MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PRODUKSI LAMPU INCANDESCENT (PIJAR) DARI PERHITUNGAN WAKTU BAKU PT. OSRAM INDONESIA
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Universitas Mercu Buana Jakarta
DISUSUN OLEH :
NAMA
:
ANDI HARRIS
NIM
:
41605110063
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
1
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama
: Andi Harris
N.I.M
: 41605110063
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul
: “MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PRODUKSI LAMPU
INCANDESCENT(PIJAR) DARI PERHITUNGAN WAKTU BAKU PADA PT. OSRAM INDONESIA.” Benar-benar murni hasil karya saya sendiri. Bila ternyata terbukti bahwa saya meniru/menjiplak hasil karya orang lain, saya bersedia menerima segala konsekuensi yang berlaku baik hukum dunia maupun akhirat.
Penulis,
Andi harris
2
LEMBAR PENGESAHAN
MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PRODUKSI LAMPU INCANDESCENT(PIJAR) DARI PERHITUNGAN WAKTU BAKU PADA PT. OSRAM INDONESIA
Disusun Oleh :
Nama
: Andi Harris
NIM
: 41605110063
Jurusan
: Teknik Industri
Mengetahui Pembimbing/Koordinator TA
( Ir. M. Kholil, MT )
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur haruslah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas curahan rahmat dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan kepada semua makhluk ciptaanNya. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, nabi pembawa rahmat untuk alam semesta, bagi keluarga, shahabat serta orang-orang yang mengikutinya dengan istiqomah sampai akhir zaman. Atas nikmat itu pula, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini penyusun beri judul: Menentukan Kapasitas Mesin Produksi Lampu Incandescent (pijar) Dari Perhitungan Waktu Baku pada PT. OSRAM INDONESIA. Dengan selesainya penulisan ini, penyusun harapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca yang terhormat. Tak lupa saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada : 1.
Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang telah mengorbankan moril dan materi.
2.
Istriku yang selalu setia menemaniku dalam suka dan duka, doa serta belaian kasih sayangnya yang tulus.
3.
Bapak Ir. M. Kholil, MT. Selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya kepada penyusun.
4.
Bapak Sidik, Selaku Plant Manajer PT. Osram Indonesia. yang telah memberikan kepercayaan dan mengizinkan penyusun untuk melakukan analisa dan
pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini. 5.
Bapak Rahmat M, selaku atasan
penyusun yang telah memberikan
kesempatan dan waktu untuk mengerjakan Tugas Akhir ini. 4
6.
Rekan-rekan yang tidak mampu saya sebutkan semuanya disini. Penyusun telah berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini, namun tiada hasil yang sempurna. Penyusun sebagai manusia biasa yang merupakan tempat salah dan lupa, sehingga banyak kekurangan dalam Tugas Akhir ini, dan untuk penyusun mohon maaf dari pembaca yang terhormat. Dan penyusun menunggu saran serta kritik yang membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Selamat membaca! Jakarta, 14 Desember 2008
Penyusun
5
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Tugas Akhir ini untuk : • Kedua Orang Tua yang telah mengorbankan segalanya demi keberhasilanku dalam mengarungi hidup ini. • Istriku tersayang yang selalu mendoakanku. • Saudara‐saudara yang telah mendoakanku. • Orang‐orang yang telah membimbingku. • Sahabatku yang telah memberikan semangat. 6
MOTTO
“ Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang lahat. “ “Harta yang abadi adalah ilmu yang kamu kuasai” “Seorang yang arif mempertahankan hidupnya hari demi hari dan mencari makanannya sehari untuk hari esok.” “Rasa Takut adalah cambuk Allah untuk menuntun hamba‐ hamba‐Nya agar rajin berilmu dan beramal, sehingga keduanya mereka mendapatkan pahala taqarub dari Allah.”
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................
i
Lembar Pernyataan .............................................................................................
ii
Lembar Pengesahan ...........................................................................................
iii
Kata Pengantar ...................................................................................................
iv
Persembahan .......................................................................................................
vi
Motto .................................................................................................................. vii Daftar Isi ............................................................................................................
viii
Abstrak ...............................................................................................................
xi
Daftar Gambar .................................................................................................... ............................................................................................................................. xii Daftar Tabel ........................................................................................................ ............................................................................................................................. xiii BAB I
BAB II
Pendahuluan ...................................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
1.2. Pokok Permasalahan .....................................................................
4
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ......................................................
5
1.4. Metodologi Penelitian ...................................................................
5
1.5. Pembatasan Masalah .....................................................................
6
1.6. Sistematika Penulisan ……………………………………………
6
Landasan Teori................................................................................
8
2.1. Teknik Tata Cara kerja .................................................................
8
2.1.1. Definisi Dan Pengertian-pengertiannya............................. 8
8
2.1.2. Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja............................
11
2.2. Peta-peta Kerja ..............................................................................
14
2.2.1. Lambang-lambang yang Digunakan ..................................
15
2.2.2. Macam-macam Peta kerja..................................................
20
2.2.3. Peta Proses Operasi............................................................
21
2.2.4. Peta Aliran Proses ……………………………………….
23
2.2.5. Diagram Aliran …………………………………………..
24
2.3. Pengukuran Waktu ………………………………………………
26
2.3.1. Pengukuran Waktu Kerja ………………………………..
28
2.4. Penyesuaian dan Kelonggaran Kerja ……………………………
30
2.4.1. Kelonggaran Kerja……………………………………….
33
2.5. Kerangka Berfikir ………………………………………………..
35
BAB III
Pengumpulan dan Pengolahan Data ...............................................
36
3.1. Pengumpulan Data .........................................................................
36
3.1.1. Profil Perusahaan ..............................................................
36
3.1.2. Riwayat Perusahaan ……………………………………. .
37
3.1.3. Gambaran Umum Perusahaan …………………………...
39
Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................................
49
BAB IV
4.1. Data
Waktu
pada
Pembuatan
Lampu
Incandescent
………………………....................................................................
49
4.2. Hasil Pengamatan...........................................................................
50
4.2.1. Pengamatan Penyesuaian kerja …………………… .........
50
4.2.2. Pengamatan Kelonggaran Kerja ........................................
51
4.3. Pengukuran Waktu Kerja ……………………………………......
51
4.4. Penilaian Penyesuaian dan Kelonggaran Kerja .............................
55
9
4.4.1. Penilaian Penyesuaian Kerja…………………………......
55
4.4.2. Penilaian Kelonggaran Kerja .............................................
56
4.5. Perhitungan Waktu Baku………………………………………. ..
57
4.5.1. Perhitungan Waktu Siklus Rata-rata …………………….
57
4.5.2. Perhitungan Waktu Normal kerja ......................................
57
4.5.3. Perhitungan Waktu Baku……………………………… ...
58
Kesimpulan dan Saran ...................................................................
59
5.1. Kesimpulan ...................................................................................
59
5.2. Saran .............................................................................................
60
Daftar Pustaka ....................................................................................................
61
BAB V
10
ABSTRAK
Sebuah perusahaan akan mencapai tujuannya, apabila dapat beroperasi secara efektif dan efisien, serta dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggan, sehingga akan menjadi pelanggan yang setia ( loyal customer ). Diantaranya adalah pengiriman tepat waktu, harga yang murah, qualitas yang standar. Di PT. Osram Indonesia, untuk proses produksi Lampu Incandescent masih kurang efisien, karena banyak variasi dan dimensi. Sedangkan mesin yang digunakan dan dipakai adalah sama. Dengan banyaknya perbedaan sehingga sering terjadi salah perhitungan dan memerlukan banyak dibutuhkan tenaga kerja untuk kontrol. Oleh karena itu penyusun berinisiatif, untuk membuat alat Bantu kontrol, dengan sistem waktu baku yang penerapannya dengan sistem produksi. Untuk melaksanakan hal tersebut diperlukan sebuah aturan dan alat pendukung serta datadata yang akurat. Kemudian data tersebut dijadikan ajuan untuk perhitungan sistem yang akan diterapkan. Dengan
penerapan
sistem
diatas,
perusahaan
akan
mendapatkan
keuntungan dengan tidak melakukan investasi yang tidak berguna baik investasi tenaga kerja, mesin, maupun material ( bahan baku, barang setengah jadi,maupun barang jadi ), serta dapat meningkatkan produktivitas pada proses Lampu Incandescent di departemen produksi. Kata Kunci: Rosdiwati, statistik dan penggunaanya: Angkasa Raya, 1994
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Gambaran Keseluruhan Teknik Tata Cara kerja .............
