World Water Forum (WWF) ke-6 Perlu Aksi Konkrit
16
Privatisasi Air Minum di Indonesia
23
Edisi 3/Tahun X/Maret 2012
Menabung Air dengan Konservasi Air Tanah
26
kementerian pekerjaan umum
Karya Cipta Infrastruktur Permukiman
Mengelola Air Baku Tak Bisa
Ditanggung Sendiri
ck • Kemana Larinya Tinjaku? PLUS! lensa Pelantikan Eselon I, 2, dan 3 Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 22 Maret 2012
daftar isi Berita Utama
Edisi 34Tahun X4Maret 2012
4
Air Baku 4 Mengelola Tak Bisa Ditanggung Sendiri Regional Jawa Tengah 6 SPAM Menepis Ego, Membagi Air untuk Sesama
liputan khusus Pulih, Aktivitas Lereng 13 Infrastruktur Merapi Kembali Bergairah
13
info baru Water Forum (WWF) ke-6 16 World Perlu Aksi Konkrit Peran Asisten 19 Penguatan Kelembagaan dalam
Pengembangan SDM SPAM
22
Cipta Karya Gelar Roadshow CSR di Tujuh Provinsi
MDGS Award 23 Indonesia Nasional 2011
inovasi Air 26 Menabung dengan Konservasi Air Tanah
Gema PNPM
29 Air Mata untuk Mata Air
PLUS! lensa ck • Kemana Larinya Tinjaku? • Pelantikan Eselon I, 2, dan 3 Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 22 Maret 2012
2
23 suara4444 44anda
BKM Anutodea & Website Randal Jatim
1. Mau promosi tentang BKM Anuntodea. BKM Anuntodea merupakan BKM yang terletak di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. BKM Anuntodea merupakan organisasi nirlaba yang fokus pada penanggulangan kemiskinan. BKM ini pernah mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Info lebih lanjut kunjungi http://bkmanuntodea.blogspot.com/. 2. Menginformasikan bahwasanya Randal Jatim sudah bisa di akses melalui www. randaljatim.web.id. Semoga dengan adanya website ini koordinasi tingkat pusat dan provinsi lebih terjalin dan dapat menjadi contoh bagi randal di provinsi lain Semoga informasi ini dapat bermanfaat. Terima kasih
editorial Pelindung Pelindung Budi Yuwono P Budi Yuwono P Penanggung Jawab Penanggung Jawab Antonius Budiono Antonius Budiono Dewan Redaksi Dewan Redaksi Susmono, Danny Sutjiono, Dadan Krisnandar, Danny Sutjiono, M. Sjukrul M. Sjukrul Amin, Amwazi Idrus, Amin, Amwazi Idrus, Guratno Hartono, Guratno Hartono, Tamin MZ. Tamin MZ. Amin, Nugroho TriAmin, Utomo Nugroho Tri Utomo Pemimpin Redaksi Pemimpin Redaksi Dian Irawati, Sudarwanto Dian Irawati, Sudarwanto Penyunting dan Penyelaras Naskah Penyunting dan Penyelaras Naskah T.M. Hasan, Bukhori T.M. Hasan, Bukhori Bagian Produksi BagianA.Produksi Erwin Setyadhi, Djoko Karsono, Erwin A. Setyadhi, Djoko Karsono, Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan, Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan, M. Sundoro, Chandra RP. Situmorang, M. Sundoro, Chandra RP. Situmorang, Fajar Santoso, Ilham Muhargiady, Fajar Santoso, Muhargiady, Sri Murni Edi K,Ilham Desrah, Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto, Sri Murni Edi K, Desrah, Bhima Dhananjaya, Djati Waluyo Widodo, Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto, Indah Danang BhimaRaftiarty, Dhananjaya, DjatiPidekso Waluyo Widodo, Indah Raftiarty, Danang Pidekso Bagian Administrasi & Distribusi
Luargo, Joni Santoso,&Nurfathiah Bagian Administrasi Distribusi Luargo, Joni Santoso, Nurfathiah Kontributor Dwityo A. Soeranto, Hadi Sucahyono, Kontributor Nieke Mulana MP. Sibuea, DwityoNindyaputri, A. Soeranto,R.Hadi Sucahyono, Adjar Rina Farida, Didiet Akhdiat, Nieke Prajudi, Nindyaputri, R. Mulana MP.A.Sibuea, RG. Eko Djuli S,Rina Dedy Permadi, Adjar Prajudi, Farida, Didiet A. Akhdiat, Th Srimulyatini Respati, Joerni Makmoerniati, RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini Syamsul Hadi, Hendarko Rudi S, Iwan Dharma S, Respati, Joerni Makmoerniati, Syamsul Hadi, Rina Agustin, Handy B. Legowo, Hendarko Rudi S, Iwan Dodi Krispatmadi, RudiDharma A. Arifin,S, Rina Agustin, Handy B.Setyaningrum, Legowo, Dodi Alex Krispatmadi, Endang A. Chalik, Rudi A.Mursito, Arifin, Endang Setyaningrum, Djoko N. Sardjiono, Alex A.M. Chalik, Djoko Mursito, Sardjiono, Oloan Simatupang, Hilwan,N.Kun Hidayat S, Oloan M. Simatupang, Hilwan, Kun Hidayat S, Deddy Sumantri, Halasan Sitompul, Deddy Sumantri, M. Halasan Sitti Bellafolijani, AulawiSitompul, Dzin Nun, Sitti Bellafolijani, M. Aulawi Dzin Nun, Ade Syaiful Rahman, Aryananda Sihombing, Agus Achyar, Ratria Anggraini, Ade Syaiful Rahman, Aryananda Sihombing, Dian Hastuti, Sudjimah, AgusSuci Achyar, RatriaEmah Anggraini, Dian Suci Hastuti, Susi Simanjuntak, Didik S. Fuadi, EmahMDS Sudjimah, Susi MDS Simanjuntak, Kusumawardhani, Airyn Saputri, Airyn Saputri, Didik S. Fuadi, Kusumawardhani, Budi Sukahar, Budi Prastowo, Prastowo, Aswin Aswin G. G. Sukahar, Wahyu Putri Intan Intan Suri, Suri, Wahyu K. K. Susanto, Susanto, Putri Siti Aliyah Junaedi Siti Aliyah Junaedi Alamat Redaksi Alamat Redaksi Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Telp/Fax. 021-72796578 Telp/Fax. 021-72796578 Email Email
[email protected] [email protected]
Membagi Air untuk Sesama Di ranah air, Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) dan Ditjen Cipta Karya memposisikan diri dengan baik. Pihak pertama mengelola air dari hulu, membaginya untuk irigasi, ari baku untuk air minum, dan kepentingan lainnya. Pihak kedua menunggunya di hilir untuk mengatur dan memfasilitasi pemanfaatan air baku untuk pemenuhan kebutuhan air minum di daerah. Dua sinergi ini layak ditunggu untuk mengejar berbagai target, baik RPJMN maupun Millennium Development Goals (MDGs) dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Meskipun kedengarannya ambisius, namun jika semua pihak berkomitmen mewujudkannya, bukan tidak mungkin ada akselerasi positif. Namun jika masih menonjolkan ego masing-masing, maka yang terjadi adalah pembiaran ketimpangan sumber air antara daerah yang kaya sumber dengan yang tidak. Di level pusat, Ditjen Cipta Karya dan Ditjen SDA sudah beberapa kali mensinkronkan program keduanya agar saling mengisi dalam implementasinya. Salah satunya adalah mengusahakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang memanfaatkan air baku secara regional untuk dibagi bersama ke daerah tetangganya. Atas nama kepentingan bersama, Ditjen Cipta Karya bersikeras mewujudkannya. Salah satu provinsi yang sudah matang merampungkan Master Plan dan membuat komitmen bersama adalah Jawa Tengah. Dalam edisi ini, kami memilih SPAM Regional Jawa Tengah sebagai contoh. Meskipun di tiap daerah memiliki kekhasan sendiri dalam permasalahan dan kearifan lokalnya, namun satu benang merah yang patut ditarik adalah komitmen bersama.
Selamat membaca dan berkarya!
website http://ciptakarya.pu.go.id twitter @ditjenck Cover : Bendungan Ir. H. Juanda Jatiluhur, Purwakarta. (Foto: Buchori)
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email
[email protected] atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
3
berita utama
Tak Bisa Ditanggung Sendiri Menyebut air baku dan air minum adalah satu tarikan nafas. Tidak heran keduanya menjadi perhatian dan tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) bertekad mewujudkan kemanfaatan sumber air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Direktorat Jenderal Cipta Karya (CK) salah satunya melaksanakan tugas perumusan, pelaksanaan, pembinaan dan standardisasi teknis air minum.
S
inkronisasi program antar dua unit kerja ini sudah dilakukan empat kali. Ditjen SDA sudah dua tahun lalu mengindikasikan programnya untuk mendukung air minum. Diikuti oleh Ditjen Cipta Karya dengan melakukan sinkronisasi dengan Ditjen SDA serta mengevaluasi apakah program-program air baku Ditjen SDA sudah dimanfaatkan melalui program dan kegiatan Ditjen Cipta Karya. Masih terkait sinkronisasi, Dirjen CK Budi Yuwono mengatakan, sinkronisasi program antara Ditjen SDA yang bertanggung jawab di bagian hulu dan Ditjen CK di bagian hilir harus ditindaklanjuti oleh Direktorat Pengembangan Air Minum (PAM) melalui ko ordinasi dengan pihak-pihak terkait agar kebutuhan air minum dari hulu hingga hilir dapat bersinergi. Dalam perencanaan, Budi juga mengharapkan peng alokasian anggaran BBWS/BWS agar disesuaikan dengan mem pertimbangkan fluktuasi kebutuhan dukungan air baku untuk air minum untuk percepatan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, harus meningkatkan pembangunan embung-embung sumber air baku secara terpadu untuk penanganan regional desadesa rawan air.
4
(Foto: Buchori)
Mengelola Air Baku
Workshop Sinkronisasi Air Baku antara Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Sumber Daya Air di Surabaya, 1 Februari 2012.
Sinkronisasi mungkin dilihat sebagai masalah perencanaan dan pemrograman di tingkat pusat. Namun jangan juga dilihat sebelah mata fakta di lapangan yang mempertontonkan konflik kepentingan alokasi air baku antara untuk air minum dan irigasi yang masih sering terjadi. Ditambah lagi dengan komitmen Pemda yang kadang menghambat. Tata ruang dan catchment area rusak karena pembangunan yang memihak pemegang kapital. Padahal untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dibutuhkan kapasitas air minum yang dibutuhkan sebesar 68.000 Liter /detik. Ditjen CK sudah berlari cepat untuk mengejar tambahan air baku hingga 2014 sebesar 45,2 m3/detik untuk menghasilkan kapasitas air minum tersebut. Pada 2010 berhasil menambah 5,23 m3/detik, tahun 2011 5,47 m3/ detik, tahun 2012 9,36 m3/detik. Hingga saat ini, jumlah air baku terbangun (2010-2012) sebesar 20 m3/detik untuk akses aman perpipaan. Evaluasi capaian air minum harus terus dilakukan mengingat target MDGs sudah semakin dekat. Di tahun 2015, porsi penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air minum yang terlindungi (akses aman) secara nasional harus mencapai 68,87%. Sementara, hingga 2010 lalu pencapain air minum baru 53,26%. Target untuk perkotaan pada 2015 adalah 78,19% sementara kondisi pada 2010 lalu baru 59,87%. Sedangkan target perdesaan untuk 2015 adalah 61,6% se mentara posisi pada 2010 baru 46,61% Ini berarti kerja keras dalam pembangunan air minum harus pula mengalami percepatan melalui program-program yang terarah dan berkesinambungan. Menurut Budi, tantangan berat dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) pada 2015 bidang air minum tidak hanya membutuhkan dana besar, yakni Rp 65,3 Triliun, tapi juga dukungan air baku.
