah-ubah dan dipengaruhi. Ahli-ahli perilaku konsumen seperti Schiffman dan Kanuk, Solomon dan Solomon menyatakan bahwa sifat yang penting dari sikap adalah kepercayaan. Solomon menggambarkan sebuah efek hierarki dari sikap yang dimulai dari kepercayan.
Sebelum
sikap
terbentuk perlu
adanya
kepercayaan
yang
menimbulkan suatu perasaan tertenu dan pada akhirnya memunculkan perilaku atau tindakan.
3.1.6 Model Sikap Multiatribut Fishbein Model Sikap Multiatribut Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Salah satu model sikap multiatribut yang biasanya dipakai adalah model atribut Fishbein (Engel et al., 1994). Model mutliatribut Fishbein mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan (belief) mereka mengenai atribut-atribut produk sehingga akan membentuk sikap (attitude) mereka terhadap berbagai merek alternatif. Apabila konsumen memiliki sikap yang mendukung terhadap suatu
30
merek, maka tersebut akan dipilih dan dibelinya. Rumus model Fishbein adalah sebagai berikut: n
A0 bi ei i 1
Dimana: A0
= sikap terhadap objek
b1
= kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atibut i
ei
= evaluasi mengenai atribut i
n
= jumlah atribut yang menonjol Terdapat dua sasaran pengukuran yang penting dalam mengevaluasi atribut
produk, yaitu: (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2) memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel et al., 1994). Kriteria evaluasi yang mencolok dapat diketahui dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat tertinggi. Saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. Solomon (1992) menambahkan bahwa dalam model mulitatribut Fishbein terdapat tiga komponen, yaitu saliensi kepercayaan, hubungan antara atribut dengan objek (kemungkinan objek memiliki atribut tertentu) dan evaluasi kepentingan terhadap atribut. Menurut Solomon, asumsi-asumsi yang digunakan bisa diubah dan disesuaikan dalam penelitian. Menurut Sumarwan (2003) konsumen harus memperhatikan merek dari suatu produk ketika menegvaluasi atribut yang dimiliki oleh masing-masing merek tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengevaluasi dan memberi nilai kepercayaan, seorang konsumen haruslah mengenal produk dan pernah merasakan manfaat dari produk tersebut.
31
3.1.7 Importance and Performance Analysis Importance and Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi meningkatkan kepuasan pelanggan. Analisis ini akan menghasilkan suatu matriks kartesius yang terdiri dari empat kuadaran. Importance mengacu pada tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan. Dari persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Dengan memakai konsep kepentingan ini, kita dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut dimata pelanggan. Selanjutnya, kita dapat mengaitkan pentingnya variabel ini dengan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan.
Importance Performance Matrix High
Importance
I Attributes to Improve
Maintain performance IV III
Attributes to Maintain Low
II
Attributes to De-emphasize Performance
High
Sumber: Umar (2000)
Gambar 5. Matriks Importance and Performance Analysis
Matriks ini terdiri dari empat kuadran: kuadran pertama terletak disebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri
32
bawah dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah. Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing variabel pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Kuadran I (attributes to improve) Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan pelanngan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya adalah perusahaan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga performance yang ada dalam kuadaran ini akan meningkat. Kuadarn 2 (maintain performance) Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakan sehingga tingkat kepuasanyya relatif tinggi. Variabel-veriabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di mata pelanggan. Kuadran 3 (attributes to maintain) Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyatannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.
33
Kuadran 4 (Attributes to De-emphasize) Kuadaran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.
3.1.8 Customer Satisfaction Index Tingkat kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2005). Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Begitu pula dengan keadaan sebaliknya dan jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Solomon (1992) mendeskripsikan kepuasan merupakan seluruh perasaan atau sikap terhadap produk setelah produk tersebut dibeli. Hal ini berkaitan dengan kualitas yang ada pada sebuah produk dan biasanya kualitas menunjukkan kinerja suatu atribut terhadap manfaat yang diperoleh konsumen. Engel et al. (1994)
mendefinisikan
kepuasan
sebagai
evaluasi
pascakonsumsi
yang
menunjukkan suatu alternatif terpilih memenuhi atau melampaui harapan. Jika hasil pembelian memenuhi harapan maka dapat dikatakan bahwa konsumen puas terhadap pembelian yang dilakukan. Customer Satisfaction Index atau Indeks Kepuasan Pelanggan digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh terhadap kinerja
34
suatu produk dengan melihat tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut atau indikator-indikator dari produk tersebut.
3.1.9 Bauran Pemasaran Menurut Kotler (2005), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat pemasaran tersebut terdiri dari 4P, yaitu product (produk), price (harga), Place (distribusi), dan promotion (promosi). 1. Produk Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kesuatu pasar yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk merupakan alat bantu pemasaran yang paling mendasar (Kotler, 2005). Menurut Kotler (2005), bauran produk adalah kumpulan dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli. Bauran produk memiliki tingkat kelebaran tertentu (banyak macam lini produk), panjang produk (jumlah keseluruhan jenis produk), kedalaman produk (jumlah variasi produk yang ditawarkan), dan konsistensi produk (menunjukkan hubungan dari berbagai lini produk dengan pemakai terakhir saluran distribusi atau lainnya). Keputusan merek merupakan hal utama dalam strategi produk. Merek merupakan nama, istilah, tanda simbol, rancangan atau kombinasi dari hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 2005).
35
2. Harga Harga merupakan satu-satunya elemen dari bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan (Kotler, 2005). Strategi harga meliputi metode penetapan harga pokok, memodifikasi harga yang sudah ada dan memprakarsai serta menanggapi perubahan harga. Penetapkan harga produk dilakukan oleh produsen dengan prosedur tertentu, yaitu memilih tujuan penetapan harga, menentukan permintaan, memperkirakan biaya, menganalisis harga, memilih metode penetapan harga, dan menetapkan harga. 3. Tempat Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2005). Saluran pemasaran yang dipilih perusahaan sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain. Agar barang atau jasa yang telah diproduksi oleh produsen akan tiba ke konsumen pada saat harga, tempat, dan bentuk yang tepat, maka diperlukan identifikasi alternatif saluran pemasaran. Menurut Kotler (2005), suatu alternatif saluran pemasaran digambarkan dengan tiga elemen, yaitu jenis perantara bisnis yang tersedia, jumlah perantara yang diperlukan, dan syarat serta tanggung jawab tiap peserta saluran. 4. Promosi Menurut Kotler
(2005), dalam
mengembangkan bauran promosi
perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu jenis pasar produk, tahap kesiapan konsumen, tahap siklus hidup produk, dan peringkat pasar
36
perusahaan. Bauran promosi pemasaran terdiri dari lima cara komunikasi utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi, dan pemasaran langsung.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Peningkatan pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan beras mengingat sebagian besar rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Saat ini laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah sebesar 1,49 persen per tahun dengan rata-rata tingkat konsumsi beras sebesar 139,15 /kg/kapita/tahun, sedangkan produksi beras belum aman dalam memenuhi permintaan tersebut. Laju pertumbuhan produksi mengalami penurunan yang lebih tajam daripada laju pertumbuhan permintaan. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan luas lahan yang melambat, bahkan laju pertumbuhan produktivitas di Jawa mengalami penurunan sampai 0,2 persen per tahun. Hal ini dapat menimbulkan krisis pangan di Indonesia. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi beras dengan berbagai macam program untuk meningkatkan produksi beras antara lain rehabilitasi ekstensifikasi infrastruktrur irigasi, pembukaan lahan sawah baru, memacu inovasi teknologi dan deregulasi serta penciptaan iklim kondusif bagi investor. Berkembangnya inovasi teknologi dalam benih padi menghasilkan banyak varietas-varietas unggul yang telah dilepas di pasar. Varietas-varietas unggul tersebut tentunya memiliki lebih banyak kelebihan daripada varietas-varietas yang telah dilepas terlebih dahulu. Sosialisasi penggunaan benih padi unggul dengan
37
pendekatan
Pengelolaan
Tanaman
Terpadu
(PTT)
diharapkan
mampu
meningkatkan hasil produksi. Respon petani terhadap benih padi unggul sangat beragam hal ini tidak lepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, sikap, psikologis dan fakorfaktor lainnya akan mempengaruhi keputusan petani. Pengetahuan perilaku konsumen, sikap mereka terhadap atribut-atribut benih padi dan tingkat kepuasan mereka dalam menggunakan varietas unggul tentu akan berguna untuk pihakpihak yang terkait dalam industri perbenihan. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk mengukur sikap petani padi terhadap atribut-atribut benih padi adalah model sikap multiattribut Fishbein. Sedangkan untuk mengukur tingkat kinerja terhadap varietas benih padi akan digunakan teknik Importance and Performance Analysis yang akan menilai kepentingan dan kinerja atribut-attribut tertentu berdasarkan pendapat responden. Untuk mengukur tingkat kepuasan petani padi akan digunakan Customer Satisfaction Index yang akan mengukur tingkat kepuasan dengan megukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan (kinerja). Hasil dari kedua alat analisis tersebut dapat dijadikan masukan dalam penetapan alternatif kebijakan. Bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 6.
38
Laju pertumbuhan penduduk terus meningkat mangakibatkan meningkatnya permintaan beras Laju pertumbuhan produksi belum mampu mengimbangi laju permintaan beras Upaya peningkatan produksi padi memanfaatkan teknologi perakitan varietas unggul
Inovasi teknologi perakitan varietas unggul menghasilkan banyaknya varietas unggul baru (VUB, VUTB maupun Hibrida)
Respon petani padi terhadap banyaknya varietas unggul baru
Sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul
Analisis Kepuasan Analisis Sikap Karakteristik petani padi dan Proses keputusan pembelian Gambar 6. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Deskriptif
Model Sikap Multiatribut Fishbein
Importance & Performance Analysis
Customer Satisfaction Index
Identifikasi Sikap dan Kepuasan Petani Padi terhadap benih padi varietas ungggul
Strategi Pemasaran
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur. Jawa Timur merupakan propinsi sentra produksi padi di Pulau Jawa selain propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2008. Kecamatan yang menjadi daerah penelitian adalah Kecamatan Gampingrejo, Kayen Kidul, Pagu dan Gurah. Kecamatan ini dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berada di daerah sentra padi di kabupaten Kediri yaitu Korcam Papar dan Korcam Pare. Korcam Papar terdiri dari Kecamatan Kayen Kidul, Pagu, Papar, Kunjang, Plemahan dan Purwoasri. Sedangkan Korcam Pare terdiri dari Kecamatan Gurah, Gampingrejo, Kandangan, Kepung, Pare, Plosoklaten dan Puncu. Desa yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Sambirejo, Sambiresik, Plosorejo, Karangrejo, Turus, Toyoresmi, baye, Bangsongan, Kayen Kidul, Padangan, Bulu Pasar, Menang, Pagu, Semanding, Ngasem, Turus dan Gurah.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara tehadap responden dipandu dengan kuisoner yang telah disediakan. Kuisoner yang
40
dibagikan berisi tentang karakteristik responden petani padi, proses keputusan pembelian, sikap dan kepuasan responden terhadap benih padi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya maupun data-data dari instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian.
4.3 Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, dimana responden dipilih berdasarkan atas ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya (berada di tempat dan waktu yang tepat) serta memenuhi syarat yang telah ditetapkan (Cournoyer and Klein, 2000). Syarat yang digunakan dalam penelitian adalah petani padi yang pernah menggunakan benih padi varietas IR64, Mamberamo dan Ciherang. Ketiga varietas tersebut merupakan varietas unggul yang umum digunakan oleh petani padi di Kabupaten Kediri. Syarat pemilihan responden ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa informasi diperoleh berasal dari responden yang sudah menggunakan benih padi tersebut untuk mengurangi bias hasil penelitian. Jumlah sampel yang akan dijadikan responden diperoleh berdasarkan penggunaan rumus Slovin. Rumus Slovin yang digunakan adalah sebagai berikut : n=
N (1 Ne 2 )
dimana: n = jumlah sampel N = ukuran populasi (jumlah petani padi) e = persen kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir
41
Berdasarkan rumus diatas, jika toleransi
kesalahan sampel yang masih
ditolerir adalah 10 persen dan jumlah petani padi yang berada dalam Kabupaten Kediri adalah 114.483 petani padi maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 99,99 responden. Untuk memudahkan perhitungan jumlah responden yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah 100 responden.
4.4 Atribut Produk Atribut yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan wawancara dan melakukan uji chi-square dengan para petani, penangkar dan Kepala Sub Bagian Benih Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri. Untuk mengetahui atribut-atribut yang valid maka dilakukan proses sebagai berikut: 1. Dilakukan hipotesis yang akan diujikan Ho : semua atribut yang memberikan hasil yang sama Hi : semua atribut yang memberikan hasil yang berbeda 2. Q hitung dengan rumus
Qhit
k k ( k 1) k C12 ( Ci ) 2 i i n n k Ri R12 i
i
Dimana: K = jumlah attribut C = jumlah yang menjawab “ya” dari setiap blok R = jumlah yang menjawab “ya” dari semua atribut tiap blok
42
3. Q tabel diukur dengan α = 0.05 derajat kebebasan (dk) = jumlah attribut -1 dan akan diperoleh dari tabel distribusi Chi-Square (Khi-Kuadrat) 4. Keputusan Jika Qhit > Q tabel maka tolak Ho dan jika Qhit < Q tabel maka Ho diterima. Atribut-atribut yang memenuhi syarat adalah produktivitas (hasil panen), umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, rasa nasi, harga benih, harga GKG (Gabah Kering Giling), ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen. Adapun atribut-atribut lain yang dimiliki benih varietas unggul namun tidak termasuk dalam penelitian adalah kemasan, label kemasan, anakan produktif, promosi, kerontokan gabah, izin deptan, penyimpanan benih, kadar air, daya kecambah, tinggi tanaman dan responsif terhadap pemupukan.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dengan bantuan tabulasi deskriptif, metode Multiatribut Fishbein, Importance and Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Software yang digunakan dalam penelitian adalah Microsoft Office Excel 2007, SPSS versi 11 dan Minitab versi 14. Model Multiatribut Fishbein digunakan untuk memahami sikap konsumen terhadap benih padi varietas unggul. Metode IPA digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kinerja atribut benih padi varietas unggul. Sedangkan metode CSI akan digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani padi terhadap benih varietas unggul.
43
4.5.1 Analisis Deskriptif Metode Deksriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi atas data dasar belaka (Nazir, 2003). Analisis dekriptif digunakan untuk mengolah informasi dan data yang berasal dari kuisioner. Data dan informasi ini akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel sederhana dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dai masing-masing variabel yang dianalisis. Hasil analisis ini digunakan untuk menganalisis karakteristik umum konsumen dan proses keputusan pembelian.
4.5.2 Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein Formulasi Fishbein merupakan model multiatribut yang secara simbolis rumus tersebut dituliskan sebagai berikut: n
A0 bi ei i 1
Dimana: A0
= sikap terhadap objek
b1
= kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atibut i
ei
= evaluasi mengenai atribut i
n
= jumlah atribut yang menonjol
Terdapat dua sasaran pengukuran yang penting dalam mengevaluasi atribut produk, yaitu: (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2) memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel et al.,
44
1994). Kriteria evaluasi yang mencolok dapat diketahui dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat tertinggi. Saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. Sementara itu kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap suatu produk atau dilihat dari manfaat kinerja yang diberikan oleh suatu produk (Sumarwan, 2003). Pengukuran
tingkat
evaluasi
dan
tingkat
kepercayaan
dilakukan
menggunakan Semantic Differentials Scale. Skala ini digunakan untuk mengukur arti obyek atau konsep bagi seorang responden (Umar, 2005). Komponen ei yang menggambarkan evaluasi atribut diukur pada sebuah skala semantic differentials 5 angka yang berjajar dari “sangat penting” hingga “sangat tidak penting”, sebagai contoh: Harga benih padi terjangkau Sangat tidak penting
1
2
3
4
5
sangat penting
Komponen bi yang menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa benih padi varietas unggul memiliki atribut yang diberikan. Kepercayaan diukur pada sebuah skala semantic differentials 5 angka hasil pelaksaan atribut yang berjajar dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”, sebagai contoh: Harga benih padi terjangkau Sangat tidak terjangkau 1
2
3
4
5
Sangat terjangkau
Untuk setiap varietas perlu mendapat nilai kepercayaan konsumen untuk masing-masing atribut. Untuk mengestimasi sikap terhadap masing-masing merek
45
dengan menggunakan indeks
b e
i i
setiap skor kepercayaan harus terlebih
dahulu dikalikan dengan skor evaluasi yang sesuai. Hasil akhir dari perhitungan menunjukkan penilaian sikap konsumen terhadap produk. Penilaian ini bisa berupa baik atau buruk, suka atau tidak suka, enak atau tidak enak dan lain sebagainya. Penilaian akan lebih baik jika terdapat produk sejenis yang dapat dibandingkan, sehingga konsumen dapat memberi penilaian yang lebih objektif.
