PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR
Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
RINGKASAN AMATU AS SAHEDA. Preferensi dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Di Bawah Bimbingan RITA NURMALINA Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli pasar, dan perubahan selera masyarakat maka permintaan pangan akan semakin meningkat dalam jumlah, mutu dan keragamannya khususnya padi. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di provinsi Jawa Barat. Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan petani tentang benih unggul dan bemutu tinggi sehingga menuntut penangkar untuk menghasilkan varietas unggul dan benih yang berkualitas tinggi.. Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan wangi. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi pandan wangi, (2) Menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi, (3) Menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi. Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa lokasi sentra produksi padi Pandan Wangi yaitu Kecamatan Warungkondang, yang terdiri dari empat Desa yaitu, Desa Bunikasih, Bunisari, Tegallega, dan Mekar Wangi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilokasi penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 60 orang yaitu 30 orang petani yang menggunakan benih bersetifikat dan 30 orang petani yang menggunakan benihyanh dihasilkan sendiri. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah: analisis keputusan pembelian konsumen, Important Performance Analysis (IPA), Customers Satisfaction Index (CSI) dan Analisis Diagonal (Suharjo Split) Karakteristik umum para petani padi pandan wangi yang menjadi responden secara keseluruhan menunjukan bahwa bahwa kelompok yang berumur 39-47 dan 48-56 tahun sebesar 33.3 % lebih banyak dibandingan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 13.3 %. Petani responden yyang paling banyak berasal dari desa Tegalega (50 persen ), berstatus sudah menikah (100%), dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SD (83 persen). Pendapatan rata-rata perbulan antara 500.000 sampai dengan 999.999 sebesar 56.7 persen. para petani yang lebih berpengalaman menanam padi pandan wangi berkisar antara 2 -10 tahun sebesar 40 persen. status kepemilikan lahan petani adalah sebagai pemilik dan penggarap sebesar 73.3 persen. Lahan sawah yang dimiliki oleh para petani yang tiap petani berbeda-beda berkisar antara 800 meter sampai dengan 30.000 meter dengan nilai rata-rata produktifitas rata-rata sebesar 6710.67 ton dan 6313.33 Analisis tahap proses keputusan pembelian menunjukan bahwa antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat yang menjadi motivasi para petani untuk menanan benih padi pandan wangi adalah harga jual
3
gabah/malai yang tinggi. Para petani penggunaan benih bersertifikat menganggap bahwa penggunaan benih bersertifikat sudah sangat jelas jenis varietas terjamin mutunya dan telah mengalami proses sertifikasi, sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri menggangap penggunaan benis sertifikat biasa saja. Secara keseluruhan antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat sudah merasa puas dengan pembelian dan penggunaan benih sendiri. Indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan antara petani yang menggunakan benih bersertifikat nilai indeks kepuasan petani sebesar 81,39 persen (0, 8139) Nilai ini berada pada rentang indeks kepuasan antara 0.81 sampai dengan 1.00 yang berarti petani sangat puas terhadap kinerja yang ada pada atribut-atribut benih padi pandan wangi, dan petani yang menggunakan benih sendiri sebesar 70 persen (0. 70) nilai ini berada pada rentang antara 0.66 sampai dengam 0. 88 yang berarti petani puas terhadap kinerja yang ada pada atributatribut benih padi pandan wangi. Berdasarkan hasil Importance Performance Analysis (IPA) yang berkaitan dengan tingkat kepentingan dan kinerja padi pandan wangi terdapat atribut kinerja yang menjadi prioritas utama yang harus diperbaiki pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah umur tanaman dan harga jual malai/gabah, sedangkan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat adalah umur tanaman dan hasil produksi, dan atribut yang termasuk pada pertahankan posisi pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah hasil produksi, daya tumbuh, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tektur nasi (pulen), aroma nasi (wangi) dan sertifikasi. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri terdiri dari Harga jual malai/gabah, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tekstur nasi, aroma nasi, kersediaan benih. Atribut-atribut yang termasuk pada prioritas rendah pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah Ketahanan HPT, anakan Produktif, Volume benih, kemasan yang menarik, harga beli benih. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri adalah ketahanan HPT, anakan produktif dan promosi, dan pada prioritas berlebih Atribut yang termasuk pada kuadran ini pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah tahan rontok, ketersediaan benih, dan promosi. Sedangkan pada petani yang tidak bersertifikat adalah tahan rontok dan daya tumbuh. Sintesis hasil IPA dan Analisis Diagonal (Suharjo Split) menunjukan bahwa pada petani yang menggunakan benih bersertifikat atribut yang mengalami over service adalah atribut adalah anakan produktif, dan tahan rontok, sedangkan atribut lainnya mengalami Under Service. Sedangkan pada petani yang tidak menggunakan Benih Bersertifikat pada secara keseluruhan atribut mengalami under service. Atribut tersebut memiliki nilai negatif sehingga akan memngurangi kepuasan petani tersebut
4
PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR
Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
5
Judul Nama NRP
: Preferensi Dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur : Amatu As Saheda : A14105511
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 430 801
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian :
6
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, November 2008 Amatu As Saheda A14105511
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 19 Mei 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Ahmad Garnida dan Ibu Ika Almatin. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1996 di SDN Pasir Hayam Cilaku Cianjur, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU 1 Cibeber Cianjur dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Diploma III Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada pendidikan strata satu (S1) Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
8
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga skripsi dengan judul “Preferensi dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi pandan wangi, menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi, dan menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih paadi pandan wangi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, November 2008
Penulis
9
UCAPAN TERIMA KASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada: 1. Kedua orang tua, Bapa dan Mama tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, jerih payah dan doanya hingga penulis bisa mencapai tahap sekarang ini. 2. Dr.Ir. Rita Nurmalina, MS. Selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. 3. Tanti Novianty, SP, Msi dan Tintin Sarianti, SP, MM. Selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini. 4. Ir. Popong Nurhayati, MM terima kasih atas kesediannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan masukan dan saran dalam perencanaan penelitian ini 5. Kakak dan adekku tersayang, Teh Jidah, Aa Ata berserta istri, ponakan ku yang baru lahir dan adekku Hera yang selalu memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil selama penulis menempuh pendidikan di IPB ini 6. Mbak Sari terima kasih untuk partisipasi menjadi pembahas pada seminar hasil yang memberikan banyak masukan bagi penulis. 7. Bapa Mahfudin sebagai PPL terimakasih atas segala informasi yang telah diberikan kepada penulis selama dalam melakukan penelitian.
10
8. Keluarga bapa Syahroni, dan Keluarga bapa H. Pepen terimakasih telah memberikan tempat tinggal yang nyaman selam penulis melakukan penelitian, dan kepada A’Anwar terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk mengantar penulis kepada para petani padi Pandan Wangi 9. Keluarga besar Petani Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang terima kasih atas bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian. 10. Temen-temen Ekstensi AGB yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga silaturrahim kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas semuanya, Amin.
11
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................. ii DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. v I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 10 1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................... 11 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Padi ....................................................................... 2.1.1 Gambaran Umum Komuditas Padi................................... 2.1.2 Tanaman Padi di Cianjur.................................................. 2.1.3 Karakteristik Padi Pandan Wangi..................................... 2.1.4 Benih ............................................................................... 2.2 Penelitian Terdahulu....................................................................
12 12 13 13 14 15
III KERANGKA BERPIKIR.................................................................. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 3.1.1 Definisi konsumen ........................................................... 3.1.2 Perilaku Konsumen.......................................................... 3.1.3 Preferensi Konsumen ...................................................... 3.1.4 Perilaku Pembelian .......................................................... 3.1.5 Proses Keputusan Pembelian............................................ 3.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian 3.1.7 Sikap ............................................................................... 3.1.8 Konsep dan Pengertian Kepuasan .................................... 3.1.9 Analisis Diagonal (Suharjo Split)..................................... 3.1.10 Atribut Produk ................................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................
20 20 20 20 21 22 23 26 32 33 38 39 40
IV METODE PENELITIAN .................................................................. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 4.3 Metode Pengambilan Sampel ...................................................... 4.4 MetodeAnalisis Data ................................................................... 4.4.1 Analisis keputusan Pembelian Konsumen ........................ 4.4.2 Importance Performance Analysis (IPA).......................... 4.4.3 Customers Satisfaction Index (CSI).................................. 4.4.4 Analisis Diagonal (Suharjo Split) .................................... 4.5 Definisi Operasional....................................................................
43 43 43 43 44 44 44 47 49 50
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................... 5.1 Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur..........................
52 52
12
5.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Citra Sawargi........................... VI IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN....................................... 6.1 Identitas Karakteristik Responden ............................................... 6.1.1 Umur ............................................................................... 6.1.2 Alamat............................................................................. 6.1.3 Status Pernikahan............................................................. 6.1.4 Tingkat Pendidikan .......................................................... 6.1.5 Tingkat Pendapatan.......................................................... 6.1.6 Lamanya Menanam Padi Pandan Wangi .......................... 6.1.7 Status Kepemilikan Lahan ............................................... 6.1.8 Luas Areal, Produksi, dan Produktifitas Usaha Tani Padi Pandan Wangi.................................................................. 6.1.9 Benih yang Digunakan Sertifikasi atau Tidak Sertifikasi.. 6.1.10 Jenis Padi yang Ditanam Selain Pandan Wangi ................ 6.2 Proses Keputusan Pembelian Benih Bersertifikat dan Penggunaan Benih Sendiri (Tidak Bersertifikat) Padi Pandan wangi ............... 6.2.1 Pengenalan Kebutuhan..................................................... 6.2.2 Pencarian Informasi ......................................................... 6.2.3 Evaluasi Alternatif ........................................................... 6.2.4 Keputusan Pembelian dan Penggunaan ............................ 6.2.5 Pasca Pembelian dan Penggunaan .................................... VII ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP ATRIBUT BENIH PADI PANDAN WANGI................................................... 7.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Padi Pandan Wangi pada Petani yang Menggunakan Benih Bersertifikat dan yang Tidak Bersertifikat................................. 7.2 Customer Satifaction Index (CSI) ............................................. 7.3 Analisis Diagonal ..................................................................... VIII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................... LAMPIRAN .............................................................................................
55
58 58 58 59 58 60 60 61 62 63 64 64 65 66 68 71 72 76
81
81 88 90 94 97 100
13
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Luas Areal Panen, Produksi, Produktivitas, dan Laju Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Pada Tahun 2008 ....................................2 2.
Luas Sebaran Padi Pandan Wangi selama periode 2002-2006 di Kabupaten Cianjur .............................................................................6
3.
Kandungan Zat Gizi Pandan Wangi Per 100 gram ............................. 14
4
Skala untuk tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut............................................................................................... 45
5.
Kriteria Nilai Customers Satification Index. ...................................... 49
6.
Luasan Areal Untuk Penangkaran Benih Padi Pandan Wangi Padi Tahun 2008 ....................................................................................... 56
7.
Sebaran Persentase Responden Menurut Umur................................. 59
8.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Alamat.......................... 59
9.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan ........ 59
10.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 60
11.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Perbulan ............................................................................................ 61
12.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Lamanya Mananam Padi Pandan Wangi ........................................................................... 62
13.
Sebaran Persentase Responden BerdasarkanStatus Lahan.................. 63
14.
Sebaran Persentase Berdasarkan Penggunaan Benih Bersertifikat Padi Pandan Wangi ........................................................................... 64
15.
Sebaran Persentase Berdasarkan Jenis Padi Yang Ditanam Selain Pandan Wangi ................................................................................... 65
16.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Menanam Benih Padi Pandan Wangi ................................................................. 67
17.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pentingnya Menggunakan Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat ...................... 68
14
18.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Darimana Informasi Tentang Benih Padi Pandan Wangi.................................................... 69
19.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Dibutuhkan ............................................................................... 70
20.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Atribut yang Paling Dipertimbangkan Untuk Pembelian danpenggunaan Benih Sendiri Padi Pandan Wangi ........................................................................... 70
21.
Sebaran Persentase Responden Cara Memutuskan Pembelian dan Penggunaan Benih Sendiri Padi Pandan Wangi Berdasarkan Situasi ............................................................................................... 73
22.
Sebaran Persentase Responden Cara Memutuskan Dimana Para Petani Melakukan Pembelian Benih Padi Pandan Wangi Berdasarkan Tempat.......................................................................... 73
23
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Alasan Menggunakan Benih Tidak Sertifikat ....................................................................... 74
24.
Sebaran Persentase Berdasarkan Jenis Varietas yang Sering Dibeli ... 75
25. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Kebutuhan Benih Padi Pandan Wangi Per Hektar.......................................................... 76 26.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Evaluasi Pasca Pembelian benih sertifikat Pada Saat Harga Benih Padi Pandan Wangi Mengalami Kenaikan ............................................................. 76
27.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Pihak yang Berpengaruh Dalam Memutuskan pembelian..................................... 77
28.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Ketidaktersediaan Benih di Lapang ................................................... 78
29
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Perasaan Jika Tidak Membeli dan menggunakan Benih sendiri Padi Pandan Wangi ............................................................................................... 79
30.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Kepuasan Terhadap Hasil Dari Pandan Wangi................................................... 80
31.
Hasil Importance Performance Analysis (IPA)Benih Bersertifikat..... 84
32.
Hasil Importance Performance Analysis (IPA) Benih Tidak Bersertifikat ...................................................................................... 85
15
33.
Perhitungan Customers Satisfaction Index (CSI) Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat ........................................................................... 89
34.
Perhitungan Customers Satisfaction Index (CSI)Petani Yang Tidak Menggunakan Benih Sertifikat .......................................................... 90
35.
Atribut Over Service dan Under Service Terhadap Petani Yang Menggunakan Benih Bersertifikat ..................................................... 92
16
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tahapan Proses Keputusan Pembelian ............................................. 26 2. Proses Pembelian Konsumen............................................................. 27 3. Kurva Indeferen ............................................................................... 35 4. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 42 5. Diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA) ............ 46 6. Diagram Kartesius Suharjo Split........................................................ 50 7. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ................................................ 53 8. Matriks Importance Performance Analysis Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat ........................................................................... 84 9. Matriks Importance Performance Analysis Benih Padi Pandan Wangi Tidak Bersertifikat ................................................................. 85 10. Analisis Diagonal (Suharjo Split) Pada Petani yang Menggunakan Benih Bersertifikat ............................................................................ 91 11. Analisis Diagonal (Suharjo Split) Pada Petani yang Tidak Menggunakan Benih Bersertifikat ..................................................... 93
17
DARTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisoner Penelitian.......................................................................………..101 2. Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 ............................................................. .... ..............114 3. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Berdasarkan Jenis lahannya di Jawa Barat pada Tahun 2002-2006 .............. …………....115 4. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No 163/Kpts/LB.240/3/2004……………………………116 5. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) Benih Bersertifikat...117 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) yang Tidak Menggunakan Benih Bersertifikat ....................................................118 7. Luas Lahan, Produksi, dan Produktifitas Padi PandanWangi Bersertifikat .............................................................................................119 8. Luas Lahan, Produksi, dan Produktifitas Padi Pandan Wangi Tidak Bersertifikat ...............................................................................................120
18
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia
merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli pasar, dan perubahan selera masyarakat maka permintaan pangan akan semakin meningkat dalam jumlah, mutu dan keragamannya khususnya padi. Padi memegang peranan penting karena produk olahannya merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. Di Indonesia padi adalah tanaman pangan utama selain jagung, sagu, dan umbi-umbian. Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama adalah karena padi memiliki kelebihan sifat tanaman bila di bandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat disimpan lama, dan (3) lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Taslim dan Fagi, 1988). Menurut Mears (1982) padi menempati prioritas penting di Indonesia karena alasan-alasan berikut : (1) padi adalah bahan konsumsi penting baik dari segi pengeluaran rumah tangga, sebagai sumber kalori, maupun sumber protein, (2) padi sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk, (3) padi merupakan komoditas politis. Dalam kegiatan budi daya tanaman benih menjadi salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan. Peningkatan produksi padi banyak ditunjang oleh peran benih bermutu (bersertifikat). Ketersediaan benih bersertifikat secara nasional untuk padi baru sekitar 30 persen (Baran, 2002). Penggunaan benih bermutu akan mengurangi
19
risiko kegagalan budi daya karena benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan, bebas dari serangan hama dan penyakit terbawa benih (seed born disease). Produksi padi yang dihasilkan di Indonesia disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data luas areal panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia menunjukan bahwa laju pertumbuhan produksi padi di Indonesia sangat berfluktuasi hal ini terjadi karena adanya penurunan luas areal, sehingga menyebabkan laju pertumbuhannya turun, selain itu kondisi lahan pertanian mengalami penurunan dan deselerasi yang menyebabkan ketidakmampuan lahan pertanian menghasilkan produksi yang optimal. Lahan pertanian semakin jenuh dengan pengolahan intensif seperti intensitas pemupukan yang tinggi, dan tidak adanya rotasi penanaman yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan produktivitas tanah menurun, selain itu perubahan cuaca yang tidak dapat di prediksi juga menyebabkan permasalahan dalam kegiatan produksi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal Panen, Produksi, Produktivitas, dan Laju Pertumbuhan Produksi padi di Indonesia pada Tahun 2008 Tahun
Luas Areal Panen (Ha) 2004 11.922.974 2005 11. 839.061 2006 11.786.430 2007 12.147.637 2008*) 12.385.242 Sumber : BPS, 2008 1)
Produktivitas (ton/Ha) 45.41 45.74 46.20 47.07 48.35
Produksi (Ton) 54.088.468 54.151.097 54.454.937 57.157.453 59.877.219
Laju Pertumbuhan Produksi (%) 3.74 0.12 0.56 4.96 6.76
Berdasarkan Lampiran 2 menunjukan bahwa produksi padi di pulau Jawa lebih besar dibandingkan dengan pulau lainnya yaitu di Jawa Barat sebesar 9.418.527, Jawa Tengah sebesar 8.729.291, dan Jawa Timur sebesar 9.346.947, hal ini menunjukan bahwa lahan di pulau Jawa cocok ditanami padi karena nilai produksi yang cukup tinggi khususnya di Provinsi Jawa Barat sedangkan 1)
htpp://www. bps.go.id/sector/agri/pangan. shtm, 04 november 2008
20
ekosistem pertanian diluar pulau Jawa didominasi oleh lahan marginal dengan tingkat produktivitas rendah yang meliputi lahan tandah hujan, lahan kering, dan rawa (Syam dan Hermanto, 1995). Budi daya tanaman padi telah berlangsung lama dan telah menghasilkan berbagai macam jenis macam padi akibat seleksi dan pemuliaan. Jenis-jenis padi ini diantaranya adalah 1) padi gogo dikembangkan di beberapa daerah tandah hujan, dimana tipe padi gogo ini suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah, 2) Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal dirawa-rawa. Padi rawa ini mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air. Jenis-jenis padi yang beredar dipasaran pada saat ini adalah padi pera, ketan dan padi wangi. Padi wangi atau harum (Aromatic Rice) dikembangkan di beberapa tempat di Asia yang telah terkenal ras Cianjur yaitu padi pandan wangi yang sekarang telah menjadi varietas unggulan. Pemurnian Varietas padi pandan wangi telah dilakukan pada tahun 2000 melalui kegiatan seleksi varietas dilapangan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Jawa Barat. Sertifikasi varietas lokal Padi pandan wangi melalui kegiatan pemurnian dan pemutih dilakukan selama dua tahun yaitu dari tahun 2001 sampai 2003 kerjasama antara Dinas pertanian Cianjur dengan Balai besar Padi (Balitpa) Sukamandi, Balitpa Bogor dan BPSB Jawa Barat. Setelah mengalami proses sertifikasi maka pelepasan varietas unggul lokal padi pandan wangi dilakukan. Pelepasan varietas unggul dilakukan pada tanggal 17 Maret 2004 berdasarkan Surat keputusan Mentri Pertanian Nomor : 163/kpts/LB.
21
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi di Indonesia yang memiliki potensi luas lahan sawah yang cukup besar dengan hasil produksi yang tinggi. Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat perbandingan antara luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Jawa Barat berdasarkan jenis lahannya menunjukan bahwa jenis padi sawah lebih besar dibandingkan padi ladang walaupun luas areal, produktivitas, dan produksi mengalami penurunan dan peningkatan pada setiap tahunnya. Perbedaan produktivitas pada dua tipe lahan tersebut, pada dasarnya disebabkan selain ketersediaan air yang terbatas, kesuburan lahan/tanah sangat mempengaruhi tempat padi tersebut tumbuh. Lahan sawah relatif lebih subur dalam mendukung pertumbuhan tanaman padi dan Produktivitasnya2). Total luas areal, produktivitas dan produksi secara keseluruhan cenderung berfluktuasi karena pada tahun 2003 luas areal mengalami penurunan walaupun produktivitas meningkat tetapi produksi mengalami penurunan, padi walaupun demikian dari aspek produktivitas sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2005, hal ini terjadi karena perubahan iklim yang tidak bisa di prediksi sehingga menyebabkan penurunan produksi selain itu juga bisa disebabkan oleh pengaruh hama dan penyakit. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Jawa Barat. Di Kabupaten Cianjur sekitar 96 persen produksi padi dipasok dari lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan menggunakan varietas unggul sedangkan lahan kering yang tersebar disemua Kecamatan belum banyak terkontribusi dalam peningkatan produksi padi. Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu (bersertifikat). Penggunaan benih yang baik adalah salah satu unsur daya
2)
http://www. Bappenas.go.id/index. 29 Oktober 2008
22
dukung yang menentukan tinggi rendahnya poduksi. Mutu benih adalah hal yang paling penting dalam usaha produksi benih karena mutu merangsang ketertarikan konsumen dan menghasilkan konsumen yang puas akan benih tersebut. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan petani tentang benih unggul dan bemutu tinggi sehingga menuntut penangkar untuk menghasilkan varietas unggul dan benih
yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu penangkar dan
pemerintah setempat harus bekerjasama dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk yang diharapkan oleh para petani. Pemerintah dan penangkar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh para petani, seperti harapan petani akan hasil produksi, oleh karena itu penting bagi penangkar dan pemerintah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap hasil yang telah dicapai terhadap produk/benih yang mereka gunakan. Mengukur tingkat kepuasan merupakan sesuatu yang penting dilakukan, karena dengan mengetahui tingkat kepuasan akan meningkatkan kinerja produk yang ada dilapangan. Selain itu penangkar harus mengetahui mengenai preferensi, hal ini perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen atau petani. Penggunaan benih berlabel berturut-turut sesuai dengan penyebaran varietas unggul di Kabupaten Cianjur yaitu: varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Cigeulis, Towuti, Way Apo Buru, Widas, Cisadane, dan Cilamaya Muncul, Sintanur, Membramo, dan Pandan Wangi (Diperta Kabupaten Cianjur, 2007). Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan Wangi.
