UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : TARMIN X7108771
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
1
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
digilib.uns.ac.id
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Tarmin
NIM
: X7108771
Jurusan/Program Studi
: S1-PGSD
Menyatakan bahwa skripsi
yang berjudul: ”UPAYA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 21 Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan
Tarmin
ii
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
PENGAJUAN
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : TARMIN X7108771
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
iii
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
PERSETUJUAN
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd NIP. 19610091980121001
Drs. Tri Budiarto, M.Pd NIP. 195912211988031001
iv
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
PENGESAHAN
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari Tanggal
: Kamis : 26 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Kartono, M.Pd
__________________
Sekretaris
: Drs. A. Dakir, M.Pd
__________________
Anggota I
: Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
__________________
Anggota II
: Drs. Tri Budiarto, M.Pd
__________________
Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I
v
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK
digilib.uns.ac.id
Tarmin. UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam melalui metode simulasi pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 17 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi, tes dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil evaluasi pada Siklus I siswa tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%). Adapun nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 67,82 dengan ketuntasan secara klasikal sebesar 64,71%. Hasil evaluasi siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 siswa (88,23%), dan yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 2 siswa (11,76%) dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 75,41. Dengan demikian pelaksanaan siklus II ini telah memenuhi target sesuai dengan indikator penelitian yaitu ketuntasan secara klasikal minimal 80% sudah terpenuhi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Kata Kunci: Pemahaman cara menghadapi bencana alam, metode simulasi.
vi
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT
digilib.uns.ac.id
Tarmin. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE UNDERSTANDING OF NATURAL DISASTER COPING METHOD IDENTIFICATION THROUGH SIMULATION METHOD IN THE VI GRADERS OF SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 OF JEBRES SUBDISTRICT OF SURAKARTA CITY IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2012. The objective of research is to improve the understanding of natural disaster coping method identification through simulation method in the VI graders of SD Negeri TegalKuniran No. 185 of Jebres Subdistrict of Surakarta City in the school year of 2011/2012. This research was a classroom action research (CAR). The research was conducted in two cycles, each of which consisted of planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the VI graders of SD Negeri TegalKuniran No. 185 of Jebres Subdistrict of Surakarta City in the school year of 2011/2012, consisting of 17 students. The data source derived from teacher and students. Techniques of collecting data used were observation, test, and documentation. The data analysis was done using descriptive comparative and critical analyses. The procedure of research was an interlinked spiral model. Based on the result of research, the writer could conclude that the use of simulative learning method could improve the student’s understanding on Social Science subject in identifying the way of coping with natural disaster material in the VI graders of SD Negeri TegalKuniran No. 185 of Jebres Subdistrict of Surakarta City in the school year of 2011/2012. It could be seen from the result of evaluation indicating 11 students (64.71%) passing and 6 students (35.29%) not passing in cycle I. The mean class value in cycle I was 67.82 with classical passing of 64.71%. The result of evaluation in cycle II showed 15 students (88.23%) passing, and 2 students (11.76%) not passing with the mean class value of 75.41 in cycle II. Thus, the implementation of cycle II had met the target corresponding to the indicator of research that the minimum classical passing of 80% had been met.
vii
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO
digilib.uns.ac.id
Ilmu itu ibarat cahaya, ia dapat menerangi gelas yang bening dan bersih, Ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya (AA’GYM)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)
viii
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini ku persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibuku yang terhormat 2. Istri dan anakku tercinta 3. Teman-temanku 4. Almamaterku yang kubanggakan
ix
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
digilib.uns.ac.id
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul: “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan maupun bantuannya kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing dan memberi saran kepada penulis hingga terwujudnya skripsi ini 4. Pembimbing II, yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing dan memberi saran kepada penulis hingga terwujudnya skripsi ini. 5. Kepala Sekolah SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 6. Semua pihak yang telah berjasa baik moril maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun telah semaksimal mungkin dalam mencurahkan tenaga waktu maupun pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini, namun disadari bahwa skripsi ini
x
commit to user
11
masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik membangun dari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembaca. Besarnya harapan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Surakarta, Juli 2012 Penulis
xi
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
digilib.uns.ac.id Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT ..............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................
7
A. Landasan Teori..............................................................................
7
1. Tinjauan Tentang Cara Menghadapi Bencana Alam ..............
7
2. Metode Pembelajaran Simulasi ...............................................
26
B. Penelitian yang Relevan ...............................................................
46
C. Kerangka Berpikir ........................................................................
47
D. Hipotesis Tindakan .......................................................................
49
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................
50
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
50
xii
commit to user
13
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................... 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Sumber Data ................................................................................ 52 D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
52
E. Validitas Data ..............................................................................
53
F. Teknik Analisis Data ...................................................................
54
G. Indikator Kinerja ..........................................................................
54
H. Prosedur Penelitian ......................................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................
59
A. Deskripsi Pratindakan .................................................................
59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................
63
1. Siklus I .................................................................................
63
2. Siklus II ................................................................................
70
C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................
79
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................
84
A. Kesimpulan ................................................................................
84
B. Implikasi .....................................................................................
84
C. Saran ...........................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
87
LAMPIRAN ...................................................................................................
89
xiii
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
digilib.uns.ac.id
Gambar
Halaman
1.
Skema Kerangka Berpikir ...................................................................
48
2.
Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK .............................................
57
3.
Diagram Hasil Evaluasi Pratindakan ..................................................
60
4.
Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Prasiklus .............................
62
Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Siklus I ...............................
68
6.
Diagram Hasil Evaluasi Siklus I .........................................................
70
7.
Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Siklus II ..............................
75
8.
Diagram Hasil Evaluasi Siklus II ........................................................
77
9.
Grafik Peningkatan Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ...............................................................................................
79
5.
xiv
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
digilib.uns.ac.id
Tabel
Halaman
1.
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .....................................
51
2.
Hasil Evaluasi Pratindakan .................................................................
60
3.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus .........................................
61
4.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................
67
5.
Hasil Evaluasi Siklus I ........................................................................
69
6.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ..........................................
74
7.
Hasil Evaluasi Siklus II .......................................................................
77
8.
Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II .....
78
xv
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
digilib.uns.ac.id
Halaman Lampiran 1 : Hasil Evaluasi Pratindakan ......................................................
89
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .........................
90
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................
94
Lampiran 4 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ..............................
99
Lampiran 5 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ............................
101
Lampiran 6 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus .............................
103
Lampiran 7 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ................................
104
Lampiran 8 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ..............................
105
Lampiran 9 : Daftar Presensi Siswa Siklus I ................................................
106
Lampiran 10 : Daftar Presensi Siswa Siklus II ...............................................
107
Lampiran 11 : Materi Siklus I .........................................................................
108
Lampiran 12 : Materi Siklus II .......................................................................
109
Lampiran 13 : Lembar Evaluasi Siklus I ........................................................
111
Lampiran 14 : Lembar Evaluasi Siklus II .......................................................
112
Lampiran 15 : Hasil Evaluasi Siklus I .............................................................
113
Lampiran 16 : Hasil Evaluasi Siklus II ...........................................................
114
Lampiran 17 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran .......................................
115
Lampiran 18 : Surat Ijin Penelitian .................................................................
119
Lampiran 19 : Surat Keterangan Penelitian ....................................................
120
xvi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari undang-undang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, ini artinya proses pendidikan di sekolah tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan dan untung-untungan, tetapi merupakan suatu proses yang harus dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dengan demikian dapat diciptakan suatu proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal dalam pembelajaran IPS, salah satunya diakibatkan oleh ketidaktepatan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru. Pendekatan yang sangat popular di kalangan tenaga pendidik pada saat ini adalah pendekatan konvensional yang dijabarkan pada metode ceramah, padahal pada kenyataannya pendekatan yang sering digunakan ini tidak dapat menghasilkan kualitas lulusan yang baik, karena pendekatan ini hanya bertumpu pada guru sebagai sumber informasi, sedangkan siswa sebagai objek pendidikan justru kurang termotivasi untuk dapat belajar mandiri Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang dilakukan di kelas dengan menempatkan guru sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pada kenyataanya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit, yaitu
1
commit to user
2
diperlukan aspek pemahaman yang selanjutnya dapat diimplementasikan dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kehidupan sehari-hari, karena belajar tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila menginginkan hasil belajar yang baik. Salah satu pembelajaran yang menekankan berbagai tindakan adalah menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan suatu upaya dalam mengembangkan keaktifan belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru. Pendekatan dalam pembelajaran pada dasarnya adalah melakukan proses pembelajaran yang menekankan pentingnya belajar melalui pengalaman untuk memperoleh pemahaman. Pendekatan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya belajar yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pada kenyataanya gurulah yang paling mengetahui permasalahan yang ada sebab guru adalah orang yang bersinggungan langsung dan proses belajar mengajar dengan siswa, terutama berkaitan dengan keadaan dan kondisi siswa yang dapat mengakibatkan adanya keterkaitan dengan prestasi belajar siswa. Termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang mengenal cara menghadapi bencana alam Pada Siswa Kelas VI. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Fokus kajian IPS terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah dengan metode pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan metode simulasi dan pengoptimalan media pembelajaran. Metode simulasi adalah suatu peniruan
commit to user
3
sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak. Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti kepada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 khususnya pada pelajaran IPS, menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengenal cara menghadapi bencana alam masih rendah, terbukti dari 17 siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65 (Lampiran 1). Rendahnya pemahaman siswa mengenal cara menghadapi bencana alam dalam pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain kurang tepatnya guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi kepada siswa, selain itu siswa kadang jenuh dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang konvensional atau ceramah saja. Pelaksanaan metode pembelajaran yang tepat, maksudnya harus sesuai dengan topik pelajaran dan kompetensi dasar yang disajikan, jika tidak maka proses belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan baik, lancar dan tidak efisien. Hal ini disebabkan standar kompetensi dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) banyak materi yang kurang berkaitan, sehingga guru harus mengenal, memahami, memiliki dan menguasai metode-metode pembelajaran yang ada serta dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan topik-topik tertentu. Jika
dalam
proses
pembelajaran
mengunakan
pendekatan
yang
konvensional, maka dapat berdampak negatif bagi siswa diantaranya yaitu siswa menjadi kurang aktif, pemikiran siswa kurang kritis dan berkembang, juga pembelajarannya kurang bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar pun kurang meningkat. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajarannya kegiatan siswa hanya mendengar,
mencatat,
dan
menghafal
informasi
yang
disampaikan
guru.
Pembelajaran seperti ini dianggap kurang mengasah wawasan, pengetahuan, dan sikap siswa. Tidak menariknya proses pembelajaran membuat siswa tidak tertantang
commit to user
4
untuk belajar dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya. Hal tersebut dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Untuk memberikan suatu pengalaman belajar yang bermakna khususnya dalam pembelajaran IPS maka pada setiap pembelajaran guru harus mampu membuat suasana kelas aktif dan hidup serta selalu mengikutsertakan siswa dalam setiap pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan alternatif untuk memacu siswa agar menjadi aktif belajar di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Slavin, (2005: 32) menyatakan bahwa ”siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikannya masalah-masalah itu dengan temannya”. Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya (Depdiknas, 2005: 133). Tujuan dari pembelajaran simulasi yaitu untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pe-mahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi ke-lompok, (7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. Metode pembelajaran simulasi menjadi salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami dan mengetahui materi yang disampaikan guru, dengan metode simulasi ini diharapkan agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan suasana yang menyenangakan serta siswa lebih memahami materi dengan cara melakukan permainan simulasi, seperti siswa memperagakan hal-hal yang harus dilakukan ketika menghadapi bencana gempa bumi, serta terjadinya musibah banjir.
commit to user
5
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tindakan kelas dengan judul : “Upaya Meningkatkan Pemahaman Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Melalui Metode Simulasi Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ”Apakah penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam melalui metode simulasi pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas masalah pokok dalam penelitian tindakan kelas diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan kualitas dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode simulasi. b. Turut mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran simulasi di dalam kelas, agar lebih efektif dan efisien. 2. Manfaat praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran.
commit to user
6
b. Bagi Siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari cara menghadapi bencana alam melalui kegiatan simulasi. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah dalam menentukan kebijakan tentang metode pembelajaran di SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Tinjauan Tentang Cara Menghadapi Bencana Alam a. Pengertian Bencana Dalam arti sempit bencana adalah sebuah kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian serius, kerusakan, penderitaan, kesedihan bahkan kematian. Masyarakat
Penanggulangan
Bencana
Indonesia
(MPBI) dalam
kamusnya
mendefinisikan bencana sebagai berikut : “Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahanlahan yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumber daya masyarakat untuk menanggulanginya.” (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, 2006). Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 Tentang. Penanggulangan Bencana mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Pengertian bencana dalam Kepmen No. 17/Kep/Menko/Kesra/ X/1995 adalah sebagai berikut: “Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat”. Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001: 35) mengemukakan bahwa: bencana adalah “terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat”.