4.5.3 Importance and Performance Analysis Untuk mengenal sampai sejauh mana tingkat kinerja atribut benih padi maka dapat digunakan Importance and Performance Analysis (Umar, 2000). Untuk mengukur tingkat kepentingan digunakan skala semantic differentials lima tingkat yang teriri dari sangat penting, cukup penting, kurang penting dan tidak penting. Kelima penilaian tersebut diberikan nilai sebagai berikut: 1. Jawaban sangat penting diberi nilai 5 2. Jawaban penting diberi nilai 4 3. Jawaban cukup penting diberi nilai 3 4. Jawaban tidak penting diberi nilai 2 5. Jawaban sangat tidak penting diberi nilai 1 Untuk mengukur tingkat kinerja diberikan lima penilaian sesuai dengan karakteristik atribut, sebagai contoh: Umur tanaman varietas X 1. Jawaban sangat pendek diberi nilai 5, yang berarti kinerjanya sangat baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan sangat puas.
46
2. Jawaban pendek diberi nilai 4 yang berarti kinerjanya baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan puas. 3. Jawaban biasa diberi nilai 3, yang berarti kinerjanya cukup baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan cukup puas. 4. Jawaban panjang diberi nilai 2, yang berarti kinerjanya buruk/tidak baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan tidak puas. 5. Jawaban sangat panjang baik diberi nilai 1, yang berarti kinerjanya sangat buruk/tidak baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan sangat tidak puas. Rentang skala yang akan digunakan disesuaikan dengan rumus sebagai berikut: Rs
( m n) b
Dimana :Rs = rentang skala m = skor tertinggi n = skor terendah b = jumlah kelas (dalam peneltitian ini digunakan lima kategori kelas) Berdasarkan banyaknya jumlah responden (100 responden) maka nilai ratarata terkecil yang mungkin diperoleh adalah 1 dan nilai rata-rata terbesar yang mungkin diperoleh adalah 5. Sehingga rentang skala untuk setiap kelas adalah (5 1) 0,8 . Untuk rentang skala pada tingkat kepentingan adalah sebagai 5
berikut: 1. 1,00 - 1,79
berarti sangat tidak penting
2. 1,80 - 2,59
berarti tidak penting
3. 2,60 - 3,39
berarti cukup penting
47
4. 3,40 - 4,19
berarti penting
5. 4,20 - 5,00
berarti sangat penting
Untuk rentang skala pada tingkat kinerja adalah sebagai berikut: 1. 1,00 - 1,79
berarti sangat tidak baik
2. 1,80 - 2,59
berarti tidak baik
3. 2,60 - 3,39
berarti cukup baik
4. 3,40 - 4,19
berarti baik
5. 4,20 - 5,00
berarti sangat baik
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y, dimana X merupakan tingkat kinerja varietas unggul yang dapat memberikan kepuasan para pelanggan sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan pelanggan. Selanjutnya sumbu mendatar ( X ) akan diisi oleh skor rata-rata tingkat kinerja. Sedangkan sumbu tegak ( Y ) akan diisi oleh skor rata-rata tingkat kepentingan. Rumus sebagai berikut: X
X
i
n
Y
Y
i
n
Dimana: X
= skor rata-rata tingkat kepuasan/pelaksanaan
Y
= skor rata-rata tingkat kepentingan
n
= jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik ( X `, Y ) dimana X `merupakan rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasn pelanggan seluruh faktor atau atribut. adalah Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat
48
seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Seluruhnya adalah K faktor dan rumus selanjutnya adalah sebagai berikut: n
X
n
Xi
Y
i 1
i 1
i
Y k k Dimana K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi mejadi empat bagian atau kuadran ke dalam diagram kartesius di bawah ini:
A
B
C
D
0 Sumber: Umar (2000)
Gambar 7. Diagaram Kartesius Importance and Performance Analysis
Keterangan: A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun produk tidak sesuai keinginan pelanggan sehingga mengecewakan/tidak puas. B. Menunjukkan unsur pokok yang sudah ada pada produk untuk wajib dipertahankan, dianggap sangat penting dan memuaskan.
49
C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, keberadaannya dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan, dianggap kurang penting tetapi memuaskan.
4.5.4 Customer Satisfaction Index Customer Satisfaction Index atau Indeks kepuasan pelanggan digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh terhadap kinerja benih padi varietas unggul. Hal ini dilakukan diukur melalui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut varietas unggul. Cara untuk mengukur indeks ini dilakukan dengan empat tahapan (Stratford, 2004), yaitu menghitung: 1. Weighting Factors (WF) Weighting Factors merupakan fungsi dari Mean Importance Score (MISi) masing-masing atribut atau indicator dalam bentuk persentase (%) dari total Mean Importance Score (MIS-t) dari keseluruhan atribut yang diuji: Weight Factors =
MISi x 100% TotalMIS
Dimana : I = atribut ke-i 2. Weight Score (WS) Weight Score merupakan fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) dikalikan dengan Weight Factors (WF): WS = MSS x WF
50
3. Weight Average Total (WAT) Weight Average Total merupakan fungsi Dari Total Weighted Score (WS)atribut ke-1 (a-1) hingga atribut ke-9 (a-9) WAT = WSa-1 + WSa-2 + WSa-3….+WSA-9 4. Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index merupakan fungsi dari weighted average (WA) dibagi highest scale (HS atau skala maksimum yang dipakai dalam penelitian) dikalikan 100 persen; CSI =
WA x100% HS
Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan. Kepuasan tertinggi dicapai bila CSI menunjukkan 100 %. Rentang kepuasan berkisar dari 0 – 100 %. Berdasarkan Simamora (2005), untuk membuat skala linier numerik, pertama-tama kita cari rentang skala (RS) dengan rumus : RS = Dimana :
mn b
m = skor tertinggi n = skor terendah b = jumlah kelas atau kategori yang akan dibuat
Untuk penelitian ini, rentang skalanya adalah : RS =
100 % 0 % = 20 % 5
51
Berdasarkan rentang skala tersebut, maka kriteria kepuasannya adalah sebagai berikut : 0 % < CSI ≤ 20 %
= sangat tidak puas
20 % < CSI ≤ 40 %
= tidak puas
40 % < CSI ≤ 60 %
= biasa
60 % < CSI ≤ 80 %
= puas
80 % < CSI ≤ 1.00 %
= sangat puas
4.6 Definisi Operasional 1. Sikap adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap suatu produk yang akan dibeli untuk memuaskan kebutuhan. 2. Responden adalah petani padi yang menggunakan benih padi varietas unggul sering digunakan, yaitu dan varietas IR 64, varietas Ciherang dan Memberamo. 3. Atribut adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk. 4. Umur tanaman adalah umur varietas sejak sebar sampai matang fisiologis (± 75 persen biji dalam semua malai matang), umumnya 115-125 hari, tergantung varietas. Umur varietas IR 64 adalah 110-120 hari, umur varietas Ciherang adalah 116-125 hari, sedangkan varitas Memberamo adalah 115120 hari (Suprihatno et al., 2007). 5. Tahan rebah adalah kekuatan ketegakan tanaman pada saat fase masak biji dan diukur dengan melihat posisi ketegakan tanaman pada seluruh plot. Varietas IR 64 tahan terhadap rebah, varietas Ciherang dinilai sedang terhadap kerebahan, sedangkan rebah varietas Memberamo juga dinilai sedang terhadap kerebahan (Suprihatno et al., 2007).
52
6. Produktivitas adalah rata-rata hasil panen aktual gabah kering giling per ha. Produktivitas varietas IR 64 adalah 5 ton/ha, produktivitas verietas Ciherang sebesar 6 ton/ ha, sedangkan produktivitas varietas Memberamo sebesar 6,5 ton/ha (Suprihatno et al., 2007). 7. Tahan hama dan penyakit adalah ketahanan tanaman padi terhadap hama dan penyakit padi seperti tungro, blast, wereng, keong mas dan lain-lain. Varietas IR 64 tahan hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan tehadap penyakit hawar daun bakteri strain IV dan agak atahan virus kerdil rumput. Varietas Ciherang tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri starin II dan IV. Varietas Memebramo tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan hawar daun bakteri strain III dan agak tahan tungro (Suprihatno et al., 2007). 8. Harga benih adalah harga yang diterima petani pada saat ini ketika membeli benih (sesuai dengan varietas). Di toko pertanian yang ditemui di lapangan, harga benih varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 6.100 yang berarti setiap 1 kemasan ukuran 5 kg berharga antara Rp 30.000 sampai dengan Rp 32.000. Harga ini menurut penjual berfluktuatif tergantung dari persediaan barang di pasaran. Di samping itu harga benih ini akan dikaitkan dengan kualitas varietas apakah sesuai dengan harga yang ditawarkan. 9. Rasa nasi adalah rasa nasi dari jenis varietas/jenis padi. Varietas IR 64, Ciherang and Memberamo memiliki rasa nasi yang enak (Suprihatno, 2007).
53
10. Ketersediaan adalah dalam membeli kemudahan petani mendapatkan benih baik itu di toko pertanian, agen maupun distributor. 11. Harga gabah kering giling (GKG) adalah harga yang diterima petani saat menjual gabah kering giling baik ke tengkulak. Harga GKG yang diterima petani menurut Inpres no.1 tahun 2008 adalah Rp 2.000. 12. Pemasaran hasil panen adalah mudah tidaknya hasil panen untuk dijual ke tengkulak maupun ke penggilingan.
V. PROFIL UMUM KABUPATEN KEDIRI
5.1 Letak Geografis Kabupaten Kediri Posisi geografis Kabupaten Kediri terletak antara 111 o 47' 05" sampai dengan 112 o 18'20" Bujur Timur dan 7o 36' 12" sampai dengan 8 o 0' 32 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh lima Kabupaten, yakni: (1) Sebelah Barat: Tulungagung dan Nganjuk; (2) Sebelah Utara: Nganjuk dan Jombang; (3) Sebelah Timur: Jombang dan Malang; (4) Sebelah Selatan: Blitar dan Tulungagung. Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari selatan ke utara. Pada tahun 2005, suhu udara berkisar antara 23o C sampai dengan 31 o C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari. Secara keseluruhan luas wilayah ada sekitar 1.386.05 km2 atau + 5 persen, dari luas wilyah propinsi Jawa Timur Ditinjau dari jenis tanahnya, Kabupaten Kediri dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan, yaitu: 1. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 persen, merupakan jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah kecamatan Kepung, Puncu, ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare, kandangan, kandat, Ringinrejo, Kras, papar, Purwoasri, Pagu, Plemahan, Kunjang dan Gampengrejo 2. Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 persen, merupakan jenis tanah yang dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan dan Kandangan
55
3. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha atau 3,18 persen, dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 dpl seperti Kecamatan Kandangan, Grogol, Semen dan Mojo. 4. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 persen, terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, banyakan, tarokan, Plemahan, Pare dan Kunjang. 5. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87persen, terdapat di kecamatan Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Tarokan dan Kandangan. Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya, yaitu gunung Kelud di sebelah timur yang bersifat Vulkanik dan gunung Wilis disebelah barat yang bersifat nonvulkanik, sedangkan tepat di bagian tengah wilyah Kabupaten Kediri melintas sungai Brantas yang membelah Wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian Barat sungai Brantas yang merupakan perbukitan lereng gunung Wilis dan gunung Klotok. Bagian timur sungai Brantas yang merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan lereng gunung Kelud. Kabupaten terbai dalam empat distrik atau korcam yaitu Korcam Grogol Papar, Ngadiluwih dan Pare . Korcam Papar terdiri dari Kecamatan Kayen Kidul, Pagu, Papar, Kunjang, Plemahan dan Purwoasri. Sedangkan Korcam Pare terdiri dari Kecamatan Gurah, Gampingrejo, Kandangan, Kepung, Pare, Plosoklaten dan Puncu. Korcam Grogol terdiri dari Kecamatan Banyakan, Grogol, Mojo, Semen dan tarokan. Korcam Ngadiluwih terdiri dari Kecamatan Kandat, Kras, Ngadiluwih, Ngancar, Ringinrejo dan Wates.
56
5.2 Penduduk Data jumlah penduduk pertengahan dan akhir tahun dihitung berdasarkan hasil registrasi penduduk oleh Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan. Jumlah penduduk Kabupaten Kediri pada akhir tahun 2006 tercatat sebanyak 1.445.695 jiwa. Jumlah penduduk ini mengalami penambahan 6.912 jiwa, dibandingkan tahun 2005. Jumlah kelahiran sebanyak 13.863 sedangkan jumlah kematian sebanyak 8.361 jiwa. Selisih penduduk yang datang dan keluar (net-Migrasi) Kabupaten Kediri tercatat sebanyak 1.410 jiwa. Angka net-Migrasi tahun 2006 ini turun tujuh kali lipat net-Migrasi tahun 2005 yang banyak 9.785 jiwa.
5.3 Pertumbuhan Ekonomi Penghitungan laju pertumbuhan Ekonomi adalah berdasarkan data PDRB atas harga konstan tahun 2000, sehingga lebih mencerminkan perubahan jumlah produksi. Untuk mengetahui perubahan harga di tingkat produsen, indikator yang dipakai adalah inflasi/deflasi PDRB. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kediri mencapai 2,51 persen pada tahun 2006. Semakin lebih baik jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 2003 (1,91 %), 2004 (2,07 %), dan 2005 (2,24 %). Sektor yang paling tinggi pertumbuhanya adalah sektor energi (listrik dan air bersih) sebesar 3,91 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (3,27 %), perdagangan (3,09 %), jasajasa (2,88 %), dan angkutan/komunikasi (2,90 %). Sektor yang paling relatif lambat
pertumbuhan
produksinya
pada
tahun
2006
adalah
Penggalian (1,92 %), pertanian (1,97 %), dan konstruksi (1,98 %).
sektor
57
Sejak tahun 2001, perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan sektor ini masih mengalami konstraksi atau minus 0,36 persen persen pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2005 naik 1,74 persen. Pada tahun 2003 pertumbuhan telah mencapai 2,14 persen, namun pada tahun 2004 pertumbuhan agak melambat hingga hanya mencapai 1,72 persen. Kemudian tahun 2005 dan 2006 Pertumbuhannya meningkat menjadi 1,76 persen dan 1,98 persen. Sektor pertanian agak lambat pertumbuhanya karena beberapa hal: (1) peningkatan produktifitas hasil pertanian tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan menyusutnya lahan pertanian; (2) masalah mahal dan sulitnya biaya produksi (contoh: pupuk ) dianggap petani tidak sepadan dengan kenaikan harga produk hasil pertanian. Meskipun cenderung berfluktuasi, pertumbuhan sub Sektor listrik termasuk yang paling tinggi: tahun 2004 (3,91 %), 2005 (4,02 %), dan tahun 2006 (4,15 %). Kenaikan tarif PLN tidak cukup signifikan mempengaruhi permintaan terhadap listrik pertumbuhan sektor ini mengkhawatirkan pemerintah karena pertumbuhan sektor ini berarti terus bertambahnya subsidi pemerintah terhadap harga listrik. Pertumbuhan subsektor lain yang cepat adalah subsektor komunikasi (5,12%) dan perbankan (5,75 %). Dampak modernisasi dan isu globalisasi sangat berpengaruh pada pesatnya pertumbuhan 3 sub sektor ini. Kebutuhan gaya hidup sangat mempengaruhi permintaan
sehingga meskipun harganya relatif cukup mahal
tingkat permintaan masih terus bertambah. Trend pertumbuhan sektor Industri sebenarnya cukup menjanjikan. Secara keseluruhan lambatnya pertumbuhan sektor ini lebih di sebabkan oleh
58
pertumbuhan positif di seluruh subsektor. Dukungan terbesar pada pertumbuhan sektor industri berasal dari industri makanan, minuman, dan tembakau (5,66 %), dan industri kertas dan barang cetakan (4,46%).
5.4 Peranan Sektoral Ada tujuh subsektor yang peranannya terus dominan, berturut - turut mulai dari yang paling tinggi kontribusinya terhadap PDRB tahun 2006, sub sektor tersebut adalah (a) tanaman pangan, (b) perdagangan besar dan eceran, (c) industri kertas dan percetakan, (d) tanaman perkebunan, (e) administrasi Pemerintahan dan pertahanan, (f) makanan/minuman dan tembakau, dan (g) industri sewa bangunan. Kontribusi sub sektor pertanian tanaman pangan terhadap PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing adalah 22,96 persen dan 37,75 persen. Untuk subsektor perdagangan besar dan enceran, kontribusinya terhadap PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan masing-masing adalah 22,12 persen dan 23,84 persen; Industri kertas dan percetakan 11,34 persen dan 10,59 persen; tanaman perkebunan 11,34 persen dan 11,95 persen; Administrasi pemerintahan dan pertahanan 8,34 persen dan 7,14 persen. Kontribusi sub sektor makanan/minuman dan tembakau masing-masing 3,07 persen Dan 3,21 persen. Sementara untuk sub sektor sewa bangunan kontribusinya adalah 2,63 persen dan 2,74 persen.
