MENGENAL LEBIH DEKAT KOMODITAS WIJEN DI KP. PASIRIAN - BALITTAS KAB. LUMAJANG Oleh : Nur Fatimah, S. TP – PBT Pertama Sri Rahayu, SP – PBT Muda Sekilas Tentang KP. Pasirian - Balittas Kab. Lumajang Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan di Bogor. Balittas berkedudukan di Karangploso, Malang, Jawa Timur, mempunyai kegiatan penelitian tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat memiliki beberapa Kebun Percobaan (KP) yang berada di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur yaitu : KP. Muktiharjo (Pati), KP. Sumberrejo (Bojonegoro), KP. Karangploso (Malang), KP. Pasirian (Lumajang) dan KP. Asembagus (Situbondo). KP. Pasirian seluas 7,89 ha. terdiri dari kebun Pasirian seluas 4,38 ha. dengan ketinggian ± 110 mdpl, dan kebun Sukapura seluas 3,5 ha. dengan ketinggian ± 950 mdpl. Beralamatkan di Jl. Pasirian Kotak Pos 1 Pasirian, Lumajang, Jawa Timur 67372 (Anonim, 2015). KP. Pasirian - Balittas memperoleh mandat untuk mengembangkan beberapa komoditas dan salah satunya adalah wijen. Pada tahun 2013, benih wijen (benih dasar) yang ditanam adalah Winas 1 dan Winas 2 sedangkan pada tahun 2014 (benih pokok) adalah Winas 1, Winas 2 dan Sumberrejo 2. Berikut data produksi benih wijen pada tahun 2013 dan 2014 di KP. Pasirian-Balittas Kab. Lumajang :
Tahun
Varietas
2013
Winas 1 Winas 1 Winas 2 Winas 2 Winas 1 Winas 2 Sumberrejo 2
2014
Luas (Ha) 0,29 0,30 0,25 0,36 0,60 0,20 0,20
Taksasi Per Ha 805,79 Kg 729,87 Kg 815,78 Kg 841,31 Kg 1,173 Kg 1.141,14 Kg 228,23 Kg
Taksasi Sesuai Luasan 233,68 Kg 218,06 Kg 203,95 Kg 302,87 Kg 689,84 Kg 1.269,82 Kg 253,96 Kg
(BBPPTP Surabaya, 2014). Tanaman Wijen
Gb 1. Tanaman Wijen Tanaman wijen merupakan tanaman semusim yang tahan kering, dengan umur antara 2,5 – 5 bulan. Batang tegak, berkayu bertekuk empat, kebanyakan bercabang, susunan daun bawah, tengan dan atas antara spesies yang satu dan lainnya berbeda. Tinggi tanaman 0,5 hingga 25 meter, umur tanaman 2,5 sampai 5 bulan tergantung varietas dan kondisi tempat. Bunga muncul dari ketiak daun 1 sampai 3 kuntum per ketiak, warna putih dan ungu dan berbentuk seperti terompet. Penyerbukan biasanya terjadi dibantu oleh serangga dan kadang-kadang dibantu oleh angin. Buah memiliki panjang 2 sampai 3 cm dengan diameter 0,5 sampai 1 cm
“Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
1
terdiri dari 4,6 dan 8 lokus (kotak) memanjang. Tiap lokus mengandung 50 hingga 125 biji per polong (Anonim, 2014). Selama pertumbuhannya membutuhkan curah hujan antara 400 – 650 mm (Kaul dan Das, 1986). Klasifikasi ilmiah tanaman wijen adalah : Kingdom : Plantae Ordo : Lamiales Famili : Pedaliaceae Genus : Sesamum Spesies : Sesamum indicum L. Tanaman wijen tumbuh baik pada ketinggian 1 – 1250 m di atas permukaan laut, menghendaki suhu tinggi, dan udara kering (Weiss, 1971). Wijen sudah lama dikenal dan dibudidayakan, sehingga tersebar hampir di semua daerah di Indonesia, terutama di wilayah kering baik di lahan kering pada musim hujan maupun lahan sawah di musim kemarau. Syarat Tumbuh 1. Iklim tumbuh di daerah tropika dan subtropika 35 derajat LU dan 45 derajat LS. Ketinggian 1-1.200 mdpl. Sensitif terhadap suhu rendah, curah hujan yang tinggi, dan cuaca mendung terutama saat pembungaan. Suhu optimal 25-30 oC dengan cahaya penuh. Curah hujan 300-1000 mm, toleran terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan tergenang wijen dapat tumbuh optimal pada wilayah kering dengan 3 bulan basah. Komoditas ini kurang tahan ternaung, sehingga perlu dipikirkan bila bertanam secara campuran dengan tanaman lain. dapat ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lain (Soenardi, 2005).