Terobosan
Sembari mensinkronkan program dengan Ditjen SDA, Ditjen CK selalu mencari terobosan baru. Di bidang air minum kini tengah gencar dikampanyekan pengelolaan air baku dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional. Selain itu, belum lama ini
berita utama PJT mengolah air bersih untuk dijual ke Pemda,” tegas Danny. Sementara itu Direktur Utama PJT II Eddy A Djaja Diredja mengamini bahwa banyak potensi yang bisa dikerjasamakan dengan PJT. Selain mensuplai Palyja dari Jatiluhur, PJT II juga sedang dalam persiapan bekerjasama dengan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi, PDAM Kab. Karawang, PDAM Kab. Bekasi, AETRA dan juga PALYJA. Untuk wilayah Jakarta, saat ini, kebutuhan air bersih di DKI Jakarta mencapai 27 ribu liter per detik, sementara suplai air hanya 18 ribu liter per detik. Jika SPAM Jatiluhur dapat berproduksi mulai 2014, maka suplai air bersih di ibukota diperkirakan akan meningkat hingga 21.000 liter per detik. Pembangunan SPAM Jatiluhur mencakup pekerjaan instalasi pengolahan air berkapasitas 5.000 liter per detik, dengan rincian kapasitas 1.000 liter per detik untuk saluran irigasi di kawasan Bekasi, Karawang, serta 4.000 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan 400.000 sambungan rumah di Jakarta. (bcr)
Mata Air Serang memiliki kapasitas 240 liter per detik untuk mendukung SPAM Bregas
Foto: dok. PKPAM Jateng
dijajaki kerjasama dengan Perum Jasa Tirta (PJT) sebagai BUMN pengelola air baku yang diminta dukungannya untuk menjual air curah dalam pengembangan SPAM, khususnya yang berbasis regional dan membutuhkan dana besar. “Masih banyak potensi mengelola air baku. Selain untuk irigasi, Perum Jasa Tirta (PJT) juga berpotensi besar untuk mengolah air curah untuk air minum dan dijual ke kabupaten/kota (PDAM, red). Dalam SPAM regional juga bisa membentuk perusahaan daerah yang mengelola air curah seperti yang sudah dilakukan SPAM regional Jawa Tengah,” ujar Budi. Menurut Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya, Danny Sutjiono, ajakan kepada PJT adalah salah satu langkah menutupi kurangnya pendanaan SPAM, baik dari APBN maupun APBD. Mengandalkan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau peran provinsi pun masih dirasa lamban. “BUMN seperti PJT memiliki akses besar untuk mendapatkan pinjaman ke perbankan. Dalam SPAM regional, jika pemerintah provinsinya masih lambat, alternatif terbaik adalah mendorong
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
5
berita utama
SPAM Regional Jawa Tengah Menepis Ego, Membagi Air untuk Sesama Ketersediaan air baku yang terbatas di satu daerah, sementara melimpah di daerah lainnya, perlu kerjasama regional dan menepis ego. Inilah yang sudah dicoba Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya melalui Sistem Penyediaan Air Minum Regional.
Foto: dok. PKPAM Jateng
Mata Air Tuk Suci dengan kapasitas 260 liter per detik mendukung SPAM regional Bregas.
6
berita utama
S
elain upaya sinkronisasi di level pusat, pemerintah daerah tak patut berdiam diri. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Pemda), menyatakan bahwa Pemda mempunyai tugas menyediakan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi, serta memiliki kewenangan secara teknis dalam pengelolaannya. Pelayanan air minum layak di perkotaan Jawa Tengah sampai tahun 2010 baru terlayani 38%. Hal ini masih jauh dari target Millennium Development Goals (MDGs), yaitu pelayanan sampai tahun 2015 sebesar 75%. Ini karena populasi penduduk setiap tahun selalu meningkat tajam, sehingga terjadi backlog kebutuhan air. Sementara kinerja PDAM sebagai operator tunggal masih jalan di tempat seiring ketidakberdayaan mereka untuk mengatur pembiayaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang begitu
mahal dengan keharusan menyesuaikan tarif. Tarif yang rendah membelenggu mereka dan berakibat pada ketidakmampuan berinvestasi. Kemampuan entrepreneurship PDAM masih kurang, seharusnya PDAM dapat meyakinkan masyarakat untuk mem beli air dengan harga wajar agar sehat secara finansial untuk berkembang. Hal itu diakui Kepala Satuan Kerja Peningkatan Kinerja Pe ngembangan Air Minum (PKPAM) Provinsi Jawa Tengah, Purwandi, di sela-sela sinkronisasi air baku di Surabaya, beberapa waktu lalu. Rata-rata PDAM di Jawa Tengah memiliki masalah teknis yang sama. Selain itu juga ada faktor lokasi sumber air baku yang relatif jauh, sulit terjangkau dan berada di wilayah kabupaten lain, sehingga tidak mampu diselesaikan secara lokal tiap kabupaten. Sementara kebocoran air masih tinggi dan kapasitas produksi juga terbatas. Situasi psikologis dan sosial masyarakat Indonesia pada
D. I YOGYAKARTA
SPAM REGIONAL BREGAS (Brebes, Kota Tegal, Kab. Tegal) SPAM REGIONAL WOSUSOKAS (Wonogiri, Sukoharjo, SOlo, karanganyar, Sragen) SPAM REGIONAL PETANGLONG (Kab. Pekalongan, batang, Kota Pekalongan) SPAM REGIONAL KEBUREJO (Kebumen, Purworejo) SPAM REGIONAL PURBAMAS (Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas) SPAM REGIONAL WONONEGARA (Wonosobo, Bajarnegara) SPAM REGIONAL SEMARSALAT (Kab. Semarang, Kota Salatiga) SPAM REGIONAL DADIMURIA (Grobogan, Kudus, Pati, Jepara) SPAM REGIONAL GELANGMANTUL (Kab. Magelang, Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul)
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
7
Foto: dok. PKPAM Jateng
berita utama
Mata air Banyumudal dikelola oleh BBWS Pamali-Juwan yang berperan membangun jaringan transmisi air baku yang selanjutnya ditampung dalam reservoir Kalibakung dan Yamansari
umumnya masih menganggap air sebagai benda sosial. Masyarakat menganggap penyediaan air minum adalah urusan pemerintah. Padahal pengolahannya membutuhkan biaya yang besar. Jika ada sebagian masyarakat yang sadar dan bersedia membayar tarif wajar, kendala selanjutnya adalah dari wilayah politis. Meskipun PDAM berstatus BUMD, namun seringnya ia berjalan sendiri. Alih-alih pemerintah kabupaten/kota berperan mengembangkan, PDAM masih sering menjadi sapi perah PAD. Kemampuan PDAM dalam bermanuver untuk mengembangkan diri masih terhambat birokrasi. “Dari sini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kemudian turun tangan dengan mengambil alih hal-hal yang tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh kabupaten/kota berkaitan dengan penyediaan air minum. Strateginya dengan menyelenggarakan SPAM Regional untuk mengatasi permasalahan pelayanan air minum dengan cepat, tepat dan murah,” tegas Purwandi.
8
SPAM regional memiliki keunggulan dengan memberikan kemudahan dalam manajemen pengelolaan sumber daya air baku, yaitu oleh Pemerintah Provinsi. Untuk sementara, ini dianggap solusi yang paling tepat, cepat dan murah untuk mengatasi permasalahan air baku, dan nir konflik antar daerah akibat masalah sumber air baku. SPAM regional dianggap saling menguntungkan karena tujuannya tak lain demi kemanusiaan dan meningkatkan kerja sama antar daerah. Pengelolaan pasca konstruksi SPAM regional tersebut akan dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Bersih Provinsi Jawa Tengah. BUMD Provinsi ini diharapkan menyumbang PAD Jateng untuk memudahkan Pemprov Jawa Tengah dalam penanganan konservasi daerah tangkapan air. Pada medio November 2011 lalu, di Kabupaten Karanganyar, Kementerian Pekerjaan Umum memfasilitasi penandatanganan kerjasama delapan SPAM Regional antara Pemprov Jateng dan pemerintah kabupaten/kota di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta.
berita utama SPAM ini rencananya akan menghasilkan 9.550 liter per detik untuk melayani kebutuhan air minum di 7 kawasan yang mencakup 18 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan 1 kawasan Gelang Mantul (Magelang, Sleman, dan Bantul) yang bersifat lintas provinsi. Setelah dilakukan kajian mendalam terhadap ketersediaan air baku, agar tidak mengganggu keseimbangan kebutuhan lainnya, maka didapat kapasitas yang dihasilkan sebanyak 6.750 liter/ detik. Besaran itu didapat dari rencana SPAM Bregas 650 liter/ detik, SPAM Wosusoka (Kab. Wonogiri, Kab. Sukoharjo, Kota Solo, Kab. Karanganyar, Kab. Sragen) 1.600 liter/detik, SPAM Petanglong (Kab. Pekalongan, Kab. Batang, Kota Pekalongan) 1.100 liter/ detik, SPAM Dadimuria (Kab. Grobogan, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kab. Jepara) 1.150 liter/detik. Selain itu ada juga SPAM Semarsalat (Kab. Semarang, Kota Salatiga) 250 liter/detik, SPAM Wononegara (Kab. Banjarnegara) 150 liter/detik, SPAM Purbamas (Kab. Purbalingga, Kab. Banjarnegara, Kab. Banyumas) 600 liter/detik, SPAM Keburejo (Kab. Kebumen, Kab. Purworejo) 600 liter/detik, dan SPAM Regional Jateng-DIY sebesar 2.650 liter/detik.
Disamping itu, dengan kebutuhan biaya sekitar Rp. 6,8 Triliun, juga memerlukan pemikiran terhadap berbagai alternatif pembiayaan, karena tidak mungkin seluruhnya dipikul oleh pemerintah semata. Upaya terobosan untuk menggalang sumber-sumber pembiayaan ini perlu dilakukan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang diukung oleh Kementerian Pekerjaan Umum, sebenarnya telah memulai pembangunan SPAM regional untuk Kawasan Tegal dan Slawi sejak tahun 1990 sebesar 300 liter/detik yang saat ini dikelola oleh PDAB Jawa Tengah. Pada Tahun 2010, telah disepakati untuk tambahan kapasitas sebesar 650 liter/detik untuk Kawasan Brebes, Kota Tegal dan Slawi (BREGAS) dan saat ini sedang dilaksanakan pembangunan pipa transmisi tahap pertama.