59
5.5 Sektor Pertanian Kabupaten Kediri 5.5.1 Tanaman Pangan Produksi tanaman pangan pada tahun 2006 berfluktuasi. Hasil produksi tanaman padi adalah 330,9 ribu ton (turun-0,57%); jagung 304,1 ribu ton (turun11,68%); ubi kayu 111,9 ribu ton (naik 12,56%); ubi jalar 1,2 ribu ton (turun38,72%); kacang tanah 3,35 ribu ton (naik 2,91%); kedelai 0,7 ribu ton (turun7,49%); kacang hijau 0,03 ribu ton (turun-64,7%). Produksi padi tahun 2006 mencapai 0,33 juta ton. Kecamatan yang mempunyai kontribusi paling banyak adalah Pare (40,324 ton atau 12,18 persen dari total kabupaten), Purwosari (7.26%), Kepung (6,96%) Plosoklaten (6,27%) dan Kandangan (5,76%). Sekitar 9,79 persen dari total 0,30 juta ton produksi jagung di Kabupaten Kediri berada di kecamatan Pare. Produsen jagung terbesar lainya adalah Plemahan (8,79%) Kepung (7,99%); Pagu (7,26%), dan papar (7,23%). Tercatat ada enam jenis tanaman yang produksinya cukup menonjol di Kabupaten Kediri yaitu lombok atau cabai (sekitar 18,9 ribu ton), mentimun (8,28 ribu ton) tomat (sekitar 6,52 ribu ton), terong (6,40 ribu ton), dan bawang merah (4,51 ribu ton). Ada empat jenis buah-buahan yang sangat menonjol produksinya di Kabupaten Kediri. Pada tahun 2006 jumlah produksi 4 jenis buah-buahan tersebut adalah mangga (93,6 ribu ton), pepaya (78,8 Ribu ton), nanas (77,0 ribu ton), dan pisang (40,5 ribu ton).
60
5.5.2 Perkebunan Menurut Dinas Hutbunling ada delapan perusahaan perkebunan di Kabupaten Kediri. Perkebunan kopi ada empat perusahaan; karet dan coklat masing-masing satu perusahaan; dan perkebunan cengkeh ada tiga perusahaan. Tahun 2006 tercatat perusahaan karet dapat menghasilkan 111,08 ton; perusahaan kopi 879,16 ton; perusahaan coklat 201,81 ton; dan perusahaan cengkeh
109,69
ton.
Data
produk akhir
tanaman perkebunan rakyat
memperlihatkan bahwa produk akhir tanaman tebu adalah gula kristal dengan produksi 112,7 ribu ton. Tanaman kelapa di hitung berdasarkan produksi setara kopra sebesar 7,3 ribu ton. Jambu mete produk akhirnya biji jambu mete dengan produksi 0,15 ribu ton. Produksi biji kering kopi Robusta di perkirakan sekitar 0,4 ribu ton. Tanaman cengkeh dan kenanga produk akhirnya adalah bunga kering dengan produksi masing-masing sekitar 0,2 ribu ton. Tanaman kapuk bedasarkan produksi serat adalah 0,3 ribu ton dan tanaman lada berdasarkan produksi adalah buah kering 1.490 kg.
5.5.3 Kehutanan Diperkirakan hutan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten kediri seluas 21. 713 hektar. Sebagian besar merupakan kawasan hutan produksi (60,96 %) dan kawasan hutan lindung (39,04 %). Kawasan hutan yang merupakan kawasan hutan wisata dan suaka alam ada sekitar 0,005 persen, yakni ada di kecamatan Tarokan (1 hektar).
61
Menyajikan data luas hutan menurut jenis tanamannya. Pada tahun 2006 kawasan hutan yang tersisa tinggal jenis tanaman sengon dan pinus. Hutan sengon luasnya 9.964,5 hektar; hutan pinus luasnya 11.7480,5 hektar.
5.5.4 Peternakan Menurut Dinas Kehewanan pada tahun 2006 di kabupaten kediri 102 perusahaan peternak ayam petelor/pedaging, satu Perusahaan peternakan Sapi perah, empat rumah potong hewan, 36 tempat potong hewan, dan 16 pasar hewan. Dibandingkan tahun 2005, populasi
sebagian besar
ternak mengalami
penambahan, kecuali kerbau dan babi dan populasinya turun -7,09 persen dan 6,71persen. Kenaikkan populasi tertinggi pada jenis ternak ayam ras (56,82 % menjadi 5.106 ekor) dan ayam kampung (52,77 % menjadi 1.433 ekor). Kenaikkan populasi terendah pada jenis ternak kuda (naik 0,4 % menjadi 252 ekor). Jenis ternak besar yang mendominasi adalah sapi potong dan sapi perah. Populasi sapi di perkirakan 77.677 ekor, paling banyak di Kecamatan Gurah (7,93 %), Keras (7,01 %), Kayen Kidul (5,91 %), Tarokan (5,63 %), dan Pagu (5,52 %). Populasi sapi perah mencapai 6.071 ekor paling banyak ada di Ngancar (24,8 %), dan di Kandangan (20,1 %). Untuk jenis ternak kecil yang mendominasi adalah kambing (128.546 ekor) dengan daerah sentranya di kecamatan Mojo (7,3 %), Plemahan (6,9 %), dan Plosoklaten (6,5 %) populasi unggas di dominasi ayam ras (petelor 3.483.395 ekor), pedaging (1.622.123 ekor) dan ayam kampung (1.432.868 ekor). Penyebaran populasi unggas hampir merata di semua kecamatan.
62
5.5.5 Perikanan Pengumpulan data usaha perikanan dilakukan melalui pendekatan rumah tangga bukan perusahaan. Oleh karena itu data yang dikumpulkan oleh Dinas Kehewanan adalah jumlah rumah tangga petani ikan dan pencari ikan yang dibedakan antara perairan umum, budi daya kolam, dan budi daya sawah. Diperkirakan pada tahun 2005 ada sekitar 4.752 rumah tangga petani ikan dan pencari ikan di Kabupaten Kediri. Hasil produsi mencapai sekitar 2,3 ribu ton ikan dengan total nilai produsi sekitar 18,6 milyar rupiah.
VI. KARAKTERISTIK PETANI PADI DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI 6.1 Karakteristik Petani Responden Petani padi yang menjadi responden dalam penelitian berada di Kabupaten Kediri dan tersebar dalam empat kecamatan dan 17 desa dengan jumlah responden 100 orang. Penyebaran petani responden di setiap kecamatan dan desa dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Wilayah dan Jumlah Petani Responden No.
Kecamatan
1 Gampingrejo
2
Kayen Kidul
3
Pagu
4
Gurah
Total
Desa Sambirejo Sambiresik Plosorejo Karangrejo Turus Toyoresmi Baye Bangsongan Kayen Kidul Padangan Bulu Pasar Menang Pagu Semanding Ngasem Turus Gurah
Jumlah petani 7 6 11 7 6 7 6 5 5 6 7 5 5 5 4 4 4 100
Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun (46%) dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (suami, istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang (36%). Anak-anak dari petani responden sebagian besar telah berkeluarga dan memiliki penghasilan sendiri-sendiri. Responden menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka (99%). Pekerjaan sampingan selain petani adalah buruh tani, pedagang dan peternak. Petani juga
64
ada yang hanya bekerja sebagai petani tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan sebagai buruh tani dilakukan kepada petani lain sebagai tanda kerjasama dan gotong royong antar petani. Imbalan yang diharapkan dari buruh tani dapat berupa uang, bantuan tenaga kerja, bantuan modal maupun hasil panen. Karakteristik petani responden dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 2. Tingkat pendidikan yang umum dimiliki petani responden adalah pendidikan SD atau sederajat (85%). Pendapatan per bulan dari hasil selain bertani sebesar Rp 500.000 sampai dengan Rp 999.999 (86%). Pendapatan ini sebagian besar berasal dari pendapatan yang diberikan anak-anak petani responden maupun
pekerjaan sampingan selain bertani seperti buruh tani,
berdagang maupun beternak.
Tabel 2. Karakteristik Petani Responden No
1
Karakteritik
Umur
Kategori ≤ 40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun >70
Total 2
Pekerjaan sebagai Petani
Pekerjaan Utama Pekerjaan sampingan
Total
3
Pendidikan
tidak skolah SD atau sederajat SMP SMA Perguruan Tinggi
Total
4
Jumlah keluarga (suami, istri dan anak)
≤ 4 orang 5 orang 6 orang 7 orang ≥ 8 orang
Pendapatan selain bertani setiap bulan
< Rp 500.000 Rp 500.000-999.999 Rp 1.000.000-1.499.000 >Rp 1.500.000
Total 5 Total
Jumlah Persentase (%) 3 3 26 26 46 46 22 22 3 3 100 100 99 99 1 1 100 100 14 14 85 85 4 4 1 1 0 0 100 100 6 6 27 27 36 36 28 28 3 3 100 100 6 6 86 86 8 8 0 0 100 100
65
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas lahan sawah yang dimiliki sebagian besar petani (52%) berkisar antara 1.400 m2 sampai dengan 2.779 m2 dan merupakan lahan milik sendiri (92%). Lahan tersebut merupakan lahan warisan dari orang tua mereka. Petani responden yang menyewa lahan, melakukan kegiatan menyewa lahan dari petani-petani yang memiliki lahan yang lebih luas dengan sistem bagi hasil maupun tunai.
Tabel 3. Karakteristik Petani Responden No 1
Karakteritik Status lahan
Kategori Milik Sendiri Sewa
Total 2
Luas lahan yang dimiliki
< 1.400 m2 1.400-2.779 m2 2.800-3.500 m2 > 3.500 m2
Budidaya dan Panen padi dalam 1 tahun
1 kali 2 kali
Total 3 Total 4
Rata-rata hasil panen
4-4.9 ton/ha 5-5.9 ton/ha 6-6.9 ton/ha 7-7.9 ton/ha
Total Harga GKG /kg Varietas Ir 64 dan Ciherang 5 Harga GKG /kg Varietas Memberamo
Rp 1.800 Rp 1.900 Rp 2.000 Rp 2.100 Rp 2.200 Rp 2.300
Total 7 Total
Pola Tanam
padi-jagung-horti padi-padi-horti padi-padi-jagung
Jumlah Persentase (%) 92 92 8 8 100 100 3 3 52 52 37 37 8 8 100 100 38 38 62 62 100 100 13 13 31 31 38 38 18 18 100 100 12 12 24 24 27 27 18 18 9 9 10 10 100 100 38 38 12 12 50 50 100 100
Petani responden melakukan budidaya padi sebanyak dua kali (62%) dengan produksi rata-rata setiap kali panen sekitar empat sampai dengan delapan ton per hektar. Hal ini tergantung dari varietas, serangan hama penyakit, kerebahan tanaman dan pola pemupukan yang tepat Banyaknya budidaya yang dilakukan
66
tergantung dengan pola tanam yang dilakukan. Pola tanam para petani responden antara lain padi-padi-jagung (50%), padi-padi-hortikultura (12%) dan padijagung-hortikultura (38%). Harga gabah kering giling (GKG) yang diterima petani bervariasi antara Rp 1.800 sampai dengan Rp 2.300 tergantung varietas dan dijual kepada para tengkulak. Varietas Memberamo umumnya dijual dengan harga lebih tinggi daripada varietas IR 64 dan Ciherang.
6.2 Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul Proses keputusan pembelian memiliki lima tahapan, yaitu tahapan pengenalan kebutuhan, tahapan pencarian informasi, tahapan evaluasi alternatif, tahapan keputusan pembelian dan tahapan pasca pembelian. Berikut ini penjelasan tahapan-tahapan proses keputusan pembelian petani padi terhadap benih varietas unggul. 6.2.1 Tahapan Pengenalan Kebutuhan Untuk mengaktifkan proses keputusan pembelian, seorang konsumen memerlukan respon atau motivasi serta harapan atau keadaan yang diinginkan. Untuk memotivasi pembelian benih padi varietas unggul oleh petani, perlu diketahui motivasi apa yang membuatnya bekerja sebagai petani padi dan sejauh mana pentingnya benih varietas unggul bagi petani. Berdasarkan Tabel 4 petani responden termotivasi untuk bertani padi karena pada umumnya merupakan turun temurun (warisan) dari orang tua ataupun kakek mereka (56%). Motivasi lain yang diungkapkan oleh petani padi dalam bertani padi adalah memperoleh ketenangan dalam kehidupan. Menjadi petani padi membuat mereka nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
67
Petani menilai bahwa pengunaan benih varietas unggul sangat penting (56%). Harapan mereka terhadap penggunaan benih varietas unggul adalah hasil panen yang lebih baik (76%). Menurut petani penggunan benih varietas unggul merupakan hal yang penting dalam bertani padi karena akan membantu petani dalam penggunaan pestisida, penggunaan pupuk perawatan yang lebih ringan sehingga hasil panen yang didapat akan lebih baik. Tabel 4. Tahapan Pengenalan Kebutuhan No
1
Keterangan
Motivasi Bertani Padi
Kategori Memperoleh Keuntungan Turun Temurun Memenuhi Kebutuhan Hidup Lainnya
Total
2
Pentingnya Benih Varietas Unggul
Sangat Tidak Penting Tidak Penting Cukup Penting Penting Sangat Penting
Total
3
Harapan penggunaan benih Varietas Unggul
Hasil panen yang lebih baik (meningkat) Waktu Panen yang lebih cepat Kualitas padi yang lebih baik Lainnya
Total
Jumlah Persentase (%) 0 0 54 54 34 12 100 0 0 4 40 56 100%
34 12 100 0 0 4 40 56 100
71
71
23
23
6 0 100
6 0 100
6.2.2 Tahapan Pencarian Informasi Informasi sebuah produk sangatlah penting bagi konsumen karena akan mempengaruhi proses keputusan konsumen untuk memakai produk tersebut. Begitu pula dengan para petani, informasi tentang benih padi akan mempengaruhi para petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan budidaya padi. Pencarian informasi bisa dilakukan secara internal maupaun eksternal. Tabel 5 menunjukkan bahwa sumber informasi umumnya diperoleh melalui toko
68
pertanian (62%) sehingga pencarian informasi dilakukan secara eksternal. Informasi yang dibutuhkan oleh petani responden adalah kualitas benih (56%). Petani responden berpendapat bahwa benih yang berasal dari daerah Boyolali dan Sragen adalah benih yang berkualitas. Selain toko pertanian petani juga memperoleh informasi varietas unggul melalui teman sesama petani karena petani responden lebih sering berinteraksi dengan sesama petani. Petani responden juga belum memanfaatkan informasi yang berasal dari petugas penyuluh lapang karena interaksi antara petani dan petugas penyuluh tidak sesering interaksi dengan sesama petani. Tahapan pencaraian informasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tahapan Pencarian Informasi No
1
Keterangan
Sumber Informasi
Kategori Diri sendiri Iklan/Promosi Toko Pertanian Kelompok tani/teman/keluarga PPL Lainnya
Total 2
Informasi yang dibutuhkan
Total
Harga benih Kualitas benih Lainnya
Jumlah Persentase (%) 0 0 0 0 62 62 27 11 0 100 44 56 0 100
27 11 0 100 44 56 0 100
6.2.3 Proses Evaluasi Alternatif Sebelum melakukan pembelian, perlu adanya pertimbangan terhadap manfaat yang diharapkan dan menyempitkan alternatif-alternatif yang dipilih. Varietas unggul yang biasa menjadi pertimbangan petani responden adalah IR 64, Memberamo, Cihereng, Ciboga, Cilamaya dan Intani (Tabel 6). Petani responden secara keseluruhan (100%) mempertimbangkan tiga varietas utama yaitu IR 64, Ciherang dan Memberamo.