7
commit to user
8
Menurut M. Ridha (2008:6) pengertian bencana adalah peristiwa atau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id serangkaian peristiwa yangmenyebabkan gangguan serius pada masyarakat sehingga menyebabkankorban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik darisegi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi menggunakan sumberdaya yangmereka miliki. Berdasarkan definisi di atas menunjukkan bahwa bencana adalah sesuatu peristiwa yang merugikan baik diri maupun orang lain yang menyebabkan kerusakan, hilangnya harta benda bahkan hilangnya nyawa manusia serta dapat merubah pola kehidupan masyarakat yang mulanya normal menjadi rusak. Bencana pada dasarnya di bagi dua yaitu yang di akibatkan oleh ulah manusia seperti kebakaran, kecelakaan laulintas, pencemaran, ledakan Bom, kecelakaan industri. Maupun dari alam sendiri seperti Gempa Bumi, Tsunami, Longsor lahan, Angin Puting beliung, terjadinya secara mendadak maupun secara bertahap yang akan mengakibatkan penderitaan terhadap masyarakat (Sutikno 2001 : 270). Menurut Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Berpendapat bahwa karakteristik bencana mempunyai pengertian sebagai berikut : 1) Gangguan terhadap kehidupan normal, yang biasanya merupakan gangguan cukup besar, mendadak dan tidak terkirakan terjadinya, serta meliputi daerah dengan jangkauan luas. 2) Bersifat merugikan manusia, seperti kehilangan jiwa, luka di badan, kesengsaraan, gangguan kesehatan, serta kehilangan harta benda. 3) Mempengaruhi
struktur
sosial
masyarakat,
seperti
kerusakan
sistem
pemerintahan, gedung gedung, atau bangunan, sarana komunikasi, dan pelayanan masyarakat. Dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa secara tiba tiba yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban, kerusakan fasilitas serta akan merusak kehidupan normal masyarakat dalam skala wilayah tertentu. b. Pengertian Bencana Alam Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 Tentang. Penanggulangan Bencana pengertian bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami
commit to user
9
(suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id aktivitas manusia. Pengertian bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana (http://yudipurnawan.wordpress.com /2007/11/13/ bencana-alam-dan-antisipasinya/). Menurut Soemarno (2011: 2) pengertian bencana alam adalah merupakan konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dengan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia(http//setawiriawan.blogspot. com/2007/12/ pengertian-bencana-alam.html).
commit to user
10
Berdasarkan definisi di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa bencana perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi kehidupan manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan sebagainya. c. Penyebab Terjadinya Bencana Alam Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diharapkan datangnya. Sebab jika bencana tersebut datang maka akan mampu merusak segala sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan mampu merenggut jiwa manusia. Bencana alam yang mampu menghancurkan suatu daerah yang luas dan menyebabkan kerugian yang besar merupakan proses alami. Namun ada pula yang disebabkan oleh ulah manusia. Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 78) secara garis besar terjadinya bencana alam dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut. 1) Alam Bencana alam murni penyebab utamanya adalah alam itu sendiri. Contoh bencana alam murni adalah gempa bumi, tsunami, badai atau letusan gunung berapi. Bencana-bencana tersebut bukan disebabkan oleh ulah negatif manusia. 2) Perbuatan Manusia Bencana alam yang terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Bukan berarti bencana ini dibuat oleh manusia tetapi akibat dari ulah manusia atau dipicu dari perbuatan manusia, seperti penebangan hutan secara liar, penambangan liar, pengambilan air tanah secara berlebihan dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan tersebut lambat laun akan menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau erosi tanah. Sedangkan menurut Yudi Purnawan (2007) dalam http://yudipurnawan. wordpress.com/2007/11/13/bencana-alam-dan-antisipasinya/
klasifikasi
bencana
alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1) Bencana alam geologis 2) Bencana alam klimatologis 3) Bencana alam ekstra-terestrial Keterangan: 1) Bencana alam geologis Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
commit to user
11
2) Bencana alam klimatologis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya). 3) Bencana alam ekstra-terestrial Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab bencana aalam adalah bencana alam disebabkan oleh faktor alam dan perbuatan manusia, perbuatan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana alam adalah penebangan hutan secara liar, penambangan liar, pengambilan air tanah secara berlebihan dan lain-lain. d. Macam-Macam Bencana Alam dan Cara Menghadapinya 1) Gempa Bumi a) Pengertian Gempa Bumi Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 80) menyatakan bahwa gempa bumi merupakan gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke permukaan bumi akibat adanya gangguan di kerak bumi berupa patah, runtuh, atau hancur. Sedangkan menurut Sarwono (2005: 16) gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng bumi). Menurut Arif Julianto dkk (2008: 89) menyatakan bahwa gempa bumi adalah gerakan kulit bumi yang terjadi secara mendadak. Dampak gerakan itu bisa menyebabkan kerusakan yang parah. Bangunan yang ada di atasnya bisa hancur dan menelan korban jiwa.
commit to user
12
Menurut pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005: 4), Gempa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bumi merupakan pelepasan energy yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Menurut Natawidjaja, D.H, (2008: 14) gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Berdasarkan definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengertian gempa bumi adalah pergerakan tanah secara tiba-tiba yang terjadi di bumi hingga menimbulkan getaran yang dinyatakan dalam skala richter. b) Akibat yang Ditimbulkan Gempa bumi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan tentang akibat gempabumi, yaitu: Akibat utama gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempabumi tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2005: 6) Pendapat lain menyatakan bahwa akibat gempa bumi adalah: Energi getaran yang dikirimkan lewat permukaan bumi dari kedalaman. Getaran menyebabkan kerusakan dan menghancurkan bangunan-bangunan, yang pada gilirannya bisa membunuh dan melukai orang-orang yang bertempat tinggal disitu. Getaran juga mengakibatkan tanah longsor, pencairan, runtuhnya bebatuan dan kegagalan-kegagalan daratan yang lain, yang merusak tempat-tempat human di dekatnya. Getaran juga memicu kebakaran berganda, kecelakaan industri atau transportasi dan bisa memicu banjir lewat jebolnya bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul penahan banjir (Coburn dkk, 2004: 19).
commit to user
13
Menurut J. Louie menyatakan bahwa: perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Besar kecilnya kerusakan dan/atau korban akibat bencana Gempa di perkotaan sebenarnya merupakan efek sekundair dari kejadian Gempa bumi. Seperti kita ketahui bahwa kejadian gempa akan memberikan efek langsung (direct effect) dan efek sekunder (secondary effect). Efek langsung kejadian gempa bumi biasanya terjadi pada daerah yang relatif dekat dengan pusat gempa, seperti patahan, lipatan lapisan (lempengan bumi), beberapa gempa tidak juga menimbulkan kerusakan di bagian permukaan tanah (J. Louie, 2001: 14) Dari pernyataan-pernyataan yang berkenaan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan gempa bumi di atas, dapat disimpulkan bahwa gempa bumi ini dapat menyebabkan timbulnya bencana-bencana lain yaitu tanah longsor, tsunami, banjir, bahkan kebakaran. c) Cara Mengantisipasi Ancaman Gempa bumi Untuk mengantisipasi bencana gempa ada beberapa langkah yang harus diketahui dan dilakukan masyarakat: 1) Membuat rumah atau bangunan yang sesuai dengan standar. Bangunan harus dibuat tahan terhadap getaran atau tahan gempa. 2) Mengikuti penyuluhan tentang bencana alam yang diadakan pemerintah atau lembaga terkait. Hal ini penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. 3) Mempersiapkan anggota keluarga untuk menghadapi keadaan darurat. Caranya dengan mencoba beberapa cara penyelamatan. Siapkan perbekalan pengungsian, kenali tanda-tanda peristiwa, patuhi setiap ketentuan saat terjadi gempa, dan pastikan keberadaan anggota keluarga. 4) Membentuk kelompok-kelompok siaga di masyarakat. Antarkelompok harus selalu terjalin komunikasi (Arif Julianto dkk, 2008: 89) Lebih lanjut Arif Julianto dkk menyatakan bahwa tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi gempa bumi adalah sebagai berikut: 1) Apabila kamu berada di dekat pintu atau jendela, segeralah berlari ke luar rumah. 2) Apabila kamu di dalam ruangan rumahmu, segera masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuhmu. Ingat! Jangan berlindung di balik lemari karena bisa roboh akibat getaran gempa. 3) Lihatlah keadaan atau kondisi dengan tenang! Jangan terburu-buru keluar rumah. 4) Apabila kamu berada di luar rumah, hindarilah bangunan tinggi, papan reklame, atau tiang listrik. Bangunan-bangunan itu bisa roboh akibat gempa. 5) Jangan berlindung di bawah pohon yang besar atau tinggi. Pohon juga bisa tumbang akibat getaran gempa. 6) Selamatkan dirimu dengan mencari ruangan terbuka seperti lapangan/sawah.
commit to user
14
7) Setelah gempa usai jangan buru-buru masuk ke rumah. Bisa jadi akan terjadi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id gempa susulan yang lebih besar. 8) Tunggulah dengan tenang di tanah lapang, biarkan orang tuamu mencari informasi tentang gempa (Arif Julianto dkk, 2008: 100) Sedangkan menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty menyatakan bahwa cara menghadapi bencana gempa bumi dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: Jika terjadi gempa bumi dan kita berada di luar ruangan tetaplah tinggal di luar dan berusahalah berada di tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan, tembok-tembok serta saluran-saluran kabel listrik. Usahakan jangan masuk ke dalam rumah atau bangunan. Tetapi jika berada di dalam gedung dengan banyak orang maka usahakan tidak perlu panik dan ikut berdesak-desakan keluar. Jika itu yang terjadi maka kita akan terinjak-injak banyak orang dan tertimpa runtuhan bangunan. Sebaiknya yang perlu dilakukan adalah berlindung di bawah meja atau mebel yang kokoh atau mencari sesuatu yang dapat melindungi kepala dan badan kita dari reruntuhan bangunan. Jika suasana telah tenang dan aman usahakan untuk keluar ruangan dan mencari tempat yang lebih aman lagi (Indrastuti dan Penny Rahmawaty, 2008: 76) Menurut Sanusi Fattah (2008: 128) beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menghindari dan menghadapi bencana gempa bumi adalah meliputi hal-hal berikut ini: 1) Membuat bangunan dengan konstruksi tahan getaran (anti gempa) khususnya di daerah rawan gempa. 2) Membangun fasilitas-fasilitas umum dengan standar kualitas tinggi 3) Membuat rencana penempatan permukiman untuk mengrangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi. 4) Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi. 5) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadaman kebakaran, dan pertolongan utama. 6) Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana yang dibekali pelatihan pertolongan pertama.
commit to user
15
7) Bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai, saat terjadi gempa harus perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyelamatkan diri dengan mengungsi yang lebih tinggi untuk menghindari tsunami. 8) Bagi penduduk yang tinggal di daerah gunung harus segera menyelamatkan diri menjauh untuk menghindari terjadinya longsoran 9) Selalu menyimak atau mendengarkan informasi dari pihak-pihak yang berwenang untuk menghindari kepanikan. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa cara menghadapi bencana alam khususnya gempa bumi adalah kita harus secepatnya ke luar ruangan.Anak-anak dan orang lanjut usia keluar terlebih dahulu. Ibu-ibu menyusul, dan terakhir para bapak dan remaja. Bila pintu keluar terlalu jauh, maka kita harus bersembunyi di kolong tempat tidur atau di kolong meja. Kepala kita tundukkan, kita lindungi dengan tangan. Bila sudah di luar, kita harus menjauh dari bangunan. Karena gempa bumi selalu diikuti dengan gempa susulan, maka kita tidak boleh mendekati bangunan sampai situasinya benar-benar aman. Apabila lokasi kita di dekat pantai, kita harus menjauhi pantai karena ada kemungkinan terjadinya tsunami.
2) Tsunami a) Pengertian Tsunami Tsunami merupakan gejala susulan akibat gempa bumi yang berpusat di dasar laut. Tidak semua gempa menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat terjadi akibat letusan gunung berapi yang ada di dasar laut. Selain itu runtuhan yang ada di dasar laut juga mampu menimbulkan tsunami (Indrastuti dan Penny Rahmawaty, 2008: 74). Menurut Arif Julianto dkk (2008: 100) tsunami adalah gelombang laut pasang yang disebabkan adanya gempa di dasar laut. Tinggi gelombang tsunami bisa mencapai sepuluh meter. Dampak yang ditimbulkannya sungguh dahsyat. Menurut Sanusi Fattah (2008: 128) pengertian tsunami berasal dari bahasa Jepang ”tsu” yang berarti pelabuhan, dan ”nami” berarti gelombang. Dengan demikian secara bahasa tsunami dapat diartikan sebagai gelombang pasang laut yang
commit to user
16
besar di pelabuhan. Adapun pengertian tsunami secara umum adalah gelombang laut perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan kecepatan tinggi yang ditimbulkan oleh adayna gangguan yang bersifat tibatiba dari dasar laut. Gangguan tersebut dapat berupa gempa bumi tektonik, ketusan gunung api, dan longsoran tanah yang terjadi di dasar laut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tsunami merupakan gelombang air laut yang menerjang masuk beberapa kilometer ke daratan. Tsunami bisa ditimbulkan antara lain oleh gempa bumi atau letusan gunung berapi bawah laut. b) Cara Menghadapi Bencana Tsunami Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 76) langkah yang harus ditempuh oleh masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami adalah sebagai berikut. 1) Menyiapkan tas darurat yang berisi keperluan-keperluan mengungsi selama tiga hari seperti makanan, pakaian, surat-surat berharga atau obat-obatan. 2) Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya gempa. 3) Selalu peka terhadap fenomena alam yang tidak biasa Menurut Sanusi Fattah (2008: 129) peristiwa tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya. Namun demikian kita dapat menerima peringatan akan terjadinya tsunami dengan memperhatikan gejala-gejalanya, sehingga masih ada waktu untuk menyelematkan diri. Gejala-gejala dan peringatan dini akan terjadinya tsunami dapat dilihat dari tanda-tanda berikut ini: 1) Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat. 2) Pada umumnya di Indonesia didahulu dengan gempa bumi besar di dasar laut dan terjadi susut laut. 3) terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibanding kecepatan tsunami. 4) Di Indonesia pada umumnya terjadi gempa bumi besar di dasar laut.
commit to user
17
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai strategi penyelamatan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan upaya pengurangan bencana tsunami menurut Sanusi Fattah (2008: 129) adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami 2) Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai rentang bahaya tsunami. 3) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai bertujuan untuk meredam gejala tsunami. 4) Penanaman mangrove atau hutan bakau serta tanaman lainnya di sepanjang garis pantai bertujuan untuk meredam gelombang tsunami. 5) Pembangunan tempat-tempat pengungsian yang aman di sekitar daerah permukiman yang cukup tinggi. 6) Memberikan pendidikan dan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang pengenalan tanda-tanda tsunami dan cara-cara penyematan diri terhadap bahaya tsunami. 7) Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami pada petugas yang berwenang. 8) Melengkapi diri dengan alat komunikasi. Sedangkan menurut Arif Julianto dkk (2008: 100) beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menghindari dan menghadapi bencana tsunami adalah meliputi halhal berikut ini: 1) Masyarakat harus menghafalkan karakteristik gempa yang potensial menyebabkan tsunami. Gempa besar yang berpusat di dasar laut bisa menimbulkan suara gemuruh berkepanjangan. 2) Meningkatkan kewaspadaan saat berwisata di kawasan pantai. 3) Mengetahui secara pasti langkah darurat dan tempat-tempat evakuasi. 4) Masyarakat pantai harus turut menjaga kelestarian tanaman mangrove. Berdasarkan pendapat mengenai upaya yang dapat dilakukan dalam menghindari bahaya tsunami, maka dapat peneliti simpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi bencana tsunami yaitu dengan secepat mungkin menjauhi pantai menuju daratan yang paling tinggi. Setelah situasi benarbenar aman, barulah kita boleh kembali ke tempat tinggal kita.