SPAM Bregas
Dalam bahasa ‘Jawa Pantura’, akronim ‘Bregas’ bermakna segar dan sehat. Dalam salah satu SPAM Regional Jawa Tengah, akronim ini mewakili Kabupaten Brebes, Kota Tegal, dan Slawi yang menjadi ibukota Kabupaten Tegal. Dalam skala pelayanan, akses air minum
SPAM REGIONAL JATENG-DIY KAB. MAGELANG-KAB. SLEMAN-KOTA YOGYAKARTA-KAB. BANTUL
Kab. Magelang
Kota Sleman
100Lt/dt= 8.000 SR
meter Air
Kota Yogyakarta
1.079Lt/dt= 86.320 SR
meter Air
meter Air
2750 lt/dt = 220.000 SR
Kab. Bantul
804Lt/dt= 64.320 SR
meter Air
PDAM/ Pem. Kab. Kota : Jaringan Distribusi Bagi (JDB) dan Sambungan Rumah (SR)
767Lt/dt= 61360 SR Dirjen CIPTA KARYA Pem. Prov. & PDAB Prov. Jateng :Jaringan Distribusi Utama (JDU) dan IPA
Dirjen SDA (BBWS Serayu Opak) Jaringan Transmisi Air Baku
2750 Lt/dt
Ma. Gending Ma. Mudal Treko Ma. Pisangan
Sumber: Satker PKPAM Provinsi Jawa Tengah’
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
9
Foto: dok. PKPAM Jateng
berita utama
Reservoir Yamansari menampung air dari empat mata air dan menyalurkannya untuk tiga kabupaten Brebes 16 ribu SR, Kota Tegal 16 ribu SR, dan Kabupaten Tegal 20 ribu SR
perpipaan di Kota Tegal mencapai 39% (14.119 SR), disusul dengan Kabupaten Brebes 25% (19.454 SR), dan Kabupaten Tegal 9% (7.527 SR). Kabupaten Brebes saat ini menempati urutan teratas dalam produksi air minum, yaitu 243 liter per detik. Disusul kemudian oleh Kota Tegal 162 liter per detik, dan Kabupaten Tegal 94 liter per detik. Dengan SPAM Regional Bregas yang dalam jangka waktu sampai 2015 akan menambah 650 liter per detik, masing-masing Kabupaten Brebes dan Kota Tegal akan mendapat tambahan 200 liter per detik (ekuivalen dengan 16 ribu unit SR), dan Kabupaten Tegal 250 liter per detik (20 ribu unit SR). penambahan tersebut akan mendongkrak akses pelayanan di Kabupate Brebes menjadi 39&, Kota Tegal 57%, dan Kabupaten Tegal 29%. SPAM Regional tidak hanya melibatkan Ditjen Cipta Karya, Pemda Provinsi maupun kabupaten/kota. Dari hulu, Ditjen Sumber Daya Air menyediakan air bakunya. Untuk Bregas, Sitjen SDA melalui BBWS Pemali Juana membangun jaringan transimisi air baku dari Mata Air (MA) Suci 260 liter per detik, MA Serang 240 liter per detik, MA Banyumudal, dan MA Suniarsih 150 liter per detik.
SPAM Regional DIY-Jawa Tengah
Pengembangan SPAM Regional DIY-Jawa Tengah ini didasari kebutuhan pelayanan air minum di wilayah Kota Yogya, Kab. Sleman dan Kab. Bantul yang sangat mendesak, dimana ketiga wilayah tersebut tidak memiliki sumber air baku yang potensial. Kota Yogyakarta akan mendapatkan tambahan air baku 804 liter per detik (64.320 SR) untuk meningkatkan cakupan pelayanan menjadi 80%. Demikian juga dengan Kabupaten Sleman, di mana tambahan air baku 1.079 liter per detik (86.320 SR) akan meningkatkan pelayanan 87%.
10
Kabupaten Bantul mendapat bagian yang hampir sepadan dengan Kota Yogyakarta, yaitu tambahan 767 liter per detik guna mengkatrol cakupan pelayanan menjadi 71% dari awalnya hanya 14%. Sedangkan Kabupaten Magelang mendapat tambahan air baku paling kecil, yaitu 100 liter per detik (8.000 SR) yang akan mendongkrak capaian pelayanan menjadi 80%. Kebutuhan dana untuk SPAM dua provinsi ini cukup besar, yaitu di kisaran Rp 1.615 miliar yang berasal dari APBN Rp 875 miliar, APBD Provinsi Rp 300 miliar, dan APBD kabupaten/kota Rp 440 miliar. Di tengah persiapan itu, Pemerintah Provinsi Jateng akan menyiapkan perencanaan DED dan masih mempelajari kemungkinan sumber air baku lainnya di Kab. Purworejo dan dan Kab. Wonogiri, selain sumber air baku di Kab. Magelang. Kedua provinsi ini pun masih perlu pembahasan lanjutan tentang konsep dan skema Regional Jateng-DIY agar dapat berjalan lancar dan meredam seminimal mungkin potensi konflik di depan.
Masalah dan Solusi
Mewujudkan SPAM Regional tidak semudah membalikkan telapak tangan jika tidak didukung komitmen kuat semua pihak. Masih banyak aspek yang harus dikaji, baik dari sisi kelembagaan, pengaturan perundangan, keuangan, dan lainnya. Hal itu di ungkapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, Agoes Widjanarko, usai menyaksikan penandatanganan kerjasama para bupati/walikota dalam SPAM Regional Jawa Tengah-DIY di Karanganyar, November 2011 lalu. Jika dicermati, kebutuhan investasi untuk masing-masing SPAM regional di atas terlihat bahwa satuan investasinya bervariasi. Sebagian sistem membutuhkan investasi yang sangat mahal karena panjangnya jaringan transmisi dan distribusi serta sistem pompa yang harus dibangun sehingga cenderung kurang layak secara finansial. Sebaliknya, terdapat sistem dengan sumber mata air dengan gravitasi dan jaringan perpipaan yang relatif pendek sehingga sangat potensial dan layak secara finansial. ”Kondisi tersebut bisa saja mengakibatkan tarif air yang diberlakukan pada beberapa SPAM regional mejadi sangat tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat di wilayah tersebut,” jelas Agoes. Konsep SPAM regional yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut melalui subsidi silang antar sistem. Dengan demikian secara gabungan, SPAM regional yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dapat menjadi kegiatan yang layak bukan saja dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi ekonomis dan keuangan. Demikian pula untuk membangun sistem distribusi dan la yanan, dengan kebutuhan biaya yang diperkirakan sebesar Rp. 2,4 Triliun. Hal ini sulit diwujudkan apabila hanya mengandalkan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota dan internal kas PDAM semata. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota beserta DPRD diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan SPAM dalam mencari tero bosan pendanaan untuk membangun jaringan distribusi dan sambungan rumah. Mengingat banyaknya persiapan yang diperlukan, seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan SPAM regional ini dapat dimulai pada awal tahun 2012. Dengan demikan tahun 2015 seluruh sistem sudah berfungsi dan dinikmati oleh masyarakat yang menjadi sasaran sistem yang terbangun. Untuk mewujudkan pengembangan SPAM regional dan menjaga kesinambungannya diperlukan tata pengusahaan yang baik. Salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan tarif air
berita utama
RENCANA SKEMA SPAM REGIONAL JATENG-DIY
TEMANGGUNG MA. GENDING-CHAMBER L=6.354 M; Ǿ 1200 MM MA. MUDAL TREKO-CHAMBER L=6.935 M; Ǿ 1000 MM
CHAMBER-MUNTILAN L=18.080 M; Ǿ 2000 MM
KAB. MAGELANG
MA. PISANGAN-CHAMBER L=9.945 M; Ǿ 1000 MM
MUNTILAN-SLEMAN L=15.660 M; Ǿ 2000 MM MUNTILAN SLEMAN-YOGYAKARTA L=10.865 M; Ǿ 1.600 MM
1. MA. GENDING, Q = 400 LT/DT 2. MA. MUDAL TREKO, Q = 200 LT/DT 3. MA. PISANGAN, Q = 2.150 LT/DT
SLEMAN WONOGIRI YOGYAKARTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WATES BANTUL
BIAYA RP 1, 615 T
WONOSARI
YOGYAKARTA-BANTUL L=7.730 M; Ǿ 1.1000 MM
Sumber: Satker PKPAM Provinsi Jawa Tengah
minum yang memenuhi prinsip pemulihan biaya (cost recovery). Harapan yang besar perlu ditanam terhadap keberhasilan dan keberlangsungan SPAM Regional di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini dalam peningkatan pelayanan air minum kepada masyarakat di dua provinsi ini. Harapannya, sembilan SPAM regional ini dapat menjadi contoh bagi daerahdaerah lain di Indonesia untuk mengesampingkan ego kewilayahan dan meningkatkan kerjasama antar daerah dalam rangka me ningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakatnya. Dalam kasus SPAM Regional Wosusokas (Wonogiri, Sukahorhao, Solo, Karanganyar, dan Sragen masih perlu mengkaji beberapa
aspek. Pertama, kelembagaan pengelola karena pembiayaan meliputi sumber-sumber Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan pembiayaan oleh Pihak Swasta. Kedua, peraturan perundangan, aspek kelembagaan, dan aspek keuangan dengan alternatif Instalasi Pengolahan Air (IPA) terpusat berada di dekat Waduk dan lokasi IPA berada dimasingmasing Kabupaten/Kota. Ketiga, perlu studi mendalam tentang perhitungan neraca air Waduk Gajahmungkur. Sementara, potensi air baku yang aman dari sumber Waduk Gajahmungkur adalah 1.100 L/d dari usulan
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
11
berita utama SPAM Regional Wosusokas sebesar 2.100 L/d. Bila kemampuan air baku Waduk Gajahmungkur Tahap 1 masih 1.100 L/det maka pelayanan SPAM di daerah Regional masih tetap mengoperasikan sumber air yang ada termasuk sumur-sumur bor eksisting. Keempat, Waduk Gondang dengan lokasi di Kabupaten Karanganyar akan dibangun untuk Irigasi namun dapat di
alokasikan untuk air baku 200 L/d pada Tahun 2016. Pe ngembangan air baku Waduk Gondang dapat dimanfaatkan untuk daerah pelayanan di Kab. Karanganyar dan Kab. Sragen. Dengan demikian membutuhkan studi tentang pemanfaatan air baku dari sumber-sumber lain selain dari Waduk Gondang karena hanya memiliki kapasitas 5 juta m3. (bcr)
Rencana Pengembangan Air Minum Regional Provinsi Jawa Tengah: EKSIST. TH. 2011 NO
SPAM REGIONAL
DAERAH PELAYANAN
PENAMBAHAN PELAYANAN SPAM REGIONAL
JML SR (UNIT)
% PELYN
RENC. PNB Q (L/dt)
JML SR (UNIT)
% PELYN
SUMBER AIR BAKU NAMA MA. Banyumudal MA. Serang MA. Tuk Suci MA. Sunarsih
RENCANA INVESTASI (X. Rp. 1 M)
Ø (L/dt)
TRANS AB
JDU
DIST
TOTAL
TOTAL % PELYN
650
193.90
221.60
100.00
515.50
67.68
1
BREGAS
Kab. Brebes Kab. Tegal Kota. Tegal
44.226
31.06
650
52.000
36.62
2
WOSUSOKAS
Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota. Surakarta (Solo) Kab. Karanganyar Kab. Sragen
171.095
48.82
2.100
168.000
32.46
Waduk Gajahmungkur
2.100
1.700.00
278.00
336.00
2.314.00
82.90
3
PETANGLONG
Kab. Pekalongan Kab. Batang Kota. Pekalongan
48.722
37.39
1.100
88.000
40.95
MA. Cemuko MA. Kembang Langit
1.100
445.80
0.00
176.00
621.80
78.34
4
KEBUREJO
39.281
38.16
600
48.000
43.76
S. Badegolan
600
203.00
90.00
96.00
389.00
81.91
5
PURBAMAS
86.682
35.53
600
48.000
22.40
MA. Mudalteleng MA. Muralpicung
600
310.30
0.00
96.00
406.30
57.93
6
WONONEGARA
Kab. Wonosobo Kab. Banjarnegara
68.025
56.06
150
12.000
28.35
MA. Juwatan
150
91.20
31.30
24.00
146.50
84.40
7
SEMARSALAT
Kab. Semarang Kota. Salatiga
53.619
60.83
250
20.000
22.01
MA. Murcul
250
90.40
17.00
40.00
147.40
82.83
8
DADI MURIA
85.263
34.30
1.350
108.000
41.77
Bendung Klambu
1.350
425.40
174.00
216.00
815.40
76.07
110.954
23.99
2.750
220.000
39.30
MA. Gending MA. Mudal Treko MA. Pisangan
2.750
1.175.00
0.00
440.00
1.615.00
63.29
707, 867
40, 68
9, 550
764, 008
34.18
9, 550
4.635.00
811.90
1,524.00
6.970.90
75.04
9
Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas
Kab. Grobogan Kab. Kudus Kab. Pati Kab. Jepara
Kab. Magelang GELANG MANTUL Kab. Sleman Kota Yogyakarta Kab. Bantul TOTAL
Sumber: Satker PKPAM Provinsi Jawa Tengah KETERANGAN : JDU* : JARINGAN DISTRIBUSI UAMA untuk Kawasan WOSUSOKAS, KEBOREJO, DADIMURIA Biaya JDU sudah termasuk Biaya Pembangunan IPA JDB : JARINGAN DISTRIBUSI BAGI
12
Foto: Dok. Dit. Bangkim
liputan khusus
Jembatan Bailey di Dusun Padasan sepanjang 36 m yang melintasi Kali Kuning sebagai penghubung Kelurahan Pakembinangun-Pakem dengan Kelurahan Wukirsari-Cangkringan.