2. Tanah Tumbuh baik dan berhasil pada semua jenis tanah, tetapi yang terbaik pada tanah lempung berpasir yang subur dengan pH 5,5-8,0. Jika nilai keasaman (pH) tanah kurang dari 5,5 maka dilakukan pengapuran tanah. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sebelum tanam, mengingat pada umumnya akar tanaman tidak tahan terhadap pengapuran secara langsung setelah penanaman. Tanah dangkal dan tanah garam kurang sesuai. Drainase harus baik, karena wijen tidak tahan tergenang. PolaTanam Tanaman wijen dapat dibudidayakan pada dua kondisi lahan yaitu lahan kering/tegalan dan lahan basah/sawah. Pada lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau. Oleh karena itu pada awal pertumbuhannya membutuhkan pengairan yang cukup sampai dengan pengisian polong (umur 60-70 hari), tetapi pengairan tersebut tidak boleh sampai menggenang. Di lahan kering wijen umumnya ditanam pada musim penghujan. Tanaman wijen selain ditanam monokultur juga dapat ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lain seperti padi gogo, jagung, kacangkacangan, jarak, dll. Adanya tanaman wijen dalam pola tanam juga bermanfaat untuk menekan nematoda.(Mardjono, R. dan Suprijono,2005). Penanaman Wijen di Lahan Kering/Tegalan Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya wijen secara intensif di lahan kering atau tegalan adalah : pengolahan tanah. Tanah harus gembur memiliki drainase (pembuangan air) yang baik memiliki bahan organik cukup
“Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
2
steril (bebas patogen). Persiapan tanah yang baik dilakukan selama sekitar 60 hari. Sebelum diolah, tanah diberokan selama 30 hari. Tanah dibajak sedalam 40-60 cm, kemudian dibiarkan selama tujuh hari agar terangin-anginkandan terkena panas matahari. Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan satu minggu kemudian. Pengolahan tanah tahap ketiga dilakukan seminggu berikutnya, tanah dicangkul atau dibajak unutk membalik kembali tanah yang berada di lapisan dalam (bawah). Pada tahap ini sekaligus dapat dilakuakn pemupukan dasar dan pengapuran (bila perlu). Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang yang telah matang agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman. Dosis pemberian pupuk kandang adalah 15-20 ton/ha. kemudian dibiarkan selama tujuh hari agar terjadi reaksi antara tanah, pupuk kandang, dan kapur. Satu mnggu kemudian dilakukan pengolahan tanah lagi. Pemupukan dasar juga dapat menggunakan pupuk organik Super TW plus sebanyak 3,5 ton/ha atau Harmony BS-1 dan harmony P-1 dengan dosis 8 liter/ha. Pupuk Harmony BS-1 dan Harmony P-1 dilarutkan ke dalam 4.000 liter air, kemudian disiramkan pada bedengan. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 40 cm, dan panjang 10 m atau disesuaikan dengan kondisi lahan. Parit dibuat dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40 cm-50 cm.
Di sekililing bedengan dibuat saluran pembuangan air, berukuran lebar 60 cm dan kedalaman 60 cm. Setelah pembuatan bedengan dan parit, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu, kemudian digemburkan dengan dicangkul tipis-tipis. Selanjutnya, tanah telah siap untuk ditanami.
Penanaman Wijen di Lahan Basah/Sawah Tanaman wijen juga dapat ditanam di lahan basah atau sawah. Persiapan yang perlu dilakukan sama dengan penanaman yang dilakukan di lahan kering atau tegalan, yaitu meliputi pengolahan tanah, penentuan saat tanam, dan penanaman. Budidaya Tanaman Wijen 1. Penanaman Jarak tanam bervariasi (10-25) cm x (30-75) cm, tergantung dari varietas tanaman. Varietas genjah lebih rapat dibanding varietas dalam, begitu pula semakin sedikit percabangannya ditanam semakin rapat. Penanaman dengan tugal sedalam 2-4 cm, tiap lubang tanam diisi 5 biji, bila disebar keperluan benih dapat mencapai 4 kali lipat. Untuk memudahkan penanaman biji dicampur dengan abu atau pasir halus 2. Pemupukan Dosis pupuk 100 kg Urea per hektar. Sepertiga dosis diberikan bersamaan dengan tanam, sisanya diberikan pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Pemberian dapat dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5-7,5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam. Pupuk Urea yang telah diletakkan dalam lubang harus ditutup. Pupuk P dan K dapat ditambahkan bila daerah tersebut diketahui memerlukan hara tersebut.
“Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
3
3. Pemeliharan Penyulaman dilakukan 6 HST. Tanaman wijen mudah hidup bila dipindah, sehingga memungkinkan menggunakan bahan tanaman untuk menyulam dari lubang tanam lain yang tumbuh lebih dari dua tanaman. Untuk sistem ini sebaiknya penyulaman dilaksanakan 15-20 HST. Penjarangan dilakukan 15-20 HST, sehingga tinggal 2 tanaman per lubang tanam. Penyiangan dilakukan bila gulma telah mengganggu dan diupayakan sampai dengan umur 40 HST bebas dari gangguan gulma (Mardjono, R. dan Suprijono, 2005) 4. Panen dan pasca panen Panen yang tepat dilakukan bila 2/3 dari polong buah sudah berwarna hijau kekuningan. Penguningan dimulai dari polong-polong yang berkedudukan di bawah. Bila terlambat maka polong akan pecah, bila jatuh tidak lagi dapat diambil. Pemanenan yang dilakukan saat polong mulai pecah, sebaiknya menggunakan sabit bergerigi, pelan-pelan batang dipegang dan dipotong 10-15 cm di bawah kedudukan buah. Posisi batang masih tetap tegak, kemudian dibalik agar biji dalam polong yang sudah pecah jatuh ke tempat yang sudah dipersiapkan. Pada kondisi yang sangat panas dan kering proses penuaan kadang-kadang tidak begitu jelas. Polong-polong yang berwarna hijau langsung cokelat, kering, dan pecah. Batang wijen sebagai hasil panen diikat, masing-masing ikatan bergaris tengah sekitar 10-15 cm, kemudian dijemur dalam kedudukan berdiri. Dibawah tempat penjemuran diletakan tikar/tempat menampung biji wijen agar biji yang jatuh mudah dikumpulkan. Bila lantai jemur ini
dari plester, tidak lagi diperlukan tempat menampung. Jika polong-polong sudah pecah, ikatan batang wijen dibalik yaitu ujungnya terletak dibawah sehingga biji keluar. Biji yang sudah keluar dari polong umumnya dijemur selama 1 hari penuh agar kandungan kadar air kurang dari 7 %. (Mardjono, R. dan Suprijono, 2005.) Tanaman Wijen Yang Dikembangkan di KP. Pasirian - Balittas, Kab. Lumajang Beberapa varietas tanaman wijen yang dibudidayakan di KP. Pasirian - Balittas, Kab. Lumajang antara lain : 1. Winas 1 merupakan hasil persilangan Sbr-1 X SI22. Sbr-1 merupakan varietas unggul lahan kering dan aksesi SI-22 berumur genjah berasal dari Bokor, Ngawi, Jawa Timur. Tanaman : tipe pertumbuhan indeterminate percabangan : bercabang, posisi percabangan sepanjang batang Batang : panjang 163,63 cm (panjang) jumlah buku (nodia) 8,95 (sedang) jumlah bunga pada setiap ketiak daun satu Daun : panjang 16,03 cm (sedang), lebar 11,37 cm (sedang) derajat lekukan daun sedang intensitas hijau daun sedang Petiol : panjang 12,97 cm (sedang) pewarnaan antosianin kuat Bunga : waktu berbunga pertama 36 hari warna pink pada bagian luar korola: sedang warna pink pada bagian dalam dari bibir bawah: sedang bulu pada korola : sedikit
“Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
4
nectar : ada Kapsul : Jumlah karpel 4 (empat) panjang 2,51 cm (sedang), lebar 1,28 cm (sedang) bulu sedikit waktu masak (panen): 101±4 hari Kulit biji : warna coklat tekstur halus Sifat-sifat khusus : kadar minyak: 50,88% potensi hasil 1.471 kg/ha maksimum 2.222 kg/ha Ketahanan terhadap hama Polyphagotarsonemus latus : rentan, penyakit Phytophthora sp. : rentan sesuai untuk lahan sawah sesudah padi.
Gb 2. Bentuk kapsul wijen var. Winas 1
Gb 3. Percabangan wijen var. Winas 1
Gb 4. Warna biji wijen var. Winas 1 2.