commit to user
18
3) Banjir perpustakaan.uns.ac.id a) Pengertian Banjir
digilib.uns.ac.id
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya (http://dhenirahman.net16.net/?p=16). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 212), banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Menurut Roestam (2001: 16), bahwa banjir terjadi apabila air yang melimpas dari badan air, apakah dari selokan, saluran drainase, sungai, situ atau danau dan menggenangi bantaran dan kawasan sekitarnya. Pengertian lain mengatakan bahwa banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dari sungai, disebabkan oleh debit aliran yang melebihi kapasitas selain limpasan sungai, genangan banjir dapat terjadi karena potensi hujan dan kondisi setempat dimana genangan terjadi (Siswako, 2003: 14). Berdasarkan deifinisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. b) Cara Menghadapi Bencana Banjir Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat dipastikan setiap musim penghujan tiba. Banjir dapat terjadi secara alami karena faktor alam maupun karena ulah manusia. Menurut Sanusi Fattah (2008: 131) beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghadapi banjir adalah berikut ini: 1) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan 2) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir. 3) Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai.
commit to user
19
4) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi. 5) Mengadakan program penghijauan di daerah hulu sungai. 6) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi. 7) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah bencana. 8) Mengamankan dokumen-dokumen yang penting di tempat yang aman. 9) Menyiapkan peralatan keselamatan seperti perahu karet, jas hujan, senetr dan sebagainya. 10) Menyiapkan bahan makanan siap saji dan obat-obatan darurat seperti anti diare, anti influenza, dan sebagainya. 11) Tidak membuang sampah ke sungai dan mengadakan program Prokasi (Program Kali Bersih). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Arif Julianto dkk (2008: 100) yang menyatakan bahwa tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi banjir adalah sebagai berikut: 1) Bawalah dokumen berharga dan perlengkapan pengungsian yang penting. Matikan listrik, kompor, dan pastikan rumah dalam kondisi terkunci. 2) Segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Hati-hatilah saat melewati kabelkabel atau benda-benda yang mengandung listrik. 3) Untuk sementara waktu mungkin akan kesulitan air bersih. Namun, jangan coba minum atau mandi dengan air banjir. Kamu bisa sakit gatal dan terkena radang. 4) Gunung Meletus a) Pengertian Gunung Meletus Menurut Sanusi Fattah (2008: 117) gunung meletus adalah aktivitas yang mengeluarkan material berupa bahan padat, cair dan gas yang ada di daerah perut bumi ke permukaan bumi. Gunung meletus pada umumnya dapat terjadi pada gunung berapi yang masih aktif. Letusan gunung api terjadi ketika magma keluar dari perut bumi ke permukaan bumi. Adapun magma adalah campuran batuan dan
commit to user
20
berbagai campuran mineral yang bersifat cair dan sangat panas. Saat terjadi gunung perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meletus banyak bahan-bahan dan material yang keluar dari gunung api yang bersifat gas, cair dan padat. Menurut Arif Julianto dkk (2008: 100) ancaman letusan gunung berapi ada beragam, antara lain: 1) Awan panas yaitu campuran material letusan antara gas dan bebatuan. Suhunya antara 300–700°C dengan kecepatan lumpurnya di atas 70 km/jam. Lontaran material pijar yang terjadi ketika letusan berlangsung. Luncuran pijar ini mampu membakar apa pun yang dilaluinya. 2) Hujan abu terjadi ketika gunung api meletus. Abu yang diterbangkan angin membahayakan pernapasan, mata, pencemaran air tanah, dan merusak tumbuh-tumbuhan. Lava merupakan magma yang mencapai permukaan dalam bentuk cairan kental. Suhunya mencapai 700– 1.200°C. Apabila lava mendingin akan menjadi batuan beku. 3) Gas racun yang keluar bisa menyebabkan kematian. Gas ini tidak selalu berasal dari letusan gunung api. Gas ini dapat keluar melalui rekahanrekahan yang terdapat di daerah gunung api. Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa letusan gunung berapi dibentuk oleh akumulasi magma yang keluar melalui celah kerak bumi. Bahaya gunung meletus adalah material yang dikeluarkannya. Letusan kecil mengeluarkan lava pijar, awan panas, lahar panas, lahar dingin, dan debu. Letusan yang dahsyat dapat melontarkan lava cair, agak padat, maupun pecahan batuan. b) Cara Menghadapi Bencana Gunung Meletus Menurut Sanusi Fattah (2008: 130) upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi bencana gunung meletus adalah sebagai berikut: 1) Menghindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar. 2) Membuat banker-banker perlindungan dan membuat saluran untuk mengarahkan aliran lahar panas agar tidak membahayakan daerah pemukiman. 3) Menggunakan pakaian yang bisa melindunggi tubuh dan jangan memakai lensa kontak. 4) Memakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung. 5) Menjauhi wilayah yang terkena hujan abu atau awan panas
commit to user
21
6) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengungsi dan mempersiapkan berbagai kebutuhan dasar. 7) Melakukan penyelidikan dan pemantauan terhadap aktivitas gunung api sehingga bahaya letusan gunung api dapat diantisipasi lebih awal. Sedangkan menurut Arif Julianto dkk (2008: 101) tindakan yang dapat dilakukan ketika terjadi bencana gunung meletus adalah sebagai berikut: 1) Mengajak keluarga untuk menghindari daerah bahaya. Yang dimaksud daerah bahaya adalah lereng gunung, lembah, atau kawasan yang memungkinkan dialiri lahar. 2) Pemerintah akan menyediakan angkutan untuk pengungsian. Masyarakat harus mengungsi ke barak pengungsian. 3) Lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Kamu bisa mengenakan masker, topi, celana panjang, dan baju lengan panjang. 4) Abu letusan berbahaya bagi tubuh. Usahakan jangan menghirup secara langsung udara yang terkena abu letusan. 5) Patuhilah pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya penanggulangan bencana. Jangan mudah terhasut untuk segera kembali ke rumah saat status masih dalam bahaya. 5) Tanah Longsor a) Pengertian Tanah Longsor Tanah longsor adalah anjloknya massa tanah dan batuan menuruni lereng bukit atau gunung. Tanah longsor biasanya terjadi ketika air hujan meresap ke lahan di puncak bukit atau gunung. Aliran air kemudian menyusup ke rekahan-rekahan batuan. Akhirnya aliran itu bertemu dengan material yang licin, seperti serpihan batu atau lempung. Posisi material ini miring menghadap ke lembah. Semakin lama airnya semakin menggenang, sehingga semakin berat. Akhirnya penopang lereng tidak mampu lagi menahan beban. Massa tanah dan batuan pun tergelincir di sepanjang lereng (Sri Wasono Widodo dan Mulyadi HP, 2008: 42). Menurut Arif Julianto dkk (2008: 101) pengertian tanah longsor adalah gerakan tanah dan bebatuan pada lereng sebuah gunung. Dampaknya sungguh luar biasa. Tanah di lereng gunung bisa longsor karena adanya peningkatan kandungan
commit to user
22
air di perut gunung. Penyebab lain adalah pembangunan permukiman di lereng perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id gunung dan pemotongan kaki lereng. Hal ini menyebabkan lereng tidak memiliki penahan atau penyangga. Sedangkan menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 78) tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20° umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinyatanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akanmenambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperansebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerakmengikuti lereng dan keluar lereng. a) Cara Menghadapi Bencana Tanah Longsor Menurut Arif Julianto dkk (2008: 94) masyarakat harus aktif menyelamatkan lingkungan. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya tanah longsor, yaitu: 1) Menjaga kelestarian lingkungan pegunungan. Misalnya dengan membuat terasering, menghijaukan bukit, dan memelihara saluran drainase. 2) Masyarakat harus sadar untuk tidak membangun rumah secara sembarangan di perbukitan. Pembangunan rumah akan menyebabkan bukit kelebihan beban. 3) Masyarakat harus menghentikan penambangan liar di kaki bukit. Penambangan akan berakibat fatal bagi masyarakat umum.
commit to user
23
Lebih lanjut Arif Julianto dkk (2008: 102) menyatakan bahwa tindakan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dapat dilakukan ketika mendengar informasi terjadi tanah longsor adalah sebagai berikut: 1) Waspadai turunnya hujan deras secara terus-menerus di kawasan bukit atau pegunungan di sekitar. Bencana tanah longsor sering terjadi karena banyaknya curah hujan di kawasan tersebut. Hal ini pernah terjadi di Tawangmangu, Karanganyar sebelum terjadi tanah longsor. 2) Mengajak anggota keluarga untuk mengungsi ke tempat yang aman yang jauh dari lokasi tersebut. Hal ini penting karena tanah longsor tidak bisa diduga datangnya. 3) Rawat dan simpanlah dokumen-dokumen penting. Pastikan dokumen itu mudah dibawa pergi seandainya harus mengungsi. 4) Tetap tenang di tempat pengungsian sambil memantau berita yang pasti dari pemerintah setempat. Hal ini penting untuk menghindari kesimpangsiuran mengenai bencana tersebut. Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 78-80) usaha mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalkan akibat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Tahap awal atau tahap preventif 2) Tahap bencana 3) Tahap pascabencana Keterangan: 1) Tahap awal atau tahap preventif Tahap awal dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor adalah sebagai berikut. a) Mengidentifikasi daerah rawan dan melakukan pemetaan. b) Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa tanah longsor. c) Pemantauan daerah rawan longsor. d) Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana.
commit to user
24
e) Menghindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjal. f) Menghindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor. g) Menghindari membuat sawah baru dan kolam pada lereng yang terjang karena air yang digunakan akan memengaruhi sifat fisik lereng. Lereng menjadi lembek dan gembur sehingga tanah mudah bergerak. h) Menyebarluaskan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media sehingga masyarakat mengetahui. 2) Tahap bencana Usaha yang perlu dilakukan ketika suatu daerah terkena bencana tanah longsor antara lain berikut ini. a) Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah. b) Pembentukan pusat pengendalian atau crisis center. c) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman. d) Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih. e) Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit. f) Evaluasi, konsultasi, dan penyuluhan. 3) Tahap pascabencana Setelah bencana tanah longsor terjadi, bukan berarti permasalahan selesai, tetapi masih ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kerugian, yaitu: a) Mengupayakan mengembalikan fungsi hutan lindung seperti sediakala. b) Mengevaluasi dan memperketat studi Amdal pada kawasan vital yang berpotensi menyebabkan bencana. c) Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, dan di sepanjang bantaran sungai. d) Normalisasi area penyebab bencana. e) Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena bencana alam secara permanen.
commit to user
25
f) Menyelenggarakan forum kerja sama antardaerah dalam penanggulangan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bencana. Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam mengantisipasi bencana tanah longsor maka diperlukan tindakan sebagai berikut: 1) Tindakan kesiapsiagaan a) Tidak menebang atau merusak hutan b) Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, dsb., pada lereng-lereng yang gundul c) Membuat saluran air hujan d) Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal e) Memeriksa keadaan tanah secara berkala f) Mengukur tingkat kederasan hujan 2) Cara-cara menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor a) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan b) Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun c) Membuat Peta Ancaman. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian d) Melakukan deteksi dini 3) Yang harus dilakukan saat tanah longsor a) Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih stabil b) Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala Anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan. 4) Yang harus dilakukan setelah tanah longsor a) Menghindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran. b) Membantu mengarahkan tim SAR ke lokasi longsor c) Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus-anak-anak, orang tua dan orang cacat d) Mendengarkan siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan terkini
commit to user
26
e) Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id f) Melaporkan keruskan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang g) Memeriksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor h) Menanami kembali daerah bekas longsor atau daerah disekitarnya untuk menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat menyebabkan banjir bandang
2. Metode Pembelajaran Simulasi a. Pengertian Metode Menurut Oemar Hamalik (2001: 16) menyatakan bahwa metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode berasal dari bahasa Greeka, Metha yang berarti melewati dan hodos yang berarti jalan. Sedangkan dalam kamus ilmiah popular metode berarti cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu (Pius dan Dahlan, 2004: 24). Sedangkan secara luas metode berarti ilmu tentang cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan (Saiful Sagala, 2008: 165). Ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai sebagai “jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagan mapun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainya. Metodologi berasal dari bahasa Yunani, metodos = cara dan logos = ilmu, sehingga ilmu yang mempelajari tentang metode disebut metodologi. Jadi, metodologi bisa diartikan sejenis strategi, pendekatan, metode, teknik, dan prosedur. Berangkat dari beberapa arti tersebut jika dikaitkan dengan pembelajaran maka pengertian metodologi pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan (Isma’i, 2008: 8).
commit to user
27
Sedangkan pembelajaran menurut M. Darsono (2000: 24) adalah “suatu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik". Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 297) adalah kegiatanguru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan
pembelajaran adalah
proses
interaksi
peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran mempunyai duakarakteristik yaitu: pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mentalsiswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses dan tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri Menurut
Abu Ahmadi (2008: 52) metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakanbahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Pengertian lain mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar
commit to user
28
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Slameto, 2010: 26). Metode pembelajaran menurut Akhmat Sudrajat (2008) mengartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencarimetode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik olehsiswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. b. Pengertian Metode Pembelajaran Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam kamus Bahasa Inggris karangan Echols dan Shadily (1992:527) bahwa simulasi berarti pekerjaan tiruan/meniru. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002:1068) bahwa simulasi merupakan metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2006:90) “Metode pembelajaran simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.” Sedangkan, menurut definisi Depdiknas, (2005:133) “Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan).” Metode ini
commit to user
29
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Simulasi adalah suatu tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Dalam setiap bentuk simulasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain yang memegang peranan yang mewakili dunia kenyataan, dan juga membuat keputusan-keputusan dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting dalam mana mereka temukan sendiri, (2) Mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang berhubungan dengan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan umum mereka. (3) Mereka memonitor hasil-hasil kegiatan masing-masing, dan diarahkan untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusankeputusan mereka sendiri dan konsekuensi-konsekuensi akhir yang menunjukkan gabungan dari berbagai perbuatan. Dengan demikian maka alam simulasi para pelaku dapat memperoleh kecakapan bersikap dan bertindak yang sesuai jika menghadapi situasi yang sebenarnya (Sunaryo, 2004: 137). Pengertian model permainan simulasi (simulation game model) menurut Richard Kindsvatter adalah berikut ini. A simulation is a dynamic model illustrating a physical (nonhuman) or social (human) system that is abstracted from reality and simplified for study purposes. (Permainan simulasi adalah sebuah model penggambaran yang dinamis tentang suatu sistem sosial (manusia) atau fisik (bukan manusia) yang diabstraksi dari realita dan disederhanakan untuk alasan studi) (Richard Kindsvatter, 1996:269). Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur pada model permainan simulasi adalah: sistem sosial atau fisik (physical or social system), abstraksi (abstracted), realitas (reality) dan penyederhanaan (simplified) dan alasan studi (study purposes). Pernyataan ini didukung oleh Richard Kindsvatter (1996:273). The range of simulation available to teachers at all grade levels in all subject areas is impressive. Simulations have been used in classroom kindergaden through adult levels. (Area simulasi yang diterapkan oleh guru pada semua tingkatan siswa. Simulasi sudah pernah diterapkan dari taman kanak-kanak sampai pada tingkatan yang lebih tinggi).