Infrastruktur Pulih,
Aktivitas Lereng Merapi
Kembali Bergairah
Sugiyanti (14) dan teman-temannya setiap hari harus berpacu dengan kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin. Untuk mencapai sekolahnya di SMP 2 Selo, Kabupaten Boyolali, tidak ada jalan yang lebih dekat selain menyusuri dasar Kali Apu, yang menjadi lintasan material pasir dan batu pascaerupsi Gunung Merapi. Sambil berlari-lari kecil, ia selalu memasang telinganya mendengarkan suara alam.
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
13
liputan khusus
“I
Ya takut... kalau pulang sekolah pas banjir, kami menunggu sampai banjirnya selesai. Kalau sudah aman, baru kami berjalan, bareng-bareng sama teman yang lain. Kalau terdengar suara gemuruh, kami kembali lagi,” kata Sugiyanti. Lain lagi cerita dari Deni Santoso (13), yang bersekolah di SMP Jrakah, kerap harus menumpang di rumah teman untuk menunggu banjir lahar dingin lewat bersama teman-teman yang lain. Orangtua mereka tidak mampu menjemput karena harus memutar arah lebih jauh. Ayah Deni , Haryanto (39), mengatakan, sebelum tanggul (dam) Kali Apu ambrol, ia selalu mengantar anaknya ke sekolah. Saat ini, Deni harus berangkat sendiri, berjalan kaki sejauh 3 kilometer dan berpacu dengan banjir lahar dingin yang bisa setiap saat terjadi. “Kalau sekarang harus mengantar terlalu jauh. Bensin untuk motor saja butuh dua liter lebih. Uang Rp 10.000 sangat besar buat kami,” kata Haryanto yang juga petani sayur. Kondisi bertambah sulit ketika harga sayuran jatuh. Ia, seperti petani sayur lain di desa itu, menanam kol, sawi, atau tomat. Kini harganya merosot tajam, sedangkan biaya pengiriman sayur bertambah mahal karena jembatan terputus. “Kalau biasanya Rp 5.000 per keranjang, sekarang Rp 6.000 per keranjang. Biaya tambahannya untuk membayar orang yang memanggul sayur dari sisi jembatan ke sisi yang lain. Saya sudah habis-habisan,” ujar Haryanto (Kompas 24/3/2011). Kini, cerita-cerita kelam itu kini telah berlalu. Warga korban letusan Gunung Merapi, Yogyakarta dan sekitarnya, bisa
beraktivitas seperti semula. Sebab pembangunan seluruh infrastruktur yang meliputi bidang Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air, sudah selesai. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto bersama dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif meresmikan proyek-proyek infrastruktur penanganan darurat Gunung Merapi di Kecamatan Mungkit Magelang, Jawa Tengah, akhir Maret lalu. Pemerintah melalui pendanaan dari BNPB dan Kementerian Pekerjaan Umum selaku pelaksana sedikitnya menghabiskan dana Rp 500 milar untuk merehabilitasi dan merekonstruksi sarana umum di wilayah DIY dan Jawa Tengah yang rusak akibat bencana erupsi Merapi. Turut hadir dalam peresmian tersebut diantaranya Wakil Menteri PU Hermanto Dardak, Direktur Jenderal Bina Marga Djoko Murjanto, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Sekda Provinsi DIY, Bupati Magelang serta para pejabat eselon I dan II dari Kementerian Pekerjaan Umum. Djoko Kirmanto mengatakan, bencana alam erupsi Merapi terjadi pertama pada 26 Oktober 2010 dan berlanjut terjadi banjir lahar serta berdampak putusnya sejumlah jembatan yang melintas di atas sungai yang berhulu di lereng Merapi yang mengakibatkan terputusnya arus lalu lintas. Lahar dingin juga telah merusak prasarana air minum yang menyebabkan terganggunya pelayanan air minum terutama untuk masyarakat di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Selain itu, lanjutnya, sarana dan prasarana seperti sabo,
Foto: M. Indra
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto (keempat dari kiri) didampingi Wamen PU, Ketua BNPB Syamsul Maarif, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, dan Bupati Magelang sesaat sebelum menandatangani prasasti peresmian infrastruktur Merapi.
14
Foto: Dok. Dit. PAM
liputan khusus
IPA Hargobinangun dengan debit pemanfaatan 75 liter per detik dari kapasitas seluruhnya 350-550 liter per detik untuk melayani kawasan Pakem, Ngemplak, Sleman Kota, Condongcatur, dan Kalasan dengan kisaran penduduk terlayani 26 ribu jiwa.
sarana air baku, dan tanggul juga mengalami kerusakan termasuk terjadinya perubahan alur sungai. “Kondisi itu, perlu dilakukan penanganan darurat untuk mengamankan permukiman di sekitar daerah aliran sungai dari ancaman lahar dingin dengan normalisasi alur sungai, pembuatan tanggul, pengamanan tebing, dan perbaikan sarana air baku,” tuturnya. Proyek-proyek infrastruktur penanganan darurat Merapi tersebar di Kab Magelang, Boyolali, Klaten, Kulonprogo, Sleman, dan Bantul. Dalam bidang Cipta Karya, proyek yang diresmikan antara lain adalah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulharjo dan Hargobinangun di Yogyakarta. Dengan biaya pembangunan masing-masing sebesar Rp 5,6 miliar dan Rp 8,6 miliar, kedua SPAM tersebut dapat melayani 30 ribu dan 26 ribu jiwa di provinsi tersebut. Selain itu, Cipta Karya juga membangun tujuh jembatan
skala permukiman yaitu Banjarsari, Kliwang, Pentingsari, Padasan Ngentak, Sutan dan Nambangan. Seluruh jembatan yang berada di kawasan Sleman, Yogyakarta tersebut dibangun dengan jumlah dana senilai Rp 16,04 miliar. Sementara Ditjen Bina Marga membangun tiga jembatan bailey yaitu Teplok, Krajan I dan Krajan III. Jembatan bailey dibangun guna membangkitkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat yang terganggu sebelum dibangunnya jembatan permanen. Sedangkan pembangunan yang dilakukan Ditjen SDA terkait penangunan darurat Merapi diantaranya adalah pembua tan saluran penjaga alur sungai, normalisasi jalan penghubung antar desa dan pemasangan bronjong dulu di kabupaten Magelang. Selain itu, juga dilakukan normalisasi alur sungai, perkuatan tebing sungai dan tanggul di Sleman. (dvt)
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
15
info baru
World Water Forum (WWF) ke-6
Perlu Aksi Konkrit Dwityo A. Soeranto *)
Sepasang remaja Mali, Afrika Barat, melangkah menuju panggung megah sebuah forum dunia. Dengan tubuh kurus dan muka pucat kedua remaja itu bercerita tentang derita yang mereka hadapi akan semakin langkanya air minum di negaranya. Sebanyak 2.300 orang peserta dari seluruh dunia yang menyaksikan pun tersentak mendengarkan testimoni mereka. Testimoni tersebut seakan cambuk peringatan bagi warga dunia akan pentingnya aksi konkrit dalam pengelolaan air berkelanjutan. “Time for Solution” atau waktunya untuk memberikan solusi. Itulah tema yang diangkat dalam World Water Forum (WWF) ke-6 di Marseille, Perancis.
Foto-foto : Dwityo A. Soeranto
Plt Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PU, Moch. Amron (ketiga dari kanan) memimpin Delegasi RI di World Water Forum ke-6 di Marseille.
16
info baru
Foto atas & Hal 18 : Delegasi RI di WWF diantaranya Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono (kedua dari kiri), Direktur PAM (keempat dari kiri), Kati Adriani (Jabfung DJCK), dan Ketua BPPSPAM Rachmat Karnadi saat mengunjungi IPAL Vitrolles.
E
vent tiga tahunan yang membahas tantangan bidang air minum dan sanitasi kali ini diselenggarakan di Parc Chanot Palais des Congres et des Expositions Marseille, Perancis, 12-17 Maret 2012. Peserta terdiri dari 140 negara, terdiri dari pejabat pemerintah, pakar, LSM serta perusahaan, menyajikan lebih dari 150 sessi diskusi , serta menyediakan 400 jam waktu untuk berdebat dan bertukar pikiran. Tema ini menuntut masyarakat internasional memperbaharui komitmennya dalam mengelola sumber daya air dengan baik dan menjamin akses terhadap air minum dan sanitasi bagi setiap orang. Hal tersebut ditegaskan pula oleh President of The International Forum Committee, Benedito Braga, yang menantang peserta forum untuk menghasilkan pemikiran baru dan menyusun suatu rencana yang konkrit dalam usulan aksi ke depan. “Forum ini tidak hanya ditujukan kepada pemerintah tapi semua stakeholder seperti perusahaan, dan LSM. Kita perlu komitmen semua dalam mencari solusi dalam penanganan air,” kata Benedito Braga dalam pembukaan WWF ke-6. Saat membuka acara, Perdana Menteri Perancis, Francois Fillon, menyampaikan bahwa air tidak hanya merupakan isu
dalam pembangunan, tetapi juga isu dalam ekologi yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Selaku tuan rumah, Perancis mengharapkan agar dalam forum ini dibahas tiga agenda sasaran, yakni pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pelestarian “planet biru”. Tiga agenda tersebut dijabarkan dalam 12 priorities action dan tiga conditions for success. Tiga kondisi untuk sukses tersebut adalah good governance, financing water for all dan enabling environments. Pertemuan ini dianggap penting khususnya dalam mem persiapkan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Pembangunan Berkelanjutan “Rio +20”, yang akan diselenggarakan pada Juni 2012 yang akan datang. Sudah merupakan tanggung jawab bersama untuk menyusun rekomendasi agar masyarakat internasional memperbarui komitmennya dalam mengelola sumber daya air dengan baik dan menjamin akses terhadap air minum dan sanitasi bagi setiap orang.
PU Pimpin DELRI
Dalam event tersebut, Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dipimpin oleh Plt. Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA)
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
17
info baru negara juga menyepakati Ministrial Declaration yang berisi butirbutir tantangan dalam meningkatkan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi dalam mencapai target MDGs 2015. Bentuk deklarasi tersebut menekankan perlunya percepatan terhadap kewajiban menyedikan air dan sanitasi sebagai hak asasi manusia, jaminan terhadap kesehatan setiap manusia dan peningkatan terhadap pengelolaan air limbah. WWF ke-6 diakhiri dengan penyampaian Kyoto World Water Grand Price. Grand price tersebut merupakan penghargaan sebesar 3 juta Yen bagi individu atau organisasi yang bergerak di akarrumput, yang bekerja dan menyelamatkan air untuk masyarakat dan lingkungannya. Grand Price ini juga bertujuan untuk mem berikan kesempatan bagi individu dan organisasi untuk me nunjukkan perannya dalam mencapai target MDGs bidang air mi num dan sanitasi.
