GEMA REDAKSI
Mempersiapkan Dukungan Dana Ekonomi Pedesaan Para pembaca yang budiman,
S
ELAMA bulan Maret 2014 telah dilatih pejabat koperasi dari sepuluh daerah untuk ditugasi menjadi pelaksana Skim Tabur Puja, yaitu suatu program mengajak keluarga pra sejahtera di pedesaan menabung dan mempergunakan kredit untuk memulai usaha ekonomi produktif. Tabungan yang dilakukan oleh keluarga pra sejahtera itu adalah suatu pelatihan untuk berhemat dan sekaligus memikirkan masa depannya. Kegiatan menabung itu tidak dipungut biaya administrasi. Keluarga yang rajin menabung, dan berjanji mengembangkan pola hidup sehat, menyekolahkan anak-anaknya dan memperhatikan lingkungan di sekitarnya diberikan kesempatan mengambil kredit dengan plafon setinggi-tingginya Rp 2 juta tanpa agunan. Proses Skim Tabur Puja sengaja dilakukan dengan mudah karena staf koperasi yang dilatih diwajibkan menjemput bola, artinya mendatangi Posdaya dan melakukan penelitian calon nasabahnya di tempat mereka berkumpul di Posdayanya. Para anggota Posdaya tidak harus datang ke koperasi agar keluarga desa merasa lebih nyaman karena bisa dengan mudah mengadakan pembicaraan dengan rekan rekannya sesama anggota. Melengkapi upaya melalui Koperasi itu, akhir bulan Maret 2014, Pimpinan BPR milik pemerintah daerah dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang tergabung dalam Perbamida, suatu organisasi kekerabatan BPR milik pemerintah daerah, berkumpul di Semarang. Sekjen Perbamida yang memimpin pertemuan itu mengajak seluruh BPR untuk mengulangi sukses Bank UMKM di Jawa Timur yang selama beberapa tahun ini menjadi penyalur Skim Tabur Puja yang
berhasil. Tidak kurang dari Rp. 500 milyar, Bank UKMKM bersama koperasi di Jakarta dan sekitarnya, telah disalurkan dengan NPL, non performing loan, atau tunggakan nol persen, tidak ada yang menunggak. Dalam pertemuan yang intensif, di mana di antaranya ada yang sudah menyalurkan Skim Tabur Puja, akhirnya BPR seluruh Jateng dan Yogyakarta setuju ikut membantu keluarga pra sejahtera dan sejahtera I di pedesaan mendapat akses dari BPR. Komitmen ini merupakan pertanda yang sangat positif di mana penduduk miskin di desa yang telah bergabung dalam Posdaya bisa memperoleh akses permodalan dengan mudah. Keluarga pedesaan yang sudah mempraktekan hidup gotong royong, memelihara lingkungan dan kesehatan keluarganya serta menyekolahkan anaknya melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk mengentaskan kemiskinan dengan usaha cerdas dan keras. Para mahasiswa KKN Tematik Posdaya akan membantu mengembangkan usaha dengan memanfaatkan kearifan dan sumber daya lokal. Selamat berjuang.
Komitmen para pemangku kebijakan merupakan pertanda yang sangat positif agar penduduk miskin di desa yang telah bergabung dalam Posdaya bisa memperoleh akses permodalan dengan mudah. [FOTO: MULYONO]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
40
Kartini Penyebar Virus Kebangkitan Perempuan Indonesia Raden Ajeng Kartini terlahir bukan sebagai mahluk yang lemah. Wanita Indonesia juga mempunyai semangat kemandirian. Dengan kemandiriannya bisa ambil peran dalam pembangunan di segala bidang. Ia menjadi virus pada kebangkitan peranan kaum perempuan di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang makin menguat dan berkembang.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
CERITA SAMPUL
43
H Mochamad Anton Posdaya, Insya Allah Bisa Entaskan Kemiskinan Kota Malang Sosoknya sederhana. Tampilannya bersahaja. Di balik kesederhanaan dan kebersahajaannya tersimpan impiannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Malang, Jawa Timur. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan masyarakat Malang membutuhkan sebuah pendampingan dan pendidikan keterampilan. Demikian ungkap W alikota Malang H Mochamad Anton atau Goei Hing An.Ungkapan tersebut cukup beralasan. Pasalnya, penduduk Kota Malang yang 845.000 jiwa, yang masih miskin ada 300 ribu jiwa. Ada beberapa program pokok 100 hari yang rencananya akan dilaksanakan pemerintahan AntonSutiaji. Kelima program itu antara lain. Penanggulangan kemiskinan Kota Malang, pembentukan unit terpadu perawatan dan pemeliharaan jalan, penguatan pasar tradisional dengan tata kelola modern, pembersihan dan penataan kawasan aliran sungai dan sarana transportasi umum yang baik dan nyaman.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
LAPORAN DAERAH
62
Momen HUT Damandiri Jadi «Live Event» DFM PENDIDIKAN
48
Universitas Trilogi Persiapkan KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi Jakarta akan terus mendedikasikan dirinya sebagai kampus berbasis teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Hal ini dibuktikan dengan rangkaian kegiatan inovatif dan sarat informasi selama satu bulan penuh di bulan Maret dalam rangka Dies Natalis pertama.
POSDAYA MASYARAKAT
7
Posdaya Masjid Baiturrahman Makin Makmur Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Masjid Baiturrahman Klidon diamdiam terus memberdayakan dan memakmurkan masyarakat di sekitarnya. Tak pelak, Posdaya yang terletak di Dusun Klidon, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini kerap menjadi pusat kunjungan para tokoh dan pejabat teras baik dari dalam maupun luar Kabupaten Sleman. Tepatnya, pada Kamis siang 13 Maret 2014 lalu masjid ini kembali menjadi pusat perhatian saat menggelar acara Road Show Penguatan Posdaya Berbasis Masjid.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Momen HUT Yayasan Damandiri ke-18 yang dirayakan bersama mitra kerjanya pada 15 Januari 2014 lalu menjadi liputan menarik Tim Radio DFM 103,4 Jakarta. Berbagai rangkaian kegiatan terkait peringatan hari bersejarah kelahiran yayasan yang mempunyai komitmen membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan menjadi liputan menarik media, utamanya media mitra Yayasan Damandiri baik cetak, elektronik televisi maupun radio.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
12
Posdaya Pemerintah
20
Posdaya Lembaga Keuangan
28
Konvensi Posdaya
34
Kolom Khusus
46
Aneka Peristiwa
55
Forum Kita
58
DNIKS
64
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Dokumen Pribadi
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
MBAK TITIEK SOEHARTO TENTANG YANG JUJUR DAN BERSIH
S
UNGGUH menarik ucapan mbak Titiek Soeharto agar masyarakat memilih para wakil-wakil rakyat yang jujur dan bersih, pada seminar bertema “Pewarisan Nilai-nilai Perjuangan Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 untuk Memperkokoh Jati Diri Bangsa”, tepatnya tanggal 1 Maret 2014 yang lalu di Yogyakarta. Dalam pembukaan seminar itu beliau antara lain mengatakan kepada hadirin, mari kita pilih para wakil rakyatwakil rakyat yang jujur dan bersih, wakil rakyat yang tidak lupa pada masyarakat yang telah memilihnya. Mbak Titiek juga mengatakan, suara bapak-bapak, ibu-ibu dan adik-adik sekalian sangat berharga untuk dijadikan pelaksanaan Pemilu 2014. Lebih lagi sebagai proses demokrasi yang jujur dan adil. Saya yang hadir dalam acara itu tentunya sangat apresiatif pada beliau oleh karena di zaman sekarang ini, sangatlah sulit mencari wakil rakyat yang jujur dan bersih, wakil rakyat yang tidak lupa pada masyarakat yang telah memilihnya. Dalam kesempatan itu Mbak Titiek Soeharto juga mengajak semua yang hadir untuk menyemangati
Siti Hediati Soeharto, SE
perjuangan para guru, mahasiswa dan siswa yang dengan tekun terus mempelajari sejarah perjuangan bangsa. Namun ia pun tak lupa mengajak kepada para hadirin yang mempunyai hak pilih untuk datang bersama-sama ke TPS masing-masing pada 9 April 2014 ini, untuk menggunakan hak pilihnya. Saya yang hadir sebagai peserta seminar jadi ikut semangat, terlebih Yayasan Kajian Citra Bangsa bekerja sama dengan Legiun Veteran RI-DIY dan para guru yang khususnya tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Kabupaten/Kota se-DIY, pada 1 Maret 2014 lalu mengadakan seminar. Seminar pun semakin
menarik sebab adanya tanya jawab antara audiens dengan para narasumser. Acara yang berlangsung di Museum Jenderal Besar HM Soeharto, Desa Kemusuk, Kecamatan Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tepat pada 1 Maret 2014 itu, dihadiri putri keempat mendiang Presiden RI HM Soeharto, Siti Hediati Soeharto, SE yang lebih dikenal dengan sebutan Mba Titiek Soeharto. Hadir juga Ketua Yayasan Damandiri Bapak Prof Dr Haryono Suyono, Sekretaris Yayasan Damandiri Bapak Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Bapak Fuad Bawazier, Bapak Ir Akbar Tanjung, dan sejumlah tokoh lainnya. Sedangkan narasumber seminar yaitu saksi sejarah JB Sumarlin, Mayjen TNI Purn Soetoyo yang juga pakar strategi militer PPAD, ahli filsafat kepemimpinan Pancasila Drs Slamet Soetrisno, Msi dan guru mata pelajaran Sejarah Drs Subiyatno, MM. Untunglah mereka berbicara sesuai dengan bidang mereka masing-masing dengan sangat gamblang. Tidak heran kalau pertemuan hari itu menjadi sangat penting bagi semua, terutama generasi baru seperti saya. Drs Endang Mulyadi Dosen Universitas Galuh Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Masjid Baiturrahman Makin Makmur Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Masjid Baiturrahman Klidon diamdiam terus memberdayakan dan memakmurkan masyarakat di sekitarnya. Tak pelak, Posdaya yang terletak di Dusun Klidon, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini kerap menjadi pusat kunjungan para tokoh dan pejabat teras baik dari dalam maupun luar Kabupaten Sleman. Tepatnya, pada Kamis siang 13 Maret 2014 lalu masjid ini kembali menjadi pusat perhatian saat menggelar acara Road Show Penguatan Posdaya Berbasis Masjid.
P
OSDAYA Berbasis Masjid yang kini memasuki usianya yang ke-6 tahun sejak berdiri 2007 silam itu terus menunjukkan perkembangannya yang menggembirakan. Berbagai kegiatan mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi atau kewirausahaan dan lingkungan menjadi aktivitas rutinnya. Sasarannya pun lengkap mulai dari anak hingga lansia. Misalnya, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) binaan Posdaya Masjid Baiturrahman kini berkembang pesat. Begitu juga untuk TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) dan TKA (Taman Kanak-Kanak Al Qur’an) yang dibinanya. Di bagian remaja, Posdaya Masjid Baiturrahman pun aktif mengembangkan Remaja Masjid Baiturrahman. Begitu pula bagi para lansia, melalui Paguyuban Lansia “Suko Manunggal” Posdaya yang diketuai H Suripto, SH, MSi, ini aktif memberdayakan para lansia di sekitar Masjid Baiturrahman. Sedangkan untuk mewadahi aktivitas kewirausahaan atau ekonomi para pengurus dan anggota Posdaya Masjid Baiturrahman, kini sudah terbentuk
Koperasi Masjid Baiturrahman “Al Barokah”. Acara yang terselenggara atas kerja sama Posdaya Masjid Baiturrahman, Pemerintah Kabupaten Sleman dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Apalagi acara itu menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Soeharto, SE. Tak pelak, kehadirannya dalam acara yang berlangsung di halaman Masjid Baiturrahman, Dusun Klidon, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY ini mendapat sambutan hangat dari ratusan hadirin. Berbagai kegiatan yang kini tengah dikembangkan Posdaya Masjid Baiturrahman membuat decak kagum setiap tamu yang berkunjung. Penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono dan Siti Hediati Soeharto, SE, pun menyampaikan apresiasi atas pesatnya perkembangan Posdaya Masjid Baiturrahman. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyatakan, dirinya hadir di Posdaya Masjid Baiturrahman selain untuk bersilaturahmi juga khusus meng-
Paparan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Soeharto, SE mendapat sambutan hangat dari ratusan peserta. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
7
Dari kiri ke kanan: Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Drs H Suyudi, MM, Prof Dr Haryono Suyono, Siti Hediati Soeharto, SE, Kepala Desa Sukoharjo Hadi Subronto dan H Suripto, SH, MSi.
hantar Siti Hediati Soeharto, SE. “Hari ini saya hadir secara khusus dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa tidak untuk berpidato namun menghantarkan Mbak Titiek Hediati Soeharto,” tutur Prof Haryono seraya mengajak seluruh hadirin untuk bertepuk tangan atas kedatangan Mbak Titiek Soeharto di tengah kegiatan Posdaya Masjid Baiturrahman. “Jadi Mbak Titiek ini sebagai putrinya almarhum Pak Harto. Pak Harto itu bikin yayasan macam-macam. Salah satunya adalah Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP, red) yang komitmen untuk membangun masjid di seluruh pelosok tanah air. Dan Masjid Baiturrahman ini salah satunya,” ucap Prof Haryono di hadapan ratusan pengurus dan anggota Posdaya Masjid Baiturrahman. Sedangkan Yayasan Damandiri, lanjutnya,
Para peserta tampak sumringah saat Mbak Titiek Soeharto dan Prof Haryono mendekati mereka untuk bergambar bersama.
8
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
konsisten dalam memberdayakan masyarakat. “Ada lagi Yayasan Damandiri. Bikin apa...?” tanya Prof Haryono kepada para hadirin. “Posdaya...,” jawab seluruh peserta serempak. “Yang satu bikin masjid dan yang satu lagi bikin Posdaya, kedua yayasan ini digabung. Dan pembinanya adalah Mbak Titek Soeharto,” ujar pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini yang sontak mendapat tepuk tangan dari seluruh hadirin. Menko Kesra dan Taskin era Presiden Habibie ini pun langsung mempersilakan Mbak Titiek Soeharto untuk menyapa seluruh hadirin. “Mari kita beri kesempatan kepada Mbak Titiek untuk menyapa saudara-saudara yang telah memelihara masjid dengan baik. Selain itu, mereka pun berhasil mengembangkan Posdaya bukan saja di Kecamatan Ngaglik tetapi di kecamatan-kecamatan lainnya,” ungkap Prof Haryono seraya mengajak seluruh hadirin untuk memberi tepuk tangan kepada Mbak Titiek Soeharto. “Ingat-ingat ya wajah Mbak Titiek,” imbuhnya. Hadir pada acara ini Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Soeharto, SE, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Camat Ngaglik Drs H Suyudi, MM, Kepala Desa Sukoharjo Hadi Subronto, Ketua Posdaya Masjid Baiturrahman H Suripto, SH, MSi, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, para pengurus Yayasan Damandiri, pengurus dan anggota Posdaya Masjid Baiturrahman serta undangan lainnya. Sedangkan Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Soeharto, SE mengungkapkan rasa syukurnya bisa kembali berkumpul setelah tahun lalu meresmikan renovasi Masjid Baiturrahman. “Alhamdulillah saya sangat bersyukur kepada Allah SWT bisa kembali bertatap muka dengan para pengurus dan jamaah masjid Baiturrahman. Dan saya se-
nang sekali masjid ini yang merupakan bagian dari 999 masjid yang didirikan Pak Harto melalui Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila tetap makmur dan makin berkembang,” tutur putri keempat Almarhum HM Soeharto yang akrab disapa Mbak Titiek Soeharto ini di hadapan ratusan peserta yang mengikuti kegiatan acara. Bahkan bukan hanya itu, lanjut Mbak Titiek Soeharto, Masjid Baiturrahman ini selain berhasil melaksanakan cita-cita Pak Harto yaitu dengan memakmurkan masjid juga mampu menyejahterakan masyarakat di sekitar masjid melalui Posdaya Berbasis Masjid. “Mudah-mudahan apa yang dilakukan pengurus masjid dan pengurus Posdaya ini bisa ditiru pengurus-pengurus masjid yang lainnya. Tujuannya supaya apa yang dicita-citakan Pak Harto dapat segera terwujud yaitu masyarakat Indonesia bisa terlepas dari kemiskinan dan makin sejahtera,” ucap wanita kelahiran Semarang, Jateng, 14 April 1959 ini yang langsung diaminkan seluruh hadirin. Teruskan cita-cita Pak Harto Di hadapan pengurus dan ratusan jamaah Masjid Baiturrahman, Calon DPR RI dari Partai Golkar untuk daerah pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta ini mengimbau, pada saat pelaksanaan pesta demokrasi atau pemilu legislatif pada 9 April 2014 dan 9 Juli 2014 mendatang agar semuanya turut serta mencoblos. “Saya berharap Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu ini semuanya rawuh ke TPS dan jangan golput (golongan putih, atau tidak menyalurkan pilihannya pada pemilu, red) nggih,” imbuh Mbak Titiek. “Nggih...,” jawab seluruh hadirin serempak. “Kalau kita golput akan rugi sendiri. Karena kita akan menentukan pemimpin masa depan. Di TPS itu cuma lima menit tetapi efeknya bisa lima tahun kalau kita salah pilih. Jadi, dipikir-pikir dulu siapa yang dipilih,” ujarnya. “Sehubungan saya ingin meneruskan citacita Pak Harto untuk turut membantu mengentaskan kemiskinan dan mencerdaskan bangsa, saya memberanikan diri untuk maju sebagai Calon DPR RI. Mohon doa dari semua mudah-mudahan bisa terlaksana, saya bisa meneruskan cita-cita Bapak,” ungkap Mbak Titiek Soeharto.
Memberi manfaat kepada jamaah Ketua Posdaya Berbasis Masjid Baiturrahman H Suripto, SH, MSi mengungkapkan rasa syukurnya atas pesatnya perkembangan Posdaya khususnya Posdaya Berbasis Masjid Baiturrahman dan umumnya di Kecamatan Ngaglik, salah satunya perkembangan PAUD binaannya. “Alhamdulillah, dulu saat diresmikan Pos PAUD oleh Bu Titiek Soeharto, baru ada tujuh orang calon siswa PAUD. Sekarang sudah ada 35 siswa PAUD,” ungkapnya. “Dan di Masjid Baiturrahman ini cukup ramai, mulai pagi kegiatan PAUD, siang TPA dan malam hari dengan kegiatan ibadah lainnya. Begitu juga kegiatan di setiap harinya yang penuh dengan kegiatan yang bermanfaat,” tutur H Suripto, SH, MSi sumringah seraya menyampaikan terima kasih kepada Prof Dr Haryono Suyono dan Mbak Titiek Soeharto yang telah membimbingnya. Posdaya Masjid Baiturrahman, lanjut H Suripto, telah banyak memberi manfaat kepada para jamaah dan masyarkat sekitar masjid. “Posdaya berbasis masjid ini betul-betul bisa memakmurkan dan memberi kemaslahatan bagi umat. Insya Allah berbagai kegiatan ini bisa terus berlangsung,” tukasnya. Acara kian menarik dengan sajian kesenian tradisional jawa gamelan yang dipentaskan para pengurus Posdaya Masjid Baiturrahman. Selain itu anak-anak PAUD binaan Posdaya Masjid Baiturrahman pun turut serta menampilkan kebolehannya di hadapan peserta. Pemberian wakap Al Qur’an untuk empat masjid masing-masing sebanyak 50 Mushaf Al Qur’an dan penyerahan beasiswa dari Mbak Titiek Soeharto kepada para siswa dan mahasiswa yang tergabung dalam Posdaya Masjid Baiturrahman kian mewarnai berkesannya acara. Selamat! ADE S
Mbak Titiek Soeharto menyerahkan bantuan beasiswa kepada salah seorang siswa SMA yang aktif di Posdaya Masjid Baiturrahman. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Tarusan Jaya Sintoga
Peroleh Penghargaan Damandiri 2014 Syukur Alhamdulillah, itulah kalimat yang meluncur dari setiap aktivis Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Korong Rimbo Karanggo, Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Posdaya Tarusan Jaya menjadi salah satu penerima Penghargaan Damandiri 2014.
Kader Posdaya Tarusan Jaya bersama Ketua LPM Universitas Tamansiswa Padang Zasmeli Suhaemi. [FOTO-FOTO: DOK]
10
R
EKTOR Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang Prof Dr Zulman Hardja Utama, Ketua LP3M Unitas Zasmeli Suhaemi dan Camat Sintoga Hj Khrisna, Ssos menyatakan syukur atas penghargaan yang diterima Posdaya binaan mereka. Hal itu menunjukkan kesungguhan dalam pembinaan di masyarakat sehingga tumbuh semangat warga dalam membangun diri dan lingkungan mereka. Rektor menyebutkan pembinaan dilakukan bersama-sama sehingga kampus, dosen dan mahasiswa turun langsung membina masyarakat di desa. Sementara aparat pemerintah di bawah memberikan dukungan, setelah melihat hasil yang dicapai Posdaya dalam membangun masyarakatnya. “Awalnya memang ada kecurigaan dan ketidakpercayaan berbagai kalangan, bahkan ada tuduhan adanya gerakan politik. Namun setelah melihat hasilnya masyarakat dan pejabat mau menerima,” paparnya. Camat Sintoga Khrisna menambahkan
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
masyarakat menerima konsep Posdaya melalui berbagai pendekatan. Meski awalnya ada keraguan, namun setelah melihat hasilnya masyarakat menerima bahkan sekarang masyarakat yang antusias dengan program Posdaya,” paparnya. “Saat ini kami fokus di Posdaya Tarusan Jaya di Korong Rimbo Karanggo dengan kegiatan ternak ayam, pengandangan sapi, pembuatan kompos, perkebunan (pepaya, jagung, singkong) dan membordir,” paparnya. Kecamatan Sintuk Toboh Gadang (Sintoga) Kabupaten Padang Pariaman telah memiliki Forum Pos Pemberdayaan Keluarga (Forum Posdaya), menyusul pesatnya perkembangan Posdaya di kecamatan tersebut. Hanya dalam kurun waktu kurang dari empat bulan sejak mulai membentuk tiga Posdaya, kecamatan ini telah memiliki 21 Posdaya yang tersebar di korong-korong dan nagari-nagari. “Besarnya inisiatif dan tingginya semangat gotong royong, membuat warga Sintoga keranjingan membentuk Posdaya di lingkungan mereka,” ungkap Camat Sintoga, Khrisna sambil menambahkan masyarakat saat ini telah mampu mengembangkan produk lokal berbasis singkong yang awalnya hanya dijual dalam bentuk mentah sekarang diolah menjadi berbagai makanan yang memiliki nilai tambah. Singkong awalnya tidak berharga sekarang berbagai jenis makanan dibuat dari bahan dasar singkong dan masyarakat menerimanya. Masyarakat sudah membuat tepung singkong yang difermentasi sehingga dapat menjadi berbagai olahan makanan berbasis sing-
kong. Hal yang sama dilakukan dengan kripik pisang yang produksinya melimpah dan hanya dijadikan makanan ternak. Setelah memperoleh sentuhan tangan terampil menjadi kripik sekarang harganya lebih mahal. Setandan pisang yang seharga Rp10.000 sekarang dibuat kripik setandan dapat dijual Rp60-100.000 sehingga member nilai tambah bagi masyarakat. Khrisna yang masuk enam besar Penilaian Kompetensi Camat Tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2011, hanya ada tiga Posdaya di Sintoga, satu di Korong Balai Usang Nagari Sintuk dengan nama Mekar Abadi dan dua di Korong Rimbo Karanggo dengan nama Tarusan Jaya dan Tarusan Abadi. Setelah itu, satu persatu Posdaya bermunculan di korongkorong maupun nagari-nagari di Sintoga, hingga mencapai jumlah 21 Posdaya. Pesatnya perkembangan Posdaya di Sintoga, selain ditunjang kondisi geografis dan tingginya inisiatif warga, juga tak terlepas dari peranan Khrisna selaku camat yang secara proaktif turun ke korong-korong dan nagari-nagari demi mendorong terbentuknya Posdaya. Dalam moment tersebut, ia memberi stimulan kepada warga untuk meningkatkan ekonomi keluarga, bisa melalui kegiatan bercocok tanam apa-apa yang menjadi kebutuhan keluarga, beternak, membuat Taman Pendidikan Al-Qur’an dan beragam kegiatan yang mencakup pada empat bidang Posdaya; pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan. “Biasanya saya turun ke tengah-tengah warga pada setiap hari Jum’at, selepas senam pagi. Korong-korong dan nagari-nagari di Sitoga saya kunjungi secara silih berganti sebagai upaya sosialisasi sekaligus mempresentasikan Posdaya mulai dari beserta tujuan hingga ragam manfaatnya kepada warga. Alhamdulillah, warga menyambut positif, sehingga kami optimis mampu mewujudkan Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015,” ungkapnya. Khrisna yang telah dua kali ikut studi banding Posdaya ke Pulau Jawa bersama Ketua Yayasan Damandiri yang juga mantan Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie, Prof Dr Haryono Suyono. Selama tiga hari di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, mengunjungi Posdaya binaan UST Yogyakarta dan ke Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, mengunjungi Posdaya Binaan Institut Pertanian Bogor (IPB). Posdaya di Sintoga dimulai di bidang pertanian. Ini didukung ketersediaan lahan untuk tanaman produktif di rumah-rumah warga,
disamping masih banyaknya lahan tidur yang bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam maupun beternak. Mulai dari ternak sapi, unggas hingga ikan air tawar. Khrisna selaku penggerak sekaligus pembina Posdaya di Kecamatan Sintoga dikukuhkan langsung oleh Prof Dr Hayono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri, di Kampus Universitas Taman Siswa (Unitas) Padang. Khrisna menjelaskan bahwa Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Dalam hal-hal tertentu bisa juga menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan, dalam berbagai bidang, utamanya kesehatan, pendidikan dan wirausaha, agar keluarga bisa tumbuh mandiri di desanya. Dalam melaksanakan fungsinya, Posdaya merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan masyarakat dan anggotanya sehingga pelaksanaan kegiatan itu bisa dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat dan keluarga setempat. Program Posdaya diusung Yayasan Damandiri yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan lembaga pendidikan terkemuka di masing-masing provinsi di Indonesia. Khusus Provinsi Sumatera Barat, pelaksanaan Posdaya di tiga kabupaten/kota (Kabupaten Padang Pariaman, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok) bekerjasama dengan Unitas. HARI
Camat Sintoga, Hj Khrisna menyaksikan jamur tiram hasil budidaya Posdaya Tarusan Jaya yang tumbuh dengan baik.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Tanggung Renteng Itu Untungnya Luar Biasa Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono belum lama ini tampil sebagai pembicara pada Workshop Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) di Univeristas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah. Acara yang berlangsung di gedung Widya Luraya itu diselingi sejumlah pertanyaan menarik seputar Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Para peserta Workshop Pengembangan KKN LPPM di Univeristas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, ikut menyanyikan lagu “Posdaya”. [FOTO-FOTO: DEDE H]
12
D
ENGAN moderator Prof Deky Karna Radjasa, MSc, Ketua Yayasan Damandiri ini memaparkan tentang Posdaya panjang lebar kepada para audiens dengan lugas dan rinci. Begitupun saat menjawab semua pertanyaan terkait pengembangan KKN Posdaya, Prof Haryono berbicara sangat menarik, lugas dan gamblang. “Pertama, pengalaman saya adalah dengan mengajak semua komponen,” kata Prof Haryono mengawali jawaban penanya pertama pada sesi tanya jawab itu. “Pengalaman itu masih berlaku untuk sekarang. Dengan mengajak semua komponen justru lebih mempunyai kesan tersendiri,” tambahnya, yang ke Undip Semarang, Jateng, bersama Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi dan Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. “Jadi, dengan kedatangan para mahasiswa ke sebuah desa melapor kepada kepala desa dalam satu kebersamaan, itu memberi dampak psikologis kepada kepala desanya untuk
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
mensuport. Itu memberi gambaran bahwa kepala desanya merasa terhormat dengan mengikuti kegiatan,” paparnya. “Ini sudah kita buktikan di lebih 200 kabupaten ternyata itu berhasil,” tandas Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie ini. Dengan ikut sertanya bupati di Kulonprogo, Bantul dan sebagainya, lanjut Prof Haryono, tidak selalu harus ada katakanlah tinggalan yang bersifat monumental, ternyata itu memberikan gambaran yang bagus. “Jadi katakanlah secara populer diajak nyanyi bersama, diajak kerja sama bersama, misalnya dalam bidang kesehatan diajak membersihkan got-got dan sebagainya bersamasama, itu memberikan kesan tersendiri bahwa itu dulu pernah dilakukan tapi selama hampir 10 tahun terakhir ini dihilangkan,” ungkapnya seraya menambahkan, banyak sekali kegiatan gotong royong yang dulu sering dilakukan, sekarang ini hilang. Dan kalau itu dilakukan sebagai tinggalan monumental sekarang ini sangat bagus.