69
Hal yang menjadi pertimbangan utama bagi petani dalam membeli benih varietas unggul adalah produktivitas. Atribut lain yang dipertimbangkan adalah rasa nasi, umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, harga gabah di pasaran, harga benih, ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen. Tabel 6. Tahapan Evaluasi Alternatif No
Keterangan
1
Varietas yang diketahuai untuk dipertimbangkan untuk membeli
2
Pertimbangan Utama (prioritas 1)
Kategori IR 64 Memberamo Ciherang Ciboga Cilamaya Aris (hibrida) Intani (hibrida) Bernas (hibrida) Produktivitas Rasa nasi Umur tanaman
Total
Jumlah Persentase (%) 100 100 100 100 100 100 32 32 40 40 0 0 15 15 0 0 89 89 6 6 5 5 100 100
6.2.4 Tahapan Keputusan Pembelian Tabel 7. menunjukkan bahwa varietas yang sering dibeli atau disukai oleh petani responden adalah Memberamo (40%). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan varietas ungul telah menyebar dan tidak tergantung pada satu verietas tertentu. Petani responden membeli benih secara mendadak, kapan pun jika telah tiba waktunya untuk menanam (58%). Dalam proses pembelian, petani responden memutuskan sendiri dalam membeli varietas unggul (90%) tanpa adanya pengaruh dari pihak lain. Intensitas pembelian disesuaikan dengan berapa kali petani responden menanam dalam satu tahun. Petani padi umumnya membeli benih padi sebanyak dua kali dalam satu tahun dengan banyak pembelian disesuaikan dengan luas lahan yang mengacu pada teknis umum di kalangan petani responden bahwa untuk 1.400 m2 dibutuhkan benih padi sebanyak lima
70
kilogram. Jumlah ini sebenarnya masih tinggi jika dibandingkan dengan petunjuk teknis budidaya padi dikarenakan faktor-faktor lain seperti keadaan tanah, pengairan, kebiasaan petani, serangan penyakit dan lain sebagainya. Tabel 7. Tahapan Keputusan Pembelian No 1
Keterangan Varietas yang sering dibeli
Kategori IR 64 Memberamo Ciherang
Total 2
Cara memutuskan Pembelian
Terencana Tergantung situasi Mendadak
Pihak mempengaruhi dalam memutuskan untuk membeli
Diri sendiri Iklan/Promosi Toko Pertanian Kelompok tani/teman/keluarga PPL Lainnya
Berapa kali membeli dalam 1 tahun
1 kali 2 kali
Total
4
Total 5 Total 6
Harga benih (1 kemasan ukuran 5 kg)
Rp 30.000 Rp 31.000 Rp 32.000
Total 7
Harga terjangkau dan sesuai dengan kualitas
Ya Tidak
Total 8
Jarak lokasi pembelian (toko pertanian)
Kurang dari 500 m 500 m - 999 m 1 km - 1,5 km Lebih dari 1,5 km
Total
9
Total
Pertimbangan
Dekat dengan rumah Sekaligus membeli pupuk dan pestisida Harga terjangkau Pelayanan memuaskan Kualitas terjamin Lainnya
Jumlah Persentase (%) 35 35 40 40 25 25 100 100 9 9 33 33 58 58 100 100 90 90 0 0 0 0 10 0 0 100 38 62 100 32 33 35 100 91 9 100 11 34 43 12 100 16
10 0 0 10 38 62 100 32 33 35 100 91 9 100 11 34 43 12 100 16
80 4
80 4
0 0 0 100
0 0 0 100
71
Harga yang biasanya dibeli untuk 1 kemasan ukuran lima kilogram adalah Rp 32.000 (35%), harga tersebut berfluktuatif tergantung dari ketersediaan benih di pasaran. Harga yang ditawarkan bagi petani responden sudah terjangkau dan sesuai dengan kualitas (100%). Petani responden membeli benih varietas unggul hanya di toko pertanian dengan pertimbangan untuk membeli benih sekaligus pupuk maupun pestisida (80%). Jarak yang ditempuh ke lokasi pembelian tidak terlalu jauh yaitu 1-1,5 km (43%).
6.2.5 Tahapan Evaluasi Pasca Pembelian Setelah melakukan pembelian dan mendapatkan manfaat, petani responden puas dengan pembelian yang telah dilakukan (80%). Jika terjadi kenaikan harga benih yang biasa dibeli, petani responden tetap akan membeli (98%) dengan mempertimbangkan manfaat yang biasanya telah mereka dapatkan. Sedangkan petani yang tidak jadi membeli akan membeli varietas lain. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani tetap akan mencari di tempat lain (92%) dan sisanya (8%) terpaksa membeli varietas lain.
Tabel 8. Proses Evaluasi Pasca Pembelian No 1
Keterangan Puas terhadap pembelian benih yang disukai
Kategori Puas Tidak
Jika benih yang biasa dipakai mengalami kenaikan harga
Tetap membeli Tidak jadi membeli
Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli
Mencari di tempat lain Terpaksa membeli varietas lain
Total 2 Total 3 Total
Jumlah Persentase (%) 80 80 20 20 100 100 98 98 2 2 100 100 92
92
8 100
8 100
VII. ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI
7.1 Analisis Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul 7.1.1 Analisis Kepentingan dan Kinerja Atribut Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dan mengetahui atribut yang perlu mendapat perhatian, perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut. Dari tingkat kepentingan dan kinerja akan diketahui sejauh mana tingkat kinerja atribut dapat memenuhi kebutuhan dari responden. Jumlah atribut yang akan dibahas ada sembilan atribut yang dijadikan pertimbangan para petani yaitu produktivitas, rasa nasi, umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, harga Gabah Kering Giling (GKG), harga benih, ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen. a. Produktivitas Berdasarkan hasil analisis dari 100 petani responden diperoleh 49 persen petani responden menyatakan bahwa atribut produktivitas sangat penting, 41 persen menyatakan penting, 10 persen menyatakan cukup penting dan tidak ada yang menjawab atribut tidak penting maupun sangat tidak penting (Tabel 9). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut produktivitas adalah 4,39. Nilai tersebut berada pada rentang 4,20–5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting. Produktivitas merupakan faktor penting dalam mencirikan kelebihan benih varietas unggul sehingga hal ini wajar menjadi tingkat kepentingan yang sangat penting. Tabel 9. Tingkat Kepentingan Produktivitas Atribut Produktivitas
1 0
Kepentingan 2 3 4 0 10 41
5 49
Total Nilai 439
73
Telah
dijelaskan
sebelumnya
dalam
definisi
operasional
produktivitas varietas IR 64 adalah 5 ton/ha GKG, produktivitas
bahwa verietas
Ciherang sebesar 6 ton/ha GKG, sedangkan produktivitas varietas Memberamo sebesar 6,5 ton/ha GKG. Nilai tingkat kinerja produktivitas sangat rendah menilai bahwa produktivitas varietas adalah 3 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas rendah menilai bahwa produktivitas varietas adalah 4 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas cukup tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 5 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 6 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas sangat tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 7 ton/ha GKG. Kinerja atribut produktivitas berbeda-beda untuk setiap varietas. Varietas IR 64 dinilai oleh 49 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 45 persen cukup tinggi, 4 persen sangat tinggi, 2 persen rendah dan tidak ada yang menilai produktivitas IR 64 sangat rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas IR 64 adalah 3,55 yang termasuk dalam kategori produktivitas tinggi (3,40-4,19). Varietas Ciherang dinilai oleh 46 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 36 persen cukup tinggi, 18 persen sangat tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Ciherang sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas Ciherang adalah 3,82 yang termasuk dalam kategori produktivitas tinggi (3,40-4,19). Varietas Memberamo dinilai oleh 68 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 22 persen sangat tinggi, 10 persen cukup tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Memberamo sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja
74
produktivitas Memberamo
adalah 4,12
yang termasuk dalam
kategori
produktivitas tinggi (3,40-4,19). Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Tingkat Kinerja Produktivitas Atribut Produktivitas IR 64 Produktivitas Ciherang Produktivitas Memberamo
1 0 0 0
2 2 0 0
Kinerja 3 45 36 10
4 49 46 68
5 4 18 22
Total Nilai 355 382 412
Uraian diatas menandakan bahwa produktivitas setiap varietas telah sesuai dengan potensi produktivitas setiap varietas. Bagi petani responden, produktivitas varietas unggul Ciherang dan Memberamo masih dianggap tidak terlalu istimewa karena produktivitas kedua varietas tersebut tidak terlalu besar dibandingkan varietas IR 64. b. Rasa Nasi Sebesar 55 persen petani responden menyatakan bahwa atribut rasa nasi penting, 26 persen menyatakan sangat penting, 15 persen menyatakan cukup penting, 4 persen menyatakan tidak penting dan tidak ada yang menyatkan sangat tidak penting (Tabel 11). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut rasa nasi adalah 4,03. Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting. Rasa nasi menurut petani termasuk penting karena erat kaitannya dengan dengan selera konsumen beras, sehingga mempengaruhi para tengkulak dalam membeli hasil panen mereka.
Tabel 11. Tingkat Kepentingan Rasa Nasi Atribut Rasa Nasi
1 0
Kepentingan 2 3 4 4 15 55
5 26
Total Nilai 403
75
Rasa nasi sedikti sulit dideskripsikan dengan tepat. Dari literatur-literatur yang didapat varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo secara teknis memiliki rasa yang enak. Bentuk beras dari ketiga varietas ini juga hampir sama yaitu ramping. Kadar amilosa yang terkandung pada varietas Memberamo lebih rendah yaitu 19 persen, sedangkan varietas IR 64 dan Ciherang memiliki kadar amilosa yang sama yaitu 23 persen. Hal ini yang menyebabkan varietas Memberamo lebih pulen dibandingkan dengan varietas IR 64 dan Ciherang. Kinerja atribut rasa nasi varietas IR 64 dinilai oleh 49 persen petani memiliki rasa enak, 41 persen cukup enak, 9 persen sangat enak, 1 persen tidak enak dan tidak ada yang menilai sangat tidak enak. Nilai rata-rata kinerja rasa nasi IR 64 adalah 3,66 yang termasuk dalam kategori rasa yang enak (3,40-4,19). Rasa nasi beras varietas Ciherang dinilai oleh 59 persen petani memiliki rasa enak, 39 persen cukup enak, 1 persen sangat enak, 1 persen tidak enak dan tidaka ada yang menilai sangat tidak enak. Nilai rata-rata kinerja rasa nasi Ciherang adalah 3,60 yang termasuk dalam kategori rasa nasi yang enak (3,404,19). Varietas Memberamo dinilai oleh 57 persen petani memiliki rasa nasi yang enak, 26 persen sangat enak, 17 persen cukup enak dan tidak ada yang menilai rasa nasi beras Memberamo sangat tidak enak maupun tidak enak. Nilai rata-rata kinerja rasa nasi Memberamo adalah 4,09 yang termasuk dalam kategori rasa nasi yang enak (3,40-4,19). Rasa nasi ketiga varietas tersebut bagi petani tergantug dari selera masingmasing konsumen beras. Menurut petani rasa nasi ketiga varietas tersebut saat ini
76
sudah baik dan dapat diterima oleh petani dan konsumen beras. Tingkat kinerja rasa nasi dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 12.
Tabel 12. Tingkat Kinerja Rasa Nasi Atribut Rasa Nasi IR 64 Rasa Nasi Ciherang Rasa Nasi Memberamo
1 0 0 0
2 1 1 0
Kinerja 3 41 39 17
4 49 59 57
5 9 1 26
Total Nilai 366 360 409
c. Umur Tanaman Sebesar 48 persen petani responden menyatakan bahwa atribut umur tanaman penting, 35 persen menyatakan sangat penting, 17 persen menyatakan cukup penting, dan tidaka ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting (Tabel 13). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut umur tanaman adalah 4,18. Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting. Umur tanaman bagi petani menjadi hal yang penting karena akan mempenagruhi intensitas dan pola tanam mereka. Jika umur tanaman padi lebih pendek akan memungkinkan petani untuk menanam sebanyak padi tiga kali atau memvariasikan pola tanam untuk memulihkan kondisi tanah mengingat tanaman padi banyak mengambil unsur hara dalam tanah dan dapat memutus atau mengurangi tingkat serangan hama penyakit.
Tabel 13. Tingkat Kepentingan Umur Tanaman Atribut 1 Umur Tanaman
0
Kepentingan 2 3 4 0 17 48
Total Nilai 5 35 418
Umur tanaman verietas IR 64 adalah 110-120 hari, umur varietas Ciherang adalah 116-125 hari, sedangkan varitas Memberamo adalah 115-120 hari. Kinerja
77
atribut umur tanaman varietas IR 64 dinilai oleh 63 persen petani memiliki umur yang pendek (105-109 hari), 37 persen cukup pendek (110-114 hari) dan tidak ada yang menjawab sangat pendek (100-104 hari), lama (115-119 hari) maupun sangat lama (120-124 hari). Nilai rata-rata kinerja umur tanaman IR 64 adalah 3,63 yang termasuk dalam kategori umur yang pendek (3,40-4,19). Varietas Ciherang dinilai oleh 81 persen petani memiliki umur cukup pendek, 19 persen lama dan tidak ada yang menilai pendek, sangat lama maupun sangat pendek. Nilai rata-rata kinerja umur tanaman Ciherang adalah 2,81 yang termasuk dalam kategori umur tanaman cukup pendek (2,60-3,39). Varietas Memberamo dinilai oleh 78 persen petani memiliki umur cukup pendek, 22 persen lama dan tidak ada yang menilai pendek, sangat lama maupun sangat pendek. Nilai rata-rata kinerja umur tanaman Memberamo adalah 2,78 yang termasuk dalam kategori umur tanaman cukup pendek (2,60-3,39). Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa umur tanaman varietas IR 64 lebih pendek daripada varietas Ciherang dan Memberamo. Bagi petani umur tanaman varietas unggul dinilai tidak terlalu banyak mengalami peningkatan, bahkan dirasakan tidak ada perubahan yang cukup signifikan.
Tabel 14. Tingkat Kinerja Umur Tanaman Atribut Umur Tanaman IR 64 Umur Tanaman Ciherang Umur Tanaman Memberamo
1 0 0 0
2 0 19 22
Kinerja 3 37 81 78
4 63 0 0
5 0 0 0
Total Nilai 363 281 278
d. Tahan Rebah Sebesar 48 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan rebah penting, 38 persen sangat penting, 14 persen menyatakan cukup penting dan tidak
78
ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut umur tanaman adalah 4,24. Nilai tersebut berada pada rentang 4,20-5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting.
Tabel 15. Tingkat Kepentingan Tahan rebah Atribut 1 Tahan Rebah 0
Kepentingan 2 3 4 0 14 48
5 38
Total Nilai 424
Tahan rebah memiliki peran penting dalam produksi. Jika tanaman tidak tahan rebah maka pada saat berbuah, batang tanaman tidak sanggung menyangga butir-butir padi dan menyebabkan tanaman mudah roboh. Hal ini akan diperparah jika kondisi alam tidak bersahabat, seperti angin kencang, hujan lebat, tanah yang terlalu berlumpur sehingga tanaman semakin mudah roboh. Kondisi tersebut akan menghilangkan butir-butir padi yang mengakibatkan penurunan produksi. Hal ini juga mempengaruhi biaya perawatan karena petani akan mengeluarkan biaya lebih untuk menyelamatkan butir-butir padi pada tanaman yang roboh. Dari literatur-literatur yang didapat, varietas IR 64 tahan terhadap rebah, varietas Ciherang dinilai sedang terhadap kerebahan, sedangkan rebah varietas Memberamo juga dinilai sedang terhadap kerebahan. Tabel 16 menunjukkan kinerja atribut tahan rebah varietas IR 64 dinilai oleh 74 persen petani tahan rebah, 14 persen sangat tahan rebah, 12 persen cukup tahan dan tidak ada yang menilai mudah rebah muapun sangat mudah rebah. Nilai rata-rata kinerja tahan rebah varietas IR 64 adalah 4,02 yang termasuk dalam kategori tahan rebah (3,40-4,19). Varietas Ciherang dinilai oleh 64 persen petani tahan rebah , 29 persen cukup tahan, 5 persen sangat tahan rebah, 2 persen mudah rebah dan tidak ada
79
yang menilai sangat mudah rebah. Nilai rata-rata kinerja tahan rebah Ciherang adalah 3,72 yang termasuk dalam kategori tahan rebah (3,40-4,19). Varietas Memberamo dinilai oleh 63 persen petani mudah rebah, 29 persen cukup tahan, 8 persen sangat mudah rebah dan tidak ada yang menilai tahan rebah maupun sangat tahan rebah. Nilai rata-rata kinerja tahan rebah Memberamo adalah 2,21 yang termasuk dalam kategori mudah rebah (1,80-2,59).
Tabel 16. Tingkat Kinerja Tahan Rebah Atribut Tahan Rebah IR 64 Tahan Rebah Ciherang Tahan Rebah Memberamo
1 0 0 8
2 0 2 63
Kinerja 3 12 29 29
4 74 64 0
5 14 5 0
Total Nilai 402 372 221
Atribut tahan rebah varietas Memberamo ternyata tidak terlalu sesuai dengan informasi teknis yang berasal dari literatur karena banyak sekali dijumpai di lapangan varietas Memberamo yang roboh. Menurut beberapa petani, tahan rebah suatu varietas dapat datasi dengan teknik budidaya yang tidak berlaku umum atau sesuai dengan prosedur. Beberapa petani mencoba menanam dua varietas yang berbeda untuk menutupi kekurangan varitas satu dengan yang lainnya, misalnya varietas Memberamo dengan varietas Ciherang. Hasil yang diperoleh dirasakan lebih baik jika dibandingkan menanam hanya satu varietas saja, khususnya jika hanya menanam varietas Memberamo saja. e. Tahan Hama dan Penyakit Sebesar 61 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan hama dan penyakit penting, 32 persen sangat penting, 7 persen menyatakan cukup penting dan tidak ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut tahan hama
80
dan penyakit adalah 4,25 Nilai tersebut berada pada rentang 4,20-5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting.
Tabel 17. Tingkat Kepentingan Tahan Hama dan Penyakit Atribut Kepentingan 1 2 3 4 Tahan Hama dan Penyakit 0 0 7 61
5 32
Total Nilai 425
Tahan hama dan penyakit sangat berperan penting dalam produksi padi. Varietas yang tidak tahan hama dan penyakit tentunya akan mengurangi jumlah tanaman yang produktif. Jika tanaman yang produktif berkurang tentunya akan mengurangi hasil panen. Tanaman yang tidak tahan hama penyakit juga akan meningkatkan biaya dalam
perawatan khususnya penggunaan pestisida.