Kunjungan Lapangan
Kementerian Pekerjaan Umum Mochammad Amron, mewakili Menteri Pekerjaan Umum. Dalam sesi Ministrial Round Tables Meeting, Moch Amron menyampaikan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi kepada masyarakat serta upaya meningkatkan kualitas pengelolaan air. Hadir pula dalam forum tersebut selaku anggota DELRI, Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono, Ketua BPP SPAM Rachmat Karnadi, Direktur PAM Ditjen CK Danny Sutjiono, Direktur PPLP Ditjen CK M. Sjukrul Amien, Direktur PSDA Ditjen SDA Djaja Murni Warga Dalam. Anggota DELRI lainnya antara lain, Kasubdit KLN Ditjen CK Dwityo A. Soeranto, Kasubdit Pengaturan Dit. PSDA Ditjen SDA Tommy Sitompul, Kepala Balai Sungai Jeneberang Adang Saf Ahmad, serta Pejabat Fungsional Bidang Sanitasi Lingkungan Kati Andraini. Konsul Jenderal RI untuk Marseilles Adriana Hermin Mala terlihat turut mendampingi ketua dan para anggota DELRI dalam forum tersebut. Para menteri yang menangani bidang keairan dari lebih 100
18
Disamping menghadiri forum-forum diskusi yang dilaksanakan di World Water Forum (WWF) 6 di Marseille, DELRI yang berasal dari Ditjen Cipta Karya menyempatkan diri mengunjungi salah satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kota Marseille. IPAL Vitrolles merupakan salah satu dari delapan modul IPAL yang melayani 120.000 jiwa penduduk dari total 800.000 penduduk Kota Marseille. Sistem pengolahan air limbah yang dilakukan menerapkan sistem modul yang melayani kawasan penduduk perkotaan di Kota Marseille. IPAL Vitrolles menggunakan sistem pengolahan fisik, biologi dan kimia yang mengolah 14.000 m3 air limbah per hari dengan standard effluent maksimum sebesar 50 mg/l BOD dan 250 mg/l COD. Sistem pengolahan air limbah ini beroperasi 24 jam sehari dan dioperasikan dengan 4 (empat) orang tenaga kerja (professional workers). Seluruh sistem pengolahan menggunakan sistem ventilasi udara yang tertutup sehingga pencemaran udara seperti bau yang seringkali mengganggu dapat ditolerir dan dihilangkan. Udara kotor sebanyak 42.000 m3/jam dialirkan ke unit pengolahan sebelum dialirkan ke atmosfir. IPAL dioperasikan secara otomatis dari ruang kontrol selama jam kerja dan diambil alih oleh sistem kontrol terpusat saat di luar jam kerja, yang memantau seluruh delapan modul di Kota Marseille. Dalam kunjungan tersebut, Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono mendapat penjelasan tentang mekanisme pembiayaan pem bangunan IPAL di Kota Marseille. Berdasarkan hasil feasibility study yang telah dilakukan, infrastruktur fisik treatment plant untuk keperluan Kota Marseille dibangun oleh pemerintah sedangkan untuk pengelolaan dan pemeliharaannya dikerjasamakan dengan pihak swasta melalui proses tender untuk jangka waktu selama 30 tahun. Seluruh proses pengolahan air limbah Vitrolles telah memenuhi standar internasional untuk kualitasl ingkungan ISO 9001 dan ISO 14001 serta standar keamanan lingkungan OHSAS 18001. Berdasarkan peraturan yang berlaku di Perancis, pengolahan kembali air limbah tidak diperkenankan untuk digunakan kembali sebagai piped water supply dimana kualitas airnya sudah berupa air siap minum. *) Kasubdit Kerjasama Luar Negeri, Direktorat Bina Program, Ditjen Cipta Karya
info baru
Penguatan Peran Asisten Kelembagaan
dalam Pengembangan SDM SPAM Daru Sukamto *)
Kesehatan sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) harus ditopang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tepat. Memberikan pelatihan terhadap SDM PDAM merupakan investasi jangka panjang. Karenanya harus dipilih personil yang tepat dan berkomitmen menyehatkan dan memajukan instansinya.
S
aat ini baru ada 141 PDAM berstatus sehat. Sisanya sebanyak 122 kurang sehat, dan 84 masih sakit (Sumber: Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Tahun 2011). Jika angka tersebut benar-benar dijadikan cermin, seharusnya ada banyak PDAM yang meningkatkan kinerjanya untuk ‘mentas’ dari sakit ke kurang sehat, hingga akhirnya menjadi sehat. Namun, alih-alih meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakat, PDAM masih setengah-setengah dalam memperbaiki manajemen perusahaannya. Contoh kecilnya bisa dilihat dari niat mereka mengembangkan kapasitas SDMnya. Dari beberapa kali undangan pelatihan yang dilayangkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I (Bekasi) dan II (Surabaya), mereka sering mengirimkan orang yang tidak tepat. Akhirnya, bukan komitmen dan peningkatan kapasitas yang didapat, melainkan berkesan menghambur-hamburkan dana saja. Merasa gerah dengan hal itu, Direktorat Pengembangan Air Minum (Dit. PAM) Ditjen Cipta Karya saat ini sedang melaksanakan kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam rangka Program Penyehatan PDAM Kurang Sehat dan Sakit. Di tingkat provinsi, kegiatan ini dikoordinir oleh Asisten Kelembagaan dan Investasi Satuan Kerja (Satker) Peningkatan Kinerja Pengembangan Air Minum (PKPAM) setiap provinsi dimana
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
19
info baru hasilnya dapat dimonitor pada www.infoditpam.com. Sedangkan di level pusat, kegiatan ini dikoordinir oleh Sub Direktorat (Subdit) Pengaturan dan Pembinaan Kelembagaan (PPK) Dit. PAM. Untuk tingkat PDAM, diharapkan kegiatan ini dapat dikoordinir oleh Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi Personalia dan SDM. Salah satu kegiatan yang sedang dilaksanakan adalah menyelenggarakan Pembinaan Teknik (Bintek)/Pelatihan bekerja sama dengan Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I Bekasi dan Wilayah II Surabaya. Bintek ini diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi SDM PDAM kurang sehat dan sakit berdasarkan usulan kebutuhan akan pembinaan teknik yang disiapkan oleh masing-masing PDAM sesuai kondisi SDM PDAM yang bersangkutan. Usulan ini merupakan tindak lanjut terhadap Surat Direktur Pengembangan Air Minum No.PR.01.03 – Ca/614 tanggal 11 November 2011 perihal Permintaan kepada PDAM untuk menyiapkan Usulan Kebutuhan Akan Pembinaan Teknik. Penguatan Peran Dalam rangka menyelenggarakan Bintek ini, Asisten Kelembagaan dan Investasi PKPAM selaku Koordinator Pembinaan Teknik SDM Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum Provinsi ditunjuk untuk mengidentifikasi kebutuhan Bintek dan memonitor hasilnya bagi Pengelola PDAM kurang sehat dan sakit. Sesuai dengan tugas tersebut, maka Asisten Kelembagaan dan Investasi PKPAM harus melakukan klarifikasi terhadap setiap usulan Kebutuhan Akan Pembinaan Teknik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang diajukan oleh PDAM kurang sehat dan
sakit, maupun instansi lain di provinsi terkait. Klarifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan memastikan bahwa calon peserta dari PDAM pada provinsi terkait adalah calon yang tepat dan memenuhi persyaratan untuk dapat mengikuti Bintek yang akan diadakan. Hal ini untuk menghindari terjadinya kondisi dimana peserta Bintek yang dikirim oleh PDAM tidak tepat. Selain menyulitkan penyelenggara karena tidak dapat mengikuti materi yang diajarkan dengan baik, juga mengakibatkan tidak tercapainya target peserta yang harus ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Di samping itu, pembiayaan menjadi tidak efektif karena terjadi penggunaan biaya oleh orang yang tidak tepat. Oleh karena itu, klarifikasi terhadap usulan calon peserta Bintek menjadi keharusan. Berdasarkan hasil klarifikasi tersebut, Dit. PAM akan memberikan Informasi kepada Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I atau Wilayah II untuk melakukan pemanggilan terhadap calon peserta yang telah disetujui untuk mengikuti Bintek tersebut. Selain itu, Asisten Kelembagaan dan Investasi PKPAM harus mengkoordinir kegiatan PDAM untuk melakukan monitoring terhadap hasil Bintek terhadap peserta (staf PDAM Kurang Sehat dan Sakit) yang telah kembali bekerja. Melalui monitoring ini dapat diketahui apakah peserta dapat menerapkan hasil Bintek yang telah diikuti. Selain itu, dapat diketahui jika ada masalah dalam menerapkan hasil Bintek, sehingga dapat diusahakan pemecahannya.
Masukan untuk Bintek
Kegiatan lainnya yang harus dilaksanakan adalah mencari masukan
Foto: Buchori
Suasana pelayanan pelanggan di kantor PDAM Banjarmasin
20
mengenai materi Bintek yang masih diperlukan oleh PDAM kurang sehat dan sakit sebagai bahan untuk melakukan pengembangan dan penyempurnaan materi Bintek yang sudah ada. Kondisi manajemen pengelola PDAM juga harus dimonitor, sehingga dapat diidentifikasi apabila perlu dilakukan usulan pembenahan terhadap kondisi SDM Pengelola PDAM terkait. Dengan tugas sebagaimana tersebut di atas, yang harus dilaksanakan selaku Koordinator Bintek SDM Pengelola SPAM di provinsi yang bersangkutan, maka akan dilaksanakan Bintek Pengembangan SDM Pengelola SPAM untuk Asisten Kelembagaan dan Investasi PKPAM Provinsi di Wilayah I pada tanggal 28 Mei - 1 Juni 2012 di Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I Bekasi dan berikutnya adalah untuk Wilayah II. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan KaSubag/KaSi Personalia dan SDM PDAM untuk dapat bertindak selaku koordinator kegiatan Pengembangan SDM PDAM ybs , maka telah dilaksanakan Pembinaan Teknik KaSubag/ KaSi Personalia dan SDM PDAM. Sampai saat ini Dit. PAM bekerja sama dengan Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I dan Wilayah II telah melaksanakan Pembinaan Teknik/ Pelatihan untuk 99 KaSubag/KaSi Personalia dan SDM PDAM kurang sehat dan sakit. Bintek ini tidak membahas secara detail mengenai tugas yang berkaitan langsung dengan personalia PDAM, tetapi secara garis besar membahas peran yang harus dilakukan peserta selaku inisiator, komunikator dan evaluator SDM PDAM serta tugas yang diharap dapat dilaksanakan oleh peserta selaku KaSubag/KaSi Personalia dan SDM. Semua dalam rangka menyehatkan PDAM melalui penyiapan dan pelaksanaan Bintek untuk peningkatan kompetensi SDM. Bagaimana peserta dapat bertindak selaku motivator untuk meningkatkan motivasi SDM PDAM sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi PDAM yang bersangkutan meru pakan topik yang banyak dipertanyakan peserta. Dalam Bintek ini dibahas juga antara lain studi kasus mengenai kondisi SDM PDAM yang ada, pentingnya penghargaan untuk karyawan berprestasi, dan melatih bagaimana menyiapkan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia PDAM. Menindaklanjuti Bintek yang telah dilaksanakan, setelah kembali ketempat tugas masing-masing peserta diminta untuk segera melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan Peningkatan Kompetensi SDM dan menyampaikan hasilnya ke Dit. PAM. Leporan itu sebagai masukan untuk Program Pengembangan SDM bagi Pengelola SPAM yang saat ini sedang dilaksanakan. Kegiatan yang harus dilaksanakan tersebut, antara lain mengidentifikasi kebutuhan Bintek/Pelatihan serta memonitor dan mengevaluasi hasilnya yang telah diikuti oleh SDM PDAM tersebut. Monitoring dan evaluasi terhadap hasil Bintek/Pelatihan sangat diperlukan. Tidak saja untuk melakukan penilaian terhadap unjuk kerja maupun kompetensi karyawan bersangkutan, tetapi juga untuk melakukan peningkatan dan perbaikan yang diperlukan terhadap Bintek/Pelatihan yang ada.
Input Data
KaSubag/KaSi Personalia PDAM kurang sehat dan sakit yang telah dilatih diharapkan menginput data SDM PDAM ke www. infoditpam.com sesuai username yang telah disiapkan untuk masing-masing PDAM.
