Mei 2017
67 MEMBANGKITKAN IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH
TEAM PENYULUH PENERBIT
Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia
Penuaian Besar Ladang sudah menguning, tetapi pengerja sedikit. Ladang sudah siap untuk dituai, tetapi pengerja tidak siap untuk menuai. Penuaian Besar adalah kerinduan kita bersama dan ini yang menjadi visi kita di tahun ini. Ayo menuai!
IZIN TERBIT
Kita harus mempersiapkan diri untuk menuai, dalam Galatia 6:9, Tuhan katakan bahwa
No. 1004/Ditjen PP.6/STT/1993
kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah. Kita membutuhkan lebih banyak sumber
PENDIRI
daya dalam menuai, tidak mungkin kita menuai jika kekuatan kita lebih kecil dari pada saat
Pdt. DR. H. L. Senduk PENASIHAT
Pdt. Dr. Japarlin Marbun Pdt. Paul R. Widjaja Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa M.Th Pdt. Dr. dr. Dwijo Saputro, SpKJ Pdt. Melianus Kakiay, M.Th Pdt. Josia Abdisaputera, M.Th Pdt. DR. Rubin Adi Abraham Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th PEMIMPIN REDAKSI
kita menabur. Melalui Penyuluh 67 ini ada artikel-artikel yang akan memperlengkapi dan mempersiapkan kita agar siap menuai. Kita, keluarga besar GBI perlu bersinergi menyatukan kekuatan untuk melakukan Penuaian Besar; Karakteristik Generasi, menggambarkan ciri-ciri generasi agar kita mengerti kondisi tuaian; artikel tentang Penatalayanan, tentang Tim Kerja, tentang penginjilan, dll. Penuai Besar tidak hanya menjadi slogan saja jika kita bersama mau bersama-sama mempersiapkan diri dan bergerak sesuai dengan tuntunan Tuhan, maju menuai jiwa-jiwa.
Pdt. Himawan Leenardo
Ingat ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai, apakah kita juga sudah siap untuk
TIM REDAKSI
menuai?
Pdm. Rudi Eko Tjahjono Debbie Raprap R. Josiana Soerjadi Pdp. Vera Tobing Alethea Nathania Hadiarjo KORESPONDEN
BPD-BPD se-Indonesia
ALAMAT REDAKSI: Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510 Tel. 021-4280 3664 Fax. 021-4280 3786 www.beritabethel.com www.penyuluh.org No. REKENING BPH GBI: BCA Cab. K.S. Tubun : a/n. BPSinode GBI No. rek. 526-030018-2 BRI Cab. Kelapa Gading : a/n. Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) No. rek. 0416-01-00027530-9 CIMB Niaga Cab. Melawai : a/n. BPH GBI No. rek. 402-01-00355-00-6 Wesel Pos : BPH GBI Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510
Cover Story Penuaian Besar tentu berbicara tentang jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa tidak hanya golongan tertenu, tepi generasi ke generasi yang ada di berbagai kota dan daerah.
Isi diluar tanggung jawab percetakan. UNTUK KALANGAN SENDIRI
DAFTAR ISI 46
Karakteristik Generasi
52
Pdt. Dr. EUNIKE SADRACH
58
Pdt. DR. Ir. NIKO NJOTORAHARDJO
62
Pdt. DJOHAN HANDOJO, M. Th.
68
Pdt. Dr. PURIM MARBUN,MTH
20
Hukuman Mati
70
Pdt. TIMOTIUS TAN, MA
24
Pdt. Dr. RUBIN ADI ABRAHAM
72
Pdt. Dr. YONATHAN WIRYOHADI, M.Th.
28
Pdt. Dr. MELIANUS KAKIAY
78
Dr. RONNY DAUD SIMEON, SE, MPM.
30
Program Wajib dan Unggulan Departemen
82
Berita Foto
38
92
KESAN & PESAN RAPIMNAS
Pdt. dr. JOSAFAT MESACH, M.Th
02
Pdt. Dr. JAPARLIN MARBUN
10
Pdt. PAUL R. WIDJAJA
14
Pdt. Dr. JAPARLIN MARBUN
16
Pdt. Dr. dr. DWIDJO SAPUTRO, SP.KJ.
Perlu Mensinergikan Sumber Daya GBI Penuaian Mujizat
Pesan Paskah Apa Yang Kau Tabur Itu Yang Kau Tuai
Pembentukan Seorang Pemimpin
Penuaian Besar
Hakikat Penatalayanan
Menjadi Yang Terbaik Pentakosta Ketiga
Stewardship & Relationship Pendidikan Jemaat
Menabur Injil, Menuai Murid Kristus
Rahasia Penuaian Besar
Penuaian Bukan Sekedar Slogan
Perlu Mensinergikan Sumber Daya GBI
Pdt. Dr. Japarlin Marbun
Setelah tahun lalu kita menyampaikan materi tentang “Tahun Penuaian, Integritas Hamba Tuhan, Spiritualitas Hamba Tuhan dan Pembaharuan Penuai” pada Sidangsidang Majelis Daerah, maka sudah saatnya kita melakukan & menerapkan materi yang telah kita dapatkan dengan berkarya bagi Tuhan melalui penuaian jiwa-jiwa yang ada di depan mata kita. BPH GBI menetapkan tahun 2017 sebagai “Tahun Penuian Besar”, artinya setiap Hamba Tuhan memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama, saling bahu-membahu berkarya bagi Tuhan melalui penuaian jiwa-jiwa yang ada di sekeliling kita. Untuk itu, kita perlu memotivasi dan mensinergikan semua sumber daya yang ada di lingkungan GBI agar secara bersama dapat membangun kekuatan melakukan pekerjaan penuaian besar pada tahun 2017 ini. BPH GBI telah menyusun sebuah strategi penuaian yang terstruktur dan sistematis serta mengkoordinir seluruh “Gerakan Penuaian Besar” ini dengan melibatkan semua sumber daya yang dimiliki GBI dari tingkat nasional, daerah sampai gereja lokal. Berikut adalah beberapa nilai, konsep dan area-area yang dapat kita optimalkan dalam kegerakkan Penuian Besar GBI 2017.
2|
sasaran penuAiAN
Kristen Tradisional Yang dimaksud dengan Kristen Tradisional adalah orang-orang yang memilih Kristen sebagai agamanya namun tidak mendalam imannya, hidup tanpa mempraktikkan Firman Tuhan secara total & yang masih hidup dalam pengaruh sinkritisme. Untuk mereka yang termasuk dalam kelompok ini perlu dilakukan reevangelisasi khususnya pada generasi mudanya, karena generasi mudalah yang akan meneruskan eksistensi gereja pada masa yang akan datang.
Non Kristen Yang dimaksud dengan non Kristen adalah orang-orang tidak memilih Kristen sebagai agamanya. Mereka adalah orang-orang yang belum menerima & mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan & Juruselamatnya. Kelompok ini terbagi dari: • UPG (Unreach People Group). Yaitu suku-suku yang masih sedikit sekali jumlah orang Kristennya, contohnya Suku Sunda, Suku Aceh, Suku Minangkabau dan lain-lain. • Suku terasing Yaitu suku-suku yang secara geografis terisolasi sehingga masih hidup dalam kesederhanaan, tidak tersentuh dengan kemajuan pembangunan dan sangat minim dalam berkomunikasi dengan orang di luar sukunya. Contohnya Suku Anak Dalam, Suku Talang Mamak, Suku Wana dan lain-lain. • Umum Yaitu masyarakat yang heterogen terdiri dari berbagai suku dan berbudaya modern, tinggal kota provinsi, kota kabupaten dan kota kecamatan. • Netizen Yaitu masyarakat pengguna internet yang jumlahnya sangat besar di Indonesia. Mereka berhubungan melalui media sosial yang tidak berbatas, tidak bersekat dan bersifat mengglobal. Kaum netizen merupakan kelompok masyarakat baru yang sangat potensial untuk di tuai. • Anak-anak Yaitu anak-anak yang berusia 4–14 tahun. Dari penelitian, maka anak-anak pada rentang usia 4–14 tahun adalah usia dimana paling banyak anak-anak menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat & jangan lupa bahwa Gereja di masa depan sangat tergantung dan bergantung pada anak-anak ini.
3
SPIRITUAL
Hal yang mendasari Tahun Penuaian Besar adalah:
Amanat Agung (Matius 28:18-20) Yesus mendekati mereka & berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Pemberitaan kabar baik (Lukas 4:18-19) Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.
Merampas dari api (Yudas 1:23a) Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api.
Bekerja selagi masih siang (Yohanes 9:4) Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang, akan datang malam, dimana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.
TATA NILAI
Dalam melaksanakan penuaian maka ada nilai-nilai yang harus diikuti dan dihormati agar langkah kegerakan bisa seirama tanpa adanya gesekan dari pelaksana penuaian. Setiap penuai harus memiliki etika yang jelas dan bernilai luhur, hal mana telah disampaikan pada Sidang Majelis Daerah tahun yang lalu:
Tidak menyinggung kepercayaan lain Dalam melakukan penuaian agar tidak menyinggung kepercayaan lain untuk menghidari tuduhan penistaan agama.
Pembagian wilayah yang jelas Para penuai harus juga memperhatikan wilayah yang telah ditentukan untuk di tuai agar tidak terjadi rebutan diantara para penuai pada lahan yang sama sedangkan tuaian ditempat lain sedang membusuk karena tidak ada yang menuai.
Mengedepankan sinergi Para penuai harus mengedepankan sinergi dan untuk itu para penuai harus mengutamakan kerja sama termasuk dengan lembaga-lembaga pelayanan misi yang ada. Kelebihan penuai, melengkapi dan menutupi kekurangan para penuai yang lain.
Konsultasi sebelum bertindak Dalam hal-hal yang membutuhkan kebijaksanaan untuk menuai, khususnya pada daerah dengan resistensi yang tinggi maka para penuai perlu berkonsultasi sebelum bertindak.
4|
GAYA
HASIL
Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam memimpin penuaian besar ini adalah gabungan Instruktif dan partispatif. Beberapa hal yang prinsipil harus di instruksikan untuk dijalankan oleh semua sumber daya yang ada, namun harus ada juga partisipasi dari setiap gereja lokal dengan jemaatnya untuk terlibat dalam gerakan penuaian besar ini.
Bertambahnya gereja lokal Salah satu indikator keberhasilan gerakan penuaian besar ini adalah dengan berdirinya gereja lokal baru yang dapat menampung hasil tuaian dan menjadi tempat untuk bertumbuh. • Bertambahnya jumlah anggota Diharapkan dengan strategi yang tepat dan pertisipasi semua gereja lokal dengan jemaatnya maka akan terjadi penambahan jumlah anggota gereja dari hasil penuaian. • Adanya kemitraan dengan lembaga misi Hasil lain yang ingin dicapai adalah terciptanya kemitraan dengan lembaga-lembaga pelayanan misi, baik yang berada di dalam maupun di luar GBI, bahkan tidak menutup kemungkinan terjalinnya kemitraan dengan lembaga pelayanan misi dari luar negeri.
5
STRATEGI
Persiapan • Menetapkan PIC dan staf pelaksana Perlu ditetapkannya task force/kelompok kerja yang bertanggung jawab atas gerakan penuaian besar ini. • Pemetaan Pemetaan perlu dilakukan untuk memperoleh data yang akan memudahkan penetapan daerah strategis mana yang akan pertama dijangkau dan daerah selanjutnya. Sekaligus memetakan daerah dengan kondisi resistensinya. • Analisa SWOT Perlu adanya pendata kekuatan dan peluang yang kita miliki serta melihat kekurangan dan ancaman yang ada, sehingga kita dapat melakukan pekerjaan ini dengan efektifitas dan efsiensi yang tinggi.
Penyadaran • KKR Motivasi Perlu adanya penyadaran bahwa inilah masanya penuaian besar dan ini merupakan tugas setiap orang percaya. Penyadaran bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk KKR-KKR yang meningkatkan motivasi untuk menuai jiwa. • Fokus Group Discussion (FGD) Perlu adanya kelompok-kelompok kerja yang melakukan diskusi-diskusi untuk mencari strategi yang tepat untuk suku tertentu atau untuk kondisi tertentu. Diskusi merupakan langkah amal agar persiapan menjadi lebih baik. FGD bisa dilaksanakan berdasarkan kebutuhan misalnya FGD Mentawai up date, FGD Sunda, FGD UPG, FGD Wana Tribe, FGD Netizen dan lain-lain
Pelatihan • Pelatihan Penginjilan Pelatihan-pelatihan penginjilan perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Perlu dimotivasi agar semua gereja lokal membangkitkan para penginjil di gereja lokalnya masing-masing. Metode penginjilan Amanat Agung Alkitabiah dan Ying Kai bisa dijadikan pola utama pelatihan. • Pemuridan Menjadi Seperti Kristus (MSK) Orang-orang hasil penuaian setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya harus dimuridkan agar dasar iman mereka semakin kuat dan mereka menjadi murid Yesus yang militan. Metode pemuridan MSK dapat dijadikan modul utama untuk proses pemuridan ini.
6|
• Penggembalaan Komsel Mereka yang telah dalam proses menjadi murid harus ada dalam komunitas yang saling menjaga dan menguatkan. Ada kakak-kakak rohani yang dapat membina dan mengembalakan mereka, dan yang paling efektif adalah melalui komunitas kecil / sel. • Media sosial Pelatihan penginjilan melalui media sosial merupakan kebutuhan di era digital ini. Para netizen dapat dilatih untuk membuat materi penginjilan dan pembelajaran yang relevan dengan masyarakat baru.
Pelaksanaan • Mobilisasi misi Melakukan mobilisasi jemaat untuk bergerak dalam misi. Mulai dengan minggu misi, ada pameran misi dan presentasi yang mengajak dan memotivasi jemaat terlibat dalam gerakan penuaian besar. Adakan pelatihan-pelatihan penginjilan di gereja-gereja lokal. • Penginjilan Jemaat diajak untuk mulai melakukan penginjilan dengan mengingat nilai-nilai dan etika per PI. Dampingi mereka di lapangan untuk melatih agar semakin terampil dalam ber PI. • Pemuridan Segera lakukan kelas pemuridan MSK bagi mereka yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. • Tertanam dalam Komsel Juga segera bentuk komunitas kecil bagi mereka untuk merawat dan menggembalakan mereka sebagai orang Kristen baru. Latih orang-orang percaya untuk menjadi kakak rohani bagi mereka. • Pelayanan Kampus Penjangkauan mahasiswa sangat penting karena mereka termasuk generasi muda yang intelek. Gereja perlu menjangkau mahasiswa dengan membentuk persekutuan-persekutuan kampus atau bisa bersinergi dengan lembaga pelayanan kampus yang sudah ada seperti LPMI dan Perkantas. • Pelayanan Media Sosial Orang-orang yang telah dilatih untuk pelayanan melalui internet dapat dibiayai untuk membangun situs-situs Kristen yang memuat kabar baik dan firman Tuhan yang menggugah semangat. Semakin banyak situs yang dibuat akan semakin menutupi situs-situs porno yang sangat banyak.
7
Pendampingan • Rapat evaluasi PIC yang telah ditunjuk baik di tingkat nasional, daerah maupun gereja lokal harus mengadakan rapat evaluasi secara berkala, lalu hasilnya bisa dibawa ke FGD untuk didiskusikan dan mencari jalan terbaik jika ada masalah yang muncul. • Pembahasan laporan Laporan yang masuk dari setiap penginjil perlu didengarkan dan diapresiasi. Laporan tersebut dapat dijadikan bahan untuk rapat evaluasi. • Pendampingan lapangan Harus ada pendampingan untuk para penginjil dari pihak gereja yang berfungsi sebagai tempat bertanya. Pendamping akan berfungsi juga sebagai pelatih bagi para penginjil.
Bermitra Kemitraan yang diperlukan dalam kegerakan ini adalah kemitraan yang dapat memberikan kontribusi untuk kita dalam bentuk : • Pemetaan Pemetaan yang diperlukan adalah : Pemetaan lokasi GBI sampai Kelurahan, suku terasing yang terbuka untuk Injil, UPG dengan skala resistensinya, lembagalembaga pelayanan misi yang dapat diajak kerjasama. Pemetaan ini dapat diambil dari lembaga-lembaga pelayanan misi di Indonesia dan luar negeri. • Metode Kita dapat bermitra dengan lembaga-lembaga pelayanan misi yang telah memiliki metode penuaian yang baik dan telah sukses menerapkannya. Kita dapat bekerja sama untuk menggunakan metode tersebut. • Tenaga ahli Bahkan tidak menutup kemungkinan kita dapat bermitra untuk mendapatkan tenaga-tenaga ahli dalam bidang penginjilan untuk gerakan penuaian besar ini. Mereka dapat menjadi pelatih dan pendamping bagi orang-orang kita.
8
Untuk mendukung suksesnya gerakan penuaian besar ini maka perlu disiapkan dan dioptimalkan semua infrastruktur pendukung dan sumber daya yang ada di GBI, dari tingkat nasional sampai gereja lokal. Infrastruktur yang harus disiapkan adalah:
INFRASTRUKTUR
Departemen Semua program departemen harus mengacu pada tema besar” Tahun Penuaian Besar”. Harus ada sinkronisasi program-program antar departemen sehingga tidak terjadi buang-buang waktu, tenaga dan dana. Perlu ada ketegasan dari para pemimpin untuk dapat mengarahkan program departemen yang dapat diimplementasikan oleh Ketua-ketua Bidang Pelayanan di BPD-BPD dan gerejagereja lokal.
Keuangan BPH Untuk menjalankan kegerakan ini diperlukan dana khusus seperti dana koordinasi sedangkan dana untuk pelatihan-pelatihan dapat digunakan melalui departemendepartemen terkait. BPH mau tidak mau harus mengalokasikan dana khusus ini diluar dari budgeting yang telah disusun.
Gereja-gereja lokal Ujung tombak dari penuaian besar adalah gereja lokal, karena itu gereja-gereja lokal harus disadarkan, diperlengkapi, diterampilkan, dimotivasi dan didampingi. Perlu dibangunkan para penginjil gereja lokal untuk masuk dalam kegerakan ini. Pedoman praktis penuaian dalam bentuk booklet dapat diterbitkan untuk dibagikan kepada penginjil di setiap gereja lokal.
Lembaga Pelayanan Misi Lembaga-lembaga pelayanan misi yang ada di lingkungan GBI perlu diajak untuk mengambil peran sesuai dengan fokus dan tujuan lembaga mereka. Setidaknya informasi perlu disampaikan sehingga mereka tahu di bidang mana mereka dapat melibatkan diri. Pertemuan 2 bulanan dari Bethel Mission Network dapat dijadikan ajang bertukar informasi sekaligus jalur menyampaikan motivasi dan instruksi dari para pemimpin.
Sekolah-sekolah Teologia Sekolah Tinggi Teologi adalah kawah candradimuka pembentukan pemimpin rohani masa depan dan yang akan menentukan masa depan gereja, karena itu BPH juga ikut berperan dalam menjaga dan membina STT di lingkungan GBI. Pengurus STT dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi di lingkungan GBI juga perlu diarahkan untuk dapat menjadi penuai jiwa, tidak hanya sekadar menjadi pengerja gereja. Perlu ada suatu instruksi untuk memasukkan kurikulum tentang penuaian ini pada semua STT di lingkungan GBI.
Penuaian Besar 2017 bukanlah sebuah kemustahilan. Penuaian besar adalah hasil nyata yang akan kita dapatkan bila seluruh kekuatan di GBI berkoordinasi, bersinergi dan berusaha secara optimal untuk saling mendukung, memperbaiki kelemahan dan mengoptimalkan kekuatan agar seluruh lini di lingkungan GBI dapat menghasilkan jiwa-jiwa bagi kemuliaan Nama Kristus. Selamat bekerja, selamat menjadi penuai besar!
9
PENUAIAN MUJIZAT Pdt. Paul R. Widjaja
PENUAIAN JIWA-JIWA Percayakah Saudara bahwa yang terbaik masih ada di depan? Percayakah Saudara bahwa Tuhan masih punya rencana yang lebih indah lagi buat kita? Meskipun kita tahu bahwa tantangan ke depan bukan semakin ringan bahkan semakin berat. Orang dunia berkata, masa depan semakin sulit ditebak, tetapi jika masa depan kita ada di dalam Tuhan Yesus kita percaya pasti semuanya indah. Meskipun keadaan makin sulit, ekonomi, politik, dll. sedang mengalami goncangan, tapi saya sangat percaya bahwa kehidupan kita bukan bergantung dengan apa yang kita lihat, bukan bergantung kepada manusia, tapi sepenuhnya ada di tangan Tuhan. Tahun 2017 adalah Tahun Penuaian Besar, bukan penuaian biasa, tetapi akan terjadi mujizat-mujizat. Mujizat berarti ke-mahakuasaan Allah dinyatakan, campur tangan Tuhan terjadi dalam kehidupan Saudara dan saya, sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan, alam dan manusia tidak bisa melakukannya. Dan Mujizat Penuaian inilah yang akan terjadi dalam kehidupan kita yang percaya kepadaNya. Apa yang dimaksud dengan Mujizat Penuaian?
10
Mujizat yang menghasilkan penuaian jiwa-jiwa, apa yang Tuhan kerjakan, keajaiban-keajaiban akan terjadi agar semakin banyak jiwa dimenangkan. Percayalah, kita akan melihat bukan lagi satu atau dua orang jiwa baru yang hadir dalam ibadah kita, kita akan melihat 2 kali... 3 kali... 4 kali... 5 kali... lebih banyak jiwa baru, yang benar-benar baru bertobat hadir dalam ibadah-ibadah kita. Berlipat kali ganda jiwa-jiwa akan dituai, Tuhan akan memakai Saudara untuk melakukan mujizat dan banyak jiwa mengalami kuasa Tuhan dan diselamatkan. Ketika saya berkeliing ke daerah-daerah, bersama Pak Niko melakukan KKR-KKR, ke kota-kota yang ada di seluruh Indonesia, saya melihat banyak sekali mujizat terjadi. Bukan ratusan orang yang hadir, tapi puluhan ribu jiwa-jiwa hadir dan mereka mengalami kuasa Tuhan yang luar biasa. Buta melihat, tuli mendengar, lumpuh berjalan, dan masih banyak lagi mujizat. Semua ini terjadi bukan karena kita manusia, tapi semua karena Tuhan yang bekerja, Tuhan rindu banyak jiwa dimenangkan dan menerima janji keselamatan yang kekal.
PENUAIAN BERKAT Tentu kita semua mau menerima berkat yang lebih banyak bukan? Yang kedua, selain menuai jiwa-jiwa, kita akan menuai berkat, berkat jasmani dan berkat rohani. Petrus dan beberapa murid Tuhan Yesus kembali menjadi nelayan, ketika mereka menghadapi kenyataan bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib. Mereka kembali mencari ikan di danau Galilea, semalam-malaman mencari ikan, tetapi mereka tidak mendapatkannya, padahal mereka nelayan yang berpengalaman. Ketika kembali ke darat dengan tangan kosong, mereka mendengar suara dan bertanya apakah mereka mendapatkan ikan? Dan tentu saja mereka menjawab tidak ada, mungkin disertai dengan rasa jengkel. Pernahkah saudara mengalami situasi yang sama? Sudah berusaha bekerja tapi tidak mendapatkan apa-apa. Seringkali kita menjadi cemas, tidak bersemangat, putus asa, tidak tahu apa yang harus diperbuat ketika tidak memperoleh berkat, ketika tidak ada makanan buat keluarga. Tapi lihat apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Dia berkata memberikan petunjuk untuk menebarkan jala ke sebelah kanan perahu dan apa yang terjadi... mujizat... mereka menuai begitu banyak ikan, dan jala mereka tidak koyak. Hari-hari ini Tuhan akan memberikan petunjuk kepada Saudara, kemana dan bagaimana kita bisa menuai berkat dengan cara yang ajaib. Ingat Tuhan tidak meninggalkan Saudara dalam keadaan kekurangan, Tuhan pasti tolong. Tetapi ketika Dia memberikan petunjuk, adakah kita mau percaya dan melakukan perintah-Nya tanpa berbantah-bantah? Para murid waktu itu langsung melakukan perintah Tuhan Yesus dan mereka mengenal suara itu.
11
PENUAIAN MUJIZAT
PENUAIAN APA YANG KITA TABUR
Ketiga berarti kita akan menuai mujizat demi mujizat, akan banyak mujizat terjadi dalam kehidupan kita. Ini berarti bukan hanya sekalisekali kita mengalami mujizat, bukan hanya menuai sebagian saja, tapi mujizat demi mujizat demi mujizat demi mujizat akan kita alami.
Yang keempat berarti kita akan menuai secara mujizat apa yang kita tabur. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7). Tegas Tuhan berkata, jangan sesat dan Tuhan tidak mau dipermainkan, ingat Hukum Tabur Tuai adalah hukumnya Tuhan, jadi apa pun yang Saudara pernah taburkan, pasti akan dituai.
Mujizat Tuhan berikan bukan sekedar membuat hidup kita menjadi lebih baik, tapi agar kita memuliakan nama-Nya dan mujizat yang terjadi menjadi kesaksian bagi banyak jiwa. Dalam Yoel 2:28–32, dengan jelas dikatakan ada 5 generasi yang akan mengalami mujizat dan dipakai Tuhan. Jangan Saudara merasa sudah tua, umur berapa pun kita Tuhan bisa pakai. Percayalah, makin hari Tuhan akan buat kita semakin kuat, umur boleh bertambah, kalau orang dunia berkata fisik semakin lemah, di dalam Tuhan, Dia akan jadikan Saudara semakin kuat. Percaya adalah kuncinya jika kita mau mengalami mujizat, hanya percaya kepada Tuhan Yesus saja, maka mujizat akan terjadi. Kita manusia tidak bisa bikin mujizat, jika kita melakukan apa yang Tuhan suruh, maka Tuhan akan melakukan bagian-Nya dan mujizat terjadi.
12
Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuhtumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya. (Hosea 8:7). Orang yang tidak dalam Tuhan pun percaya bahwa jika mereka melakukan yang baik akan menuai yang baik, jika melakukan yang buruk akan menuai yang buruk. Dan perhatikan di Hosea 8:7 ini, apa yang ditabur kecil kita akan menuai yang besar, tabur angin menuai puting beliung. Apa yang dimaksudkan menabur angin? Menabur angin itu menabur kata yang sia sia, menabur hal yang tidak baik, mencela, menjelekkan, dll. hati-hatilah karena akan menuai puting beliung. Mari hari hari ini kita menabur yang baik, kita menabur kasih, kebaikan, pengampunan, berkat kita tabur dan saya percaya kita akan menuai seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6, Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya. Ketika Saudara menabur kebaikan, tapi orang malah mencela dan menyalahkan kita, menfitnah dan dengan air mata kita menangis di hadapan Tuhan, tapi jangan berhenti menabur, karena kita akan menuai dengan bersorak serai. Dan juga dikatakan orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, Tuhan tidak mau kita berhenti menabur, menabur dan menabur.
PENUAIAN MURKA ALLAH Yang kelima adalah menuai dari Wahyu 14:14-20, tentang tuaian di bumi, tentang murka Allah. Yang pertama, kedua, ketiga, keempat OK, tapi yang kelima kok gak enak ya? Tapi jangan pesimis dulu, perhatikan dulu, mulai tanggal 3 Oktober 2016 sampai 20 September 2017, kalender Ibrani masuk 1 tahun yang baru, yang disebut “Ayin Sayin” tahun 5777. Tahun “Ayin Sayin” berbicara tentang penuaian, kita percaya bahwa penuaian yang sekarang terjadi ini adalah yang terbesar dan terakhir sebelum Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kali. Tahun ini juga berbicara tentang tahun pedang, penuaian pedang adalah penuaian yang terjadi di tengah pedang Tuhan turun ke muka bumi atau murka Tuhan turun ke bumi. Jadi penuaian ini terjadi karena apa? Sepertinya Tuhan murka, tapi disisi lain Tuhan mengasihi jiwa-jiwa. Jika ini terjadi, maka akan banyak jiwa-jiwa diselamatkan ketika mereka melihat goncangan, badai, dll. Salah satu contoh yang terjadi di Afrika, sepertinya negara miskin ini mengalami kesusahan terus menerus, ada virus ebola, bencana demi bencana, pertikaian, peperangan, tapi Tuhan mengasihi Afrika. Pada tahun 1910 di Afrika hanya ada 9 juta orang Kristen, tapi Tuhan bekerja sangat luar biasa dengan mujizat, 100 tahun kemudian diperkirakan tahun 2010 di Afrika ada 516 juta orang yang percaya. Tahun Ayin Sayin juga berbicara mengenai tahun penyembahan, penuaian jiwa terjadi di tengah tengah penyembahan umat-Nya, karena itu gereja hari-hari ini diminta lebih banyak berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, siang dan malam dalam unity dan pasti terjadi penuaian jiwa yang sangat besar.