23
Komoditas ini menjadi unggulan karena telah terjamin kesediaannya dan dapat memberikan nilai hasil yang lebih baik/tinggi serta memiliki daya saing kuat, dibandingkan varietas padi lainnya yang biasa diusahakan di Kabupaten Cianjur atau wilayah lainya di Jawa Barat selain itu padi Pandan Wangi mempunyai keunggulan dari segi aroma pandan di pertanaman, beras beraroma pandan, nasi rasa enak dan tekstur nasi pulen, disenangi oleh masyarakat, dan harga jual beras yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras yang lain sehingga pendapatan petani meningkat. Kawasan sentra produksi varietas Pandan Wangi mencakup 6 Kecamatan yang kemudian bertambah menjadi 7 Kecamatan pada tahun 2006 dengan rata-rata luas tanam 6.310 Ha setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Sebaran Padi Pandan Wangi Selama Periode 2002-2006 di Kabupaten Cianjur Tahun No
Kecamatan
1 2
Warungkondang Gekbrong
3 4 5 6 7
Cianjur Cilaku Cibeber Cugenang Sukaresmi Jumlah
2002 3.388 526 703 1.890 990 116 7.613
2003 3.366 496 785 2.113 1.134 168 8.062
2004 2.396 377 352 1.193 588 172 5.078
2005 2.056 200 150 1.100 641 115 4.262
2006 1.780 545 225 140 1.020 540 105 4.355
Rata-rata (Ha) 2.597,2 545,0 364,8 426,0 1.464,2 778,6 135,2 6.310,0
Sumber : Diperta Kabupaten Cianjur. 2007
Pada Tabel 2 menunjukan bahwa dari ketujuh Kecamatan tersebut, sentra produksi padi varietas Pandan Wangi lahan yang terluas adalah Kecamatan Warungkondang dan Cibeber masing-masing dengan rata-rata luas lahan sebesar 2.597,2 hektar dan 1.463,2 hektar pertahun. Selama lima tahun terakhir ini luasan lahan sawah padi varietas Pandan Wangi mengalami penurunan, hal ini terjadi karena faktor umur padi Pandan Wangi yang cukup lama sehingga banyak para
24
petani mulai beralih dari menanam padi Pandan Wangi ke padi kecil yaitu padi varietas lain. Harga gabah kering giling (GKG) padi Pandan Wangi di tingkat petani sulit naik meski kebutuhan meningkat dan harga dipasaran terus melambung, hal ini terjadi karena umur padi lebih lama dengan biaya produksi yang cukup tinggi khususnya biaya perawatan yang lebih besar. Oleh karena itu petani padi Pandan Wangi merasa terus menerus dirugikan karena adanya beras Pandan Wangi palsu atau oplosan, sehingga para petani membentuk kelompok tani atau Gapoktan yang khusus memproduksi beras Pandan Wangi. Adanya Gapoktan ini diharapkan harga gabah petani akan terkontrol, oleh sebab itu para petani di Cianjur menaruh harapan dengan adanya sertifikasi produk beras Pandan Wangi. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan padi Pandan Wangi menjadi komoditas unggul utama hasil pertanian disamping tanaman palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Selain itu pemerintah Kabupaten Cianjur yang diwakili oleh Dinas Pertanian beserta jajarannya menggalakkan kembali pembentukan kelompok tani khusus untuk petani padi Pandan Wangi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi padi Pandan Wangi sebagai komoditas unggulan Cianjur dan juga untuk mempermudah komunikasi antara Pemerintah dengan petani. 1.2.
Perumusan Masalah Seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk di Indonesia, padi dan
produk olahannya berupa beras memiliki peranan yang sangat srategis dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kekurangan ketersediaan stok beras harus diantisipasi, salah satunya dengan memanfaatkan banyaknya lahan
25
sawah yang banyak tersedia di Indonesia. Pengusahaan padi secara intensif dan didukung dengan ketersediaan lahan dan faktor produksi lainnya diharapkan mampu menambah suplai beras nasional dan dapat meningkatkan produksi serta pendapatan para petani. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai sumbangsih cukup tinggi dalam penyediaan stok pangan nasional di Jawa Barat. Salah satu padi unggulan Kabupaten Cianjur dan merupakan kebanggaan masyarakat dan pemerintah daerah adalah padi lokal ”PANDAN WANGI”. Varietas unggulan merupakan salah satu komponen teknologi budidaya yang paling mudah di adopsi petani dan peranannya dalam peningkatan produksi hasil pertanian. Tingginya tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul, khususnya varietas unggul padi tercermin dari gigihnya upaya petani mencari benih varietas unggul dan bermutu tinggi. Dalam hal ini mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Sifat-sifat benih mencakup kebenaran varietas, viabilitas, vigor, kerusakan mekanis, infeksi menyakit, dan lain-lain. Dengan penggunaan benih unggul dan bermutu ini para petani akan merasa puas karena hasil produksi yang diperoleh cukup tinggi, tetapi pada saat ini sebagian petani menghadapi permasalahan dari aspek input produksi adalah tingginya harga dan kelangkaan input produksi, salah satu input yang berperan penting adalah benih dan pupuk. Para petani lebih banyak menggunakan benih hasil budidaya mereka sendiri dibandingkan dengan menggunakan benih berlabel yang diproduksi penangkar. Benih tersebut didapat dari produksi padi musim sebelumnya. Petani menganggap harga benih berlabel relatif lebih mahal, sehingga mereka menggunakan benih hasil sendiri.
26
Jenis padi varietas lokal Cianjur yang menghasilkan beras Cianjur asli Pandan Wangi termasuk varietas Javonica atau biasa dikenal padi bulu, mempunyai keunggulan rasa sangat enak, pulen dan beraroma wangi pandan, selain itu nama Pandan Wangi merupakan nama jaminan kualitas beras yang merupakan kelas eksklusif
dengan harga jual yang cukup tinggi sehingga
dikatakan varietas unggul tahan harga (VUTH). Karena mempunyai nilai jual yang tinggi dipasaran maka cukup banyak dijumpai beras yang diberi nama Pandan Wangi, hanya karena beraroma pandan walaupun bukan beras Pandan Wangi atau tidak murni Pandan Wangi. Keadaan ini sangat merugikan petani produsen padi Pandan Wangi, untuk itu dengan adanya sertifikasi produk beras Pandan Wangi maka petani tidak akan dirugikan. Sebagian petani di Kabupaten Cianjur selain menanam padi varietas lokal spesifik yakni Pandan Wangi yang merupakan varietas unggulan, juga menanam varietas-varietas lainnya baik varietas unggul nasional maupun varietas local lainya diantaranya varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Cigeulis, Towuti, Way Apo Buru, Widas, Cisadane, Cilamaya Muncul, dan Membramo. Seiring berjalan waktu para petani padi Pandan Wangi pada saat ini semakin selektif dalam penggunaan benih unggul dan bermutu tinggi sehingga permintaan akan benih bersertifikat semakin meningkat. Hal ini menuntut para produsen/penangkar untuk menyediakan produk/benih yang sesuai keinginan konsumen/petani. Oleh karena itu untuk memenuhi harapan petani maka langkah awal yang harus dilakukan oleh pihak produsen adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen. Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen atau petani.
27
Sedangkan
pengetahuan
tentang
kepuasan
perlu
diketahui
agar
dapat
meningkatkan kinerja produk yang dinilai konsumen masih kurang memuaskan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan petani terhadap penggunaan benih padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana kepuasan para petani terhadap atribut-atribut produk padi Pandan Wangi? 3. Bagaimana alternatif strategi yang harus dilakukan untuk pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi Pandan Wangi. 2. Menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi. 3. Menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi. 1.4.
Kegunaan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan informasi
untuk para petani dan khalayak umum. Melalui penelitian ini pihak petani akan memperoleh informasi mengenai atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat
28
keputusan pembelian terhadap padi Pandan Wangi sehingga para petani akan lebih paham dan mengerti tentang produk ini.
29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Karakteristik Padi 2.1.1 Gambaran umum komoditas Padi Padi (Oryza sativa) adalah tanaman pangan yang dihasilkan terbanyak di dunia dan menempati daerah tersebar di daerah tropika (Sanchez,1993 dalam Sumiati, 2003). Menurut beberapa pihak tanaman padi berasal dari Cina karena dari daerah tersebut banyak ditemukan jenis-jenis padi liar. Hal ini didasarkan pada teori Vavilov yang menyatakan bahwa daerah asal usul suatu tanaman di tandai dengan terdapatnya pemusatan jenis-jenis liar tanaman tersebut (Manurung, 1998 dalam Sumiati 2003). Tanaman padi pada umumnya merupakan tanaman semusim dengan empat fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara garis besar tanaman padi ini terbagi kedalam dua bagian yaitu bagian generatif dan vegetatif. Dalam pertumbuhannya tanaman padi memerlukan unsur hara, air dan energi. Hara adalah unsur pelengkap dari komposisi asam nukleik, hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam merombak fotosintat atau respirasi menjadi senyawa yanag lebih sederhana. Air diperoleh tanaman dari tanah, dan energi di dapat dari hasil fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Hingga saat ini beras merupakan makanan pokok Indonesia dengan alasan beras memiliki rasa yang sangat enak dengan selera masyarakat, juga dilihat dari kandungan gizinya yang mengandung protein dan kalori yang lebih tinggi di bandingan komoditas lainnya (seperti jagung, ketela, kentang, dan lain-lain). Budaya untuk mengkonsumsi beras sangat sulit untuk dihilangkan dari
30
masyarakat Indonesia dari masyarakat Indonesia karena sudah menjadi kebiasaan, sebelum mengkonsumsi
beras maka belum dikatakan makan. Beras bukan
sekedar komoditas pangan atau ekonomi tetapi juga merupakan komuditas yang memiliki nilai politik dan keamanan. 2.1.2 Tanaman Padi di Cianjur Tanaman padi yang terdapat di Kabupaten Cianjur terdiri dari berbagai macam varietas dintaranya
Pandan Wangi, IR64, Cisadane, Ciherang,
Situbagendit dan Cigeulis. Varietas Pandan Wangi merupakan varietas unggulan yang menjadi ciri khas dari kota Cianjur yang berasal dari padi bulu, varietas lokal. Padi sawah Pandan Wangi mulai berkembang di Kabupaten Cianjur pada tahun 1970. Pertanaman Pandan Wangi tersebut mulai berkembang meluas karena memiliki keunggulan khusus aroma pandan di pertanaman, beras dan nasi serta rasa nasi yang enak dan tekstur nasi yang pulen dan tidak cepat basi. Oleh karena itu beras varietas ini mempunyai nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan beras varietas lainnya. 2.1.3 Karakteristik Padi Pandan Wangi Padi Pandan Wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu varietas lokal. Padi dan beras ini beraroma wangi pandan oleh karena itu sejak tahun 1973 terkenal dengan sebutan Pandan Wangi. Beras Cianjur Pandan wangi sudah termashur di Jawa Barat, Maupun Nasional bahkan di Mancanegara, dan banyak dikonsumsi oleh kalangan masyarakat menengah keatas. Deskripsi padi Pandan Wangi menurut Dinas Pertanian tahun 2007 antara lain umur tanaman 150-160 hari, tinggi tanaman 150-170 centimeter, bentuk gabah (endosperm) bulat atau gemuk, berperut, berbulu, tahan rontok, berat 1000
31
butir gabah 30 gram, beraroma pandan, kadar amilosa 20 persen dan potensi hasil 6-7 ton perhektar malai kering pungut. Sedangkan Deskripsi padi sawah varietas Pandan
Wangi
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
163/Kpts/LB.240/3/2004 tanggal 17 Maret 2004 dapat di lihat pada Lampiran 3 Menurut laporan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2001), Pandan Wangi mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan zat tumbuh, dintaranya adalah protein, lemak, gula pereduksi, zat besi (Fe), zat tembaga (Cu), dan kalori persentasi kadar gula pereduksi lebih besar dibandingkan dengan kadar protein dan lemak. Kandungan gizi beras Pandan Wangi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3. Kandungan Zat Gizi Pandan Wangi Per 100 Gram No Parameter Hasil 1 Kadar Protein 8,97 2 Kadar Lemak 0,32 3 Kadar Gula 63,39 4 Zat Besi (Fe) 4,65 5 Cat Tembaga (Cu) 6,42 6 Kalori 14,85
Satuan Persen (%) Persen (%) Persen (%) Ppm Ppm Kg/gr
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Kabupaten Cianjur (2007)
2.1.4 Benih Menurut UU no 12 tahun 1992 dan PP no 44 tahun 1995 yang dimaksud dengan benih adalah semua bentuk bahan tanaman dari proses generatif berupa biji maupun vegetatif seperti stek, cangkok, umbi dan lain-lain. Pada taraf batasan agronomi benih yang ditanam akan menghasilkan produksi setinggi mungkin dan diupayakan melestari. Produksi benih yang tinggi sangat tergantung dari teknologi dilapangan dan pascapanen sehingga produk benih dapat diidentifikasikan atas dasar kemurnian genetiknya. Varietas yang dihasilkan selain unggul dalam produksi, varietas juga harus memiliki sifat yang jelas berbeda dari varietas lainnya yang sebelumnya sudah
32
beredar seragam kinerja tanaman dan pertanamannya (uniform), mantap (stable) dalam keunggulan sifat kinerja tanaman dan pertanaman. Oleh karena itu diperlukan jaminan suatu benih yang baik itu harus benar juga diinformasikan kepada konsuman oleh pihak produsen, selain itu diperlukan jaminan oleh pihak ketiga yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah yaitu sertifikasi benih. Sertifikasi benih dilakukan agar benih yang dipasarkan terjamin mutunya dan benar informasinya.
2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis usaha tani dan pemasaran beras pandan wangi
di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat yang dilakukan oleh Rachmawati (2003), dengan menggunakan alat analisis pendapatan usaha tani, analisis margin pemasaran. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi tingkat profitabilitas usaha tani Pandan Wangi yang diterima petani pemilik dan penggarap. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penggarap hal ini dapat dilihat dari besarnya rasio R/C atas biaya tunai ada atas biaya total, usaha tani yang dilakukan oleh kedua jenis strata yaitu petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Masih menguntungkan. Fitriadi (2005) penelitian mengenai Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan dan Padi Konvensional (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya) dengan menggunakan alat analisis pendapatan usaha tani, R/C Ratio (R/C) analisis margin pemasaran ,efisiensi pemasaran, dan koefisien kontingensi. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkatan pendapatan usaha tani padi ramah
33
lingkungan dan konvensional. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa analisis pendapatan usaha tani petani padi ramah lingkungan dengan metode SRI untuk petani pemilik penggarap maupun penyakap pendapatan kotornya dan pendapatan bersihnya lebih besar dibandingkan dengan petani padi konvensional, meskipun dari segi biaya yang dikeluarkan untuk petani padi ramah lingkungan metode SRI lebih besar dibandingkan petani padi konvensional. Pendapatan untuk petani pamilik panggarap lebih tinggi dari petani penyakap, hal ini disebabkan oleh biaya tunai petani penyakap lebih besar karena petani penyakap harus membayar lagi hasil sebesar 30 persen dari total penerimaan. Apriyadi (2007) penelitian tentang Analisis Ekuitas Merek Produk Beras Pandanwangi (Kasus Kota Cianjur), dengan alat analisis Importance Performance Analisis (IPA). Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis brand perceived quality (persepsi kualitas) untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen tentang kualitas beras panda wangi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perceived quality (persepsi kualitas) beras Pandan Wangi secara keseluruhan menunjukan merek Pandan Wangi memiliki performance lebih tinggi dari pada nilai importance akan tetapi ada beberapa atribut yang memiliki important lebih tinggi dari pada nilai performance atribut yang perlu mendapatkan perhatian utama oleh produsen atau pihak terkait lainnya untuk segera dibenahi yaitu pada atribut kandungan gizi memadai, dan kemurnian beras. Atribut rasa enak, nasi wangi, kualitas beras bagus, dan nasinya pulen dapat dijadikan nilai jual beras Pandan Wangi, karena nilai responden merupakan atribut yang paling penting.
34
Alvian (2007) melakukan penelitian tentang Analisis Efektifitas Strategi Promosi Benih Padi dan Palawija pada PT sang Hyang Seri Persero (Studi Kasus Petani
Desa
Dukuh
Kecamatan
Ciasem
Kabupaten
Subang),
dengan
menggunakan alat analisis Brand Awareness dan EPIC Model serta korelasi dan regresi linier berganda. Salah satu tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis efektifitas promosi benih padi dan palawija yang dilakukan PT SHS berdasarkan dampak komunikasi dan penjualan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa efektifitas promosi benih padi dan palawija PT SHS diukur melalui dampak komunikasi. Promosi menggunakan kriteria tingkat brand awarness dimana diperoleh hasil bahwa produk benih PT SHS telah menjadi Top Of Mind di benak produsen artinya promosi yang dilakukan oleh perusahaan sudah tergolong baik. Roslinawati (2007) penelitian mengenai Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi Subang Jawa Barat, dengan menggunakan Metode Penentuan Harga pokok yaitu Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode harga pokok produksi yang ditetapkan perusahaan SHS. Berdasarkan hasil yang peroleh menunjukan bahwa penentuan harga pokok produksi
PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi di Subang tidak termasuk
kedalam Metode Full Costing, Variable Costing, dan Activity Based Costing. Penentuan harga pokok produksi PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi Subang terdiri dari dua bagian yaitu harga pokok produksi kebun dan harga pokok pabrik. Harga pokok produksi kebun terdiri atas biaya tanaman (upah, bahan dan biaya angkat), pembelian GKP (calon benih), biaya panen (upah dan Bahan), biaya
35
angkut hasil panen, biaya tidak langsung dan penyusutan. Harga pokok produksi pabrik terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan dengan pengolahan calon benih dari mulai GKP (Gabah Kering Panen), GKK (Gabah Kering Kantong), BB (Benih Bersih), BL (Benih Lulus) sampai dengan pengemasan BK (Benih Kantong) yang siap dipasarkan. Yunita (2007) penelitian mengenai Analisis Kepuasan Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Produksi PT Pertani (Persero) Jakarta di Kecamatan Tanjung Medar Kabupaten Sumedang Jawa Barat, dengan menggunakan metode analisis IPA dan CSI. Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan dari petani setelah menggunakan benih jagung hibrida yang diproduksi oleh PT Pertani (Persero). Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan petani terhadap benih jagung hibrida produksi PT Pertani (persero) berdasarkan analisis Important Perpormance Analysis (IPA), atribut yang perlu dipertahankan yaitu kuadran II (harga ukuran, tongkol, dan produksi panen) dan atribut yang harus diperbaiki yaitu pada kuadran I (ketahanan terhadap hama dan penyakit). Melalui penelitian terdahulu, beberapa yang menjadi acuan untuk penelitian ini adalah persamaan komoditas
yaitu padi yang terdapat pada
penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi, Alvian, Roslinawati,
sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Apriyadi terdapat kesamaan jenis varietas padi dan beras yaitu Pandan Wangi walaupun tema yang diambil berbeda tetapi terdapat alat analisis yang digunakan ada yang sama yaitu dengan menggunakan IPA (Importance Performance Analysis). Sedangkan pada penelitian Yunita terdapat kesamaan dalam segi topik, yaitu kepuasan pada benih,
36
tetapi komoditas yang diambil berbeda. Sedangkan perbedaan lain antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaaan dari alat analisis dan dari segi topik, karena preferensi pada padi belum pernah ada penelitiannya.
37
BAB. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Definisi konsumen Menurut undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan
konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Sumarwan (2002) istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli produk atau jasa untuk seluruh kegiatan kegiatan organisasi. Konsumen individu dan konsumen organisasi adalah sama pentingnya, karena mereka sama-sama memberikan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangannya dan pertumbuhan ekonomi, tanpa konsumen individu produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan tidak mungkin bisa laku dijual.
3.1.2 Perilaku konsumen Perilaku konsumen didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2004) sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Engel, et al (1994), definisi perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
38
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakannya. Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali, timbul kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain atau berasal dari rangsangan eksternal seperti pengaruh atau promosi dari berbagai sumber. Rangsangan eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan internal. Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan terhadap suatu produk maka kemungkinan konsumen akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Menurut Kotler (1997), sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari empat kelompok yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga); sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang perantara); sumber umum (media massa,
organisasi);
dan
sumber
pengalaman
(penanganan,
pemeriksaan
penggunaan produk). Konsumen akan memusatkan perhatiannya terhadap ciri atau atribut produk. Ciri lain yang memperngaruhi tahap pencarian adalah situasi dan ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen itu sendiri (Engel et al, 1995).