Foto: Dok. DI
info baru
Armada tangki air minum milik PDAM Tirta Musi Palembang
Input data SDM yang dapat dilakukan antara lain meliputi; pertama, data pribadi lengkap masing-masing karyawan berikut pasphoto. Kedua, usulan Peningkatan Ketrampilan sesuai hasil identifikasi kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan karyawan PDAM yang dilengkapi dengan spesifikasi detail usulan. Ketiga, Rencana Anggaran Biaya untuk Pembinaan Teknik. Keempat, Program Pengembangan SDM PDAM kurang sehat dan sakit terkait. Selain itu, PDAM dapat selalu melakukan pemutakhiran data SDM sesuai kondisi terkini. Misalnya apabila terjadi penggantian pejabat, baik karena pensiun atau promosi, maupun melakukan korespondensi, baik dengan Asisten Kelembagaan dan Investasi Satker PKPAM Propinsi maupun dengan Subdit PPK Dit. PAM berkaitan dengan kegiatan Pembinaan SDM PDAM kurang sehat dan sakit yang bersangkutan. Salah satu tugas Asisten Kelembagaan dan Investasi PKPAM Provinsi adalah mengidentifikasi dan membuat laporan kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM pengelola PDAM. Dengan demikian, koordinasi antara PDAM dengan Satker PKPAM Provinsi merupakan hal yang seharusnya dilaksanakan secara berkala. Dari kegiatan input data yang akurat dari PDAM diharapkan dapat dikembangkan Program Bintek/Pelatihan yang lebih lengkap, tidak hanya mencakup bidang teknik tetapi juga bidang administrasi, keuangan maupun manajemen pada PDAM yang bersangkutan. Semoga kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengelola SPAM ini mendapat dukungan dari semua pihak terkait sehingga dapat terlaksana dengan baik. *) Jabatan Fungsional Teknik Penyehatan Lingkungan (TPL), Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum.
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
21
Foto: Buchori
info baru
Cipta Karya
Gelar Roadshow CSR di Tujuh Provinsi Program-program Cipta Karya sudah banyak yang dibangun oleh perusahaan. Namun tidak sedikit yang hasilnya mengecewakan karena minimnya pengalaman dan pelibatan masyarakat. Dari pintu itulah Ditjen Cipta Karya masuk, dan mulai melakukan penjajakkan. Upayanya tak berhenti di Tabalong, Kalimantan Selatan. Tak puas hanya menjaring PT Adaro. Karena itu, mulai Maret 2012, dilakukan roadshow CSR untuk menjaring minat perusahaan.
S
umatera Selatan menjadi provinsi pertama dari tujuh provinsi yang sudah diidentifikasi dan masuk dalam agenda roadshow. Enam provinsi lainnya yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Hadir dalam roadshow ini, Wakil Gubernur Sumatera Selatan Eddy Yusuf, Kasubdit Kerjasama Luar Negeri Ditjen Cipta Karya Dwityo A. Soeranto, Kabid Kemitraan dan Kelembagaan Corporate Forum for Community Development (CFCD) Suharman Noerman,
22
Dari kiri ke kanan: Kabid Kemitraan dan Kelembagaan Corporate Forum for Community Development (CFCD) Suharman Noerman, Wagub Sumatera Selatan Eddy Yusuf, Kasubdit Kerjasama Luar Negeri Ditjen Cipta Karya Dwityo A. Soeranto, dan Kadis Pekerjaan Umum Cipta Karya Sumsel Rizal Abdullah dalam roadshow CSR.
Ketua CFCD Chapter Sumsel Ahmad Abbas, perwakilan 15 kabupaten/kota se Sumsel, dan perusahaan-perusahaan yang memiliki program CSR di Sumsel seperti PT Pusri, PT Bukit Asam, PT PTPN VII, dan lainnya. Roadshow tersebut diharapkan dapat membuahkan usulan kegiatan yang potensial dibiayai dana CSR. Selanjutnya Ditjen Cipta Karya siap memfasilitasi perjanjian kerjasama (memorandum of Agreement) antara pemerintah kabupaten/kota dan perusahaan. Potensi pendanaan CSR yang besar perlu sistem dan perencanaan yang rapih agar pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya oleh perusahaan dapat lebih sinergis dan berkontribusi dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs), terutama di bidang air minum dan sanitasi. Wakil Gubernur Sumatera Selatan Eddy Yusuf menegaskan, perusahaan dengan program CSR yang sudah dilakukan perlu mendapatkan apresiasi dengan bantuan teknis dari Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai unit kerja di kementerian teknis (Kementerian Pekerjaan Umum). Apresiasi lainnya misalnya dari pemerintah daerah agar tidak “bermain-main” dengan dana CSR yang sasarannya adalah rakyatnya sendiri. Sementara, Ketua CFCD Chapter Sumsel yang masih aktif di PT Bukit Asam, Ahmad Abbas, mengungkapkan perusahaannya sudah mulai menyalurkan dana CSR sejak 2010 lalu. Pada tahun 2013 pihaknya mengalokasikan Rp 30 miliar untuk kegiatan CSR di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat untuk bidang pendidikan, sosial, dan infrastruktur. Karenanya, dalam roadshow tersebut pihaknya akan menjajaki usulan-usulan program di kedua kabupaten tersebut dan mengharap bantuan teknis dari Ditjen Cipta Karya. Pada kesempatan yang sama juga dijelaskan masing-masing kegiatan di Cipta Karya yang mencakup air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan. Dijelaskan, di bidang air minum masih banyak idle capacity yang belum di manfaatkan Pemda karena keterbatasan pendanaan. Instalasi Pengolahan Air (IPA) kapasitas 10 liter/detik yang dapat dinikmati oleh 800 Sambungan Rumah (SR) baru dapat disalurkan 245 SR. “Seperti yang terjadi pada SPAM IKK Mangunjaya Kabupaten Musi Banyuasin, saat ini sedang dalam rencana pengembangan 300 SR dan membutuhkan pipa diameter 100 mm sepanjang 3 km, 75 mm sepanjang 3 km, dan 50 mm sepanjang 3 km. Selain dari APBN dan ABPD, itulah salah satu potensi kegiatan yang dapat dibiayai oleh CSR,” ujar Marsha, Kasi Investasi Air Minum Wilayah Barat, Ditjen Cipta Karya. (bcr)
Mochammad Yasin Kurdi *)
Era tahun 1990-an adalah dekade kekalahan bagi perjuangan mencapai akses air bersih secara universal. Ini ditandai dengan kegagalan besar privatisasi di negara berkembang pada umumnya. Privatisasi tidak dapat dilaksanakan, dan menjadi bukti nyata bahwa kebutuhan air minum bagi masyarakat miskin seharusnya tidak ditangani atau dikuasai oleh tangan perusahaan air transnasional yang dikendalikan oleh kepentingan profit semata.
H
ampir semua perusahaan global telah gagal memberikan perbaikan-perbaikan yang mereka janjikan. Sebaliknya mereka menetapkan harga yang begitu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh masyarakat miskin. Kini saatnya untuk memfokuskan kembali debit air global dengan diiringi pertanyaan bagaimana meningkatkan dan memperluas layanan air minum kepada publik di tanah air? (Sumber: Cerita Sukses Reclaiming Public Water).Di lain pihak, penggunaan air tanah oleh masyarakat - meskipun relatif kecil-, dan industri tidak terkendali sehingga mengakibatkan penurunan permukaan air tanah makin tinggi. Bahkan umumnya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lainnya yang cenderung semakin menghawatirkan. Sebanyak 5.000 titik air tanah di Kota Bandung tidak mempunyai izin. Semuanya merupakan air tanah yang dimanfaatkan kegiatan usaha. Hanya 900 titik air tanah saja yang mempunyai izin dari Pemerintah Kota Bandung.
Foto : Buchori
Privatisasi Air Minum di Indonesia
Foto : Dok. PKPAM Jateng
info baru
Foto atas: bantuan air minum dengan Hidran Umum di Tegal Foto bawah : Penjual air minum kemasan melintas di IPA Galessong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Akibat ketiadaan izin tersebut, pemerintah kesulitan melakukan pengawasan, data yang tercatat itu belum termasuk titik-titik air yang sudah mempunyai rekomendasi teknis namun tidak mengantongi Surat Izin Pemanfaatan Air Tanah (SIPA), atau sebaliknya, dan pengendalian atas pemanfaatan air tanah. Selain itu juga menyebabkan kerugian karena pajak air tanah tidak masuk ke kas daerah (sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi Jawa Barat).
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
23
info baru Harga air baku atau air bawah tanah, untuk menentukan pajak air bawah tanah bagi industri di Kota Bandung, hanya Rp 500 per meter kubik. Angka tersebut tidak sebanding dengan dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan eksploitasi air bawah tanah. Privatisasi di sektor air dan sanitasi dilakukan dengan banyak model. Tapi setiap model memiliki satu kesamaan inti, yaitu mentransfer, kontrol, dan manajemen operasi yang dilakukan perusahaan swasta. Bentuk privatisasi yang biasa ditawarkan adalah konsesi untuk pusat pengolahan air, atau sewa atau kontrak manajemen yang sering dikenal BOT atau Build, Operate, Transfer. Model konsesi ini akan selalu digunakan dan diputuskan sendiri oleh pihak swasta. Tapi pada era 2000an, swasta lebih menyukai model sewa atau kontrak manajemen karena resikonya lebih kecil dan model lainnya, yaitu join venture. Belakangan, untuk menghindari penggunaan kata “privatisasi” lebih disukai dengan istilah public private partnership (kemitraan publik-swasta) dan private sector participation (partisipasi sektor swasta). Prasarana dan sarana air minum untuk masyarakat yang telah dibangun oleh pemerintah cq.Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum banyak yang terlihat tidak terawat. Bahkan lebih
Pembangunan IPA di Sepatan Tangerang dari Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PT Aetra)
24
ironisnya telah beralih fungsi bukan untuk kepentingan masyarakat lagi. Seperti yang penulis jumpai di daerah Gili Trawangan Mataram (NTB) beberapa waktu lalu, dimana penggunaannya untuk kepentingan lain (PLN). Di satu pihak, masyarakat perdesaan membutuhkan prasarana dan sarana air minum. Di perkotaan juga demikian sulit karena keterbatasan sumber air baku. Bahkan sumber-sumber air dikuasai pihak pengusaha (industri) dengan sumur dalamnya yang diambil kurang terkontrol.
Pengalaman Air Jakarta Kegagalan privatisasi (peran serta swasta) air minum menjadi contoh kurangnya pengendalian dan pengawasan serta komitmen pihak pemerintah. Proses awal privatisasi air minum di Jakarta dilakukan melalui negoisasi-negoisasi tertutup. Tidak pernah ada tender terbuka pada petengahan 1995 saat itu. Kontrak privatisasi antara perusahaan swasta dan PAM Jaya ditandatangani tahun 1997 dan diperbaharui tahun 2001. Perusahaan tersebut mempunyai hak untuk operasional mulai, dari pengelolaan air baku sampai ke beban tarif kepada konsumen. Sedangkan pihak PAM Jaya mengawasi kinerja perusahaan dan memberi masukan mengenai penetapan tarif untuk konsumen.
info baru ada dan banyak juga yang keluar akibat tekanan psikologis, serta iklim kerja yang tidak baik. Hal di atas adalah beberapa contoh privatisasi yang belum ditata dengan baik. Harapan ke depan, pihak pemerintah yang lebih berperan mengatur dari bentuk kerjasama dan kebijakan yang baik.