“Yang kedua, kita sangat beruntung karena sekarang ini banyak Posdaya yang sudah matang, baik di Semarang maupun di tempat-tempat di sekitar kabupaten Semarang. Itu dapat dijadikan contoh. Kalau perlu desa-desa yang didatangi mahasiswa diajak mengadakan peninjauan ke Posdaya-Posdaya yang sudah berhasil,” harapnya. “Itu akan memberikan kesan tersendiri karena ternyata kalau kita mengadakan peninjauan ke Posdaya-Posdaya yang berhasil itu ada seremmonial yang dilakukan oleh anak-anak balita yang tidak ada di tempat yang belum ada Posdayanya. Nah ini menarik karena anak-anak balita itu nyanyi ramairamai, menanggulangi bunga dan sebagainya. Itu sebagai salah satu tinggalan yang monumental,” tambah Prof Haryono. Ia menambahkan, bila perlu nanti minta TVRI Semarang untuk meng-cover kegiatan-kegiatan dari KKN itu. “Bilang saja ini dari kegiatan Yayasan Damandiri. Ini contohcontoh yang menarik karena orang yang disyuting merasa senang. Wah desanya disyut, padahal yang disyuting itu satu dari seribu orang. Jangan lupa ke mana-mana ada yang bawa tustel, biarpun lagi rapat dipotret biarpun kosong isinya, ini ngga apa-apa,” kelakar Prof Haryono disambut derai tawa hadirin. “Ini secara psikologis menarik. Lalu mimpin rapatnya sungguh-sungguh. Ini rakyatnya senang begitu, presidennya saja senang begitu,” kelakarnya lagi, tentu saja derai tawa hadirin pun semakin membahana. “Sekarang ini kita beruntung karena bisa meninggalkan yang monumental. Tadi saya bicara dengan asistennya Prof Deky, misalnya pembuatan garam di pantai. Itu hanya dengan satu terpal ukurannya 1x3 meter bisa untuk membuat garam. Jadi, sesuatu yang mudah ditiru. Atau proses program studi perikanan mengolah ikan. Mengolah lele menjadi abon. Juga jadi nuget, juga kripik dan sebagainya. Itu semacam pengetahuan yang mudah ditiru tapi tidak sukar mengajarkannya,” papar
Prof Haryono Contoh lain lagi, lanjut Prof Haryono, menanam pisang cavendish. Itu bibitnya murah hanya sekitar Rp 3000. Tetapi kalau jadi 8 bulan kemudian bisa mencapai Rp 50.000. “Jadi sesuatu yang mudah ditiru tetapi gampang dikerjakan oleh rakyat banyak. Jangan yang terlalu sulit misalnya hanya mahasiswas smester 8 yang bisa mengerjakannya, jangan itu. Yang mudah saja. Jadi rakyat-rakyat di sesa yang terutama miskin, jangan diajari yang suliutsulit,” dalihnya. Prof Haryono mengisahkan pula bahwa dulu pernah zaman PKK, waktu giat-giatnya itu ada kegiatan menyulam. Bikin sulaman benang. “Waktu awal gampang cuma benang
Prof Dr Haryono Suyono saat sebagai pembicara pada Workshop Pengembangan KKN Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah (foto atas dan bawah).
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
13
Seorang peserta mengajukan pertanyaan terkait pengembangan KKN Posdaya.
ditusuk-tusuk, tapi lama-lama bikin gambar gereja dan sebagainya. Akhirnya, yang miskin mundur dan akhirnya yang bikin cuma yang kaya aja. Dan lukisan gereja-gereja itu ngga laku jual karena itu polanya luar negeri,” kenangnya sambil menjelaskan, jadi jangan pola luar negeri, usahakan pola lokal. Seperti bikin keripik, kata Prof Haryono, keripik bagi orang desa itu biasa, tetapi bikin keripik yang tidak basi itu sukar juga. Masih banyak sekali contoh-contoh yang dapat dilihat. “Kalau saya boleh usul mungkin Prof Deky bisa ajak teman-teman dosen untuk mengadakan peninjauan ke beberapa Posdaya yang sudah ada. Kalau perlu dirancang sebagai peninjauan lapangan bagi dosendosen untuk ke Posdaya-Posdaya yang sudah
ada supaya dapat gambaran seperti itu Posdayanya. Termasuk melihat produk-produk Posdaya yang ada.” “Terakhir, dan ini yang sangat menguntungkan. Sekarang kita sudah mengadakan kerja sama dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jadi keluarga-keluarga miskin dapat meminjam ke BPR sekaligus menabung tanpa agunan. Kalau nanti yang pinjam cuma dari dua keluarga, tapi itu kesannya sudah bagus,” ujarnya. “Lho keluarga miskin kok bisa ngutang? Nah ini bagus sekali,” jelas Prof Haryono. “Kalau di masa lalu tidak ada orang miskin utang ke bank. Tidak ada. Biasanya orang miskin utang pada rentenir. Ini tidak, utang pada bank dengan bunga yang relatif murah. Bunganya tidak lebih dari 18 persen. Bahkan di beberapa tempat cuma 14 persen,” dalihnya. “Ini murah sekali. Kadang pinjaman Rp 2 juta itu cicilannya kurang dari Rp 200.000. Kalau tidak bisa nyicil, keluarga kayanya yang mencicilkan. Jadi, tanggung renteng itu untungnya luar biasa. Dan ternyata selama ini, sudah 2 tahun ini sudah lebih Rp 500 milyar. NPL-nya nol. Ini sungguh luar biasa. Makanya kita berani melepas ke Jawa Tengah. Jawa Timur sudah berjalan di semua kabupaten. Ini yang monumental,” kata Prof Haryono akhirnya. DH
BERITA DUKA CITA Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya:
Prof Dr dr H Azrul Azwar, MPH Mantan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Periode 2008-2013
Pada 1 April 2014 dalam usia 68 tahun Semoga arwah almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan serta kekuatan iman dalam menghadapi cobaan ini. Amin ya Robbal ‘alamin. 14
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Wakil Ketua PP DMI Dr KH Masdar Farid Mas udi
Pemberdayaan Umat melalui Posdaya Berbasis Masjid Masjid merupakan tempat yang luar biasa strategis untuk apa saja. Baik untuk tujuan yang baik membangun umat masyarakat dan negara maupun untuk tujuan sangat buruk, membangun fanatisme dan terorisme juga dari masjid. Inilah sesungguhnya satu potensi yang luar biasa. Mungkin sebagian besar masjid ini hanya terbatas pada fungsi keagamaan bahkan keagamaan mahdhah, untuk sholat lima waktu dan pengajian.
W
AKIL Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) PP DMI Dr KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan hal itu pada seminar nasional dengan tema “Pemberdayaan Umat melalui Posdaya berbasis Masjid”, yang diselenggarakan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan PP Dewan Masjid Indonesia. Acara berlangsung di Gedung Ir Soekarno Lantai V Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, pada 7 Maret 2014. Dalam uraiannya mengenai perkembangan masjid KH Masdar Farid Mas’udi menjelaskan, tidak ada bangunan milik masyarakat sebanyak masjid yang ada di Indonesia ini. Secara nasional sekarang ada kurang lebih 800.000 masjid. “Dan masjid itu merupakan tempat yang paling banyak dihadiri secara pleno. Tidak ada ruang publik yang setiap minggu dalam hal ini hari Jum’at yang dihadiri hampir seluruh anggota masyarakat khusus dari kalangan laki-laki dari anak-anak sampai dewasa,” paparnya. KH Masdar Farid Mas’udi menjelaskan, masjid sekarang berkurang fungsi sosialnya. Karena fungsi sosial terjadi pemandulan, ada disfungsi maka artinya bahwa dimensi keberislaman sekarang banyak hanya menekankan pada hablumminallah saja, hablumminannasnya tergerus. Karena tidak ada hablumminannas yang dibina, intinya adalah berbuat yang terbaik untuk sesama maka Islam pun semakin tampil sebagai Islam yang hanya mengurus dirinya sendiri dan kepada orang lain bersifat menyangkal. “Inilah sesungguhnya pusat dari problem keumatan termasuk peradaban umat Islam. Karena peradaban kita tidak lagi diba-
ngun karena serambinya kosong. Maka seluruh diskusi-diskusi agama meskipun ramai itu diskusi hablumminallah saja,” ujarnya. Menurutnya, problem yang paling utama dalam membangun peradaban ini tentu saja pertama SDM-nya tapi kunci kemajuan adalah ekonomi. “Untuk itu kita kembali kepada fungsi masjid dengan dua kuncinya, fungsi hablumminallah dan hablumminannas. Serambi harus kita kembalikan kepada fungsinya yang total untuk melayani umat. Kalau kita kembali kepada peranan masjid saya kira tidak terlalu lama negeri ini mencapai kemajuan yang kita harapkan bersama,” imbuh KH Masdar Farid Mas’udi. Pada kesempatan yang sama Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi sangat mengapresiasi kerja sama yang selama ini dibangun antara UIN Maliki Malang dengan Yayasan Damandiri. Menurutnya, kehadiran Prof Dr Haryono Suyono dengan seluruh kegiatannya di kampus ini menambah khasanah ilmu pengetahuan yang itu memang salah satu tugas kampus UIN
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) PP DMI Dr KH Masdar Farid Mas’udi (kanan) saat menyampaikan paparan. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
15
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di
Turut hadir Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi (kanan depan).
16
Maliki Malang. “Saya menyambut gembira dan selalu memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Posdaya,” ucapnya. Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi mengungkapkan bahwa tugas utama UIN Maliki Malang adalah mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis Al Qur’an dan Hadits. Mengembangkan ilmu pengetahuan bahasa ilmiahnya berbasis integrasi. Itulah yang diterjemahkan civitas akademika kampus ini. Seluruh ilmu pengetahuan yang dikembangkan di kampus ini. “Sesungguhnya saya menolak hipotesis terhadap Islam. Di Barat Islam mendapat label jelek. Islam itu katanya kumuh. Tapi di sini saya buktikan Islam tidak kumuh. Kalau bapak ibu masuk kampus ini terlihat kampus ini bersih. Saya ingin menolak hipotesis bahwa Islam tidak bisa bersih. Yang kedua kata orangorang barat yang tidak suka Islam, katanya
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Islam itu keras. Kampus ini tidak keras dan menerima siapa pun yang belajar di kampus ini. Buktinya hampir seluruh kegiatan keagamaan di Indonesia mulai Hindu, Budha, Kristen, Khonghucu sudah hadir di tempat ini untuk belajar di kampus ini dan kami terima dengan baik,” urainya. “Kami ingin melahirkan universitas Islam yang dibanggakan tidak saja oleh umat Islam, tidak saja oleh warga kampus ini tetapi juga oleh negeri Indonesia ini yang jumlah umat Islamnya terbesar. Kalau kita sungguh-sungguh kendati tantangan itu besar, itu dapat kita capai kalau kita bekerja sama,” ujar pria kelahiran Blitar, 1 Januari 1959. Menurut peraih Program Doktor (S3) Ilmu Sosial, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, di Surabaya tahun 2005 berharap masjid sebagai salah satu situs perjuangan dan melahirkan ideologi perjuangan kampus ini untuk bersama-sama dengan Posdaya membantu masyarakat, mengembangkan masyarakat sehingga lahir masyarakat-masyarakat yang anggotanya maju. Dan kalau umat Islam maju, Indonesia akan maju. Kalau Indonesia maju maka citra Islam di dunia akan memperoleh nilai yang baik karena di sinilah umat Islam terbesar di dunia. Itulah logika-logika yang kita pakai karena tidak ada alasan kecuali kita harus memajukan masyarakat Indonesia melalui lembaga-lembaga keagamaan seperti masjid di mana kita beribadah,” katanya. SUL/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Membangun Umat Sejahtera Berbasiskan Masjid Masjid sebagai pusat pemberdayaan umat tidak saja berperan di dalam tapi juga di luar masjid. Pusat gerakan yang menjalar tidak saja di dalam lingkungan pagar masjid. Kekuatankekuatan dalam masjid itu harus diarahkan untuk menyebar ke desa-desa, menyebar ke RT-RT, menyebar ke RW-RW untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan standar-standar PBB, standar-standar MDGs atau standar IPM.
Para pembicara berfoto bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono usai acara seminar. [FOTO: SULAEMAN]
I
NI disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang menjadi Keynote Speaker pada acara seminar nasional dengan tema “Pemberdayaan Umat melalui Posdaya berbasis Masjid”, yang diselenggarakan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan PP Dewan Masjid Indonesia. Acara digelar di Gedung Ir Soekarno Lantai V Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, pada 7 Maret 2014. Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini mengajak para peserta untuk mengembangkan Posdaya berbasis Masjid dengan titik sentral mempelajari apa yang ada di dalam masjid itu dengan khotbah berdasarkan kaidah yang benar. Kenyataan bahwa semakin sedikit yang pergi ke masjid, itulah yang menjadi target sekarang. “Kita jemput mereka dengan tawaran-tawaran bahwa kesejahteraan dunia ini bisa kita ciptakan kalau kita bersatu dan kita berpadu,” ucapnya. Menurut Prof Dr Haryono Suyono, pusat pemberdayaan di masjid itu adalah langkah pertama untuk menjadikan halaman-halaman masjid dan masjidnya sendiri menjadi ke-
kuatan yang akhirnya nanti menyebar ke desadesa. Jadi para santri masjid, mereka yang menguasai kaidah-kaidah agama tidak saja tinggal di masjid tetapi menyebarkan ilmunya kepada masyarakat yang begitu mendengar dan melihat manfaat agama yang kita anut nanti akan kembali ke masjid dengan lebih khusyu. Dan sekaligus apa yang diajarkan di UIN Maliki Malang ini dapat disebarluaskan. Lebih lanjut Prof Haryono meminta kepada para pemimpin masjid, para ulama dan sebagainya diharapkan masjid bisa membangun satu unit dalam lingkungannya yang disebut Posdaya. Dan Posdaya itu membangun minimum pada tingkat awal mereka-mereka yang sering datang ke masjid. Bukan hanya untuk mensejahterakan dirinya sendiri tetapi menjadi kader yang nantinya akan kembali ke desa. Pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini juga menjelaskan bahwa Posdaya berbasis masjid harus mempunyai kegiatan-kegiatan contoh di halaman-halaman masjid. Mempunyai PAUD di halaman masjid, menyediakan bibit tanaman di halaman masjid dan lain sebagainya. Sehingga seluruh jamaah masjid andaikan datang ke masjid tidak saja masuk di masjid Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
17
Prof Dr Haryono Suyono memaparkan program Posdaya berbasis Masjid. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
tapi di luar masjid tahu apa yang harus ditularkan kepada masyarakat yang ada di desa dan kampung. Prof Dr Haryono Suyono menegaskan, pada intinya masjid itu melakukan gerakan peduli, di mana Pos Pemberdayaan Keluarga
yang ada di masjid atau yang dibentuk di desa-desa harus mengerahkan satu mitra kerja, kelompok-kelompok organisasi masyarakat sehingga organisasi masyarakat itu menyatu kemudian membantu keluarga untuk menjadi sejahtera. Jadi Posdaya itu bukan hanya mengadakan pelayanan tetapi mengerahkan pelayanan yang ada di masyarakat untuk membantu keluarga miskin, membantu anak dan membantu ibu-ibu. Kelompok-kelompok Posdaya itu mendukung setiap keluarga yang ada di desa menjadi keluarga sejahtera dengan prioritas MDGs. Posdaya itu prinsipnya tidak hanya berada di masjid tetapi ada di mana saja kalau bisa menyaingi masjid. Program ini menjadi program yang dikembangkan oleh Posdaya menjadi terpadu. “Kita kembangkan kegiatan ekonomi Pos-
1.061 Posdaya Tersebar di 24 Kabupaten/Kota se-Jatim Prof Dr Haryono Suyono menerima cinderamata dari Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi, didampingi Ketua LP2M UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Ch, MAg.
K
etua LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah Ch, MAg, menjelaskan, Seminar Nasional “Pemberdayaan Umat melalui Posdaya berbasis Masjid” merupakan rangkaian kegiatan pelatihan fasilitator bagi kader Posdaya berbasis Masjid Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 18
Masjid memiliki posisi sentral dalam menggerakkan masyarakat dalam isu-isu yang berkaitan dengan pembangunan bangsa. Selain konsep peran kredibilitas masjid hingga kini masih memiliki kepercayaan sebagai lembaga sentral bagi kehidupan keagamaan disekitarnya. Sinergitas antara peran masjid sebagai pusat pemberdayaan umat dengan fungsi-fungsi keluarga yang harus dijalankan guna
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
mewujudkan keluarga sakinah, sejahtera dan mandiri diperlukan kehadiran berbagai pihak agar dapat mempercepat tercapainya harapan. Dr Hj Mufidah Ch MAg menuturkan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang selaku koordinator Posdaya Berbasis Masjid di Jawa Timur telah memiliki 20 anggota Perguruan Tinggi Agama Islam melalui kegiatan KKN dan pengabdian masyarakat para dosen. “Dalam waktu tiga tahun ini kami telah berhasil mendirikan dan mengembangkan Posdaya berbasis Masjid sebanyak 1.061 Posdaya yang tersebar di 24 kabupaten/kota se Jawa Timur,” ucapnya. Lebih lanjut Dr Hj Mufidah menambahkan, modal pengalaman ini, LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mendesiminasikan kepada perguruan Tinggi Agama Islam di seluruh Indonesia dan bekerja sama de-
daya berbasis masjid untuk membuat koperasi. Kemudian dibawa ke Posdaya yang ada di desa dan para anggotanya diadakan kegiatan-kegiatan ekonomi. Sehingga Posdaya berbasis masjid itu memberdayakan ekonomi kerakyatan untuk keluarga-keluarga yang miskin untuk berubah menjadi keluarga yang tidak miskin lagi,” urai Prof Haryono. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) KH Masdar Farid Mas’udi, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi, Ketua Pengurus Wilayah DMI Provinsi Jawa Timur Dr HM ngan Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) juga Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) yang kemudian dikukuhkan dengan penandatanganan MoU berjejaring dengan berbagai pihak yang terkait. Sebagaimana pada pertemuan forum Posdaya berbasis Masjid yang telah diselenggarakan atas kerja sama antara PP DMI, Yayasan Damandiri serta UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada tanggal 13-15 Desember 2013 di Jakarta telah membuahkan kesepakatan bahwa PP DMI akan bersinergi dengan Yayasan Damandiri dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam memberdayakan Posdaya berbasis Masjid. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada para peserta tentang konsep dan implementasi Posdaya berbasis Masjid serta mampu membangun jejaring stakeholder baik dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, instansi sosial kemasyarakatan, keagamaan, perbankan, perusahaan dan industri dalam mendirikan dan mengembangkan Posdaya berbasis Masjid. Seminar yang dihadiri sekitar 400 orang ini antara lain dari perwakilan Kanwil Kementerian Agama Provinsi
Roziqi, MM, Ketua LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah, Direktur Operasional Bank UMKM Jawa Timur Purnomo Hadi W, SE, MM dan peserta pelatihan calon fasilitator. SUL/DH
Jawa Timur, Kepala Kantor Kementerian Agama se Malang Raya, Ketua PC DMI se Malang Raya, Ketua MUI Provinsi Jawa Timur dan Malang Raya, Ketua Ormas Islam se Malang Raya, Ketua LP2M Perguruan Tinggi se Malang Raya, para Dekan, Ketua Jurusan, Ketua Lembaga, Dosen Pembimbing Lapangan, para relawan serta para peserta pelatihan calon fasilitator sebanyak 65 orang. Sementara itu Ketua Pengurus Wilayah DMI Provinsi Jawa Timur Dr HM Roziqi, MM menyambut positif dan mendukung upaya kerja sama antara UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan PW DMI Jawa Timur dengan bimbingan dari Yayasan Damandiri untuk memberdayakan umat melalui program Posdaya berbasis masjid. PW DMI Jawa Timur menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor dan Ketua LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah merintis begitu hebat yang bekerja sama dengan Ketua Yayasan Damandiri untuk melakukan kegiatan terutama bagi mahasiswa yang KKN kemudian terjun di masjid-masjid, pada awalnya mulai coba-coba ternyata
Peserta seminar sangat antusias mendengarkan paparan dari narasumber.
menghasilkan yang luar biasa. Berawal dari UIN Maliki Malang dan juga ini termasuk wilayah Jawa Timur insya Allah ini akan berkembang. Posdaya berbasis Masjid Jawa Timur akan berkembang di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan atas kerja keras dari Rektor, LP2M dan dosen pembimbing dan para mahasiswa yang KKN sudah barang tentu akan tercatat sebagai amal jariyah yang tidak terlupakan. Jumlah masjid di Jawa Timur ini kurang lebih 40.000 yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Kalau dari 40.000 ini paling tidak separuh saja bisa mengembangkan Posdaya berbasis Masjid. Kalau kegiatan masjid yang berfungsi sebagai dakwah apalagi dakwah bilisan itu sudah biasa. Tetapi dalam hal Posdaya berbasis Masjid ini barangkali belum seluruhnya mengerti. Mungkin kalau awal-awal kita berikan penjelasan tentang Posdaya itu mungkin timbul tanda tanya. Tapi setelah adanya pelatihan ini insya Allah kita akan coba membantu bekerja sama dengan baik dan mudahmudahan tujuan yang indah dan mulia ini akan dikabulkan dan diijabah oleh Allah SWT. SUL/DH
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
19
POSDAYA PEMERINTAH
Prof Haryono Tentang Segoro Amarto
Proses Peduli Terhadap Anak Bangsa dari Seluruh Indonesia Setelah mengadakan Road Show Perkuatan Posdaya Bidang Ekonomi Kewirausahaan di sejumlah daerah, kali ini Yayasan Damandiri di bawah pimpinan Prof Dr Haryono Suyono mengadakan road show kembali di Kecamatan Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Acara yang berlangsung pada 2 Maret 2014 lalu, Prof Haryono mengajak putri keempat mendiang Presiden RI HM Soeharto, Siti Hediati Soeharto, SE atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Titiek Soeharto, caleg DPR RI dari daerah pemilihan DIY.