commit to user
30
Simulasi adalah tiruan dinamis sebuah model nyata. Prinsip-prinsip simulasi: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id simulasi dilakukan oleh kelompok siswa; tiap kelompok mendapatkan kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda; semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing; penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas; dibicarakan oleh siswa dan guru; petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu; dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap; hendaknya diusahakan terintegrasi dengan beberapa ilmu (Hasibuan dan Moedjiono, 1993:27). Model permainan simulasi didesain untuk membantu siswa mempelajari dan menganalisis dunia nyata secara aktif. Siswa yang terlibat dalam simulasi mempunyai peranan masing-masing dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Siswa
mengambil
keputusan
sendiri
dan
menanggung
konsekuensi
dari
keputusannya. Metode pembelajaran yang seperti ini, tentunya memudahkan siswa memahamai konsep-konsep pelajaran, karena objek yang dipelajari siswa dapat mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, permainan simulasi adalah model yang mengilustrasikan atau menggambarkan baik sistem sosial maupun sistem fisik yang diabstraksi dari realitas dan disederhanakan. Berdasarkan peristiwa yang sebenarnya, dilakukan abstraksi (pemindahan) terhadap kondisi-kondisi yang mendukung terjadinya peristiwa tersebut, ditambah dengan penyederhanaan-penyederhanaan, kemudian menyusun ulang peristiwa tersebut sesuai dengan kondisi-kondisi yang telah disederhanakan. Di samping itu, metode permainan simulasi cocok diterapkan pada semua tingkatan siswa, dari siswa taman kanak-kanak, sampai siswa pada tingkatan yang lebih tinggi. c. Tujuan Pembelajaran Simulasi Simulasi sebagai metode mengajar bertujuan: 1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, 2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, 3) Melatih memecahkan masalah,
commit to user
31
4) Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam memelajari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya, 5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa, 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa 8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi (Sudjana, 1989: 89-90) Tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah: 1) Agar siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses terjadinya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, dan komponen – komponen yang membentuk sesuatu. 2) Untuk menghindari terjadinya verbalisme pada siswa 3) Agar proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa 4) Meminimalisir pembelajaran satu arah dari guru, dengan metode ini siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. 5) Merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba mempraktekan apa yang ada dalam teori menjadi sesuatu yang nyata (disimulasikan) (Syaiful Basri Djamarah, 2006 : 91). Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. 2) Untuk melatih siswa menguasai ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari. 3) Untuk pelatihan memecahkan masalah. 4) Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa. 5) Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasisituasi masyarakat di sekitarnya. 6) Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa (Abu Ahmadi, 1997: 83).
commit to user
32
Berdasarkan kajian teori mengenai tujuan pembelajaran simulasi dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id disimpulkan bahwa tujuan metode simulasi untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masa-lah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar ke-pada siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi ke-lompok, (7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. d. Karakteristik Metode Pembelajaran Simulasi Berdasarkan definisi dan kerangka logis yang telah dibahas di atas, bisa disimpulkan bahwa metode pembelajaran simulasi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan metode pembelajaran yang lain. Karakteristik ini penulis simpulkan berdasarkan sintesis dari teori-teori yang ada dan pengalaman faktual di tercantum dibawah ini. 1) Perpaduan antara student centered approach dan teacher centered approach. Menurut Akhmad Sudrajat (2007: 2) “Dilihat dari pendekatannya pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).” Pembelajaran konvensional identik dengan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pusat pengetahuan bagi siswa, peran siswa lebih banyak sebagai receiver dari berbagai konsep yang guru sampaikan. Sehingga pendekatan ini cocok untuk menyampaikan materi-materi konseptual yang perlu dipahami siswa. Metode pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang merupakan perpaduan antara student centries dan teacher centries. Guru dan siswa secara proporsional sama-sama mengoptimalkan perannya dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Tabrani Rusyan (dalam Syaiful Basri Djamarah 2006: 8) bahwa “Kegiatan belajar adalah suatu
commit to user
33
sistem”. Suatu sistem dimana dalam prosesnya kita tidak bisa memisahkan antara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peran guru dan peran siswa. Dalam metode pembelajaran simulasi, terlebih dahulu guru harus menerangkan konsep dan substansi dari materi yang dipelajari, hal ini bisa dilakukan melalui ceramah atau metode lainya, kemudian guru membimbing siswa agar siswa paham secara prosedural dari materi yang dipelajari dengan cara menyimulasikannya. Dalam tahapan ini, peran siswa lebih besar karena siswa terlibat langsung dalam memerankan tahapan-tahapan dari prosedur yang diterangkan guru. Misalnya dalam materi cara menghadapi bencana alam, siswa ada yang bertugas sebagai korban, dan ada yang berperan sebagai tim penolong. Ketika terjadi bencana, keduanya harus melakukan kegiatan yang telah diterangkan oleh guru. Siswa juga harus mampu menganalisis tindakan apa yang yang harus dilakukan ketika terjadi bencana alam. 2) Metode pembelajaran yang komprehensif Sardiman (2006: 20) menjelaskan bahwa: ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.” Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002:18) menyatakan bahwa: ”Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.” Aspek-aspek
dalam
ranah
kognitif
antara
lain;
pengetahuan
(introducing), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek-aspek tersebut seperti mata rantai yang saling menyambung. Pengetahuan merupakan aspek dasar terendah sedangkan aspek paling kompleks adalah kemampuan evaluasi. Untuk mencapai kemampuan evaluasi, seorang siswa harus melewati tahapan-tahapan sebelumnya secara menyeluruh. Dari dua definisi belajar di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang komprehensif, tidak parsial, dan harus bisa menyentuh semua aspek. Salah satu unsur belajar yang mempunyai peran signifikan dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran. Sehingga
commit to user
34
metode pembelajaran seharusnya memiliki sifat komprehensif pula. Karakteristik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berikutnya dari metode pembelajaran simulasi adalah memiliki sifat komprehensif. Dalam metode pembelajaran simulasi, siswa tidak hanya cukup paham materi, tapi sampai memiliki keterampilan, sebagaimana penjelasan pada bahasan sebelumnya. 3) Melatih siswa bekerjasama dalam kelompok secara efektif Menurut Lansberger (dalam www.ut.ac.id) “Kemampuan seseorang untuk memahami suatu materi yang sedang dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain”. Artinya seseorang kadang-kadang atau bahkan sering memerlukan bekerja atau belajar secara tim. Alasan kebutuhan belajar secara tim ini bisa bermacam-macam, seperti : a) Agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan saling memotivasi untuk belajar. b) Lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam kelompok saling mengisi dalam belajar. c) Adanya pelajaran tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok sebagai bagian dari kegiatan atau tugas belajar. Dalam metode pembelajaran simulasi, siswa dituntut untuk bisa bekerjasama dengan siswa lainnya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa metode pembelajaran simulasi ini melatih siswa untuk bisa bekerja sama dalam tim secara efektif. Sekilas dari penjelasan di atas, metode simulasi ini mirip dengan metode role playing atau bermain peran. Sebenarnya terdapat perbedaan yang prinsipil antara metode bermain peran dengan metode pembelajran simulasi. Misalnya dalam pelajaran IPS pada bahasan perang Diponegoro, bila menggunakan metode bermain peran tujuannya adalah agar siswa benar-benar bisa menghayati bagaimana perjuangan seorang pangeran Diponegoro, sedangkan bila dilihat dari sudut pandang metode pembelajaran simulasi maka tujuannya adalah untuk melatih agar siswa terampil berperang. Sehingga terdapat perbedaan yang mendasar antara metode pembelajaran simulasi dengan metode pembelajaran role playing.
commit to user
35
4) Menuntun siswa pada proses peralihan isi pengetahuan ke arah proses perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaplikasian teori dalam realita kehidupan Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa metode pembelajaran simulasi berusaha memindahkan kondisi realitas ke dalam kelas. Sehingga metode ini akan menuntun siswa belajar secara kontekstual tanpa meninggalkan pemahaman konseptual. Pemahaman konseptual akan menjadi modal bagi siswa waktu menjalankan simulasi. Belajar kontekstual menurut Hull (1993:41) adalah: When students (learners) process new information or knowledge in such a way that it makes sense to them in their frame of reference (their own inner world of memory, experience, and response). This approach to learning and teaching assumes that the main naturally seeks meaning in context – that is, in the environment where the person is located –and that it does so throught searching for relationships that make sense and appear useful. Dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa belajar secara kontekstual bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari dalam konteks pribadi, sosial dan kultural sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Karakteristik tersebut bisa ditemukan dalam metode pembelajaran simulasi, siswa dituntun untuk learning by doing. Setelah siswa memiliki gambaran atas materi yang dipelajari mereka langsung dihadapkan pada kondisi “realita buatan” sehingga akan memperkuat pemahamannya tersebut untuk teraplikasikan dalam keterampilan. Mereka mempelajari materi yang diajarkan guru secara kontekstual dalam “realita buatan” tersebut dan hal ini sangat cocok dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 5) Memerlukan sarana penunjang yang memadai Karakteristik berikutnya dari metode pembelajaran simulasi adalah perlunya sarana yang memadai untuk melaksanakannya. Hal ini merupakan rasionalisasi dari hakikat metode pembelajaran simulasi itu sendiri, yaitu berusaha menciptakan realita kehidupan ke dalam kelas melalui “realita buatan”. Tentunya dalam menciptakan kondisi tersebut akan memerlukan alat dan bahan
commit to user
36
agar tercipta kondisi yang mirip realita. Sebagai contoh, bila guru ingin perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menerapkan metode pembelajaran simulasi pada pelajaran menerbangkan pesawat, tidak mungkin hal tersebut bisa terwujud tanpa adanya alat yaitu model pesawat terbang buatan yang dikondisikan mirip aslinya. Demikian pembelajaran
beberapa
simulasi.
hal
yang
Karakteristik
menjadi
inilah
yang
karakteristik
metode
menjadikan
metode
pembelajaran simulasi memiliki ciri khas dan berbeda dengan metode pembelajaran yang lain. e. Prasyarat Pelaksanaan Metode Pembelajaran Simulasi Pada prinsipnya dalam proses belajar mengajar, tidak ada satu pun metode pembelajaran yang terbaik, yang ada adalah metode belajar yang tepat untuk proses belajar tersebut. Artinya metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi saat proses belajar. Dengan demikian metode simulasi tidak selalu tepat setiap saat untuk digunakan, akan tergantung bagaimana karakteristik dari siswa, guru, materi pembelajaran dan faktor sumber daya yang ada. Metode pembelajaran simulasi bisa dilaksanakan secara efektif dengan syarat: 1) Metode simulasi memerlukan ketersediaan bahan dan alat yang memadai untuk melaksanakan simulasi tersebut. 2) Kesiapan dari guru untuk mengarahkan siswa dalam melaksanakan simulasi, artinya guru memahami betul apa yang harus dilakukan siswa dalam simulasi tersebut, guru berperan sebagai sutradara yang memberi batasan dan arahan sehingga apa yang disimulasikan tidak keluar dari koridor tujuan pembelajaran. Guru harus membuat perencanaan yang jelas. Dalam perencanaan tersebut harus terdapat tujuan dan indikator yang diharapkan dari PBM yang terjadi. 3) Kesiapan
dari
siswa
untuk
melaksanakan
simulasi,
artinya
sebelum
melaksanakan simulasi siswa sudah memahami apa saja yang harus dilakukannya. Dengan demikian berarti metode simulasi ini harus dipadukan dengan metode lain misalnya metode ceramah, fungsinya untuk membuat prekondisi yang kondusif untuk simulasi.
commit to user
37
4) Tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan simulasi. Kegiatan harus perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id utuh, tidak boleh terganggu karena waktu yang tidak mencukupi. Sehingga metode ini tidak cocok bila digunakan pada pelajaran yang memiliki waktu relatif pendek misalnya 2 jam pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah 2006 : 92).
f. Jenis-Jenis Pembelajaran Simulasi Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya: 1) Sosiodrama Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosi- odrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalahmasalah
sosial
serta
mengembangkan
kemampuan
siswa
untuk
me-
mecahkannya. 2) Psikodrama Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasa- nya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terha- dap tekanan-tekanan yang dialaminya. 3) Role Playing Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambar- an keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi. 4) Peer Teaching Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan
commit to user
38
pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa itu lebih memahami materi pembelajaran. 5) Simulasi Game Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan. g. Langkah-langkah Simulasi Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran simulasi adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Simulasi a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi. b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan. d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. 2) Pelaksanaan Simulasi a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan. 3) Penutup a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. b) Merumuskan kesimpulan (Depdiknas, 2008).
commit to user
39
h. Peranan Guru dalam Permainan Simulasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam pembelajaran menggunakan model yang menuntut siswa berpartisipasi secara aktif, peranan guru sangat minimal. Guru tidak lagi menjadi sumber pengetahuan bagi siswa, yang sepanjang jam pelajaran berceramah menumpahkan pengetahuan untuk siswanya. Guru hanyalah menjadi fasilitator yang mengatur dan menjaga agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan dan mencapai tujuan pembelajaran. Sehubungan dengan model pembelajaran simulasi, peranan guru dalam pembelajaran dibagi atas empat bagian (Bruce Joyce dalam Sukmadewi, 2003:13). Keempat peranan dimaksud yaitu: (1) memberikan penjelasan (explaining), (2) pengawasan (controlling), (3) pembinaan (coaching), dan (4) diskusi (discussion). Keempat peranan guru tersebut dijelaskan di bawah ini. 1) Memberikan Penjelasan Memberikan penjelasan yang dimaksud di sini, bukanlah menjelaskan materi pelajaran, tetapi penjelasan yang dimaksud adalah memberikan siswa penjelasan tentang aturan-aturan permainan yang akan digunakan siswa dalam permainan simulasi. Dalam belajar simulasi, siswa memerlukan pengertian terhadap aturanaturan yang digunakan dalam simulasi. 2) Pengawasan Sebelum pelaksanaan simulasi, guru perlu menyiapkan siswa, apakah perlu pengelompokan atau tidak, alat dan bahan pelajaran apa saja yang diperlukan. Dalam pelaksanaan simulasi, guru mempunyai tugas mengontrol jalannya simulasi agar berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Guru mengawasi bagaimana aturan-aturan dalam permainan simulasi diikuti oleh siswa. 3) Pembinaan Guru berperanan sebagai pembina dalam permainan simulasi, memberikan beberapa saran jika diperlukan agar simulasi dapat berjalan dengan lebih baik. Mengeksploitasi
seoptimal
mungkin
pembelajaran
menggunakan
model
permainan simulasi agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi siswa.