Meningkatnya biaya perawatan tentunya akan mengurangi penerimaan hasil panen. Varietas IR 64 tahan hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan tehadap penyakit hawar daun bakteri strain IV dan agak atahan virus kerdil rumput. Varietas Ciherang tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri starin II dan IV. Varietas Memberamo tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan hawar daun bakteri strain III dan agak tahan tungro. Penyakit dan hama tersebut merupakan hal yang umum ditemui dalam budidaya padi. Kinerja atribut tahan hama dan penyakit varietas IR 64 dinilai oleh 44 persen petani tahan hama dan penyakit, 40 persen cukup tahan hama dan penyakit, 10 persen tidak tahan dan penyakit, 6 persen sangat tahan hama dan penyakit dan tidak ada yang menilai sangat tidak tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata
81
kinerja tahan hama dan penyakit varietas IR 64 adalah 3,46 yang termasuk dalam kategori tahan hama dan penyakit (3,40-4,19). Varietas Ciherang dinilai oleh 63 persen petani cukup tahan hama dan penyakit, 30 persen tahan hama dan penyakit, 7 persen tidak tahan hama dan penyakit, tidak ada yang menilai sangat tidak tahan hama dan penyakit maupun sangat tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata kinerja tahan hama dan penyakit Ciherang adalah 3,23 yang termasuk dalam kategori cukup tahan hama dan penyakit (2,60-3,39). Varietas Memberamo dinilai oleh 57 persen petani cukup tahan hama dan penyakit, 25 persen tahan hama dan penyakit, 17 persen tidak tahan hama dan penyakit, 1 persen sangat tidak tahan hama dan penyakit dan tidak ada yang menilai sangat tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata kinerja tahan hama dan penyakit Memberamo adalah 3,06 yang termasuk dalam kategori cukup tahan (2,60-3,39). Serangan hama dan penyakit merupakan hal yang selalu menjadi masalah dalam budidaya padi. Meskipun telah ada varietas-varietas yang secara teknis tahan hama dan penyakit, hal ini tidak menjamin varietas tersebut tahan hama dan penyakit pada kondisi yang sebenarnya. Menurut para petani sebaiknya sosialisai penanganan hama dan penyakit lebih sering dilakukan untuk memaksimalkan kinerja tahan hama dan penyakit varietas-varietas unggul.
Tabel 18. Tingkat Kinerja Tahan Hama dan Penyakit Atribut Kinerja 1 2 3 4 Tahan Hama dan Penyakit IR 64 0 10 40 44
5 6
Total Nilai 346
82
Tahan Hama dan Penyakit Ciherang Tahan Hama dan Penyakit Memberamo
0 1
7 17
63 57
30 25
0 0
323 306
f. Harga Gabah Kering Giling (GKG) Sebesar 42 persen petani responden menyatakan bahwa atribut harga GKG penting, 41 persen harga GKG sangat penting, 17 persen cukup penting dan tidak ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut harga GKG adalah 4,24 Nilai tersebut berada pada rentang 4,20-5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting. Harga GKG merupakan insentif sebagai imbalan kepada petani atas usaha budidaya padi. Harga GKG yang tepat akan membantu petani dalam menutupi biaya produksi.
Tabel 19. Tingkat Kepentingan Harga Gabah Kering Giling (GKG) Atribut Kepentingan 1 2 3 4 5 Harga Gabah Kering Giling (GKG) 0 0 17 42 41
Total Nilai 424
Inpres no.1 tahun 2008 Tentang Kebijakan Perberasan, menetapkan harga GKG di tingkat petani adalah Rp 2.000/kg, kondisi di lapangan sedikit berbeda dengan Inpres tersebut. Harga GKG di lapangan bervariasi, dari hasil pembahasan karakteristik petani, harga GKG yang diterima petani berkisar antara Rp 1.800 sampai dengan Rp 2.300 tergantung dari tengkulak dan varietas yang dijual. Pada dasarnya harga GKG varietas IR 64 dan Ciherang hampir sama yaitu berkisar antara Rp 1.800 sampai dengan Rp 2.100. Varietas Memberamo memiliki harga yang lebih baik, minimal harga yang diterima adalah Rp 2.000.
83
Kinerja atribut harga GKG varietas IR 64 dinilai oleh 59 persen rendah (Rp 1.900), 20 persen cukup tinggi (Rp 2.000), 19 persen sangat rendah (Rp 1.800), 2 persen tinggi (Rp 2.100) dan tidak ada yang menilai sangat tinggi (lebih dari 2.100). Nilai rata-rata kinerja harga GKG varietas IR 64 adalah 2,05 yang termasuk dalam kategori harga GKG yang rendah (1,80-2,59). Varietas Ciherang dinilai oleh 36 persen petani cukup tinggi, 33 persen rendah, 22 persen tinggi, 7 persen sangat rendah dan 2 persen sangat tinggi. Nilai rata-rata kinerja harga GKG Ciherang adalah 2,79 yang termasuk dalam kategori cukup tinggi (2,60-3,39). Varietas Memberamo dinilai oleh 66 persen petani tinggi, 19 persen cukup tinggi, 15 persen sangat tinggi dan tidak ada yang menilai sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja harga GKG Memberamo adalah 3,96 yang termasuk dalam kategori tinggi (3,40-4,19). Harga GKG mengalami peningkatan setiap tahunnya namun harga terebut tidak selalu dapat diterima petani secara keseluruhan. Beberapa petani menerima harga yang sesuai harga yang ditetapkan, ada juga petani yang menerima dibawah harga tersebut, bahkan beberapa petani menerima harga yang lebih tinggi. Hal ini menandakan perlunya kontrol maupun pengawasan agar harga yang diterima petani bisa sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah dan mengurangi ketidaksesuaian harga (harga di bawah standar yang ditetapkan).
84
Tabel 20. Tingkat Kinerja Harga Gabah Kering Giling (GKG) Atribut Harga Gabah Kering Giling (GKG) IR 64 Harga Gabah Kering Giling (GKG) Ciherang Harga Gabah Kering Giling (GKG)Memberamo
Kinerja 1 19 7 0
2 59 33 0
3 20 36 19
4 2 22 66
5 0 2 15
Total Nilai 205 279 396
g. Harga Benih Sebesar 59 persen petani responden menyatakan bahwa atribut harga benih penting, 29 persen harga benih cukup penting, 7 persen sangat penting, 3 persen tidak penting dan 2 persen sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut harga benih adalah 3,66 Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting.
Tabel 21. Tingkat Kepentingan Harga Benih Atribut Harga Benih
1 2
Kepentingan 2 3 4 3 29 59
5 7
Total Nilai 366
Harga benih merupakan salah satu komponen biaya dalam budidaya padi. Petani mengakui bahwa harga benih memiliki peranan penting, namun bagi petani hal yang lebih penting adalah bagaimana kualitas benih tersebut saat ditanam, tumbuh dan sampai saat tanaman tersebut dipanen. Jika memiliki kualitas yang buruk, serendah apapun harga yang ditawarkan, menurut petani lebih baik membeli benih varietas lain yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa harga dinilai dengan manfaat atau kualitas yang diterima. Harga benih dipasaran antar varietas tidak berbeda jauh, dari beberapa toko pertanian dan informasi petani harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 30.000/5 kg sampai dengan Rp 32.000/5kg. Harga ini berfluktuatif tergantung ketersediaan di pasaran.
85
Kinerja atribut harga benih varietas IR 64 dinilai oleh 58 persen sesuai dengan kualitas, 29 persen cukup sesuai dengan kualitas, 9 persen sangat sesuai dengan kualitas, 4 persen tidak sesuai dengan kualitas dan tidak ada yang menilai sangat tidak sesuai dengan kualitas. Nilai rata-rata kinerja harga benih varietas IR 64 adalah 3,72 yang termasuk dalam kategori harga benih sesuai dengan kualitas (3,40-4,19). Varietas Ciherang dinilai oleh 52 persen petani sesuai dengan kualitas, 24 persen cukup sesuai dengan kualitas, 16 persen sangat sesuai dengan kualitas, 8 persen tidak sesuai dengan kualitas dan tidak ada yang menjawab sangat tidak sesuai dengan kualitas. Nilai rata-rata kinerja harga benih Ciherang adalah 3,76 yang termasuk dalam kategori sesuai dengan kualitas (3,40-4,19). Varietas Memberamo dinilai oleh 59 persen petani sesuai dengan kualitas, 27 persen cukup sesuai dengan kualitas, 10 persen sangat sesuai dengan kualitas, 4 persen tidak sesuai dengan kualitas dan tidak ada yang menilai sangat tidak sesuai dengan kualitas. Nilai rata-rata kinerja harga benih Memberamo adalah 3,75 yang termasuk dalam kategori sesuai dengan kualitas (3,40-4,19). Uraian di atas telah menjelaskan bahwa harga benih yang diterima telah sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Beberapa petani menegaskan bahwa kualitas pada saat menanam sampai dengan waktu panen lebih penting daripada harga varietas yang ditawarkan. Hal ini menandakan bahwa petani telah mempertimbangkan manfaat dan biaya dalam pembelian benih varietas unggul.
86
Tabel 22. Tingkat Kinerja Harga Benih Atribut Harga Benih IR 64 Harga Benih Ciherang Harga Benih Memberamo
1 0 0 0
2 4 4 4
Kinerja 3 29 29 27
4 58 58 59
5 9 9 10
Total Nilai 372 372 375
h. Ketersediaan Benih di Pasaran Sebesar 40 persen petani responden menyatakan bahwa atribut ketersediaan benih di pasaran penting, 33 persen sangat penting, 26 persen cukup penting, 1 persen tidak penting dan tidak ada yang menjawab sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut ketersediaan benih di pasaran adalah 4,05 Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting.
Tabel 23.Tingkat Kepentingan Ketersediaan Benih di Pasaran Atribut Ketersediaan Benih di Pasaran
1 0
Kepentingan 2 3 4 1 26 40
5 33
Total Nilai 405
Ketersediaan benih merupakan faktor yang penting dalam budidaya padi karena hal ini akan mempengaruhi waktu tanam petani. Waktu tanam tidak sesuai akan mengakibatkan ketidakserasian waktu tanam antar petani. Keserasian waktu tanam dapat mengurangi serangan hama dan penyakit yang berarti akan menurunkan biaya perawatan sehingga akan meningkatkan penerimaan. Hasil proses keputusan pembelian menunjukkan akses petani dalam membeli benih varietas unggul sanagt dekat dan mudah diakses. Kinerja atribut ketersediaan benih di pasaran varietas IR 64 dinilai oleh 79 persen mudah diperoleh, 13 persen sangat mudah diperoleh, 6 persen cukup mudah diperoleh, 2 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menilai sangat sulit
87
diperoleh. Nilai rata-rata kinerja ketersediaan benih di pasaran varietas IR 64 adalah 4,03 yang termasuk dalam kategori mudah diperoleh (3,40-4,19). Ketersediaan benih di pasaran varietas Ciherang dinilai oleh 68 persen petani mudah diperoleh, 15 persen sangat mudah diperoleh, 14 persen cukup mudah diperoleh, 3 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menjawab sangat sulit diperoleh. Nilai rata-rata kinerja ketersediaan benih di pasaran Ciherang adalah 3,95 yang termasuk dalam kategori mudah diperoleh (3,40-4,19). Ketersediaan benih di pasaran Varietas Memberamo dinilai oleh 71 persen mudah diperoleh , 15 persen sangat mudah diperoleh, 7 persen cukup mudah diperoleh, 7 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menilai sangat sulit diperoleh. Nilai rata-rata kinerja ketersediaan benih di pasaran Memberamo adalah 3,94 yang termasuk dalam kategori mudah diperoleh (3,40-4,19). ketersediaan benih di pasaran bagi petani saat ini mudah diperoleh.
Tabel 24. Tingkat Kinerja Ketersediaan Benih di Pasaran Atribut Ketersediaan Benih di Pasaran IR 64 Ketersediaan Benih di Pasaran Ciherang Ketersediaan Benih di Pasaran Memberamo
1 0 0 0
2 2 3 7
Kinerja 3 6 14 7
4 79 68 71
5 13 15 15
Total Nilai 403 395 394
i. Pemasaran Hasil Panen Sebesar 44 persen petani responden menyatakan bahwa atribut pemasaran hasil panen penting, 39 persen sangat penting, 17 persen cukup penting, dan tidak ada yang menilai tidak penting dan sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut permintaan pasar adalah 3,59 Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting.
88
Tabel 25. Tingkat Kepentingan Pemasaran Hasil Panen Atribut Pemasaran Hasil Panen
1 0
Kepentingan 2 3 4 0 17 44
5 39
Total Nilai 422
Petani pada umumnya lebih sering menjual hasil panen kepada tengkulak, pihak lain yang juga terkadang membeli hasil panen adalah pihak penggilingan namun kondisi ini jarang ditemukan. Kebutuhan akan beras tentunya ikut mempengaruhi perilaku para tengkulak dalam membeli hasil panen dari petani. Secara umum para tengkulak membeli hasil panen disesuaikan dengan varietas yang ditawarkan petani. Adapula tengkulak yang membeli hasil panen sebelum panen dilakukan (sistem ijon). Harga yang ditawarkan tegkulak berkisar antara Rp 1.900/kg sampai 2.300/kg. Kinerja atribut pemasaran varietas IR 64 dinilai oleh 50 persen petani mudah dijual, 46 persen cukup mudah dijual, 2 persen sangat mudah dijual, 2 persen sulit dijual dan tidak ada yang menilai sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja pemasaran hail panen varietas IR 64 adalah 3,52 yang termasuk dalam kategori pemasaran yang mudah dijual (3,40-4,19). Pemasaran hasil panen varietas Ciherang dinilai oleh 48 persen petani mudah dijual, 38 persen cukup mudah dijual, 8 persen sulit dijual, 5 persen sangat mudah dijual dan 1 persen sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja permintaan pasar Ciherang adalah 3,48 yang termasuk dalam kategori pemasaran hasil panen mudah dijual (3,40-4,19). Pemasaran pasar varietas Memberamo dinilai oleh 75 persen petani mudah dijual, 15 persen cukup mudah dijual, 10 persen sangat mudah dijual dan tidak ada yang menilai sulit djual maupun sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja
89
permintaan pasar Memberamo adalah 3,95 yang termasuk dalam kategori pemasaran hasil paen yang mudah dijual (3,40-4,19).
Tabel 26. Tingkat Kinerja Pemasaran Hasil Panen Atribut Pemasaran Hasil Panen IR 64 Pemasaran Hasil Panen Ciherang Pemasaran Hasil Panen Memberamo
1 0 1 0
2 2 8 0
Kinerja 3 46 38 15
4 50 48 75
5 2 5 10
Total Nilai 352 348 395
Pemasaran hasil panen dirasakan petani sudah menjadi hal yang wajar. Hal ini mungkin dapat ditinjau dari sisi konsumen beras mengingat lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Sehinga kebutuhan atau permintaan beras akan terus ada.
7.1.2 Diagram Kartesius Kepentingan dan Kinerja Atribut Benih Padi Varietas Unggul Setelah mendapatkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari masing-masing atribut setiap varietas unggul, langkah selanjutnya adalah mencari kinerja rata-rata atribut varietas unggul secara keseluruhan kemudian memplotkan nilai-nilai tersebut kedalam diagram kartesius. Skor rata-rata tingkat kepentingan yang akan menjadi ordinat pada sumbu Y dan tingkat kinerja yang akan menjadi ordinat pada sumbu X. Sebelum memplotkan koordinat atribut, perlu dicari sumbu X dan Y terlebih dahulu. Pada akhirnya akan terbentuk diagram kartesius yang menunjukkan posisi setiap atribut pada kuadran tertentu. Perhitungan tingkat kepentingan, tingkat kinerja, sumbu X dan sumbu Y dapat dilihat pada Tabel 27.