3.1.3 Preferensi konsumen Faktor yang merupakan bagian dari perilaku konsumen adalah preferensi konsumen. Preferensi konsumen dapat didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang di konsumsi. Preferensi konsumen menunjukan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 2000). Preferensi ini terbentuk dari persepsi terhadap produk. Preferensi konsumen berhubungan dengan harapan konsumen akan suatu produk yang disukainya. Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan
39
pelanggan (Tjiptono, 2002). Dalam konteks kepuasan pelanggan umumnya harapan merupakan perkiraan atau kenyakinan pelanggan tentang apa yang diterima. Menurut Kotler (2000) pada tahap evaluasi alternatif konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Preferensi seorang pembeli untuk suatu merek akan meningkat jika seseorang yang ia sukai juga menyukai merek yang sama. Evaluasi alternatif adalah tahap dimana konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. Teori preferensi konsumen digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen. Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut dan setiap produk, baik barang atau jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atributnya. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. 3.1.4 Perilaku Pembelian Bidang perilaku konsumen memeperlajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli dan membuang barang, jasa, dan gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Hal ini merupakan pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit terakhir. Sehingga penting untuk mengetahui keinginan, persepsi, preferensi dan perilaku pembelian pelanggan.
40
Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian pada umumnya yaitu faktor kultural, faktor sosial faktor pribadi dan faktor psikologis. Pada faktor kultural Kotler dan Amstrong (1995) berpendapat bahwa faktor kultural mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen, dimana kita akan melihat peranan yang dimainkan oleh kultur, sub kultur dan kelas sosial pembeli. Konsumen meletakan bobot lebih besar pada beberapa sifat produk dibandingkan pada sifat lain ketika mereka memilih di antara merek-merek yang bersaing. Penyebab untuk bobot seperti ini adalah budaya dimana individu bersangkutan berada di dalamnya. Faktor sosial ini meliputi: kelompok acuan, keluarga, peran dan status. Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Faktor pribadi menjelaskan bahwa keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu usia pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli (Kotler dan Amstrong, 1995) Faktor psikologis pilihan pembeli seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu : motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian. Setiap orang termotivasi oleh kebutuhan dan keinginan, apabila suatu kebutuhan tidak terpenuhi maka hal itu akan menimbulkan suatu dorongan 3.1.5 Proses Keputusan Pembelian Schiffman dan Kanuk (2003) dalam Anwar (2007) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Terdapat empat macam perspektif model tingkat laku keputusan dari seorang individu, yaitu: manusia ekonomi (economic man), manusia pasif
41
(passive man), manusia kognitif (cognitive man), dan manusia emosional (emotial man). Model ini menggambarkan bagaimana dan mengapa seorang individu berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Proses pembelian dimulai apabila konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Menurut Griffin dan Ebert (2003) kesadaran akan kebutuhan terjadi sewaktu konsumen memiliki peluang untuk mengubah kebiasaan untuk membeli. Terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen baik yang bersifat mental maupun fisik yang ditunjukan pada Gambar 1. Kelima tahapan tersebut adalah : a. Pengenalan kebutuhan Timbulnya kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya permintaan, karena adanya keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Menurut Engel et al (1995) pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu informasi yang disimpan dalam ingatan perbedaan individual dan pengaruh lingkungan. Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi actual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. b. Pencarian informasi Kotler (2004) menyatakan konsumen yang tergugah akan kebutuhannya terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Pencarian eksternal).
42
c. Evaluasi Alternatif Menurut engel et al (1995), evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. d. Keputusan Pembelian Konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai, ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu : (1) faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, (2) faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian (Kotler, 2002). Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. e. Hasil Setelah pembelian terjadi konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang telah dilakukannya. Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Hasil evaluasi setelah terjadi pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika mereka puas maka kenyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi secara hukum.
43
PENGENALAN KEBUTUHAN
PENCARIAN INFORMASI
EVALUASI ALTERNATIF
PEMBELIAN
HASIL
Gambar 1. Tahapan Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel et al. (1994)
3.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Menurut Engel et al ( 1994) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk yaitu (1) faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas social, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi, (2) faktor perbedaan individu yang terdiri dari sumberdaya konsumen, Motivasi dan keterlibatan, pengetahuan sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi, dan (3) faktor spikologis,
terdiri dari pengolahan informasi,
pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi tiap tahapan proses keputusan pembelian konsumen. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 2. 1. Faktor Lingkungan Lingkungan akan mempengaruhi proses keputusan yang dilakukan konsumen, karena menurut Engel (2005) konsumen hidup dalam lingkungan yang komplek. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen yaitu
44
Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi
Pengenalan Kebutuhan Pengenalan Kebutuhan Proses Psikologi
Perbedaan Individu Pencarian Informasi
Pengolakan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap dan Perilaku
Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil
Sumberdaya Konsumen Motivasi & Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian,Gaya Hidup Demografi
Bauran Pemasaran
Gambar 2. Proses Pembelian Konsumen Sumber : Engel et al. (1995) a. Budaya Budaya merupakan factor lingkungan yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku. Hal ini dikarenakan budayalah yang menuntun keinginan dan perilaku seseorang dari kecil sampai tumbuh dewasa (Kotler, 1997). Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, sikap dan simbol lain bermakna melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi. Walupun konsumen bebas dalam menentukan pilihan namun karenan konsumen hidup dilingkungan dengan kebudayaan yang mempunyai batasan batasan tertentu, maka kebebasan tersebut juga dipengaruhi oleh nilainilai social budaya dan norma-norma masyarakat tersebut
45
Budaya mempengaruhi konsumen dalam tiga faktor yaitu (1) budaya mempengaruhi struktur konsumen, (2) budaya mempengaruhi
bagaimana
individu mengambil keputusan, (3) budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk b. Kelas Sosial Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat kedalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang di konsumsi konsumen (Sumarwan, 2002). Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai, dan sebagainya. c.
Pengaruh Pribadi Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri
dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Selain itu pengaruh pribadi berkaitan dengan cara-cara dimana kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagai kelompok acuan. Menurut kotler (2000) kelompok acuan terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap ataupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal, dan lain-lainnya.
d. Keluarga Keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu. Setiap anggota keluarga memegang peranan penting dalam pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembelian dan pemakaian.
46
e.
Pengaruh Situasi Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari factor
yang khusus untuk waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Engel, (1995) mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sebagai lima karakteristik umum, yaitu (1) lingkungan fisik, yang merupakan sifat nyata dari situsi konsumen, (2) lingkungan social, menyangkut ada tidaknya orang lain dalam situasi bersangkut, (3) waktu, (4) tugas, yaitu tujuan dan sasaran tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi dan, (5) keadaan antiseden atau suasana hati sementara. 2.
Faktor Perbedaan Individu Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakan perilaku.
Engel et al (1994) menyatakan bahwa ada lima cara dimana konsumen mungkin berbeda sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen yaitu a.
Sumberdaya Konsumen Sumberdaya yang dimiliki konsumen atau apa yang akan tersedia dimasa
yang akan datang berperan penting dalam keputusan membelian. Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya kedalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu sumber daya ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumber daya temporal (waktu) dan sumber daya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan pelbagai kegiatan pengolahan industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang dimilikinya sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara bijaksana.
47
b. Motivasi dan Keterlibatan Menurut Engel et al (1994) motivasi dan keterlibatan merupakan kebutuhan variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai berbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan. c.
Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan,
himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar (Engel et al, 1994). Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaanya, (2) pengetahuan pembeli, yaitu dimana dan kapan membeli, dan (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari pengetahuan konsumen dan iklan. d. Sikap Sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Intensitasnya, dukungan dan kepercayaannya adalah sikap penting dari sikap. Sementara kotler (1997) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan
48
tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. e.
Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi Kepribadian merupakan karakteristik psikologi yang berbeda dari
seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap lingkunganya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan, dan lain-lainnnya. Kepribadian dapat dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Gaya hidup adalah pola dimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu serta uang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini seseorang. Faktor demografi akan menggambarkan karakteristik dari seorang konsumen. Beberapa karakteristik yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis, kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga,dan lain-lain. 3.
Faktor Spikologis. Faktor terakhir yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian produk adalah proses psikologis. Proses spikologis merupakan proses sentral yang membentuk aspek motivasi dan perilaku konsumen. Kotler (1997), menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh empat factor psikologis utama yaitu motivasi, preferensi, pengetahuan, keyakinan, dan pendirian. Proses psikologis meliputi : a.
Pemrosesan informasi Pemrosesan informasi di definisikan sebagai proses dimana rangsangan
pemasaran diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan di ambil lagi oleh
49
konsumen untuk menilai alterntif-alternatif produk (Engel at al, 1994). Pemrosesan dapat dirinci menjadi lima tahap dasar yaitu pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan dan retensi. b. Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, atau perilaku. Terdapat empat jenis utama pembelajaran yaitu pembelajaran kognitif yang berkenaan dengan proses mental yang menetukan retensi informasi, pengkondisian klasik yang berfokus pada pembelajaran
melalui
asosiasi
stimulus
respon,
pengkondisian
operant
mempertimbangkan bagaimana perilaku dimodifikasi oleh pengukuh dan penghukum, dan pembelajaran vicarious adalah suatu proses yang berusaha merubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang lain (model) dan akibat perilaku yang bersangkutan. c.
Perubahan Sikap dan Perilaku Tahap yang terakhir dari proses psikologis ini adalah perubahan sikap dan
perilaku. Perubahan dalam sikap dan perilaku adalah sasaran pemasaran yang lazim. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari beberapa dasawarsa penelitian yang intensif. 3.1.6 Sikap Sikap adalah evaluasi, perasaaan, dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan (Umar, 2005). Sehingga sikap akan menempatkan seseorang dalam suatu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sikap seseorang terhadap suatu produk dapat di pengaruhi oleh
50
berbagai informasi. Informasi yang diberikan kedalam pemikiran seseorang dapat mengubah sikap atau menggerakannya untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Engel et al (1994) sikap merupakan suatu eveluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang yang diberikan. Pandangan sikap yang lebih modern adalah dengan memandang sikap secara multidimensi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sikap multiatribut bermanfaat untuk menelusuri atribut apa saja yang menyebabkan konsumen bersikap positif atau negatif terhadap suatu produk atau merek. Manfaat lainnya adalah pembentukan dan pengubahan sikap dapat dilakukan melalui pembentukan atau pengubahan atribut yang bersangkutan.
3.1.7 Konsep dan Pengertian Kepuasan Kotler (2005) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang di pikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan, juka kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tdak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas.jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas atau senang. Menurut Sunarto (2006) dalam Rahman (2008) kepuasan konsumen (Customer Satisfaction) didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Menurut engel et al (2004), kepuasan konsumen merupakan evaluasi purnabeli, dimana alternatif yang dipilih sekurang kurangnya sama atau melampaui harapan konsumen sedangkan ketidakpuasan konsumen muncull apabila hasil tidak memenuhi harapan. Kepuasan adalah semacam langkah
51
perbandingan antara pengalaman dengan hasil evaluasi, dapat menghasikan sesuatu yang nyaman secara rohani, bukan hanya nyaman karena dibayangkan dan diharapkan. Puas atau tidak puas bukan merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari emosi. Penelitian mengenai kepuasan konsumen menjadi topik sentral dalam dunia riset pasar dan berkembang pesat (Kotler, 2000) Menurut garis anggaran dan kurva indeferen setiap perusahaan dapat memenuhi kepuasan konsumen melalui dua cara.
Pertama yaitu dengan
memainkan kurva indeferen konsumen melalui perubahan-perubahan atribut produk yang dapat mempengaruhi konsumen. Cara ini berpikir bahwa kepuasan konsumen mendorong meningkatnya profit dan konsumen yang puas akan bersedia membayar lebih untuk produk yang diterima dan bersifat toleran akan kenaiakn harg. Hal ini tentu akan meningkatkan margin pemasaran dan kesetiaan konsumen pada perusahaan (Kotler, 2000). Jika diasumsikan bahwa konsumen menghabiskan pendapatannya untuk komoditi X dan Y, kita dapat menyajikan selera konsumen tersebut dengan kurva indiferen, suatu kurva indeferen menunjukan kombinasi dari komoditi X dan Y yang menghasilkan kepuasan yang sama terhadap konsumen. Selain itu kurva indiferent dapat digunakan untuk memisahkan antara efek pendapatan dan efek substitusi dari suatu perubahan harga (Gambar 3). Dari Gambar 3 memperlihatkan bahwa M, Px1 dan Px2 konsumen berada dalam kondisi keimbangan pada titik A dan meminta 1 unit komoditi X. pada sisi yang lain, denan M, Py3, Px3, individual tersebut barada dalam keseimbangan pada titik E dan meminta 3 unit X. peningkatan permintaan untuk komoditi X dari X1 ke X3 menunjukan kombinasi antara efek pendapatan dan efek substitusi, efek substitusi menyatakan bahwa pada saat harga X turun,
52
konsumen akan mensubstitusi X untuk Y dalam konsumsinya. Disisi lain, efek pendapatan muncul karena pada saat Px menurun tetapi pendapatan (M) dan Py tidak berubah, pendapatan riil dari konsumen meningkat, sehingga akan membeli lebih banyak unit X. Untuk memisahkan efek substitusi dari efek pendapatan akibat perubahan harga, digambarkan garis anggaran hipotesis G*F* yang paralel dengan GF dan bersinggungan dengan kurva indeferen U1, pada titik J. Garis anggaran bayangan G*F* ini akan melibatkan pengurangan pendapatan sebesar GG* = FF*, agar individu berada pada posisi pendapatan riil yanag sama yang dimiliki sebelum keadaan berubah harga (untuk menjaga agar individu berada pada kurva indeferen U1. Pergerakan sepanjang U dari titik A dan ke J (sebanyak X1) menunjukan efek substitusi dari perubahan harga, sementara pergeseran dari titik J pada U1 ke titik E pada U2 (yang juga sebanyak X1) mengakibatkan perubahan yang cukup besar pada efek pendapatan yang besar. Pada sisi yang yang lain, efek substitusi dapat menjadi sanga besar jika komoditi tersebut mempunyai banyak pengganti atau substitusi yang baik. Qy G G* A
E J U2 U1 F’
Perpin
F*
F Qx
dahan Pendapatan Total efek
Gambar 3. Kurva Indeferen ( Pemisahan Efek Subtitusi dan Efek Pendapatan Karena Perubahan harga;) Sumber : Salvatore, 2001
53
Cara ke dua yaitu dengan berproduksi pada lavel economies of scale (biasanya perusahaan mencapai titik paling optimal) dan sebagai hasilnya perusahaan dapat memberikan harga yang relatif murah pada konsumen yang menjadi salah satu faktor kepuasan. Namun pada sisi lain meningkatnya jumlah konsumen atau perluasan segmen dapat mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan yang diberikan. Pada dasarnya pengertian kepuasan konsumen pelanggan dapat mencakup perbedaan antara kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Menurut rangkuti (2006) kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara berikut : 1. Traditional Approach Berdasarkan pendekatan ini, konsumen diminta memberikan penilaian atas masing masing indikator produk yang mereka amati (pada umumnya menggunakan skala Likert, yaitu dengan cara memberikan rating dari 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas sekali). Selanjutnya konsumen juga diminta menberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secra keseluruhan. Skala Likert merupakan salah satu variant pendekatan sematic diffrential. Bentuknya lebih langsung dan responden diminta untuk memilih jawaban “sangat tidak setuju (1) sampai “sangat setuju (5) 2. Analisis secara Deskriptif Seringkali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui pelanggan puas atau tidak, yaitu dengan menggunakan analisis statistik secara deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata, nilai distribusi serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan dengan cara
54
membandingkan
hasil
kepuasan
tahun
lalu
dengantahun
ini,
sehingga
kecenderungan perkembanganya (trend ) dapat ditentukan. 3. Pendekatan secara terstuktur (Structured Approach) Pendekatan ini paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu teknik yang paling popular Semantic Differential dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya adalah responden diminta untuk memberikan penilaiannya. Terhadap suatu produk atau fasilitas (misalnya supermaket, rumah sakit). Penilaian juga dapat dilakukan dengan membandingkan suatu produk atau fasilitas dengan produk atau fasilitas lainnya dengan syarat variabel yang diukur sama. Pendekatan secara terstuktur dilakukan dengan dua metode yaitu : a. Important Performance Analysis (IPA) Important Performance Analysis (IPA) adalah alat analisis yang menggambarkan kinerja sebuah merek dibandingkan dengan tingkat kepentingan konsumen akan kinerja yang seharusnya ada, dengan menggunakan diagram kartesius. IPA menggunakan titik (kordinat) untuk menggambarkan kinerja merek pada suatu produk. Jenis analisis ini selanjutnya akan digunakan dalam penelitian ini. b. Customer Satisfaction Index (CSI) CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Adapun cara untuk mengukur CSI dilakukan melalui empat tahap (Aritonang, 2005), yaitu : 1. Menentukan Mean Important Skor (MIS)
55
2. Membuat Weigh Factors (WF) 3. Membuat Weigh score (WS) 4. Menentukan Custumers Satisfaction Index (CSI) 3.1.8 Analisis Diagonal (Suharjo Split) Suharjo Split Atau analisis diagonal (Manullung, 2008) merupakan alat analisis untuk mengetahui kepemilikan suatu atribut akan performance yang bersifat under atau over service dengan cara memetakan antara tingkat kepentingan atribut dengan tingkat kepuasan. Analisis ini menampilkan hasil dalam bentuk kuadran kartesius dengan pemotongan garis linear antara atribut kepuasan dan kepantingan sehingga menjadi dua bagian yang dinamakan dengan garis efficient service. Pemberian garis efficient service bertujuan untuk melihat sejauh mana service tersebut telah dilakukan. Suatu atribut dikatakan over service apabila atribut tersebut berada di atas garis diagonal, dan disebut under service apabila atribut berada dibawah garis diagonal. Prioritas pengembangan atribut dapat di identifikasi dari hasil pengurangan X -Y dengan nilai positif, yang berarti bahwa atribut tersebut perlu dikembangkan atau ditingkatkan. Sedangkan apabila hasil pengurangan X dan Y bernilai negatif, maka atribut tersebut perlu diturunkan. Apabila hasil pengurangan X dan Y menghasilkan nilai nol (0) dan tepat berada digaris efficient service, maka pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan harapan pelanggan. Dengan menggunakan skala likert (sangat setuju hingga sangat tidak setuju), performance atribut dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Atribut diatas garis efficient service disebut layanan efisien yang berlebih, apabila X-Y menghasilkan nilai negatif.
56
b. Atribut dibawah garis efficient service menandakan bahwa layanan tidak memadai, apabila X-Y menghasilkan nilai positif. c. Prioritas pengembangan atau reduksi atribut dapat didefinisikan dari hasil pengurangan X dan Y. bila hasilnya positif, maka atribut tersebut perlu dikembangkan atau ditingkatkan. Sedangkan bila pengurangan X dan Y negatif, maka atribut tersebut perlu diturunkan. d. Prioritas pengembangan atribut dimulai dari urutan X dan Y bernilai positif terbesar sampai dengan terkecil sehingga apabila hasil pengurangan antara X dan Y menghasilakan nilai nol (0) dan tepat berada di garis efficient service, maka pelayanan tersebut memadai 3.1.9 Atribut Produk Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut dan setiap produk, baik barang atau jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atributatributnya. Atribut produk dapat dibedakan atas ciri-ciri, fungsi dan manfaat. Menurut Engel et al (1994) atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan dimana atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlibat dari atribut yang dimiliki oleh produk. Atribut produk atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa ( features), fungsi ( function), dan manfaat (benefit). Ciri-ciri dapat berupa ukuran karakteristik, komponen dan bagianbagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, jasa, penampilan, harga, susunan, maupun tanda merek (trade mark) dan lain-lain. Manfaat dapat berupa kgunaan, kesenangan yang berhubungan dengan panca indra, dan manfaat non material,
57
seperti kesehatan dan penghemat waktu. Manfaat juga bisa berupa mafaat langsung dan manfaat tidak langsung Konsumen dapat melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Hal penting dalam pengukuran produk antara lain mengidentifikasi kriteria evaluasi uang mencolok dan memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing produk (Engel et al, 1994) Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap produk merupakan kekuatan harapan dan keyakinan terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap suatu produk dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Padi Pandan Wangi merupakan produk varietas unggulan yang ada di Kabupaten Cianjur. Padi Pandan Wangi ini hanya biasa di tanam pada beberapa daerah saja, uniknya apabila ditanam diluar daerah tersebut rasanya berbeda dan aromanya tidak muncul. Hingga saat ini belum ada kualitas Pandan Wangi yang dapat menandingi kualitas Pandan Wangi yang ada di Kabupaten Cianjur tersebut. Selain itu padi Pandan Wangi merupakan jenis beras yang terkenal di Kabupaten Cianjur karena mempunyai harga jual yang tinggi dipasaran. Hal ini menyebabkan banyak dijumpai beras pandan wangi oplosan atau tidak murni Pandan Wangi, sehingga perlu adanya sertifikat beras pandan wangi, Selain keadaan diatas keadaan dilapang menunjukan masih banyaknya para petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat. Berdasarkan penjelasan diatas maka dengan
58
demikian diperlukan suatu pemahaman tentang perilaku konsumen terutama preferensi dan kepuasan konsumen terhadap benih padi Pandan Wangi. Dalam setiap kegiatannya, konsumen selalu cenderung pada proses pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuannya untuk kepuasan, tingkat kepuasan dalam penggunaan suatu produk tidak dapat ditentukan oleh satu faktor saja melainkan secara simultan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan antara lain Jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari harga, kemasan dan atribut fisik padi Pandan Wangi. Tindakan selanjutnya dari keputusan konsumen adalah tindakan pembelian dan penggunaan. Kegiatan ini pada akhirnya akan membentuk pola preferensi dan kepuasan terhadap benih padi pandan wangi. Dalam penelitian ini tidak dibahas pola perilaku konsumen pembeli beras secara khusus. Kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 4
59
1.
2.
.
