MEMBANGUN DESA WISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI DESA KENDRAN KABUPATEN GIANYAR Ni Ketut Arismayanti1, I Gusti Ngurah Widyatmaja2, I Wayan Wiraatmaja3 1 Program Studi Diploma IV Pariwisata,Fakultas Pariwisata, Unud, Denpasar Telp/Fax : (0361) 223798, Email :
[email protected] 2 Program Studi Diploma IV Pariwisata,Fakultas Pariwisata, Unud, Denpasar 3 Program Studi Agribisnis,Fakultas Pertanian, Unud, Denpasar ABSTRACT The aim of the research is to find the identification of the potential of nature tourism, cultural tourism, and creativity of local communities of Kendran Village and determine the condition of the internal environment (as seen from the strengths and weaknesses) and external environment (as seen from the opportunities and threats) of Kendran Village. Since the development of creative economy based rural tourism is one of the attempts to open up the market share (market niche) that had not done yet.SWOT analysis method used in this research to explore the potential of the internal environment, such as Strengths, namely rice field scenery with jogging tracks, the preserved traditional culture as traditional Balinese architecture, sacred places, historical relics in the village area, the activities of the Balinese-Hinduism ceremonies, arts and cultures, as well as the hospitality of communities, and accessible areas. We found the Weaknesses on infrastructure, public facilities, lack of tourism programs along with its management, and lack of foreign languages including English. Likewise, on the external environment, they have the opportunities in location of Kendran Village, the popularity of rural tourism, increasing of tourists arrival who interested in culture & nature tourism, information and technological advances that supports the promotion of Kendran Village, the support of the Gianyar Government, the development of creative economy based tourism, and the Threats such as increased competition in tourism industry, lack of passion of rural life in young generations, the culture commercialization, and also the stability of political and security situation in Indonesia. Keyword: natural potentials, cultural potentials, creative of local community, creative economy.
1.PENDAHULUAN Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata saat ini sedang gencargencarnya mengembangkan desa wisata di seluruh Indonesia melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Program PNPM Mandiri Pariwisata ini berupaya membantu masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah destinasi pariwisata. Desa-desa yang menjadi sasaran PNPM Mandiri Pariwisata adalah desa-desa yang memiliki potensi pengembangan kegiatan kepariwisataan, berdekatan dengan Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW), dan fasilitas pendukung pariwisata (budpar, 2010). Desa Kendran merupakan salah satu desa di Kabupaten Gianyar yang memiliki potensi pengembangan desa wisata berbasis ekonomi kreatif. Desa Kendran layak dikembangkan sebagai desa wisata karena didasari: 1) letaknya yang sangat strategis (berdekatan dengan kawasan wisata Ubud), 2) memiliki modal tradisi local genius dan religious yang dipelihara sangat kuat, 3) masyarakat lokal memiliki kreatifitas tinggi dalam bidang kerajinan seni ukir dan seni pahat sebagai salah satu produk lokal yang dikembangkan sebagai cendramata bagi wisatawan. Selain itu, Desa Kendran terkenal dengan deretan seribu artshop. Melihat deskripsi di atas, idealnya pengembangan desa wisata di Desa Kendran memiliki nilai jual tinggi untuk dijadikan daya tarik wisata unggulan, namun secara realita berkata lain, belum mampu dikembangkan dan dikelola sebagai Desa wisata yang professional, baik dari aspek manajemen, SDM, maupun pemanfaatan potensi desa. Untuk itulah, penelitian ini sangat penting dilakukan, sehingga pengembangan Desa Kendran sebagai desa wisata yang berbasis ekonomi kreatif dapat dijadikan model pengembangan desa wisata lainnya di Bali. TINJAUAN PUSTAKA 1
Konsep Ekonomi Kreatif Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi Definisi ekonomi kreatif hingga saat ini masih belum dapat dirumuskan secara jelas. Kreatifitas, yang menjadi unsur vital dalam ekonomi kreatif sendiri masih sulit untuk dibedakan apakah sebagai proses atau karakter bawaan manusia. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Hal ini bias dijelaskan dalam bagan seperti terlihat pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Ruang Lingkup Ekonomi Kreatif
Sumber : UNDP, 2008 Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan (2008) mengidentifikasi setidaknya 14 sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu 1. Periklanan 2. Arsitektur 3. Pasar barang seni 4. Kerajinan (handicraft) 5. Desain 6. Fashion 7. Film, video, dan fotografi 8. Permainan interaktif 2