commit to user
40
4) Diskusi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Setelah proses pembelajaran yang menggunakan model permainan simulasi, diperlukan adanya suatu diskusi tentang permainan simulasi dan hubungannya dengan dunia nyata. Termasuk juga kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama pelaksanaan simulasi. Dengan melihat keempat peranan guru dalam permainan simulasi di atas, maka dapat dikatakan guru mempunyai fungsi manajerial. Seperti yang dikatakana Bruce Joyce (1992:113): The teacher has an important role to play in raising student’s consciousness about the concepts and principles underpinning the simulation and their own reactions. In addition, the teacher has important managerial functions. (Guru memiliki peranan yang penting dalam meluruskan ketidakpahaman siswa tentang konsep-konsep dan dasar-dasar simulasi dan reaksi mereka sendiri, dan guru mempunyai fungsi pengaturan yang penting).
i. Fase-fase dalam Permainan Simulasi Fase-fase dalam model pembelajaran permainan simulasi telah dikembangkan oleh Bruce Joyce et al (Richard Kindsvatter dalam Sukmadewi, 2003:18). Fase-fase dalam model pembelajaran permainan simulasi dibagi atas empat bagian, yaitu: (1) orientasi (orientations), (2) penyiapan peserta, dalam hal ini siswa (participant preparations), (3) pelaksanaan simulasi (simulation/enactment operations), (4) diskusi hasil-hasil simulasi (debriefing discussion). Paparan tentang fase-fase model pembelajaran permainan simulasi akan memberikan pedoman dalam operasional permainan. 1) Orientasi Fase ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a) Menjelaskan aturan permainan simulasi, b) Pandangan terhadap permasalahan yang akan disimulasikan, c) Penjelasan terhadap tujuan yang ingin dicapai. Siswa memerlukan orientasi terhadap permainan simulasi yang akan diikuti. Fase ini bermanfaat bagi siswa jika sebelumnya tidak pernah mengikuti
commit to user
41
kegiatan pembelajaran yang menggunakan simulasi. Perlu dijelaskan kepada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa mengenai permasalahan yang akan disimulasikan, termasuk juga mengapa digunakan metode ini dalam pembelajaran. Bagian terpenting dalam fase ini adalah penjelasan terhadap situasi simulasi. Siswa diberikan bayangan-bayangan dalam pelaksanaan simulasi. Hal lain yang perlu dijelaskan kepada siswa adalah tentang tujuan yang akan dicapai setelah permainan simulasi selesai. Penjelasan terhadap situasi permainan dimaksudkan untuk memberikan arah dan pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil-hasil simulasi. 2) Penyiapan peserta Bagian-bagian dari fase ini adalah: a) Menyusun skenario simulasi b) Menetapkan prosedur c) Mengorganisasikan peserta Pada fase ini, guru menyusun dan menjelaskan kepada siswa skenario simulasi, yaitu tentang apa saja yang akan dilakukan oleh peserta simulasi. Termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan yang harus diikuti siswa, prosedur dan keputusan-keputusan yang harus dilakukan siswa dalam simulasi. Langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan peserta. Jika siswa perlu dikelompokkan, maka guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Berikutnya adalah pembagian peranan dalam permainan simulasi. Siapa atau kelompok mana yang mempunyai suatu peranan perlu dijelaskan kepada siswa. Juga, apa yang dilakukan oleh masing-masing pemegang peran. 3) Pelaksanaan simulasi Bagian-bagian fase ini terdiri atas simulasi, dan penutup simulasi. Fase pelaksanaan simulasi adalah bagian utama dari metode ini. Pada fase ini, semua komponen berinteraksi untuk memperoleh pengalaman-pengalaman yang disimulasikan, selanjutnya hal itu dipahami sebagai bagian dari pelajaran. Siswa menerapkan permainan, sementara guru memfasilitasi pelaksanaan simulasi. Fasilitasi yang dilakukan oleh guru sangat penting, karena guru menginginkan siswa mempunyai cukup kebebasan untuk menganalisis situasi,
commit to user
42
menyelesaikan permasalahan, dan membuat keputusan tanpa terlalu banyak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id campur tangan dari guru. Siswa akan mempunyai pengertian di dalam dirinya bahwa mereka telah melakukan sesuatu untuk memperoleh pengetahuan bagi mereka sendiri. Singkatnya, guru hanya mengarahkan jika perlu, khususnya menjaga siswa agar berada dalam perannya masing-masing. Akhirnya, guru menutup simulasi, jika permainan tersebut sudah berakhir. 4) Diskusi Bagian dari fase diskusi adalah berikut ini. a) Refleksi terhadap pelaksanaan simulasi b) Menghubungkan simulasi dengan dunia nyata Permainan simulasi bukanlah pengalaman belajar, tetapi pembelajaran yang sebenarnya baru ditentukan setelah diskusi. Setalah diskusi berakhir, barulah siswa memperoleh pelajaran yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa. Menurut Stadsklev, pada fase ini terdapat empat hal yang harus diperhatikan, yaitu: pengalaman, identifikasi, analisis, dan generalisasi. Pada fase ini, semua pengalaman yang diperoleh selama simulasi perlu direview agar nantinya dihubungkan dengan pelajaran dan dunia nyata. Identifikasi bermakna mendeskripsikan pengalaman dalam data-data yang terkumpul. Analisis dilakukan untuk melihat simulasi secara lebih mendalam dan bermakna, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Terakhir adalah generalisasi, yaitu membuat generalisasi dari hasil-hasil yang diperoleh selama simulasi untuk memperoleh pengetahuan yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa. j. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: 1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi si-tuasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
commit to user
43
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan. 3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. 4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. 5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran (Depdiknas, 2008: 22-23). Sedangkan menurut Sunaryo (2008: 138) menyatakan bahwa pembelajaran simulasi mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), domain afektif
(seperti
menyenangkan,
mengharukan,
solidaritas,
simpati,
dan
sebagainya), serta domain psikomotor. 2) Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik. 3) Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya. 4) Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan sebagainya. Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya: 1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. 2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. 3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi (Depdiknas, 2008: 23). Menurut Sunaryo metode simulasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan metode pembeajaran simulasi adalah sebagai berikut:
commit to user
44
1) Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain kognitif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), domain afektif
(seperti
menyenangkan,
mengharukan,
solidaritas,
simpati,
dan
sebagainya), serta domain psikomotor. 2) Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik. 3) Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya. 3) Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan sebagainya (Sunaryo, 2004: 138-139). Sedangkan kelemahan metode pembeajaran simulasi adalah sebagai berikut: 1) Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa. 2) Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak atau anak dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas bagi para pemegang peranan kurang jelas atau penunjukan peranan kurang kuat. 3) Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya dengan peniruan yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah. 4) Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya: kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank, dan sebagainya; sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan antara satu dengan yang lain (misalnya: pedagang yang menghendaki harga barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga barang turun) (Abu Ahmadi, 2004: 86-87). Sedangkan menurut Syaefuddin (2002: 32) kelebihan dan kekurangan metode simulasi adalah sebagai berikut:
commit to user
45
1) Kelebihan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian b) Melibatkan pembelajar secara aktif dan memberikan kesempatan kepada pembelajar terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya. c) Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran d) Belajar memahami suatu kegiatan tertentu e) Dapat meningkatkan motivasi pembelajar f) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai g) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata h) Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul i) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian 2) Kekurangan a) Kurang efektif untuk menyampaikan informasi umum b) Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya kan efektif bila dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil c) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan alat bantu d) Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajaran harus melakukannya e) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi sebelumnya, baik dalam kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya f) Memerlukan biaya yang lebih banyak
commit to user
46
B. Penelitian yang Relevan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain yaitu: 1. Sofyan Arif Rosyidi (2011) meneliti dengan judul: Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Simulasi Kelas IV SD Negeri Bedoro 02 Sambungmacan Sragen Tahun 2011/2012. Dalam penelitian ini juga sama-sama menggunakan metode pembelajaran simulasi, perbedaannya pada variabel dependennya yaitu kreativitas siswa dan hasil belajar, sedangkan penelitian ini variabel dependennya adalah pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dan hasil belajar siswa. Hasil ini dapat dilihat dari prosentase daya serap siswa lebih dari sama dengan 3 sebelum tindakan sebanyak 50%, siklus I sebanyak 80 %, siklus II sebanyak 98,75 %, dan prosentase hasil belajar yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 70, yaitu sebelum tindakan sebanyak 56,25% (9 siswa), siklus I sebanyak 62,5% (10 siswa), dan siklus II sebanyak 81,25% (13 siswa). Serta dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu sebelum tindakan 63,75 meningkat menjadi 73,12 pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 83,75. Kesimpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan kreativitas siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA SD Negeri 2 Sambungmacan tahun ajaran 2011/2012. 2. Indrawati Ahmadi Fauziah (2010) meneliti dengan judul : Penggunaan Metode Simulasi Dengan Pemanfaatan Makanan Tradisional Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Di SDN Neglasari Cianjur (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Neglasari Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Hasil belajar siswa setelah menggunakan metode simulasi dengan memanfaatkan makanan tradisional sebagai media pembelajaran IPS menjadi meningkat di siklus I, II dan III dengan perincian sebagai berikut : sebelum tindakan hasil belajar siswa rata-rata 47,3 menjadi meningkat di siklus 1 menjadi 51,7, di siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 60,1 dan di siklus III melebihi KKM yaitu 80,0. Jadi hasil belajar setelah mempergunakan metode simulasi yang memanfaatkan makanan tradisional sebagai media meningkat dapat dibuktikan.
commit to user
47
Dalam penelitian ini juga sama-sama menggunakan metode pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id simulasi, perbedaannya pada variabel dependennya yaitu hasil belajar, sedangkan penelitian ini variabel dependennya adalah pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam. Hasil temuan yang utama setelah melalui tahap pengumpulan hingga pembahasan data penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode simulasi dengan pemanfaatan makanan tradisional sebagai media dalam tiga siklus dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, pada umumnya siswa merasa menyenangkan mengikuti pembelajaran dengan penggunaan metode simulasi dengan pemanfaatan makanan tradisional ini dan merasakan manfaatnya. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa yang semakin baik pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka peneliti merekomendasikan kepada guru agar memanfaatkan lingkungan disekitar siswa sebagai media pembelajaran dan menggunakan metode yang melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan mengajak siswa untuk belajar pada situasi yang sebenarnya
C. Kerangka Berpikir Karakteristik siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yang rata-rata adalah siswa yang aktif namun dalam artian negatif, di mana siswa sering gaduh ketika pembelajaran di kelas berlangsung, hal tersebut membuat materi yang disampaikan oleh guru kurang dipahami oleh siswa. Hal tersebut nampak dari kemampuan siswa dalam mengenal cara menghadapi bencana alam dalam pelajaran IPS masih rendah, terbukti dari 17 siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65 (Lampiran 1). Guna mengatasi permasalahan tersebut, siswa perlu disalurkan ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang aktif dan terkontrol. Dalam hal ini siswa tidak hanya mengetahui dan memahami materi pelajaran namun juga menerapkannya ke dalam pengalaman langsung/tingkah laku, salah satunya adalah menerapkan pembelajaran simulasi.
commit to user
48
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, ketrampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, guru atau kelompok guru, dan lain-lain. Dewasa ini dengan dengan semakin majunya teknologi komunikasi atau informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permaianan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran). Dengan model pembelajaran simulasi, diharapkan proses belajar mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja tetapi dibarengi dengan aktivitas tindakan. Sehingga siswa lebih paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya alur skema kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Pemahaman siswa tentang mengenal cara menghadapi bencana alam masih rendah
Hasil Tes Kondisi Awal
Menggunakan metode pembelajaran simulasi
Pemahaman siswa tentang mengenal cara menghadapi bencana alam mengalami peningkatan
Siklus I menggunakan metode pembelajaran simulasi
Siklus II menggunakan metode pembelajaran simulasi yang disempurnakan
GAMBAR 1 SKEMA KERANGKA BERPIKIR
commit to user
Hasil Tes Siklus I
Hasil Tes Siklus II
49
D. Hipotesis Tindakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hipotesis tindakan yang penulis kemukakan dalam hal ini adalah: ”Penggunaan Metode Simulasi Dapat Meningkatkan Pemahaman Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”
commit to user
50
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa, sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakantindakan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar (Zainal Aqib, 2006: 136). Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu tindakan/intervensi, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plusminusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat (Arikunto, 1998: 72). Secara singkat Classroom Action Research didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan
tertentu
agar
dapat
memperbaiki
dan
atau
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto, 2006: 4). Rochiati Wiriaatmaja (2005: 11) mengartikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah di SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Alasan pemilihan SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebagai lokasi penelitian yaitu: 1) karena di SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta khususnya di kelas VI masih terdapat permasalahan dalam kegiatan pembelajaran IPS kompetensi dasar cara menghadapi bencana alam, 2) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga dapat
50
commit to user
51
terhindar dari adanya penelitian ulang, dan 3) sekolah tersebut terbuka untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id semua jenis penelitian. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Desember 2011 s/d April 2012. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan dalam penelitian disampaikan pada tabel I sebagai berikut: Tabel I Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No.
1.
2.
3. 4. 5. 6.
Kegiatan
Bulan Des Jan Feb Maret April 2011 2012 2012 2012 2012
Persiapan survei awal dan penyusunan proposal. Seleksi informan, penyiapan instrumen dan alat. Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan siklus II Analisis Data Penyusunan laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Selain pengertian tadi, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai sebuah penelitian yang menuntut kerjasama peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah yang lain untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Peneliti
berusaha
mengamati
dan
mendeskripsikan
permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar pemahaman cara menghadapi bencana alam. Kemudian peneliti menawarkan sebuah alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi kepada siswa. Alternatif pemecahan masalah tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi ke arah
commit to user
52
perbaikan dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar pemahaman cara menghadapi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bencana alam. Dalam penelitian ini, peneliti bersama mitra kolaborasi yaitu teman sejawar menyusun
tindakan
bersama.