Faktor Internal : 1. Umur 2. Alamat 3. Status Pernikahan 4. Pendidikan terkhir 5. Pendapatan
Banyaknya Beras Oplosan atau tidak murni sehingga merugikan para petani Masih adanya penggunaan benih yang tidak bersertifikat
Petani
Karakteristik Benih Padi Pandanwangi : 1. Hasil Produksi 2. Ketahanan Terhadap HPT 3. Tahan Rontok 4. Daya Tumbuh 5. Tahan Rebah 6. Kualitas Beras 7. Warna Beras 8. Tekstur Nasi (Pulen) 9. Aroma Nasi (Wangi) 10. Umur Tanaman 11. Anakan Produktif 12. Volume Benih Dalam Kemasan 13. Kemasan Yang Menarik 14. Harga Beli Benih 15. Harga Jual Malai/Gabah 16. Ketersediaan Benih 17. Sertifikasi Benih 18. Promosi
Faktor Eksternal : 1. Harga 2. Kemasan 3. Atribut fisik
Kepuasan Terhadap Atribut Benih Padi Pandan Wangi
Proses Pengambilan Keputusan
Important Performance Analysis (IPA)
Costumers Satisfaction Index (CSI)
Puas
Analisis Diagonal (Suharjo Split)
Tidak Puas
Alternatif Strategi Penangkar
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
60
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Dengan mempertimbangkan bahwa kota Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat, selain itu Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi produk unggulan dari Kabupaten tersebut, yaitu padi Varietas Pandan Wangi. Penelitian dilakukan pada beberapa lokasi sentra produksi padi Pandan Wangi yaitu di Kecamatan Warungkondang, yang terdiri dari empat Desa yaitu, Desa Bunikasih, Bunisari, Tegallega, dan Mekar Wangi. Pengumpulan data dilokasi penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisoner yang dilakukan dengan mewawancarai
para petani dan penangkar benih padi Pandan Wangi secara
langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan pustaka yang bersumber pada buku-buku, hasil penelitian, Website serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan informasi yang di peroleh dari petugas penyuluh lapang (PPL) dan petani yang relevan untuk menunjuk
61
calon responden. Data diperoleh melalui metode wawancara yang dilengkapi dengan kuisoner yang telah disiapkan. Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yaitu 30 orang petani yang menggunakan benih bersertifikat dan 30 orang petani yang menggunakan benih sendiri. 30 orang ini diambil berdasarkan data statistik menyebar secara normal. Petani yang menjadi responden ini adalah petani yang berpengalaman menanam padi Pandan Wangi. 4.4 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: analisis
keputusan pembelian konsumen, Important Performance Analysis (IPA), Customers Satisfaction Index (CSI) dan Analisis Diagonal (Suharjo Split). Semua alat analisis diolah dengan menggunakan Microsoft excel dan Minitab 14. 4.4.1 Analisis Keputusan Pembelian Konsumen Analisis keputusan pembelian konsumen digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dimana dapat dilihat preferensi petani terhadap benih padi Pandan Wangi. Adapun tahapan dalam pengambilan keputusan pembelian yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan hasil. Data diperoleh dari daftar pertanyaan melalui kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabulasi. 4.4.2 Important Performance Analysis (IPA) Menurut Supranto dalam Manullung 2008, Important Performance Analysis adalah suatu metode yang menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan seseorang terhadap kinerja suatu perusahaan. Important mengacu pada tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan. Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan dapat merumuskan tingkat kepentingan yang paling
62
dominan. Penggunaan konsep tingkat kepentingan ini dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel (atribut) dimata pelanggan. Sebagai indikator skala ukuran kuantitatif untuk tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan dan tingkat kinerja secara nyata dari suatu produk dinyatakan dalam bentuk tanggapan konsumen terhadap kepuasan digunakan skala Likert (Simamora, 2002). Skala likert digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan atau harapan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut yang ditanyakan. Skala Likert dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Skala untuk Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut Nilai Skala Arti Dalam Tingkat Kepentingan 1 Tidak Penting 2 Kurang Penting 3 Cukup Penting 4 Penting 5 Sangat Penting Sumber : Supranto, 2003
Arti Dalam Tingkat Kepuasan Tidak Puas Kurang Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas
Hasil dari perhitungan pembobotan yang dihasilkan kemudian di rataratakan dan formulasikan dalam diagram kartesius. Masing-masing atribut diposisikan dalam sebuah diagram. Skor rata-rata penilaian terhadap tingkat kinerja ( X ) menunjukan posisi atribut pada sumbu X, sementara posisi atribut pada sumbu Y ditunjukan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut ( Y ). Diagram kartesius ni dapat dilihat pada Gambar 5. Xi =
∑X
i
n
Dimana : Xi = Nilai rata-rata tingkat kinerja atribut ke i
Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut ke i Xi = Total skor Tingkat Kinerja Atribut ke i
Yi =
∑Y
i
n
63
Yi = Total Skor Tingkat Kepentingan Atriut ke i n = jumlah data konsumen Diagram kartesius merupakan suatu bagan yang di bagi menjadi empat bagian dan di batasi oleh dua batas garis yang berpotongan tegak lurus pada titiktitik ( X , Y ) . Nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik atribut yang memposisikan suatu atribut terletak pada diagram kartesius, titik tersebut diperoleh dari rumus : X=
∑X
Y=
k
∑Y k
Dimana :
X = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kinerja seluruh atribut Y = Skor rata-rata dari rata tingkat kepentingan seluruh atribut k = Banyaknya atribut yang diteliti Selanjutnya setiap atribut-atribut tersebut dijabarkan dalam diagram kartesius pada Gambar 5
Y (kepentingan) Prioritas Utama
Pertahankan Posisi
Y Prioritas Rendah
Prioritas Berlebih
X Gambar 5. Diagram Kartesius Sumber : Supranto, 2003
X (Kinerja)
64
Keterangan : 1. Kuadran I (Prioritas Utama) : Kinerja suatu faktor/variabel adalah lebih rendah dari keinginan konsumen sehingga perusahaan harus meningkatkan kinerjanya agar optimal. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) : Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu faktor/variabel berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga perusahaan cukup mempertahankan kinerja variabel tersebut. 3. Kuadran III (Priorotas Rendah) : Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu faktor/variabel berada pada tingkat rendah, sehingga perusahaan belum perlu melakukan perbaikan. 4. Kuadran IV (Berlebihan) : Kinerja produk berada pada tingkat tinggi tetapi keinginan konsumen akan kinerja dari faktor/variabel tersebut rendah, sehingga perusahaan perlu mengurangi hasil yang dicapai agar dapat mengefisienkan.
4.4.3 Customers Satisfaction Index (CSI) Customers Satisfaction Index atau Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) merupakan metode yang menggunakan indeks untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen berdasarkan atribut-atribut tertentu. Atribut-atribut yang diukur dapat berbeda-beda untuk masing-masing perusahaan, hal ini tergantung pada kebutuhan informasi yang ingin didapatkan perusahaan terhadap konsumen (Massnick, 1997 dalam Afifi, 2007). Ada empat langkah dalam perhitungan
Customers Satisfaction Index, yaitu :
65
1. Menentukan Means Important Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS). Nilai ini didapat dari nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai rata-rata kinerja tiap responden. n
n
∑ Yi MIS =
∑ Xi
i =1
MSS =
n
i =1
n
Dimana : n = Jumlah responden Yi = nilai kepentingan atribut ke i Xi = nilai kinerja atribut ke i 2. Membuat Weight Faktors (WF), bobot ini merupakan persentase nilai MIS peratribut terhadap total MIS seluruh atribut. WFi =
MISi
x 100%
p
∑ MISi i =1
Dimana : P = Jumlah atribut kepentingan i = Atribut ke i 3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan Mean Satification Score (MSS) WSi = WFi x MSSi 4. Menentukan nilai CSI p
∑ WSi CSI = Dimana : p
i =1
HS =
Atribut ke p
HS = Skala maksimum yang digunakan Kriteria indeks kepuasan menggunakan kisaran 0.00 hingga 1.00 (tidak puas hingga sangat puas) yang dapat dilihat pada Tabel 5
66
Table 5. Kriteria Nilai Customers Satification Index Nilai CSI
Kriteria CSI
0,81-1,00
Sangat Puas
0,66-0,80
Puas
0,51-0,65
Cukup Puas
0,35-0,50
Kurang Puas
0,00-0,34
Tidak Puas
Sumber : Amiliyah, 2006 dalam Afifi, 2007
4.4.4 Analisis Diagonal (Suharjo Split) Menurut Suharjo dalam Manullang (2008), analisis diagonal digunakan untuk melihat tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap suatu produk dikaitkan dengan efisiensi pelayanannya. Efisiensi tersebut dapat dilihat dengan digunakannya garis efisiensi berupa garis linear melalui dua titik nol yang memotong secara diagonal diantara sumbu kepentingan dan sumbu kepuasan. Sedangkan dalam pengukuran tiap-tiap atribut digunakan skala likert dimana kinerja suatu atribut dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Apabila tingkat kepentingan dikurangi tingkat kepuasan suatu atribut (X-Y) menghasilkan nilai nol, maka atribut tersebut berada tepat pada garis efficient
service atau atribut layanan yang efisien. b. Apabila tingkat kepentingan dikurangi tingkat kepuasan suatu atribut (X-Y) menghasilkan nilai negatif, maka atribut tersebut berada diatas garis efficient
service atau disebut layanan yang berlebihan (over service). c. Apabila tingkat kepentingan dikurangi tingkat kepuasan suatu atribut (X-Y) menghasilkan nilai positif, maka atribut tersebut berda dibawah garis efficient service atau layanan yang tidak memadai (Under Service)
67
d. Pengembangan atau penurunan (reduksi) terhadap suatu atribut dapat diidentifikasi dari hasil pengurangan nilai X dan Y. untuk atribut dengan nilai positif, maka dengan atribut tersebut perlu dikembangkan atau ditingkatkan. Sedangkan apabila hasilnya negatif maka atribut tersebut perlu diturunkan atau direduksi. e. Prioritas pengembangan atribut mulai dari urutan X dan Y bernilai positif terbesar hingga terkecil.
Y
Tingkat Kepuasan ESL
Y 3
3 X
X
Tingkat Kepentingan
Gambar 6. Diagram Kartesius Suharjo Split Sumber : Manullung, 2008 4.5 Definisi Operasional 1. Viabilitas benih adalahdaya hidup benih yang dapat diindikasi oleh pertumbuhananya ataupun gejala metabolismenya. 2.
Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal dalam keadaan lapang produksi suboptimum atau kemampuan benih untuk disimpan dalam kondisi simpan suboptimum (terbuka). Dalam keadaan lapang ataupun kondisi simpan optimum, benih memiliki kemampuan tumbuh maupun simpan melebihi normal.
68
3. Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi merupakan transaksi resmi untuk perbanyakan dan produksi benih terkontrol
69
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1.
Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten
Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Cianjur terletak pada koordinat 6 derajat 21 detik Lintang Selatan - 7 derajat 25 detik Lintang Selatan dan 106 derajat 42 detik Bujur Timur - 107 derajat 25 detik Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur berada di tengah-tengah Wilayah Provinsi Jawa Barat, memanjang dari Utara ke Selatan dengan batas-batas wilayah secara administrasi, sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Bogor dan Purwakarta
Sebelah Barat
: Kabupaten Sukabumi
Sebelah Timur
: Kabupaten Bandung dan Garut
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia Wilayah Kabupaten Cianjur cukup strategis karena selain relatif dekat dengn ibu kota Propinsi Jawa Barat dan ibu kota negara juga dilalui oleh jaringan nasional dan regional, sehingga memudahkan dalam melakukan hubungan dengan kota-kota besar baik di Jawa Barat maupun di pulau Jawa. Luas wilayah Kabupaten Cianjur secara keseluruhan adalah 413.027 Ha yang terbagi atas 62.879 Ha lahan sawah dan 287.269 Ha lahan kering. Sebagian besar lahan sawah merupakan lahan sawah beririgasi. Wilayah Kabupaten Cianjur tediri atas 30 Kecamatan, 6 Kelurahan, dan 348 Desa. Topografi wilayah didominasi oleh oleh perbukitan hingga pegunungan dengan ketinggian 0 m sampai dengan 2.962 m dpl. Berdasarkan kondIsi alam (topografi, jenis tanah, Iklim, penggunaan tanah,dan lain-lain) Kabupaten Cianjur
70
tediri atas tiga wilayah pembangunan dengan masing-masing karakteristik (Diperta Kabupaten Cianjur, 2006) sebagai berikut : 1. Wilayah pembangunan utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede dengan topografi didominasi bergunung dan penggunaan lahan nya untuk perkebunan, tanaman holtikultura, dan lahan sawah. Kecamatan yang termasuk wilayah ini terdiri dari Cibeber, Bojong Picung, Ciranjang, Karang Tengan, Cianjur, Warungkondang, Cugenang, Pacet, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, Sukaresmi, Gekbrong, dan Cipanas. 2. Wilayah pembangunan tengah, merupakan daerah dengan topografi berbukit hingga bergunung dengan struktur tanahnya labil sehingga sangat peka terhadap erosi dan penggunaan lahannya untuk perkebunan, tanaman hortikultura, dan lahan sawah. Kecamatan yang termasuk wilayah ini mencakup Tanggeung, Pagelaran, Kadupandak, Takokak, Sukanagara, Campaka, dan Campakamulya. 3. Wilayah pembangunan selatan merupakan dataran rendah dengan topografi umumnya bergelombang hingga berbukit yang diselingi oleh pegunungan yang melebar hingga kedaerah pantai samudra indonesia. Seperti halnya wilayah pengembangan tengah, tanahnya labil dan peka terhadap erosi. Penggunaan lahannya didominasi lahan kering dan terdapat perkebunan dan lahan sawah dengan luasan yang kecil. Kecamatan yang termasuk wilayah ini terdiri dari Agrabinta, Leles, sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, Cikadu, dan Cijati.
71
Gambar 7. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur Sumber. Dinas Kabupaten Cianjur, 2008
Daerah yang paling ideal untuk pengembangan sektor pertanian dikabupaten Cianjur adalah daerah pada wilayah pengembangan utara karena wilayah utara memiliki topografi yang bagus dengan iklim dan tanah yang cukup memadai. Salah satu kecamatan yang menjadi sektor pertanian dikabupaten Cianjur yang terletak didalam daerah pengembangan utara adalah Kecamatan Warungkondang. Kecamatan Warungkondang memiliki luas wilayah 5.508 hektar dengan jumlah desa sebanyak 11 desa. Kesebelas desa tersebut terdiri dari Cisarandi, Sukamulya, Jambudipa, Mekarwangi, Tegallega, Bunikasih, Cieundeur, Ciwalen, dan Sukawangi. Dari kesebelas desa ini semuanya berpotensi untuk pengembangan budidaya padi, tapi ada lima desa yang berpotensi untuk di tanamanin padi varietas lokal Pandan Wangi yaitu desa Jambudipa, Bunisari, Bunikasih, Mekarwangi dan Tegallega. Tetapi pada saat ini hanya empat desa yang masih menghasilkan padi Pandan Wangi yaitu Bunikasih, Bunisari, Mekarwangi, dan Tegallega
72
Berdasarkan data potensi desa kecamatan Warungkondang (2006), menunjukan bahwa lahan yang berfungsi sebagai tanah sawah setengah teknis adalah seluas 195,4 hektar. Tahan kering seluas 339,77 hektar, tanah perkebunan seluas 23 hektar, tanah fasilitas umum 4.205 hektar, dan tanah hutan seluas 695,5 hektar, didukung dengan lingkungan dan sumberdaya yang ada, desa ini berpotensi untuk lahan pertanian, khususnya padi, yaitu 183 hektar dengan ratarata hasil delapan ton perhektar.
5.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Citra Sawargi Seluruh petani Pandan Wangi yang menjadi responden adalah anggota dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra Sawargi. Gapoktan citara sawargi ini berdiri pada tahun 2006. Dasar terbentuknya Gapoktan Citra Sawargi adalah berdasarkan Peraturan Mentri Pertanian Nomor 237/kps/OT/60/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Pembentukan Gapoktan diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk pengembangan usaha taninya. Selain itu diharapkan mampu membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggota secara efektif, memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya (Departemen Pertanian, 2007) Gapoktan Citra Sawargi terdiri dari 15 kelompok tani yang sudah dibina yang tersebar di lima desa.
Gapoktan pada tahun 2008 ini akan meningkatkan
luas areal untuk penangkaran benih padi Pandan Wangi sekitar 20 hektar, hal ini
73
dilakukan karena ketersediaan benih padi Pandan Wangi pada saat ini masih kurang. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini Tabel 6 . Luasan Areal Untuk Penangkaran Benih Padi Pandan Wangi Pada Tahun 2008 No
1 2 3 4 5
Nama Desa
Bunikasih Tegallega Mekarwangi Bunisari Jambudipa
Luas areal (Ha) 143 88 88 183 115
Nama kelompok
Ketua
Luas penangkaran
Rencana Penanaman
Karya tirta Mayang sari Sawargi Bunikasih Jatnika
H mansyur Barok H burhan H ishak Nandang
2 2 2 2 2
Juni 2008 Juni 2008 Juni 2008 Juni 2008 Juni 2008
Visi dari Gapoktan Citra Sawargi adalah terwujudnya pembangunan pertanian berbasis potensi lokal yang berwawasan lingkungan melalui agrobisnis dan agrowisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan misinya adalah: a. Meningkatkan, menjaga dan memelihara keanekaragaman hayati dan mendorong mendukung pembangunan pertanian dan perkebunan. b. Peningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitas berbagai komoditas unggulan yang memiliki daya saing dan nilai ekonomis tinggi. c. Mendorong kemandirian dan peran serta petani, klembagaan tani dan pengusaha pertanian dalam pembangunan pertanian. d. Optimalisasi sumberdaya alam secara selektif dan berwawasan lingkungan. e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia secara optimal. f. Mendorong dan memfasilitasi masuknya investasi pembangunan di bidang agribisnis dan agrowisata di lahan pertanian dan perkebunan. Pada bulan September 2006 gapoktan Citra Sawargi bekerja sama dengan LPPM IPB yang dibimbing oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, melakukan
74
pengembangan usaha tani secara berkelompok dengan menerapkan sistem Agribisnis berbasis Pertanian Komoditas unggulan spesifik lokal padi Pandan Wangi. Pada tanggal 24 April 2007 Gapoktan Citra Sawargi melakukan penandatanganan kontrak jual beli beras Pandan Wangi dengan C.V Quasindo. CV. Quasindo bertindak sebagai mitra kerja dan usaha yang mengemas dan memasarkan beras Pandan Wangi dengan kemasan bermerek Xiang Mai (beras wangi).
75
BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1. identitas Karakteristik Responden Karakteristik konsumen diperlukan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara konsumen dengan penilaian terhadap atribut-atribut yang terdapat benih padi varietas lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Karakteristik yang beragam akan mempengaruhi pola pikir konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada benih padi Pandan Wangi. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja, yaitu dengan pengisian kuisoner secara langsung mewawancarai para petani padi Pandan Wangi yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat (benih hasil sendiri). Berdasarkan hasil dari pengisian kuisoner yang dilakukan terhadap 60 orang responden, maka dapat dilihat karakteristik responden (petani) padi Pandan Wangi. Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur, alamat, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan, lamanya menanam padi Pandan Wangi, status lahan, luas lahan, benih sertifikasi atau tidak, jenis padi yang ditanam selain Pandan Wangi.