Yayasan Damandiri di bawah pimpinan Prof Dr Haryono Suyono mengadakan road show kembali di Kecamatan Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2 Maret 2014 lalu. [FOTO-FOTO: DEDE H]
K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengunjungi daerah ini bersama rombongan dari Jakarta. Selain caleg DPR RI mbak Titiek Soeharto, hadir dalam kesempatan itu Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, juga Badan Pengawas Yayasan Damandiri Fuad Bawazier, dan sejumlah tokoh lainnya. Tak pelak, kedatangannya pun disambut Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyuti beserta aparatnya, juga penduduk Kecamatan Umbul Harjo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang lebih menarik lagi, masyarakat membludag memenuhi acara itu. Tampak bazar di sekeliling panggung memadati dengan berbagai produk usaha kaum ibu yang aktif pada Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), dengan beraneka dagangan. Dari cinderamata tas, dompet, ikat pinggang, furnitur, sampai
20
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
makanan khas Umbul Harjo, hingga berbagai busana dan aksesoris. Diakui Prof Haryono, dirinya di Yogyakarta bersama Soebiakto Tjakrawerdaya, Fuad Bawazier dan rombongan sejak tanggal 1 Maret 2014, sehari sebelumnya. “Apa artinya tanggal 1 Maret?” tanya Prof Haryono dalam sambutannya. “Tanggal 1 Maret adalah kembalinya Republik Indonesia. Dari mana kembalinya Republik Indonesia? Dari Kota Yogyakarta. Betul?” tanya Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini semangat. “Betul,” jawab serempak para hadirin semua. “Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi pada tanggal 19 Desember 1948 Indonesia yang baru merdeka diagresi kembali oleh kolonial Belanda. Presiden dan para menteri ditangkap oleh Belanda, diumumkan di seluruh dunia bahwa negara RI sudah bubar,” kata Prof
Haryono mengenang kejadian itu. “Jadi, harus diingat bahwa tanggal 19 Desember tahun 1948 bahwa RI dinyatakan oleh Belanda sudah bubar. Tetapi, sejak kemarin kita peringati di Yogyakarta ini bahwa di situ ada seorang tokoh, anak muda, Letkol Soeharto, bahwa di Yogyakarta ini tidak nrimo bahwa RI sudah bubar. Beliau bersama para nenek moyang di Yogyakarta sejak tanggal 19 Desember menyatukan kekuatan rakyat yang luar biasa,” ujarnya berapi-api. Zaman itu, menurut Prof Haryono, belum ada Posdaya. Tetapi, Letkol Soeharto melakukan Segoro Amarto sebelum walikotanya melakukan Segoro Amarto,” ucapnya berkelakar yang disambut derai tawa para auidens. Segoro Amarto yang dilakukan oleh Bapak Letkol Soeharto, tambahnya, bertekad kuat bahwa negara ini tidak bubar. Tekad yang kuat dan melakukan ritual yang luar biasa. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa RI tidak akan pernah bubar. “Tidak itu saja, beliau blusukan ke desa-desa mengajak rakyat dengan para relawan, rakyat yang tidak tahu bertempur prihatin, diajak berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memohon ridhonya agar rakyat Yogyakarta bisa bersatu,” dalih Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN era Presiden Soeharto ini. Selain itu, lanjut Prof Haryono, rakyat pun rela mengorbankan makanan untuk para relawan yang terpaksa berpisah dengan keluarganya, menyediakan aneka makanan. “Ada yang sediakan getuk lindri dan segala macam makanan,” tambahnya lagi seraya mengatakan, para bapak-bapak ketika itu menyediakan rumahnya, pondoknya untuk para pemuda yang datang dari segala penjuru tanah air tumplek blek di Yogyakarta. “Waktu itu belum banyak universitas, belum banyak sekolahan, tapi datang ke sini karena Letkol Soeharto mengundang pemuda-pemuda yang tidak rela RI ini bubar, untuk
Putri alm Presiden RI HM Soeharto, Siti Hediati Soeharto, SE atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Titiek Soeharto melihat hasil karya ibu-ibu Posdaya Kecamatan Umbulharjo, DIY.
melakukan perjuangan yang diinstruksikan oleh Panglima kita yang sangat terkenal yaitu Jenderal Besar Soedirman,” tandasnya. “Beliau menginstruksikan jangan sampai RI bubar. Kalau tidak bisa bertempur lakukan perang gerilya. Di Yogyakarta inilah perang gerilya dimulai pada tanggal 19 Desember 1948. Mereka terus-menerus mengganggu patroli Belanda. Kalau ada lima patroli Belanda datang, sisa empat kembali, yang satu sudah tercebur di sawah. Karena apa? Mereka ditusuk dengan bambu runcing oleh penduduk Yogya dan sahabat-sahabatnya,” urai Prof Haryono. Ketika itu Segoro Amarto mulai melimpah di Yogyakarta, menjadikan kesadaran dan kecintaan rakyat Yogyakarta akan RI tercinta. Anak muda Letkol Soeharto tidak selalu
Masyarakat membludag memenuhi acara Road Show Perkuatan Posdaya Bidang Ekonomi Kewirausahaan di Umbulharjo, DIY.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
21
Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyuti mendampingi Prof Haryono dan Mbak Titiek Soeharto memberikan sebuah mesin kepada anggota Posdaya Kecamatan Umbulharjo, DIY.
memakai pangkat Letkol. “Beliau blusukan dari kampung ke kampung mengembangkan Segoro Amarto,” kenang Prof Haryono. Di situlah Segoro Amarto mulai berkembang, tambahnya, dan akhirnya tanggal 1 Maret 1949 Letkol Soeharto dengan pasukan yang didukung oleh rakyat, dan rakyat yang bukan pasukannya Letkol Soeharto mulai merubah bambu menjadi bambu runcing. Mulai merubah kain-kain yang warnanya merah dan putih
22
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
disambung menjadi bendera merah putih. Di sinilah selama enam jam Yogyakarta diduduki oleh pasukan yang tidak saja tentara tetapi pemuda yang lebih banyak dari itu, rakyat Yogyakarta yang patriotik. Akhirnya, lanjut pria kelahiran Pacitan, Jatim ini, Letkol Soeharto mengumumkan kepada dunia bahwa RI masih jaya, masih ada dan tetap ada sampai akhir zaman. “Kemarin almarhum Bapak Soeharto mengutus putrinya tercinta yang cantik dan molek ini datang ke Yogyakarta. Siapa ibu Titiek ini?” tanya Prof Haryono yang kemudian dijawabnya, Ibu Titiek ini adalah putrinya Pak Harto. “Diingat-ingat namanya banyak terpampang. Saya tidak tahu mengapa namanya banyak terpampang di Yogyakarta ini. Pokoknya diingat-ingat kalau melihat bu Titiek yang namanya Titiek Herdiyanti Soeharto itu adalah putrinya siapa?” tanya Prof Haryono. “Pak Harto,” jawab audiens dengan cepat. “Jadi kalau lihat gambar-gambar banyak jangan lihat yang lain, tapi lihatlah gambarnya ibu Titiek Herdiyanti Soeharto. Setuju?” tanyanya lagi. “Setuju,” jawab audiens lagi serempak. “Karena almarhum telah mengutus agar putrinya Pak Harto ini melaksanakan Segoro Amarto. Sekaligus setelah melaksanakan Segoro Amarto mulai kemarin meninjau beberapa Posdaya di seluruh Yogyakarta. Posdaya yang luar biasa, Posdaya yang mengembalikan Pancasila, yang membuat rakyat Yogyakarta menjadi contoh, yaitu contoh yang bergotong royong. Contoh keluarga yang peduli sesama. Contoh keluarga yang memberikan tempat pendidikan anak bangsa dari seluruh Indonesia. Contoh bahwa orang Sulawesi tenteram di Yogyakarta, sekolah sampai jadi dokter, jadi insinyur, pulang kampung jadi gubernur,” dalih Prof Haryono semangat. “Padahal dosennya tetap jadi dosen. Dosendosen yang ada di perguruan tinggi di sini nrimo, walaupun mahasiswa atau murid-muridnya jadi gubernur di Sulawesi, jadi gubernur di Kalimantan dan jadi gubernur di mana-mana, tetapi dia tidak berontak dan ingin menjadi gubernur. Segoro Amarto adalah proses peduli terhadap anak bangsa dari seluruh Indonesia,” ucap Prof Haryono panjang lebar. DH
POSDAYA PEMERINTAH
PAUDNI berkualitas Kado 100 Tahun Indonesia Merdeka Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) ternyata memegang peranan penting guna mencetak sumberdaya manusia berkualitas di negeri ini. Tak heran, bila kesuksesan Program PAUDNI akan menjadi kado berharga pada tahun 2045, yaitu seratus tahun Indonesia merdeka. Isu inilah yang menjadi pembahasan pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Direktorat Jenderal (Ditjen) PAUDNI pada Rabu malam 12 Maret 2014 lalu.
A
CARA yang digelar Ditjen PAUDNI kali ini menarik perhatian berbagai kalangan. Bukan saja dari seluruh jajaran Ditjen PAUDNI dari seluruh tanah air, juga mengundang seluruh Kepala BKKBN Provinsi dan Kepala Bappeda Provinsi dari seluruh Indonesia. Apalagi dengan menghadirkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai pembicara utama. Tak heran, bila acara yang berlangsung di The Grand Ballroom, Hotel Eastparc Yogyakarta, Jl Adisucipto, Daerah Istimewa Yogyakarta ini menjadi lebih menarik dan berkesan. Pada kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyatakan, melalui kerja sama Dirjen PAUDNI dan Yayasan Damandiri diharapkan program PAUDNI lebih populer, membumi dan gegap gempita di seluruh Indonesia. “Karena gagasan-gagasan membangun kota dan kabupaten sayang anak, sayang ibu dan sayang keluarga miskin akan mampu dicapai melalui program PAUDNI ini,” tutur Prof Dr Haryono Suyono di hadapan ratusan peserta Rakornas. Sebenarnya, lanjut Prof Haryono, gagasan ini adalah realisasi dari Inpres No 3 Tahun 2010
tentang pembangunan berkeadilan yang pro rakyat, anak-anak, perempuan, dan masyarakat termarginal yang harus sukses pada tahun 2015 mendatang. Dan proses kerja sama Ditjen PAUDNI dengan Yayasan Damandiri sebenarnya juga bekerja sama dengan 230 perguruan tinggi, 200 kabupaten/kota dan tidak kurang dari 35 ribu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang ada di desa di seluruh Indonesia. Dijelaskan Prof Haryono, peran Dirjen PAUDNI adalah satu peran yang seharusnya dilakukan bersama pemerintah daerah. “Supaya anggarannya lebih gegap gempita Yayasan Damandiri telah menyediakan program televisi bersama TVRI Surabaya, TVRI Semarang, TVRI Yogyakarta dan TVRI Pusat Jakarta untuk mempopulerkan Program PAUDNI ini sehingga anggaran bisa naik seperti anggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,” seloroh Prof Haryono yang sontak mendapat aplaus seluruh peserta Rakornas. Menurut Prof Haryono, rahasia untuk menyiapkan sumberdaya manusia tahun 2045, yaitu seratuh tahun Indonesia merdeka, itu tidak pada perguruan tinggi, tetapi harus dimulai dari PAUDnya. “Harus mulai anak-anak
Puluhan peserta Rakornas yang dari seluruh Indonesia tampak antusias mengikuti paparan narasumber. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
23
instansi lainnya,” cetus Prof Haryono.
Ditjen PAUDNI Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Psikolog saat memukul gong meresmikan pembukaan acara Rakornas disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: ADE S]
Prof Haryono saat menyampaikan paparannya di hadapan puluhan peserta Rakornas.
24
kita itu tidak diajari kompetisi, tetapi diajari bersatu. Jadi programnya bukan meningkatkan daya kompetisi, tetapi meningkatkan bagaimana anak-anak Indonesia ini bisa membentuk suatu proses yang dinamakan Super Tim, yaitu tim-tim yang kuat mulai dari anak-anak,” jelasnya. Oleh karena itu, Ditjen PAUDNI yang memiliki Program PAUD, pelatihan dan pengentasan kemiskinan bisa bersama-sama dengan instansi lain memadukan programnya. “Sehingga program dan dana Ditjen PAUDNI itu bisa memancing untuk menarik yang lain dengan standar yang ditentukan Ditjen PAUDNI. Jadi, walau kelihatannya anggaranya sedikit tetapi lalu menjadi banyak karena dengan sendirinya instansi lain-lain turut serta mendukung seperti dari BKKBN, Bappeda dan
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Kota sayang anak dan ibu Kota sayang anak dan ibu adalah kota yang mempunyai standar seperti ada PAUD, ada ibunya ada keluarga miskinnya yang mampu membangun melalui PAUD sebagai motor dari gerakan-gerakan lainnya. Misal BKKBN dengan program Bina Keluarga Balita atau BKBnya. “Jadi, Ditjen PAUDNI ini mempunyai tugas yang begitu dilahirkan diatur oleh BKKBN, maka pertama-tama harus dididik, disekolahkan. Sehingga proses itu adalah program-program dari PAUDNI ini merangsang program lain untukmemadu ke sana,” tegasnya. Salah satu yang harus diperkuat di Dirjen PAUDNI itu adalah semua gubernur dan bupati dikumpulkan melalui dukungan Menteri Dikbud agar mempunyai komitmen pada program PAUDNI. “Karena pengembangan PAUDNI ini menjadi salah satu prioritas yang sangat penting dari MDGs (Millennium Development Goals, red). Karena apabila program PAUDNI ini tidak berkembang maka dengan sendirinya MDGs gagal,” tegas Prof Haryono seraya menyayangkan kerja sama ini baru dimulai tahun 2014 karena batas penilaian MDGs tahun 2015 selesai. “Jadi PAUDNI ini tidak saja harus memenuhi standar Kemendikbud namun yang lebih luas harus juga memenuhi standar MDGs dan HDI atau Human Developmen Index yang merupakan standar dari PBB,” ucap Prof Haryono seraya menegaskan komitmen itulah yang harus digenjot pemerintah daerah di seluruh Indoneisa. Dijelaskan Prof Haryono, program yang harus dimasukkan ke dalam Program PAUDNI ini, pertama adalah keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, budaya gotong royong, budaya peduli kepada sesamanya dan budaya yang mementingkan persatuan dan kesatuan. Ketiga, sosial ekonomi dan keempat bidang lingkungan. Hadir dalam acara ini Direktorat Jenderal (Ditjen)
PAUDNI Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, Sesditjen PAUDNI Ella Yulaelawati, MA, PhD, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DI Yogyakarta Drs R Kadarmanta Baskara Aji, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para Kepala BKKBN Provinsi seluruh Indonesia, para Kepala Bappeda Provinsi dari seluruh Indonesia, jajaran Ditjen PAUDNI dan undangan lainnya. Sedangkan Ditjen PAUDNI Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, menyatakan, pihaknya menggelar Rakornas ini berkenaan dengan keluarnya Perpres No 80 tahun 2013 tentang PAUDHI atau Pengembangan Anak Usia Dini Holisik Integratif. “Oleh karena ini pihaknya sengaja mengundang para kepala BKKBN Provinsi dan Bappeda Provinsi dari seluruh Indonesia menjadi peserta dalam Rakornas PAUDNI kali ini,” ujar Prof Lydia. Diakui Prof Lydia, walaupun Program PAUDNI ini kurang begitu populer namun memegang peranan penting dalam mencetak generasi berkualitas di negeri ini. “Dari hasil riset kami menunjukkan, anggaran dari setiap dinas pendidikan itu di bawah dua persen untuk PAUDNI. Nah, padahal target kita pada tahun 2045 adalah sebagai kado seratus tahun Indonesia merdeka,” ujar Prof Lydia. Wajib belajar PAUD 4-6 tahun Menurut Prof Lydia, Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, APK PAUD masih 24,75 persen, namun pada akhir 2013 naik menjadi 68,10 persen. Pada tahun 2014 APK PAUD ditargetkan sebesar 72 persen. Sedangkan tahun 2015, Ditjen PAUDNI menargetkan APK PAUD sebesar 75 persen.
“Masih ada sekitar 5,97 juta anak dari total 18.723.199 anak atau 31,9 persen, anak berusia 3-6 tahun yang belum terlayani pendidikan anak usia dini,” Kata Ditjen PAUDNI Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Dijelaskan Lydia, saat ini masih banyak anak-anak yang belum terlayani dalam PAUD. “Tercatat masih ada 23.516 desa dari total 77.587 desa atau sekitar 31 persen yang belum terlayani PAUD,” ucap Lydia. Menurutnya, desa yang belum memiliki PAUD dikarenakan kondisi geografis yang sulit dijangkau. Mayoritas daerah sulit itu berada di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Papua Barat, NTB, NTT, Sulawesi. Oleh karena itu, lanjut Lydia, setelah wajib belajar 9 tahun dan pendidikan menengah universal 12 tahun, pemerintah kini mempersiapkan program wajib belajar (wajar) pendidikan anak usia dini berumur 4-6 tahun. “Program ini akan dimulai pada tahun 2020 mendatang untuk meningkatkatkan APK PAUD,” tegasnya. Untuk mempersiapkan rencana wajar PAUD, lanjut Lydia, saat ini pihaknya tengah menyusun rencana aksi. “Kami sedang menyusun naskah akademik wajar PAUD, meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, serta memenuhi standar sarana dan prasarana,” ungkapnya. ADE S
Prof Dr Haryono Suyono saat berbincang dengan salah seorang Pejabat Ditjen PAUDNI, Ditjen PAUDNI Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Psikolog (ketiga dari kiri) disaksikan Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Dr Moch Soedarmadi dan Drs R Kadarmanta Baskara Aji.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
25
POSDAYA PEMERINTAH
Mengenal Pisang Cavendish
Cavendish, Pisang Ambon Putih yang Memikat (Bagian pertama) Pisang memang merupakan komoditas buah tropis yang sangat populer di dunia. Rasanya yang lezat dengan gizi tinggi dan harganya relatif murah, membuat pisang menjadi salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah di masa datang. Banyak jenis tanaman pisang komersial yang telah dibudidayakan di Indonesia, salah satunya adalah pisang cavendish.
Bibit pisang cavendish yang siap ditanam. [FOTO: RAHMA]
P
ISANG cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan pisang ambon putih. Varietas yang dikembangkan di Seameo Biotrop adalah jenis Pisang Cavendish Grand Naim yang banyak dijual di supermarket sebagai pisang meja yaitu pisang yang dihidangkan langsung untuk dikonsumsi. Pisang Cavendish juga banyak dijadikan sebagai konsumsi pabrik puree, tepung pisang sebagai bahan makanan bayi. Pohon pisang Cavendish mempunyai tinggi batang 2,5 – 3 m dengan warna hijau kehitaman. Daunnya berwarna hijau tua. Panjang tandan 60 – 100 cm dengan berat 15 – 30 kg. Setiap tandan terdiri dari 8 – 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 – 22 buah. Daging buah putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak. Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus. Jantung buah
26
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
pisang akan tumbuh pada saat pisang berumur 9 bulan, pematangan buah memerlukan waktu 3 – 3,5 bulan, sehingga panen buah pisang Cavendish rata-rata pada umur 12 bulan setelah tanam. Teknik Kultur Jaringan Meningkatnya permintaan buah pisang untuk kebutuhan lokal maupun untuk ekspor, diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bibit Pisang Cavendish yang berkualitas, membuat Laboratorium Kultur Jaringan, Seameo Biotrop memproduksi bibit Pisang Cavendish melalui teknik kultur jaringan. Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak dikenal adalah kultur dengan eksplan bonggol. Kultur jaringan tanaman adalah teknik budidaya sel, jaringan dan organ tanaman
dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptic atau bebas mikroorganisme. Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan (sel meristematis) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro). Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan dibandingkan dengan bibit dari anakan adalah bibit kultur jaringan terbebas dari penyakit seperti Bakteri Layu Moko (Pseudomonas solanacearum) dan Layu Panama (Fusarium oxysporum cubense). Penyakit ini sangat ditakuti oleh petani pisang. Keunggulan lain adalah bibit yang dihasilkan pertumbuhan dan kualitas genetiknya seragam. Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman Pisang Cavendish. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27° C, dan suhu maksimumnya 38° C. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropis, pisang ini tidak dapat tumbuh di dataran tinggi, ketinggian di atas 1600 m dpl. Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan
Pisang cavendish banyak dijual di supermarket besar. [FOTO: DOK]
terbakar-matahati (sunburn). Tanaman ini juga sangat sensitif terhadap angin kencang karena dapat menyebabkan daunnya rusak dan robek, distorsi tajuk dan merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan yang optimal, curah hujan yang diperlukan sekitar 200-220 mm, dan kelembaban tanahnya tidak kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan Pisang Cavendish adalah tanah liat yang dalam dan gembur serta yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Tanaman ini toleran terhadap pH 4,5-7,5. (Berikutnya: Cara Penanaman Pisang Cavendish). Berbagai sumber/RW/Hnur
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
27
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Prof Haryono Ajak Perbamida Salurkan Tabur Puja sebagai Perkuatan Posdaya Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah (Perbamida) bisa menjadi mitra Damandiri dalam pengembangan kredit Tabur Puja di daerah. Perbamida mempunyai posisi strategis dalam mengembangkan perannya membantu kelompok-kelompok keluarga yang tergabung dalam Posdaya, bukan saja unuk mengentaskan masalah ekonomi, tetapi juga membantu mengentaskan keluarga-keluarga miskin dari masalah kesehatan dan pendidikan.