11
2.2. Ruang Lingkup Teknik Tata Cara...............................................
13
2.3. Lambang-lambang yang diusulkan ASME beserta contohcontohnya ………………………………………………….......
19
2.4. Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi......................................
22
2.5. Diagram Kerangka Berfikir ……………………. ......................
35
3.1. Gambar Produk Lampu PT. osram Indonesia………………….
41
3.2. Gambar Proses Pembuatan Flare………………………………
42
3.3. Gambar Proses Pembuatan Stem………………………………
43
3.4. Gambar Proses Pembuatan Mounting………………………….
44
3.5. Gambar Proses Pembuatan Sealing…………………………….
45
3.6. Gambar Proses Pembuatan Bassing……………………………
46
3.7. Gambar Proses Aging………………………………………….
47
3.8. Gambar Proses Packaging……………………………………...
48
4.1. Peta Kendali untuk Proses pembuatan Lampu Incandescent......
54
12
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Nilai Faktor yang Mempengaruhi Kewajaran kerja.......................
32
4.1. Data Waktu pada Proses Pembuatan Lampu Incandescent ...........
50
4.2. Sub
Grup-sub
grup
Pengukuran
Proses
Produksi
Lampu
Incandescent………....................................................................... 4.3. Hasil
Pengujian
Data
Waktu
Proses
Pembuatan
52
Lampu
Incandescent……….......................................................................
54
4.4. Penilaian Penyesuaian Kerja Operator...........................................
55
4.5. Penilaian Kelonggaran Kerja Operator..........................................
56
13
ABSTRACT
A company will reach its goals if it can operete effectively and efficiently, and also can give satisfaction to customers so they can be a loyal customer. Among those are on time delivery, cheap price, and standardized quality. In PT. Osram Indonesia, for the incandecent lamps productions is not efficient, because there are variations and dimentions. While the machine which being used is the same. The differences cause a miscount and need many employees to be controlled. That´s why outhor initiated to make a helping too for controlling with a fixed time system which is applicable in production system. To do that we need a rule a supporting tool and a accurate data, then those data will be a reference to compute the system that will be applied. With those above system, company will get benefit without investing unuseful investation such as employees, machine, even material (raw material, halffinished material, or finished material), Also increase productivity in incandescent lamp processing in production. Key word: Stati stics a
nd Using, Rosdiwati, 1994: Angkasa Raya
14
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah. Di dalam usaha peningkatan produktifitas buruh dan memperbanyak produk, baik untuk variasi maupun jumlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan dibutuhkan mesin atau peralatan sebagai sumber yang dapat digunakan dalam pengolahan produksi, di mana dengan penggunaan yang efektif, efisien dan optimal akan sangat membantu manusia dalam melakukan proses produksi itu sendiri, sehingga dapat dihasilkan suatu produk dengan waktu yang lebih singkat, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Dalam Persaingan Global yang semakin ketat dan dalam usaha merebut pangsa pasar yang lebih baik diperlukan kemampuan mengelola produksi yang bermutu serta harga yang bersaing oleh perusahaan maka performance perusahaan dapat dilihat dari 3 sisi yaitu : •
Ongkos Produksi
•
Mutu Produksi
•
Serta Tingkat Pelayanan yang diberikan kepada konsumen ( baik dalam maupun luar )
Untuk
lebih
memanfaatkan
fasilitas-fasilitas
secara
optimal,
serta
memperlancar dan terkoordinirnya proses produksi dan alur produk, tentunya harus didukung oleh beberapa faktor diantaranya kondisi mesin, tenaga yang dibutuhkan serta bahan baku setengah jadi dan bahan jadi.
15
Pada proses poduksi sering kali kita jumpai barang jadi yang gagal ( afkir ) atau barang setengah jadi yang kembali ( Daur Ulang ). Sehingga produksi yang dihasilkan kurang memenuhi target. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan yang bersangkutan karena target produksi tidak tercapai. Untuk peningkatan produksi maka diperlukan keahlian khusus ( skill ) operator dalam kegiatan ini perlunya dilakukan time study. Didalam time study kita pelajari pergerakan dari cara bekerja operator seefisien mungkin, dimana akan menghasilkan produk yang kita harapkan. Di PT Osram Indonesia Tangerang yang memproduksi lampu, baik untuk jenis neon / pijar dan TL /FCL. Dalam rangka untuk memenuhi permintaan pasar maka diperlukan suatu mesin dan ruangan yang lebih ekonomis sehingga dapat menghasilkan produk yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pada bidang manufaktur, khususnya sektor industri kimia dasar, pada bagian produksi memegang peranan penting. Disektor ini dibutuhkan biaya yang sangat tinggi serta penuh resiko. Dikatakan sangat penting karena tanpa adanya bagian produksi sebuah pabrik tidaklah mungkin dikategorikan sebagai sebuah industri Bagian produksi juga membutuhkan biaya yang sangat besar, sebab biaya operasi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan hampir mencapai 80%, digunakan untuk biaya perawatan mesin dan penggantian suku cadang dan penggantian komponen lainnya. Adanya beberapa point yang penting untuk dipelajari pada bidang produksi diantaranya :
16
a. Bagian produksi memiliki sebuah sistem alur pekerjaan atau aliran proses kerja yang sangat kompleks dan saling berhubungan. b. Bagian produksi merupakan bidang yang berhadapan langsung dengan sistem permesinan atau mesin yang bekerja. Selain dibidang produksi ini, dapat ditentukan berbagai permasalahan yang rumit serta menantang baik dari manajemen operasional maupun penanganan bila ada sesuatu hal atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Di dalam struktur organisasi perusahaan PT. Osram Indonesia, terdapat plant yang memproduksi Lampu Incandescent yaitu plant D. Peralatan yang digunakan dalam plant D tersebut yaitu : •
Mesin Blowing, untuk membuat Bulb dari bulb tube.
•
Mesin Flare, untuk membuat Flare tube.
•
Mesin Stem, untuk membuat atau menyatukan flare dengan exhoust tube.
•
Mesin Mounting, untuk membuat mounting.
•
Mesin Sealing, untuk membuat lampu sealing.
•
Mesin Vacuum/exhaust, untuk menyedot udara yang ada didalam lampu sealing.
•
Mesin Bassing, untuk proses akhir pembuatan lampu.
•
Mesin Packing, untuk pengepakan. Jumlah kebutuhan optimal dari mesin ini di dalam penggunaannya tergantung
dari waktu pengoperasian, arus kedatangan produk dan waktu tunggu dari produk yang akan diproses masing-masing mesin.
17
1.2. Pokok Permasalahan. Di dalam kegiatan produksi, untuk penggunaan sarana dan prasarana yang ada diperlukan adanya suatu penanganan yang terpadu antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya. Keterlambatan dan kemacetan akan terjadi bila salah satu penanganan dari aktivitas tersebut tidak mampu mengimbangi aktivitas lainnya. Oleh karena itu, dari keseluruhan hal tersebut tentunya tidak terlepas dari suatu usaha untuk menggunakan system penanganan yang baik dan ditunjang dengan peralatan yang mampu memberikan efisiensi penggunaan yang tinggi dan optimal, baik dari segi pengoperasiannya maupun jumlah yang dioperasikan. Malihat kondisi yang ada saat ini, perlu kiranya diadakan suatu penelitian dan penganalisaan terhadap kecukupan dan kesiapan operasional dari mesin produksi pada Plant D, PT. Osram Indonesia, apakah dengan keadaan saat ini jumlah mesin produksinya sudah optimal di dalam penggunaannya dan telah mampu mengimbangi permintaan marketing? Dan bagaimana untuk kesiapan pelayanan untuk periode berikutnya? Hal inilah yang akan penulis bahas dalam penulisan ini.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian. Maksud penelitian adalah untuk mengetahui seberapa jauh penerapan waktu baku pada produksi Lampu Incandescent. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : •
Menentukan waktu baku mesin produksi pada proses produksi Lampu Incandescent.
•
Menghitung kapasitas mesin, untuk menghitung jumlah kebutuhan mesin yang digunakan dengan kondisi jumlah produk kebutuhan yang dihasilkan saat ini.
18
•
Menganalisa kecukupan dan kebutuhan jumlah mesin produksi pada plant D, PT. Osram Indonesia. dan penggunaanya yang optimal saat ini berdasarkan jumlah hasil produksi maksimum.