9. Musik 10. Seni pertunjukan 11. Penerbitan dan percetakan 12. Layanan komputer dan piranti lunak 13. Radio dan televisi 14. Riset dan pengembangan 2.2 Ekonomi Kreatif dan Pengembangan Wisata Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006). Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Something to see terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata, something to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata, sementara something to buy terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy dengan menciptakan produk-produk inovatif khas daerah. Dalam pengembangan ekonomi kreatif melalui sektor wisata yang dijelaskan lebih lanjut oleh Yozcu dan İçöz (2010), kreativitas akan merangsang daerah tujuan wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan daerah tujuan wisata lainnya. Dari sisi wisatawan, mereka akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk khas untuk kemudian dibawa pulang sebagai souvenir. Di sisi lain, produk-produk kreatif tersebut secara tidak langsung akan melibatkan individual dan pengusaha enterprise bersentuhan dengan sektor budaya. Persentuhan tersebut akan membawa dampak positif pada upaya pelestarian budaya dan sekaligus peningkatan ekonomi serta estetika lokasi wisata. Potensi wisata tersebut dapat dikembangkan melalui ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif di sini tidak hanya melibatkan masyarakat atau komunitas sebagai sumber daya yang berkualitas, tetapi juga melibatkan unsur birokrasi dengan pola entrepreneurship (kewirausahaan). Konsep pelibatan birokrasi dalam ekonomi kreatif adalah bahwa birokrasi tidak hanya membelanjakan tetapi juga menghasilkan (income generating) dalam arti positif (Barringer, 1994). Lebih lanjut Barringer (1994) mengungkapkan bahwa strategi pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dirumuskan sebagai berikut : 1. Meningkatkan peran seni dan budaya pariwisata 2. Memperkuat keberadaan kluster-kluster industri kreatif 3. Mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif 4. Melakukan pemetaan aset yang dapat mendukung munculnya ekonomi kreatif. 5. Mengembangkan pendekatan regional, yaitu membangun jaringan antar kluster-kluster industri kreatif. 6. Mengidentifikasi kepemimpinan (leadership) untuk menjaga keberlangsungan 3
dari ekonomi kreatif, termasuk dengan melibatkan unsur birokrasi sebagai bagian dari leadership dan facilitator. 7. Membangun dan memperluas jaringan di seluruh sektor 8. Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi, termasuk mensosialisasikan kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif dan pengembangan wisata kepada pengrajin. Pengrajin harus mengetahui apakah ada insentif bagi pengembangan ekonomi kreatif, ataupun pajak ekspor jika diperlukan. 2.3 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Sektor Wisata Pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata memerlukan sinergi antar stakeholder yang terlibat di dalamnya, yaitu pemerintah, cendekiawan, dan sektor swasta (bisnis). Model pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dapat diadaptasi dari model-model desa atau kota kreatif. Desa atau kota kreatif bertumpu pada kualitas sumber daya manusia untuk membentuk (bisa dalam bentuk design atau redesign) ruang-ruang kreatif (UNDP, 2008). Pembentukan ruang kreatif diperlukan untuk dapat merangsang munculnya ide-ide kreatif, karena manusia yang ditempatkan dalam lingkungan yang kondusif akan mampu menghasilkan produk-produk kreatif bernilai ekonomi. Festival budaya, merupakan salah satu bentuk penciptaan ruang kreatif yang sukses mendatangkan wisatawan. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada Bagan Model Sinegitas Stakeholders Ekonomi Kreatif Sub-Sektor Kerajinan dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2. Bagan Model Sinergitas Stakeholders Ekonomi Kreatif Sub-Sektor Kerajinan (sumber: Departemen Perdagangan Rep. Indonesia, 2008)
4
Dalam konteks kepariwisataan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau studio. Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif harus dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas. Konektivitas tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009). Dari segi ekonomi kreatif, produk kerajinan dalam bentuk souvenir dapat terjual sementara dari sektor wisata, wisatawan memperoleh suatu memorabilia mengenai daerah wisata tersebut. Konektivitas atau linkage antara ekonomi kreatif dan wisata dapat berbentuk outlet penjualan yang terletak di daerah wisata. Dengan kata lain, wisata menjadi venue bagi ekonomi kreatif untuk proses produksi, distribusi, sekaligus pemasaran. Seperti dijelaskan pada gambar 2.3 bagan linkage antara ekonomi kreatif dan sektor wisata Gambar 2.3
linkage antara ekonomi kreatif dan sektor wisata Venue
WISATA
OUTLET
Memorabilia
Supply
EKONOMI KREATIF
Penyerapan produk kreatif
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi model linkage tersebut adalah penetapan lokasi outlet yang harus diusahakan berada di tempat strategis dan dekat dengan tempat wisata.