90
Tabel 27. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Benih Varietas Unggul Kinerja Varietas Unggul 3,830 3,783 3,073 3,317 3,250 2,933 3,743 3,973 3,650 31,553
Kinerja Atribut
Kepentingan
Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih Ketersedian Pemasaran hasil panen Total sumbu Y sumbu X
4,39 4,03 4,18 4,24 4,25 4,24 3,66 4,05 4,22 37,26 4,140 3,506
IR 64 3,55 3,66 3,63 4,02 3,46 2,05 3,72 4,03 3,52 31,64
Ciherang 3,82 3,6 2,81 3,72 3,23 2,79 3,76 3,95 3,48 31,16
Memberamo 4,12 4,09 2,78 2,21 3,06 3,96 3,75 3,94 3,95 31,86
Pada tabel 27 menunjukkan koordinat masing-masing atribut, nilai sumbu X dan nilai sumbu Y, dari hasil tabel tersebut dapat dikembangkan dalam diagram kartesius yang akan menunjukkan posisi atribut yang terbagi dalam empat kuadran. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Scatterplot of Tingkat Kepentingan vs Tingkat Kinerja 3.506 Produk tiv itas
4.4 4.3
Tingkat Kepentingan
Harga Gabah Kering Giling
4.2
Tahan Hama Peny ak it
Umur Tanaman
Pemasaran hasil panen
Tahan Rebah
4.14 4.1 Rasa Nasi
Ketersedian
4.0 3.9 3.8 3.7
Harga Benih
3.6 3.0
3.2
3.4 3.6 Tingkat Kinerja
3.8
4.0
Gambar 8. Grafik Scatterplot IPA Benih Varietas Unggul
91
Posisi aritribut-atribut pada setiap kuadran memiliki makna yang berebeda terkait dengan tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun lembagalembaga yang terkait dengan pertanian tanaman pangan. Berikut ini penjelasan atribut-atribut dalam kuadran tersebut. a. Kuadran I Atribut pada kuadara I dianggap penting oleh petani tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut kinerjanya belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh petani (tingkat kinerja rendah). Harga GKG, tahan rebah, umur tanaman dan tahan hama penyakit merupakan atribut yang dirasa oleh petani penting tetapi kinerjanya kurang memuaskan. Menurut petani harga GKG IR 64 dan Ciherang lebih rendah dibandingkan dengan varietas Memberamo. Secara keseluruhan harga GKG yang diterima petani dinilai oleh petani masih terlalu rendah. Sehingga perlu evaluasi dan perbaikan agar harga yang diterima petani mampu mengimbangi biaya usahatani padi. Atribut tahan hama dan penyakit bagi petani belum memiliki kinerja yang baik. Menurut petani perlu adanya peningkatan baik dari segi varietas maupun penyuluhan penanganan hama dan penyakit. Kinerja atribut tahan rebah dinilai oleh petani belum baik terutama varietas Memberamo namun menurut beberapa petani hal ini bisa diatasi dengan menanam varietas yang tahan dengan varietas yang tidak tahan (dicampur). Umur tanaman bagi petani kinerjanya tidak terlalu banyak berubah yaitu berkisar antara 110-115 hari. Sehingga pengembangan varietas yang berumur pendek perlu terus untuk dikembangkan.
92
b. Kuadran II Pada kuadran ini produktivitas dan pemasaran hail panen bagi petani adalah hal yang penting dan kinerjanya baik. Produktivitas varietas unggul bagi petani sudah sesuai dengan standar kemampuan produksi setiap varietas. Pemasaran hasil panen dirasakan petani mudah dijual namun harga yang ditetapkan dirasa kurang tepat. c. Kuadran III Pada kuadran III tidak ada atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang rendah dengan kinerja yag rendah. d. Kuadran IV Atribut-atribut dalam kuadran ini adalah atribut dengan tingkat kepentingan rendah namun memiliki kinerja baik. Atribut-atribut tersebut adalah harga benih, ketersediaan dan rasa nasi. Harga benih saat ini bagi petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Menurut petani kualitas lebih penting daripada harga yang ditawarkan. Sehingga wajar jika harga benih memiliki tingkat kepentingan yang rendah. Ketersediaan benih dirasakan oleh petani mudah diperoleh, hal ini bagi petani sangat membantu dalam usahatani karena petani memiliki kesempatan untuk memperkirakan waktu pemupukan, waktu pengairan (irigasi), waktu panen, waktu membajak dan lain sebagainya. Rasa nasi menurut petani peniliannya lebih tergantung dari selera konsumen beras namun rasa nasi dinilai telah dapat diterima oleh petani maupun konsumen beras.
93
7.1.3 Customer Satisfaction Index Indeks Kepuasan Petani (IKP) terhadap benih varietas unggul dapat dilihat pada tabel 28. Dari tabel tersebut diperoleh nilai indeks kepuasan petani sebesar 73,32 persen (0,7332). Nilai ini berada pada rentang indeks kepuasan 0,60-0,80 yang berarti petani puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat pada benih padi varietas unggul. Hal ini menandakan benih varietas unggul telah berhasil memuaskan petani sebesar 73,32 persen. Tentu saja Indeks kepuasan ini harus ditingkatkan hingga mendekati 100 persen. Tabel 28. Perhitungan Customer Satisfaction Index Varietas Unggul Atribut Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih Ketersedian Pemasaran hasil panen Total CSI
Mean Importance Score (MIS) 4,39 4,03 4,18 4,24 4,25 4,24 3,66 4,05 4,22 36,42 73,32%
Mean Weighting Satisfaction Factors Score (WF) (MSS) 3,830 0,117 3,783 0,113 3,073 0,114 3,317 0,116 3,247 0,113 2,933 0,112 3,743 0,104 3,973 0,106 3,650 0,105 Weight Average Total (WAT)
Weight Score (WS) 0,464 0,438 0,354 0,378 0,372 0,429 0,388 0,427 0,414 3,666
7.2 Analisis Sikap Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul Untuk mengetahui sikap petani padi terhadap benih padi varietas unggul digunakan model multiatribut Fishbein. Model ini bisa memberikan gambaran tentang produk yang dinilai lebih baik atau buruk oleh konsumen dengan mempertimbangkan atribut-atribut yang dimiliki oleh produk. Hasil dari proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa pembelian terdapat tiga varietas unggul yang biasanya dibeli oleh petani yaitu varietas IR 64, Memberamo dan Ciherang. Ketiga varietas ini berdasarkan literatur-literatur yang
94
ada menunjukkan secara agregat memiliki luas tanam yang luas. Setiap verietas tentunya memiliki atibut-atribut yang dinilai berbeda oleh setiap petani. Atributatribut yang dimiliki setiap vaietas adalah produktivitas, rasa nasi, umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, harga Gabah Kering Giling (GKG), harga benih, ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen. Hasil perhitungan analisis multiatribut Fishbein dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Perhitungan Model Sikap Mulatiatribut Fishbein Atribut Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih Ketersedian Benih di Pasaran Pemasaran hasil panen Total (∑ . )
ei 4,39 4,03 4,18 4,24 4,25 4,24 3,66 4,05 4,22
bi 3,55 3,66 3,63 4,02 3,46 2,05 3,72 4,03 3,52
IR 64 bi . ei 15,58 14,75 15,17 17,04 14,71 8,69 13,62 16,32 14,85 130,74
Ciherang bi bi . ei 3,82 16,77 3,60 14,51 2,81 11,75 3,72 15,77 3,23 13,73 2,79 11,83 3,76 13,76 3,95 16,00 3,48 14,69 128,80
Memberamo bi bi . ei 4,12 18,09 4,09 16,48 2,78 11,62 2,21 9,37 3,05 13,01 3,96 16,79 3,75 13,73 3,94 15,96 3,95 16,67 131,71
Bersasarkan total penilaian sikap Tabel 29 terlihat pahwa varietas Memberamo lebih disukai daripada IR 64 maupun Ciherang. Skor sikap IR 64, Ciherang dan Memberamo secara berturut-turut
adalah 130,74, 128,80 dan
131,71. Nilai tiap varietas tidak berbeda jauh, hal ini menandakan bahwa kesukaan varietas satu dan yang lainnya sebenarnya tidak berbeda jauh. Atribut yang dinilai paling penting oleh konsumen adalah produktivitas (4,39). Pada atribut ini varietas Memberamo (18,09) lebih disukai karena petani menilai produktivitasnya lebih tinggi daripada IR 64 (15,58) dan Ciherang (16,77). Sedangkan atribut yang dinilai tidak terlalu penting (berdasarkan nilai terendah tingkat kepentingan) adalah harga benih (3,59). Petani menilai bahwa harga benih IR 64 (13,62), Ciherang (13,76) dan Memberamo (13,73) tidak ada yang lebih
95
mahal antara varietas satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh harga benih varietas unggul itu sendiri yang tidak berbeda jauh yaitu Rp 30.000/5 kg sampai dengan Rp 32.000/5 kg dan harga ini berfluktuasi tergantung pada ketersediaan benih dipasaran. Atribut terpenting kedua yang dinilai petani adalah tahan hama dan penyakit (4,25). Pada atribut ini, varietas IR 64 (14,71) dinilai lebih tahan hama daripada Ciherang (13,73) dan Memberamo (13,01) sehingga IR 64 lebih disukai dalam hal ketahanan terhadap hama dan penyakit. Bagi petani varietas apapun tidak pernah lepas dari serangan hama penyakit meskipun demikian petani mengakui bahwa serangan hama dan penyakit sudah menjadi hal yang wajar dalam bertani. Tahan rebah (4,24) dan harga GKG (4,24) merupakan atribut terpenting ketiga. Varietas IR 64 (17,04) dinilai lebih tahan rebah daripada Ciherang (15,77) dan Memberamo (9,37). Harga GKG Memberamo (16,79) dinilai lebih tinggi daripada IR 64 (8,69) dan Ciherang (11,83) Atribut terpenting keempat adalah pemasaran hasil panen (4,22). Pemasaran Memberamo (16,67) lebih tinggi daripada Ciherang (14,69) dan IR 64 (14,85). Atribut Umur tanaman merupakan atribut terpenting kelima (4,18). Umur IR 64 (15,17) dinilai lebih pendek daripada (11,75) dan Memberamo (11, 62). Ketersediaan benih (4,05) adalah atribut terpenting keenam. Pada atribut ini ketersediaan varietas IR 64 (16,32), Ciherang (16,00) dan Memberamo (15,96) tidak berbeda jauh. Rasa nasi adalah atribut terpenting ketujuh dengan tingkat kepentingan 4,03. Petani responden meniliai bahwa rasa nasi varietas Memberamo (16,48) lebih enak dari pada IR 64 (14,51) dan Ciherang (14,75).
96
Secara keseluruhan varietas IR 64 unggul dalam tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek namun memiliki kelemahan pada produktivitas dan harga GKGnya yang lebih rendah daripada varietas Ciherang dan Memberamo. Varietas Memberamo memiliki keunggulan pada prduktivitas dan rasa nasi yang lebih baik namun memiliki kelemahan pada atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah.
VIII. REKOMENDASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN
Berdasarkan analisis terhadap karakteristik petani padi, proses keputusan pemelian terhadap benih varietas unggul, sikap dan kepuasan mereka strategi pemasaran yang dapat dilakukan melalui konsep bauran pemasaran product (produk), price (harga), Place (tempat), dan promotion (promosi) adalah sebagai berikut. 8.1 Produk Analisis tingka kepentingan dan kinerja menujukkan bahwa atribut umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah memiliki kinerja yang rendah. Berdasarkan hal tersebut pengembangan varietas perlu memprioritaskan pengembangan atribut umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Atribut lain dinilai petani perlu terus dikembangkan adalah produktivitas. Petani padi mengarapkan varietas baru yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada varietas yang ada pada saat ini. Umur tanaman yang diharapkan petani adalah kurang dari 100-110 hari. Saat ini umur tanaman varietas unggul berkisar antara 110-120 hari. Semakin pendek umur tanaman tentunya akan meningkatkan pola tanam dan merotasi pertanaman sehingga memberikan kesempatan bagi lahan untuk memulihkan kondisi unsur hara dan mengurangi serangan hama penyakit. Atribut tahan hama penyakit merupakan atribut yang perlu dikembangkan tidak hanya dari segi teknologi (perakitan) namun perlu juga adanya peningkatan sosialisasi penanganan hama penyakit di lapangan sehingga akan meningkatkan kinerja atribut hama penyakit.
98
Atribut tahan rebah merupakan atribut yang dinilai memiliki kinerja rendah sehingga diharapkan pengembangan varietas selanjutnya memiliki atribut yang tahan rebah mengingat perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin tidak menentu dan memiliki efek yang cukup drastis. Produktivitas varietas unggul
saat
ini
rata-rata
berada
pada
tingkat
6-7
ton/ha
dengan
mempertimbangkan tingkat serangan hama penyakit dan tahan rebah berada pada kondisi normal (tidak terjadi wabah). Harapan petani tentang varietas selanjutnya adalah avarietas yang memiliki tingkat produktivitas berada pada tingkat 7-9 ton /ha.
8.2 Harga Harga benih varietas unggul saat ini berkisar antara Rp 30.000 – Rp 32.000 / kemasan. Hal ini dinilai petani sudah sesuai dengan kualitas yang diberikan atau sesuai dengan manfaat yang diterima. Menurut petani harga benih hendaknya mencerminkan kualitas yang diberikan namun bukan berarti semakin tinggi harga benih menandakan kualitas yang lebih baik. Menurut petani jika harga benih rendah namun memiliki kinerja rendah maka mereka akan memilih benih yang berharga sedikit lebih mahal yang tentunya telah terbukti mampu memberikan hasil yang lebih baik.
8.3 Tempat Toko pertanian merupakan tempat penyedia kebutuhan pokok pertanian seperti pupuk, pestisida dan benih. Sehingga toko pertanian memang memiliki peran vital dalam penyaluran benih ke petani. Dari sisi para petani sendiri
99
mengaggap bahwa segala kebutuhan pokok pertanian tersedia di toko pertanian. Hal ini menyebabkan perlu adanya perhatian lebih dalam mengenai eksistensi toko pertanian. Saat ini toko pertanian berada tempat yang strategis dalam artian para petani mengetahui akan keberadaan sebuah toko pertanian di daerahnya dan bagaimana akses menuju tempat tersebut. Sehingga hal yang perlu ditingkatkan adalah kualitas pelayanan kepada petani.
8.4 Promosi Promosi sebaiknya memanfaatkan toko pertanian mengingat toko pertanian dalam proses keputusan pembelian merupakan sumber informasi utama dalam mencari informasi suatu varietas. Promosi melalui lahan percobaan di lahan milik petani dinilai petani lebih memberikan manfaat langsung dalam memahami karakteristik suatu varietas. Hal ini tentunya lebih bermanfaat daripada hanya sekedar diberikan penyuluhan.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang. Anak-anak dari petani responden sebagian besar telah berkeluarga dan memiliki penghasilan sendiri-sendiri. Petani menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka sedangkan pekerjaan sampingan selain petani adalah buruh tani, pedagang maupun peternak. Petani juga ada yang hanya bekerja sebagai petani tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Dalam usahatani padi, pola tanam yang biasa digunakan petani di Kabupaten Kediri adalah padi-padi-jagung/palawija/hortikultura. Hasil panen padi biasanya berkisar antara 4 sampai 7,9 ton per hektar. Hal ini tergantung dari serangan hama penyakit, kerebahan tanaman dan pola pemupukan yang tepat. 2. Berdasarkan hasil proses keputusan pembelian, petani padi di Kabupaten Kediri memiliki motivasi dalam bertani padi karena turun temurun dari ayah maupun kakek mereka. Walaupun tingkat pendidikan sebagian besar hanya SD, mereka menyadari bahwa penggunaan benih varietas unggul sangatlah penting karena dengan menggunakan varietas unggul hasil panen akan lebih bagus atau meningkat. Dalam memperoleh informasi mengenai benih varietas unggul, para petani lebih senang mencari informasi ke toko pertanian. Informasi yang dibutuhkan petani tentang benih varietas adalah kualitas benih.
101
Varietas yang menjadi pertimbangan para petani adalah varietas IR 64, Ciherang, Memberamo, Ciboga, Cilamaya dan Intani. Hal yang menjadi pertimbangan utama mereka adalah produktivitas. Kebanyakan petani lebih sering membeli IR64, Ciherang dan Memberamo. Harga benih saat ini menurut petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Secara keseluruhan petani responden puas terhadap pembelian dan mereka tetap akan membeli jika harga mengenai kenaikan. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani akan mencari di tempat lain. 3. Petani lebih menyukai varietas Memberamo. Ketiga varietas dalam penelitian (IR64, Ciherang dan Memberamo) memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Secara keseluruhan varietas IR 64 unggul dalam tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek namun memiliki kelemahan pada produktivitas dan harga GKGnya yang lebih rendah daripada varietas Ciherang dan Memberamo.
Varietas Memberamo memiliki
keunggulan pada prduktivitas dan rasa nasi yang lebih baik namun memiliki kelemahan pada atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah. 4. Atribut-atribut yang dirasakan oleh petani memiliki kinerja yang rendah adalah harga GKG, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Sedangkan atribut-atribut yang memiliki kinerja baik adalah produktivitas, pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan dan harga benih. Berdasarkan
102
hasil Customer Satisfaction Index, menunjukkan bahwa para petani puas terhadap kinerja atribut-atribut varietas unggul. 5. Bauran pemasaran yang sekiranya perlu dilakukan adalah pengembangan produk yang bisa diterima petani maupun konsumen, penetapan harga benih varietas unggul yang sesuai dengan kualitas, peningkatan pelayanan dan promosi melalui toko pertanian.