1.4. Metodologi Penelitian. Metodologi Penelitian yang digunakan di dalam penulisan ini adalah melalui beberapa tahap, yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan, menerapkan landasan teori yang sesuai, melakukan pengumpulan data, menganalisa dan mengolah data sehingga didapatkan penyelesaian yang diinginkan. Sedangkan untuk menyelesaikan masalah, metodologi pemecahannya adalah meliputi pengumpulan dan pengolahan data, analisa jumlah produk per bulan berdasarkan hasil produksi serta analisa kecukupan kebutuhan mesin produksi di plant D, PT. Osram Indonesia.
1.5. Pembatasan Masalah. Mengingat terbatasnya waktu dan pengetahuan penulis, maka dalam lingkup pembahasan tugas akhir ini penulis hanya membatasi pada pergerakan operator dalam bekerja menerapkan konsep waktu baku ( standard time ) pada produk yang sama.
1.6. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini berdasarkan suatu sistematika penulisan yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I. : PENDAHULUAN
19
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian dan pembatasan masalah dan metodologi penulisan serta sistematika penulisan. BAB II. : LANDASAN TEORI Mengemukakan konsep-konsep, teori-teori dan rumusan yang menunjang dalam pemecahan masalah. BAB III. : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi uraian gambaran umum perusahaan dan proses produksi serta pengendalian waktu secara garis besar. Selain itu juga dijelaskan mengenai pengambilan data yang diperlukan di dalam pemecahan masalah, hasil pengamatan terhadap permasalahan serta hasil analisa pengujian data. BAB IV. : HASIL DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan penganalisaan data-data yang telah diperoleh serta dibuat langkah-langkah penyelesaian berdasarkan alternative yang ada. BAB V. : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah diperoleh pada bab sebelumnya disertai dengan saran-saran yang diusulkan penulis.
20
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Teknik Tata Cara Kerja Salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, yaitu peningkatan efisiensi dan produktivitas didalam masa pembagunan sekarang adalah dengan adanya penerapan ilmu teknik tata cara kerja. Adapun yang dimaksud dengan teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Ilmu ini merupakan salah satu ilmu disiplin teknik industri, bahkan dilihat dari sejarahnya, teknik tata cara kerja merupakan cikal bakal disiplin ini. Dalam penerapannya, teknik tata cara kerja akan berinteraksi dengan berbagai ilmu lain dalam disiplin teknik industri untuk secara bersamaan mencapai keadaan optimal dari suatu sistem produksi dalam arti kata luas yaitu sistem yang terdiri dari komponen-komponen manusia, bahan, mesin, peralatan, dan uang. Setelah lintasan pengertian secara umum telah dikemukakan diatas, yang tiada kata lain menunjukkan latar belakang ilmu teknik tata cara kerja, kiranya sudah tibalah waktunya untuk menguraikan dalam suatu pengertian yang bulat tentang definisi dan ruang lingkupnya untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang ilmu ini.
2.1.1. Definisi dan Pengertian-Pengertiannya Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja. Teknik teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja
21
yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta lingkungan kerja yang sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga
yang
dipakai
serta
akibat-akibat
psikologis
dan
sosiologis
yang
ditimbulkannya. Telah dikemukakan tadi bahwa tata cara merupakan hasil perpaduan antara teknik-teknik pengukuran waktu dan prinsip-prinsip studi gerakan sebagaimana masing-masing dikembangkan oleh para pemulanya. Dalam perkembanganperkembangan selanjutnya ciri masing-masing tetap ada walaupun dalam cakupan yang lebih luas. Walaupun tidak hanya pengukuran waktu, pengukuran –pengukuran tetap dilakukan dengan teknik-teknik pengukurannya. Prinsip-prinsip yang adapun bukan hanya menganalisa gerakan atau disekitar itu, tetapi juga menyangkut banyak prinsip lain dan perancangan sistem kerja seperti perancangan tata letak tempat kerja dan peralatan dalam lingkungannya dengan manusia pekerjanya. Yang dicari dengan teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini sistem kerja yang terbaik yaitu yang memiliki efisiensi dan produktivitas yang setinggi-tingginya. Sistem kerja itu sendiri terdiri dari empat komponen yaitu manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan seperti mesin dan perkakas pembantu, lingkungan kerja seperti ruangan dengan udaranya dan keadaan pekerjaan-pekerjaan lain sekelilingnya. Artinya komponen-komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan menggunakan teknik-teknik dan prinsip-prinsip yang disebut diatas komponen-komponen diatur sehingga berada dalam suatu komposisi yang memungkinkan tercapainya tujuan tadi. Efisiensi, dapat didefinisikan sebagaimana keluaran ( output ) dibagi masukan ( input ). Semakin besar harga rasio ini, semakin tinggi efisiensinya. Dalam
22
pemrosesan sebuah produk, efisiensi penggunaan bahan dihitung dengan membagi banyaknya bahan yang menjadi produk jadi dengan banyaknya bahan yang dimasukkan kedalam proses. Dalam teknik tata cara kerja pengetian efisiensi diterapkan dalam bentuk pembandingan antara hasil performance yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Yang dimaksud dengan ongkos disini bukanlah besarnya uang yang dikeluarkan untuk memberikan hasil tertentu, tetapi dalam pengertian luas yaitu dapat berupa waktu yang dihabiskan, tenaga yang dikeluarkan dan atau akibat-akibat pskologis dan sosiologis dari pekerjaan yang bersangkutan. Memang semua “pengeluaran” ini dapat dihargakan dengan uang walaupun untuk akibat-akibat psikologis dan sosiologis. Hal ini tidak terlampau mudah dilakukan. Jadi semakin sedikit biaya yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan semakin efisiensi sistem kerjanya. Efisiensi yang tinggi merupakan prasyarat produktivitas yang tinggi. Memang dapat saja suatu sistem memberi hasil yang sebanyak banyaknya tanpa memperhatikan efisiensi, tetapi ini berarti hasil tersebut diperoleh dengan “harga” mahal. Lebih jauh lagi produktivitas maksimum tidak dapat dicapai walau dengan ongkos mahal jika efisiensinya rendah. Dalam keadaan-keadaan lain beberapa atau semua komponen sistem kerja termasuk pekerjanya diatur dan diukur untuk mendatangkan efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi. Jika semua hal diatas digambarkan dalam bentuk bagan, maka akan terlihat seperti pada gambar 2.1.
23
Gambar 2.1 Bagan Gambaran Keseluruhan Teknik Tata Cara Kerja
2.1.2. Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja Bila ditinjau lebih lanjut, maka ruang lingkup ilmu teknik tata cara dapat dibagi kedalam dua bagian besar masing-masing pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Pengaturan kerja berisi tentang prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Disini komponen-komponen sistem kerja diatur sehingga secara bersama-sama berada dalam suatu komposisi yang baik yaitu yang dapat memberikan efisiensi dan produktifitas tertinggi. Jadi pada bagian pengaturan ini kita dipersenjatai dengan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan diusahakan pelaksanaannya. Dengan prinsip-prinsip ini kita akan mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Prinsip-prinsip yang dikembangkan, bila diperhatikan dan diusahakan penerapannya, seakan-akan membawa kita kepada beberapa alternatif terbaik dari sangat banyak alternatif sistem kerja lainnya yang tersedia. Jika alternatif yang begitu
24
banyak itu harus dilihat satu-satu untuk mencari mana yang terbaik kiranya jelas hanya membuang-buang waktu percuma saja. Prinsip-prinsip pengaturan kerjalah yang membimbing kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada beberapa alternatif saja, tentu yang merupakan beberapa terbaik sehingga usaha mencari satu sistem terbaik dapat lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan. Perhatikan kembali gambar 2.1. Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantaranya yang terbaik. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan mudah karena kita tidak dapat begitu saja menetukan sebab antara alternatif dengan lainnya sangat berdekatan, ataupun yang satu tampak mempunyai kelebihan suatu segi tetapi mempunyai kelemahan dilain segi, sementara alternatif lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan pada segi yang berlawanan. Ada 4 kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja, yaitu : waktu, tenaga, psikologis dan sosilogis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem itu memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikannya sangatlah sedikit dan akibatakibat
psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan sangat minim. Berdasarkan
kriteria-kriteria inilah alternatif-alternatif sistem kerja dibandingkan satu terhadap yang lainnya. Semakin “murah” semakin baiklah sistem kerja yang bersangkutan. Dengan lain perkataan semakin efisien semakin baiklah sistem kerjanya. Bagian dari teknik tata cara yang mempelajari cara-cara pengukuran sistem kerja disebut pengukuran kerja. Bagian ini berisi teknik-teknik pengukur waktu, tenaga dan akibat-akibat psikologis serta sosiologis. Teknik-teknik ini dikembangkan secara multi disiplin, artinya dengan menggunakan dan memadukan berbagai ilmu seperti :statistik, fisiologis, psikologis dan sosiologi.