Kemudian
peneliti
bersama
teman
sejawar
melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah disepakati bersama. Kegiatan pelaksanaan tersebut diikuti pula dengan kegiatan pemantauan segala kejadian di dalam kelas. Apabila dirasa masih terdapat kekurangan, peneliti dapat menentukan perencanaan selanjutnya dalam siklus berikutnya. Sedangkan strategi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Peneliti mencoba memberikan gambaran dan menjelaskan berbagai fenomena dalam pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian dalam data tertulis. C. Sumber Data 1. Data Penelitian Data merupakan sesuatu yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah: 1) Pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam. 2) Hasil belajar IPS tentang cara menghadapi bencana alam sebelum dan setelah menggunakan metode pembelajaran simulasi 2. Sumber data Sumber data adalah sesuatu yang menunjukkan darimana data itu diperoleh. Sumber data dapat diperoleh dari siswa, guru, interaksi antara siswa dengan guru, tempat dan peristiwa di mana aktivitas pembelajaran berlangsung.
D. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPS tentang cara menghadapi bencana alam, dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan:
commit to user
53
1. Metode Observasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat yaitu guru Kelas IV yang bernama Endang Sri Widyarni, S.Pd. Lembar observasi tersebut berisi penilaian kegiatan yang dilakukan oleh guru, menilai ketepan guru dalam menerapkan rencana pembelajaran serta digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas yang menunjukkan adanya aktivitas belajar siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. 2. Metode Tes Soal tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terutama pada aspek kognitif. Tes dalam penelitian ini meliputi tes akhir pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya skor hasil tes pada siklus I dan siklus II yang diperoleh siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 akan dianalisis untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa. Bentuk tes berupa soal uraian serta disertai langkahlangkah pengerjaan dari soal, karena dengan pemberian tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal. 3. Metode Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas VI Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012, serta foto rekaman proses tindakan penelitian.
E. Validitas Data Triangulasi menurut Moleong (2005:330) adalah “teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Data tentang aktivitas belajar siswa diperiksa dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data atau triangulasi, yaitu dengan metode observasi. Teknik
commit to user
54
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id triangulasi dan ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati secara terus menerus selama pemberian tindakan penelitian dilakukan, kemudian mencatat hasil pengamatan ke dalam lembar observasi berupa catatan lapangan.
F. Teknik Analisis Data Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran data dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif komparatif dan kritis. Dengan menggunakan analisis deskrptif komparatif dan kritis, maka peneliti menjabarkan mengenai berbagai kelemahan dan kelebihan motode pembelajaran yang digunakan, apakah metode tersebut efektif atau tidak serta menganalisis kemajuan pemahaman siswa mengenai mengenal cara menghadapi bencana alam dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Analisis deskriptif komparatif yaitu suatu analisis dengan membandungkan hasil evaluasi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, dilanjutkan dengan analisis kritis yaitu melakukan refleksi masing-masing siklus sehingga dapat diketahui kelemahan yang terjadi untuk selanjutnya dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
G. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini diukur berdasarkan halhal sebagai berikut: 1. Siklus I Hasil evaluasi siklus I dalam pelajaran IPS kompetensi dasar pemahaman cara menghadapi bencana alam di atas nilai ketuntasan (KKM) sebesar 65 dan pada akhir siklus ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya sebesar 70%.
commit to user
55
2. Siklus II perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Siswa memperoleh nilai hasil evaluasi pada siklus II pada pelajaran IPS kompetensi dasar pemahaman cara menghadapi bencana alam di atas nilai ketuntasan (KKM) sebesar 65 dan pada akhir siklus ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya sebesar 80%.
H. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Tindakan Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan persiapan demi kelancaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Permasalahan yang diidentifikasi pada pembelajaran IPS yang terkait dengan cara menghadapi bencana alam pada siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta, diusahakan pemecahan dengan menerapkan model pembelajaran simulasi. Sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih, maka dilakukan persiapan-persiapan oleh peneliti bersama guru seperti berikut ini. 1) Menyusun persiapan mengajar (skenario pembelajaran) sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. Setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. 2) Mengadakan media bantu yang dibutuhkan, yaitu: daftar pertanyaan atau instruksi yang berkaitan dengan tema/sub tema tema. 3) Menyediakan identitas pemain 4) Menyediakan kartu kendali simulasi untuk mengecek apa yang terjadi di dalam kelompok apakah pertanyaan/instruksi dilakukan dengan tepat atau tidak. 5) Aturan permainan yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan selama permainan simulasi berlangsung. 6) Membuat tes hasil belajar untuk evaluasi siklus I. 7) Membuat lembar observasi 2. Implementasi Tindakan Urutan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah: 1) Guru membuka pelajaran, dengan mengabsensi kehadiran siswa, dan memberikan apersepsi terhadap materi yang akan disampaikan.
commit to user
56
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran permainan simulasi. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Guru menjelaskan aturan-aturan dalam permainan simulasi. 4) Guru mengarahkan siswa pada tema yang akan dibahas. 5) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok (kelompok 1 di dalam kelas sebagai kelompok yang terkena korban bencana gempa bumi dan kelompok 2 di luar kelas sebagai tim penolong korban bencana gempa bumi). 6) Guru membagi peran masing-masing siswa. 7) Setiap kelompok bermain simulasi cara menghadapi bencana gempa bumi dalam kelompoknya. 8) Guru memonitor jalannya simulasi. 9) Guru bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain guna melihat apakah simulasi berjalan sesuai prosedur atau tidak. 10) Observer lain (rekan peneliti) memantau aktivitas guru maupun siswa. 11) Guru melaksanakan tes hasil belajar, tes ini bersifat individual. 3. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan daftar cek sedangkan hal-hal lain yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran dicatat pada jurnal. Pada akhir siklus I siswa diberikan tes hasil belajar mengenai materi yang dipelajari, tes ini dilakukan secara individual oleh siswa. 4. Refleksi Mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil observasi dan tes. Refleksi ini dilakukan untuk menganalisis hambatan-hambatan yang muncul serta alternatif pemecahan yang terbaik. Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan tindakan adalah berikut ini. 1) Adanya peningkatan pemahaman siswa tentang mengenal cara menghadapi bencana alam yang ditunjukkan dengan peningkatan skor 2) Adanya peningkatan pemahaman siswa tentang mengenal cara menghadapi bencana alam dalam mata pelajaran bahasa IPS dari siklus ke siklus. 3) Adanya respons positif siswa yang ditandai dengan pernyataan setuju dari sebagian besar siswa. Bila hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan siklus seperti yang tersebut di atas, peneliti mengambil keputusan bahwa penggunaan metode
commit to user
57
simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang mengenal cara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta dan tindakan dapat dihentikan. Adapun rancangan (desain) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Menurut Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2), pelaksanaan tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut. Rencana Tindakan Refleksi
Siklus I Observasi Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan Refleksi
Observasi
Siklus II Pelaksanaan Tindakan Siklus Selanjutnya
Gambar 2. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK (Depdiknas, 2004:2)
Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara
commit to user
58
matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.
commit to user
BAB IV perpustakaan.uns.ac.id HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id
A. Deskripsi Pratindakan Pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam pada siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 sebagian besar siswa belum mampu menjelaskan cara menghadapi bencana alam sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Hal ini disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang rendah serta siswa masih pasif dalam pembelajaran. Kendala lain yang dihadapi guru dalam mengajar adalah beberapa siswa kurang antusias dalam menerima penjelasan-penjelasan dari guru. Siswa yang demikian membutuhkan dorongan yang kuat dari guru dan kesabaran yang penuh supaya siswa tersebut lebih fokus pada materi pelajaran. Dorongan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang mengalami kendala-kendala dalam pembelajaran yaitu memberikan motivasi belajar serta senantiasa memberikan pujian ketika siswa selesai mengerjakan tugas untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Dalam meningkatkan pemahaman cara menghadapi bencana alam dalam pelajaran IPS dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat yang mampu mendorong siswa untuk belajar dan berani menyampaikan ide atau gagasannya tanpa merasa malu dan takut kepada teman-teman yang lain maupun guru. Metode pembelajaran simulasi dipilih sebagai metode pembelajaran karena metode pembelajaran simulasi menjadi salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami dan mengetahui materi yang disampaikan guru, dengan metode simulasi ini diharapkan agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan suasana yang menyenangakan serta siswa lebih memahami materi dengan cara melakukan permainan simulasi, seperti siswa memperagakan hal-hal yang harus dilakukan ketika menghadapi bencana gempa bumi, serta terjadinya musibah banjir Prasiklus pembelajaran IPS kompetensi dasar cara menghadapi bencana alam pada siswa VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 sebelum menggunakan metode simulasi 59
commit to user
60
menunjukkan bahwa dari 17 siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 6 siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (35,29%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65. Adapun rekapitulasi hasil evaluasi belajar pratindakan pada siswa VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dilihat dalam table 2 sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Evaluasi Pratindakan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nilai 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 Jumlah
Frekuensi 2 6 6 3 17
Persentase 11,8% 35,3% 35,3% 17,6% 100%
Keterngan Rata-rata kelas sebesar 57,64 dan ketuntasan klasikal 35,29%.
Untuk lebih jelasnya, hasil evaluasi belajar pada table I pratindakan dapat peneliti sampaikan dalam bentuk grafik 3 sebagai berikut: 6
6
6
5
Jumlah Siswa
4 3
3 2
2
1 0
0
80 – 89
90 – 100
0 40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
Interval Nilai
Gambar 3. Diagram Hasil Evaluasi Pratindakan
commit to user
61
Adapun rekapitulasi hasil observasi pembelajaran prasiklus dapat peneliti perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sampaiken dalam tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kode Subyek
HBP RA APS AKW AW DEI DC EDC FY HAL MD MMS RAP SL VBP WS MZ
Jumlah Skor Rata-Rata
Aktivitas 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 10 8 58,82
3
Respon 2 1 √ √
√
√ √ √ √
√ √ √
√
√
√
√
√
√
√
9
12 8 56,86
Keberanian 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Jumlah Skor 4 5 8 5 5 4 5 5 6 5 7 4 7 4 7 3 6
6
88 57,52
16 7 56,86
Dari tabel 3 diketahui bahwa hasil observasi terhadap aktivitas, respon dan keberanian siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 prasiklus di atas, kemudian digambarkan dalam grafik 4 berikut ini :
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
8
8
8 7
7 6
6 5
Jumlah Siswa
5 4
Baik
4
Sedang
3
Kurang
3 2
2
1
0
Aktivitas
Respon
Keberanian
Hasil Observasi
Gambar 4 Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Prasiklus Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran prasiklus, yang dinilai dari aspek aktivitas, maka diperoleh data bahwa siswa yang memiliki aktifitas tinggi diperoleh skor sebanyak 4 (23,53%) siswa, sedangkan siswa yang aktivitasnya sedang sebanyak 5 siswa (29,41%) dan siswa yang tidak aktif dalam merespon pembelajaran sebanyak 8 siswa (47,06%). Berdasarkan gambar 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran menggunakan metode simulasi siswa yang dinilai dari aspek respon siswa, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif merespon sebanyak 3 siswa (17,65%), sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif merespon sebanyak 8 siswa (47,06%). Berdasarkan gambar 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran pada prasiklus yang dinilai dari aspek keberanian siswa, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif (berani) sebanyak 2 siswa (11,76%), sedangkan siswa yang keberaniannya
commit to user
63
sedang sebanyak 8 siswa (47,06%) dan siswa yang tidak aktif (tidak berani) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebanyak 7 siswa (41,18%). B. Deskripsi Hasil Penelitian Langkah
awal
yang
dilakukan
peneliti
untuk
mempermudah
proses penelitian maka dilakukan observasi lapangan serta pengurusan surat izin penelitian. Penelitian ini penulis lakukan dengan kolaborasi antara teman sejawat. Setelah melalui diskusi awal kolaboratif penelitian direncanakan dimulai pada tanggal 11 Februari 2012. Dengan tahapan kegiatan penelitian melalui proses dalam bentuk siklus dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi pada tiap Siklus. Sedangkan Siklus berikut terdiri atas perencanaan, tindakan perbaikan siklus sebelumnya, observasi dan refleksi. Maka peneliti menggunakan model proses dalam bentuk putaran yang menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart. Peneliti langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokokpokok rencana pembelajaran yaitu upaya meningkatkan pemahaman mata pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam. Hasil Observasi dan refleksi disepakati untuk diambil sebagai data penelitian untuk dideskripsikan dan dianalisa untuk segera dilakukan tindakan perbaikan melalui siklus berikut. Penelitian Tindakan kelas dilakukan merupakan upaya meningkatkan interaksi sosial melalui strategi belajar model permainan simulasi, dengan harapan dapat diperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 1. Siklus I Penulis dalam melakukan penelitian memilih menggunakan metode Classroom Action Research dengan melakukan kolaborasi dengan guru teman sejawat dan kepala sekolah, penelitian dalam upaya meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam melalui metode simulasi mengharapkan hasil yang dapat dideskripsikan, dengan menempuh siklus sebagai berikut : a. Perencanaan Siklus I Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana
gempa
bumi
melalui
metode
simulai
maka
dilakukan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menyediakan alat-alat yang digunakan
commit to user
64
dalam pelaksanaan simulasi, yaitu : 1) Kentongan, 2) Bambu dan tali, 3) Tas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id P3K, 4) Peralatan P3K dan 5) Alat komunikasi. Tahap awal, peneliti bersama teman sejawat menyiapkan dan menetapkan rencana pembelajaran dengan mengembangkan skenario yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Peneliti juga tidak lupa menyediakan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran. Demikian juga untuk kepentingan persyaratan penelitian, peneliti menyiapkan berbagai pedoman observasi, dan keperluan lain terutama catatan lapangan. b. Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan I telah disepakati bersama dengan teman sejawat. Pelaksana pembelajaran pada hari Sabtu tanggal 11 Februari 2012. Sebelum kegiatan
dimulai
peneliti
memberitahukan
tujuan
pembelajaran
dan
rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dijalankan. Pada tahap selanjutnya guru memberikan pengarahan sehubungan dengan pemahaman cara menghadapi bencana gempa bumi diselingi dengan tanya jawab kepada siswa tentang cara menghadapi bencana gempa bumi. Pada tahap kegiatan inti, siswa dibagi menjadi dua kelompok, di mana pada kelompok I berada di dalam kelas dan bertindak sebagai kelompok yang terkena korban bencana gempa bumi, sedangkan kelompok kedua berada di luar kelas sebagai tim penolong dari korban bencana gempa bumi. Kegiatan simulasi dimulai dengan cara satu orang siswa memukul kentongan bahwa telah terjadi bencana gempa bumi. Kelompok yang berada di dalam kelas berusaha menyelamatkan dirinya dengan cara berlindung di bawah meja untuk mengindari reruntuhan bangunan. Setelah dirasa tidak ada lagi gempa bumi, selanjutnya tim penolong memasuki ruangan untuk memberikan bantuan pertolongan dengan membawa korban bencana bumi ke luar ruangan untuk mendapatkan pertolongan medis. Pada saat siswa bermain simulasi, guru mengamati jalannya simulasi dan memberikan arahan kepada siswa agar memahami cara melaksanakan simulasi, mengevaluasi
penampilan siswa dan mengklarifikasi
kekeliruan
dalam
memainkan peran. Tugas yang dilakukan guru selanjutnya memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun pujian terhadap
keberhasilan
peserta
didik,
commit to user
memfasilitasi
peserta
didik
65
untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dasar: memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, Guru juga memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, serta memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyusun kesimpulan materi pelajaran dilanjutkan dengan memberikan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogrom serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; Guru juga merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi dan program pengayaan; c. Observasi Siklus I Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi dalam hal ini guru wali kelas IV, menunjukkan selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dalam menghadapi bencana gempa bumi yang dilakukan para siswa belum maksimal sesuai dengan tuntutan kompetensi yang diharapkan. Para siswa banyak yang belum mampu mengungkapkan perilaku dan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam. Para siswa juga kesulitan memerankan tugasnya dalam pelaksanaan simulasi gempa bumi karena strategi permainan simulasi ini merupakan metode baru bagi mereka. Para siswa dalam memainkan peranannya nampak masih malu-malu dan takut salah. Hasil observasi juga menemukan rendahnya sikap pemahaman mengenal cara menghadapi bencana gempa bumi. Masih terdapat siswa yang tidak mampu mengemukakan contoh dan perilaku cara menghadapi bencana gempa bumi. Berikut merupakan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I. 1) Pada aspek aktivitas diperoleh skor rata-rata sebesar 72,55 hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam siklus I masuk kategori sedang (Lampiran 7). 2) Pada aspek respon diperoleh skor rata-rata sebesar 68,63 hal ini menunjukkan bahwa respon siswa dalam siklus I masuk kategori sedang (Lampiran 7).