Prof Dr Haryono Suyono memaparkan Posdaya dan Tabur Puja di hadapan sekitar 70 anggota Perbamida dari Jateng dan DIY. [FOTO-FOTO: HARI]
28
K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengajak bankir yang tergabung dalam Perbamida Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta untuk mengajak para pengusaha yang menjadi nasabah banknya ambil peran dalam gerakan pengentasan kemiskinan. Para pengusaha diajak mengampu keluarga-keluarga miskin agar mampu bangkit dan tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha baru. Hal itu diungkapkan mantan Menko Kesra Haryono Suyono di hadapan sekiar 100 bankir Perbamida Jateng dan DIY, pada Sosialisasi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Posdaya Dengan Dukungan Tabur Puja, Kamis (20/3) di Hotel Ciputra, Semarang, Jateng. Hadir pada kegiatan tersebut, Sekjen Perbamida Muhammad Sigit, Direktur Kepatuhan Bank UMKM Jatim Purnomo, SE, MM, Ketua LPPM Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Prof Dr Ocky Karna Raharja, Dra Wien Sukarsih, Sekretaris LPPM Undip Dr Ir Wayan
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Sukarya, MS, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, serta beberapa LPM perguruan tinggi di sekitar Semarang. Selain Prof Haryono, tampil sebagai pemberi materi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin dan Ir Karel Palalo, MM. Lebih lanjut, penggagas gerakan Posdaya ini, menambahkan dalam membantu mengentaskan kemiskinan tersebut, petugas Perbamida agar mengajak keluarga-keluarga miskin bergabung dan ikut aktif dalam pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). “Bukan hanya bergabung, tetapi anjurkan keluarga-keluarga miskin tersebut membentuk kelompok-kelompok, untuk selajutnya mengikuti pelatihan ketrampilan produktif sebagai persiapan membuka usaha ekonomi produktif,” tuturnya. Setelah kelompok-kelompok tersebut mempunyai usaha, kata Haryono, sarankan untuk membentuk koperasi atau kelompok usaha sehingga bisa mengajukan pinjaman modal
usaha Kredit Tabur Puja ke bank daerah yang bisa diakses dengan sistem tanggung renteng. “Kredit Tabur Puja merupakan skim yang memberikan dukungan penguatan pengembangan usaha ekonomi produktif kelompok-kelompok usaha Posdaya maupun kelompok-kelompok lain yang telah mengembangkan secara sungguh-sungguh budaya gotong royong, cinta kasih, saling tolong menolong agar dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Selain itu, kelompok tersebut juga mempunyai disiplin dan menghormati orang tua dan sesepuh. Ajakan lain yang dimintai Haryono pada Perbamida, petugaspetugas Perbamida agar bersedia membantu dan mengajak ibu-ibu dengan ramah untuk rajin ke Posyandu dan menjaga kesehatan serta membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat. “Dengan mengajak ibuibu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat agar tidak mudah sakit. Karena kalau sakit akan menghambat kelancaran cicilan pinjamannya. Akhirnya yang rugi banknya itu sendiri,” paparnya. Anggota Perbamida juga diajak untuk ikut membantu dengan program corporate social responsibility (CSR) pelayanan kesehatan serta menganjurkan anggota Posdaya, utamanya keluarga miskin untuk rajin membayar cicilan iuran premi BPJS. “Bank bisa membantu menalangi membayar cicilan premi BPJS keluarga miskin yang tergabung dalam Posdaya serta mengajak pengusaha nasabah banknya. Sehingga jaminan kesehatan keluarga miskin pun terjamin, dan upaya mengembangkan usaha keluarganya pun bisa berjalan dengan baik karena sehat bisa berkonsentrasi penuh,” ujar Haryono. Pada kesempatan tersebut, Ketua Yayasan Damandiri yang juga Ketua Umum PB PWRI dengan anggotanya 2,3 juta orang ini menegaskan, partisipasi perbankan untuk ambil peran dalam pengentasan kemiskinan cukup luas. Karena menunurutnya, bank bukan saja bertugas membantu mengentaskan kemiskinan bidang
ekonomi tetapi juga bisa membantu bidang lainnya. “Demikian pula dengan ikut mengembangkan Tabur Puja, bank bisa membantu keluarga miskin menjadi wareg (kenyang). Keluarga miskin tersebut bisa kenyang bukan karena diberi uang tetapi diberikan modal usaha agar bisa mempunyai usaha dan usaha itu dikembangkan dengan dukungan Tabur Puja, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan pangannya,” jelas Prof Haryono Suyono. Secara rinci, mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN Pusat ini, memaparkan ada lima kegiatan utama Posdaya yang disingkat dengan 2M mengapit 3W. M pertama adalah Maton, yaitu kegiatan keagamaan dan kegiatan budaya, yang meliputi keimanan, ketak-
Dr Mazwar Noerdin saat memaparkan Posdaya.
Muhammad Sigit memberikan sambutan mewakili Ketua Perbamida H Soeroso, SE, MM yang berhalangan hadir.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
29
Nampak hadir Dr Mazwar Noerdin, Dra Wien Sukarsi dan LPM perguruan tinggi di sekitar Semarang. [FOTO: HARI]
30
waan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, kegiatan budaya, Pancasila, gotong royong. Sedangkan W pertama adalah waras, atau sehat. Artinya Posdaya itu harus ada kegiatan dalam bidang kesehatan. “Ukurannya bukan jumlah Posyandunya, bukan berapa jumlah rumah sakitnya, tetapi yang sehat tetap sehat yang sakit selalu dibawa ke tempat kesehatan. Anakanak dibawa ke Posyandu untuk ditimbang,” papar Haryono. W kedua adalah Wasis, yang artinya pandai. “Anak usia sekolah harus sekolah. Utamanya anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yaitu mulai dari Balita sampai ke SMA,” ujar Haryono. Kalau ada anak seusia itu dan anak dari keluarga miskin diusahakan harus sekolah. Kalau perlu di gotong royongkan dengan warga lainnya. W ketiga, terang Prof Haryono, adalah wareg, artinya kenyang. Untuk kenyang tidak boleh miskin. “Posdaya mengirim keluarga muda, anak muda untuk melakukan latihan ketrampilan dan bekerja atau berusaha. Sehingga mereka tidak miskin. Posdaya harus mengusahakan agar keluarga miskin dilatih ketrampilan dan bekerja maupun berusaha,” jelasnya. Serta M yang terakhir disebut mapan, yang artinya, rumahnya sehat, halamannya jadi kebun bergizi. Kalau panennya banyak diharapkan didirikan bank sayur, bank cabe, bank tomat dan bank jenis sayuran lainnya sehingga hasilnya kalau tidak habis bisa dijual. “Itu semua, adalah sebagai sasaran MDGs,” ucap Haryono. Mendengarkan paparan Prof Haryono, Sekjen Perbamida Muhammad Sigit mengapresiasi kegiatan sosialisasi ini. Ia pun akan mendorong anggota Perbaminda untuk ikut ambil peran mengentaskan kemiskinan di desa dengan Tabur Puja dan membantu menguatkan
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Posdaya. “Posdaya yang merupakan gerakan masyarakat dalam memberdayakan dirinya supaya mampu hidup sejahtera dan mandiri ini perlu didukung anggota-anggota Perbamida,” ujarnya. Lebih lanjut, kata Sigit yang juga Dirut Bank Daerah Sleman, Yogyakarta tersebut, menambahkan, selain mendorong anggota Perbamida ikut ambil peran dalam menguatkan Posdaya, anggota Perbamida juga bisa meningkatkan usaha perbankannya dengan lebih baik karena nasabah peminjamnya sudah menjadi lebih mandiri karena Posdaya. Sementara Dr Mazwar Noerdin yang tampil pada sesi usai jeda rehat, memperjelas pengertian Posdaya dan Tabur Puja. Secara detil mantan Sekretaris Utama BKKBN Pusat ini membeberkan Posdaya secara detil dan lebih mikro. Sementara Karel Palalo yang tampil mewakili Koperasi Sudara Jakarta, mengetengahkan perihal pola pemberdayaan Posdaya melalui skim Tabur Puja. Melalui dari cara membangun link antara bank, koperasi dan Posdaya, hingga pola pemberdayaan dan pengawasan Tabur Puja. Pada kesempatan tersebut, Karel yang juga lama mengenyam asam garam di dunia perbankan dalam hal ini Bukopin, juga memberikan contoh pengembangan Tabur Puja yang dikelola Koperasi Sudara sejak tahun 2012 hingga 2013 yang berjalan dan berkembang dengan baik, dan tak ada yang menunggak alias NPLnya nol persen. “Kami juga sudah memberi dukungan 32 Posdaya hingga Januari 2014 dari sebelumnya 12 Posdaya (Juli 2012), 18 Posdaya (Desember 2012) dan 27 Posdaya per Desember 2013. Sedangkan jumlah sub kelompok mencapai 298,” ujarnya. Karel setuju jika skim Tabur Puja dijalankan dan dikembangkan secara baik, maka hasil bisa membantu mengentaskan kemiskinan. Serta mampu menumbuhkan keluarga-keluarga sejahtera baru. “Koperasi maupun lembaga keuangan lainnya seperti Perbamida dengan membantu menyalurkan skim Tabur Puja akan dapat mendorong Posdaya menjadi lebih kuat, lebih maju dan keluarga-keluarga miskin yang terlibat aktif di dalamnya akan tumbuh menjadi keluarga sejahtera dan kelak bisa mandiri. HARI
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Serangan Ekonomi Pancasila Tingkat Pedesaan Sejumlah pengurus Yayasan Damandiri belum lama ini mengadakan pertemuan di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terkait pelatihan Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya) yang berlangsung pada 27 Pebruari hingga 4 Maret 2014. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono yang tampil sebagai pembicara pada 1 Maret 2014 lalu itu, mengenang kembali pada perjuangan heroik almarhum Pak Harto yang terkenal dengan “Serangan Fajar” atau perjuangan “6 Jam di Yogya”.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengadakan penandatanganan bersama (MoU) bersama sejumlah pengurus koperasi. Hadir pula Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja. [FOTO: DEDE H]
P
ERTEMUAN pada 1 Maret 2014 itu bertepatan juga dengan Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949, yang merupakan salah satu puncak perjuangan bersenjata untuk mengusir penjajah Belanda dari bumi pertiwi. Sejarah mencatat, ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta ditangkap, kemudian Belanda mengumumkan bahwa Republik Indonesia sepenuhnya telah dikusai. Pengumuman Belanda dimaksudkan untuk memojokkan diplomasi Indonesia di dunia internasional. Padahal, sesungguhnya TNI bersama rakyat masih terus menerus melakukan perang gerilya terhadap kedudukan-kedudukan Belanda di seluruh tanah air. Dalam Serangan Oemoem 1 Maret 1949, termasuk Sultan Hamengku Buwono IX memiliki peran tersendiri. Sedangkan peran almarhum Pak Harto yang mantan Presiden RI, ayah dari Mbak Titiek Soeharto, ketika itu masih berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) mengkoordinir pasukan sebanyak 2000 orang tentu sangat luar biasa. “Kalau hari ini 65 tahun yang lalu Pak Harto
melakukan serangan 6 jam di Yogya, kita sekarang melakukan serangan ekonomi Pancasila pada tingkat pedesaan. Kalau orang lain tidak memperingati atau memperingati dengan upacara, kita memperingati dengan kerja cerdas dan keras. Siap?” tanya Prof Haryono. “Siaaap,” jawab hadirin peserta pertemuan. Acara yang berlangsung di Balai Diklat Yayasan Dharmais, Kecamatan Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepat pada 1 Maret 2014 itu, dihadiri putri keempat mendiang Presiden RI HM Soeharto, Siti Hediati Soeharto, SE atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Titiek Soeharto. Hadir pula dalam kesempatan itu Wakil Ketua Yayasan Dharmais Ir Indra Kartasasmita, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Badan Pengawas Yayasan Damandiri Fuad Bawazier, dan sejumlah tokoh lainnya. “Oleh karena itu saya akan mengintroduksi, apa rahasia dari gerakan ekonomi pada tingkat Posdaya? Mudah-mudahan gerakan ini tidak saja membebaskan Yogyakarta, tetapi sudah Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
31
Prof Haryono yang tampil sebagai pembicara pada 1 Maret 2014 lalu mengenang kembali pada perjuangan heroik almarhum Pak Harto. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Prof Haryono bergambar bersama pengurus koperasi yang terlibat dalam Senkudaya.
32
lebih luas dari Yogyakarta, dan menyebar ke berbagai daerah. Dan sementara ini baru di awali oleh Yayasan Damandiri, mudah-mudahan nanti ditiru oleh lembaga-lembaga lain dan nanti diambil alih oleh pemerintah,” harap Prof Haryono. Diakui Prof Haryono, nampaknya yang mengambil alih ini mulai Kulonprogo. “Karena camatnya Kulonprogo yang mengolah Posdaya sekarang sudah berhasil menjadi Kepala Dinas Koperasi. Jadi ini Kepala Dinas Koperasi Posdaya. Ini luar biasa, siapa tahu nanti setelah masa jabatan pak Bupati habis lalu nanti jadi Bupati Posdaya,” kelakarnya yang disambut derai tawa hadirin. Mengkombinasikan antara A, B, C dan G Sistem kulakan ini, menurut Menteri Negara
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Kependudukan dan Kepala BKKBN era Presiden Soeharto, merupakan pengejawantahan dari cita-cita pak Harto yang mulai dengan membebaskan dan menyatukan kembali. Apa yang dibubarkan oleh kolonial Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, karena Negara Kesatuan Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi pada tanggal 19 Desember 1948 direbut kembali oleh Belanda. “Ini harus diingat oleh pengelola Senkudaya. Karena pada tanggal 19 Desember 1948 adalah serangan Belanda kepada RI yang baru saja merdeka Tahun 45,” tambahnya. “Maka secara global dinyatakan RI tidak ada lagi. Sudah bubar. Presidennya sudah ditangkap, juga para menterinya ditangkap, dan dibawa dari ibukota Yogyakarta ke Jakarta. Disiarkan ke seluruh dunia, ke PBB dinyatakan sudah bubar,” ungkap Prof Haryono mengenang masa lalu. Tetapi rakyat di beberapa daerah di Indonesia, baik di Sumatera Barat, Borneo, Sulawesi, terutama di Yogyakarta mengadakan perang gerilya. “Ada seorang Letnan Kolonel namanya Soeharto. Dan ada seorang raja namanya Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Ada juga Jenderal Besar yang juga sudah sakit-sakitan tetapi otaknya dan strateginya masih encer yaitu Jenderal Besar Soedirman. Ketiga-tiganya berunding,” paparnya. “Karena sebelumnya Jenderal Besar Soedirman telah mengancang-ancang kalau sampai RI yang baru diserang habis, maka siapa pun yang setia kepada RI harus perang gerilya. Dan pada saat itulah kemudian Jenderal Besar Soedirman menginstruksikan kepada pencinta negara RI bahwa sekarang mulai tanggal 19 Desember 1948 perang gerilya dimulai,” urainya lagi. Di situlah kemudian si pelaksana baru Letkol Soeharto mulai melakukan gerilya menyusun kekuatan, mengadakan koordinasi dengan banyak pasukan yang tersebar di seluruh daerah Indonesia dikumpulkan di Yogya, kemudian dikumpulkan dan disebar lagi ke daerah-daerah. “Dan akhirnya
pada tanggal 1 Maret 1949 diseranglah kubu pertahanan Belanda di Yogyakarta,” dalih Prof Haryono. Jadi, lanjut pria kelahiran Pacitan, Jatim ini, penyerangan di Yogyakarta itu dimulai pada saat bunyi sirine subuh dibunyikan. Sehingga masuklah pasukan-pasukan gerilya ke Yogyakarta dan mengambil alih Kota Yogyakarta selama 6 jam. “Tentara kita dengan senjata, termasuk bambu runcing, mondar-mandir di jalan Malioboro dengan bendera merah putih ke mana-mana,” tambahnya. “Enam jam, coba bayangkan dengan risiko ditembak tentara Belanda. Mereka ndak pikir. Kenapa? Karena tentara kita dalam batinnya hanya ada cinta kepada RI. Cinta itu mengalahkan segalanya. Tidak ada MOU, tidak ada honor, tidak ada makan, tetapi seluruh penduduk Yogyakarta menjadi anggota logistik tentara gerilya. Ke mana-mana para pejuang itu mendapat nasi gudeg, nasi rawon, tempe dan sebagainya dari penduduk setempat,” ujar Prof Haryono semangat. “Sehingga apa yang dilakukan Pak Harto pada waktu itu adalah seperti apa yang kita lakukan sekarang. Mengkombinasikan antara A, B, C dan G. A itu apa? “Akademisi” atau para Profesor, para guru, para ahli ilmu mengajak dan menuntun si B, orang-orang “bisnis” untuk menyumbang kepada tentara perjuangan, dan yang paling penting si C yang ada di tengah-tengah,” urainya. “Dengan susah payah Pak Harto menyiapkan serangan 1 Maret bukan dengan meminta uang saja, tetapi menyiapkan logistik dan yang lebih penting menyiapkan masyarakat banyak untuk menghargai bahwa G atau Government bahwa pemerintahnya kita adalah pemerintah RI,” jelas Prof Haryono. Persatuan antara Akademisi, Bisnis, Community atau komunitas dan Government (pemerintah) yang masih bayang-bayang, lanjut Prof Haryono, menjadikan kekuatan yang luar biasa. Dan Pak Harto sejak itu kemudian pindah menjadi komandan Diponegoro di Semarang menjadi presiden pedomannya satu, menyatukan segala kekuatan menjadi satu termasuk dan terutama kekuatan masyarakat. “Jadi, Pak Harto adalah seorang Panca-
sialais sejati. Karena itulah Pancasila. Beliau tidak mau jadi pahlawan sendirian, tapi mengerahkan rakyat, mengerahkan akademisi, mengerahkan pemerintahnya, dan bahkan pemerintahnya tidak mentang-mentang aku pemerintah, tidak,” tandasnya. Menurutnya, pada waktu ahli ekonomi Wijoyo Nitisastro membuat rancangan ekonomi, Pak Harto kemudian minta secara khusus anggaran untuk Inpres. Sehingga Inpres itu diserahkan kepada rakyat langsung tanpa melewati bupati, gubernur, SKPD, birokrasi tapi langsung kepada rakyat. Sekarang Inpres itu diulang oleh Yayasan Damandiri. Ada Inpres bidang Kesehatan, ada Inpres di bidang pendidikan, ada Inpres di bidang Wirausaha, ada Inpres di bidang lingkungan dan terutama ada Inpres dan kegiatan bersama dalam pengentasan kemiskinan. “Jadi, di samping pemerintah membangun maka rakyatnya diberi dana inpres untuk membangun persis seperti beberapa yayasan yang didirikan oleh Pak Harto. Inpres itu ternyata tidak cukup maka Pak Harto mendirikan beberapa yayasan. Ada yayasan untuk pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan dan sebagainya. Semua itu adalah kombinasi dari A, B, C dan G,” paparnya. “Inpres dalam bidang kesehatan Pak Harto mendapat penghargaan WHO. Inpres dalam bidang pekerjaan dengan rakyat Pak Harto mendapat penghargaan FAO, lembaga pertanian PBB. Inpres dalam bidang pendidikan Pak Harto mendapat penghargaan dari Unesco. Inpres dalam bidang kependudukan Pak Harto mendapat penghargaan dari PBB begitu juga dalam bidang pengentasan kemiskinan,” dalih Prof Haryono panjang lebar. DH
Prof Haryono menandatangani Naskah kesepahaman (MoU) bersama Ketua Koperasi Gemari Drs Fajar Wiryono.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
33
KONVENSI POSDAYA
Perkuatan Posdaya Kabupaten Bantul
Senkudaya Bantul Paling Bagus di Seluruh Indonesia Aktivitas Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dan Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memang patut diacungi jempol. Buktinya, Lapangan Dusun Kamijoro, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY, pada Kamis pagi 13 Maret 2014 lalu tampak semarak. Lapangan sepakbola itu nyaris tidak terlihat karena tertutup panggung yang menutupinya. Karena tempat itu, menjadi lokasi acara Perkuatan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Bina Keluarga Lansia yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul.
Dialog antara Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Wakil Bupati Bantul Drs H Sumarno, Prs, dipandu host TVRI Yogyakarta Siwilungit mengawali acara Roadshow Perkuatan Posdaya Bina Keluarga Lansia di Kabupaten Bantul, DIY. [FOTO-FOTO: ADE S]
34
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Bantul dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Pejabat teras Kabupaten Bantul hingga aparat desa lengkap hadir di acara ini. Para tokoh dan ratusan kader Posdaya se-Kabupaten Bantul pun antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Soeharto, SE. Tak heran, bila acara yang direkam TVRI Yogyakarta yang dikemas dalam acara Talkshow Plengkung Gading ini menjadi lebih semarak dan berkesan. Pada Kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, mengungkapkan kekagumannya kepada masyarakat Kabupaten Bantul yang sukses mengembangkan 933 Posdaya dan mengelola Senkudaya
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
(Sentra Kulakan Posdaya, red). “Ada kabar yang cukup menggembirakan. Setelah saya berkeliling-keliling, Senkudaya di Kabupaten Bantul ternyata yang paling bagus di seluruh Indonesia,” ungkap penggagas Posdaya ini bangga, sontak ratusan hadirin langsung memberikan aplaus. Menurut Prof Dr Haryono Suyono, semua itu tidak terlepas dari semangat masyarakat Kabupaten Bantul yang mengutamakan hidup gotong royong, peduli pada sesama dan terus membina persatuan dan kesatuan. “Persis seperti sapu lidi, kalau lidi itu hanya satu gampang dipatahkan, akan tetapi apabila bersatu menjadi sapu lidi, sulit dipatahkan dan bisa menyapu bersih segala kotoran yang ada,” ucap pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini memotivasi. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, semangat gotong royong ini perlu diajarkan
kepada anak-anak generasi muda, begitu juga budaya berbagi kepada sesamanya. “Mudah-mudahan Mbak Titiek (sapaan akrab Siti Hediati Soeharto, SE, red) ini bisa menjadi pemimpin yang bergotong royong dan peduli terhadap sesamanya,” harap Menko Kesra dan Taskin era Presiden Habibie ini di hadapan ratusan peserta. Hadir pada acara Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Pembinan Yayasan Supersemar Hj Siti Hediati Soeharto, SE yang juga sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR RI Fraksi Golkar Daerah Pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Wakil Bupati Bantul Drs H Sumarno, Prs, Kepala Badan Kesejahteraan Keluarga Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKKPP dan KB) Kabupaten Bantul Drs Djoko Sulasno Nimpuno, Muspika Kecamatan Pajangan, Lurah Desa Sendangsari Muh Irwan, ST. Tampak pula Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, para kelompok lansia dan kelompok bina lansia dari berbagai desa di Kabupaten Bantul, ratusan kader Posdaya se-Kabupaten Bantul dan undangan lainnya. Sedangkan Wakil Bupati Bantul Drs H Sumarno, Prs, sangat mengapresiasi kehadirannya kembali Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Siti Hediati Soeharto, SE, di Kabupaten Bantul, DIY. “Sebenarnya urusan Prof Haryono bukan saja hanya membantu Yogyakarta, namun juga seluruh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia, red) dari Sabang sampai Merauke. Saking cintanya kepada Yogyakarta beliau kembali ke Kabupaten Bantul. Alhamdulillah,” tutur Wakil Bupati Bantul Drs H Sumarno, Prs seraya mengajak seluruh ha-
Lurah Desa Sendangsari Muh Irwan Susanto, ST (kanan berdiri) saat menyerahkan Batik Wahyu Tumurun kepada Siti Hediati Soeharto, SE, disaksikan Prof Dr Haryono Suyono dan seluruh peserta.
dirin memberikan tepuk tangan. “Kami mewakili Bupati Bantul dan seluruh warga Kabupaten Bantul, mohon doa dan dukungannya. Dengan semangat guyub rukun dan gotong royong, untuk melanjutkan kebangkitan Posdaya,” cetus Drs H Sumarno, Prs, penuh semangat dan optimis. Batik Wahyu Tumurun Kehadiran Prof Dr Haryono Suyono dan Siti Hediati Soeharto, SE ternyata mendapat sambutan hangat dari masyarakat Kabupaten Bantul. Mereka pun tak segan-segan untuk memberikan cinderamata berharganya bagi tokoh nasional itu terutama kepada Siti Hediati Soeharto, SE yang kini sebagai Caleg DPR RI. Seperti yang dilakukan Lurah Desa Sendangsari Muh Irwan Susanto, ST. “Spesial buat Ibu Siti Hediati Soeharto, SE.
Mbak Titiek Soeharto didampingi Prof Dr Haryono Suyono, Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Drs H Sumarno, Prs, serta rombongan lainnya dari Jakarta saat meninjau salah satu stand Posdaya Kabuapten Bantul.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
35
Hediati Soeharto, SE. “Aamiin...,” ucap seluruh hadirin dengan serempak. Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Soeharto, SE, pun dengan penuh haru dan bangga langsung menerima cinderamata persembahan Lurah Desa Sendangsari Muh Irwan, ST itu. “Alhamdulillah, saya terima hadiah ini, kenang-kenangan ini. Mudahmudahan harapan tadi diqobulkan Allah SWT,” tutur wanita kelahiran Semarang 14 April 1959 ini bersyukur dengan penuh haru dan bangga.
Ketua Forum Posdaya Kabupaten Bantul yang juga Ketua Posdaya Edelwys Rahmad Tobadiyana, SPd (kedua dari kiri) dan Ketua Posdaya Ontoseno Soraya (ketiga dari kanan) saat berdialog dengan Prof Haryono dan Mbak Titiek Soeharto dipandu host Siwilungit.
Ratusan warga Bantul antri memberi ucapan selamat dan doa restu kepada Mbak Titiek Soeharto.