2.4 Pemberdayaan Masyarakat Partisipasi masyarakat sangat perlu dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata yang tidak melibatkan masyarakat sering menyebabkan adanya rasa terpinggirkan di antara masyarakat setempat. Akibat lebih jauh adalah adanya konfrontasi antara masyarakat lokal dengan kalangan industri, yang pada akhirnya mengancam keberlanjutan pembangunan pariwisata itu sendiri. Untuk bisa meningkatkan partisipasi masyarakat, maka sangat diperlukan agar program-program pembangunan atau inovasi-inovasi yang dikembangkan mengandung unsur-unsur:
5
1). Memberikan keuntungan secara relatif, terjangkau secara ekonomi dan secara ekonomis dianggap biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari hasil yang diperoleh (relative advantage). 2). Unsur-unsur dari inovasi dianggap tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan kepercayaan setempat (compatibility). 3). Gagasan dan praktek baru yang dikomunikasikan dapat dengan mudah dipahami dan dipraktekkan (complexity and practicability). 4). Unsur inovasi tersebut mudah diobservasi hasilnya lewat demontrasi atau praktek peragaan (observability). Partisipasi masyarakat merupakan suatu keharusan di dalam setiap pembangunan, agar pembangunan tersebut dapat berkelanjutan. Hal ini khususnya benar pada pembangunan yang multidimensi. Woodly (dalam Pitana, 2006) menyatakan bahwa “Local people participation is a prerequisite for sustainable tourism”. Dalam konsep pemberdayaan terdapat tiga komponen yang harus ada, yaitu: 1). Enabling setting, yaitu memperkuat situasi kondisi ditingkat lokal menjadi baik, sehingga masyarakat lokal bisa berkreativitas. 2). Empowering local community, artinya setelah local setting tersebut disiapkan, masyarakat lokal harus ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya, sehingga mampu memanfatkan setting dengan baik. Hal ini antara lain dilakukan dengan melalui pendidikan, pelatihan, dan berbagai bentuk pengembangan SDM lainnya. 3). Socio-political support, yaitu diperlukan adanya dukungan sosial, dukungan politik, networking, dan sebagainya. Meskipun mengakui bahwa ada banyak hal positif pada pembangunan skala besar, dan ada beberapa kelemahan pembangunan skala kecil, banyak ahli yang menyarankan agar pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata skala kecil. Karena hanya pada skala kecil partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan. 2.5 Pengembangan Desa Wisata Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, dilihat dari segi kehidupan sosial
6
budayanya, adat-istiadat kesehariannya, arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa, serta mempunyai potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, makanan minuman, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya. Sedangkan Edward Inskeep (1999:166) bahwa Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and the local environmen (wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat). Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Pada prinsipnya dalam pengembangan desa wisata yang dilakukan, hendaknya memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : 1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa. 2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki. 3. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “Sifat” budaya tradisional yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi atraksi tersebut. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan kolaborasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara mendalam (depth interview), penyebaran angket (questioner). Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan, baik secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (dalam bentuk naratif). Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi adalah matriks SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats). Definisi Operasional Variabel Untuk membatasi penelitian ini, variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel internal dan eksternal. Variabel internal adalah faktor-faktor berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) potensi wisata Desa Kendran. Adapun variable lingkungan internal yang diidentifikasi adalah potensi wisata, objek dan daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas pariwisata, dan sumber daya manusia. Sedangkan variabel eksternal adalah faktor-faktor dari luar berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) potensi wisata Desa Kendran. Adapun variable lingkungan eksternal yang diidentifikasi adalah ekonomi, sosial budaya, kebijakan pemerintah, keamanan, politik, dan teknologi. Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis matrik IFAS dan EFAS akan menghasilkan strategi umum (grand strategy); 2) Analisis SWOT dengan menggunakan diagram untuk menghasilkan strategi alternatif; 3) Analisis QSPM akan menghasilkan urutan strategi mulai dari yang paling prioritas sampai tidak 7
prioritas. Adapun masing-masing metode analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Analisis Matriks IFAS dan EFAS Analisis matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary), yaitu metode analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal yang dianalisis terhadap kondisi desa wisata yang harus dikelola. Dari total nilai faktor internal dan eksternal, maka dilakukan plotting pada matriks internal-eksternal berupa diagram Sembilan sel (Rangkuti,Freddy.2002). 3. PEMBAHASAN Desa Kendran yang berada di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar ini merupakan desa yang memiliki potensi alam, budaya, spiritual maupun kreatifitas masyarakat yang dapat dikelola dan dikembangkan untuk menunjang Desa Kendran sebagai desa wisata berbasis ekonomi kreatif. Desa ini berada di persimpangan beberapa atraksi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, seperti Ubud, Tampak Siring, Goa Gajah, dan lainnya. Adapun potensi-potensi yang dimiliki oleh Desa Kendran dalam mendukung sebagai desa wisata berbasis ekonomi kreatif adalah : 1. Potensi Desa Kendran a) Potensi wisata alam Desa Kendran memiliki suasana yang masih alami dengan pemandangan alam berupa persawahan yang membentang luas serta pemandangan perbukitan. Hal ini merupakan daya tarik utama dari desa ini. Menurut hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Eka Suparta, atraksi wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan dapat berupa kegiatan rice tracking, cycling tour, dan seightseeing. Rice tracking merupakan kegiatan menyusuri persawahan desa, adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan seperti jogging atau berjalan-jalan di sepanjang pematangan sawah desa. Kemudian cycling tour merupakan kegiatan bersepeda mengelilingi daerah di Desa Kendran. Pihak Desa Kenderan telah membuat jalur bersepeda untuk jenis off road. Hanya saja lokasi masih belum ditentukan dan masih perlu diadakan survey untuk lokasi yang cocok. Disamping juga adanya rencana tempat penyewaan sepeda agar ada pemasukan bagi masyarakat desa. Hanya saja pihak desa masih belum memiliki dana untuk menyediakan sepeda yang akan disewakan pada wisatawan atau pengunjung. Kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah seightseeing.Terdapat salah satu titik yang dapat dimanfaatkan sebagai stop over bagi para wisatawan untuk menikmati pemandangan persawahan Desa Kendran. Hanya saja titik ini belum dikelola dengan baik, belum ada fasilitas yang dapat digunakan untuk wisatawan. b) Bangunan rumah tradisional Seperti desa wisata lainnya, Desa Kenderan juga menawarkan arsitektur bangunan rumah tradisional Bali sebagai salah satu potensi fisik yang dimilikinya. Arsitektur rumah tradisional akan tetap dipertahankan dengan gapura di depan rumah sebagai salah satu ciri khas Desa Kendran. c) Peninggalan sejarah Pengembangan wisata purbakala merupakan suatu pengembangan atraksi dimana penemuan-penemuan situs purbakala akan menjadi objek daya tarik wisata. Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan dimana Desa Kendran terdapat beberapa penemuan berupa peninggalan purbakala yang memiliki nilai sejarah yang harus dilestarikan dan dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata. Adapun beberapa peninggalan purbakala yang ditemukan adalah alat pencetak nekara dan sarkofagus kembar. Alat pencetak nekara yang diperkirakan sejenis dengan nekara yang ditemukan di 8