6.1.1 Umur Hasil penelitian berdasarkan sebaran umur, menunjukan jumlah responden yang menanam Pandan Wangi didominasi oleh kelompok yang sudah cukup umur yaitu antara umur 39-47 dan 48-56, hal ini disebabkan karena mereka yang bekerja sebagai petani sudah lama sekali. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa kelompok yang berumur 39-47 dan 48-56 tahun sebesar 33.3 % lebih banyak dibandingan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 13.3 % oleh kelompok yang
76
berumur antara 30-38, sebesar 15 % oleh kelompok yang berumur 57-65 tahun, sebesar 5% oleh kelompok yang berumur lebih dari 66 tahun. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 8 Tabel 7. Sebaran Persentase Responden Menurut Umur Umur
Jumlah Responden Benih Bersertifikat
30-38 39-47 48-56 57-65 > 66 Total
6 12 6 6 30
Jumlah Responden (Orang) Benih Tidak Bersertifikat 2 8 14 3 3 30
Total
Persentase (%)
8 20 20 9 3 60
13.4 33.3 33.3 15 5 100
6.1.2. Alamat Para petani yang menanam padi Pandan Wangi pada penelitian ini terdiri dari empat desa yaitu Desa Bunikasih, Desa Bunisari, Desa Mekarwangi, dan Desa Tegallega. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang paling mendominasi berasal dari Desa Tegallega yaitu sebanyak 30 orang sebesar 50 persen hal ini menunjukan bahwa petani di Desa Tegallega lebih banyak menanam padi Pandan Wangi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Alamat Alamat
Jumlah Responden Benih bersertifikat
Bunikasih Bunisari Mekarwangi Tegallega Total
10 3 3 14 30
Jumlah Responden (Orang) Benih tidak bersertifikat 8 3 3 16 30
Total
Persentase (%)
18 6 6 30 60
30 20 20 50 100
6.1.3 Status Pernikahan Status pernikahan para petani padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang
secara keseluruhan para petani sudah menikah semua yaitu
77
sebesar 100 persen. Hal ini terjadi karena didukung dengan usia yang relatif cukup untuk berkeluarga. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan
Sudah menikah Belum menikah Total
Jumlah Responden Benih bersertifikat 30 30
Jumlah Responden (Orang) Benih tidak bersertifikat
Total
Persentase(%)
30 30
60 60
100 100
6.1.4 Tingkat Pendidikan Tingkat pendididikan responden akan mempengaruhi tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para petani. Tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani akan mempengaruhi pola dari usaha tani. Berdasarkan hasil penelusuran penelitian menunjukan bahwa para petani padi Pandan Wangi telah mengenyam pendidikan formal yaitu sekitar 83 persen para petani merupakan tamatan SD, 10 persen tingkat SMP dan 6.7 persen tingkat SMU. Data mengenai tingkat pendidikan petani padi Pandan Wangi dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendididkan Terakhir
Tidak Bersekolah SD SMP SMU SARJANA Total
Jumlah Responden (orang)Benih Bersertifikat 24 4 2 30
Jumlah Responden (Orang) Benih Tidak Bersertifikat 26 2 2 30
Total
50 6 4 60
Persentase (%)
83.3 10 6.7 100
6.1.5 Tingkat Pendapatan Tingkat pandapatan seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat daya beli responden terhadap suatu produk. Semakin banyak waktu yang digunakan
78
untuk bekerja maka pendapatan yang akan didapat akan semakin bertambah. Hasil dari sebaran kuisoner menunjukan bahwa pendapatan rata-rata perbulan yang dimiliki oleh para petani lebih banyak didominasi sekitar 500.000 sampai dengan 999.999 yaitu 34 orang sebesar 56.7 persen. Persentase pendapatan terbesar ke dua adalah pendapatan sekitar 1000.000 sampai dengan 1.999.999 dengan jumlah respoden sebanyak 17 orang sebesar 28.3 persen. Persentase pendapatan yang ketiga adalah lebih dari 2000.000 sebanyak 7 orang sebesar 11.7 dan yang terakhir adalah pendapatan sekitar kurang dari 500.000 sebesar 3.3 persen. Semakin besarnya pendapatan petani ini karena banyak para petani melakukan pekerjaan sampingan seperti berdagang, berkebun, menjahit dan lain-lain. Selain itu sebagian lahan ditanamin tanaman palawija sehingga pendapatannya semakin bertambah. Dalam hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 mengenai persentase pendapatan rata-rata perbulan yang di peroleh oleh para petani Tabel 11. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Perbulan Pendapatan Rata-Rata Perbulan < 500.000 500.000-999.999 1000.000-1.999.999 > 2000.000 Total
Jumlah Responden Benih Bersertifikat 1 17 8 4 30
Jumlah Responden (Orang) Benih Tidak Bersertifikat 1 17 9 3 30
Total
Persentase (%)
2 34 17 7 60
3.3 56.7 28.3 11.7 100
6.1.6 Lamanya Menanam Padi Pandan Wangi Hampir sebagian para petani telah lama menanam padi Pandan Wangi mereka beralasan karena menanam padi Pandan Wangi sudah terbiasa dan merupakan turun temurun dari orang tua selain itu para petani berusaha mempertahankan padi Pandan Wangi ini agar tidak punah, karena seiring berjalannya dengan waktu para petani padi Pandan Wangi semakin berkurang hal
79
ini terjadi karena umur tanaman yang cukup lama yaitu 6 bulan. Berdasarkan hasil penelusuran penelitian menunjukan bahwa para petani yang lebih banyak berpengalaman menanam padi Pandan Wangi berkisar antara 2 sampai dengan 10 tahun yaitu sebanyak 24 orang sebesar 40 persen, sedangkan yang lainnya antara 11 sampai dengan 19 tahun sebanyak 18 orang sebesar 30 persen, 20 sampai dengan 28 tahun sebanyak 12 orang sebesar 20 persen, 29 samapai dengan 37 tahun sebanyak 4 orang sebesar 6.7 dan yang terakhir lebih dari 38 tahun sebanyak 2 orang sebesar 3.3 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Lamanya Mananam Padi Pandan Wangi Lamanya menanam Pandan Wangi (tahun) 2-10 11-19 20-28 29-37 >38 Total
Jumlah Responden Benih bersertifikat
14 8 5 2 1 30
Jumlah Responden (Orang) Benih tidak bersertifikat 10 10 7 2 1 30
Total
Pers-entase (%)
24 18 12 4 2 60
40 30 20 6.7 3.3 100
6.1.7 Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan merupakan suatu penjelasan atau identitas lahan yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan data responden menunjukan bahwa sebagian besar status kepemilikan lahan petani adalah sebagai pemilik dan penggarap sebanyak 44 orang sebesar 73.3 persen, kebanyakan lahan yang dimiliki oleh pemilik penggarap ini berasal dari warisan turun temurun dari orang tuanya. Sedangkan yang lainnya hanya sebagai penggarap sebanyak 12 orang sebesar 20 persen dan pemilik sebanyak 4 orang sebesar 6.7 persen. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 13
80
Tabel 13. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Status Lahan Status Lahan Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Total
Jumlah Responden Benih bersertifikat 7 23 30
Jumlah Responden (Orang) Benih tidak bersertifikat 5 21 4 30
Total
Persentase (%)
12 44 4 60
20 73.3 6.7 100
6.1.8 Luas areal, Produksi Dan Produktifitas Usaha Tani Padi Pandan Wangi Berdasarkan Lampiran 7 menunjukan bahwa lahan sawah yang dimiliki oleh para petani yang menggunakan benih bersertifikat tiap petani berbeda-beda berkisar antara 800 meter sampai dengan 25.000 meter dengan nilai rata-rata luas lahan sebesar 4216.67 meter yang menghasilkan produksi dan produktivitas ratarata sebesar 2928.33 kg dan 6710.93 per ton, sedangkan pada Lampiran 8 menunjukan bahwa luas lahan sawah yang dimiliki oleh tiap petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat berkisar antara 2000 meter sampai dengan 30.000 meter dengan nilai rata-rata luas lahan sebesar 6700 meter dengan hasil produksi dan produktivitas rata-rata sebesar 4230 kg dan 6313.43 per ton Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan bahwa petani yang menggunakan benih bersertifikat yang dapat dilihat dari nilai produktivitas menunjukan nilai yang cukup besar daripada petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat (menggunakan benih hasil sendiri), hal ini terjadi karena para petani yang menggunakan benih bersertifikat benih yang digunakan sudah mengalami proses sertifikasi menurut Wirawan (2002) bahwa benih bersertifikat merupakan benih dari suatu varietas yang telah diketahui (telah dilepas) dan di produksi dengan sistem pengawasan serta standar sertifikasi benih, baik standar lapangan maupun laboratorium yang ketat yang mempertahankan kemurnian
81
varietas tersebut. Sedangkan benih yang tidak bersertifikat hanya mengalami proses pemelihara oleh para petani itu sendiri, para petani akan memilih malai gabah atau dalam istilah bahasa para petani “ ngalean” yang bagus saja yang akan digunakan untuk masa tanam berikutnya.
6.1.9 Benih Yang Digunakan Sertifikat Atau Benih Tidak Sertifikat Berdasarkan data pengambilan sampel para petani menunjukan bahwa antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang petani yang menggunakan benih bersertifikat sebesar 50 persen dan 30 orang petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat (benih sendiri) sebesar 50 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Persentase Berdasarkan Penggunaan Benih Bersertifikat Padi Pandan Wangi Sertifikat atau tidak
Benih sertifikat Tidak bersertifikat Total
Jumlah Responden Benih bersertifikat 30 30
Jumlah Responden (Orang) Benih Tidak Bersertifikat
Total
Persentase (%)
30 30
30 30 60
50 50 100
6.1.10 Jenis Padi Yang Ditanam Selain Padi Pandan Wangi Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa para petani menanam jenis padi varietas lain selain padi Pandan Wangi yaitu Ciherang, IR 64, Cigeulis, Sintanur, dan Dasneng. Sistem penanaman padi Pandan Wangi dilakukan secara bergilir dan bersamaan, biasanya para petani melakukan penanaman bergilir musim ini menanam padi Pandan Wangi sedangkan musim berikutnya menanam jenis padi varietas sedang sistem penanaman secara bersamaan para petani menanam padi Pandan Wangi dan jenis padi varietas lain ditanam pada musim
82
yang sama. Berdasarkan Tabel 16 menunjukan bahwa jenis padi yang banyak ditanam oleh para petani adalah jenis padi varietas Ciherang dan IR 64 yaitu sebanyak 25 orang sebesar 41.7 persen dan 20 orang sebesar 33.3 persen. Sedangakan cigeulis sebanyak 2 orang sebesar 3.3 persen, Sintanur 3 orang sebesar 5 persen dan Dasneng sebanyak 10 orang sebesar 16.7 persen. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sebaran Persentase Berdasarkan Jenis Padi Yang Ditanam Selain Pandan Wangi Jenis Padi
Ciherang IR 64 Cigeulis Sintanur Dasneng Total
Jumlah Responden Benih bersertifikat 15 6 2 1 6 30
Jumlah Responden (Orang) Benih tidak bersertifikat 10 14 2 4 30
Total
Persentase (%)
25 20 2 3 10
41.7 33.3 3.3 5 16.7 100
6.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Benih Bersertifikat Dan Penggunaan Benih Sendiri (Tidak Bersertifikat) Padi Pandan Wangi Analisis keputusan pembelian konsumen digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dimana dapat dilihat preferensi petani terhadap suatu produk. Keputusan pembelian dalam mengkonsumsi barang dan jasa ditentukan oleh perilaku konsumen yang bersangkutan. Suatu keputusan merupakan pilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka dia harus memiliki pilihan alternatif. Proses Keputusan pembelian diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Sedangkan proses penggunaan benih sendiri terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses penggunaan dan pasca penggunaan. Berikut ini adalah penjelasan
83
mengenai tahapan-tahapan proses pembelian dan penggunaan benih sendiri padi Pandan Wangi.
6.2.1 Pengenalan Kebutuhan Perilaku keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan. Proses pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Oleh karena itu konsumen sendiri harus
mengetahui apa yang sebenarnya yang diinginkan, yang mendasari hal tersebut konsumen harus mempunyai motivasi
serta harapan atau keadaan yang
diinginkan. Untuk memotivasi pembelian dan penggunaan benih sendiri padi Pandan Wangi oleh petani, perlu diketahui motivasi apa yang membuat para petani menanam benih padi Pandan Wangi Penelitian dilakukan pada petani yang berjumlah 60 orang yaitu 30 orang petani yang membeli benih bersertifikat dan 30 orang petani yang menggunakan benih sendiri (tidak bersertifikat), berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa yang menjadi motivasi para petani untuk menanam benih padi Pandan Wangi adalah karena harga jual yang tinggi yaitu sebesar 73 persen dan 83.4 persen baik itu antara petani yang membeli benih bersertifikat dengan yang tidak menggunakan benih sendiri. Harga jual padi Pandan Wangi di tingkat petani ini cukup tinggi sekitar Rp 2800 sampai dengan Rp 3000 dibanding kan dengan padi varietas lainnya, yang menyebabkan harga jual yang tinggi karena proses budi daya, produksi, pemelihara dan lain-lain serta faktor umur tanaman yang cukup lama yang sedikit berbeda dengan varietas lain. Motivasi lainnya adalah para petani sudah terbiasa menanam padi Pandan Wangi karena pada umumnya
84
merupakan turun-temurun dari orang tua mereka sebesar 13.4 dan 10 persen, hasil produksi yang tinggi sebesar 10 persen dan 3.3 persen, ingin mencoba sebesar 3.3 persen dan yang terakhir adalah lainnya sebesar 3.3 persen. Lainnya yang dimaksud ini adalah sebagian para petani ingin melestarikan padi Pandan Wangi ini karena dengan seiringnya waktu banyak para petani yang meninggalkan atau tidak menanam padi Pandan Wangi lagi. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 16 Tabel 16. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Menanam Benih Padi Pandan Wangi Motivasi Menanam PW
Hasil produksi tinggi Harga jual yang tinggi Tanaman tahan HPT Permintaan yang tinggi Kemampuan tumbuh benih dilapang Mudah didapat Sudah biasa menanam Ingin mencoba Kualitas beras yang diharapkan Lainnya Total
Membeli benih Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 3 10 22 73 4 13.4 1 3.3 30 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 1 3.3 25 83.4 3 10 1 3.3 30 100
Petani menilai bahwa penggunaan benih bermutu (bersertifikat) pada saat ini sangat penting, tetapi ada sebagian petani berpendapat bahwa benih yang mereka hasilkan sendiri hasilnya sama dengan benih yang bersertifikat. Berdasarkan Tabel 18 menunjukan bahwa penggunaan benih bersertifikat sangat penting dan penting yaitu sebanyak 22 orang sebesar 73.4 persen, hal ini terjadi karena para petani berpendapat bahwa benih bersertifikat sudah sangat jelas jenis varietas yang terjamin mutunya yang telah mengalami proses sertifikasi mulai dari lapangan sampai proses pemeriksaan laboratorium dan diawasi oleh instansi pemerintah, dan sisanya mengangap bahwa biasa saja terhadap penggunaan benih
85
bersertifikat sebanyak 8 orang sebesar 26.6 persen. Sedangkan para petani yang tidak menggunakan benih sertifikat beranggapan bahwa penggunaan benih bersertifikat dianggap biasa saja, karena para petani merasa benih yang mereka hasilkan sudah cukup menghasilkan produksi yang cukup bagus yaitu sebanyak 16 orang sebesar 53.3 persen, sisanya para petani menganggap bahwa benih bersertifikat penting untuk digunakan tetapi karena harga benih yang mahal dan para petani tidak mampu membeli jadi lebih baik mereka menggunakan benih sendiri sebanyak 8 orang sebesar 26.7 persen dan yang beranggapan tidak penting sebanyak 6 orang sebesar 6 orang sebesar 20 persen. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 17 . Tabel 17. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pentingnya Menggunakan Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat Pentingnya Penggunaan Benih Bersertifikat Padi Pandan Wangi
Sangat penting Penting Biasa Tidak penting Total
Membeli Benih Bersertifikat Jumlah Responden (Orang) 5 17 8 30
Persentase (%) 16,7 56,7 26,6 100
Penggunaan (Tidak Bersertifikat) Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 8 26.7 16 53.3 6 20 30 100
6.2.2 Pencarian Informasi Setelah proses pengenalan kebutuhan maka tahap selanjutnya dalam proses keputusan pembelian maupun penggunaan benih padi Pandan Wangi adalah pencarian informasi. Pencarian informasi dimulai ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan didalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Begitupula dengan para petani informasi mengenai benih
86
padi Pandan Wangi akan mempengaruhi para petani dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan budidaya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa para petani mengetahui informasi benih padi Pandan Wangi yang paling banyak berasal dari kelompok tani sebanyak 12 orang sebesar 40 persen, dari penangkar benih sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen, dari diri sendiri sebanyak 6 orang sebesar 20 persen, dan dari penyuluh pertanian lapang (PPL) sebanyak 5 orang sebesar 16,7 persen itu untuk petani yang menggunakan benih bersertifikat, hal ini terjadi karena semua petani merupakan anggota gabungan kelompok tani citra sawargi dimana seluruh informasi tentang benih diperoleh dari kelompok tani tersebut. Sedangkan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat informasi yang paling banyak di peroleh berasal dari lainya sebanyak 12 orang sebesar 40 persen. Informasi lain yang dimaksud adalah berasal dari keluarga, karena tradisi bertani ini diperoleh secara turun temurun dari pihak keluarga terutama dari pihak orang tua yang menyuruh para anaknya untuk melanjutkan pekerjaan sebagai petani padi Pandan Wangi. Selanjutnya informasi di peroleh dari diri sendirI sebanyak 10 orang sebesar 33.3 persen, dari kelompok tani sebanyak 6 orang sebesar 20 persen, dan yang terakhir diperoleh dari penyuluh pertanian lapang (PPL) sebanyak 2 orang sebesar 6,7 persen. Data sebaran responden dapat terlihat lebih pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Darimana Informasi Tentang Benih Padi Pandan Wangi Penggunaan Benih Bersertifikat Informasi Benih PW Diri Sendiri Kelompok Tani Penangkar benih PPL Kios Saprotan Lainnya Total
Jumlah Responden (Orang) 6 12 7 5 30
Persentase (%) 20 40 23,3 16,7 100
Penggunaan Benih sendiri (Tidak Bersertifikat) Jumlah Responden Persentase (%) (Orang) 10 33.3 6 20 2 6.7 12 40 30 100
87
Sumber informasi responden mengenai benih padi Pandan Wangi akan sangat mempengaruhi sekali kondisi spikologi penerima informasi untuk mencoba. Sumber informasi para petani yang paling dipercaya untuk memutuskan membeli dan menggunakan benih senih sendiri berasal dari diri sendiri, kelompok tani, penangkar benih, PPL, kios saprotan, dan lainnya. Untuk para petani yang memutuskan membeli benih padi Pandan Wangi bersertifikat, sumber informasi yang lebih di percaya lebih banyak dari kelompok tani yaitu 12 orang sebesar 40 persen, kenapa hal itu bisa terjadi karena para petani ini adalah anggota dari gabungan kelompok tani (Gapoktan) Citra Sawargi, dimana semua informasi tentang benih bersertifikat diberikan kepada para petani sebagi anggota. Sumber informasi lainya berasal dari penangkar benih sebanyak
9 0rang sebesar 30
persen, PPL sebanyak 6 orang sebesar 20 persen dan diri sendiri yaitu sebanyak 3 orang sebesar 10 persen. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri mendapatkan sumber informasi berasal dari diri sendiri yaitu sebanyak 23 orang sebesar 76.7 persen, hal in terjadi karena para petani merasa nyakin bahwa benih yang digunakan cukup bagus untuk ditanam. Sisanya para petani mendapat sumber informasi berasal dari lainnya yaitu dari keluarga sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi Yang Dibutuhkan Membeli benih bersertifikat Sumber Informasi
Diri Sendiri Kelompok Tani Penangkar benih PPL Kios Saprotan Lainnya Total
Jumlah Responden (Orang) 3 12 9 6 30
Persentase (%)
10 40 30 20 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 23 76.7 7 23.3 30 100
88
6.2.3 Evaluasi Alternatif Tahapan selanjutnya adalah evaluasi alternatif dimana pada tahap ini konsumen memilih kriteria-kriteria tertentu yang relevan dengan keinginan dan kebutuhan untuk membuat suatu keputusan pembelian ataupun penggunaan. Kriteria umum yang dijadikan dasar dalam pertimbangan antara petani yang menggunakan (membeli) benih bersertifikat dan yang tidak menggunakan benih sertifikat tidak berbeda jauh yaitu atribut harga jual gabah/malai untuk petani yang membeli benih bersertifikat yang paling banyak adalah sebanyak 11 orang sebesar 36,7 persen dan petani yang menggunakan benih sendiri sebanyak 24 orang sebesar 80 persen. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 20. Tabel 20.
Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Atribut yang Paling Dipertimbangkan Untuk Pembelian dan penggunaan Benih hasil Sendiri Padi Pandan Wangi Membeli benih bersertifikat
Atribut yang Dipertimbangkan
Hasil produksi Ketahanan HPT Tahan rontok Tahan rebah Kualitas beras Umur tanaman Daya tumbuh Bentuk tanaman Volume benih dalam kemasan Harga beli benih Harga jual gabah Ketersediaan benih Sertifikasi benih Promosi Total
Jumlah Responden (Orang) 6 1 3 11 9 30
Persentase (%) 20 3.3 10 36.7 30 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 5 16.7 1 3.3 24 80 30 100
Sedangkan atribut lain yang menjadi pertimbangan para petani untuk membeli benih bersetifikat dan petani yang tidak menggunakan benih sertifikat adalah atribut sertifikasi benih sebanyak 9 orang sebesar 30 persen, hasil produksi
89
yang tinggi sebanyak 6 orang sebesar 20 persen, kualitas beras sebanyak 3 orang sebesar 10 persen, dan ketahanan terhadap HPT sebanyak 1 orang sebesar 3.3 persen, sedangkan untuk petani yang menggunakan benih sendiri atribut lainya yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan penggunaan benih sendiri adalah hasil produksi sebanyak 15 orang sebesar 6.7 persen, dan kualitas beras sebanyak 1 orang sebesar 3.3 persen.