25
Lingkungan teknik tata cara yang dikemukakan diatas ini diringkaskan dapat dilihat seperti bagan pada gambar 2.2. Prinsi-prinsip Pengaturan Kerja
Faktor-faktor M anusia Studi Gerakan Ekonom i Gerakan
TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Pengukuran Tenaga Pengukuran Psikologis
B eberapa Alternatif Sistem Kerja Terbaik
SISTEM KERJA TERBAIK
Pengukuran Sosiologis Teknik-teknik pengukuran kerja
Gambar 2.2 Ruang Lingkup Teknik Tata Cara “ Tidak ada cara terbaik, tetapi selalu ada cara yang lebih baik” adalah suatu motto yang dikenal dan sangat disadari oleh kalangan ilmuwan dan pemakai teknik tata cara kerja. Memang dalam merancang suatu sistem kerja tidak seorangpun boleh berhenti setelah mendapatkan suatu rancangan yang dipandang sudah baik. Teramat banyak rancangan sistem kerja yang bisa diciptakan memuat setiap orang tidak dapat langsung memperoleh yang terbaik. Untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, hampir sepenuhnya memerlukan kreatifitas. Dan ini berarti gagasan yang baru ditentukan dan yang dianggap baik saat ini hanya bersifat sementara dengan tidak mustahil beberapa saat kemudian gagasan yang baru yang timbul dan menggugurkan kebaikan sistem yang lama. Hal ini sejalan dengan
26
keterangan yang telah dikemukakan yaitu tidak adanya suatu rumus yang dapat membawa kita kesuatu sistem yang terbaik. Dengan demikian lengkaplah pengertian disini bahwa yang ada adalah prinsip-prinsip untuk mencari sistem yang lebih baik dan teknik-teknik untuk mengukur lebih baik atau tidaknya suatu rancangan sistem gagasan baru. Kenyataan ini memberi kesan akan terus terjadinya perubahan-perubahan bersamaan dengan didapatkannya sistem yang lebih baik. Memang demikian, selama gagasan baru telah terukur lebih baik, system yang lama harus ditinggalkan dan yang baru segera dijalankan. Investasi-investasi memang demikian diperlukan untuk setiap perubahan, tetapi jika akan terbayar kembali bahkan mendatangkan lebih banyak keuntungan dikemudian hari, pimpinan perusahaan, pabrik ataupun tempat-tempat kerja lain tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini karena perbaikan system kerja adalah sesuatu yang dinamis.
2.2. Peta-Peta Kerja Peta-peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang dipelukan untuk memperbaiki suatu metode kerja. Contoh informasi-informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metode kerja, terutama dalam suatu proses produksi adalah sebagai berikut : Jumlah benda yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahanbahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan, dan sebagainya.
27
Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas ( biasanya kerja produksi ). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mula masuk ke pabrik ( berbentuk bahan baku ), kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti : transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi. Baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain, kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urut-urutan kerja atau proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi, dan sebagainya. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja.
2.2.1. Lambang-Lambang yang Digunakan Pada pembuatan peta-peta kerja, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai lambang-lambang yang digunakan dalam pembuatan peta-peta kerja ini, diantaranya : OPERASI Semua kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi.
28
Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses. Dan biasanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja, contohnya :
Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut
Pekerjaan mengeraskan logam
Pekerjaan merakit Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan
administrasi, misalnya:aktivitas-aktivitas perencanaan atau perhitungan. PEMERIKSAAN Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kwalitas maupun kwantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau membandingkan obyek dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjerumuskan bahan kearah menjadi suatu barang jadi, contoh-contohnya :
Mengukur dimensi benda
Memeriksa warna benda
Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap TRANSFORMASI Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja, atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi Contoh:
Benda kerja diangkut dari mesin bubut ketempat mesin skrap untuk mengalami operasi berikutnya.
Suatu obyek dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas lewat elevator
29
Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh petugas pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung, bukanlah merupakan transportasi, contohnya :
Keramik yang mengalami operasi pemanasan sambil bergerak diatas ban berjalan, merupakan kegiatan operasi, walaupun keramik tersebut mengalami perpindahan tempat tetapi perpindahan tersebut merupakan bagian dari kegiatan pemanasan. MENUNGGU Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja, atau perlengkapan tidak
mengalami kegiatan apa-apa selain menungu ( biasanya sebentar ). Kegiatan ini menunjukkan bahwa suatu obyek ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali.
Contoh :
Obyek menunggu untuk diproses atau diperiksa
Peti menunggu untuk dibongkar
Bahan menunggu untuk diangkut ketempat lain PENYIMPANAN Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu
yang cukup lama. Jika benda tersebut akan diambil kembali, biasanya memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu obyek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu. Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan menunggu dan penyimpanan, contoh:
30
Dokumen-dokumen atau catatan-catatan disimpan dalam brankas.
Bahan baku disimpan dalam gudang AKTIVITAS GABUNGAN Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan
bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja. Lebih jelasnya secara keseluruhan semua lambang-lambang yang terdiri dari 5 macam yang dibuat oleh standard American Society of Mechanical Engineers ( ASME ) terlihat pada gambar 2.3.
31
Gambar 2.3 Lambang-lambang yang diusulkan ASME beserta contoh-contohnya
32
2.2.2. Macam-Macam Peta Kerja Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam 2 kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu : 1. Peta-peta yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan. 2. Peta-peta yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat. Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan antara kedua macam kegiatan diatas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu perusahaan perakitan yang mempunyai bermacammacam mesin produksi atau stasiun kerja. Dalam hal ini, kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja. Adalah suatu hal yang bijaksana apabila dalam prakteknya nanti, si pelaksana pertama-tama berusaha untuk memperbaiki atau menyempurnakan proses secara keseluruhan. Secara garis besarnya, penggambaran kedua kegiatan tersebut dalam bentuk peta-peta kerja untuk memperbaiki kegiatan produksi, biasanya dimulai dengan membuat peta-peta kerja yang menggambarkan kegiatan keseluruhan berdasarkan apa yang telah ada atau cara sekarang. Setiap kegiatan yang berlangsung, yang terjadi di stasiun-stasiun kerja yang telah digambarkan pada peta kegiatan keseluruhan diamati secara terperinci mungkin.
33
Macam-macam peta kerja yang termasuk dalam kedua kelompok diatas antara lain : 1. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan : a)
Peta Proses Operasi ( lihat lampiran 4 )
b)
Peta Aliran Proses ( lihat lampiran 3 )
c)
Peta Proses Kelompok Kerja ( lihat lampiran 2 )
d)
Diagram Aliran ( lihat lampiran 5 )
2. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat : a)
Peta Pekerja dan Mesin ( lihat lampiran 6 )
b)
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ( lihat lampiran 7 )
Untuk menganalisa kegiatan kerja pada proses produksi disini lebih diutamakan pada kelompok kegiatan kerja keseluruhan untuk menganalisa kegiatan, yang terdiri dari Peta Proses Operasi ( OPC ), Peta Aliran Proses ( FPC ) dan Diagram Aliran pada departemen produksi Lampu Incandescent Lamp( Lampu Pijar ).
2.2.3. Peta Proses Operasi Sebelum dilakukan penelitian secara terperinci disetiap stasiun kerja terlebih dahulu kita perlu mengetahui proses yang terjadi sekarang secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan cara menggunakan Peta Proses Operasi ( OPC ), Maka dapat dikatakan bahwa Peta Proses Operasi ( OPC ) ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau lot atau mesin yang dipakai.
34
Jadi dalam suatu Peta Proses Operasi ( OPC ), dicatat hanyalah kegiatankegiatan operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan. Secara sketsa, prinsip-prinsip pembuatan Peta Proses Operasi ini bisa digunakan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi Keterangan : W
= Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan, biasanya dalam jam
O-N
= Nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut.