36
kami mewakili warga Sendangsari, mempersembahkan kenang-kenangan produk dari Sendangsari berupa batik. Jangan dinilai harganya Ibu, tetapi ada makna dan filosopi yang luar biasa. Batik ini motifnya adalah motif wahyu tumurun. Maknanya adalah semoga kelak wahyu ini turun kepada Ibu Siti Hediati Soeharto, SE. Diharapkan apabila kelak menjadi pimpinan negeri ini bisa menjadi suri tauladan. Bisa menjadi pimpinan yang jujur, adil dan amanah,” tutur Muh Irwan, ST. Persembahan itu sontak mendapat sambutan hangat Prof Haryono yang saat itu mendampingi Mbak Titiek Soeharto. “Setuju boten,” timpal Prof Haryono seraya bertanya kepada seluruh peserta. Setujuuu...,” jawab seluruh hadirin serempak. “Kami serahkan kepada Ibu, semoga bermanfaat dan menjadi barokah dunia akhirat,” lanjut Muh Irwan, ST seraya langsung menyerahkan cinderamata itu ke Siti
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Gotong royong ciri khas Indonesia Diakui Caleg DPR RI daerah pemilihan DIY ini, gotong-royong merupakan ciri khas orang jawa dan falsafah bangsa Indonesia serta perlu dilestarikan terhadap generasi muda. Ia berpesan kepada Ibu Soraya dari Posdaya Ontoseno yang sudah menjadi juara Nasional dan mendapat Piala Damandiri Award agar juaranya tidak dimiliki sendiri harus getok tular (ditularkan, red) kepada Posdaya lainnya sehingga semangat gotong royong dapat lestari. “Alhamdulillah, rupanya tidak sia-sia apa yang dicita-citakan Pak Harto untuk mendirikan Yayasan Damandiri ini. Kiprahnya melalui Posdaya terus memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Mereka kini makin mandiri, bisa menghidupi keluarganya sendiri. Alhamdulillah, sampai sekarang terus berkembang dengan pesat dan bermanfaat bagi masyarakat,” tutur Mbak Titiek Soeharto penuh haru. Acara kian semarak dengan perlombaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bina Posdaya se-Kabupaten Bantul. Bukan itu saja, sajian hadroh dari anak-anak Pesantren Fathul Huda Bantul dan persembahan musik tradisional lesung yang dibawakan para lansia membuat decak kagum seluruh hadirin. Selain itu, sebanyak 17 stand Posdaya dari berbagai kecamatan se-Kabupaten Bantul turut pula menyemarakan. Pemberian bantuan dan aneka cinderamata dari Mbak Titiek Soeharto kepada para kader Posdaya Bantul kian mewarnai berkesannya acara. ADE S
KONVENSI POSDAYA
Desa Wisata Bobung Sambut Meriah Mbak Titiek Soeharto Desa Wisata Bobung yang terletak di dusun Bobung, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), awal Maret lalu amat meriah. Tepatnya pada 2 Maret 2014 lalu, putri keempat mendiang Presiden RI HM Soeharto, Siti Hediati Soeharto, SE atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Titiek Soeharto, mengunjungi daerah ini bersama rombongan dari Jakarta.
Mbak Titiek Soeharto yang menjadi calon legislatif (caleg) daerah pemilihan (dapil) DIY bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berbincang-bincang saat syuting Plengkung Gading. [FOTO: DEDE H]
M
BAK Titiek Soeharto yang menjadi calon legislatif (caleg) daerah pemilihan (dapil) DIY didampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, memasuki lapangan tempat acara disambut tarian meriah oleh sekelompok anak muda. Dengan busana ala Jawa lengkap dengan blangkonnya, para panitia yang menyambut tersebut memperkenalkan para aparat desa dan menuju joglo Pura Tama Wisata Bobung. Hadir dalam kesempatan itu selain Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono juga Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Badan Pengawas Yayasan Damandiri Fuad Bawazier, Pembina Partai Golkar Ir Akbar Tanjung, dan sejumlah tokoh lainnya. Tak pelak, kedatangannya pun disambut sejumlah tarian Jawa. Selain kreasi tari Kuda Lumping yang meriah, juga tari Topeng yang terdiri dari Klono Topeng dan Rampak, tari Gambyong, tari Anak, Ande-Ande Lumut dan sejumlah kesenian lainnya. Boleh jadi tari Topeng paling berkesan bagi para tamu dari Jakarta itu. Sebab,
tarian yang lincah tersebut mengundang decak kagum yang ditarikan dengan piawai oleh sang penarinya. Usai menari, pria penari Topeng yang lincah langsung dipanggil Prof Dr Haryono Suyono. Tetapi semua terkejut setelah sang penari membuka topengnya. Karena ternyata sang penari adalah seorang kakek tua berumur kepala delapan. Lantaran terkejut Prof Haryono mendekati dan menyapa sang penari: “Ternyata ini bukan mas, tapi pak. Usia berapa pak?” tanya Prof Haryono keheranan pada acara syuting reality show Plengkung Gading dari TVRI Yogyakarta. “Usia saya 80 tahun pak,” kata penari topeng itu. Tak heran bila para pengunjung acara itu pun tertawa seraya memberi aplous. “Usia 80 tahun masih kuat ya menari Topeng,” kata mbak Titiek Soeharto. “Saya sebagai penari topeng juga sekaligus pengrajin,” ucap pria tua sang penari Topeng itu. Setelah diberi kesempatan untuk berkomentar maka dengan panjang lebar ia menceritakan bahwa dirinya ingin melestarikan Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
37
Mbak Titiek Soeharto bersama Prof Haryono dan semua rombongan Yayasan Damandiri dari Jakarta menyaksikan pembuatan wayang topeng, pembutan patung dan kreasi lainnya.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, memasuki lapangan tempat acara disambut tarian meriah oleh sekelompok pemuda dengan busana ala Jawa. blangkonnya, para panitia yang menyambut
38
budaya nenek moyang itu, akan tetapi pembuat topengnya juga bisa maju dan makmur. Tentu saja mendapat aplous dari hadirin karena ia begitu antusias dengan seni tari Topeng, yang konon mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda sekarang. “Saya mengapresiasi justru kagum pada bapak. Dari umur berapa bapak menari?” tanya mbak Titiek Soeharto. “Dari umur 15 tahun bu. Ini warisan orangtua saya yang dulu juga penari Topeng,” jawabnya mantap. Para pengunjung acara pun memberi aplous lagi. “Bapak sudah dapat penghargaan?” tanya mbak Titiek lagi. “Belum bu,” jawabnya terus terang. “Mestinya bapak dapat penghargaan.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Apalagi komitmen kepada satu bidang kesenian tari Topeng ini. Mudah-mudahan nanti bapak Haryono membantu bapak mendapatkan penghargaan itu. Pak Haryono ini kan dekat dengan petinggi-petinggi negeri ini, baiknya kita usul kan pak untuk supaya bapak ini mendapatkan penghargaan,” usul mbak Titiek yang disambut hangat Prof Haryono. Yang pasti, kata Prof Haryono, tarian Topeng yang dimainkan oleh bapak berumur 80 tahun itu akan disiarkan melalui TVRI di seluruh Yogyakarta dan secara nasional. “Kerso penjenengan? (Mau kan bapak?),” tanya Prof Haryono. “Njeh pak. Monggo (Boleh pak, silakan),” jawab pria tua itu. “Kulo nderek mawon pak (saya ikut saja pak),” ucapnya yang disambut derai tawa para hadirin. “Mimpi nopo panjenengan? (Mimpi apa bapak?),” ucap Prof Haryono dengan berkelakar dan disambut derai tawa hadirin. Lelaki tua itu hanya tersenyum. “Jadi nanti tarian bapak akan kita siarkan melalui TVRI dan secara nasional, bahwa penarinya berusia 80 tahun tapi tariannya luar biasa. Kayak pemuda 30 tahun saat di pentas tadi,” ucap Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini berkelakar. Ditanya oleh pembawa acara tentang harapannya dari kegiatan menari itu, lelaki tua ini tersenyum dan menjawab, harapannya nanti tarian ini atau budaya ini bisa re generasi. “Soalnya tarian ini bisa membawa keindahan bagi kita bersama.” “Kalau ngga menari mungkin bisa saja sudah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Karena bapak bergerak terus. Olah raga nggih. Ini yang membuat bapak terus sehat. Saya ngga bisa berkata-kata
lagi. Yang bapak lakukan luar biasa. Leres nopo boten Pak? (benar apa ngga pak?),” tutur Prof Haryono yang disambut tertawa para pengunjung acara itu. Pria itu mengangguk mendengar kelakar dari Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN di era Presiden Soeharto. Biar narinya hanya sepuluh menit tapi sudah keringatan ya, Dalam sebulan ping pinten nari panjenengan? (berapa kali bapak menari topeng dalam sebulan ini?),” tanya Prof Haryono lagi. “Pastinya saya latihan tetap setiap hari pak,” jawabnya. Acara syuting TVRI Yogyakarta di siang hari itu diselingi dengan hadirnya Camat Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, dengan memberikan wayang kulit kepada mbak Titiek Soeharto sebagai cinderamata. Hadir pula seniman daerah itu, Sujiman, pria yang sejak tahun 1973 sebagai perintis pengrajin seni di Desa Wisata Bobung, tepatnya Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Dalam sambutannya, mbak Titiek Soeharto mengatakan, matur nuwun sudah disuguhi kesenian yang luar biasa. “Yang pasti, saya sangat berantusias dan bangga, sebab banyak kesenian klasik yang masih dilestarikan. Ngga semua desa bisa berbuat seperti di sini. Banyak kesenian yang tetap dilestarikan di sini. Mudah-mudahan nanti ada regenerasi,” harapnya. “Tadi ada adik-adik sekolah SMK Muhamadiyah, mudah-mudahan mereka mau melestarikan berbagai kesenian ini terutama yang klasik, dan kesenian ini terus digalakkan. Matur nuwun suguhannya. Saya juga udah nyobain tempe bacem enak sekali. Juga makanan sumpil dan yang lainnya,” tambah mbak Titiek. Memang di sela acara syuting mbak Titiek bersama Prof Haryono dan semua rombongan Yayasan Damandiri dari Jakarta sempat berkeliling menyaksikan pembuatan wayang topeng, pembuatan patung dan kreasi lainnya. Juga berkeliling melihat pameran karya ibuibu berupa cinderamata atau oleh-oleh khas Desa Wisata Bobung, dari sejumlah Posdaya daerah itu, termasuk makanan khas pun disajikan. Panitia pun menyambut dengan mengucapkan selamat datang kepada bapak Prof
Dr Haryono Suyono dan ibu Titiek Soeharto. “Sebab sebagai tamu spesial pada hari ini, masyarakat di sini bisa bertemu langsung dengan ibu yang cantik mbak Titiek Soeharto,” kata panitia acara tersebut. Pada kesempatan itu Camat Patuk mengulas tentang Posdaya yang telah memberdayakan masyarakat di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain menyejahterakan masyarakatnya, seni budaya di Patuk juga makin terangkat pada kancah kesenian DIY dan nasional. DH
Camat Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, memberikan wayang kulit kepada mbak Titiek Soeharto sebagai cinderamata. [FOTO-FOTO: DEDE H]
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
39
LAPORAN UTAMA
Kartini Penyebar Virus Kebangkitan Perempuan Indonesia Raden Ajeng Kartini terlahir bukan sebagai mahluk yang lemah. Wanita Indonesia juga mempunyai semangat kemandirian. Dengan kemandiriannya bisa ambil peran dalam pembangunan di segala bidang. Ia menjadi virus pada kebangkitan peranan kaum perempuan di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang makin menguat dan berkembang.
Kaum perempuan terus memperkuat kemandiriannya dengan giat mengikuti dan mengembangkan berbagai pelatihan ketrampilan.
B
ulan April menjadi momen penting kaum perempuan Indonesia. Kepemimpinan perempuan kini telah menjadi sebuah gerakan global. Tumbuh dan bermunculannya sejumlah perempuan sebagai pemegang tampuk pimpinan menjadi buktinya. Gelombang kepemimpinan perempuan menyerukan kaum hawa yang lain agar tidak takut menempati posisi puncak di ranah publik. Di sisi lain, perempuan berperan strategis cegah korupsi. Hal ini terkait erat dengan perempuan mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan. Itu sebabnya perempuan Indonesia pun harus ikut menyiapkan generasi yang berkarakter. Di antaranya melalui pendidikan anak. Semakin jelaslah, kaum perempuan kini mempunyai wilayah peran strategis yang kian luas. Semua itu ada andil besar dari hasil
40
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini, sebagai salah satu pejuang kemandirian kaum perempuan Indonesia. Untuk memelihara semangat momen perjuangannya yang besar, Indonesia memperingatinya tanggal 21 April sebagai Hari Kartini, yang secara kebetulan peringatan tahun 2014 ini bersamaan momennya dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) legislatif. “Momen peringatan Hari Kartini tahun ini sangat bermakna. Karena berbarengan dengan pelaksanaan demokrasi yaitu Pemilu. Kaum perempuan atau wanita Indonesia juga mempunyai hak sama dengan kaum pria. Sama berhak untuk mengajukan diri sebagai caloncalon legislator di Dewan Perwakilan Rakyat mulai dari tingkat DPRD Kabupaten/Kota hingga DPR RI maupun Dewan Perwakilan daerah (DPD). Inilah istimeawanya untuk peringatan tahun ini,” seperti diungkapkan
Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr Charletty Choesyana. Kurangnya keterwakilan kaum perempuan di legislatif saat ini, kata Charlety yang juga salah satu Ketua Bidang di Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) ini, harusnya menjadi titik fokus setiap kaum perempuan Indonesia, dan bukan hanya partai baik daerah maupun di pusat. “Apalagi potensi perempuan untuk menjadi legislator sangat besar,” ujarnya. Menurutnya saat ini pendidikan politik untuk para perempuan terus meningkat, meskipun tidak dipungkiri di beberapa daerah khususnya daerah kecil masih perlu ditingkatkan. Padahal potensi untuk menduduki kursi legislatif sangat besar dan menguntungkan bagi partai pengusung. Sebagai salah satu perempuan yang tengah maju menjadi calon legislatif dari sebuah partai nasional, Charlety menilai RA Kartini terlahir sebagai sosok fenomenal pencetus emansipasi wanita. Berkat RA Kartini, kaum perempuan Indonesia bangkit dan bergotong royong mewujudkan impian dari Kartini, yaitu kesetaraan pendidikan bagi perempuan Indonesia. Karena tanpa pendidikan, wanita hanya akan menjadi bagian yang tidak diperhitungkan. Hal senada juga disampaikan Hj Ida Idham Samawi, Bupati Bantul Yogyakarta. Ia menilai dalam dunia pendidikan, kesetaraan menjadi pedoman keberhasilan dalam pembangunan bangsa, di mana wanita Indonesia berhak mengenyam pendidikan tinggi dan berhak untuk maju. “Kaum wanita berhak untuk bisa cerdas dan memaksimalkan potensi dirinya serta mengaktualisasikan kemampuannya di bidang apapun yang disukai,” tuturnya. Semangat Kartini, ujar Ida Idham Samawi, dalam mendapatkan hak-hak perempuan dan perannya diharapkan dapat menjadi panutan wanita di masa sekarang. Pendidikan adalah salah satu sarana untuk mendapatkan predikat seorang ibu yang baik sehingga mampu mendidik anak-anaknya lebih baik. Maka seorang Kartini modern harus memiliki pendidikan tinggi, namun tetap dapat membagi waktunya dalam hal karir dan keluarga. “Selain itu wanita juga dapat menunjang pembentukan sumber daya manusia cerdas dan bermoral. Kemudian wanita juga memiliki peranan dalam mengembangkan kewirausahaan dan teknologi,” katanya. Keberadaan wanita di tengah masyarakat, terutama wanita yang berpendidikan sangat
berperan dalam pembangunan, seperti besarnya peran Kartini bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan, peran wanita saat ini tidak lagi di pandang sebelah mata tetapi sudah menjadi bagian penting dalam berbagai kegiatan dan aktivitas di masyarakat. Bupati Bantul yang satu ini juga mengungkapkan, berkat peran aktif kaum perempuan menjadikan kegiatan-kegiatan pembangunan di desa-desa, seperti yang dilakukan Hj Ida Idham Samawi melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang saat ini sudah ada 933 Posdaya, bisa tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Peran kaum perempuan dengan semangat dan potensinya mempunyai andil dan peran pada setiap kegiatan Posdaya. Bahkan kaum perempuan banyak yang menjadi motor kegiatan di Posdaya tersebut,” papar istri Idham Samawi, Bupati Bantul dua kali yang kini masih aktif berkiprah di bidang perpolitikan di sebuah partai nasional. Di Posdaya, kata Hj Ida, banyak kaum perempuan menjadi motor kegiatan ekonomi kewirausahaan selain bidang kesehatan dan pendidikan PAUD. Banyak kegiatan ekonomi kewirausahaan ini tumbuh dan berkembang dengan baik. “Ini artinya potensi kaum perempuan dalam mengembangkan ekonomi kewirausahaan sangat baik dan potensial,” katanya. Pendapat Bupati Bantul tersebut dikuatkan dengan pendapat Director and Chief Commercial Officer Indosat Erik Meijer yang mengatakan, potensi perempuan Indonesia dalam berbisnis wirausaha sangatlah besar karena sudah banyak berhasil dan berkembang. Menurutnya, masih banyak perempuan Indonesia yang mempunyai potensi tetapi belum terlaksanakan. “Banyak faktor, salah satunya sudah mempunyai konsep yang matang namun bingung untuk memfasilitasinya,” ujarnya di Gedung Kemeneg PP dan PA di Jakarta. Suami aktris Maudy Koesnadi ini mengungkapkan, peluang perempuan dalam berbisnis wirausaha sangatlah bermanfaat. “Potensi tersebut dapat membangun perekonomian lebih baik. Selain itu penggunaan akses komunikasi yang sangat pesat, hal ini membuat perempuan banyak yang membuka bisnis wirausaha mandiri dengan jaringan telekomunikasi,” tuturnya seraya menambahkan, oleh karenanya kompetisi Indonesia Womenpreneur yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
41
PP dan PA), perempuan Indonesia yang mempunyai potensi, niat kreatif dan mandiri dapat mengaplikasikannya. “Mereka tentunya akan dipamerkan oleh negara-negara lain sebagai kebanggaan Indonesia bahwa perempuan-perempuannya sangat maju dalam berbisnis wirausaha,” ujarnya. Raden Ajeng Kartini merupakan salah seorang perempuan Indonesia yang merupakan sosok yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah Linda Amaliasari Gumelar kebangkitan perempuan di tanah air Indonesia. Selain itu dia juga dianggap sebagai ikon reformis perempuan Indonesia, karena telah berhasil meletakkan dasar-dasar kesetaraan gender yang progresif. Pemerintah menyadari bahwa partisipasi kaum perempuan dalam kehidupan yang luas menjadi kebutuhan yang tak dapat dielakkan. Oleh karenanya secara terus menerus pemerintah memberikan peran yang paling luas kepada kaum ibu untuk bersama-sama kaum pria menata kondisi kemasyarakatan agar dapat berjalan dengan seimbang. Walau eksistensi perempuan dewasa ini semakin diakui, baik itu yang berada pada sektor formal maupun sektor non formal seperti pekerja sosial dan pengusaha, namun perjuangan untuk membuat perempuan keluar dari penjajahan itu belum usai, masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas dan harus dilanjutkan oleh generasi muda Kartini saat ini. Oleh karenanya momen Hari Kartini sebaiknya harus dijadikan sebagai motivasi bagi diri. Perempuan dalam Politik Keterwakilan perempuan di lima lembaga yudikatif pun menunjukkan angka keterwakilan yang tidak begitu signifikan, yakni dengan komposisi keterwakilan pada Mahkamah Agung sebanyak 12 %, Mahkamah Konstitusi sebanyak 11 %, Komisi Yudicial & Komisi Pemberantasan Korupsi sebanyak 0 %, serta Komisi Pemilihan Umum sebanyak 14 %. Lalu, perempuan profesional yang menduduki jabatan direksi 142 BUMN di Indonesia hanya mencapai sekitar 5 % dari 650 direksi. Di tambah lagi, apabila dicermati jumlah perempuan yang mengikuti pendidikan di LAN setingkat PIM I dan PIM II masih sangat terbatas. Meski demikian, di bidang eksekutif dan yudikatif secara kuantitatif perbandingan dan kemajuan kepemimpinan perempuan belum 42
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
begitu menggembirakan. Walaupun belum terlihat secara signifikan, upaya untuk tindakan affirmasi dalam kehidupan politik di Indonesia telah menunjukkan hasilnya. “Meskipun belum mencapai 30 % dari target sebelumnya, namun peningkatan tersebut diharap dapat memberikan warna baru dalam wajah kebijakan di Indonesia,” kata Meneg PP dan PA Linda Amaliasari Gumelar. Linda menegaskan, KPP-PA sangat peduli terhadap penyelenggaraan Pemilu 2014 yang lebih berkualitas dan syarat akan muatan partisipasi yang inklusif dan aspiratif baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sebagai wujud kepeduliannya tersebut, Meneg PP dan PA beberapa waktu lalu, tepatnya 19 Juli lalu, menandatangani nota kesepahaman bersama dengan Komisi Pemilihan Umum tentang Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Politik. Meneg PP dan PA menghimbau kaum perempuan kader partai politik yangvmenjadi calon legislatif, agar dapat menjadi kampiunkampiun demokrasi yang akan menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan ramah. Untuk itu, model kampanye ‘kolaboratif perempuan kader partai politik’ dapat menjadi wahana kampanye damai yang sesuai dengan naluri perempuan itu sendiri. “Kiprah perempuan Indonesia di bidang politik dan pemerintah serta berbagai bidang lainnya pun dalam mengisi kemerdekaan sudah tidak diragukan lagi. Memang salah satu bidang di mana peran perempuan sangat menonjol adalah di bidang kemanusiaan,” ujar isti Agum Gumelar yang mantan Menko Polkam dan Menteri Perhubungan. Ia mengemukakan, semenjak masa perang kemerdekaan, banyak perempuan yang tergabung secara sukarela sebagai anggota Palang Merah yang bertugas mengobati para pejuang yang terluka saat berperang. Selain itu, menurutnya, peran perempuan dalam menyediakan pelayanan logistik bagi para pejuang kemerdekaan juga memberikan andil yang besar dalam meningkatkan semangat dan tekad untuk selalu berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Semangat kemanusiaan dalam diri perempuan pejuang kemerdekaan, perlu dihidupkan dan dibangkitkan kembali di masa kini. “Upaya perempuan dalam meningkatkan kualitas keluarga secara bertahap akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di lingkungan yang lebih luas, yaitu bangsa dan negara Indonesia,” pungkas Linda. HARI
CERITA SAMPUL
Walikota Malang H Mochamad Anton
Posdaya, Insya Allah Bisa Entaskan Kemiskinan Kota Malang Sosoknya sederhana. Tampilannya bersahaja. Di balik kesederhanaan dan kebersahajaannya tersimpan impiannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Malang, Jawa Timur. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan masyarakat Malang membutuhkan sebuah pendampingan dan pendidikan keterampilan. Demikian ungkap W alikota Malang H Mochamad Anton atau Goei Hing An.