Kita percaya, memang mujizat hanya Tuhan yang sanggup melakukannya, tetapi mujizat tidak akan terjadi jika kita tidak percaya dan bertindak sesuai apa yang diperintahkan-Nya. Ketika malaikat Gabriel berkata kepada Maria, "engkau akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki", apakah Maria dengan gampang percaya? Secara akal tidak mungkin, dia belum menikah, apalagi dikatakan mengandung anak Allah, sangatlah mustahil. Tetapi respon Maria luar biasa, "jadilah kehendak-Mu." Dia percaya, dia menerima kehendak Tuhan dan dia taat melakukan kehendak Tuhan, walaupun ada resiko besar yang harus dihadapi. Maria bayar harga dari sebuah mujizat, jika kita juga berani membayar harganya, maka mujizat akan terjadi. Jangan sombong, mujizat tidak akan terjadi jika kita masih merasa sanggup menangani masalah kita. Berserah dan mengandalkan Dia sepenuhnya akan membuka kesempatan untuk mengalami mujizat. Waktu-Nya sudah dekat, persiapkan dirimu, bersiaplah untuk menuai besar di jaman penuaian besar dan yang terakhir ini.
Tuhan Yesus memberkati.
13
KEBANGKITAN
Kristus MEMBERIKAN HARAPAN BARU
Pdt. Dr. Japarlin Marbun
Syalom…. Bulan April 2017 ini kita akan memperingati hari Kematian dan Kebangkitan Kristus, di mana melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib, maka kita ditebus dari kesia-siaan hidup kita. Dalam 1 Petrus 1:18 “Sebab kamu tahu bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek-moyangmu itu bukan dengan barang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus sama seperti darah domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” Itu artinya, dengan pengorbanan Yesus yang kita peringati dalam Jumat Agung ini, kita ditebus dari kesia-siaan dan cara hidup kita yang lama menjadi kehidupan yang baru, supaya : 1. Kita menjadi sesuai dengan yang Tuhan inginkan dari hidup kita. Karena, Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia, tetapi kesegambaran dan keserupaan dengan Allah itu, telah rusak karena dosa, yaitu dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa dan yang dilakukan oleh orang tua kita, bahkan sampai kepada kita. 2. Kita dapat mencapai gol dan sasaran Tuhan dalam hidup kita, yang ditetapkan sejak penciptaannya sampai kepada penebusan-Nya, bahkan sampai kepada kehidupan kita yang baru dalam Kristus. 3. Dengan Kebangkitan-Nya, Kristus memberikan pengharapan baru kepada kita. Karena, dalam keberdosaan kita, kita tidak mampu memenuhi harapan-harapan Tuhan. Tetapi, dengan kematian dan kebangkitan-Nya, maka kita juga dibangkitkan dalam kehidupan yang baru. Itu sebabnya, dalam 1 Korintus 15:14 ”Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu”. Berarti, buat kita kebangkitan Kristus menjadi titik balik yang sangat penting karena dengan kebangkitan-Nya maka Yesus mengalahkan maut, artinya, Yesus mengalahkan semua persoalan karena kematian adalah puncak persoalan di
14
dalam dunia ini. Demikian juga kita, dengan dibangkitkannya kita dari manusia lama, maka tentu kita juga mampu hidup dalam kehidupan baru seperti yang Tuhan inginkan sesuai dengan visi GBI “Menjadi Seperti Yesus”, dalam Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”. Jadi kita dapat berpikiran dan berperasaan seperti Yesus, yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hidup kita di tengah dunia ini akan mencitrakan Kristus, menjadi surat Kristus yang terbuka. Dengan demikian orang yang melihat perbuatan kita yang baik, maka mereka melihat Kristus.
Gol dan Sasaran Kristus Bagi Manusia Setelah kita dibangkitkan oleh kematian dan kebangkitan Kristus, tentu Tuhan ingin agar kita mengarah kepada gol dan sasaran Kristus bagi setiap kita yang percaya. Salah satu fokus Kristus adalah menyelamatkan orang-orang yang terhilang dan berdosa. Kita pun dibangkitkan dengan tujuan agar kita menjadi alat keselamatan Kristus dalam rangka menyelamatkan orang-orang yang terhilang itu, sehingga mereka bisa diselamatkan melalui kesaksian hidup kita. Artinya, orang-orang Kristen terus menunjukkan pola pikir, cara pandang dan hidup yang baru. Sehingga, dengan menjadi figur dan teladan yang baik, maka kita dapat memperbaharui dunia ini.
Harapan di Tahun Penuaian Besar Dalam kerangka tema GBI tahun 2017 yaitu Tahun Penuaian Besar, maka harapan kita orang-orang Kristen tidak berhenti hanya sekedar merayakan Jumat Agung dan Paskah, tetapi menghayati penebusan, penyelamatan dan pembangkitan Kristus dengan membangkitkan orang lain yang masih dalam dosa. Melalui apa? Melalui pemberitaan injil, sehingga mereka diselamatkan. Ada banyak orang yang dapat kita selamatkan melalui kesaksian perbuatan, keteladanan hidup kita, sehingga mereka merasakan kehidupan baru setelah perjumpaannya dengan Tuhan. Itulah makna Paskah yang kita peringati, jadi bukan hanya sekadar merayakan Jumat Agung dan Paskah, tetapi menjadi sebuah KEGERAKAN dalam diri kita, dimana kita pun harus membangkitkan orang lain kepada tujuan dan golnya Tuhan!
Penyelamatan ke Sorga dimulai dari Penyelamatan di Bumi Penyelamatan ke sorga dimulai dari penyelamatan di bumi ini. Artinya, kita juga harus melakukan upaya-upaya praktis untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Kita harus menolong orang-orang yang mengalami kehidupan yang sulit di berbagai bidang baik pendidikan, sosial maupun ekonomi. Gerakan sosial dan kepedulian kita terhadap sesama yang membutuhkan, harus ditingkatkan. Supaya mereka merasakan “Terang Kristus” bukan hanya melalui kata-kata kita tetapi melalui tindakan nyata. Untuk itu, kami mendorong gereja-gereja untuk melakukan aksi-aksi sosial yang akan menolong sesama manusia, sehingga mereka juga merasakan kasih Kristus melalui pelayanan kasih kita.
15
APA YANG KAU TABUR Masih teringat dalam rekaman benak kita ketika orang tua mengingatkan kita, apa yang kita pilih atau apa respon kita. "Jangan pernah lupa yaa, anakku, apa yang kau perbuat hari ini, maka akan kau tuai akibatnya kelak di kemudian hari.” Peringatan seperti ini diberikan oleh orang tua dengan maksud supaya apa yang kita lakukan tidak mencelakakan diri sendiri. Ungkapan prinsip tabur-tuai tersebut seolaholah berkonotasi hal yang negatif, yaitu apabila melakukan tindakan yang jahat atau bodoh maka kelak pasti akan menuai akibatnya, namun demikian sesungguhnya tidak selalu demikian. Hukum tabur tuai juga berkonotasi positif, bahkan sangat postif, yaitu hukum yang meneguhkan janji Tuhan, janji berkat Tuhan bagi setiap orang yang menabur benih yang baik. Setiap orang yang taat kepada perintah Tuhan pasti akan mengalami janji Tuhan. Galatia 6:7-8 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Apa yang bisa dipelajari dari ayat ini? Salah satu hukum tuaian adalah: "Apa yang kau tabur itulah yang kau tuai." Kita hanya menuai apa yang kita tabur.
16 |
PELIPATGANDAAN GENERASI Sejak awal kejadian Allah menciptakan alam semesta dan manusia, Allah telah menetapkan bahwa manusia diciptakan dengan suatu tujuan, yaitu "diciptakan serupa segambar dengan-Nya, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi"... "diciptakan-Nya mereka laki-laki dan perempuan"... "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:26-28). Keluarga diciptakan oleh Allah sebagai unit terkecil yang menjadi unsur utama dari suatu masyarakat, dengan suatu tujuan untuk membangun Kerajaan Allah di bumi. Diawali dari Adam dan Hawa, yaitu sepasang manusia, satu laki-laki & satu perempuan, Allah menghendaki pelipatgandaan generasi yang berkuasa atas alam semesta sebagai perwakilan (ambasador) Allah di bumi ini.
ITU YANG KAU TUAI Pdt. Dr. dr. Dwidjo Saputro, Sp.Kj.
Kehidupan selalu dihadapkan pada tantangan dan peluang, suatu kesempatan untuk membuat respon. Banyak orang mengatakan hidup ini dihadapkan pada pilihan. Bagi saya pilihan hanya satu yaitu taat kepada Tuhan dan Firman-Nya. Bagi setiap orang percaya tak ada pilihan yang lain, walaupun diberikan kehendak bebas. Tuhan tidak memberi kesempatan, tidak menghendaki kehendak bebas yang diberikan tidak digunakan untuk tetap memprioritaskan Dia, sebab kita diciptakan serupa segambar dengan-Nya. Perintah utama yang diberikan oleh Tuhan untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa dan seluruh kekuatan, jadi tak ada pilihan lain, kita harus taat, senantiasa taat pada perintah Tuhan. Oleh karena itu respon kita, taat atau tidak taat, akan memberikan pengaruh sangat besar terhadap kehidupan kita, kehidupan orang lain di sekitar kita. Dampak dari pengaruh tersebut dapat terjadi segera atau tidak. Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan! Prinsip tuaian tersebut pasti terus berlaku selama bumi ini masih ada.
Efesus 5:15-18 “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.” Mazmur 90:12 “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”
17
MELAKSANAKAN AMANAT AGUNG Seluruh kehidupan selalu diwarnai dengan kejadiankejadian yang mendahului, apa yang diperbuat dan apa yang ditabur oleh orang lain dan diri sendiri. Apa yang kita tuai adalah apa yang telah ditabur, secara alami maupun disengaja dengan suatu tujuan, baik oleh Tuhan maupun manusia, dan menghasilkan tuaian yang baik maupun buruk. Pertanyaan yang harus kita jawab sekarang, "apa yang kita tabur di keluarga kita?” Allah menghendaki kita mendapatkan tuaian besar dari keluarga kita. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "…. Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28 ), "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." (Kej 12:2). Tuaian besar dari keluarga kita adalah suatu mimpi besar yang harus diwujudkan. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Mat 28:19). Dalam Mat 28, Yesus memberikan Amanat Agung kepada para pengikutnya, "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku...". Kata "jadikanlah semua bangsa ..." ini adalah suatu kata perintah. Alkitab menyatakan bahwa menjadikan murid Kristus adalah suatu perintah yang harus dilakukan setiap orang pengikut Kristus. Sebenarnya saya ragu-ragu apakah kita adalah orang kristen yang memiliki komitmen terhadap Amanat Agung, apakah kita memiliki mimpi untuk menjadi pelaku Amanat Agung? Kita semua memiliki kerinduan yang sama yaitu, melihat banyak orang bertobat, percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan & Juruselamat, bertumbuh dalam Dia & ikut melayani untuk Kerajaan-Nya. Namun, apa yang yang kita lihat sekarang ini? Apa yang telah kita kerjakan selama ini? Apakah kita melihat makin banyak orang di sekeliling kita yang serupa & segambar dengan Kristus? Kita harus selalu mengingat visi umum Gereja Bethel Indonesia: "Menjadi Serupa dengan Yesus."
18 |
HASIL PENELITIAN Saya mengutip hasil penelitian Thom Rainer yang menunjukkan, 65% orang yang lahir sebelum tahun 1946, mengakui menjadi orang Kristen, sebab mereka percaya kepada Yesus. Selanjutnya angka tersebut menurun menjadi 35% di antara mereka yang lahir 1946-1964, lalu di antara mereka yang lahir 1965-1976 makin menurun menjadi 15%. Yang paling mengejutkan adalah, di antara mereka yang lahir setelah 1977 (1977-1994) hanya 4% yang berkeyakinan Yesus sebagai Tuhan & Juruselamat. Meskipun penelitian ini tidak dilakukan di Indonesia, namun kita dapat belajar dari hasil penelitian ini dan mengambil maknanya. Apa artinya dengan hasil penelitian ini? Apa yang telah dilakukan oleh gereja sampai saat ini ternyata tidak menjadikan orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus bertumbuh menjadi orang kristen yang dewasa rohani dan tidak menjadi panutan bagi generasi selanjutnya. Hasil penelitian lain menunjukkan sebagian besar generasi muda saat ini, tidak memiliki cara hidup sesuai dengan Alkitab. Hanya 0,5% anak muda yang berusia 18-23 tahun, memiliki cara pandang sesuai Alkitab. Pada saat ini dapat dikatakan telah terjadi kegagalan dalam hal menanamkan kemampuan dalam diri setiap orang agar sanggup merespon situasi kehidupan yang dihadapi dalam perspektif spiritual, apa yang menjadi kehendak Allah, yang baik, berkenan dan sempurna (Rm 12:1-2).
APAKAH KITA MEMPUNYAI MIMPI YANG BESAR? Mimpi yang dimaksudkan disini adalah hasrat yang besar untuk diwujudkan bagi pemenuhan kerinduan Allah bagi kita. Mimpi ini hanya mungkin diwujudkan oleh kasih karunia Allah saja, sesuatu yang adikodrati, supernatural. Bukan mimpi yang biasa. Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin" (Matius 19:26). Suatu mimpi (visi) yang tidak dapat dicapai oleh upaya manusia. Hanya sedikit yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan mimpi ini menjadi suatu kenyataan. Untuk mewujudkan mimpi ini membutuhkan suatu mujizat. Tetapi apakah impian semacam ini mungkin menjadi kenyataan?
VISI KERAJAAN ALLAH Mewujudkan mimpi ini adalah mewujudkan visi Kerajaan Allah. Impian saya adalah menjadikan setiap keluarga (rumah tangga) sebagai pusat pelatihan Kristiani, dimana setiap anggota keluarga di dalamnya dilatih menjadi murid Kristus secara pribadi yang berlangsung terus-menerus selama 20 tahun. Setelah mereka mendapatkan pelatihan pemuridan tersebut, mereka menerima pelatihan menyeluruh tentang Firman Tuhan dan praktik kehidupan Kristiani. Secara menyeluruh setiap orang akan belajar terus-menerus menghidupi kekristenan selama 30 sampai 50 tahun. Maka dalam jangka waktu 25 sampai 50 tahun ke depan Allah akan memakai setiap keluarga sebagai pelaksana pemuridan ini yang menghasilkan 26 orang. Jadi apabila jumlah anggota jemaat seluruh Gereja Bethel Indonesia berjumlah 400.000 kepala keluarga, maka kita akan membentuk 10.400.000 murid Kristus. Apabila kita memenuhi visi 10.000 jemaat, berarti kelak dalam kurun waktu 50 - 75 tahun ke depan akan terbentuk tak kurang dari 20.000.000 murid Kristus. Jika dari seluruh murid Kristus ini yang menerima panggilan sebagai gembala, misionari, penginjil 1%-2% maka akan tersedia 200.000 pelayan Tuhan yang berkualitas sebagai murid Kristus, yang telah dilatih, diperlengkapi dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Melihat mimpi besar ini (visi) makin jelas bahwa visi 10.000 jemaat GBI akan terlampaui bahkan akan mengalami pelipatgandaan dalam bilangan jumlah jemaat.
Jika setiap orang berpenghasilan Rp. 5.000.000 per bulan atau persembahan perpuluhan Rp. 500.000 per bulan maka setiap bulan akan didapatkan persembahan sejumlah Rp.200 milyar atau Rp.2,4 triliun per tahun yang dapat digunakan untuk memajukan Kerajaan Allah di bumi ini. Seperti yang saya katakan diatas tadi, ini adalah mimpi besar menjadikan setiap keluarga sebagai pusat pemuridan bagi anggota keluarga tersebut. Ini adalah mimpi besar dari mengobarkan api pelayanan keluarga di GBI. Saya dan seluruh Tim Pokja Keluarga GBI berdoa meminta mujizat Allah menggenapi. "Ya Bapa kami di Sorga, dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kami datang dan memohon kepadamu mengadakan suatu mujizat dan memimpin kami dan seluruh keluarga GBI untuk mengasihi-Mu dengan segenap hati kami, segenap jiwa kami, dan seluruh akal budi kami. Tuhan Allah, berikan kepada kami anak-anak, paling sedikit dua orang, untuk kami kasihi, kami latih, kami didik dan kami perlengkapi menjadi murid Kristus. Ya Tuhan, berikan kesempatan kepada generasi Gereja Bethel Indonesia saat ini dalam kurun waktu 50 tahun ke depan meneruskan berkat-berkatmu bagi generasi ke generasi. Amin." Ini adalah impian ukuran Allah, dan hanya Dialah yang dapat mencapainya.
19
HUKUMAN MATI Tim Perumus: Pdt. Dr. Japarlin Marbun, Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham, Pdt. Hengky So, M.Th, Pdt. Dr. Jonathan Trisna, Pdt. Thomas Bimo, M.Th, Pdt. Dr. Abraham B. Lalamentik, Pdt. Christian Silitonga
Hukuman mati menjadi topik hangat yang menimbulkan perbedaan pandangan dari berbagai kalangan. Baik kelompok yang menolak hukuman mati maupun kelompok yang menerima hukuman mati, memiliki argumentasi masing-masing. Ada tiga pandangan dasar tentang hukuman mati, yaitu: 1. Rehabilitasionisme, pandangan ini bertitik tolak pada pendapat bahwa tujuan keadilan adalah rehabilitasi (memperbaiki) dan bukan retribusi (nyawa diganti nyawa). Keadilan harus ditegakkan untuk korban dan pelaku, tetapi keadilan itu besifat untuk merehabilitasi dan bukan untuk membalas. Penganut pandangan ini beranggapan bahwa sikap Yesus yang membebaskan perempuan yang kedapatan berzinah adalah bukti bahwa Tuhan Yesus menolak hukuman mati. 2. Rekonstruksionisme, pandangan ini mengatakan bahwa hukuman mati harus diberikan kepada semua pelaku kejahatan besar seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama (pembunuhan, penculikan, sihir, bersetubuh dengan binatang dan sesama jenis kelamin, nabi palsu). Dasar pandangan ini adalah bahwa hukum moral yang diperintahkan oleh Musa masih tetap berlaku pada masa kini. 3. Retribusionisme, pandangan ini mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk menghukum dan bukan untuk merehabilitasi (memperbaiki). Pandangan ini berpendapat bahwa hukuman mati adalah diperbolehkan untuk beberapa kejahatan besar yang mengakibatkan kematian kepada korban. Ketiga pandangan diatas bila diterapkan dalam konteks masa kini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai Gereja yang berskala internasional, Gereja Bethel Indonesia perlu mengeluarkan pandangan tentang hukuman mati. Karena itu dilakukan penelitian lebih seksama tentang pandangan Alkitab mengenai topik ini untuk mengambil sikap yang tepat sehingga bisa menjadi pegangan bagi seluruh jemaat dan pejabat Gereja Bethel Indonesia.
20 |
PANDANGAN ALKITAB TENTANG HUKUMAN MATI Dalam Perjanjian Lama (Kel 21:12-36; 22:1820; Imamat 20:8-21; Ulangan 13:5) ada beberapa kejahatan yang harus dihukum dengan hukuman mati yaitu membunuh dengan sengaja, memukul atau mengutuki ayahnya dan ibunya, menculik orang lain, melakukan sihir, bersetubuh dengan binatang, mempersembahkan korban kepada allah lain, perzinahan, bersetubuh dengan perempuan yang sedang haid, melalukan hubungan sesama jenis, nabi palsu yang menyesatkan umat, serta kejahatan lainnya. Perintah hukuman mati ini adalah perintah Tuhan yang diberikan kepada orang Israel melalui Musa. Namun jauh sebelum hukum Taurat diberikan, sebenarnya perintah hukuman mati itu sudah diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Hukuman mati dijatuhkan kepada manusia yang membunuh sesamanya. Dalam Kejadian 9:6 perintah hukuman mati itu berbunyi ”Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri”. Jadi jelaslah bahwa
pada zaman Perjanjian Lama, hukuman mati diperbolehkan. Walaupun demikian, Allah juga menunjukkan kemurahan-Nya ketika harus menjatuhkan hukuman mati. Hal ini terlihat dalam kasus Daud ketika melakukan perzinahan dan pembunuhan namun Tuhan tidak menuntut nyawanya (2 Samuel 11:1-27; 12:3). Disamping itu, PL jelas menyatakan sikap Tuhan dalam hukuman mati. Tuhan mengijinkan bahkan memerintahkan menumpas orangorang yang menyembah berhala karena praktik keagamaan dan ritual mereka sangat keji dan najis. Di masa PL sudah ada praktik pelacuran, sodomi dan homoseksual bukan hanya sebagai pelampiasan hawa nafsu tetapi dilegalkan menjadi ritual keagamaan dengan adanya pelacur bakti dan semburit bakti (Bilangan 23:17-18). Mereka juga mempersembahkan anak manusia sebagai korban bakaran; bukan anak domba/anak lembu sapi. Kalau penyembah berhala adalah praktik ritual mereka tidak ditumpas, akan ditiru dan merusak umat Tuhan sehingga Tuhan jauh dari umat-Nya (Hakim-hakim 1). Tuhan menganggap baik orang-orang yang membunuh/ menumpas pelaku-pelaku agama kafir yang sangat merusak, seperti dalam Keluaran 32:25-29, kasus lembu emas; Bilangan 25:1-15, kasus Baal-Peor. Walaupun dalam PL ada hukum mata ganti mata sebagai hukum keadilan, tapi Tuhan memberi kesempatan untuk pelaku pembunuhan, khususnya yang tidak disengaja/tidak direncanakan untuk mendapat pengampunan atau proses hukum yang dilaksanakan pemerintah. Karena itu disediakan kota-kota perlindungan untuk memberi kesempatan bagi pembunuh tidak sengaja dapat menjalani proses hukum (Keluaran 21:24-25). Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengutip hukum taurat tentang larangan membunuh dalam khotbah di bukit. Untuk itu Tuhan mengingatkan bahwa sebelum tindakan membunuh terjadi, sudah terlebih dahulu
21
muncul gejala seperti marah dll.., dan itu harus dicegah sebagai tindakan preventif. Tuhan Yesus pernah dihadapkan dengan seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Ahli Taurat dan orang Farisi menuntut supaya wanita itu dihukum mati karena Hukum Taurat mengatur bahwa jika seorang wanita atau pria kedapatan berbuat zinah maka pelaku zinah itu harus dirajam dengan batu hingga mati (Ulangan 22:23-24). Tetapi kenyataannya Yesus melepaskan perempuan itu dan tidak menghukumnya. Sikap Yesus ini sering disalahtafsirkan oleh kelompok yang menolak hukuman mati bahwa Yesus juga menolak hukuman mati. Fakta Yesus tidak menghukum mati wanita itu bukan bukti bahwa Yesus menolak hukuman mati sebab konteksnya pada waktu itu adalah Yesus ingin mengajarkan bahwa semua manusia adalah manusia yang berdosa dan tidak layak untuk menghakimi sesamanya (Yohanes 8:7, Matius 7:1-5). Yesus sendiri tidak menolak hukuman mati. Ini terlihat dari sikap-Nya ketika Dia dijatuhi hukuman mati di kayu salib. Dia tidak melakukan tindakan pembangkangan atas hukuman yang dijatuhkan kepadaNya dan dengan rela Dia menerima hukuman-Nya itu. Keempat penulis Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) mencatat hukuman mati yang dijatuhkan kepada Tuhan Yesus dan kepada dua penjahat besar yang dihukum mati melalui penyaliban diputuskan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang sah yaitu kekaisaran Romawi. Dengan ditulisnya peristiwa itu memberi indikasi bahwa gereja mula-mula menerima hukuman mati sebagai hukum yang sah bila dilaksanakan oleh pemerintah yang berlaku. Hal itu dikuatkan pernyataan rasuli dalam Roma 13; 1 Petrus 2:13-14; Ibrani 11:37. Bahkan pemerintah yang menjalankan hukum keadilan termasuk hukuman mati (diwakili frasa…menyandang pedang…) dinilai sebagai hamba Allah. Kematian Ananias dan Safira karena mendustai Roh Kudus juga dianggap sebagai hal yang pantas. Paulus menyatakan sikap yang sama terhadap hukuman mati ketika dia dengan tegas berkata bahwa dia rela menerima hukuman mati kalau memang dia bersalah (Kisah Para Rasul 25:11).
22
Roma 13:4 berkata ”Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia kerena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”. Ayat ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki hak untuk melaksanakan hukuman mati, khususnya untuk kejahatan yang luar biasa. Namun keputusannya tidak boleh dijatuhkan oleh perseorangan berdasarkan pertimbangan pribadi, seperti yang bisa terjadi misalnya pada pemerintahan diktator. Pemerintah dalam pelaksanaan hukuman mati harus melalui proses peradilan yang diatur oleh hukum yang obyektif dan pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga negara, walaupun tak bisa dipungkiri lembaga manusia bisa saja membuat keputusan yang salah. Karena itu hukumannya harus terusmenerus ditinjau ulang agar semakin adil dan tidak ada hak siapapun yang dilanggar. Pada intinya hukuman seyogyanya tidak dilaksanakan dengan motivasi balas dendam atau kebencian. Adanya hukum Taurat “Jangan membunuh” (PL), dalam hukum Kasih (PB) menunjukkan bahwa hukuman mati bukan jalan satu-satunya. Orang yang melakukan kejahatan harus dihukum, namun hukuman itu seharusnya bersifat merehabilitasi/ memperbaiki sehingga sedapat mungkin hukuman mati dihindari (misalnya bisa diganti menjadi hukuman seumur hidup), namun kemungkinan untuk dilakukannya hukuman mati betapapun kecil harus tetap dibukakan, terutama untuk kejahatan luar biasa.
PANDANGAN GBI TENTANG HUKUMAN MATI Berdasarkan uraian di atas maka GBI berpendapat: 1. Manusia diciptakan Allah menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26) dan memiliki hak hidup seperti yang diberikan Allah kepadanya. 2. Hidup manusia berada di tangan Tuhan. Tuhanlah yang berkuasa untuk memberi hidup dan Tuhan jugalah yang berkuasa mengambil hidup manusia (Mazmur 90:3, 1 Samuel 2:6). 3. Tuhan memberikan kuasa kepada pemerintah untuk menjalankan hukuman mati kepada pelaku kejahatan (Roma 13:4). Tidak ada seorang manusia pun yang memiliki hak untuk mengambil hidup manusia lain. Hanya pemerintah yang diberikan kuasa oleh Tuhan untuk melakukannya. 4. Hukuman mati sedapat mungkin dihindari, namun dalam kasus yang sangat luar biasa hal itu dapat dilakukan. Bilamana hukuman mati terpaksa dijatuhkan, itu harus berdasarkan penghargaan yang tinggi kepada keadilan dan kemanusiaan. Keadilan harus diterima baik oleh pelaku maupun oleh korban. Hukuman mati diberikan supaya hak hidup orang yang tak bersalah dilindungi. Dengan memberlakukan hukuman mati maka akan menimbulkan rasa takut dalam hati orang lain yang merupakan calon pelaku kejahatan lainnya sehingga mencegah terulangnya terjadinya kejahatan. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa hukuman mati bukanlah sebuah tindakan pembalasan dendam kepada pelaku kejahatan, tapi sikap tegas dan tidak kompromi terhadap dosa. Hukuman mati merupakah sebuah upaya untuk melindungi kehidupan umat manusia yang lebih luas dan mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan besar lainnya.