9.2 Saran Saran yang mungkin dapat peneliti sarankan adalah: 1. Perlu terus diupayakan pengembangan varietas yang lebih baik dan dapat diterima pasar maupun petani. Atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. 2. Atribut produktivitas dan rasa nasi meskipun memiliki kinerja yang baik, menurut petani tetap perlu dikembangkan. Produktivitas dan rasa nasi merupakan faktor pertimbangan utama dalam membeli varietas unggul. 3. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis IR 64 dengan perbaikan atribut produktivitas. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis Memberamo dengan perbaikan atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek. Pengembangan varietas Ciherang dengan peningkatan kinerja rasa nasi dan umur tanaman. 4. Perlu adanya penelitian mengenai efektifitas penyediaan benih untuk mengetahui sejauh mana efektifitas produksi benih dalam memenuhi permintaan benih. Hal ini akan membantu dalam memperkirakan kebutuhan penangkar dan jumlah luas area penangkaran benih.
103
5. Perlu adanya penelitian saluran atau rantai pemasaran benih dan efektifitas saluran pemasaran benih sehingga benih dapat diperoleh dengan lebih mudah dan meringankan biaya produksi yang berimplikasi pada penetapan harga benih yang lebih terjangkau oleh petani.
104
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus Pertanian 2003. BPS. Jawa Timur. Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia, Statistic Yearbook of Indonesia. Dari berbagai tahun. BPS, Jakarta. Cournoyer, David E. dan Waldo C. Klein. 2000. Research Methods for Social Work. Allyn and Bacon, USA. Engel, James F., Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta. Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional. Dierktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Girsang, Jonriah Pangihutan. 2003 Analisis Kepuasan Petani PAdi (Oryza Sativa L) Terhadap Insektisida X. Tesis. Program Studi Magister Manajmen Agribisnis.Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Haryadi. 2004. Studi Identifikasi dan Tingkat Komersialisai Benih Padi Sawah Varietas Unggul. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Irawan, Bambang. 2004. Dinamika produktivitas dan Kualitas Budi Daya Padi Sawah, hal 179-199. Dalam Ekonomi Padi Dan Beras Indonesia, Fasial Kasryno, Effendi Pasandaran dan Achmad M. Fagi (Penyunting). Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Terjemahan Teguh Hendra, Ruli A., Molan Benjamin. PT Prenhallindo. Jakarta. Kotler, Philip dan Gray Amstrong. 2000. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi keenam Jilid 1. Terjemahan. Intermedia. Jakarta. Las, irsal, A.A. Daradjat, dan B. Abdullah. 2003. Padi Tipe Baru dan Padi Hibrida Mendukung Ketahanan Pangan. Artikel, Tabloid Sinar Tani, 30 Juli 2003. Las, irsal, B. Suprihatno, A.A. Daradjat, Suwarno, B. Abdullah dan Satoto. 2004. Inovasi Teknologi Varietas Unggul Padi: Perkembangan, Arah, dan Strategi ke Depan, hal 375-395. Dalam Ekonomi Padi Dan Beras Indonesia, Fasial Kasryno, Effendi Pasandaran dan Achmad M. Fagi
105
(Penyunting). Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta. Limbong, W. H. dan P. Sitorus .1987. Tataniaga Pertanian. Edisi Kedua. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor. Maulana, Mohamad. 2004. Peranan Luas Lahan, Intensitas Pertanaman Dan Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi Sawah di Indonesia 1980-2001. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 Nomor 1, Mei 2004 : 74-95. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Maulana, Mohamad, Nizwa Syafa’at dan Pantjar Simatupang. Analisis Kendala Penawaran dan Kebijakan Revitalisasi Produksi Padi. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 24 Nomor 2, Oktober 2006 : 207-230. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakata. Nugraha, Udin S. dan Bambang Sayaka. 2004. Industri Dan Kelembagaan Perbenihan Padi, hal 151-178. Dalam Ekonomi Padi Dan Beras Indonesia, Fasial Kasryno, Effendi Pasandaran dan Achmad M. Fagi (Penyunting). Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta. Ramadhan, Mohammad. 2007 Analisis Preferensi Konsumen Energy Drink sachet Merek Extra Joss dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Rosailia, Savitri. 2007. Perbandingan Preferensi Konsumen Terhadap Bumbu Masak Intsan Indofood dan Kokita. Skripsi. Progran Sarjana Ekstensi Manajemen Agribsinis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sadjad, Syamsoe’ud. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Sadjad, Syamsoe’ud. 1997. Membangun Industri Benih dalam Era Agribisnis Indonesia. Grasindo. Jakarta. Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Siregar, Hadrian. 1981 Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya
106
Soetopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Solomon, Michael R. 1992. Consumer Behavior. Allyn and Bacon, USA. Stratford. Stratford-on-Avon District Council Customer Satisfaction Index June 2004. http\\www.stratford.gov.uk\community\council-805.cfm.htm. (diakses tanggal 1 Februari 2008). Sugara, Dedik. 2007 Analisis Kepuasan KOnsumen Instan Temulawak Taman Sringganis Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Sumarwan, Ujang 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Peranannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta. Suprihatno, Bambang, Aan A. Daradjat, Satoto, Baehaki S.E., I.N. Widiarta, Agus Setyono, S. Dewi Indrasari, Ooy S. Lesmana dan Hasil Sembiring. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Jawa Barat. Susanto, Untung SP, MP. 2003. Perkembangan Varietas Unggul Padi Menjawab Tantangan Jaman. Artikel, Tabloid Sinar Tani, 26 Pebruari 2003. Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wachizin. 2007. Prefernsi Konsumen Rokok Kretek dan Rokok Nonkretek di Kota Bogor. Progran Sarjana Ekstensi Manajemen Agribsinis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
104
Lampiran 1. Produksi Padi, Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 19980-2006 Padi Padi Produksi Sawah (ha) Ladang (ha) Padi (ton) 1980 27.993.088 1.658.817 29.651.905 1981 30.988.801 1.785.375 32.774.176 1982 31.775.624 1.808.053 33.583.677 1983 33.294.263 2.008.843 35.303.106 1984 36.017.309 2.119.137 38.136.446 1985 37.027.443 2.005.502 39.032.945 1986 37.739.620 1.987.141 39.726.761 1987 37.969.591 2.108.604 40.078.195 1988 39.316.072 2.360.098 41.676.170 1989 42.371.324 2.354.258 44.725.582 1990 42.825.267 2.353.484 45.178.751 1991 42.330.934 2.357.313 44.688.247 1992 45.413.648 2.826.361 48.240.009 1993 45.558.933 2.622.154 48.181.087 1994 43.959.181 2.682.343 46.641.524 1995 46.805.672 2.938.468 49.744.140 1996 48.188.255 2.913.251 51.101.506 1997 46.591.874 2.785.180 49.377.054 1998 46.482.803 2.753.889 49.236.692 1999 48.201.136 2.665.251 50.866.387 2000 49.207.201 2.691.651 51.898.852 2001 47.895.512 2.565.270 50.460.782 2002 48.899.065 2.590.629 51.489.694 2003 49.378.126 2.759.478 52.137.604 2004 51.209.433 2.879.035 54.088.468 2005 51.317.758 2.833.339 54.151.097 2006 51.647.490 2.807.447 54.454.937 Sumber: BPS, 2007 Konversi padi ke beras tahun 1980-1996 65 % Konversi padi ke beras tahun 1996-2006 63 % Tahun
Produksi Beras (ton) 19.273.738 21.303.214 21.829.390 22.947.019 24.788.690 25.371.414 25.822.395 26.050.827 27.089.511 29.071.628 29.366.188 29.047.361 31.356.006 31.317.707 30.316.991 32.333.691 33.215.979 31.107.544 31.019.116 32.045.824 32.696.277 31.790.293 32.438.507 32.846.691 34.075.735 34.115.191 34.306.610
Pertumbuhan Produksi (%) 0,11 0,02 0,05 0,08 0,02 0,02 0,01 0,04 0,07 0,01 -0,01 0,08 0,00 -0,03 0,07 0,03 -0,06 0,00 0,03 0,02 -0,03 0,02 0,01 0,04 0,00 0,01
105
Lampiran 2. Permintaan Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 1980-2006 Konsumsi RT Permintaan Permintaan Pertumbuhan (ton) Industri (ton) Beras (ton) Permintaan (%) 1980 18.486.000 4.344.210 22.830.210 1981 19.050.000 4.476.750 23.526.750 0,03 1982 19.568.000 4.598.480 23.084.480 -0,02 1983 22.707.000 5.336.145 24.386.145 0,06 1984 23.346.000 5.486.310 25.054.310 0,03 1985 23.485.000 5.518.975 28.225.975 0,13 1986 24.407.000 5.735.645 29.081.645 0,03 1987 25.045.000 5.885.575 29.370.575 0,01 1988 26.075.000 6.127.625 30.534.625 0,04 1989 27.670.000 6.502.450 31.547.450 0,03 1990 28.037.000 6.588.695 32.663.695 0,04 1991 28.220.000 6.631.700 34.301.700 0,05 1992 29.962.000 7.041.070 35.078.070 0,02 1993 27.245.000 6.402.575 34.622.575 -0,01 1994 28.779.000 6.763.065 36.725.065 0,06 1995 29.315.000 6.889.025 34.134.025 -0,07 1996 31.328.000 7.362.080 36.141.080 0,06 1997 27.721.000 6.514.435 35.829.435 -0,01 1998 25.330.000 5.952.550 37.280.550 0,04 1999 25.468.000 5.984.980 33.705.980 -0,10 2000 25.572.000 6.009.420 31.339.420 -0,07 2001 25.714.000 6.042.790 31.510.790 0,01 2002 25.888.000 6.083.680 31.655.680 0,00 2003 25.985.000 6.106.475 31.820.475 0,01 2004 26.247.000 6.168.045 32.056.045 0,01 2005 29.251.000 6.873.985 32.858.985 0,03 2006 31.627.628 7.432.493 36.683.493 0,12 Sumber: BPS, 2007 Asumsi konsumsi permintaan idustri 23,5 persen dari konsumsi RT (Departemen Pertanaian, 2005). Permintaan beras merupakan gabungan konsumsi RT dan permintaan industri. Tahun
106
Lampiran 3. Luas Panen, Produktivitas dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 1980-2006 Luas Panen (Ha) 9.005.065 1980 9.381.839 1981 8.988.455 1982 9.162.469 1983 9.763.580 1984 9.902.293 1985 9.922.594 1986 10.138.155 1987 10.531.207 1988 10.502.357 1989 10.231.519 1990 11.103.317 1991 11.012.776 1992 10.733.830 1993 11.438.764 1994 11.569.729 1995 11.140.594 1996 11.730.325 1997 11.963.204 1998 11.793.475 1999 11.499.997 2000 11.521.166 2001 11.488.034 2002 11.922.974 2003 11.839.060 2004 11.839.060 2005 11.786.430 2006 Sumber: BPS, 2007 Tahun
Pertumbuhan Luas Panen (%)
Produktivitas (ton/ha)
Pertumbuhan Produktivitas (%)
0,042 -0,042 0,019 0,066 0,014 0,002 0,022 0,039 -0,003 -0,026 0,085 -0,008 -0,025 0,066 0,011 -0,037 0,053 0,020 -0,014 -0,025 0,002 -0,003 0,038 -0,007 0,000 -0,004
3.293 3.493 3.736 3.853 3.906 3.942 3.977 4.039 4.111 4.247 4.302 4.346 4.345 4.375 4.345 4.349 4.417 4.432 4.197 4.252 4.401 4.388 4.469 4.538 4.536 4.574 4.620
0,061 0,070 0,031 0,014 0,009 0,009 0,016 0,018 0,033 0,013 0,010 0,000 0,007 -0,007 0,001 0,016 0,003 -0,053 0,013 0,035 -0,003 0,018 0,015 0,000 0,008 0,010
107
Lampiran 4. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelompok Tani, Petani, Kepemilikan Lahan, Komoditas Utama dan Pola Tanam Kab. Kediri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah kelompk tani
Jumlah petani
Mojo 20 66 19,724.00 Semen 12 37 5,216.00 Ngadiluwih 16 41 2,583.00 Kras 16 43 4,630.00 Ringinrejo 11 30 1,042.00 Kandat 12 39 4,486.00 Wates 18 51 4,677.00 Ngancar 15 34 1,476.00 Plosoklaten 10 34 3,535.00 Gurah 21 59 4,648.00 Puncu 8 36 6,984.00 Kepung 10 64 12,543.00 Kandangan 12 49 5,795.00 Pare 18 84 7,077.00 Kunjang 12 52 4,026.00 Plemahan 17 75 6,194.00 Purwoasri 23 65 3,688.00 Papar 17 60 3,749.00 Pagu 13 43 3,955.00 Gampingrejo 23 45 3,124.00 Banyakan 9 43 2,963.00 Grogol 9 37 3,407.00 Tarokan 10 42 4,298.00 Kayen Kidul 12 53 3,123.00 Total 344 1182 122,943.00 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri, 2007.
Kepemilikan Lahan (Ha) sawah tegal Pekarg. 1,565.65 5,121.50 2,403.80 1,746.52 1,279.21 0.00 1,232.86 1,338.10 1,659.74 1,738.84 278.00 1,630.10 525.36 0.00 208.17 793.47 1,945.85 428.83 1,846.69 1,167.72 610.53 308.49 1,144.67 0.00 1,941.80 1,118.27 200.89 2,307.85 0.00 726.35 296.91 2,975.28 448.08 2,246.20 2,302.60 1,732.20 2,099.54 0.00 357.73 4,467.50 0.00 3,808.59 2,414.54 0.00 323.80 3,628.12 0.00 1,056.42 3,139.74 0.00 1,021.96 2,485.21 0.00 654.86 1,820.35 0.00 479.58 2,117.40 285.15 0.00 1,408.46 0.00 1,863.05 1,295.00 0.00 706.00 1,750.12 1,256.28 566.08 2,240.95 0.00 720.20 45,417.56 20,212.63 21,606.97
Komoditas Utama Padi, Plwj Padi, Plwj Pd, Plwj, Tebu Pd, Plwj, Tebu Pd, Plwj, Tebu Padi, Tebu Padi, Plwj, Horti Nanas, Pepaya Padi, Plwj Padi Plwj, Horti Padi, Plwj, Horti Padi Padi, Plwj, Horti Padi Padi, jagung Padi Padi Padi Padi Padi, Jagung Padi, Plwj Padi, Plwj Padi
Pola Tanam Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Tebu Pd-Pd-Jg/Tebu Pd-Pd-Jg/Tebu Pd-Pd-Jg/Tebu Pd-Pd-Jg/horti Nanas / pepaya Pd-Pd-Plwj Pd-Pd-Jg Plwj - Horti Pd-Plwj-Horti Pd-Pd-Jg Pd-Pd-Plwj/horti Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Jg-Jg Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj Pd-Pd-Jg/Plwj
107
108
Lampiran 5. Uji Validitas Atribut Metode Chi-Square Produktivitas
1 Total
Observed N 30 30(a)
Expected N 30.0
Residual .0
a This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
Umur
Kerontokan Gabah
Tahan Rebah
Tahan Hama Penyakit
Rasa
Ketersediaan Benih
Chi16.133 .533 22.533 10.800 6.533 Square(a) df 1 1 1 1 1 Asymp. Sig. .000 .465 .000 .001 .011 a 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 15.0.
Anakan Produktif
Izin Deptan
Label Kemasan
Harga GKG
Pemasaran Hasil Panen
Tinggi tanaman
Chi.133 .533 .533 8.533 10.800 1.200 Square(a) df 1 1 1 1 1 1 Asymp. Sig. .715 .465 .465 .003 .001 .273 a 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 15.0.