commit to user
66
3) Pada aspek keberanian diperoleh skor rata-rata sebesar 68,63 hal ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menunjukkan bahwa respon siswa dalam siklus I masuk kategori sedang (Lampiran 7). 4) Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 69,63 (Lampiran 7). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I masuk kategori sedang, namun demikian aktivitas siswa pada siklus I ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada kondisi awal. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, guru terlalu cepat dalam menjelaskan. Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer adalah pada saat menjelaskan tentang peranan dalam permainan simulasi, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas yang berkaitan dengan peranan yang akan dilakukan dalam permainan simulasi. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan penjelasan dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I. 1) Aktivitas guru pada aspek kemampuan membuka pelajaran sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 81,25 (Lampiran 4). 2) Aktivitas guru pada aspek sikap guru dalam proses pembelajaran sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 (Lampiran 4). 3) Aktivitas guru pada aspek penguasaan bahan belajar (materi pelajaran) sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 (Lampiran 4). 4) Aktivitas guru pada aspek kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran) masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,75 (Lampiran 4). 5) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menggunakan media pembelajaran masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,75 (Lampiran 4). 6) Aktivitas guru pada aspek evaluasi pembelajaran masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,75 (Lampiran 4). 7) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menutup kegiatan pembelajaran sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 (Lampiran 4). 8) Aktivitas guru pada aspek tindak lanjut/follow up sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 87,5 (Lampiran 4). 9) Aktivitas guru secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,125 (Lampiran 4).
commit to user
67
Hasil pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan mengenal cara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menghadapi bencana gempa bumi masih jauh dari optimal. Kurang optimalnya atau masih rendahnya hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep tentang pemahaman mengenal cara menghadapi bencana gempa bumi. Adapun rekapitulasi hasil observasi pembelajaran siklus I dapat dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kode Subyek
HBP RA APS AKW AW DEI DC EDC FY HAL MD MMS RAP SL VBP WS MZ
Jumlah Skor Rata-Rata
Aktivitas 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 21 12 4 72,55
3
Respon 2 1 √ √
√
√
√ √ √
√
√ √ √
√
√
√
√
√
√ 18 12 5 68,63
Keberanian 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 20 3 68,63
Jumlah Skor 5 7 8 6 5 5 8 6 8 8 8 5 8 4 8 3 7 107 69,63
Dari tabel 4 diperoleh hasil observasi terhadap aktivitas, respon dan keberanian siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 siklus I di atas, kemudian digambarkan dalam grafik 5 berikut ini :
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
10 9 8
7
7 6
Jumlah Siswa
6
6
6 5
Baik
5
Sedang
4
4
4
Kurang 3
3 2 1 0
Aktivitas
Respon
Keberanian
Hasil Observasi
Gambar 5 Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Siklus I Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran siklus I, yang dinilai dari aspek aktivitas, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif sebanyak 7 (41,18%) siswa, sedangkan siswa yang aktivitasnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif dalam merespon pembelajaran sebanyak 4 siswa (23,59%). Berdasarkan tabel 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran menggunakan metode simulasi siswa yang dinilai dari aspek respon siswa, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif merespon sebanyak 6 siswa (35,29%), sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif merespon sebanyak 5 siswa (29,42%). Berdasarkan tabel 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran pada siklus I yang dinilai dari aspek keberanian siswa, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif (berani) sebanyak 4 siswa (23,53%), sedangkan siswa yang
commit to user
69
keberaniannya sedang sebanyak 10 siswa (58,82%) dan siswa yang tidak aktif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (tidak berani) sebanyak 3 siswa (17,65%). d. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: 1) Pemahaman siswa terhadap materi mengenal cara menghadapi bencana alam masih rendah, hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,82 dan ketuntasan klasikal sebesar 64,71% (Lampiran 15). 2) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek aktivitas, siswa yang aktif sebanyak 7 (41,18%) siswa, siswa yang aktivitasnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif sebanyak 4 siswa (23,59%) (Lampiran 7). 3) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek respon, siswa yang aktif merespon sebanyak 6 siswa (35,29%), sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif merespon sebanyak 5 siswa (29,42%) (Lampiran 7). 4) Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek keberanian, siswa yang aktif (berani) sebanyak 4 siswa (23,53%), sedangkan siswa yang keberaniannya sedang sebanyak 10 siswa (58,82%) dan siswa yang tidak aktif (tidak berani) sebanyak 3 siswa (17,65%) (Lampiran 7) Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran siklus I pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam diperoleh hasil evaluasi dalam tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5 Hasil Evaluasi Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nilai 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 Jumlah
Frekuensi 10 6 1 17
commit to user
Persentase 58,8% 35,3% 5,9% 100%
Keterngan Rata-rata kelas sebesar 67,82 dan ketuntasan klasikal 64,71%.
70
Untuk lebih jelasnya, hasil evaluasi belajar pada siklus I dapat peneliti perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sampaikan dalam bentuk grafik 6 sebagai berikut: 10
10 9 8
Jumlah Siswa
7 6
6 5 4 3 2
1
1 0
0
40 – 49
50 – 59
0
0 60 – 69
70 – 79
80 – 89
90 – 100
Interval Nilai
Gambar 6. Diagram Hasil Evaluasi Siklus I Berdasarkan
grafik
6
hasil
evaluasi
pembelajaran
siklus
I
menunjukkan bahwa dari 17 siswa kelas SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu dari 17 siswa, yang dinyatakan tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%). Adapun nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 67,82 dengan ketnntasan secara klasikal sebesar 64,71%. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran siklus I ini belum memenuhi indikator penelitian, dimana ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya 80%, untuk itu perlu dilakukan siklus selanjutnya yaitu siklus II. 2. Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, Siklus II perlu dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2012, guru mengubah sistematika metode simulasi dengan cara
commit to user
71
memberikan waktu yang cukup luas kepada siswa untuk menyusun skenario. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Seminggu sebelum pelaksanaan tindakan II siswa mendapat tugas kelompok untuk menyusun skenario simulasi dengan tema cara menghadapi bencana gempa bumi. a. Perencanaan Siklus II Penulis dengan teman sejawat menyusun ulang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan modifikasi terhadap metode simulasi dalam menghadapi bencana gempa bumi. Para siswa sebelumnya ditugasi membaca materi di rumah tentang mengenal cara menghadapi bencana alam di lingkungannya khususnya bencana gempa bumi. Pada tahap ini peneliti merencanakan bersama teman sejawat yaitu guru wali kelas IV memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman cara menghadapi bencana alam gempa bumi melalui metode simulasi. Pada tahap perencanaan disepakati Rencana pelaksanaan Pembelajaran segera dibuat dengan mengutamakan masalah yang menarik dan menantang siswa untuk diperankan. Untuk kebutuhan itu setting peran dalam pelaksanaan simulasi diserahkan kepada tiap kelompok untuk disusun sedemikian rupa agar selanjutnya para siswa dapat berlatih terlebih dahulu. Para siswa dalam siklus II ini telah membawa semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan simulasi, yang meliputi : kentongan, bambu dan tali, tas P3K, dan peralatan P3K. Peneliti dan teman sejawat yaitu guru wali kelas IV bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan sumber belajar serta format evaluasi. b. Tindakan Siklus II Pada tahap ini para siswa dari masing-masing kelompok mendapat tugas untuk memerankan peristiwa di depan kelas yang berhubungan dengan cara menghadapi bencana alam khususnya bencana gempa bumi. Kelompok I berada di dalam kelas dan bertindak sebagai kelompok yang terkena korban bencana gempa bumi, sedangkan kelompok kedua berada di luar kelas sebagai tim penolong dari korban bencana gempa bumi. Kegiatan simulasi dimulai dengan cara satu orang siswa memukul kentongan bahwa telah terjadi bencana gempa bumi. Kelompok yang berada di dalam kelas berusaha menyelamatkan dirinya
commit to user
72
dengan cara berlindung di bawah meja untuk mengindari reruntuhan bangunan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Setelah dirasa tidak ada lagi gempa bumi, selanjutnya tim penolong memasuki ruangan untuk memberikan bantuan pertolongan dengan membawa korban bencana bumi ke luar ruangan untuk mendapatkan pertolongan medis. Setelah
masing-masing
kelompok
memerankan
perannya
dalam
pelaksanaan simulasi cara menghadapi bencana gempa bumi, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi untuk membahas mengenai jalannya kegiatan simulasi yang dilakukan siswa. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah. Untuk mengukur penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah dipelajari, guru memberikan tugas ulangan harian, dan diteruskan dengan mengumumkan perolehan nilai secara terbuka. Hal ini dimaksudkan agar siswa bersaing secara sehat. c. Observasi Siklus II Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan simulasi mengenai cara menghadapi bencana gempa bumi, menunjukkan bahwa siswa sudah nampak memahami cara menghadapi bencana gempa bumi dengan baik, hal ini terlihat dari kerjasama antar siswa dapat dikembangkan dengan sebaikbaiknya. Para siswa mulai dapat membagi peran dan tanggung jawab tentang peranan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan simulasi. Berikut merupakan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I. 1) Pada aspek aktivitas diperoleh skor rata-rata sebesar 86,27 hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam siklus II masuk kategori baik (Lampiran 8). 2) Pada aspek respon diperoleh skor rata-rata sebesar 88,24 hal ini menunjukkan bahwa respon siswa dalam siklus II masuk kategori baik (Lampiran 8). 3) Pada aspek keberanian diperoleh skor rata-rata sebesar 84,31 hal ini menunjukkan bahwa respon siswa dalam siklus II masuk kategori baik (Lampiran 8). 4) Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 86,27 (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar
commit to user
73
siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik jika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dibandingkan pada kondisi awal dan siklus I. Sedangkan mengenai aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran simulasi pada siklus II adalah sebagai berikut. 1) Aktivitas guru pada aspek kemampuan membuka pelajaran sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 2) Aktivitas guru pada aspek sikap guru dalam proses pembelajaran sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 3) Aktivitas guru pada aspek penguasaan bahan belajar (materi pelajaran) sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 4) Aktivitas guru pada aspek kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran) masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 5) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menggunakan media pembelajaran masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 6) Aktivitas guru pada aspek evaluasi pembelajaran masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 7) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menutup kegiatan pembelajaran sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5). 8) Aktivitas guru pada aspek tindak lanjut/follow up sudah baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 100 (Lampiran 5). 9) Aktivitas guru secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 97,65 (Lampiran 5). Adapun rekapitulasi hasil observasi pembelajaran siklus I dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai berikut :
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tabel 6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Kode Subyek
HBP RA APS AKW AW DEI DC EDC FY HAL MD MMS RAP SL VBP WS MZ
Jumlah Skor Rata-Rata
Aktivitas 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 30 14 0
86,27
digilib.uns.ac.id
√ 33 12 0
Keberanian 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 27 16 0
Jumlah Skor 6 8 9 6 9 9 8 7 9 9 9 6 8 7 8 6 8 132
88,24
84,31
86,27
3
Respon 2 1 √
√ √
√
√ √ √
√
√ √ √
√
√
√
√
√
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap aktivitas, respon dan keberanian siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 siklus II di atas, kemudian digambarkan dalam grafik 7 berikut ini :
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
11 10
10 9 8
8
Jumlah Siswa
7
6
Baik
6
Sedang
Kurang 4
2
0
0
0
0
Aktivitas
Respon
Keberanian
Hasil Observasi
Gambar 7 Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Siklus II Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran siklus II, yang dinilai dari aspek aktivitas, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif sebanyak 10 (58,82%) siswa, sedangkan siswa yang aktivitasnya sedang sebanyak 7 siswa (41,18%) dan siswa yang tidak aktif dalam merespon pembelajaran tidak ada, dengan rata-rata sebesar 86,27 (Lampiran 8). Berdasarkan gambar 7 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran menggunakan metode simulasi siswa yang dinilai dari aspek respon siswa, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif merespon sebanyak 11 siswa (64,71%), sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif merespon tidak ada, dengan rata-rata sebesar 88,24 (Lampiran 8). Berdasarkan gambar 7 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran pada siklus II yang dinilai dari aspek keberanian siswa, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif (berani) sebanyak 9 siswa (52,94%), sedangkan siswa yang keberaniannya sedang sebanyak 8 siswa (47,06%) dan siswa yang tidak aktif (tidak berani) tidak ada, dengan rata-rata sebesar 84,31 (Lampiran 8).