Desa Pejeng. Nekara dalam kepercayaan masyarakat kuno merupakan sebuah alat yang memiliki kekuatan supranatural, berfungsi sebagai alat upacara keagamaan. Bahkan nekara yang ditemukan di Desa Pejeng pada jaman dahulu dianggap sebagai bulan yang jatuh dari langit. Penemuan alat pencetak nekara ini menunjukkan bahwa nekara di Desa Pejeng merupakan hasil industri logam lokal pada jaman purba yang telah maju. Jadi, hal ini dapat menjadi keunggulan daya tarik sejarah di Desa Kenderan. Sampai saat ini alat pencetak nekara ini kemudian ditempatkan di Pura Desa setempat oleh warga desa. Penemuan sarkofagus kembar di area persawahan masyarakat. Sarkofagus merupakan kumpulan batu-batu besar yang disusun menyerupai sebuah peti yang digunakan untuk menyimpan mayat pada jaman purbakala. Sarkofagus merupakan hasil kebudayaan pada jaman Megalitikum, yaitu jaman batu besar. Karena fungsinya untuk neyimpan mayat, sarkofagus juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan spiritual. Penemuan sarkofagus kembar tersebut kemudian disimpan di sebuah pura yang bernama Pura bBtu Lusu di tengah-tengah persawahan masyarakat Desa Kenderan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Eka Suparta mengenai situs-situs arkeologi yang terdapat di Desa Kenderan, dua buah sarkofagus yang ditemukan di tengah sawah desa tersebut sampai saat ini belum dapat diketahui bagaimana asal-usul pastinya. Ada beberapa peneliti yang telah meneliti temuan purbakala di Desa Kenderan, tetapi mereka juga belum dapat memperkirakan umur pasti dari sarkofagus tersebut karena saat ditemukan kedua sarkofagus tersebut dalam keadaan kosong. d) Tempat-tempat suci Seperti desa-desa lainnya, Desa Kendran juga memiliki banyak tempat suci milik masyarakat setempat. Tempat-tempat suci ini sperti Pura Desa Adat Kenderan tempat disimpannya alat pencetak nekara yang ditemukan di Desa Kendran. Pura Batu Lusu yang merupakan tempat disimpannya penemuan sarkofagus yang terdapat di tengah persawahan masyarakat, Pura Griya Sakti Manuaba di Desa Manuaba yang disungsung oleh para keturunan brahmana, tidak hanya di dalam desa tetapi juga di luar desa.Tak jauh dari Pura Griya Sakti Manuaba terdapat pemandian Damakeling. Konon pemandian ini merupakan pemandian Betara-betari (Para Dewa-Dewi) di Pura Griya Sakti Manuaba. Selain itu ada juga Pura Sira Mandari yang sangat unik. Pura ini juga merupakan sebuah pemandian para bidadari, dan yang tak kalah unik, pemandian ini terletak di sisi sebuah tebing yang di sekelilingnya terdapat jurang. 2. Potensi Sosial Budaya Desa Kendran memiliki beberapa potensi sosial budaya yang dapat dijadikan daya tarik untuk wisatawan. Potensi tersebut antara lain kehidupan masyarakat dan kegiatan upacara keagamaan Desa Kendran. Bagaimanakah aktivitas keseharian masyarakat desa mulai dari pergi ke sawah, menanam padi, memelihara ternak, bahkan permainan tradisional, semua itu dapat menjadi suatu atraksi yang menarik apabila dikemas dengan baik. Selain kehidupan masyarakat, kegiatan upacara keagamaan merupakan salah satu potensi sosial budaya di Desa Kendran. Desa Kendran mempunyai banyak hari-hari suci sehingga kehidupan masyarakatnya penuh dengan kegiatan keagamaan. Mulai dari mejejahitan, sembahyang setiap purnama, tilem ataupun kajeng kliwon. Begitu juga dengan upacara-upacara lain di hari besar seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, atau harihari besar lainnya. Ada salah satu tradisi unik yang dilakukan oleh warga desa pakraman manuaba setiap menjelang upacara piodalan di Pura Giya Sakti Manuaba. Tradisi ini umumnya dikenal sebagai tradisi Ngaturang Toya Ning, sama seperti tradisi di daerah lain jika ingin meminta air suci dari sumber mata air desa setiap dilakukan piodalan. Keunikan dari 9
tradisi ini adalah proses pengantaran air suci tersebut menuju pura Griya sakti Manuaba. Air suci atau tirta yang akan diaturkan diambil dari pemandian Damakeling yang juga berfungsi sebagai beji dari Pura Giya Sakti Manuaba. 