I-N
= Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut
M
= Menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
35
2.2.4. Peta Aliran Proses Setelah kita mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi, seperti yang diperlihatkan dalam Peta Proses Operasi, langkah berikutnya kita perlu menganalisa setiap komponen pembentukan suatu produk lengkap dengan lebih terperinci. Informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa setiap komponen tersebut diatas dapat diperoleh melalui Peta Aliran Proses ( FPC ). Dapat juga dikatakan bahwa Peta Aliran Proses adalah dapat suatu diagram yang menunjukkan urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya memuat pula informasiinformasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu biasanya dinyatakan dalam jam dan jarak perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter, walaupun hal ini tidak terlampau mengikat. Dari sedikit uraian tersebut kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua hal utama yang membedakan antara Peta Proses Operasi dengan Peta Aliran proses, yaitu:
Peta Aliran Proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada Peta Proses Operasi, terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
Pada Aliran Proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih lengkap dibanding peta proses Operasi, dan memungkinkan untuk digunakan disetiap proses tidak bisa digunakan untuk menggambarkan proses perakitan secara
keseluruhan.
Biasanya
suatu
36
Peta
Aliran
Proses
hanyalah
menggambarkan dan digunakan untuk menganalis salah satu komponen dari produk yang dirakit. Secara terperinci dapat diuraikan kegunaan umum dari suatu Peta Alian Proses sebagai berikut :
Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur.
Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung
Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja
Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran oleh suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidak efisiensi atau terjadi ketidak sempurnaan pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat digunakan untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.
2.2.5. Diagram Aliran Walaupun Peta Aliran Proses merupakan suatu peta yang memuat informasiinformasi relatif lengkap sehubungan dengan proses dalam suatu pabrik atau kantor, tetapi peta tersebut tidak menunjukkan gambar dari arah aliran selama bekerja.
37
Kadang-kadang kita sangat memerlukan informasi tambahan ini, terutama apabila kita akan melakukan analisa untuk mengembangkan metode agar lebih baik. Misalkan dengan mengetahui tata letak atau keadaan ruang dimana terjadi perpindahan suatu barang, maka kita bisa menganalisa, bagaimana tata letak dalam ruangan tersebut agar jarak perpindahan seminim mungkin. Secara ringkasnya, dapat dikatakan bahwa Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang memajukan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam lingkaran tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran tersebut. Secara lebih lengkapnya, kegunaan suatu Diagram Aliran dapat diuraikan sebagai berkut : ¾ Lebih memperjelas suatu Peta Aliran Proses, apalagi jika arah aliran merupakan faktor yang sangat penting . Dengan adanya informasi tambahan mengenai arah aliran dari material atau orang selama aktivitasnya, maka kita akan mendapatkan informasi yang lengkap. Makin lengkap informasinya, makin mudah untuk melakukan perbaikan. Tambahan informasi ini berguna sebagai bahan analisa untuk bisa memperpendek jarak perpindahan ¾ Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja, Diagram Aliran dapat menunjukkan dimana tempat-tempat penyimpanan, stasiun pemeriksaan dan tempat-tempat kerja dilaksanakan. Juga Diagram Aliran dapat menunjukkan bagaimana arah gerakan berangkat kembalinya suatu material atau seorang pekerja. Dari kedua hal diatas, berarti mempunyai data
38
yang cukup baik untuk bisa mengatur aliran lalu lintas dalam ruangan tersebut sedemikian rupa sehingga tidak macet. Dengan kata lain, kita mempunyai bahan untuk dipertimbangkan dalam rangka penyusunan suatu tata letak tempat kerja yang baik. Tata letak baru, dapat diperoleh dengan memindah-mindahkan titik tempat berlangsungnya operasi, pemeriksaan dan penyimpanan sedemikian rupa sehingga ditemukan susunan tata ruang yang baru yang paling ekonomis ditinjau dari segi jarak dan waktu. Untuk mendapatkan susunan tata letak yang baik antara semua mesin dan peralatan dalam ruangan tersebut, maka Diagram Aliran sebaiknya dibuat dengan memperlihatkan skala. Jika mungkin, model dalam tiga dimensi akan lebih membantu proses penganalisaan. Model tiga dimensi merupakan suatu variasi dari Diagram Aliran, yang berguna terutama untuk menganalisa aliran-aliran baik barang, bahan, maupun orang yang terjadi pada suatu gedung yang bertingkat banyak.
2.3. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat ukur, seperti : jam henti ( stopwatch ) sebagai alat utamanya. Tujuan melakukan pengukuran agar didapat kesimpulan bahwa pengerjaan suatu kegiatan dapat diperbaiki agar mendapatkan waku yang sedikit, dalam arti tidak membuang waktu yang percuma. Pengukuran disini memerlukan beberapa tahapan-tahapan pengukuran. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Untuk
39
mengetahui beberapa kali pengukuran dilakukan, diperlukan beberapa tahap pengukuran seperti dijelaskan berikut ini. Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya sepuluh kali atau lebih. Setelah pengukuran tahap pertama ini dijalankan, tiga hal harus mengikutinya, yaitu menguji keseragaman data, menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan, dan bila jumlahnya belum mencukupi, dilanjutkan dengan pengukuran kedua. Jika tahap kedua selesai maka dilakukan lagi ketiga hal yang sama seperti tadi, dimana bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukur mencukupi untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Istilah pengukuran pendahuluan terus dilakukan selama jumlah pengukuran yang telah dilakukan pa da tahap pengukuran belum mencukupi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan menghitung harga ratarata dari data yang telah didapat menghasilkan rumus-rumus sebagai berikut ( Sutalaksana, Hal : 133 ) : 1. Menghitung rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan rumus: Σ x x= N
…………………………………..( Persamaan 1.1. )
dimana :
x = adalah harga rata-rata dari sub group ke –1 N = adalah harga banyaknya sub group yang terbentuk
2. Menghitung harga standard deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan rumus :
σ=
√
Σ (x x )
n
2
1
………………………………..( Persamaan 1.2. )
40
dimana:
n = adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan x = adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran yang telah dilakukan.
3. Menghitung Standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group dengan : σx = σ /√n
……………………………………….( Persamaan 1.3. )
dimana:
n = adalah besarnya sub group
4. Menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah ( BKA dan BKB ) dengan rumus BKA = x + (
2
BKB = x - (
2
xσ )
…………………………………..( Persamaan 1.4. ) xσ )
…………………………………...( Persamaan 1.5. ) 5. Menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan dengan rumus :
N =
40
√ NΣ x ( x ) 2
2
σ x
…………………………..( Persamaan 1.6. )
2.3.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya, baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan Pada dasarnya, secara garis besarnya teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu : 41
a. Teknik Pengukuran Secara Langsung Teknik pengukuran secara langsung adalah teknik pengukuran dengan pengamatan langsung terhadap pekerja (benda kerja). Teknik ini di dalam pelaksanaannya menggunakan jam henti (stop watch) atau menggunakan sampling pekerjaan. b. Teknik Pengukuran Secara Tidak Langsung c. Untuk teknik pengukuran ini digunakan cara pengamatan secara tidak langsung, yaitu cukup dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia atau melalui data waktu gerakan. Pada umumnya, kedua metode pengukuran waktu ini banyak digunakan untuk: 1) Penentuan jadwal rencana kerja 2) Penentuan standard pembayaran dan persiapan anggaran 3) Memperkirakan keberhasilan guna
mesin, jumlah mesin yang
dibutuhkan dalam operasi kerja. 4) Menentukan waktu baku yang dibutuhkan sebagai dasar pembayaran upah perangsang buruh Didalam melakukan pengukuran waktu kerja yang menjadi acuan waktu untuk dicari adalah waktu baku yang dapat didefinisikan sebagai berikut Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. ( Sutalaksana,1997 : 123 ). Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan waktu baku adalah sebagai berikut : 1. Menghitung Waktu Siklus Rata-rata.