U
NGKAPAN tersebut cukup beralasan. Pasalnya, penduduk Kota Malang yang 845.000 jiwa, yang masih miskin ada 300 ribu jiwa. Ada beberapa program pokok 100 hari yang rencananya akan dilaksanakan pemerintahan Anton-Sutiaji. Kelima program itu antara lain. Penanggulangan kemiskinan Kota Malang, pembentukan unit terpadu perawatan dan pemeliharaan jalan, penguatan pasar tradisional dengan tata kelola modern, pembersihan dan penataan kawasan aliran sungai dan sarana transportasi umum yang baik dan nyaman. Penanggulangan kemiskinan, fokus utama masalah yang diatasi adalah percepatan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan di 57 Kelurahan yang dilaksanakan melalui program pembangunan di masingmasing kelurahan, baik yang melalui PNPM Mandiri Perkotaan oleh BKM maupun melalui Dana Hibah Daerah oleh LPMK serta program pembangunan lainnya. Dengan sederat program pembangunan yang diusungnya saat kampanye menjadi program utama pembangunan daerah. Dalam perjalanan pasca 100 hari memimpin pelaksanaan program pembangunannya, Walikota Mochamad Anton didampingi Wakil Walikota Sutiaji melakukan langkah spektakular. Betapa tidak. Ia menandatangani kerja sama kesepahaman (MoU) dengan 32 perguruan tinggi negeri maupun swasta se Malang Raya. Penandatangan MoU peningkatan sumber daya manusia melalui pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) ini mestinya masuk museum rekor dunia Indonesia (MURI). “Kemitraan dengan 32 perguruan tinggi ini juga disupport Yayasan Damandiri beserta dua bank mitranya. Kemitraan ini sesuai dengan kebutuhan bahwa kami memerlukan pendampingan pendidikan ketrampilan kepada masyarakat kita sebagai upaya mengurangi kemiskinan dan kelaparan
yang ada di kota ini,” ujarnya saat diwawancara Hari Setyowanto dari Majalah Gemari belum lama ini. Penandatanganan kesepahaman ini terkait pengentasan kemiskinan sebagai pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) dan Peningkatan Kualitas SDM sebagai upaya pencapaian MSDGs melalui pemberdayaan masyarakat Kota Malang melalui pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), berlangsung di Ruang Sidang Balaikota Malang, Jawa Timur ini. Penandatangan MoU dengan 32 perguruan tinggi negeri dan swasta ini juga untuk membantu melakukan sosialisasi pembangunan berbasis MDGs, pembangunan berbasis keluarga. Kegiatan ini
Walikota Malang H Mochamad Anton. [FOTO: DOKPRI]
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
43
Mochamad Anton bersama istri Ny Hj Dewi Farida Suryani. [FOTO: HARI]
44
disambut dengan hangat oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). Ada dua hal penting dalam penandatanganan MoU tersebut, pertama terkait ajakan kemitraan dengan perguruan tinggi untuk membantu kegiatan-kegiatan di lapangan guna mensosialisasikan BPJS. Dengan adanya kerja sama dengan 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Malang Raya dan Yayasan Damandiri, yang beberapa bulan lalu ditandatangninya, maka Kota Malang akan memberikan nuansa tranparansi kepada rakyat karena para akademisi ini akan dibawa ke kelurahan untuk mengetahui bagaimana program pemerintah, apakah sudah berjalan kepada rakyat, apa program sudah mengena kepada rakyat. “Mereka inilah yang memberikan masukan kepada saya dengan jajaran saya akan bertindak sesuai dengan program yang sudah dicanangkan 2014,” katanya. Dengan adanya kerja sama ini ke depan akan menjadikan kota ini memberikan nuansa transparansi kepada rakyat karena akademisi ini di kelurahan-kelurahan akan mengetahui bagaimana, apakah program-program pemerintah kota sudah berjalan dan mengena pada rakyat. “Mereka itulah para akademisi yang akan memberikan perbandingan dan masukan kepada walikota, dan walikota bersama jajarannya akan bertindak sesuai dengan program kegiatan pembangunan yang sudah dicanangkan dalam 2014 ini,” ujarnya.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Ia berharap dengan adanya prograam ini setiap keluarga ikut berpartisipasi menjadi pelakana pembangunan yang berkeadilan dan peduli sesama anak bangsa. Utamanya diarahkan pencapaian target tujuan pembangunan MDGs meliputi penanggulangan kemiskinan dan kelaparan. Pencapaian pendidikan dasar untuk semua, pencapaian kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan, penurunan angka kematian anak dan kesehatan ibu, pengendalian penyakit menular dan penjaminan kelestarian hidup. “Di sisi lain Posdaya adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi,informasi dan edukasi sebagai wadah kordinasi kegiatan, penguatan fungsi keluarga dan menjadi wadah pelayanan terpadu,” ujarnya. Oleh karena itu, ia bersama jajaran SKPD, camat dan lurah menyambut baik program Posdaya karena selaras dengan Visi Kota Malang, yakni Kota Malang sebagai Kota Bermartabat yang penerapannya dilakukan dengan mendor ong pelaku eknomi sektor informal yang lebih produktif dan kompetitif. Mochamad Anton bersama pasangannya Sutiaji, pada tanggal 13 September 2013, dilantik sebagai wali kota dan wakil wali Kota Malang periode 2013-2018 oleh Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo yang mewakili Mendagri, di gedung DPRD Kota Malang. Abah Sang Pembaharu Dengan dilantiknya Abah Anton, sapaan akrab H Mochamad Anton sebagai wali kota Malang, menjadi catatan sejarah pula bagi Indonesia. Karena, Abah Anton satu-satunya, wali kota yang berasal dari keturunan Tionghoa. Sedangkan, Ahok adalah satu-satunya Bupati yang berasal dari etnis Tionghoa, yang saat ini Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Walikota Malang yang satu ini berasal dari kalangan pengusaha sukses tetes tebu. Ia berkomitmen mendedikasikan dirinya bagi masyarakat Kota Malang. Sejak awal maju bersama Sutiaji dalam Pilkada, sudah diniatkan untuk beribadah, membangun Kota Malang menuju Kota Malang yang bermartabat. Keduanya diminta para kiyai dan habaib maju dalam Pilkada Kota Malang. Para ulama menilai, keduanya merupakan pasangan yang ideal untuk memimpin Kota Malang. Abah Anton sudah merasakan pahit getirnya kehidupan. Bendahara PC NU Kota Malang itu tidak tiba-tiba menjadi sukses seperti saat ini, dan bukan berasal dari keturunan yang memiliki kekayaan berlimpah. Sejak kecil dia
sudah menjadi piatu. Sejak kecil, sekolah sambil berdagang apa saja yang dapat membantu orang tuanya. Anton muda pun semangat untuk terus berusaha, mulai dari sopir angkutan sampai menjadi sales, hingga menekuni bisnis tetes tebu yang awalnya tidak di mengerti. “Awalnya saya tidak tahu sama sekali tentang tetes. Ada orang yang meminta saya untuk mencarikan tetes tebu. Dengan modal keyakinan yang kuat, saya iyakan dan Alhamdulillah sampai sekarang berjodoh dengan usaha itu,” kata Abah Anton. Meski belum pernah berpengalaman menjadi wali kota atau birokrasi, pembina petani tebu di daerah Jatim dan Jateng itu akan mampu pula untuk memimpin Kota Malang dengan baik, dengan belajar, berusaha dan berdoa. Apalagi, mayoritas warga Kota Malang mendukungnya untuk memimpin Kota Malang. Dalam memimpin Kota Malang, Abah Anton, selain menuntaskan kemiskinan, juga memfokuskan perhatian pada pelayanan public dan reformasi birokrasi. “Pelayanan publik mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, administrasi kependudukan akan menjadi perhatian kami. Pelayanan publik harus mudah di akses masyarakat, jelas waktu, jelas biaya dan jelas prosedurnya,” ungkapnya. Kepeduliannya terhadap wong cilik tidak perlu diragukan lagi. Orientasi pembangunan untuk masyarakat wong cilik akan menjadi landasan pijakannya dalam setiap mengambil kebijakan bersama Wakil Wali Kota Malang Sutiaji. Ia merupakan sosok pemimpin yang tidak mau hanya memimpin dan bekerja dari belakang meja saja. Abah banyak turun ke lapangan, ke tengah-tengah masyarakat untuk memantau pelayanan publik dan pembangunan. Bersama Wakil Walikota Sutiaji sudah berbagi tugas. Abah Anton akan banyak blusukan, sedangkan Sutiaji akan lebih banyak pada penataan birokrasi dan reformasi birokrasi. Dalam membangun Kota Malang, AntonSutiaji pun tidak akan berdua saja. Keduanya akan melibatkan para pakar dari perguruan tinggi. Malang memiliki banyak pakar, tapi selama ini tidak pernah dilibatkan dalam pembangunan Kota Malang. Forum pakar dari lintas perguruan tinggi, diikutsertakan sumbangsih menyumbangkan pemikirannya untuk pembangunan Kota Malang yang Bermartabat, mulai dari solusi kemacetan,
banjir dan lainnya. Pun demikian dengan kalangan pengusaha juga kami rangkul. Bagaimana mereka juga dapat ikut membangun Kota Malang. CSR yang ada di masing-masing perusahaan bisa ikut disalurkan untuk suport program Kota Malang seperti bedah rumah tidak layak huni atau pembinaan kawasan. “Dan dengan Posdaya di Kota Malang, insya Allah bisa membantu pembangunan kesejahteraan masyarakat, semua upaya mengurai persoalan kemiskinan dapat teratasi,” tandasnya. HARI
Mochamad Anton bersama para ulama mendapat sambutan hangat masyarakat Kota Malang. [FOTO: DOK]
Biodata Wali Kota Malang Nama Tempat dan tanggal lahir Agama Nama Istri Anak-anak : 1. Lely An Sisca 2. Yan Hidayat 3. Hans Candra Wijaya
: : : :
H Mochamad Anton Malang, 31 Desember 1965. Islam Hj Dewi Farida Suryani
Pendidikan Formal : 1. SMA YP-17 Malang 2. SMPN 8 Malang 3. SDN Tlogomas II Malang Pengalaman Organisasi : 1. Bendahara NWC NU Kecamatan Lowokwaru 2. Bendahara PC NU Kota Malang 3. Ketua PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) Malang Raya 4. Pembina Koperasi Petani Tebu wilayah kerja Jawa Timur dan Jawa Tengah 5. Ketua RW 01 Tlogomas Malang Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
45
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Kesempatan Baru di Pedesaan Akhir bulan lalu, dalam kesempatan Kampenye Pemilu yang marak, seluruh Direktur dan Jajaran Direksi dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) milik Pemerintah Daerah dari seluruh Jawa Tengah dan DI Yogyakarta berkumpul di Semarang. Mereka menggelar pertemuan untuk membulatkan tekad membantu keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I atau keluarga miskin, yang bergabung dalam Posdaya untuk mengakses modal usaha. Keluarga pra sejahtera itu diberi kesempatan menabung dan meminjam dana tanpa agunan.
Kelompok kecil dalam Posdaya yang terdiri dari keluarga mampu dan keluarga pra sejahtera sepakat mengembangkan kerja sama tanggung renteng agar bisa menjadi anggota Tabur Puja untuk membuat usaha bersama. [FOTO: ADE S]
46
S
EBAGIAN dari BPR itu, misalnya di Sragen, Boyolali, Bantul dan Kulon Progo telah melaksanakan program dukungan finansial itu melalui Skim Tabur Puja dan ternyata membawa hasil yang menggembirakan. Kegiatan menabung menghasilkan tabungan yang tidak kecil karena keluarga miskin biasanya menyimpan sedikit kelebihan pendapatannya untuk cadangan hidup di rumah masing-masing. Tabungan itu disimpan di tempat-tempat tersembunyi di rumah masing-masing dan tidak menghasilkan bunga. Sekarang tabungan itu, biarpun kecil, ditampung di bank BPR tanpa dikenakan biaya administrasi
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
sehingga dana yang sedikit bisa menghasilkan bunga yang menambah jumlah tabungan mereka. Kegiatan menabung itu menjadi jaminan untuk meminjam dana yang pada tingkat pertama dibatasi sebanyak Rp 2 juta untuk modal kerja atau membangun usaha ekonomi produktif yang baru. Melalui tanggung renteng bersama dengan keluarga lainnya, penabung yang mengambil kredit tidak diharuskan membayar atau menyediakan agunan apapun. Mereka diharuskan berjanji untuk hidup gotong royong sesama anggota Posdaya serta memelihara kesehatan dan berusaha hidup dengan cara yang teratur. Para nasabah diharuskan menyekolahkan seluruh anak-anak yang masih usia sekolah agar masa depannya menjadi lebih baik. Kebiasaan hidup sehat itu perlu pula disertai dengan mengubah halaman rumah yang biasanya dibiarkan kosong menjadi Kebun Bergizi agar keperluan sayur dan ikan untuk makan sehari-hari menjadi lebih murah dan dapat dipetik dari halaman sendiri. Drs Sigit, sebagai
Sekjen Perbamida, mewakili Ketua Perbamida, menyatakan bahwa pengalaman BPR di Jatim dan beberapa yang telah melaksanakan di Jateng dan Yogyakarta membesarkan hati. Keluarga miskin yang menabung dan meminjam dana sampai lebih dari Rp 500 milyar, ternyata mempunyai NPL, Non Performing Loan, alias tunggakan nol persen. Ini berarti tidak ada satupun keluarga nasabah itu yang menunggak dan atau tidak membayar cicilan. Kenyataan ini merupakan bukti bahwa kegotongroyongan dalam lingkungan Posdaya menjamin keluarga peminjam untuk saling menolong apabila ada anggotanya yang terlambat mencicil pinjamannya dari BPR setempat. Oleh karena itu Perbamida memutuskan mengajak seluruh anggotanya untuk terjun aktif melayani keluarga pra sejahtera di seluruh Provinsi di Jateng dan Yogyakarta seperti halnya telah dilakukan di Jatim yang tergabung dalam Bank UMKM. Tekad sungguh-sungguh dari seluruh Bank BPR Jateng dan Yogyakarta itu bukan saja dinyatakan secara diam-diam, tetapi dalam Acara Televisi RI Jateng Arumdalu, yang disiarkan untuk seluruh Jawa Tengah secara langsung, para Pimpinan BPR itu tidak ragu-ragu menyatakan bahwa mereka siap dan mulai melaksanakan tekad itu di daerah masing-masing. BPR daerah, yang biasanya mempunyai modal yang ditanamkan oleh pemerintah kabupaten atau kota masing-masing akan menjadi asset yang paling kuat untuk mendukung upaya pengentasan kemiskinan di daerah. Kesiapan untuk menjadi alat pendukung ini sama sekali tidak merugikan setiap bank karena dana untuk keperluan ini tetap mendapat bunga yang dibayar oleh masingmasing nasabahya. Apabila upaya ini berjalan lancar, maka tidak mustahil dalam waktu lima tahun mendatang upaya pengentasan kemiskinan akan maju pesat dan terlahir pula entrepreneur lokal yang bisa mengolah dengan baik sumber daya lokal menjadi produk yang laku jual dan mengutungkan, sekaligus menjadi instrumen yang bermakna untuk membebaskan keluarga pra sejahtera dari belenggu kemiskinan. Di samping kesempatan untuk keluarga pra sejahtera melalui BPR, setidaknya di sepuluh kabupaten kota, kesempatan untuk keluarga pra sejahtera itu diberikan juga
melalui beberapa koperasi yang Kegotongroyongan menyalurkan Skim Tabur Puja dengan cara dalam lingkungan menjemput bola. Petugas Posdaya menjamin Koperasi bukan tinggal diam di kantor keluarga peminjam koperasinya, tetapi secara untuk saling menolong teratur mendatangi Posdaya yang sedang apabila ada anggotanya mengadakan pertemuan atau kegiatan bersama. yang terlambat mencicil Dalam pertemuan itu pinjamannya dari BPR petugas koperasi menjelaskan tentang Skim setempat. Oleh karena Tabur Puja dan itu Perbamida menampung anggota Tabur Puja yang akan memutuskan mengajak menabung atau seluruh anggotanya membutuhkan modal untuk usaha. untuk terjun aktif Biasanya dalam melayani keluarga pra lingkungan Posdaya, keluarga mampu menjalin sejahtera di seluruh kerjasama membentuk Provinsi di Jateng dan kelompok kecil dengan mengajak keluarga pra Yogyakarta seperti sejahtera atau keluarga halnya telah dilakukan sejahtera I yang ingin membuka usaha untuk di Jatim yang tergabung bergabung. Kelompok kecil yang terdiri dari dalam Bank UMKM. keluarga mampu dan keluarga pra sejahtera sepakat mengembangkan kerjasama tanggung renteng agar bisa menjadi anggota Tabur Puja. Kerjasama antara keluarga itu membentuk kelompok yang solid karena saling membimbing dan saling mengembangkan kepercayaan bersama. Pada umumnya kelompok kecil itu mengembangkan usaha bersama di mana keluarga mampu mengundang atau melatih keluarga pra sejahtera membuat usaha bersama dan bekerja dengan disiplin tinggi. Kerjasama itu dibarengi dengan modal yang dipinjam langsung dari Skim Tabur Puja, di mana keluarga pra sejahtera juga mempunyai andil yang sama besarnya dengan mitra kerjanya. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
47
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi Persiapkan KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi Jakarta akan terus mendedikasikan dirinya sebagai kampus berbasis teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Hal ini dibuktikan dengan rangkaian kegiatan inovatif dan sarat informasi selama satu bulan penuh di bulan Maret dalam rangka Dies Natalis pertama.
Seluruh civitas akademi Universitas Trilogi menandai puncak peringatan satu tahun Universitas Trilogi dengan pemotongan tumpeng disaksikan sejumlah pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ). [FOTO-FOTO: MULYONO]
48
M
ESKI terbilang muda, Universitas Trilogi Jakarta siap menjadi trendsetter di dalam pengembangan ekonomi berbasis ekonomi biru dan pancasila. Bukan hanya trendsetter pendidikan tinggi tapi pendidikan dasar menengah. Bahkan pendidikan secara keseluruhan harus memiliki kolaborasi secara vertikal dan horizontal. “Usia bukan penghalang bagi kami untuk selalu memanfaatkan momentum ini mempercepat inovasi yang ada dalam Tridarma Perguruan Tinggi,” ungkap Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Assep Saepuddin, MSc saat merayakan Dies Natalis ke-1 Universitas Trilogi pada 27 Maret 2014 lalu di Kampus Universitas Trilogi yang berlokasi di Kalibata, Jakarta. Setelah setahun lamanya mendedikasikan diri sebagai kampus berbasis teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian, Universitas Trilogi memang layak diperhitungkan sebagai kampus yang memiliki daya jual. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama sebulan penuh di bulan Maret yang inovatif dan sarat informasi pemberdayaan masyarakat. Di antaranya, ada
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
lomba antar civitas akademika, workshop, seminar nasional dan esay untuk siswa SMA tentang peduli lingkungan. “Kegiatan ini merupakan bagian dari akademik atmosfir yang akan menyentuh mahasiswa sehingga terbiasa dengan dunia enterpreneur. Pada hari ini juga saya mengundang civitas akademika untuk memaparkan hasil grand desain riset yang sudah dipersiapkan sejak 1 Maret lalu,” ujarnya bangga. Mendengar uraian ini, Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta Prof DR Haryono Suyono yang hadir saat itu didampingi Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerja mengaku sangat tergelitik dengan apa yang sudah dikerjakan oleh para dosen, mahasiswa Universitas Trilogi selama satu tahun terakhir. Lebih-lebih ketika tahu bahwa pada puncak peringatan ulang tahun pertamanya itu, dosen dan mahasiswa Universitas Trilogi telah mendaki gunung yang sangat tinggi untuk menancapkan bendera merah putih dan simbol Universitas Trilogi. “Saya artikan Universitas Trilogi adalah universitas teknopreneur yang mampu, tidak
saja berada dalam kampus, tapi juga mampu mengirim dosen dan mahasiswanya ke puncak gunung untuk menancapkan bendera merah putih dan simbol Universitas Trilogi. Ini merupakan prestasi yang bisa kita andalkan. Mahasiswa tidak saja ahli dalam menerapkan teknologi tapi ahli membina lingkungan, bahkan sekitar kampus. Sehingga penduduk sekitar kampus merasa Universitas Trilogi adalah universitas tanpa pagar. Universitas tanpa pagar yang dibangun Universitas Trilogi memungkinkan masyarakat sekitar kampus menimba ilmu dari kampus ini.” Diibaratkan buku pelajaran, Prof Haryono Suyono mengatakan, rektor, dosen dan mahasiswa Universitas Trilogi telah berhasil melewati bagian pertama yaitu meningkatkan keilmuan dari Universitas Trilogi. Untuk pengembangan bagian kedua yaitu kolaborasi, Prof Haryono Suyono mengajak seluruh civitas akademika termasuk rektor untuk mulai mendatangi berbagai instansi dan kantor-kantor. “Ini kolaborasi yang harus dilakukan lebih luas lagi. Sehingga sahabat bukan hanya itu, tapi juga teman-teman dari lingkungan yang sangat luas. Sehingga semakin dikenal, tidak saja secara wilayah tapi juga secara ilmu bisa mengembangkan kemampuan.” Saat ini Universitas Trilogi sudah mulai kerjasama dengan Kota Bogor, Kota Bekasi bahkan sudah sampai NTB. Prof Haryono Suyono juga berharap kontribusi Universitas Trilogi ini memberi efek sebuah miniatur Indonesia dalam Universitas Trilogi, karena terdiri dari berbagai suku bangsa yang luas. “Bagian ketiga inilah yang harus segera dikerjakan, agar Universitas Trilogi lebih dekat dengan masyarakat,” cetusnya. Untuk mempersiapkan bagian ketiga ini, YPPIJ bersama rektor Universitas Trilogi sudah menyiapkan mahasiswanya untuk terjun ke daerah-daerah, termasuk Karawang dan Bogor dalam rangka Kuliah Kerja Nyata Tematik Posdaya. “Dalam tiga bulan ini saya minta Universitas Trilogi mulai
Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerdaja menyerahkan hadiah kepada pemenang penulisan esay yang diselenggarakan Universitas Trilogi dalam rangka Dies Natalis pertamanya.
menyebarkan dosen dan mahasiswanya ke daerah-daerah sebagai proses melihat apakah mereka mandiri untuk dirinya sendiri, tapi juga menjadi pendamping, pendukung sekaligus penggerak masyarakat untuk mandiri.” Para ahli ekonomi di lingkungan civitas akademi juga diminta untuk mempelajari proses pengembangan tabur puja, yaitu suatu simpanan kredit yang ditawarkan untuk rakyat kecil sehingga biarpun miskin tapi memiliki kemandirian yang tinggi. “Dalam proses kredibilitas ini, Universitas Trilogi bisa bekerjasama dengan kalangan bisnis juga pemerintah daerah dan sekolah-sekolah.” Untuk memperkuat kerja sama dengan instansi terkait, puncak peringatan Dies Natalies ke-1 Universitas Trilogi juga hadir Deputi 6 Kementerian Lingkungan Hidup Ir Ilyas Asaad dan beberapa tamu penting lainnya. RW
Rektor Untri Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc saat membuka puncak peringatan HUT ke-1 Universitas Trilogi
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
49
PENDIDIKAN
Dies Natalis Perdana Universitas Trilogi
Tri-J-Vity Eratkan Hubungan Indonesia - Jepang Universitas Trilogi pada 21 Maret 2014 lalu tepat berusia satu tahun. Dalam Dies Natalis perdananya, perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini menggelar acara Trilogi Japanese Creativity (Tri-J-Vity) 2014. Berbagai produk makanan, seni dan aneka kreativitas hasil karya Indonesia dan Jepang ditampilkan dalam pagelaran ini. Tak pelak, aneka sajian itu selain memperat hubungan kedua negara juga memberi pengalaman dan inspirasi yang berharga bagi para mahasiswa.
Lomba makan Takoyaki menarik perhatian para peserta lainnya yang siap menunggu giliran. [FOTO-FOTO: ADE S]
50
A
CARA yang terleselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi dan Kedutaan Jepang ini menarik berbagai kalangan. Selain menampilkan berbagai kuliner, seni dan aneka kreativitas, juga menggelar berbagai lomba yang terbuka bagi para siswa dan mahasiswa se-Jabodetabek. Tak heran, bila acara yang berlangsung mulai 21 hingga 22 Maret 2014 di Auditorium Kampus Univesitas Trilogi, Jl Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta ini tampak semarak dan berkesan. Acara Tri-J-Vity ini menampilkan berbagai acara mulai dari Bazaar, Bonodori, Obake Yashiki, Gamelone Perbanas, Taiko, Flashmob dan Cabaret. Berbagai kuliner khas Jepang ditampilkan dalam ajang ini, seperti kuliner Takoyaki, Sushi, Zushioda, dan aneka Seafood dari Jepang. Selain itu, berbagai makanan asli khas Indonesia juga mewarnai pagelaran ini. Sedangkan jenis perlombaannya, mulai Cover Dance, Cover Sing, Cosplay, Manga, makan Takoyaki dan lomba makan Ramen. Tercatat sebanyak 20 stand turut serta dalam kegiatan ini. Mereka mayoritas para pelaku kuliner khas Jepang dan khas tradisional
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Indonesia yang berada di Jabodetabek. Sedangkan peserta Lomba makan Ramen sebanyak 20 peserta, lomba makan Takoyaki ada 15 peserta dan puluhan peserta lainnya pada jenis lomba Cover Dance, Cover Sing, Cosplay, dan Manga yang diikuti oleh para siswa dan mahasiswa se-Jabodetabek. Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc yang membuka acara mengatakan, pagelaran Tri-J-Vity ini terilhami oleh kebudayaan Jepang. “Jepang itu selain teknologinya maju tetapi kulturnya juga berkembang,” ujar Rektor. Diakui Rektor, Jepang memang sangat menghormati vokalitas. “Budaya kerja keras, disiplin, saling menghormati dan menghargai. Hal-hal baik inilah yang akan kita ikuti dan kita terapkan khususnya bagi para mahasiswa Universitas Trilogi dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” ujar Rektor. Sebenarnya, lanjut Rektor, Negara Indonesia juga tidak jauh berbeda dengan Jepang. “Kita sebenarnya memiliki kultur dan karakter yang sama, bilamana kita mampu memelihara budaya itu. Bahkan ke depan, dengan kekuatan teknologi yang ada ditambah dengan melimpahnya sumberdaya alam Indonesia, kultur negara kita akan jauh lebih berkembang,” tegas Rektor. Sebaliknya, tambah Rektor, kalau masyarakat Indonesia tidak mampu memelihara kulturnya. Seperti budaya gotong royong,
saling menghormati, saling peduli dan budaya-budaya lainnya yang telah dicontohkan para pendiri bangsa ini maka akan lain hasilnya. “Bangsa kita akan menjadi bangsa yang tanggung, maju tidak, tradisional juga tidak,” tegas Prof Asep. Beda dengan Jepang, lanjut Prof Asep, mereka itu modern tetapi tradisional, yaitu berbagai kemajuan yang dicapai negara di berbagai sektor namun kultur budaya asli tetap bertahan bahkan dikembangkan. “Inilah yang harus kita tiru dari Jepang. Insya Allah, ke depan kita akan mencoba melakukan berbagai kolaborasi dan kerja sama dengan Jepang. Dan Trilogi Japanese Creativity merupakan langkah awal untuk menuju ke sana,” ucap Rektor seraya menambahkan pihaknya juga akan melakukan kerja sama dengan Korea dan negara-negara di Asean seperti Thailand dan Malaysia. Hadir pada acara ini Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Trilogi Dr R Swi Sunu Kanto, MSc, Direktur Akademik Universitas Trilogi Dr Aam Bastaman, SE, Dosen Agribisnis Universitas Trilogi yang juga Koordinator Penyelenggara Yodfiatfinda, PhD, Humas Universitas Trilogi Dian Ruslan, ST, MM, jajaran senat mahasiswa Untri, para mahasiswa, peserta acara dan undangan lainnya. Sedangkan menurut Yodfiatfinda, PhD, acara Tri-J-Vity ini dilatarbelakangi dengan banyaknya mahasiswa Universitas Trilogi yang banyak menyenangi budaya Jepang. “Nah, dalam rangka Dies Natalis perdana Universitas Trilogi, kami menggelar acara Trilogi Japanese Creativity. Kegiatan ini menampilkan berbagai kesenian dan makanan tradisional dari Jepang dan Indonesia,” ujarnya. Yodfiatfinda berharap, pagelaran ini menjadi sarana untuk lebih mempererat hubungan antara Indonesia dan Jepang. “Dengan adanya Tri-J-Vity ini hubungan kedua Negara menjadi lebih baik. Begitupun pengertian kedua negara semakin baik. Sehingga hal-hal yang baik dari kedua negara bisa bermanfaat bagi masyarakat kedua negara,” tutur Dosen Agribisnis Universitas Trilogi ini seraya menambahkan kegiatan ini akan ditutup Kepala Biro Informasi dan
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc (ketiga dari kanan) bersama Yodfiatfinda, PhD (kedua dari kanan) saat mengunjungi salah satu stand.