3. Potensi Kreatifitas Masyarakat Desa Sentra seni kerajinan kayu mauun kerajinan beton di Desa Kendran secara geografis terletak sangat strategis, berada di jalur pariwisata dari Desa Ubud, menuju objek wisata Ceking (Tegalalang) dan Kintamani. Potensi tersebut merupakan faktor yang sangat penting terhadap berkembangnya kegiatan seni kerajinan kayu dan beton. Desa Kendran merupakan desa yang letaknya diantara desa-desa yang padat wisatawan seperti Desa Ubud, Tegalalang dan Kintamani, memiliki peluang berkembang lebih cepat dari desadesa pedalaman sekitarnya. Lokasi sentra seni kerajinan kayu dan beton tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi yang berpengaruh terhadap perkembangan produk yang dihasilkan. Keberadaan seni kerajinan kayu dan beton di tengah-tengah masyarakat Desa Kendran, awalnya merupakan kegiatan sampingan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan jaman, maka usaha seni kerajinan kayu dan beton di Desa Kenran merupakan salah satu potensi yang dihandalkan dan dikembangkan. Tumbuhnya aktivitas seni kerajinan kayu dan beton ini merupakan kreativitas masyarakat dalam mengantisipasi kondisi social dan ekonomi. Menurut keterangan perajin setempat, kegiatan ini merupakan suatu bentuk usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi masyarakat. Seni kerajinan kayu dan beton sebagai salah satu usaha, khusus di dalam masyarakat Desa Kendran telah melibatkan hampir semua masyarakat, sehingga semua aktivitas keseharian di dominasi dan terkonsentrasi oleh pembuatan barang seni kerajinan kayu dan beton sebagai kegiatan home industry. Menurut keterangan para perajin setempat masuknya para pembeli atau pemesan di sentra seni kerajinan kayu dan beton, bukan hanya membeli barang yang telah jadi tetapi mereka juga membawa model barang atau desain berbagai bentuk dan fungsi. Masuknya berbagai model dan desain baru yang dibawa oleh para pemesan, telah banyak menambah pembendaharaan jenis produk seni kerajinan kayu dan beton yang mampu diadaptasi dan dikerjakan oleh perajin di Desa Kendran. Rendahnya pendidikan serta kesederhanaan pola pikir di kalangan perajin, maka dalam bekerja dan berusaha mereka lebih menekankan hal-hal yang sifatnya praktis, dan sesegera mungkin dapat menikmati hasilnya. Semakin cepatsuatu usaha mendatangkan keuntungan, maka para perajin akan mudah termotivasi untuk bertindak dan berbuat memanfaatkan peluang tersebut. Demikian juga yang terjadi di sentra seni kerajinan kayu dan beton di Desa Kendran, para perajin terutama ketua kelompok atau pemilik usaha, setelah tahu dan sadar bahwa yang dirintis dan diperjuangkan itu banyak diminati dan memiliki prospek yang bagus. Mereka melakukan tindakan kreatif dan inovatif dengan berbagai bentuk manifestasinya yang umumnya tercermin pada usaha peningkatan keterampilan sumber daya manusia, perkuat modal, kontinyuitas pengadaan bahan baku, mesin peralatan tepat guna, perluasan jaringan, peningkatan kemampuan penataan manajemen usaha. Pada saat ini keseharian masyarakat Desa Kenderan senantiasa diliputi oleh kesibukan-kesibukan warga desa melakukan kegiatan ekonomi terutama di bidang seni kerajinan kayu dan beton. Para orang tua, remaja, dan anak-anak baik yang masih sekolah maupun yang telah menyelesaikan sekolahnya, sehari-hari senantiasa disibukkan oleh kegiatan ekonomi baik di kelompok-kelompok usaha milik tetangga atau milik sendiri. Mereka dapat memilih pekerjaan sesuai dengan minat dan bakat, dari pekerjaan yang mudah sampai pada pekerjaan yang sulit, misalnya membuat bakal/sketsa patung sampai 10
menghaluskan sehingg barang sudah siap dijual. Tuntutan proses peoduksi dalam kegiatan ekonomi pembuatan seni kerajinan kayu dan beton memerlukan banyak tenaga kerja, apalagi pada saat mengerjakan order atau pesanan. Oleh karena itu hampir semua tenaga kerja di Desa Kenderan terserap dalam kegiatan ekonomi yang terpusat pada pembuatan seni kerajinan kayu dan beton, dengan penghasilan antara Rp 10.000, sampai Rp 100.000,- per hari. Strategi Umum (Grand Strategy) pengembangan objek dan daya tarik Desa Kenderan Sebagai Desa Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif Berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan, maka posisi lingkungan internal objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan berada pada posisi yang sedang dengan nilai yang diperoleh 2.531 dan posisi lingkungan eksternal objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan berada pada posisi 2.531 dengan nilai yang diperoleh 2.867. Dari kedua matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan menghasilkan strategi umum (grand strategy) pengembangan objek dan daya tarik wisata yang akan di ploatting ke dalam matriks Internal-eksternal berupa diagram Sembilan sel, seperti tampak pada gambar berikut.