23
PEMBENTUKAN
SEORANG PEMIMPIN
Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham
PERSIAPAN MENJADI PEMIMPIN Kepemimpinan yang handal sangat dibutuhkan dalam organisasi maupun pelayanan. Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh untuk menggerakkan orang lain pada suatu tujuan. Sesungguhnya Tuhan memberikan kemampuan kepada kita untuk memimpin, sebab Dia menciptakan manusia untuk berkuasa atas bumi (Kej. 1:26). Namun untuk menjadi pemimpin sejati, kita harus rela diproses oleh Tuhan. Bila tidak mau dibentuk, muncullah ketidakmatangan dalam pribadi dalam bentuk, misalnya: - Tidak bisa menyesuaikan diri dalam pergaulan dengan orang lain. - Suka mencampuri orang lain, tapi tugasnya sendiri terbengkalai. - Suka menyalahkan orang, bukannya mencari solusi. - Tidak mampu menjalin semangat kebersamaan dalam suatu tim. - Tidak mampu menangani kritik dan perbedaan. - Suka melontarkan kritik tajam. - Hanyut dalam masalah dan tidak bisa meraih tujuan utama.
Untuk itu kita harus menyiapkan diri dan mental kita mulai dari perkara kecil, misalnya: - Mengerjakan pekerjaan yang dianggap sederhana/hina untuk melatih hati. - Mengerjakan setiap pekerjaan sebaik mungkin dengan tekun. - Merawat tubuh dan mengembangkan berpenampilan rapi dan harum.
kebiasaan
- Memperhatikan orang lain. Belajarlah peduli terhadap lingkungan sekitar. Selain itu ada berbagai hal penting dalam kehidupan pemimpin rohani seperti yang dapat kita lihat yaitu :
24 |
PEMIMPIN DAN WAKTUNYA
PEMIMPIN DAN DOANYA Seorang pemimpin - apalagi pemimpin rohani yang dipercaya untuk melayani umat - tidak boleh mendahului para pengikutnya di dalam hal apapun lebih daripada di dalam hal berdoa. Hudson Taylor berkata, ”Kita dapat menggerakkan orang, dengan perantaraan Allah, hanya dengan doa.” Manusia merupakan pribadi yang sulit digerakkan, tetapi justru dalam keadaan seperti itulah maka pemimpin harus membuktikan kekuatannya untuk menggerakkan hati manusia ke arah mana ia yakin Allah berkehendak. Dan Allah telah menaruh kunci ke dalam tangannya untuk menanggulangi masalah yang rumit ini, yakni melalui DOA! Ya, doa memiliki kuasa untuk menjangkau hal-hal yang tak terjangkau secara manusia. Percobaan paling berat bagi para pemimpin adalah malas berdoa walaupun tahu doa itu penting. Untuk itu perlu tekad dan disiplin diri. Misalnya, tulis di Alkitab “Saya akan berdoa satu jam dan membaca Alkitab 4 pasal setiap hari”. Kepemimpinan tanpa doa akan gersang, tidak bergairah dan tidak ada urapan Roh Kudus. Martin Luther yang sibuk, justru mengharuskan dia menyediakan lebih banyak waktu untuk berdoa. Semakin banyak kesibukan, seharusnya semakin banyak pula waktu untuk berdoa. Tidak ada cara untuk belajar berdoa selain daripada berdoa! Contoh terbaik daripada kehidupan doa adalah kehidupan Tuhan Yesus sendiri. Bagi Yesus, doa bukan merupakan suatu tambahan yang membuat Dia enggan, melainkah suatu kebutuhan yang menggembirakan. Para pemimpin besar di dalam Alkitab dikenal karena mereka adalah pahlawanpahlawan doa yang besar.
Pemimpin harus bisa mengatur waktu dengan memprioritaskan hal utama sebagai hal yang harus diutamakan, yakni menyediakan waktu untuk Tuhan, keluarga dan pekerjaan/pelayanan. Jika seseorang ingin menjadi pribadi unggul, ia harus menolak hal yang tidak terlalu penting lalu memusatkan perhatian pada halhal yang benar-benar penting. Ahli filsafat Wiliam James menegaskan bahwa pemanfaatan hidup yang sebaikbaiknya ialah memakainya untuk sesuatu yang akan tetap ada setelah hidup kita berakhir, karena nilai hidup tidak dihitung menurut lamanya, melainkan menurut apa yang telah disumbangkan olehnya. Bukannya berapa lama kita hidup, melainkan bagaimana penuhnya dan baiknya kita hidup. Kalimat yang jarang terdengar dari mulut seorang pemimpin adalah “Saya tidak punya waktu”. Orang yang benarbenar sibuk tidak pernah tidak mempunyai waktu sebab mereka mengaturnya dengan ketat dan sistematis. Dia memiliki kalender kegiatan & rencana kegiatan setiap hari. Tuhan memberikan satu contoh yang sempurna dalam rencana penggunaan waktu. Ia memakai hidupnya dengan berencana, Ia tidak pernah tergesa-gesa, meskipun selalu dikerumuni orang banyak. Ia selalu tenang. Rahasia ketenangan-Nya terletak di dalam keyakinan-Nya bahwa ia bekerja sesuai dengan rencana Bapa-Nya bagi Dia, yaitu satu rencana yang meliputi tiap-tiap jam & siap menghadapi setiap kemungkinan. Jika kita secara jujur merencanakan kegiatan hari itu bersama Tuhan, tanggung jawab kita hanyalah sampai pada hal-hal yang berada dalam jangkauan, selebihnya dapat diserahkan kepada Bapa yang di Surga yang penuh kasih dan kemampuan. Pemimpin yang baik, tidak suka menunda ataupun memboroskan waktu untuk hal yang tidak penting. Penundaan merupakan suatu kebiasaan yang dapat berakibat fatal terhadap kepemimpinan rohani yang efektif. “Lakukan sekarang” merupakan satu prinsip tindakan yang telah membawa banyak orang berhasil secara duniawi, dan hal ini tidak kalah pentingnya di bidang rohani. Cara yang paling menolong untuk mengalahkan kebiasaan menundanunda waktu ialah menetapkan batas waktu bagi dirisendiri, kemudian berketetapan hati untuk tidak melampaui batas waktu itu.
25
PEMIMPIN DAN BACAANNYA
PEMIMPIN DAN TULISANNYA
Paulus memakai saat-saat terakhir sebelum mati syahid untuk membaca (II Tim. 4:13). Orang yang ingin tumbuh secara rohani dan akal budinya akan banyak membaca buku. Dengan membaca banyak inspirasi akan muncul. Bacalah Alkitab, buku rohani, biografi dan juga bacaan umum untuk mengerti dunia dan pergumulannya. Menurut Bacon: “Membaca menjadikan orang dewasa, berbicara menjadikan orang siap sedia, menulis menjadikan orang tepat”. Agar yang kita baca kita kuasai, buatlah catatan untuk hal penting dan menarik dari bacaan itu.
Menulis adalah salah satu kapasitas yang seharusnya dikembangkan oleh pemimpin sejak awal, karena banyak faedah yang didapat, yakni:
John Wesley mempunyai kecintaan untuk membaca dan pembacaannya sebagian besar dilakukan pada waktu ia naik kuda! Ia berkata pada para pendeta di kalangan kaum Wesley agar membaca atau keluar dari pelayanan! Karena itu ambillah keputusan untuk membaca buku-buku yang bermanfaat bagi perkembangan jiwa, pikiran dan rohani paling sedikit setengah jam sehari.
Bacaan yang disarankan: Mahoney, Ralph. Pembentukan Seorang Pemimpin, Gleanoaks, Burbank: World Missionary Assistance Plan, t.t. Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani, Bandung: Kalam Hidup, 1979. Meyer, Joyce. Pemimpin yang Sedang Dibentuk, Jakarta: Immanuel, 2007.
26 |
- Dengan menulis, pemimpin dipaksa untuk menuangkan buah pikirannya secara sistematis, logis dan jelas. Kemampuan komunikasi ini sangat vital dan menentukan efektifitas kepemimpinannya. - Melalui tulisan pemimpin memberikan warisan (legacy) dari hidupnya yang singkat untuk diambil hikmahnya oleh orang lain. - Menulis adalah seni untuk mengenali diri sendiri. Tulisan menyatakan apa yang hidup dalam diri kita. Lewat tulisan kita membuka dimensi baru dalam diri kita yang tidak kita sadari sebelum kita mulai menulis.
PEMIMPIN DAN UANGNYA
PEMIMPIN DAN KELUARGANYA
Pemimpin rohani harus memberi contoh kepada pengikutnya mengenai tanggung jawabnya di bidang keuangan. Ini didasari kesadaran bahwa kita bukanlah pemilik namun hanya pengelola dari harta milik Allah, yang kepada-Nya kita akan memberi pertanggungjawaban (I Pet. 4:10, Luk. 12:4246). Keteladanan seorang pemimpin dalam hal keuangan nyata antara lain dalam hal:
Seorang pemimpin haruslah pertama-tama menjadi gembala bagi rumah tangganya. Bila ia tidak dapat mengepalai keluarganya, bagaimana ia dapat memimpin jemaat? (I Tim. 3:4-5). Karena itu seorang pemimpin haruslah:
- Jujur dalam hal keuangan, bahkan untuk urusan yang kecil (Luk. 1610-12). - Setia mengembalikan milik Allah, yaitu persepuluhan (Maleakhi 3:8-10). - Tidak serakah/mencari keuntungan bagi diri sendiri dan menjadi hamba uang, sebaliknya hidup berpadanan dengan yang ada, artinya: tidak boros waktu kelimpahan dan tidak berhutang ketika kekurangan (Luk. 3:14, Fil. 4:11). - Mampu mengatur keuangan dengan baik, dicatat dengan seksama, baik dalam hidup pribadi maupun dalam organisasi. Semestinya, istri seorang pemimpin jangan memegang keuangan lembaga yang dipimpin suaminya, karena hal itu bisa menimbulkan kecurigaan.
- Menjadi teladan dan berkat pertama-tama bagi keluarganya. - Menjadi imam di dalam keluarga, yang memimpin seluruh anggota keluarganya takut akan Allah dan rajin beribadah, antara lain dengan melakukan mezbah keluarga. - Membimbing anak-anaknya secara pribadi untuk menerima Kristus. - Menciptakan hubungan yang harmonis antara suamiistri, orangtua-anak, dll. - Memiliki nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya (I Tim. 5:8).
- Memiliki hati yang berkelimpahan dan suka memberi/ berkorban (II Kor. 9:6-15).
27
Penuaian Besar Pdt. Dr. Melianus Kakiay
Kondisi Penuaian Saat Ini
Berdasarkan pengamatan dan pandangan saya, tema Penuaian Besar ini “antara berjalan dan stag”. Hal ini dilatari oleh dua hal, Pertama, ada gereja-gereja yang begitu agresif dalam “memboroskan” semua sumber dayanya hanya untuk meng-entertaint jemaat, dengan suatu harapan jemaat merasa nyaman, betah dan tidak melirik “rumput tetangga”(berpindah ke gereja lain). Dan ironisnya kondisi ini dianggap sebagai penuaian jiwa-jiwa, sebenarnya ini hanyalah upaya taktik ofensif gereja, sementara langka penuaian jiwa-jiwa menjadi minor, pada hal jika berbicara penuaian jiwa-jiwa, gerja harus menerapkan taktik ofensif. Kedua, Ada gereja-gereja yang memang sangat konsen dalam penuaian jiwa-jiwa tetapi minor dalam taktik defensif, sehingga implikasinya penuaian besar tidak berjalan seperti yang diharapkan, kondisi itulah yang saya sebut” antara berjalan & stag”.
Dalam sidang MPL lalu, Ketum BPH GBI telah menyampaikan bahwa jika ditahun 2016, GBI telah masuk dalam masa penuaian, maka di tahun 2017 ini, kita harus masuk dalam Penuaian Besar. Pesan penting yang hendak digaungkan oleh Ketum bahwa seluruh pejabat dan warga GBI diseluruh dunia harus dimotivasi, diperlengkapi untuk fokus pada tugas pokok gereja yakni memberitakan Injil, sebab buah dari pemberitaan Injil adalah jiwa-jiwa. Jika gereja ingin menuai maka Injil harus diberitakan, ini merupakan tesis yang logis dan teologis. Itu sebabnya, idealnya gereja yang ingin menuai besar, gereja harus menerapkan pola taktik defensif dan ofensif. Artinya jiwa-jiwa yang telah bertobat dibina, didewasakan agar menjadi jemaat yang dewasa sekaligus diutus untuk menjadi penuai dimana Tuhan telah tempatkan mereka berkarya(market Place).
28
Langkah Konkret yang Dilakukan Bph untuk Penuaian
Pada sidang Majelis Pekerja Lengkap ( MPL) lalu, BPH GBI telah mengambil sebuah tindakan konkrit(good will) bahwa tahun ini adalah tahun Penuaian Besar, yang telah ditindak lanjuti dengan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) GBI di Bangkok beberapa waktu yang lalu, dengan disepekati atau diputuskan bahwa BPH lah yang akan mempersiapkan materi-meteri pembekalan kepada para pejabat se- tanah air dan juga luar negeri yang akan dilaksanakan melalui Sidang Majelis Daerah( SMD). Kebutuhan Daerah
Yang diharapkan oleh daerah dari BPH adalah sebagai akomodator, mampu mengakomodir keinginan mereka yakni mempersiapakan materi-materi yang dibutuhkan yang sekaligus membina dan memperlengkapi para pejabat, yang pada gilirannya para pejabat dapat mendistribusikan apa yang telah mereka dapatkan kepada jemaat-jemaat lokal yang ada, sehingga terjadi sebuah sinergitas yang harmoni antara pejabat, jemaat lokal dan BPH dengan demikian apa yang diharapkan menjadi kenyataan karena setiap stakholder menjalankan fungsinya dengan tepat dan akurat. Langkah Gereja Menghadapi Kemajuan Teknologi Saat Ini
Sikap gereja yang ideal dalam menghadapi gempuran kemajuan IPTEK yang tidak mengenal tapal batas, usia, daerah, wilayah dll, maka gereja harus mendorong dan membina jemaatnya supaya cerdas dalam memahami semua hal yang terkait dengan IPTEK, secara khusus tentang media sosial, misalnya undang-undang yang memayunginya sehingga jemaat Tuhan tidak menjadi korban dari media. Tegasnya jemaat Tuhan harus mampu secara cerdas memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kemulian Tuhan, dan secara khusus untuk memberitakan Injil.
Peran Pemimpin dalam Penuaian
Di mana-mana leader memegang peranan yang sangat sentral, baik di pusat maupun di daerah sampai ke jemaat lokal. Karena itu, pembinaan kepada para leader itu sangat penting. Mereka harus dilengkapi (khusus leader-leader dalam gereja lokal) sehingga mereka bisa berfungsi didalam mempersiapkan jemaatjemaat lokal untuk melaksanakan Amanat Agung. BPH GBI mempunyai Departemen PI-Misi yang salah satu fungsinya adalah memberikan materi-materi pembinaan yang berkaitan dengan bidang PI- Misi. Dan saat ini Departemen PIMisi sudah mulai melakukan sosialisasi Materi Amanat Agung Alkitabiah (A3) ke seluruh Tanah Air. Adapun keunggulan dalam materi A3 ini adalah sederhana, praktis, sehingga jemaat mudah dilatih untuk memiliki kemampuan menjadi pemenang jiwa yang efektif. Berbagai Kendala dalam Penanganan Masalah
Menurut saya, paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kendala dan penanganan masalah Pertama, Masih lemahnya pemahaman tentang Peran dan fungsi BPH, BPD, Wilayah, Jemaat Lokal dan Tata Gereja GBI. Menurut hemat saya, jika semua bisa memahami fungsi masingmasing dan menerapkan Tata Gereja GBI dengan semestinya maka semua masalah bisa terselesaiakn dengan baik. Kedua, Kedewasaan para Pejabat. Patut kita akui bahwa untuk mencapai tingkat kedewasaan yang kita harapkan baik dalam pemahaman Teologi, Pelayanan dan berorganisasi masih diperlukan pembinaan yang terus menerus kepada para pejabat GBI agar apa yang diharapkan dapat terealisasi. Pesan bagi Jemaat GBI
3. Kita harus berani menabur dengan sungguh-sungguh, “Siapa yang menabur dengan air mata, dia akan menuai dengan bersorak-sorai.” (Mazmur 126:56) 4. Kita harus meningkatkan kemampuan atau mempertajam sabit dalam kita menuai (Wahyu 14:14-18). Selain apa yang sudah disampaikan oleh Ketum, saya perlu tambahkan dengan mengajak kita semua untuk membaca dan memperhatikan pesan Tuhan Yesus dalam Perumpamaan tentang Penabur dalam Injil Matius 13: 1-23. Dari bacaan ini ada beberapa prinsip yang perlu kita hidupi jika ingin menjadi Penuai yang Sukses. Sebelum saya menyampaikan bebrapa Prinsip tersebut, perlu diingat bahwa dari perumpamaan ini kita menjumpai ada 4 karakteristik dari penerima berita Injil yang digambarkan oleh Tuhan Yesus berikut: a. Karakteristik tanah Pinggir Jalan, b. Karakteristik Tanah yang Berbatu-batu, c. Karakteristik Tanah Semak Duri, d. Karakteristik Tanah yang Baik. Dengan mengetahui karakteristik hati manusia yang digambarkan tersebut diatas maka akan menolong kita dalam proses Peniuaian Besar ini. Berikut ini beberapa Prinsip yang harus kita miliki dalam melaksanakan tugas Penuaian: 1. Kita harus fokus kepada Panggilan. 2. Kita harus Siap bekerja Keras. 3. Kita tidak boleh Menyerah pada Keadaan. 4. Kita harus menabur terus dengan Iman.
SELAMAT MEMASUKI TAHUN PENUAIAN BESAR DAN SELAMAT MENUAI JIWA-JIWA BAGI KERAJAAN ALLAH, TUHAN YESUS MEMBERKATI.
Menghadapi Penuaian Besar
Kita tidak bisa menghadapi dengan kekuatan sendiri, apa yang sudah dipesankan oleh Ketua Umum BPH GBI melalui khotbahnya di Sidang MPL GBI maupun di Rapimnas GBI, haruslah kita pegang, yaitu: 1. Kita harus penuh dengan Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang memampukan dan mendorong kita semua untuk bisa menuai. Dia itulah Roh Penuai (Kisah Rasul 1:8). 2. Kita harus kenali dan kembangkan karunia (1 Petrus 4:10-11), supaya kita bisa melayani dengan potensi yang sudah Tuhan berikan. Jangan lupa, kita harus terus belajar melengkapi diri, supaya bisa lebih efektif lagi dipakai oleh Tuhan. 29
PROGRAM WAJIB DAN UNGGULAN MISI DAN PEKABARAN INJIL Amanat Agung Alkitabiah (A3) A3 adalah pelatihan mengenai Amanat Agung yang bertujuan untuk memotivasi dan membina Pejabat dan aktivis gereja di lingkungan GBI dalam melaksanakan Amanat Agung dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja.
Sekolah Misi Pembangunan Desa (SMPD) SMPD adalah sekolah yang didalamnya terdapat pelatihan dan praktek lapangan dengan tujuan menghasilkan tenga misi yang terampil dalam mengembangkan perekonomian dan kerohanian di daerah.
PELAYANAN MASYARAKAT Pemantapan Tagana Be Volunteers Bertujuan meng-upgrade kepemimpinan Para Koordinator Tagana RBV baik pusat dan daerah dalam hal penanggulangan bencana alam.
Pelatihan Tagana Be Volunteers Bertujuan agar para relawan Tagana yang sudah dilatih memiliki sertifikat dan ID card untuk dapat dilaporkan kepada Kemensos atau Dinsos yang dipergunakan sebagai Nomor Induk anggota Tagana, ada 5.800 anggota Relawan Tagana saat ini.
Pelantikan Ketua PDGBI Kepengurusan PDGBI daerah bertujuan agar setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan dapat menjadi berkat bagi masyarakat, jemaat dan gereja lokal.
Pondok Iman Jonggol Pondok Iman Jonggol dapat dipergunakan untuk kegiatan SMPD dan fasilitas PI Jonggol dapat dipergunakan dengan maksimal serta lahan pertanian dapat membuahkan hasil yang optimal.
30 |
Pelatihan Guru dan Misionaris Bertujuan agar anak – anak yang berada di daerah pedalaman tetap mendapat pendidikan yang optimal, sehingga tidak menjadi desa tertinggal.
Pembentukan LBH GBI Bertujuan agar LBH yang ada di setiap BPD GBI dapat membantu jemaat, masyarakat untuk dapat konsultasi dan menyelesaikan masalah yang ada.
Kingdom Driven Church Untuk memfasilitasi para Gembala dan Jemaat menjadi motivator bagi jemaat untuk dapat melakukan pelayanan masyarakat dimanapun mereka berada.
PENDIDIKAN DAN LATIHAN Empowering Gembala GBI (Kerja sama dengan Dept. Teologia) Bertujuan untuk memperlengkapi Gembala GBI dengan pengetahuan teologis, praktis dan organisatoris agar dapat berfungsi secara maksimal dalam tugas penggembalaan.
Pelatihan PAUD tentang: misi Kristen di sekolah, mengajar kreatif, pendirian dan pengelolaan sekolah PAUD di seluruh Indonesia Bertujuan memperlengkapi Guru-guru Kristen di lingkungan GBI dengan kesadaran bermisi, dan kemampuan mengajar kreatif. Serta memperlengkapi para pemilik, perintis dan pengelola sekolah di Lingkungan GBI dengan pengetahuan manajerial yang optimal.
Pelatihan Pendirian dan Pengelolaan Home Schooling Memperlengkapi dan melatih warga GBI yang hendak mendirikan dan mengelola Home schooling di lingkungan GBI.
31
TEOLOGIA Empowering Gembala GBI (Kerja sama dengan Dept. Pendidikan Dan Latihan) Bertujuan untuk memperlengkapi Gembala GBI dengan pengetahuan teologis, praktis dan organisatoris agar dapat berfungsi secara maksimal dalam tugas penggembalaan.
Paket Seminar Teologi Di BPD-BPD (Paket berisi ajaran Teologi GBI yang kekinian) Memperlengkapi pejabat GBI dengan pengetahuan teologi mengenai isu-isu teologis yang sedang berkembang.
Paket Konseling Untuk Gembala Memperlengkapi Gembala dengan pengetahuan ilmu konseling agar dapat melatih konselor menjadi optimal dalam melayani jemaat GBI.
TFT Buku 1 MSK (Mengalami Kristus) Melatih Hamba Tuhan untuk dapat menjadi trainer pemuridan MSK buku 1.
TFT Buku 2 MSK (Sejalan dengan Kristus) Melatih Hamba Tuhan untuk dapat menjadi trainer pemuridan MSK buku 2.
PEMUDA DAN ANAK KONGRES DAERAH Tujuan Kongres Daerah: (1). Mengkaji penerapan keputusan KN, di daerah masing-masing PD DPA GBI. (2). Mengevaluasi hasil kerja PD DPA GBI dan pertanggungjawaban KPD. (3). Menetapkan program kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja PD DPAGBI, untuk periode kepengurusan selanjutnya. (4). Memilih dan menetapkan KPD. (5). Mengesahkan dan melantik KPA GBI baru sebagai anggota DPA oleh PP DPA GBI. (6). Mengusulkan bakal calon KPP.
KONGRES NASIONAL (KN) XV Tujuan Kongres Nasional : (1). Menetapkan Tata Kerja DPA GBI. (2). Mengevaluasi laporan umum hasil kerja PP DPA GBI dan pertanggungjawaban Ketua Pengurus Pusat DPA GBI (selanjutnya disebut KPP) kepada KN. (3). Menetapkan kebijakan umum, garis besar program dan keuangan organisasi. (4). Memilih, menetapkan, dan melantik KPP. (5). Melantik Ketua Pengurus Daerah DPA GBI (selanjutnya disebut KPD) dan Ketua Pengurus Luar Negeri DPA GBI (selanjutnya disebut KPLN).
32 |
Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) – Pasal 16 Tata Kerja DPA GBI Tujuan RAKERDA: (1). Mengkaji penerapan keputusan KN, RAKERNAS, dan KD untuk dilaksanakan PD DPA GBI sampai PS DPA GBI, (2). Mengevaluasi hasil kerja PD DPA GBI, (3). Mengevaluasi hasil kerja setiap PW DPA GBI, (4). Menetapkan program sisa masa kerja PD DPA GBI, dan PW DPA GBI, (5). Memberi pembekalan kepada seluruh peserta RAKERDA.
GET (Generation Of Transformer) Camp Mandiri GET Camp sebagai gerbang pembuka wawasan dan pembentukan pola pikir Unggul Generasi Muda GBI. Camp di desain dengan simulasi-simulasi yang kompetitif, dan memacu semangat mengeksplorasi daya kristis, kreatif dan inisiatif tinggi.
Training For Trainer (TFT) Get Camp Pelaksanaan TFT ini bertujuan untuk multiplikasi Trainer terlatih untuk melanjutkan GET Camp Mandiri ke lingkup Provinsi, Wilayah dan Sektor atau bahkan KPA Lokal.
GET Youth Revival Program Kegerakan Generasi Muda GBI dalam kerohanian (Format KKR dan Ibadah Kreatif) dilanjutkan dengan follow up kepada peserta dan penjaringan dalam komunitas-komunitas muda di 7 bidang kehidupan yakni Sphere Media/Art/Entertaiment/Sport, Sphere Bussiness, Sphere Church, Sphere Development of The Poor, Sphere Education, Sphere Family dan Sphere Goverment.
GET For Kids (Get Camp Anak) Program khusus untuk Anak yang dirancang dalam bentuk Camp Anak. Dan merupakan GET Camp versi Anak. Tujuan dari Camp ini adalah melatih dan mengarahkan anak- anak sebagai generasi penerus bangsa dan gereja dan dapat memiliki tujuan hidup yang jelas (cita- cita) di Tujuh Bidang Kehidupan.
33
GET E.M.A.S Program Pelatihan Bidang Art dan Media. Peserta dilatih dan diperlengkapi dengan wawasan baru sehingga dapat maksimal dan mengerti selukbeluk dunia Media serta dapat mempraktikannya demi pengembangan pelayanan Jemaat Lokal. Jenis pelatihan yang telah dijalankan adalah training pembuatan berita mingguan, Film Making dan Design Publikasi Gereja.
GET Entrepreneur Camp Program pelatihan dan pembentukan bagi para Generasi Muda GBI yang terpanggil dalam Bidang Bisnis. Tujuan program ini adalah mengubah paradigma dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Melahirkan enterpreneur baru dan mentransformasi kota dan bangsa dengan nilainilai kebenaran.
GET Young Leaders Program Pelatihan para pemimpin Muda KPA yang diadakan oleh Biro Church. Isi program ini adalah melatih dan memperlengkapi para pemimpin muda dalam membangun pelayanan generasi.
GET Teacher Camp Program pelatihan & pengembangan SDM Unggul yang diadakan oleh Biro Education/Pendidikan. Dalam hal ini bagaimana membangun guruguru menjadi tenaga pengajar yang unggul, baik dalam pengetahuan, keahlian dan sikap dalam melakukan tugas mulia pendidikan. Pelaksanaan program dikemas sebagaimana Camp dan Pembentukan Karakter.
Visionary Parenting Program Seminar dan Training yang dilaksanaan atas kerjasama Pokja BPH GBI dan Biro Family. Visionary Parenting di PD daerah, pelaksanaannya bekerja sama dengan Korda WBI.
WANITA RAKERDA WBI Rakerda WBI bertujuan untuk sosialisasi program dan Pembekalan wajib bagi seluruh WBI.
TFT WCB Bertujuan untuk melatih dan memperlengkapi para Trainer WCB.
34 |
Hari Doa Bertujuan untuk menghimpun seluruh WBI berdoa bersama secara serentak untuk bangsa, negara, gereja, Sinode GBI dan berbagai pokok doa lainnya.
Rakernas III WBI Rakernas WBI bertujuan untuk sinkronisasi program dan pembekalan wajib bagi seluruh Ketua Korda dan Staf.
Seminar Istri Hamba Tuhan Bertujuan memperlengkapi Isteri Hamba Tuhan dengan pembekalan karakter Kristus, Peran maksimal dalam mendukung suami sebagai Hamba Tuhan, Keterampilan Peelayanan Konseling dan Pelepasan.
Taman Bacaan Memfasilitasi anak-anak dengan membuat taman bacaan yang memiliki buku-buku yang mendidik dan berkualitas.
Bedah Rumah Peduli pada kesejahteraan Hamba Tuhan dengan merenovasi rumah Hamba Tuhan menjadi rumah layak huni.