Kebudayaan Duta Besar Jepang Mr Yusuke Shindo. Menurut Yodfiatfinda, walaupunn saat ini Universitas Trilogi belum ada jurusan yang berkaitan dengan Negara Jepang, namun kegiatan ini menjadi langkah awal menuju ke sana sekaligus menyalurkan minat para mahasiswa yang suka dengan kebudayaan Jepang terutama seni dan kulinernya. “Ke depan Universitas Trilogi akan membuka Fakultas Sastra Jepang,” cetusnya seraya berharap melalui kegiatan ini, mahasiswa mampu menimba pengalaman dalam mengelola sebuah event sekaligus sebagai pelatihan entrepreneur. Acara makin menarik dengan sajian berbagai kreasi seni dan kuliner Jepang yang diperlombakan. Ajang perlombaan cover dance, cover sing, cosplay, manga, makan Takoyaki dan lomba makan Ramen ternyata banyak disukai peserta. Tak heran, bila setiap perlomba berlangsung mengundang perhatian berbagai peserta dan pengunjung. Selamat! ADE S
Peserta lomba Cover Dance dari salah satu SMA di Jabodetabek usai menunjukkan aksinya didampingi dua presenter mahasiswa Universitas Trilogi.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
51
PENDIDIKAN
Ekonomi Biru Kembangkan Keahlian Lokal Pemerintah daerah (Pemda) tingkat kabupaten/kota harus bisa mengambil alih peran pengembangan ekonomi biru untuk menyejahterakan rakyatnya. Ekonomi biru adalah suatu model bisnis yang terinspirasi dari alam dengan cara melakukan inovasi dengan memanfaatkan sumberdaya dan produk limbah.
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc bersama Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta Prof Dr Haryono Suyono sosialisasikan program ekonomi biru dipadukan MDGs. [FOTO-FOTO: RAHMA]
52
K
ONSEP ekonomi biru yang dikembangkan oleh Gunter Pauli ini, melalui penelitiannya telah mencatatkan 100 proyek yang secara kreatif menghasilkan usaha dengan keuntungan melimpah. Bahkan targetnya menciptakan 100 juta lapangan kerja hingga tahun 2020, menghasilkan tambahan keuntungan bisnis dan mencapai zero emisi gas kaca hingga 2050. “Gunter Pauli menganut prinsip bagaimana membangun bisnis tanpa modal, tanpa pengalaman. Dengan sendirinya promosi ekonomi menurut Gunter Pauli adalah dengan tenaga biasa, bukan dengan tenaga kuat dan berpengalaman,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, dalam Seminar Nasional “Peran Pemerintah Daerah dalam MDGs dan Ekonomi Biru” di IPB International Convention Center, Bogor, beberapa waktu lalu. Seminar Nasional yang digelar Universitas Trilogi ini dilaksanakan dalam rangkaian Dies
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Natalies pertama Untri yang tepatnya jatuh pada 27 Maret 2014. Keynote Speaker pada acara ini adalah Menteri Kelautan dan Perikanan RI Cicip C Sutardjo yang sambutannya disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan Perikanan Dr Suseno Sukomoyo. Acara ini juga menghadirkan Bupati Kulonprogo dr Hasto Wardoyo yang sukses dengan gerakan Bela dan Beli Kulonprogo. Di Indonesia, kementerian yang paling “getol” mempromosikan ekonomi biru adalah Kementerian Kelautan melalui Badan SDM Kelautan, betul-betul melakukan aksi nyata dengan mengenalkan dan melatih kegiatan ekonomi biru kepada masyarakat, sehingga banyak yang menganggap ekonomi biru itu ekonomi kelautan. Upaya serupa sudah dilakukan oleh Biotrop IPB. Saat ini sudah menanam 1.000 pisang Cavendish (pisang ambon putih) hasil pengembangan kultur jaringan sehingga bisa berbuah dalam waktu delapan bulan. “Jika keluarga miskin kita beri 5 bibit pisang saja, paling tidak mereka jadi bisa menanam pisang. Sehingga bisa saja nanti ada 1 juta orang miskin yang bisa menanam pisang dan siap bekerja sebagai petani pisang,” ujarnya. Kunci ekonomi biru Membangun bisnis tanpa modal, tanpa pengalaman memang bukan hal mudah. Tetapi Gunter Pauli memulainya dari membangun kemampuan masing-masing individu yang ada di desa-desa atau kelompok-kelompok yang ada di desa untuk mengembangkan keahlian pada tingkat lokal. “Tenaga lokal biar pun tidak pintar, harus kerja keras, kerja cerdas. Tidak boleh menjadi sampah. Justru yang tidak pintar itu harus kerja keras menjadi partisipan ekonomi biru,” tukas Prof Haryono Suyono
yang juga Pembina Universitas Trilogi. Dalam hal ini, Prof Haryono Suyono mencontohkan yang dilakukan Gunter Pauli di Nepal. Produksi gandum yang semula pas-pasan tetapi setelah dikenalkan teknologi pertanian, maka hasilnya menjadi melimpah. Tetapi Gunter Pauli cukup dengan teknologi yang sederhana yang bisa dipahami oleh petani. “Jadi hanya mengenalkan teknologi dan petani menjadi sejahtera, bukan teknologi yang menggeser fungsi petani,” ujarnya. Menurut Prof Haryono Suyono ada empat kunci ekonomi biru. Pertama, pemanfaatan sumber daya lokal. Kedua, penanganan masalah kesehatan, pendidikan, lingkungan harus merupakan bagian dari pemanfaatan sumber daya lokal. Ketiga, keahlian dan keterampilan keberhasilan penggunaan teknologi modern. Keempat, efisiensi produk menguntungkan. “Syarat yang diperlukan pemerintah daerah adalah komitmen. Pemda harus sanggup membangun gotong royong hingga tingkat desa. membangun kesadaran pada orang kaya, budaya gotong royong harus dihidupkan. Contohnya Bupati Kulonprogo. Bupatinya sanggup membangun proses pemberdayaan di pedesaan seperti Posdaya atau pos-pos lain yang ada di desa. Karena, proses pemberdayaan hanya bisa dilakukan oleh banyak orang dan banyak profesi. Jadi komitmen bukan hanya kepada bupati, tapi sampai tingkat RT/RW, ” jelasnya. Memang, kata Haryono, program utama ekonomi biru untuk pengentasan kemiskinan. Di beberapa Posdaya seperti di Kulon Progo, sudah bisa mengolah lele, selain digoreng, juga dibuat abon, nugget, dan durinya digerus dijadikan makanan lele. Sehingga tidak ada yang tersisa (zero waste). “Jadi, semua itu mudah dilakukan, intinya jangan ada yang tersisa sia-sia. Bahkan sumber daya manusia pun tidak boleh ada yang tidak berguna, semua harus bisa bekerja. Di sinilah Pemda memegang peranan penting dalam mengembangkan ekonomi biru,” katanya.
Untuk itu Pemda, mulai dari bupati/walikota sampai dengan lurahnya harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk memberdayakan komunitas agar mampu bekerja bersama pemerintah dalam pembangunan yang menguntungkan orang banyak. Serta, menyegarkan kembali budaya gotong royong dan mengajak partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya. Sementara itu, Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, mengatakan, Untri sebagai pengembangan dari STEKPI ini tetap mempunyai semangat membangun jiwa entrepreneur, dan kini setelah menjadi Untri mempunyai ciri khas dalam mengembangkan ekonomi biru. Tujuan ekonomi biru adalah memanfaatkan bahan limbah sebagai faktor input dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas baik dengan biaya yang rendah dan secara bersamaan memberikan tambahan keuntungan dan lapangan kerja. Selain itu, kegiatan ekonomi biru melakukan inovasi terhadap limbah dan sumberdaya untuk mewujudkan zero emisi dalam kegiatan ekonomi. “Sebagai pergurun tinggi, Untri ikut bertanggungjawab dalam mengembangkan ekonomi biru. Dan kami pun mendukung gagasan Prof Haryono untuk mengedukasi ekonomi biru kepada Posdaya. Jadi kami menjadi integral dengan Posdaya,” kata Asep. Indonesia, dari Sabang sampai Merauke sangat kaya akan sumberdaya lokal. Jika diolah dengan baik, tidak ada yang mengalahkan Indonesia. “Jadi lembaga pendidikan harus memberdayakan orang-orang yang bisa menggunakan potensi lokal ini,” ujarnya. RW
Bersama seluruh jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan, Universitas Trilogi siap bersinergi kembangkan ekonomi biru melalui KKN Tematik Posdaya.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
53
PENDIDIKAN
Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo, SpOG (K) dengan batik renteng warna merah khas Kulonprogo dengan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Assep Saepuddin, MSc siap menjalin kerja sama kembangkan ekonomi biru. [FOTO: RAHMA ]
Pemda Kulonprogo telah bergerak dengan memproduksi air mineral sendiri dan tidak membiarkan rakyatnya memakan beras impor. Pemda Kulonprogo juga sudah mulai mempromosikan batik renteng yang menjadi ciri khas Kulonprogo. Bahkan mereka sudah mendapat order 2000 ton beras lewat sosialisasi yang telah dilakukan pihak pemda dengan Bulog untuk penyediaan beras miskin (raskin). “Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan. Karena berasnya tidak ada, sedang orang miskinnya ada, kenapa tidak beli dari daerah. Beras raskin yang disediakan per tahun itu 125.000 ton per tahun untuk Kulonprogo, tapi yang dimakan 45.000. Jadi kita sosialisasikan untuk mensuply sendiri kebutuhan beras di Kulonprogo.” Sementara itu, One Village One Sister Company adalah kerjasama antara desa dengan perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program One Village One Sister Company ini menggandeng 17 perusahaan swasta, BUMN dan BUMD untuk menjadi orangtua asuh dari desadesa di Kulon Progo. Perusahaan yang menjadi orangtua asuh diharapkan dapat membina desa-desa yang menjadi asuhannya sehingga kesejahteraan di desa itu meningkat dan keluar dari angka kemiskinan. Program ini pertama kali diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, pada bulan November 2012 di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap. “Kita juga mengembangkan kepedulian sosial, semua orang kaya ayo sumbangkan zakat, infaq, shadaqah setiap bulan dari PNS harus ada. Tiap Minggu kita gilir datang ke rumah orang miskin untuk melakukan bedah rumah atau apapun. Hal seperti itu mendekatkan orang kaya dan miskin,” ungkap Hasto Wardoyo seraya membenarkan apa yang disampaikan Prof Haryono Suyono tentang bagaimana menyadarkan orang kaya sadar ke orang miskin. Kabupaten Kulonprogo mempertemukan keluarga kaya menjadi pendamping untuk keluarga miskin (inter family) atau yang disebut Keluarga Asuh Binangun, di antaranya dengan membina Posdaya. RW
Terobosan Inovatif Bupati Kulonprogo Bupati Kulonprogo, dr H Hasto Wardoyo, SpOG (K) ternyata menyimpan sejumlah terobosan inovatif untuk membangun daerahnya. Sejak dilantik satu setengah tahun lalu, bupati yang juga berprofesi sebagai dokter ini terus meluncurkan aksinya untuk mengentaskan kemiskinan di Kulonprogo, DIY.
B
EBERAPA inisiatif pro-rakyat yang dicetuskan adalah “Bela dan Beli Kulonprogo” , “One Village One Sister Company,” serta berbagai program yang telah membuahkan penghargaan-penghargaan ternama, yakni Penghargaan Wahana Tata Nugraha dari Kementerian Perhubungan, Damandiri Award, dan Lembaga Ombudsman Award. Inisiatif Bela dan Beli Kulon Progo merupakan semboyan untuk mengajak masyarakat membangun perekonomian Kulon Progo dengan mengutamakan produk sendiri ketimbang produk asing. Dukungan masyarakat terhadap produk lokal diharapkan mampu menghadapi persaingan Asean Free Trade Area (AFTA) di tahun 2015 mendatang. Bupati menerangkan, ideologinya adalah beli dan bela produk sendiri. “Tahun 2015 nanti kita akan digelontori barang-barang impor. Celakanya, orang miskin kalau dikasih barang murah akan konsumtif, bukan produktif. Artinya, mental kita tidak siap. Ini sangat berbahaya. Makanya, kami gerakkan bela dan beli Kulonprogo,” tukas Bupati Kulonprogo di sela acara seminar nasional yang dilaksanakan Universitas Trilogi. Dalam upaya memerangi produk impor ini,
54
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
PENDIDIKAN
Mencontoh Posdaya, Yastroki Siap Mengabdi untuk Rakyat Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Prof Dr Haryono Suyono mengajak seluruh pengurus Yastroki dan pribadi serta masyarakat luas untuk meningkatkan perhatian dan kesadaran terhadap masalah stroke, insan pasca stroke dan utamanya keluarga yang tidak terkena stroke selalu waspada terhadap kemungkinan terkena stroke.
H
AL tersebut disampaikan Prof Haryono Suyono di hadapan sekitar 35 orang pengurus Yastroki tahun 2014 – 2019, usai dikukuhkan oleh Ketua Badan Pembina Yastroki R Soekardi di Jakarta pada 4 Maret 2014 lalu. Hadir dalam acara ini, mantan Menteri Sosial Prof Dr Ir Hj Yustika S Baharsyah, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta HRS Museno SH yang merupakan pengurus baru Yastroki Pusat. Acara pengukuhan pengurus Yastroki priode 2014-2019 yang dilaksanakan secara sederhana di sebuah restauran masakan Jepang di Jakarta ini juga diwarnai acara tiup lilin dan potong kue untuk memperingati hari ulang tahun Ketua Badan Pembina Yastroki R Soekardi yang ke-94. Dalam sambutannya, Ketua Badan Pembina Yastroki R Soekardi meminta agar pengurus Yastroki yang baru dilantik ini memupuk kebersamaan dan kepercayaan. “Memasuki organisasi merupakan peletakan yang berat. Perlu kepercayaan untuk meningkatkan kinerjanya. Tak perlu menengok ke masa yang telah lalu. Prinsip saya, kalau kita ingin menyelesaikan satu masalah, pupuklah kebersamaan dan saling percaya,” tukasnya. Ketua Yastroki terpilih, Prof Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri mengatakan, Laksamana TNI (purn) Sudomo selaku Ketua Yastroki sebelumnya telah mengantarkan dengan sangat baik. Mempersiapkan pengurus yang akan datang dengan infrastruktur yang sangat gagah, sehingga Yastroki juga telah memiliki kantor sendiri. “Mengembangkan Yastroki dengan kepercayaan dan kebersamaan seperti yang dikatakan Pak Soekardi memang benar. Sudomo tidak mendahului para ahli stroke. Almarhum sangat bersahabat dengan insan pasca stroke (IPS), sehingga setiap kegiatan beliau selalu hadir dan memberi semangat, seakan jenderal laksamana yang masih muda, karena semangatnya selalu
berkobar,” kenang Prof Haryono Suyono. Masih mengenang kebersamaan dengan almarhum Sudomo, Prof Haryono Suyono mengajak para pengurus Yastroki untuk bergerak langsung ke masyarakat sesuai profesinya. “Saya hanya ditunjuk sebagai ketua. Oleh karena itu apabila saudara bergerak sebagai dokter, ahli atau penggerak stroke, jangan sekali-sekali bilang nanti tunggu Pak Ketua. Sayangi keluarga yang terkena stroke, cinta pada anak bangsa dalam rangka kesejahteraan bagi seluruh anak bangsa,” imbaunya. Diharapkan juga, apabila seluruh pengurus memiliki hubungan dengan organisasi lain yang ada kaitannya dengan Yastroki diajak bekerja sama, sehingga bisa saling bersinergi. “Kesadaran mungkin terkena stroke perlu disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya sehingga pencegahan stroke dapat dilaksanakan dengan baik,” tegasnya. Selaku Ketua Yastroki, Prof Haryono Suyono berharap agar seluruh pengurus Yastroki mewartakan kepada keluarga miskin agar segera mendaftarkan diri kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hal ini untuk memproteksi bila keluarga miskin terkena penyakit mendapat perawatan cuma-cuma. “Kalau masih ada keluarga miskin belum terdaftar sebagai peserta BPJS diharapkan keluarga yang mampu dapat membayar preminya. Karena ternyata pada saat pendaftaran, masih ada keluarga miskin yang tidak tercatat sehingga tidak mendapat pelayanan cuma-cuma. Karena, kesejahteraan yang dinikmati rakyat banyak adalah menganut pola hidup sehat sehingga tidak terkena stroke,” tegasnya. RW
Ketua Badan Pembina Yastroki R Soekardi (berdiri) saat melantik pengurus Yastroki priode 2014 - 2019. [FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
55
ANEKA PERISTIWA
Pemberdayaan Keluarga untuk Cegah Narkoba
Bergambar bersama Pak Lurah dan istri Anis Ayu Wulandari SSTP usai acara penyuluhan. [FOTO-FOTO: DOK]
P
ERAN orang tua sangat penting dalam upaya membentengi putra-putrinya dari ancaman narkoba. “Tugas orangtua, di antaranya menciptakan rumah tangga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan terbuka pada anak-anak!”, kata Lurah Depok Jaya Ahmad Hambali SSTP pada acara Penyuluhan /Pemberdayaan Keluarga Remaja tentang Bahaya Narkotika&Kenakalan Remaja di Kantor RW 02 Kel. Depok Jaya, Kec Pancoran Mas, Kota Depok, akhir bulan Pebruari 2014. “Tugas penting lainnya adalah mengasuh, mendidik, mengawasi, dan memberikan teladan kepada putraputrinya agar dapat meraih cita-cita luhurnya.”lanjutnya. Agar dapat terhindar dari jeratan narkotika, Ahmad mengimbau para remaja untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan konstruktif, di samping terus berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketua RW 02 Kelurahan Depok Jaya R Gembong Sudjadi Prastowo (kiri), Lurah Depok Jaya Ahmad Hambali, SSTP (tengah) dan Narasumber Babinkamtibmas Depok Jaya Aipda Burhan Effendi SPd (kanan).