6.2.4 Keputusan Pembelian dan Penggunaan Tahapan selanjutnya konsumen akan memutuskan untuk pembelian dan penggunaan terhadap suatu produk tertentu. Dari hasil sebaran kuisoner diperoleh bahwa antara petani yang membeli benih bersertifikat dan yang tidak menggunakan benih sertifikat padi Pandan Wangi sama-sama terencana yaitu para petani pengguna benih sertifikat selalu membeli benih padi Pandan Wangi sertifikat untuk masa tanam berikutnya sebanyak 19 orang sebesar 63.3 persen, sisanya biasanya para petani melihat situasi (tergantung situasi) apabila benih yang akan digunakan masih ada maka para petani tidak membeli benih sebanyak 11 orang sebesar 36.7 persen. Sedangkan para petani yang menggunakan benih tidak bersertifikat selalu terencana untuk menyimpan stok benih untuk masa tanam berikutnya yaitu sebanyak 26 orang sebesar 86,7 persen. Para petani akan memilih malai gabah yang bagus atau berisi sebelum 1 minggu atau 1 bulan masa panen untuk dijadikan benih. Para petani ini merasa yakin bahwa hasil benih yang bersertifikat dan benih mereka hasil produksinya sama, karena para petani sekarang sudah terampil untuk memilih mana benih yang baik untuk ditanam. Sisanya para petani memutuskan mendadak untuk menggunakan benih sendiri
90
sebanyak 1 orang sebesar 3.3 persen dan tergantung situasi sebanyak 3 orang sebesar 10 persen. data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini. Tabel 21. Sebaran Persentase Responden Cara Memutuskan Pembelian benih bersertifikat dan Penggunaan Benih Tidak Sertifikat Padi Pandan Wangi Berdasarkan Situasi Membeli benih bersertifikat Cara Memutuskan Pembelian dan penggunaan benih Terencana Mendadak Tergantung situasi Total
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
19 11 30
63,3 36,7 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 26 86.7 1 3.3 3 10 30 100
Dalam proses pembelian konsumen harus memutuskan dimana dia harus membeli produk yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa para petani yang menggunakan benih sertifikat lebih banyak membeli benih di penangkar benih padi Pandan Wangi yaitu sebanyak 27 orang sebesar 90 persen, sedangkan sisanya berasal dari yang lain yaitu dari kelompok tani itu sendiri sebanyak 3 orang sebesar 10 persen. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Persentase Responden Cara Memutuskan Dimana Para Petani Melakukan Pembelian Benih Bersertifikiat Padi Pandan Wangi Berdasarkan Tempat Tempat Pembelian Penangkar benih Kios benih Lainnya Jumlah
Jumlah Responden (orang) 27 3 30
Persentase (%) 90 10 100
Berdasarkan penelusuran hasil penelitian menunjukan bahwa para petani yang menggunakan benih tidak sertifikat memiliki alasan kenapa mereka menggunakan benih sendiri yang pertama para petani sudah terbiasa menggunakan benih sendiri sebanyak 23 orang sebesar 76.7 persen, mereka menggunakan benih sendiri karena mereka merasa yakin bahwa benih yamg
91
mereka miliki sama hasilnya dengan benih bersertifikat dan para petani ini memiliki keahlian untuk memilih benih yang bagus untuk ditanam pada masa tanam berikutnya. Alasan yang kedua adalah bahwa harga benih yang dibeli cukup mahal sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen. data lengkap dapat terlihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Alasan Menggunakan Benih Tidak Sertifikat Alasan menggunakan benih sendiri Sudah terbiasa Harga beli benih Mahal jumlah
Jumlah Responden (Orang) 23 7 30
Persentase (%) 76.7 23.3 100
Para petani selain menanam padi Pandan Wangi mereka menanam juga jenis padi varietas lain yaitu Ciherang, IR 64, Benih tanpa nama (BTN) dan lainlainnya, kebanyakan benih ini banyak dibeli oleh para petani karena benihnya rata-rata sudah bersertifikat. Berdasarkan Tabel 25 menujukan bahwa jenis varietas yang banyak dibeli oleh para petani adalah ciherang dan IR 64. untuk para petani yang menggunakan benih padi pandan wangi jenis varietas yang sering di beli adalah Ciherang sebanyak 16 orang sebesar 53,3 persen, sisanya petani membeli Pandan Wangi sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen, IR 64 sebanyak 5 orang sebesar 16,7 persen, lainya yaitu Sintanur dan Cigeulis sebanyak 2 orang sebesar 6.7 persen, sedangkan para petani yang menggunakan benih sendiri antara menanam benih padi Ciherang dan IR 64 seimbang yaitu Ciherang sebanyak 15 orang sebesar 50 persen dan IR 64 sebanyak 15 orang sebesar 50 persen. Para petani membeli benih padi varietas lain karena padi Varietas Unggul baru ini tidak dapat di produksi sendiri oleh para petani dan biasa para petani membeli benih padi ini untuk ditanam secara bersamaan dan bergilir dengan padi Pandan Wangi.Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 24.
92
Tabel 24. Sebaran Persentase Berdasarkan Jenis Varietas yang Sering Dibeli Membeli Benih Bersertifikat Jenis Varietas yang Sering Dibeli Ciherang IR 64 BTN Lainnya Total
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
16 5 9 30
53,3 16,7 30 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 15 50 15 50 30 100
Kebutuhan benih anjuran dari penyuluh pertanian lapang untuk padi Pandan Wangi sekitar 30 kg perhektar dengan jarak tanam 30 x 30 cm dengan bibit perumpun 3 sampai dengan 6 rumpun. Para petani biasanya menyebarkan benih untuk kebutuhan tanam sebanyak 30 sampai 50 kg hal itu dikarenakan untuk mengantisipasi serangan hama keong dan ulat ketika sudah ditanam disawah, apabila hasil persemaian padi masih ada sisa biasanya para petani menjualnya kepada para petani lainnya. Berdasarkan Tabel 25 menjelaskan bahwa untuk para petani yang membeli benih padi Pandan Wangi lebih banyak menggunakan benih sekitar kurang dari 20 kg sebanyak 17 orang sebesar 56.7 persen hal ini terjadi karena luasan lahan sawah yang dimiliki para petani sangat kecil, sisanya untuk kebutuhan 20-25 kg sebanyak 4 orang sebesar 13.3 persen, dan untuk kebutuhan lebih dari 25 kg sebanyak 9 orang sebesar 30 persen. Sedangkan untuk para petani yang menggunakan benih sendiri untuk kebutuhan benih lebih banyak yang lebih dari 25 kg sebanyak 12 orang sebesar 40 perssen , dan sisanya kebutuhan benih untuk yang kurang dari 20 kg sebanyak 11 orang, dan 20 sampai dengan 25 kg sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen. para petani ini biasanya mengikuti anjuran dan standar penanaman yang diberikan oleh PPl. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 25.
93
Tabel 25. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Kebutuhan Benih Padi Pandan Wangi Per Hektar Membeli Benih Bersertifikat Kebutuhan Benih Padi Pandan Wangi (Kg/ha)
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
17 4 9 30
56,7 13,3 30 100
< 20 20 - 25 >25 Total
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 11 36.7 7 23.3 12 40 30 100
6.2.5 Pasca Pembelian dan Penggunaan Setelah para petani melakukan pembelian dan mendapatkan manfaat dari produk tersebut, selanjutnya petani akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukan. Harga suatu produk akan sangat memepengaruhi kondisi atau keadaan suatu konsumen. Berdasarkan Tabel 27 menunjukan bahwa apabila harga benih padi Pandan Wangi bersertifikat mengalami kenaikan maka para petani lebih banyak akan tetap membeli yaitu sebanyak 16 orang sebesar 53.3 persen, hal ini terjadi karena benih padi Pandan Wangi yang bersertifikat sangat jelas kualitasnya dan terjamin mutunya, sedangkan sisanya para petani memilih lainnya yaitu dengan menggunakan benih sendiri sebanyak 14 orang sebesar 46.7 persen. Data dapat dilihat pada Tabel 26 Tabel 26. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Evaluasi Pasca Pembelian Benih Berserfikat Pada Saat Harga Benih Padi Pandan Wangi Mengalami Kenaikan Evaluasi Pasca Pembelian Tetap membeli Tidak Jadi Membeli Lainnya Total
Jumlah Responden (orang) 16 14 30
Persentase (%) 53,3 46,7 100
Proses pembelian biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berpengaruh dalam memutuskan pembelian dan penggunaan suatu produk. Berdasarkan Tabel 28 menunjukan bahwa ada beberapa faktor pihak yang
94
berpengaruh dalam proses keputusan pembelian yaitu pihak dari keinginan diri sendiri dan kelompok tani. Petani yang berpengaruh dalam keputusan pembelian yang dari keinginan diri sendiri dan dari kelompok tani hampir sama yaitu sebanyak 14 orang sebesar 46.7 persen, hal ini bisa terjadi karena para petani yakin bahwa benih bersertifikat sangat terjamin mutunya dan hasil produksi yang meningkat, selain itu anjuran dari kelompok tani yang selalu memberikan informasi kepada anggotanya mengenai benih bersertifikat dan sisanya pihak yang berpengaruh dalam memutuskan pembelian adalah berasal dari lainnya seperti keluarga sebanyak 2 orang sebesar 6.6 persen, sedangkan para petani yang menggunakan benih hasil sendiri yang paling berpengaruh dalam memutuskan penggunaan benih hasil sendiri (tidak Sertifikat) adalah keinginan diri sendiri sebanyak 24 orang sebesar 80 persen, hal ini bisa terjadi karena benih yang mereka gunakan adalah benih bagus dan dipilih ketika sebelum panen dilakukan. Sisanya yang berpengaruh dalam penggunaan benih sendiri adalah keluarga sebanyak 6 orang sebesar 20 persen. data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Pihak yang Berpengaruh Dalam Memutuskan Pembelian Benih Bersertifikat Membeli benih bersertifikat Pihak yang Berpengaruh Dalam Memutuskan Pembelian dan penggunaan Keinginan sendiri Kelompok tani Keluarga Lainnya Total
Jumlah Responden (Orang) 14 14 2 30
Persentase (%) 46,7 46,7 6,6 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 24 80 6 20 30
100
Faktor ketersediaan benih akan sangat mempengaruhi terhadap kebutuhan para petani akan benih, apabila benih yang akan dibeli atau yang akan digunakan
95
habis maka para petani akan mencari benih ditempat lain. Hasil penelitian berdasarkan faktor kesediaan benih menunjukan bahwa apabila benih yang ada di penangkar habis biasanya para petani yang menggunakan benih bersertifikat lebih banyak menggunakan benih sendiri sebanyak 24 orang sebesar 40 persen, hal ini terjadi karena benih yang digunakan sendiri berasal dari benih sertifikat sebelumnya yang benihnya dipilih sendiri oleh para petani, sisanya para petani mencari benih ditempat lain sebanyak 4 orang sebesar 13.3 persen dan lainnya yaitu dari petani lain yang sama-sama akan menanam padi Pandan Wangi sebanyak 2 orang sebesar 6.7 persen, sedangkan para petani yang menggunakan benih sendiri apabila persedian benih habis para petani lebih banyak mencari benih ditempat lain sebanyak 28 orang sebesar 93.3 persen dan sisanya mencari dilainnya yaitu dari petani lain yang menanam benih padi Pandan Wangi sebanyak 2 orang sebesar 6.7 persen. data lebih lengkap dapt dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Ketidaktersediaan Benih Bersertifikat di Lapang Membeli benih bersertifikat Ketidaktersediaan Benih di Lapang
Menggunakan benih sendiri Mencari benih padi Pandan Wangi di tempat lain Lainnya Total
Jumlah Responden (Orang) 24 4
Persentase (%)
2 30
6,7 100
80 13,3
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persenta Responden se (%) (Orang) 28 93.3 2 30
6.7 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan dari beberapa petani merasa ada sesuatu yang kurang apabila tidak membeli benih bersertifikat, karena para petani sudah terbiasa untuk menggunakan benih bersertifikat ini, banyaknya para petani yang merasa ada yang kurang jika tidak membeli benih bersertifikat sebanyak 18 orang sebesar 60 orang, hal ini terjadi karena para petani
96
merasa takut akan hasil produksi benih pandan wangi ini turun. dan sisanya para petani merasa biasa saja jika tidak membeli benih bersertifikat, karena petani biasa menggunakan benih yang ada saja yaitu sebnyak 12 orang sebesar 40 persen. demikianpun dengan para petani yang menggunakan benih sendiri, para petani merasa ada yang kurang jika mereka tidak menggunakan benih sendiri karena mereka merasa takut hasil produksi berbeda dengan yang mereka biasa gunakan yaitu sebanyak 21 orang sebesar 70 persen, dan sisanya para petani merasa biasa saja jika mereka tidak menggunakan benih sendiri karena meraka bisa mencari benih ditempat lain dan tidak merasa takut jika hasilnya berbeda yaitu sebanyak 9 orang sebesar 30 persen. data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Perasaan Jika Tidak Membeli dan menggunakan Benih sendiri Padi Pandan Wangi Perasaan Jika Tidak Membeli dan menggunakan Benih sendiri Padi Pandan Wangi Merasa ada yang kurang Biasa aja Total
Membeli Benih Bersertifikat Jumlah Responden (Orang) 18 12 30
Persentase (%) 60 40 100
Penggunaan Benih Tidak Bersertifikat Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 21 70 9 30 30 100
Setelah pembelian dilakukan dan responden memperoleh hasilnya maka petani responden akan merasa puas atau tidak puas terhadap produk yang mereka beli dan gunakan. Hasil penelitian berdasarkan Tabel 31 menunjukan bahwa secara keseluruhan antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan petani yang menggunakan benih sendiri sama-sama merasa puas terhadap hasil dari benih padi Pandan Wangi yang mereka gunakan karena hasil produksi yang cukup tinggi dan harga jual gabah yang tinggi. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 30.
97
Tabel 30. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Kepuasan Terhadap Hasil Dari Pandan Wangi Membeli benih bersertifikat Kepuasan tehadap hasi dari benih PW Ya Tidak Total
Jumlah Responden (Orang) 30 30
Persentase (%) 100 100
Penggunaan Benih sendiri (Tidak Bersertifikat) Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 30 100 30 100
98
BAB VII ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP ATRIBUT BENIH PADI PANDAN WANGI 7.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Padi Pandan Wangi Pada Petani Yang Yenggunakan Benih Bersertifikat Dan Yang Tidak Bersertifikat. Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja merupakan analisis yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut (Sumarwan, 2002). Konsumen akan memiliki harapan mengenai bagaimana produk tersebut seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang sesungguhnya dirasakan oleh konsumen. Fungsi
produk
yang
sesungguhnya
dirasakan
konsumen
(actual
performance) sebenarnya adalah persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk tersebut. Selain itu dari tingkat kepentingan dan kinerja akan diketahui sejauh mana tingkat kinerja dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Didalam mengevaluasi tingkat kebutuahan konsumen terhadap suatu produk maka konsumen akan menilai berbagai atribut. Jumlah atribut yang akan dibahas pada petani yang menggunakan benih bersertifikat sebanyak 18 atribut yaitu hasil produksi, ketahanan terhadap HPT, tahan rontok, daya tumbuh, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tekstur nasi (pulen), aroma nasi (pulen), umur tanaman, anakan produktif, volume benih dalam kemasan, kemasan yang menarik, harga beli benih, harga jual gabah, ketersediaan benih, sertifikasi benih, dan
99
promosi. Sedangkan pada petani yang menggunakan benih hasil sendiri terdiri dari 14 atribut yaitu hasil produksi, ketahanan HPT, tahan rontok, daya tumbuh, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tekstur nasi (pulen), aroma nasi (pulen), umur tanaman, anakan produktif, harga jual gabah, ketersediaan benih,dan promosi. Atribut antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat sedikit berbeda, pada benih tidak bersertifikat tidak ada volume benih dalam kemasan, kemasan yang menarik, harga beli benih, dan sertifikasi benih, hal ini terjadi karena benih yang tidak besertifikat merupakan benih yang dihasilkan sendiri oleh para petani. Keseluruh atribut ini diperoleh dari referensireferensi skripsi, buku dan dari deskripsi padi pandan wangi sendiri Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menimbang atribut mana yang dianggap penting. Mereka akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan atribut yang dicarinya. Hasil penilaian konsumen terhadap kinerja benih padi Pandan Wangi baik yang bersertifikat atau tidak bersertifikat yang diolah dengan menggunakan alat analisis IPA (Importance
Performance Analysis), dimana dengan menggunakan metode ini dapat diketahui atribut mana saja yang memuaskan dan tidak memuaskan konsumen serta atributatribut apa saja yang dianggap penting bagi para konsumen dan kinerjanya belum memuaskan.
Atribut dari faktor kepentingan ditunjukan dengan tanda Y
sedangkan tingkat kinerja ditunjukan dengan tanda X. Hasil olahan dengan metode IPA dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6. Setelah diperoleh nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari masing-masing atribut padi Pandan Wangi yang menggunakan benih bersertifikat, selanjutnya nilai nilai tersebut dimasukan kedalam diagram kartesius
100
yang terdiri dari empat kuadran. Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda. Pemetaan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja dapat memudahkan pihak penangkar untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada atribut yang di anggap penting bagi pengunjung akan tetapi memiliki kinerja yang rendah dan harus segera diperbaiki dalam jangka waktu yang relatif cepat. Karena atribut yang melekat pada suatu produk dapat mempengaruhi kepuasan badi konsumen, maka jika faktor-faktor yang dirasakan belum memuaskan maka perlu untuk diperbaiki seiring dengan berjalannya waktu Atribut-atribut yang ada dalam kuadran I dianggap paling berpengaruh terhadap kepuasan konsumen karena keberadaan atribut-atribut ini dinilai penting oleh konsumen tetapi tingkat kinerjanya rendah sehingga dalam kuadran ini perlu adanya peningkatan kinerjanya agar optimal. Atribut-atribut yang terletak pada kuadran II antara kinerja dan tingkat kepentingan pada suatu atribut berada pada tingkat yang tinggi dan sesuai dengan keinginan konsumen sehingga perlu dipertahankan kinerja atribut tersebut Atribut-atribut yang terletak pada kuadran III merupakan atribut dimana tingkat kepentingan dan kinerja berada pada tingkat rendah. Meskipun atributatribut pada kuadran ini perlu ditingkatkan kinerjanya namun peningkatan kinerja tersebut tidak menjadi suatu prioritas utama, sehingga belum perlu melakukan perbaikan. Atribut pada kuadran IV merupakan atribut dimana tingkat kinerjanya tinggi sedangkan tingkat kepentingannya rendah. Kinerja atribut-atribut ini perlu di
pertimbangkan
kembali
karena
dirasakan
terlalu
berlebih
dalam
pelaksanaannya. Setiap kuadran tersebut dapat dijelaskan dengan interpretasi.