42
Ws =
Σx
N
........................................................( Persamaan 1.7. )
dimana : Ws = Waktu Siklus X
= Waktu penyelesaian kerja
N
= Jumlah pengukuran kerja
2. Menghitung Waktu Normal Wn = Ws x p
.....................................................( Persamaan 1.8. )
dimana : Wn = Waktu normal Ws = Waktu siklus P = Faktor penyesuaian 3. Menghitung Waktu Baku. Wb = Wn x L
.......................................................( Persamaan 1.9. )
dimana : Wb = Waktu baku Wn = Waktu normal L = Kelonggaran yang diberikan
2.4. Penyesuaian Dan Kelonggaran Kerja Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi, misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruang
43
yang buruk yang akan
mempengaruhi kecepatan kerja operator. Hal ini perlu dilakukan karena waktu baku yang akan dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar. Didalam penentuan kewajaran kerja, Westing House mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menetukan kewajaran kerja bagi pekerja yaitu : ¾ Ketrampilan ( Skill ) ¾ Usaha ( Effort ) ¾ Konsistensi ( Consistency ) ¾ Kondisi kerja ( Conditius ) Dimana setiap faktor terbagi dalam kelas dengan nilainya masing-masing( lihat pada tabel 2.1. ).
44
Tabel 2.1 Nilai Faktor yang Mempengaruhi Kewajaran Kerja Ketrampilan
Usaha
+0.15
A1
Superskill
+0.13
A2
+0.11
B1
+0.08
B2
+0.06
C1
+0.03
C2
0.00
D
Average
-0.05
E1
Fair
-0.10
E2
-0.16
F1
-0.22
F2
Excellent
Good
Poor
Kondisi Kerja
+0.13
A1
Superskill
+0.12
A2
+0.10
B1
+0.08
B2
+0.05
C1
+0.02
C2
0.00
D
Average
-0.04
E1
Fair
-0.08
E2
-0.12
F1
-0.17
F2
Excellent
Good
Poor
Konsistensi
+0.06
A
Ideal
+0.04
A
Ideal
+0.04
B
Excellent
+0.03
B
Excellent
+0.02
C
Good
+0.01
C
Good
0.00
D
Average
0.00
D
Average
-0.03
E
Fair
-0.02
E
Fair
-0.07
F
Poor
-0.04
F
Poor
45
2.4.1. Kelonggaran Kerja Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-ratanya. Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian satu hal lain yang kerap kali terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu normal yang telah didapatkan. Kelonggaran yang diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan. a.
Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal
seperti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam bekerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai suatu yang mutlak, tidak bisa misalnya seseorang diharuskan terus kerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk sama sekali bercakap-cakap. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik dan produktivitas menurun. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain karena setiap
46
pekerjaan memiliki karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda. b.
Kelonggaran Kelelahan Kelelahan yang dapat terlihat antara lain menurunnya hasil maupun
mutu pekerjaan yang dihasilkan, baik kwalitas maupun kwantitas. Akan tetapi permasalahannya adalah kesulitan untuk menentukan saat-saat mana rasa lelah dapat menyebabkan menurunnya hasil produksi, karena masih banyak kemungkinan lain yang menjadi penyebabnya. Untuk membahas macam dan sebab-sebab kelelahan, diperlukan suatu petunjuk bagaimana pendekatan–pendekatan dilakukan untuk menghitung nilai-nilai kelelahan. Oleh karena itu, besarnya nilai kelonggaran yang dapat diberikan kepada pekerja untuk kebutuhan pribadi dan untuk menghilangkan
47
rasa
lelah
yang
didasarkan
48
pada
faktor-fÿÿtor
ÿÿngÿÿÿÿnggap
berpengaruÿÿÿÿÿÿ kondisi pekerja kKelonggaran Hambatan Dalam melÿÿsanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan, seperti ngobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja, ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya,
sedangkan
bagi
yang
terakhir
walaupun
harus
diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Besarnya hambatan untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan sangat bervarisai
dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain bahkan satu
stasiun kerja karena banyaknya penyebab, seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat dan bahan dan sebagainya. Salah satu cara yang baik yang biasanya digunakan untuk menentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan tak terhindarkan adalah dengan melakukan sampling pekerjaan.
2.5. Kerangka Berpikir Proses penelitian dengan mengunakan metode konsep waktu baku ( standard time ), seperti terlihat pada gambar diagram dibawah ini :
49
M A S A L A H
P e m b a ta s a n d a n P e n u lis a n M a s a la h
L a n d a s a n T e o ri y a n g R e le v a n
P e n g u m p u la n D a ta In s t r u m e n t : * K o n s e p w a k tu s ik lu s * K o n s e p w a k tu b a k u
O la h D a ta d a n A n a lis is D a ta
K e s im p u la n d a n S a ra n
Gambar 2.5 Diagram Kerangka Berpikir
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengumpulan Data Untuk menentukan jumlah optimal dari mesin produksi dengan analisa penggunaan waktu baku, diperlukan data-data tertentu yang akan diolah sebagai dasar pembentukan dan pemecahan masalah.
50
Data-data yang akan digunakan untuk pemecahan masalah akan diuraikan di dalam bab ini. Data-data tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan analisa dan pemecahan masalah pada bab selanjutnya. Untuk pamacahan masalah pada tulisan ini, data-data yang diperlukan diperoleh dari departemen-departemen yang terkait dengan pokok permasalahan, yaitu dari departemen marketing dan departemen produksi. Perolehan data-data didapatkan melalui pengamatan langsung pada proses produksi Lampu Incandescent Lamp, melakukan wawancara langsung dengan operator dan pengawas maupun dengan pencatatan arsip yang ada.
3.1.1. Profil Perusahaan : Nama perusahaan
: PT Osram Indonesia.
Alamat Perusahaan
: Jl.
Siliwangi
Km
1.
Kel
Kroncong,
Kec
JatiUwung Kotamadya Tangerang 15134 Banten Indonesia Status Perusahaan
: PMA
Nomor NPWP
: 01.824.413.7-402.000
Nomor izin usaha
: 374/I/PMA/1997
Di dirikan
: Oktober 1997
Karyawan
: 1246 ( Produksi, Non Produksi )
Kantor Pusat
: Jakarta : Surabaya
Luas Area
: 21,000 sqm
Jarak dari Jakarta
: ± 30 Km
Direksi
: - Mr. Collin Basset 51
: President Director
- Mr. Michael Flieger
: Finance Director
- Mr. Oscar Jaul
: Technical Director
3.1.2. Riwayat Perusahaan Selama lebih dari 100 tahun, OSRAM yang pada awalnya didirikan atas prakarsa Siemens GmbH, AEG dan Auer gesellsschaft pada 1909,
telah
mendedikasikan dirinya sebagai pembuat cahaya dunia! Dalam kurun waktu tersebut OSRAM telah teruji dengan menghadirkan cahaya bagi dunia di lebih dari 140 negara dengan dukungan kekuatan produksi 54 pabrik yang tersebar di 18 negara. Dengan menerapkan Total Quality Management, riset dan komitmen pengembangan yang berkesinambungan, OSRAM menguasai 21% pasar dunia dan 33% pasar eropa (th 2000). OSRAM di Indonesia, yang berkantor pusat di Tangerang mulai diresmikan pada bulan Oktober 1997 dengan mengakuisisi PT Comet Star Electrindo. Dengan jaringan distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia, OSRAM yang memiliki kantor cabang di Jakarta dan Surabaya menerangi Indonesia. •
Secara tradisional Osram telah merangkum fungsi-fungsinya yaitu pengembangan , produksi, pemasaran, penjualan, dan pengawasan. Setiap karyawan yang telah diberikan tugas yang spesifik. Pelanggan telah banyak menjalin hubungan dengan orang-orang di dalam perusahaan.
52
•
Kami akan beralih ke orientasi proses. Fokus kami adalah proses-proses spesifik atau pekerjaan. Orang tertentu memikul suatu tanggung jawab menyeluruh, melingkup kegiatan akan meliputi lebih banyak tugas dan setiap orang memahami struktur keseluruhan. Pelanggan berhubungan dengan satu orang saja diperusahaan yang akan memenuhi semua keperluan pelanggan tersebut.
•
Memotivasi karyawan dengan memberikan tanggung jawab lebih dan memadukan mereka dalam menyelesaikan proses sambil memperkenalkan konsep manajemen mutu terpadu. Hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan sukses yang lebih besar untuk perusahaan.
•
AM telah dipilih untuk memimpin proyek orientasi proses dengan tim yang memiliki motivasi tinggi AM, LOG/OI dan QW.