PEMBINAAN WILAYAH Data Jemaat Lokal Bertujuan mendapat data up to date gereja lokal GBI, Mengenai: (1). Keberadaan/Status jemaat lokal; (2). Status kepemilikan jemaat lokal; (3). Penertiban data base jemaat lokal.
Data Pejabat GBI Bertujuan mendapat data up to date pejabat GBI mengenai pejabat yang: terhisap aktif, terhisap tidak aktif, tidak terhisap tetapi melayani, melayani namun tidak sesuai dengan kepejabatannya.
Pembinaan Gembala Jemaat Tentang Organisasi Melakukan pembinaan mengenai oganisasi GBI agar para pendeta pembina dapat melaksanakan aturan organisasi GBI secara tepat.
35
Pembinaan Pendeta Pembina DPW BPH dan BPD mengadakan pembinaan bagi Pendeta Pembina tentang fungsi pembinaan dan tanggung jawab serta etika seorang Pendeta Pembina.
Pembinaan Pejabat GBI Melakukan pembinaan pejabat mengenai Pengajaran Dasar GBI, mewajibkan jemaat lokal membuat SOM di gereja lokal, tentang organisasi (hak dan kewajiban).
Konferensi Gembala di wilayah Tengah dan Timur Bertujuan untuk membangun jejaring, sinkroniasi dan pembekalan dalam menjawab berbagai persoalan gembala di wilayah Tengah dan Timur: misalnya keluarga, narkoba dan era digital.
Sertifikasi Pejabat Lama GBI Bertujuan untuk memastikan pejabat GBI berfungsi dengan tugas dan jenjang kepejabatannya, dan memberikan point bagi pejabat yang mengikuti seminar/diklat/SMD yang diselenggaranakan oleh BPD/BPH.
LITBANG DAN JARINGAN Nextgen Conference Bertujuan membangun jejaring dan memperlengkapi pemuda GBI menjadi generasi yang berdampak bagi lingkungan dan dunia.
Pastor Conference Bertujuan membangun jejaring dan memperlengapi pejabat GBI dengan wawasan, karakter dan integritas yang tinggi dalam menjalankan tugas panggilan pelayanannya.
POKJA KELUARGA TFT BSK untuk BPD Pengurus BPD GBI, para gembala sidang GBI dibekali dengan prinsipprinsip yang diajarkan lewat TFT BSK, dan siap menjadi trainer BSK di gereja lokal masing-masing.
36 |
TFT UG2 Pengurus KPD DPA GBI, pemimpin KPA jemaat lokal GBI serta pengurus, jemaat youth GBI dapat menjadi trainer UG2 di gereja lokal masingmasing.
Konferensi Pelayanan Keluarga Pengurus BPD GBI, gembala-gembala jemaat lokal GBI para pemimpin lembaga pelayanan dan gembala-gembala jemaat dari gereja sinode lain di luar GBI dapat menjadi gereja yang melayani setiap keluarga secara optimal.
TFT BSK, VIP & UG2. Para peserta dapat menjadi trainer BSK, VIP dan UG2 di gereja lokal masing-masing.
Bulan Keluarga GBI 2017 Setiap gereja dapat mengajarkan tema keluarga di gereja lokal masingmasing melalui buku yang akan dicetak sebanyak 5.000 ekslempar dan e-book dan didistribusikan ke gembala jemaat GBI melalui BPD-BPD GBI serta BPLN GBI.
FAM 101 Pengurus Pokja Keluarga dan Utusan PP DPA & PP WBI mendapat pemahaman mendalam mengenai FAM 101.
VIP Peserta sidang MD Gembala mendapat pembekalan mengenai visionary parenting dan gereja sahabat keluarga.
Sekolah Minggu Berbasis Keluarga Gembala dan pelayan Sekolah Minggu diperlengkapi mengenai pelaksanaan sekolah Mingu Berbasis Keluarga.
37
(STEWARDSHIP) Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th
Dalam Pembukaan Tata Dasar dan Tata Tertib Gereja Bethel Indonesia dicantumkan bahwa Gereja Bethel Indonesia berperan membangun karakter dan mendewasakan setiap anggota jemaat agar menjadi hamba kebenaran sehingga menjadi serupa dengan Kristus (Roma 6:19; 8:29). Dalam mewujudkan hal tersebut Gereja Bethel Indonesia berperan dalam: Penginjilan (Marturia), Persekutuan (Koinonia), Pelayanan Kasih (Diakonia), Pengajaran (Didaskalia), Peribadahan (Leiturgia), Penggembalaan (Poimenoia) dan Penatalayanan (Oikonomia). Dalam pemahaman pelayanan Kristen maka penatalayanan adalah pola hidup seorang pelayan Tuhan yang bekerja dan berjalan sesuai perintah Allah, orang yang bermitra dengan Allah. Ia akan bertindak selaku agen Tuhan dalam mengelola segala urusan Tuhan di bumi ini. Penatalayanan bermula ketika Allah menciptakan bumi ini dan menetapkan Adam dan Hawa sebagai penguasa untuk mengatur dan mengelola bumi (Kej 1:26-28). Melalui tindakan ini Allah menjadikan mereka mitra-Nya. Di Taman Edenlah manusia pertama kali menjadi penatalayan yang bertindak sebagai wakil Allah di bumi ini. Adam dan Hawa melakukan penatalayan dengan baik, sesuai dengan aturan Allah, namun sayang satu waktu Adam dan Hawa bertindak melampaui kewenangan mereka sebagai penatalayan Allah. Adam dan Hawa berbuat dosa dan kehilangan kewenangan mereka sebagai penatalayan Allah dalam Taman Eden. Manusia telah kehilangan gambar Allah pada dirinya. Sejak saat itu penatalayanan menjadi kacau dan selalu diwarnai dengan kepentingan pribadi dan golongan, bukan kepentingan Allah. Namun Allah yang penuh kasih itu kemudian memulihkan kewenangan manusia sebagai penatalayan dengan mengirimkan Putranya yang Tunggal, Yesus Kristus untuk memulihkan gambar Allah pada diri manusia dengan cara menebus manusia yang berdosa dengan mengorbankan nyawa-Nya sendiri (2 Pet 1:4). Manusia menjadi ciptaan yang baru (2 Kor 5:17) sehingga sanggup dan layak menjadi penatalayan Allah kembali.
38 |
Istilah Penatalayanan
Definisi Penatalayanan
Penatalayan disebut juga "juru kunci". Ada beberapa contoh dari Alkitab. Dalam Kejadian 24 diterangkan bahwa Abraham mempunyai orang kepercayaan untuk mengelola harta dan urusan rumah tangganya, yaitu Eliezer. la adalah penatalayan atau juru kunci yang mengelola harta dan urusan itu sesuai dengan kehendak Abraham, pemiliknya. Pekerjaannya disebut penatalayanan. "Mengelola" berasal dari kata "kelola" yang berarti mengurus, mengatur, menyelenggarakan; orang dengan tugas itu disebut "pengelola". Penatalayan atau juru kunci ini disebut juga "kepala rumah" (Kej. 43:16,19; 44:4), "kepala istana" (Yes.22:15), "mandur" (Mat.20:8), "bendahara" (Luk.16:1), "bendahara negeri" (Rm. 16:23). Paulus dan kawan-kawan menyebut diri sebagai hamba-hamba Kristus yang mendapat kepercayaan mengenai rahasia Kristus (1 Kor. 4:1-2). Tugas itu harus dilaksanakan dengan jujur. Seorang penatalayan yang tidak jujur pasti dipecat/diganti (Yes. 22:15-25).
Menatalayani tidak hanya berarti membagi atau memberikan talenta kita untuk pekerjaan Allah sebagai ucapan syukur kepada-Nya. Menatalayani juga berarti bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan hidup orang lain, menghadirkan keadilan bagi orang yang tertindas dan termarjinalkan. Kemiskinan bisa mengakibatkan keterbatasan dalam menatalayani. Tuhan berjanji untuk memberikan kebutuhan kita. Janji itu tidak akan terlaksana secara otomatis. Kita harus menggali dan mencari berkat Tuhan itu dengan bekerja keras. Kita terbuka untuk memanfaatkan kemajuan iptek dan jasa untuk meningkatkan produktivitas kerja, seiring dengan modernisasi dan profesionalisasi. Bila kesejahteraan hidup kita meningkat, kemampuan kita untuk menatalayani pekerjaan Tuhan di dalam gereja dan masyarakat juga meningkat.
Penatalayanan atau stewardship berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti mengatur rumah tangga atau mengelola rumah tangga. Dalam pengertian modern dapat disebut juga manajemen, yaitu sebuah usaha untuk mengatur rumah tangga (keluarga, organisasi, perkumpulan, persekutuan, termasuk gereja) dengan baik dan teratur sesuai dengan aturan atau standar yang telah ditetapkan dengan tujuan agar rumah tangga itu dapat bergerak mencapai tujuannya dengan tepat, baik dan benar.
Penatalayanan ialah segala kebijakan dan tindakan orang percaya dalam mengelola talenta dari Tuhan dan segala sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan. Tuhan memanggil setiap orang Kristen supaya mengelola semua talenta dan segala pemberian Tuhan (waktu, tenaga, pikiran, uang, harta benda dll). Semua orang menerima karunia yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang "kosong". Tuhan memberikan semua talenta untuk menatalayani pekerjaan-Nya di dunia ini. Pengelolaan itu harus sesuai dengan kehendak-Nya.
Setiap orang percaya dipanggil supaya menjadi kawan sekerja Allah. Allah berkenan untuk bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk membebaskan dunia ini dari dosa. Menjadi kawan sekerja-Nya berarti melaksanakan tugas panggilan gereja: Penginjilan (Marturia), Persekutuan (Koinonia), Pelayanan Kasih (Diakonia), Pengajaran (Didaskalia), Peribadahan (Leiturgia), Pengembalaan (Poimenoia) dan Penatalayanan (Oikonomia) secara seimbang dan selaras dengan memakai semua yang kita miliki. Roh Kudus akan memimpin setiap orang percaya menjadi penatalayan. Tugas penatalayanan hanya dapat terlaksana dengan baik apabila kita mendengar dan mengikuti Roh Kudus. Tuhan akan menghukum siapa saja yang tidak taat menatalayani pekerjaan-Nya atau yang menggunakan karunia itu untuk kepentingan diri sendiri.
39
Prinsip-prinsip Penatalayanan
Sebelum kita maju ke bagian berikutnya, sangat penting kita memahami beberapa prinsip penatalayanan: Prinsip 1 Semuanya Milik Tuhan - (Mazmur 24:1; Hagai 2:8; Keluaran 19:5). Semua penatalayan harus menyadari bahwa semua yang ada di bumi ini adalah milik Tuhan dan bukan miliknya sendiri. Segala hal baik harta, waktu, tenaga bahkan kehidupan ini diberikan Tuhan kepada manusia untuk dikelola dengan baik dan bertanggung jawab. Ketamakan, keserakahan dan pementingan diri sendiri merupakan tanda bahwa penatalayan tersebut belum benar-benar memahami posisinya yang adalah hanya hamba. Prinsip 2 Penatalayanan adalah mengelola milik orang lain - (Kejadian 39:1-6). Apa yang kita kelola bukan milik kita sendiri melainkan milik orang lain. Gereja yang kita kelola adalah milik Tuhan dan juga milik jemaat. Dengan menyadari hal ini maka kita akan mengelola dengan baik milik orang lain yang dipercayakan kepada kita, bukan sebaliknya mengelola dengan asal-asalan, tidak serius, karena kita merasa ini bukan milik kita. Kesadaran bahwa yang kita kelola adalah milik Allah memunculkan rasa tanggung jawab. Prinsip 3 Setiap orang Kristen adalah penatalayan - (Matius 25:14-15, 1 Petrus 4:10). Setiap orang Kristen mempunyai kewajiban untuk melayani Tuhan dan dunia ini. Sebagai orang percaya yang menyatakan diri bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita mempunyai kewajiban mengelola pelayanan dengan baik. Pelayanan kita adalah karena kita mengasihi Tuhan, bukan karena terpaksa. Prinsip 4 Yang diperlukan dari seorang penatalayan adalah kesetiaan - (1 Korintus 4:1-2). Seorang yang ingin menjadi penatalayan yang berhasil harus terlebih dulu menjadi penatalayan yang setia. Setia melakukan penatalayanan tugas-tugas yang kecil satu saat akan mendapatkan kepercayaan melakukan penatalayanan tugas-tugas besar. Kesetiaan yang teruji akan menumbuhkan kepercayaan. Prinsip 5 Setiap orang harus mempertanggung jawabkan apa yang ia kelola – (Roma 14:12) Karena yang dikelola adalah milik Tuhan maka kita harus dapat mempertanggung-jawabkan tugas pengelolaan ini. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban dari kita sebagai penatalayan. Penatalayan yang dapat memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari Tuhan. Prinsip 6 Ada upah untuk pengelola yang baik - (Lukas 12:42-44) Sudah tentu ada upah bagi penatalayan yang setia dan bertanggung jawab, yang tidak mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Hak mengelola perkara yang lebih besar akan diberikan sebagai upah.
40 |
Subyek Penatalayanan
Perlu diingat bahwa peran gereja sebagai lembaga itu tidak menggantikan peran pribadi warga dalam menatalayani. Setiap warga gereja harus berperan ganda. Artinya, secara pribadi menjadi penatalayan dalam jemaat dan masyarakat namun juga secara bersama-sama dengan warga lainnya sebagai gereja harus menatalayani pekerjaan Tuhan di dalam jemaat dan masyarakat. Jadi dengan demikian penatalayanan menjadi gaya hidup setiap warga gereja dalam setiap bidang kehidupan. Penatalayanan menjadi dasar dan motivasi bagi pelayanan dan kesaksian. Hidup bermitra dengan Allah membuat kita dapat menentukan prioritas dan fokus pelayanan.
Tujuan dan Fungsi Penatalayanan
Dalam sebuah gereja yang dinamis maka fungsi penatalayanan terwujud dalam strutur gereja yaitu “Bidang Penatalayanan” yang berfungsi : 1. Menghubungkan Visi dan Misi Allah dengan para penatalayan sehingga mereka dapat mengerti Visi dan Misi Allah sepenuhnya serta mau berintegrasi dengan Allah. 2. Mengembangkan penatalayanan sebagai pola hidup bagi para penatalayan. 3. Mengembangkan konsep pelatihan untuk mencerdaskan para penatalayan agar dapat melaksanakan penatalayanan yang efektif dan efisien. 4. Menyusun rencana program dan anggaran untuk mengembangkan pelayanan. 5. Memberikan pimpinan dan koordinasi atas pelaksanaan program yang telah direncanakan. 6. Mendorong tanggung jawab atas keuangan yang dipercayakan pada penatalayan. Dalam lingkup 7 tugas gereja maka fungsi penatalayanan (oikonomia) adalah mengatur persiapan dan pelaksanaan 6 tugas gereja yang lain. Penatalayanan berfungsi menata dan mensinkronkan pelayanan yang lain agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien, tidak ada tumpang-tindih program, dapat menjadwalkan kerja para pelayan dan lain sebagainya. Jika kita melakukan penatalayanan yang baik bahkan prima (excellent) maka sebetulnya 80 % program telah berhasil. Adapun tujuan dari sebuah penatalayanan adalah : 1. Pembaharuan Rohani – Pembaharuan rohani harus menjadi fondasi dari sebuah penatalayanan. Setiap kegiatan penatalayanan harus bermuara pada pertumbuhan rohani setiap jemaat sehingga pada akhirnya mereka akan mengalami pembaharuan rohani. Jika tujuan dari sebuah penatalayanan hanya untuk menambah jumlah anggota dan menambah perbendaharaan gereja, maka kita sudah melenceng jauh dari fondasi sebuah penatalayanan Kristen. 2. Pembaharuan Organisasi – Pembaharuan organisasi juga merupakan tujuan dari sebuah penatalayanan. Adanya penatalayan baru yang segar dan dinamis akan terus menghidupkan gereja. Mereposisi atau merotasi para penatalayan baru tanpa “membuang” penatalayan lansia akan membuat pelayanan bergairah karena setiap saat ada tantangan baru yang harus dihadapi. 3. Pengelolaan Keuangan – Uang adalah hal yang penting, tanpa uang program akan sulit berjalan. Ada banyak gereja tidak mengelola uangnya dengan baik sehingga terbuang cumacuma, tidak menghasilkan dampak bagi Kerajaan Allah. Penatalayanan keuangan yang baik dan benar adalah dengan membentuk komisi keuangan. Hal ini akan menolong para gembala agar tidak bekerja “one man show” malahan mereka akan dengan sukacita menopang kas gereja ketika keuangan gereja sedang mengalami kesulitan. Pada akhirnya kita harus bertanggung jawab kepada Sang Pemberi atas pengelolaan keuangan yang dipercayakan kepada kita.
41
Tanggung jawab Penatalayanan
Kita mengakui bahwa Allah mahatinggi. Pengakuan itu harus menjadi "darah daging" kita, artinya, pengakuan itu harus menjadi motivasi, mewarnai pikiran, kehendak dan perilaku kita. Allah juga menghendaki supaya kita bertumbuh menjadi dewasa dalam Tuhan. Salah satu ciri dalam proses menjadi dewasa itu ialah tanggung jawab. Tuhan menghendaki supaya kita menjadi hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya. Wujud nyata dari ketaatan itu ialah kesediaan kita untuk bekerja melayani sesama manusia dengan menggunakan talenta yang kita terima (harta, waktu, uang, kepandaian dll). Allah telah menyiapkan pekerjaan yang baik buat kita (Ef. 2:10). Mengapa kita harus bekerja? Karena Allah bekerja terus (Yoh.5:17). Bila tuan bekerja tetapi hambahamba-Nya menganggur, tidak benar! Hidup kita bukan milik kita lagi tetapi milik Kristus. Hidup atau mati adalah untuk Tuhan (Rm. 14:8). Setiap hari kita berdoa "datanglah Kerajaan-Mu". Bersama-sama dengan Allah, kita harus bekerja agar pengharapan itu menjadi kenyataan yang sempurna. Orang Kristen sebagai orang kepercayaan Allah seharusnya selalu dekat dengan Allah seperti hamba dekat dengan tuannya. Hubungan pribadi yang dekat membuat orang Kristen makin memahami kehendak Allah seperti hamba yang makin memahami kehendak dan rencana tuannya. Hubungan seperti itu juga membuat orang Kristen makin pandai melayani Tuhan. Sasaran pekerjaan Allah yang besar ini adalah seluruh umat manusia dan dunia. Yesus adalah teladan orang Kristen dalam penatalayanan sebab la datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk. 10:-45). Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen mempertanggungjawabkan uangnya, waktunya, hartanya, kemampuannya dan lainnya."Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Rm. 14:12). Orang Kristen harus mewaspadai godaan dalam menatalayani. Di antaranya, godaan memakai uang, harta, kekayaan, kepandaian untuk kesukaan dan kenikmatan dirinya sendiri. Talenta tidak hanya dapat menjadi alat menatalayani tetapi juga dapat mencelakakan. Bila kita setia dalam hal yang kecil, Tuhan akan memperbesar kepercayaan-Nya (bnd. Mat. 25:21). Motivasi (dorongan) dalam melayani atau menatalayani itu sangat penting. Motivasi itu menentukan semangat, suasana dan seringkali hasil-hasilnya. Motivasi yang benar dilandasi dengan: 1. Rasa syukur dan mengasihi Tuhan karena Dia telah lebih dahulu mengasihi kita. Siapa yang benar-benar mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesamanya baik dengan perkataan, perbuatan maupun kebenaran (1 Yoh. 3:18). 2. Memuliakan Allah dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus yang empunya kemuliaan dan kuasa selamalamanya (1 Ptr. 4:10-11). Kalau ada motivasi yang benar, tentu ada motivasi yang salah. Motivasi yang salah itu di antaranya karena merasa wajib, karena dibayar, karena keuntungan, karena utang budi, ambisi, ingin menonjolkan diri. Orang Kristen yang menatalayani dengan motivasi yang salah ini tidak akan memiliki sukacita melayani, gampang frustrasi atau bahkan putus asa. Mereka yang melayani demi gaji, semangatnya akan segera kendur atau lari bila upahnya tidak terpenuhi. Hasil pekerjaannya pun tidak membawa kemajuan bahkan mungkin moratmarit bahkan bisa mendatangkan bencana.
42 |
Bentuk-bentuk Penatalayanan 1. Penatalayanan Injil
Penatalayanan Injil itu bukan hanya mengenai berita kesukaan tentang pengampunan atau keselamatan dalam Yesus, tetapi juga perintah kepada siapa saja yang menerimanya supaya memberitakannya kepada semua orang. Paulus menyebut tugas itu sebagai "pelayanan pendamaian" (2 Kor. 5:1720). Dengan demikian jelas bahwa pemberitaan itu menjadi tanggung jawab setiap orang Kristen, pria dan wanita segala umur. Rasul Paulus mengingatkan:"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran" [2 Tim. 4:2). Gereja harus menetapkan program pelatihan penginjilan bagi warga gereja dan merancang strategi yang tepat bagi warga gereja agar kegiatan penginjilan dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien dan berdampak.
2. Penatalayanan Talenta Dalam Matius 25:12-30, Tuhan memberikan talenta pada setiap hamba-Nya, dan Ia mempercayakan talenta itu dengan kepercayaan penuh untuk mengelola dan mengembangkannya. Ada yang berhasil sukses namun ada yang tidak sama sekali. Yang berhasil mendapat kepercayaan untuk berkuasa, namun yang tidak berhasil mendapat hukuman. Kita tidak ingin melihat di antara teman-teman penatalayan mengalami hal buruk karena ia tidak dapat megembangkan talenta. Tugas gereja adalah membantu menemukan talenta dan karunia rohani pada diri penatalayan bahkan jemaat dan mengembangkannya dengan menaruh mereka di tempat yang tepat sehingga mereka dapat melakukan pelayanan yang tepat sesuai karunia mereka. Gereja ikut bertanggung jawab jika talenta mereka tidak berkembang.
3. Penatalayanan Kesaksian Penatalayanan kesaksian itu melibatkan kehidupan kita yang seutuhnya, lahir batin, tidak cukup dengan kata-kata tetapi juga perbuatan. Bersaksi berarti menunjukkan kasih Allah di dalam Yesus Kristus dengan mewujudnyatakan kasih Allah itu kepada sesama. Gereja harus mendidik dan mendorong jemaat agar mereka dapat melakukan penatalayan kesaksian di tengah-tengah masyarakat yang mungkin belum mengenal Yesus dengan cara menjadi murid yang bercahaya di tengah-tengah dunia (Filipi 2:15) menjadi terang yang terbuka bagi semua orang (Matius 5:14-16) dan selalu siap membawa orang lain kepada Kristus.
4. Penatalayanan Waktu Dalam bahasa Yunani ada 2 pengertian soal waktu yaitu "khronos" dan "kairos". Khronos ialah jangka waktu, periode atau masa tertentu. Kairos adalah waktu yang tepat atau kesempatan. Kalau waktu disia-siakan kita akan merugi, kronos dan kairos itu hilang. Jarum jam tidak berputar mundur. Jika kita menghargai waktu yang Tuhan berikan maka kita akan berpikiran seperti Paulus yang mengatakan: "... supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Maksudnya, supaya kita mempersembahkan seluruh kehidupan dan kemampuan kita kepada Tuhan setiap waktu. Gereja harus mendidik penatalayan dan jemaat untuk menghargai waktu yang Tuhan beri dengan cara datang tidak terlambat, tidak bermalas-malasan, rajin melakukan penalayanan Injil dan penatalayanan kesaksian, dst. Gereja akan mempunyai gairah beribadah dan gairah penalayanan jika semua penatalayan dan jemaat dapat menghargai waktu dengan baik dan benar. Tuhan menyuruh supaya kita menghargai dan menggunakan waktu sesuai dengan kehendak Tuhan. "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat" (Ef.5:16, lih.1Tim.4:2).
43
5. Penatalayanan Uang Semua uang yang kita miliki dan peroleh adalah bersumber dari Allah - ALL the money you have and receive IS FROM GOD and IS GOD’S. Ulangan 8:18 - Meskipun kita mendapatkan uang melalui kerja, ayat ini memberitahu kita bahwa “LORD THY GOD”. TUHAN-lah yang memberi kita kekuatan untuk mendapatkan uang. Titik tolak dalam penatalayanan uang adalah persepuluhan. Dalam laporan singkat tampak jelas bahwa Abraham memberikan pesepuluhan kepada Melkisedek sebagai pengakuan bahwa Allah Yang Mahatinggi telah menaklukkan musuh-musuhnya. Ide ini menyatakan bahwa persepuluhan diberikan kepada wakil dari seseorang yang berada dalam posisi kepemilikan? (Baca: Ibrani 7:2; Ulangan 26:110; 14:22). Beberapa orang mengatakan persepuluhan adalah praktik Perjanjian Lama dan hanya untuk orang Yahudi. Itu diberikan berdasarkan Hukum Taurat, sedangkan orang Kristen tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia (lih. Roma 6:14b). Mari kita pelajari ayat-ayat berikut ini: Kejadian 14:18-20; 28:20-22; Imamat 27:30; Maleakhi 3:10; Matius 23:23; 1 Korintus 9:14; 16:2. Kitab Suci menunjukkan persepuluhan adalah prinsip alkitabiah. Abraham dan Yakub memberikan persepuluhan 500 tahun SEBELUM Hukum Taurat diberikan kepada Musa. Yesus dan Rasul Paulus juga berbicara dan menjelaskan soal persepuluhan. Jika jemaat telah dengan rajin mengembalikan persepuluhannya maka gereja harus dapat mengelola uang tersebut dengan baik dan benar. Tidak boleh ada korupsi di gereja. Penggunaan uang harus diatur dengan tepat agar bisa efektif dan efisien. Program gereja yang tidak membawa dampak apaapa harus berani dihilangkan dan diganti dengan program yang membawa dampak bagi Kerajaan Allah. Penatalayanan uang yang merupakan bentuk tanggung jawab kita sebagai penerima talenta.
44 |
6. Penatalayanan Rumah. Yang dimaksud dengan "rumah" di sini ialah keluarga, bukan hanya rumah sebagai bangunan fisik. Keluarga sebagai komunitas jemaat dan masyarakat berukuran kecil. Dalam keluarga ada pemimpin, ada "anggota". Keluarga menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak sebagai bagian dari generasi penerus jemaat dan masyarakat. Keluarga yang tertutup akan menghasilkan anakanak yang tertutup. Sebaliknya, keluarga yang terbuka akan menghasilkan anak-anak yang terbuka terhadap gereja dan masyarakatnya. Artinya, keluarga seharusnya menjadi tempat pendidikan dan penggemblengan laskar penatalayanan. Para kepala keluarga tidak boleh menyerahkan tanggung jawab ini kepada pihak lain, termasuk kepada gereja atau sekolah. Mereka mempunyai waktu terbanyak dengan anak-anak mereka. Rumah sebagai tempat tinggal, hendaknya dipikirkan tentang adanya alat-alat peraga seperti, kutipan ayat, gambar-gambar Kristiani. Alat-alat itu mengingatkan pikiran atau pengharapan dan membantu penghayatan Kristiani. Misalnya gambar Yesus; gambar gadis yang bijaksana dan yang bodoh; tulisan "Ya Tuhan, berkatilah rumah ini"; "Yesus adalah jawabnya"; "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan" dll.
7. Penatalayanan Firman dan Doa "Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mzm. 119:105). Firman Tuhan adalah segalagalanya bagi kita. Firman itu menghidupi, menjadi pedoman bagaimana kita berpikir dan berperilaku membangun kehidupan baru dalam Kristus. Tugas seorang penatalayan adalah memberitakan kasih Allah di dalam Kristus. Untuk tugas itu, kita harus mempelajari Alkitab dengan teratur secara pribadi, bersama dengan keluarga dan kelompok. Semua itu dimaksudkan agar kita makin mengetahui lebih banyak lagi kebenaran Alkitab. Banyak ayat-ayat Alkitab yang mengingatkan kita akan pentingnya berdoa. "Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan semua pembesar ..." (1 Tim. 2:1,2). Tentang pekerjapekerja bagi Tuhan, firman-Nya:"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya la mengirimkan pekerjapekerja untuk tuaian itu" (Mat. 9:37,38).