Kuat 4,0
T O O T A A L L N I I L L A I A E FI E
Kuat 3,0-4,0
TOTAL NILAI IFE Sedang 3,0-4,0 2,0-2,99 3,0 2,531
2,867 2,0 Lemah 1,0-1,99
2,0
1,0
I Tumbuh dan bina (konsentrasi via integrasi vertikal)
II Tumbuh dan bina (konsentrasi via integrasi horizontal)
III Pertahanan dan pelihara (pertumbuhan berputar)
IV Tumbuh dan bina (berhenti sejenak)
V Pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah)
VI Panen atau divestasi (kawasan terikat atau jual habis kewaspadaan)
VII Pertahankan dan pelihara (diversifikasi konsentrasi)
VIII Panen atau divestasi (diversifikasi konglomerat)
IX Panen atau divestasi (likuidasi)
3,0 Sedang 2,0-2,99
Lemah 1,0-1,99
1,0 Keterangan: IFE : Internal Factors Evaluation EFE : Eksternal Factors Evaluation
11
Strategi Alternatif pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Desa Kenderan Analisis SWOT Objek dan Daya Tarik Wisata Desa Kenderan sebagai desa wisata berbasis ekonomi kreatif Berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan, maka dilakukan analisis SWOT yang merupakan strategi alternative pengembangan objek dan daya tarik wisata. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis pengembangan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki objek dan daya tarik Desa Kenderan untuk bisa dikembangkan sebagai desa wisata berbasis ekonomi kreatif. Dari setiap strategi dapat dijabarkan atau diturunkan berbagai macam program pengembangan yang mendukung objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan. Adapun matriks analisis SWOT dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut. Berdasarkan matriks analisis SWOT, kemudian dianalisis dengan analisis QSPM yang akan menghasilkan urutan strategi mulai dari yang paling prioritas sampai tidak prioritas. Dari gambar berikut tampak, bahwa faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategi pengembangan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan.
KEKUATAN (S) IFAS
2) 3) 4) 5) EFAS
KELEMAHAN (W)
1) Keanekaragaman objek dan daya 1) Objek wisata belum tertata
6) 7)
tarik wisata Keanekaragaman Kreativitas seni masyarakat Objek wisata masih alami Aksesibilitas ke objek wisata mudah Objek wisata dan adat istiadat Desa Kenderan unik Posisi objek wisata sangat strategis Penduduk wilayah Desa Kenderan ramah tamah
2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
12
secara baik Kelembagaan pengelola objek wisata belum ada Promosi kurang dilakukan Objek wisata kurang bersih Kualitas SDM di bidang pariwisata rendah Penjualan lahan penduduk lokal meningkat Sarana dan Prasarana penunjang pariwisata kurang Persepsi negative masyarakat terhadap pariwisata Terjadinya penyalahgunaan tata ruang dan tata guna lahan
STRATEGI SO
STRATEGI WO
PELUANG (O) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang pengembangan yang berwawasan memanfaatkan peluang lingkungan dan budaya 1) Strategi pengembangan Kemajuan teknologi, transportasi prasarana dan sarana pokok Strategi Pengembangan objek dan dan telekomunikasi maupun penunjang pariwisata daya tarik wisata Desa Kenderan Otonomi daerah pada objek dan daya tarik (S1,2,3,4,5,6,7;O1,2,3,4,5,6,7) Penduduk dunia cederung wisata melakukan perjalanan wisata (W1,4,7,9;O1,2,3,4,5,6,7) Perkembangan politik dalam 2) Strategi penetrasi pasar wisata negeri semakin kondusif dan Promosi objek dan daya Keamanan Bali sudah mulai tarik Desa Kenderan pulih (W3,8; O1,2,3,4,5,6,7)
1) Pertumbuhan ekonomi global 2) Pelaksanaan prinsip-prinsip 3) 4) 5) 6) 7)
ANCAMAN (T)
1) Ancaman terorisme global 2) Pencabutan BVKS oleh 3) 4) 5) 6) 7)
pemerintah Indonesia Meningkatnya kkriminalitas di Bali Pemberlakuan travel warning oleh beberapa negara Tersebarnya isu-isu terhadap berbagai penyakit tertentu di Bali Persaingan yang tajam antar daerah tujuan wisata “Jual Beli Kepala” wisatawan antar BPW dengan pramuwisata
STRATEGI ST Ciptakan strategi menggunakan kekuatan mengatasi ancaman
STRATEGI WT yang untuk
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
Strategi peningkatan keamanan objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan
Strategi Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata pada objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan (W1,2,3,4,5,6,7,8,9;T1,2,3,4,5,6,7 )
(S1,2,3,4,5,6,7;T1,2,3,4,5,6,7)
Strategi sosialisasi serta penyuluhan pariwisata (W1,2,3,4,5,6,8,9;T1,2,3,5,6,7) Dari setiap strategi diturunkan berbagai macam program pengembangan yang mendukung