3.1.3. Gambaran Umum Perusahaan PT. OSRAM Indonesia yang berlokasi di Tangerang, bergerak dibidang usaha pembuatan Lampu Incandescent (Pijar) dan Lampu Fluorescent (Neon). Jenis-jenis lampu yang diproduksi antara lain : A.60, P.45, B.35, G.40, PS.47 (Incandescent), dan FL.10/15, FL.20, FL.40, FL.18, FL.36, FL.58, FCL.20 &
53
FCL.32 (Fluorescent). Sedangkan produk PT. OSRAM Indonesia adalah OSRAM, Comet Star dan Tiger Head. Customer PT. OSRAM Indonesia pada umumnya adalah perusahaan atau industri yang bergerak di bidang produksi automotive dan lampu. Selain memproduksi produk/label sendiri yaitu OSRAM, Comet Star dan Tiger Head, PT. OSRAM Indonesia juga memproduksi lampu yang diorder oleh perusahaan atau industri lainnya seperti Focus, Chiyosang, Chiyoda, Shinyoku, OHM, Yupiter, Sylvania, Ekonomat, Balindo, Chrompton, dll. Jenis Lampu PT. OSRAM Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Lampu Incandescent. •
Berdasarkan Diameter Bulb 1. A.60 = dia. 60 mm 2. P.45 = dia. 45 mm 3. B.35 = dia. 35 mm 4. G.40 = dia. 40 mm 5. PS.47 = dia. 47 mm
•
Berdasarkan Colour (Warna) 1. Clear 2. Soft White 3. Coated 4. Insecta Yellow 5. Décor.Yellow, Green, Blue, Red
b.
Lampu Fluorescent. •
Berdasarkan bentuk 1. TL (Tubular Lamp) 2. FCL (Fluorescent Circle Lamp)
•
Berdasarkan diameter Glass Tube 1. T8 = dia. 26 mm
3. T10 = dia. 32 mm
2. T9 = dia. 29 mm
4. T12 = dia. 38 mm 54
•
Berdasarkan Colour (Warna) 1.
Day Light
2.
Warm White
3.
Cool White
4.
Sky White
5.
Lumilux 21
• Lampu yang diproduksi PT. OSRAM Indonesia : 1. Lampu Incandescent
P.45/B.35
A.60
2. Lampu TL
PS.47/G.40
3. Lampu
55
FCL
Gambar. 3.1. Produk lampu PT. OSRAM Indonesia
Beberapa dari banyak perusahaan yang bekerjasama dengan PT. OSRAM Indonesia adalah sebagai berikut : 1. PT. LELCO Trindo Graha Nusantara 2. PT. Catur Sentosa Adiprana 3. PT. Tridaya Dinamika Elektrindo 4. PT. Siemens Indonesia 5. PT. Astra Otoparts Tbk. 6. PT. Ichikoh Indonesia 7. PT. MITSUBA Indonesia 8. PT. Intermas Tata Trading 9. PT. Abetama Sempurna
56
Disini penulis hanya akan membahas masalah proses produksi Pada Mesin Sealing di Plant D dimana terdiri dari bagian-bagian : 1. Proses Pembuatan Flare 000_1156
000_1157
000_1160 000_1159
000_1161
000_1162
Gambar 3.2. proses pembuatan Flare
42
2. Proses Pembuatan Stem 000_1164
000_1167
000_1168
000_1166
000_1165
Gambar 3.3. Proses pembuatan stem
43
3. Proses Pembuatan Mounting 000_1170
000_1174
000_1175
Gambar 3.4. Proses pembuatan Mounting
44
4. Proses Pembuatan Sealing 000_1171
000_1176
000_1177 000_1172
Gambar 3.5. Proses pembuatan sealing
45
5. Proses Pembuatan Bassing 000_1172
000_1178
000_1180
Gambar 3.6. Proses pembuatan bassing
46
6. Proses Aging 000_1186
000_1181
Gambar 3.7. Proses Aging
47
7. Proses Packaging 000_1183
Gambar 3.7. Proses packaging
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Waktu Pada Pembuatan Lampu Incandescent Pada pembuatan Sealing proses pekerjaan dilakukan dari awal bahan ½ jadi ( Flare, Stem dan Mounting ) menjadi satu bagian terbentuklah Sealing ( Lampu ½ jadi ). Pada proses ini terhadap pengoperasiannya dilaksanakan selama ±0.5 menit/jam kerja setiap produk ( 1 Pce ). Untuk memperoleh data waktu pembuatan Lampu Incandescent dilakukan dari arsip data pengukuran operator diambil dari Team Time Study PPC, dari data yang didapat adalah waktu dengan jumlah pengukuran yang sedikit, sehingga belum didapat hasil yang pasti pada proses pembuatan Lampu Incandescent ini. Sedikitnya jumlah pengukuran yang dilakukan oleh Team Time Study PPC, maka pemilihan waktu pengukuran dilakukan oleh pengukur ( penulis ), sesuai dengan tingkat ketelitian dan keyakinan yang diambil data yang sangat banyak tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu tenaga dan biaya. Tingkat ketelitian dan keyakinan mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur ( penulis ). Setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Pada data yang telah diukur, menghasilkan / didapat pengukuran waktu yang berjumlah 16 data pengukuran yang berlainan ( data dapat dilihat pada table 4.1. ) :
49
Tabel 4.1 Data Waktu Pada Proses Pembuatan Lampu Incandescent
Pengukuran ke
1
2
3
4
5
6
7
8
Waktu
13
12
14
16
11
13
14
16
Pengukuran ke
9
10
11
12
13
14
15
16
Waktu
12
13
14
15
12
13
14
14
4.2. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan dilakukan secara langsung terhadap operator yang ada di lapangan. Selain itu diperlukan juga konsultasi dengan pengawas lapangan ( Foreman ) untuk mengetahui batas kewajaran kerja operator. Sedangkan hasil pengamatan ditujukan untuk mengetahui nilai dari ketidak wajaran kerja, sedangkan yang diperlukan dalam perhitungan waktu kerja operator.
4.2.1. Pengamatan Penyesuaian Kerja Hasil penilaian terhadap penyesuaian kerja adalah diarahkan pada faktorfaktor sebagai berikut : - Ketrampilan
: Average
- Usaha
: Good
- Kondisi Kerja
: Average
- Konsistensi
: Average
50
4.2.2. Pengamatan Kelonggaran Kerja Dari hasil pengamatan, factor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap besarnya kelonggaran kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator adalah sebagai berikut : - Tenaga yang diperlukan
:
10,00
- Sikap kerja
:
2,00
- Gerakan kerja
:
0,00
- Kelelahan kerja
:
2,00
- Temperatur
:
5,00
- Kelembaban
:
3,00
- Keadaan lingkungan
:
5,00
* Kelonggaran kerja untuk keperluan pribadi : - Untuk pekerja pria
:
0 - 2,5 %
* Kelonggaran kerja untuk hambatan tak terhindarkan : Untuk mengetahui besarnya kelonggaran kerja akibat hambatan tak terhindarkan adalah dengan menghitung perbandingan waktu yang tidak produktif dengan waktu produktif selama pekerjaan berlangsung.
4.3. Pengukuran Waktu Kerja Setelah didapat data waktu pembuatan Incandescent adalah sebanyak 16 data, maka langkah awal selanjutnya kelompok ke 16 data tersebut dibuat kedalam sub grup-sub grup yang masing-masing berisi 4 harga pengukuran yang
51
diperoleh secara berturut-turut, dan hitung harga rata-ratanya, seperti pada tabel berikut : Tabel 4.2 Sub grup-sub grup Pengukuran Proses Produksi Incandescent Sub Grup ke
penyelesaian Harga rata-rata ( menit )
Waktu
berturut-turut ( menit ) 1
13
12
14
16
13,75
2
11
13
14
16
13,50
3
12
13
14
15
13,25
4
12
13
14
14
13,25
Total
53,70
Dari data yang telah diolah dalam sub gup-sub grup, dapat diketahui : Jumlah data ( N ) = 4 Jumlah waktu rata-rata ( Σ x ) = 53.70 menit Jumlah kwadrat waktu pembuatan ( Σ x2 ) = 2883,69 menit Harga rata-rata sub grup ( x ) : x=
53,70 = 13,425 menit 4
Harga standard deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian (σ) :
σ=
=
(13 − 13)2 + (12 − 13)2 + (14 − 13)2 + ..... + (16 − 13)2 16 − 1
37 = 2,47 15
52
Harga Standard Deviasi dari Distribusi harga rata-rata sub grup
σ x = 2,47 / 4 = 1,235
Nilai Min ( a ) : 11 Nilai Max ( b ) : 16 Harga Batas Kontrol Atas : BKA = 13,425 + ( 2 x 1,235 ) = 15,895 Harga Batas Kontrol Bawah : BKB = 13,425 - ( 2 x 1,235 ) = 10,955 Banyaknya pengukuran yang diperlukan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat Keyakinan 95% :
⎛ 40 N ∑ x 2 − (∑ x )2 1 1 N'= ⎜ ⎜ ∑ x1 ⎝
{ (
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
2
)}
⎛ 40 16 13 2 + 12 2 + ... + 14 2 − (13 + 12 + ... + 14) ⎞ ⎟ =⎜ ⎜ ⎟ 13 + 12 + ... + 14 ⎝ ⎠ =
876,36 216
= 4,05 ≈ 4
53
2
Karena nilai N ≥ N ' data mencukupi dan memenuhi batas kontrol : Tabel 4.3 Hasil Pengujian Data Waktu Proses Pembuatan Lampu Incandescent Mean
14,35
Min
11
Median
11
Max
16
Mode
11
Total
216
Std Dev.