101
Nilai rata-rata dari skor tingkat kepentingan dan skor tingkat kinerja para petani yang menggunakan benih bersertifikat padi Pandan Wangi yang diplotkan pada diagram kartesius dengan X sebesar 3.75 dan Y sebesar 4.02 menghasilkan diagram sebagai berikut MATRIKS IMPORTANCE PERFOMANCE ANALYSIS 3.75 Hasil Produksi
4.4
Harga Jual Malai Kualitas Beras Tekstur Nasi
I. PRIORITAS UTAMA TINGKAT KEPENTINGAN
4.2
Aroma Nasi Tahan Rebah Warna Beras Daya Tumbuh Sertifikasi Benih
Umur Tanaman
4.0
Volume Benih
3.8
II. PERTAHANKAN POSISI 4.02
Ketahanan HPT Promosi Kemasan Yang Menarik Ketersediaan Benih
Harga Beli Benih
3.6
Tahan Rontok
Anakan Produktif
3.4
IV. BERLEBIHAN
III. PRIORITAS RENDAH 3.2 3.0 3.0
3.2
3.4
3.6 3.8 TINGKAT KINERJA
4.0
4.2
4.4
Gambar 8. Matriks Importance Performance Analysis benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat Hasil diagram kartesius Berdasarkan Gambar 8 untuk para petani yng menggunakan benih bersertifikat dapat dilihat pada Tabel 31 Tabel 31. Hasil Importance Performance Analysis (IPA) Benih Bersertifikat Kuadran I Umur Tanaman Harga Jual Malai/gabah
Kuadran II Hasil Produksi Daya Tumbuh tahan rebah Kualitas beras Warna beras Tekstur nasi Aroma nasi Sertifikasi benih
Kuadran III Ketahanan HPT Anakan Produktif Volume benih Kemasan yang menarik Harga beli benih
Kuadran IV Tahan rontok Ketersediaan benih Promosi
Nilai rata-rata dari skor tingkat kepentingan dan skor rata-rata tingkat kinerja para petani yang menggunakan benih hasil sendiri (tidak bersertifikat)
102
yang di plotkan pada diagram kartesius dengan X sebesar 3.79 dan Y sebesar 4.00 menghasilkan diagram kartesius sebagai berikut
MATRIKS IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS 3.79
TINGKAT KEPENTINGAN
4.8
I. PRIORITAS UTAMA
II. PERTAHANKAN POSISI Tahan Rebah Harga Jual Malai/Gabah
4.5
Kualitas Beras Warna Beras Ketersediaan Benih Aroma Nasi Tekstur Nasi
Hasil Produksi
4.2 Umur Tanaman
3.9
Ketahanan HPT Anakan Produktif
4
Daya Tumbuh Tahan Rontok
Promosi
3.6
III. PRIORITAS RENDAH
3.3
IV. BERLEBIHAN
3.0 3.0
3.3
3.6
3.9 4.2 TINGKAT KINERJA
4.5
4.8
Gambar 9 Matriks Importance Performance Analysis benih Padi Pandan Wangi Tidak Bersertifikat Hasil diagram kartesius Berdasarkan Gambar 9 untuk para petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat dapat dilihat pada Tabel 32 Tabel 32. Hasil Importance Performance Analysis (IPA) benih bersertifikat Kuadran I Umur Tanaman Hasil produksi
Kuadran II Harga jual malai Tahan rebah Kualitas beras Warna beras Tekstur nasi Aroma nasi Ketersediaan benih
Kuadran III Ketahanan HPT Anakan Produktif Promosi
Kuadran IV Tahan rontok Daya Tumbuh
Pada diagram kartesius terlihat posisi atribut-atribut dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan para petani terhadap benih bersertifikat padi Pandan Wangi. Keterangan dari diagram kartesius dapat dilihat sebagai berikut
103
1. Kuadran I (Prioritas Utama) Atribut pada kuadran I dianggap penting oleh para petani tetapi pada kenyataan nya atribut-atribut tersebut kinerjanya belum sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para petani, sehingga para petani merasa tidak puas. Atribut pada kuadran ini harus mendapat perhatian lebih agar kinerjanya bisa meningkat. Atribut yang termasuk kedalam kuadran I pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah umur tanaman dan harga jual malai/gabah, sedangkan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat adalah umur tanaman dan hasil produksi Umur tanaman menjadi faktor penting bagi para petani tetapi tingkat kinerjanya rendah, hal ini bisa terjadi karena umur tanaman ini sangat dipengaruhi oleh faktor waktu yang cukup lama yaitu 6 bulan. Para petani berharap bahwa umur padi Pandan Wangi hampir sama dengan varietas unggul baru (VUB), karena semakin lama umurnya maka proses produksi, budidaya dan pemeliharaan memerlukan biaya yang sangat tinggi. Karena itu untuk menanggulanginya perlunya dilakukan penelitian mengenai bagimana cara menanggulangi umur tanaman padi Pandan Wangi ini Harga jual gabah/malai padi Pandan Wangi menjadi faktor penting kedua dimana tingkat kepentingannya tinggi tetapi kinerjanya rendah. Sebenarnya harga jual ditingkat petani tidak terlalu rendah tapi para petani mengharapkan harga jual gabahnya lebih ditingkatkan lagi agar harga yang diterima mampu mengimbangi biaya usaha tani padi Pandan Wangi ini. Hasil produksi menjadi faktor penting bagi para petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat tetapi tingkat kinerja yang dihasilkan cukup
104
rendah, hal ini bisa terjadi karena benih yang digunakan bukan benih yang mengalami proses sertifikasi, para petani hanya mengandalkan kemampuan mereka untuk memilih benih yang bagus untuk digunakan masa tanam berikutnya serta harga benih bersertifikat yang cukup mahal sehingga para petani berat untuk membelinya. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu adanya informasi yang lebih jelas kepada para petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat terhadap penggunaan benih bersertifikat 2. Kuadran II (pertahankan posisi) Atribut-atribut yang termasuk kedalam kuadran dua ini merupakan atribut dimana tingkat kepentingan dan tingkat kinerja tinggi, sehingga konsumen merasa puas, atribut-atribut merupakan prestasi penangkar kerana itu pihak penangkar harus mempertahankan kondisi ini. Atribut yang termasuk pada kuadran dua ini untuk petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah hasil produksi, daya tumbuh, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tektur nasi (pulen), aroma nasi (wangi) dan sertifikasi. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri terdiri dari Harga jual malai/gabah, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tekstur nasi, aroma nasi, kersediaan benih. Atribut yang ada pada kuadran dua ini pada petani yang menggunakan benih sendiri atributnya sudah baik sehingga penangkar benih harus memeprtahan kondisi atribut ini denga baik, sedang untuk para para petani yang menggunakan benih sendiri menujukan bahwa para petani sudah ahli dalam memilih benih yang baik untuk ditanam pada masa tanam berikutnya 3. Kuadran III (prioritas rendah) Atribut-atribut yang termasuk ke dalam kuadran ini merupakan atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan kinerja pada atribut ini juga
105
kurang begitu diperhatikan, karena atribut-atribut pada kuadran tiga merupakan atribut-atribut yang kurang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Sehingga petani belum perlu melakukan perbaikan Atribut-atribut yang termasuk pada kuadran tiga pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah Ketahanan HPT, anakan Produktif, Volume benih, kemasan yang menarik, harga beli benih. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri adalah ketahanan HPT, anakan produktif dan promosi 3. Kuadran IV (Prioritas Berlebih) Atribut yang termasuk ke dalam kuadran ini merupakan atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen tetapi kinerjanya sudah sangat baik atau sangat memuaskan sehingga konsumen menilai kinerja benih pada atribut ini terlalu berlebihan. Atribut yang termasuk pada kuadran ini pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah tahan rontok, ketersediaan benih, dan promosi. Sedangkan pada petani yang tidak bersertifikat adalah tahan rontok dan daya tumbuh. Berdasarkan penjelasan diatas pada masing-masing kuadran menunjukan bahwa pada petani yang menggunakan benih bersertifikat dan petani yang menggunakan benih sendiri mempunyai kekurangan dan kelebihannya
7.2 Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction index atau Indeks kepuasan konsumen (IKK) merupakan metode yang menggunakan indeks untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen berdasarkan atribut-atribut tertentu. Indek kepuasan petani terhadap benih bersetifikat dapat dilihat pada Tabel 33. berdasarkan hasil perhitungan
106
menunjukan bahwa nilai indeks kepuasan petani sebesar 81,39 persen (0, 8139). Nilai ini berada pada rentang indeks kepuasan antara 0.81 sampai dengan 1.00 yang berarti petani sangat puas terhadap kinerja yang ada pada atribut-atribut benih padi Pandan Wangi. Hal ini menujukan bahwa atribut-atribut benih bersertifikat padi Pandan Wangi kinerjanya yang baik dan telah berhasil memuaskan para petani. Data lebih lengkap dapat terlihat pada Tabel 33 Tabel 33. Perhitungan Customers Satisfaction Index (CSI) Benih Padi Pandan Wang Bersertifikat
Atribut Produk Hasil Produksi Ketahanan Terhadap HPT Tahan Rontok Daya Tumbuh Tahan Rebah Kualitas Beras Warna Beras Tekstur Nasi (Pulen) Aroma Nasi (Wangi) Umur Tanaman Anakan Produktif Volume Benih Dalam Kemasan Kemasan Yang Menarik Harga Beli Benih Harga Jual Malai/Gabah Ketersediaan Benih Sertifikasi Benih Promosi Jumlah
Rata-Rata Skor Kepentingan (RSP) 4.37 4.00 3.80 4.13 4.10 4.20 4.13 4.17 4.13 4.03 3.60
Weighting Factors (WF= (RSP/72.44) 0.06 0.06 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.05
3.90 0.05 3.87 0.05 3.83 0.05 4.27 0.06 3.87 0.05 4.07 0.06 3.97 0.05 72.44 1.00 CSI = (WT/5)*100 = 81.39 %
Rata-Rata Skor Kepuasan (RSK) 3.80 3.67 3.93 4.03 3.80 4.00 3.97 4.00 4.00 3.00 3.73 3.23 3.53 3.57 3.67 3.77 3.93 3.83 67.46
Weighted Score (WS=WF x RSK) 0.23 0.22 0.24 0.24 0.23 0.24 0.24 0.24 0.24 0.18 0.23 0.19 0.21 0.22 0.22 0.23 0.24 0.23 WT=4.07
Indeks kepuasan petani terhadap penggunaan benih yang tidak bersertifikat dapat dilihat pada Tabel 37. berdasarkan Tabel 34 menunjukan bahwa nilai indeks kepuasan petani sebesar 70 persen (0. 70) nilai ini berada pada rentang antara 0.66 sampai dengam 0. 88 yang berarti petani puas terhadap kinerja yang ada pada atribut-atribut benih padi Pandan Wangi. Hal ini menunjukan
107
bahwa kinerja atribut-atribut yang ada pada benih yang tidak bersertifikat cukup baik dan dapat memuaskan para petani. Tabel 34. Perhitungan Customers Satisfaction Index (CSI) Petani Yang Tidak Menggunakan Benih Sertifikat
Atribut Produk Hasil Produksi Ketahanan HPT Tahan Rontok Daya Tumbuh Tahan Rebah Kualitas Beras Warna Beras Tekstur Nasi Aroma Nasi Umur Tanaman Anakan Produktif Harga Jual Gabah Ketersediaan Benih Promosi Jumlah
Rata-Rata Skor Kepentingan (RSP) 4.17 3.90 3.93 3.97 4.10 4.07 4.10 4.10 4.10 4.00
Weighting Factors (WF= (RSP/56.1) 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07
Rata-Rata Skor Kepuasan (RSK) 3.50 3.67 3.90 3.93 3.93 4.03 4.03 4.03 4.03 3.03
Weighted Score (WS=WF x RSK) 0.26 0.24 0.25 0.25 0.26 0.25 0.26 0.26 0.26 0.25
3.83
0.07
3.63
0.24
4.10
0.07
3.90
0.26
4.07 3.57 56.01
0.07 4.00 0.06 3.43 1.00 53.04 CSI = (WT : 5) X 100% = 70 %
0.25 0.22 WT= 3.50
7.3 Analisis Diagonal ( Suharjo Split) Analisis diagonal digunakan untuk melihat tingkat kepentingan tingkat kepuasan terhadap suatu produk
dan
dikaitkan dengan tingkat efisiensi
pelayanannya. Tingkat kepuasan responden para petani terhadap suatu atribut yang sama besar dengan tingkat kepentingan yang diinginkan akan menciptakan suatu kepuasan dan hal ini menunjukan bahwa penangkar sudah tepat dalam memberikan pelayanan terhadap para petani yang menggunakan benih padi Pandan Wangi. Kondisi dimana tingkat kepuasan sama besar dengan tingkat kepentingan yang dinginkan dinamakan efficient service. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10
108
MATRIKS SUHARJO SPLIT 3.75 4.4
TINGKAT KEPUASAN
4.2 4.0
Daya Tumbuh Tekstur Nasi Sertifikasi Benih Kualitas Beras Aroma Nasi Promosi Warna Beras Hasil Produksi Ketersediaan Benih Tahan Rebah Ketahanan HPT
Tahan Rontok
3.8
Anakan Produktif
Harga Beli Benih
3.6
3.75
Harga Jual Gabah
Kemasan Yang Menarik
3.4 Volume Benih
3.2 Umur Tanaman
3.0 3.0
3.2
3.4 3.6 3.8 4.0 TINGKAT KEPENTINGAN
4.2
4.4
Gambar 10 Analisis Diagonal (Suharjo Split) pada petani yang Menggunakan Benih Bersertifikat Berdasarkan Gambar 10 memperlihatkan bahwa terdapat beberapa atribut yang berada di atas garis dan dibawah garis efficient service, yang berarti bahwa atribut tersebut mengalami over service dan under service. Atribut yang mengalami over service dan under service dapat dilihat pada Tabel 38. berdasarkan data Tabel menujukan bahwa atribut yang mengalami over service adalah anakan produktif, dan tahan rontok. Hal ini menunjukan bahwa atribut anakan produktif dan tahan rontok sudah mampu melebihi harapan petani akan layanan yang diberikan oleh atribut tersebut serta menunjukan bahwa penangkar sudah mampu membuat petani merasa puas akan hasil yang diberikan. Anakan produktif yang sangat banyak akan maka menghasilkan jumlah malai padi yang cukup banyak, sehingga sudah sangat memenuhi harapan atau keinginan petani. Atribut tahan rontok sudah sangat memenuhi harapan para petani karena apabila
109
padi Pandan Wangi ini tahan rontok maka gabah yang akan dihasilkan pun akan semakin banyak sehingga petani tidak merasa rugi. Atribut yang mengalami under service adalah hasil produksi, ketahanan terhadap HPT, daya tumbuh, tahan rendah, kualitas beras, wana benih, tekstur nasi (pulen), aroma Nasi (wangi), umur tanaman, volume benih dalam kemasan, kemasan yang menarik, harga beli benih, harga jual gabah/malai, ketersediaan benih, sertifikasi, dan promosi. Hal ini bisa terjadi kerena atribut yang
ada pada benih padi Pandan Wangi bersertifikat
kurang memenuhi harapan para petani. Petani merasa pihak penangkar perlu meningkatkan kinerja seluruh atribut yang ada pada benih. Peningkatan kinerja tersebut perlu dilakukan agar para petani merasa harapan yang mereka inginkan harus diperhatikan oleh penangkar benih. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Atribut Over Service dan Under Service Terhadap Petani Yang Menggunakan Benih Bersertifikat Atribut 3 11
Over service Tahan Rontok (3.80, 3.93 ) Anakan Produktif (3.60, 3.37)
Atribut 1 2 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18
Under Service Hasil produksi (4.37, 3.80) Ketahanan terhadap HPT (4.00, 3.67) Daya tumbuh (4.13, 4.03) Tahan Rebah (4.10, 3.80) Kualitas Beras (4.20, 4.00) Warna Beras (4.13, 3.97) Tekstur Nasi (pulen) (4.17, 4.00) Aroma Nasi ( Wangi) (4.13, 4.00) Umur Tanaman (4.03, 3.00) Volume Benih Dalam Kemasan (3.90, 3.23) Kemasan Yang Menarik (3.87, 3,53) Harga Beli Benih (3.83, 3.57) Harga Jual Malai/Gabah (4.27, 3.67) Ketersediaan Benih (3.87, 3.77) Sertifikasi Benih (4.07, 3.93) Promosi (3.97, 3.83)
Gambar 11 pada petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat memperlihatkan bahwa secara keseluruhan atribut mengalami under service yaitu berada di bawah garis efficient service, yang termasuk kedalam unde service ini adalah hasil produksi, ketahanan terhadap HPT, daya tumbuh, tahan rontok, tahan
110
rendah, kualitas beras, warna benih, tekstur nasi (pulen), aroma Nasi (wangi), umur tanaman, anakan produktif, harga jual gabah/malai, ketersediaan benih, dan promosi. Hal ini bisa terjadi karena atribut yang ada pada benih padi Pandan Wangi bersertifikat masih kurang memenuhi harapan para petani, maka dari itu sebaiknya para petani yang tidak mengunakan benih bersertifikat ini sebaiknya beralih dengan menggunakan benih bersertifikat karena pada beberapa atribut padi Pandan Wangi yang bersertifikat mengalami over service . MATRIKS SUHARJO SPLIT 3.79 4.2 Kualitas Beras Aroma Nasi Ketersediaan BenihTekstur Nasi Daya Tumbuh Warna Beras Tahan Rebah Tahan Rontok Harga Jual Gabah
TINGKAT KEPUASAN
4.0 3.8
3.79
Ketahanan HPT Anakan Produktif
3.6
Hasil Produksi promosi
3.4 3.2 Umur Tanaman
3.0 3.0
3.2
3.4 3.6 3.8 TINGKAT KEPENTINGAN
4.0
4.2
Gambar 11. Analisis Diagonal (Suharjo Split) Pada Petani Yang Tidak Menggunakan Benih Bersertifikat
111
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan 1. Hasil analisis tahap proses pengambilan keputusan petani terhadap pembelian benih bersertifikat dan penggunaan benih tidak sertifikat padi Pandan Wangi menunjukan bahwa yang menjadi motivasi para petani untuk menanam benih padi Pandan Wangi karena harga jual yang tinggi, dan para petani menganggap bahwa penggunaan benih bersertifikat penting untuk digunakan, sedangkan para petani yang tidak menggunakan benih benih sertifikat menganggap bahwa penggunaan benih bersertifikat biasa saja. Para petani mengetahui informasi benih padi Pandan Wangi dan sumber yang dipercaya untuk penggunaan benih berasal dari kelompok tani, diri sendiri dan lainnya yaitu keluarga.
Atribut yang dijadikan
pertimbangan untuk pembelian dan penggunaan benih tidak Sertifikat tidak berbeda jauh yaitu atribut harga jual gabah/malai. Apabila harga benih berserifikat mengalami kenaikan maka para petani akan tetap membeli benih tersebut. Secara keseluruhan para petani puas terhadap hasil dari benih padi pandan wangi ini 2. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan konsumen (CSI) petani yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat secara keseluruhan petani menyatakan sangat puas
karena telah memenuhi
harapan para petani. Berdasarkan hasil Importance Performance Analisis menujukan bahwa pada atribut yang memuaskan para petani adalah pada kuadran II karena antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja sangat tinggi sehingga atribut tersebut harus dipertahankan, sedangkan atribut
112
yang perlu di perbaiki karena memiliki kinerja rendah antara lain umur tanaman dan harga jual malai/gabah, dan hasil produksi. Atribut yang ada pada kuadran I ini harus menjadi prioritas utama dalam memperbaiki kinerjanya sehingga kepuasan petani pada atribut ini akan terpenuhi. Berdasarkan hasil IPA dan Analisis Diagonal pada petani yang menggunakan benih bersertifikat terdapat 16 atribut yang under service, sedangkan pada petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat hampir secara keseluruhan mengalami under service Pelayanan tersebut memiliki nilai positif yang akan memberikan pengaruh dalam membangun kepuasan. 3. Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan bahwa alternatif stategi yang harus dilakukan untuk memperoleh kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi, maka penangkar benih harus memperbaiki atribut-atribut yang kurang memuaskan bagi para petani padi Pandan Wangi sehingga harapan para petani secara keseluruhan dapat tercapai.
8.2 Saran 1. Pihak pemerintah atau instansi harus lebih membantu dalam proses perbaikan pada beberapa atribut padi Pandan Wangi sehingga akan menghasilkan benih yang lebih terjamin mutunya serta dapat memberikan kepuasan pada petani yang menggunakan benih padi Pandan Wangi ini 2. Pihak
penangkar
harus
lebih
banyak
menginformasikan
dan
mempromosikan lebih jelas lagi mengenai benih padi Pandan Wangi bersertifikat ini, sehingga banyak para petani yang akan menggunakan benih bersertifikat .
113
3. Perlunya dilakukan penelitian mengenai bagaimana cara menanggulangi umur tanaman padi Pandan Wangi ini.
114
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, M. F.2007. Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Sayuran Organik Dan Penerapan Personal Selling Benny’s Organic Garden. Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Alvian, A. 2007. Analisis Efektivitas Strategi Promosi Benih Padi Dan Palawija Pada PT Sang Hyang Seri Persero (Studi Kasus Petani Desa Dukuh Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang). Skripsi Sosial ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Anwar, B. 2007. Analisis Preferensi Konsumsi Terhadap Ikan Hias Tawar (studi kasus di Bogor). Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Apriyadi, A. 2007. Analisis Ekuitas Merek Produk Beras Pandan Wangi (kasus dikota Cianjur). Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur. 2007. Lapaoran Tahunan Kabupaten DT II Cianjur. Cianjur Engel.J.F, R.D. Blackwel, dan P.W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I. Bina Aksara. Jakarta .
1995. Perilaku Konsumen Jilid II. Bina Aksara. Jakarta
Fagi, M. A dan Irsal, L. 1988. Lingkungan Tumbuh Padi (Buku 1). Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor. Fitriadi, F.2005. Analisis Pendapatan Dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan (kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya). Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid I dan II Terjemahan Prenhalindo. Jakarta .
2005. Manajemen Pemasaran Jilid I dan II Terjemahan Prenhalindo. Jakarta
Manullang, S. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen SPBU Shell Di DKI Jakarta. Program Studi Manajemen Dan Bisnis Sekolah Pascasarjana Institut Pertaniaan Bogor. Bogor
115
Mardalis, 2004. Metode Penelitian Suatu pendekatan Proposal. Bumi Aksara. Jakarta Rachmawati, S. 2003. Analisis Usaha Tani Dan Pemasaran Beras Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rahman, A. 2008. Analisis Kepuasan Produk Susu Ultra Milk. Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rangkuti, 2006. Measuring Costumers Satisfaction. Gramedia Pustaka. Jakarta Roslinawati, E. 2007. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Salvatore, D. 2001. Managerial Economic Dalam Perekonomian Global. Edisi Ke Empat Jilid I. Erlangga. Jakarta. .
2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia. Pustaka. Jakarta.
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka. Jakarta. Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapanya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta .
2004. Perilaku Konsumen dan Penerapanya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta
Sumiati, I. 2003. Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Petani SLPHT Di Desa Cisalak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Supranto, J. 2000. Statistik Teori Dan Aplikasi. Edisi Ke Enam Jilid I. Erlangga. Jakarta 2003. Metode Riset Aplikasi Dalam Pemasaran. Edisi Ke Tujuh. Rineka Cipta. Jakarta Syam, M dan Hermanto. 1995. Teknologi Produksi Padi. Pusat penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran Edisi II. ANDI. Jogjakarta
116
Wirawan, Baran dan Wahyuni, S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta. Yunita, V. 2007. Analisis Kepuasan Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Produksi PT. Pertani (Persero) Jakarta Di Kecamatan Tanjung Medar Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
117
118
Lampiran 1. Kuisoner Penelitian PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR No Kuisioner :
Responden yang terhormat, Saya, Amatu As Saheda adalah mahasiswa Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang melekukan penelitian tentang“ Preferensi dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur”. Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang akan saya kerjakan. Demi tercapainya hasil yang di inginkan, mohon kesediaan anda untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi kuisoner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuisoner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuanya saya ucapankan terimakasih Kuisioner ini diperuntukan untuk Responden yang Berpangalaman Menanam Padi Pandan Wangi dan Membeli Benih Padi Pandan Wangi
Identitas Responden Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih 1.
Nama
:……………………………………………………….
2.
Umur
:………..Tahun
3.
Alamat
:………………………………………………………. ………………………………………………………..
4.
Status Pernikahan
: ( ) sudah menikah
( ) belum menikah
5.
Pendidikan terakhir
: ( ) tidak bersekolah
( ) SD
( ) SMU 6.
( ) Diploma
: ( ) < 500.000
(
) > 2.000.000
Sudah berapa lama menanam padi Pandan Wangi
:……….Tahun
Status Lahan
:( (
9.
) Sarjana
( ) 500.000-999.999
( ) 1.000.000 -1.999.999
8.
(
Rata-rata Pendapatan Perbulan
7.
( ) SLTP
) Penggarap ( ) pemilik Penggarap ) Pemilik
Luas Lahan Yang Digarap :………Hektar
10. Benih sertifikasi atau tidak sertifikat
:……………………………………………………….
11. Hasil Produksi
:……………………………………………………….
12. Selain benih padi Pandan Wangi jenis apa saja yang pernah ditanam
:……………………………………………………….
119
Pengenalan Kebutuhan 13. Apa yang menjadi alasan (motivasi) anda tertarik untuk menanam benih padi Pandan Wangi? a.
Hasil Produksi tinggi
b.
Harga jual yang tinggi
c.
Tanaman tahan terhadap hama dan penyakit
d.
Permintaan yang tinggi
e.
Kemampuan tumbuh benih dilapang
f.
Mudah di dapat
g.
Sudah biasa penanam
h.
Ingin mencoba
i.
Kualitas beras yang diharapkan
j.
Lainya……………………………………………………………………………
14. Seberapa pentingkah anda menggunakan Benih padi Pandan Wangi bersertifikat? a.
Sangat Penting
b.
Penting
c.
Biasa
d.
Tidak penting
e.
Sangat tidak penting
Pencarian Informasi 14 . Darimana anda mengetahui informasi tentang benih padi Pandan Wangi? a.
Diri Sendiri
b. Kelompok tani c.
Penangkar benih
d.
Penyuluh pertanian lapang
e.
Kios Saprotan
f.
Lain………………………………………………………………………
15. Sumber informasi manakah yang paling anda percaya dalam menentukan keputusan pembelian? a.
Diri Sendiri
b.
Kelompok tani
c.
Penangkar benih
d.
Penyuluh pertanian lapang
e.
Kios Saprotan
f.
Lainnya…………………………………………………………………
120
Evaluasi Alternatif 16. Atribut apa saja yang paling yang menjadi pertimbangan untuk membeli benih padi Pandan Wangi?(pilih salah satu yang paling utama) a.