Kunci Penatalayanan adalah kemurnian hati
Untuk suksesnya sebuah pelayanan maka anda harus melakukan penatalayanan yang excellent atau yang prima. Kunci penatalayanan yang excellent adalah adanya kemurnian hati dalam melayani Tuhan, niat yang teguh untuk melakukan sampai akhir, kesungguhan hati yang tidak pantang menyerah, kesetiaan yang tak berujung untuk mengabdi, mempunyai rasa memiliki yang tinggi, mampu melakukan komunikasi yang jelas dan terarah dengan bawahan serta memiliki integritas yang teruji sebagai teladan hidup. Lakukanlah penatalayanan dengan excellent karena kita sedang mengelola milik Tuhan, Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Selamat menatalayani pelayanan.
45
Karakteristik Generasi Melalui Teori Generasi (Generation Theory) yang digagas oleh Strauss dan Howe kita diperkenalkan dengan berbagai karakteristik yang khas mengenai generasi. Tujuan memahami teori generasi ini adalah untuk menghindari Gap Generasi yang mungkin saja terjadi baik di dalam lingkungan sosial, kerja, maupun gereja. Teori generasi membantu kita untuk mencari jalan tengah agar antar generasi dapat saling memahami dan mengerti. Penggagas teori ini, William Strauss dan Neil Howe adalah sejarawan yang menelusuri sejarah Amerika Serikat (AS) secara mendalam. Dalam buku mereka yang berjudul Generations, Strauss dan Howe menceritakan sejarah AS sebagai rangkaian biografi generasi dari tahun 1584. Buku inilah yang mendasari teori mereka mengenai generasi. Kedua sejarawan ini mengembangkan teori mereka lebih lanjut dalam buku selanjutnya yaitu The Fourth Turning yang berfokus pada siklus empat tipe generasi di sejarah AS. Strauss dan Howe mendefinisikan generasi sebagai agregat dari semua orang yang lahir selama rentang waktu sekitar dua puluh tahun atau sekitar panjang satu fase dari masa kanak-kanak, dewasa muda, usia pertengahan dan usia tua. Dalam pembahasan mengenai karakteristik generasi ini, kita perlu membelah menjadi dua bagian generasi, yaitu generasi sebelum perang dunia kedua dan generasi setelah perang dunia kedua. Pemaparan materi ini akan lebih banyak menyoroti kelompok generasi setelah perang dunia kedua karena generasi inilah yang masih hidup dan menguasai berbagai area kehidupan.
46 |
Generasi Sebelum Perang Dunia Kedua Generasi sebelum perang dunia kedua, dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok generasi, yaitu:
1. Lost Generation Generasi ini juga dikenali dengan “Generation of 1914″ di Eropa. Mereka ialah orang yang berjuang di dalam Perang Dunia Pertama. Lahir di antara tahun 1883-1900.
2. Greatest Generation Generasi ini juga dikenali dengan “G.I. Generation” ialah mereka yang berjuang di dalam Perang Dunia Kedua. Tahun kelahiran sekitar 1901 hingga 1924.
3. Silent Generation Generasi ini lahir di antara tahun 1925 hingga 1945. Dikenal juga dengan Lucky Few. Karena mereka masih terlalu muda untuk berpartisipasi dalam Perang Dunia kedua.
47
Generasi setelah perang dunia kedua 1. Baby Boomer (lahir tahun 1946 – 1964) Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi ini disebut sebagai generasi baby boomers karena di era itu kelahiran bayi sangat tinggi. Generasi ini adalah generasi yang adaptif (mudah menerima dan menyesuaikan diri). Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup. Secara general pada masa mudanya generasi ini cenderung berpikir terbuka. Namun, setelah diatas 30 tahun, Baby Boomers cenderung lebih konservatif. Generasi ini hidup untuk bekerja, meski begitu loyalitas dan dedikasi dalam bekerja menjadi poin positif bagi Baby Boomer. Mereka masih sangat memegang teguh prinsip dan adat istiadat yang dianut. Sulitnya akses untuk mendapatkan informasi dan tingkat pendidikan di masa itu membuat manusia generasi ini memegang teguh prinsip dan tradisi secara turun temurun. Pola pikirnya pun dapat dibilang masih konservatif yaitu mempertahankan kebiasaan, nilai-nilai tradisional yang berlaku (kolot). Namun dari sikap keteguhan dan kekonservatifan itulah yang menyebabkan generasi ini pada umumnya cenderung lebih berani dalam mengambil keputusan/ resiko dibanding generasi di bawahnya. Kebiasaan untuk mempertimbangkan dengan matang untuk mengambil keputusan itulah yang menyebabkan manusia generasi ini berani mengambil keputusan sulit yang resikonya pun sudah diperhitungkan dengan matang.
2. Generasi X (lahir tahun 1965-1980) Generasi ini sedikit banyak masih dipengaruhi oleh generasi baby boomers, karena secara usia anak-anak dari generasi X adalah keturunan generasi baby boomers. Keberanian generasi ini dalam mengambil keputusan dan resiko didasari oleh pola pikir generasi sebelumnya yang dipadukan dengan memperhatikan perkembangan realita. Kejadian-kejadian yang terjadi di beberapa belahan dunia di masa rentang waktu tahun 60-an s/d 70-an juga mempengaruhi pola pikir manusia generasi ini. Generasi ini juga generasi transisi karena tahun 60-an hingga 80-an merupakan masa peralihan perkembangan teknologi, dari teknologi kuno menuju awal teknologi modern. Orang pada generasi ini mulai memikirkan (berinovasi) untuk menemukan sesuatu yang dapat mempermudah kehidupan manusia. Sebagai contoh: komputer mulai dikembangkan dan kemudian dipasarkan secara luas antara tahun 1960-an – 1970-an. Dengan digunakannya komputer sebagai sebuah produk umum, dimulailah era komputerisasi di dunia yang akan mempengaruhi pola pikir generasi era itu. 48 |
3. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994) Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau millennium. Generasi ini di nilai sebagai generasi yang mulai keranjingan dengan jaman yang sudah serba computerized. Wabah PC (Personal Computer) melanda masyarakat, ini karena komputer telah digunakan untuk berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan di era itu mulai diperkenalkan games di dalam bentuk komputer (Video games). Ditambah lagi, pada tahun 80-an teknologi internet telah diperkenalkan. Generasi ini mulai mencari dan mendapatkan ilmu dengan cara yang mudah melalui akses internet. Pola pikir dan karakter generasi ini dapat dikatakan generasi penuh ide-ide visioner dan inovatif untuk melahirkan generasi yang memiliki pengetahuan dan penguasaan iptek. Pada setiap tahap kehidupannya akan berbeda. Pada saat muda akan tergantung pada kerja sama kelompok. Pada saat dewasa akan berubah menjadi orang-orang yang akan lebih bersemangat ketika bekerja secara berkelompok terutama di saat-saat kritis. Pada saat paruh baya mereka akan sangat berenergi, berani mengambil keputusan dan kebanyakan mampu menjadi pemimpin yang kuat. Pada saat mereka tua akan menjadi sekelompok orang tua yang mampu memberi kontribusi dan kritikan terhadap masyarakat.
4. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010) Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengerjakan berbagai aktifitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit. Generasi ini tidak mengenal awal mula kemajuan teknologi. Mereka umumnya sudah “melek” teknologi. Di jaman yang segala sesuatunya serba terbuka dan tidak ada gap antara yang baik dan yang salah, pola pikir dan karakter manusia jaman ini cenderung ingin yang serba instan dan cepat tanpa dipikirkan dengan matang lebih dulu. Mereka kurang memahami bahwa segala sesuatunya membutuhkan sebuah proses. Generasi ini juga cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis. Mereka lebih suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Meskipun demikian mereka cenderung toleran dengan perbedaan kultur. 49
5. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025) Generasi ini sudah hidup di jaman yang serba modern dan canggih. Era komputerisasi sudah tidak ada batasnya lagi. Akses terhadap informasi dan teknologi komunikasi dari segala penjuru sangat mudah didapat. Tidak ada lagi batasan, segalanya sudah sangat transparan. Hal-hal yang dulu dianggap tabu, oleh generasi ini tidak lagi dianggap tabu. Secara garis keturunan, manusia generasi ini adalah keturunan dari generasi Y awal (kelahiran tahun 80-an). Pola pikir dan karakter mereka dipengaruhi oleh pola pikir orangtuanya yang memiliki pandangan terbuka dan moderat. Orangtua generasi ini umumnya telah mendapat pendidikan yang sangat baik dan bahkan tinggi sehingga anak-anak mereka pun akan mengikuti pola pikir orangtuanya yang menurut mereka open minded. Generasi ini juga sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar. Namun, dalam generasi ini sudah banyak yang melupakan nilai-nilai akhlak, tradisi dan norma kehidupan yang dapat membuat generasi ini tumbuh tanpa mengenal jati diri yang seutuhnya. Mereka umumnya selalu mudah meniru (ikut-ikutan) sesuatu yang saat itu sedang menjadi trend, namun dengan mudah pula mereka melupakan itu dalam sekejab apabila ada sesuatu yang baru lagi. Tak jarang apa yang mereka tiru itu pun tidak mereka pahami esensinya. Generasi ini sangat dimanjakan dengan kemajuan teknologi sehingga mereka cenderung menjadi malas untuk menggunakan kemampuan analisa mereka, menjadi pribadi yang mudah putus asa hanya untuk hal-hal sepele, mudah galau dan melakukan sesuatu tanpa pertimbangan yang matang. Mereka cenderung tidak mempunyai skill atau kemahiran yang banyak dan tidak berminat untuk menambah kemahiran dari yang ada. Generasi ini juga cenderung memiliki sikap pesimistis terhadap sesuatu. Diramalkan juga kebanyakan dari mereka mengalami obesitas atau mengalami berat badan yang berlebihan akibat kurang pergerakan karena hidup di dalam dunia teknologi yang semuanya berada di ujung jari tanpa perlu keluar dari rumah. Perlu dicatat, seluruh kriteria generasi yang disebutkan adalah asumsi dasar Strauss dan Howe dalam merumuskan karakter dari tiap generasi. Asumsi lain dalam teori ini adalah setiap generasi akan cenderung menjadi oposisi generasi lainnya, artinya setiap generasi akan mencoba untuk memperbaiki dan mengkompensasi apa yang mereka persepsikan dari generasi usia pertengahan yang berkuasa pada saat itu. Kecenderungan ini memunculkan gap antar generasi. Istilah “generation gap” atau perbedaan generasi pertama kali dikenal di awal tahun 50an di dunia barat untuk menggambarkan jurang pemisah antara generasi muda dan orang tua mereka. Jurang pemisah berupa perbedaan nilai-nilai diri, sosial, kerja dan keyakinan. Penyebab adanya generation Gap adalah perbedaan sudut pandang, persepsi yang berasal dari latar belakang kehidupannya berbeda. Ada hal historis yang mempengaruhi cara berpikir setiap generasi. Pemahaman tentang Gap antar generasi ini jika dipahami secara utuh, dapat membantu kita untuk mencari cara pendekatan yang tepat, memahami pemikiran rekan bicara kita, terlebih jika rekan bicara kita berbeda generasi dengan kita sehingga perdebatan yang tidak penting tidak perlu bisa terjadi. Generasi muda menganut “touch screen”, langsung beli dan praktekan, baru pelajari caranya. Generasi tua menganut “theory button”, harus dipelajari dulu satu persatu, baru dibeli. Jika gap generation ini tidak diberikan solusi yang baik, selalu akan timbul friksi (perbedaan pendapat/ perpecahan) yang terus menerus. Setiap generasi mengalami nilai kepribadian dan nilai sosial yang terus berubah. Nilai itu akan mengikuti perkembangan zaman. Meskipun ada nilai sosial yang bersifat tradisonal tapi tidak semua anak yang dapat menerapkannya karena ada hal-hal yang menurut generasi 50 |
muda saat ini nilai tradisional itu sudah tidak sesuai dengan apa yang terjadi di saat ini. Tetapi beberapa orang beranggapan bahwa gap generasi itu tidak perlu dipersoalkan karena meskipun berbeda pendapat, ada jembatan yang dapat dipakai untuk melaluinya. Jembatan itu antara lain:
1. Sadarilah bahwa setiap generasi memiliki nilai yang berbeda
Nilai-nilai yang dianut oleh setiap generasi dipengaruhi oleh pengalaman keluarga dan lingkungan masyarakat dimana mereka dibesarkan. Nilai mempengaruhi perilaku. Ketidakmampuan memahami hal ini bisa berujung pada konflik. Bahkan satu istilah yang sama pun bisa dimaknai berbeda.
Sebagai contoh istilah “hardworking”. Baby Boomers mendefenisikan hardworking dengan kemauan bekerja di atas 10 jam sehari. Sementara Gen X akan menganggapnya bekerja tepat waktu adalah yang terbaik sehingga mereka masih punya waktu buat keluarga, sedangkan Gen Y akan mendefenisikannya sebagai kemampuan melakukan pekerjaan multitasking. Perilaku yang ditunjukkan akan berbeda tergantung pemahaman.
2. Hindari judging dan labeling
Setiap generasi perlu menjaga diri untuk tidak terlalu cepat menilai dan memberi label tertentu kepada generasi yang berbeda. Meskipun bagi kita mereka mungkin terkesan tradisional, namun jangan coba-coba mengatakan bahwa mereka kuno. Tunjukkan rasa penghargaan kepada mereka.
3. Cari tahu nilai-nilai yang penting bagi mereka
Lebih jauh lagi, perlu mengetahui nilai-nilai apa saja yang penting bagi generasi sebelum kita. Sebagai contoh Baby Boomers menyukai komunikasi secara face to face. Gen X menghargai ide work life balance. Pelajarilah nilai-nilai yang dihargai masingmasing generasi tersebut agar lebih memahami mereka.
4. Fokus pada apa yang bisa dilakukan dan bangun komunikasi
Pemahaman akan nilai-nilai penting mereka tidak berarti bahwa kita harus berperilaku sama. Kita cukup berfokus pada hal-hal yang bisa dilakukan untuk membantu memudahkan tugas mereka.
Misalnya Baby Boomers dan Gen X adalah generasi yang tidak terlalu melek teknologi maka perlu mendapat dukungan dari kemampuan teknologi yang dimiliki oleh Gen Y. Gen X adalah generasi yang mendukung ide work life balance maka perlu dibantu dengan kemampuan multitasking Gen Y sehingga masing-masing generasi dapat saling melengkapi. Karakteristik dan perbedaan antargenerasi hendaknya tidak membuat antargenerasi menjadi saling menyalahkan dan saling menuntut. Perbedaan-perbedaan itu justru harusnya dapat dijembatani agar tiap-tiap generasi dapat saling melengkapi satu sama lain untuk memperluas pekerjaan Tuhan. --Sumber: Dirangkum dari Buku “Why Generation Matter”, “Generation: The History of America’s Future”.
51
MENJADI YANG
TERBAIK Pdt. dr. Eunike Sadrach
Kerinduan dari para wanitanya Allah “Menjadi Yang Terbaik” yang juga merupakan tema Departemen Wanita Bethel Indonesia GBI periode 2017-2018 sekaligus mendukung tema besar BPH GBI “Excellent Service” dalam Tahun Penuaian Besar 2017-2018. 1 Petrus 4:10-11, Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin. Ayat tersebut di atas, merupakan dasar tujuan pelayanan yang harus dimengerti dengan benar. Melayani seorang akan yang lain, dengan tujuan membawa & mengarahkan setiap orang menjadi pribadi seperti Yesus – yang melakukan kehendak Bapa. Kata Yesus kepada mereka ”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, (Yohanes 4:34). Yesus datang ke dunia ini selain memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, Ia datang untuk melayani & bukan untuk dilayani (Matius 20:28). Pelayanan yang kita lakukan, menjadikan seseorang dewasa rohani, hidup tidak bercacat & tidak bercela, menjadi yang terbaik. Itulah penggerak para wanitanya Allah untuk melakukan & menjadi yang terbaik, melayani & menyenangkan hati Tuhan, melalui apa yang bisa dilakukan dalam program kerja ke depan.
52 |
Untuk itu, kita dapat menjadi yang terbaik sebagai Penuai pada saat:
1. Melayani seorang akan yang lain. Pelayanan kita berorientasi kepada “seorang yang lain”, objek pelayanan adalah manusianya. Bagaimana orang lain bisa mengalami & merasakan secara langsung jamahan kasih Allah, yaitu melalui pelayanan kita yang dilakukan secara tulus hati. Tujuannya, supaya terjadi perubahan dalam hidup mereka. Ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh gereja yang juga dilakukan oleh orang-orang di luar sana, dimana terfokus pada berhasilnya kegiatan, bukan kepada individunya. Kegiatan yang dilakukan harus mempunyai tujuan untuk bisa memenangkan & menyelamatkan jiwa, serta mengubah seseorang dengan pelayanan dilakukan dengan excellent. Jika apa yang dilakukan terbalik (fokus pada kegiatannya), maka hati-hati, pelayanan yang dilakukan dapat dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi atau sekadar menyenangkan diri sendiri. Kolose 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Departemen Wanita berharap, dapat selalu melayani sesama lewat kegiatan – pelayanan yang tentunya akan mengubah seseorang. Asrama Putri Narwastu yang berada di kota Pontianak, saat ini menampung 20 anak perempuan yang semuanya dengan anugerah Tuhan dapat bersekolah di sekolah umum, 1 anak duduk di bangku SLTP dan 19 Anak di SLTA. Mereka dilayani oleh beberapa ibu yang mau memberikan hidupnya untuk mengasihi & membimbing anak-anak tersebut, supaya bisa menjadi pribadi dewasa & bertumbuh menjadi seperti Yesus.
Kegiatan di Panti
53
2. Melayani dengan karunia yang telah diperoleh. Karunia yang kita terima adalah pemberian Ilahi. Suatu kemampuan khusus atau kekuatan yang Tuhan berikan kepada masing-masing individu. Semuanya ini diberikan agar kita dapat gunakan untuk menolong orang lain bertumbuh seperti Yesus. “Jika karunia melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.” (Roma 12:68, 1 Korintus 12:4-11). Setiap orang pasti memiliki kemampuan istimewa yang Tuhan berikan. Karunia yang diberikan Tuhan merupakan sarana dalam pelayanan yang dilakukan, menjadi yang terbaik sebagai penuai dalam tahun penuaian besar ini. Karunia ini harus terus ditumbuhkan, dimaksimalkan untuk bisa menjadi yang terbaik. Departemen Wanita mempunyai modul Wanita Cakap Berdampak (WCB), dengan harapan para wanita dapat diperlengkapi secara khusus untuk membangun iman, karakter di dalam dirinya, mengenali panggilannya untuk membangun keluarganya. Dan Puji Tuhan pada Rakernas III yang diadakan di Denpasar Bali tahun 2017 diluncurkan WCB II, di mana para wanita akan dipersiapkan menjadi seorang penuai yang harus mengembangkan keterampilannya, memaksimalkan potensi yang Tuhan berikan dalam kehidupannya agar dapat memberikan dampak yang baik, dengan menjadi yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. Training for Trainer (TFT) akan dilakukan oleh Pengurus Pusat Departemen Wanita untuk meperlengkapi para pengajar di daerah kerja masing-masing yang nantinya mereka akan menjadi pengajar yang mau melayani para wanita di wilayah atau gereja lokal masing-masing yang tergabung dalam ibadah Wanita Bethel Indonesia (WBI).
3. Melakukan dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah. Kita harus menyadari bahwa apa yang kita miliki, semuanya berasal dari Allah. Jika bukan Tuhan yang memberikan, maka seseorang tidak ada sebagaimana adanya, kita tidak akan pernah menjadi orang yang sombong, merasa diri paling bisa & mampu. Apa yang kita lakukan & berikan dalam pelayanan untuk menjadi yang terbaik, merupakan persembahan yang diberikan dengan segenap hidup kita. Semua dikembalikan kepada Sang Pemilik. Kita diberi kepercayaan untuk mengelola milik Allah atas talenta atau bakat, harta & semua keberadaan kita termasuk keluarga & melayani jiwa-jiwa yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Departemen Wanita pada Rakernas III ini menetapkan akan membantu membenahi 5 rumah Hamba Tuhan di daerah di Sumba, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat. Semua dilakukan bukan karena kelebihan dari Departemen Wanita, tetapi hal ini bisa dilakukan karena Allah yang memberikan kekukatan, kemampuan kepada semua pengurus di pusat maupun daerah & Allah menyediakan – mencukupi apa yang diperlukan. Pada tahun kerja 2016-2017 ada 3 rumah hamba Tuhan yang telah di bedah, yaitu di Pulau Alor, Pulau Sabu Timur – NTT dan di Balige – Tapanuli.
54 |
Pdt. Laban Mozali – Alor NTT Diserahkan dan dihuni kembali 01 Agust’16
Pdt. Saridup D Simamora – Balige Tapanuli
Pdt. Kornelius Leo – Sabu Timur NTT Juga akan meneruskan membuat Taman Bacaan di 6 lokasi yang bertempat di Papua Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Barat, Barito dan Jawa Timur. Sekali lagi ini bukan karena gagah dan kuat para pengurus, tetapi semua karena mereka mau bergandengan tangan melakukan & menjadi yang terbaik dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, untuk pemenangan jiwa-jiwa sejak usia dini, remaja & dewasa pada tahun penuaian ini.
55
4. Allah dimuliakan dalam segala sesuatu. Untuk menjadi yang terbaik, pelayanan yang dilakukan haruslah berpusat & hanya ditujukan pada Allah, bukan untuk siapapun apalagi diri sendiri. Pelayanan adalah suatu kehormatan & bukan beban. Dibutuhkan ketulusan & kerelaan hati sewaktu ada orang-orang yang tidak menghargai kita, baik dalam bentuk ucapan terima kasih maupun penghargaan yang lain, kita tidak menuntut sama sekali. Segala pelayanan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, sukacita & kerelaan hati mendatangkan kemuliaan di kekekalan nanti. Ada upah yang akan disediakan Allah bagi kita. Pelayanan yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah adalah pelayanan yang menuntut jiwa besar. Tuhan akan membawa kita pada keadaan dimana kita harus menjadi anggur yang tercurah & roti yang terpecah. Kita harus rela berkorban & dikorbankan termasuk perasaan kita. Dalam hal ini, kita diajar untuk menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Sebab, hanya orang yang menderita bersama dengan Tuhan, yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17). Ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai penuai pada akhir zaman ini, pelayanan yang dilakukan oleh orang-orang yang mau diproses, menjadi semakin serupa dengan Kristus; kehidupan yang seperti Yesus sehingga menjadi teladan bagi orang lain, kehidupan yang membawa dampak bagi jiwa-jiwa.
Rakernas III Departemen WBI – BPH GBI Rakernas III Departemen Wanita Gereja Bethel Indonesia pada tanggal 21-24 Februari 2017, di Denpasar, Bali dibuka oleh Ketua Umum Badan Pekerja Harian GBI, Pdt. DR. Japarlin Marbun didampingi oleh Pdt. DR. dr. Dwijo Saputro, Sp.Kj. sebagai ketua BPH yang membawahi Departemen Wanita. Para peserta diperlengkapi dengan sesi yang disampaikan oleh Pdt. DR. Rubin Adi, Pdm. Soekirno Tarjadi maupun Pdt. dr. Noenik D. Saputro, M. Kes. dan Pdm. Laura G. Mesach yang semuanya mendorong para wanita untuk bisa melakukan yang terbaik. Para peserta juga diberkati dengan ibadah penyegaran rohani oleh Pdt. DR. Timotius Arifin, serta pendalaman Alkitab mengenai Ruth dan Debora yang dibawakan oleh Pdt. Silfani So, S.PAK dan Pdm. Ivonne Sandra Sumen, M.Th. Rakernas III ditutup oleh ketua Departemen Wanita GBI, Pdt. dr. Eunike Sadrach & doa impartasi yang diberikan oleh para penasihat Pengurus Pusat Departemen Wanita kepada seluruh 137 peserta yang hadir dari 38 Korda WBI dan 2 BPLN Australia dan Timor Leste.
56 |
Selamat “menjadi yang terbaik” dalam tahun penuaian besar ini. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
57
Pentakosta Ketiga Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
Paskah adalah bukti kasih-Nya kepada kita, jika Dia tidak bangkit maka sia-sialah iman percaya kita. Tuhan Yesus mati karena dosa-dosa kita, dan dikuburkan, tetapi pada hari yang ketiga Dia bangkit dari kematian dan Dia hidup! Setelah itu selama 40 hari Dia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya untuk membuktikan bahwa Dia hidup! Mengapa sampai 40 hari? Untuk meyakinkan semua orang bahwa Dia hidup karena banyak orang yang tidak percaya. Pada waktu itu Mahkamah Agama merekayasa suatu kebohongan besar dengan menyogok para prajurit yang menjaga kubur Tuhan Yesus, agar mereka berkata, ”Pada waktu kami tidur murid-murid Tuhan Yesus mengambil mayat-Nya.” Dan berita itu terus tersebar sampai dengan hari ini sehingga banyak yang tidak percaya bahwa Tuhan Yesus benar-benar bangkit. Kalau Tuhan Yesus lahir semua orang percaya. Tuhan Yesus mati, semua orang pun percaya, tetapi Tuhan Yesus bangkit dari kematian serta hidup, tidak banyak orang yang percaya. Tetapi yang saya mau katakan kepada Saudara, Tuhan Yesus benar-benar bangkit! Haleluya! Apa jadinya kalau Tuhan Yesus tidak bangkit? • Kepercayaan kita kepada Tuhan sia-sia dan kita akan tetap ada di dalam dosa-dosa kita. • Orang yang mati di dalam Tuhan juga tetap binasa. • Kita dikatakan sebagai orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
Tetapi puji Tuhan karena Tuhan Yesus bangkit sehingga kepercayaan kita tidak menjadi sia-sia! Sehingga justru kita adalah orang-orang yang paling beruntung dari segala manusia. Setelah 40 hari Tuhan Yesus menampakkan diri dengan mengunjungi murid-murid-Nya, dengan disaksikan para murid-murid-Nya, Tuhan Yesus naik ke sorga. Sebelumnya Tuhan Yesus memberikan pesan yang terakhir kepada murid-murid-Nya, kalau Saudara adalah murid, berarti pesan ini juga buat Saudara dan saya. Kisah Para Rasul1:8,
”… Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” • Yerusalem bisa diartikan di antara keluarga kita • Yudea bisa diartikan di antara orang-orang yang seiman atau yang sebangsa dengan kita • Samaria bisa diartikan di antara orang-orang yang bukan seiman atau bangsa-bangsa lain • Dan sampai ke ujung bumi
58
Pentakosta Pertama Setelah itu Tuhan Yesus mulai terangkat naik ke sorga! Murid-murid hanya ’bengong’ melihat ke langit, dan tiba-tiba ada 2 orang berpakaian putih, yaitu malaikat Tuhan; mendatangi mereka serta berkata,
”Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu dengan ’bengong’ melihat ke langit? Yesus yang naik ke sorga meninggalkan kamu akan datang dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (Kisah Para Rasul 1:11) Dari ayat ini saya sangat yakin dan percaya, kalau yang melihat Tuhan Yesus naik ke sorga adalah murid-muridNya, maka yang melihat-Nya turun dari sorga itu pasti murid-murid-Nya! Tetapi apakah Saudara percaya bahwa Tuhan Yesus akan segera datang untuk kali yang kedua? Saya sangat percaya akan hal ini dan karena itu kita harus bersiap-siap untuk menjadi saksi-Nya. Sebagaimana Tuhan Yesus pada waktu ada di dalam dunia ini, telah menjadi saksi Bapa, kita juga harus menjadi saksi-Nya. Sebagai saksi Bapa, apa yang Tuhan Yesus katakan dan lakukan adalah semua yang Dia lihat dan apa yang diperintahkan oleh Bapa. Demikian juga dengan Saudara dan saya, kalau kita menjadi saksi Yesus maka kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Jadi apa yang Dia katakan dan lakukan, itulah yang kita lakukan. Untuk menjadi saksi Yesus tidak bisa dengan kekuatan sendiri. Roh Kudus-lah yang akan memampukan kita untuk menjadi saksi Yesus. Kalau dengan kekuatan sendiri jangan harap kita bisa menjadi saksi Yesus.
Pentakosta yang pertama terjadi pada murid-murid Tuhan Yesus 2000-an tahun yang lalu dan hasilnya mereka menjadi saksi Yesus sehingga Kekristenan di dunia menjadi sekitar 70%. Luar biasa! Tetapi itu kemudian menurun dan menurun sehingga sekarang hanya tinggal 30%. Namun dari 30% tersebut, 70%-nya justru dimenangkan diawal abad 20 atau di tahun 1900-an.