Pelayanan Air Publik yang Efisien Meskipun banyak PDAM di Indonesia masih rendah capaian pelayanannya, tetapi ada beberapa PDAM yang memiliki kinerja yang baik. Contohnya PDAM Solo, yang didirikan tahun 1929, memiliki finansial yang baik dan menjaga lingkungan di sekitar sumber airnya. Perlu kiranya keseriusan semua pihak (pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota) menjalin komitmen untuk membangun masyarakat yang sehat dan berprestasi, sehingga kemitraan pun dapat berjalan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya didengungkan dalam slogan-slogan untuk berhemat air saja. Akankah kemitraan air minum dapat berjalan ke depannya? *) Mantan pengelola PDAM dan anggota Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Provinsi Jawa Barat
Foto : Dok. BPPSPAM
Kontrak tersebut dengan jelas mengatur persoalan seperti pembagian keuntungan, selesainya kontrak dan kepemilikan aset setelah 25 tahun kontrak tersebut berjalan. Tetapi model privatisasinya tidak disebutkan, apakah BOT, BOO, konsesi atau model privatisasi lainnya dimana seluruh risiko keuangan ditanggung oleh PAM Jaya. Bahkan dalam kontrak juga tertulis bahwa apabila kontrak dibatalkan pihak perusahaan diharuskan membayar ke perusahaan tersebut yaitu mencakup: pertama, semua investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan asing; Kedua, menanggung biaya Asuransi; Ketiga, pemasukan yang diperkirakan akan diterima sebelum pajak selama setengah dari sisa tahun kontrak. Dari target pelayanan sebanyak 70% pada tahun 2002 yang disampaikan dalam kontrak, tidak dapat dicapai dengan baik dalam laporannya. Pada kenyataannya, menurut karyawan itu tidak benar, karena laporan tersebut dibuat sendiri oleh swasta selama tujuh tahun dan tidak ada perubahan. Pemasangan pipa baru oleh swasta dilakukan di atas pipa-pipa lama dan dihitung sebagai perluasan pelayanan. Yang terjadi adalah perusahaan terus defisit antara tarif yang dihasilkan dari konsumen dengan beban biaya yang dibayarkan. Belum lagi banyaknya pemutusan tenaga kerja yang
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
25
inovasi
Menabung Air
dengan Konservasi Air Tanah
Imam Sumadi *)
Sangat terbatasnya ketersediaan air tawar di Bumi membutuhkan upaya bersama untuk mempertahankan keberadaannya demi keberlangsungan kehidupan dan peradaban manusia sekarang dan yang akan datang. Upaya ini bisa digagas dengan Gerakan Menabung Air se Dunia atau apapun namanya.
T
ahukah Anda? Dari total volume air sekitar 1,4 miliar kilometer kubik di planet Bumi, yang berjenis air tawar hanya tersedia 2,5% dan sisanya adalah air laut (97,5%). Dari jumlah itu, air tawar masih digolongkan dalam jenis air di udara (0,001%), sungai dan danau (0,001%), es dan salju (1,75%), dan air tanah (0,72%). Artinya, masih kurang dari 1% yang dapat dimanfaatkan dengan biaya rendah, yaitu berupa air di danau, sungai, waduk dan sumber tanah dangkal. (Sumber: Comprehensive Assessment of the Freshwater Resources of the World: WMO/World Meteorological Organization). Air tanah, baik di dunia, maupun di Indonesia pada khususnya, saat ini sudah teridentifikasi memiliki permasalahan yang pelik. Umumnya yang bisa disebut di sini antara lain meningkatnya kebutuhan air dari waktu ke waktu, sulitnya masyarakat memperoleh air bersih, tingginya ketergantungan terhadap air tanah, terbatasnya kemampuan penyediaan air tanah, pertentangan kepentingan dalam penggunaan air tanah. Air tanah juga sebagai sasaran memperoleh keuntungan ekonomi, ada penguasaan mata air secara sepihak, kemerosotan kondisi dan lingkungan air tanah akibat kurangnya perhatian terhadap konservasi air tanah, dan banyaknya pelaku yang menangani air tanah. Ambillah contoh di Jawa Timur. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur, potensi air tanah
1.bp.blogspot.com
Bendungan Cirata, Purwakarta
26
inovasi
40% evapotranspiration
38% evapotranspiration
10% runoff
25% shallow infiltration Natural Ground Cover
20% runoff
25% deep infiltration
21% shallow infiltration 10%-20% Impervious Surface
35% evapotranspiration
20% shallow infiltration 35%-50% Impervious Surface
21% deep infiltration
15% deep infiltration
30% evapotranspiration
10% shallow infiltration
5% deep infiltration
75%-100% Impervious Surface
Penggunaan lahan di daerah resapan air juga sudah berubah dengan cepat antara lain disebabkan penggundulan hutan dan lahan yang terbuka sudah berubah menjadi lahan tertutup untuk pembangunan infrastruktur, dan lainnya. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kesadaran tentang pelestarian air tanah. Indikasinya antara lain banyaknya pengeboran dan pengambilan airtanah tanpa izin, dan yang berizin pun tidak menggunakan meter air. Pada kasus di Jawa Timur, hasil pemantauan Dinas ESDM melaporkan bahwa permasalahan di atas mengakibatkan munculnya gejala-gejala krisis air tanah yang ditunjukkan oleh adanya Muka Air Tanah (MAT) dalam (Akuifer tertekan) di banyak tempat telah mengalami penurunan, baik di daerah industri maupun pertanian. Pada ranah hilir, sumur-sumur penduduk banyak yang mengalami kekeringan, terutama di daerah pedesaan.
Dampak Pemompaan Air Tanah Konservasi Air Tanah
di Jawa Timur dari 23 Cekungan Air Tanah (CAT) yang ada sesuai Kepmen ESDM 716.K/40/MEM/2003 sebesar: 15.377 juta m3/tahun (air tanah dangkal /Akuifer bebas), dan 985 juta m3/th (air tanah dalam / Akuifer tertekan). Dengan banyaknya perubahan kondisi lahan di daerah resapan, maka potensi tersebut perlu dievaluasi kembali dengan melakukan penelitian potensi. Namun, dari 23 CAT tersebut, baru 9 CAT yang telah dilakukan penelitian secara lebih detail oleh Dinas ESDM Provinsi Jatim. Untuk mendapatkan data pemakaian/pengambilan air tanah pun sulit dipastikan. Ini karena banyaknya sumur bor yang tidak berizin, baik sumur-sumur industri, irigasi maupun yang lain. Yang berizin pun tidak menggunakan meter air. Bahkan terdapat beberapa Kab/Kota yang menerbitkan izin tanpa Rekomendasi Teknik dari provinsi. Akibatnya, keseimbangan antara potensi dan pengambilan (neraca) air tanah pada CAT sulit diketahui. Sementara itu, saat ini secara umum sedang terjadi eksploitasi air tanah di daerah hilir yang semakin intensif. Hal itu disebabkan karena ketergantungan manusia terhadap air yang semakin besar sejalan dengan bertambahnya penduduk, penggunaan air tanah lebih disukai dari pada air permukaan karena terdapat dimanamana, kualitasnya relatif lebih baik dari pada air permukaan, dan alasan terakhir karena proses eksploitasinya lebih mudah dan lebih murah karena tidak perlu membangun unit pengolahan/ treatment plant. Masalah lain datang dari pemahaman yang salah tentang pengertian “renewable resources”. Meskipun air tanah adalah renewable resources, tetapi pembaharuannya memerlukan proses yang panjang (dari daerah resapan sampai daerah luar) dan waktu yang lama, bahkan memakan waktu puluhan hingga ratusan tahun.
Untuk mempertahankan keberadaan air tanah guna kelangsungan kehidupan dan peradaban sekarang dan yang akan datang diperlukan upaya bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, air menjadi urusan/tanggung jawab setiap orang (Water is Everybody Business). Tanggung jawab bersama adalah semangat untuk mengantisipasi dan mengadaptasi dampak-dampak dari kecerobohan manusia sebelumnya. Secara teknis dampak pemompaan air tanah yang berlebihan adalah terjadinya intrusi air laut, penurunan tanah, penurunan muka air tanah, kekeringan dan penurunan kualitas air tanah. Berbicara tanggung jawab bersama, Jakarta adalah contoh yang patut disorot. Sistem cekungan air tanah dalam di Jakarta menjadi daerah imbuhan air tanah dangkal. Padahal, kondisi air tanah dangkal di Jakarta sudah amat tercemar berbagai zat kimia berbahaya seperti timbal, seng, amoniak, dan kloroform. Selain intrusi air laut, air tanah dalam juga terancam pencemaran lewat “bocoran” tersebut. Kondisi tersebut menjelaskan pada pemahaman betapa kritisnya air tanah (air bersih) yang disediakan alam.
Upaya Konservasi Konservasi air tanah adalah upaya melindungi dan memelihara keadaan, kondisi, dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian serta kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Upaya konservasi air tanah ini ini terangkum diantaranya pelestarian, perlindungan, pemeliharaan, pengawetan, pengendalian, pemulihan, dan pemantauan. Langkah-langkah kecilnya bisa dimulai dengan meningkatkan pemantauan dan pengendalian pengeboran dan pengambilan air tanah, menyusun pedoman konservasi kawasan lindung/resapan air tanah dan Pemetaan Zonasi Air tanah (Zona aman, rawan, rusak, kritis), dukungan payung hukum. Koordinasi dengan stakeholders juga tak kalah penting, seperti dengan Appatindo (Asosiasi Pengusaha Pengeboran Air Tanah), pihak Kehutanan untuk urusan kawasan resapan, pihak Pengairan, Tata Kota, dan juga yang lainnya. Dari dalam juga perku dilakukan peningkatan kesadaran
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
27
inovasi masyarakat terhadap pentingnya pelestarian air tanah melalui program sosialisasi. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian air tanah melalui penertiban perizinan. izin bukan sekedar legalitas, melainkan juga merupakan sarana pengendalian. Serta kampanye hemat air dengan berbagai jenis media seperti brosur, leaflet, dan lain-lain. Secara khusus dibutuhkan partisipasi dari para Pengusaha Pengeboran dalam pengelolaan air tanah. Partisipasi tersebut bisa dalam bentuk antar lain: pertama, mengajukan Surat Izin Pengeboran (SIP) sebelum melaksanakan kegiatan pengeboran. Ini banyak kegiatan pengeboran yang dilakukan tanpa izin. Kedua, menyampaikan laporan hasil kegiatan pengeboran kepada Dinas ESDM, berupa gambar penampang litologi dan hasil logging, gambar bagan penyelesaian konstruksi sumur, data uji pemompaan (step drawdown and continous test) dan analisa perhitungannya, hasil analisa fisika dan kimia air tanah, serta Berita Acara Pemasangan Konstruksi, BA Uji Pemompaan, BA Pemasangan Pompa. Ketiga, tidak memasang saringan (screen) pada akuifer tak tertekan/dangkal karena air tanah dangkal diprioritaskan untuk kepentingan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Teknologi Konservasi Air Tanah Ada beberapa teknologi sederhana yang secepatnya dan massif bisa dilakukan. Pertama, Pengisian Alami (Natural Recharge). Pengisian alami dapat terjadi pada Ruang-ruang Terbuka Hijau (RTH), terutama pada lahan yang mempunyai jenis tanah yang porus. Oleh karena itu, semua pihak, baik pemerintah maupun pemangku kepentingan (stakeholders) harus menyiapkan lahan bagi kepentingan ini. Selain itu, pelestarian hutan terutama di daerah penyangga (buffer zone) harus dijaga dan dipertahankan
Biopori 10-30 cm
80-100 cm
SAMPAH ORGANIK
BIOPORI terbentuk karena aktifitas organisme tanah PROSES PENGOMPOSAN
28
serta ditingkatkan (peran agroforestri = hutan/ kebun lindung sangat penting). Kedua, Pengisian Buatan (Artificial Recharge). Berbagai teknologi dalam upaya pembuatan pengisian buatan telah banyak dilakukan, beberapa contoh adalah danau buatan dan sumur resapan (recharge well/injection well) dan lain-lain. Ketiga, Lubang Resapan Biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Keempat, Sumur Resapan. Dilakukan dengan cara menggali sumur dengan bentuk segi empat atau lingkaran dengan ke dalaman tertentu. Sumur resapan difungsikan untuk menampung dan meresapkan air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah baik melalui atap bangunan, jalan ataupun halaman agar dapat meresap kedalam tanah. Ada beberapa persyaratan umum membuat sumur resapan, yaitu dibuat pada lahan yang lolos air dan tahan longsor, harus bebas kontaminasi/pencemaran limbah, air yang masuk sumur resapan adalah air hujan, untuk daerah sanitasi lingkungan buruk, sumur resapan air hujan hanya menampung dari atap dan disalurkan melalui talang, serta harus mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi dan hidrologi. Ada tiga konstruksi Sumur Resapan, antara lain; pertama Sumur Buis Beton. Saluran penampungan air hujan diberi saringan (dari batu-batuan dan ijuk) supaya kotoran tidak ikut masuk kedalam. Dinding bisa dibuat kedap air atau diberi lubang-lubang kecil. Sedangkan di bagian bawah dibuat ceruk (lubang) sedalam 0.7 m yang diisi dengan ijuk dan batu/puing yang disusun berongga. Kedua, Sumur Batu Bata. Dalam konstruksi sumur Batu Bata, pipa dipasang ke arah saluran pembuangan dengan elevasi tertentu agar air bisa dialirkan keluar. Untuk pipanya, bisa menggunakan pipa PVC 4 inci. Dinding dibuat dari pasangan batu bata biasa (tebal 15 cm). Bisa dibuat kedap air, atau diberi lubanglubang kecil. Bagian dasar sumur jangan ditutup dengan bata ataupun semen. Dibagian dasar sumur cukup dengan meletakkan ijuk dan batu-batuan di dasar sumur resapan, setinggi 0.7m. Ketiga, Sumur Batu Kali. Pada sumur ini, pipa ke saluran drainase menggunakan pipa ukuran 6 inci. Tipe ini memakai ijuk dan batu di seluruh bagian dalam sumur. Sebagai pengganti batu kali bisa digunakan puing yang sudah dibersihkan dari bahan organik. Beberapa manfaat sumur resapan antara lain; pertama, sebagai upaya untuk pengendali banjir. Penggunaan sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan sehingga terhindar dari penggenangan. Kedua, Sumur resapan berfungsi untuk memperbaiki ketersediaan airtanah atau mendangkalkan permukaan air sumur, sehingga menambah jumlah air dalam tanah. Ketiga, menekan laju erosi. *) Jabatan Fungsional Teknik Penyehatan Lingkungan (TPL) Ahli Madya Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
gema pnpm
Air Mata untuk Mata Air Rita Hendriawati *)
Hampir tidak bisa dipercaya, air begitu dekat dari rumah. Kegembiraan terpancar, disertai deraian air mata bahagia ketika aliran mata air itu sampai di Desa Apitalawu, Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.