commit to user
76
d. Refleksi Siklus II perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari hasil tindakan II yang dilakukan maka peneliti bersama dengan teman sejawat melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Pemahaman siswa terhadap materi mengenal cara menghadapi bencana alam masih rendah, hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 75,41 dan ketuntasan klasikal sebesar 88,23% (Lampiran 16). 2) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek aktivitas, siswa yang aktif sebanyak 10 (58,82%) siswa, sedangkan siswa yang aktivitasnya sedang sebanyak 7 siswa (41,18%) dan siswa yang tidak aktif dalam merespon pembelajaran tidak ada (Lampiran 8). 3) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek respon, siswa yang aktif merespon sebanyak 11 siswa (64,71%), sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif merespon tidak ada (Lampiran 8). 4) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek keberanian, siswa yang aktif (berani) sebanyak 9 siswa (52,94%), sedangkan siswa yang keberaniannya sedang sebanyak 8 siswa (47,06%) dan siswa yang tidak aktif (tidak berani) tidak ada (Lampiran 8) Hasil penelitian tindakan II menunjukkan bahwa upaya meningkatkan pemahaman cara menghadapi bencana alam melalui strategi belajar simulasi cukup signifikan. Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi menunjukkan terjadi perubahan pembelajaran, penggunaan metode simulasi tercermin jelas di bagian akhir kegiatan inti, guru mampu meningkatkan seluruh potensi yang berkembang pada siswa dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif. Sedangkan peran guru hanya memberi motivasi, membimbing dan menuangkan prestasi yang diraih oleh siswa secara individual maupun kelompok. Hal ini memberikan semangat kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa.
commit to user
77
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode simulasi sangat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa cara menghadapi bencana
gempa
bumi,
apabila
metode
simulasi
dilaksanakan
dengan
sistematik dalam arti tersusun secara menarik dalam hal ini tema atau materinya membuat siswa tertantang untuk memainkannya. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran siklus II pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam diperoleh hasil evaluasi yang disajikan pada tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Evaluasi Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nilai 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 Jumlah
Frekuensi 3 6 8 17
Persentase 17,6% 35,3% 47,1% 100%
Keterngan Rata-rata kelas sebesar 75,41 dan ketuntasan klasikal 88,23%.
Untuk lebih jelasnya, hasil evaluasi belajar pada siklus II dapat peneliti sampaikan dalam bentuk grafik 8 sebagai berikut: 8
8 7 6
Jumlah Siswa
6 5 4 3
3 2 1 0
0
40 – 49
50 – 59
0
0 60 – 69
70 – 79
80 – 89
90 – 100
Interval Nilai
Gambar 8. Diagram Hasil Evaluasi Siklus II
commit to user
78
Berdasarkan gambar 8 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siklus II menunjukkan bahwa dari 17 siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 siswa (88,23%), dan yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 2 siswa (11,76%) dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 75,41. Dengan demikian pelaksanaan siklus II ini telah memenuhi target sesuai dengan indikator penelitian yaitu ketuntasan secara klasikal minimal 80% sudah terpenuhi. Adapun rekapitulasi hasil evaluasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat peneliti sampaikan pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No
Ketuntasan
1. 2.
Tuntas Belum tuntas Rata-Rata
Prasiklus Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah % 6 35,29% 11 64,71% 15 88,23% 11 64,71% 6 35,29% 2 11,77% 57,64 67,82 75,41
Hasil rekapitulasi evaluasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 apabila disampaikan dalam bentuk grafik 10 sebagai berikut:
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
15
14
Jumlah Siswa
12
11
11
10 8
Tuntas 6
6
Tidak Tuntas
6 4 2
2 0
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Tindakan Pembelajaran
Gambar 10 Grafik Peningkatan Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Pada data tabel 9 dan grafik 10 di atas dapat diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap cara menghadapi bencana alam dalam pelajaran IPS mengalami peningkatan, hal tersebut nampak dari hasil evaluasi belajar pada Prasiklus, siswa tuntas sebanyak 6 orang (35,29%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 orang (64,71%) dengan rata-rata kelas sebesar 57,64. Siklus I, siswa tuntas sebanyak 11 orang (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang (35,29%) dengan ratarata kelas sebesar 67,82. Pada siklus II, siswa tuntas sebanyak 15 orang (88,23%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 orang (11,77%) dengan rata-rata kelas sebesar 75,41.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah melalui proses dalam bentuk siklus dari Siklus I dan Siklus II dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi
commit to user
80
langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-pokok rencana pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yaitu upaya meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam melalui metode simulasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Pengamatan/observasi
yang
dilaksanakan
bersamaan
dalam
proses
pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa serta proses refleksi yang dikembangkan dari analisa proses pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya selama penelitian berlangsung dengan model proses dalam bentuk putaran yang menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc.Taggart. Melalui kerja kolaboratif disimpulkan penyebab sesungguhnya yang paling dominan adalah kurangnya suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa untuk belajar memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika siswa diberikan kesempatan secara bebas menyusun skenario naskah simulasi sesuai dengan rambu-rambu yang diperuntahkan guru. Di sini guru dituntut untuk melakukan pembelajaran IPS secara aktif dan memotivasi siswa untuk senantiasa belajar memiliki pemahaman mengenai cara menghadapi bencana alam, yang nantinya diharapkan ilmu yang diperoleh siswa dapat digunakan dalam kehidupan nyata siswa di masa yang akan datang. Disimpulkan dari masalah pembelajaran di atas apabila kita mengharapkan siswa belajar dengan menyenangkan diperlukan variasi mengajar yang memenuhi syarat salah satunya yaitu dengan berupaya menanamkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam siswa dalam setiap materi pembelajaran dengan melibatkan
langsung
para
siswa
berpartisipasi
dalam
menetapkan
tujuan
pembelajaran, memberikan stressing pada segi afektif dalam pengajaran dengan menumbuhkan interaksi guru dan siswa yang optimal (komunikasi multi arah), maka salah satu strategi belajar yang sesuai dan mewakili perkembangan siswa adalah metode simulasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman siswa mengenal cara menghadapi bencana alam dengan pemberian contoh dalam setiap materi pembelajaran dengan metode simulasi berpengaruh terhadap daya nalar siswa
commit to user
81
yang berdampak pada sikap siswa memiliki pemahaman cara menghadapi bencana perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id alam dengan baik dan benar. Melalui metode simulasi berhasil diamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori ke dalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuatan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana). Sikap siswa ini menumbuhkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam para siswa. Hal ini dapat diketahui dari umpan balik yang diberikan kepada para siswa untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode simulasi terhadap sikap dan perilaku siswa yang telah memahami makna yang terkandung dari setiap materi pembelajaran yang sedang diperankan. Pemahaman cara menghadapi bencana gempa bumi yang diobservasi menunjukkan pola meningkat yang diukur melalui instrumen observasi. Hasil dialog kolaboratif dan diskusi, memberikan dorongan kepada guru untuk menerapkan metode simulasi secara efektif guna meningkatkan pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam. Hal ini ditunjukkan peneliti pada waktu melaksanakan tindakan kelas. Hasil pengamatan yang didukung oleh mitra kolaborasi dalam hal ini guru wali kelas IV dan Kepala Sekolah, guru selalu memberitahukan tujuan pembelajaran dan rencana belajar yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai serta membimbing siswa yang bertujuan untuk
commit to user
82
menumbuhkan suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa memahami perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Dari hasil observasi terhadap perilaku guru dengan menggunakan Instrumen Penilaian Guru pada Siklus I, setelah melalui diskusi dan penelitian didapat hasil terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran khususnya pada langkahlangkah pembelajaran ditemukan langkah yang cukup sistematis dari indikator fase langkah-langkah pembelajaran yang meliputi penyampaian tujuan dan memotivasi peserta didik, menyajikan informasi, mengorganisasikan peserta didik dan menetapkan masalah sosial yang menarik perhatian siswa dan actual untuk dibahas melalui cerita dan contoh yang menarik. Selanjutnya guru juga sudah berupaya menjelaskan cara-cara menghadapi bencana alam gempa bumi, sehingga siswa dapat memahami bagaimana cara menghadapi bencana gempa bumi dengan baik dan benar. 1. Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa serta memberikan contoh-contoh logis bahkan memberikan dorongan kepada seluruh siswa untuk memiliki keberanian bertindak menyebabkan siswa memiliki sikap percaya diri dan tidak malu dalam penerapan metode simulasi. Guru sebagai pembimbing dan motivator melakukan tindakan yang nyata seperti memberikan tanggung jawab kepada para siswa dan melakukan pengulangan kembali contoh-contoh pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam. Guru juga sudah berupaya menjelaskan cara-cara menghadapi bencana alam dengan baik dan benar, sehingga siswa dapat lebih memahami pentingnya menghadapi bencana alam. Pembelajaran dalam konteks cerita yang menarik, guru menetapkan siswa yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas, guru menjelaskan kepada para siswa mengenai peranan mereka pada waktu simulasi berlangsung. Bahkan ada upaya guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berunding beberapa menit sebelum mereka melaksanakan simulasi.
commit to user
83
Guru mampu mengakumulasi seluruh potensi yang berkembang pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengemukakan gagasan-gagasannya. Hal ini memberikan semangat kompetisi
dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok
memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa. Pada tahap presentasi dan diskusi kelas siswa mulai terdorong untuk berlomba mengemukakan gagasan dan pendapatnya hanya karena ingin memperoleh nilai. 2. Perilaku Siswa setelah Pembelajaran Perilaku siswa setelah pembelajaran menunjukkan peningkatan dalam memahami cara menghadapi bencana alam gempa bumi, hal ini terbukti ketika mereka melakukan simulasi pada Siklus II mampu mengemukakan gagasan atas pemahaman cara menghadapi bencana alam gempa bumi. Siswa dapat menyebutkan cara-cara menghadapi bencana gempa bumi dengan baik. Selama penerapan metode simulasi dalam proses pembelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode simulasi dalam proses pembelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam ini adalah: 1. Siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran di luar kelas, siswa tidak merasa bosan dan merasa senang. 2. Siswa menjadi aktif dan kreatif 3. Materi yang ada dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Membantu siswa memahami materi, mengingat kemampuan berfikir siswa yang masih tahap konkret. 4. Siswa dapat mengaplikasikan materi dalam kehidupan nyata. 5. Terdapat unsur psikomotorik dalam pelaksanaannya. 6. Pengembangan potensi siswa dapat tersalurkan. Sedangkan kelemahan metode simulasi adalah: 1. Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, waktu dan kondisi siswa. 2. Guru kadang mengalami kesulitan dalam menjelaskan kegiatan simulasi dengan materi yang ada. Karena siswa terlalu sibuk dengan kegiatan simulasi mereka dan sering mengabaikan materi yang disampaikan guru.
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil evaluasi pada Siklus I siswa tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%). Adapun nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 67,82 dengan ketnntasan secara klasikal sebesar 64,71%. Hasil evaluasi siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 siswa (88,23%), dan yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 2 siswa (11,76%) dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 75,41. Dengan demikian pelaksanaan siklus II ini telah memenuhi target sesuai dengan indikator penelitian yaitu ketuntasan secara klasikal minimal 80% sudah terpenuhi.
B. Implikasi Penelitian ini mampu memberikan gambaran tentang peningkatan proses pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara menghadapi bencana melalui metode pembelajaran simulasi. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari pengaruh guru, siswa, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Metod pembelajaran yang tepat akan menghasilkan proses dan hasil pembelajaran yang baik, begitu juga dengan factor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan sumber belajar yang tepat juga akan memudahkan siswa menyerap pelajaran sehingga lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu persiapan pembelajaran yang tepat juga akan berdampak pada proses pembelajaran yang baik. Suatu pemahaman terhadap materi pelajaran akan meningkat dengan metode dan media yang tepat. Guru memang harus pandai memilih metode dan media yang
84
commit to user
85
akan digunakan sebelum mengajar agar menghasilkan proses dan hasil yang baik. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Metode dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan
dalam
pelajaran.
Penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
proses
pembelajaran dan pemahaman siswa tentang cara menghadapi bencana alam dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi
C. Saran Dari kesimpulan tersebut di atas, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkan pembelajaran khususnya meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti menyarankan beberapa hal antara lain : 1. Bagi Kepala Sekolah a. Hendaknya kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dapat menerapkan kebijakan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan
pembelajaran,
khususnya
pembelajaran
simulasi,
misalnya
penyediaan laboratorim maupun perangkat pembelajaran lainnya. b. Kepala sekolah hendaknya selalu melakukan sepervisi kunjungan kelas, sehingga dapat mengetahui kendala-kendala yang dialami guru dalam prlaksanaan pembelajaran. c. Kepala sekolah hendaknya selalu memberikan motivasi kepada guru untuk menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran yang salah satunya adalah metode simulasi, sehingga proses pembelajaran tidak berpusat pada guru saja. 2. Bagi Guru a. Sebaiknya guru dalam pembelajaran dengan penggunaan metode simulasi, guru
harus
lebih
mempersiapkan
perencanaan
lebih
matang
dan
mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi. Khususnya pada metode simulasi, guru membutuhkan alat bantu yang detail dan rumit. Guru sebaiknya juga memberi penjelasan dan pemahaman yang jelas ketika pemberian tugas, agar siswa dapat menyelesaikan sesuai dengan yang diharapkan guru
commit to user
86
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam upaya meningkatkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pemahaman kognitif siswa melalui penggunaan metode pembelajaran simulasi, sehingga kualitas dan mutu pembelajaran dapat ditingkatkan. c. Hendaknya
guru
dalam
melakukan
pembelajaran
simulasi
perlu
menyesuaikan dengan kometensi dasar yang akan diajarkan, sehingga pembelajaran simulasi yang dilaksanakan sesuai dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa. d. Hendaknya guru dalam melaksanakan pembelajaran simulasi dapat melibatkan siswa dalam tindakan nyata, misalnya melakukan kerja bakti di halaman sekolah maupun menggalang dana sumbangan untuk membantu korban bencana alam. 3. Bagi Siswa a. Hendaknya para siswa lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik adalah siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. b. Hendaknya siswa dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk mencari bahan atau materi pelajaran melalui media internet maupun media surat kabar dan televisi, sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru berdasarkan pengalaman yang dialaminya.
commit to user