Harga benih
Promosi
Kemasan
4.800
8.533
.533
1.200
1 .028
1 .003
1 .465
1 .273
Penyimpanan
Kadar Air
Daya kecambah
Responsif_ thdp_Pupuk
.133
2.133
.133
2.133
1 .715
1 .144
1 .715
1 .144
108
109
Lampiran 6. Data Produksi Beras Provinsi Jawa Timur Luas Luas Kabupaten Tahun Tanam Panen Pasuruan 2006 76.008 72.546 Lumajang 2006 65.376 62.713 Ponorogo 2007 59.434 59.434 Gresik 2006 55.580 53.550 Sumenep 2007 21.291 21.291 Magetan 2007 37.056 5.937 Kediri 2007 54.966 5.901 Mojokerto 2007 42.359 5.875 Lamongan 2007 126.436 5.855 Sidoarjo 2007 81.087 5.810 Jombang 2007 63.226 5.657 Madiun 2007 62.012 5.656 Situbondo 2007 31.310 5.632 Banyuwangi 2007 113.575 5.620 Tuban 2007 72.691 5.575 Nganjuk 2007 70.869 5.531 Bojonegoro 2007 106.864 5.487 Malang 2007 60.471 5.464 Tulungagung 2007 38.440 5.461 Ngawi 2007 103.168 5.445 Blitar 2007 44.709 4.871 Probolinggo 2007 50.319 4.733 Bondowoso 2007 53.752 4.720 Trenggalek 2007 23.087 4.609 Sampang 2007 32.896 4.567 Pamekasan 2007 21.347 4.245 Surabaya 2007 1.542 1.542 Batu 2007 1.110 1.119 Jember 2007 11.550 1.113 Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur, 2007
Produksi 419.083 304.270 5.900 302.435 101.649 220.018 324.358 248.875 740.272 471.077 357.658 350.711 176.341 638.244 405.264 391.992 586.313 330.422 209.937 561.738 217.758 238.154 353.703 106.412 150.234 90.623 7.412 6.140 12.850
Produktivitas 5,8 4,9 0,1 5,7 4,8 37,1 55,0 42,4 126,4 81,1 63,2 62,0 31,3 113,6 72,7 70,9 106,9 60,5 38,4 103,2 44,7 50,3 74,9 23,1 32,9 21,4 4,8 5,5 11,6
110
Lampiran 7. Penyebaran Varietas Unggul di Indonesia Tahun 2005 Varietas
Tahun Dilepas
IR 64 Ciherang Ciliwung Way Apo Buru IR 42 Widas Memberamo Cisadane
1986 2000 1989 1998 1980 1999 1995 1980
IR 66 Cisokan Cibogo Lainnya Total
1989 1985 2003 -
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2007
Luas Tanam (ha) (%) 3622622 2517140 915914 380646 281764 204007 189211 185258
31,4 21,8 8 3,3 2,4 1,8 1,6 1,6
129758 125388 121900 2860445 11534053
1,1 1,1 1,1 24,8 100
111
Lampiran 8. Informasi Varietas Unggul IR 64, Ciherang dan Memberamo
Atribut Tahun Dilepas Produktivitas Golongan Tinggi Tanaman Anakan Produktif Bentuk Gabah Warna Gabah Rasa Nasi Kadar Amilosa Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Kerontokan Harga Gabah Kering Giling Harga Benih (1 kemasan 5 kg) Ketersedian Pemasaran hasil panen
IR 64 1986 5 ton/ha Cere 115-126 (cm) 20-35 batang Ramping, panjang Kuning Bersih Enak 23% 110-120 hari Tahan Tahan Tahan Rp 1.800 - Rp 2.000 /kg Rp 30.000 - Rp 32.000 Mudah Baik
Informasi Ciherang 2000 6 ton /ha Cere 107-115 (cm) 14-17 batang Ramping, Panjang Kuning Bersih Enak 23% 116-125 hari Sedang Tahan Sedang Rp 1.900 - Rp 2.000/kg Rp 30.000 Rp 32.000 Mudah Baik
Memberamo 1995 6,5 ton/ha Cere 126-140 (cm) 17-20 batang Ramping Kuning Enak 19% 115-120 hari Sedang Tahan Sedang Rp 2.000 Rp 2.200 /kg Rp 30.000 Rp 32.000 Mudah Baik
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Survey Lapang, 2007 (diolah)
112
Lampiran 9. Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Atribut dan Kinerja Benih Varietas Unggul IR 64
Atribut Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih Ketersedian Pemasaran hasil panen Total IR64 Atribut Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih terkait dengan kualitas Ketersedian Pemasaran hasil panen Total
1 0 0 0 0 0 0 2 0 0
Kepentingan 2 3 4 0 10 41 4 15 55 0 17 48 0 14 48 0 7 61 0 17 42 3 29 59 1 26 40 0 17 44
5 49 26 35 38 32 41 7 33 39
Total 439 403 418 424 425 424 366 405 422 3726
1 0 0 0 0 0 19
2 2 1 0 0 10 59
Kinerja 3 45 41 37 12 40 20
4 49 49 63 74 44 2
5 4 9 0 14 6 0
Total 355 366 363 402 346 205
0 0 0
4 2 2
29 6 46
58 79 50
9 13 2
372 403 352 3164
Ratarata 4,39 4,03 4,18 4,24 4,25 4,24 3,66 4,05 4,22 37,26 Ratarata 3,55 3,66 3,63 4,02 3,46 2,05 3,72 4,03 3,52 31,64
113
Lampiran 10. Rekapitulasi Tingkat Kinerja Benih Varietas Unggul Memberamo dan Ciherang Mamberamo Atribut Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih terkait dengan kualitas Ketersedian Pemasaran hasil panen Total Ciherang Atribut Produktivitas Rasa Nasi Umur Tanaman Tahan Rebah Tahan Hama Penyakit Harga Gabah Kering Giling Harga Benih terkait dengan kualitas Ketersedian Pemasaran hasil panen Total
1 0 0 0 8 1 0
2 0 0 22 63 17 0
Kinerja 3 10 17 78 29 57 19
0 0 0
4 7 0
27 7 15
59 71 75
10 15 10
375 394 395 3186
1 0 0 0 0 0 7
2 0 1 19 2 7 33
Kinerja 3 36 39 81 29 63 36
4 46 59 0 64 30 22
5 18 1 0 5 0 2
Total 382 360 281 372 323 279
0 0 1
8 3 8
24 14 38
52 68 48
16 15 5
376 395 348 3116
4 68 57 0 0 25 66
5 22 26 0 0 0 15
Total 412 409 278 221 306 396
Ratarata 4,12 2,78 2,21 3,06 3,96 3,75 3,94 3,95 31,86 Ratarata 3,82 3,60 2,81 3,72 3,23 2,79 3,76 3,95 3,48 31,16
114
Lampiran 11. Kuisioner Penelitian
Kuisioner Penelitian “Analisis Preferensi Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri,Jawa Timur ” Responden yang terhormat, Saya David Fahmi, mahasiswa Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), saat ini sedang melakukan penelitian tentang Preferensi Petani Terhaap Benih Padi. Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi saya yang sedang saya kerjakan. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, mohon kesediaan Anda meluangkan waktu untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih. Tanggal Survei: …./……/……. Responden:
No.
Screening 1. Apakah Anda melakukan usahatani padi di lahan sendiri maupun lahan sewa? a. Ya b. Tidak ; Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya; jika Tidak, Anda tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, terima kasih ! 2. Bagaimanakah cara Anda memenuhi kebutuhan benih padi? a. Membeli Alasan:………….. b. Sendiri (dari hasil panen sebelumnya) Alasan:………….. ; Jika Membeli, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya; jika Sendiri, Anda tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, terima kasih ! 3. Apakah Anda pernah menggunakan benih padi jenis IR64? a. Ya b. Tidak ; Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya; jika Tidak, Anda tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, terima kasih ! 4. Apakah Anda pernah menggunakan benih padi jenis Ciherang/Mamberamo? a. Ya b. Tidak ; Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya; jika Tidak, Anda tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, terima kasih ! Identitas Responden Nama Alamat :
:
No. Telepon
:
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang Anda pilih 1. Umur : ………………tahun
115
2. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Apakah usahatani padi ini merupakan a. Pekerjaan utama, dengan pekerjaan sampingan sebagai……………… b. Pekerjaan sampingan, dengan pekerjaan utama sebagai……………. 4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak c. SLTP e. Lainnya, bersekolah d. SLTA sebutkan……. b. SD 5. Jumlah anggota keluarga (Suami,istri dan anak) :….…… orang 6. Status lahan petani : a. Milik Sendiri, dengan luas lahan………….m2 b. Sewa, dengan luas lahan……….m2 7. Berapa kali Anda budidaya dan panen padi dalam 1 tahun? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali 8. Rata-Rata Hasil Panen:………………..kg GKG 9. Rata-rata harga Gabah Kering Panen: Rp……………./kg 10. Pendapatan rata-rata perbulan Anda selain dari hasil bertani: a. kurang dari Rp 500.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 1.999.999 b. Rp 500.000 – Rp 999.999 d. lebih dari Rp 2.000.000 11. Pola tanam yang biasa dilakukan a. Padi-Jagung-Hortikultura b. Padi-Padi-Hortikultura c. Ditanami palawija: (1) Jagung (2) Kacang tanah (3) Kedelai (4) Lainnya:…. Proses Keputusan Pembelian Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih I. Pengenalan kebutuhan 1. Hal apa yang sangat mendorong/memotivasi Anda bertani padi? a. Memperoleh keuntungan c. Memenuhi kebutuhan sendiri b. Turun temurun d. Lainnya, sebutkan…….. 2. Menurut Anda pentingkah penggunaan benih padi yang berkualitas? a. Sangat penting c. Cukup penting e. Sangat tidak penting b. Penting d. Kurang penting 3. Apa yang Anda harapkan dari penggunaan/pembelian benih padi yang berkualitas? a. Hasil panen yang lebih baik c. Kualitas padi yang lebih baik b. Waktu panen yang lebih cepat d. Lainnya, sebutkan……… II. Pencarian Informasi 1. Darimanakah Anda mengetahui informasi tentang benih padi ? a. Diri sendiri d. PPL b. Iklan/promosi e. Kelompok tani/Teman / keluarga c. Toko pertanian/penjual f. Lainnya, sebutkan 2. Menurut Anda, dari sumber informasi tersebut hal apa yang penting untuk Anda ketahui ? a. Harga c. Lainnya, sebutkan …………. b. Kualitas III. Evaluasi Alternatif 1. Varietas benih padi apa saja yang diketahui untuk dipertimbangkan untuk membeli a. ……………….. c. ……………….. e. ……………….. b. ……………….. d. ……………….. f. ………………..
116
2. Hal apakah yang Anda pertimbangkan dalam memilih benih padi?(urutkan sesuai prioritas Anda) ( ) Umur tanaman padi yang pendek ( ) Mudah didapat (ketersediaan benih) ( ) Produktivitas (hasil panen) tinggi ( ) Harga benih padi yang terjangkau ( ) Tahan rebah ( ) Responsif terhadap pemupukan ( ) Tahan terhadap hama dan penyakit ( ) Gabah mudah rontok saat pemanenan ( ) Rasa nasi yang enak ( ) Lainnya, sebutkan………….. IV. Proses Pembelian 1. Dari pertanyan point.III.1 varietas manakah yang sering Anda beli? ……………… 2. Bagaimana cara Anda memutuskan pembelian benih? a. Terencana (sudah direncanakan untuk pertanaman selanjutnya) b. Tergantung situasi (perubahan iklim) c. Mendadak (keadan terpaksa, tidak ada pilihan lain) 3. Siapakah yang mempengaruhi Anda dalam memutuskan pembelian benih padi? a. Diri sendiri d. PPL b. Iklan/promosi e. Kelompok tani/Teman / keluarga c. Toko pertanian/penjual f. Lainnya, sebutkan 4. Berapa kali anda membeli benih padi dalam 1 tahun? a. 1 b. 2 c. 3 5. Berapa banyak benih padi setiap kali Anda beli? a. 5 kg b. 10 kg c. 15 kg d. 20 kg e. Lainnya, sebutkan…….kg 6. Berapa harga benih padi yang Anda beli: Rp…………../ kemasan (5 kg) 7. Apakah harga tersebut relatif terjangkau dan sesuai kualitas? a. Ya b. Tidak 8. Jarak toko pertanian dengan tempat tinggal Anda? a. < 1 km b. 1-5 km c. > 5 km 9. Pertimbangan apa yang sangat Anda gunakan dalam memilih tempat pembelian tersebut? a. Dekat dengan rumah c. Harga murah f. Kualitas terjamin b. Sekalian membeli d. Nyaman g. Lainnya, pupuk e. Pelayanan memuaskan sebutkan………. V. Evaluasi Pasca Pembelian 1. Apakah anda puas melakukan pembelian benih padi yang biasa Anda gunakan? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda akan tetap membeli jika benih padi yang biasa anda gunakan mengalami kenaikan harga? a. Ya (tetap membeli) b. Tidak Jadi membeli 3. Apa yang anda lakukan jika benih padi yang biasa anda gunakan tidak tersedia di pasaran? a. Membeli varietas lain b . Mencari di tempat lain
117
Preferensi Konsumen Benih Padi Varietas Unggul Petunjuk pengisian kuisoner: Berilah tanda centang (√) pada tabel di bawah ini sesuai pilihan Anda Menurut Anda pentingkah atribut benih padi dibawah ini menjadi pertimbangan Anda dalam membeli benih padi? Atribut Tingkat Kepentingan Umur tanaman padi Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Produktivitas (hasil panen) Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Kerebahan tanaman Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Tahan hama dan penyakit Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Rasa nasi Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Ketersediaan benih/mudah diperoleh Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Harga benih padi Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Harga GKG Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Pemasaran hasil panen Sangat tidak penting Tidak Penting Cukup penting Menurut Anda bagaimana tingkat kinerja atribut benih padi IR64? Atribut Umur tanaman padi Sangat panjang Produktivitas (hasil panen) Sangat rendah Kerebahan tanaman Sangat rentan Tahan hama dan penyakit Sangat rentan Rasa nasi Sangat tidak enak Ketersediaan benih/mudah diperoleh Sangat sulit Harga benih padi Sangat tidak sesuai kualitas Harga GKG Sangat rendah Pemasaran hasil panen Sangat sulit
Panjang Rendah Rentan Rentan Tidak enak Sulit Tidak sesuai kualitas Rendah Sulit
Tingkat Kinerja Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa
Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting
Pendek Tinggi Tahan Tahan Enak Mudah Sesuai kualitas Tinggi Mudah
Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting
Sangat Pendek Sangat tinggi Sangat tahan Sangat tahan Sangat enak Sangat mudah Sangat sesuai kualitas Sangat tinggi Sangat mudah
117
118
Petunjuk pengisian kuisoner: Berilah tanda centang (√) pada tabel di bawah ini sesuai pilihan Anda Menurut Anda bagaimana tingkat kinerja atribut benih padi Ciherang ? Atribut Umur tanaman padi Sangat panjang Produktivitas (hasil panen) Sangat rendah Kerebahan tanaman Sangat rentan Tahan hama dan penyakit Sangat rentan Rasa nasi Sangat tidak enak Ketersediaan benih/mudah diperoleh Sangat sulit Harga benih padi Sangat tidak sesuai kualitas Harga GKG Sangat rendah Pemasaran hasil panen Sangat sulit Menurut Anda bagaimana tingkat kinerja atribut benih padi Mamberamo? Atribut Umur tanaman padi Sangat panjang Produktivitas (hasil panen) Sangat rendah Kerebahan tanaman Sangat rentan Tahan hama dan penyakit Sangat rentan Rasa nasi Sangat tidak enak Ketersediaan benih/mudah diperoleh Sangat sulit Harga benih padi Sangat tidak sesuai kualitas Harga GKG Sangat rendah Pemasaran hasil panen Sangat sulit
Panjang Rendah Rentan Rentan Tidak enak Sulit Tidak sesuai kualitas Rendah Sulit
Panjang Rendah Rentan Rentan Tidak enak Sulit Tidak sesuai kualitas Rendah Sulit
Tingkat Kinerja Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Tingkat Kinerja Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa
Pendek Tinggi Tahan Tahan Enak Mudah Sesuai kualitas Tinggi Mudah
Pendek Tinggi Tahan Tahan Enak Mudah Sesuai kualitas Tinggi Mudah
Sangat Pendek Sangat tinggi Sangat tahan Sangat tahan Sangat enak Sangat mudah Sangat sesuai kualitas Sangat tinggi Sangat mudah
Sangat Pendek Sangat tinggi Sangat tahan Sangat tahan Sangat enak Sangat mudah Sangat sesuai kualitas Sangat tinggi Sangat mudah
118
119
Kriteria Penilaian Dalam Kuisioner A. Umur tanaman Sangat panjang/lama (120-124 hari) Lama (115-119 hari) Cukup pendek (110-114 hari) Pendek (105-109 hari) Sangat pendek (100-104 hari) B. Produktivitas Sangat Rendah (3 ton/ha) Rendah (4 ton/ha) Cukup tinggi (5 ton/ha) Tinggi (6 ton/ha) Sangat Tinggi (7 ton/ha) C. Kerebahan Tanaman Sangat Rentan (seluruh tanaman rebah, rata dengan tanah) Rentan (sebagian besar tanaman rebah, hampir rata dengan tanah) Cukup tahan (sebagian besar tanaman agak rebah) Tahan (sebagian tanaamn condong/tidak tegak lagi) Sangat tahan (Tidak ada yang rebah) D. Tahan Hama Penyakit Sangat Rentan (hampir seluruh tanaman terkena hama dan penyakit) Rentan (sebagian besar tanaman terkena hama dan penyakit) Cukup tahan (setengah dari tanaman terkena hama dan penyakit) Tahan (sebagian kecil tanaaman terkena hama dan penyakit) Sangat tahan (Hampir tidak ada yang terkena hama dan penyakit) E. Rasa Nasi lebih tergantung dari selera. F. Ketersediaan Benih adalah kemudahan dalam membeli/memperoleh G. Harga Benih Padi lebih dikaitkan dengan kualitas yang ditawarkan H. Harga GKG Sangat Rendah (Rp 1.800 kg/ha) Rendah (Rp 1.900 kg/ha) Cukup tinggi (Rp 2.000 kg/ha) Tinggi (Rp 2.100 kg/ha) Sangat Tinggi (Rp 2.300 kg/ha) I. Pemasaran hasil panen lebih tergantung pada pengaruh permintaan yang akan mempenagruhi perilaku tengkulak
120
Lampiran 12. Foto Kegiatan
Benih yang ditemui di toko pertanian
Padi IR 64 2-3 minggu sebelum panen
Panen Padi Ciherang
IR 64 Ciherang Memberamo Beras varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo memiliki bentuk yang hampir sama ramping panjang