Winas 2 merupakan hasil persilangan Sbr-1 X SI26 (Pitu, Ngawi, Jawa Timur) Tanaman : tipe pertumbuhan indeterminate percabangan : bercabang, posisi percabangan sepanjang batang Batang : panjang 155,70 cm (sedang) jumlah buku (nodia) 8,0 (sedang) jumlah bunga pada setiap ketiak daun satu Daun : panjang 17,23 cm (sedang), lebar 12,47 cm (sedang) derajat lekukan daun lemah warna hijau daun sedang Petiol : panjang 12,48 cm (sedang) pewarnaan antosianin kuat Bunga : waktu berbunga pertama 33 hari warna pink pada bagian luar mahkota terang bulu pada mahkota sedikit nectar ada Kapsul : jumlah karpel 4 (empat) panjang 2,57 cm (sedang), lebar maksimum 1,46 cm (sedang) bulu sedikit waktu masak (panen) 98±4 hari
“Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
5
Kulit biji : warna coklat, relief halus Sifat-sifat khusus : kadar minyak: 50,88% potensi hasil rata-rata 1.412 kg/ha, maksimum 1.874 kg/ha ketahanan terhadap hama P. latus : moderat tahan ketahanan terhadap penyakit Phytophthora sp. : moderat tahan sesuai untuk lahan sawah sesudah padi.
3.
Sumberrejo 2 Dilepas berdasarkan SK Mentan No. 723/Kpts/TP.240/7/97 tanggal 21 Juli 1997. Wijen varietas Sumberrejo 2 merupakan jenis wijen putih
Habitus : Tidak bercabang Umur panen : 75-100 hari Jumlah ruang polong : 4 Potensi produksi : 0,8-1,4 ton/ha Sesuai daya adaptasi : Monokultur/tumpangsari Adaptasi : Lahan kering di NTB, dan Sulsel Ketahanan terhadap : - Sclerotium : Tahan - Tungau : Agak tahan
Gb 5. Bentuk kapsul wijen var. Winas 2
Gb 8. Percabangan wijen var. Sumberrejo 2
Gb 6. Warna biji wijen var. Winas 2
Gb 9. Bentuk kapsul wijen var. Sumberrejo 2
Gb 7. Percabangan wijen var. Winas 2 “Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
6
DAFTAR PUSTAKA Anonim 2012. Sumberrejo 2. http://balittas.litbang.pertanian.go.id /ind/index.php?option=com_content &view=article&id=230:sbr2&catid=65:wijen&Itemid=116. Diakses tanggal 30 Januari 2015. _______, 2014. Cara Budidaya Tanaman Wijen di Lahan Kering dan Basah. http://infotanam.blogspot.com/2014/ 07/cara-budidaya-wijen-di-lahankering-dan.html . Diakses tanggal 29 Januari 2015.
Wijen Sumberrejo 1 dan 4 Untuk Pengembangan di Lahan Sawah Sesudah Padi. Buletin Perspektif Volume 6 Nomor 1, Juni 2007 : 01 – 09. Weiss,
E.A. 1971. Castor, Sesame and Sufflower. Leonarard Hill. London. 786 p. Dalam Mardjono, R. 2007. Varietas Unggul Wijen Sumberrejo 1 dan 4 Untuk Pengembangan di Lahan Sawah Sesudah Padi. Buletin Perspektif Volume 6 Nomor 1, Juni 2007 : 01 – 09.
_______, 2015. Profil Balittas. http://balittas.litbang.pertanian.go.id /ind/index.php?option=com_content &view=section&id=8&Itemid=45. Diakses tanggal 29 Januari 2015. _______, 2015. Varietas Winas 1. http://perkebunan.litbang.pertanian.g o.id/?p=4349. Diakses tanggal 26 januari 2015. _______, 2015. Wijen Varietas Winas 2. http://perkebunan.litbang.pertanian.g o.id/?p=4349. Diakses tanggal 26 januari 2015. BBPPTP Surabaya, 2014. Sertifikat Mutu benih Sumber. BBPPTP Surabaya. Juanda D, dan Cahyono, B. 2005. WIJEN Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kaul, A.K. and M.L. Das. 1986. Oilseeds in Bangladesh. Bangladesh-Canada Agric. Sector Team, Ministry of Agric. Gov. of the People’s Rep. of Bangladesh, Dhaka.185 p. Dalam Mardjono, R. 2007. Varietas Unggul “Mengenal lebih Dekat Komoditas Wijen di KP. Pasirian- Balittas Kab. Lumajang” ~ BBPPTP Surabaya
7