Desa Kenderan sebagai desa wisata berbasis ekonomi kreatif dan masing-masing strategi tersebut, meliputi: 1. Strategi SO Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan : strategi pengembangan objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan (S1,2,3,4,5,6,7;O1,2,3,4,5,6,7) dengan program antara lain : a. Mengembangkan diversifikasi produk wisata b. Mempertahankan keindahan alam serta kreativitas seni masyarakat c. Mempertahankan keaslian keindahan alam sehingga terlihat masih alami 2. Strategi ST Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, menghasilkan : strategi peningkatan keamanan objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan (S1,2,3,4,5,6,7;T1,2,3,4,5,6,7), dengan program antara lain : a. Bekerjasama dengan pihak kepolisian daerah setempat dalam menjaga keamanan lingkungan b. Meningkatkan keamanan dengan melibatkan masyarakat 13
3. Strategi WO Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan : strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata pada objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan (W1,2,3,4,5,6,7;O1,2,3,4,5,6,7), dengan program antara lain : a. Perbaikan prasarana jalan dan sarana transportasi b. Penyediaan pintu masuk (gate entrance) c. Penyediaan akomodasi yang ramah lingkungan d. Penyediaan rumah makan ataupun restoran e. Penyediaan fasilitas toilet atau kamar mandi umum f. Penyediaan areal parkir Strategi penetrasi pasar wisata dan promosi objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan (W3,8; O1,2,3,4,5,6,7) dengan program antara lain : a. Memperluas pangsa pasar b. Melakukan promosi melalui Biro Perjalanan Wisata c. Melakukan promosi melalui hotel d. Mendirikan TIC (Tourism Information Centre) e. Melakukan promosi lewat internet 3. Strategi WT Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman, menghasilkan : Strategi pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata pada objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan sebagai desa wisata kreatif (W1,2,3,4,5,6,7,8,9;T1,2,3,4,5,6,7) dan Strategi sosialisasi serta penyuluhan pariwisata (W1,2,3,4,5,6,8,9;T1,2,3,5,6,7) dengan program antara lain : a. Membentuk kelembagaan khusus yang bertugas mengelola objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan menjadi Desa Wisata yang berbasis ekonomi kreatif b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga memiliki kemampuan di dalam mengelola potensi yang berada di Desa Kenderan c. Mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan pariwisata d. Mengadakan penyuluhan sadar wisata e. Membina dan menumbuhkembangkan industri rumah tangga (home industry)
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil capaian dalam penelitian di tahun pertama ini, adapun kesimpulannya adalah : 1. Potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Kendran terbagi menjadi tiga yaitu potensi wisata alam (pemandangan alam persawahan), potensi wisata budaya (kehidupan social budaya masyarakat, arsitektur tradisional Bali, peninggalan sejarah berupa temuan purbakala, serta social religious masyarakat lokal), serta kreatifitas masyarakat lokal (potensi yang luar biasa dari segi seni patung baik yang terbuat dari kayu maupun dari beton). 2. Strategi umum yang harus diimplementasikan dalam mengembangkan objek dan daya tarik wisata Desa Kenderan sebagai desa wisat berbasis ekonomi kreatif adalah strategi tidak berubah, yaitu mempertahankan potensi yang dimiliki serta dikembangkan inovasi dalam pengembangan sehingga mampu potensi yang dimiliki dijaga keberlanjutannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Barringer, Richard, et.al., 1994. The Creative Economy in Maine : Meansurement & Analysis. The Southern Maine Review, University of Southern Maine. Budpar. 2010. www.budpar.go.id. Perkembangan Desa Wisata di Indonesia. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 : Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Evans, Graeme L. 2009. From Cultural Quarters to Creative ClusterCreative Speces in The New Economy. Edward Inskeep. 1999. Tourism Planning and Integrated and Sustainable Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold. Ooi, Can-Seng. 2006. Tourism and the Creative Economy in Singapore. . 2006. “Kepariwisataan Bali Dalam Wacana Otonomi Daerah”. Puslitbang Kepariwisataan. Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Umar, Husein. 2002. Strategic Management in Action. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. UNDP. 2008. Creative Economy Report 2008. UNDP and WTO. 1981. Tourism Development Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism Organization. Hal. 69. Yoeti, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata . Bandung. Angkasa Yozcu, Ozen Kirant dan Icoz, Orhan. 2010. A Model Proposal on the Use of Creative Tourism Experiences in Congress Tourism and the Congress Marketing Mix. PASOS. Vol. 8 Special Issue 2010.
15