Pentakosta Kedua Jadi pada tahun 1901, kegerakan di Kansas City, tahun 1904 di Wales, tahun 1906 di Azusa Street; itulah yang kita sebut sebagai Pentakosta yang Kedua.
Pentakosta Ketiga Dan sekarang kita sedang menunggu Pentakosta yang ketiga, apakah Saudara bisa membayangkan hal ini? Karena seperti Bob Jones yang memakai istilah, ”Kita sedang memulai penuaian 1 milyar jiwa!". Berarti akan ada satu penuaian jiwa yang luar biasa besarnya. Saya akan terus memperkatakan Pentakosta yang ke-3 ini; baik Saudara bosan atau tidak, sebab ini Tuhan yang berbicara! Kalau Saudara ingat tentang Pentakosta yang ke-3 itu artinya: • Akan terjadi pencurahan Roh Kudus yang luar biasa. Kemuliaan Tuhan turun! • Akan terjadi penuaian jiwa besar-besaran • Tuhan Yesus akan segera datang untuk kali yang kedua (second coming)
59
Apa Yang Mendasari Bahwa Inilah Saatnya Pentakosta Ketiga? Awal tahun 2009, Tuhan berbicara begitu kuat kepada saya melalui Wahyu 3:11, “Aku akan datang segera! Aku akan datang segera!" Memang hal ini sering saya dengar, tetapi kali ini Tuhan serius dengan saya bahkan seperti memaksa saya. Saya terkejut dan bertanya, “Tuhan, ini ada apa? Apa yang harus saya lakukan, Tuhan? Dan apa yang Tuhan mau lakukan?", tetapi Tuhan tidak segera menjawab. Namun 6 bulan kemudian barulah Tuhan menjawab, “Aku akan mencurahkan Roh-Ku! Aku akan mencurahkan Roh-Ku!" Pada waktu Roh Kudus dicurahkan akan terjadi 3 tanda seperti yang terdapat dalam Yoel 2:28-32: • Anak-anak, pemuda dan orang-tua, yaitu tiga generasi akan dipakai Tuhan secara luar biasa (ayat 28-29)
Tanggal 25-28 Oktober 2011, Empowered21-Asia yang pertama diadakan di Indonesia. Kembali berbicara tentang Roh Kudus yang akan dicurahkan.
World Prayer Assembly yang kedua diadakan pada tanggal 14-18 Mei 2012 di Indonesia. Di situ kita semua sudah tahu bahwa ayat emasnya adalah Habakuk 2:14, “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.” Kembali Tuhan berbicara bahwa bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan. Bob Jones mendapat penglihatan bahwa kemuliaan Tuhan sedang kembali kepada gereja-Nya dan menubuatkan dimulainya penuaian 1 milyar jiwa.
• Akan terjadi goncangan-goncangan (ayat 30-31) • Akan banyak orang yang berseru kepada Nama Tuhan dan mereka yang berseru kepada Nama Tuhan, mereka akan diselamatkan (ayat 32).
Pada tahun 2010 saya bertemu dengan Billy Wilson yang adalah pimpinan eksekutif dari gerakan Empowered21 Global. Beliau mengundang saya untuk datang ke TulsaOklahoma pada tanggal 8-10 April 2010 untuk konferensi yang pertama dari Empowered21 sedunia. Saya diminta menjadi wakil dari Asia dan beliau menjelaskan bahwa Empowered21 adalah apa yang akan Roh Kudus kerjakan ke depan ini; dan perpindahan kepada the next generation. Mendengar itu saya langsung meng-iya-kan. Di sini kembali diteguhkan bahwa kita akan berbicara tentang apa yang akan Roh Kudus kerjakan di masa depan.
Pada tanggal 14-17 Mei 2013 yang baru lalu, Empowered21-Asia yang kedua kembali diadakan di SICC. Dua hari sebelum itu, ketika saya sedang mempersiapkan diri, waktu itu saya sedang berada di ruang kerja saya. Di situ tiba-tiba Tuhan berbicara, ”Niko, selama ini yang AKU katakan tentang pencurahan Roh Kudus dan kemuliaan Tuhan turun, itu berbicara tentang Pentakosta yang ke-3!". Haleluya! Saya terkejut! Dan sungguh luar biasa ternyata itu di-gong-kan pada waktu Empowered21-Asia kedua ini. Kami hamba-hamba Tuhan, termasuk Cindy Jacob, Billy Wilson, Lawrence Khong, dan banyak hamba-hamba Tuhan lainnya sepakat bahwa benar kami sedang menunggu-nunggu Pentakosta yang ketiga. Saudara, keadaan kita hari-hari ini persis sama dengan keadaan murid-murid Tuhan Yesus setelah Tuhan Yesus naik ke sorga dan telah menerima janji Tuhan bahwa sebentar lagi Roh Kudus akan dicurahkan. Pentakosta yang ketiga akan segera terjadi!
60
Dua hal yang terjadi sebelum pencurahan Roh Kudus Saudara, sekarang ini kita sama seperti murid-murid Tuhan Yesus yang sedang menunggu pencurahan Roh Kudus pada waktu itu. Apa yang mereka lakukan adalah juga apa yang harus kita lakukan, yaitu: #1 Doa, pujian, dan penyembahan bersama-sama siang dan malam Dalam Kisah 1:14a dikatakan bahwa mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Ini adalah Menara Doa dan berbicara tentang keintiman dengan Tuhan, serta berbicara tentang Kelompok Sel. #2 Yudas diganti Matias Kisah 1:26 berkata bahwa Yudas-Yudas akan diganti dengan Matias-Matias. Yudas berbicara tentang orang yang cinta akan uang. Kalau Saudara mau menjadi saksi Kristus, tidak boleh cinta akan uang seperti Yudas. Saya juga melihat hari-hari ini banyak anakanak muda dan perempuan-perempuan muda yang masih remaja rela menjual dirinya demi uang yang tidak seberapa. Dan kalau Saudara melihat hal seperti itu apakah Saudara juga menangis seperti saya? Ataukah Saudara merasa biasa-biasa saja atau sebaliknya malah senang? Seorang ahli Alkitab menghitung; ternyata ayat di dalam Alkitab yang bicara tentang uang ada 2.350. Dari 10 ayat di Perjanjian Baru, 1 ayat pasti ada hubungannya dengan uang. Mengapa? Ternyata ada beberapa alasannya. Salah satu alasannya adalah, ternyata uang adalah saingan utama dari Tuhan sendiri! Sampai Tuhan Yesus berkata, ”Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon!" (Matius 6:24; Lukas 16:13). Jadi saingan Tuhan Allah adalah Mamon atau uang. Karena itu tidak boleh seperti ini, ”Saya pasti mengasihi Tuhan, tetapi saya juga sedikit mengasihi Mamon!". Tidak bisa demikian!
Haleluya! Mari bersama alami Pentakosta Ketiga, alami kasih dan kuasa Tuhan, semua untuk kemuliaan-Nya.
61
STEWARDSHIP & RELATIONSHIP Pdt. Ir. Djohan Handojo, M. Th.
Jika berbicara Stewardship (penatalayanan) kita semua adalah orang-orang yang dipilih Tuhan dalam pelayanan dan melalui proses duduk di dalam kepemimpinan. “Berhasil atau tidaknya, maju atau mundurnya sebuah organisasi, jangan salahkan yang lain, tapi mari lihat kepemimpinan kita. Bagaimana kita memberi dampak pada setiap individu.” Jadi kepemimpinan itu sangat penting! Dan ini tidak terlepas dari relationship, harus ada right relationship & wrong relationship. Untuk excellent stewardship kita perlu right relationship (hubungan-hubungan yang benar), artinya sebuah hubungan yang melekat, saling terikat, saling menyadari bahwa kita hanya salah satu bagian dari sesuatu yang lebih besar. Tentunya, Allah sendiri sangat memperhatikan hubungan, Dia kirim Tuhan Yesus dari sorga ke dunia agar hubungan yang terputus dipulihkan. Dia memiliki kunci dalam membangun hubungan yang indah, sehingga kita bisa melayani Tuhan dengan baik.
62 |
DI AREA-AREA MANA SAJA TUHAN INGINKAN KITA PUNYA HUBUNGAN YANG BENAR? 1. HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN TUHAN SENDIRI
Allah ingin kita punya hubungan yang terikat dengan kuat dan dekat, menjadi satu dengan diri-Nya sendiri. 1 Kor. 6:17 “tetapi siapa mengikatkan dirinya pada Tuhan menjadi satu roh dengan Dia”. Pada awal perjumpaan kita dengan Tuhan, kerinduan kita untuk berhubungan dengan Dia sangat berapi-api, tetapi jika tidak dijaga akan kembali pudar dan tidak bergairah lagi.
Ada 2 kecenderungan orang-orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan:
1. Menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
2. Menjadi lebih sibuk dengan pekerjaan Tuhan.
Yesus sendiri saat Dia berkunjung ke Betania, Dia bertemu keluarga Lazarus, Marta dan Maria. Waktu Marta komplain, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Maria sudah mengambil bagian yang paling penting yang tidak akan pernah diambil dari padanya. Jadi, keintiman dengan Tuhan itu bernilai kekal, bersifat mendalam dan erat luar biasa. Itu yang Tuhan kehendaki! Jangan hanya menjadi lebih sibuk dengan pekerjaan Tuhan, tetapi kita juga harus lebih dekat dengan Tuhan seperti Maria yang telah memilih bagian yang lebih baik.
Saat ini, banyak Hamba Tuhan yang sukses dalam menjabarkan visi, melayani dengan efektif dan berhasil, tetapi dia melupakan hal yang penting, ‘Membangun Hubungan Dengan Allah’. Ternyata, ada banyak sekali hamba Tuhan yang berguguran, karena mungkin tidak terlalu peka dengan suara Roh Kudus. Yang dijalankan dan dimimpikan adalah hal-hal yang besar. Padahal, keintiman dengan Allah, itulah yang diperlukan.
Siapa yang mengikatkan dirinya kepada Tuhan, menjadi satu Roh dengan Dia. Sebab itu orang Kristen yang sungguh-sungguh akrab dengan Tuhan, mereka mengalami banyak terobosan. Saya menemukan orangorang yang luar biasa dengan kesederhanaannya, seorang ibu/anak muda, tapi luar biasa terobosanterobosan mereka. Dan juga banyak hamba Tuhan mengalami hal-hal luar biasa, pasti karena keintiman dengan Tuhan yang indah.
63
2. HUBUNGAN KITA MENJADI SATU (Kej. 2:24). [PROSCALAU]
Acara Penyerahan Anak (Child Dedication), dimulai dari hubungan suamiistri hingga lahir anak, ada ikatan perjanjian married government. Suatu perjanjian antara suami-istri yang menyatukan dan membuat mereka jadi satu (Kej. 2:24), sebab itu suami-istri makin lama makin mirip. Saya melihat kakek-nenek saling menuntun, sabar, karena memang jadi satu, seia-sekata dalam keputusannya dan dalam mengatur keluarga.
Banyak hamba Tuhan yang tidak menjaga perjanjian ikatan kudus dengan teman pewaris kasih karunia, coba-coba miring, coba-coba nyeleweng, orang yang top/hebat yang dipakai Tuhan luar biasa tapi berapa banyak yang berguguran karena hubungannya tidak benar. Hubungan yang indah yang Tuhan inginkan, semuanya dimulai dari gereja terkecil yaitu Rumah Tangga, melalui hubungan yang indah kita akan efektif memberitakan injil.
Peran suami-istri sangatlah penting, waktu di Singapore saya memberi materi Godly man & Godly woman, mengajari para pria tentang 4 hal penting: (1) Man and his manhood (kepriaannya, hubungannya dengan Tuhan; (2) Man and his wife enrichment (memperkaya hubungan dengan istrinya dan keluarganya). (3) Man and marketplace (dunia kerja) dan (4) Man and his ministry (pelayanannya).
Kalau keluarga kita hubungannya luar biasa akrab, maka kita akan lihat buah dari kehidupan dan pelayanan yang excellent, kita tidak malu. Orangorang yang gagal, saya melihat karena sebuah hubungan suami/istri yang jatuh & menikah ulang. Ketika ia berkhotbah, bersaksi, konseling tentang kehidupan rumah tangga, menjadi ragu-ragu tentunya. Dan, bagi yang jatuh di materi, mau bicara soal duit, mana berani, orang akan berkata, 'kamu dulu gak benar’, sedangkan yang jatuh dalam perzinahan, ‘wah berat untuk kembali ke posisi itu’. Kita lihat sekarang, ada banyak hambahamba Tuhan hebat yang jatuh, dan untuk kembali di pengurapan yang semula, sulit.
64 |
3. MENJALIN HUBUNGAN YANG BENAR SEBAGAI KELUARGA ALLAH.
Gereja adalah keluarga Allah. Kalau kita merekrut teman-teman kita sebagai rekan sepelayanan, melatih mereka dengan steawardship dan leadership, lalu mengutus mereka, maka bersama kita mereka menjadi satu keluarga rohani. Efesus 4 berbicara tentang fungsi-fungsi Gereja (ada 5 hal), tapi bukan berarti fungsi ini memisahkan, tapi justru teamwork, Tuhan ingin kita punya hubungan dengan orang-orang percaya dan rekan sepelayanan dalam satu Tubuh Kristus.
“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah-lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, satu Roh sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Ef. 4:1-6). “DaripadaNyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Ef. 4:16).
Kalau lihat wadah ini, GBI, sangat luar biasa, saya mengikuti sejak tahun 1970. Satu kali, Pastor Kong Hee bertanya kepada saya, "koq bisa ya GBI begitu berkembang, begitu banyak jumlahnya dan menjadi gerejagereja jangkar di kota-kota besar di Indonesia, GBI menjadi gereja-gereja yang kuat, bukan hanya dalam jumlah tapi memberi dampak/pengaruh." Dia tanya bagaimana caranya? Saya jelaskan, karena GBI percaya pada waktu kaum awam dipanggil melayani sebagai rekan, orang-orang diberi kepercayaan untuk menjadi Pendeta Muda, Pendeta Pembantu dan kita mulai menggandeng semua orang yang berpotensi, diajak melayani dan seorang gembala bukan everything (serba semuanya), maka mereka menjadi suatu pasukan yang kuat, GBI mengalami suatu kemajuan yang sangat pesat. Dan dia berkata, “itu benar” tapi banyak sekali gereja dan hamba Tuhan tidak berani merangkul kaum awam, orang-orang berpotensi yang ada di market place, di pemerintahan, yang ada di dunia kerja untuk terlibat.
Waktu saya menceritakan sejarah GBI dan GBI secara lebih luas kepada banyak hamba Tuhan di Amerika, mereka mulai mengagumi, saya percaya GBI akan dipakai Tuhan secara luar biasa.
Tantangan yang Dihadapi dalam Membangun Hubungan: 1. Zona Nyaman. Ada gereja-gereja yang ingin berkembang, tapi dia mau bergerak ke area yang baru. Mereka nyaman duduk di kursi yang sama, dengan tim yang sama dan begitu orang lain masuk dengan jumlah yang besar, dia terkejut, mengapa? Karena lebih nyaman dengan orang-orang yang se-bahasa, se-level dan se-pendidikan, dsb. Ada orang-orang yang tidak bisa menerima kehadiran orang lain dan mereka tidak bisa membangun hubungan dengan orang baru.
2. Mungkin Tidak Mengerti Maunya Tuhan.
di kayu salib menebus dosa kita agar hubungan kita dengan Bapa dipulihkan dan kita memiliki hubungan yang indah dengan Tuhan setiap saat.
3. Rasa Tertolak. Menyebabkan orang menghindar dari sebuah hubungan yang ada dalam sebuah komunitas. Ada banyak alasan yang membuat orang tertolak, mungkin kondisi fisik yang tidak sempurna, mungkin karena masalah ekonomi, mungkin juga karena sikap orang tersebut, pengalaman masa lalu, dll. Mereka cenderung untuk menyendiri dan tidak mau memulai sebuah hubungan.
Keinginan Tuhan adalah hubungan yang indah antara Dia dengan manusia dan antara manusia dengan manusia. Bukankah Tuhan Yesus mati
65
1. Rasa Tidak Aman. Ini yang menyebabkan orang-orang di sekitar kita menjauh dari kita. Kenapa? Karena dimulai dari pemimpin menjadi orang yang tidak ramah terhadap perubahan, sementara kita menuntut orang lain berubah (kalau kita baca di Penyuluh edisi no. 64, Pak Rubin Adi menulis tentang: Globalisasi) coba disimak itu. Kita sedang menjadi warga sejagad, kita harus lentur dengan perubahan, bukan lentur menjadi seperti dunia, tidak! Tetapi, harus lentur dengan perubahan, tidak perlu kaku bahwa inilah saya, inilah model saya, jangan disentuh, ini area saya ini milik saya, dan banyak lagi alasan untuk tidak berubah. Rasa Tidak Aman ternyata juga membuat orang lain merasa tidak aman. Orang-orang yang memiliki rasa aman mau membagi kekuasaan (otoritas) dengan mendelegasikan beban. Sebenarnya dengan delegasi, beban kita menjadi semakin ringan. Kalau semua kita yang ambil alih, maka 24 jam sehari tidak akan cukup, kita tidak punya waktu untuk Tuhan, untuk keluarga, istri, anak-anak dan juga rekan-rekan inti kita, karena kita kerjakan sendiri semua. John Maxwell pernah menjadi seorang gembala Assemblies of God, dia berkata, dulu semua pelayanan dia yang harus turun tangan sendiri (melayani khotbah, perjamuan kudus, orang sakit, pernikahan, penyerahan anak, dll.) Akhirnya menjadi kecapean. Tetapi ketika dia mengerti bagaimana mendelegasi tugas-tugas, yang tentunya dengan supervisi, dia merasa plong/lega. Ternyata rasa tidak aman adalah penyebab dari kegagalan mempercayakan pelayanan yang lebih besar kepada orang lain dan juga kegagalan untuk melahirkan pemimpinpemimpin yang baru. Pemimpin-pemimpin yang lebih maju, lebih hebat, adalah karena mereka mau mendelegasian otoritas, dan itu memang yang harus kita kerjakan. Rasa Tidak Aman menyebabkan kita tidak melangkah ke mana-mana, tetapi menjadi orang yang ketakutan bahwa apa yang kita punya akan diambil orang lain.
66 |
2. Menuntut Kesempurnaan “Kalau bukan saya gak sempurna... kamu belum berpengalaman seperti saya… kamu belum makan sekolah seperti saya... kamu belum memiliki kualitas seperti saya…” maunya sempurna. Tokoh-tokoh yang ada dalam Alkitab tidak ada yang sempurna, hanya Yesus yang sempurna, 100% manusia & 100% ilahi (Allah). Tidak ada tokoh, imam atau murid yang sempurna, semua punya kekurangan. Tapi kalau kita tetap ngotot dengan perfectionist kita, maka kita sedang mengurung diri kita dan menyebabkan orang lain yang kita pimpin takut, gemetaran kalau kita datang. Mau ngomong tidak berani, kita bikin dinding dan pagar untuk diri kita sendiri. Bukan berarti kita kompromi dengan ketidak sempurnaan dan kita ijinkan seseorang untuk melakukan asal-asalan, tetap lakukan yang terbaik. Terbaik adalah melakukan sesuatu dengan maksimal yang kita bisa kerjakan dengan apa yang kita miliki. Jadi, tidak bicara besarnya pelayanan kita, besarnya wilayah kekuasaan kita! Jika Bapak/Ibu ditempatkan di tempat yang kecil, jemaat berapapun, tetapi kalau kita kerjakan dengan maksimal dari apa yang kita miliki, itu namanya terbaik (excellent).
3. Tidak Ada Dukungan Mungkin di antara kita ada yang punya mimpi yang besar dan siap berubah untuk memperbaiki hubungan dengan seseorang atau sekelompok orang. Tetapi, tiba-tiba mendapat perlawanan di rumah. Ada banyak pria gagal di rapat-rapat, karena mereka di dikte oleh istri. Di tempat-tempat pertemuan, semangat, tetapi sampai di rumah terus keok sama istri. Jika istri terlibat dan kalau dia memberikan pandangan-pandangan menurut perasaannya, dan kalau terbukti sekali, dua kali dia benar, maka dia akan terus mempengaruhi Anda. Membangun hubungan, kadang terganggu karena ada gangguan dari istri/suami, keluarga ada yang tidak mendukung. Tapi, kalau hubungan kita benar, kita dapat menjelaskan visi dari Tuhan kepada orang di dekat kita, sehingga mereka bisa mengerti dan kita dapat membangun hubungan untuk kepentingan bersama dengan tidak mengesampingkan kepentingan keluarga. Tetap miliki quality time bersama keluarga.
PENGALAMAN BERSAMA Pdt. DR. Ir. NIKO NJOTORAHARDJO Sudah 28 tahun saya melayani bersama Pak Niko. Awalnya saya seorang pemimpin pujian, lalu dipercaya mengembangkan pendidikan, membangun sekolah misi, BBC, pelayanan misi di luar negeri, membangun Sekolah Proskuneo, dll. Semakin banyak tugas-tugas yang dipercayakan sebelum saya bekerja fulltime, belum lagi tugas yang berurusan badan-badan di luar negeri, membawa dana masuk ke Indonesia dari USA, Australia, Canada, Jepang, untuk bantuan dan pengembangan kemanusiaan di Indonesia. Saya keliling ke mana-mana, pada waktu yang bersamaan mulai menanam gereja, karena saya melihat di mana-mana anak-anak muda seakan berteriak “bukain kami gereja”, saya menjadi sangat sibuk. Ketika saya ditanya, “Apakah anak-anak anda sedih, kecewa, frustasi, karena tidak punya hubungan dengan anda?” Saya katakan “tidak”. Kami membangun hubungan yang berkualitas sampai hari ini, anak-anak saya bisa sangat terbuka dengan saya, memilih jodoh, hoby dan pekerjaan mereka sangat terbuka. Karena saya tahu, bahwa ketika saya memberikan prioritas kepada Tuhan tapi mennerangkan cukup jelas kepada keluarga, maka keluarga akan mendukung. Suatu kali pada waktu di Israel tahun 1997, menjelang tahun 2000, gereja kami sedang mempersiapkan pasukan, membangun Sekolah Misi, Sekolah Alkitab, tiba-tiba saya dinubuatkan untuk melayani sepenuh waktu. Istri saya tidak ikut karena sedang ada urusan di Jakarta, saya kaget. Langsung Pak Niko datang tumpang tangan ke saya, beliau katakan, ‘untuk Pak Johan gak susah, karena sebetulnya 2/3 kakinya sudah dalam pelayanan.” Dan, saya katakan ke istri saya, istri saya cuma berkata, "iyalah saya siap kok.." Saya bilang, "kita kehilangan ini... dan ini...” Dia katakan, "tidak apa-apa, siaplah, ingat nyanyian nikah kita Naomi sama Ruth kemana kau tinggal, di mana kau tinggal ku bersamamu...” dia menyanyi. Saya merasa terdukung dan hubungan saya dengan keluarga tidak terganggu. Ada mentalitas only me (hanya saya yang bisa) itu mengganggu hubungan kita dengan semua orang. Kalau kita ingin membangun, maka kita harus memperbaiki hubungan kita dengan benar. Satu kali, Napoleon pernah menunjuk peta China, lalu dia berkata, “di sini terbaring raksasa yang sedang tidur dan jika raksasa itu terbangun, maka ia tidak akan dapat dihentikan.” Saya berdoa, waktu kita membangun hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan rekan sekerja kita, maka GBI akan seperti raksasa yang akan bangun dan tidak bisa dihentikan. Tuhan Yesus Memberkati.
67
Gereja bukanlah sekadar tempat berkumpulnya umat atau jemaat, melainkan center of education bagi seluruh warga gereja. Dalam konteks ini, gereja harus memberikan layanan pendidikan atau pembinaan bagi warga gereja. Dalam buku Pembinaan Warga Jemaat, Ruth Selan menjelaskan pendidikan merupakan usaha manusia atau badan memberikan pengetahuan secara formal dan informal yang terjadi dalam lintasan waktu sejak lahir sampai berakhir di liang kubur. Lebih lanjut disebutkan bahwa pendidikan adalah proses yang berlangsung selama hidup, Ia mendapatkan penambahan pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan pribadi tersebut mengalami pengembangan. Dalam konteks pendidikan Kristen disebutkan bahwa pendidikan dimulai dengan mengajarkan tentang keselamatan, dimana semua warga jemaat percaya dan hidup dalam penyerahan diri kepada Tuhan Yesus, kemudian menerima pembinaan dan pengajaran yang berujung pada kehidupan yang berbuah. Gereja harus mengerjakan tugas-tugas pendidikan secara khusus dalam bingkai rohani melalui pengajaran dan pemberitaan firman Tuhan. Karena itu gereja tidak mungkin menghilangkan fungsi dan peran pendidikan ditengah-tengah jemaat. Berdasar pada 2 Timotius 3:15-17 pendidikan di jemaat memiliki tujuan: 1. Menjadikan jemaat percaya dan mengenal Alkitab. 2. Proses penemuan kebenaran Firman Tuhan yang pada gilirannya jemaat mengalami pembaharuan tingkah laku dan menghidupi kebenaran. 3. Menjadikan umat Tuhan menjadi pribadi yang bijaksana dengan menghidupi iman di dalam Kristus. 4. Dengan pendidikan kepada jemaat diharapkan warga gereja diperlengkapi dan mengalami perubahan perbuatan menuju kesempurnaan kehidupan.
68 |
Gereja sebagai Pusat Pendidikan Jemaat Pdt. Dr. Purim Marbun,MTh Senada dengan uraian dan penjelasan di atas, Ruth Selan menjelaskan bahwa tugas dan fungsi gereja adalah melakukan pembinaan. Pembinaan yang menjadi bagian integral dari pendidikan di jemaat dirumuskan sebagai pengajaran yang berpusat pada Alkitab, dan merupakan proses menghubungkan kehidupan warga jemaat dengan firman Tuhan melalui pembimbingan, menuntun, dan mendewasakan dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus .Jadi dapat disebutkan bahwa tugas pembinaan warga jemaat identik dengan tugas mendidik bagi warga gereja. Gereja sebagai pusat pendidikan, kalimat ini tidak harus kita pahami secara formal akademis bagaikan sekolah dengan jenjang pendidikan dasar, menengah atau tinggi. Yang harus kita maknai dengan baik ialah gereja memberikan berbagai macam layanan pendidikan kepada jemaat. Lois E. Lebar dalam buku Education That is Cristian menjelaskan konsep yang teramat penting tentang pendidikan yang harus dilakukan oleh agama-agama bukan hanya gereja saja. Lois Lebar menjelaskan bahwa agama adalah unsur vital dalam pendidikan yang utuh. Ia membuka jalan bagi pendidikan dan memberi tanggung jawab pada kebebasan untuk terjadinya pencarian kebenaran. Dari penjelasan di atas maka hal yang sangat prinsip bagi kita dapat disimpulkan bahwa gereja sebagai tempat operasionalisasi agama Kristen, juga harus menjadi pusat pendidikan.