Hasil produksi
b.
Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit
c.
Tahan rontok
d.
Tahan rebah
e.
Kualitas beras
f.
Umur tanaman
g.
Daya tumbuh
h.
Bentuk tanaman
i.
Volume benih dalam kemasan
j.
Harga beli benih
k.
Harga jual gabah
l.
Ketersediaan benih
m. Sertifikasi benih n.
Promosi
Keputusan Pembelian 17. Apakah anda dalam membeli benih padi Pandan Wangi : a. Terencana (sudah direncanakan untuk membeli) b. Mendadak c. Tergantung situasi 18. Dimana anda membeli benih padi Pandan Wangi? a. Penangkar benih b. Kios benih c. Lainnya,………………………………………………………………… 19. Jenis/varietas benih apa yang sering anda Beli? a. Pandan Wangi d. Btn
b. Ciherang
c. IR 64
d. Lainnya………………………………………
20. Berapa harga benih yang anda beli sekarang? Rp………………../Kg 21. Berapa kebutuhan pembelian benih padi Pandan Wangi perhektar? a. < 20 Kg
b. 20-25 Kg
c. > 25 kg
Pasca Pembelian 22. Apabila harga benih padi Pandan Wangi mengalami kenaikan maka apa yang akan anda lakukan? a. Tetap membeli
121
b. Tidak jadi membeli c.
Lainnya……………………………………………………………….
Siapa yang paling berpengaruh dalam memutuskan pembelian benih padi Pandan Wangi? a. Keinginan sendiri b. Kelompok tani c. Lainnya,………………………………………………………………… 23. Apabila dilapang benih tidak tersedia apa yang akan anda lakukan? a.
Menggunakan benih sendiri
b.
Mencari benih padi Pandan Wangi ditempat lain
c.
Lainnya,…………………………………………………………………
24. Bagaimana perasaan anda jika tidak membeli benih padi Pandan Wangi? a. Merasa ada yang kurang Kenapa?jelaskan............................................................................................ b. Biasa saja Kenapa?jelaskan,………………………………………………………… 25. Apakah anda merasa puas terhadap hasil dari benih padi Pandan Wangi? a.
Ya Alasannya…………………………………………………………………
b.
Tidak Alasannya,…………………………………………………………...........
122
KUISONER UNTUK KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT BENIH PADI PANDAN WANGI
Tingkat kepentingan Berilah tanda (x) pada Tabel sesuai pilihan saudara yang menunjukan tingkat kepentingan dari setiap atribut yang saudara harapkan dari benih padi Pandan Wangi. 1 = Tidak penting 2 = Kurang penting 3 = Cukup penting 4 = Penting 5 = Sangat penting Penilaian Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Benih No
Atribut
Tingkat Kepentingan 1
1
Hasil Produksi
2
Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit
3
Tahan Rontok
4
Daya Tumbuh
5
Tahan rebah
6
Kualitas beras a. Warna Beras b. Aroma Nasi (Wangi) c. Tekstur Nasi (pulen)
7
Umur Tanaman
8
Bentuk Tanaman
9
Volume benih dalam kemasan
11
Kemasan yang menarik
12
Harga beli benih
13
Harga jual Gabah
14
Ketersediaan benih
15
Sertifikasi Benih
16
Promosi
2
3
4
5
123
2. Penilaian Terhadap Kinerja Atribut Benih Berilah tanda silang (x) pada Tabel sesuai pilihan persetujuan saudara terhadap kinerja setiap atribut benih. 1. Hasil Produksi Yang Tinggi Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Kurang Tinggi
Tidak Tinggi
Kurang tahan
Tidak tahan
2. Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit Sangat tahan
tahan
Cukup tahan
3. Tahan Rontok Sangat Tahan
Tahan
Cukup Tahan
Kurang Tahan
Tidak Tahan
Tumbuh
Cukup tumbuh
Kurang tumbuh
Tidak Tumbuh
Tahan
Cukup Tahan
Kurang Tahan
Tidak Tahan
Bagus
Cukup Bagus
Kurang Bagus
Tidak Bagus
Putih
Cukup Putih
Kurang Putih
Tidak Putih
Pulen
Cukup Pulen
Kurang Pulen
Tidak Pulen
Wangi
Cukup Wangi
Kurang Wangi
Tidak Wangi
4. Daya Tumbuh Sangat Tumbuh
5. Tahan Rebah Sangat Tahan
6 Kualitas Beras Sangat Bagus
. 7. Warna Beras Sangat Putih
8. Tekstur Nasi (Pulen) Sangat Pulen
9.Aroma Nasi (wangi) Sangat Wangi
124
10. Umur Tanaman Sangat Lama
Lama
Cukup Lama
Kurang Lama
Tidak lama
Rimbun
Cukup Rimbun
Kurang Rimbun
Tidak Rimbun
Kurang Banyak
Tidak Banyak
Cukup Menarik
Kurang Menarik
Tidak Menarik
Mahal
Cukup Mahal
Kurang Mahal
Tidak Mahal
Tinggi
Cukup Tinggi
Kurang Tinggi
Tidak Tinggi
Mudah
Cukup Mudah
Kurang Mudah
Tidak Mudah
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
11. Bentuk Tanaman Sangat Rimbun
12. Volume Benih dalam kemasan (5 kg dalam 1 pak) Sangat Banyak
Banyak
Cukup Banyak
13. Kemasan Yang Menarik Sangat Menarik
Menarik
14. Harga Beli Benih Sangat Mahal
15. Harga Jual Gabah Sangat Tinggi
16. Ketersediaan Benih Sangat Mudah
17. Sertifikasi Benih Sangat Baik
18. Promosi Sangat baik
125
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR No Kuisioner :
Responden yang terhormat, Saya, Amatu As Saheda adalah mahasiswa Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang melekukan penelitian tentang“ Preferensi dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur”. Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang akan saya kerjakan. Demi tercapainya hasil yang di inginkan, mohon kesediaan anda untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi kuisoner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuisoner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuanya saya ucapankan terimakasih Kuisioner ini diperuntukan untuk Responden yang Berpangalaman Menanam Padi Pandan Wangi dan Menggunakan Benih Padi Pandan Wangi sendiri Identitas Responden Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih 1. Nama :…………................................................................... 2. Umur :………..Tahun 3. Alamat :……………………………………………............... 4. Status Pernikahan : ( ) sudah menikah ( ) belum menikah 5. Pendidikan terakhir : ( ) tidak bersekolah ( ) SD ( ) SLTP ( ) SMU ( ) Diploma ( ) Sarjana 6. Rata-rata Pendapatan Perbulan : ( ) < 500.000 ( ) 500.000-999.999 ( ) 1.000.000 -1.999.999 ( ) > 2.000.000 7. Sudah berapa lama menanam padi Pandan Wangi :……….Tahun 8. Status Lahan : ( ) Penggarap ( ) pemilik Penggarap ( ) Pemilik 9. Luas Lahan Yang Digarap :………Hektar 10. Hasil produksi :…….. 11. Benih sertifikasi atau Tidak :……………………………………………………... 12. Selain benih padi Pandan Wangi jenis apa saja yang pernah ditanam :……………………………………………………...
126
Pengenalan Kebutuhan 13. Apa yang menjadi alasan (motivasi) anda tertarik untuk menanam benih padi Pandan Wangi? a. Hasil Produksi tinggi b. Harga jual yang tinggi c. Tanaman tahan terhadap hama dan penyakit d. Permintaan yang tinggi e. Kemampuan tumbuh benih dilapang f. Mudah di dapat g. Sudah biasa penanam h. Ingin mencoba i. Kualitas beras yang diharapkan j. Lainya…………………………………………………………………… 14. Seberapa pentingkah anda menggunakan Benih padi Pandan Wangi bersertifikat? a. Sangat Penting b. Penting c. Biasa d. Tidak penting e. Sangat tidak penting Pencarian Informasi 14 . Darimana anda mengetahui informasi tentang benih padi Pandan Wangi? a. Diri Sendiri b. Kelompok tani g. Penangkar benih h. Penyuluh pertanian lapang i. Kios Saprotan j. Lain………………………………………………………………… 16. Sumber informasi manakah yang paling anda percaya dalam menentukan keputusan penggunaan benih sendiri? a. Diri Sendiri b. Kelompok tani c. Penangkar benih d. Penyuluh pertanian lapang e. Kios Saprotan f. Lainnya…………………………………………………………… Evaluasi Alternatif 16. Atribut apa saja yang paling yang menjadi pertimbangan untuk menggunakani benih padi Pandan Wangi?(pilih salah satu yang paling utama) a. Hasil produksi b. Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit c. Tahan rontok d. Tahan rebah e. Kualitas beras f. Umur tanaman g. Daya tumbuh h. Bentuk tanaman i. Volume benih dalam kemasan j. Harga beli benih k. Harga jual gabah l. Ketersediaan benih m. Sertifikasi benih n. Promosi
127
Keputusan mengkonsumsi 17. Apakah anda dalam menggunakan benih padi Pandan Wangi sendiri : a. Terencana (sudah direncanakan untuk menggunakan) b. Mendadak c. Tergantung situasi 18.Kenapa anda menggunakan benih padi pandanwangi sendiri? d. Sudah terbiasa e. Harga Benih mahal f. Lainnya,……………………………………………………………… 19. Jenis/varietas benih apa yang sering anda Beli selain padi pandan wangi? a. Ciherang b. IR 64 d. Btn d.Lainnya……………………………………… 26. Berapa harga benih yang anda beli sekarang? Rp………………../Kg 27. Berapa kebutuhan benih padi Pandan Wangi perhektar? a. < 20 Kg b. 20-25 Kg c. > 25 kg Pasca Penggunaan 28. Apabila harga benih padi Pandan Wangi mengalami penurunan maka apa yang akan anda lakukan? a. Membeli d. Tidak jadi membeli e. Lainnya………………………………………………………………. 29. Siapa yang paling berpengaruh dalam menggunakan benih padi Pandan Wangi? a. Keinginan sendiri b. keluarga c. Lainnya,………………………………………………………………………….. 30. Apabila persediaan benih habis apa yang akan anda lakukan? a. Mencari benih padi Pandan Wangi ditempat lain b. Lainnya,…………………………………………………………… 31. Bagaimana perasaan anda jika tidak menggunakan benih padi Pandan Wangi sendiri? a. Merasa ada yang kurang Kenapa?jelaskan.......................................................................................... b. Biasa saja Kenapa?jelaskan,…………………………………………………… 32. Apakah anda merasa puas terhadap hasil dari benih padi Pandan Wangi? c. Ya Alasannya…………………………………………………………… d. Tidak Alasannya,………………………………………………………….
128
KUISONER UNTUK KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT BENIH PADI PANDAN WANGI
Tingkat kepentingan Berilah tanda (x) pada Tabel sesuai pilihan saudara yang menunjukan tingkat kepentingan dari setiap atribut yang saudara harapkan dari benih padi Pandan Wangi. 1 = Tidak penting 2 = Kurang penting 3 = Cukup penting 4 = Penting 5 = Sangat penting Penilaian Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Benih Tingkat Kepentingan No Atribut 1 2 3 4 5 1 Hasil Produksi 2 Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit 3 Tahan Rontok 4 Daya Tumbuh 5 Tahan rebah 6 Kualitas beras a. Warna Beras b. Aroma Nasi (Wangi) c. Tekstur Nasi (pulen) 7 Umur Tanaman 8 Bentuk Tanaman 9 Harga jual Gabah 11 Ketersediaan benih 12 Promosi
129
2. Penilaian Terhadap Kinerja Atribut Benih Berilah tanda silang (x) pada Tabel sesuai pilihan persetujuan saudara terhadap kinerja setiap atribut benih. 1. Hasil Produksi Yang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Kurang Tidak Tinggi Tinggi
2. Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit Sangat tahan tahan Cukup tahan
Kurang tahan
Tidak tahan
3. Tahan Rontok Sangat Tahan
Tahan
Cukup Tahan
Kurang Tahan
Tidak Tahan
4. Daya Tumbuh Sangat Tumbuh
Tumbuh
Cukup tumbuh
Kurang tumbuh
Tidak Tumbuh
5. Tahan Rebah Sangat Tahan
Tahan
Cukup Tahan
Kurang Tahan
Tidak Tahan
6 Kualitas Beras Sangat Bagus
Bagus
Cukup Bagus
Kurang Bagus
Tidak Bagus
Putih
Cukup Putih
Kurang Putih
Tidak Putih
8. Tekstur Nasi (Pulen) Sangat Pulen Pulen
Cukup Pulen
Kurang Pulen
Tidak Pulen
. 7. Warna Beras Sangat Putih
130
9.Aroma Nasi (wangi) Sangat Wangi Wangi
Cukup Wangi
Kurang Wangi
Tidak Wangi
10. Umur Tanaman Sangat Lama
Cukup Lama
Kurang Lama
Tidak lama
Cukup Rimbun
Kurang Rimbun
Tidak Rimbun
12. Harga Jual Gabah Sangat Tinggi Tinggi
Cukup Tinggi
Kurang Tinggi
Tidak Tinggi
13. Ketersediaan Benih Sangat Mudah Mudah
Cukup Mudah
Kurang Mudah
Tidak Mudah
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Lama
11. Bentuk Tanaman Sangat Rimbun Rimbun
14. Promosi Sangat baik
Baik
131
Lampiran 2. Luas Panen, Hasil Perhektar dan Produksi Padi menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 Provinsi Luas panen Hasil perhektar Produksi Area (Ha) (Qu/Ha) (ton) 1.350.748 1. Nanggroe Aceh D. 320.789 42,11 3.007.636 42,66 2. Sumatera Utara 705.023 45,22 1.889.489 3. Sumatera Barat 417.846 429.380 31,53 4. Riau 136.177 544.597 140.613 38,73 5. Jambi 2.456.251 37,97 646.927 6. Sumatera Selatan 378.377 100.991 37,47 7. Bengkulu 2.129.914 43,11 494.102 8. Lampung 28,75 16.506 5.741 9. Bangka Belitung 332 28,62 116 10. Riau Kepulauan 1.323 46,84 6.197 11. D.K.I. Jakarta 52,38 1.798.260 12. Jawa Barat 9.418.572 52,50 1.672.315 13. Jawa Tengah 8.729.291 53,50 132.374 14. D.I. Yogyakarta 708.163 53,58 1.750.903 15. Jawa Timur 9.346.947 50,27 348.414 16. Banten 1.751.468 55,85 150.557 17. Bali 840.891 45,48 341.418 18. NTB 1.552.627 29,55 173.208 19. NTT 511.911 29,30 378.042 20. Kalimantan Barat 1.107.661 24,26 202.664 21. Kalimantan Tengah 491.712 35,38 462.672 22. Kalimantan Selatan 1.636.840 35,95 150.549 23. Kalimantan Timur 541.171 48,03 94.717 24. Sulawesi Utara 454.902 41,31 179.078 25. Sulawesi Tengah 739.777 46,75 719.846 26. Sulawesi Selatan 3.365.509 37,24 93.826 27. Sulawesi Tenggara 349.429 43,82 43.953 28. Gorontalo 192.583 46,79 64.462 29. Sulawesi Barat 301.616 35,94 13.866 30. Maluku 49.833 34,12 17.355 31. Maluku Utara 53.215 32,21 32. Papua Barat 8.405 27.073 34,33 19.898 33. Papua 68.319 Indonesia 11.786.430 46,20 54.454.937 Sumber : Badan Pusat Statistik 2007
www. bps.go.id. 2007
132
Lampiran 3. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Berdasarkan Jenis lahannya di Jawa Barat pada Tahun 2002-2006 Sawah + ladang Sawah Ladang
Tahu
Luas Lahan
Produktivitas
Produksi
Luas Lahan
Produktivitas
Produksi
Luas Lahan
Produktivitas
Produksi
n
(Ha)
(Kw)
(Ton)
(Ha)
(Kw)
(Ton)
(Ha)
(Kw)
(Ton)
2002
1.792.320
51,15
9.166.872
1.672.478
53.04
8.871.381
119.842
24.66
295.491
2003
1.631.669
52,72
8.602.447
1.501.397
54.99
8.256.888
130.272
26.53
345.559
2004
1.880.142
51,07
9.602.302
1.759.938
52.84
9.299.506
120.204
25.19
302.796
2005
1.894.796
51,65
9.787.217
1.778.583
53.30
9.480.493
116.213
26.39
306.724
2006
1.798.260
52.38
9.418.572
1.687.839
53.94
9.103.490
110.424
28.58
315.082
Sumber : BPS , 2007
1)
Lampiran 4. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 163/Kpts/LB.240/3/2004
Asal
: Populasi varietas local Pandan Wangi Cianjur
Nomor aksesi koleksi
: Balitpa 1644
Metode seleksi
: Galur murni
Golongan
: Berbulu
Umur tanaman
: 155 Hari
Bentuk tanaman
: Kompak
Tinggi tanaman
: 168 cm
Anakan produktif
: 15 – 18 batang
Warna kaki
: Hijau
Warna batang
: Hijau
Warna telinga daun
: Tidak berwarna
Warna lidah daun
: Tidak berwarna
Warna helai daun
: Hijau
Muka daun
: Kasar
Posisi daun
: Tegap
Daun bendera
: Tegap
Bentuk gabah
: Bulat
Warna gabah
: Kuning emas
Kerontokan
: Tahan
Kerebahan
: Kurang tahan
Tekstur nasi
: Pulen
Bobot 1000 butir
: 29.7 gram
Kadar amilosa
: 24.96 persen
Potensi hasil
: 7.4 ton GKG/Ha
Rata-rata hasil
: 5.7 ton GKG/Ha
Ketahanan terhadap hama dan penyakit
: Rentan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain 4, rentan terhadap penyakit tungro
Keterangan
: Baik ditanam di Kabupaten Cianjur
2
Lampiran 5. Perhitungan Importance Bersertifikat Atribut Produk Hasil Produksi Ketahanan HPT Tana Rontok Daya Tumbuh Tahan Rebah Kualitas Beras Warna Beras Tekstur Nasi Aroma nasi Umur Tanaman Bentuk Tanaman Volume benih dalam Kemasan Kemasan Yang Menarik Harga Beli Benih Harga jual Gabah Ketersediaan Benih Sertifikasi Benih Promosi Total Skor Rata-Rata dari Tingkat Rata-rata Kepentingan dan Kinerja ( Y dan X )
Performance
Analysis
(IPA)
Tingkat Kepentingan ( Y ) 4.37 4.00 3.80 4.13 4.10 4.20 4.13 4.17 4.13 4.03 3.60 3.90 3.87 3.83 4.27 3.87 4.07 3.97 72.43
Tingkat Kinerja ( X ) 3.80 3.67 3.93 4.03 3.80 4.00 3.97 4.00 4.00 3.00 3.73 3.23 3.53 3.57 3.67 3.77 3.93 3.83 67.47
4.02
3.75
Benih
3
Lampiran 6.
Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) yang Tidak Menggunakan Benih Bersertifikat Atribut Produk Tingkat Kepentingan ( Y ) Tingkat Kinerja ( X )
Hasil Produksi Ketahanan HPT Tahan Rontok Daya Tumbuh Tahan Rebah Kualitas Beras Warna Beras Tekstur Nasi (Pulen) Aroma Nasi (Wangi) Umur Tanaman Anakan Produktif Harga Jual Gabah Ketersediaan Benih Promosi Total Skor Rata-Rata dari Tingkat Rata-Rata Kepentingan dan
4.17 3.90 3.93 3.97 4.10 4.07 4.10 4.10 4.10 4.00 3.83 4.10 4.07 3.57 56.0
3.50 3.67 3.90 3.93 3.93 4.03 4.03 4.03 4.03 3.03 3.63 3.90 4.00 3.43 53.07
Kinerja ( Y dan X )
4.00
3.79
4
Lampiran 7. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Padi Pandan Wangi Bersertifikat Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total RataRata
Luas Lahan (per Ha) 800 2000 3500 5000 5000 10000 5000 5000 5000 3500 2500 4000 3000 5000 2000 2000 3000 2000 1700 12000 5000 2000 2000 10000 12500 2000 2000 3000 5000 1000
Produksi (Ton) 850 1500 2500 3000 3000 8000 3000 3500 3500 2500 1500 3000 2000 5000 1200 1200 2700 1500 1200 7000 3500 1500 1500 7000 7000 1500 1500 2300 3500 900
Produktivitas (Ton/Ha) 10625.00 7500.00 7142.86 6000.00 6000.00 8000.00 6000.00 7000.00 7000.00 7142.86 6000.00 7500.00 6666.67 10000.00 6000.00 6000.00 9000.00 7500.00 7058.82 5833.33 7000.00 7500.00 7500.00 7000.00 5600.00 7500.00 7500.00 7666.67 7000.00 9000.00
4216.67
2829.33
6710.93
5
Lampiran 8. Luas Lahan, Produksi, dan Produktifitas Padi Pandan Wangi Tidak Bersertifikat Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-Rata
Luas Lahan per ha 4000 10000 3000 20000 13000 30000 2000 5000 6000 5000 5000 5000 4000 20000 3000 20000 4000 2000 5000 1000 2500 5000 5000 4000 2000 2000 2500 3000 5000 3000 6700
Produksi (Ha) 2500 6000 2300 13000 6000 18000 1900 3500 4000 2000 3500 3500 3000 14000 2000 12000 2500 1400 2000 800 1500 3000 3000 2500 1500 1500 2500 2000 3500 2000 4230
Produktivitas (Ton) 6250.00 6000.00 7666.67 6500.00 4615.38 6000.00 9500.00 7000.00 6666.67 4000.00 7000.00 7000.00 7500.00 7000.00 6666.67 6000.00 6250.00 7000.00 4000.00 8000.00 6000.00 6000.00 6000.00 6250.00 7500.00 7500.00 10000.00 6666.67 7000.00 6666.67 6313.43