2,47
BKA
15,895
Tot .Sgr.
2884
BKB
10,955
N’
4
Count, N
4
Setelah hasil pengujian data waktu proses produksi Lampu Incandescent yang tersusun pada tabel, maka langkah selanjutnya adalah membuat peta kendali. Peta kendali terdiri dari Batas Kendali Atas ( UCL ) dan Batas Kendali Bawah ( LCL ). ( lihat pada gambar 4.1. ) : 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5
B K A / U C L = 1 5 ,8 9 5
B K B / L C L = 1 0 ,9 5 5
1
2
3
4
Gambar 4.1 Peta Kendali untuk Proses Pembuatan Lampu Incandescent
54
4.4. Penilaian Penyesuaian dan Kelonggaran Kerja
Untuk menentukan waktu baku dari pelayanan proses produksi Lampu Incandescent, terlebih dahulu harus dicari nilai penyesuaian serta kelonggaran kerja dari operator.
4.4.1. Penilaian Penyesuaian Kerja
Setelah dilakukan pengujian data dan hasil kecukupan data telah mencukupi, maka langkah selanjutnya adalah memberi penilaian pada penyesuaian kerja atau kewajaran kerja untuk menghitung waktu normal operator. Untuk mengetahui besarnya waktu normal pekerja, biasanya dilakukan dengan mengalikan harga dari waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut penyesuaian dan nilainya dinyatakan dalam tabel persentase penyesuaian ( % rating ), seperti terlihat pada tabel dibawah ini.:
Tabel 4.4 Penilaian Penyesuaian Kerja Operator Penyesuaian
Nilai
Ketrampilan
0,00
Usaha
+0.02
Kondisi
0,00
Konsistensi
0,00
Total
+0,02
Faktor penyesuaian
102%
55
4.4.2. Penilaian Kelonggaran Kerja
Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang mencukupi dan menilai penyesuaian kerja, hal lain yang perlu diperhitungkan untuk mendapatkan harga waktu baku adalah penambahan kelonggaran atas waktu normal yang telah didapatkan sebelumnya. Adapun penilaian kelonggaran untuk kerja operator adalah : 1. Kelonggaran untuk kelelahan kerja dan kebutuhan pribadi Tabel 4.5 Penilaian Kelonggaran Kerja Operator Ketrampilan
Nilai
Tenaga kerja yang dikeluarkan
10,00
Sikap kerja
2,00
Gerakan kerja
0,00
Kelelahan kerja
2,00
Temperatur
5,00
Keadaan atmosfir
3,00
Keadaan lingkungsn
5,00
Kebutuhan pribadi
1,00
Total
28,00
56
2. Kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan Besarnya kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan ini adalah perbandingan dari waktu kerja tidak produktif dengan waktu produktif selama waktu proses produksi Lampu Incandescent berlangsung. Beberapa hal yan termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah : ¾ Allowance handling ¾ Kebersihan akhir shift
4.5. Perhitungan Waktu Baku 4.5.1. Perhitungan Waktu Siklus Rata-rata
Waktu siklus rata-rata adalah waktu rata-rata pengukuran tiap elemen pekerjaan. Waktu siklus sama dengan harga rata-rata sub group pada perhitungan pengukuran waktu kerja. Dari pengolahan data pada lampiran, maka dapatlah diperoleh hasil perhitungan waktu siklus rata-rata pada proses produksi Lampu Incandescent. Waktu Siklus ( Ws ) : Ws =
53,70 = 13,425 menit 4
4.5.2. Perhitungan Waktu Normal Kerja
Setelah dilakukan penilaian terhadap penyesuaian kerja, maka dapat diperhitungkan waktu normal kerja yang dilakukan operator. Waktu Normal kerja untuk proses produksi Lampu Incandescent( Wn ) :
Wn = Ws x P
57
dimana : Ws = Waktu siklus rata-rata P = Faktor penyesuaian = 102 % maka perhitungan waktu normal adalah : W = 23,425 x 102% = 13,6935 ≈ 13,70
4.5.3. Perhitungan Waktu Baku
Berdasarkan hasil perhitungan waktu normal, maka waktu baku kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Wb = Wn x L dimana : Wb = Waktu baku Wn = Waktu normal L = Kelonggaran yang diberikan = % allowance x Wn = 20,00 % ( didapat dari tabel kelonggaran faktor-faktor penyesuaian ) x 13,70 menit = 2,74 % , maka : Wb = (100% +% Allowance) Wn = (100% + 2,74%)13,70 = 14,08 menit
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengolahan data dan analisa terhadap permasalahan yang ada, maka dengan ini dapat ditarik kesimpulan untuk memperjelas tentang hasil analisa pemecahan masalah ini, yaitu : 1. Dilihat dari hasil pembuatan Lampu Incandescent pada proses produksi, bahwa dalam kelompok kegiatan kerja keseluruhan terutama pada Peta Aliran Proses ( lihat lampiran 3 ). Kita dapat mengetahui gambaran simbolis dan sistematis dari suatu metode kerja yang dialami bahan dalam mengalami suatu proses atau prosedur operasi dari suatu tempat ketempat yang lain, khususnya dalam pembuatan Lampu Incandescent. Dengan mengetahui jarak, jumlah bahan, dan waktu lamanya proses kegiatan tersebut, maka dari data-data tersebut dapat dianalisa untuk perbaikan waktu baku pembuatan atau proses produksi Lampu Incandescent pada PT. Osram Indonesia . 2. Waktu baku untuk proses pembuatan Lampu Incandescent yang didapat pada perhitungan adalah sebagai berikut : -
Waktu baku adalah : 14.08 menit ≈ 14 menit
Dimana untuk perhitungan waktu baku tersebut didasarkan atas faktorfaktor penyesuaian dan kelonggaran kerja sebagai berikut : -
Faktor Penyesuaian
: 102 %
59
-
Kelonggaran Kerja
: 5.0 %
5.2. Saran
Dari hasil analisa dan perhitungan yang didapat, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Peningkatan ketrampilan dari pekerja dapat meningkatkan produksi, karena Waktu Baku penyelesaian dapat diperkecil. Dan perlunya pelatihan untuk pekerja yang belum berpengalaman untuk memenuhi Waktu Baku tersebut. 2. Penempatan kerja dari pekerja jangan berpindah-pindah terlalu sering, supaya kemampuan dari pekerja dapat maksimal. 3. Penyediaan dan ketepatan bahan-bahan sebelum diproses dengan baik, akan mempengaruhi jalannya proses produksi pada pembuatan Lampu Incandescent 4. Penambahan mesin-mesin yang masih sedikit jumlahnya, tetapi sering digunakan agar diperbanyak jumlahnya.Hal ini dilakukan supaya tidak adanya waktu menunggu pada proses produksi.
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutalaksana, Iftikar Z. Teknik Tata Cara Kerja, edisi pertama. Bandung : Dept. TI ITB, 1979. 2. Barnes, Ralph M. Motion and Time Study Design and Measurement of Work, seventh edition. New York : John Wiley and Sons Inc., 1968. 3. Walpole, Ronald E. Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan, terbitan kedua, diterjemahkan oleh R.K. Sembiring. Bandung : ITB, 1986. 4. Rosdiwati. Statistik dan Penggunaannya, jilid I dan II, cetakan X. Padang : Angkasa Raya, 1994.
61