Dalam konteks kehidupan gereja, pendidikan Kristen atau pendidikan yang berbasis Alkitab, itulah yang menjadi sajian utama. Daniel Marsh seperti di kutip Lois Lebar menjelaskan bahwa pendidikan di gereja semestinya membuat jemaat bergairah, penuh dengan semangat menjalani hidup ini, namun pada kenyataannya banyak orang yang menganggap bahwa pendidikan bukanlah unsur yang amat penting. Menanggapi pernyataan di atas maka salah satu hal yang kita dorong dalam gereja ialah bahwa gereja menjadi pusat pendidikan bagi jemaat, yang mampu memotivasi, menuntun, mendorong bahkan memperbaharui kehidupan jemaat. Dengan catatan ini maka akan dirasakan kemanfaatan pendidikan yang dijalankan di gereja. Gereja sebagai pusat pendidikan rohani bagi jemaat, menjadi sangat penting diperhatikan mengapa? Karena gereja kadang kala kehilangan jati diri sebagai alat ditangan Tuhan yang melanjutkan tugas-tugas pengajaran kepada jemaat. Gereja dalam fenomena satu dekade terakhir banyak mengalami “kemerosotan” khususnya dalam memberikan layanan yang prima mendidik dan mengajar jemaat. Pada hal jika kita lihat dalam Alkitab, secara khusus Perjanjian Baru maka gereja hadir untuk mendidik umat, gereja ada untuk membawa pembaharuan melalui pengajaran yang akurat dan komprehensif. Tidak ada keraguan bagi kita untuk menyebutkan bahwa gereja sebagai pusat pendidikan. Bagi Jemaat yang ada di gereja lokal dari segala usia, gereja menjadi partner yang ditugaskan oleh Yesus Kristus membina, mendidik dan mengajar mereka untuk berjalan dalam kebenaran firman Tuhan. Dalam pemahaman yang lebih kompleks gereja hadir sebagai pusat pendidikan bagi jemaat yang menjalankan fungsi pengasuhan Kristen dan pendidikan Kristen bagi jemaat. Harro Van Brummelen dalam buku Berjalan Bersama Tuhan di Dalam Kelas, menjelaskan bahwa pengasuhan pendidikan Kristen melibatkan banyak institusi, salah satunya adalah institusi gereja. Gereja sebagai agen pengasuhan Kristen dalam kitab Kisah Para Rasul memberikan catatan yang penting bagaimana gereja berfungsi menjalankan pelayanan pendidikan yakni mengajar umat. Dalam Perjanjian Baru baik Petrus dan Rasul Paulus menenkankan bahwa pengajaran kepada jemaat adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam fungsi gereja. Allah memilih baginya pelayan-pelayan (gembala, guru, nabi, penginjil dan rasul) untuk mengerjakan tugas pengajaran sehingga umat menjadi dewasa dan bertumbuh ke arah kesempurnaan. Dalam Injil Matius 28:19-20, perintah “mengajar” ditujukan kepada gereja, meskipun ayat itu secara konteks diberikan kepada para murid. Dalam konteks sekarang gereja lah yang
harus melakukan tugas “mengajar” dan menggenapkan amanat agung. Jika melihat kepada hal ini esensi fungsi mendidik dan mengajar menjadi penting bagi gereja. Fungsi pendidikan bukan sekedar mengajar jemaat untuk mengalami pertobatan dan mengenal keselamatan, melainkan lebih dari itu maka gereja harus terus membimbing jemaat dalam kebenaran firman Tuhan yang bertujuan membawa kepada kesempurnaan seperti tuntutan firman Tuhan. Program pendidikan gereja menekankan apa yang dipercayai, dilakukan dalam kehidupan dan bagaimana berfungsi sebagai anggota jemaat atau warga gereja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gereja sebagai pusat pendidikan bagi jemaat adalah partner Tuhan di dunia ini untuk mengerjakan tugas-tugas mulia untuk mendidik dan mendewasakan jemaat, sehingga mereka mengenal kebenaran, percaya dan bersekutu kepada Tuhan dan menjadi alat yang efektif bagi pekerjaan Tuhan di muka bumi ini, secara khusus di gereja masing-masing. Gereja tidak akan mungkin menghilangkan esensi ini, karena Tuhan Yesus sendiri yang menetapkan tugas dan pelayanan ini. Sebelum zaman Yesus Kristus pekerjaan mengajar di Bait Allah sudah dilaksanakan dengan baik, para imam dan juga ahli-ahli taurat bekerja dan mengajarkan umat untuk melaksanakan perintah Tuhan; meskipun seringkali dalam pengajaran itu banyak hal yang tidak cocok dengan polapola pengajaran yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Dalam kitab Injil telah dengan snagat nyata diperlihatkan bahwa pekerjaan mendidik, mengajar dan menuntun orang kepada kebenaran menjadi sangat sentral. Yesus memiliki kekhususan dalam hal mengajar kepada banyak orang. Kevin J Conner mengatakan segala yang dilakukan Yesus adalah pendidikan dan pengajaran. Yesus berkhotbah, mengajar dan menyatakan kuasa kerajaan Allah kepada bangsa Yahudi, meskipun seringkali Ia mengalami penolakan. Yesus mengajar bukan sekedar melakukan pembentangan tentang materi ajar yang panjang lebar, melainkan Ia menghadirkan sebuah kerajaan spiritual dan surgawi dengan membawa mereka kepada pertobatan dan iman. Jika zaman Yesus saja pekerjaan pendidikan telah menjadi pusat perhatian dan juga “tindakan” yang banyak dikerjakan dalam pelayanan, lebih lagi pada masa kini. Gereja terbentuk dengan tugas-tugas dan amanat pendidikan, dimana gereja harus mengajar. Kata ini jelas akan membawakan “esensi” yang penting dan absolut bahwa gereja masa kini menjadi pusat pendidikan rohani bagi jemaat-jemaat yang dilayani. Selamat menjadikan gereja sebagai pusat pendidikan bagi umat Allah.
69
Tema Sinode GBI tahun 2017 adalah “Tahun Penuaian Besar”. Kerinduan menuai banyak jiwa bagi Kerajaan Allah bukan hanya kerinduan para Pejabat GBI, namun juga kerinduan Allah. ...karena Allah menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2 Pet 3:9). Walaupun banyak tantangan dan pergumulan yang dialami, kiranya kita tetap bersemangat mengabdi bagi Allah dengan terus berjuang menuai banyak jiwa bagi Allah dan Kerajaan-Nya. Apa yang akan dituai sangat bergantung pada apa yang selama ini ditabur. Target tuaian yang Tuhan Yesus kehendaki adalah agar segala bangsa menjadi murid Kristus (Mat 28:19-20). Pesan yang paling penting ini disampaikan ketika Tuhan Yesus akan berpisah dengan para muridNya. Pesan terakhir sebelum Tuhan Yesus terangkat ke sorga untuk menyediakan tempat bagi semua murid-Nya. Apa yang ditabur selama ini? Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Untuk menghasilkan murid Kristus yang sejati maka Injil yang murni harus diberitakan. Injil yang murni adalah kabar baik yang diajarkan dan diperagakan oleh Tuhan Yesus. Pengertian baik adalah baik menurut versi Allah, bukan versi manusia. Manusia menginginkan kabar baik untuk kenyamanan hidup di bumi yang hanya berdurasi tujuh puluh hingga delapan puluh tahun. Namun, Tuhan Yesus mengajarkan kabar baik untuk kehidupan kekal manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah.
Menabur Injil, Menuai Murid Kristus Pdt. Timotius Tan, MA
Rasul Paulus menyampaikan perasaan ketakutannya apabila jemaat di Korintus disesatkan dari kesetiaannya kepada Kristus. Karena respon mereka sabar saja ketika kepada mereka diberitakan Yesus yang lain, roh yang lain dan injil yang lain daripada yang telah Paulus beritakan dan telah jemaat terima (2 Kor 11:3-4). Rasul Paulus juga menyampaikan keheranannya kepada jemaat di Galatia yang begitu lekas berbalik dari pada Tuhan Yesus dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil (Gal 1:-10). Paulus memperingatkan bahwa ada orang yang mengacaukan jemaat Galatia dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Paulus memperingatkan sebanyak dua kali bahwa siapapun yang memberitakan injil lain yang berbeda dengan Injil Kristus, terkutuklah dia. Pemberita Injil Kristus menyukakan hati Allah, berkenan kepada Allah sehingga layak disebut sebagai hamba Kristus. Dalam menginjil, bisa saja terjadi penurunan kualitas berita Injil atau pemberitaan injil lain. Hal ini terjadi jika yang diberitakan bukanlah tentang Tuhan Yesus, yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Pemberitaan Injil yang murni adalah tentang Yesus Kristus yang dalam keadaan sebagai manusia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
70 |
Beritakanlah Yesus Kristus yang mati disalib dan dibangkitkan dari antara orang mati. Para pembicara di mimbar memiliki kesempatan dan godaan untuk memberitakan dirinya sendiri, bukan memberitakan Yesus Kristus. Yang ditinggikan bukan Tuhan Yesus, tetapi mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri. Yang disampaikan kesaksian pribadi dan berkat-berkat jasmani yang dimiliki, bukan menyampaikan Injil yang murni. Injil yang murni mengubah hidup manusia karena Injil yang murni adalah Kebenaran yang memerdekakan. Kemerdekaan yang dimaksud bukan hanya sekedar sakit disembuhkan, keluar dari masalah/pergumulan hidup dalam keluarga, mengalami kenaikan jabatan dalam pekerjaan, dan sukses dalam bisnis. Namun kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan atas dosa, yaitu menang atas dosa, menang atas kemelesetan/ketidaktepatan dari apa yang Tuhan kehendaki. Injil yang murni bukanlah ‘injil plus’ dan bukan juga ‘injil minus’. ‘Injil plus’ adalah Injil ditambah berkat-berkat materi dan pemulihan secara jasmani. ‘Injil minus’ adalah Injil dikurangi pikul salib, penderitaan, dan penyangkalan diri. Iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus. Makna iman yang sesungguhnya adalah bukan sekadar percaya, tetapi mempercayakan diri kepada Tuhan yang dapat dipercayai. Iman juga bukan persetujuan secara akali/logika duniawi, namun penurutan terhadap kehendak Allah. Seorang murid Kristus sejati memiliki iman yang murni kepada Kristus. Jiwa-jiwa baru yang Tuhan kirimkan untuk digembalakan harus dibina untuk mengenal dan mengalami Tuhan secara pribadi. Iman yang kekanak-kanakan harus mengalami pertumbuhan agar dewasa. Bersyukurlah jika ada orangorang yang baru percaya kepada Kristus mau belajar menjadi murid Kristus yang memiliki karakter Kristus, sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan Yesus. Tuhan mau supaya anak-anak-Nya menjadi murid-murid-Nya yang melakukan kehendak Bapa. Kualitas tuaian yang Tuhan targetkan adalah murid Kristus. Seorang murid mengikuti gurunya. Murid Kristus harus berjuang mengikuti pengajaran dan gaya hidup/teladan Sang Guru Agung. Murid Kristus yang mau menyangkal diri dan memikul salib. Murid Kristus yang bersedia menderita seperti Sang Guru Agung. Kiranya kita tidak merasa puas dengan jumlah jemaat yang semakin banyak. Kita tidak merasa puas dengan jumlah persembahan yang terus meningkat. Kita tidak merasa puas dengan perpindahan jemaat dari gereja lain ke gereja yang kita gembalakan. Kita tidak merasa puas dengan jumlah pengurus dan aktivis gereja yang semakin banyak. Kita merasa puas jika memenuhi apa yang memuaskan hati Tuhan, yaitu menjadikan banyak jiwa sebagai murid Kristus. Selamat berjuang menabur Injil yang murni agar dapat menuai murid Kristus! Tuhan Yesus pasti menyertai kita sesuai dengan janji-Nya.
71
RAHASIA PENUAIAN BESAR Pdt. Dr. Yonathan Wiryohadi, M.Th.
Di tahun mujizat penuaian ini, Tuhan mengungkapkan betapa pentingnya kita berjalan demi menggenapi rencana-Nya. Tuhan janjikan, apabila kita menggenapi rencana-Nya, maka apa yang terjadi dalam kehidupan Yesus, juga pasti nyata dalam kehidupan kita. Berdasarkan apa yang tertulis dalam Yohanes 12:24, Yesus mengungkapkan tiga rahasia agar kita dapat menyaksikan mujizat dan tuaian. Dikatakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu
72
biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Dan, dalam 1 Yohanes 2:6 ditegaskan, siapa saja yang percaya kepada Yesus, ia wajib hidup sama seperti Yesus. Dan sesuai janji-Nya, jika kita hidup serupa Yesus yakni menggenapkan rencana Tuhan dalam hidup kita, maka apa yang terjadi dalam hidup Yesus juga akan kita alami.
Ada jenis-jenis buah yang Tuhan ingin kita hasilkan di dalam kehidupan ini, yakni:
Dalam Yohanes 12:24, kita bisa melihat, karena pelayanan satu orang yang dari surga turun ke bumi, yakni Yesus, sekarang ini terdapat 3 miliar orang percaya di dunia. Berpijak dari ayat ini, Yesus hendak membuka rahasia bagaimana menghasilkan buah yang besar & banyak, atau istilah sekarang dikenal dengan kata “sukses”. Entah itu sukses di pelayanan, pekerjaan, bisnis, komunitas, ministri. Namun, keberhasilan di sini bukan hanya bicara soal materi atau uang.
3. Buah jiwa-jiwa. Semakin diberkati semakin banyak jiwa yang dilayani. Dengan kata lain, saat kita diberkati oleh Tuhan, sejatinya berkat itu bukan untuk diri kita sendiri, melainkan terutama untuk memberkati orang-orang lain.
1. Buah pertobatan. Semakin diberkati semakin cinta Tuhan. 2. Buah-buah Roh kudus. Semakin diberkati semakin rendah hati.
Jadi, apa rahasia agar kita mengecap mukjizat dan meyaksikan tuaian yang besar?
1. MATI BAGI DIRI SENDIRI Prinsip Ini tentu amat berbeda dari cara dunia bekerja. Yesus memberi satu ilustrasi yang mudah untuk kita cerna. Dikatakan, jika benih tidak jatuh & mati, maka benih tidak akan berbuah. Mengapa mesti mati terlebih dulu untuk bisa berbuah? Bukankah dunia justru mengajarkan jika kita ingin menjadi sesuatu yang besar, kita seyogianya menonjolkan & menyatakan diri? Itulah bedanya, Yesus justru mengajarkan yang bertolak belakang. Kata Yesus, kalau kita ingin dipakai Tuhan agar menjadi besar dan berpengaruh, kita wajib mati terlebih dahulu bagi diri sendiri. Jangan heran, kenyataannya Firman Tuhan memang tidak akan pernah “match” atau sejalan dengan pola pikir dunia. Firman Tuhan katakan, kalau biji atau benih tidak mati dan jatuh, ia akan tetap menjadi satu biji. Sebaliknya tatkala biji bersedia mati, ia pun akan menghasilkan buah, bahkan banyak buah. Kebenaran ini hendaknya merombak dan me-revolusi mind set kita yang keliru selama ini. Banyak buah adalah refleksi kematian seseorang terhadap dirinya sendiri. Buah yang kita hasilkan dalam setiap area kehidupan kita & jiwa-jiwa yang kita menangkan merupakan refleksi dari kematian kita terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, besarnya kepercayaan yang Tuhan berikan pada kita, memperlihatkan besarnya ‘kematian’ kita atas diri sendiri. Kalau kita masih sedikit dipercaya oleh-Nya, itu pertanda kita masih belum banyak “mati terhadap diri sendiri.” Sekalipun kita seorang pemimpin, tetaplah perlu mati terhadap diri sendiri. Jangan menyombongkan diri! Sungguhkah melihat penuaian besar menjadi kerinduan kita? Sekali lagi, matilah terhadap dirimu sendiri! Kenapa Yesus menjadikan ini syarat utama? Perhatikan, promosi, berkat & banyaknya jiwa yang Tuhan percayakan, belum tentu benar-benar menjadi berkat buat kita. Maksudnya, jika ternyata kita tidak tahan terhadap berkat maupun promosi yang Tuhan percayakan, itu akan berbalik menyerang diri kita & membuat kita kolaps. Cobalah tengok, tidak sedikit hamba Tuhan yang mengalami kejatuhan, justru ketika mereka sedang berada di puncak kesuksesan. Itulah alasan, mengapa Tuhan mesti melatih kita untuk mematikan diri sendiri. Tujuannya, agar kita kuat! Bila kita menjadi lebih kuat, maka lebih besar lagi kepercayaan Tuhan berikan. Semakin kita kuat, semakin besar kita dipercaya oleh Tuhan, dan seiring itu bertambah-tambah pula kekuatan kita.
73
Apa arti mati bagi diri sendiri? 1. KITA TIDAK BOLEH EGOIS. Keegoisan membuat pelayanan kita tidak dapat berkembang. Karenanya, jangan suka menonjolkan diri atau merendahkan orang lain. Jika ternyata kita masih senang merendahkan orang lain, itu tandanya kita belum mati bagi diri sendiri dan berarti juga belum bisa dipercaya. Kalau pun kita berhasil, coba telisik hati kita, apakah kita merasa bahwa itu adalah keberhasilan tim atau satu-dua orang saja? Camkan, keberhasilan pelayanan adalah keberhasilan tim, bukan pribadi. Bukan hanya milik segelintir orang. Sadari bahwa ketika pelayanan kita berkembang, itu bukan karena usaha satu atau dua orang saja. Juga bukan karena kita, melainkan semua orang ikut ambil bagian. Sehingga dengan demikian, kita tidak akan merasa perlu untuk menonjolkan diri. Para pelayan Tuhan, hamba Tuhan, murid Yesus, hayatilah kebenaran ini: semakin tinggi pelayanan kita hendaknya semakin kita siap mati bagi diri sendiri. Siap ‘dinjak-injak’. Perhatikan, saat berada di restoran, kita tentu akan mendapati orang yang dilayani & melayani. Pertanyaannya, dari kedua orang tersebut, menurut Anda siapakah yang lebih terhormat; yang melayani atau yang dilayani? Tentu saja orang yang dilayani! Maka itu, jangan menjadi pemimpin rohani atau pelayan yang semena-mena. Jadikan orang yang kita layani lebih terhormat dari diri kita sendiri. Kita wajib memberi pelayanan yang terbaik & maksimal bagi siapa saja. Jika dalam hal ini kita “siap”, percayalah Tuhan akan melipatgandakan jiwa-jiwa dalam pelayanan yang sedang kita kerjakan.
2. MENYERAHKAN DIRI DAN HIDUP KITA KEPADA TUHAN (MAZ. 37:6-7). Ini rahasia yang diungkapkan oleh Pemazmur. Sewaktu ia merasa iri dengan orang lain yang berbuat jahat namun menikmati kesuksesan, Tuhan memberinya nasihat agar menyerahkan hidup kepada Tuhan & nasihat ini diajarkan kepada kita hari ini. Orang yang sudah mati terhadap dirinya sendiri adalah orang yang menyerahkan dirinya pada Tuhan. Setelah itu, membiarkan dirinya dibentuk atau diproses. Ia akan selalu mengikuti arahan-Nya dalam mengiring Tuhan. Jadi, janganlah marah ketika menemukan orang yang jahat & berbuat curang. Tak perlu kesal maupun sakit hati. Kalau pun kita merasakan hal itu, mulailah belajar untuk menyerahkan hidup kita pada-Nya. Apabila kita berserah pada-Nya, itu berarti kita percaya bahwa rancangan-Nya selalu yang terbaik. Kita melatih diri untuk bergembira karena Tuhan, bukan hal yang lain. Jika kita baca ayat sebelumnya, kita akan mengerti bahwa orang-orang yang berbuat jahat itu, ibarat orang-orang yang dibawa ke atas gunung yang paling tinggi, namun itu sekaligus merupakan tempat yang paling berbahaya. Itu sebabnya, serahkan diri untuk ikut perkataan & ajaran Tuhan Yesus. Apa ganjarannya bila kita mau menyerahkan hidup & masa depan kita buat Tuhan? Sesuai janji Tuhan di Maz. 37: 4-6, inilah yang akan kita terima: 1). Tuhan akan memberi apa yang diinginkan hati kita. Apa yang kita inginkan? Rumah, terobosan finansial, kebahagiaan rumah tangga, kesuksesan pelayanan, bisnis yang berhasil? Tuhan akan memberikannya! Karena itu, sebagai hamba Tuhan, matilah bagi diri sendiri & hiduplah untuk Tuhan. Kalau kita menyerahkan hidup, Firman Tuhan menjamin, kita akan menerima apa saja yang kita kehendaki. Ini yang disebut dengan: Mukjizat! (2) Allah akan bertindak untuk menolong. Kadangkala kita mungkin melakukan kesalahan. Tetapi jika kita telah menyerahkan hidup pada Tuhan, maka Tuhanlah yang akan bertindak!
74
2). Ia akan memunculkan kebenaran seperti terang & hak kita seperti siang. Sekalipun mungkin kita diejek, difitnah, ditindas, dikecilkan, tetapi saat kita tidak membalas, maka Tuhanlah yang akan memunculkan kebenaran kita seperti terang & hak kita seperti siang. Daud sekalipun diabaikan kedua orang tuanya, ia tidak membalas membenci. Bahkan ketika hendak disingkirkan Saul, tak sedikit pun ia membalas. Hingga suatu hari Tuhan berjanji padanya akan memunculkan kebenarannya layaknya terang & haknya layaknya siang. Jika kita tidak membela diri & mencari pembenaran, Tuhanlah yang akan mengangkat kita. Dan, bukankah Firman Tuhan berkata, jika Tuhan yang mengangkat maka tak satu orang pun yang mampu menurunkan kita? Sebaliknya, jika kita mengangkat diri, maka banyak orang yang akan menjatuhkan kita.
3). Menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendri. Efesus 4:1-2, Tuhan ingin supaya kita menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri. Itu sebabnya, tidak perlu ada persaingan dalam gereja! Ingat, masing-masing kita diberi talenta yang berbeda satu sama lain, sehingga menjadi tidak relevan apabila di dalam gereja ada hamba Tuhan dan jemaat yang bersaing. Sebaiknya, kerjakan dan layani Tuhan dengan setiap karunia yang Ia percayakan. Itu saja.
4). Semua keberhasilan yang kita capai hari ini sudah sepantasnya ditujukan bagi kemuliaan Tuhan. Itu tanda bahwa kita telah mati bagi diri sendiri. Yoh. 12:25, barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Sebaliknya, barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Orang yang mati bagi dirinya sendiri atau tidak takut kehilangan nyawanya, sama artinya ia telah memelihara hidupnya untuk sesuatu yang kekal. Ia mempersiapkan diri untuk berjalan bersama Tuhan dan tinggal bersama-Nya. Dan Tuhan Yesus ajarkan, barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ialah yang akan menikmati perkaraperkara ajaib bersama Tuhan, atau dengan kata lain, mengalami pengalaman-pengalaman yang supernatural.
2. BERADA DIMANA YESUS BERADA “Barangsiapa melayani Aku , ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati.” (Yoh. 12:26). Ingin dihormati? Syaratnya, kita harus berada di tempat di mana Yesus berada. Arti yang pertama, kita harus selalu hidup intim dengan Tuhan. Alkitab memberi contoh orang yang hidup seperti itu, namanya Henokh (Kej. 5:22-24). Pelayan-pelayan Tuhan, di hari-hari terakhir ini hendaklah hidup intim dengan Tuhan. Kemudian arti yang kedua, jadilah orang-orang yang mencari hadirat Tuhan, yang senang mengejar atau merindukan hadirat Tuhan (God Chaser). Berkaitan dengan itu, saat kita berkunjung di satu gereja, jangan pernah mencari atau melihat gedung yang bagus, tetapi carilah apakah kita akan menjumpai hadirat Tuhan di sana? Sebab saat terindah adalah ketika kita berada di dalam hadirat Tuhan. Di dalam hadirat Tuhan ada pemulihan & kesembuhan. Di saat kita menemukan hadirat Tuhan, kita pun akan menikmati mukjizat demi mukjizat.
75
Arti ketiga, kita mesti hidup dengan kasih mula-mula. Jangan pernah hilangkan kasih mula-mula kita. Hidup dengan kasih mula-mula membuat kita menjadi orang yang mudah dijamah oleh Tuhan. Jika kita kembali kepada kasih mula-mula, maka kita akan mudah terjamah hadirat-Nya. Kita akan melihat kesempatan melayani sebagai sesuatu yang indah, istimewa dan sebuah kehormatan. Kita akan melayani Tuhan dengan motivasi yang tulus dan murni. Orang dengan kasih mula-mula akan mudah diremukkan hatinya oleh Tuhan. Renungkan kembali kasih mula-mula kita, saat dalam pelayanan kita mulai mengincar posisi. Ingatkan kembali kasih mula-mula kita, saat dalam pelayanan kita mulai mencari penghargaan atau imbalan. Bertanyalah, apakah aku mulai kehilangan kasih mula-mulaku terhadap Tuhan?! Jangan sampai motivasi kita sebagai hamba Tuhan dan pelayan Tuhan keliru, yakni mencari posisi, jabatan, uang, materi, penghargaan, dsb. Orang yang tidak pernah kehilangan kasih mula-mulanya terhadap Tuhan, bisa dipastikan hidupnya pun tidak akan pernah kehilangan kebaikan dan kemurahan Tuhan, bahkan sekalipun ia berada di tengah kesukaran. Lebih dari itu, Tuhan akan menyediakan mahkota kehidupan.
3. YESUS DITINGGIKAN DAN DIMULIAKAN Yoh 12:32, “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” Melalui apa? Pertama, lewat pujian dan penyembahan. Itu sebabnya para hamba Tuhan perlu mengajak para jemaat untuk senang memuji dan menyembah Tuhan. Sebab melalui pujian dan penyembahan Tuhan akan hadir. Dan ketika Ia ditinggikan dan dimuliakan, banyak jiwa ditarik untuk datang ke rumah-Nya. Kedua, melalui perbuatan kasih yang kita kerjakan bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Ingat ini, setiap kali ada caring pasti selalu ada salvation. Setiap kali kita berbuat kasih dan kebaikan pada orang lain, endingnya selalu ada keselamatan. Dengan kata lain, akan ada banyak orang yang diselamatkan lewat perbuatan baik yang kita kerjakan. Itu sebabnya, gereja perlu terus membangun ministry demi ministry sehingga nama Tuhan bisa ditinggikan dan dipermuliakan melalui ministry-ministry tersebut. Sebagai informasi, GBI WTC Serpong sejak berdirinya telah melahirkan banyak ministry di tujuh pilar kehidupan. Seperti di Pilar Spiritual dan Sosial misalnya, GBI WTC mempunyai Ministry Rumah Indonesia Sehat (RIS), Balai Pengobatan Indonesia Sehat (BPIS), Panti Asuhan Briku Hati, Rumah Rehabilitasi Orang Gila. Melalui ministry-ministry tersebut, tidak terhitung banyaknya orang miskin, sakit & gila yang telah ditolong, diobati, disembuhkan dan dipulihkan. Dan masih ada banyak ministry lainnya, yang satu sama lain saling bersinergi & bahu-membahu untuk menangani setiap persoalan yang ada di komunitas & kota sehingga semakin banyak jiwa yang dimenangkan & dibawa kepada Tuhan. Kunci penuaian bukanlah sekadar skill, keahlian, kemampuan, bakat, atau talenta semata, tetapi TUHAN. Sebab, hanya Tuhanlah yang mampu menggerakkan hati anak-anak manusia. Itu alasannya mengapa kita mesti mengutamakan dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Seperti yang digambarkan dalam Keluaran 11:2-10, Tuhan bisa melembutkan hati orang Mesir, namun di sisi lain Ia pun bisa mengeraskan hati Firaun. Jadi, seseorang bisa bertobat & menyembah Tuhan semata hanya karena karya-Nya. Kalau kita sadari bahwa itu hanyalah karya Tuhan, sudah sepatutnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan, pelayanpelayan Tuhan, murid-murid Tuhan, memiliki kerinduan besar untuk terus berada di tempat di mana Yesus berada, sehingga mujizat penuaian jiwa seperti yang Tuhan janjikan di tahun ini dapat tergenapi dengan sempurna bagi gereja-gereja-Nya!
76
77
PENUAIAN BUKAN
SEKaDAR SLOGAN Dr. Ronny Daud Simeon, SE, MPM.
“Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagibagi jarahan” (Yesaya 9:2). Tema Umum Gereja Bethel Indonesia tahun 2017 adalah “Tahun Penuaian Besar”. Mari sambut tahun ini dengan sukacita yang besar, sebab penuaian besar dengan berkat besar tersedia bagi yang secara aktif memberitakan Injil-Nya. Penuaian, erat kaitannya dengan prioritas kepentingan KERAJAAN SORGA, yaitu AMANAT AGUNG SANG RAJA (Matius 28:18-20), “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Kata “mereka” (ayat 18) dalam bahasa Yunani αὐτός [autos] berarti with the proper personal pronoun (dengan kata ganti orang yang tepat); the others one, those (menunjuk pada banyak orang) dan together (secara bersama-sama). Disimpulkan, bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus adalah berkata-kata/menyampaikan suatu pesan yang bersifat urgent dan tujukan kepada para murid-Nya (bukan bersifat tunggal, melainkan jamak/kepada banyak orang). Banyak orang yang diharapkan untuk menjangkau lebih banyak orang lagi. Ayat 19-20, hal yang bersifat penting dan sekaligus merupakan kunci menuju Penuaian Raya adalah, sangat mustahil gereja mengalami tuaian besar-besaran, apabila sebagai orang-orang percaya (para murid Kristus) tidak menghayati dan menghidupi dari yang tersurat dengan jelas/gamblang dalam Injil Kerajaan, yaitu, “...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka......dan ajarlah mereka...”. Saya mengutip perkataan Dr. Myles Munroe “Tragedi terbesar dalam kehidupan bukanlah kematian, tetapi kehidupan yang tidak memiliki tujuan”, jadi sesuatu yang sangat mengerikan bagi kita pada era saat ini adalah ketika kita (orang percaya & Gereja Tuhan secara umum) tidak menghayati dan menghidupi apa yang menjadi tujuan dan atau Agenda Sang Raja tersebut. Pekerja yang berintegritas dan berkarakter pasti mengajarkan kepada jemaatnya demikian dan menanamkam nilai & pola hidup seperti itu. Tidak banyak orang Kristen yang mau dibentuk seperti itu karena berbagai alasan misalnya bisnis, karier, koneksi, dll., sehingga mereka tidak suka gereja yang menekankan nilai-nilai Injil Kerajaan & kekudusan. Oleh sebab itu, penekanan kepada menjadi murid sejati, adalah penting bukan sekadar menjadi orang Kristen atau jemaat biasa tetapi semua menjadi murid yang siap untuk di utus dalam dunianya masing-masing..."Your mission field is where God puts you".
78 |
BEBERAPA HAL PENTING DALAM PROSES “PENUAIAN BESAR" YANG MENJADI SUATU KENYATAAN, BUKAN SEKaDAR SLOGAN ROHANI
• GEREJA-GEREJA (LEMBAGA ROHANI) YANG BERGANTI FOKUS DALAM KEGERAKANNYA. Adalah hal yang tidak dapat dipungkiri, bahwa banyak orang percaya dan para pemimpin Kristen (Gereja) yang tanpa sadar tersedot perhatian, waktu, dana dan tenaga hanya untuk membangun dan membesarkan gereja lokal. Tentu membesarkan dan mengembangkan sayap gereja lokal bukanlah hal yang salah, tetapi yang menjadi sesuatu yang salah dan mematikan pergerakkan sebuah gereja, ketika dirinya hanya terfokus pada kepentingan lokal saja, bukan pada Kepentingan/Agenda Kerajaan Sorga yang bersifat universal dan mengikat Tubuh Kristus satu sama lainnya. “Isolasi gereja dari dunia ini telah mengakibatkan ketidakefektifan dan kegagalannya didalam melaksanakan Amanat Agung" (Chruch Shift, Sunday Adelaja) Denyut jantung-Nya adalah agar bangsabangsa diperintah dan dimotivasi/digerakkan oleh prinsip-prinsip dan agenda Kerajaan Sorga, maka hal itulah yang menjadi panggilan bagi setiap orang percaya dimuka bumi ini.
• GEREJA-GEREJA (ORANG PERCAYA) YANG DIMOTIVASI / DIGERAKKAN OLEH AGENDA KERAJAAN ALLAH. GEREJA, adalah sebuah tempat pemusatan latihan yang memperlengkapi dan melatih orang-orang percaya yang memiliki kesiapan mental serta pemahanan yang benar mengenai Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. GEREJA, bukanlah fokus pelaksanaan / pengejahwantaan Amanat Agung, tetapi apa yang disebut oleh Injil Kerajaan yaitu “Ladang Telah Menguning” (Bumi) yang menjadi fokus dan agenda terpenting dari sebuah gereja yang ada dari setiap era/ zaman. Ketika Gereja, berubah pada fungsi dan panggilannya dalam melatih serta memperlengkapi para penuai (orang percaya), hanya menjadi suatu tempat perkumpulan/ komunitas ekslusif orang beriman, tanpa digerakkan/dimotivasi dan dikendalikan oleh agenda Amanat Agung, maka hakikatnya gereja telah keluar dari jalur panggilan yang semestinya (panggilan adikodratinya), saya sebut hal ini adalah Disoerientasi Gereja pada masa kini (modern). Marthin Luther menyimpulkan, bahwa jika GEREJA berkata mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi sebagai pegangan hukum yang terutama, maka ketika kita TIDAK melakukan perintah Amanat Agung merupakan dosa yang terbesar.
79
• GEREJA-GEREJA (ORANG PERCAYA) YANG MEMBANGUN DIRINYA DI ATAS NILAINILAI KERAJAAN (KINGDOM VALUE). Nilai/value adalah hal-hal yang kita yakini & menjadi tolok ukur dalam menentukan keputusan, sebagai penggerak/pengendali dalam hidup kita. Nilai/value adalah segala hal yang mendasari, mewarnai & mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan orang percaya secara individu maupun bagi GEREJA sebagai lembaga kerohanian Kristen yang memperlengkapi serta melatih para penuai secara kontinyu, agar visi & misi atau Agenda Kerajaan Sorga diwujudnyatakan. Bukan sebaliknya, banyak jemaat tinggal dalam zona kenyamanan dimana nilai kejujuran & kekudusan serta hati yang penuh belas kasihan kepada jiwa yang terhilang, sudah rapuh apalagi ketidakberesan hidup tidak pernah ditemplak, walaupun sebagian pemimpin berpikir "yang penting jumlah jemaat banyak" meskipun tidak berkualitas. Nilai/value adalah berbicara tentang Karakter Illahi atau kita mengenalnya sebagai “Buah ROH” (Galatia 5: 22, 23). Gaya hidup/pola hidup Kerajaan Allah, merupakan salah satu alat/instrumen yang jitu dalam mewujudkan “PENUAIAN BESAR", selain kita memberitakan Injil Kerajaan secara verbal, seperti pada pelatihan yang pernah dilakukan oleh BPH GBI khususnya pada Departemen Misi, yaitu PELATIHAN AMANAT AGUNG ASLI (A3).
Penuaian Besar juga harus terjadi pada kelompok Suku-suku Terabaikan (STA) yang di Indonesia jumlahnya kurang lebih 127 suku. Tahun ini pula dimulai program ADOPSI suku-suku terabaikan, yang dimulai dengan 4D (Doa, Data, Daya dan Dana). Serta pengutusan para misionaris ke STA khususnya mereka-mereka yang telah dilatih melalui wadah Sekolah Misi (SMPD), Sehingga penuaian bukan saja terjadi di kota-kota tapi juga di desa-desa bahkan di pedalaman. Hasil Penuaian Besar tersebut, akan berkolerasi positif terhadap penanaman gereja-gereja baru yang semakin mempercepat tercapainya visi 10.000 gereja yang misioner. Matius 24:14, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." Save the lost at any cost...! Selamatkan jiwa berapapun harganya! Selamat Berjuang dan Salam Kegerakan!!
80 |
81
SIDANG MPL III BALI Berkat anugerah dan kasih Yesus Kristus, maka Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) III yang dilaksanakan di Sanur Paradise Bali pada 4-6 Oktober 2017, telah berlangsung dengan baik. Sidang yang bertemakan “Excellent Service” ini, dihadiri oleh para peserta MPL yang ada di Indonesia maupun Luar Negeri, seperti para Staff Lengkap BPH GBI, Ketua-ketua BPD GBI, Anggota MPL GBI, Majelis Penasihat (MP) Sinode GBI, dengan jumlah peserta di hari pertama, 122 orang dari 139 Anggota MPL GBI. Sidang MPL III ini selain diisi dengan 2 Diskusi Panel dan 3 Pleno yang merupakan inti acara, peserta juga disuguhkan dengan Gala Dinner pada hari ke-2 di malam hari dan pesiar ke Lembah Pujian di hari ke-3. Pleno I membahas tentang; Quorum, Pengesahan Tata Tertib, Pengesahan Agenda Acara, Pembentukan Majelis Ketua & kelengkapan Sidang, Penyerahan Palu Pimpinan Sidang, Pelantikan Anggota MPL dan Ketua BPD, Laporan BPH, Laporan Departemen. Pleno II; Lanjutan Laporanlaporan BPH dan BPD. Sedangkan Pleno III; Pembahasan Hasil Komisi-komisi (Organisasi, Program & Anggaran, Panitia AdHoc), Pembacaan Surat Keputusan (SK) MPL GBI III, Warnasari. Adapun untuk Majelis Ketua MPL III yaitu, Pdt. Dr. dr. Dwidjo Saputro, Sp. Kj., Pdt. Steve Retraubun, SH., Pdt. Markus Sudardji, M.Pd.K., Pdt. Tuty R. Maneking, Pdt. Jan Ch. Wattimena. Sekretaris Persidangan, Pdt. Paul R. Widjaja dilengkapi dengan Notulis, Ny. Evelyn Tandyawasesa, M.Th, Debbie Runtunuwu, Dr. Rode Rini.
82 |
Beberapa keputusan penting Sidang MPL III GBI yang telah disahkan antara lain:
• Standarisasi Perlengkapan
Komisi Organisasi (SK No. 006/MPL III/GBI/2016):
(Diserahkan kepada BPH).
• Standarisasi Jadwal-jadwal & Acara
1. Sertifikasi Pejabat.
5. Gembala yang jumlah anggota jemaatnya kurang dari 12 jiwa anggota baptisan. • Ujian Pejabat mendatang selain ujian tertulis, persyaratan awal: Melampirkan Mengenai Gembala Jemaat yang sudah tidak KTP, KK, Akta Nikah (yang sudah menikah). memenuhi syarat (Tatib GBI Bab 1 ps. 1 ay. 1), • Sosialisasi Pedoman Pengangkatan Pejabat, maka pejabat harus terhisab di Gereja lokal Pdp., Pdm., dan Pdt. Tambah Rasio jumlah sedangkan jemaat gereja yang masih ada akan jemaat. menjadi Bakal Jemaat (Pos PI). Untuk mengangkat Pejabat diberikan 6. Membentuk Komite Etik. waktu 3 bulan sebelum Sidang MD atau Membentuk Komite Etik yang akan untuk Sinode untuk Pendeta Pembina yang memberikan rekomendasi terhadap mengusul calon Pdt., Pdm., Pdp., kepada penjatuhan sanski. Komite Etik ini dibawah BPD. MP. 2. Moratorium (Lanjutan). 7. Penyelesaian Masalah di BPD GBI SUA. Tahun 2016-2018, hanya bagi yang pimpin Dalam rangka memantapkan kesatuan GBI di Bakal Jemaat (Pos PI) atau Gembala Jemaat BPD GBI Sumatra Utara – Aceh (SUA), BPH GBI Ranting dan Cabang. akan memfasilitasi pertemuan antara BPD SUA 3. Standarisasi SMD (Pelaksanaan & Jadwaldengan komunitas Medan Metro, bersama jadwal). dengan MPL SUA didampingi oleh MP paling Standarisasi MK. (Diserahkan kepada BPH lambat satu bulan setelah Sidang MPL III ini. untuk membuat standarisasi). 8. Pengajaran Pejabat di Bekasi yang 4. Standarisasi Kinerja BPD & Kantor. menyimpang. • Standarisasi Struktur BPD & Laporan
Ditindak sesuai dengan Tata Gereja.
83
Komisi Program & Anggaran (SK No. 6. Setiap BPD membuka virtual account untuk kebutuhan 007/MPL III/GBI/2016): jemaat lokal mengirim iuran dan 1. Menerima dan menyetujui persembahan lainnya kepada program dan Rencana Anggaran BPD. BPH akan membantu BPH GBI periode November meminta BRI memfasilitasi 2016 – Oktober 2017 dengan pembukaan escrow account total subsidi sebesar Rp. untuk keperluan menampung 27.920.000.000,dana virtual account tersebut. 2. Semua BPD diminta tetap 7. Bantuan dana untuk mensosialisasikan virtual account pembangunan gereja lokal dan penyetoran persepuluhan dari BPH dirubah dari Rp. jemaat lokal langsung kepada 20.000.000,- per jemaat menjadi BPH melalui virtual account BPH Rp. 10.000.000,sampai di BRI atau BCA. Rp. 20.000.000,sehingga 3. BPD harus mengirimkan laporan memungkinkan lebih banyak keuangan kepada BPH sebagai gereja yang bisa menerima bentuk pertanggungjawaban. bantuan. Dalam hal ini BPH akan berkoordinasi dengan Ketua BPD 4. Anggota MPL yang belum untuk menentukan berapa besar membayar perpuluhan diminta jumlah bantuan dan gereja mana untuk segera memenuhi saja yang akan mendapatkan kewajibannya dalam waktu 3 bantuan. bulan setelah MPL III ini. Bagi yang tidak memenuhi kewajibannya 8. Program BSK (Bapak Sepanjang akan diberi sanksi sesuai Tata Kehidupan) yang selama ini Gereja Gereja Bethel Indonesia. berada di bawah Pokja Keluarga Unggul, disetujui dijadikan 5. BPH akan mengingatkan gereja sebagai lembaga bentukan BPH. lokal yang belum membayar persepuluhan dalam bentuk reminder melalui media digital atau tertulis.
84 |
Persetujuan Pembentukan Panitia (3) Rumusan perubahan Tata Gereja AdHoc Perubahan Tata Gereja GBI. Gereja Bethel Indonesia harus (No. 008/MPL III GBI/2016). sudah rampung selambatlambatnya sebelum Sidang (1) Menerima usulan untuk diadakan Majelis Pekerja Lengkap tahun penyempurnaan terhadap Tata 2018 dan dilaporkan kepada Gereja Gereja Bethel Indonesia. Sidang Majelis Pekerja Lengkap (2) Menugaskan BPH GBI membentuk tahun 2018 guna mendapatkan Panitia AdHoc Perubahan Tata pertimbangan dan pengesahan, Gereja & menetapkan Pdt. Dr. dr. untuk selanjutnya disahkan Dwidjo Saputro, Sp.Kj. sebagai dalam Sidang Sinode 2018. Ketua Panitia AdHoc.
85
HUT GBI ke-46 GBI For The Nations PENCAPAIAN Gereja Bethel Indonesia (GBI) saat ini, sungguh luar biasa! Saat ini GBI tidak hanya ditemukan di kota-kota besar tetapi hingga ke pelosok-pelosok negeri bahkan sampai ke Luar Negeri (Amerika, Eropa, Asia) dengan jumlah jemaat, 5.658 (data MPL GBI III, 2016). Semuanya adalah berkat anugerah yang besar dari Yesus Kristus. Namun, jika kita melihat kilas balik sejarah GBI, yaitu dilahirkan dari pergumulan berat & membutuhkan waktu yang panjang yaitu 18 tahun (1665-1970). Tetapi, berkat pertolongan dan perizinan Tuhan, maka tanggal 6 Oktober 1970 di Sukabumi, ditetapkan sebagai hari jadinya GBI.
Saat ini GBI telah menjadi gereja yang besar dan diperhitungkan di tengah banyaknya Sinode gereja yang ada di Indonesia. Di ulang tahunnya yang ke-46 (thn. 2016), Ketua Umum BPH GBI, Pdt. Dr. Japarlin Marbun memberikan pencerahan dalam sambutannya mengatakan, sesuai tema HUT GBI tersebut, “GBI For The Nations” (GBI untuk bangsa-bangsa). Untuk mencapai hal itu, diperlukan langkah yaitu, manjadi GBI Mantap. Artinya, suatu gerakan untuk menjadi gereja sehat, kuat, maju dan berdampak untuk kemuliaan nama Tuhan. Maju terus GBI!
86 |
87
Rakor BPH & BPD-BPLN GBI GEREJA BETHEL INDONESIA saat ini telah menjadi suatu organisasi yang besar dan mendunia dengan 3 jutaan anggota, 17.000-an pejabat dan 5.000-an gereja, dengan 37 BPD, 9 BPLN dan 10 Departemen. Untuk itu diperlukan koordinasi secara menyeluruh, maka pada tanggal 4-6 April 2017 lalu, bertempat di Graha Bethel, Jakarta, telah diadakan Rapat Koordinasi (Rakor) antara BPH GBI dengan seluruh Ketua-ketua BPD GBI se-Indonesia & luar negeri (BPLN). Rakor yang dihadiri oleh 34 BPD dan 2 BPLN ini, dibuka langsung oleh Ketua Umum BPH GBI didampingi para Staff BPH GBI.
Tahun 2017, Tahun Mujizat Penuaian Rakor diawali dengan Ibadah Pembukaan yang dilayani oleh Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo. Dalam khotbahnya ia menyampaikan, tahun 2017 adalah Tahun Mujizat Penuaian, yang memiliki 5 arti, yaitu: (1) Tahun penuaian jiwa melalui mujizat; (2) Tahun penuaian berkat melalui mujizat; (3) Penuaian mujizat; (4) Menuai apa yang kita tabur secara mujizat; dan (5) Unity (Wahyu 14). Gembala GBI Gatot Soebroto, Jakarta, ini menekankan tentang unity yang merupakan Kunci Utama Penuaian Besar. Dan menurutnya, saat inilah penuaian terbesar yang terakhir, sebelum kedatangan Tuhan Yesus kembali. Karena itu, ia juga bersyukur, dalam tubuh GBI sudah tidak terkotak-kotak lagi namun telah terjadi unity. Dalam pesan khotbahnya, kita harus hidup intim dengan Tuhan, untuk itu sebelumnya harus bertobat. Jika tidak, Tuhan akan mengambil kaki dian dari kita. Namun, jika kita menang maka akan makan pohon kehidupan (hidup kekal selamanya). 88 |
Tujuan & Target Rakor Rakor dilakukan dengan tujuan, supaya adanya pemahaman yang sama dan jelas mengenai: (1) Keputusan Sidang MPL, Rakernas & Kebijakan BPH; (2) Keselarasan program antara pusat & daerah (waktu, pembiayaan, materi & wewenang); (3) Tesosialisasinya tema GBI 2017: Tahun Penuaian Besar, Excellent Service & Penanaman Gereja; (4) Tata kelola organisasi; (5) Data base yang lebih lengkap dari gereja & pejabat GBI; (6) Tersosialisasinya penggunaan Virtual Account (V/A) terhadap seluruh gereja; (7) Sertifikasi & rekrutmen pejabat. Untuk itu diperlukan target yang harus dicapai, yaitu: (1) Pemuktahiran data base gereja dan pejabat GBI; (2) Tersedianya peta lokasi GBI disetiap BPD; (3) Tersusunnya target penanaman gereja baru; (4) Terwujudnya system pembayaran perpuluhan melalui virtual account; (5) Terjadinya keselarasan program BPH dan BPD. Demi mencapai tujuan dan target Rakor tersebut, para peserta dibekali dengan 10 sesi yang terdiri atas 7 sesi Rapat dan koordinasi dan 4 sesi Pembinaan yaitu, 2 sesi mengenai mutu pendidikan & kualitas pejabat GBI yang disampaikan oleh Dr. Mike Baker dari COG dan 1 sesi mengenai Integritas oleh Pdt. Julius Ishak, serta 1 sesi Penanaman Gereja oleh Pdt. Dr. Ronny Daud Simeon.
Point Penting Yang Dihasilkan Rakor BPH & BPD-BPLN GBI ini menghasilkan beberapa point penting, yaitu: 1. Data Jemaat yang masuk dalam database BPH GBI sudah mencapai 94%, sedangkan data pejabat GBI sudah 85%. Meskipun demikian masih ada koreksi di beberapa BPD seperti: Jatim, Teluk Cendrawasih, Sulbar, Bali-NTB, Australia, Kalbar dan Kalsel, sedangkan untuk BPLN Timor Leste dan Asia belum ada data, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan dari tim database. 2. Agar tercipta keseragaman antarBPD, BPH akan menyusun format laporan BPD (baik kegiatan maupun laporan keuangan) di Sidang Majelis Daerah. Bentuk laporan BPD harus mengacu pada format laporan yang telah disusun dan disosialisaskan oleh BPH GBI. Untuk laporan keuangan, tahap awal dilaporkan jumlah pemasukan dan pengeluaran serta akuntabilitas penggunaan keuangan harus jelas. Laporan tahun depan akan dibuat menggunakan Grafik Pembanding. 3. Pencalonan dan sertifikasi pejabat GBI mengikuti standar yang telah disusun dalam buku Pedoman Pengangkatan dan Sertifikasi Pejabat GBI (beserta revisinya), dengan beberapa catatan: a. Mengingat kendala geografis, maka Sertifikasi Pejabat khusus BPD Teluk Cenderawasih, Papua & beberapa daerah lain sejenis, mendapat tambahan waktu 1 bulan. b. Khusus untuk pejabat Lansia, dalam melakukan penilaian sertifikasi pejabat perlu memperhatikan dan mempertimbangkan secara khusus buah pelayanan pejabat tersebut.
89
c. Pejabat GBI tidak secara otomatis naik jenjang jabatan setiap 4 tahun. Saat ini jenjang jabatan diukur dari buah-buah pelayanannya (merintis gereja baru, menggembalakan, Wagem dari gereja besar). d. Sesuai dengan Tata Gereja GBI, pelantikan pejabat dilakukan di SMD Umum, bukan di SMD Gembala, sehingga pejabat yang telah lulus & tinggal dilantik namun saat pelantikan berhalangan, maka harus menunggu sampai SMD Umum yang akan datang. e. Untuk persiapan kenaikan jenjang kepejabatan di Sidang Majelis Luar Negeri (SMLN) Australia, Pdt. Untung akan bicarakan hal tersebut dengan Departemen yang bersangkutan. 4. BPD dan BPLN GBI memiliki target penanaman gereja sebanyak 1.100 gereja dalam 1 tahun. 5. Untuk pembangunan Jonggol, perlu memaksimalkan kekuatan BPD dan gereja lokal, dalam hal ini Departemen Misi dan PI dan Departemen Pelmas akan melakukan pendekatan secara khusus. Dalam Sidang MPL berikutnya akan disahkan Panitia Pembangunan Jonggol. 6. Mengenai masalah beberapa janji yang diberikan oleh Departemen Misi dan PI - BPH GBI, tetapi oleh BPD Nias Dan Barito dianggap tidak ditepati, maka akan diklarifikasi dan diselesaikan langsung oleh Departemen Misi dan PI.
90 |
7. Penggunaan Virtual Account (VA) dalam membayar persepuluhan jemaat GBI telah berjalan dengan baik, dengan catatan: a. Total penerimaan BPH GBI periode September 2016-Februari 2017 adalah Rp. 12.905.000.000,-, dan yang telah menggunakan VA adalah sekitar 10 Milyard. b. Untuk daerah-daerah yang mengalami kesulitan dalam penggunaan VA, maka Perwil dan BPD harus ikut membantu, perpuluhan yang disetorkan secara tunai, harus dibantu disetorkan ke BPH melalui VA, dengan memasukan jumlah setoran perbulan pembayaran. c. Total Persepuluhan yang masuk BPH GBI adalah 36%, artinya masih ada 64% yang belum memberikan PPL, BPD diminta untuk bekerja mendorong gereja lokal membayar persepuluhan. d. Semua BPD wajib menggunakan Rekening BPD bukan rekening pribadi. BPH tidak akan membayarkan pengembalian persepuluhan ke account pribadi. e. Mengenai 3 bentuk Pembayaran, yaitu persepuluhan ke BPH, iuran jemaat ke BPD dan pejabat ke BPD, akan disempurnakan oleh Panitia Adhoc GBI.
8. Sesuai Tata Gereja, semua Aset kantor BPD maupun BPH disimpan oleh BPH GBI. BPD dapat memberikan Sertifikat asli asetnya untuk disimpan oleh BPH, yaitu BPD Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Banten, Jateng, Surabaya, Sulbar, NTT, Papua Brt II). Khusus untuk BPD Papua Barat II masih menunggu kepengurusan sertifikatnya. 9. GBI akan memberikan perhatian khusus untuk Mentawai, Nias dan Papua, dengan cara menggalakan penanaman gereja, mengutus misionaris-misionaris dan jika memungkinkan membangun sekolah dan asrama gratis. 10. Program-program BPH yang dilaksanakan di daerah harus sepengetahuan BPD, dan masuk ke dalam program BPD. BPD adalah pelaksana, penanggung jawab dan yang membiayai program tersebut. BPH hanya menyediakan SDM dan biaya transportasi SDM yang diutus. Khusus untuk BPD yang kurang mampu, namun rindu melaksanakan program, dapat membuat surat pengajuan kepada BPH. 11. Dalam Rakor GBI telah dilakukan serah terima Sertifikat Panti Asuhan Narwastu, Semarang, oleh Ketua Umum BPH GBI Kepada Ketua BPD Jawa Tengah dan DIY. 12. Rakor GBI berikutnya akan diadakan pada tanggal 11 – 13 Juli 2017, bertempat di Batam.
91
92 |
93
94 |
95
96 |
ADVERTORIAL
GERAKAN GEREJA BELAJAR: PERAN NYATA GEREJA UNTUK KEMAJUAN BANGSA Menyadari bahwa gereja dan lembaga pendidikan adalah mitra pelayanan yang memiliki misi yang sama untuk membawa terang bagi Indonesia, Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) menggelar acara Pastors’ Dinner pada Senin, 20 Maret 2017 di Ballroom Hotel Aryaduta Bandung. Prakarsa ITHB ini disambut hangat oleh banyak gereja dan dihadiri sekitar 140 gembala gereja dari 80 denominasi.
(sel grup, pemuridan, persekutuan mahasiswa, dan mission trip). Mereka merasakan jamahan Tuhan, mengalami pertumbuhan rohani, dan menyadari bahwa ilmu yang mereka peroleh di ITHB (teknik, bisnis, desain) adalah rencana Tuhan memberkati bangsa Indonesia di marketplace nanti, seperti yang sudah terjadi pada ribuan alumni Harapan Bangsa yang kini berkarya di mancanegara.
Dalam acara ini ITHB mengajak gereja-gereja untuk membantu mensosialisasikan Gerakan Gereja Belajar (GGB) yang memberikan fasilitas beasiswa biaya kuliah 100% untuk 8 semester bagi anggota jemaat yang berpotensi secara akademik namun memiliki kesulitan finansial untuk membiayai kuliah mereka. Tahun 2016 yang lalu, terdapat 56 mahasiswa dari 18 propinsi dan 35 denominasi yang menerima beasiswa GGB.
Melihat hasil yang menggembirakan ini, tahun ini ITHB kembali menawarkan GGB 2017 untuk 50 jemaat terbaik dari seluruh Indonesia dengan nilai Rp. 120 juta per mahasiswa (total Rp. 6 milyar). Para gembala yang hadir menyambut baik inisiatif ini dan sangat antusias mensosialisasikannya ke berbagai wilayah di nusantara.
Dalam kesempatan ini, para undangan mendengarkan langsung kesaksian para penerima beasiswa GGB 2016. Dalam satu tahun, para mahasiswa tersebut berhasil mencapai prestasi akademik di atas ratarata (IPK 3.2) sembari aktif dalam pelayanan kampus
Bagi jemaat yang membutuhkan informasi dapat mengunjungi www.ithb.ac.id atau menghubungi ibu Susan di (022) 250 6636 pada jam kerja.
97
TRAINING KESEKRETARIATAN BPD GBI
BEKERJA ADALAH SEBUAH PENCAPAIAN dan bukan hanya sekadar mencari nafkah, “Berilah dan kamu akan diberi, suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Lukas 6:38). Berilah yang excellent maka akan datang yang excellent, demikian disampaikan Sekretaris II BPH GBI, Pdt. Himawan Leenardo dalam sesi Pembekalan “Winner Principle” pada Training Kesekretariatan BPD GBI di Graha Bethel, pada 8-10 Februari 2017 silam. Menurutnya, pikiran kita harus selalui dijaga. Sebagai pelaksana di Sekretariat BPD, jika kita mempunyai pola pikir, tujuan yang benar & bukan karena organisasi, tapi karena ‘saya mau melayani Tuhan, saya bekerja tidak dipengaruhi oleh like in this like, tapi: tanggung jawab.’ Sebagai sekretariat kita sedang membangun suatu infrastruktur dalam membangun gereja. Pembekalan lain seperti Standarisasi Kantor BPD & Pendataan Pejabat GBI juga diberikan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam hal administrasi perkantoran di kantor-kantor BPD GBI se-Indonesia, seperti mengerti tentang penginputan database secara online, sehingga memperlancar sistem database antara Pusat & Daerah.
98 |
Kunjungi kami: www.beritabethel.com
majalah penyuluh dapat diunduh di www.penyuluh.org
99
TUAIAN
SIAP DITUAI A P A K A H K I TA
A P A K A H K I TA
PENUAI
SIAP MENUAI MENUAI
67
?