T
ujuh tahun mendambakan air bersih. Itulah yang dialami penduduk Desa Apitalawu. Program PAMSIMAS berhasil mewujudkan mimpi masyarakat Apitalawu yang selama ini berjuang untuk mendapatkan air bersih dan sehat. Tidak dapat dipercaya, sekarang air begitu dekat dari rumah. Mimpi itu menjadi kenyataan. Desa Apitalawu merupakan salah satu desa penerima program PAMSIMAS tahun 2011. Terletak di Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, desa yang berada di pinggir pantai Teluk Tomini ini terdiri dari 3 dusun, yaitu Batujajar, Leyanga dan Tumba. Di desa ini, mata pencaharian penduduk, hampir seluruhnya nelayan dan bertani. Bukan saja untuk kebutuhan air bersih harus berjuang, untuk
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
29
gema pnpm
Kini masyarakat pun menikmati air yang bersih dan sehat, yang berada di sekitar lingkungan pemukiman untuk kebutuhan sehari-harinya.
menuju desa yang berpenduduk sekitar 200 KK dengan jumlah jiwa kurang lebih 850 orang ini juga perlu perjuangan fisik. Perjalanan menuju desa tersebut, sangat menguras stamina. Kita harus menempuh 76 kilometer, barulah sampai di desa yang ramah penduduknya ini. Sebelum sampai ke Desa Apitalawu, kita harus melewati Paguyaman dulu, jaraknya kurang lebih 50 km dari Tilamuta (ibu kota Kab Boalemo), dari persimpangan di Paguyaman perjalanan dilanjutkan ke desa yang berjarak 26 km. Kondisi jalan yang menanjak dan sudah tidak lagi mulus menambah lamanya perjalanan. Entah bagaimana bila turun hujan, katanya, suka longsor dan menyebabkan jalan makin parah dan bertanah. Sangat melelahkan, itulah kesan pertama semua orang jika berkunjung ke Desa Apitalawu. Namun begitu sampai di desa yang tenteram ini, rasa lelah pupus sudah. Memang dibutuhkan Tim Fasilitator yang berjiwa pemberdayaan masyarakat, yang penuh rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kepedulian yang tinggi. Disertai semangat yang tinggi dalam melaksanakan pendampingan Program PAMSIMAS di Desa Apitalawu ini. Melihat kondisi medan wilayah pendampingan seperti ini, patutlah kita mengapresiasi kinerja tim Fasilitator. Pelaksanaan pembangunan fisik program akhirnya selesai sudah, dan uji fungsi pun sudah dilakukan. Dengan sistem gravitasi perpipaan sepanjang lebih kurang 4.000 meter dari sumber mata air di gunung, berhasil mengalirkan air yang bersih dan sehat ke 6 unit Hidran Umum dan 6 unit Kran Umum sebagai pengembangannya.
30
Kini masyarakat pun menikmati air yang bersih dan sehat, yang berada di sekitar lingkungan pemukiman untuk kebutuhan sehariharinya. “Ini baru nyata, dan terbukti,” ucap salah satu warga. Dengan nada berat dan raut wajah yang sedih, disertai linangan air mata. Ia mengenang pengalaman sulitnya memperoleh air bersih untuk kehidupan sehari-harinya. “Sudah hampir tujuh tahun kami tidak merasakan adanya air bersih di kampung kami, harus berjalan jauh untuk mendapatkan satu atau dua galon air bersih untuk minum,” tuturnya sembari mengusap air mata di pipinya. Ia juga bercerita, sebelumnya pernah ada program sejenis, hanya sayang tidak dapat berfungsi dan bermanfaat bagi warga, sehingga ia bersama warga lainnya, tidak tahu mengapa dan siapa yang salah. Namun air mata sedih itu berganti dengan air mata bahagia. Karena air dari mata air sudah mengalir tanpa henti. Adanya air bersih ini juga memancarkan kegembiraan di raut wajah anakanak sekolah. Mereka dapat menikmati sarana jamban sekolah yang dibangun dari program PAMSIMAS. Anak-anak sekolah itupun sudah menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. Keberadaan fasilitas tempat cuci tangan dan sanitasi sekolah ini menaruh harapan besar, semoga anak-anak dapat mengerti apa arti bersih dan sehat. “Terima kasih PAMSIMAS!“ teriak murid sekolah dasar itu serempak. *) Central Management Advisory Consultant (CMAC), Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
lensa ck
Kemana Larinya Tinjaku? Biorea c satu ra tor Tank, sa la n pengo gkaian ins h ta la yang b han air lim lasi b meng er fungsi un ah o t secara lah limbah uk aerob .
h) ir Limba olahan A tahun 2007 g n e P si la AL (Insta ) yang dibangun ik rumah ja st Batam, IP ng kota han Lumpur Tin h limbah dome tu n ja i d Terletak nstalasi Pengola dalam mengola (I g dan IPLT iliki peran pentin lalu, mem ta Batam. o tangga k
Peng e dan lu ringan lum mpur p dapa ur yang d t terp il isah. akukan d i Slu
dge D
rying
Bed, s
an
ehing
ga air
yiram k pen
untu tkan anfaa adan air. im d apat epas ke b il bah d ir lim taupun d a n a a h la m o a t g Pen a Ba Hasil an di kot tanam
Foto-foto: Kelompok 1 Workshop Fotografi, Videografi, dan Media Publikasi Bidang Cipta Karya di Batam
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
31
lensa ck
Kemana Larinya Tinjaku?
Aktifi Bata tas pah law m
an s
anita
si m
enu
angk
an ti
nja k
e ba
k pe
ngu
mpu
l IPLT
an
eng itch, d tion D
a i Oxid rob d ih air. e a a r ca bu ah se alam n limb sigen di d a h la k Pengo unakan o g g n e m
“Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum terus mengembangkan kualitas sanitasi permukiman dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan masyarakat, khususnya di kota Batam”.
32
Foto-foto: Kelompok 1 Workshop Fotografi, Videografi, dan Media Publikasi Bidang Cipta Karya di Batam
lensa ck
Pelantikan Eselon I, 2, dan 3 Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 22 Maret 2012
Edisi 3 4Tahun X4Maret 2012
33
seputar kita
Cipta Karya Dukung Penataan Kawasan Kampus ITB
BPPSPAM
Tandatangani MoU dengan IUWASH Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum menyepakati kerjasama dengan Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH) dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas SPAM di Indonesia. Penandatangananan Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan oleh Kepala BPPSPAM Rachmat Karnadi dengan Chief of Party IUWASH Louis O’Brien di Hotel Atlet Century Jakarta, Kamis (8/3). Rachmat Karnadi mengatakan, selama ini BPPSPAM bekerja sendiri dalam rangka pengembangan SPAM, baik itu dalam rangka penyehatan PDAM maupun Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) bidang air minum. Sementara itu, IUWASH telah melakukan pengembangan air minum baik dalam bentuk mediasi, advokasi kepada masyarakat dan juga melakukan pendampingan terhadap PDAM. Untuk mempercepat pengembangan sistem penyediaan air minum di Indonesia maka kerjasama ini dilakukan. “Untuk butir-butir rincian kerjasamanya nanti kita atur lagi mau masuk kemana. Intinya kita memiliki tujuan yang sama yaitu mempercepat pengembangan SPAM,” kata Rachmat
Konreg Sarana Evaluasi dan Sinkronisasi Program Kerja Momentum pelaksanaan Konsultasi Regional (Konreg) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) harus dimanfaatkan sebagai sarana evaluasi dan sinkronisasi program yang sedang dan akan berjalan. Menteri PU Djoko Kirmanto meminta Konreg tidak semata menjadi ritualisme tahunan yang tidak menghasilkan output yang efektif. “Tahun ini tepat menjadi pertengahan kerja dari rencanarencana baik RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah –red) maupun Renstra (Rencana Strategis-red) PU, untuk itu kita harus evaluasi apakah program yang telah kita lakukan sudah bagus atau belum, ke depannya apa target programnya bisa tercapai atau tidak,” ujar Djoko saat membuka Konreg Kementerian PU Wilayah Barat di Jakarta, Rabu (7/3).
34
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum sepakat mendukung fungsionalisasi ruang-ruang publik di seputar kawasan Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai ruang terbuka hijau maupun aktivitas publik. Kesepakatan bersama tersebut mencakup penyusunan rencana, pelaksanaan, pembentukan lembaga, dan pengelolaan kawasan. Kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding) tersebut ditandatangani antara Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Walikota Bandung Dada Rosada, dan Rektor ITB Akhmaloka di Aula Barat kampus Ganesha, Sabtu (24/3) dalam rangkaian Reuni Akbar ke-40 ITB Angkatan 1972.Menurut Budi Yuwono, penandatanganan MoU hari ini dilakukan hanya menyangkut masalah pokoknya saja, belum sampai kepada hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. “Penandatangan kesepakatan bersama hari ini hanya bagian induknya saja, Yang pasti, peran dan tanggung jawab kami adalah menyediakan prasarana dan sarana dalam rangka penataan kawasan seputar kamus ITB,” jelas Budi Yuwono.
Citizen Journalism Cipta K arya Cerita adalah semangat. Mak a perlu sebuah rumah untuk menampungnya. Tulislah kisah perjalanan yang sudah membuka mata Anda, berbagilah dengan yang lain untuk memperkaya makna. Jurnalisme Warga Cipta Karya siap menampung kisah Anda lewat kata-kata dan karya foto. http://ciptakarya.pu.go.id/jurnalisme
Selamat Hari Air Dunia XX 22 Maret 2012
Air dan Ketahanan Pangan