56
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
BahayaNarkotika Dalam paparannya tentang bahaya narkotika, Babinkamtibmas Depok Jaya Aipda Burhan Effendi S.Pd. mengingatkan agar anak-anak dan para remaja jangan coba-coba mengkonsumsi barang haram tersebut karena resikonya yang sangat besar. ”Narkoba dapat menimbulkan kecanduan, dan untuk mendapatkan narkoba, terpaksa yang bersangkutan melakukan tindakan-tindakan kriminal, mulai dengan mencuri dan menjual barangbarang milik keluarganya, agar dapat membeli narkotika!”, kata Burhan. Ia mengingatkan para remaja dan anak-anak untuk berhati-hati memilih teman ,dan jangan coba-coba mengonsumsi narkoba, sebab bila ketahuan memakai dan ditangkap polisi, atau petugas BNN, sanksi hukumannya berat, dan bila over dosis bisa meninggal!” tegasnya. Burhan juga memberikan tips kepada remaja agar dapat terhindar dari sasaran para pengedar narkotika. ”Pulang sekolah, usahakan bersama teman-teman, jangan sendirian. Jangan tergiur pemberian dari seseorang, seperti minuman, atau permen, karena bisa saja di situ mengandung narkotika.” Penyuluhan diselenggarakan oleh Bina Keluarga Remaja (BKR) RW O2 Kelurahan Depok Jaya, Kota Depok, diikuti para remaja dari RT 01-RT 12 di lingkungan RW 02 Kelurahan Depok Jaya. AF/HNUR
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
57
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Setelah Berhasil Rakyat Ditinggalkan Rakyat memerlukan figur yang mampu memberikan bimbingan, dorongan dan semangat untuk bangkit dari lembah kemiskinan. Bukan hanya sekadar janji tetapi upaya yang sungguh-sungguh dan melibatkan berbagai pihak agar upaya besar itu mendapatkan hasil yang benar-benar nyata. [FOTO: ISTIMEWA]
A
WAL bulan ini bangsa Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi yang cukup meriah dan rakyat akan memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif untuk masa bakti 20142019. Sesuai peraturan perundang-undangan, bahwa rakyat Indonesia yang berumur di atas 17 tahun memiliki hak untuk memilih wakilwakilnya yang selama beberapa waktu terakhir ini memperkenalkan dirinya, baik melalui media massa maupun dengan cara memasang gambar di pinggir-pinggir jalan. Peristiwa lima tahunan ini tidak banyak yang menyambut dengan gembira, bahkan tidak sedikit yang apatis dan menganggap peristiwa semacam itu hanyalah retorika dan momen untuk mengumbar janji orang-orang atas atau pejabat kepada rakyat yang belum tentu dipenuhi. Rakyat sudah mulai enggan dan kurang tertarik dengan peristiwa-peristiwa semacam itu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh CSIS (Center Strategic for International Studies), dan diumumkan di depan publik tahun 2013 lalu, bahwa sekitar 87,4 persen rakyat Indonesia saat ini tidak lagi percaya dengan partai politik. Demikian juga menurut penelitian yang dilakukan oleh LIPI, kepercayaan rakyat terhadap partai politik hanya 58
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
berkisar 23,4 persen saja. Artinya rakyat sudah mulai tidak lagi tertarik dengan masalah politik dan kegiatannya, meskipun terlihat indah dipermukaan, namun dalam implementasinya dianggap sangat kurang, bahkan tidak ada. Tidak sedikit yang memperkirakan, bahwa pesta demokrasi tahun ini akan banyak rakyat yang tidak ikut serta berpartisipasi dalam pemilu atau golput. Meskipun pemerintah dan sebagian partai politik selalu menghimbau kepada rakyat agar menggunakan haknya dengan baik sesuai hati nuraninya, tetapi diperkirakan partisipasinya akan relatif kecil. Sebagian pengamat mengatakan, bahwa saat ini demokrasi masih sebatas dari rakyat dan oleh rakyat, bukan untuk kepentingan rakyat tetapi untuk kepentingan pejabat, sehingga rakyat terkesan apatis dan kurang tertarik untuk ikut pesta demokrasi. Betapa tidak, saat-saat mereka membutuhkan rakyat, mereka berlomba untuk merebut hati rakyat, dengan berbagai cara agar rakyat mau memilihnya. Cara yang dipergunakan pun bermacam-macam, bisa berbentuk kampanye dengan membagi-bagikan sesuatu, ada yang secara diam-diam memberikan sejumlah barang atau uang dan masih banyak cara lain yang dilakukan. Apabila kita menyaksikan di layar televisi,
kampanye yang dilakukan oleh parpol terlihat dan terkesan meriah seolah-olah rakyat tertarik dengan janji-janji kampanye dan akan mengikuti ajakan yang disampaikan. Namun disisi lain, ternyata tidak sedikit para audiennya yang ikut kampanye itu dibayar dan ada yang mengkoordinir. Mereka itu sengaja datang untuk kepentingan kampanye dan mendapat bayaran dengan jumlah yang bervariatif. Partai apapun yang kampanye, audiennya ya itu-itu juga, seperti halnya dengan demo di jalan-jalan, pelaksana di lapangan dari hari ke hari merekamereka juga. Di sini terjadi apa yang disebut dengan jual beli massa. Seseorang atau partai politik bisa saja mengerahkan massa sebanyakbanyaknya atau sesuai yang diinginkan, asalkan mereka memiliki dana yang cukup untuk itu. Pengerahan massa kalau hanya sekadar dihimbau atau diajak tanpa ada imbalan, saat ini agak sulit terlaksana. Orang akan berpikir bila diajak kampanye atau mendengarkan pidato politik yang secara pribadi tidak menguntungkan dirinya, namun apabila mendapat sesuatu, apalagi yang bersangkutan tidak memiliki kegiatan, maka dengan mudah akan ikut meramaikan suasana kampanye. Dengan melihat banyaknya calon anggota legislatif dan banyaknya partai politik, potensi bakal terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pemilu kemungkinan besar masih terjadi. Ini pertanda bahwa kehidupan gotong-royong dan saling bekerja sama agak mulai mengendor. Terjadi persaingan yang luar biasa, bukan hanya terjadi antar partai politik, tetapi samasama dalam satu partai pun terjadi persaingan, rebutan konstituen yang berakibat tergoyahnya persatuan antar mereka sendiri. Kalau pejabat di atas saling berebut dan tidak memberikan contoh yang baik kepada rakyat, bagaimana rakyat di bawah ? Ini sungguh menyedihkan, sesama anak bangsa saling berebut untuk kepentingan pribadinya, bukannya memberikan contoh perilaku yang baik dan menciptakan bagaimana bangsa ini tetap rukun, damai dan bersatu, tetapi justru mempertontonkan contoh perilaku yang kurang mendidik kepada rakyat. Apalagi kalau melihat banyaknya pejabat yang tersandung masalah pada saat mereka berkuasa, baik masalah korupsi maupun masalah-masalah lain yang merugikan rakyat, dan saat ini mereka itu ingin kembali mencalonkan diri sebagai calon legislatif, di sini terlihat bahwa rakyat hanyalah dijadikan objek untuk kepentingan mereka. Setelah berhasil rakyat akan ditinggalkan. Memperhatikan
situasi seperti itu, maka tidak bisa disalahkan apabila rakyat mulai berbuat anarkis, karena merasa dibohongi oleh pejabat yang diusungnya. Meskipun kampanye partai politik terkesan gegap gempita, namun pada akhirnya yang menikmati keuntungan hanya sekelompok kecil dari mereka yang terpilih, rakyat kembali seperti semula. Yang miskin tetap miskin, yang pengangguran belum tentu mendapatkan pekerjaan dan yang menyedihkan adalah janji-janji politik Dr Mulyono D Prawiro tak kunjung terealisasi. Namun kita tetap optimis, diantara sebagian orang berlomba untuk merebut kekuasaan, rakyat di desa-desa yang tergabung dalam kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) akhirakhir ini sedang giat-giatnya mengkampanyekan proses pemberdayaan yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga. Berbagai cara dilakukan untuk mengembangkan keluarga, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi maupun bidang lingkungan. Semua yang dilakukan bukannya charity atau memberikan bantuan secara cuma-cuma, tetapi melalui proses pemberdayaan dan mendorong rakyat, terutama keluarga miskin untuk bekerja cerdas dan keras, sehingga kesejahteraannya bisa ditingkatkan serta hasilnya benar-benar nyata, bukan retorika belaka. Rakyat di desa merindukan adanya perhatian yang serius, bimbingan, dorongan dan pembelajaran serta pelatihan yang sungguh-sungguh agar mereka mampu mandiri dan tidak tergantung pada pemberian atau bantuan yang sifatnya charity atau belas kasihan. Rakyat Indonesia berani bangkit bilamana ada yang membimbing, mengarahkan dan mendorong mereka. Rakyat memerlukan figur yang mampu memberikan bimbingan, dorongan dan semangat untuk bangkit dari lembah kemiskinan. Bukan hanya sekedar dengan janji-janji tetapi dengan upaya yang sungguh-sungguh dan melibatkan berbagai pihak agar upaya besar ini mendapatkan hasil yang benar-benar nyata. Di dalam Posdaya rakyat merasa dilibatkan dalam proses pembangunan bangsa dan dihargai sebagai warga negara serta tidak ditinggalkan, tetapi ikut serta merasakan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
59
FORUM KITA
Dr Ir Wayan Sukarya D, MS *)
OST Posdaya Peluang Luar Biasa Menambah Pengalaman, Teman dan Ilmu Pengetahuan Observation Study Tour (OST) yang dicanangkan oleh Damandiri untuk membantu memberikan peluang kepada kelompok penggerak Posdaya di lapangan bersama Pemda setempat untuk dapat melihat langsung kelebihan Posdaya yang menjadi tempat OST. Dari pengalaman itu diharapkan apa-apa yang sudah dilihat, didengar, dibaca petunjuk /brosur dan dicobakan nantinya dapat diadopsi dan segera dapat diterapkan di Posdayanya masing-masing. Kalau kita camkan benar pengalaman mengikuti OST itu dapat menambah pengalaman, teman dan ilmu pengetahuan kepada peserta OST.
Sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan OST yaitu mau mendengarkan, melihat dan menanyakan hal-hal yang ingin diketahui niscaya pasti dapat nilai tambah bagi peserta OST. [FOTO: ADE S]
60
O
ST memberikan pengalaman bagi penggerak Posdaya di lapangan. Kita akui secara jujur bahwa OST dapat meningkatkan pengalaman kita sebagai penggerak Posdaya di lapangan. Misalnya dari program/kegiatan utama Posdaya yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi produktif dan lingkungan hampir semuanya dapat meningkatkan pengalaman lapangan bagi peserta OST. Kita ambil satu contoh dalam bidang lingkungan misalnya di mana Posdaya yang kita kunjungi sebagai tempat OST ada programprogram yang sangat menarik, kompetitif dan
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
produktif. Seperti kegiatan membuat cindera mata berbagai jenis bunga yang dapat dipajang diruang tamu, di mana semua bahanbahannya terbuat dari limbah botol-botol plastik minum aqua dan lain-lainnya. Boleh dikatakan dari loyang menjadi mas dari limbah membawa berkah atau dari tidak berarti menjadi sesuatu yang bermanfaat (Nothing menjadi Something). Bayangkan saja dari limbah bisa menjadi kembang yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sampaisampai satu tangkai bunga dapat berniali 20 ribu-25 ribu. Seandainya pengalaman yang kita dapatkan ini kita adopsi dan sosialisasikan
kepada mitra penggerak Posdaya masingmasing niscaya akan sangat menarik dan menambah kegiatan produktif dari ibu-ibu Posdaya. Mengikuti OST akan menambah teman, tentu saja dari peserta OST saja sudah beragam pesertanya dari berbagai perguruan tinggi PTN/PTS dan ada dari staf Pemdanya, serta ada beberapa kepala desa dan ibu-ibu pengelola Posdaya. Belum lagi bertemu dengan pengelola Posdaya yang menjadi tempat OST, bersama pengurus Posdayanya. Sudah selayaknya peserta OST berkomunikasi secara intens, saling tukar menukar pengalaman dengan para pengelola Posdaya tempat kita mengadakan OST. Sudah saling berkomunikasi, tukar menukar kartu nama, nomor HP, E-mail dan sebagainya. Ini sangat penting sekali dilakukan apabila kita ingin OST itu dapat bermanfaat bagi peserta semua. Apalagi kita ingin menerapkan kegiatankegiatan itu di Posdaya kita masing-masing tinggal kita kontak saja HP nya dan kirim melalui E-mailnya. Percuma rasanya kita ikut OST kalau hanya diam seribu bahasa dan tidak berkomunikasi dengan para pengelola Posdaya OST itu, berarti peluang untuk maju sudah berkurang kesempatannya, tidak ada nilai tambah (value added) kegiatan OST itu. Mengikuti OST menambah Ilmu Pengetahuan (Transfer of Knowledge ) para peserta OST kalau berani berkata jujur pasti mengatakan mendapatkan pengetahuan yang luar biasa. Kenapa demikian karena ada hal-hal baru yang kita temukan, lihat dan dengar di lapangan. Kalau kita sungguh-sungguh mau mendengarkan, melihat, menanyakan hal-hal yang kita ingin ketahui niscaya pasti dapat nilai tambah (value added) bagi peserta OST itu. Apalagi ditambah ilmu pengetahuannya pada “Haryono Suyono Center” sebagai Pusat Pembelajaran Posdaya, digodog selama sehari penuh, di mana pembicaranya orang-orang terpilih dengan topik-topik yang menarik tentu akan menambah lagi ilmu pengetahuan (Transfer of knowledge, dan transfer of skill) yang kita peroleh. Sebagai contoh bagaimana cara memanage/masalah Bank Sampah dengan baik, pembukuannya, menentukan harga, pengelolaan sampah di penampungan dan lain-lain. Pada waktu dulu paradigma pengelolaan sampah adalah kumpul, angkut dan buang, Paradigma pengelolaan sampah baru adalah kumpul, pilah, olah dan buang (bila perlu tanpa waste). Ada slogan dari Direktur Bank
sampah mengatakan “ lebih baik hidup dari sampah ketimbang hidup jadi sampah”. Kembali lagi semua itu tergantung pada individu peserta OST itu sendiri, kalau ikut hanya diam saja, datang terlambat tidak mau tanya, mencatat dan memotret hasilnya, akhirnya yang di dapat kembali kosong Zero to Zero dan bukannya Zero to Hero. Di dalam mengikuti kegiatan OST kita harus bisa membangkitkan sikap positip terhadap suatu program pelatihan, kalau Dr Ir Wayan Sukarya D, MS tidak peserta akan setengah hati, peserta tidak akan serius dalam mengikuti pelatihan apapun, peserta harus diarahkan untuk membangkitkan sikap butuh, ingin tahu/bisa dan mau belajar. Peserta OST harus proaktif artinya bisa memotivasi diri, mau memacu diri sendiri tanpa harus ditongkrongi oleh orang lain mau dan bisa memimpin diri sendiri. Dalam kegiatan OST kita dapat mengukur kegiatan Posdaya kita masing-masing, kita coba bandingkan dengan Posdaya tempat di mana kita melaksanakan OST. Tentunya berbagai macam perasaan muncul dari peserta, ada yang merasa rendah diri (Under Confidence) karena kegiatan Posdayanya jauh dari apa yang dilihatnya dilapangan, ada yang merasakan biasa-biasa saja atau sama saja dengan kegiatan Posdayanya yang sedang mereka kerjakan dengan program penguatan Posdaya, dan ada juga yang merasakan kegiatan Posdayanya lebih dari apa yang dilihatnya di lapangan tempat di mana OST itu diadakan (Over confidence). Tentu saja perasaan plus minus itu biasa terjadi di dalam kita mengadakan studi banding/studi comparatif dengan daerah lainnya. Tetapi harapan kami apa-apa yang sudah dilihat, didengar, dibaca brosurnya, didiskusikan di lapangan pada waktu OST agar segera diadopsi serta disebarluaskan secepatnya. Kenapa demikian, semakin lama makin lupa, makin malas dan disusul oleh kegiatan kegiatan lainnya. Semoga para peserta OST benar-benar menyiapkan diri sebaik-baiknya dan mau mengikuti setiap kegiatan dengan penuh perhatian, akhirnya semoga kegiatan OST dapat memberikan andil bagi kemajuan Posdaya itu sendiri. *) Penulis adalah mantan Ketua LPM Universitas Diponegoro Semarang/HNUR Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
61
LAPORAN DAERAH
Bupati Pacitan Drs Indartato, MM dan Lucky Indartato saat diwawancarai Tim Liputan Radio DFM di studio mini. [FOTO: HARI]
sama teman-teman RJKI mewawancarai berbagai narasumber, baik bupati, rektor perguruan tinggi, maupun Posdaya terbaik. Hal sama juga dilakukan ketika gelaran Konvensi Nasional Posdaya 2014 di Aula Gedung Serbaguna Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, yang pagi dihadiri 3.000 undangan. Tim Radio DFM menjadi salah satu saksi yang menginformasikan kegiatan yang gegap gempita tersebut dengan diramaikan para Posdaya berprestasi tingkat nasional. Hadir Kepala Badan SDM Kementrian Kelautan dan Perikanan Dr Suseno Sukoyono, 18 Bupati/Walikota maupun yang mewakili, 18 camat, puluhan rektor perguruan tinggi negeri maupun swasta, Dirum Bank UMKM Jatim, pengurus 7 Yayasan, PWRI, DNIKS, serta ribuan kader Posdaya. Menjadi momen menarik bagi sebuah media untuk menyampaikan liputannya dalam kemasan informasi baik news maupun wawancara langsung, terlebih bagi radio yang memanfaatkan kecanggihan teknologi. Selain Drs Triadi P Suparta, MBA selaku Direktur Radio DFM, ada juga Hari Setiyowanto, Produser Program Damandiri, Riri Wijaya, Marcy Sahulata, Jody Massardi serta Damar Perdhana.
Momen HUT Damandiri Jadi «Live Event» DFM Momen HUT Yayasan Damandiri ke-18 yang dirayakan bersama mitra kerjanya menjadi liputan menarik Tim Radio DFM 103,4 Jakarta.
B
ERBAGAI rangkaian kegiatan terkait peringatan hari bersejarah kelahiran yayasan yang mempunyai komitmen membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan menjadi liputan menarik media, utamanya media mitra Yayasan Damandiri baik cetak, elektronik televisi maupun radio. Selama tiga hari penuh, sejak 14-16 januari 2014, sejumlah reporter Radio DFM bersama teman-teman mitra jejaring dari radio komunitas yang tergabung dalam Radio Jaringan Komunitas Indonesia (RJKI) DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah meliput kegiatan tahunan tersebut. Bersama kader Posdaya, pengurus Yayasan yang lahir pada 15 Januari 1996 silam ini, mengajak kader-kader dari 18 Posdaya terbaik nasional bersama camat, lurah melihat langsung kegiatan Posdaya di daerah Kulonprogo, Yogyakarta. Dengan antusias kehadiran rombongan ini diterima Bupati dr H Hasto Wardoyo, SPOG bersama jajaran SKPD. Secara langsung, reporter Radio DFM pun mewancarai Bupati Kulonprogo yang ahli dalam bidang kebidanan ini. Pun demikian saat momen penting pemotongan tumpeng sebagai tanda peringatan sekaligus ucap syukur 18 tahun Yayasan Damandiri, Tim Radio DFM membuat studio mini di tempat yang stategis, tepat loby di tempat dilangsungkannya acara tersebut, di East Park Hotel Yogayakarta. Di sudio mini itu pula, Tim Radio DFM ber-
62
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
Mitra Radio DFM 103.4 Jakarta merupakan mitra Damandiri. Secara konsisten sebagai media informasi, DFM selain menyiarkan acara hiburan berupa lagu-lagu juga menyiarkan program siaran pemberdayaan masyarakat dengan fokus sentralnya, keluarga Indonesia. Isu keluarga ini sangat luar biasa dan sangat penting. Itu yang menjadi value utama, sehingga Radio DFM sebagai family station itu menyuarakan nilai-nilai baik dalam keluarga, pemberdayaan keluarga seperti yang menjadi komitmen Damandiri. Mengenai apa dan siapa itu pemberdayaan keluarga yang diberdayakannya? Kalau individu yang konsen sama keluarga itu berdaya, yang paling utama diberdayakan adalah keluarga setelah itu lingkungan terdekatnya, yaitu kerabat dan keluarganya, selanjutnya lingkungan terdekat di samping kanan dan kiri di sekitarnya. HARI
LAPORAN DAERAH
Masalah Kependudukan Tanggung Jawab Bersama Masalah kependudukan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bermitra dengan berbagai organisasi masyarakat, lembaga, perusahaan.
“K
ETERPADUAN dan harmonisasi sangat penting sehingga masyarakat menyadari harus terlibat dalam mengatasi masalah kependudukan hingga terciptalah masyarakat dan negara yang sejahtera,” kata Kepala BKKBN, Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK saat Rapat Kerja Koordinasi Nasional (Rakornas) Kemitraan di Jakarta beberapa waktu lalu. Saat ini, di Indonesia terdapat 67 juta keluarga, 45 juta pasangan di antaranya adalah pasangan usia subur (PUS). Dari pasangan itu, setiap tahun terjadi 4,5 juta anak yang lahir. “Anakanak yang lahir ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan anak berkualitas. Jika kita biarkan saja, maka kelak akan menjadi beban bangsa,” kata Fasli. Fasli mengatakan, jika tidak bisa mengendalikan penduduk, maka berapa pun pertumbuhan ekonomi suatu negara, jika angka kelahirannya tinggi, maka akan percuma saja pertumbuhan ekonomi itu. Oleh karena itu, kemitraan yang efektif akan membawa dampak positif terhadap pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga. Hadir dalam Rakornas Kemitraan antara lain, Ketua Umum Apindo Sofyan Wanandi, Ketua PP Muslimat NU Dra Hj Khofifah Indar Parawansa, Ketua PP Muhammadiyah Noordjanah Djohantini, Ketua PP Ikatan Bidan Indonesia Emi Nurjasmi. Ketua Umum Apindo Sofyan Wanandi mengatakan, para pengusaha sangat mendukung dalam pengendalian penduduk, dan salah satunya dengan mengikuti program keluarga berencana (KB). “Kami memiliki potensi yang sangat besar, kami punya klinik-klinik, kami juga punya CSR (corporate social responsibility), tetapi program KB belum optimal dilaksanakan,” ujarnya. Oleh karena itu, Sofyan meminta agar jajaran BKKBN lebih gencar lagi dalam mengedukasi perusahaan-perusahaan. “Saya juga ngeri kalau penduduk tidak terkendali, sekarang saja kemiskinan sudah banyak, bagaimana kalau penduduk tambah banyak, apalagi tidak memiliki kualitas yang baik, ini sangat bahaya,” katanya. Sementara itu, Ketua PP Muslimat NU Dra
Hj Khofifah Indar Parawansa mengaku salut dengan adanya program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). “Posdaya sangat bagus untuk memberdayakan masyarakat. Posdaya juga mengisi berbagai kekosongan dalam peningkatan kualitas delapan fungsi keluarga yang sekarang terasa melemah,” tukasnya. Target MDGs Menurut Wakil Menteri Kesehatan Prof Dr Ali Ghufron Mukti, masih banyak target MDGs yang belum dapat tercapai, salah satunya Angka Kematian Ibu (AKI). “Pemerintah optimistis dan yakin permasalahan gizi, penyakit TB, dan malaria akan mencapai target pada 2015, namun tidak untuk AKI,” ujarnya. AKI tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup atau lebih tinggi dari yang ditargetkan yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Tetapi hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 malah melonjak menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. “Masalahnya macam-macam, misalnya, usia nikah 45 persen di bawah 19 tahun. Di usia muda ini belum siap secara mental dan alat reproduksinya juga belum matang,” ungkapnya. Hal senada dikatakan Ketua PP IBI, Dr Emi Nurjasmi, MKes selain dari berbagai faktor keterlambatan tersebut, AKI juga berhubungan erat dengan program Keluarga Berencana (KB). ”Jadi, penyebab tingginya angka kematian ibu salah satunya adalah jika program Keluarga Berencana gagal, itu merupakan penyumbang terbesar,” ujarnya. HANUR/RW
Kepala BKKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGk (paling kanan) bersama tokoh-tokoh mitra penggerak KKB di acara konperensi Pers Rakornas Kemitraan.
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
63
DNIKS
Pekerja Sosial Dituntut Profesional
Tangani Masyarakat di Luar Panti Peran pekerja sosial dulu dan sekarang sangat berbeda jauh. Kalau dulu, pekerja sosial lebih diperuntukkan bekerja di klinik-klinik, panti jompo dan panti-panti yang mengurusi mereka yang tak berdaya. Kini, pekerja sosial memiliki dimensi baru. Tidak lagi bekerja di klinik-klinik, tapi lebih luas lagi melayani mereka yang menderita hingga ke desa-desa.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono ((kanan) saat menjadi pembicara dalam sebuah seminar nasional yang diselenggarakan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. [FOTO-FOTO: RAHMA]
Peserta seminar tetap semangat mengikuti seminar tentang peran pekerja sosial, meski hari sudah menjelang sore.
64
“P
EKERJA sosial masa depan tidak selalu mengurusi pasien penderita sosial, tapi manusia yang ingin berubah. Karena dunia ini berubah dengan kecepatan sangat tinggi,” ungkap Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Haryono Suyono, saat menjadi nara sumber dalam seminar nasional tentang Kontektualitas Peran Pekerja Sosial di Negara Berkembang, yang diselenggarakan Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beberapa waktu lalu. Dihadapan puluhan mahasiswa UIN Jakarta, Prof Haryono Suyono mengatakan, penyelenggara pendidikan yang memiliki
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
jurusan kesejahteraan sosial hendaknya memberikan pemahaman yang benar kepada peserta didik, bagaimana membantu masyarakat, termasuk melayani penduduk yang sakit. “Kondisi panti sosial hanya dihuni sekitar 30 orang setiap panti. Artinya, 1.500 panti yang ada di Indonesia masih belum mampu menampung para lansia atau penyandang sosial lainnya,” cetusnya. Oleh karena itu, kata Prof Haryono Suyono, Pekerja sosial dituntut menguasai teknik profesional masyarakat di luar panti lembaga sosial. Pekerja sosial harus bisa bergabung dengan akademisi, bisnis, comunitas dan government atau disingkat ABCG. “Kalau kita tidak pintar merangkul bisnis, akan sangat susah mendapat bantuan dana. Oleh karena itu kita harus dekat dengan bisnis agar para pengusaha itu menjadi peduli terhadap mereka yang ingin mendapat bantuan sosial dari kondisi sederhana menjadi modern.” Kepada mahasiswa, pria yang tampak segar dibandingkan usianya itu, mengajak untuk terus mengembangkan kuliah kerja nyata sebagai wahana memberdayakan masyarakat pedesaan. “Bisa juga mahasiswa membantu pos-pos pember-
dayaan di desa agar pendapatan masyarakat makin bertambah. Banyak program pemberdayaan tetapi hanya sedikit yang berjalan secara mulus. Makanya, ketika pekerja sosial turun ke sana, memiliki tugas menghidupkan kembali pos pemberdayaan itu,” sarannya. Prof Dr Haryono Suyono mengakui profesi pekerja sosial ini sendiri peranannya di Indonesia belum terlalu banyak dalam menangani permasalahan sosial. Selain karena pemerintah yang kurang memberi tempat, para lulusan pekerja sosial sendiri kurang dapat fokus terhadap bidang garapannya. “Tapi itu bukan alasan. Karena pekerja sosial yang sudah mendapatkan sertifikasi saja belum tentu mahir kecuali sertifikasi itu dibuat oleh masyarakat,” jelasnya. Peserta calon pekerja sosial pun diingatkan agar terus melakukan eksplorasi lebih jauh mengenai konsep “Social Entrepreneur”, membangun empati, mendisain social change dengan social entrepreneur, hingga bagaimana memulai aksi dengan cara inovatif. Sementara, Sekjen Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) Nurul Eka Hidayati, yang menjadi narasumber kedua juga mengakui jika hasil sertifikasi yang dilakukan selama ini, masih terlalu sedikit. “Di Indonesia, baru ada sekitar 800 pekerja sosial. Saat daftar sertifikasi memang banyak tapi yang lulus masih di bawah 50 persen,” kata Nurul. Uji kompetensi ini penting dilakukan dalam menjaring pekerja sosial yang profesional. “Kita ini, nggak ada yang bayar, kita ini benar-benar sosial. Ke depan pemerintah bisa melibatkan kelompok kita dalam menanggulangi berbagai persoalan sosial di Indonesia,” tuturnya. Pemerintah hendaknya, banyak memberikan kesempatan
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Arief Subhan, MA memberikan plakat penghargaan kepada Prof Haryono Suyono yang telah memberikan kuliah umum bagi mahasiswanya dengan sangat menarik.
terhadap pekerja sosial dan lulusan pekerjaan sosial juga mungkin harus lebih menspesialisasikan diri terhadap masalah-masalah sosial. RW/H NUR
Gemari Edisi 159/Tahun XV/April 2014
65